pemanfaatan sarana prasarana dalam proses …lib.unnes.ac.id/24355/1/1401412316.pdf · 3.2 tempat...
TRANSCRIPT
i
PEMANFAATAN SARANA PRASARANA DALAM
PROSES PEMBELAJARAN IPS KELAS V
DI SD NEGERI GUGUS LARASATI
KECAMATAN GUNUNGPATI
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
RIA AYU SEPTIANA
1401412316
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua” (Aristoteles)
“Pembelajaran tidak didapat dengan kebetulan. Ia harus dicari dengan semangat
dan disimak dengan tekun” (Abigail Adams)
Man Jadda Wajada
“siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada
Ibuku (Miratun) dan Bapakku (Winarko) yang senantiasa
mendoakan dan memberi semangat.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi berjudul “Pemanfaatan Sarana Prasarana Dalam
Proses Pembelajaran IPS Kelas V Di SD Negeri Gugus Larasati Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang”.
Penulisan skripsi ini banyak mendapatkan bimbingan dari berbagi pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan ijin untuk melakukan ujian skripsi.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan ijin untuk melakukan ujian skripsi.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan ijin untuk melakukan ujian skripsi.
4. Drs. Sukarjo, S.Pd, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan arahan yang berharga.
5. Masitah, S.Pd, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang dengan sabar memberikan
bimbingan dan arahan yang berharga.
6. Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd., Dosen Penguji Utama yang telah
memberikan bimbingan, saran serta arahan hingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
7. Sugeng Setyadi, S.Pd., Kepala SDN Plalangan 01 yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian.
8. Wardiyah, S.Pd.SD., Kepala SDN Plalangan 02 yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian.
9. Dra. Murdiyati, Kepala SDN Plalangan 03 yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
10. Isrom Ismail, S.Pd, M.Pd., Kepala SDN Plalangan 04 yang telah memberikan
ijin untuk mengadakan penelitian.
vii
11. Wahyu Sri Sejati, S.Pd, M.Pd., Kepala SDN Sumurrejo 01 yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
12. Drs. Suyanto, M.S.I., Kepala SDN Sumurrejo 02 yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian.
13. Seluruh guru dan karyawan serta siswa SDN Plalangan 01, SDN Plalangan
02, SDN Plalangan 03, SDN Plalangan 04, SDN Sumurrejo 01 dan SDN
Sumurrejo 02 yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
14. Semua pihak yang telah banyak membantu peneliti dalam penulisan skripsi
ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT bertawakal dan memohon hidayah dan
inayah-Nya. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.
Semarang, Juli 2016
Peneliti
viii
ABSTRAK
Septiana, Ria Ayu. 2016. Pemanfaatan Sarana Prasarana Dalam Proses
Pembelajaran IPS Kelas V Di SD Negeri Gugus Larasati Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Dosen Pembimbing: Drs. Sukarjo, S.Pd., M.Pd., Masitah S.Pd., M.Pd.
Kondisi dilapangan dalam pemenuhan standar minimal sarana prasarana di
sekolah sangat baik namun untuk pemenuhan prasarana berupa laboratorium
belum terpenuhi. Dalam proses pembelajaran IPS terdapat guru yang
memanfaatkan sarana prasarana dengan baik dan sebagian memanfaatkan sarana
prasarana dengan cukup. sebagian besar guru belum mampu memanfaatkan media
berbasis teknologi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
pemenuhan standar sarana ruang kelas V, bagaimanakah pemanfaatan sarana
prasarana dalam proses pembelajaran IPS oleh guru kelas V, faktor apa sajakah
yang menghambat guru dalam pemanfaatan sarana prasarana dalam proses
pembelajaran IPS kelas V di SD Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang?. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pemenuhan standar
sarana ruang kelas V, pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran
IPS oleh guru kelas V, keunggulan dan faktor yang menghambat guru dalam
pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran IPS kelas V di SD
Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Penelitian dilaksanakan secara berulang-ulang dengan observasi pada
setiap guru kelas V pada masing-masing sekolah. Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis sebelum lapangan, analisis selama di lapangan
(reduksi data, penyajian data, verifikasi), analisis setelah selesai di lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pemenuhan standar sarana ruang
kelas V sebesar 83,65% dengan kriteria sangat baik; (2) pemanfaatan sarana
prasarana dalam proses pembelajaran IPS sebesar 52,08% dengan kriteria baik; (3)
keunggulan guru mampu memanfaatkan ruang kelas dengan maksimal, mengikuti
prosedur pemakaian sarana prasarana pendidikan dengan hemat dan hati-hati.
Hambatan meliputi penempatan sarana pendidikan yang tidak beraturan, tidak
tersedianya laboratorium IPS, tidak ada petugas khusus yang mengatur sarana
prasarana pendidikan, keterbatasan dana, dan sebagian besar guru belum mahir
dalam penggunaan media berbasis teknologi.
Simpulan penelitian ini adalah sebagian besar sarana prasarana yang
dimiliki sekolah sudah baik, dan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran IPS
baik namun masih ada beberapa hambatan. Saran bagi guru adalah sebaiknya
pemanfaatan sarana pembelajaran yang ada di lingkungan sendiri dan
mengoptimalkan sarana pendidikan yang sudah disediakan sekolah secara efektif
dan efisien.
Kata kunci: IPS, Pemanfaatan Sarana Prasarana, Pembelajaran
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................
PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
PRAKATA ......................................................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................
1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................
1.4.3 Penegasan Istilah ..................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................
2.1 Kajian Teori ..........................................................................................
2.1.1 Hakekat Belajar ....................................................................................
2.1.1.1 Pengertian Belajar ................................................................................
2.1.1.2 Prinsip Belajar ......................................................................................
2.1.1.3 Unsur-unsur Belajar .............................................................................
2.1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ..........................................
2.1.2 Hakekat Pembelajaran ..........................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
xiii
xiv
xv
1
1
8
8
9
9
9
9
12
12
12
12
13
13
14
15
x
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran ......................................................................
2.1.2.2 Komponen-komponen Pembelajaran ...................................................
2.1.3 Sarana Prasarana Pendidikan ...............................................................
2.1.3.1 Pengertian Sarana Prasarana Pendidikan .............................................
2.1.3.2 Klasifikasi Sarana dan Prasarana Pendidikan ......................................
2.1.3.3 Standardisasi Sarana Prasarana ............................................................
2.1.4 Pemanfaatan Sarana Prasarana dalam Pembelajaran IPS ....................
2.1.4.1 Alat Pelajaran .......................................................................................
2.1.4.2 Alat Peraga ...........................................................................................
2.1.4.3 Media Pembelajaran .............................................................................
2.1.5 Hakikat IPS di SD ................................................................................
2.1.5.1 Pengertian IPS ......................................................................................
2.1.5.2 Tujuan Pendidikan IPS .........................................................................
2.1.5.3 Ruang Lingkup Pendidikan IPS ...........................................................
2.1.5.4 Pembelajaran IPS di SD .......................................................................
2.2 Kajian Empiris ......................................................................................
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
3.1 Rancangan Penelitian ..........................................................................
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
3.3 Populasi dan Sampel ...........................................................................
3.3.1 Populasi ................................................................................................
3.3.2 Sampel ..................................................................................................
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
3.4.1 Observasi .............................................................................................
3.4.1.1 Observasi partisipatif ............................................................................
3.4.1.2 Observasi terus terang atau tersamar ....................................................
3.4.1.3 Observasi tak berstruktur .....................................................................
3.4.2 Wawancara ...........................................................................................
3.4.2.1 Wawancara terstruktur (structure interview) ........................................
3.4.2.2 Wawancara semistruktur (semistructure interview) .............................
15
16
17
17
18
20
24
25
25
30
38
38
40
41
43
45
48
51
51
53
53
53
53
54
54
55
55
55
56
56
57
xi
3.4.2.3 Wawancara tak berstruktur ...................................................................
3.4.3 Dokumentasi .........................................................................................
3.4.4 Catatan Lapangan .................................................................................
3.5 Analisis Data ........................................................................................
3.5.1 Analisis Sebelum di Lapangan .............................................................
3.5.2 Analisis Selama di Lapangan ...............................................................
3.5.2.1 Reduksi data (data reduction) ..............................................................
3.5.2.2 Penyajian data (data display) ...............................................................
3.5.2.3 Verifikasi/ Conclusion ..........................................................................
3.5.3 Analisis Setelah di Lapangan ...............................................................
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................
3.7 Uji Keabsahan Data ..............................................................................
3.7.1 Uji Kredibilitas .....................................................................................
3.7.1.1 Perpanjangan Pengamatan ....................................................................
3.7.1.2 Meningkatkan Ketekunan .....................................................................
3.7.1.3 Triangulasi ............................................................................................
3.7.1.4 Analisis Data Negatif ...........................................................................
3.7.1.5 Mengadakan Member Check ................................................................
3.7.2 Pengujian Transferability .....................................................................
3.7.3 Pengujian Dependability ......................................................................
3.7.4 Pengujian Konfirmability .....................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian .....................................................
4.2 Hasil Penelitian ....................................................................................
4.2.1 Studi Pendahuluan ................................................................................
4.2.2 Reduksi Data ........................................................................................
4.2.3 Data Hasil Penelitian ............................................................................
4.2.3.1 Gambaran Umum Pemenuhan Standar Sarana Ruang Kelas V yang
Diperoleh dari Hasil Observasi ............................................................
4.2.3.2 Gambaran Umum Pemanfaatan Sarana Prasana dalam Proses
Pembelajaran IPS Kelas V yang Diperoleh dari Hasil Observasi ........
57
58
58
58
58
59
59
59
60
61
61
65
65
65
65
65
66
66
66
67
67
68
68
71
71
71
72
72
77
xii
4.2.3.3 Gambaran Umum Pemanfaatan Sarana Prasana dalam Proses
Pembelajaran IPS Kelas V yang Diperoleh dari Hasil Wawancara .....
4.2.4 Penarikan Kesimpulan ..........................................................................
4.2.5 Uji Keabsahan Data ..............................................................................
4.2.5.1 Uji Kredibilitas Data ............................................................................
4.1.5.2 Uji Transferability ................................................................................
4.1.5.2 Uji Dependability .................................................................................
4.1.5.3 Uji Komfirmability ...............................................................................
4.3 Pembahasan ..........................................................................................
4.3.1 Pemenuhan Standar Sarana Ruang Kelas V SD Negeri Gugus
Larasati .................................................................................................
4.3.2 Pemanfaatan Sarana Prasarana dalam Proses Pembelajaran IPS oleh
Guru Kelas V SD Negeri Gugus Larasati ............................................
4.3.2 Keunggulan dan Faktor-faktor yang Menghambat Guru dalam
Pemanfaatan Sarana Prasarana dalam Proses Pembelajaran IPS kelas
V SD Negeri Gugus Larasati ................................................................
4.3.2.1 Keunggulan Guru dalam Pemanfaatan Sarana Prasarana Pada Proses
Pembelajaran IPS kelas V di SD Negeri Gugus Larasati ....................
4.3.2.2 Faktor-faktor yang Menghambat Guru dalam Pemanfaatan Sarana
Prasarana dalam Proses Pembelajaran IPS kelas V SD Negeri Gugus
Larasati .................................................................................................
BAB V PENUTUP ..........................................................................................
5.1 Simpulan ................................................................................................
5.2 Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................
87
99
99
99
100
100
101
102
102
106
115
115
116
118
118
120
121
124
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Kelas .............................
Tabel 3.1 Persentase pemenuhan standar sarana ruang kelas ..........................
Tabel 3.2 Persentase pemanfaatan sarana prasarana dalam proses
pembelajaran IPS .............................................................................
Tabel 3.3 Persentase tiap indikator pemanfaatan sarana prasarana dalam
proses pembelajaran IPS ..................................................................
Tabel 4.1 Hasil Pencapaian Pemenuhan Standar Sarana Ruang Kelas Kelas
V ......................................................................................................
Tabel 4.2 Hasil Pencapaian Indikator Efektifitas Pemanfaatan Sarana
Pendidikan .......................................................................................
Tabel 4.3 Hasil Pencapaian Indikator Efektifitas Pemanfaatan Prasarana
Pendidikan .......................................................................................
Tabel 4.4 Hasil Pencapaian Indikator Efektifitas Pemanfaatan Sarana Ruang
Kelas ................................................................................................
Tabel 4.5 Hasil Pencapaian Indikator Efisiensi Pemanfaatan Sarana
Prasarana ..........................................................................................
Tabel 4.6 Hasil Pencapaian Pemanfaatan Sarana Prasarana dalam Proses
Pembelajaran IPS kelas V ................................................................
22
62
63
64
73
78
80
82
84
86
xiv
DAFTAR GAMBAR
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .....................................................................
Bagan 3.1 Metode Penelitian ......................................................................
Diagram 4.1 Persentase Pencapaian Pemenuhan Standar Sarana Ruang
Kelas V ......................................................................................
Diagram 4.2 Persentase Pencapaian Indikator Efektifitas Pemanfaatan
Sarana Pendidikan .....................................................................
Diagram 4.3 Persentase Pencapaian Indikator Efektifitas Pemanfaatan
Prasarana Pendidikan ................................................................
Diagram 4.4 Persentase Pencapaian Indikator Efektifitas Pemanfaatan
Sarana Ruang Kelas ..................................................................
Diagram 4.5 Persentase Pencapaian Indikator Efisiensi Pemanfaatan Sarana
Prasarana ...................................................................................
Diagram 4.6 Persentase Pencapaian Pemanfaatan Sarana Prasarana dalam
Proses Pembelajaran IPS Kelas V .............................................
50
52
73
79
81
83
85
86
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Profil 6 Sd Negeri yang Dijadikan Tempat Penelitian ..............
Lampiran 2 Visi Misi 6 SD Negeri yang Dijadikan Tempat Penelitian .......
Lampiran 3 Data 6 Kepala Sd Negeri yang Dijadikan Tempat Penelitian ...
Lampiran 4 Data 6 Guru Kelas V .................................................................
Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ..................................................
Lampiran 6 Lembar Checklist Observasi Sarana Prasarana Ruang Kelas
dalam Pembelajaran IPS ..........................................................
Lampiran 7 Lembar Checklist Observasi Pemanfaatan Sarana Prasarana
Oleh Guru Dalam Pembelajaran IPS .......................................
Lampiran 8 Instrumen Wawancara Dengan Guru ........................................
Lampiran 9 Instrumen Wawancara Dengan Kepala Sekolah .......................
Lampiran 10 Catatan Lapangan Pemanfaatan Sarana Prasarana Oleh Guru
dalam Proses Pembelajaran IPS ...............................................
Lampiran 11 Transkrip Wawancara dengan Guru .........................................
Lampiran 12 RPP ...........................................................................................
Lampiran 13 Surat-Surat Penelitian ...............................................................
Lampiran 14 Dokumentasi .............................................................................
125
128
132
135
138
139
143
145
147
148
149
167
171
183
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan faktor penting bagi kemajuan suatu bangsa. Tertera
dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menjelaskan tentang fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk menjamin
tercapainya fungsi dan tujuan pendidikan tersebut, perlu adanya standar nasional
pendidikan.
Pemerintah telah mengamanatkan penyusunan delapan standar nasional
pendidikan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimum tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun delapan standar nasional
pendidikan tersebut meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar
kelulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana
dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; serta (h) standar
penilaian pendidikan. Salah satu standar yang telah disebutkan untuk mencapai
2
tujuan pendidikan tersebut adalah standar sarana prasarana. Standar sarana dan
prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Termuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun
2005 pada Bab VII Pasal 42 tentang standar sarana prasarana menyebutkan
bahwa (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan
habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap satuan pendidikan wajib
memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi
daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Pemenuhan standar sarana prasarana
yang baik tentunya akan semakin menunjang proses pembelajaran itu sendiri.
Selain pemenuhan strandar sarana prasarana, tujuan pendidikan juga
dicapai melalui kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran dan
program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan
yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran
3
dalam satu periode jenjang pendidikan. Salah satu kurikulum yang berlaku di
Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dalam KTSP
terdapat beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 menyebutkan bahwa
dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah, salah satunya wajib memuat
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI yang
tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
yang menyatakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI pelajaran IPS
memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, bertanggung jawab, serta cinta damai. Oleh karena itu mata pelajaran
IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis.
Pembelajaran IPS di SD bertujuan agar peserta didik berkemampuan
dalam: (a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya; (b) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial; (c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan; serta (d) memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
4
nasional, dan global. Adapun ruang lingkup pembelajaran IPS mancakup: (a)
manusia, tempat dan lingkungan; (b) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (c)
sistem sosial dan budaya; serta (d) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP,
2006:575).
Tujuan dan ruang lingkup dalam pembelajaran IPS tersebut sudah
mencakup muatan pengetahuan serta ketrampilan yang mampu menjawab
tantangan di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai tuntuntan
zaman. Berdasarkan hasil temuan Depdiknas (2007: 7) permasalahan dalam
pembelajaran IPS diantaranya, sarana untuk mendukung pembelajaran IPS masih
sangat minim. Belum adanya semacam laboratorium IPS yang dapat dijadikan
tempat siswa untuk mempraktekan materi-materi yang disampaikan di kelas.
Berdasarkan temuan tersebut menunjukkan bahwa masih ada kekurangan dan
kelemahan dalam pembelajaran IPS salah satunya berkaitan dengan sarana
prasarana sehingga kualitas pembelajaran masih kurang. Mendikbud Anies
Baswedan menjelaskan bahwa 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi
standar layanan minimal pendidikan. Hal tersebut bedasarkan pada pemetaan
Kemendikbud terhadap 40.000 sekolah pada tahun 2012, diketahui bahwa isi,
proses, fasilitas, dan pengelolaan sebagian besar sekolah saat ini masih belum
sesuai standar pendidikan seperti yang diamanatkan undang-undang
(Kompas.com 02/12/2014).
Mewujudkan pembelajaran IPS yang efektif salah satunya diperlukan
sarana prasarana yang memadai guna menunjang proses pembelajaran agar
peserta didik dapat belajar dengan optimal. Sebagaimana pendapat dari Djamarah
5
(2011:185) bahwa sarana dan fasilitas mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Peserta didik tentu dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu
sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik. Dengan adanya
sarana pembelajaran yang baik dan pemanfaatannya yang efektif dan efisien maka
pembelajaran IPS dapat melihat realitas kehidupan sehari-hari yang merupakan
suatu fenomena sosial. Pemahaman seperti inilah menjadikan IPS tidak lagi
dipahami sebagai mata pelajaran hafalan.
Arsyad (2014:25-26) mengemukakan bahwa pemanfaatan sarana belajar
memberikan beberapa manfaat, diantaranya: (a) pemanfaatan sarana belajar dapat
memperjelas pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan
meningkatkan proses dan hasil belajar; (b) meningkatkan dan menggairahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
langsung antara siswa dan lingkungannya dan memungkinkan siswa untuk belajar
sendiri sesuai dengan kemampuan minat; (c) memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan
lingkungannya, misal melalui karyawisata dan lain-lain.
Berdasarakan pendapat tersebut pemanfaatan sarana belajar yang baik
akan memudahkan anak dalam melakukan aktivitas belajar sehingga anak lebih
semangat dalam belajar. Sebaliknya, dengan kurangnya sarana belajar akan
mengakibatkan anak kurang bersemangat dan kurang bergairah dalam belajar. Hal
ini tentu saja akan mempengaruhi proses pembelajaran anak yang kemudian akan
berimbas pada prestasi belajar anak. Oleh sebab itu pemanfaatan sarana prasarana
6
pembelajaran harus dilakukan secara efektif dan efisien dan sejauh pihak sekolah
belum memiliki sarana pembelajaran yang memadai dilakukan berbagai upaya
untuk mengatasinya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SD Negeri Gugus Larasati
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang menunjukkan bahwa pemenuhan standar
minimal sarana prasarana di sekolah sangat baik namun untuk pemenuhan
prasarana berupa laboratorium belum terpenuhi. Ketika proses pembelajaran IPS
terdapat guru yang memanfaatkan sarana prasarana dengan baik dan sebagian
memanfaatkan sarana prasarana dengan cukup. Kemudian, sebagian kecil guru
memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi dan sebagian besar guru
belum mampu memanfaatkan media berbasis teknologi. Guru yang belum mampu
menggunakan media berbasis teknologi didominasi oleh guru yang usianya
tergolong tua.
