khazanah intelektual memuat tulisan hasil …litbang.jambiprov.go.id/v2/nimda_bangda/files/jurnal...
TRANSCRIPT
KHAZANAH INTELEKTUAL MEMUAT TULISAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GAGASAN YANG BELUM PERNAH DIPUBLIKASIKAN
JURNAL KHAZANAH INTELEKTUAL TERBIT 3 (TIGA) KALI DALAM SETAHUN
Penanggung Jawab : Kepala Balitbangda Provinsi Jambi
Pimpinan Redaksi : Dr. Novita Erlinda, SE, M.AP
Editor : Joni Martin, SH, MH
Copy Editor : Iin Kurniawati, SP, ME
Mitra Bestari : Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc (Ekonomi Sumber daya Alam/Institut Pertanian Bogor)
: Prof. Dr. Ir.Hafzi Ali, MM. (Ilmu Manajemen / Universitas Mercu buana )
: Dr. Anne Putri, SE. M.Sc. AK. CA (Ilmu Ekonomi Akuntansi/STIE Haji Agus Salim Bukit Tinggi)
: Amirul Mukminin, Ph.D (Ilmu Kependidikan/ Universitas Jambi)
: Dr. Asnelly Ridha Daulay, M.Natres Ecs (Kebijakan Lingkungan /Balitbangda Provinsi Jambi)
: Dr. Ir. Hutwan Syarifuddin, MP (Ilmu Pertanian /Universitas Jambi)
Sekretariat : 1. Miftahul Huda, SH
2. Sumiyati Agariani
ALAMAT REDAKSI :
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jambi Jl. R.M. Atmadibrata No. 1A Telanaipura Jambi
Telp. 0741-669352 Email : [email protected]/[email protected]
Redaksi menerima karya ilmiah atau artikel hasil penelitian, kajian, gagasan di bidang ilmu pengetahuan dan Inovasi daerah khususnya di Provinsi Jambi. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah
makna substansi tulisan
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH (BALITBANGDA) PROVINSI JAMBI
Jl. R.M. Noer Atmadibrata No. 1A Telanaipura Telp. (0741) 669352 Fax. (0741) 60450 Email : [email protected]/[email protected]
Volume 2
Nomor 1 Hal 66-148 Bulan April 2018 ISSN : 2580-8354
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH (BALITBANGDA) PROVINSI JAMBI
KHAZANAH INTELEKTUAL
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2018
DAFTAR ISI
Tipologi Klaster Hilirisasi Karet Di Provinsi Jambi
Oleh : Novita Erlinda .................................................................. 66-83
Karakter Lanskap Untuk Ekowisata Pada Area Pasca Tambang Batubara Dusun Rantau Pandan, Muara Bungo, Provinsi Jambi Oleh : Andrianto Kusumoarto ................................................................ 84-93
Strategi Sumber Daya Manusia: Studi Eksplorasi Di Madrasah Tsanawiyah Swasta Jagat Raya, Desa Kedongdong, Kabupaten Cirebon-Indonesia
Oleh : Nurkholifathul Maula ....................................................... 94-108
Evaluasi Implementasi E-Government Pada Situs Web Pemerintah Menuju Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Open Government Di Provinsi Jambi Oleh : Cholillah Suci Pratiwi ....................................................... 109-126
Pengaruh Beberapa Starter Terhadap Kualitas Kompos Dari Feces Sapi Dan Limbah Kelapa Sawit Oleh: Adriani, F. Manin dan E. Hendalia .................................... 127-134
Festival Kampung Senaung 2017 Dalam Perspektif Demokratisasi Desa Oleh: Wenny Ira Reverawati....................................................... 135-148
Tipologi Klaster Hilirisasi Karet Di Provinsi Jambi- Novita Erlinda | 66
TIPOLOGI KLASTER HILIRISASI KARET DI PROVINSI JAMBI TYPOLOGY OF RUBBER DOWNSTREAM CLUSTERS IN JAMBI PROVINCE
Novita Erlinda
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jambi Jl. R.M. Nur Atmadibrata No. 01 A Telanaipura Jambi,
Abstract Rubber has been a prime commodity for rural farmers in Jambi. It has been the main foundation of rural livelihood for rural people as it creates multiplier effect to rural economy. Nevertheless, income of rubber farmers in general is still lower compare with other occupations or even other farming activities. Fluctuation of rubber prices as well low capacity of bargaining position of the farmers in the market have created viciious circle of low income in rubber farmers. These situations have driven the governmen to implement the downstreaming of the processed rubber products. Hilirisasi is one policy solutions that is expected to improve the welfare of rubber farmers. This paper aims to identify the typology of rubber downstream clusters in Jambi Province, and to map the relationships among actors in the implementation of rubber downstream policies. The research focuses on six districts rubber plantation areas in Jambi Province, namely Merangin, Sarolangun, Bungo, Tebo, Batanghari and Muaro Jambi. The data used in the form of primary and secondary data. The analysis was carried out by means of prospective analysis using MACTOR tool. The results of the analysis yielded three typologies of downstreaming clusters, namely: 1. HVLV cluster based on hight volume and low volume; 2. EMLM cluster based on export and local markets, and 3. HMLM cluster based on high and low mulplier effects. The relationship among actors in the implementation of rubber downstream policy were mapped based regulation or institutional and incentive scehems. It shows that rubber farmers always on bargaining position very low among other actors. Lessons learned and policy recommendation to improve the bargaining position of the farmer were highlighted. Keywords: Downstreaming Rubber products, Prospective Analysis, MACTOR
Abstrak
Karet telah menjadi komoditas utama bagi petani pedesaan di Jambi. Ini telah menjadi pondasi utama penghidupan pedesaan bagi masyarakat pedesaan karena menciptakan efek berganda terhadap ekonomi pedesaan. Namun demikian, pendapatan petani karet secara umum masih lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan lain atau bahkan kegiatan pertanian lainnya. Fluktuasi harga karet serta rendahnya kapasitas posisi tawar petani di pasar telah menciptakan lingkaran setan berpenghasilan rendah di petani karet. Situasi ini telah mendorong pemerintah untuk menerapkan hilirisasi produk karet olahan. Hilirisasi adalah salah satu solusi kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani karet. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipologi klaster hilir karet di Provinsi Jambi, dan untuk memetakan hubungan antar aktor dalam implementasi kebijakan hilir karet. Penelitian ini fokus pada enam kabupaten yang memiliki perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi, yaitu Merangin, Sarolangun, Bungo, Tebo, Batanghari dan Muaro Jambi. Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Analisis dilakukan dengan cara analisis prospektif menggunakan alat MACTOR. Hasil analisis menghasilkan tiga tipologi cluster downstreaming, yaitu: 1. HVLV cluster berdasarkan volume tinggi dan volume rendah; 2. Kelompok EMLM berdasarkan pasar ekspor dan lokal, dan 3. Kelompok HMLM berdasarkan mulplier efek tinggi dan rendah. Hubungan antar aktor dalam implementasi kebijakan hilir karet dipetakan berdasarkan peraturan atau kelembagaan dan sistim insentif. Hal ini menunjukkan bahwa petani karet selalu berada pada posisi tawar yang sangat rendah di antara para pelaku lainnya. Pelajaran yang dipetik dan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan posisi tawar petani menjadi sorotan. Kata kunci: Hilirisasi produk karet, Prospective Analysis, MACTOR
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai produsen karet
alam terbesar kedua di dunia. Karet alam
di Indonesia 80 % diproduksi oleh petani
kecil dan hanya 20 % diproduksi oleh
industri karet domestik (Karyudi, 2017).
Adapun provinsi di Indonesia sebagai
67 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
penyumbang karet alam terbesar secara
berurutan yakni Provinsi Sumatera Selatan,
Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan
Kalimantan Barat (Statistik Perkebunan
Indonesia, 2017). Fakta menarik terkait
pemasaran karet alam Indonesia yaitu
rendahnya konsumsi karet domestik,
dengan kata lain bahwa Indonesia
mengekspor 85 % karet mentah (Indonesia
Investment.com ).
Menurut data statistik perkebunan
pada tahun 2017 areal perkebunan karet di
Provinsi Jambi seluas 668.919 Ha atau 42
persen dari total luas areal perkebunan
yang ada. Secara rinci terdiri dari tanaman
belum menghasilkan 198.296 Ha, tanaman
menghasilkan 359.107 Ha dan tanaman
tua atau rusak seluas 111.516 Ha.
Sedangkan menurut pengusahaannya,
luas perkebuan karet Provinsi Jambi
didominasi oleh perkebunan rakyat seluas
664.704 Ha (99,4%) dengan produksi
328.563 Ton, dan Perkebunan Besar
Swasta 4.215 Ha dengan produksi 3.100
Ton. Dimana luas dan produksi tersebut
setiap tahun mengalami peningkatan
(Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2017).
Lokasi pengembangn kawasan
perkebunan berbasis karet di Provinsi
Jambi telah ditetapkan secara nasional
oleh Kementerian Pertanian RI yaitu
Kabupaten Batanghari, Muaro Jambi,
Tebo, Merangin dan Sarolangun
(Keputusan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor: 830/
Kpts/RC.040/12/2016). Hal ini juga
didukung oleh Masterplan Pengembangan
Per-kebunan Berbasis Karet di Provinsi
Jambi, dengan arah kebijakan yang terdiri
dari: 1. Meningkatkan kemampuaan dan
kete-rampilan pengelola perkebunan karet
dan kapasitas kelembagaan perkebunan
karet; 2.Meningkatkan investasi pemba-
ngunan perkebunan karet yang
berwawasan lingkungan; 3.Mengem-
bangkan sistem infor-masi dan
pemanfaatan teknologi dan inovasi
perkebunan karet yang handal; 4.
Meningkatkan mutu dan nilai tambah hasil
perkebunan karet; 5. Mengembangkan
kawasan perkebunan karet yang unggul
dan berdaya saing.
Jumlah petani karet di Provinsi Jambi
sebanyak 256.256 KK atau sekitar 39,4 %
dari seluruh jumlah petani perkebunan
(Dinas Perkebunan, 2017). Hal ini dapat
diartikan bahwa 39,4% petani di Provinsi
Jambi masih menggantungkan hidupnya
dengan komoditi karet. Pada sisi lain karet
juga memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap perputaran ekonomi daerah
Jambi. Kontribusi sektor perkebunan yang
didukung oleh nilai ekspor karet di Provinsi
Jambi mencapai US $ 432,052 juta pada
tahun 2015 (Disperindag Provinsi Jambi,
2017). Fenomena ini tidak berbanding lurus
dengan permasalahan yang terjadi dalam
pengusahaan komoditi karet di lapangan,
diantaranya: 1. Masih rendahnya produk-
tivitas tanaman yakni rata-rata hanya 924
Kg/Ha/Th; 2. Masih rendahnya mutu bahan
olah karet yang dihasilkan; 3. Harga karet
yang diterima petani sangat rendah.
Ketiga permasalah pokok di atas saling
Tipologi Klaster Hilirisasi Karet Di Provinsi Jambi- Novita Erlinda | 68
berkaitan dan sangat mempengaruhi
pendapatan yang diperoleh petani (Dinas
Perkebunan, 2017).
Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
telah melakukan berbagai upaya untuk
mengatasi permasalahan pengusahaan
produk karet. Pada konteks peningkatan
produktivitas tanaman, Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah secara rutin
mengalokasikan dana untuk kegiatan
bantuan benih unggul dan sarana produksi
lainnya. Kemudian untuk meningkatkan
mutu bahan olah karet dilakukan
pembinaan teknis dan bantuan peralatan
sadap serta bangunan berupa Unit
Pengolahan dan Pemasaran Bokar
(UPPB). Kegiatan pemasaran pada UPPB
diharapkan dapat mempersingkat mata
rantai penjualan bokar petani, dengan
harapan dapat mening-katkan nilai jual
Bokar petani. Pemerintah Provinsi Jambi
sejak tahun 2013 telah melaksanakan
pelatihan hilirisasi industri karet dan
pendampingan terhadap petani karet serta
bantuan peralatan pengolahan karet alam
di daerah sentra produksi karet seperti
diantaranya di Kabupaten Bungo, Muaro
Jambi, Kabupaten Sarolangun, dan
Kabupaten Batanghari. Pada konteks
pemasaran produksi, selama ini petani
hanya menjual hasil kebunnya dalam
bentuk bahan olah karet seperti slab yang
sebagaian besar dijual melalui pedagang
perantara atau pengumpul di desa, dan
selanjutnya dijual ke pabrik crumb rubber.
Kemudian pabrik crumb rubber mengolah
Bokar (Bahan olahan produk karet)
menjadi SIR 20 untuk selanjutnya di
ekspor. Walaupun komoditi karet telah
memberikan kontribusi terhadap perolehan
devisa, namun petani karet belum
merasakan nilai tambah dari penjualan
Bokar, karena harga yang diterima tidak
menguntungkan dan tidak ada standar
yang transparasi dalam menentukan harga
karet. Panjangnya mata rantai dalam
pemasaran Bokar merupakan salah satu
penyebab petani tidak menikmati nilai
tambah dari hasil karetnya. Selain itu harga
karet juga ditentukan oleh faktor eksternal
seperti harga karet global yang dipengaruhi
oleh harga minyak mentah dunia,
protecsionism ekonomi, dan pelemahan
ekonomi global (Balitbangda Provinsi
Jambi, 2017).
Berbagai regulasi telah terbit untuk
mendukung hilirisasi karet. Diantara
regulasi terkait yaitu UU Nomor 3 Tahun
2014 tentang perindustrian atau
merupakan regulasi awal dari kebijakan
hilirisasi karet. Sejak itu Kementerian
Perindustrian menyusun kebijakan yang
mendorong tumbuhnya sektor industri yang
meng-gerakkan perekonomian nasional.
Selanjutnya diperkuat dengan penetapkan
PP Nomor 4 Tahun 2015 tentang Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional
(RIPIN) 2015-2035. RIPIN mengarahkan
untuk “menjadi negara industri tangguh
yang bercirikan struktur industri nasional
yang kuat, sehat dan berkeadilan; industri
yang berdaya saing tinggi di tingkat global
dan industri yang berbasis inovasi dan
teknologi”. Pentingnya komoditas karet dan
69 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
industri hilirnya juga telah diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008,
Industri karet dan plastik merupakan
bagian dari kelompok industri yang
diprioritaskan dalam pengembangannya.
Selain itu Pemerintah melalui
Kementerian Pertanian mengeluarkan
kebijakan pengembangan agribisnis karet,
baik di bidang on farm maupun off farm.
Kebijakan operasional di tingkat on farm
yang diperlukan bagi pengembangan
agribisnis karet adalah : (a) Penggunaan
klon unggul dengan produktivitas tinggi
(3000 kg/ha/th); (b) Percepatan
peremajaan karet tua seluas 1,2 juta ha
sampai dengan tahun 2025; (c)
Diversifikasi usahatani karet dengan
tanaman pangan sebagai tanaman sela
dan ternak; dan (d) Peningkatan efisiensi
usahatani. Pemerintah juga telah
menetapkan sasaran pengembangan
produksi karet Indonesia sebesar 3-4 juta
ton per tahun pada tahun 2025. Sasaran
produksi tersebut hanya dapat dicapai
apabila areal perkebunan karet rakyat yang
saat ini yang produktivitasnya rendah
berhasil diremajakan. Peremajaan karet
tersebut menggunakan klon karet unggulan
yang dilakukan secara berkesinambungan.
Pentingnya agribisnis dan agro-
industri karet untuk peningkatan kesejah-
teraan petani telah pula sesuai dengan Visi
Misi Jambi Tuntas 2021 yaitu
meningkatkan daya saing daerah melalui
optimalisasi pembangunan ekonomi
kerakyatan ber-basis agribisnis dan
agroindustri. Upaya yang perlu dilakukan
pemerintah adalah dengan memberikan
bantuan sarana produksi, seperti bibit
unggul, pupuk, pestisida dan peralatan,
sehingga mampu mengurangi beban petani
sekaligus meningkatkan produktivitas karet
alam. Namun penerapan kebijakan ini
belum diiringi dengan pengawasan yang
ketat, sehingga bantuan yang diberikan
tidak digunakan, bahkan untuk komoditas
lainnya seperti kelapa sawit. Selain itu,
bantuan yang diberikan tersebut belum
dapat dirasakan oleh petani secara merata.
Selanjutnya regulasi terkait dengan
pemasaran Bahan Olahan Karet (bokar)
juga telah diatur dan tertuang pada
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
38/Permentan/ OT.140/8/2008 tentang
Pedoman Pengolahan dan Pemasaran
serta Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 53/MDAG/PER/10/2009 tentang
Pengawasan Mutu Bahan Olah Komoditi
Ekspor Standard Indonesian Rubber yang
diperdagangkan. Pada tingkat hilir
kebijakan operasional yang dikembangkan
yakni (a) Peningkatan kualitas bokar
berdasarkan SNI; (b) Peningkatan efisiensi
pemasaran untuk meningkatkan marjin
harga petani; (c) Penyediaan kredit usaha
mikro, kecil dan menengah untuk
peremajaan, pengolahan dan pemasaran
bersama; (d) Pengem-bangan infrastruktur;
(e) Peningkatan nilai tambah melalui
pengembangan industri hilir; dan (f)
Peningkatan pendapatan petani melalui
perbaikan sistem pemasaran dan lain-lain.
Kelembagaan terkait dengan
pengolahan bokar telah dipayungi oleh
Tipologi Klaster Hilirisasi Karet Di Provinsi Jambi- Novita Erlinda | 70
Peraturan Gubernur Provinsi Jambi No. 15
Tahun 2016 tentang Petunjuk pelaksanaan
pengolahan, pemasaran dan pengawasan
bokar yang diperdagangkan di Provinsi
Jambi. Kemudian untuk mewujudkan
keinginan dalam meningkatkan mutu
Bokar yang sesuai dengan baku mutu,
kegiatan pengolahan bokar dipusatkan
pada UPPB sebagai unit kerja yang
dibentuk oleh 2 sampai 3 kelompok petani
pekebunan. UPPB berfungsi memberikan
pelayanan teknis pengolahan maupun
pengembangan usaha pemasaran bokar
milik anggota kelompok, dimana UPPB
telah dilengkapi dengan peralatan dan
bahan yang diperlukan dalam proses
pengolahan bokar serta didampingi oleh
seorang tenaga teknis dan administrasi
yang berasal dari salah satu anggota
pekebun yang sudah terlatih. Sedangkan
kelembagaan formal dengan seperangkat
aturan formal yang masuk dalam sistem
kelembagaan tataniaga karet rakyat dalam
melaksanakan hilirisasi karet di Provinsi
Jambi yaitu : Kelompok Tani, Gabungan
Kelompok Tani, Asosiasi Petani,
Koperasi/KUD, pool lelang, dan kemitraan.
Bertolak dari latar belakang dan
berbagai kendala yang dihadapi petani baik
dari sektor hulu dan hilir sangat diperlukan
kehadiran pemerintah dalam mengeluarkan
kebijakan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah dan memberikan solusi
dari permasalahan yang dihadapi petani
karet. Studi ini dilakukan untuk
menemukan tipologi klaster hilirisasi karet
di Provinsi Jambi dan memetakan
kekuatan hubungan antar aktor dalam
melaksanakan kebijakan hilirisasi karet di
Provinsi Jambi. Penuh harapan dapat
menjadi salah satu rekomendasi kebijakan
yang menjadi jawaban diantara
permasalahan pengem-bangan hilirisasi
karet di Provinsi Jambi.
METODE
Penelitian ini dilakukan pada enam
kabupaten penghasil karet yang terbesar di
Provinsi Jambi menurut data statistik
perkebunan tahun 2017, yaitu Kabupaten
Merangin, Sarolangun, Tebo, Bungo,
Batanghari dan Muaro Jambi. Data primer
dan sekunder yang diperoleh diolah
dengan pengan pendekatan metode
Prospective analysis. Dimana Prospective
analysis merupakan metode yang
digunakan untuk mengkaji suatu kebijakan
kedepan. Pada penelitian ini, Prospective
analysis mengacu pada pemikiran Ahmed
et al,. (2009), Godet (1989, 2006), dan
Fauzi (2017), dengan menggunakan tool
MACTOR. MACTOR atau Methode
Acteurs, Objective, Repports de Force
pada kasus ini digunakan untuk
memetakan kekuatan hubungan antar
aktor dan faktor dalam mengembangkan
tipologi klaster hilirisasi karet di Provinsi
Jambi.
Cara kerja MACTOR dilakukan
melalui pengisian matrik posisi atau matrik
1MAO (Matrix Actor-Objective) dan matrik
2MAO. Matrik selanjutnya yang akan
dilengkapi yaitu matrik MID (Matrix
Influence Direct) yang menggambarkan
71 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
variabel pengaruh (influence). Setelah
mengisi matrik MID dan 1MAO, kemudian
MACTOR akan menghitung matrik 2MAO
melalui program komputer. Sistem kerja
MACTOR sebagaimana mengacu pada
pemikiran Godet (1989), sebagaimana
diuraikan dengan formula berikut :
,A B A B A C C BCMIDI MIDI min MID MID
( 1)
Kemudian untuk menentukan
keseimbangan kekuatan hubungan antar
aktor, terlebih dahulu perlu menghitung
pengaruh langsung dan tidak langsung dari
aktor. Jika AM diartikan sebagai pengaruh
total langsung dari aktor A terhadap yang
lain, maka
, ,A A B A ABM MIDI MIDI
( 2 )
dan jika kita definisikan AD total pengaruh
langsung dan tidak langsung yang diterima
A dari aktor yang lain, sebagaimana
persamaan berikut
, ,A B A A ABD MIDI MIDI
( 3 )
Selanjutnya koefisien keseimbangan kekuatan hubungan akan dihitung dengan rumus
,A A A AA
A A AA
M MIDI Mr x
M M D
( 4 ) Langkah selanjutnya, MACTOR akan
menghitung matrik 3MAO yakni matrik
yang menjadi dasar dan penting dalam
pembahasan MACTOR, dengan formulasi
sebagai berikut.
,,3 2A iA i AMAO MAO r
( 5 ) Melalui matrik 3MAO dapat dihasilkan
berbagai keistimewaan, antara lain
koefisien mobilisasi yang menunjukkan
aktor yang berbeda terlibat dalam satu
situasi sebagaimana dijelaskan rumus
berikut.
Mob 3A MAO
( 6 ) Persetujuan dan ketidaksetujuan
atas suatu tujuan kemudian di overlay
dengan menggunakan formula berikut.
,3 3 0A A iaAg MAO MAO
( 7 )
,3 3 0A A iaDisAg MAO MAO
( 8 ) Keistimewaan lain yang juga dapat
diolah dari matrik 3MAO adalah matrik
konvergensi (3CAA) yang menggambarkan
seberapa besar para aktor setuju terhadap
suatu isu dan divergensi (3DAA) yang
menggambarkan sebaliknya atau
ketidaksetujuan. Matrik konvergensi
(persetujuan) dihasilkan melalui formula :
, , , ,
13 3 3 3 3 0
2A i B i A i B ii
CAA MAO MAO MAO MAO
( 9 )
Sedangkan matrik divergensi
(ketidaksetujuan) ditulis dengan formula :
Tipologi Klaster Hilirisasi Karet Di Provinsi Jambi- Novita Erlinda | 72
, , , ,
13 3 3 3 3 0
2A i B i A i B ii
DAA MAO MAO MAO MAO
( 10)
Selanjutnya hasil perhitungan
konvergensi dan devergensi antar aktor
tersebut akan menghasilkan aktor akhir
dari MACTOR yaitu koefisien ambivalen
untuk setiap aktor yang dihitung dengan
rumus :
,
, ,
,
3 33 1
3 3i k
i k i kk
i
i kk
CAA DAAEQ
CAA DAA
( 11 )
Selain menggunakan pendekatan
prospective analysis, penelitian ini juga
merumuskan hasil FGD stakeholders yang
terkait langsung dengan hilirisasi produk
olahan berbahan baku karet di Provinsi
Jambi, dalam memetakan tipologi klaster
industri hilir berbahan baku karet.
Stakeholders yang terlibat dalam FGD
diantaranya OPD provinsi dan kabupaten
yang terkait dengan hilirisasi karet yaitu
Dinas Perkebunan, Dinas Pendustrian dan
Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM,
Bappeda, Balitbangda, Dinas Penanaman
Modal Daerah dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu. Stakeholders selanjutnya yaitu
perguruan tinggi diwakili oleh Universitas
Jambi dan Politeknik Jambi, petani karet,
perusahaan crumb rubber, dan Gabungan
Pengusaha Karet Jambi (Gapkindo).
FGD yang dilakukan dengan
pendekatan seelig method yang
dipopulerkan oleh Tina Seelig (2017) dan
dikembangkan oleh Fauzi (2017). Pada
saat pelaksanaan FGD, peserta dibagi
dalam tiga kelompok yang membahas tiga
topik permasalahan : 1. Isu-isu strategis
terkait hilirisasi karet di Provinsi Jambi; 2.
Memetakan tipologi klaster hilirisasi karet di
Provinsi Jambi; Topik yang sama tersebut
dibahas oleh masing-masing kelompok,
dan diakhir FGD membuat konsensus dari
semua peserta FGD tentang topik yang
dibahas, sehingga menghasilkan isu yang
konvergen secara delfi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis klaster dilakukan berdasar-
kan definisi operasional secara umum yang
dikemukan oleh Poter (1998), yaitu klaster
industri sebagai kosentrasi geografis dari
subsektor manufaktur yang sama. Pada
tulisan ini, hasil rumusan FGD dalam
penentuan klaster telah diuji variabel
kuncinya dengan prospective analisis. FGD
stakeholders menghasilkan tiga tipologi
klaster hilirisasi karet yaitu Tipologi HVLV
(Hight Volume and Low Volume), Tipologi
EMLM (Export and Local markets), dan
Tipologi HMLM (High and Low Mulplier
Effects). Tiga tipolagi klaster yang
dihasilkan secara umum berdasarkan jenis
produk berbahan baku olahan karet
sebagaimana berikut. Tipologi klaster
produk hilirisasi karet HVLV dapat dilihat
pada Gambar 1.
73 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
Gambar 1 Tipologi klaster produk hilirisasi karet HVLV
Tipologi Klaster HVLV (High and
Low Volume) pada Gambar 1 mengklaster
produk hilirisasi karet berdasarkan volume
dan nilai ekonomi. Dimana tinggi dan
rendah volume bahan baku karet
dikuadrankan dengan tinggi dan rendahnya
nilai ekonomi produk yang dihasilkan.
Kuadran 1 Klaster HVLV mewakili
produk karet yang pembuatannya
mengunakan volume bahan baku tinggi,
dan ketika telah di produksi menghasilkan
produk yang bernilai ekonomi tinggi pula.
Produk yang di kategorikan masuk di
kuadran 1 Klaster HVLV diantaranya :
aspal karet hotmix, bantalan rel kereta api,
dock fender/ bunper pelabuhan kapal,
kompon (produk antara), bantalan
jembatan, bantalan bangunan anti gempa,
ban pesawat dan ban kendaraan roda 2
serta roda 4. Kemudian produk hilir karet
yang berada di kuadran 2 Klaster HVLV
adalah mewakili produk karet yang
pembuatannya mengunakan volume bahan
baku yang rendah, namun ketika telah di
produksi menghasilkan produk yang
bernilai ekonomi tinggi. Produk yang
dikategorikan pada kudran 2 Klaster HVLV
diantaranya : spare part kendaraan,
souvenir, balon, alat kesehatan
(glove/sarung tangan, kondom, pipa keteter
dll), genteng karet, pipa saluran karet.
Produk hilir karet yang berada di kuadran 3
Klaster HVLV adalah mewakili produk karet
yang pembuatannya mengunakan volume
bahan baku yang rendah, dan ketika telah
di produksi menghasilkan produk yang
bernilai ekonomi yang tinggi pula. Produk
pada kuadran 3 Klaster HVLV diantaranya
keset kaki, gelang karet, balon, sandal,
sepatu karet, souvenir, mainan anak-anak,
sarung tngan karet, dan lem sepatu.
Terakhir kuadran 4 Klaster HVLV
Tipologi Klaster Hilirisasi Karet Di Provinsi Jambi- Novita Erlinda | 74
merupakan produk karet yang
pembuatannya mengunakan volume bahan
baku yang tinggi, namun ketika telah di
produksi menghasilkan produk yang
bernilai ekonomi rendah.
Berikut pada Gambar 2 adalah
Tipologi Klaster EMLM atau klaster
berdasarkan pasar yaitu pasar ekspor atau
pasar lokal yang dikuadrankan dengan nilai
ekonominya. Pada Klaster EMLM yang
berada pada kuadran 1 merupakan produk
yang memiliki jangkauan pasar ekspor dan
bernilai ekonomi tinggi. Produk kategori
kuadran 1 klaster Klaster EMLM
diantaranya perahu karet, ban pesawat,
ban alat berat, pipa saluran karet, sealer
hidrolik, pelindung kabel, gabus penahan
benturan dari karet, paving block (konblock
lantai karet), dan aspal karet hotmix.
Kuadran 2 Klaster EMLM merupakan
produk hilir karet dengan jangkauan pasar
lokal, namun memiliki nilai ekonomi yang
tinggi. Dintara produk yag tergolong di
kuadran 2 Klaster EMLM yaitu ban
vulkanisir, karet aspal hotmik, bantalan
jembatan, sit angin, dock fender, latek
pekat, gladak kapal, kondom. Kuadran 3
Klaster EMLM adalah produk yang
jangkauan pasar lokal dan memiliki nilai
ekonomi yang rendah. Produk yang berada
pada kuadran 3 klaster B diantaranya
karet gelang, sol sepatu, asesoris, balon,
bokar, vulkanisir ban, lem sepatu, spare
park kendaraan bermotor, sabutret.
