pemasukan

10
Pemasukan Cairan tubuh sebagian berasal dari minuman dan makanan yang dimakan sehari-hari, dan sebagian kecil berasal dari proses oksidasi hydrogen didalam makanan, yang jumlahnya berkisar antara 150 sampai 250 ml/hari, tergantung dari kecepatan metabolism. Jumlah cairan yang masuk, termasuk hasil sintesa didalam tubuh, berkisar 2300 ml/hari. Pengeluaran Pengeluaran dari tubuh dalam keadaan normal sebagian besar terjadi melalui urine yang jumlah kurang lebih 1400 ml/hari. Namun pada keadaan-keadaan tertentu, seperti pada latihan berat, kehilangan cairan yang terbesar terjadi melalui pengeluaran keringat. Pada tabel 2 di bawah ini dapat di lihat jumlah kehilangan cairan tubuh yang terjadi melalui berbagai mekanisme. Tabel. 2 pengeluaran cairan tubuh/hari(dalam ml) Suhu normal Suhu panas Latihan berat yang lama Insensible water Loss :Kulit Pernapasan Urine Keringat tinja jumlah 350350 1400 100 100 2300 350250 1200 1400 100 3300 350650 500 5000 100 6600 Insensible water loss merupakan hilangnya cairan melalui proses difusi melalui kulit dan proses evaporasi melalui cairan pernapasan. Kehilangan cairan melalui proses ini tidak dapat dirasakan mekanismenya. Kehilangan cairan melalui kulit yang rata-rata berkisar 350 ml/hari terjadi oleh karena berdifusinya molekul air melalui sel-sel kulit. Berdifusinya cairan melalui kulit dibatasi oleh adanya lapisan epithel bertanduk yang mengandung kolestrol. Pada penderita luka bakar yang luas, lapisan ini mengalami kerusakan, sehingg proses difusi akan meningkat, dan kehilangan cairan akan meningkat jumlahnya, sampai dapat mencapai 3-5 liter/hari. Jumlah cairan yang hilang melalui evaporasi (penguuapan) rata-rata 350ml/hairi. Oleh karena tekanan atmosfir akan berkurang dengan berkurangnya suhu, maka kehilangan cairan akan lebih besar pada suhu yang sangat dingin dan lebih kecil pada suhu yang hangat. Hal ini dapat dirasakan dengan adanya perasaan

Upload: rian0877

Post on 20-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ms

TRANSCRIPT

Page 1: Pemasukan

PemasukanCairan tubuh sebagian berasal dari minuman dan makanan yang dimakan sehari-hari, dan sebagian kecil berasal dari proses oksidasi hydrogen didalam makanan, yang jumlahnya berkisar antara 150 sampai 250 ml/hari, tergantung dari kecepatan metabolism. Jumlah cairan yang masuk, termasuk hasil sintesa didalam tubuh, berkisar 2300 ml/hari.PengeluaranPengeluaran dari tubuh dalam keadaan normal sebagian besar terjadi melalui urine yang jumlah kurang lebih 1400 ml/hari. Namun pada keadaan-keadaan tertentu, seperti pada latihan berat, kehilangan cairan yang terbesar terjadi melalui pengeluaran keringat. Pada tabel 2 di bawah ini dapat di lihat jumlah kehilangan cairan tubuh yang terjadi melalui berbagai mekanisme.Tabel. 2 pengeluaran cairan tubuh/hari(dalam ml)