Berbagai hasil penelitian yang berkaitan dengan sarana prasarana sudah
pernah dilakukan, baik hubungannya dengan hasil belajar maupun penelitian
dengan mendeskripsikan sarana prasarana itu sendiri. Hal ini mendorong peneliti
untuk meneliti sejauh mana pemanfaatan sarana prasarana dalam proses
pembelajaran IPS kelas V di SD Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang. Penelitian-penelitian tersebut yaitu: penelitian yang dilakukan
oleh Dipak Bhattacharya pada tahun 2015 tentang “Availability And Utilisation
Of Teaching-Learning Materials And Basic Infrastructure In Primary Schools Of
Contai Municipality: A Field Study”. Penelitian tersebut menemukan bahwa
mayoritas sekolah dasar tidak memiliki bahan belajar-mengajar dan infrastruktur
7
dasar yang memadai. Dalam penelitian tersebut juga menemukan bahwa bahan-
bahan belajar-mengajar dan infrastruktur dasar tidak digunakan dengan cara yang
efektif di sekolah-sekolah dasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Agtifah Sari, pada tahun 2014 tentang
“Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Sarana Belajar Terhadap Hasil
Belajar IPS Terpadu”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada pengaruh yang
positif dan signifikan motivasi belajar dan pemanfaatan sarana belajar di sekolah
terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Jika motivasi belajar siswa tinggi dan
sarana belajar di sekolah dimanfaatkan secara optimal, maka hasil belajar siswa
akan meningkat. Hasil ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi multiple
diperoleh R =0,750 yang berarti tingkat hubungan antara motivasi belajar, dan
pemanfaatan sarana belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu termasuk dalam
kategori yang tinggi dengan R Square (R2) = 0,563 atau 56,3% hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh motivasi belajar dan pemanfaatan sarana belajar di sekolah dan
sisanya sebesar 43,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan mendeskripsikan
pemanfaatan sarana prasarana dalam pembelajaran IPS dengan melakukan
penelitian tentang “Pemanfaatan Sarana Prasarana Dalam Proses Pembelajaran
IPS Kelas V Di SD Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang”.
8
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah pemenuhan standar sarana ruang kelas kelas V SD Negeri
Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?
b. Bagaimanakah pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran IPS
oleh guru kelas V SD Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang?
c. Bagaimanakah keunggulan dan faktor apa sajakah yang menghambat guru
dalam pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran IPS kelas V
SD Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mendeskripsikan pemenuhan standar sarana ruang kelas V SD Negeri
Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
b. Untuk mendeskripsikan pemanfaatan sarana prasarana dalam proses
pembelajaran IPS oleh guru kelas V SD Negeri Gugus Larasati Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang.
c. Untuk mendeskripsikan keunggulan dan faktor yang menghambat guru dalam
pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran IPS kelas V SD
Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
9
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.4.1 Manfaat teoritis
Dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dapat dijadikan landasan untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis bagi:
a. Guru
1) Untuk membantu kegiatan guru dalam proses pembelajaran dengan
tinjauan pemanfaatan sarana prasarana yang ada.
2) Sebagai masukan dalam memanfaatkan sarana prasarana yang tersedia
dalam menunjang proses pembelajaran IPS.
b. Sekolah
1) Sebagai bahan masukan atau informasi dalam pemenuhan sarana
prasarana.
2) Dapat dijadikan sebagai pedoman dan bahan acuan dalam
pelaksanaan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan pada tahun
pelajaran yang akan datang.
1.5 PENEGASAN ISTILAH
2.1.1 Pemanfaatan
Menurut Barnawi dan Arifin (2011:77) penggunaan dapat dikatakan
sebagai kegiatan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan untuk mendukung
10
proses pendidikan demi tercapinya tujuan pendidikan. Istilah pemanfaatan dalam
penelitian ini dapat diartikan sebagai penggunaan atau proses,cara, perbuatan yang
menjadikan sesuatu (sarana prasarana) ada manfaatnya.
2.1.2 Sarana Prasarana
Bafadal (2008:2) menyatakan bahwa sarana pendidikan adalah semua
perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam
proses pendidikan di sekolah sedangkan prasarana pendidikan adalah semua
perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan
proses pendidikan di sekolah.
Barnawi dan Arifin (2014:49-50) menyatakan sarana dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam. Pertama, habis tidaknya dipakai (habis
dipakai dan tahan lama). Kedua, bergerak tidaknya (bergerak dan tidak bisa
bergerak). Ketiga, hubungannya dengan proses pembelajaran (alat pelajaran, alat
peraga, media pembelajaran). Sedangkan, prasarana dapat diklasisikasikan
menjadi dua macam. Pertama, Prasarana pendidikan yang secara langsung
digunakan untuk proses belajar mengajar. Kedua, Prasarana sekolah yang
keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara
langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar.
Dalam penelitian ini peniliti memfokuskan sarana dalam hubungannya
dengan proses belajar mengajar IPS kelas V. Sedangkan prasarana difokuskan
pada ruang kelas V, karena ruang kelas adalah tempat pembelajaran berlangsung.
11
2.1.3 Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya sitematis yang dilakukan guru untuk
mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Aqib, 2013:66).
2.1.4 IPS SD
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang memadukan
sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta
kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk menjadikan
program pengajaran pada tingkat persekolahan (Taneo, 2010:1.14).
Peneliti melakukan penelitian pada mata pelajaran IPS kelas V semester 2,
dengan Standar Kompetensi 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan
masyarakat dalam mempersiapkan dan memepertahankan kemerdekaan Indonesia
dan Kompetensi Dasar 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan.
2.1.5 SD Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang
SD Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang
merupakan wilayah populasi yang akan digunakan peneliti untuk mengambil data
penelitian. SD Negeri Segugus Larasati terdiri dari 6 SD Negeri, yaitu SDN
Plalangan 1, SDN Plalangan 2, SDN Plalangan 3, SDN Plalangan 4, SDN
Sumurrejo 1, SDN Sumurrejo 2.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Hakekat Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Belajar menurut Slavin (dalam Rifai’i dan Anni, 2012: 66) menyatakan
bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
Djamarah (2011: 13) bahwa belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu
dalam interaksi lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Sependapat, Sudjana (2014:28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Dengan adanya
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, Slameto (2013: 3-5) menyebutkan
ciri-ciri perubahan tersebut yang meliputi perubahan terjadi secara sadar,
mencakup seluruh aspek tingkah laku, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat
positif dan aktif, serta memiliki tujuan terarah.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu usaha sadar, aktif, sistematis untuk menciptakan perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan yang berlangsung secara terus-menerus seumur hidup.
13
2.1.1.2 Prinsip Belajar
Menurut Hamdani (2011: 22) menjelaskan prinsip belajar yang meliputi:
(a) kesiapan belajar; (b) perhatian; (c) motivasi; (d) keaktifan siswa; (e)
mengalami sendiri; (f) pengulangan; (g) materi pelajaran yang menantang; (h)
balikan dan penguatan; serta (i) perbedaan individual. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Dimyati (2013: 42) menyatakan bahwa prinsip belajar berkaitan dengan
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan,
balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpukan bahwa prinsip belajar
terdiri dari: (a) kesiapan belajar; (b) perhatian dan motivasi; (c) keaktifan
siswa; (d) mengalami sendiri; (e) pengulangan; (f) menantang; (g) balikan
dan penguatan; serta (h) perbedaan individual.
2.1.1.3 Unsur-unsur Belajar
Menurut Gagne (dalam Rifai’i dan Anni, 2012:68) Belajar merupakan
sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengait
sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur yang dimaksud,
sebagai berikut:
a. peserta didik
Peserta didik merupakan subjek pendidikan yang memiliki organ pengindraan,
otak dan syaraf untuk mengolah informasi yang didapatnya dan disimpan
dalam memori.
b. rangsangan (stimulus)
Stimulus merupakan peristiwa yang merangsang penginderaan peserta didik.
14
c. memori
Memori yang ada pada peserta didik berisi berbagai kemampuan yang berupa
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar
sebelumnya.
d. respon
Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
belajar terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan
perubahan tingkah laku, adapun unsur-unsur belajar tersebut meliputi: (a) peserta
didik; (b) rangsangan; (c) memori; (d) respon.
2.1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam belajar setiap individu pasti berbeda dengan individu lainnya. Hal
tersebut dapat terjadi karena berbagi faktor yang mempengaruhi. Menurut
Slameto (2010: 54-72) terdapat dua faktor yang memperngaruhi belajar yaitu:
a. faktor intern, terdiri dari faktor jasmani yang meliputi kesehatan dan cacat
tubuh serta faktor psikologis yang meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kelelahan.
b. faktor ekstern, terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat.
Sedangkan menurut Syah (2009: 145) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
belajar siswa:
a. faktor internal, terdiri dari aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek
psikologi (yang bersifat rohaniah).
15
b. faktor eksternal siswa, terdiri dari faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial.
c. faktor pendekatan belajar, terdiri dari faktor pendekatan tinggi, pendekatan
menengah dan pendekatan rendah.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar siswa terdiri dari (a) faktor intern; (b) faktor ekstern;
(c) faktor pendekatan belajar. Semua faktor-faktor tersebut sangat penting dan
berpengaruh terhadap belajar peserta didik, sehingga perlu mendapatkan perhatian
baik dari guru, sekolah maupun orangtua agar peserta didik dapat belajar dengan
baik.
2.1.2 Hakekat Pembelajaran
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran
Rifa’i dan Anni (2012:159) menjelaskan pembelajaran merupakan proses
komunikasi antara pendidik dengan peserta didik atau antar peserta didik. Dalam
proses komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal (lisan), dan dapat pula secara
nonverbal. Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru
membentuk tingkah laku siswa melalui penyediaan lingkungan dan stimulus
(Hamdani, 2011: 23). Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Aqib (2013:66)
pembelajaran adalah upaya sitematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan
proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru melalui proses komunikasi
16
antara pendidik dengan peserta didik atau antar peserta didik dan penyediaan
lingkungan serta stimulus sehingga mewujudkan pembelajaran yang efektif dan
efisien.
2.1.2.2 Komponen-komponen Pembelajaran
Pembelajaran pada taraf organisasi mikro mencakup pembelajaran bidang
studi tertentu dalam satuan pendidikan, tahunan, semesteran atau caturwulan. Bila
pembelajaran tersebut, ditinjau dari pendekatan sistem, maka dalam prosesnya
akan melibatkan berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut adalah:
a. tujuan
Diupayakan dalam kegiatan pembelajaran instructional effect berupa
pengetahuan dan ketrampilan atau sikap yang yang dirumuskan secara eksplisit
dalam tujuan pembelajaran semakin spesifik dan operasional.
b. subjek belajar
Merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek.
c. materi pelajaran
Merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran karena materi
pelajaran dapat memberi warna dan bentuk kegiatan pembelajaran.
d. strategi pembelajaran
Merupakan pola umum yang digunakan dalam proses pembelajaran dan
diyakini efektifitasnya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
e. media pembelajaran
Merupakan alat yang digunakan guru untuk membantu penyampaian pesan
pembelajaran dan meningkatkan peranan strategi pembelajaran.
17
f. penunjang
Memiliki fungsi untuk memperlancar dan mempermudah proses pembelajaran
yang terdiri dari fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran
dan sebagainya. (Rifa’i dan Anni, 2011:159-161)
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa komponen-
komponen pembelajaran meliputi tujuan, subyek belajar, materi pelajaran, strategi
pembelajaran, media pembelajaran dan penunjang. Komponen-komponen dalam
pembelajaran tersebut merupakan serangkaian sistem yang harus ada dalam
sebuah pembelajaran.
2.1.3 Sarana Prasarana Pendidikan
2.1.3.1 Pengertian Sarana Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan material pendidikan yang
sangat penting. Sekolah yang memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang
lengkap sangat menunjang proses pendidikan di sekolah. Baik guru maupun
siswa, merasa terbantu dengan adanya fasilitas tersebut. Dalam Permendiknas No.
24 Tahun 2007 menyebutkan sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang
dapat dipindah-pindah sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk
menjalankan fungsi sekolah/madrasah. Pendapat lain, Bafadal (2008:2)
menyatakan bahwa sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan
dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah
sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang
secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
18
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan
adalah segala perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang dapat dipindah-pindah
yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan
prasarana adalah fasilitas dasar yang secara tidak langsung menunjang proses
pendidikan di sekolah.
2.1.3.2 Klasisikasi Sarana dan Prasarana Pendidikan
Barnawi dan Arifin (2014:49-50) menyatakan bahwa sarana pendidikan
dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Habis tidaknya, ada dua macam yaitu:
1) Sarana pendidikan yang habis dipakai
Sarana pendidikan yang habis dipakai merupakan bahan atau alat yang
apabila digunakan dapat habis dalam waktu yang relatif singkat. Misalnya,
kapur tulis,tinta printer,kertas tulis dan bahan kimia untuk praktik.
2) Sarana pendidikan yang tahan lama
Sarana pendidikan yang tahan lama adalah bahan atau alat yang dapt
digunakan secara terus menerus atau berkali-kali dalam waktu yang relatif
lama. Misalnya, meja, kursi, komputer, atlas, globe dan alat-alat olahraga.
b. Bergerak tidaknya, ada dua macam yaitu:
1) Sarana pendidikan yang bergerak merupakan sarana pendidikan yang
dapat digerakkan atau dipindah-tempatkan sesuai dengan kebutuhan para
pemakainya. Misalnya, meja, kursi, almari arsipdan alat-alat praktik.
19
2) Sarana pendidikan yang tidak bergerak sarana pendidikan yang tidak dapat
dipindahkan atau sangat sulit jika dipindahkan. Misalnya, saluran PDAM,
saluran kabel listrik,dan LCD yang dipasang permanen.
c. Hubungan dengan proses pembelajaran,ada 3 macam yaitu:
1) alat pelajaran
Alat pelajaran adalah alat yang dapat digunakan secara langsung dalam
proses pembelajaran. Misalnya, buku, alat peraga, alat tulis, dan alat
praktik.
2) alat peraga
Alat peraga merupakan alat bantu pendidikan yang dapat berupa
perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang dapat mengkonkretkan materi
pembelajaran.
3) media pembelajaran
Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang berfungsi sebagai
perantara (medium) dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan.
Bafadal (2008:3) mengklasifikasikan prasarana pendidikan menjadi dua
macam, yaitu:
a. prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar
mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik ketrampilan,
dan ruang laboratorium.
b. prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar
mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar
20
mengajar. Misalnya, ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju
sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam. Pertama, habis tidaknya dipakai (habis
dipakai dan tahan lama). Kedua, bergerak tidaknya (bergerak dan tidak bisa
bergerak). Ketiga, hubungannya dengan proses pembelajaran (alat pelajaran, alat
peraga dan media pembelajaran). Sedangkan, prasarana dapat diklasisikasikan
menjadi dua macam. Pertama, Prasarana pendidikan yang secara langsung
digunakan untuk proses belajar mengajar. Kedua, Prasarana sekolah yang
keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara
langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar.
2.1.3.3 Standardisasi Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen pendidikan yang
harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan PP No.19 tahun 2005
menyebutkan bahwa standar sarana dan prasarana adalah standar nasional
pendidikaan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi. Dalam pasal 42 jelas disebutkan bahwa:
a. setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
21
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
b. setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat
beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
Menurut Barnawi dan Arifin (2014:87) standardisasi sarana prasarana
sekolah diartikan sebagai suatu peneyesuaian bentuk, baik spesifikasi, kualitas
maupun kuantitas sarana dan prasarana sekolah dengan kriteria minimum yang
telah di tetapkan untuk mewujudkan transparasi dan akuntabilitas publik serta
meningkatkan kinerja penyelenggara sekolah/madrasah.
Sarana dan prasarana sekolah dapat dikelompokkan menjadi sejumlah
prasarana dengan bermacam-macam sarana yang melengkapinya. Termuat dalam
lapiran Permendiknas No.24 tahun 2007 menyatakan bahwa sebuah SD/MI
sekurang-kurangnya memiliki 11 jenis prasarana sebagai berikut: (a) ruang kelas,
(b) ruang perpustakaan, (c) laboratorium IPA, (d) ruang pimpinan, (e) ruang guru,
(f) tempat beribadah, (g) ruang UKS, (h) jamban, (i) gudang, (j) ruang sirkulasi,
(k) tempat bermain/berolahraga.
Berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan, maka dalam hal ini
ruang kelas yang menjadi fokus utama karena berkaitan secara langsung dalam
22
proses pembelajaran. Didukung dengan pendapat Barnawi dan Arifin (2014:105)
bahwa ruang kelas merupakan tempat pembelajaran berlangsung.
Ketentuan mengenai prasarana ruang kelas beserta sarana yang ada di
dalamnya diatur dalam lapiran Permendiknas No.24 tahun 2007 sebagai berikut:
a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang
tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang
mudah dihadirkan.
b. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta didik.
d. Rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum
ruang kelas adalah 30 m2. Lebar minimum ruang kelas adalah 5 m.
e. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat
segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat
tidak digunakan.
g. Ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Kelas
No. Jenis Rasio Deskripsi
1. Perabot
1.1 Kursi
peserta
Didik
1 buah/
peserta
didik
Kuat, stabil, aman, dan mudah dipindahkan oleh
peserta didik.
Ukuran sesuai dengan kelompok usia peserta didik
dan mendukung pembentukan postur tubuh yang baik,
23
minimum dibedakan dimensinya untuk
kelas 1-3 dan kelas 4-6.
Desain dudukan dan sandaran membuat
peserta didik nyaman belajar.
1.2
Meja
peserta
didik
1 buah/
peserta
didik
Kuat, stabil, aman, dan mudah dipindahkan oleh
peserta didik.
Ukuran sesuai dengan kelompok usia peserta didik
dan mendukung pembentukan postur tubuh yang baik,
minimum dibedakan dimensinya untuk
kelas 1-3 dan kelas 4-6.
Desain memungkinkan kaki peserta didik masuk
dengan leluasa ke bawah meja.
1.3 Kursi guru 1 buah/
guru
Kuat, stabil, aman, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk duduk dengan
nyaman.
1.4 Meja guru 1 buah/
guru
Kuat, stabil, aman, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk bekerja dengan
nyaman.
1.5 Lemari 1 buah/
ruang
Kuat, stabil, dan aman.
Ukuran memadai untuk menyimpan perlengkapan
yang diperlukan kelas.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.6 Rak hasil
karya
peserta
didik
1 buah/
ruang
Kuat, stabil, dan aman.
Ukuran memadai untuk meletakkan hasil karya
seluruh peserta didik yang ada di kelas.
Dapat berupa rak terbuka atau lemari.
1.7 Papan
pajang
1 buah/
ruang
Kuat, stabil, dan aman.
Ukuran minimum 60 cm x 120 cm.
2 Peralatan Pendidikan
2.1 Alat
peraga
[lihat daftar sarana laboratorium IPA]
3 Media Pendidikan
3.1
Papan
tulis
1 buah/
ruang
Kuat, stabil, dan aman.
Ukuran minimum 90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh
peserta didik melihatnya dengan jelas.
4 Perlengkapan Lain
4.1
Tempat
sampah
1 buah/
ruang
4.2 Tempat
cuci
tangan
1 buah/
ruang
4.3 Jam
dinding
1 buah/
ruang
4.4 Kotak
kontak
1 buah/
ruang
24
Selain Prasarana ruang kelas, berkaitan dengan mata pelajaran IPS maka
prasarana lain yang diharapkan adalah tersedianya laboratorium IPS, yang dapat
dijadikan tempat siswa untuk mempraktekan materi-materi yang disampaikan di
kelas.Misal, ada laboratorium bagi siswa untuk mempraktekan bagaimana melakukan
penginderaan jauh,praktek bagaimana cara bertransaksi dengan bank, praktek
bagaimana mengenal benda-benda bersejarah,dan lain-lain (Depdiknas, 2007: 7).