Kuadran 4 Klaster EMLM adalah produk
yang memiliki jangkauan pasar ekspor,
namun nilai ekonominya rendah
diantaranya sepatu karet, asesoris, karpet
karet, crumb rabber, glove, SIR 20, dan
bola kaki.
Gambar 2 Tipologi klaster produk hilirisasi karet EMLM
75 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
Tipologi Klaster HMLM yang
memetakan produk hilir karet berdasarkan
multiplier effect yang dikudrankan dengan
nilai ekonominya. Kuadran 1 Klaster HMLM
merupakan produk yang memberikan
multipler tinggi dan memberikan nilai
ekonomi yang tinggi, diantaranya aspal
karet, latek pekat, karet pengahapus, sit
angin, karet gelang, chasing HP, alat
kesehatan dari karet, dan pelindung kabel.
Kuadran 2 Klaster HMLM adalah produk hilir
karet yang memiliki multiplier effect rendah,
namun nilai ekonominya tinggi diantara
produknya yaitu ban pesawat, bahan baku
kerajinan, umpan pancing dan karet wrap.
Kuadran 3 Klaster HMLM merupakan
produk yang memiliki multiplier rendah dan
nilai ekonomi yang rendah pula diantaranya
bokar, alat sedot, dan chasing/pelindung
HP. Kuadran 4 Klaster HMLM menunjukkan
produk yang memiliki multiplier effect tinggi
namun nilai ekonominya rendah diantaranya
aksesoris, balon, karet gelang, peralatan
rumah tangga, marka jalan, campuran aspal
karet hotmix, bantalan kereta, dan roda
kereta dorong/lori. Tipologi klaster produk
hilirisasi karet HMLM dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3 Tipologi klaster produk hilirisasi karet HMLM
Ketiga tipologi klaster diatas akan dijadikan
dasar dari menentukan klaster hilirisasi karet
berdasarkan produk dan wilayahnya di
Provinsi Jambi. Tentunya dalam memetakan
klaster industri hilir karet di Provinsi Jambi
tidak terlepas dari indikaror teori klaster,
diantaranya pendekatan teori competitive
advantage (Porter 1990), yang menentukan
daya saing suatu klaster diantaranya
didukung oleh ketersedian bahan baku,
infrastruktur, dukungan industri lainnya, dan
dukungan pemerintah.
Selanjutnya hasil prospective analisis
yang menggunakan tools MACTOR
Tipologi Klaster Hilirisasi Karet Di Provinsi Jambi- Novita Erlinda | 76
menunjukkan ketergantungan antar aktor
dalam melaksanakan hilirisasi karet di
Provinsi Jambi yang akan diuraikan melalui
Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Matrik pengaruh dan ketergantungan antar aktor
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa
stakeholder yang memiliki pengaruh yang
tinggi adalah koperasi dengan skor 158
disusul kemudian dengan UPPB, sementara
stakeholder yang memiliki kecenderung
ketergantungan tinggi adalah petani karet
dengan skor 134 dan yang terendah adalah
tengkulak dengan skor 54. Penjelasan ini
juga terlihat pada Gambar 5 berikut yang
memetakan stakeholder pada kuadran
pengaruh dan ketergantungan.
Gambar 4 Pemetaan aktor hilirisasi dalam kuadran pengaruh dan dependensi
Sebagamana terlihat pada Gambar 5
bahwa Dinas Koperasi dan Dinas Perindag
Provinsi Jambi berada pada kuadra I (kiri
atas) dengan pengaruh tinggi dan
ketergantungan rendah. Sebaliknya adalah
kuadran 3 (kanan bawah) dimana petani
Disbun Pro
Perindag P
Diskop P
DPM
P
Disbun K
Perindag K
Diskop K
Petani
UPPB
Koperasi
PCR
Tengkulak
Ii
Disbun Pro
Perindag P
Diskop P
DPM P
Disbun K
Perindag K
Diskop K
Petani
UPPB
Koperasi
PCR
Tengkulak
Di
7 7 10 7 12 10 11 12 9 8 12 4 102
8 7 11 8 12 15 14 13 10 11 13 5 120
8 7 11 9 11 11 14 13 12 10 12 7 114
7 7 8 6 10 10 10 11 10 7 9 5 94
6 4 7 6 8 8 8 7 8 5 7 4 70
6 4 5 4 7 7 7 7 7 5 7 4 63
8 8 11 8 12 13 14 13 12 10 13 6 114
5 4 5 4 6 6 6 6 6 4 6 4 56
10 9 13 10 16 15 17 15 11 15 14 4 138
12 9 17 14 16 17 21 16 15 15 16 5 158
6 7 7 5 10 11 10 15 11 9 11 6 97
6 4 8 7 9 9 9 12 9 8 7 5 88
82 70 102 82 121 125 127 134 109 92 116 54 1214
© LIPSO
R-EPITA-M
ACTO
R
MDII
77 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi
dan pengaruh yang sangat kecil. Pada
Kuadaran 4 (kiri bawah) adalah tengkulak
yang memiliki pengaruh namun memeiliki
ketergantungan yang sangat kecil. Hal ini
dapat difahami karena memang tengkulak
cenderung bersifat independen namun
memilki pengaruh meski tidak terlalu kuat
pada stakeholder yang lain.
Tabel 2 berikut ini menyajikan derajat
mobilisasi antara stakeholder dengan tujuan
hilirisasi.
Tabel 2 Derajat mobilisasi stakeholder-tujuan
Tabel 2 di atas stakeholder yang
memiliki skor mobilisasi tertinggi adalah
koperasi (50.4) disusul kemudian dengan
UPPB (36.6) dan Perindap Provinsi. Artinya
bahwa menyangkut hilirisai karet ketiga
stakeholder ini merupakan stakeholder yang
akan aktif dalam menjawab permasalah
hilirisasi karet di Jambi. Derajat mobilisi
(baris bawah) menujjukkan tujuan mana
yang diperkirakan akan menjadi isu utama
yang memancing reaksi stakeholder. Dalam
kasus ini tujuan kemitraan dengan skor 41.3
merupakan tujuan yang dianggap penting
oleh para actor disusul kemudian dengan
peningkatan pendapatan petani karet
(PPPK) dengan skor 35,8 dan peningkatan
akses pasar dengan skor 33,6. Ketiga tujuan
tersebut dianggap penting oleh para
stakeholder untuk meningkatkan hilirisasi
kareat di Jambi.
Gambar 5 di bawah ini menggam-
barkan daya saing aktor yang ditunjukkan
oleh tingkat pengaruh langsung dan tidak
langsung actor tersebut terhadap aktor
lainnya. Dari Gambar 5 dijelaskan bahwa
aktor yang berperan penting baik langsung
maupun tidak langung adalah koperasi
dengan skor daya saing 1,9 disusul
kemudian dengan UPPB dan Dinas perin-
dustrian denga skor masing-masing sebesar
1,5. Sementara actor yang memiliki daya
saing lemah adalh petani karet dengan skor
0.3 Hal ini dapat difahami karena posisi
petani karet yang cenderung pada kuadran
3 (kanan bawah) yakni posisi sebagai aktor
terdampak dari kebijakan hilirisasi karet.
PPPK
PDR
B Pert
pasar
ker produk
kemitraan
Ekonomi
TK lingkungan
Mobilisation
Disbun Pro
Perindag P
Diskop P
DPM P
Disbun K
Perindag K
Diskop K
Petani
UPPB
Koperasi
PCR
Tengkulak
Number of agreements
Number of disagreements
Degree of mobilisation
3.3 3.3 3.3 2.2 3.3 3.3 3.3 2.2 23.9
2.9 2.9 4.4 4.4 4.4 2.9 2.9 2.9 28.0
3.4 2.2 2.2 2.2 3.4 3.4 2.2 2.2 21.3
1.9 1.9 2.9 2.9 3.9 3.9 3.9 2.9 24.3
1.9 1.9 1.4 1.4 1.9 1.4 1.4 1.4 12.7
1.2 1.2 0.8 1.2 1.6 1.6 1.6 0.8 9.7
2.9 2.0 2.0 2.0 3.9 3.9 2.9 2.0 21.5
1.2 0.0 0.6 0.6 0.9 0.0 0.6 -0.3 4.3
5.9 1.5 5.9 5.9 5.9 2.9 5.9 2.9 36.6
7.5 5.6 7.5 5.6 7.5 7.5 5.6 3.7 50.4
1.6 0.8 1.6 2.4 1.6 1.6 1.6 -1.6 12.9
-2.1 -2.1 1.1 1.1 -3.2 -2.1 -2.1 -2.1 15.9
33.7 23.3 33.6 31.8 38.1 32.4 31.9 21.1
-2.1 -2.1 0.0 0.0 -3.2 -2.1 -2.1 -4.0
35.8 25.4 33.6 31.8 41.3 34.5 34.1 25.1
© LIPSO
R-EPITA-M
ACTO
R
3MAO
Tipologi Klaster Hilirisasi Karet Di Provinsi Jambi- Novita Erlinda | 78
Gambar 5 Daya saing aktor dalam hilirisasi karet
Tabel 3 Matrik Konvergensi antar aktor
Kecenderungan konvergensi ini juga
dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini
yang merupakan penjabaran grafis dari
Tabel 3 di atas.
Disbun P
ro
Perindag P
Diskop P
DP
M P
Disbun K
Perindag K
Diskop K
Petani
UP
PB
Koperasi
PC
R
Tengkulak
Disbun Pro
Perindag P
Diskop P
DPM P
Disbun K
Perindag K
Diskop K
Petani
UPPB
Koperasi
PCR
Tengkulak
Number of convergences
0 8 8 8 8 8 8 5 8 8 7 2
8 0 8 8 8 8 8 5 8 8 7 2
8 8 0 8 8 8 8 5 8 8 7 2
8 8 8 0 8 8 8 5 8 8 7 2
8 8 8 8 0 8 8 5 8 8 7 2
8 8 8 8 8 0 8 5 8 8 7 2
8 8 8 8 8 8 0 5 8 8 7 2
5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 6 3
8 8 8 8 8 8 8 5 0 8 7 2
8 8 8 8 8 8 8 5 8 0 7 2
7 7 7 7 7 7 7 6 7 7 0 3
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 0
78 78 78 78 78 78 78 54 78 78 72 24
© LIP
SO
R-E
PIT
A-MA
CTO
R
1CAA
79 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
Gambar 6 Konvergensi antara aktor
Gambar 6 menunjukkan konvergensi
beberapa stakeholder, dimana derajat
konvergensi yang tinggi misalnya tengkulak
dengan skor 62. Artinya bahwa tengkulak
memiliki kepentingan yang sangat berbeda
dengan stakeholder lainnya, sementara
sebagian besar stakeholder pemerintah
cendering memiliki skor divergensi yang
rendah yang artinya kecenderungan konflik
di antara Lembaga ini relatif kecil.
Tabel 4 Matrik divergensi antar aktor
Tabel 4 menunjukkan besarnya
divergensi atau ketidaksesuaian antara
aktor. Dimana pada matrik diatas tengkulak
memiliki angka ketidaksesuaian yang paling
tinggi (6) dengan aktor lainnya. Penjelasan
ini dapat terlihat jelas pada Gambar 7 dan
berikut.
Dis
bu
n P
ro
Pe
rind
ag
P
Dis
ko
p P
DP
M P
Dis
bu
n K
Pe
rind
ag
K
Dis
ko
p K
Pe
tan
i
UP
PB
Ko
pe
ras
i
PC
R
Te
ng
ku
lak
Disbun Pro
Perindag P
Diskop P
DPM P
Disbun K
Perindag K
Diskop K
Petani
UPPB
Koperasi
PCR
Tengkulak
Number of divergences
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 6
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 6
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 6
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 6
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 6
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 6
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 6
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 3
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 6
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 6
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 5
6 6 6 6 6 6 6 3 6 6 5 0
8 8 8 8 8 8 8 12 8 8 14 62
© L
IPS
OR
-EP
ITA
-MA
CT
OR
1DAA
Tipologi Klaster Hilirisasi Karet Di Provinsi Jambi- Novita Erlinda | 80
Gambar 7 Arah dan besar divergensi antar aktor Jarak kepentingan antar actor dan tujuan
Gambar 8 berikut ini menyajikan
“jarak” antar actor terhadap aktor lainnya
yang menggambarkan seberapa jauh atau
dekat aktor tersebut dapat bekerja sama.
Gambar 8 ”jarak” antar aktor
81 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
Gambar 8 di atas nampak bahwa
stakeholder koperasi, disbun kabupaten
UPPB memiliki jarak kepentingan yang
dekat satu sama lain yang berarti bahwa
kemungkinan kerja sama diantara Lembaga
tersebut sangat kuat. Stakeholder lainnya
juga memiliki jarak yang dekat kecuali
tengkulak yang cenderung memiliki
kepentingan yang berbeda.
Gambar 9 berikut ini menggam-
barkan seberapa jauh atau dekat antara
aktor (stakeholder) dengan tujuan hilirisasi.
Gambar ini menujukkan kluster aktor
dengan tujuan dimana tujuan PDRB,
lingkugan, ekonomi dan pasar berada pada
kuadran 1 dengan aktornya dalah Lembaga-
lembaga pemerintah. Sementara tujuan
kemitraan, pendapatn petani dantenaga
kerja berada kuadran 4 dengan aktornya
masing-masing petani, koperasi, UPPB dan
PCR. Aktor tengkulak berada pada kluster
tersendiri yang menunjukkan ketidak
setujuan aktor ini terhadap tujuan yang
berkaitan dengan hilirisasi.
Gambar 9 Jarak aktor dengan tujuan
KESIMPULAN
Kegiatan hilirisasi karet telah
dilaksanakan di Provinsi Jambi sejak tahun
2012. Hal ini dimulai dengan bergulirnya
bantuan hilirisasi karet berupa mesin
pengolahan karet yang diberikan oleh
kementerian perindustrian RI. Berbagai
usaha juga telah dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi Jambi untuk melakukan
pendampingan hilirisasi karet di Provinsi
Jambi melalui dinas teknis terkait, berupa
pelatihan dan bantuan modal untuk
penguatan aspek hulu dan hilir. Pada
beberapa kabupaten di Provinsi Jambi juga
telah melaksanakan hilirisasi karet, namun
proses hilirisasi itu belum berjalan dengan
optimal. Berdasarkan temuan dilapangan,
bahwa dalam pelaksaannya hilirisasi karet
dan di overlay dengan prospective analisis,
dapat disimpulkan bahwa hilirisasi karet di
Provinsi Jambi masih terkendala berbagai
masalah yakni : volatilitas harga karet,
kesiapan sumber daya manusia dalam
melaksanakan hilirisasi karet atau perlunya
Tipologi Klaster Hilirisasi Karet Di Provinsi Jambi- Novita Erlinda | 82
peningkatan pelatihan sumber daya
manusia, terbatasnya jangkauan pemasaran
produk karet, profitabilitas produk olahan
karet, masih perlunya peningkatan
kemitraan dalam meraih modal dalam
memproduksi produk karet, perlu dukungan
regulasi pemerintah dalam mengatasi risiko
yang akan dihadapi para pelaku hilirisasi
karet, dan perlunya standarisasi produk
karet. Disamping itu perlu pula diantisipasi
konversi lahan karet kepada lahan sawit
akibat harga karet yang selalu berfluktuasi
dan tidak memihak kepada petani. Artinya,
bahwa hilirisasi perlu diintegrasikan antara
hulu, proses, dan hilir.
Penelitian ini menghasilkan tiga
tipologi kklaster produk hilirisasi karet yaitu :
1. Klaster HVLV cluster berdasarkan volume
tinggi dan volume rendah; 2. Klaster EMLM
berdasarkan pasar ekspor dan lokal, dan 3.
Klaster HMLM berdasarkan mulplier efek
tinggi dan rendah. Hubungan antar aktor
dalam implementasi kebijakan hilir karet
dipetakan berdasarkan peraturan atau
kelembagaan dan sistim insentif. Hubungan
interaksi antar aktor menunjukkan bahwa
petani adalah aktor yang memiliki posisi
tawar terendah dan tergantung dengan
keberpihakkan aktor lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Ahmed, M. T, M. Saleh, AF. Abdelkader, A.
Abdeelrahim. 2009. El Maghara Scenario A Seatch for Sustainablility and Equity : An Egyptian Case Study.
Balitbangda Provinsi Jambi. 2013. Kajian Pengembangan Industri Hilir di Provinsi Jambi.
Balitbangda Provinsi Jambi. 2017. Klasterisasi Industri Industri Hilir Produk Olahan Berbahan Baku Karet di Provinsi Jambi.
Bappeda Provinsi Jambi. 2013. RTRW Provinsi Jambi tahun 2013-2033.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2017. Jambi dalam Angka 2017.
Dinas Perindustrian Provinsi Jambi.2017. Buku Data Base Potensi Komoditi Industri Agro Tahun 2017.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2017. Statistik perkebunan 2017.
Dirjen Perkebunan Indonesia. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia.
Fauzi, A. 2017. Draf Buku Analisis Keberlanjutan. IPB, Bogor.
Godet, M. 1989. Effective Strategic Management the Prospective Approach. Journal Tecnology Analysis and Strategic Management. Volume 1, Issue 1, 1989, Page 45-56.
Godet, M. 2006. Creating Future : Scenario Planning as a Strategic Management tool, London, Economica.
Indonesia Investment.com. Diperoleh tanggal 15 Februari 2018 dari hhtps://www.indonesia.investmen.com.
Karyudi. 2017. Presentasi Seminar Hilirisasi Karet di Provinsi Jambi. Pusat Penelitian Karet Indonesia, Bogor.
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 830/Kpts/RC. 040/12/2016 tentang penetapan lokasi pengembangan kawasan perkebunan berbasis karet di Provinsi Jambi.
PP Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.
Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang peioritas pengembangan Industri karet dan plastik
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Permentan/OT.140/8/2008 tentang Pedoman Pengolahan dan
83 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
Pemasaran Bahan Olahan Karet (BOKAR).
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/MDAG/PER/10/2009 tentang Pengawasan Mutu Bahan Olah Komoditi Ekspor Standard Indonesian Rubber yang diperdagangkan.
Peraturan Gubernur Provinsi Jambi No. 15 Tahun 2016 tentang Petunjuk pelaksanaan pengolahan, pemasaran dan pengawasan bokar yang diperdagangkan di Provinsi Jambi.
Porter, M. 1998. Cluster and the new economics of competition, Harvard Business Review,vol.7,no.6, pp. 6-15
Seelig, T. 2017. Innovation & Entrepreneurship at Stanford. Author, What I Wish I Knew When I Was 20, inGenius, Creativity. Diperoleh tanggal 10 Oktober 2017 dari Rules http://www.tinaseelig.com/
www.kamusdata.com. Daftar 20 Negara Penghasil Karet Alam Terbesar di Dunia. Diperoleh Tanggal 20 September 2017.
Karakter Lanskap Untuk Ekowisata Pada Area Pasca Tambang Batubara Dusun Rantau Pandan, Muara Bungo, Provinsi Jambi – Andrianto Kusumoarto| 84
KARAKTER LANSKAP UNTUK EKOWISATA PADA AREA PASCA TAMBANG BATUBARA DUSUN RANTAU
PANDAN, MUARA BUNGO, PROVINSI JAMBI LANSKAP CHARACTER FOR ECOTOURISM IN POST COAL AREA, DUSUN RANTAU
PANDAN, MUARA BUNGO, JAMBI PROVINCE
Andrianto Kusumoarto
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer,
Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta Email: [email protected]
Abstract
Post-mining area in Dusun Rantau Pandan, Muara Bungo, Jambi Province have some very potential landscape character for ecotourism development. In addition, the location where the post-mining area is located has biodiversity. The aims of the study are to identify landscape character and landform type in post-mining area of Dusun Rantau Pandan for ecotourism. This research uses descriptive qualitative approach method through survey and interview, where conducted a series of stages, namely: 1) identification of landform and 2) identification of landscape character. The results showed scattered several types of landform such as level landform, convex landform, concave landform, ridge, valley. It also scattered some landscape characters in natural and build environments. Landscape character categories in the natural environment scattered in the area are vegetation area, river, hill land, bush area, shrub area, grassland, cliff, plain, while scattered in build environment is ex pond. mines and motorways. Landscape characters scattered in this area should be protected and modified for ecotourism purposes. Some of the ways are done such as the elimination of incongruous elements, accentuation of natural form, alteration of natural form, intensification and enhanced visual quality intensively. Keywords: Landscape Planning, Landscape Character, Post Mining Area, Ecotourism Planning
Abstrak
Area Pasca Tambang di Dusun Rantau Pandan, Muara Bungo, Provinsi Jambi memiliki karakter lanskap yang sangat potensial untuk pengembangan ekowisata. Selain itu lokasi dimana area pasca tambang ini berada memiliki keanekaragaman hayati. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakter lanskap dan tipe landform di area pasca tambang Dusun Rantau Pandan untuk ekowisata. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif melalui survai dan wawancara, dimana dilakukan serangkaian tahap, yakni : 1) identifikasi landform dan 2) identifikasi karakter lanskap. Hasil penelitian memperlihatkan tersebar beberapa tipe landform seperti landform datar, landform cembung, landform cekung, punggung bukit, lembah. Selain itu juga tersebar beberapa karakter lanskap pada lingkungan alam dan lingkungan buatan. Kategori karakter lanskap di lingkungan alami yang tersebar di area tersebut adalah area vegetasi, sungai, lahan bukit, area semak, area belukar, padang rumput, tebing, permukaan datar, sedangkan yang tersebar di lingkungan buatan adalah kolam eks. tambang serta jalur jalan kendaraan bermotor. Karakter lanskap yang tersebar di area ini seharusnya dilindungi dan dimodifikasi untuk tujuan ekowisata. Beberapa cara yang dilakukan seperti penghapusan elemen yang tidak sesuai, akesentuasi bentuk alami, alterasi bentuk alami, intensifikasi dan peningkatan kualitas visual secara intensif. Kata Kunci : Perencanaan Lanskap, Karakter Lanskap, Area Pasca Tambang, Perencanaan Ekowisata
PENDAHULUAN
Keterlibatan manusia dalam
pembangunan yang memanfaatkan sumber
daya alam, banyak mengakibat-kan
perubahan karakter lanskap sehingga
terjadi kerusakan dan kehancuran
ekosistem (Zonneveld dan Forman, 1989;
Waterman, 2009). Salah satu upaya
alternatif untuk melindungi sumberdaya dari
kerusakan karakter lanskap alami dan
85 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
mempertahankan kualitas estetikanya
adalah melalui ekowisata. Ekowisata
merupakan salah satu kegiatan wisata
terbatas yang dapat dilakukan di
lingkungan yang memiliki karakter lanskap
alami (nature landscape character), dimana
sumberdayanya juga dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan ekonomi.
Karakter lanskap suatu unit lanskap
merupakan suatu pola nyata dari elemen-
elemen yang terjadi secara konsisten di
dalam suatu tipe lanskap yang khusus,
dimana tercipta dari suatu bentukan
lanskap yang terbentuk dari aktivitas
manusia yang berinteraksi dengan lahan
dalam periode yang cukup lama. Dalam
masa ini terjadi perubahan yang terus
menerus yang berdampak terjadinya
kerusakan atau kehancuran ekosistem
melalui pembangunan yang tidak tepat
(Western, 2014). Karakter lanskap alami
dapat dikategorikan sebagai berikut :
pegunungan (mountain), bukit berpasir
(dune), padang rumput (praire), rawa
(swamp), danau (lake), laut (sea), aliran air
(stream), bukit (hill), tebing (canyon), hutan
(forest), sungai (river), lembah (valley),
kolam (pond), gurun (desert), dan
permukaan datar (plain) (Starke dan
Simonds, 2013)
Area eks. pertambangan batu bara di
Desa Rantau Pandan merupakan
pertambangan terbuka yang memiliki
karakter lanskap yang didominasi oleh
kolam eks. tambang batubara.
Keanekaragaman karakter lanskapnya
sangat potensial untuk pengembangan
ekowisata (geotourism). Kegiatan
ekowisata berbasis karakter lanskap di
pertambangan merupakan upaya yang
dapat memberikan keuntungan dalam
mengendalikan degradasi lingkungan,
melindungi sumberdaya alam, pendidikan,
konservasi keanekaragaman hayati dan
melindungi budaya serta memberikan
keuntungan ekonomi (Meletis dan
Campbell, 2007; Balmford et al., 2009;
Cobbinah, 2015; Dologlou dan Katsoni,
2016; Wang et al., 2016).
Area yang akan dikembangkan untuk
ekowisata berbasis karakter lanskap
membutuhkan penilaian, baik penilaian
terhadap komponen lanskap alami (natural
environment) maupun buatan manusia
(built environment). Hal ini disebabkan
karena setiap area lanskap kawasan
pertambangan mempunyai perbedaaan
karakter lanskap yang nyata sehingga
diharapkan dapat memberikan
perlindungan nilai karakter lanskap.
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan
identifikasi dan analisis kategori karakter
lanskapnya.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kategori karakter lanskap
pada eks pertambangan batubara di Desa
Rantau Pandan untuk pengembangan
ekowisata. Selain itu juga melakukan
identifikasi tipe landform.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian berada di kawasan
eks pertambangan batubara, di Desa
Rantau Pandan, Muara Bungo, Provinsi
Jambi.
Karakter Lanskap Untuk Ekowisata Pada Area Pasca Tambang Batubara Dusun Rantau Pandan, Muara Bungo, Provinsi Jambi – Andrianto Kusumoarto| 86
Gambar 1. Lokasi penelitian
Sumber : Google Earth (2016)
Jambi (Gambar 1). Penelitian
dilakukan pada bulan April 2017.
Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif melalui survai lapang dan
wawancara. Penelitian ini mengacu pada
pendekatan studi Starke dan Simonds
(2013); SNH dan TAC (2002). Penelitian ini
terdiri dari tiga tahap yaitu : 1) melakukan
identifikasi karakter lanskap; 2) melakukan
identifikasi landform, dan 3) analisis
kategori karakter lanskap.
1. Data Penelitian
Data yang dikumpulkan berupa data
primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil pengamatan langsung
di lokasi penelitian meliputi :
a. Data biofisik yang didapatkan melalui
pengamatan langsung adalah data
visual, kontur, kemiringan lahan, dan
groundcheck untuk tutupan dan
penggunaan lahan. Hasil pengolahan
data peta dasar, peta tematik dan citra
satelit yang telah divektorisasi menjadi
basis data spasial menggunakan
software ArcGIS 10.1.
b. Data pengamatan terhadap elemen-
elemen karakter lanskap. Pengecekan
posisi elemen dalam kawasan
dilakukan dengan menggunakan Global
Positioning System (GPS).
Pencermatan terhadap elemen-elemen
lanskap diarahkan untuk menentukan
karakter kunci (key character) yang
dapat menjadi andalan karakter
kawasan.
2. Analisis Data
Metode analisis yang digunakan
adalah analisis karakter lanskap. Analisis
klasifikasi karakter lanskap dengan
menggunakan analisis karakter lanskap
sebagaimana diungkapkan oleh Starke dan
Simonds (2013). Langkah yang dilakukan :
87 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
1) analisis karakter lanskap dan 2) analisis
tipe landform.
2.1. Analisis Karakter Lanskap
Peta karakter lanskap bersumber
dari citra satelit Landsat. Hasil unduhan
citra satelit landsat yang diperoleh memuat
berkas metadata dan berkas-berkas band,
selain itu citra telah tergeoreferensi pada
datum WGS 84 dan proyeksi UTM orientasi
utara (produk level 1). Dalam pemilihan
area pemotretan citra Landsat, digunakan
referensi worldwide reference system
(WRS) yang merupakan katalog data
Landsat. Berdasarkan hal tersebut, area
cakupan wilayah penelitian terdapat hanya
pada satu lembar (secene) yakni pada jalur
(path) 121 dan baris (row) 65. Selanjutnya
dilakukan proses sebelum klasifikasi (pre-
processing) yang mencakup koreksi
cakupan awan (cloud cover and clouds
shadow mask), konversi nilai digital menjadi
reflektan dan pemotongan citra. Kategori
karakter lanskap didasarkan pada Starke
dan Simonds (2013) sebagai berikut :
pegunungan (mountain), aliran air (stream),
bukit (hill), tebing (canyon), hutan (forest),
sungai (river), lembah (valley), kolam tailing
(tailing pond), dan permukaan datar (plain).
2.2. Analisis Tipe Landform
Tipe-tipe landform dianalisis
berdasarkan Booth (1983), yang terdiri dari
landform datar (level landform), landform
cekung (concave landform), landform
cembung (convex landform), ridge
(punggungan bukit), dan valley (lembah).
Tipe-tipe landform ini dianalisis melalui
pengamatan langsung di lokasi penelitian
untuk melihat kondisi yang aktual di lokasi.
Selain itu juga dilakukan perekaman lokasi
berupa foto-foto landform lokasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Umum
Lokasi eks tambang batubara ini
terletak di Dusun Rantau Pandan,
Kecamatan Rantau Pandan, Muarai
Bungo, Provinsi Jambi. Lokasi terletak
pada koordinat UTM LS 9817414 dan BT
0826732 Di lokasi ini tersebar jenis
tutupan lahan : kolam eks tambang, area
vegetasi, semak, belukar, padang rumput,
sungai, lahan terbuka, jalan setapak,
jaringan jalan kendaraan. Tutupan lahan
yang mendominasi area tersebut adalah
kolam eks tambang.
