pemasukan
DESCRIPTION
msTRANSCRIPT
PemasukanCairan tubuh sebagian berasal dari minuman dan makanan yang dimakan sehari-hari, dan sebagian kecil berasal dari proses oksidasi hydrogen didalam makanan, yang jumlahnya berkisar antara 150 sampai 250 ml/hari, tergantung dari kecepatan metabolism. Jumlah cairan yang masuk, termasuk hasil sintesa didalam tubuh, berkisar 2300 ml/hari.PengeluaranPengeluaran dari tubuh dalam keadaan normal sebagian besar terjadi melalui urine yang jumlah kurang lebih 1400 ml/hari. Namun pada keadaan-keadaan tertentu, seperti pada latihan berat, kehilangan cairan yang terbesar terjadi melalui pengeluaran keringat. Pada tabel 2 di bawah ini dapat di lihat jumlah kehilangan cairan tubuh yang terjadi melalui berbagai mekanisme.Tabel. 2 pengeluaran cairan tubuh/hari(dalam ml)
Suhu normal Suhu panas Latihan berat yang lama
Insensible water Loss :Kulit PernapasanUrineKeringattinjajumlah
350350 14001001002300
350250 120014001003300
350650 50050001006600
Insensible water loss merupakan hilangnya cairan melalui proses difusi melalui kulit dan proses evaporasi melalui cairan pernapasan. Kehilangan cairan melalui proses ini tidak dapat dirasakan mekanismenya. Kehilangan cairan melalui kulit yang rata-rata berkisar 350 ml/hari terjadi oleh karena berdifusinya molekul air melalui sel-sel kulit. Berdifusinya cairan melalui kulit dibatasi oleh adanya lapisan epithel bertanduk yang mengandung kolestrol. Pada penderita luka bakar yang luas, lapisan ini mengalami kerusakan, sehingg proses difusi akan meningkat, dan kehilangan cairan akan meningkat jumlahnya, sampai dapat mencapai 3-5 liter/hari. Jumlah cairan yang hilang melalui evaporasi (penguuapan) rata-rata 350ml/hairi. Oleh karena tekanan atmosfir akan berkurang dengan berkurangnya suhu, maka kehilangan cairan akan lebih besar pada suhu yang sangat dingin dan lebih kecil pada suhu yang hangat. Hal ini dapat dirasakan dengan adanya perasaan kering pada saluran nafas pada suhu dingin.Pada suhu yang sangat panas, kehilangan cairan melalui keringat akan meningkat 1,5 sampai 2 liter/jam, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya cairan tubuh dengan cepat. Pengeluaran cairan melalui keringat ini berfungsi untuk melepaskan panas dari tubuh. Pada latihan fisik yang berat, kehilangan cairan dapat terjadi melalui 2 mekanisme. Pertama, latihan fisik menyebabkan meningkatkatkannya kecepatan ventilasi sehingga jumlah cairan yang hilang melalui saluran pernapasan akan meningkat. Kedua, latihan fisik menyebabkan meningkatnya produksi panas dan konsekuensi meningkatnya cairan yang hilang melalui keringat. Komposisi cairan ekstrasel dan cairan intrasel bebeda satu sama lain(tabel 3).komposisi utama cairan tubuh adalah air dan elektrolit dan. Elektrolit terdiri atas kation (ion bermuatan positif) dan anion (ion yang bermuatan negative). Pada cairan tubuh jumlah kation dan anion harus sama untuk mempertahankan “electrical neutrality”. Hal ini tidak berarti bahwa jumlah partikel kation dan anion harus sama. Plasma protein misalnya, mempunyai beberapa muatan negatif, sehingga beberapa kation harus ada untuk mengimbangitiap molekul protein.Cairan ekstrasel mengandung banyak kation Na+Cl-, dan anion HC03- dan bahan nutrisi untuk sel, seperti oksigen, glukosa, asam lemak, dan asam animo. Cairan ekstrasel juga mengndung karbon dioksida yang ditransport dari sel menuju ke paru-paru untuk diekskteri. Serta berbagai hasil metabolisme dari sel yang akan diekskresi melalui ginjal. Cairan ekstrasel mengandung sedikit kation K+, Ca 2+, Mg,2+, Dan anion HP04.perbedaan antara
jumlah kation utama plasma, Na+ dan K+, dan anion Cl-dan bikarbonat disebut sebagai anion gap,yang merupakan perbedaan antara kation dan anion yang dapat di ukur. Normalnya, anion gap yang dapat dihitung adalah 8mEq/L. Komposisi antara plasma dan cairan interstitial umumnya sama, namun terdapat perbedaan dalam konsentrasi proteinnya. Perbedaan ini disebabkan oleh karena kapiler endothel permeabel terhadap air dan bahan-bahan dengan berat molekul kecil, seperti ion-ion inorganic, gliukosa dan urea, tetapi permeabilitasnya terbatas terhadap partikel besar seperti protein daan lemak. Cairan intrasel mengandung banyak kation K +, Mg + 2 serta SO4 -2 dan HPO4 -2 konsentrasi protein di dalam sel, kira-kira 4 kali lebih tinggi dari pada konsentrasi protein plasma. Perbedaan komposisi cairan ekstra dan intrasel disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama adanya Na-K ATP ase (Na-K pump) pada membran sel yang mentransport secara aktif Na keluar sel dan K kedalam sel, sehingga konsentrasi Na lebih banyak diluar sel dan K lebih banyak di dalam sel. Kedua, membrane sel yang memisahkan cairan intrasel dengan cairan interstitial mempunyai permeabilitas yang terbatas terhadap fosfat organic dan protein.Tabel. 3 Komposisi cairan ekstrasel dan intrasel (meq/liter)KOMPOSISI EkstraselPlasma interstitel intraselKATIONNa + K +Ca ++Mg ++
143,0 140,04,2 4,0 1,3 1,21,3 0,7
14,0140,0 <120,0
ANIONCl – HCO3 –HPO4 –Protein
108,0 108,024,0 28,3 2,0 2,01,2 0,2
4,010,0 11,04,0
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting,
yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan
kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah
arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan
ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan
memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk
pengaturan tekanan darah jangka panjang.
a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air.
Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini
terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan
lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange,
pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange,
pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi
di kapiler ginjal.
b. Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air,
keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam
sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak
pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai
dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai
dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam
yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan
keseimbangan garam.
ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
a. mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
b. mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan
mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur
reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+
meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial
Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium
dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi
peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal
meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut)
dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute
atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi)
ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat
menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut
yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting
dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan
intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan
intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan
perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas
osmotik di kedua kompartmen ini.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
a. Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan
osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan
keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus
menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding
tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di
bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini
menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara
aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam
tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus
koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen
bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang
dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga
bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
b. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus
koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu
terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.
Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa
recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit
dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap
dipertahankan.Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di
hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di
dalam tubuh kembali normal
3. Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat
informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui
baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan
volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin,
hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah
Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi
natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka
hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.
Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa
keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di
antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.