2.1.4 Pemanfaatan Sarana Prasarana dalam Pembelajaran IPS
Menurut Barnawi dan Arifin (2011:77) penggunaan dapat dikatakan
sebagai kegiatan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan untuk mendukung
proses pendidikan demi tercapinya tujuan pendidikan. Ada dua prinsip
(Depdiknas, 2008:42) yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengkapan
pendidikan, yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi. Prinsip efektivitas
berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan disekolah harus ditujukan
semata-mata dalam dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sementara prinsip efisiensi berarti
pemakaian semua perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga
semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak atau hilang.
Pemanfaatan sarana prasarana dalam penelitian ini memfokuskan pada
hubungannya secara langsung dalam proses pembelajaran. Seperti yang telah
disebutkan dalam pembahasan sebelumnya, meliputi alat pelajaran, alat peraga,
dan media pembelajaran. Berikut penjelasannya menurut Barnawi (2014:50).
25
2.1.4.1 Alat Pelajaran
Alat pelajaran adalah alat yang dapat digunakan secara langsung dalam
proses pembelajaran. Misalnya, buku, alat peraga, alat tulis, dan alat praktik.
Alat pelajaran yang difokuskan dalam penelitian ini adalah alat pelajaran
dalam hubungannya secara langsung dengan proses pembelajaran IPS. Idealnya
alat pelajaran yang tersedia adalah buku paket IPS, buku penunjang IPS, alat tulis
berupa spidol, whiteboard, pengahapus, penggaris.
2.1.4.2 Alat Peraga
a. Pengertian alat peraga
Alat peraga merupakan alat bantu pendidikan yang dapat berupa
perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang dapat mengkonkretkan materi
pembelajaran. Sedangkan, pengertian alat peraga menurut Sudjana (2014:99)
adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan
membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga
adalah alat bantu pendidikan yang dapat berupa perbuatan-perbuatan atau
benda-benda yang dapat mengkonkretkan materi pelajaran sehingga membantu
guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.
b. Fungsi dan nilai alat peraga
Sudjana (2014: 99-100) menyatakan, terdapat enam fungsi pokok alat
peraga dalam proses belajar mengajar, diantaranya:
26
1) penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan
fungsi tambahan melainkan memiliki fungsi tersendiri sebagai alat bantu
untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2) penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur
yang harus dikembangkan guru.
3) alat peraga dalam penggunaanya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus
melihat pada tujuan dan bahan pelajaran.
4) penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan,
dalam arti digunakannya hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya
lebih menarik perhatian siswa.
5) penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk
mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan oleh guru.
6) penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi
mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain penggunaan alat peraga, hasil
belajar yang dicapai akan tahan lama sehingga pelajaran mempunyai nilai
tinggi.
Disamping enam fungsi tersebut, penggunaan alat peraga dalam proses
belajar mengajar mempunyai nilai-nilai seperti di bawah ini.
1) Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir,
oleh karena itu dapat mengurangi verbalism.
27
2) Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk
belajar.
3) Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar
sehingga hasil belajar bertambah mantap.
4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada setiap siswa.
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambung.
6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya
kemampuan berbahasa.
7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta
membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih
sempurna.
c. Jenis Alat Peraga
Sudjana (2014: 100-104) menyatakan, alat peraga terdapat beberapa
jenis, yaitu:
1) Alat peraga dua dan tiga dimensi
Alat peraga dua dimensi artinya alat yang mempunyai ukuran panjang dan
lebar, sedangkan alat peraga tiga dimensi adalah alat peraga yang
mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Alat peraga dua dan tiga
dimensi dalam pembelajaran IPS antara lain ialah: bagan (contoh: bagan
kronologi perjuangan mempertahankan kemerdekaan), poster (contoh:
poster menghargai perjuangan para tokoh dalam memepertahankan
28
kemerdekaan), gambar mati (contoh: gambar tokoh pahlawan), peta datar,
peta timbul, globe, papan tulis.
2) Alat-alat peraga yang diproyeksi
Alat peraga yang diproyeksi adalah alat peraga yang menggunakan
proyektor sehingga gambar nampak pada layar. Alat peraga IPS yang yang
diproyeksi antara lain: film (contoh: film pertempuran di ambarawa), slide
(contoh: slide berisi materi perjuangan secara diplomatik) dan filmstrip
(contoh: filmstrip urutan peristiwa pertempuran 5 hari disemarang)
d. Penerapan Alat Peraga dalam Pengajaran
Penerapan alat peraga dalam pengajaran, khususnya masalah yang
berhubungan dengan prinsip penggunaan alat peraga dan langkah-langkah
menggunakan alat peraga dalam kelas (Sudjana, 2014:104-106).
1) Prinsip-prinsip penggunaan alat peraga
Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan
sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat
mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
a) Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru
memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan
dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan.
b) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu
memperhitungkan apakah penggunaan alat peraga tersebut sesuai dengan
tingkat kematangan atau kemampuan anak didik.
29
c) Menyajikan alat peraga dengan tepat, artinya teknik dan metode
penggunaan alat peraga dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan
tujuan, bahan, metode, waktu, dan sarana yang ada
d) Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan
situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu
mengajar alat peraga digunakan.
2) Guru dan keperagaan
Dalam uraian ini akan dilihat hubungan guru dengan masalah
keperagaan. Terutama masalah-masalah apakah yang dituntut dari guru
mengenai keperagaan tersebut. Ada beberapa hal yang dituntut dengan guru
sehubungan dengan masalah keperagaan ini, yakni:
a) Setiap guru hendaknya memilih landasan teoritis mengenai alat-alat
peraga dalam pengajaran.
b) Setiap guru perlu memiliki pengetahuan dan mengenai proses belajar
mengajar, sebab penggunaan alat peraga harus terpadu dalam proses
tersebut.
c) Setiap guru perlu memahami kegiatan belajar yang dilakukan siswa,
sebab alat peraga pengajaran berusaha membantu belajar siswa.
d) Setiap guru perlu memahami perkembangan anak, sebab penggunaan alat
peraga seirama dengan tingkat kematangan dan kemampuan anak didik.
e) Setiap guru harus terampil dalam hal penggunaaan alat peraga
pengajaran.
30
f) Setiap guru berkewajiban melengkapi alat peraga didalam kelasnya,
sehingga ia dituntut agar dapat membuat alat peraga yang sederhana
untuk keperluan mengajar.
Disamping hal-hal tersebut gurupun dituntut untuk menyimpan ,
memelihara, mengawasi, dan mengatur alat peraga yang ada disekolahnya,
sehingga alat peraga tersebut tetap utuh dan selalu berfungsi dalam setiap
proses pengajaran (Sudjana, 2014:106).
2.1.4.3 Media Pembelajaran
a. Pengertian media pembelajaran
Media menjadi komponen pendukung terpenting untuk menarik
perhatian siswa terhadap penyampaian materi yang dijelaskan guru. Menurut
Akib (2015:50) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses
belajar pada si pembelajar (siswa). Sependapat, Menurut Arsyad (2013:3)
media merupakan alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal
yang telah diajarkan. Dengan kata lain, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran, sehingga
melalui penggunaan media siswa lebih mudah memahami materi pelajaran.
31
b. Manfaat media pembelajaran
Menurut Akib (2013:51) manfaat umum media pembelajaran
meliputi: menyeragamkan penyampaian materi, pembelajaran lebih jelas dan
menarik, proses pembelajaran lebih interaksi, efisiensi waktu dan tenaga,
meningkatkan kualitas hasil belajar, belajar dapat dilakukan kapan saja dan
diman saja, menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses dan materi
belajar, meningkatkan peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.
Pendapat lain, Sudjana dan Rivai (2013:2) mengemukakan manfaat
media pembelajaran meliputi: (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (2) bahan pengajaran
akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa,
dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; (3)
metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga, apalagi ila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran;
(4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
c. Jenis dan karakteristik media pembelajaran
Media memiliki banyak jenis dan karakteristik, jenis yang beragam
menawarkan berbagai kemudahan dalam penyampaian materi pembelajaran
sehingga peserta didik juga lebih paham dalam menangkap materi. Adapun
32
jenis dan karakteristik media pembelajaran menurut Akib (2013:52),
meliputi:
1) Media grafis (simbol-simbol visual), media grafis/visual dalam
pembelajaran IPS meliputi: gambar (contoh: gambar pahlawan), bagan
(contoh: bagan kronologi perjuangan mempertahankan kemerdekaan),
poster (contoh: poster menghargai perjuangan para tokoh dalam
memepertahankan kemerdekaan), kartun, sketsa, grafik, peta, globe, papan
flannel, papan bulletin dan lain sebagainya.
2) Media audio. Media audio dalam pembelajaran IPS meliputi: radio dan
alat perekam.
3) Multimedia atau audiovisual (dibantu proyektor LCD). Media audiovisual
dalam pembelajaran IPS misalnya file program komputer, proyektor,
televisi.
d. Prinsip penggunaan media pembelajaran
Efektif dan efisien dalam penggunaan media pembelajaran merupakan
hal yang sangat penting ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Maka
dari itu, dalam penggunaan media pembelajaran harus memperhatikan prinsip
penggunaannya. Adapun, prinsip penggunaan media menurut Akib (2013:53)
meliputi: (1) setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan; (2) gunakan
media seperlunya, jangan berlebihan; (3) penggunaan media mampu
mengaktifkan pelajar; (4) Pemanfaatan media harus terencana dalam program
pembelajaran; (5) Hindari penggunaan media yang hanya sekedar mengisi
waktu; (6) perlu persiapan yang cukup sebelum menggunakan media.
33
e. Lingkungan sebagai media pengajaran
Lingkungan sebagai media pengajaran dapat diartikan guru dan siswa
mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan para
siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari, diamati dalam
hubungannya dengan proses belajar dan mengajar. Cara ini lebih bermakna
disebabkan para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan. (Sudjana dan Rivai,
2013:208)
1) Jenis lingkungan belajar
Menurut Sudjana dan Rivai (2013:212), lingkungan masyarakat
yang dapat dimanfaatkan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara
umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis lingkungan belajar, yaitu
sebagai berikut:
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar ini berkenaan dengan
interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat. Seperti organisasi
social, adat dan kebiasaan, mata pencahaarian, kebudayaan, pendidikan,
kependudukan, struktur pemerintahan, agama, dan system nilai.
Lingkungan social ini biasanya digunakan untuk mempelajari ilmu -
ilmu social dan kemanusiaan.
b) Lingkungan alam
34
Lingkungan alam ini berkaitan dengan segala sesuatu yang sifatnya
alamiah, seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah
hujan, flora, fauna, dan sumber daya alam. Lingkungan alam tepat
digunakan untuk bidang studi ilmu pengetahuan alam.
c) Lingkungan buatan
Selain lingkungan social dan lingkunga alam yang sifatnya alami, ada
juga yang disebut lingkungan buatan,yaitu lingkungan yang sengaja
diciptakan atau dibuat oleh manusia untuk tujuan – tujuan tertentu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan ini terdiri dari
irigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang,
perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik.
Dari ketiga lingkungan belajar di atas, dapat dimanfaatkan oleh
sekolah dalam proses belajar mengajar melalui perencanaan yang saksama
oleh para guru bidang study baik secara individu maupun kelompok.
Penggunaan lingkungan belajar dapat dilakukan pada pada jam pelajaran
maupun di luar jam pelajaran seperti pemberian tugas. Dengan demikian,
fungsi dari lingkungan adalah untuk memperkaya materi pengajaran,
memperjelas prinsip, dan konsep yang dipelajari dalam bidang study dan
dapat dijadikan sebagai laboratorium belajar para siswa.
2) Teknik menggunakan lingkungan
Menurut Sudjana dan Rivai (2013:209), ada beberapa cara dalam
mempelajari lingkungan sebagai media dan sumber belajar, yaitu sebagai
berikut.
35
a) Survey
Siswa mengunjungi lingkungan seperti masyarakat setempat untuk
mempelajari dan mengamati proses social, budaya, ekonomi,
kependudukan, dan lain – lain.
b) Kamping atau berkemah
Kegiatan berkemah ini membutuhkan waktu yang cukup lama, karena
siswa harus dapat menghayati bagaimana kehidupan alam seperti suhu,
iklim, suasana, dan lain – lain.
c) Field trip atau karyawisata
Karyawista adalah kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari
obyek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di
sekolah. Sebelum karyawisata dilaksanakan, terlebih dahulu
direncanakan objek yang akan dipelajari, cara mempelajarinya, dan
kapan sebaiknya dipelajari. Objek karyawisata harus sesuai dengan
bahan pengajaran, misalnya museum untuk pelajaran sejarah, kebun
binatang untuk pelajaran biologi dan sebagainya.
d) Praktik lapangan
Praktik lapangan ini dilaksanakan oleh para siswa untuk memperoleh
keterampilan dan kecakapan khusus.
e) Mengundang nara sumber
Mengundang nara sumber atau tokoh masyarakat ke sekolah untuk
memberikan penjelasan mengenai keahliannya di hadapan para siswa.
Nara sumber yang diundang, hendakanya relevan dengan kebutuhan
36
belajar siswa, sehingga apa yang diberikan oleh nara sumber dapat
memperkaya materi yang diberikan guru di sekolah.
f) Proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat
Cara ini dapat dilakukan, apabila sekolah guru dan siswa secara
bersama-sama melakukan kegiatan memberikan bantuan kepada
masyarakat seperti pelayanan, penyuluhan, partisipasi dalam kegiatan
masayarakat dan kegiatan lain yang diperlukan
3) Langkah dan prosedur penggunaan lingkungan belajar
Menurut Sudjana dan Rivai (2013:214), ada beberapa langkah yang
harus ditempuh dalam menggunakan lingkungan sumber belajar, sebagai
berikut:
a) Langkah persiapan
Langkah – langkah yang harus ditempuh pada persiapan diantaranya :
(1) menentukan tujuan belajar yang berhubungan dengan pembahasan
bidang study tertentu.
(2) menentukan obyek yang harus dipelajari dan dikunjungi.
(3) menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan.
(4) guru dan siswa mempersiapkan perizinan jika diperlukan.
(5) persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar.
Persiapan tersebut dibuat guru dan siswa pada waktu belajar bidang
study yang bersangkutan, atau dalam program akhir semester.
37
b) Langkah pelaksanaan
Pada langkah ini para guru dan siswa melakukan kegiatan
belajar di tempat tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan.
Biasanya kegiatan ini diawalai dengan penjelasan petugas mengenai
objek yang akan dipelajari. Dalam penjelasan tersebut, siswa dapat
bertanya untuk menghemat waktu, dan mencatat hal – hal yang penting.
Setelah itu, siswa dibimbing oleh petugas untuk melihat dan mengamati
objek yang akan dipelajari. Dalam proses ini, petugas menjelaskan
proses kerja, mekanismenya, dan hal – hal yang lain. Lalu, siswa dapat
berkumpul dengan kelompoknya dan mendiskusikan hasil catatannya
untuk melengkapi dan memahami materi yang dipelajarinya.
c) Tindak lanjut
Tindak lanjut dari kegiatan belajar “pelaksanaan” di atas adalah
kegiatan belajar di kelas untuk membahas dan mendiskusikan hasil
belajar dari lingkungan belajar. Setiap kelompok diminta untuk
melaporkan hasil – hasil dari pengamatan untuk dibahas bersama.
Selain itu, guru juga dapat meminta para siswa untuk menyampaikan
kesan – kesannya dari kegiatan belajar tersebut.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar itu banyak manfaatnya, baik dari segi
motivasi belajar, kegiatan belajar, kekayaan informasi, hubungan sosial
siswa dan sebagainya. Proses pengajaran yang mengoptimalakan
lingkungan sebagai sumber belajar dikenal dengan pendekatan ekologis.
38
2.1.5 Hakikat IPS di SD
2.1.5.1 Pengertian IPS
Dalam dokumen National Council for Social Studies (NCSS) diadopsi
pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai berikut.
“Social studies are the integrated study of the social sciences and
humanities to promote civic competence. Within the school program, social
studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as
anthropology, archaeology, economics, geography, histori, law, philosophy,
political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate
content from the humanities, mathematics, and the natural sciences. The primary
purpose of social studies is to help young people develop the ability to make
informed and reason desicion for the public good as citizens of a culturally
diverse, democratic society in an interdependent world.”
“Studi sosial merupakan studi terintegrasi ilmu-ilmu sosial dan humaniora
untuk mempromosikan kompetensi sipil. Dalam program sekolah, studi sosial
menyediakan terkoordinasi, menggambar studi sistematis atas disiplin ilmu seperti
antropologi,arkeologi,agama, dan sosiologi, karena semua konten yang sesuai dari
humaniora, matematika, dan ilmu alam. Tujuan utama penelitian sosial adalah
untuk membantu kaum muda mengembangkan kemampuan untuk membuat
informasi dan keputusan beralasan untuk kepentingan publik sebagai warga
beragam secra budaya, demokrasi masyarakat dunia yang saling tergantung”.
(Gunawan, 2013:46)
39
Sependapat, Taneo (2010:1.14) IPS adalah ilmu pengetahuan yang
memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu
lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik
untuk menjadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan . Sejalan
dengan pedapat tersebut, Sapriya (2015:7-12) menjelaskan IPS sebagai mata
pelajaran seleksi dan integrasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain
yang relevan, dikemas secara psikologis, ilmiah, pedagogis, dan sosial-kultural
untuk tujuan pendidikan.
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk tingkat
SD/MI menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu
mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran
IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Gunawan
(2013:48) menjelaskan Ilmu Pengetahuan sosial adalah suatu bahan kajian yang
terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang
di organisasikan dari konsep-konsep dan ketrampilan Sejarah, Geografi,
Sosiologi, Antopologi, dan ekonomi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan
suatu mata pelajaran yang membahas tentang manusia dan masalah-masalah
sosial sebagai hasil integrasi yang diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan
didaktik dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti
antropologi,arkeologi,agama, sosiologi dan humaniora seperti matematika, dan
ilmu alam yang dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
40
2.1.5.2 Tujuan Pendidikan IPS
Tujuan utama pengajaran IPS adalah untuk memperkaya dan
mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan
dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam
masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup
yang lebih baik (Taneo, 2010: 1.27).
Berdasarkan kelembagaan, setiap bidang studi yang tercantum dalam
kurikulum sekolah, telah dijiwai oleh tujuan yang harus di capai oleh pelaksanaan
Proses Belajar Mengajar (PBM) bidang studi tersebut secara keseluruhan. Tujuan
ini disebut Tujuan Kurikuler yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Tujuan
Institusional dan Tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan Kurikuler yang dimaksud
adalah tujuan pendidikan IPS. Secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS di SD
adalah sebagai berikut.
a. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupannya kelak di masyarakat.
b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi,
menganalisisdan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi
dalam kehidupan di masyarakat.
c. Membekali anak didik dengan kempuan berkomunikasi dengan sesama warga
masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.
d. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan
ketrampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian
dari kehidupan tersebut.
41
e. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan
dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat,
ilmupengetahuan dan teknologi (Gunawan, 2013:52).
Tujuan mata pelajaran IPS berdasarkan BSNP (2006: 175) adalah agar
siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpukan pada dasarnya tujuan
pendidikan IPS adalah membekali pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan
sosial anak didik dalam lingkungannya di masyarakat lokal hingga global.
2.1.5.3 Ruang lingkup Pendidikan IPS
Menurut Taneo (2010: 1.36-1.40) ruang lingkup IPS adalah menyangkut
kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Ruang
lingkup IPS ditinjau dari aspek-aspeknya, meliputi: ekonomi, hubungan sosial,
budaya, sejarah, geografi, psikologi sosial, dan aspek politik. Sedangkan apabila
ditinjau dari ruang lingkup kelompoknya, meliputi: keluarga, rukun tetangga,
rukun kampung, warga desa, organisasi masyarakat, sampai ke tingkat bangsa.
Ditinjau dari ruangnya, meliputi: tingkat lokal, regional dan tingkat global.