Berdasarkan hasil pengamatan di
lokasi, terlihat pemandangan lanskap yang
beragam (Gambar 2). Pemandangan yang
terlihat berupa bentangan kolam eks
tambang batubara, hamparan vegetasi,
hamparan semak dan belukar, hamparan
lumpur berpasir, tebing berbatu dan
hamparan rumput. Pemandangan tutupan
lahan ini berada pada ketinggian
permukaan dan landform yang berbeda-
beda.
Untuk mencapai lokasi ini, dapat berasal
dari Dusun Rantau Pandan melalui jalan
berbatu (Gambar 3). Akses jalan ini cukup
lebar untuk dilalui oleh kendaraan 2 (dua)
arah. Untuk memasuki area eks tambang
batubara terdapat jalan setapak (jalur
pejalan kaki, bekas jalan kendaraan truk
angkutan batubara).
Karakter Lanskap Untuk Ekowisata Pada Area Pasca Tambang Batubara Dusun Rantau Pandan, Muara Bungo, Provinsi Jambi – Andrianto Kusumoarto| 88
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 2. Pemandangan di lokasi pasca tambang batubara (a) hamparan rumput ; (b) semak dan belukar; (c) tebing batu; (d) kolam eks tambang
batubara; (e) vegetasi; (f) lumpur berpasir
(a) (b)
Gambar 3. Aksesibilitas ke area pasca tambang batubara (a) Jalan kendaraan bermotor; (b) Jalan setapak
2. Identifikasi Karakter Lanskap
Di lokasi area eks tambang batubara
ini tersebar beberapa karakter lanskap
pada lingkungan alam dan lingkungan
buatan. Kategori karakter lanskap di
lingkungan alami yang tersebar di area
tersebut adalah area vegetasi, sungai,
lahan bukit, area semak, area belukar,
padang rumput, tebing batu, permukaan
datar (Gambar 4), sedangkan yang
tersebar di lingkungan buatan adalah
kolam eks. tambang serta jalur jalan
kendaraan bermotor (Gambar 5). Area
vegetasi umumnya berada pada lokasi
perbukitan, sungai umumnya berada pada
lokasi cekungan, area semak dan belukar
umumnya berada pada lokasi perbukitan
dan datar, padang rumput umum berada
pada lokasi datar, tebing batu umumnya
berada pada lokasi perbukitan. Area kolam
eks tambang umumnya berada pada lokasi
89 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
cekungan. Jalur jalan umumnya berada pada lokasi datar.
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g) (h)
Gambar 4. Karakter lanskap lingkungan alami
(a)area vegetasi; (b) sungai; (c) lahan berbukit; (d) semak; (e) belukar; (f) padang rumput; (g) tebing; (h) permukaan datar
(a) (b)
Gambar 5. Karakter lanskap lingkungan buatan
(a) kolam eks tambang; (b) jalan kendaraan
3. Identifikasi Landform
Berdasarkan hasil pengamatan di
lokasi, tipe-tipe landform yang tersebar di
lokasi terdiri dari landform datar (level
landform), landform cekung (concave
landform), landform cembung (convex
landform), dan ridge (punggungan bukit)
(Gambar 6). Landform ini terbentuk secara
Karakter Lanskap Untuk Ekowisata Pada Area Pasca Tambang Batubara Dusun Rantau Pandan, Muara Bungo, Provinsi Jambi – Andrianto Kusumoarto| 90
alami maupun terbentuk saat kegiatan
penambangan batubara. Kolam eks
tambang merupakan landform buatan yang
mendominasi area.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 6. Tipe-tipe landform pada area pasca tambang batubara (a) landform datar; (b) landform cekung; (c) landform cembung; (d) ridge
91 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
4. Analisis Karakter Lanskap Untuk
Ekowisata
Ekowisata merupakan suatu model
pengembangan wisata yang menghargai
kaidah-kaidah alam dengan melaksanakan
program pembangunan dan pelestarian
secara terpadu antara upaya konservasi
sumberdaya alam dengan pengembangan
ekonomi masyarakat secara berkelanjutan
(Buchsbaum, 2004; Gunn, 1994; Avenzora,
2008). Upaya mewujudkan lokasi eks
tambang batubara di Dusun Rantau Pandan
untuk ekowisata merupakan salah satu
upaya dalam melakukan perlindungan
(proteksi), pelestarian dan konservasi
terhadap sumberdaya alam. Karakter
lanskap yang perlu diproteksi adalah kolam
eks tambang batubara, lahan berbukit, dan
area vegetasi, sedangkan lokasi yang perlu
dikonservasi adalah area semak, area
belukar, padang rumput, tebing batu dan
permukaan datar. Karakter lanskap sungai
merupkan area yang perlu dilestarikan.
Jalan kendaraan merupakan jalur
aksesibilitas ke arah kolam eks tambang,
area yang perlu dilindungi.
Keseluruhan karakter lanskap yang
ada di lokasi ini dapat digunakan untuk
kegiatan ekowisata, sehingga perlu
dilakukan kegiatan proteksi dan modifikasi
terhadap karakter lanskap tersebut. Ruang
utama yang menjadi point of interest dalam
ekowisata adalah kolam eks tambang
batubara. Beberapa karakter lanskap yang
perlu dilakukan modifikasi adalah area
semak, area belukar, tebing batu,
permukaan datar, area vegetasi, lahan
berbukit.
5. Proteksi dan Modifikasi Karakter
Lanskap
Proteksi terhadap karakter lanskap
dimaksudkan untuk melakukan
perlindungan fisik lahan dan proteksi
pemandangan yang baik. Kegiatan
modifikasi terhadap karakter lanskap yang
dimaksud adalah melakukan penghapusan
elemen yang tidak sesuai, aksentuasi
bentuk alami, penghancuran bentuk alami,
alterasi bentuk alami, intensifikasi dan
peningkatan kualitas visual secara intensif
(Tabel 1).
Karakter lanskap yang perlu
diproteksi adalah area vegetasi, area
kolam eks tambang, area sungai dan area
berbukit. Karakter lanskap yang perlu
dilakukan penghapusan elemen yang tidak
sesuai adalah area semak, area belukar,
dan area tebing batu. Karakter lanskap
yang perlu dilakukan aksentuasi bentuk
alami adalah area vegetasi, area
permukaan datar, area sungai, dan area
lahan berbukit. Karakter lanskap yang perlu
dilakukan alterasi bentuk alami adalah area
semak, area belukar, area lahan berbukit,
dan area tebing batu. Karakter lanskap
yang perlu dilakukan intensifikasi adalah
area vegetasi, area kolam eks tambang,
area padang rumput, area permukaan
datar, dan area lahan berbukit.
Karakter lanskap yang perlu
dilakukan peningkatan kualitas visual
secara intensif adalah area vegetasi, area
Karakter Lanskap Untuk Ekowisata Pada Area Pasca Tambang Batubara Dusun Rantau Pandan, Muara Bungo, Provinsi Jambi – Andrianto Kusumoarto| 92
kolam eks tambang, area padang rumput,
area permukaan datar, area sungai, area
lahan berbukit, dan area tebing batu. Tidak
karakter lanskap yang dilakukan
penghancuran bentuk alami. Proteksi dan
modifikasi untuk tujuan ekowisata
merupakan arahan untuk memandu
kegiatan perencanaan dan desain
selanjutnya.
Tabel 1. Proteksi dan modifikasi karakter lanskap lokasi eks tambang batubara No Karakter
Lanskap Proteksi Penghapusan
elemen yang tidak sesuai
Aksentuasi bentuk alami
Penghancuran bentuk alami
Alterasi bentuk alami
Intensifikasi Peningkatan kualitas visual secara intensif
1. Minor Feature
a. Area vegetasi
v v v v
b. Kolam eks tambang
v v v
c. Area padang rumput
v v
d. Area semak
v v
e. Area belukar
v v
f. Permukaan datar
v v v
2. Mayor
Feature
a. Sungai v v v
b. Lahan
berbukit v v v v v
c. Tebing batu
v v v
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Lokasi eks pertambangan batubara
di Dusun Rantau Pandan merupakan
pertambangan terbuka memiliki karakter
lanskap yang beragam sebagai suatu
sumberdaya lanskap yang sangat potensial
untuk pengembangan ekowisata. Karakter
lanskap yang perlu diproteksi adalah kolam
eks tambang batubara, lahan berbukit, dan
area vegetasi, sedangkan lokasi yang perlu
dikonservasi adalah area semak, area
belukar, padang rumput, tebing batu dan
permukaan datar. Karakter lanskap sungai
merupakan area yang perlu dilestarikan.
Jalan kendaraan merupakan jalur
aksesibilitas ke arah kolam eks tambang,
area yang perlu dilindungi.
Saran
Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk
membuat konsep desain lanskap untuk
ekowisata pada area pasca tambang
batubara Dusun Rantau Pandan, Muara
Bungo, Provinsi Jambi sebagai suatu
model.
93 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada Badan Penelitian Pengembangan
Daerah (Balitbangda) Provinsi Jambi yang
telah banyak membantu hingga selesainya
penelitian ini, serta Perpustakaan IPB yang
telah menyediakan fasilitas online untuk
mencati literatur jurnal dan ebook.
DAFTAR PUSTAKA
Avenzora R 2008. Ekoturisme : Evaluasi tentang Konsep. Avenzora R, editor. NAD-Nias (ID): BRR NAD-Nias.
Blamford A, Beresford J, Green J, Naidoo R, Walpole M and Manica A 2009 A Global Perspective on Trends in Nature-Based Tourism. Plos Bio. vol 7 eds 2 pp 1-6 doi: 10.371/ journal.pbio1000144.
Booth NK. 1983. Basic Element of Landscape Architectural Design. (Illinois (NY): Waveland Press, Inc).
Buchsbaum BD. 2004. Ecotourism and Sustainable Development in Costa Rica. Virginia Polytenic and State University. USA
Cobbinah PB. 2013. Contextualising the meaning of ecotourism. Tour. Management Perspectives. vol 16 eds 3-4 pp 179-189. doi: 10.106/ j.tmp.2015.07.015.
Dologlou N and Katsoni V. 2016. Ecotourism in Protected Area, A Literatur Review. Ecotour. Paper Series. vol 38 eds 3 pp 1-20.
Forrester JW. 1968. Principles of Systems. (Massachusetts: Wright-Allen Press
Inc).
Gunn CA. 1994. Tourism Planning Basics, Concepts, Cases, Third Edition.
London (UK) : Taylor & Francis Ltd).
Meletis ZA dan Campbell LM. 2007. Call It Consumption ! Re-Conceptualizing Ecotourism as Consumption and Consumtive Geo. Compass vol 1 eds 4 pp 850-870 doi:10.1111/j.1749-8198.2007.00048.x.
[SNH dan TCA] Scottish Natural Heritage dan The Countryside Agency. 2002. Landscape Character Assessment : Techniques and Criteria for Judging Capacity and Sensitivity.
http://www.countryside.gov.uk/cci/guidance and http://www.snh.org.uk/ strategy/LCA. Diunduh tanggal 3 Juni 2014 pp 20.
Starke BW dan Simonds JO. 2013. Landscape Architecture : A Manual of Environmental Planning and Design (United Stated of America (ID) : McGraw-Hill Education LLC).
Wang L E, Zhong L, Zhang Y and Zhou B. 2014. Ecotourism Environmental Protection Measures and Their Effects on Protected Area in China. Sustainability vol 6 eds 3. pp 6781-6798. doi: 10.3390/su6106781.
Waterman T. 2009. The Fundamental Landscape Architecture (London (UK): AVA Publ).
Western A. 2014. The Landscape Character Of Derbyshire (English:
Derbyshire Country Council).
Zonneveld IS dam Forman RTT. 1989. Changing Landcape : An Ecological Perspective (New York (ID): Springer-
Verlag Inc).
94 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
STRATEGI SUMBER DAYA MANUSIA: STUDI EKSPLORASI DI MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA JAGAT RAYA, DESA
KEDONGDONG, KABUPATEN CIREBON-INDONESIA HUMAN RESOURCE STRATEGY: EXPLORATION STUDY IN MADRASAH TSANAWIYAH
PRIVATE VOCATIONAL SCHOOL, JAGAT RAYA, DESA KEDONGDONG, CIREBON-INDONESIA DISTRICT
Nurkholifatul Maula
Universitas Negeri Yogyakarta
Kampus Karangmalang-Jl. Colombo No. 1 Depok, Sleman Yogyakarta Email: [email protected]
Abstract
The polemic of private schools has quite been a debate in Indonesia. There are many private schools with good quality in Indonesia that make their existence beat the public schools. However, it is inversely proportional to the private school in the village. Private schools in the village are quite alarming.This study aims to describe about human resources strategy in Jagat Raya school and the effect of human resources strategy on the school development. This study employed exploratory methods. In this case, the exploratory methods used to were interview methods, observation and document studies. This first objective was done by conducting interviews and direct observation. The second objective of this study was conducted by using document review. The result of this research, in terms of organization, on vision and mission planning, was conducted by discussing together with the teachers at school. The impact of the human resource strategy, in terms of the student quality during the last five years is quite increasing, and the national exam scores are quite improving from year to year. However, it is inversely proportional to the decreased number of students who enter each year. This condition is quite critical for the sustainability of the school.
Keywords: Human Resources Strategy, Privat School, Student, Teacher.
Abstrak Polemik sekolah swasta selama ini cukup menjadi perdebatan di Indonesia.Cukup banyak sekolah swasta yang memiliki kualitas bagus di Indonesia, hingga eksistensinya pun mengalahkan sekolah negeri. Akan tetapi, hal itu berbanding terbalik dengan sekolah swasta di desa. Sekolah swasta di desa cukup memprihatinkan.Penelitian ini bertujuan untuk mndeskripsikan mengenai startegi sumberdaya manusia di MTs Jagat Raya dan dampak dari strategi sumberdaya manusia terhadap perkembangan sekolah. Pada hal ini, metode eksploratori digunakan dengan metode wawancara, observasi, dan kajian-kajian dokumen.Tujuan pertama ini, dengan melakukan wawancara dan observasi langsung.Tujuan kedua penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kajian dokumen. Adapun hasil dari penelitian ini adalah dalam hal organization, pada perencanaan visi dan misi, dilakukan dengan musyawarah bersama dengan guru-guru di sekolah.Adapun dampak dari strategi sumber daya manusia tersebut, dari segi kualitas siswa nya selama lima tahun terakhir cukup meningkat, dan nilai ujian nasionalnya cukup membaik dari tahun ke tahun. Akan tetapi, hal ini berbanding terbalik dengan jumlah siswa yang masuk setiap tahunnya mengalami penurunan. Hal ini cukup kritis untuk keberlanjutan sekolah tersebut.
Kata Kunci: Strategi sumber daya manusia, sekolah swasta, siswa, guru.
PENDAHULUAN
Eksistensi sekolah swasta semakin
meningkat di era modernisasi sekarang.
Serta menjamurnya sekolah-sekolah swasta
di setiap desa memudahkan akses
pendidikan bagi masyarakat desa. Akhir-
akhir ini pun, banyak sekolah swasta yang
memliki reputasi dan kualitas yang cukup
baik. Akan tetapi, sebagian besar dari
sekolah swasta tersebut hanya mampu
dirasakan oleh masyarakat kalangan atas.
Dikarenakan biaya yang cukup tinggi.
Strategi Sumber Daya Manusia: Studi Eksplorasi Di Madrasah Tsanawiyah Swasta Jagat Raya, Desa
Kedongdong, Kabupaten Cirebon-Indonesia- Nurkholifatul Maula | 95
Kasus lain pada sekolah swasta di
desa yang mayoritas memang memiliki
pembiayaan yang sangat murah, bahkan
gratis. Sekolah tersebut menjadi sebuah
alternatif bagi masyarakat desa untuk
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih
tinggi. Akan tetapi, mayoritas sekolah
swasta yang seperti itu berbanding lurus
dengan kualitas sekolah. Faktanya, masih
cukup banyak sekolah swasta di Indonesia
yang mengalami krisis siswa dengan
adanya jumlah siswa yang semakin
menurun dari tahun ketahun. Berdasarkan
hasil dari observasi langsung peneliti, salah
satu contoh eksistensi sekolah swasta di
wilayah Yogyakarta yang mengalami krisis
jumlah siswa. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya prestasi siswa dan masyarakat
menilai bahwa sudah banyak sekolah
swasta yang memiliki kualitas bagus.
Sehingga masyarakat lebih memilih sekolah
swasta yang telah memiliki eksistensi baik
dimata masyarakat.
Berdasarkan problematika diatas, hal
tersebut tidak sejalan dengan penelitian dari
James Tooley (2009) mengenai sekolah
swasta di India yang memberikan pelayanan
bagus dengan biaya yang sangat rendah.
Hal yang cukup mengagetkan dari penelitian
James Tooley ialah sekolah swasta di India
dengan sarana prasarana sekolah yang
sama sekali tidak memadai, bahkan ada
beberapa sekolah hanya memiliki satu
ruangan serta hampir roboh dan memang
mayoritas sekolah swasta murah di India
cukup sangat memprihatinkan jika dilihat
secara fisik. Namun, hal yang menjadi
paling optimis ialah semangat guru dan
semangat siswa di dalamnya. guru – guru di
sana memiliki semangat untuk terus
memberikan pengajaran terbaik meski
memiliki gaji kecil. Begitupun juga dengan
semangat siswa dan prestasi mereka yang
cukup mengagumkan. Melihat output yang
bagus, masyarakat India lebih mempercayai
anaknya untuk disekolahkan di sekolah
swasta jika dibandingkan dengan sekolah
negeri.
Akhir-akhir ini, sekolah swasta
menjadi kompetitor sekolah negeri. Seiring
dengan permintaan masyarakat yang lebih
mementingkan kualitas sekolah meskipun
berbiaya tinggi. Tetapi, masih banyak juga
sekolah swasta yang menyediakan
pelayanan bagus dengan biaya murah.
Pada dasarnya, fenomena sekolah swasta
diIndonesia sebagai upaya untuk peme-
rataan pendidikan bagi seluruh siswa.
Terlebih siswa miskin. Seperti yang dilansir
dari berita detik.com (diakses pada tanggal
3 Januari 2018) kepala Dinas Pendidikan
Jawa Barat sudah ditetapkannya kuota
miskin bagi masing-masing sekolah swasta.
Merujuk pada hasil penelitian dari
James Tooley mengenai kondisi sekolah
swasta di India, sangat berbanding terbalik
dengan kondisi sekolah swasta di Indonesia.
Berdasarkan observasi pribadi peneliti,
salah satu sekolah swasta di kota
Yogyakarta mengalami krisis siswa di-
karenakan sekolah swasta yang sulit untuk
beradaptasi dengan perubahan kebijakan
pemerintah. Berbagai berita mengenai krisis
siswa di sekolah swasta pun akhir-akhir ini
96 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
menjadi sebuah eksistensi baru serta
tantangan yang cukup riskan bagi sekolah
swasta.
Merujuk kembali pada berita
mengenai jumlah siswa di sekolah swasta
yang semakin menurun di daerah cirebon
yang dilansir dari kabar-cirebon.com
(diakses pada tanggal 3 Januari 2018)
sebanyak 14 SMA dan 27 SMK swasta di
Cirebon mengalami kondisi sama dengan
jumlah calon siswa masih dibawah 100.
Bahkan masih ada sekolah yang baru hanya
menerima 12 siswa. Hal tersebut membuat
sekolah swasta merasa resah terhadap
kelanjutan sekolah tersebut.
Berdasarkan berbagai permasalahan
yang telah dipaparkan diatas, eksistensi
sekolah swasta tidak terlepas dari
kepemimpinan suatu kepala sekolah atau
manajer. Sekolah merupakan suatu sistem
yang terdiri dari input, proses, dan output,
yang mana pada semua sistem tersebut
intinya yaitu mengolah suatu sumber daya
manusia. Dalam mengolah sumber daya
manusia, tentunya bukan suatu pekerjaan
yang mudah bagi suatu lembaga. Melainkan
tantangan dan suatu permasalahan yang
serius bagi lembaga tersebut.
Merujuk pada pendapat dari
Mahapatro (2010) mengungkapkan
pentingnya sebuah manajemen sumber
daya manusia.
“The human resources are assuming increasing significance in modern organizations. Obviously, majority of the problem organizational setting are human and social rather than physical, technical or economic. The significance of human
resources can be examined from time to time.”
Berdasarkan pendapat dari
Mahapatro, sumber daya manusia
berpengaruh secara signifikan dalam
peningkatan organisasi modern. Karena
sebagian besar masalah pengaturan
organisasi ialah manusia dibandingkan
secara fisik dan mekanik. Organisasi
modern lebih berfokus pada kualitas dan
efektivitas suatu sumber daya manusia di
suatu lembaga. Manajemen sumber daya
manusia yang baik, akan menghasilkan
suatu kinerja yang baik pula. Sehingga
dapat meningkatkan kualitas dan eksistensi
sebuah lembaga atau organisasi.
Pada kemajuan zaman saat ini,
mulai berkembang suatu disiplin ilmu yang
membahas mengenai strategi sumber daya
manusia bagi pemimpin atau kepala
sekolah. Pada dasarnya strategi merupakan
suatu cara untuk menyusun kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan suatu
organisasi untuk mencapai tujuannya.
Strategi sumber daya manusia merupakan
suatu strategi yang digunakan untuk
mengelola dan mengatur sumber daya
manusia yang ada di suatu lembaga
pendidikan.
Berdasarkan pendapat dari Michael
Armstrong (2006) definisi strategi sumber
daya manusia ialah sebagai berikut:
“Strategic Human Resources Management (HRM) is a process that involves the use of overarching aproaches to the development of HR strategies, which are integrated vertically with the bussines strategy and horizontally with one another. These
Strategi Sumber Daya Manusia: Studi Eksplorasi Di Madrasah Tsanawiyah Swasta Jagat Raya, Desa
Kedongdong, Kabupaten Cirebon-Indonesia- Nurkholifatul Maula | 97
strategies define intentions and plans related to overall organizational considerations, such as organizational effectiveness, and to more specific aspects of people management, such as resourcing, learning, and development, reward and employee relations.”
Berdasarkan penjelasan dari
Armstrong, strategi sumber daya manusia
melibatkan seluruh elemen yang ada pada
lembaga pendidikan. Adapun cakupan dari
strategi sumber daya manusia yaitu dimulai
dari rencana pertimbangan organisasi
secara keseluruhan, keefektifan organisasi,
dan aspek pengelolaan sumber daya
seperti: sumber daya, pembelajaran,
pengembangan, penghargaan dan
hubungan karyawan.
Merujuk pada aspek-aspek yang ada
pada strategi sumber daya manusia,
tentunya menjadi sebuah keharusan suatu
sekolah swasta untuk memperbaiki secara
internal lembaganya. Hal tersebut bertujuan
juga untuk mempertahankan eksistensinya
dalam menghadapi krisis jumlah siswa yang
semakin menurun.
Sejalan dengan berita terkait di
kabupaten Cirebon yang menyatakan
bahwa tantangan sekolah swasta saat ini
ialah dengan jumlah siswa yang semakin
menurun. Salah satu sekolah swasta yang
dijadikan sampel pada penelitian ini ialah
sekolah swasta Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Jagat Raya di desa Kedongdong,
kecamatan Susukan, kabupaten Cirebon.
Sekolah tersebut mengalami krisis jumlah
siswa yang semakin menurun. Siswa yang
ada pada sekolah MTs Jagat Raya hanya
berasal dari wilayah sekitar atau dari desa
Kedongdong dan sekitarnya saja. Penelitian
ini penting dilakukan untuk mengetahui
bagaimana cara MTs Jagat Raya melaku-
kan strategi sumber daya manusia di
sekolah tersebut dan dampak dari strategi
sumber daya manusia yang dipakai oleh
kepala sekolah MTs Jagat Raya terhadap
perkembangan MTs Jagat Raya.
Penelitian mengenai strategi sumber
daya manusia sangat penting dilakukan
pada sekolah swasta. Hal ini berguna bagi
sekolah swasta lainnya untuk mengembang-
kan strategi sumber daya manusia yang
dipakainya. Penelitian ini sejalan dengan
pendapat dari Michelsen and Wells (2017)
menyatakan bahwa selama tahun 1990 an,
UNESCO telah mengidentifikasi beberapa
hal yang mempengaruhi berkelanjutannya
suatu sekolah atau sekolah tersebut ber-
tahan pada eksistensinya. Diantara hal yang
mempengaruhi tersebut ialah: istitusi dan
pendidik yang merupakan kunci utama.
UNESCO telah mengembangkan
guru-guru dan orientasi pelatihan para guru
yang hanya bertujuan untuk meningkatkan
kualitas guru sehingga dapat memper-
tahankan eksistensi suatu sekolah. Orientasi
guru-guru erat kaitannya dengan strategi
sumber daya manusia yang dilakukan oleh
kepala sekolah.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti meng-
gunakan model eksploratori studi dengan
pendekatan kualitatif deskriptif. Merujuk
pendapat dari Sulipan (2010) penelitian eks-
ploratori bertujuan untuk mengeksplor
98 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
segala informasi atau aktivitas yang
menyangkut tema penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan disatu seko-
lah yaitu MTs Jagat Raya di desa Kedong-
dong, kecamatan Susukan, kabu-paten
Cirebon. Peneliti memilih MTs Jagat Raya
dikarenakan beberapa alasan, yaitu: MTs
Jagat Raya merupakan salah satu MTs
Swasta yang berada di desa dan sedang
mengalami masa kritis karena jumlah siswa
yang fluktuatif, serta siswa yang hanya
berasal dari sekitar desa tersebut. Karena
hal ini perlu adanya penelitian mendalam
mengenai strategi sumber daya manusia
yang dipakai pada MTs Jagat Raya dan
dampaknya terhadap kualitas serta
eksistensi sekolah. Hasil dari penelitian ini
pun dapat digunakan sebagai perbaikan
strategi sumber daya manusia di sekolah
swasta.
Penelitian ini dilakukan selama tiga
bulan. Dimulai pada tanggal 3 Juni 2017
sampai dengan 10 Agustus 2017. Bulan
Juni peneliti melakukan pra riset atau
observasi secara menyeluruh, pada bulan
Juli, peneliti melakukan riset dari hasil
observasi umum MTs Jagat Raya, dan pada
bulan Agustus peneliti melakukan analisis
serta membuat laporan.
Adapun teknik pengumpulan data,
peneliti menggunakan beberapa teknik.
Diantaranya yaitu: wawancara, observasi
atau pengamatan langsung, dan studi
literatur berdasarkan dokumen-dokumen
primer maupun sekunder. Wawancara
langsung bertujuan untuk mencari informasi
mengenai strategi yang dilakukan oleh
kepala sekolah, dan wawanacar pun
dilakukan untuk mengetahui respon dan
keadaan sebenarnya dari para guru dan
siswa. Observasi dilakukan guna mengamati
kegiatan keseluruhan dari kegiatan belejar
mengajar, serta kegiatan keseharian di
sekolah. Kajian dokumen primer ini
digunakan pada dokumen-dokumen dari
MTs Jagat Raya yang meliputi: profil MTs
Jagat Raya, dokumen guru dan siswa.
Dokumen tersebut bertujuan sebagai
pendukung dan bahan untuk menyelaraskan
serta mengukur ketercapaian MTs Jagat
Raya berdasarkan strategi sumber daya
manusia yang dpakai.
Analisis data pada penelitian ini
dengan menggunakan metode Miles and
Huberman (1994) dalam Creswell
(2015:252) menyatakan bahwa Miles and
Huberman menyediakan langkah yang lebih
detail dalam proses tersebut.
Selain menggunakan analisis Miles
and Huberman, peneliti juga menggunakan
teknik analisis SWOT (Strengths,
Weakness, Opportunities, dan Threats).
Dikutip dari Fajar Nur’ani (2016,7) adapun
pengertian dari teknik analisis SWOT
merupakan suatu metode yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths),
kelemahan (weakness),peluang
(opportunities), dan ancaman (threats)
dalam suatu spekulasi lembaga. Beberapa
ahli menyebutkan bahwa analisis SWOT
merupakan sebuah instrumen perencanaan
strategik klasik yang memberikan cara
sederhana untuk memperkirakan cara
terbaik dalam menentukan sebuah strategi.
Strategi Sumber Daya Manusia: Studi Eksplorasi Di Madrasah Tsanawiyah Swasta Jagat Raya, Desa
Kedongdong, Kabupaten Cirebon-Indonesia- Nurkholifatul Maula | 99
Lebih dalam lagi, Sugiyono (2016:337)
menjelaskan mengenai metode analisis
Miles and Huberman bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas. Adapun langkah-
langkah dalam metode Miles and Huberman
yaitu: periode pengumpulan data, reduksi
data, display data, dan kesimpulan atau
verifikasi.
Adapun langkah-langkah pengem-
bangan metode Miles and Huberman pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Tahap pengumpulan data
Tahap pengumpulan data, peneliti mela-
kukan wawancara dan menggali
beberapa informasi dari dokumen serta
melakukan observasi mengenai strategi
sumber daya manusia di MTs Jagat
Raya.
2. Reduksi Data
Setelah mendapatkan banyak data,
peneliti mereduksi data-data yang
didapat dari pengumpulan data yang
sesuai dengan tema penelitian. Pada
tahap ini, peneliti memilih data-data
pokok dan membuang yang tidak perlu.