Suhu normal Suhu panas Latihan berat yang lama

Insensible water Loss :Kulit PernapasanUrineKeringattinjajumlah

350350 14001001002300

350250 120014001003300

350650 50050001006600

Insensible water loss merupakan hilangnya cairan melalui proses difusi melalui kulit dan proses evaporasi melalui cairan pernapasan. Kehilangan cairan melalui proses ini tidak dapat dirasakan mekanismenya. Kehilangan cairan melalui kulit yang rata-rata berkisar 350 ml/hari terjadi oleh karena berdifusinya molekul air melalui sel-sel kulit. Berdifusinya cairan melalui kulit dibatasi oleh adanya lapisan epithel bertanduk yang mengandung kolestrol. Pada penderita luka bakar yang luas, lapisan ini mengalami kerusakan, sehingg proses difusi akan meningkat, dan kehilangan cairan akan meningkat jumlahnya, sampai dapat mencapai 3-5 liter/hari. Jumlah cairan yang hilang melalui evaporasi (penguuapan) rata-rata 350ml/hairi. Oleh karena tekanan atmosfir akan berkurang dengan berkurangnya suhu, maka kehilangan cairan akan lebih besar pada suhu yang sangat dingin dan lebih kecil pada suhu yang hangat. Hal ini dapat dirasakan dengan adanya perasaan kering pada saluran nafas pada suhu dingin.Pada suhu yang sangat panas, kehilangan cairan melalui keringat akan meningkat 1,5 sampai 2 liter/jam, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya cairan tubuh dengan cepat. Pengeluaran cairan melalui keringat ini berfungsi untuk melepaskan panas dari tubuh. Pada latihan fisik yang berat, kehilangan cairan dapat terjadi melalui 2 mekanisme. Pertama, latihan fisik menyebabkan meningkatkatkannya kecepatan ventilasi sehingga jumlah cairan yang hilang melalui saluran pernapasan akan meningkat. Kedua, latihan fisik menyebabkan meningkatnya produksi panas dan konsekuensi meningkatnya cairan yang hilang melalui keringat. Komposisi cairan ekstrasel dan cairan intrasel bebeda satu sama lain(tabel 3).komposisi utama cairan tubuh adalah air dan elektrolit dan. Elektrolit terdiri atas kation (ion bermuatan positif) dan anion (ion yang bermuatan negative). Pada cairan tubuh jumlah kation dan anion harus sama untuk mempertahankan “electrical neutrality”. Hal ini tidak berarti bahwa jumlah partikel kation dan anion harus sama. Plasma protein misalnya, mempunyai beberapa muatan negatif, sehingga beberapa kation harus ada untuk mengimbangitiap molekul protein.Cairan ekstrasel mengandung banyak kation Na+Cl-, dan anion HC03- dan bahan nutrisi untuk sel, seperti oksigen, glukosa, asam lemak, dan asam animo.  Cairan ekstrasel juga mengndung karbon dioksida yang ditransport dari sel menuju ke paru-paru untuk diekskteri. Serta berbagai hasil metabolisme dari sel yang akan diekskresi melalui ginjal. Cairan ekstrasel mengandung sedikit  kation K+, Ca 2+, Mg,2+, Dan anion HP04.perbedaan antara

Page 2: Pemasukan

jumlah kation utama plasma, Na+ dan K+, dan anion Cl-dan bikarbonat disebut sebagai anion gap,yang merupakan perbedaan antara kation dan anion yang dapat di ukur. Normalnya, anion gap yang dapat dihitung adalah 8mEq/L. Komposisi antara plasma dan cairan interstitial umumnya sama, namun terdapat perbedaan dalam konsentrasi proteinnya. Perbedaan ini disebabkan oleh karena kapiler endothel permeabel terhadap air dan bahan-bahan dengan berat molekul kecil, seperti ion-ion inorganic, gliukosa dan urea, tetapi permeabilitasnya terbatas terhadap partikel besar seperti protein daan lemak. Cairan intrasel mengandung banyak kation K +, Mg + 2 serta SO4 -2 dan HPO4 -2 konsentrasi protein di dalam sel, kira-kira 4 kali lebih tinggi dari pada konsentrasi protein plasma. Perbedaan komposisi cairan ekstra dan intrasel disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama adanya Na-K ATP ase (Na-K pump) pada membran sel yang mentransport secara aktif Na keluar sel dan K kedalam sel, sehingga konsentrasi Na lebih banyak diluar sel dan K lebih banyak di dalam sel. Kedua, membrane sel yang memisahkan cairan intrasel dengan cairan interstitial mempunyai permeabilitas yang terbatas terhadap fosfat organic dan protein.Tabel. 3 Komposisi cairan ekstrasel dan intrasel (meq/liter)KOMPOSISI EkstraselPlasma                      interstitel intraselKATIONNa + K +Ca ++Mg ++

143,0                           140,04,2                                4,0 1,3                                1,21,3                                0,7

14,0140,0 <120,0

ANIONCl – HCO3 –HPO4 –Protein

108,0                           108,024,0                              28,3 2,0                                2,01,2                                0,2

4,010,0 11,04,0

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting,

yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol

volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan

mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan

cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam

dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan

kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.

Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah

arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan

ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan

memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk

pengaturan tekanan darah jangka panjang.

Page 3: Pemasukan

a.       Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air.

Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada

keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini

terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan

lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange,

pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange,

pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi

di kapiler ginjal.

b. Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air,

keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam

sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak

pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai

dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai

dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam

yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan

keseimbangan garam.

ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:

a.       mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi

Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).

b. mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal

Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan

mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur

reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+

meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan

peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial

Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium

dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi

peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal

meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.

2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.

Page 4: Pemasukan

Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut)

dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute

atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi)

ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).

Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat

menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut

yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting

dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan

intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan

intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan

perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas

osmotik di kedua kompartmen ini.

Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:

a.       Perubahan osmolaritas di nefron

Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan

osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan

keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus

menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding

tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di

bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini

menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.

Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara

aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam

tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus

koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen

bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang

dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga

bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).

b.      Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)

Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang

osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron

hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh

Page 5: Pemasukan

hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus

koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu

terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.

Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa

recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus  koligen menjadi sedikit

dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap

dipertahankan.Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat

peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di

hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di

dalam tubuh kembali normal

3. Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan

elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat

informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui

baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan

volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin,

hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah

Page 6: Pemasukan

Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi

natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka

hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.

Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa

keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di

antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.