42
Sedangkan dari proses interaksi sosialnya, meliputi: interaksi dalam bidang
kebudayaan, politik, dan ekonomi. Adapun nilai-nilai dalam ruang lingkup IPS
sebagai berikut:
a. Nilai edukatif, meliputi nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
menimbulkan adanya perubahan perilaku sebagai dampak dari adanya proses
belajar.
b. Nilai praktis, merupakan praktik dari nilai-nilai yang sudah dipelajari dalam
kehidupan bermasyarakat.
c. Nilai teoritis, mendorong kemampuan peserta didik untuk menggali
pengetahuannya sendiri dengan mengajukan banyak pertanyaan.
d. Nilai filsafat, mendorong siswa untuk merenungkan keberadaan dan peran
peserta didik dalam anggota masyarakat.
e. Nilai Ketuhanan, merupakan nilai yang dijadikan landasan moral bagi peserta
didik setiap bertindak.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut BSNP (2006: 176) meliputi
aspek-aspek sebagai berikut: (a) manusia, tempat, dan lingkungan; (b) waktu,
keberlanjutan, dan perubahan; (c) sistem sosial dan budaya; (d) perilaku ekonomi
dan kesejahteraan.
Demikian, dapat disimpulkan ruang lingkup pembelajaran IPS meliputi
segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia dan interaksinya dalam
kehidupan masyarakat serta nilai-nilai yang menjadi karakteristik pendidikan IPS
yang meliputi nilai edukatif, praktis, teoritis, filsafat, dan nilai ketuhanan.
43
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada materi pembelajaran IPS
kelas V semester 2, dengan Standar Kompetensi 2. Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan memepertahankan
kemerdekaan Indonesia dan Kompetensi Dasar 2.4 Menghargai perjuangan para
tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
2.1.5.4 Pembelajaran IPS di SD
Dalam pembelajaran terdapat beberapa pendapat yang melandasi aktivitas
dan prosesnya. Robert M. Gagne dan Leslie J. Briggs (dalam Gunawan, 2013:73)
mengemukakan beberapa pendapat yang melandasi proses pembelajaran.
Pertama, pembelajaran bertujuan memberikan bantuan agar belajar siswa menjadi
efektif dan efisien. Jadi, guru hanyalah pemberi bantuan dan bukan penentu
keberhasilan atau kegagalan belajar siswa. Kedua, pembelajaran besifat
terprogram. Pembelajaran dirancang untuk tujuan jangka pendek, menengah atau
pun jangka panjang. Ketiga, pembelajaran dirancang melalui pendekatan sistem.
Keempat, pembelajaran yang dirancang harus sesuai berdasarkan pendekatan
sistem. Kelima, pembelajaran dirancang berdasarkan pengetahuan tentang teori
belajar.
Pembelajaran IPS yang berlandaskan pendekatan sistem berorientasi pada
pencapaian tujuan belajar. Pembelajaran IPS merupakan kegiatan mengubah
karakteristik siswa sebelum belajar IPS (input) menjadi siswa yang memiliki
karakteristik yang diinginkan (output). Tujuan pembelajaran, termasuk IPS,
berorientasi pada siswa. Terdapat 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dalam pelajaran IPS di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia
44
antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963)
berada dalam perkembangan kemampuan intelektual pada tingkatan kongkrit
operasional. Mereka memandag dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan
menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang
mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit) dan bukan masa depan yang belum
mereka pahami/abstrak (Gunawan, 2013: 85).
Selain itu, dalam pembelajaran IPS perlu adanya strategi. Dalam garis
besarnya strategi pembelajaran, dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, strategi
pra pembelajaran. Dalam strategi pra pembelajaran, rancangan pembelajaran
disiapkan oleh guru sebelum pembelajaran di kelas dilakukan, kemudian
sosialisasi rancangan pembelajaran yang telah disiapkan guru pada siswa, terkahir
guru memberitahukan tugas-tugas belajar yang harus dilakukan siswa dan
pemberian motivasi belajar.Kedua,strategi dalam pembelajaran. Strategi dalam
pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu strategi pengorganisasian materi
ajar, strategi penyampaian materi ajar,kemudian hasil pembelajaran akan
ditentukan oleh kondisi pembelajaran yang meliputi siswa dan bidang studi dan
metode pembelajaran yang digunakan.Ketiga, strategi tindak lanjut yakni berupa
tindakan evaluasi pembelajaran IPS,pengayaan dan revisi(Gunawan, 2013:75-80).
Terwujudnya pembelajaran IPS yang efektif tidak hanya strategi saja yang
berperan didalamnya, melainkan banyak komponen-komponen lain yang
berpengaruh. Salah satu komponen penting dalam pembelajaran IPS adalah
komponen sarana prasarana. Sarana yang secara langsung terlibat dalam proses
pembelajarannya IPS adalah penggunaan alat pelajaran (spidol, papan tulis, buku
45
teks dan alat tulis lainnya), alat peraga (gambar, bagan, grafik, poster, peta, globe,
film, slide), dan media pembelajaran (gambar, bagan, grafik, poster, peta, globe,
radio, alat perekam/rekaman, televisi dan proyektor). Sedangkan prasarana yang
dapat terlibat langsung dalam pemebalajaran IPS adalah ruang kelas, perpustakaan
dan lingkungan. Sarana prasarana yang tersedia perlu digunakan atau dilibatkan
oleh guru dalam pembelajarn IPS agar pembelajaran peserta didik menjadi lebih
efektif.
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Beberapa hasil penelitian relevan yang mendukung pemanfaatan sarana
prasarana dalam proses pembelajaran antara lain:
Penelitian yang dilakukan oleh Oding Yadi Suryadi pada tahun 2012
tentang “Pengaruh Manajemen Sistem Informasi dan Manajemen Sarana
Prasarana terhadap Prestasi Sekolah (Studi di SD Negeri Kecamatan Cidolog
Kabupaten Ciamis)”. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh manajemen
sistem informasi dan manajemen sarana-prasarana sebesar 41,2% terhadap
prestasi sekolah sedangkan 58,8 % dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya sarana
dan prasarana, gaya kepemimpinan, budaya organisasi, iklim organisasi, gaya
kepemimpinan dan lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Novi Setiawati pada tahun 2015 tentang
“Pengaruh Gaya Mengajar, Pemanfaatan Sarana Belajar, Kesiapan Belajar
Terhadap Hasil Belajar Ekonomi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
gaya mengajar guru (X1), pemanfaatan sarana belajar (X2), dan kesiapan belajar
siswa (X3) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Y). Hasil ditunjukkan
46
dengan koefisien korelasi multiple diperoleh R= 0,683 yang berarti tingkat
pengaruh antara pengaruh gaya mengajar guru, pemanfaatan sarana belajar, dan
kesiapan belajar terhadap hasil belajar termasuk dalam kategori yang tinggi
dengan R Square (R2) = 0,467 atau 46,7% Kinerja dipengaruhi gaya mengajar
guru, pemanfaatan sarana belajar, dan kesiapan belajar siswa dan sisanya 53,3%
dipengaruhi oleh faktor lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Selvi Mayarani pada tahun 2013 tentang
“Peran Komite Sekolah Dalam Pengadaan Sarana dan Prasarana Di SD Negeri
Pucang IV Sidoarjo”. Hasil penelitian menunjukkan komite sekolah sudah
melakukan upaya-upaya dengan baik untuk memenuhi kebutuhan sarana dan
prasarana sekolah agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan optimal,
sehingga tujuan sekolah dapat terwujud dengan baik, serta memperoleh lulusan
sesuai dengan yang diharapkan. Upaya-upaya tersebut diantaranya yaitu berusaha
untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh siswa
semaksimal mungkin, melakukan kerjasama yang baik dengan orang tua siswa
dan pihak luar, dan memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih giat belajar
serta dapat memanfaatkan fasilitas sarana dan prasarana yang telah disediakan
oleh sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Esti Riyani pada tahun 2015 tentang
“Pengaruh Motivasi Dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran IPS Ekonomi Kelas VIII SMP Negeri 1 Karangreja Purbalingga”.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan secara parsial
motivasi terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Ekonomi SMP Negeri 1
47
Karangreja Purbalingga diterima. Besarnya pengaruh motivasi terhadap hasil
belajar siswa dilihat berdasarkan hasil uji hipotesis koefisien determinasi parsial
yaitu sebesar 38% (r2). Adanya pengaruh positif dan signifikan secara parsial
fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Ekonomi SMP
Negeri 1 Karangreja Purbalingga diterima. Besarnya pengaruh fasilitas belajar
terhadap hasil belajar siswa dilihat berdasarkan hasil uji hipotesis koefisien
determinasi parsial yaitu sebesar 4,4% (r2).
Penelitian yang dilakukan M Fathur Rahman pada tahun 2014 tentang
“Pengaruh Dukungan Orang Tua Dan Fasilitas Belajar Di Sekolah Terhadap
Prestasi Belajar Ekonomi Melalui Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri
2 Ungaran”. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh dukungan orang tua
terhadap motivasi belajar adalah sebesar 26,4%. Hal ini menunjukkan bahwa
dukungan orang tua berpengaruh terhadap motivasi belajar siswanya. Adanya
pengaruh fasilitas belajar terhadap prestasi belajar adalah sebesar 32,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa fasilitas belajar di SMP Negeri 2 Ungaran berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Apriadi Widodo Simamora, pada tahun
2015 tentang “Pengaruh Pemanfaatan Sarana Belajar Di Sekolah, Minat, dan
Disiplin Terhadap Hasil Belajar”. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh
pemanfaatan sarana belajar di sekolah , minat belajar, dan disiplin belajar siswa
terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 2
Ketapang Tahun Pelajaran 2013/2014. Dibuktikan pada pengujian hipotesis
adalah H0 ditolak dan H1diterima jika Fhitung > F tabel hasilnya diperoleh
48
28,361 > 2,79. Koefisien korelasi (R) 0.788 dan koefisien determinasi (R2) 0.621
atau 62.1%.
Penelitian yang dilakukan oleh Bongani Khumalo pada tahun 2014 tentang
“Exploring Educators’ Perceptions of the Impact of Poor Infrastructure on Learning
and Teaching in Rural South African Schools. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendidik mengidentifikasi sejumlah isu bahwa mereka merasa berperan dalam
belajar dan konteks mengajar. Dalam banyak hal, pendidik memiliki gambaran
suram mengenai penyediaan infrastruktur yang buruk dan berfungsinya sekolah
mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Ayeni, Adeolu Joshua pada tahun 2012
tentang “Improving Learning Infrastructure and Environment for Sustainable
Quality Assurance Practice in Secondary Schools in Ondo State, South-West,
Nigeria”. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa persepsi guru terhadap
kualitas infrastruktur belajar dan lingkungan berkisar 41-60,5%, sedangkan
sekolah dengan berbagai kualitas yang tidak memadai 19-59%. Ini berarti bahwa
praktek jaminan kualitas adalah pada tingkat rata-rata di sekolah menengah. Hasil
juga mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tugas guru
dalam pembelajaran dan prestasi akademik siswa (R = 0,645 pada p <0,05).
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal maka guru diharapkan
mampu memanfaatkan sarana prasarana dalam menunjang proses pembelajaran,
sehingga diharapkan dapat memperjelas pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, meningkatkan dan
49
menggairahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa
dilingkungan mereka. Pemahaman seperti inilah menjadikan IPS tidak lagi dipahami
sebagai mata pelajaran hafalan.
Dengan latar belakang tersebut maka penulis mencoba untuk menganalisis
sejauh mana kegiatan guru dalam memanfaatkan sarana prasarana yang ada di
sekolah dalam proses pembelajaran IPS.
Untuk lebih jelasnya hubungan uraian tersebut dapat digambarkan dalam
bagan di bawah ini:
50
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Pemanfaatan Sarana Prasarana dalam Pembelajaran IPS
1. Pemanfaatan dengan memperhatikan prinsip efektivitas.
a. Guru menggunakan alat pelajaran dalam pembelajaran IPS
b. Guru menggunakan alat peraga IPS harus terencana, sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan tidak berlebihan
c. Guru menggunakan media pembelajaran IPS harus terencana, sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan tidak berlebihan
d. Guru memanfaatkan ruang kelas dengan efektif
e. Guru memanfaatkan perpustakaan dalam pembelajaran IPS
f. Guru memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran IPS
2. Pemanfaatan dengan memperhatikan prinsip efisiensi.
a. Guru melakukan penyusunan jadwal penggunaan sarana prasarana IPS
b. Jadwal penggunaan sarana prasarana pendidikan IPS diajukan di awal tahun ajaran
pada petugas terkait
c. Guru mengikuti prosedur pemakaian sarana prasarana pembelajaran IPS
(Depdiknas, 2008: 42)
Pemanfaatan Sarana Prasarana IPS yang Ideal
1. Pemenuhan standar minimal sarana prasarana terpenuhi dengan baik
2. Guru menggunakan alat pelajaran berupa spidol dan papan tulis untuk menuliskan topik
materi dan kata-kata kunci serta menggunakan buku teks sebagai penunjang
pembelajaran
3. Guru menggunakan alat peraga atau media berupa gambar pahlawan, atau
4. Guru menayangkan video pembelajaran tentang perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia menggunakan proyektor
5. Guru memanfaatkan ruang kelas dengan efektif
6. Guru memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar peserta didik
7. Guru memanfaatkan lingkungan (museum) dengan melakukan karya wisata
8. Guru melakukan penyusunan jadwal penggunaan sarana prasarana IPS dan diajukan di
awal tahun ajaran pada petugas terkait
9. Guru menggunakan sarana prasarana IPS dengan hemat dan hati-hati sesuai prosedur
10. Guru mampu mengatasi hambatan-hambatan dalam pemanfaatan sarana prasarana IPS
Fenomena Empiris
1. Pemenuhan standar minimal sarana prasarana di sekolah sangat baik namun untuk
pemenuhan prasarana berupa laboratorium belum terpenuhi.
2. Ketika proses pembelajaran IPS terdapat guru yang memanfaatkan sarana prasarana
dengan baik dan sebagian memanfaatkan sarana prasarana dengan cukup.
3. Sebagian kecil guru memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi dan sebagian
besar guru belum mampu memanfaatkan media berbasis teknologi.
51
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian ini dan strateginya menggunakan penelitian kualitatif
deskriptif. Pendekatan kualitatif juga menggunakan dukungan data kuantitatif,
akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha
menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan
argumentatif.
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian pada enam SD
Negeri di Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Pada saat
melaksanakan penelitian, peniliti mengumpulkan data melalui teknik
pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan
lapangan. Dengan menggunakan teknik tersebut peniti menggunakan instrumen
sebagai pedoman dalam mengambil data. Namun, dalam hal tersebut tidak
terlepas kemungkinan peneliti mengambil data diluar instrumen yang sudah
direncanakan, karena banyak masalah yang mungkin berkembang setelah peneliti
terjun langsung kelapangan.
Sejalan dengan pendapat dari Sugiyono (2015:306) dalam penelitian
kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari objek penelitian belum jelas dan
belum pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum
jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang
52
setelah peneliti memasuki objek penelitian. Peneliti adalah instrumen kunci dalam
penelitian kualitatif.
Langkah awal pelaksanaan penelitian ini adalah melakukan studi
pendahuluan untuk mendapatkan data awal yang akan diteliti lebih lanjut.
Kemudian dilakukan analisis data selama di lapangan menggunakan model Miles
and Huberman yang mencakup reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display), penarikan kesimpulan dan verifikasi (verification/ conclusion drawing).
Peneliti melakukan dua kali analisis data lapangan yang peroleh dari dua kali
observasi pada waktu yang berbeda. Kemudian merumuskan deskripsi kesimpulan
untuk diuji keabsahannya. Alur metode penelitian terdapat pada bagan di bawah
ini :
Bagan 3.1 Metode Penelitian
(Sugiyono, 2015: 337)
Studi Pendahuluan
Data Display/penyajian data
Data Reduction/Merangkum Data
verification/ conclusion drawing
(penarikan kesimpulan dan verifikasi)
Uji Keabsahan Data
53
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian
a. SDN Plalangan 1
b. SDN Plalangan 2
c. SDN Plalangan 3
d. SDN Plalangan 4
e. SDN Sumurrejo 2
3.3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2016 – 7 Mei 2016
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2015: 297). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas V SD Negeri yang ada di Gugus
Larasati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti
menggunakan sampel yang diambil dari populasi dan kesimpulannya digunakan
untuk populasi (Sugiyono, 2012: 62). Untuk menentukan sampel dalam penelitian,
terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling pada
54
dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan non
probability sampling. Probability sampling meliputi, simple random,
proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area
(cluster) sampling. Non probability sampling meliputi, sampling sistematis,
sampling kuota, sampling aksidental/insidental, purposive sampling, sampling
jenuh dan snowball sampling (Sugiyono, 2012:63).
Adapun teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling yaitu sampling
purposive, yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono 2010:68). Dari keseluruhan guru kelas V SD Negeri yang ada
dalam Gugus Larasati berjumlah 6 diambil semua untuk digunakan sebagai
sampel dalam peneletian ini. Sampel tersebut antaralain, SDN Plalangan 1, SDN
Plalangan 2, SDN Plalangan 3, SDN Plalangan 4, SDN Sumurrejo 01 dan SDN
Sumurrejo 2.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2015: 308). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 4 macam
teknik pengumpulan data, yaitu:
3.4.1 Observasi
Menurut Hadi (dalam Sugiyono 2015: 203) mengemukakan bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Menurut Umar (2011: 51) teknik ini
55
menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung ataupun tidak
langsung ataupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya. Menurut Spradley
(dalam Sugiyono 2015:314) obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang
diobservasi dinamakan situasi sosial, yang terdiri dari atas tiga komponen yaitu
place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktifitas). Adapun macam-macam
observasi adalah sebagai berikut.
3.4.1.1 Observasi partisipatif
Menurut Sugiyono (2014: 227) dalam observasi partisipatif peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian.
3.4.1.2 Observasi terus terang atau tersamar
Menurut Sugiyono (2014: 228) menjelaskan bahwa peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data,
bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak
awal sampai akhir aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak
berterus terang kepada sumber data atau tersamar dalam observasi.
3.4.1.3 Observasi tak berstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan
secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Observasi dalam penelitian
kualitatif dilakukan dengan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian
belum jelas (Sugiyono, 2013: 313)
56
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipatif
dilakukan untuk mengamati secara langsung terhadap objek penelitian yaitu
tempat (ruang kelas), pelaku (guru) dalam aktifitas (proses pembelajaran).
3.4.2 Wawancara
Menurut Nazir (2011: 193) definisi wawancara adalah proses memperoleh
keterangan unutk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka
antara si penanya atau peawawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Menurut Umar (2011: 51) wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan
data yang lain. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan
dengan yang diwawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti
memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, selain itu juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada
laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2015: 317). Adapun macam-
macam wawancara menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2013: 319) sebagai
berikut.
3.4.2.1 Wawancara terstruktur (structure interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
57
yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul
data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang alternatif jawabannya pun telah dipersiapkan.
3.4.2.2. Wawancara semistruktur (semistructure interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth
interview,dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat dan ide-idenya.
3.4.2.3 Wawancara tak berstruktur
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sitematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara terstruktur
untuk mengetahui informasi mendalam kepada guru dan kepala sekolah tentang
pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran di kelas.
3.4.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen. Menurut Sugiyono (2015:329) Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
58
Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh foto ketika
pembelajaran IPS berlangsung, rekaman informasi dari guru ketika wawancara,
video pembelajaran, foto tempat penelitian dan perangkat pembelajaran.
3.4.4 Catatan Lapangan
Catatan lapangan berisi catatan segala hal selama pembelajaran
berlangsung mengenai hal-hal yang muncul dalam proses pembelajaran IPS.
Catatan lapangan berguna untuk mendukung dan memperkuat data yang diperoleh
dalam observasi.
3.5 Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sistesa, menyusun kedalam pola,memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2015:335).
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari berbagai sumber yang
dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di
lapangan dianalisis untuk mendapat kesimpulan. Nasution (dalam Sugiyono,
2015:336) menjabarkan analisis data dalam penelitian kualitatif yaitu :
3.5.1 Analisis sebelum di lapangan
Pada tahap analisis data sebelum di lapangan dilakukan terhadap data hasil
studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan dijadikan sebagai fokus
59
penelitian. Fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti masuk ke lapangan.