3. Penyajian Data
Pada penyajian data dilakukan dalam
bentuk uraian singkat sesuai dengan
rumusan masalah yang telah ditentukan.
Setelah penyajian data, akan dicermati
dan dipahami oleh peneliti, hal itu
digunakan untuk menentukan langkah
selanjutnya.
4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi data
Pada satu tahap ini, peneliti menarik
kesimpulan sementara. Karena
kesimpulan tersebut akan diverifikasi
kebenarannya dan disesuaikan dengan
bukti-bukti yang ada. Begitupun
selanjutnya, akan terjadi interaksional
antara langkah-langkah tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
STRATEGI SUMBER DAYA MANUSIA DI
MTs JAGAT RAYA
Pada strategi sumber daya manusia
di MTs jagat Raya, terdapat beberapa
variabel yang menjadi landasan utama pada
penelitian ini. diantaranya yaitu: visi dan misi
sekolah, strategi kepala sekolah dan
kesesuaian visi, misi, serta strategi dengan
kedaan di sekolah. Strategi sumber daya
manusia mencakup beberapa hal yaitu:
rekrutmen guru dan pengembangan guru.
Sebelum membahas lebih jauh
mengenai strategi sumber daya manusia di
MTs Jagat Raya, penting untuk diketahui
mengenai profil jelas dari MTs Jagat Raya.
Hal ini untuk melihat adanya konsistensi
antara visi dan misi serta strategi yang
dilakukan oleh kepala sekolah.
MTs jagat Raya pada awal berdirinya
tidak terlepas dari perkembangan pondok
pesantren Jagat Raya. Yayasan pondok
pesantren Jagat Raya telah didirikan pada
tahun 1995, pada mulanya mendirikan
taman kanak-kanak dan lembaga sosial
anak. Memperhatikan animo masyarakat
pada waktu itu yang cukup baik tentang
pendidikan agama di wilayah desa
Kedongdong, akhirnya didirikanlah MTs
100 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
Jagat Raya pada tahun 2002, hingga
sekarang akreditasi MTs Jagat Raya sangat
baik atau dikonversikan menjadi nilai “A”.
Artinya, MTs Jagat Raya telah memenuhi
delapan standar nasional pendidikan.
Adapun visi dari MTs jagat Raya
ialah dengan berpedoman pembentukan
akhlakul karimah, mewujudkan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Jagat Raya sebagai MTs
Kebanggaan masyarakat. Bukan hanya
menyusun sebuah visi yang masih mentah,
akan tetapi MTs Jagat Raya menyusun
beberapa indikator dari visi tersebut.
Diantara indikatornya ialah:
1. Terbentuknya pribadi yang berilmu dan
berprestasi akademik serta non
akademik sebagai bekal melanjutkan
ke pendidikan yang lebih tinggi dan
hidup mandiri.
2. Terbentuknya pribadi yang berakhlak
mulia, disiplin dan bertakwa kepada
Allah SWT.
3. Terbentuknya pribadi yang cerdas dan
berwawasan luas, serta mampu
mengaktualisasikan diri kepada
masyarakat.
Usaha dalam mewujudkan suatu visi
tentunya harus adanya misi yang dilakukan
oleh sekolah. Diantara misi tersebut ialah
sebagai berikut:
1. Guru menyambut siswa setiap hari
2. Guru memberikan kosa kata bahasa
Inggris kepada siswa setiap hari
3. Melaksanakan evaluasi hasil kegia-tan
siswa setiap minggu
4. Melaksanakan pembiasaan siswa
untuk mengucapkan salam kepada
guru pada saat memasuki ruangan
belajar dan ruangan lainnya.
5. Melaksanakan kegiatan kebersihan di
lingkungan madrasah secara
bersama-sama siswa setiap hari
sabtu.
Selain visi dan misi yang dibentuk
oleh sekolah, secara rinci pun MTs Jagat
Raya telah mengidentifikasi beberapa tujuan
dari visi dan misi yang telah dibuat. Diantara
tujuan tersebut yaitu:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas
lulusan yang dapat diterima di
lembaga pendidikan jenjang yang
lebih tinggi.
2. Meningkatkan potensi akademik dan
non akademik peserta didik.
3. Membekali keterampilan hidup yang
dapat dimanfaatkan oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengaktualisasikan kehidupan yang
religius di lingkungan madrasah yang
ditandai dengan perilaku sholih, ikhlas,
tawadhu, kreatif dan mandiri.
5. Membekali wawasan bahasa Inggris
peserta didik dalam menghadapi era
globalisasi dan kemajuan teknologi.
6. Memfasilitasi pengembangan profesi
pendidik dan tenaga kependidikan.
7. Meningkatkan pelayanan prima dan
kemampuan guru dalam pembe-
lajaran.
8. Meningkatkan standar ketuntasan
belajar, prestasi dan hasil ujian
nasional setiap tahunnya.
9. Meningkatkan kemampuan guru dan
Strategi Sumber Daya Manusia: Studi Eksplorasi Di Madrasah Tsanawiyah Swasta Jagat Raya, Desa
Kedongdong, Kabupaten Cirebon-Indonesia- Nurkholifatul Maula | 101
siswa dalam pemanfaatan teknologi
sebagai sumber belajar.
10. Mengembangkan berbagai wadah/
program penghayatan dan penga-
laman agama.
Melakukan sebuah strategi sumber daya
manusia, harus disesuaikan dengan visi dan
misi yang dibuat oleh sekolah. Adapun
cakupan dari strategi sumber daya manusia
diantaranya ialah: visi dan misi sekolah,
peraturan-peraturan yang ada di sekolah,
rekrutmen guru dan karyawan, serta ujian
masuk sekolah bagi siswa SD, pelatihan
guru, serta program-program kerja yang
telah dibuat oleh kepala sekolah.
Dalam menunjang visi dan misi sekolah,
ada beberapa program kerja yang telah
disusun oleh kepala sekolah beserta guru-
guru yang ada di MTs Jagat Raya. Berikut
beberapa program kerja pada tahun
2016/2017. Penyusunan program kerja telah
dilakukan secara sistematis yaitu dengan
menyusun program kerja jangka pendek,
mengah, dan jangka panjang. hal tersebut
sesuai dengan pendapat dari Hamiyah dan
Jauhar (2015:38) menyatakan bahwa suatu
program kerja harus disesuaikan dengan
misi yang akan dicapai serta disusun secara
sistematis (jangka pendek, mengah, dan
jangka panjang). deskripsi program kerja
jangka pendek yaitu program kerja
mencakup pada program kerja harian,
mingguan, dan bulanan, sedangkan
program kerja jangka mengah yaitu program
kerja setiap satu semester atau selama
enam bulan. Program kerja jangka panjang
yaitu program kerja yang dilakukan selama
dua semester atau satu tahun.
Adapun program kerja jangka pendek
dibagi menjadi tiga. Yaitu program kerja
harian, mingguan, dan bulanan. Adapun
program kerja tersebut dapat digambarkan
melalui tabel berikut:
Tabel 1 Program Kerja
Jenis Program Kerja
Keterangan
Memeriksa daftar hadir guru dan tenaga kependidikan
terlaksana
Mengatur dan memeriksa kegiatan 9K di Madrasah
Terlaksana
Memeriksa program pengajaran
Tidak konsisten
Menyelesaikan administratif guru
Terlaksana
Mengatasi hambatan terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar
Tidak konsisten
Mengatasi kasus yang terjadi pada hari ini
Terlaksana
Memeriksa segala sesuatu menjelang kegiatan madrasah selesai
Terlaksana
Melaksanakan supervisi kegiatan belajar mengajar
Tidak konsisten
Melaksanakan upacara bendera setiap hari senin
Terlaksana
Melaksanakan senam setiap minggu
Terlaksana
Mengadakan rapat mingguan
-
Memeriksa agenda dan menyelesaikan surat-surat
terlaksana
Memeriksa keuangan madrasah
terlaksana
Mengatur penyediaan
terlaksana
102 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
perlengkapan kantor madrasah
Mlaksanakan administratif keuangan
terlaksana
Melaksanakan pemeriksaan umum
terlaksana
Evaluasi terlaksana
Penyelenggaraan penutupan buku dan melaksanakan Ujian Nasional (UN)
Terlaksana
Kegiatan kenaikan kelas dan kelulusan
terlaksana
Menyusun rencana keuangan
terlaksana
Pembuatan laporan akhir tahun pelajaran
terlaksana
melaksanakan kegiatan penerimaan siswa baru
terlaksana
Merencanakan kegiatan kebutuhan guru setiap mata pelajaran
terlaksana
Pembagian tugas mengajar
terlaksana
Menyusun program pengajaran, jadwal pelajaran, dan kalender pendidikan
Terlaksana
Menyusun kebutuhan buku pelajaran dan buku pegangan guru
terlaksana
Menyusun alat kelengkapan pelajaran
terlaksana
Mengadakan rapat terlaksana
Berdasarkan tabel data mengenai
kegiatan program kerja dan keterangannya
yang terlaksana atau masih jarang
terlaksana, untuk mewujudkan program
kerja tersebut, tentunya membutuhkan suatu
konsistensi dan komitmen dari guru. Pada
peningkatan komitmen seorang guru, harus
dibutuhkan suatu strategi dari pemimpin
atau kepala sekolah. Merujuk pada
penelitian dari Niloufar (2011) mengenai
komitmen guru, ada beberapa hal yang
mempengaruhi komitmen seorang guru.
Diantaranya yaitu: faktor ekonomi,
hubungan internal di sekolah maupun
eksternal dengan masyarakat, faktor
sekolah, pengetahuan guru, dan karakter
orang masing-masing.
Strategi sumber daya manusia bukan
hanya sampai pada penerapan program
kerja saja. Strategi dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia pun dimulai
dari proses rekrutmen guru. Proses
rekrutmen yang dilakukan oleh kepala
sekolah MTs Jagat Raya dilakukan pada
tahun 2008 dengan merekrut guru honorer
dan meminta bantuan kepada MTs Negeri
untuk membantu mengajar di MTs Jagat
Raya. Proses rekrutmen tidak ada seleksi.
Sejauh ini, jumlah guru sebanyak 16 guru.
Setelah dilakukannya rekrutmen,
penempatan guru disesuaikan dengan latar
belakang pendidikan, dan berdasarkan
pertimbangan ijazahnya.
Setelah guru ditetapkan dalam
mengajar, perlu adanya pelatihan yang
ditujukan oleh guru. Hal tersebut ditujukan
agar guru-guru dapat memahami tugas dan
visi misi dari sekolah. Sejalan dengan
pendapat dari Shawn Doyle (2006:2)
menyatakan bahwa tujuan dari pelatihan
adalah sebagai peningkatan performance
dari guru. Performanceatau kinerja guru
ialah hal yang sangat krusial untuk
meningkatkan kualitas sekolah, dan salah
Strategi Sumber Daya Manusia: Studi Eksplorasi Di Madrasah Tsanawiyah Swasta Jagat Raya, Desa
Kedongdong, Kabupaten Cirebon-Indonesia- Nurkholifatul Maula | 103
satu sebagai upaya peningkatan kinerja
guru ialah dengan melakukan pelatihan.
Adapun strategi yang dilakukan oleh
kepala sekolah MTs Jagat Raya dalam
melaksanakan pelatiihan ialah dengan
mengikut sertakan guru pada pelatihan
resmi yang diadakan oleh pemerintah.
Selebihnya, untuk pelatihan yang berbayar
jarang dilakukan, dan hanya ditujukan
kepada guru yang sukarela untuk mengikuti
pelatihan berbayar tersebut. Hal tersebut
dikarenakan tidak adanya dana dari sekolah
setelah dilakukannya pelatihan, bukan
hanya saja berhenti pada saat pelatihan dan
dokumen-dokumen hasil pelatihan. Evaluasi
merupakan suatu hal yang tidak pernah
lepas dari kegiatan pelatihan. Pihak MTs
Jagat Raya telah melakukan hasil evaluasi
hanya dengan dokumen-dokumen yang ada
dari hasil pelatihan. Akan tetapi,
masalahnya masih tetap sama. Yaitu tidak
berpengaruh cukup signifikan terhadap
kinerja dan motivasi seorang guru. Justru,
hal tersebut merupakan masalah krusial
bagi MTs Jagat Raya.
Upaya dalam meningkatkan motivasi
guru, bisa dilakukan strategi dengan
memberikan tambahan gaji, dan pujian pada
setiap pencapaian dan prestasi seorang
guru. Upaya tersebut juga dapat
mempengaruhi suatu komitmen guru, dan
komitmen guru memiliki pengaruh kuat
dengan fokus guru pada pelajaran yang
diampunya (Madiha dan Marwan,2012).
Lebih jelas menurut Madiha dan Marwan,
salah satu hal yang dapat meningkatkan
komitmen guru diantaranya yaitu:
persamaan pemahaman mengenai visi dan
misi sekolah, serta adanya penghargaan
atas prestasi guru dan adanya hukuman
atau peraturan terhadap guru agar dapat
bertanggungjawab dan menumbuhkan
komitmen.
Berdasarkan data kuesioner yang
disebarkan kepada sepuluh guru MTs Jagat
Raya mengenai strategi kepala sekolah
dalam hal peningkatan komitmen guru,
seperti: pemberian hadiah, pemberian
motivasi pada guru, dan pemberian
hukuman atau peraturan yang diberlakukan.
Seluruh guru menyatakan bahwa belum
pernah ada hadiah untuk guru yang memiliki
prestasi. Hal tersebut perlu ditingkatkan
agar menjadi cambuk bagi guru termotivasi
dan terus berkomitmen untuk melaksanakan
tugasnya. Begitupun juga dengan fungsi dari
peraturan dan hukuman yang perlu
diterapkan untuk guru-guru di sekolah. MTs
Jagat Raya sendiri belum menerapkan
peraturan tegas dan hukuman tegas bagi
guru yang melanggar peraturan. Adanya
suatu peraturan dan hukuman yang
diberlakukan, guna untuk meningkatkan
kinerja dan tanggung jawab dari guru.
Pada penelitian ini, peneliti pun
menanyakan mengenai naik turunnya
motivasi guru dalam kegiatan belajar
mengajar. Seluruh responden menjawa
bahwa keadaan motivasi mereka sedang
turun ketika gaji sering telat. Bahkan, ada
yang mengemukakan bahwa guru kurang
merasa puas dengan gaji yang didapatkan.
Untuk menanggulangi hal ini, kepala
sekolah bisa melakukan strategi seperti
104 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
yang telah disebutkan diatas. Yaitu
pemberian hadiah kepada guru yang
berprestasi, serta membuat peraturan dan
hukuman yang konsisten. Akan tetapi, ada
strategi kepala sekolah dalam hal
meningkatkan motivasi guru yaitu dengan
memberikan arahan motivasi kepada guru-
guru setiap evaluasi pembelajaran. Strategi
ini bisa dijadikan suatu cambuk bagi guru
untuk meningkatkan motivasinya.
Berikut analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunities dan Threats)
berdasarkan hasil wawancara dan observasi
pada MTs Jagat Raya:
a. Kekuatan (Strength):
- Banyak kegiatan-kegiatan
spiritualitas pada MTs Jagat
Raya. Seperti: kegiatan rutin
sholat Dhuha dan pembacaan
surah Yasin sebelum melakukan
pembelajaran.
- Memiliki beberapa guru yang
berkomitmen tinggi.
- Masyarakat mulai percaya pada
sekolah-sekolah islami.
Strategi untuk memperkuat kekuatan
yang dimiliki oleh MTs Jagat Raya:
- Mempertahankan kegiatan yang
menumbuhkan spiritualitas
siswa.
- Mengembangkan pendidikan
karakter melalui kegiatan
spiritualitas.
- Memberikan insentif atau hadiah
kepada guru yang memiliki
prestasi dan berkomitmen tinggi.
- Meningkatkan kepercayaan
masyarakat dengan membuat
suatu acara yang melibatkan
masyarakat dan civitas akademik
MTs Jagat Raya.
b. Kelemahan (Weakness):
- Kurangnya sarana pra sarana.
- Tidak mempunyai donatur. Hanya
mengandalkan dana BOS.
- Motivasi siswa mayoritas rendah
untuk belajar.
- Ada beberapa guru yang
mengajar di tempat lain.
Sehingga harus membagi waktu
dan fokus untk MTs Jagat Raya.
Strategi untuk mengatasi kelemahan
(Weakness):
- Pemimpin atau kepala sekolah
harus melakukan kerjasama atau
mencari donatur agar dapat
membantu memenuhi sarana pra
sarana sekolah.
- Memberikan hadiah kepada
siswa yang memiliki motivasi
tinggi dalam belajar. Hal ini
bertujuan untuk memotivasi
siswa yang lain.
- Memberikan motivasi dan
melakukan pertemuan secara
berkala dalam mengevaluasi
kinerja guru.
c. Kesempatan (Opportunities):
- Memiliki siswa berprestasi di
beberapa bidang ekstrakurikuler
dan akademik.
- Telah menjalin kerjasama dengan
beberapa sekolah dasar guna
sebagai startegi mendapatkan
Strategi Sumber Daya Manusia: Studi Eksplorasi Di Madrasah Tsanawiyah Swasta Jagat Raya, Desa
Kedongdong, Kabupaten Cirebon-Indonesia- Nurkholifatul Maula | 105
siswa baru.
- Adanya dukungan dari
masyarakat dalam eksistensi
MTs Jagat Raya.
- Memiliki beberapa siswa dari luar
daerah dikarenakan MTs Jagat
Raya menyediakan asrama.
Strategi untuk meningkatkan
kesempatan:
- Melatih dan memfokuskan siswa
yang berprestasi di bidangnya,
serta memberikan motivasi terus
menerus.
- Memperluas jaringan kerja sama
dengan berbagai sekolah dasar.
Bukan hanya sekolah dasar di
sekitar MTs Jagat Raya.
- Memperhatikan komunitas atau
masyarakat disekitar MTs Jagat
Raya dengan melakukan
berbagai hal: membuat program
pengajian dengan masyarakat,
mengadakan bakti sosial kepada
masyarakat sekitar.
- Memberikan pelayanan yang
bagus kepada siswa dari luar
daerah. Agar mereka dapat
menjadi duta MTs Jagat Raya
guna mempromosikan Mts Jagat
Raya di daerahnya.
d. Tantangan (Threats):
- Banyak SMP swasta yang ada di
sekitar MTs Jagat Raya.
Sehingga persaingan dalam
mencari siswa dan
mempertahankan eksistensi
menjadi sebuah tantangan
kedepan.
- Mayoritas siswa berasal dari
keluarga menengah kebawah.
Sehingga membutuhkan
keterampilan khusus jika tidak
dilanjutkan ke jenjang berikutnya.
Strategi untuk mengatasi tantangan:
- Melakukan iklan sekolah atau
startegi humas dengan cara yang
unik dan berbeda dengan yang
lainnya.
- Melakukan kerjasama dengan
sekolah dasar yang ada di luar
daerah.
- Membekali siswa dengan
keterampilan. Seperti
mengadakan ekstrakurikuer
menjahit, kerajinan, atau yang
lainnya.
DAMPAK STRATEGI SUMBER DAYA
MANUSIA TERHADAP PERKEMBANGAN
SEKOLAH
Adapun strategi-strategi pengelolaan
sumber daya manusia yang dilakukan oleh
kepala sekolah tujuannya ialah untuk
mengembangkan sekolah sehingga dapat
mencapai visi dan misi sekolah. Pada
bagian ini, peneliti memaparkan beberapa
dampak strategi sumber daya manusia
terhadap perkembangan sekolah yang
meliputi: jumlah siswa selama lima tahun
terakhir, nilai UN siswa, dan prestasi-
prestasi yang telah didapatkan oleh MTs
Jagat Raya.
106 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
Mengingat bahwa MTs Jagat Raya
merupakan sekolah swasta menengah
pertama yang berbasis agama islam yang
memiliki pembayaran yang masih cukup
minim dan kecil jika dibandingkan dengan
sekolah-sekolah swasta lainnya.
Mempertahankan sebuah sekolah swasta
untuk tetap terjaga eksistensinya dengan
meningkatnya jumlah siswa merupakan
suatu hal yang sangat krusial dan cukup
berat bagi sekolah swasta di desa. Terlebih
saat ini banyak dibukanya sekolah-sekolah
swasta baru di desa yang mengakibatkan
meningkatnya kompetisi antar sekolah.
Tentunya, hal ini tidaklah terlepas dari
strategi kepala sekolah dalam
pengembangan sumber daya manusia.
Berikut jumlah siswa selama lima tahun
terakhir di MTs Jagat Raya.
Tabel 2 Jumlah Siswa Selama Lima Tahun Terakhir
TAHUN JUMLAH
2013/2014 179
2014/2015 176
2015/2016 153
2016/2017 151
2017/2018 148
Berdasarkan data tersebut, terlihat
bahwa jumlah siswa selama lima tahun
terakhir semakin menurun. Hal tersebut
dikarenakan beberapa faktor. Diantaranya
adalah: faktor panitia penerimaan siswa
baru, strategi yang berbeda diterapkan oleh
masing-masing panitia penerimaan siswa
baru, faktor kerja sama yang terlalu minim,
dan banyaknya sekolah swasta di desa,
sehingga terjadi tumpang tindih dalam
mencari siswa.
Adapun strategi yang diterapkan oleh
MTs Jagat Raya dalam melakukan
penerimaan peserta didik baru yaitu dengan
membentuk panitia penerimaan peserta
didik baru. Akan tetapi, pada empat tahun
terakhir ini, terjadi beberapa pergeseran
kebijakan, serta kerja sama hanya dilakukan
dengan sekolah-sekolah dasar disekitar
desa Kedongdong saja. Serta ada beberapa
kekurangan lainnya yaitu penyebaran brosur
pembukaan peserta didik baru lebih lambat
jika dibandingkan dengan sekolah swasta
lain yang ada di sekitar desa Kedongdong.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan
strategi tersebut, dapat diperbaiki lagi dalam
perencanaan pembukaan pendaftaran
peserta didik baru.
Adapun proses seleksi siswa di MTs
Jagat Raya masih belum adanya seleksi
yang ketat. Sehingga masih mudah dan
hampir semua pendaftar diterima di MTs
Jagat Raya. Dalam mengelola siswa pada
suatu proses kegiatan belajar mengajar pun
perlu adanya strategi yang tepat dan sesuai,
untuk mewujudkan siswa yang berprestasi
dan bertakwa, kepala sekolah MTs Jagat
Raya membuat program beberapa
ekstrakurikuler (pramuka, PMR, dan silat)
serta membiasakan siswa untuk membaca
Al-Qur’an sebelum masuk jam pelajaran.
Semua kegiatan tersebut berjalan lancar.
Akan tetapi, ada beberapa ekstrakurikuler
yang kurang berjalan akhir-akhir ini. adapun
output siswa MTs Jagat Raya dapat dilihat
dari rata-rata nilai Ujian Nasional pada tahun
Strategi Sumber Daya Manusia: Studi Eksplorasi Di Madrasah Tsanawiyah Swasta Jagat Raya, Desa
Kedongdong, Kabupaten Cirebon-Indonesia- Nurkholifatul Maula | 107
2016/2017 dengan rata-rata nilai ujian
nasional yaitu 282,1. Pada tahun 2016 dan
2017, prestasi akademik maupun non
akademik MTs Jagat Raya meningkat,
dengan memenangkan lomba olimpiade
matematika di tingkat kabupaten dengan
memperoleh juara dua.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun strategi sumber daya
manusia yang diterapkan oleh kepala
sekolah MTs Jagat Raya ialah dengan
menerapkan visi dan misi, merancang
program kerja berdasarkan visi dan misi
yang telah dibuat, serta melakukan
rekrutmen guru dengan membuka lowongan
dan meminta bantuan guru pengajar di
sekolah negeri untuk mengajar di MTs Jagat
Raya. Dalam pengelolaannya, kepala
sekolah MTs jagat Raya melakukan
pelatihan kepada guru-guru dan
memberikan motivasi. Akan tetapi,
kurangnya penghargaan kepada guru
berprestasi dan belum adanya peraturan
dan hukuman bagi guru yang melanggar
secara konsisten.
Dampak dari strategi sumber daya
manusia yang dilakukan oleh kepala
sekolah menyebabkan beberapa perubahan
terhadap perkembangan sekolah. Seperti
jumlah siswa dan nilai Ujian Nasional, serta
prestasi-prestasi yang telah didapatkan oleh
MTs Jagat Raya. Pada lima tahun terakhir,
jumlah siswa MTs Jagat Raya semakin
menurun. Hal tersebut dikarenakan
beberapa hal, yaitu berubahnya panitia
penerimaan peserta didik baru sehingga
terdapat perubahan kebijakan dan semakin
banyaknya sekolah-sekolah swasta
disekitar. Adapun rata-rata nilai Ujian
Nasional siswa MTs Jagat Raya yaitu 282,1.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada
beberapa saran yang diajukan oleh peneliti.
Diantaranya yaitu:
(1) Perlu adanya perbaikan bagi strategi
yang dilakukan oleh MTs Jagat Raya
dalam hal peningkatan komitmen
guru.
(2) Perlu adanya peningkatan kerja
sama dengan pemerintah daerah
dan masyarakat sekitar.
(3) Pemerintah harus lebih
memperhatikan kulaitas sekolah
swasta sebagai sarana pemerataan
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Michael. 2006. Strategic Human Resource Management: A Guide To Action. USA: Thomson-Shore,Inc
Collings, David and Geoffrey Wood. 2009. Human Resources Management: A Critical Approach.USA: Routledge
Doyle, Shawn.2006. The Manager’s Pocket Guide To Training. Canada: HRD Press, Inc
Hamiyah, Nur dan Mohammad Jauhar. 2015. Pengantar Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Jakarta
Mahapatro.2010.Human Resources Management. New Delhi: New Age
International (P) Ltd.,Publisher
Mohammadtaheri, Niloufar. 2011. The Study Of Effective Factors On The Teachers’ Work Commitment In High Schools. International Conference on
108 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
Educational and Educational Psychology, 29 (2011), 1524 – 1530.
Nur’aini, Fajar. 2016. Teknik Analisis SWOT: Pedoman Menyusun Strategi yang Efektif dan Efisien serta Cara Mengelola Kekuatan dan Ancaman.Yogyakarta: Quadrant.
Shah, Madiha dan Marwan Abualrob. 2012. Teacher Collegiality And Teacher Professional Commitment In Public Secondary Schools In Islamabad, Pakistan. Procedia Social and Behavioral Science, 46 (2012), 950-954.
Torrington, Derek, Laura Hall and Stephen Taylor. 2008. Human Resource Management. England: Pearson Education Limited
Torrance, Harry. 2007. Education And Theory: Strangers In Paradigms. New York: Gary Thomas
kabar-cirebon.com (diakses pada tanggal 3 Januari 2018)
detik.com (diakses pada tanggal 3 Januari 2018)
109 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT PADA SITUS WEB PEMERINTAH MENUJU TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS OPEN
GOVERNMENT DI PROVINSI JAMBI IMPLEMENTATION OF E-GOVERNMENT ON GOVERNMENT WEBSITE TOWARDS
GOVERNMENT GOVERNANCE BASED ON OPEN GOVERNMENT IN JAMBI PROVINCE
Cholillah Suci Pratiwi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi Jl. Jambi Muaro Bulian Km 15 Mandalo Darat Jambi
email: [email protected]
Abstract
This study aims to determine how long Jambi Province government implements e-government in its government by utilizing technology. This research uses descriptive qualitative method by observing all official sites of the Local Government in Jambi Province to obtain primary data. At present, government agencies in Jambi Province have taken the initiative to develop public services through communication and information networks in the form of websites. However, the implementation of the majority of provincial regional government websites, Jambi District /City is still at the first level (preparation) and only a small percentage has reached level two (maturation), while level three (stabilization) and four (utilization) have not been achieved. That is, the implementation of e-government in Jambi Province is only at an early stage, so that many government institutions claiming that they have applied e-government are only at the stage of web presence. The main challenge lies in the ability and readiness of management and actors and not e-government support technologies. If this is not addressed, it can result in the emergence of a digital divide. Furthermore, transparency of policies and the implementation of regional autonomy will be increasingly difficult to manage and will close the path towards perfect democratization. So to improve the management of e-government the Jambi Provincial government must improve human resources, change the culture or work culture that can affect the government's performance in e-government development. The essence of the purpose of implementing e-government is that the government can implement a practice called good governance in the form of a social contract that demands democratization of the administration of government. If the Jambi Provincial government is committed to doing this seriously, it will support the optimization of e-government as a form of achieving open government in Jambi Province.
Keywords: Implementation, E-government, Open Government.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemerintah Provinsi Jambi melaksanakan e-government dalam pemerintahannya dengan memanfaatkan teknologi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan observasi pada seluruh situs/website resmi Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi untuk mendapatkan data-data yang bersifat primer. Saat ini instansi pemerintah di Provinsi Jambi sudah berinisiatif mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan komunikasi dan informasi dalam bentuk situs web. Namun, implementasi mayoritas situs web pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten/Kota Jambi masih berada pada tingkat pertama (persiapan) dan hanya sebagian kecil yang telah mencapai tingkat dua (pematangan), sedangkan tingkat tiga (pemantapan) dan empat (pemanfaatan) belum tercapai. Artinya, implementasi e-government di Provinsi Jambi baru pada tahap awal, sehingga banyak lembaga pemerintah yang menyatakan dirinya sudah mengaplikasikan e-government, ternyata baru pada tahap web presence. Tantangan utama terletak pada kemampuan dan kesiapan manajemen serta para pelaku dan bukannya teknologi pendukung e-government. Apabila hal tersebut tidak diatasi maka dapat mengakibatkan timbulnya digital divide. Lebih jauh lagi transparansi kebijakan dan pelaksanaan otonomi daerah akan semakin sulit dikelola dan akan menutup jalan ke arah demokratisasi yang sempurna. Maka untuk meningkatkan pengelolaan e-government pemerintah Provinsi Jambi harus meningkatkan sumber daya manusia, merubah kultur atau budaya kerja yang dapat mempengaruhi kinerja pemerintah dalam pengembangan e-government. Hakekat tujuan diterapkannya e-goverment adalah agar pemerintah dapat menerapkan suatu praktik yang disebut sebagai good governance berupa suatu kontrak sosial yang menuntut demokratisasi terhadap pelaksanaan administrasi pemerintahan. Jika
Implementasi E-Government Pada Situs Web Pemerintah Menuju Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Open Government Di Provinsi Jambi- Cholillah Suci Pratiwi | 110
pemerintah Provinsi Jambi berkomitmen melakukan hal ini secara serius, maka akan menunjang optimalisasi e-government sebagai bentuk tercapainya open government di Provinsi Jambi. Kata kunci : Impelementasi, E-government, Open Government
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang tidak dapat cegah,
keadaan seperti ini menuntut warga negara
untuk terus bergerak dinamis dalam
menghadapi setiap tantangan teknologi
informasi dan komunikasi yang semakin
canggih, hingga pada akhirnya
perkembangan teknologi dan Informasi
mempengaruhi perubahan segala aspek
kehidupan bernegara baik di bidang
ekonomi, sosial, pendidikan, pertahanan
dan keamanan, politik, dan pemerintahan.
Dalam mengatasi hal tersebut maka
pemerintah memberlakukan Intruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan E-government
dalam pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas,
transparansi dan akuntabilitas penyeleng-
garaan pemerintahan.
Pemanfaatan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang
dimaksud yaitu melalui pengelolaan e-
government sebagai media dalam
memecahkan masalah yang semula bersifat
konsevatif menjadi lebih inovatif.(Anggono,
2013) Fungsi e-government semakin kuat
dengan adanya keterbukaan informasi
publik sebagai tujuan utama open
government Indonesia. Sejauh ini telah
terdapat beragam aplikasi ataupun web
portal dan website pemerintah lainnya,
tujuannya adalah untuk menunjang
transparansi dan akuntabilitas serta
mempermudah masyarakat memperoleh
informasi yang dibutuhkan, layanan publik
yang efisien dan efektif, bahkan masyarakat
dapat melakukan pengawasan terhadap
kinerja lembaga pemerintahan maupun
pelayanan publik dalam portal satu layanan.
(Djumadal, 2013) Bahkan masyarakat
dapat memberikan masukan, pengaduan
melalui aplikasi ataupun web yang
disediakan oleh pemerintah.
Selain itu, dalam penelitian Sosiawan
(2014) dijelaskan bahwa inovasi baru
lainnya ialah portal satu pemerintah yang
menyediakan beragam informasi terkait
instansi pemerintah, dimana mencakup
program kerja, anggaran dan lainnya
terdapat dalam situs web resmi pemerintah
baik pusat dan daerah yang dapat diakses
dengan mudah oleh masyarakat. Sehingga,
e-government menjadi jembatan yang dapat
meningkatkan peran masyarakat sebagai
warga negara yaitu dengan cara berpar-
tisipasi dalam pembangunan, pengawasan
dan bisa berkolaborasi memberikan inovasi
bersama demi terciptanya pemerintahan
yang baik untuk kesejahteraan masyarakat.
Dengan terlaksananya e-government maka
terdapat 3 komponen yang terpenuhi dalam
konsep open government yaitu, pertama,
111 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
2,6 2,8 3 3,2 3,4 3,6
DKI JakartaJawa BaratJawa Timur
GorontaloBangka Belitung
D.I YogyakartaJawa Tengah
Sumatera UtaraBali
JambiProvinsi Dengan E-Governement Terbaik
terciptanya akuntabilitas dengan memberi-
kan informasi publik yang dapat dengan
mudah diakses oleh masyarakat. Kedua,
terciptanya transparansi, sehingga mem-
bangkitkan kembali kepercayaan publik
terhadap kinerja pemerintah. Ketiga yaitu
terciptanya partisipasi publik melalui peran
aktif masyarakat dalam pengawasan dan
pembangunan. Senada dengan hal ini
Maria, Eka Afrina dkk (2015) menyatakan
bahwa dengan adanya keterlibatan publik,
maka publik dapat mempengaruhi cara kerja
pemerintah mereka dengan terlibat dalam
proses kebijakan pemerintah dan program
pemberian layanan. Pengelolaan e-
government di Provinsi Jambi dapat
diketahui berdasarkan grafik berikut:
(Sumber : Databoks, Katadata Indonesia
2016)
Berdasarkan grafik diatas, Provinsi
Jambi menempatkan posisi paling rendah
dibandingkan Provinsi lainnya. hal ini
menandakan bahwa pengelolaan e-
government di Provinsi Jambi belum
terlaksana dengan baik. Manfaat website
resmi pemerintah Provinsi Jambi juga belum
memberikan angka yang signifikan terhadap
kepuasan masyarakat dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat
belum terlaksana, berbanding terbalik
dengan tujuan konsep open government
yang tengah digencarkan oleh pemerintah
pusat hingga sekarang nyatanya proses
pelayanan publik di Provinsi Jambi belum
berjalan dengan baik.
Perlu disadari bahwa e-governement
memegang peran penting dalam
terlaksananya open government dalam
menciptakan pemerintahan efektif, efisien
dan produktif sebagai indikator keberhasilan
reformasi birokrasi yang berbasis open
government. (Indrajit, 2014: 21) Ketika
dibandingkan dengan Kabupaten dan Kota,
penggunaan e-government sudah lebih
efektif dan akif dibandingkan dengan
website Provinsi Jambi sendiri. Namun,
ketersediaan akses tersebut bila
dibenturkan dengan karakteristik pemakai
(user) atau irregular user internet maka akan
terjadi bias. Pada sisi irregular user untuk
bisa mengakses informasi dari web sites
memerlukan keaktifan, motif pendorong
serta kebutuhan akan informasi. Oleh
karena itu muncul pertanyaan apakah
banyak masyarakat yang benar-benar
memanfaatkan dan menggunakan situs web
sites internet pemda tersebut untuk mencari
dan memperoleh informasi yang
dibutuhkan? Pertanyaan lain yang muncul
adalah apakah terjadi keseimbangan antara
penyampaian informasi dari pihak pemda
selaku komunikator dan kontributor
informasi dalam website dengan
kemampuan, skill, kebutuhan dan tingkat
Implementasi E-Government Pada Situs Web Pemerintah Menuju Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Open Government Di Provinsi Jambi- Cholillah Suci Pratiwi | 112
eksposure masyarakat untuk mengakses
internet secara pribadi ataupun melalui jasa
warnet? Pertanyaan lain dari segi teknis
apakah strategi design websites tersebut
menarik dalam penampilannya serta mampu
diakses secara cepat? Hal ini juga menjadi
permasalahan tersendiri karena websites
yang tidak kreatif dan sulit untuk diakses
akan membuat user malas membukanya.
Pada sisi lain mengingat kebijakan, peluang
implementasi serta hambatan yang ada
memunculkan beberapa pertanyaan tentang
sampai sejauh mana penerapan atau
implementasi e-government yang dilakukan,
bagaimana ketersediaan informasi dalam
setiap situs web, bagaimana akses-
bilitasnya, serta bagaimana strategi
pengembangannya. Berangkat dari
beberapa pertanyaan tersebut di atas maka
tulisan ini mencoba untuk menelaah secara
kritis tentang evaluasi implementasi e-
government dalam mendukung terlak-
sananya tata kelola pemerintahan yang
berbasis open government di Provinsi Jambi
yang telah dilakukan selama ini.
E-GOVERNMENT
Pada pelaksanaan e-government,
informasi, komunikasi, dan transaksi antara
masyarakat dan pemerintah dilakukan via
internet. Sehingga ada beberapa manfaat
yang dihasilkan seperti misalnya,
komunikasi dalam sistem administrasi
berlangsung dalam hitungan jam, bukan hari
atau minggu. Artinya, pelayanan pemerintah
pada masyarakat menjadi sangat cepat,
service dan informasi dapat disediakan 24
jam sehari, tujuh hari dalam seminggu.
Informasi dapat dicari dari kantor, rumah,
bahkan mobile dimanapun tanpa harus
secara fisik datang ke kantor pemerintahan
atau tempat-tempat pelayanan umum.
Akselerasi kecepatan pelayanan berarti juga
merupakan penghematan dalam waktu,
energi maupun sumber daya. Selain
manfaat tersebut, akses informasi ke
pemerintah menjadi terbuka sangat sangat
lebar sehingga tidak ada lagi istilah 'warga
kelas satu' dan 'warga kelas dua' di hadapan
pemerintah. Baik pemerintah dan masya-
rakat dari semua golongan saling terbuka
dalam interkasi dan komunikasinya yang
mengarah pada keterbukaan (Andrianto,
2015).
Terciptanya keterbukaan (trans-
paransi) diharapkan akan terjadi proses
demokratisasi dan trans-paransi politik serta
administrasi. (Hutter, 2016: 8) Dengan
demikian cara ini akan mampu memini-
malisir penyelewengan kebijakan pemerin-
tah, karena transparansi kebijakan dan
pelaksanaan otonomi daerah akan makin
mudah dikelola dan diawasi.
Manfaat lainnya, pada konteks
agenda pembangunan nasional, penerapan
e-government dapat membuka peluang bagi
pemerintah untuk melakukan re-inventing
untuk dapat menjadi lembaga sosial yang
lebih dekat (up close) dengan masyarakat,
membangun aliansi dan partnership yang
lebih erat dengan beberapa komunitas
dalam masyarakat yang memiliki
kepentingan, praktek, dan keahlian yang
berbeda-beda. Model e-government yang
113 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
diterapkan di negara-negara luar adalah
menggunakan model empat tahapan
perkembangan yang meliputi: (Dwiyanto,
2017)
a) Fase pertama, berupa penampilan
website (web presence) yang berisi
informasi dasar yang dibutuhkan
masyarakat.
b) Fase kedua, fase interaksi yaitu isis
informasi yang ditampilkan lebih
bervariasi, seperti fasilitas download
dan komunikasi e-mail dalam
website pemerintah.
c) Fase ketiga, tahap transaksi berupa
penerapan aplikasi/formulir untuk
secara online mulai diterapkan.
d) Fase Keempat, fase transformasi
berupa pelayanan yang terintegrasi,
tidak hanya menghubungkan
pemerintah dengan masyarakat
tetapi juga dengan organisasi lain
yang terkait (pemerintah ke antar
pemerintah, sektor nonpemerintah,
serta sektor swasta).
APLIKASI E-GOVERNMENT
Wujud nyata dari aplikasi e-
government yang telah umum dilaksanakan
dan diatur pelaksanaannya adalah
pembuatan situs web pemerintah daerah.
Situs web pemerintah daerah merupakan
salah satu strategi didalam melaksanakan
pengembangan e-government secara
sistematik melalui tahapan yang realistik
dan terukur.(Junaidi, 2015: 16) Situs web
pemerintah daerah merupakan tingkat
pertama dalam pengembangan e-
government di Indonesia yang memiliki
sasaran agar masyarakat Indonesia dapat
dengan mudah memperoleh akses kepada
informasi dan layanan pemerintah daerah,
serta ikut berpartisipasi di dalam
pengembangan demokrasi di Indonesia
dengan menggunakan media internet. (Buku
panduan Kominfo, 2002)
Dari aplikasi tersebut dapat diketahui
bahwa pengembangan e-government di
Indonesia dilaksanakan melalui 4 (empat)
tingkatan, yaitu:
a) Tingkat 1 merupakan tingkat
Persiapan berupa pembuatan situs
web sebagai media informasi dan
komunikasi pada setiap lembaga
serta sosialisasi situs web untuk
internal dan publik.
b) Tingkat 2 merupakan tingkat
Pematangan yang berupa
Pembuatan situs web informasi
publik yang bersifat interaktif dan
Pembuatan antar muka
keterhubungan dengan lembaga lain.
c) Tingkat 3, tingkat Pemantapan yang
berisi Pembuatan situs web yang
bersifat transaksi pelayanan publik
dan Pembuatan interoperabilitas
aplikasi dan data dengan lembaga
lain.
d) Tingkat 4 adalah tingkat Peman-
faatan yang berisi Pembuatan
aplikasi untuk pelayanan yang
bersifat Government to Government
(G2G), Government to Business
(G2B), Government to Consumers
(G2C). Pada situs web pemerintah
Implementasi E-Government Pada Situs Web Pemerintah Menuju Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Open Government Di Provinsi Jambi- Cholillah Suci Pratiwi | 114
daerah ada sejumlah kriteria yang
ditetapkan oleh Kementrian
Komunikasi dan Informasi Republik
Indonesia (Kominfo) dalam buku
panduan penyelenggaran situs web
pemerintah daerah. Kriteria yang
diberikan merupakan gambaran ciri-
ciri kunci bentuk dasar situs web
pemerintah daerah yang terdiri dari:
1. Fungsi, aksesbilitas, kegunaan; Isi
informasi situs web pemerintah daerah
berorientasi pada keperluan
masyarakat, yaitu menyediakan
informasi dan pelayanan yang
diinginkan oleh masyarakat. Pada
kriteria ini ditekankan adanya anti
diskriminasi bagi pengguna, artinya
situs web pemerintah daerah dapat
dibuka tanpa membedakan fasilitas
dan kemampuan komputer yang
dimiliki oleh pengguna. Disain situs
web pemerintah daerah adalah
profesional, menarik, dan berguna.
Berita atau artikel yang ditujukan
kepada masyarakat sebaiknya
disajikan secara jelas, dan mudah
dimengerti.
2. Bekerjasama; Situs web pemerintah
daerah harus saling bekerjasama
untuk menyatukan visi dan misi
pemerintah. Semua dokumen
pemerintah yang penting harus
memiliki URL (Uniform Resource
Locator) yang tetap, sehingga mesin
pencari (search engine) dapat
menghubungkan kepada informasi
yang diinginkan secara langsung.
3. Isi yang Efektif; Masyarakat pengguna
harus mengetahui bahwa informasi
tertentu akan tersedia pada situssitus
pemerintah daerah manapun.
Pengguna memiliki hak untuk
mengharapkan isi dari suatu situs web
pemerintah daerah adalah data
terbaru dan tepat, serta
mengharapkan berita dan materi baru
selalu diketengahkan.
4. Komunikasi Dua Arah; komunikasi
yang disediakan pada situs web
pemda dalam bentuk dua arah
(interaktif). Situs web pemerintah
daerah harus memberikan
kesempatan pengguna untuk
menghubungi pihak-pihak berwenang,
menjelaskan pandangan mereka, atau
membuat daftar pertanyaan mereka
sendiri.
5. Evaluasi Kesuksesan: Situs-situs web
pemerintah da erah harus memiliki
sistem untuk mengevaluasi
kesuksesan, dan menentukan apakah
situs webnya memenuhi kebutuhan
penggunanya. Artinya Situs-situs web
pemerintah daerah harus
mengumpulkan, minimal, statistik
angka pengguna, pengunjung, jumlah
halaman, permintaan yang sukses dan
tidak sukses, halaman yang sering
dikunjungi dan jarang dikunjung,
halaman rujukan utama. Informasi
tambahan mengenai siapa yang
menggunakan situs ini, tingkat transfer
data. Evaluasi empat bulanan
sangatlah direkomendasikan.
115 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
6. Kemudahan Menemukan Situs ; pihak
pemda harus mempromosikan situs
webnya dan mendaftarkannya ke
mesin pencari. Masyarakat pengguna
mungkin tidak bisa menemukan suatu
situs web pemerintah daerah kecuali
pengelola mempromosikannya dan
memastikan bahwa mesin pencari
mendaftarkannya. Serta
mensosialisaikannya melalui
pemberitahuan lewat pers, Hubungan
Masyarakat dan brosur.
7. Pelayanan yang diatur dengan baik ;
Pihak pemda harus menggunakan
sumber yang terpercaya; strategi yang
jelas, tujuan, dan target pengguna;
serta strategi pengembangan masa
depan, termasuk langkah menuju
pusat data yang dinamis dari media
digital lainnya.
OPEN GOVERNMENT
Open Government menurut Global
Integrity dalam Maria, Eka Afrina dkk (2015:
14) mencakup tiga hal yakni transparansi
informasi, keterlibatan publik dan
akuntabilitas. Ahmad Djunaedi menyatakan
hasil yang diharapkan dari open government
berupa pengurangan angka korupsi,
peningkatan transparansi, peningkatan
kenyamanan, pertambahan pendapatan dan
atau pengurangan biaya. Open government
dijalankan dengan pemanfaatan inovasi dan
teknologi informasi dan komunikasi e-
government.
Prinsip open government dapat
dikategorikan sebagai berikut: (Gulati, 2015)
1. Transparansi, dapat diukur menjadi
beberapa indikator, yaitu adanya
sistem keterbukaan dan standarisasi
yang jelas dan mudah dipahami dari
semua proses-proses
penyelenggaraan pemerintahan.
Kedua, adanya mekanisme yang
memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan
publik tentang proses-proses dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Ketiga, adanya mekanisme
pelaporan maupun penyebaran
informasi penyimpangan tindakan
aparat publik didalam kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan.
2. Akuntabilitas, dalam
penyelenggaraan pemerintahan
dituntut disemua tahap mualai dari
penyususnan program kegiatan,
pembiayaan, pelaksanaan,
evaluasinya, maupun hasil dan
dampaknya. Untuk mengukur
pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan yang kemudian
dipublikasikan. Ketika ada
pelanggaran, harus ada mekanisme
pelaporan dan tindak lanjut terhadap
pelanggaran yang terjadi.
3. Partisipasi Publik, masyarakat ikut
aktif berperan dalam pemerintahan
dan pembangunan. Melalui
beberapa cara diantaranya: Pertama,
masyarakat terlibat dalam
pengawasan, evaluasi anti korpsi
dalam siklus kebijakan. Kedua,
masyarakat terlibat dalam good
governance implementasi kebijakan
Implementasi E-Government Pada Situs Web Pemerintah Menuju Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Open Government Di Provinsi Jambi- Cholillah Suci Pratiwi | 116
publik (kesehatan, pendidikan,
administrasi publik, termasuk
pelaporan dan mekanisme
feedback). Ketiga, saluran umpan
balik untuk menutup celah dan
mengatasi kesalahan pengelolaan.
Keempat, lobbying rutin sebagai
kesempatan untuk memberikan
masukan terhadap pengambilan
kebijakan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
analisis isi (content analiys) yang
merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan
komunikasi yang mencakup: (1) klasifikasi
tanda, (2) menggunakan kriteria sebagai
dasar klasifikasi, (3) menggunakan teknik
analisis tertentu sebagai pembuat prediksi.
(Moleong, 2005: 44) Kemudian, penelitian
ini menggunakan unit-unit analisis dan
kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 1. Unit Analisis dan Kategorisasi
NNO
UNIT ANALISIS KATEGORISASI
1 Informasi menu utama
dalam websites
1. Potensi daerah, Komoditas utama dan kualitas
SDM
2. Potensi daerah dan Komoditas utama
3. Potensi daerah dan Kualitas SDM
4. Komoditas utama dan Kualitas SDM
5. bukan salah satu dari kategori 1- 4
2 Informasi tambahan dalam
fasilitas websites
1. Informasi umum, Informasi khusus, Informasi
perniagaan, Informasi pendidikan
2. Informasi umum, Informasi khusus, Informasi
pendidikan
3. Informasi umum, Informasi khusus dan
Informasi perniagaan
4. Informasi umum dan Informasi khusus
5. bukan salah satu dari kategori 1- 4
3 Penyediaan hubungan
1. G2C (Government to Citizen)
2. G2B (Government to Bussines)
3. G2G (Interagency Relationship)
4. Kombinasi
4 Aksesbilitas
1. Kurang dari 5 detik
2. 5 detik – 10 detik
3. Lebih dari 10 detik
5 Design
1. Animasi, Grafis, dan teks lengkap
2. Grafis dan teks
3. Animasi dan teks
6 Jumlah Links Informasi
1. 1 tingkat
2. 2 – 3 tingkat
3. lebih dari 3 tingkat
117 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
Penelitian ini mengambil lokasi di
Pemerintahan Provinsi Jambi. Penulis
melakukan observasi pada seluruh
situs/website resmi Pemerintah Provinsi
Jambi serta Kabupaten dan Kota untuk
mendapatkan data-data yang bersifat
primer. Data yang diperoleh melalui
pemahaman secara tekstual dimasukkan
dalam lembar coding sheet yang memuat
kategori yang ditetapkan. Coding
merupakan proses tarnsformasi data
mentah ke dalam unit-unit yang
memungkinkan membuat deskripsi
karaketeristik isi yang relevan. Data yang
ada dalam coding sheet dianalisa untuk
menjawab pertanyaan dalam rumusan
masalah.
PEMBAHASAN
Upaya pengembangan e-govern-
ment yang merupakan bentuk
pemanfaatan teknologi dari konsep open
government menutup celah tindakan
korupsi, kolusi dan nepotisme serta
penyalahgunaan wewenang melalui
transparansi dan akuntabilitas melalui
pemanfaatan website ataupun aplikasi
portal milik pemerintah daerah.(Mundy,
2013: 33) Pelaksanaan Open Government
dengan memanfaatkan teknologi atau
disebut dengan e-government telah di
laksanakan oleh seluruh Kabupaten/Kota di
Provinsi Jambi, namun terdapat beberapa
daerah yang belum melaksanakannya
secara optimal. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa website pemerintah daerah yang
aktif tapi kemudian sulit untuk mengakses
informasi. Provinsi Jambi terdiri dari 11
Kabupaten/Kota diantaranya: Kabupaten
Sarolangun, Kabupaten Batanghari,
Kabupaten Bungo, Kabupaten Kerinci,
Kabupaten Muaro Tebo, Kabupaten
Merangin, Kabupaten Muaro Jambi,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kota
Sungai Penuh serta Kota Jambi. Unutk
mengetahui pelaksanaan e-government di
pada Kabupaten/Kota serta Provinsi Jambi
maka penulis menelusuri website masing-
masing pemerintahan, sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Websites Pemerintah Daerah di
Provinsi Jambi
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 11
Kabupaten/Kota ditambah dengan website
Provinsi Jambi (pemprovjambi.go.id),
hanya 75% website pemerintah yang aktif
dan sisanya tidak bisa diakses.
Ketersediaan data dan informasi di setiap
website juga belum lengkap dan
terintegrasi secara menyeluruh. Salah satu
contohnya adalah Pemerintah Provinsi
Jambi dalam pengelolaan e-government
yang justru masih tertinggal dibandingkan
Kabupaten dan Kotanya padahal,
Pemerintah Provinsi Jambi haruslah
menjadi acuan bagi pemerintah Kabupaten
dan Kotanya. Dari hasil analisa
Implementasi E-Government Pada Situs Web Pemerintah Menuju Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Open Government Di Provinsi Jambi- Cholillah Suci Pratiwi | 118
keseluruhan web pemda di Provinsi Jambi,
penulis mendapatkan hasil sebagai berikut:
a. Isi Informasi
Unsur terpenting dari sebuah
tampilan yang efektif situs web di internet
adalah isi (content) dan desain yang baik
serta menarik. Sebuah situs web pemerin-
tah daerah mempunyai persyaratan
minimal untuk isi. Pengelola situs web
pemerintah daerah harus mampu
menentukan apa yang diharapkan oleh
para pengguna mengenai apa yang
seharusnya ada di situs web.(Susartono,
2016)
Pada aplikasinya mayoritas situs
websites pemerintah Provinsi Jambi belum
menyediakan isi informasi minimal pada
tampilan homepage. Jika dicermati maka
umumnya kekuranglengkapan isi minimal
terletak pada tidak tercantumnya peraturan
atau undang-undang produk dari masing-
masing pemda serta tidak tersediannya
buku tamu. Ketersediaan link informasi
Peraturan Daerah (Perda) yang telah
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
bersangkutan adalah vital karena melalui
situs web pemerintah daerah inilah semua
Perda yang telah dikeluarkan dapat
disosialisasikan kepada masyarakat luas.
Sedangkan links buku tamu sesungguhnya
digunakan sebagai evaluasi dan monitoring
terhadap umpan balik yang disampaikan
masyarakat baik bagi Pemda maupun
penyelenggaran e-government itu sendiri.
Selain isi minimal seperti tersebut diatas,
menurut Panduan Penyelengaraan Situs
Web Pemda (Kominfo) isi informasi lainnya
yang disajikan pada suatu situs web
pemerintah daerah diserahkan sepenuhnya
kepada masing-masing Penanggungjawab
Situs dan Manajer Situs web pemerintah
daerah, tergantung pada kondisi setempat
dan kesediaan data serta informasi yang
dimiliki oleh daerah bersangkutan. Isi
informasi lainnya yang disediakan oleh
kebanyakan situs web pemda umumnya
berisi tentang informasi umum, khusus,
pendidikan serta informasi perniagaan.
Artinya, ini menunjukkan bahwa sebagian
besar pemerintah daerah baik pemprov
dan pemkot/pemkab memiliki motivasi
guna membangun good governance dalam
dunia virtual melalui penyediaan informasi
yang lengkap kepada masyarakat. Namun
begitu sebagian besar nampaknya masih
ada beberapa situs websites Pemprov dan
Pemda Jambi yang tidak memiliki
kelengkapan informasi umum dan khusus,
padahal ini merupakan sarana utama
sebagai penyampaian pesan secara rutin
bagi pihak masyarakat sebagai objek
pemerintahan.
Keberadaan links informasi
tambahan sesungguhnya merupakan
media yang tepat untuk public relations
bagi pemda yang bersangkutan, karena
dengan informasi tersebut dimungkinkan
masyarakat akan mengetahui banyak
kemajuan dan eksistensi pemerintahan
pemda yang bersangkutan yang akan
memicu munculnya citra dan opini yang
positif.(Widodo, 2015: 11) Ada beberapa
situs web pemda justru menonjolkan
informasi profile, kolom pimpinan daerah
119 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
dalam bentuk opininya. Pada satu sisi ini
merupakan representasi komunikasi
pimpinan dengan warganya, tapi di sisi
humas hal ini justru tidak etis. Selain isi
minimal dan isi kelengkapan penempatan
jumlah links informasi juga menjadi
pertimbangan dalam tampilan situs web
pemda. Jumlah links informasi merujuk
pada kelengkapan informasi yang tidak
menumpuk pada halaman muka
(homepage) namun disebarkan melalui
site-site yang dimiliki. Semakin banyak
links maka akan menunjukan bahwa
informasi yang tersedia semakin lengkap,
dan tidak hanya itu tingkatan links juga
merujuk pada kemudahan bagi pengunjung
untuk memasuki websites lainnya yang
berkaitan dengan informasi yang berada
dalam situs website Pemprov Jambi. Yang
menarik ternyata hampir sebagian situs
web pemda menyediakan fasilitas search
engine yaitu alat yang digunakan untuk
mempermudah pengunjung situs untuk
mencari informasi. Search engine yang
disediakan bisa berbentuk pencarian arsip
website namun juga pencarian informasi
dalam arti luas.
b. Evaluasi Penyediaan Links Hubungan
Ketersediaan links yang
menghubungkan pihak pemda dengan
institusi atau instansi lain yang berkait erat
dengan kebutuhan dan kepentingan
masyarakat merupakan jalan utama
menuju tercapainya tahapan ke tiga atau
ke empat dalam pengembangan e-
government. Links hubungan yang di
maksud meliputi links Government to
Government (G2G), Government to
Business (G2B), Government to
Consumers (G2C). (Sosiawan, 2014: 18)
Bila dianalisis, maka hampir semua situs
website Pemda menyediakan hubungan
links antara Pemda dengan masyarakat
sebagai objek pemerintahan, pihak institusi
yang bergerak dalam bidang bisnis, serta
pihak pemerintah daerah lainnya. Namun
walaupun ada hubungan interagency tetapi
mayoritas masih berbentuk links ke institusi
yang masih dalam lingkup masing-masing
pemda sendiri. Tidak ada situs website
pemda yang diteliti membuat interagency
ke pemda lainnya. Jikapun ada, maka
umumnya hanya bersifat links biasa saja
bukan menunjukkan adanya keterkaitan
data ataupun interchange dan integrated
data’s. Jika hanya melihat pada jumlah
links yaitu banyaknya loncatan informasi
yang disediakan dalam satu site atau
homepage (semakin banyak links yang
disediakan maka akan semakin banyak
informasi yang ditawarkan atau di
tayangkan) maka umumnya paling banyak
situs web pemda rata-rata memiliki jumlah
links antara 50 hingga 50 keatas.