3.5.2 Analisis selama di lapangan
Analisis data dalam penelitian ini yang digunakan selama di lapangan
menggunakan model Miles and Huberman meliputi tahap reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi/ conclusion drawing
(Sugiyono,2015:337).
3.5.2.1 Reduksi data (data reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak sehingga
harus dicatat dan dirinci secara teliti. Reduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dicari tema dan polanya serta
membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Dalam mereduksi
data peneliti mendasarkan pada tujuan yang akan dicapai.
3.5.2.2 Penyajian data (data display)
Setelah data direduksi langkah selanjutnya yaitu menyajikan data. Dalam
menyajikan data dapat berupa uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan tindak lanjut berdasarkan apa yang dipahami tersebut.
Selain dengan teks naratif, penyajian data juga dapat ditampilkan dalam bentuk
grafik, matrik, network (jejaring kerja), dan chart.
60
Kemungkinan dalam praktiknya di lapangan ditemui fenomena sosial yang
bersifat kompleks, dan dinamis sehingga apa yang ditemui saat memasuki
lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami
perkembangan data. Untuk itu peneliti akan menguji apa yang telah ditemukan
pada saat memasuki lapangan, yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau
tidak. Bila telah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan
selalu didukung oleh data pada saat dikumpulkan di lapangan maka hipotesis
tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori grounded. Teori grounded
merupakan teori yang ditemukan di lapangan kemudian diuji dengan cara
pengumpulan data yang terus-menerus.
3.5.2.3 Verifikasi/ Conclusion
Setelah penyajian data langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Sehingga, kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan.
61
3.5.3 Analisis setelah di lapangan
Setelah dilakukan pengambilan data di lapangan langkah selanjutnya
adalah membuat deskripsi yang berisi kesimpulan atau sebuah penemuan baru.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya
masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas dapat
berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono 2015:345).
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang terkumpul untuk dapat
memberikan interpretasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif kualitatif dengan persentase. Menurut Arikunto (2010:
282) analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan memberikan predikat (sangat baik,
baik, cukup, kurang) sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Adapun langkah-
langkah dalam menganalisis data hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
Untuk lembar observasi pemenuhan standar sarana ruang kelas.
a. Menentukan skor maksimal = skor maksimal x 13
= 4 x 13 = 52
b. Menentukan skor minimal = skor minimal x 13
= 0 x 13 = 0
c. Rentang skor = skor maksimal – skor minimal
= 52 – 0 = 52
d. Menentukan kriteria
Kriteria yang digunakan menggunakan skala bertingkat empat dengan
ketentuan sebagai berikut : Sangat Baik, Baik, Cukup, dan Kurang
62
e. Menghitung panjang rentang skor
p =
=
= 13 (Sudjana, 2005: 47)
f. Selain itu, hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk persentase dan dihitung
dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Analisis deskriptif
persentase digunakan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yang
terjadi. Perhitungan yang digunakan untuk mengetahui tingkat persentase skor
jawaban dari hasil observasi dihitung dengan rumus:
% =
X 100
keterangan :
n : nilai yang diperoleh
N : jumlah seluruh nilai (Ali, 1982: 184)
Tabel 3.1
Persentase pemenuhan standar sarana ruang kelas
Skala Penilaian Persentase Kriteria Penilaian
39 < skor < 52 75,01% - 100% Sangat Baik
26 < skor < 39 50,01% - 75,00% Baik
13 < skor < 26 25,01% - 50,00% Cukup
0 < skor < 13 00,00% - 25,00% Kurang
(Arikunto,2010), (Ali,1982), (Sudjana, 2005)
Untuk lembar observasi pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran
IPS oleh guru menggunakan analisis data yang sama:
63
a. Menentukan skor maksimal (T) = skor x 4 x 2
= 3 x 4 x 2 = 24
b. Menentukan skor minimal (R) = skor x 3 x 2
= 0 x 3 x 2= 0
c. Rentang skor = skor maksimal – skor minimal
= 24 – 0 = 24
d. Menentukan kriteria
Kriteria yang digunakan menggunakan skala bertingkat empat dengan
ketentuan sebagai berikut : Sangat Baik, Baik, Cukup, dan Kurang
e. Menghitung panjang rentang skor
p =
=
= 6 (Sudjana, 2005: 47)
g. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk persentase, sesuai dengan tabel
berikut:
Tabel 3.2
Persentase pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran IPS
Skala Penilaian Persentase Kriteria Penilaian
18 < skor < 24 75,01% - 100% Sangat Baik
12 < skor < 18 50,01% - 75,00% Baik
6 < skor < 12 25,01% - 50,00% Cukup
0 < skor < 6 00,00% - 25,00% Kurang
(Arikunto,2010), (Ali,1982), (Sudjana, 2005)
64
Untuk lembar observasi pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran
IPS juga dianalisis tiap indikatornya menggunakan analisis data yang sama:
a. Menentukan skor maksimal (T) = skor x 2
= 3 x 2 = 6
b. Menentukan skor minimal (R) = skor x 2
= 0 x 2= 0
c. Rentang skor = skor maksimal – skor minimal
= 6 – 0 = 6
d. Menentukan kriteria
Kriteria yang digunakan menggunakan skala bertingkat empat dengan
ketentuan sebagai berikut : Sangat Baik, Baik, Cukup, dan Kurang
e. Menghitung panjang rentang skor
p =
=
= 1,5 (Sudjana, 2005: 47)
h. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk persentase, sesuai dengan tabel
berikut:
Tabel 3.3 Persentase tiap indikator pemanfaatan sarana prasarana
dalam proses pembelajaran IPS
Skala Penilaian Persentase Kriteria Penilaian
4,5 < skor < 6 75,01% - 100% Sangat Baik
3 < skor < 4,5 50,01% - 75,00% Baik
1,5 < skor < 3 25,01% - 50,00% Cukup
0 < skor < 1,5 00,00% - 25,00% Kurang
(Arikunto,2010), (Ali,1982), (Sudjana, 2005)
65
3.7 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan dalam penelitian ini menggunakan uji credibility (validitas
internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan
confirmability (obyektivitas) (Sugiyono,2015:366).
3.7.1 Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitiatif
diantaranya dilakukan dengan cara-cara di bawah ini.
3.7.1.1 Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas karena
peneliti melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan hubungan peneliti
dengan nara sumber akan semakin akrab, saling terbuka, saling mempercayai
sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi .
3.7.1.2 Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara cermat
dan berkesinambungan Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan cara ini peneliti
akan mengecek kembali apakah data yang ditemukan salah atau tidak sehingga
dapat meningkatkan kredibilitas data.
3.7.1.3 Triangulasi
Triangulasi data merupakan pengujian kredibilitas data dengan
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Terdapat triangulasi sumber, dan triangulasi teknik.Triangulasi sumber digunakan
66
untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik digunakan untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Triangulasi waktu yaitu pengujian kredibilitas data
dengan melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda. Jika hasil uji menghasilkan data yang
berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan
kepastian datanya.
3.7.1.4 Analisis Data Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian
hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti
mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
ditemukan. Jika tidak ada yang berbeda atau bertentangan yang ditemukan berarti
data yang diperoleh bisa dianggap kredibel.
3.7.1.5 Mengadakan Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
3.7.2 Pengujian Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal yang menunjukkan derajad
ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi dimana sampel
tersebut diambil. Untuk itu peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan
uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
67
3.7.3 Pengujian Dependability
Uji dependability dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan melakukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang
independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti
dalam melakukan penelitian.
3.7.4 Pengujian Konfirmability
Pengujian konfirmability mirip dengan dependability sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Bila hasil penelitian merupakan
fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar konfirmability.Penelitian akan dinyatakan valid apabila telah
memenuhi standar keabsahan data kualitatif seperti yang telah dipaparkan di atas.
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di 6 (enam) SD Negeri Gugus Larasati
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, berikut gambaran umum dari masing-
masing sekolah. SDN Plalangan 01 berada di Jl. Mr. Wuryanto Rt 01 Rw 03, SD
ini berdiri sejak tahun 1985. Letak SD ini sangat strategis karena berada dipinggir
jalan utama yang dilewati transportasi umum. Di depan SD ada ruko dan tempat
fotocopy, dibagian kiri ada SMA Negeri 12 Semarang, bagian kanan ada lapangan
sepak bola, dan bagian belakang terdapat kebun dan lahan kosong. SDN
Plalangan 01 memiliki 10 jenis prasarana, meliputi ruang kelas 1 hingga kelas 6,
ruang uks, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kamar
mandi/WC, gudang, ruang ibadah, tempat bermain/berolahraga dan ruang
sirkulasi. Berdasarkan Permendiknas No. 24 tahun 2007 prasarana untuk SD/MI
sekurang-kurangnya memiliki 11 jenis prasarana, adapun prasarana yang belum
dimiliki SDN Plalangan 01adalah laboratorium IPA.
Kemudian SDN Plalangan 02 berada di Terwidi Rt 02 Rw 04, SD ini berdiri
sejak tahun 1981. Letak SD tidak begitu strategis karena berada di pedesaan, jauh
dengan pemukiman warga dan jaraknya dengan jalan utama lumayan jauh. Di
didepan SD terpampang sawah yang luas, di bagian kanan ada lapangan, bagian
kiri dan belakang lahan kosong dengan dipenuhi pohon dan semak-semak. SDN
Plalangan 02 memiliki 9 jenis prasarana, meliputi ruang kelas 1 hingga kelas 6,
69
ruang perpustakaan, ruang UKS, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang kamar
mandi, ruang sirkulasi, tempat bermain/berolahraga dan gudang. Berdasarkan
Permendiknas No. 24 tahun 2007 prasarana untuk SD/MI sekurang-kurangnya
memiliki 11 jenis prasarana. Adapun prasarana yang belum dimiliki, meliputi
laboratorium IPA, dan tempat beribadah.
Selanjutnya SDN Plalangan 03 berada di Jl.Raya Plalangan Rt 04 Rw I, SD
ini berdiri sejak tahun 1975. Letak SD ini strategis, karena berada tak jauh dari
jalan utama. Di depan SD ada bengkel dan pemukiman warga, bagian kanan ada
kantor kelurahan plalangan, bagian kiri ada balai desa dan bagian belakang ada
bank BKK. SDN Plalangan 03 memiliki 9 jenis prasarana, meliputi Ruang Kelas 1
hingga kelas 6, Ruang Perpustakaan,Ruang pimpinan, Ruang Guru, Ruang UKS,
Jamban, Gudang, Ruang sirkulasi, Tempat bermain/berolahraga. Berdasarkan
Permendiknas No. 24 tahun 2007 prasarana untuk SD/MI sekurang-kurangnya
memiliki 11 jenis prasarana. Adapun prasarana yang belum dimiliki, meliputi
laboratorium IPA, dan tempat beribadah.
SDN Plalangan 04 berada di Jl. Mr. Wuryanto, Rt 02 Rw 05, SD ini berdiri
sejak tahun 1969. Letak SD sangat strategis karena berada dipinggir jalan,
didepan puskesmas disamping kanan ada ruko samping kiri dan belakang
perumahan penduduk dan jalan depan SD ini dilewati transportasi umum. SDN
Plalangan 04 memiliki 9 jenis prasarana, meliputi ruang kelas 1 hingga kelas 6,
ruang UKS, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kamar mandi/WC, ruang
ibadah, ruang perpustakaan, ruang sirkulasi dan tempat bermain. Berdasarkan
Permendiknas No. 24 tahun 2007 prasarana untuk SD/MI sekurang-kurangnya
70
memiliki 11 jenis prasarana. Adapun prasarana yang belum dimiliki adalah
laboratorium IPA dan gudang.
SDN Sumurrejo 01 berada di Jl. Mr. Wuryanto Km 4, Rt 3 Rw 1, SD ini
berdiri sejak tahun 1985. Letak SD ini lumayan strategis karena berada dipinggir
jalan yang dilewati transportasi umum. Di depan, samping kanan, samping kiri
dan belakang SD ini terdapat pemukiman warga. SDN Sumurrejo 01 memiliki 10
jenis prasarana, meliputi ruang kelas 1 hingga kelas 6, ruang uks, ruang
perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kamar mandi/WC, gudang,
ruang ibadah, tempat bermain/berolahraga dan ruang sirkulasi. Berdasarkan
Permendiknas No. 24 tahun 2007 prasarana untuk SD/MI sekurang-kurangnya
memiliki 11 jenis prasarana. Adapun prasarana yang belum dimiliki SDN
Sumurrejo 01adalah laboratorium IPA.
SDN Sumurrejo 02 berada di Sumurgunung, Rt 01 Rw 05, SD ini berdiri
sejak 1967. Letak SD ini strategis karena jaraknyanya yang tidak begitu jauh dari
jalan utama. Didepan SD ada lapangan sepak bola dan kantor Kecamatan
Gunungpati, bagian samping kanan, samping kiri dan belakang ada pemukiman
warga. SDN Sumurrejo 02 memiliki 10 jenis prasarana, meliputi ruang kelas 1
hingga kelas 6, ruang uks, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru,
ruang kamar mandi/WC, gudang, ruang ibadah, tempat bermain/berolahraga dan
ruang sirkulasi. Berdasarkan Permendiknas No. 24 tahun 2007 prasarana untuk
SD/MI sekurang-kurangnya memiliki 11 jenis prasarana. Adapun prasarana yang
belum dimiliki SDN Sumurrejo 01adalah laboratorium IPA.
71
Berdasarkan Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS prasarana
yang diharapkan, SD/MI memiliki laboratorium IPS yang dapat dijadikan tempat
siswa untuk mempraktekan materi-materi yang disampaikan di kelas. Misalnya ada
laboratorium bagi siswa untuk mempraktekan bagaimana melakukan penginderaan
jauh, praktek bagaimana cara bertransaksi dengan bank, praktek bagaimana mengenal
benda-benda bersejarah, dan lain-lain (Depdiknas, 2007: 7). Namun, semua SD
Negeri Gugus Larasati tidak memiliki laboratorium IPS.
4.2 HASIL PENELITIAN
4.2.1 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh data awal berkaitan
dengan pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran IPS di SD
Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Studi
pendahuluan ini dilaksanakan pada tanggal 8-13 Februari 2016 dengan melakukan
wawancara dan observasi.
Observasi dilakukan di enam SD Negeri untuk memperoleh gambaran
mengenai keaadaan sekolah, berkaitan dengan sarana prasarana pendidikan.
Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas V di enam SD
Negeri untuk mengetahui informasi tentang pemanfaatan sarana prasarana dalam
pembelajaran IPS kelas V, serta mancari informasi lain.
4.2.2 Reduksi Data
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, ditemukan beberapa
permasalahan dan fenomena pada masing-masing SD Negeri. Secara keseluruhan
permasalahan dan fenomena tersebut meliputi pemenuhan standar minimal sarana
72
prasarana di sekolah sangat baik namun untuk pemenuhan prasarana berupa
laboratorium belum terpenuhi. Ketika proses pembelajaran IPS terdapat guru yang
memanfaatkan sarana prasarana dengan baik dan sebagian memanfaatkan sarana
prasarana dengan cukup. Kemudian, sebagian kecil guru memanfaatkan media
pembelajaran berbasis teknologi dan sebagian besar guru belum mampu
memanfaatkan media berbasis teknologi. Guru yang belum mampu menggunakan
media berbasis teknologi didominasi oleh guru yang usianya tergolong tua.
Dalam penelitian ini masalah yang diteliti lebih lanjut adalah pemanfaatan
sarana prasarana dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan sarana belajar yang
baik akan memudahkan anak dalam melakukan aktivitas belajar sehingga anak
lebih semangat dalam belajar.
4.2.3 Data Hasil Penelitian
4.2.3.1 Gambaran Umum Pemenuhan Standar Sarana Ruang Kelas V yang
Diperoleh dari Hasil Observasi
Sebelum meneliti bagaimana pemanfaatan sarana prasarana dalam
pembelajaran IPS, maka perlu diteliti pula bagaimana pemenuhan standar sarana
prasarananya. Akan tetapi peneliti lebih memfokuskan pada ruang kelas karena
ruang kelas adalah prasarana paling utama dalam melakukan pembelajaran IPS
beserta sarana didalamnya, walau lingkungan dan perpustakaan juga diperlukan
tapi dalam pemanfaatannya tidak bisa mengalahkan betapa pentingnya ruang
kelas. Peneliti melakukan penelitian pada kelas V di 6 SD Negeri Gugus Larasati
Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang. Peneliti menggunakan alat pengumpulan
data berupa lembar observasi yang terdiri dari 2 aspek yaitu prasarana dan sarana.
73
Pada aspek prasarana terdiri dari 1 indikator dan pada aspek sarana terdiri dari 12
indikator. Jumlah total 13 indikator dam masing-masing memiliki 4 deskriptor.
Berikut pencapaian secara keseluruhan pada masing-masing SD Negeri.
Tabel 4.1 Hasil Pencapaian Pemenuhan Standar Sarana Ruang Kelas Kelas V No. Nama
Sekolah
Jumlah skor Persentase Kriteria
1. SDN
Plalangan 01
46
88,46%
Sangat Baik
2. SDN
Plalangan 02
46 88,46% Sangat Baik
3. SDN
Plalangan 03
42 80,77% Sangat Baik
4. SDN
Plalangan 04
42 80,77% Sangat Baik
5. SDN
Sumurrejo 01
41 78,85% Sangat Baik
6. SDN
Sumurrejo 02
44 84,61% Sangat Baik
Jumlah skor rata-rata 43,5 83,65% Sangat Baik
Diagram 4.1 Persentase Pencapaian Pemenuhan Standar Sarana Ruang Kelas V
74.00%
76.00%
78.00%
80.00%
82.00%
84.00%
86.00%
88.00%
90.00%
SDN Plalangan 01
SDN Plalangan 02
SDN Plalangan 03
SDN Plalangan 04
SDN Sumurrejo 01
SDN Sumurrejo 02
74
Berdasarkan tabel 4.1 dan diagram 4.1 tersebut, diperoleh data bahwa
persentase tertinggi diperoleh SDN Plalangan 01 dan SDN Plalangan 02 sebesar
88,46% dengan kriteria sangat baik. Hasil persentase SDN Plalangan 01
ditunjukkan dari nampak rata-rata 4 deskriptor pada indikator kursi peserta didik,
meja peserta didik, kursi guru, meja guru, lemari, papan pajang, papan tulis,
gambar pahlawan, buku, dan proyektor. Sedangkan indikator ruang kelas dan
perlengkapan lain nampak 3 deskriptor, kemudian indikator rak hasil karya
peserta didik tidak nampak satupun deskriptor karena rak hasil karya peserta didik
tidak ada. Sebagian besar pemenuhan standar sarana prasarana ruang kelas sudah
sangat baik, hanya saja dengan luas ruang kelas sebesar 49m2 tidak memenuhi
standar untuk jumlah siswa sebanyak 36 peserta didik. Kemudian, perlengkapan
lain berupa tempat cuci tangan tidak tersedia satu buah/ruang kelas, melainkan
hanya berupa 5 kran yang berjejer di satu tempat halaman sekolah dan tidak ada
rak hasil karya peserta didik di kelas.
Hasil persentase plalangan 02 ditunjukkan dari nampak rata-rata 4
deskriptor pada indikator ruang kelas, kursi peserta didik, meja peserta didik,
kursi guru, meja guru, lemari, papan pajang, gambar pahlawan, buku, papan tulis,
dan proyektor. Sedangkan indikator perlengkapan lain nampak 2 deskriptor,
kemudian indikator rak hasil karya peserta didik tidak nampak satupun deskriptor.
Sebagian besar pemenuhan standar sarana prasarana ruang kelas sudah sangat
baik, hanya saja pemenuhan perlengkapan lain berupa jam dinding tidak tersedia
dan tempat cuci tangan satu tidak tersedia satu buah/ruang kelas, melainkan hanya
75
berupa 4 kran yang berjejer pada dua tempat halaman sekolah dan tidak ada rak
hasil karya peserta didik di kelas.
Hasil persentase tertinggi kedua diperoleh SDN Sumurrejo 02 sebesar
84,61% dengan kriteria sangat baik. Hal ini ditunjukkan dari nampak 4 deskriptor
pada indikator kursi peserta didik, meja peserta didik, kursi guru, meja guru,
papan pajang, gambar pahlawan, papan tulis, dan proyektor. Sedangkan untuk
indikator ruang kelas, lemari, buku, dan perlengkapan lain nampak 3 deskriptor.
Sisanya indikator rak hasil karya peserta didik tidak nampak satupun indikator.
Sebagian besar pemenuhan sandar sarana prsarana ruang kelas sudah sangat baik.
Hanya saja dengan jumlah 31 peserta didik tidak memenuhi standar kapasitas
maksimum ruang kelas. Kekurangan lain perabot lemari tidak dapat dikunci, rak
hasil karya peserta didik tidak tersedia di kelas, buku paket tidak memiliki gambar
yang jelas dan memadai karena buku hasil dari fotocopy, terakhir kelas tidak
memiliki tempat cuci tangan satu buah/ruang tapi tersedia 5 kran berjejer di
halaman sekolah.
Hasil persentase tertinggi ketiga diperoleh SDN Plalangan 03 dan SDN
Plalangan 04 sebesar 80,77% dengan kriteria sangat baik. Hasil persentase SDN
Plalangan 03 ditunjukkan dari nampak rata-rata 4 deskriptor pada indikator
ruang kelas, meja peserta didik, kursi guru, meja guru, papan pajang, buku, papan
tulis, dan proyektor. Sedangkan gambar pahlawan dan perlengkapan lain nampak
3 deskriptor, kursi peserta didik dan lemari nampak 2 deskriptor, dan rak hasil
karya pesrta didik tidak nampak satupun deskriptor. Sebagian besar pemenuhan
standar sarana prasarana ruang kelas sudah sangat baik, hanya saja jumlah
76
gambarr tokoh pahlawan yang ada di sekolah tidak lengkap atau tidak memadai
sesuai dengan materi. Kemudian perlengkapan lain berupa tempat cuci tangan
tidak tersedia satu buah/ruang bahkan di halaman sekolah juga tidak ada satupun
tempat cuci tangan atau kran. Kemudian ukuran kursi peserta didik belum sesuai
kelompok usia peserta didik dan tidak mendukung pembentukan postur tubuh
yang baik, karena siswa kelas lima rata-rata memiliki postur tubuh yang besar dan
tinggi. Jadi, ketika mereka duduk di kursi tersebut terlihat tidak proporsional dan
ada beberapa kursi yang sandarannya sudah tidak stabil atau goyah. Selanjutnya,
lemari tidak kuat, tidak stabil, dan tidak aman karena kaki lemari sudah keropos
dan lemari tidak dapat dikunci. Berikutnya tidak ada rak hasil karya peserta didik
di kelas.
Hasil persentase SDN Plalangan 04 ditunjukkan dari nampak rata-rata 4
deskriptor pada indikator kursi peserta didik, kursi guru, meja guru, papan
pajang, gambar pahlawan, buku, papan tulis dan proyektor. Sedangkan indikator
lemari dan perlengkapan lain nampak 3 deskriptor, untuk ruang kelas meja dan
peserta didik nampak 2 deskriptor, terakhir indikator rak hasil karya peserta didik
tidak nampak satupun deskriptor. Sebagian besar pemenuhan standar sarana
prasarana ruang kelas sudah sangat baik hanya saja perabot lemari tidak dapat
dikunci, perlengkapan lain seperti tempat cuci tangan tidak tersedia satu
buah/ruang tapi hanya ada satu di depan ruang kepala sekolah dan sisanya tersedia
6 kran yang berjejer pada satu tempat di halaman sekolah. Kemudian jumlah 34
peserta didik tidak memenuhi standar jika dibandingkan dengan luas ruang kelas
49m2, dan perabot rak hasil karya peserta didik juga tidak tersedia di kelas.
77
Hasil persentase terendah diperoleh SDN Sumurrejo 01 sebesar 78,85%
dengan kriteria sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan nampaknya 4 deskriptor
pada indikator kursi peserta didik, meja peserta didik, papan pajang, gambar
pahlawan, buku, papan tulis dan proyektor. Kemudian nampaknya 3 deskriptor
pada indikator ruang kelas, kursi guru, meja guru, dan lemari. Selanjutnya
nampak 1 deskriptor pada inidikator perlengkapan lain dan tiadak nampak satupun
deskriptor pada rak hasil karya peserta didik. sebagian besar pemenuhan standar
sarana pasarana ruang kelas sudah sangat baik, namun kapasistas maksimum
ruang kelas tidak memenuhi standar yakni bejumlah 30 peserta didik. Kemudian
perabot kursi guru tidak memadai untuk bekerja dengan nyaman karena kursi guru
sama dengan kursi yang dipakai peserta didik, meja guru juga ukurannya tidak
memadai karna ukurannya kecil, tempat sampah tidak ada, jam dinding tidak ada,
tempat cuci tangan tidak tersedia satu buah/ruang namun tersedia 5 kran berjejer
di halaman sekolah dan rak hasil karya peserta didik juga tidak ada.
4.2.3.2 Gambaran Umum Pemanfaatan Sarana Prasana dalam Proses
Pembelajaran IPS Kelas V yang Diperoleh dari Hasil Observasi
Peneliti melakukan penelitian kepada 6 guru kelas V di 6 SD Negeri
Gugus Larasati Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang. Masing-masing
dilakukan penelitian sebanyak 2 kali pertemuan. Adapun alat pengumpulan data
yang digunakan adalah lembar observasi, yang terdiri dari 2 aspek yaitu
efektivitas dan efisiensi. Pada aspek efektivitas terdiri dari 3 indikator. Dan pada
aspek efisiensi terdiri dari 1 indikator. Jumlah total 4 indikator dan masing-masing
78
memiliki 3 deskriptor. Berikut pencapaian yang diperoleh dari masing-masing
indikator pada tiap SD Negeri.
a. Efektifitas
1) Pemanfaatan Sarana Pendidikan
Pemanfaatan sarana pendidikan ketika proses pembelajaran memiliki
peranan penting, karena dapat memperjelas pesan dan informasi yang
disampaikan serta meningkatkan dan menggairahkan perhatian anak untuk
belajar. Adapun 3 deskriptor diantaranya menggunakan alat pelajaran,
menggunakan alat peraga IPS, menggunakan media pembelajaran IPS.
Berikut adalah hasil penelitiannya:
Tabel 4.2
Hasil Pencapaian Indikator Efektifitas Pemanfaatan Sarana Pendidikan
No. Nama Sekolah Pertemuan Jumlah
skor
Persentase Kriteria
1 2
1. SDN Plalangan 01
3
2
5
83,33%
Sangat
Baik
2. SDN Plalangan 02 2 1 3 50% Cukup
3. SDN Plalangan 03 1 1 2 33,33% Cukup
4. SDN Plalangan 04 2 2 4 66,67% Baik
5. SDN Sumurrejo
01
2 2 4 66,67% Baik
6. SDN Sumurrejo
02
1 1 2 33,33% Cukup
Jumlah Skor rata-rata 3,33 55,56% Baik
79
Diagram 4.2 Persentase Pencapaian Indikator Efektifitas Pemanfaatan
Sarana Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.2 dan diagram 4.2 tersebut, diperoleh data
bahwa persentase terbesar diperoleh SDN Plalangan 01 sebesar 83,3%. Hal
ini dikarenakan guru menggunakan alat peraga dan media pembelajaran
berupa slide, film pertempuran dan proyektor. Guru juga menggunakan alat
pelajaran berupa buku paket namun guru tidak menggunakan alat tulis
spidol dan papan tulis.
Selanjutnya, persentase SDN Plalangan 04 dan Sumurrejo 01 sebesar
66,67% dengan kriteria baik. Hal ini ditunjukkan pada pertemuan pertama
dan kedua konsisten nampak 2 deskriptor. Di SDN Plalangan 04
menggunakan alat peraga dan media pembelajaran berupa gambar pahlawan
namun tidak menggunakan alat pelajaran seperti spidol dan papan tulis serta
buku paket. Di SDN Sumurrejo 01guru menggunakan alat peraga dan media
pembelajaran berupa slide materi dan gambar pahlawan serta proyektor,
namun guru tidak menggunakan alat pelajaran seperti buku, spidol dan
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
SDN Plalangan 01
SDN Plalangan 02
SDN Plalangan 03
SDN Plalangan 04
SDN Sumurrejo 01
SDN Sumurrejo 02
80
papan tulis. Sedangkan persentase terendah di peroleh SDN Plalangan 03
dan dan SDN Sumurrejo 02 sebesar 33,33% dengan kriteria cukup. Hal ini
ditunjukan pada pertemuan pertama dan kedua konsisten nampak 1
deskriptor. Hal ini dikarenakan guru hanya menggunakan alat pelajaran
berupa spidol dan papan tulis serta buku paket ketika pembelajaran IPS,
tanpa ditunjang alat peraga dan media pembelajaran.
2) Pemanfaatan Prasarana Pendidikan
Pemanfaatan prasarana pendidikan sangat penting, karena prasarana
merupakan fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah, sehingga
pemanfaatan prasarana yang optimal dan baik akan semakin menunjang
dalam proses pembelajaran. Adapun 3 deskriptor diantaranya yaitu
menggunakan ruang kelas, menggunakan perpustakaan dan menggunakan
lingkungan. Berikut adalah hasil penelitiannya:
Tabel 4.3
Hasil Pencapaian Indikator Efektifitas Pemanfaatan Prasarana Pendidikan
No. Nama Sekolah Pertemuan Jumlah
skor
Persentase Kriteria
1 2
1. SDN
Plalangan 01
1 1 2 33,33% Cukup
2. SDN
Plalangan 02
1 1 2 33,33% Cukup
3. SDN
Plalangan 03
1 2 3 50% Cukup
4. SDN
Plalangan 04
1 1 2 33,33% Cukup
5. SDN
Sumurrejo 01
1 1 2 33,33% Cukup
6. SDN
Sumurrejo 02
1 1 2 33,33% Cukup
Rata-rata 2,17 36,11% Cukup
81
Diagram 4.3 Persentase Pencapaian Indikator Efektifitas Pemanfaatan
Prasarana Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.3 dan diagram 4.3 tersebut, diperoleh data
bahwa persentase terbesar diperoleh SDN Plalangan 03 sebesar 50% dengan
kriteria cukup. Hal ini ditunjukkan dengan nampaknya 2 deskriptor pada
pertemuan kedua, yakni guru menggunakan ruang kelas dan juga
menggunakan perpustakaan. Sedangkan persentase terendah diperoleh SDN
Plalangan 01, SDN Plalangan 02, SDN Plalangan 04, SDN Sumurrejo 01
dan SDN Sumurrejo 02 sebesar 33,33% dengan kriteria cukup. Hal ini
dikarenakan secara konsisten pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua
muncul 1 deskriptor, yakni guru hanya menggunakan ruang kelas dalam
melakukan pembelajaran.
3) Pemanfaatan Sarana Ruang Kelas
Penggunaan ruang kelas sebagai tempat berlangsungnya proses
pembelajaran IPS menjadi hal yang paling pokok disetiap sekolah, walau
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
SDN Plalangan 01
SDN Plalangan 02
SDN Plalangan 03
SDN Plalangan 04
SDN Sumurrejo 01
SDN Sumurrejo 02
82
sebenarnya penggunaan perpustakaan dan lingkungan juga diperlukan.
Maka dari itu, pemanfaatan sarana di dalam kelas merupakan hal yang
sangat penting pula, mengingat ruang kelas bagian yang tak terpisahkan dari
kegiatan belajar itu sendiri. Adapun 3 deskriptor diantaranya yaitu mengatur
posisi tempat duduk (meja dan kursi), mengatur penerangan (lampu dan
jendela) dan meletakkan hasil karya peserta didik ditempat yang disediakan
(rak dan papan pajang). Berikut data hasil penelitiannya:
Tabel 4.4 Hasil Pencapaian Indikator Efektifitas Pemanfaatan Sarana
Ruang Kelas
No. Nama
Sekolah
Pertemuan Jumlah skor Persentase Kriteria
1 2
1. SDN
Plalangan 01
3 3 6 100% Sangat baik
2. SDN
Plalangan 02
2 2 4 66,67% Baik
3. SDN
Plalangan 03
2 2 4 66,67% Baik
4. SDN
Plalangan 04
2 2 4 66,67% Baik
5. SDN
Sumurrejo 01
3 3 6 100% Sangat baik
6. SDN
Sumurrejo 02
3 3 6 100% Sangat baik
Rata-rata 5 83,33% Sangat baik
83
Diagram 4.4 Persentase Pencapaian Indikator Efektifitas Pemanfaatan
Sarana Ruang Kelas
Berdasarkan tabel 4.4 dan diagram 4.4 tersebut, diperoleh data
bahwa persentase terbesar diperoleh SDN Plalangan 01, SDN Sumurrejo 01
dan SDN Sumurrejo 02 sebesar 100% dengan kriteria sangat baik. Hal ini
ditunjukkan dengan nampaknya 3 deskriptor secara konsisten pada
pertemuan pertama dan petemuan kedua, yakni guru mengatur tempat
duduk sebelum pembelajaran dimulai dan ketika pembagian kelompok jika
itu memang ada, kemudian guru juga mengatur penerangan sehingga ruang
kelas nyaman untuk kegiatan pembelajaran, dan guru juga meletakkan hasil
karya peserta didik di di papan pajang yang disediakan, namun sayang
penyediaan rak hasil karya peserta didik belum ada. sedangkan persentase
terendah diperoleh SDN Plalangan 02, SDN Plalangan 03 dan SDN
Plalangan 04 sebesar 66,67% dengan kriteria baik. Hal ini ditunjukkan
dengan nampaknya 2 deskriptor secara konsisten, yakni guru mengatur
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
SDN Plalangan 01
SDN Plalangan 02
SDN Plalangan 03
SDN Plalangan 04
SDN Sumurrejo 01
SDN Sumurrejo 02
84
posisi tempat duduk, baik meja dan kursi siswa sehingga terlihat rapi dan
guru mengatur penerangan dalam kelas baik itu cahaya yang masuk dari
jendela maupun dari lampu kelas.
b. Efisiensi
1) Pemanfaatan sarana dan prasarana
Memanfaatkan sarana prasarana dalam pembelajaran IPS guru harus
memperhatikan prinsip esifiensi, yang berarti bahwa pemakaian semua
perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga semua
perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak atau hilang. Adapun 3
deskriptor diantaranya yaitu penyusunan jadwal penggunaan sarana dan
prasarana, waktu atau jadwal penggunaan sarana prasarana diajukan di awal
tahun ajaran pada petugas terkait dan mengikuti prosedur pemakaian sarana
pendidikan. Berikut data hasil penelitiannya:
Tabel 4.5
Hasil Pencapaian Indikator Efisiensi Pemanfaatan Sarana Prasarana
No. Nama
Sekolah
Pertemuan Jumlah skor Persentase Kriteria
1 2
1. SDN
Plalangan 01
1 1 2 33,33% Cukup
2. SDN
Plalangan 02
1 1 2 33,33% Cukup
3. SDN
Plalangan 03
1 1 2 33,33% Cukup
4. SDN
Plalangan 04
1 1 2 33,33% Cukup
5. SDN
Sumurrejo 01
1 1 2 33,33% Cukup
6. SDN
Sumurrejo 02
1 1 2 33,33% Cukup
Rata-rata 2 33,33% Cukup
85
Diagram 4.5 Persentase Pencapaian Indikator Efisiensi Pemanfaatan
Sarana Prasarana
Berdasarkan tabel 4.5 dan diagram 4.5 tersebut, persentase tertinggi
diperoleh oleh SDN Plalangan 01, SDN Plalangan 02, SDN Plalangan 03,
SDN Sumurrejo 01 dan SDN Sumurrejo 02 sebesar 33,33% dengan kriteria
cukup. Hal ini ditunjukkan dengan nampak nya 1 deskriptor secara
konsisten pada pertemuan pertama dan kedua, guru mengikuti prosedur
pemakaian sarana pendidikan. Sedangkan persentase terendah diperoleh
SDN Plalangan 04 sebesar 0% dengan kriteria kurang. Hal ini ditunjukkan
dengan tidak munculnya deskriptor pada pertemuan pertama dan kedua.
Setelah disajikan pencapaian pemanfaatan sarana prasarana dalam
pembelajaran IPS kelas V yang diperoleh dari masing-masing indikator
pada tiap SD Negeri, kemudian berikut ini akan disajikan pencapaian secara
keseluruhan pada masing-masing SD Negeri.
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
SDN Plalangan 01
SDN Plalangan 02
SDN Plalangan 03
SDN Plalangan 04
SDN Sumurrejo 01
SDN Sumurrejo 02
86
Tabel 4.6
Hasil Pencapaian Pemanfaatan Sarana
Prasarana dalam Proses Pembelajaran IPS kelas V
No. Nama
Sekolah
Pertemuan Jumlah Skor Persentase Kriteria
1 2
1. SDN
Plalangan 01
8 7 15 62,50% Baik
2. SDN
Plalangan 02
6 5 11 45,83% Cukup
3. SDN
Plalangan 03
5 6 11 45,83% Cukup
4. SDN
Plalangan 04
6 6 12 50% Cukup
5. SDN
Sumurrejo
01
7 7 14 58,33% Baik
6. SDN
Sumurrejo
02
6 6 12 50% Cukup
Rata-rata 12,5 52,08% Baik
Diagram 4.6 Persentase Pencapaian Pemanfaatan Sarana Prasarana
dalam Proses Pembelajaran IPS Kelas V
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
SDN Plalangan 01
SDN Plalangan 02
SDN Plalangan 03
SDN Plalangan 04
SDN Sumurrejo 01
SDN Sumurrejo 02
87
4.2.3.3 Gambaran Umum Pemanfaatan Sarana Prasana dalam Proses
Pembelajaran IPS Kelas V yang Diperoleh dari Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru kelas 5 dan kepala sekolah yang ada
di 6 SD. Setiap wawancara dengan guru kelas V peneliti mengajukan 14
pertanyaan terlampir, setiap wawancara dengan kepala sekolah peneliti
mengajukan 7 pertanyaan terlampir dan peniliti mengajukan pertanyaan secara
insidental untuk menggali info lebih dalam terhadap narasumber mengenai
pemanfaatan sarana prasarana dalam pembelajran IPS dikelas V. Adapun hasil
wawancara adalah sebagai berikut.
a. SDN Plalangan 01
Sebelum pelaksanaan pembelajaran guru mempersiapkan materi, media
dan RPP, sehingga dalam pembelajaran IPS tersebut dapat berjalan dengan
lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Selama ini guru, hanya
melakukan pembelajaran di dalam kelas, siswa belum pernah diajak belajar di
luar kelas baik itu di lingkungan sekolah maupun karya wisata, misal ke
museum. Dikarenakan siswa belum pernah diajak belajar diajak karya wisata,
guru mengaitkan materi menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan dengan peninggalan sejarah yang ada di kota
sendiri (semarang). Misalnya lawang sewu, sampokong, museum
ronggowarsito, mengingat sebagian besar siswa sudah pernah kesana sehingga
untuk mengaitkan hal tersebut dengan materi tidak begitu sulit.
Berkaitan dengan sarana belajar IPS, sekolah sudah menyediakan
dengan cukup lengkap. Di sekolah menyediakan peta berbagai wilayah, globe,
88
proyektor beserta layar proyektor. Namun ada juga media yang dibuat siswa itu
sendiri karena di sekolah belum lengkap, contohnya seperti gambar-gambar
pahlawan. Setiap tahun di SDN Plalangan 4 ada penambahan sarana belajar,
untuk tahun 2016 ada penambahan peta wilayah.
Memanfaatkan sarana prasarana dalam pembelajaran IPS merupakan
hal yang penting karena dapat memperlancar proses pembelajaran, terlebih
materi IPS itu bersifat abstrak. Sehingga membutuhkan sesuatu sarana belajar
yang konkret untuk menjelaskan materi. Dalam hal ini guru sudah
memanfaatkan sarana prasarana yang disediakan sekolah, jika perlu maka guru
akan menggunakannya. Alat pelajaran seperti spidol, papan tulis sudah
digunakan, namun tidak setiap saat digunakan sedangkan untuk buku paket
selalu digunakan setiap pelajaran IPS. Alat peraga dan media pembelajaran
yang ada disekolah juga sudah dimanfaatkan secara maksimal, namun jika
sekolah tidak menyediakan maka guru berinisiatif membuat sendiri alat peraga
dan media bersama siswa, sebagai contoh membuat gambar-gambar pahlawan.