Sementara jumlah minimalnya berkisar
antara 30 links, sedangkan Jambi hanya
memiliki jumlah links antara 15-20 links dan
ini masih jauh dari kata cukup.
c. Evaluasi Aksesbilitas
Aksesbilitas merupakan kecepatan
loading untuk tampil secara utuh dari
semua beban suatu situs yang diukur
dalam bilangan detik.(Lee, 2013: 9)
Implementasi E-Government Pada Situs Web Pemerintah Menuju Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Open Government Di Provinsi Jambi- Cholillah Suci Pratiwi | 120
Aksesbilitas yang dimiliki oleh situs web
pemda umumnya menunujukkan
kepemilikan aksesbilitas kurang dari 5
detik. Ini menunjukkan bahwa hampir
semua pemda peduli akan pelayanan
melalui media online sebab aksesbilitas
lebih dari 5 – 10 detik akan menyebabkan
pengguna situs enggan untuk menunggu
sampai loading selesai. Bukan itu saja
loading yang terlalu lama akan
menyebabkan kurangnya nilai pelayanan
dari pemda itu sendiri yang menyebakan
tujuan penyelengaraan e-government
menjadi percuma. Aksesbilitas yang lebih
dari 10 detik dimungkinkan akan
menghambat motivasi dari pengunjung
situs, karena aksesbilitas rata-rata yang
diminta oleh user pengunjung adalah
berkisar antara 1 hingga 5 detik. Dari 11
Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi
Jambi, beberapa daerah yang
aksesibilitasnya kurang dari 5-10 detik
hanya Kabupaten Batanghari, Merangin
dan Tanjung Jabung Timur, itu artinya 9
kab/kota masih berada di level rendah.
Adapun situs web pemprov dan pemda lain
aktif meskipun ada yang berstatus under
restriction tak dipungkiri bahwa
peningkatan implementasi e-government
harus ditingkatkan bersama.
d. Evaluasi Umpan Balik
Ketersediaan umpan balik melalui
e-mail kepada pihak Pemda dari
masyarakat yang ditujukan kepada pejabat
di lingkungan Pemda merupakan
penyediaan sarana untuk menyampaikan
suatu permintaan atau keterangan serta
aspirasi. Pada implementasinya kebanya-
kan umpan balik melalui e-mail yang
disediakan ditujukan kepada administratur
website dan bukannya kepada pejabat
yang terkait. Ini mengakibatkan bahwa
proses umpan balik dari masyarakat
apakah itu berkaitan dengan keluhan,
saran atau permohonan tidak langsung
dapat diterima atau di monitor oleh pejabat
yang terkait. Kemudian, melalui pola e-mail
yang langsung tertuju pada account
pejabat yang bersangkutan tentunya akan
memudahkan masyarakat berkomunikasi
secara interpersonal kepada pejabat publik
(walau dalam kontek virtual) sehingga
keluhan, saran dan masukan dapat
langsung diterima oleh sang pejabat
publik.(Rakhmanov, 2014)
Meskipun pada prakteknya pesan
tersebut akan disampaikan ke pejabat
terkait, hal ini memperlambat respon yang
bisa diterima masyarakat. Kabupaten
Batanghari adalah salah satu pemerintah
kabupaten yang telah menyediakan menu
link e-lapor sebagai media aspirasi,
keluhan atau saran dari masyarakat. Hal ini
perlu diapresiasi dan dijadikan contoh bagi
kabupaten lainnya dalam menerapkan e-
government yang maskimal.
e. Evaluasi Visualisasi Dan Desain
Visualisasi dan desain adalah
merupakan aplikasi tampilan situs web
yang terdairi atas animasi, grafis dan teks
disertai penempatan layout dan navigasi
menu. (Furuholt, 2014: 11) Secara umum
tampilan situs web pemda yang ada
menunjukkan yang tidak menggunakan
121 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
animasi lebih dominan dibanding dengan
yang menggunakan desain secara lengkap
yang terdiri dari Animasi, Grafis dan teks.
Pertimbangan hanya menggunakan grafis
dan teks adalah karena faktor aksesbilitas.
Dikhawatirkan apabila menggunakan
animasi akan mengurangi kecepatan
loading website. Situs web Pemprov Jambi
dan 11 Kab/Kota lainnya yang
mengandalkan animasi dan teks
nampaknya belum ada yang berani
mencobanya dan kemungkinan alasan
utama disini adalah kurangnya sumber
daya teknis yang mengelola situs website
pemda. Kalaupun ada yang menggunakan
animasi, bentuk animasi yang digunakan
adalah animasi sederhana dan umumnya
digunakan untuk merujuk pada links-links
penting atau untuk running text greeting.
Penggunaaan logo dan simbol-simbol khas
daerah banyak ditonjolkan oleh masing-
masing situs pada setiap homepage.
Bentuk homepage pada masing-masing
websites Pemda memiliki identitas yang
mudah dikenali, artinya pada masing-
masing homepage dicantumkan nama dan
simbol masing-masing Pemda. Gambar
yang menarik sebagai simbol kedaerahan
juga nampak dalam masing-masing
websites. Dari segi sistem navigasi, dapat
dicermati bahwa pola menu informasi yang
tersedia adalah memiliki kesamaan yaitu
menggunakan sistem menu utama, menu
tambahan, informasi / berita umum dan
informasi khusus serta fasilitas links
keberbagai alamat situs lainnya. Pola yang
seragam ini sepertinya menjadi tipikal dari
semua situs Pemda, namun pada sisi lain
menyebabkan kurang beragamnya situs
yang tersedia. Pada segi penyusunan lay
out sebagai strategi kreatif dalam
penyampaian informasi. Jika dilihat dari
tipe lay out nya maka semuanya
menggunakan tipe mondrian yaitu
pembagian dua atau lebih bentuk persegi
panjang dengan penggunaan bentuk garis
dan batang secara tegas, sementara
format yang digunakan adalah
menggunakan format the outline; yaitu
format yang digunakan untuk
mengkomunikasikan komponen kunci
pesan dengan menggunakan bahasa
pernyataan yang luas dan bentuknya mirip
gaya dalam penulisan berita atau artikel.
f. Evaluasi Manajemen pengelolaan situs
Orientasi pengelolaan situs pemerintah
daerah tidaklah seperti web tradisional
yang hanya memerlukan satu orang
webmaster, namun terdiri struktur
organisasi yang sistematis. Menurut
panduan dari Kominfo maka pengelolaan
dan penanggung jawab situs dilakukan
oleh:
a) Pelindung (Gubernur/Bupati/Walikota)
b) Penanggungjawab Situs Web
Pemerintah Daerah (eselon tertinggi
pada organisasi struktural
Pemerintahan Daerah)
c) Manajer Situs (eselon satu tingkat
dibawah eselon tertinggi pada
organisasi struktural Pemerintahan
Daerah)
Implementasi E-Government Pada Situs Web Pemerintah Menuju Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Open Government Di Provinsi Jambi- Cholillah Suci Pratiwi | 122
d) Tim Pengelola (sejumlah pegawai
Pemerintah Daerah yang mampu,
serta mempunyai standar kompetensi
di bidang teknologi informasi)
e) Tim Asistensi (para eselon satu tingkat
dibawah eselon tertinggi pada
organisasi struktural pemerintah
daerah, mewakili unit-unit kedinasan
yang ada di daerah) (Kominfo, 2002)
Secara umum terlihat bahwa
pengelolaan situs web pemda masih belum
sesuai dengan panduan penyelenggaraan
situs web pemda yang dikeluarkan
Kominfo. Artinya bahwa banyak pemda
masih “setengah hati” dalam keterlibatan
pengelolaan situs. Ini bisa dimengerti
karena dalam konteks tertentu pihak
pejabat publik bukan lahir dari generasi
internet sehingga ada semacam “gagap
teknologi” yang mempengaruhi
keterlibatannya secara langsung dalam
pengelolaan situs. Pengelolaan situs
diserahkan pada badan yang memiliki
keterkaitan dengan penyampaian informasi
disini bila tidak Kantor Humas dan
Informasi maka diserahkan pada Kantor
Pengolahan Data Elektronik. Penyerahan
pada dua badan tersebut sesungguhnya
tidak salah sebatas dalam konteks
manajerial dan pengelolaan, namun bila
tidak ada sinergi dan kerjasama dengan
instansi di lingkungan pemda maka
umumnya informasi yang disampaikan
dalam web tidak akan lengkap. Selain itu,
ke-tidakadaan hal tersebut menyebabkan
integritas layanan transakisonal yang
diharapkan pada setiap situs pemda tidak
akan terwujud.
KENDALA UTAMA YANG DIHADAPI
Bebeberapa kondisi awal di lapangan
menunjukkan beberapa indikasi
permasalahan dalam upaya memutuskan
penerapan e-government di Provinsi
Jambi. Kondisi tersebut berupa:
a) Belum terintegrasinya sistem yang
dibangun. Beberapa kabupaten/kota
ataupun instansi di pemerintahan
daerah telah memiliki aplikasi atau
sistem informasi, namun biasanya
setiap sistem yang dikembangkan
terpisah satu sama lain. Hal ini terjadi
karena kebutuhan setiap instansi
yang mengembangkannya berbeda
antara yang satu dengan yang lain,
atau dengan kata lain antara satu
sistem dengan sistem lainnya tidak
terintegrasi. Dengan tidak
terintegrasinya sistem yang ada,
maka kesulitan yang akan dihadapi
adalah ketika kita membutuhkan
suatu data atau informasi yang
berasal dari berbagai sumber data,
karena karakteristik data atau
informasi yang berasal dari beberapa
sistem informasi yang ada memiliki
perbedaan format atau standart dari
aturan yang ada. Data dan informasi
yang terpisah secara fungsional
maupun secara fisik seringkali
menyebabkan tujuan dari adanya
komputerisasi untuk memperoleh
data secara tepat, cepat dan terkini
menjadi tidak tercapai.
123 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
b) Sarana dan prasarana komputer
beserta jaringan yang kurang
mendukung. Lingkungan perkantoran
merupakan pusat informasi
pemerintahan. Dengan terbatasnya
sarana dan prasarana komputer serta
jaringan akan memberikan tingkat
pengelolaan informasi di kantor
pusat. Kondisi seperti ini akan
mengakibatkan lalu lintas data
menjadi tidak optimal, kebutuhan
informasi dan data menjadi sangat
sulit untuk dapat langsung diperoleh,
sehingga proses akses atas informasi
di kantor pusat data serta pertukaran
informasi antar satu kantor atau unit
dengan kantor atau unit yang lain
menjadi sangat lambat. Hal inilah
yang menyebabkan efisiensi dan
efektifitas kinerja pada setiap instansi
menjadi berkurang.
c) Terbatasnya Sumber Daya Manusia.
Kebutuhan sumber daya manusia
yang berkualitas dan paham serta
mengerti dan ahli di bidang teknologi
informasi mash sangat sulit
didapatkan. Sumber daya manusia
dibeberapa kantor Pemerintahan
Daerah masih sangat terbatas,
terlebih dengan ditunjukkannya
kesadaran para pimpinan di kantor
pemerintahan daerah mengenai
pentingnya membangun suatu unit
pelayanan teknis yang khusus
menangani bidang teknologi
informasi masih sangat kurang.
d) Kurangnya regulasi dan peraturan
daerah yang mendukung
perkembangan e-government.
Kebijakan dan regulasi yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah
pada saat ini masih terlihat kurang.
Karena prinsip keterbukaan bagi
setiap penyelenggara daerah menjadi
hambatan formal agar masyarakat
dapat mengakses setiap kebijakan
yang ada. Untuk itulah diperlukan
keterbukaan secara luas di segala
bidang pemerintahan, agar konsep
clean governance dalam
menghasilkan good governance
menuju open government dapat
tercapai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Simpulan dan penawaran solusi jika
dikaitkan dengan bentuk ideal yang
diharapkan sebagai sarana e-government
maka dapat dikatakan websites Pemda di
Provinsi Jambi yang ada masih berfungsi
sebagai media informatif atau kehumasan
saja dan bukannya media interaktif apa lagi
jika dikaitkan dengan panduan yang
dikeluarkan Kominfo, maka status dari
websites Pemda di Provinsi Jambi masih
pada tahapan pematangan yaitu masih
dalam kategori penyediaan informasi
interaktif dan pemuatan antar hubungan
dengan lembaga lain. Padahal
kesempurnaan untuk menjadi e-
government yang sesungguhnya
Implementasi E-Government Pada Situs Web Pemerintah Menuju Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Open Government Di Provinsi Jambi- Cholillah Suci Pratiwi | 124
memerlukan 4 tahapan. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan situs-situs
Pemda yang ada di Indonesia masih
berupa company profile atau sebatas iweb
presence saja. Layanan aplikasi yang
dibutuhkan sebagai sarana e-government
seperti layanan pembuatan KTP, e-
employment, layanan hukum dan
sebagainya nampaknya masih jauh bahkan
rintisannyapun masih belum kelihatan dan
ini merupakan tantangan tersendiri bagi
semua Pemda di Provinsi Jambi tersebut
untuk meningkatkan status e-government
mereka sampai pada tahapan pemantapan
yaitu penyediaan transaksi pelayanan
publik serta aplikasi pelayanan government
to government (G2G), government to
business (G2B) dan government to
consumers (G2C). Agar sampai ke sana,
faktor perubahan kultur penyelenggara
Pemda di Provinsi Jambi serta faktor-faktor
pendukung implementasi e-government
perlu mendapat perhatian serius. Dengan
pengembangan layanan e-government,
maka penyelenggaraan pemerintahan
beralih menjadi berbasis elektronik. Ini
yang perlu disadari oleh birokrat agar
memiliki kemampuan untuk secara cepat
dan tepat mengaitkan diri dengan
perkembangan di bidang teknologi
informasi dan tuntutan keterbukaan dari
masyarakat. Hakekat tujuan diterapkannya
e-Goverment adalah agar pemerintah
dapat menerapkan suatu praktik yang
disebut sebagai good governance berupa
suatu kontrak sosial yang menuntut
demokratisasi terhadap pelaksanaan
administrasi pemerintahan. Teknologi
informasi seperti e-Goverment merupakan
tool serta enabler untuk penerapan good
government melalui penyelenggaraan
administrasi pemerintahan yang akuntabel,
transparan dan ada partisipasi publik yang
signifikan. Untuk itu maka diperlukan suatu
model manajemen dan pengelolaan isi
situs web pemerintah daerah guna
mendukung tercapainya e-government
yang optimal.
Saran
1. Hendaknya Pemerintah Provinsi
Jambi segera mengeluarkan
aturan-aturan mengenai penerapan
e-government agar dalam
pelaksanaannya tidak mengalami
hambatan dan dalam koridor-
koridor yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Website yang ada saat ini
hendaknya lebih dioptimalkan
kembali terutama yang ada pada
SKPD khususnya yang berkaitan
dengan informasi-informasi yang
sangat dibutuhkan bagi
masyarakat.
3. Hendaknya Pemerintah Provinsi
Jambi mempertimbangkan kembali
pengalokasian pembiayaan
pengembangan infrastruktur dan
jaringan e-government yang
dianggarkan secara bertahap
karena hal tersebut akan
menimbulkan kendala-kendala baru
di tahun yang akan datang.
125 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
4. Untuk penelitian selanjutnya,
diharapkan dapat melakukan
penelitian yang lebih mendalam
mengenai kebijakan penerapan e-
government karena hal ini
menyangkut kewajiban pemerintah
daerah untuk memberikan informasi
yang seluas-luasnya kepada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
[DEPKOMINFO] Departemen Komunikasi dan Informasi (2003), “Kebijakan dan Pengembangan Startegi Nasional Pengembangan E-Government
(Inpres No. 3 tahun 2003): Panduan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government Lembaga versi 1.0”.
Pemerintah Republik Indonesia, Presiden Republik Indonesia.2003. “ Intruksi President Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government. Indonesia”.
Andrianto, Nico. 2015. Good E-Government : Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui E-Government. Malang : Banyu Media Publishing.
Anggono, Bambang Dwi, (2013), “Urunan Project e-Government Kolaborasi Pengembangan e-Government Nasional dalam Perspektif Otonomi Daerah”, Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia, 3-4 Mei 2013, Institut Teknologi Bandung.
Djumadal, J. Surat, (2013), “Penerapan e-Government dan Berbagai Kendala di Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”, Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia, 3-4 Mei 2013, Institut Teknologi Bandung.
Dwiyanto, Agus. 2017. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Furuholt, Bjorn; dan Wahid, Fathul. (2014). “E-government Challenges and the Role of Political Leadership in Indonesia: the Case of Sragen”. Proceedings of the 41st Hawaii International Conference on System Science, 2014. IEEE. 1530-1605/14.
Gulati ,Girish J.; “Jeff”; Yates, David J.; dan Williams, Christine B. (2015).“Understanding the Impact of Political Structure, Governance and Public Policy on E-government”. Massachusetts : Bentley University.
45th Hawaii International Conference on System Sciences. DOI 10.1109/HICSS.2015.617. IEEE. 978-0-7695-4525-7/15.
Hutter, Michael. 2016. “Efficiency, Viabillity, and the New Rules of the Internet” dalam European Journal of Law an Economics. Netherlands : Kluwer Academic Publisher.
Indrajit, Richardus E dkk. 2014. E-Government Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta: Andi.
J. Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Junaidi. 2015. E-Government dalam Bingkai Reformasi Administrasi Publik Menuju Good Governance.
JKAP Program Pasca Sarjana Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada volume 9. No. 1, 59-60.
Lee, Nag Yeon. (2013). Modul 3: Penerapan e-Government. Academy Modules (Bahasa Version).United nation : Asian and Pacific Training Centre for Information and Communication Technology for Development (APCICT). Diakses pada 12 Mei 2018. http://www.unapcict.org/academy/academy/academy-modules/bahasa-indonesia-version.
Mundy, D., & Musa, B. 2013. Towards a Framework for eGovernment Development in Nigeria. Electronic Journal of e-Government.
Implementasi E-Government Pada Situs Web Pemerintah Menuju Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Open Government Di Provinsi Jambi- Cholillah Suci Pratiwi | 126
Rakhmanov. (2014). “The barriers affecting E-government development in Uzbekistan”. South Korea: Seoul National University. Fourth International Conference on Computer Sciences and Convergence Information Technology. 978-0-7695-3896-9/09.
Sosiawan, Edwi Arief. 2014. Model Management Komunikasi dan Administrasi Back Office E-Government sebagai Media Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu
Komunikasi. Volume 7. Nomor 1. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Komunikasi UPN “Veteran”.
Susartono. 2016. E-Government di Indonesia. Jurnal Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta volume 2 No. 1, 2-5.
Widodo, Joko. 2015. Good Governance, Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Insan Cendekia: Surabaya.
127 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
PENGARUH BEBERAPA STARTER TERHADAP KUALITAS KOMPOS DARI FECES SAPI DAN LIMBAH KELAPA SAWIT
EFFECT OF SOME STARTERS ON THE COMPOST QUALITY OF COW FECES AND PALM OIL WASTE
Adriani, F. Manin dan E. Hendalia
Fakultas Peternakan Universitas Jambi
Jl. Jambi Maaro Bulian Km 15 Mandalo Darat Jambi [email protected]
Abstract
The aim of this research was to know the the effect of several starters of compost on the
compost quality (which was made from feces of cow and palm oil waste). The experiment was assigned into Completely Randomized Design with 5 treatments and 4 replications. The treatments were P0, P1, P2, P3 and P4 (P0 = control, P1 = P0 + 2.5% probiotics, P2 = P1 + 10% bamboo root, P3 = P1 + 10% banana hump, P4 = P0 + 2.5% EM4). The parameters measured werephysical form (color, texture) and nutrients content (C, N, P, K) of compost. The results showed that in P2 and P3, the physical form of compost was almost black in color and crumbly in texture. While in P0, P1 and P4, the color and texture were partially brown and coarse, respectively. The carbon content of compost in P3 (31.51 ± 4.77) was significantly (P<0.05) lower than P1 (42,74± 4,48), but the difference was not significant among P0 (37,91± 2,27), P2 (36.79 ± 5 , 26) and P4 (40.27 ± 9.45). The nitrogen content of compost in P0 (1.57 ± 0.16) and P4 (1.10 ± 0.26) was significantly (P<0.05) lower than those of P1 (1.57 ± 0.16), P2 (1.57 ± 0.22) and P3 (1.41 ± 0.21). Phospor content of compost in P0 (0,071 ± 0,004) was significantly (P<0.05) lower than those of P1 (0,112 ± 0,01), P2 (0,130 ± 0,02), P3 (0,109 ± 0,02) and P4 (0,123 ± 0,03). The potassium content in P0 (0.217 ± 0.01) was significantly (P0.05) lower than those of P1 (0.022 ± 0.002), P2 (0.219 ± 0.03), P3 (0.222 ± 0.03) and P4 (0.223 ± 0.05). The C/N ratio of compost in P4 (36.54 ± 1.67) was significantly (P<0.05) higher than PO (27.59 ± 1.67), P1 (27.17 ± 8.38), P2 (24.20 ± 1 , 67), P3 (22.41 ± 0.00). It can be concluded that the starter which can produce good physical characteristic and quality of compost were probiotic + bamboo root and probiotics + banana hump. Keywords: compost, starter, bamboo root, banana hump
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa starter terhadap kualitas kompos dari feces sapi dan limbah kelapa sawit. Rancangan acak lengkap digunakan pada penelitian ini dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan penelitian adalah P0= kontrol, P1= P0 + 2,5% probiotik, P2= P1 + 10% akar bambu, P3= P1 + 10% bonggol pisang, P4 = P0 + 2,5% EM4. Peubah yang diamati adalah bentuk fisik kompos (warna, tektur), C,N,P, K. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuanP2 dan P3 menghasilkan 100% kompos berwarna hitam dan bertektur remah, sementara P0, P1 dan P2 sebagian berwarna coklat dan tertektur kasar. Starter mempengaruhi kandungan karbon kompos dimana perlakuan P3 (31,51± 4,77) nyata lebih rendah daripada P1 (42,31,51±4,77), tetapi sama dengan P0 (37,91±2,27), P2 (36,79±5,26) dan P4 (40,27±9,45). Kandungan nitrogen perlakuan P0 (1,57±0,16) dan P4 (1,10±0,26) nyata lebih rendah daripada P1 (1,57±0,16), P2 (1,57±0,22) dan P3 (1,41±0,21). Kandungan phospor perlakuan P0 (0,071±0,004) nyata lebih rendah dibandingan P1 (0,112±0,01), P2 (0,130±0,02), P3 (0,109±0,02) dan P4 (0,123±0,03). Kandungan kalium perlakuan P0 (0,217±0,01) nyata lebih rendah daripada perlakuan P1 (0,022±0,002), P2 (0,219±0,03), P3 (0,222±0,03) dan P4 (0,223±0,05). C/N rasio kompos pada perlakuan P4 (36,54±1,67) nyata lebih tinggi daripada PO (27,59±1,67), P1 (27,17±8,38), P2 (24,20±1,67), P3 (22,41±0,00). Simpulan penelitian adalah perlakuan probiotik dengan akar bambu, probiotik dan bonggol pisang menghasilkan karakteristik fisik kompos serta kualitas kompos yang baik. Kata kunci: kompos, starter, akar bambu, bonggol pisang
Pengaruh Beberapa Starter Terhadap Kualitas Kompos Dari Feces Sapi Dan Limbah Kelapa Sawit - Adriani, F. Manin dan E. Hendalia| 128
PENDAHULUAN
Kompos merupakan hasil penguraian
bahan-bahan organik seperti limbah
pertanian, kotoran ternak (feces) dan bahan
organik lainnya yang bisa dimanfaatkan
sebagai pupuk organik. Banyak bahan yang
berpotensi sebagai bahan baku pembuatan
kompos seperti feces, limbah perkebunan
kelapa sawit (pelepah kelapa sawit)
maupun limbah dari pabrik kelapa sawit
(fiber, tangkos sawit, abu boiler pabrik
kelapa sawit (El-Ahraf dan Willis 1996;
Adriani dan Novra, 2016).
Penggunaan feces sapi sebagai
bahan baku pembuatan kompos sangat
berpotensi, dimana populasi sapi pada
tahun 2016 sebanyak 16.004.097 ekor
(Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan 2017), jika 1 ekor sapi
bisa menghasilkan feces ± 10 kg/ekor/hari,
berarti setiap hari tersedia bahan baku
kompos dari feces sapi sebanyak ± 160 ton.
Bahan baku lain yang tersedia dalam jumlah
banyak dan kontinu adalah limbah dari
perkebunan kelapa sawit (pelepah sawit)
dan limbah dari pabrik kelapa sawit (tangkos
dan abu boiler pabrik sawit)
(Kusumaningwati, 2015). Setiap hektar
kebun kelapa sawit terdapat ± 130 pohon
yang dapat menghasilkan ± 22 pelepah
dengan berat ± 2,292 kg. Sehingga dalam
satu tahun mampu menyediakan 6.292 kg
pelepah dalam bentuk segar. Pelepah
kelapa sawit selama ini ditumpuk dikebun
tanpa dimanfaatkan. Sementara limbah
pabrik kelapa sawit juga tersedia dalam
jumlah banyak seiring bertambahnya pabrik
kelapa sawit berupa tangkos sawit dan abu
boiler pabrik sawit. Agar proses
dekomposisinya berjalan lebih cepat perlu
ditambahkan starter.
Banyak starter yang bisa digunakan
dalam proses pengomposan seperti EM4,
Probio_EM, MOL (mikroorganisme lokal)
yaitu bongkol pisang dan akar bambu.
Pengunaan EM4 dalam pembuatan kompos
bisa digunakan 1-2,5%.begitu juga
probio_FM menghasilkan kualitas pupuk
yang baik dengan pemakaian 2,5% (Suhesy
dan Adriani, 2014; Suhesy et al, 2016),
sementara penggunaan MOL dari akar
bambu dan bongol pisang juga bisa
memacu proses dekomposisi
(Kusumaningwati, 2015). Bongkol pisang
mengandung karbohidrat 66% (Munadjim,
1983), pati 45,4%, protein 4,35% (Sukasa
et al., 1996) dan mikroba pengurai seperti
Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Aspergillus
nigger (Suhastyo, 2011). Sementara MOL
akar bambu mengandung Rhizobium
Bacteria yang mampu memacu
pertumbuhan dan fisiologi akar, mengurangi
penyakit dan meningkatkan nutrisi seperti
phospat, belerang, besi dan tembaga
(Lindung, 2017).
Berdasarkan kondisi di atas maka
ingin diketahui bagaimana pengaruh starter
yang berbeda terhadap kualitas kompos dari
feces sapi dan limbah kelapa sawit.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh beberapa starter
129 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
terhadap kualitas kompos dari feces sapi
dan limbah kelapa sawit. Penelitian ini
dilakukan pada Laboratorium Produksi
Ternak Ruminansia Fakultas Peternakan
Universitas Jambi selama 3 bulan.
Penelitian menggunakan bahan baku
feces sapi, pelapah kelapa sawit yang
sudah dicacah, tangkos kelapa sawit sudah
dicacah, dedak, urea dan starter yang
berbeda. Kombinasi starter yang digunakan
adalah campuran probiotik yang sudah
diproduksi Fakultas Peternakan (probio_FM)
dengan akar bambu dan bongkol pisang,
EM4. Pembuatan starter akar bambu dan
bongkol pisang dengan cara mengambil
akar bambu dan bongkol pisang, kemudian
dibersihkan dari tanah-tanah yang melekat
dan dihaluskan mengunakan blender,
setelah diblender dicampur dengan probiotik
kemudian didiamkan selama beberapa hari
sebelum digunakan.
Pada Tahap awal kegiatan penelitian
dilakukan pencacahan bahan-bahan yang
dipakai dalam pembuatan kompos dengan
ukuran bahan menjadi 3-5 cm, kemudian
semua bahan ditimbang sesuai dengan
kebutuhan dan perlakuan, setelah itu
dilakukan pencampuran bahan mulai dari
bahan yang jumlahnya paling sedikit
sampai pada bahan yang jumlahnya lebih
banyak. Setelah semua bahan tercapur rata,
maka dilakukan penyemprotan starter
sampai kadar air bahan kompos kurang
lebih 60%, ini bisa dilihat dengan cara
mengenggam bahan, jika bahan campuran
kompos tersebut mengumpal dan tidak
buyar serta tidak keluar air maka kompos
sudah bisa difermentasi. Setelah semua
bahan tercampur rata dengan starter, maka
dimasukan kedalam karung plastik dan
diikat, kemudian dilakukan proses
pengomposan sampai 21 hari.
Setelah proses pengomposan 21 hari
dilakukan pemanenan kompos dengan
mengamati pH kompos, karakteristik fisik
kompos yaitu warna (coklat, coklat
kehitaman dan hitam) dan tektur (kasar,
agak kasar dan remah). Setelah melakukan
pengamatan fisik, maka dilakukan
pengambilan sampel kompos untuk
dianalisis di laboratorium.
Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap dengan 5
perlakuan dan 4 ulangan, perlakuan
penelitian adalah stater yang berbeda yaitu
P0= kontrol (tanpa starter), P1= P0 + 2,5%
probiotik, P2= P1 + 10% akar bambu, P3=
P1 + 10% bongkol pisang, P4 = P0 + 2,5%
EM4.
Peubah yang diamati dalam penelitian
adalah bentuk fisik kompos yang terdiri atas
warna kompos (coklat, coklat kehitaman dan
hitam), tektur kompos (kasar, agak kasar
dan remah), pH kompos menggunakan pH
meter, sementara kandungan kualitas
kompos adalah C, N, P, K dianalisis di
laboratorium Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Jambi menggunakan metode
Walkley dan Black.
Semua data yang diperoleh dianalisis
dengan analisis varian sesuai dengan
rancangan yang digunakan, jika berbeda
Pengaruh Beberapa Starter Terhadap Kualitas Kompos Dari Feces Sapi Dan Limbah Kelapa Sawit - Adriani, F. Manin dan E. Hendalia| 130
nyata dilanjutkan dengan uji jarak
berganda Duncant (Steel dan Torrie, 1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakretistik Fisik Kompos
Karakteristik fisik kompos merupakan
salah satu indikasi untuk melihat
kematangan kompos yang dihasilkan. Ini
bisa terlihat dari karakteristik fisik seperti
bau, warna, tekstur (Djuarnani et al., 2005).