Perlu dihindari kemungkinan terjadinya kesemrawutan dalam
pemanfaatan sarana prasarana dalam pemblajaran IPS, karena menggunakan
alat peraga dan media bergantian dengan kelas lain. Seharusnya guru membuat
jadwal penggunaan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam jangka waktu
tertentu, misal satu semester. Kemudian jadwal tersebut diberikan kepada
petugas tertentu yang mengatur sarana prasarana. Namun, guru tidak pernah
membuat jadwal penggunaan sarana prasarana yang dibutuhkan. Di SDN
Plalangan 04 juga tidak memiliki petugas khusus yang ditunjuk untuk
89
mengatur sarana prasaran pendidikan, sehingga ketika guru membutuhkan alat
peraga atau media seperti peta atau globe guru mencari sendiri alat peraga atau
media tersebut dikelas lain, di perpustakaan ataupun dikantor.
Adapun hambatan yang dirasakan guru berkaitan dengan pemanfaatan
sarana prasarana dalam pembelajaran IPS adalah minimnya biaya untuk
melakukan karya wisata, untuk selebihnya guru merasa cukup karena disekolah
sudah ada proyektor, sambungan internet, peta dan globe. Hambatan lain
berkaitan dengan pembelajaran IPS adalah siswa malas membaca.
Usaha-usaha yang guru lakukan untuk meminimalisir hambatan
tersebut adalah dengan mengaitkan materi pelajaran dengan peninggalan-
peninggalan sejarah yang ada di kota sendiri (semarang). Guru juga
memotivasi siswa untuk rajin membaca, atau dengan memberi tugas kliping.
b. SDN Plalangan 02
Sebelum pelaksanaan pembelajaran IPS guru menyiapkan ringkasan
materi yang akan disampaikan, menyiapkan alat peraga sesuai indikator dan
tujuan yang akan dicapai. Pembelajaran IPS dilakukan di kelas, namun jika
memang butuh untuk belajar di luar kelas maka guru akan mengajak belajar di
lingkungan sekolah. Sedangkan untuk karya wisata belum pernah dilakukan,
karena tidak ada kemauan dari orangtua siswa dan kondisi siswa yang mudah
mabuk perjalanan sehingga tidak memungkinkan untuk diajak berpergian.
Berkaitan dengan sarana prasarana yang disediakan sekolah untuk
menunjang pembelajaran IPS ini guru merasa belum begitu lengkap dan masih
terbatas untuk kelas lima. Seperti sambungan internet belum ada, peta-peta
90
wilayah belum lengkap, media gambar-gambar pahlawan juga belum lengkap
dan buku paket juga terbatas, sehingga satu buku ada yang digunakan oleh dua
siswa. Sedangkan peta Indonesia dan beberapa daerah lainnya sudah ada,
proyektor sudah ada 2. Setiap tahun selalu ada penambahan sarana belajar
walau belum begitu signifikan, misalnya tahun ini ada penambahan peta
Australia dan globe karena kebetulan globe yang lama sudah rusak.
Pemanfaatan sarana prasarana dalam pembelajaran IPS sudah dilakukan
sesuai kemampuan guru. Namun, sarana belajar berbasis teknologi belum
dikuasai, sehingga untuk penggunaan proyektor jarang sekali digunakan dalam
pembelajaran IPS. Alat pelajaran seperti alat tulis dan buku paket sudah
dimanfaatkan dengan maksimal karena itulah sarana belajar yang paling pokok
bagi guru. Alat peraga dan media pembelajaran IPS juga sudah di manfaatkan
oleh guru, jika memang dibutuhkan guru akan menggunakannya. Sebagai
contoh guru pernah membawa globe dikelas, walau dengan tujuan hanya
sekedar dibawa tanpa fungsi yang begitu maksimal, karena pemikiran guru
setidaknya siswa tahu bagaimana bentuk globe tersebut. Jika alat peraga atau
media tidak tersedia lengkap di sekolah, maka guru menggantinya. Sebagai
contoh guru membuat gambar-gambar pahlawan yang dicari dari internet
kemudian dicetak dan dilaminating agar tetap awet. Selain itu, guru bersama
siswa juga pernah membuat peta sejarah meskipun sederhana, pembuatannya
dilakukan secara berkelompok. Sehingga, secara tidak langsung sambil belajar
siswa membuat medianya sendiri.
91
Hambatan yang dirasakan oleh guru berakaitan dengan pemanfaatan
sarana prasarana adalah keterbatasan guru dalam memanfaatkan media berbasis
teknologi seperti proyektor, guru merasa takut salah dan rumit. Kemudian,
tidak adanya kemauan dari orang tua siswa agar anaknya bisa melakukan
karyawisata, serta kondisi siswa yang mudah mabuk perjalanan membuat
karyawisata tidak pernah dilakukan. Selain kondisi siswa dan orangtua yang
tidak mendukung, keterbatasan dana juga menjadi hambatan.
Usaha-usaha yang dilakukan unutk meminimalisir hambatan tersebut
guru menggunakan internet dari ponsel pribadi, untuk melengkapi materi yang
dirasa kurang. Membuat media bersama siswa, seperti membuat peta sejarah.
c. SDN Plalangan 03
Sebelum pelaksanaan pembelajaran IPS guru menyiapkan RPP,
menyiapkan materi yang sesuai dengan KD IPS. Jika itu berkaitan dengan
sarana prasarana di kelas, guru mengatur letak tempat duduk dan membuka
jendela, namun kondisi jendela di kelas lima yang bisa dibuka hanya satu
sisanya tidak bisa dibuka. Selain itu jendela juga tidak diberi hordeng sehingga
untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam kelas tidak bisa diatur.
Selama ini pembelajaran IPS hanya dilakukan di kelas dan terkadang
menggunakan perpustakaan walau itu hanya sebentar. Sedangkan belajar
dilingkungan sekolah dan karyawista tidak pernah dilakukan, karena
keterbatasan biaya membuat guru hanya bisa melakukan pembelajaran IPS
dikelas saja. Ketika mengikuti pembelajran IPS siswa terlihat antusias namun
pada hasil evaluasinya kurang baik.
92
Berkaitan dengan sarana prsarana yang disediakan sekolah untuk
menunjang pembelajaran IPS sudah lumayan, terbukti dengan adanya peta,
globe dan proyektor beserta layar proyektor walau jumlahnya masih terbatas.
Selain itu gambar-gambar pahlawan juga belum lengkap. Setiap tahun sekolah
tidak tentu melakukan penambahan sarana belajar IPS, terbukti tahun ini belum
ada penambahan alat peraga maupun media pembelajaran sedangkan tahun
kemarin ada penambahan untuk peta dan globe.
Pemanfaatan sarana prasana dalam pembelajaran IPS sudah dilakukan
sesuai kemampuan guru. Dimulai dari alat pelajaran yang ada dikelas seperti
alat tulis dan buku paket selalu digunakan oleh guru. Kemudian, alat peraga
dan media juga sudah pernah digunakan untuk memperjelas materi dalam
pembelajaran IPS itu sendiri. Jika alat peraga atau media pembelajaran tidak
tersedia disekolah maka guru akan menggantinya, sebagai contoh guru
meminta siswa untuk mencari gambar-gambar pahlawan dalam berbagai
pertempuran mempertahankan kemerdekaan Indonesia kemudian dicetak dan
dibawa ke sekolah. Namun untuk pemanfaatan sarana belajar berbasis
teknologi belum dilakukan, misal dalam penggunaan proyektor.
Untuk menghindari terjadinya kesemrawutan penggunaan sarana
prasrana perlu adanya jadwal penggunaan sarana prasrana yang diajukan di
awal tahun kepada petugas khusus yang mengatur sarana prasarana. Namun
guru kelas lima di SDN Plalangan 03 ini tidak pernah membuat jadwal tersebut
dan petugas khusus tersebut juga tidak ada. Jadi ketika guru membutuhkan alat
peraga atau media tersebut guru langsung mengambilnya dari kantor ataupun
93
dari kelas lain, dan terkadang tidak perlu repot mengambil karena sudah ada di
kelas tersebut. Walaupun demikian guru meras tidak kesulitan, karena dalam
penggunaan nya guru juga tidak pernah bertubrukan dengan kelas lain.
Pemanfaatan sarana prasarana dalam pembelajaran tentunya tidak
terlepas dari sebuah hambatan. Adapun hambatan yang dirasakan guru
berkaitan dengan pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran
IPS adalah penggunaan media berbasis teknologi. Sebagai contoh dalam
penggunaan proyektor, sebenarnya guru sudah bisa dalam pengoperasian
proyektor dan laptop namun guru kesulitan untuk mencari materi dari internet
karena terkendala modem yang tidak bisa berfungsi dan disekolah tidak
menyediakan sambungan internet atau hotspot. Terkendala biaya pula yang
menyebabkan sekolah tidak memiliki sambungan internet atau hotspot.
Perlu adanya upaya dalam meminimalisir hambatan tersebut, namun
diakui secara jujur oleh guru bahwa belum ada usaha yang dilakukan. Usaha-
usaha untuk mengatasi hambatan tersebut hanya angan-angan, untuk
tindakannya belum juga dilakukan.
d. SDN Plalangan 04
Sebelum pelaksanaan pembelajaran IPS guru menyiapkan RPP,
mempersiapkan media pembelajarannya jika memang itu diperlukan. Selama
ini pembelajaran IPS dilakukan didalam kelas, dan terkadang ke perpustakaan
untuk meminjam buku setelah itu kembali lagi ke kelas. Kalau belajar di
lingkungan atau halaman sekolah tidak pernah dilakukan. Sedangkan untuk
karya wisata dilakukan jika hanya ada undangan event dari museum.
94
Sarana prasarana yang lengkap tentunya akan menunjang pembelajaran
IPS itu sendiri, untuk di SDN Plalangan 04 ini sarana prasarana yang
disediakan sekolah sudah lumayan lengkap, diantaranya ada peta, globe,
gambar candi, gambar-gambar pahlawan walau belum lengkap dan proyektor
juga ada. Setiap tahun selalu ada penambahan sarana belajar, dengan
melakukan rapat evaluasi akhir tahun setiap guru dapat mengusulkan apa saja
sarana belajar yang dirasa masih kurang kemudian usulan-usulan tersebut akan
ditampung oleh kepala sekolah. Namun tidak semua usulan dapat terealisasi
karena dalam pengadaannya tetap memprioritaskan mana yang paling penting.
Pemanfaatan sarana prasarana dalam pembelajaran IPS mutlak
diperlukan, sudah menjadi kewajiban guru untuk memanfaatkannya. Guru
kelas lima SDN Plalangan 04 sudah memanfaatkan sarana prasarana dalam
pembelajaran IPS sesuai kemampuannya. Dimulai dari alat pelajaran seperti
alat tulis dan buku paket selalu digunakan. Kemudian untuk alat peraga dan
media pembelajaran juga sudah digunakan, dengan menyiapkannya terlebih
dahulu sebelum pembelajaran terkecuali untuk media bebasis teknologi guru
belum mampu menggunakannya. Jika alat peraga atau media tersebut tidak ada
maka guru akan melibatkan anak-anak dalam pembuatannya. Misal gambar-
gambar pahlawan yang kurang, guru meminta siswa untuk mecari gambar
melalui internet kemudian dicetak dan dilaminating. Kemudian anak-anak
diminta menyebutkan pahlawan tersebut dari mana dan menceritakan peristiwa
pertempuran yang berkaitan dengan gambar tokoh yang dimaksud.
95
Perlu dihindari terjadinya kesemrawutan dalam penggunaan sarana
prasarana, mengingat tidak hanya kelas lima yang menggunakan sarana
prasarana dalam pembelajaran IPS. Namun, selama ini guru tidak pernah
membuat jadwal penggunaan sarana prasarana dan tidak ada petugas khusus
yang bertugas mengatur sarana prasarana di SDN Plalangan 04. Jadi, jika guru
membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran maka guru akan
mencarinya di kelas-kelas, dikantor atau di perpustakaan.
Pemanfaatan sarana prasarana dalam pembelajaran tentunya tidak
terlepas dari sebuah hambatan. Adapun hambatan yang dirasakan guru
berkaitan dengan pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran
IPS adalah tidak ada tempat khusus untuk menempatkan alat peraga dan tidak
ada petugas khusus yang mengaturnya, sehingga ketika dibutuhkan guru harus
mencari di kelas-kelas lain karena dipinjam. Kemudian hambatan lain adalah
dibidang teknologi yakni guru kesulitan dalam mengoperasikan laptop atau
komputer dan proyektor. Guru juga merasa takut salah ketika
menggunakannya.
Perlu adanya upaya dalam meminimalisir hambatan tersebut, adapun
upaya yang telah dilakukan guru adalah menyiapkan alat peraga atau media
pembelajaran IPS sehari sebelumnya. Jika media akan digunakan besok, maka
hari ini media sudah dicari dan disiapkan di kelas, supaya keesokan harinya
tidak kalangkabut.
96
e. SDN Sumurrejo 01
Sebelum pelaksanaan pembelajaran IPS, guru menyiapkan RPP,
menyiapkan media. Jika berkaitan dengan sarana dikelas, guru mengarahkan
siswa mengatur tempat duduk, sehingga selalu terlihat rapi. Untuk perubahan
posisi tempat duduk bisa sewaktu-waktu berubah menyesuaikan kebutuhan,
misal diskusi kelompok. Selama semester 1 dan 2 guru selalu melakukan
pembelajaran dikelas saja, karena lingkungan sekolah dirasa kurang
mendukung. Sedangkan, untuk karya wisata dilakukan jika ada undangan event
di museum saja, karena keterbatasan biaya dan waktu. Contohnya tahun ini
siswa kelas 5 dan kelas 4 ke museum Ronggowarsito untuk mengahadiri
undangan event tersebut.
Mengenai kelengkapan sarana belajar yang disediakan sekolah sudah
lumayan lengkap. Kalau peta dan globe sudah ada, namun untuk alat peraga
lain seperti miniatur candi belum ada, masih sebatas gambar-gambar candi
saja. Sedangkan untuk proyektor, kadang-kadang guru menggunakannya walau
dengan sedikit mengalami kesulitan. Setiap tahun penambahan sarana belajar
dilakukan di SDN Sumurrejo 01, namun dalam penambahannya selalu
memprioritaskan sarana yang lebih penting atau banyak dibutuhkan.
Pemanfaatan sarana prasarana dalam pembelajaran sudah dilakukan
sesuai kemampuan guru. Dimulai dari alat pelajaran dan buku paket yang
sudah dimaksimalkan penggunaannya. Kemudian untuk alat peraga dan media
pembelajaran seperti peta atau globe juga sudah digunakan, jika ada yang
kurang lengkap maka guru menggantinya dengan browsing internet.
97
Untuk menghindari penggunaan sarana belajar yang bertubrukan maka
perlu adanya pembuatan jadwal penggunaan sarana yang diajukan diawal tahun
pada petugas khusus, namun kenyataan dilapangan guru tidak membuat jadwal
penggunaan sarana, karena di SDN Sumurrejo 01 juga tidak memiliki petugas
khusus untuk mengelola sarana prasarana. Walau demikian, sekolah
menyediakan buku peminjaman yang harus diisi ketika guru menggunakan
sarana belajar.
Hambatan yang dirasakan guru berkaitan dengan pemanfaatan sarana
prasarana dalam pembelajran IPS adalah terbatasnya dana untuk melakukan
karya wisata mandiri. Penempatan media yang tersebar di kelas, perpustakaan
dan kantor, jadi ketika akan menggunakan harus mencari dulu. Adapun usaha
untuk meminimalisir hambatan tersebut mempersiapkan media apa saja yang
dibutuhkan sebelum pembelajaran, dan jika tidak tersedia maka guru mencari
penggantinya melalui internet.
f. SDN Sumurrejo 02
Sebelum pelaksanaan pembelajaran IPS guru menyiapkan guru
menmbuat prota, promes, dan RPP di awal tahun, guru juga menyiapkan media
yang di perlukan sesaat sebelum pelaksanaan pembelajaran. Jika berkaitan
dengan sarana prasarana guru melakukan penataan tempat duduk dan mengatur
pencahayaan di dalam kelas. Pembelajaran IPS lebih banyak dilakukan di
kelas, karena menurut guru ketika pembelajaran dilakukan dilingkungan sekitar
justru menjadi berantakan.
98
Kelengkapan sarana pembelajaran IPS yang disedikan sekolah sudah
cukup lengkap, tersedia peta-peta, globe, dan 3 proyektor, namun untuk
gambar-gambar pahlawan banyak yang kurang. Untuk penambahan sarana
pembelajaran itu sendiri dilakukaan setiap tahun, untuk tahun ini ada
penambahan peta.
Pemanfaatan sarana prasarana dalam pembelajaran IPS yang dilakukan
oleh guru adalah penggunaan alat pelajaran dengan maksimal, penggunaan alat
peraga dan media juga sudah dimaksimalkan, namun guru tidak mahir dalam
penggunaan media berbasis teknolgi seperti proyektor.
Di SDN Sumurrejo 2 tidak memiliki petugas khusus yang mengelola
sarana prasarana dan guru juga tidak membuat jadwal penggunaan sarana
prasarana, sehingga ketika guru membutuhkan alat peraga atau media guru
harus mencari di kelas-kelas atau diperpustakaan.
Hambatan yang dirasakan oleh guru kelas V dalam pemanfaatan sarana
pembelajaran IPS adalah ketidakmampuan guru dalam menggunakan proyektor
dan guru juga kesulitan untuk mecari bahan yang akan ditampilkan, seperti
membuat slide pada power point juga tidak dapat dilakukan.
Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk meminimalisir hambatan
tersebut adalah dengan terus belajar, dan melakukan tutor sebaya dengan teman
yang pandai tentang teknologi. Walau demikian, guru tetap merasakan
kesulitan karena menurutnya faktor usia juga mempengaruhi.
99
4.2.4 Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang pemanfaatan sarana prasarana dalam
pembelajaran IPS yang telah dilakukan di gugus Larasati Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang, guru sudah baik dalam memanfaatkan sarana prasarana yang ada.
Dengan perolehan skor sebagai berikut, dimulai dengan urutan terbesar hingga
kecil dari SDN Plalangan 01 dengan persentase sebesar 62,50% dengan kriteria
baik, SDN Sumurrejo 01 dengan persentase sebesar 58,33% dengan kriteria baik,
SDN Sumurrejo 02 dan SDN Plalangan 04 dengan persentase sebesar 50%
dengan kriteria cukup, terakhir SDN Plalangan 02 dan Plalangan 03 dengan
persentase sebesar 45,83% dengan kriteria cukup. Dalam pelaksanaan
pembelajaran sebagian besar guru kelas V belum mahir dalam mengoperasikan
media berbasis teknologi, sehingga sebagian guru memanfaatkan alat peraga dua
dimensi atau media visual dan sebagian juga hanya menggunakan alat pelajaran
berupa buku dan alat tulis tanpa alat peraga dan media pembelajaran. Prasarana
yang dimanfaatkan guru pun hanya terbatas pada kelas saja.
4.2.5 Uji Keabsahan Data
4.2.5.1 Uji Kredibilitas Data
Untuk menguji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu (Sugiyono, 2010 : 372).
100
a. Triangulasi Sumber
Sumber dalam penelitian ini diambil dari guru kelas V dan kepala SDN
Plalangan 01, SDN Plalangan 02, SDN Plalangan 03, SDN Plalangan 04, SDN
Sumurrejo 01 dan SDN Sumurrejo 02. Data dari guru kelas V diperoleh melalui
lembar observasi pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran IPS,
wawancara, dan catatan lapangan. Kemudian, data dari kepala sekolah diperoleh
melalui wawancara mengenai pemanfaatan sarana prasarana yang dilakukan oleh
guru kelas V dalam proses pembelajaran IPS.
b. Triangulasi Teknik
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan observasi,
wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan.
c. Triangulasi Waktu
Peniliti melakukan pengumpulan data secara berulang ulang, yakni dengan
melakukan pengamatan secara berulang sebanyak 2 kali pertemuan, serta
melakukan wawancara di hari yang berbeda.