Karakteristik kompos yang telah mengalami
proses pengomposan selama 21 hari
sebagai pengaruh perlakuan starter yang
berbeda dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Karakteristik Fisik Kompos yang Mendapat Perlakuan Starter yang Berbeda
Ulangan P0 P1 P2 P3 P4
Warna
1 Coklat Coklat kehitaman hitam Hitam hitam
2 Coklat Hitam Coklat kehitaman Hitam Coklat kehitaman
3 Coklat Coklat kehitaman hitam Hitam hitam
4 Coklat Hitam hitam Hitam Coklat kehitaman
Tektur
1 Agak kasar Agak kasar remah Remah Agak kasar
2 kasar Remah remah Remah remah
3 kasar Agak kasar remah Remah Agak kasar
4 kasar Remah remah Remah Agak kasar
Dari Tabel 1 terlihat bahwa
perlakuan P0 menghasilkan warna kompos
coklat 100%, sementara P1 dan P4
menghasilkan 50% kompos warna coklat
dan 50% coklat kehitaman, sementara P2
menghasilkan kompos 75% warna hitam
dan 25% coklat kehitaman dan P3
menghasilkan warna berwarna hitam 100%.
Kondisi ini diduga karena perlakuan pada
P3 terjadi proses pengomposan yang lebih
baik, sehingga perombakan bahan terjadi
secara sempurna dan menghasilkan warna
kompos yang lebih gelap. Menurut Brinton
dan Droffner (1994) bahwa proses
pengomposan akan berubah warna
material kompos ke arah coklat kehitaman
dan hitam sebgai akibat transformasi bahan
organik dan membentuk humus. Selain itu
disebabkan oleh berubahnya kandungan
CO2 atau asam-asam organik yang bersifat
volatil (El-Ahraf dan Willis,1996).
Tekstur kompos yang dihasilkan
pada penelitian ini adalah kasar sampai
remah. Perlakuan P0 menghasilkan tektur
kompos kasar 75% dan agak kasar 25%,
perlakuan P1 menghasilkan 50% agak kasar
dan 50% remah, P2 dan P3 menghasilkan
kompos bertekstur remah 100%, dan P4
menghasilkan 75% agak kasar dan 25%
remah. Kondisi ini diduga terdapat sinergis
antara probio_FM dengan ekstrak akar
bambu dan akar pisang (P2 dan P3),
sehingga bahan kompos bisa terurai
dengan baik. Ini ditandai dengan
131 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
berubahnya tektur kompos dari kasar
menjadi remah.
Kualitas Kompos
Kualitas kompos yang telah
mengalami proses dekomposisi selama 21
hari sebagai pengaruh pemberian starter
yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kualitas Kompos yang Mendapat Perlakuan Starter Berbeda
Parameter P0 P1 P2 P3 P4
Carbon 37,91± 2,27 ab
42,74±4,48a 36,79±5,26ab 31,51±4,77b 40,27±9,45ab
Nitrogen (%) 1,37±0,08b 1,57±0,16a 1,57±0,22a 1,41±0,21a 1,10±0,26b
Pospor (%) 0,071±0,01a 0,112±0,01b 0,130±0,02b 0,109±0,02b 0,123±0,03b
Kalium (%) 0,217±0,01A 0,022±0,02B 0,219±0,03A 0,222±0,03A 0,223±0,05A
C/N ratio (%)
27,59±1,67B 27,17±8,38C 24,20±1,67D 22,41±0,00E 36,54±1,67A
pH 6,75±0,97 6,83±1,21 6,71±0,98 6,66±0,78 6,75±0,99
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan starter yang berbeda
nyata mempengaruhi kandungan karbon
kompos yang dihasilkan (P<0,05).
Perlakuan P3 (31,51± 4,77) nyata lebih
rendah daripada P1 (42,74 ± 4,48) tetapi
sama dengan perlakuan P0 (37,91 ± 2,27),
P2 (36,79 ± 5,26) dan P4 (40,27 ± 9,45).
Terdapat kecenderungan P1 lebih tinggi
daripada P2 dan P4, tetapi tidak berbeda
secara statistik. Kandungan karbon kompos
penelitian sedikit lebih tinggi daripada
standar SNI yaitu 9,8-32. Sementara
kandungan kabon yang memenuhi syarat
SNI adalah perlakuan P3, diikuti dengan P2,
P0, P4 dan P1. Proses pengomposan yang
baik akan menurunkan kandungan karbon
karena digunakan oleh mikroorganisme
sebagai sumber energi dan hilang dalam
bentuk CO2 (Miner et al., 2000; Graves et
al., 2000). Starter dalam bentuk bakteri
berperan sebagai penginisiasi proses
dekomposisi bahan menjadi bentuk
sederhana. Fungi dan aktinomiset
mendekomposisi bahan yang sulit terurai
(Graves et al., 2000).
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan starter yang berbeda
nyata mempengaruhi kandungan nitrogen
kompos (P<0,05). Perlakuan P0 (1,57 ±
0,16) dan P4 (1,10 ± 0,26) nyata lebih
rendah daripada perlakuan P1 (1,57 ±
0,16), P2 (1,57 ± 0,22) dan P3 (1,41 ± 0,21).
Kandungan nitrogen ini lebih tinggi dari
penelitian Kusmiyarti (2013) yang
mendapatkan nitrogen pada 21 hari
pengomposan sebesar 0,65-1,22 %.
Kondisi ini diduga karena perlakuan
probiotik baik yang tambah dengan akar
bambu dan bongkol pisang mampu
Pengaruh Beberapa Starter Terhadap Kualitas Kompos Dari Feces Sapi Dan Limbah Kelapa Sawit - Adriani, F. Manin dan E. Hendalia| 132
mendekomposisi bahan kompos yang lebih
baik, sehingga menghasilkan nitrogen yang
lebih baik. Hasil penelitian ini sudah
memenuhi standar SNI yaitu kandungan N
kompos minimal 0,40%. Nitrogen diperlukan
untuk pertumbuhan bagian vegetatif
tanaman, seperti daun, batang dan akar,
berperan penting dalam hal pembentukan
hijau daun yang berguna sekali dalam
proses fotosintesis, membentuk protein,
lemak dan berbagai persenyawaan organik
dan meningkatkan perkembangbiakan
mikroorganisme di dalam tanah.
Analisis ragam menunjukkan bahwa
perlakuan starter yang berbeda nyata
mempengaruhi kandungan phospor
kompos yang dihasilkan (P<0,05).
Perlakuan P0 (0,071 ± 0,004) nyata lebih
rendah dibandingan dengan perlakuan P1
(0,112 ± 0,01), P2 (0,130 ± 0,02), P3 (0,109
± 0,02) dan P4 (0,123 ± 0,03). Sementara
antara perlakuan P1, P2, P3 dan P4 tidak
berbeda (P>0,05), namun terdapat
kecenderungan P2 lebih tinggi daripada P1,
P3 dan P4. Kandungan phospor P1, P2, P3
dan P4 sudah memenuhi standar SNI yaitu
kandungan phospor kompos minimal 0,10%,
kecuali PO. Hasil penelitian ini relatif sama
dengan Kusmiyarti (2013) yang
mendapatkan phospor kompos setelah 21
hari adalah 0,15-0,27%. Hal ini diduga
karena enzim fosfatase lebih banyak
terdapat didalam semua starter dibanding
kontrol. Menurut Stofella dan Brian (2011)
bahwa perombakan bahan organik dan
proses asimilasi phospor terjadi karena
adanya enzim fosfatase yang dihasilkan
oleh mikroorganisme.
Analisis ragam menunjukkan bahwa
perlakuan stater yang berbeda sangat nyata
mempengaruhi kalium kompos (P<0,01).
Perlakuan P0 (0,217 ± 0,01) nyata lebih
rendah daripada perlakuan P1 (0,022 ±
0,002), P2 (0,219 ± 0,03), P3 (0,222 ± 0,03)
dan P4 (0,223 ± 0,05), sementara antara P1,
P2, P3 dan P4 tidak berbeda nyata
(P>0,05). Kandungan kalium kompos ini
sudah menenuhi standar SNI yaitu minimal
0,20%. Menurut Sutejo (2002) bahwa kalium
digunakan mikroorganisme sebagai
katalisator, dengan kehadiran
mikroorganisme dan aktivitasnya sangat
berpengaruh terhadap peningkatan
kandungan kalium. Kalium diikat dan
disimpan dalam sel oleh bakteri dan jamur,
jika didekomposisi kembali maka kalium
akan menjadi tersedia kembali.
Perlakuan beberapa starter dalam
proses pengomposan menghasilkan C/N
rasio yang berbeda sangat nyata (P<0,01).
Perlakuan P4 (36,54 ± 1,67) nyata lebih
tinggi daripada PO (27,59 ± 1,67), P1 (27,17
± 8,38), P2 (24,20 ± 1,67), P3 (22,41 ±
0,00). Hasil penelitian ini lebih rendah
daripada Kusumaningwati (2015) yang
mendapatkan C/N rasio kompos dari tandan
kosong kelapa sawit sebesar 31,48 - 35,29.
Menurut Isroi (2008) jika C/N rasio kompos
lebih dari 25 maka proses dekomposisi
belum sempurna dan perlu dilanjutkan, C/N
rasio penelitian lebih tinggi dari rasio C/N
kompos menurut SNI yaitu 10-20. Kondisi
133 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
ini diduga proses pengomposan masih
berlangsung, sehingga perlu beberapa hari
lagi untuk proses pemanenan. Rasio C/N
merupakan salah satu faktor untuk
menentukan pupuk sudah stabil. Semakin
rendah rasio C/N semakin baik bagi
tanaman dan telah digunakan secara luas
sebagai indikator stabilitas kompos dan
diperkirakan akan tetap stabil setelah
kompos mencapai kematangannya (Miner et
al., 2000; Meunchang et al., 2005).
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan beberapa starter tidak
mempengaruhi pH kompos yang dihasilkan
(P>0,05). Kisaran pH kompos penelitian
adalah 6,66- 6,83. pH kompos hasil
penelitian ini berada pada kisaran kompos
yang diajurkan oleh SNI yaitu berkisar
antara 6,6-7,49.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan penelitian adalah
perlakuan starter probiotik dengan akar
bambu (P2), probiotik dan bongkol pisang
(P3) menghasilkan karakteristik fisik serta
kualitas hara kompos yang baik
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan menambah lama proses
pengomposan.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani dan A. Novra. 2016. Respons Pemanfaatan Trychokompos Insitu dan Biourine A Plus dalam Budidaya Tanaman Sereh Wangi dan Rumput
Vetiver pada Tanah Bekas Tambang. Laporan Penelitian Teknologi Reklamasi Lahan Tambang. Universitas Jambi. Jambi
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2017. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementrian Pertanian. Jakarta.
Brinton W.F. dan Droffner M.D. 1994. Tes Kits for Determining the Chemical Stability of a Compost Sample. US Patent 5320807
Djuarnani, N., Kristian, dan Setiawan, B.S. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta.
El-Ahraf, A. and Willis, W.V., 1996. Management of Animal Waste: Environmental Health Problems and Technologycal Solution. Praeger, Westport, Connecticut, London.
Graves, R.E., Hattemer, G.M., Stetter, D., Krider,J.N. dan Dana, C. 2000. National Engineering Handbook. United States Departement of Agriculture.
Isroi. 2008. Kompos. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor.
Kusmiyarti, T.B.. 2013. Kualitas Kompos dari Berbagai Kombinasi Bahan Baku Limbah Organik. Agrotrop, 3(1): 83-92.
Kusumaningwati, R. 2015. Penggunaan MOL Bongkol Pisang (Musa Paradisiaca) Sebagai Dekomposer untuk Pengomposan Tandan kelapa Sawit. J.Ziraa’ah. Vol 4-(1):40-54.
Lindung. 2017. Teknologi Pembuatan dan Aplikasi Bakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (PGPR) dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). BPP Jambi.
Meunchang S., Panichsakpatana S, Weaver RW.2005. Co-composting of Filter Cake and Bagasse; by products from sugar mill. Bioresour Technol. 96:437-442.
Miner J.R., FJ. Humenik and M.R. Overcash. 2000. Managing Livestock Wastes to Preserve Enviromental Quality. Iowa State university Press. Ames
Pengaruh Beberapa Starter Terhadap Kualitas Kompos Dari Feces Sapi Dan Limbah Kelapa Sawit - Adriani, F. Manin dan E. Hendalia| 134
Purwasasmita.M. 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu dalam Bioreaktor Tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia. 19-20 Oktober 2009.
Stofella,P.J dan A.K.Brian, 2011. Compost Utilization in Holticultural Cropping System. Lewis Publisher. USA.
Suhessy dan Adriani. 2014.Pengaruh Probiotik dan Trichorderma Harzianum Terhadap Hara Pupuk Kandang yang Berasal dari Feces Sapi dan Kambing. J. Ilmu-Ilmu Peternakan.Vol.XII (2):1-9.
Suhessy S., Adriani dan A. Latif. 2016.
Pengaruh Penambahan Beberapa Starter Terhadap Bentuk Fisik dan Unsur Hara Kompos dari Kotoran Kambing. J. Penelitian Universitas Jambi Seri Sain. Vol.18(2): 1-7.
Suhastyo, A A. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Lokal yang Digunakan pada Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intensification). Tesis.
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Sutedjo, M M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Festival Kampung Senaung 2017 Dalam Perspektif Demokratisasi Desa- Wenny Ira Reverawati|
135
FESTIVAL KAMPUNG SENAUNG 2017 DALAM PERSPEKTIF DEMOKRATISASI DESA
SENAUNG KAMPUNG FESTIVAL 2017 IN PERSPECTIVE DEMOCRATIZATION OF VILLAGE
Wenny Ira Reverawati
STISIP Nurdin Hamzah Jl. Kol. Abunjani, Sipin, Jambi
Email : [email protected]
Abstract
Based on the principle of recognition of the rights of the origins of the village and the local authority in the Act Village 6 2014, the village Senaung reintegrate traditional institutions village that has become the original arrangement of village governance from time immemorial to the village government administration. However, traditional institutions still lack functioning optimally to support tasks, duties, authority of the village chief in sustainability, empowerment, development of customs and cultural traditions and social values in rural communities. In fact, if both partners and performs its function can be used as a means of developing the democratization of the village towards the socio-cultural-based development issues, then Senaung Village Festival 2017 to drive forward progress on the partnership between them in carrying out these functions. This study aimed to analyze the Senaung Village Festival 2017 in the village of democratization perspective. The method used is a qualitative descriptive studywith a case study approach, the sampling technique is purposive sampling collection and analysis of data in a holistic manner in accordance with the approach of case study research. The results of this study indicate that the Festival Village Senaung 2017 is on the agenda of preservation, empowerment and development, coaching customs, traditions and social culture in the village Senaung inadvertently awaken the mechanical solidarity of rural communities Senaung who had been threatened with a sense of individualism. This festival accommodate the history and the uniqueness of the cultural patterns of socio Senaung rural communities. In the perspective of democratization village, Kampung Senaung Festival 2017 is the initiation of the development of rural democratization. Therefore, it is necessary accompaniment remains encouraging partnerships between institutions and traditions village and the village head is necessary for the function of the authority based on the right of the origin can be run by the village. Keyword: Festival Senaung Village 2017, village traditional institutions, democratization of the village, the principle of recognition
Abstrak
Berdasarkan asas pengakuan terhadap hak asal-usul desa dan kewenangan lokal dalam Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014, desa Senaung mengintegrasikan kembali lembaga adat desa yang telah menjadi susunan asli tata pemerintahan desa sejak dahulu kala ke dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Namun, lembaga adat desa belum berfungsi secara maksimal untuk menunjang tugas, kewajiban, kewenangan kepala desa dalam hal pelestarian, pemberdayaan, pengembangan adat istiadat dan tradisi serta nilai sosial budaya di masyarakat desa. Padahal jika keduanya bermitra dan menjalankan fungsinya dapat dijadikan sarana pengembangan demokratisasi desa terhadap isu pembangunan berbasis sosio kultural, maka diinisiasilah Festival Kampung Senaung 2017 untuk mendorong jalannya kemitraan diantara keduanya dalam menjalankan fungsinya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Festival Kampung Senaung 2017 dalam perspektif demokratisasi desa. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, teknik pengumpulan sampling secara purposive sampling dan analisis data secara holistik yang sesuai dengan pendekatan studi kasus dalam penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Festival Kampung Senaung 2017 yang merupakan agenda pelestarian, pemberdayaan, dan pengembangan, pembinaan adat istiadat, tradisi dan sosial kebudayaan yang ada di desa Senaung secara tidak sengaja membangunkan kembali solidaritas mekanis masyarakat desa Senaung yang selama ini terancam dengan rasa individualisme. Festival ini mengakomodir sejarah serta kekhasan pola sosio budaya masyarakat desa Senaung. Dalam perspektif demokratisasi desa, Festival Kampung Senaung 2017 merupakan inisiasi dari pengembangan demokratisasi desa. Saran Maka dari itu, perlu pendampingan yang tetap mendorong kemitraan
136 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
antara lembaga adat desa dan kepala desa sangat diperlukan agar fungsi kewenangan berdasarkan hak asal-usul dapat dijalankan oleh desa. Keyword : Festival Kampung Senaung 2017, lembaga adat desa, demokratisasi desa, asas
pengakuan
PENDAHULUAN
Sejak resmi diputuskan sebagai
sebuah kebijakan negara yang menaungi
entitas hukum bernama desa pada awal
tahun 2014 lalu, Undang-Undang Desa (UU
Desa) No.6 Tahun 2014 membawa
perubahan tafsir dan paradigma terhadap
desa yang selama ini hanya menjadi objek
dan kepanjangan tangan kekuasaan
pemerintah di tingkat lokal. Perubahan
tersebut berdampak pada penyelenggaraan
pemerintahan desa di tingkat lokal dan
penanganannya di tingkat pusat.
Tata kelola desa dalam hal ini
sebagaimana diamanatkan oleh UU Desa,
tak lagi ditata secara seragam, sentralistik,
birokratis dan objektif. Namun, desa kian
berbenah untuk ditata secara partisipatif,
perencanaannya disusun berdasarkan
aspirasi masyarakat dari setiap lapisan
sosial, tingkatan, gender, dan kelompok
lainnya, serta inovatif dan mengedepankan
kekhasan masing-masing desa dari segi
kekayaan, potensi serta kearifan lokal yang
dimiliki. Hal ini sebagaimana tertuang ke
dalam asas pengaturan dan
penyelenggaraan pemerintah desa dalam
UU Desa.
Baik asas pengaturan desa pada
pasal 3 UU Desa, maupun asas
penyelenggaraan pemerintah desa pada
pasal 24 dalam UU Desa, keduanya
merupakan asas yang ingin mewujudkan
desa ke dalam suatu bentuk tata
pemerintahan di tingkat lokal yang sesuai
dengan tata pemerintahan yang baik,
namun mengedepankan pada keragaman
serta kekhasan yang dimiliki oleh masing-
masing desa. Sebab keragaman serta
kekhasan desa tersebut telah menjadi
riwayat penyelenggaraan pemerintahan
desa di Indonesia sejak dahulu kala.
Sebagaimana juga tercantum dalam
pasal 18 B Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 ayat (1) yang menyebutkan bahwa
Negara mengakui dan menghormati satuan-
satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan undang-undang, dan ayat (2)
Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
diatur dalam undang-undang.
Pasal dalam UUD 1945 di atas
merupakan fakta hukum bahwa terdapat
keragaman dan sifat keaslian pada tata
pemerintahan desa yang ada di Indonesia.
Keragaman dan keaslian tersebut diakui
secara hukum oleh pemerintahan Republik
Indonesia, maka sudah selayaknya dalam
penyelenggaraan pemerintahannya juga
diberlakukan untuk mengedepankan prinsip
keragaman dan pengakuan terhadap hak
Festival Kampung Senaung 2017 Dalam Perspektif Demokratisasi Desa- Wenny Ira Reverawati| 137
asal-usul yang melekat pada desa, bukan
justru sebaliknya memberlakukan secara
seragam terhadap penyelenggaraan
pemerintahan desa, sebagaimana yang
pernah dilakukan selama tiga puluh dua
tahun oleh orde baru.
Oleh karena itulah, UU Desa
mencantumkan asas pengakuan terhadap
hak asal usul desa (rekognisi) sebagai
bentuk pengakuan dan penegasan dalam
pengaturan desa yang memiliki hak asal-
usul berupa sistem pemerintahan, tata cara,
adat istiadat, institusi, kebiasaan yang asli
dan melekat pada desa jauh sebelum
Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) terbentuk. Asas ini ditunjang
dengan asas penyelenggaraan
pemerintahan desa dalam UU Desa yaitu
kearifan lokal, keberagaman dan
partisipatif.
Selama orde baru berkuasa,
kelompok-kelompok adat dan lembaga adat
yang menjadi susunan asli desa-desa di
Indonesia dibungkam serta dipinggirkan
dari pusat aktivitas tata pemerintahan desa.
Perannya hanya difungsikan dalam
penyelesaian sengketa masalah sosial
masyarakat desa yang membutuhkan
sanksi hukum adat, tidak lebih dari itu.
Upaya pembungkaman dan
peminggiran ini menyebabkan rusaknya
tatanan adat istiadat, punahnya tradisi dan
budaya yang ada pada masyarakat desa,
tersingkirnya kelompok minoritas adat
dalam pelayanan dan pembangunan.
Sebab selama itu pula desa hanya
difokuskan untuk memenuhi kepentingan
penguasa dan elit politik yang ada. Untuk
itu lah UU Desa berupaya menata kembali
tatanan asli desa agar selaras dan
berkembang menunjang pembangunan
yang merata tanpa adanya diskriminasi.
UU Desa pun memberikan hak
kepada desa untuk mengatur
kepentingannya berdasarkan hak asal-
usulnya, apakah itu berupa adat istiadat
atau nilai sosial budaya kemasyarakatan
lainnya. Lembaga adat desa pun mendapat
tempat sebagai institusi asli yang diakui
secara hukum dalam UU Desa untuk
terlibat ke dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. Kepala desa dan
lembaga adat dalam pengaturan mengenai
hak asal-usul ini kemudian oleh UU Desa
diamanatkan untuk saling bermitra dalam
melestarikan dan memberdayakan adat
istiadat, sosial dan budaya masyarakat
desa.
Menimbang pada hal tersebut
diatas, tim Rural Community Development
(RCD) “Bergerak Membangun Desa”
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LPPM) STISIP Nurdin Hamzah
Jambi, melakukan upaya observasi,
penelitian dan pendampingan terhadap
tugas kepala desa serta lembaga adat desa
dalam melestarikan dan memberdayakan
adat istiadat, sosial dan budaya masyarakat
desa sebagaimana tercantum dalam UU
Desa pasal 26 mengenai tugas dan
kewajiban kepala desa serta pasal 95
mengenai lembaga adat desa.
Observasi yang dilakukan di desa
Senaung, kecamatan Jambi Luar Kota,
138 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi
pada kurun waktu September hingga
November 2017 menunjukkan bahwa, desa
Senaung memiliki susunan asli
pemerintahan desanya berupa adanya
lembaga adat desa. Namun, baik kepala
desa maupun lembaga adat desa belum
sepenuhnya melakukan fungsi dan tugas
untuk mengembangkan, melestarikan dan
memberdayakan adat istiadat, tradisi dan
nilai sosial budaya pada masyarakat.
Lembaga adat hanya meneguhkan
kedudukannya dalam penyelesaian
sengketa masyarakat secara adat,
meskipun strukturnya ada dalam
pemerintahan desa. Kepala desa hanya
memberikan insentif honorarium kepada
struktur lembaga adat. Sementara itu
terdapat masalah di masyarakat berupa
minimnya regenerasi tokoh adat, terancam
punahnya tradisi, adat istiadat serta nilai
sosial budaya di masyarakat mengingat
posisi desa Senaung yang berada di
wilayah urban peripheral kota Jambi dan
rawan terhadap ancaman perubahan serta
modernisasi (LPPM STISIP Nurdin
Hamzah, 2017).
Maka, untuk mendorong tugas dan
fungsi kepala desa yang bermitra dengan
lembaga adat desa dalam pelestarian,
pengembangan dan pemberdayaan adat
istiadat, tradisi serta nilai sosial budaya di
inisiasi Festival Kampung Senaung 2017.
Festival ini untuk menginisiasi lembaga adat
desa dan kepala desa Senaung dalam
mengembangkan, tugas dan fungsinya
tersebut sekaligus menjadikan isu
pelestarian dan pemberdayaan di bidang
adat istiadat, tradisi serta budaya menjadi
bagian dari perencanaan pembangunan
desa.
Upaya ini penting mengingat bahwa
adat istiadat, tradisi dan budaya merupakan
benteng ketahanan terakhir suatu
masyarakat dalam menghadapi perubahan
yang terjadi. Sekaligus sebagai upaya untuk
mendorong tumbuhnya demokratisasi desa
yang berbasis pada sosio kultur masyarakat
untuk menopang ketahanan desa dan
masyarakat sebagaimana diamanatkan
oleh UU Desa. Ini mengingat dan
menimbang pada ancaman serta tantangan
yang dihadapi oleh desa dan masyarakat
Senaung terhadap perubahan dan
modernisasi dari kota Jambi dan sekitarnya.
Berdasarkan laporan observasi dan
tindak lanjut dari tim RCD LPPM STISIP
Nurdin Hamzah tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian terhadap
Festival Kampung Senaung 2017 ditinjau
dari perspektif demokratisasi desa yang
dikandung dalam UU Desa. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis
bagaimanakah Festival Kampung Senaung
2017 dalam perspektif demokratisasi desa
terhadap inisiasi pembangunan desa
berbasis isu budaya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus pada agenda
Festival Kampung Senaung 2017 untuk
dapat mengkajinya secara mendalam
Festival Kampung Senaung 2017 Dalam Perspektif Demokratisasi Desa- Wenny Ira Reverawati| 139
dengan perspektif demokratisasi desa.
Data yang digunakan yaitu data primer hasil
observasi dan wawancara serta data
sekunder pada dokumen-dokumen
penunjang seperti buku, jurnal, internet,
perundang-undangan dan lain-lainnya. Data
dikumpulkan dengan menggunakan
dokumen, hasil observasi, dan wawancara.
Teknik pengambilan sampling dilakukan
dengan menggunakan purposive sampling.
Maka dari itu, yang menjadi responden
dalam penelitian ini dipilih dengan kriteria
tertentu yang mengetahui mengenai seluk-
beluk hak asal-usul, adat-istiadat, tradisi
dan agenda Festival Kampung Senaung
2017. Adapun yang menjadi responden
dalam penelitian ini yaitu ;
1. Kepala desa Senaung.
2. Ketua lembaga adat desa Senaung
3. Tiga orang anggota lembaga adat
desa Senaung.
4. Empat orang pelaku seni tradisi desa
Senaung
5. Empat orang peserta Senaung
Berseloko
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan langkah-langkah analisis
sebagai berikut :
1. Mengorganisir informasi yang terkait
dengan Festival Kampung Senaung
2017.
2. Membaca keseluruhan informasi yang
terkait dengan Festival Kampung
Senaung 2017.
3. Membuat suatu uraian terperinci
mengenai agenda Fetsival Kampung
Senaung 2017 dan konteksnya
dengan pelaksanaan Undang-Undang
Desa (UU Desa) sNo. 6 Tahun 2014
dan demokratisasi desa.
4. Menetapkan pola agenda Festival
Kampung Senaung 2017 dan
kaitannya dengan demokratisasi desa
serta UU Desa.
5. Melakukan interpretasi dan
mengembangkan generalisasi natural
dari agenda Festival Kampung
Senaung 2017
6. Menyajikan secara naratif Festival
Kampung Senaung 2017 dalam
perspektif demokratisasi desa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbedaan dari UU Desa dan
undang-undang sebelumnya yang berusaha
mengatur desa adalah dikenalnya asas
rekognisi sebagai asas pengaturan desa.
Asas ini sebagaimana tercantum pada
pasal 3 dan dijelaskan pada pasal 4 UU
Desa bertujuan untuk memberikan
pengakuan dan penghormatan atas Desa
yang sudah ada dengan keberagamannya
sebelum dan sesudah terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Maka, saat ini desa yang memiliki
riwayat historis akan susunan pemerintahan
serta kelembagaan aslinya yang dapat saja
berupa tatanan pemerintahan adat,
lembaga adat, mekanisme adat, serta nilai-
nilai tradisi dan sosial budaya yang telah
melekat padanya dan masih digunakan
hingga sekarang, diakui dan dihormati oleh
pemerintahan NKRI secara hukum. Desa
140 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
pun dapat memilih untuk menggunakan
keasliannya tersebut sebagai identitas atau
tidak dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa.
Salah satu bagian terpenting dalam
UU Desa adalah pengakuan Negara
terhadap hak asal-usul desa dan penetapan
kewenangan berskala lokal dan
pengambilan keputusan secara lokal untuk
kepentingan masyarakat desa . Dengan
dua asas tersebut, desa memiliki
kewenangan yang sangat besar untuk
mengurus dirinya sendiri(Amanulloh, 2015)
Adanya pengakuan terhadap hak
asal-usul desa ini merupakan angin segar
bagi kelompok minoritas adat dan
kelembagaan adat desa yang selama tiga
puluh dua tahun lebih orde baru berkuasa
dibungkam dan disingkirkan. Selama tiga
puluh dua tahun itu pula, lembaga adat dan
kelompok adat dilemahkan fungsinya hanya
sebagai lembaga yang hanya menangani
masalah sosial kemasyarakatan baik yang
bersifat individu, kekeluargaan maupun
kelompok. Sedangkan aslinya mereka
merupakan bagian dari isntitusionalisasi
penyelenggaraan pemerintahan desa sejak
dahulu(JAMBI, 2009).
Untuk itu, tak hanya memberikan
asas rekognisi, UU Desa juga memberikan
kepada desa hak untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat
berdasarkan hak asal usul, adat istiadat,
dan nilai sosial budaya masyarakat desa
sebagaimana tercantum pada pasal 67.
Lebih lanjut UU Desa juga
mempertegas hal ini dengan memberikan
kewenangan kepada desa berupa
kewenangan berdasarkan hak asal-usul.
Desa Senaung berdasarkan hasil
observasi tim RCD LPPM STISIP Nurdin
hamzah, memiliki susunan asli dalam tata
pemerintahan desanya yaitu berupa adanya
lembaga adat desa. Lembaga adat desa ini
telah sejak dari dahulu kala menjadi bagian
dari sistem pemerintahan desa yang dikenal
dengan istilah tigo tali sepilin, tigo tungku
sejerangan. Istilah ini merujuk kepada tiga
unsur dalam tata pemerintahan desa
Senaung yang asli dan tidak dapat
dipisahkan dalam membuat keputusan,
penyelesaian masalah kemasyarakatan dan
fungsi-fungsi pemerintahan lainnya.
Tiga unsur tersebut antara lain, yaitu
kepala desa atau kepala kampung, tokoh
adat dan cerdik pandai atau alim ulama.
Tiga unsur ini dengan menggunakan
mekanisme musyawarah dan mufakat
menjalankan roda pemerintahan desa, dan
sebagai unsur kepemimpinan yang harus
dipedomani. Namun, sejak penerapan
kebijakan orde baru melalui Undang-
Undang No.5 Tahun 1979, tiga unsur ini
dicerabut dari akar historisnya.
Sebab pada masa pemerintahan
orde baru yang menginginkan keseragaman
dan sistem birokratis militeristik, hanya
kepala desa yang dianggap sebagai
pemimpin dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. Dua unsur yang
lainnya disisihkan hanya sebatas
penyelesaian sengketa kemasyarakatan
secara adat semata dan tugas-tugas
keagamaan. Hasilnya dapat dilihat pada
Festival Kampung Senaung 2017 Dalam Perspektif Demokratisasi Desa- Wenny Ira Reverawati| 141
lembaga adat desa yang apatis dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa dan
pelaksanaan demokratisasi desa.
Sejak diberlakukannya UU Desa
pada tahun 2014, lembaga adat desa
kembali diangkat ke dalam bagian
penyelenggaraan pemerintahan desa
Senaung. Namun, belum banyak yang
dapat dilakukan oleh lembaga adat desa
kecuali sebatas pada masalah pranata adat
dan penyelesaian sengketa
kemasyarakatan secara adat. Sementara
itu, di dalam tubuh lembaga adat desa
sendiri mengalami degenerasi ketokohan
adat serta pengembangan dan pelestarian
adat istiadat desa Senaung.
Kondisi yang demikian ini, dianggap
menjadi ancaman bagi keberlangsungan
lembaga adat desa Senaung(Wawancara
dengan Kkepala Desa Senaung Mengenai
Kondisi Lembaga Adat Desa Senaung,
2017). Sebab jika tidak ada upaya
mengatasi degenarasi yang terjadi, maka
pengembangan dan pelestarian adat
istiadat desa Senaung juga turut terancam
menuju kepunahan. Upaya ini patut untuk
dijadikan rujukan untuk mengembalikan
identitas serta ciri khas yang dimiliki oleh
desa Senaung sebagai sebuah entitas.
Mengingat eksistensi lembaga adat
desa tersebut juga berperan dalam
mempertahankan kearifan lokal yang telah
ada. Kearifan lokal tersebut yang pertama
tercermin kedalam bentuk-bentuk seloko
adat (ungkapan adat) untuk kepemimpinan,
hubungan kemasyarakatan, pranata adat
pernikahan, musyawarah, penyelesaian
sengketa kemasyarakatan, dan lainnya.
Berikutnya banyak ditemukan
kearifan lokal dalam bentuk pengetahuan
tradisional, teknologi tradisional, seni, tradisi
lisan, bahasa, adat istiadat, manuskrip,
permainan rakyat dan olahraga tradisional
(Kumpulan Hasil Wawancara dengan
Masyarakat Senaung Tentang Objek
Pemajuan Kebudayaan, 2017). Lembaga
adat dalam hal ini memiliki potensi untuk
lebih mengembangkan kearifan lokal
tersebut agar tidak tergerus dengan
perubahan jaman dan bersama kepala desa
untuk lebih mengupayakannya menjadi isu
dalam pembangunan desa melalui
pelestarian, pemberdayaan dan
pengembangan.
Inilah yang belum tampak pada
desa Senaung sebagaimana asas
keberagaman dan kearifan lokal dalam
pengaturan serta penyelenggaraan
pemerintahan desa Pasal 3 dan pasal 24
UU Desa amanatkan. Asas keberagaman
mensyaratkan penyeleng-garaan
pemerintah desa yang tidak boleh
mendiskriminasi kelompok tertentu dalam
hal ini jika diterapkan di desa Senaung
adalah kelompok adat dan pelaku tradisi
tidak boleh didiskriminasi dalam penyeleng-
garaan pemerintahan desa. Mereka harus
menjadi bagian yang diperhatikan dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa.
Kelompok adat dan pelaku tradisi
yang ada di desa Senaung cenderung
belum masuk kedalam bagian perencanaan
pembangunan dalam penyelenggaraan
142 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
pemerintahan desa Senaung. Mengingat
hasil observasi tim RCD menunjukkan
adanya beragam tradisi lisan, tradisi yang
menjadi bagian adat –istiadat berwujud
warisan budaya tak benda yang dapat
menjadi potensi bagi desa Senaung untuk
menggalakkan pembangunan melalui isu
budaya.
Sedangkan asas kearifan lokal
mensyaratkan penyelenggaraan pemerin-
tahan desa harus memperhatikan
kebutuhan dan kepentingan masyarakat
desa dalam penetapan kebijakan.
Mempertimbangkan kepada kebutuhan dan
kepentingan kelompok adat dan pelaku
tradisi yang ada di desa Senaung dalam
menjaga kearifan lokal berupada adat
istiadat, tradisi dan nilai sosial budaya, yang
belum tersentuh langkah pelestarian,
pengembangan dan pemberdayaan.
Sementara itu pelaku tradisi dan kekayaan
tradisi yang mereka punyai ada diambang
ancaman kepunahan tergerus perubahan
dan modernisasi.
Ancaman kepunahan karena
perubahan dan modernisasi yang tak
terelakkan pada pemerintahan desa dan
masyarakat desa Senaung dari segi
budaya, tradisi dan nilai sosial budaya,
datang pada kondisi geografis desa yang
berada di pinggir jalan lintas Jambi dan
merupakan urban peripheral, lokasi yang
mendukung kebutuhan kota Jambi untuk
berkembang. Ancaman untuk perubahan
gaya hidup dan pembangunan daya dukung
perkotaan telah mengikuti perkembangan
mereka.
Modernisasi tak terelakkan pada
masyarakat desa Senaung. Pilihannya
menjadi bentuk masyarakat modern yang
menguasai tempat dan entitas mereka
berkembang atau justru tergusur. Beberapa
tradisi punah karena pemuda lebih memilih
bekerja di pabrik terdekat desa, selain
tradisi regenerasi ketokohan adat juga
seperti tradisi beselang yang dahulu banyak
diramaikan pemuda dan pemudi desa
ketika turun membersihkan sawah. Begitu
juga dengan rebana Siam, seni berdzikir
yang menggunakan alat musik rebana.
Sebab generasi sekarang lebih memilih
seni kompangan modern yang telah
dimodifikasi.
Desa Senaung dalam hal ini
memiliki banyak potensi kewenangan lokal
yang menjadi urusannya dan belum
dilaksanakan, sebagaimana ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Desa
(Permendes) No.1 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak
Asal-Usul dan Kewenangan Berskala Lokal,
yang mana peraturan ini mengacu pada
pasal 18 dan 19 UU Desa tentang
Kewenangan Desa.
Adapun ruang lingkup kewenangan
hak asal-usul berdasarkan Permendes No.1
Tahun 2015 yang dapat dijadikan pedoman
oleh desa Senaung antara lain dalam hal
sistem organisasi masyarakat adat dan
perangkat desa, pembinaan kelembagaan
masyarakat, pembinaan hukum adat, serta
pengembangan peran masyarakat desa.
Beberapa ruang lingkup tersebut belum
diupayakan maksimal untuk menguatkan
Festival Kampung Senaung 2017 Dalam Perspektif Demokratisasi Desa- Wenny Ira Reverawati| 143
entitas desa Senaung sebagai desa yang
memiliki identitas yang khas dan memiliki
riwayat historis.
Masyarakat desa Senaung belum
berperan maksimal dalam mengembangkan
dan melestarikan tradisi, adat istiadat dan
nilai sosial budaya yang menjadi warisan
mereka. Perubahan jaman dan arus
modernisasi menyebabkan sebagian besar
mereka abai terhadap hal tersebut terutama
generasi muda. Hukum adat, organisasi
masyarakat adat dan perangkat desa
tengah diupayakan dilakukan pembinaan
melalui bimbingan teknis kelembagaan adat
yang diadakan oleh provinsi Jambi.
Sedangkan pembinaan kelembagaan
masyarakat belum maksimal untuk pelaku
tradisi dan kelembagaan lain yang
mengembangkan pranata adat setempat.
Upaya untuk mengedepankan asas
rekognisi, keberagaman, kearifan lokal
serta memajukan kewenangan berdasarkan
hak asal-usul pada desa Senaung, tidak
bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah
desa. UU Desa memberikan pedoman pada
pasal 26 ayat (1) mengenai tugas,
kewenangan dan kewajiban kepala desa
yaitu bahwa kepala desa bertugas
menyelenggarakan Pemerintahan Desa,
melaksanakan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
Untuk itu, salah satu yang menjadi
kewenangannya yaitu mengembangkan
kehidupan sosial budaya masyarakat desa
sebagaimana tercantum pada pasal 26 ayat
(2). Kewajiban kepala desa terhadap hal ini
tercantum pada pasal 26 ayat (4) salah
satunya yaitu bahwa kepala desa
berkewajiban untuk membina dan
melestarikan nilai sosial budaya masyarakat
Desa. Sedangkan kewenangan kepala desa
pada pasal 26 ayat (2) yaitu mengem-
bangkan kehidupan sosial budaya
masyarakat desa.
Tugas, kewenangan dan kewajiban
kepala desa sebagaimana ditentukan pada
UU Desa tersebut seiring dengan tugas
lembaga adat desa yang tercantum pada
pasal 95 ayat (3) yang menyebutkan bahwa
Lembaga adat Desa bertugas membantu
Pemerintah Desa dan sebagai mitra dalam
memberdayakan, melestarikan, dan
mengembangkan adat istiadat sebagai
wujud pengakuan terhadap adat istiadat
masyarakat Desa .
Kepala desa dan lembaga adat desa
dalam hal ini dapat menjadi mitra dalam
mengembangkan, melestarikan dan
memberdayakan adat istiadat dan nilai
sosial budaya masyarakat desa. Kepala
desa Senaung dalam hal ini pada hasil
observasi tim RCD LPPM STISIP Nurdin
Hamzah, belum menunjukkan upaya
maksimal dalam menjalanlan tugas,
kewajiban, kewenangannya terhadap
pelestarian, pengembangan,
pemberdayaan dan pembinaan kehidupan
sosial budaya masyarakat desa.
Kerjasama antara kepala desa dan
lembaga adat desa dalam bidang tersebut
pun masih belum maksimal. Kecuali dalam
pelaksanaan pranata adat pernikahan,
penyambutan tamu dan penyelesaian
144 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
sengketa masalah kemasyarakatan. Bidang
ini belum tersentuh karena pemerintahan
desa tengah fokus kepada masalah
administrasi dan birokrasi serta pemba-
ngunan fisik lainnya. Kecenderungan
pembangunan fisik yang menyebabkan isu-
isu sosial kebudayaan pada pembangunan
desa Senaung belum menjadi perhatian.
Lembaga adat desa hanya menjadi
pelengkap pada pemerintahan desa dan
menjalankan fungsinya bagi penyelesaian
sengketa masalah kemasyarakatan.
Sedangkan dalam pembangunan desa
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan, lembaga adat hanya
sebatas hadir pada pertemuan-pertemuan
dan permufakatan yang ada.
Maka tak heran jika isu-isu sosial
kebudayaan pada pembangunan desa
Senaung menjadi terpinggirkan termasuk
masalah degenerasi tokoh adat, dan
ancaman kepunahan tradisi serta budaya
yang ada. Atas dasar tersebut, tim RCD
LPPM STISIP Nurdin Hamzah melakukan
inisiasi untuk mendorong kemitraan antara
kepala desa Senaung dan lembaga adat
desa dalam mengedepankan isu-isu sosial
kebudayaan pada pembangunan desa
melalui penyelenggaraan Festival Kampung
Senaung 2017(Mapping Festival Kampung
Senaung 2017, 2017).
Festival Kampung Senaung 2017
merupakan agenda pelestarian, pember-
dayaan, dan pengembangan, pembinaan
adat istiadat, tradisi dan sosial kebudayaan
yang ada di desa Senaung. Melalui festival
ini, selain mendorong kemitraan antara
kepala desa dan lembaga adat desa, juga
untuk mendorong partisipasi masyarakat
desa dalam mengedepankan isu-isu sosial
kebudayaan sebagai benteng terakhir
ketahanan masyarakat untuk menahan dari
pengaruh yang masuk dan dapat merusak
tatanan serta modal sosial yang ada.
Adanya inisiasi Festival Kampung
Senaung 2017 ini, kemudian mencetuskan
ide bagi kepala desa dan lembaga adat
desa Senaung untuk juga menyisipkan
acara Senaung Berseloko dalam rangka
meregenerasi pelaku seloko dalam pranata
adat pernikahan. Senaung berseloko
merupakan lomba berseloko untuk pranata
adat pernikahan yang digelar demi mencari
pemenang yang direkrut untuk menjadi
bagian lembaga adat dalam pelaksanaan
pranata adat tersebut.
Agenda dari Festival Kampung
Senaung 2017 yang diadakan pada tanggal
22 hingga 26 November 2017, bertempat di
desa Senaung, melibatkan kepala desa,
lembaga adat desa, perangkat desa, ulama,
pelaksana kewilayahan desa, pelaku seni
dan tradisi, perempuan dan anak, tim
pendamping RCD LPPM STISIP Nurdin
Hamzah, media, tokoh budaya dan
masyarakat luas. Adapun agenda dari
festival adalah sebagai berikut ;
- Rabu, 22 November 2017, bertempat
di kantor desa Senaung diadakan
acara diskusi pemajuan kebudayaan
bersama tokoh budaya dan pelaku
budaya Provinsi Jambi, kepala desa,
perangkat desa, pelaksana
kewilayahan desa, pelaku tradisi.
Festival Kampung Senaung 2017 Dalam Perspektif Demokratisasi Desa- Wenny Ira Reverawati| 145
Selesai diskusi dilakukan pembukaan
sekaligus tour benda dan arsitektur
bersejarah desa Senaung.
- Kamis, 23 hingga 26 November 2017,
dibuka tour benda dan arsitektur
bersejarah desa Senaung yang
mengambil tempat perumahan warga
sebagai lokasi museum sementara.
Pemandu tour dalam hal ini tim
pendamping RCD LPPM STISIP
Nurdin Hamzah dan warga desa
Senaung,
- Jumat, 24 November 2017, dilakukan
pembukaan Festival Kampung
Senaung 2017 dan Senaung
Berseloko. Pada pembukaan ini
ditampilkan seni tradisi yang hampir
punah seperti kesenian rebana Siam,
pencak silat melayu, arak-arakkan
menggunakan rebana Siam, dan
kompangan modern.
- Sabtu, 25 November 2017 , dilakukan
pertunjukan beselang di sawah yang
menampilkan tradisi berpantun dan
perkenalan muda-mudi ketika
membersihkan sawah
- Minggu, 26 November 2017,
dilaksanakan lomba Senaung
Berseloko
Festival Kampung Senaung 2017
berangkat dari sejarah dan kekhasan pola
sosio budaya yang dimiliki oleh masyarakat
desa Senaung. Ini terlihat pada upaya
pendampingan kemitraan antara kepala
desa, lembaga adat dan ulama serta cerdik
pandai dalam musyawarah-musyawarah
menjelang festival diadakan. Terdapat
enam kali musyawarah yang melibatkan
mereka bersama masyarakat dan kelompok
perempuan untuk menentukan konsep, ide,
rencana maupun pelaksanaan festival.
Mereka yang terlibat mendukung upaya
pelestarian adat istiadat, tradisi, dan nilai
sosial budaya kemasyarakatan melalui
festival. Hasilnya mereka merekomen-
dasikan agar agenda tetap berkesinam-
bungan untuk dijalankan (Kumpulan
Notulensi Musyawarah Festival Kampung
Senaung 2017, 2017).
Musyawarah-musyawarah yang
diadakan tersebut menginisiasi perkem-
bangan demokrasi lokal di tingkat desa
untuk mengedepankan basis sosio kultural
masyarakat agar dapat menjadi bagian dari
perencanaan pembangunan desa ke
depannya. Karena di dalamnya terpetakan
permasalahan isu sosial budaya yang
menyangkut kewenangan berdasarkan hak
asal-usul, tugas kepala desa dan lembaga
adat serta peran serta masyarakat dan
penerapan asas keberagaman serta
kearifan lokal.
Pada musyawarah ini sifat
kolektivitas yang dimiliki oleh masyarakat
desa Senaung digali dan dimunculkan
kembali untuk memupuk modal sosial
melalui isu-isu sosial kebudayaan dalam
penyelenggaraan Festival Kampung
Senaung 2017. Dan ini terbukti dengan
intensitas musyawarah untuk mencapai
mufakat dalam agenda festival. Selain
kolektivitas, musyawarah yang terjadi
menunjukkan partisipasi aktif masyarakat
146 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
desa dalam menangani kepentingan
masyarakat desa melalui festival.
Kepemimpinan kepala desa
Senaung yang dipegang oleh tokoh muda ,
serta merta tidak merusak tatanan tradisi
yang ada. Sebab justru kepala desa ini
yang menjadi mediator sekaligus fasilitator
bagi unsur-unsur lainnya yang hadir dalam
musyawarah. Kepala desa sangat
menghormati tuo tengganai yang ada.
Justru apa yang dilakukannya sebagai
mediator maupun fasilitator dapat
menumbuhkan peran aktif unsur lainnya.
Festival Kampung Senaung 2017
secara tidak sengaja membangunkan
kembali solidaritas mekanis masyarakat
desa Senaung yang selama ini terancam
dengan rasa individualisme. Bahu
membahu warga desa menopang
pelaksanaan festival dalam bentuk gotong
royong, persiapan maupun pelaksanaan
acara, meskipun solidaritas ini hanya baru
dilaksanakan oleh sebagian kelompok
seperti perkumpulan ibu Rukun Tetangga,
bapak Rukun tetangga, dan perangkat desa
serta kepala dusun yang ada. Pada agenda
festival ini, mereka diinisiasi untuk menjadi
subjek yang menentukan sendiri bagaimana
pembangunan desanya direncanakan dan
dilaksanakan, dan merekalah yang mejadi
aktor utama, bukan orang luar.
Mengedepankan konsep keterikatan
terhadap ruang dan hubungan personal
yang dimiliki oleh masyarakat desa
Senaung, Festival Kampung Senaung 2017
diadakan di desa Senaung itu sendiri.
Bukan dengan cara memindahkan
pertunjukkan tradisi ke tempat lain.
Beberapa agenda festival seperti beselang
misalnya menunjukkan pola keterikatan
dengan ruang oleh masyarakat desa
Senaung dalam menghormati tanah.
Disamping itu, pemilihan lokasi festival yang
telah mereka tentukan yaitu berada di arena
masjid besar yang dibangun sejak tahun
1853 memunculkan kembali keterikatan
masyarakat setempat terhadap kenangan
akan kegunaan ruang dan lokasi masjid
sebagai ruang utama pada jaman dahulu
kala.
Lokasi festival pada halaman masjid
dan beberapa arsitektur yang dipamerkan
berada di pinggir sungai Batanghari, dan
dahulu pinggiran sungai merupakan bentuk
keterikatan masyarakat desa setempat
pada arti moda serta kehidupan pinggir
sungai yang kini perlahan mereka
tinggalkan berganti menjadi moda
kehidupan darat. Namun kehidupan pinggir
sungai Batanghari ini masih menjadi ciri
khas tersendiri
Dari agenda Festival Kampung
Senaung 2017 juga dapat dilihat bahwa
festival mengakomodir sejarah serta
kekhasan pola sosio budaya masyarakat
desa Senaung yang selama ini telah ada,
kemudian dikemas dalam bentuk
pertunjukkan dan pameran agar
masyarakat luas mendapat informasi
mengenai budaya dan sejarah Senaung.
Melalui festival ini, Senaung ditampilkan
sebagi entitas yang memiliki ciri khas
tersendiri dan berpotensi untuk
dikembangkan lebih lanjut dalam
Festival Kampung Senaung 2017 Dalam Perspektif Demokratisasi Desa- Wenny Ira Reverawati| 147
pembangunan desa yang mengedepankan
prinsip demokrasi.
Berlatar belakang pada asas
pengakuan terhadap hak asal-usul dan
kewenangan lokal pada UU Desa, Festival
Kampung Senaung 2017 dilaksanakan.
Pada festival ini dan Senaung Berseloko
hak asal-usul desa Senaung dikedepankan
untuk didorong menjadi bagian dari isu
pembangunan desa, yang ternyata
menadapat respon positif baik dari kepala
desa maupun lembaga adat desa serta
unsur lainnnya. Meskipun baru pada tahap
inisiasi, namun festival ini telah berhasil
mendorong desa Senaung untuk melak-
sanakan sebagai self governing community
yang memiliki kapasitas untuk mengatur
dirinya sendiri dalam pengembangan,
pelestarian, dan rencana pemberdayaan
adat istiadat serta nilai sosial budaya.
Maka dalam perspektif
demokratisasi desa, Festival Kampung
Senaung 2017 merupakan inisiasi dari
pengembangan demokratisasi desa.
Pengembangan tersebut didorong dengan
mengedepankan isu budaya dalam
pembangunan desa yang berasal dari
kekayaan tradisi sesuai dengan asal-
usulnya, dan pola sosio budaya masyarakat
desa Senaung. Inisiasi festival ini tumbuh
dari pergulatan masyarakat desa Senaung
yang mulai menyadari keresahannya akan
modal sosial kekayaan dan pola sosio
budaya tersebut yang saat ini mulai
terancam tergerus perubahan dan arus
modernisasi.
Sebagaimana pelaku tradisi pada
tradisi beselang maupun rebana Siam serta
beberapa pemilik benda dan arstitektur juga
lembaga adat desa mengatakan bahwa
kekayaan tradisi, adat istiadat serta budaya
di desa Senaung saat ini mulai perlahan
ditinggalkan karena kemajuan jaman dan
karena adanya pabrik di dekat desa yang
menyebabkan pemuda-pemudi tak lagi
hirau akan tradisi desa setempat terutama
pada tradisi beselang maupun rebana Siam
(“Kumpulan Wawancara dengan Pelaku
Seni dan Tradisi Desa Senaung,” n.d.).
Festival Kampung Senaung 2017
dalam perspektif demokratisasi desa yang
berbasiskan pada sosio kultural desa,
selain merupakan inisiasi pengembangan
demo-kratisasi desa yang menampakkan
keberagaman, juga menunjukkan bahwa
sebagai sebuah entitas hukum, desa
Senaung merupakan subjek yang harus
dihargai potensi keberagaman, kekayaan
tradisi serta kearifan lokal yang
berkembang di dalamnya. Masyarakat
desanya bertumbuh menjadi aktor yang
dapat membantu pelaksanaan
demokratisasi desa yang inklusif bersama
elit pemerintahan yang ada. Ini yang
membedakan Senaung dengan desa
lainnya, disamping itu upaya inisiasi melalui
festival ini juga menunjukkan bahwa basis
sosio kultural desa Senaung yang telah ada
dapat menjadi modal sosial dan pintu
masuk bagi pembangunan desa dan
masifnya demokratisasi desa lebih lanjut.
KESIMPULAN DAN SARAN
148 | Khazanah IntelektualVolume 2 Nomor 1 Tahun 2018
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Festival Kampung Senaung 2017
merupakan agenda pelestarian,
pemberdayaan, dan pengembangan,
pembinaan adat istiadat, tradisi dan
sosial kebudayaan yang ada di desa
Senaung
2. Festival Kampung Senaung 2017
secara tidak sengaja membangunkan
kembali solidaritas mekanis
masyarakat desa Senaung yang
selama ini terancam dengan rasa
individualisme
3. Agenda Festival Kampung Senaung
2017 dapat dilihat sebagai festival
yang mengakomodir sejarah serta
kekhasan pola sosio budaya
masyarakat desa Senaung
4. Dalam perspektif demokratisasi desa,
Festival Kampung Senaung 2017
merupakan inisiasi dari pengem-
bangan demokratisasi desa
Saran
Adapun yang menjadi saran dalam
penelitian ini yaitu ;
1. Perlu dilakukan upaya berkelanjutan
dan pendampingan untuk mendorong
kemitraan kepala desa dan lembaga
adat desa dalam mengedepankan
asas rekognisi dan subsidiaritas untuk
menjalankan kewenangan berdasar-
kan hak asal-usul dan kewenangan
berskala lokal desa, salah satunya
melalui bentuk agenda Festival
Kampung.
2. Upaya tersebut harus tetap
memperhatikan keberagaman dan
kearifan lokal yang ada sehingga
demokratisasi desa memang secara
masif bertumbuh di tingkat desa,
desa dan masyarakat desa pun
selanjutnya memiliki kekuatan serta
kapasitas sebagai entitas hukum di
tingkat lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Amanulloh, N. (2015). Demokratisasi Desa : Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia.
JAMBI, L. A. M. (2009). HIMPUNAN MATERI Pembekalan Adat Istiadat Melayu Jambi Bagi Perangkat Desa Dan Lembaga Adat Desa Dalam Provinsi Jambi Angkatan Ke-XII 24 S/D 28 Mei 2009. Jambi.
Kumpulan Hasil Wawancara dengan Masyarakat Senaung Tentang Objek Pemajuan Kebudayaan (2017).
Kumpulan Notulensi Musyawarah Festival Kampung Senaung 2017. (2017).
Kumpulan Wawancara dengan Pelaku Seni dan Tradisi Desa Senaung. (n.d.).
LPPM STISIP Nurdin Hamzah. (2017). Hasil Observasi Tim Pendampingan Festival Kampung Senaung 2017 (Laporan Observasi No. 7).
Mapping Festival Kampung Senaung 2017. (2017).
Wawancara dengan Kkepala Desa Senaung Mengenai Kondisi Lembaga Adat Desa Senaung (2017).
Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Desa
Peraturan Menteri Desa (Permendes) No.1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal-Usul dan Kewenangan Berskala Lokal
PEDOMAN PENULISAN
1. Jurnal Khazanah Intelektual terbit tiga kali setahun, mempublikasikan karya tulis
ilmiah hasil penelitian dan pengembangan gagasan dalam bidang ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan kebijakan dan inovasi daerah
khususnya di lingkup Provinsi Jambi.
2. Struktur tulisan terdiri dari :
a. Judul karangan singkat;
b. Nama dan alamat penulis;
c. Abstrak atau intisari, dalam 2 bahasa Indonesia dan Inggris, masing-masing
maksimal 250 kata;
d. Untuk keseragaman karya tulis haris meliput : Pendahuluan (tercakup latar
belakang, rumusan masalah dan tujuan), Landasan Teori, Metode Penelitian,
Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka dan biodata
penulis serta ucapan terima kasih.
e. Penulisan dibuat dalam format A4, tulisan arial font 12, spasi 1,5 dan lay out
: sisi kiri 3,5 cm, kanan 3 cm, atas 3 cm dan bawah 3 cm.
3. Kepustakaan di dalam naskah disusun menurut angka sesuai dengan pedoman
Vancover.
a. Nama keluarga serta huruf pertama nama kecil;
b. Tahun Terbitan
c. Judul karangan;
d. Nama majalah dengan indeks medicus;
e. Tahun, volume, dan halaman;
f. Dalam teks, nomor rujukan sesuai dengan urutan pengutipan
Contoh :
1. Subradja, D. 2004 Obesitas Primer pada Anak. PT. Kiblat Utama. Bandung
2. Abuasir, S.,N. Hakim dan Y. Sumitro. 2004. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Adopsi Sistem Usahatani Mina Padi di Desa Pujo Rahayu
Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal KPM
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Vol.1. No.1, April 2004.
4. Tulisan diserahkan atau dikirim ke redaksi melalui email: redaksijurnallitbang03
@gmail.com/[email protected], dengan menyertakan biodata
lengkap yang berisi :
a. Nama lengkap penulis;
b. Identitas tempat kerja;
c. Alamat yang dapat dihubungi dan telepon;
d. Bidang kepakaran;
e. Pernyataan bahwa tulisan tersebut asli dan belum dipublikasikan di media
lain.