4.1.5.2 Uji Tranferability
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun laporan dengan rinci, jelas,
sistematis, dan dapat dipercaya.
4.1.5.2 Uji Dependability
Uji dependability dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan melakukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang
independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti
dalam melakukan penelitian. Auditor di dalam penelitian ini adalah dosen
101
pembimbing skripsi yaitu Drs. Sukarjo, S.Pd., M.Pd. (NIP. 19561201 198703 1
001). Peneliti melakukan bimbingan dari pra penelitian, pada saat penelitian,
setelah penelitian, hingga sampai pembuatan laporan penelitian.
4.1.5.3 Uji Komfirmability
Dalam uji confirmability peneliti menguji hasil penelitian dengan proses
yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian,
penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability (Sugiyono, 2010).
Peneliti melakukan konfirmasi dengan meninjau hasil penelitian dengan rumusan
masalah.
Rumusan masalah yang pertama berkaitan dengan pemenuhan standar
sarana di kelas V SD Negeri Gugus Larasati Gunungpati Semarang. Berdasarkan
hasil data penelitian pemenuhan sarana di kelas V rata-rata memperoleh
persentase 83,65% dengan kriteria sangat baik. Adapun perolehan persentase jika
diurutkan dari tinggi ke rendah adalah sebagai berikut. Dimulai dari SDN
Plalangan 01dan SDN Plalangan 02 sebesar 88,46% dengan kriteria sangat baik,
SDN Sumurrejo 02 sebesar 84,61% dengan kriteria sangat baik, SDN Plalangan
03 dan SDN Plalangan 04 sebesar 80,77% dengan kriteria sangat baik dan SDN
Sumurrejo 01 sebesar 78,85% dengan kriteria sangat baik.
Rumusan masalah yang kedua berkaitan dengan pemanfaatan sarana
prasarana dalam proses pembelajaran IPS kelas V SD Negeri Gugus Larasati
Gunungpati Semarang. Berdasarkan hasil data penelitian pemanfaatan sarana
prasarana dalam pembelajaran IPS kelas V berikut urutan dari persentase tinggi ke
rendah, dimulai dari SDN Plalangan 01 dengan persentase sebesar 62,50% dengan
102
kriteria baik, SDN Sumurrejo 01 dengan persentase sebesar 58,33% dengan
kriteria baik, SDN Sumurrejo 02 dan SDN Plalangan 04 dengan persentase
sebesar 50% dengan kriteria cukup, terakhir SDN Plalangan 02 dan Plalangan 03
dengan persentase sebesar 45,83% dengan kriteria cukup.
Rumusan masalah ketiga berkaitan dengan keunggulan dan faktor-faktor
yang menghambat guru dalam pemanfaatan sarana prasarana dalam pembelajaran
IPS di kelas V. Adapun beberapa faktornya adalah, tidak ada laboratorium IPS
atau tempat khusus untuk menempatkan alat-alat peraga ataupun media
pembelajaran IPS, sehingga penempatannnya hanya di letakakan dikelas-kelas, di
kantor dan ada pula yang diperpustakaan. Kemudian tidak ada petugas khusus
yang mengatur sarana prasarana. Keterbatasan dana dan lingkungan yang tidak
mendukung untuk melakukan karyawiata. Guru tidak menguasai media berbasis
teknologi, sehingga penggunaan proyektor sangat jarang dilakukan.
4.3 PEMBAHASAN
4.3.1 Pemenuhan Standar Sarana Ruang Kelas V SD Negeri Gugus Larasati
Pemenuhan standar sarana ruang kelas di kelas V SD Negeri gugus
Larasati secara keseluruhan memperoleh keriteria sangat baik. Perolehan
persentase dari tinggi ke rendah yaitu SDN Plalangan 01 dan SDN Plalangan 02
sebesar 88,46%, SDN Sumurrejo 02 sebesar 84,61%, SDN Plalangan 03 dan SDN
Plalangan 04 sebesar 80,77%, dan SDN Sumurrejo 01 sebesar 78,85%. Jika
dirata-rata hasilnya sebesar 83,65 dengan kriteria sangat baik. Pemenuhan standar
sarana prasarana ruang kelas dapat mempengaruhi aktivitas pembelajaran IPS.
Jika pemenuhan standar tercapai maka akan semakin menunjang proses
103
pembelajaran. Namun sebaik-baiknya sarana prasarana yang dimiliki jika
pemanfaatannya tidak efektif dan efisien maka hal tersebut tidak maksimal dalam
menunjang proses pembelajaran IPS.
Adapun gambaran secara umum di 6 SDN Gugus Larasati Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang sarana prasarana yang ada sudah baik, terutama untuk
prasarana kelas beserta sarana (perabotan) didalamnya sudah memenuhi standar
minimal ruang kelas yang telah ditetapkan dalam Permendiknas No.24 Tahun
2007. Hanya saja pemenuhan standar tersebut bukan berarti tanpa cacat, masih
tetap ada sedikit kekurangan. Ruang kelas seharusnya maksimal menampung 28
peserta didik namun pada kenyataanya lebih dari 28 peserta didik. Hanya 2 SD
Negeri yang menampung dengan jumlah yang tidak melebihi kapasitas yakni
SDN Plalangan 02 dan SDN Plalangan 03. Sedangkan untuk luas minimun ruang
kelas, seluruh SD sudah memenuhi standar yakni dengan luas rata-rata 49m2.
Rata-rata ruang kelas juga memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan
yang memadai untuk mebaca buku dan memberikan pandangan keluar ruangan.
Ruang kelas juga memiliki pintu yang dapat dikunci sehingga keamanan perabot
di dalam kelas dapat terjaga.
Kursi dan meja peserta didik sudah memenuhi standar satu buah/peserta
didik, kondisinya juga kuat, stabil, aman dan mudah dipindahkan oleh peserta
didik. Ukurannya juga sesuai dengan kelompok usia peserta didik. Desain
dudukan dan sandaran membuat peserta didik nyaman belajar, dan desain meja
memungkinkan kaki peserta didik masuk dengan keluasa kebawah meja. Rata-rata
104
hanya ada satu atau dua yang memiliki kursi dan meja yang kurang stabil atau
goyah disetiap sekolah.
Kursi dan meja guru sudah memenuhi standar satu buah/guru, kondisinya
juga kuat, stabil dan aman, mudah dipindahakan dan ukuran memadai untuk
bekerja. Hanya kelas V SDN Sumurrejo 01 yang memiliki meja dan kursi guru
yang ukurannya belum memadai.
Lemari sudah memenuhi standar satu buah/ruang, kondisinya juga kuat,
stabil dan aman. Ukurannya memadai untuk menyimpan perlengkapan yang
diperlukan kelas. Namun rata-rata lemari tidak dapat dikunci.
Rak hasil karya peserta didik di setiap sekolah pada kelas V tidak tersedia.
Sehingga hasil karya peserta didik ditempatkan pada bagian-bagian kosong yang
ada dikelas, sebagai contoh diletakkan diatas lemari, ada pula yang diletakkan
dilantai bagian belakang dan diletakkan di meja kosong yang ada dikelas. Hal ini
membuat pemandangan di ruang kelas menjadi kurang rapi.
Papan pajang sudah memenuhi standar satu buah/ruang, kondisinya juga
kuat, stabil dan aman. Rata-rata ukuran papan pajang juga sudah memenuhi
standar minimum 60cm x 120cm.
Buku paket IPS yang disediakan disekolah sebagian besar sudah
memenuhi standar yakni satu eksemplar/peserta didik, buku sudah termasuk
dalam daftar buku yang ditetapkan oleh Mendikanas, isi buku menunjang
pencapaian tujuan pembelajaran, ilustrasi gambar yang ada dibuku juga sudah
memadai dan cukup jelas. Namun, kelas V SDN Sumurrejo 01 sebagian
menggunakan buku paket fotocopy dan kelas V SDN Plalangan 02 sebagian
105
siswanya ada yang menggunakan satu buku paket untuk dua anak. Hal ini
dikarenakan buku hilang atau rusak, sehingga jumlahnya terbatas.
Papan tulis sudah memenuhi standar satu buah/ruang, kondisinya juga
stabil, kuat dan aman. Ukurannya juga sudah memenuhi ukuran minimum 90cm x
200cm. Papan tulis ditempatkan di bagian depan kelas, sehingga memungkinkan
seluruh peserta didik melihatnya dengan jelas.
Perlengkapan lain seperti tempat sampah, jam dinding dan kontak kontak
rata-rata sudah tersedia di setiap kelas V. Namun, tempat cuci tangan tidak
tersedia satu buah/ruang, melainkan hanya tersedia kran yang berjejer di satu
tempat halaman sekolah.
Pemenuhan alat peraga dan media pembelajaran IPS juga sudah sangat
baik, jumlah peta tiap sekolah lebih dari satu, kondisinya baik, mudah dimengerti
maknanya, dan memberikan gambaran mirip dengan wujud dan letak sebenarnya.
Globe tiap sekolah rata-rata memiliki kondisi yang baik. Selain ada peta berbagai
wilayah dan globe, setiap sekolah juga memiliki media berbasis IT seperti
proyektor walau dengan jumlah yang berbeda. SDN Plalangan 01, SDN Plalangan
04 dan SDN Sumurrejo 02 sudah memiliki 3 buah proyektor. Kemudian SDN
Plalangan 04 memiliki 2 proyektor, SDN Plalangan 03 memiliki 1 buah
proyektor. Namun untuk penempatan proyektor tersebut belum diletakkan secara
permanen di kelas V, kecuali untuk SDN Plalangan 01 proyektor tersebut sudah
diletakkan secara permanen di kelas V, sehingga untuk pemanfaatannya menjadi
lebih mudah. Namun untuk gambar-gambar pahlawan rata-rata sekolah belum
menyediakan secara lengkap.
106
4.3.2 Pemanfaatan Sarana Prasarana dalam Proses Pembelajaran IPS oleh Guru
Kelas V SD Negeri Gugus Larasati
Pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran IPS dengan
kompetensi dasar menghargai perjuangan para tokoh dalam memepertahankan
kemerdekaan oleh guru kelas V di SD Negeri Gugus Larasati sudah baik. Dari
aspek efektifitas, pemanfaatan sarana pendidikan sudah dilaksanakan dengan baik
hal ini terbukti dari hasil perolehan data observasi rata-rata sebesar 55,56%
dengan kriteria baik dan dengan data pendukung wawancara guru serta kepala
sekolah. Sesuai dengan pendapat Barnawi (2014:77) bahwa aspek efektifitas
berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan disekolah harus ditujukan
semata-mata dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah.
Guru kelas V SDN Plalangan 03 dan SDN Sumurrejo 02 sudah
menggunakan alat pelajaran berupa spidol, papan tulis dan buku paket, namun
tidak menggunakan alat peraga atau media pembelajaran apapun. Guru kelas V
SDN Plalangan 04 dan SDN Plalangan 02 menggunakan alat peraga dan media
pembelajaran berupa gambar-gambar pahlawan dalam menjelaskan peristiwa
pertempuran mempertahankan kemerdekaan yang terjadi di berbagai daerah di
Indonesia namun guru tidak nampak menggunakan alat pelajaran berupa spidol
dan papan tulis. Dengan menggunakan media gambar-gambar pahlawan guru
secara langsung melibatkan peserta didik dalam pembelajaran, dengan meminta
siswa maju kedepan menjelaskan tokoh yang dimaksud serta menjelaskan
perjuangan yang dilakukan oleh tokoh tersebut. Guru kelas V SDN Plalangan 01
dan SDN Sumurrejo 01 sudah menggunakan alat peraga dan media pembelajaran
107
berbasis teknologi berupa proyektor untuk menayangkan slide maupun film
perjuangan, sehingga peserta didik terlihat lebih antusias dalam pembelajaran IPS.
Akan tetapi ketika guru sudah menggunakan alat peraga dan media pembelajaran
baik itu berupa visual maupun audiovisual, maka guru cenderung melupakan
penggunaan alat pelajaran seperti spidol dan papan tulis dan sebagian kecil
melupakan buku teks.
Pada dasarnya pemanfaatan alat pelajaran seperti papan tulis dan spidol
adalah mutlak, setidaknya papan tulis tetap digunakan walaupun sudah
menggunakan alat peraga atau media pembelajaran berupa gambar pahlawan
maupun menggunakan proyektor. Papan tulis dapat digunakan untuk menuliskan
topik materi, dan kata-kata kunci sehingga peserta didik dapat melihat dan
membaca dengan jelas materi apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian
penggunaan alat pelajaran hendaknya juga harus didampingi dengan penggunaan
alat peraga atau media pembelajaran dengan salah satu prinsip yang disebutkan
oleh Akib (2013:53) bahwa penggunaan media seperlunya, jangan berlebihan dan
pemanfaatan media juga harus terencana dalam program pembelajaran.
Pemanfaatan prasarana dalam pembelajaran IPS khususnya materi
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia memperoleh skor 36,11%
dengan kriteria cukup. Rata-rata semua guru kelas V hanya menggunakan ruang
kelas saja ketika melaksanakan proses pembelajaran IPS hanya SDN Plalangan 03
saja yang nampak menggunakan perpustakan pada pertemuan kedua. Menurut
Sudjana dan Rivai (2013: 208) mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas
dengan menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari
108
dan diamati dalam hubungannya dengan proses belajar dan mengajar. Cara ini
lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan
yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan. Pemanfaatan lingkungan
sangat cocok dalam pembelajaran IPS karena materi IPS yang bersifat abstrak
akan menjadi lebih nyata dan bermakna. Pada materi menghargai perjuangan para
tokoh dalam memepertahankan kemerdekaan, maka lingkungan yang cocok
adalah menggunakan lingkungan buatan seperti museum. Teknik penggunaan
lingkungan buatan (museum) dapat dilakukan dengan karyawisata. Selain
karyawisata guru juga hendaknya memanfaatkan perpustakaan untuk menambah
sumber belajar siswa.
Berdasarkan observasi perolehan data rata-rata pemanfaatan sarana
(perabot) ruang kelas memperoleh skor 83,30% dengan kriteria sangat baik. Guru
mengatur posisi tempat duduk baik meja dan kursi siswa sebelum pembelajaran
dimulai sehingga terlihat rapi, dan ketika dibutuhkan untuk diskusi secara
berkelompok, guru ikut mengatur letak tempat duduk agar tetap efektif.
Kemudian, guru juga mengatur penerangan untuk menyesuaikan jumlah cahaya
yang masuk kedalam kelas, dengan menyalakan atau mematikan lampu dan
menutup atau membuka hordeng jendela. Penataan perabotan ruang kelas
merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan lingkungan
pembelajaran yang kondusif.
Sebagian besar guru juga meletakkan hasil karya peserta didik di papan
pajang yang sudah disediakan dikelas. Akan tetapi semua kelas V tidak memiliki
109
rak hasil karya peserta didik, sehingga untuk karya yang berdimensi cukup besar
tidak memiliki tempat khusus yang bisa menampungnya. Pada akhirnya, karya-
karya tersebut ada yang rusak, hilang dan sebagian masih ada yang di letakkan di
ruang-ruang kosong, sebagai contoh diletakkan di atas lemari atau diletakkan
dilantai bagian pojok. Tentu saja hal ini membuat pemandangan di kelas terlihat
sedikit tidak rapi dan bisa mengurangi kenyaman dalam pembelajaran.
Menurut Barnawi (2014:77) aspek efisiensi berarti pemakaian semua
perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga sehingga semua
perlengkapan yang ada tidak mudah habis dan rusak. Dalam aspek efisiensi,
pemanfaatan sarana prasarana dalam pembelajaran IPS memperoleh persentase
sebesar 33,33% dengan kriteria cukup. Semua guru kelas V tidak melakukan
penyusunan jadwal penggunaan sarana prasarana, yang seharusnya diajukan
diawal tahun pada petugas khusus pengelola sarana prasarana. Hal ini dikarenakan
keterbatasan karyawan dan dana, sehingga di sekolah tidak ada petugas khusus
yang mengatur sarana prasarana pendidikan tersebut. Namun, ada sebagian
sekolah yang menyerahkan tugas untuk mengelola sarana pada petugas
perpustakaan atau operator sekolah walau kenyataan dilapangan hal tersebut
belum berjalan dengan baik. Setiap penggunaan alat pelajaran, alat peraga, dan
media pembelajaran serta lingkungan mempunyai prosedur penggunaannya
masing-masing. Agar tetap awet dan tidak mudah rusak guru harus menggunakan
sarana tersebut dengan mengikuti prosedur pemakaian. Rata-rata semua guru
kelas V sudah mengikuti prosedur pemakaiannya dengan baik dan hati-hati.
110
Berikut pemanfaatan sarana prasarana dalam pembelajaran IPS oleh guru
kelas V SD Negeri Gugus Larasati secara keseluruhan dalam pembelajaran IPS
jika diurutkan dari tinggi ke rendah. Dimulai dari SDN Plalangan 01 dengan
persentase sebesar 62,50% dengan kriteria baik. Guru tidak nampak menggunakan
lingkungan maupun perpustakaan, melainkan guru hanya menggunakan ruang
kelas ketika proses pembelajaran IPS. Walau demikian guru mampu
memanfaatkan sarana ruang kelas dengan sangat baik hal ini terlihat dari
pengaturan tempat duduk yang selalu rapi, guru juga mengatur jumlah cahaya
yang masuk kedalam kelas dengan membuka atau menutup hordeng jendela,
kemudian papan pajang nampak terisi oleh hasil karya peserta didik. Baik guru
atau peserta didik menggunakan alat pelajaran berupa buku teks, namun ketika
proses pembelajaran guru tidak nampak menggunakan papan tulis dan spidol di
pertemuan kedua. Kemudian guru menggunakan alat peraga yang diproyeksi
yakni berupa film-film perjuangan dan pertempuran pada pertemuan pertama,
kemudian guru menggunakan film pertempuran dan slide di pertemuan kedua.
Guru menayangkan film dan slide tersebut menggunakan proyektor yang
telah disediakan sekolah. Guru terlihat mahir dalam menggunakan media tersebut
dan penggunaannya dilakukan secara hati-hati. Siswa nampak bersemangat dan
perhatian siswa meningkat ketika guru mulai menyangkan film perjuangan.
Setelah menayangkan film, guru menjelaskan materi terkait film yang
ditayangkan, dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan peserta didik.
Media yang digunakan guru sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi yang
diajarkan. Akan tetapi dalam penggunaan sarana pendidikan, guru tidak
111
melakukan penyusunan jadwal terlebih dahulu, karena sekolah tidak memiliki
petugas khusus yang mengatur sarana pendidikan. Seharusnya semua penggunaan
sarana prasarana pendidikan dibuat dan diajukan di awal tahun ajaran pada
petugas khusus yang mengelola sarana pendidikan.
SDN Sumurrejo 01 dengan persentase sebesar 58,33% dengan kriteria
baik. Guru tidak namapak menggunakan lingkungan maupun perpustakaan,
melainkan guru hanya menggunakan ruang kelas saja dalam melakukan proses
pembelajaran IPS. Walau demikian guru mampu memanfaatkan ruang kelas
dengan sangat baik, tempat duduk terlihat rapi. Guru juga mengatur penerangan di
kelas dengan menyalakan atau mematikan lampu dan membuka atau menutup
hirdeng jendela. Papan pajang juga nampak terisi oleh hasil karya peserta didik.
Pada pertemuan pertama dan kedua guru tidak menggunakan alat pelajaran berupa
spidol dan papan tulis maupun buku teks. Guru menggunakan alat peraga berupa
slide yang berisi materi dan ilustrasi gambar tokoh-tokoh pahlawan dan gambar
pertempuran. Kemudian diproyeksikan menggunakan media proyektor. Dalam
penggunaan media berbasis teknologi seperti proyektor dan laptop tersebut, guru
nampak berhati-hati. Diakui oleh guru sendiri, bahwa penggunaan media berbasis
teknologi masih dalam tahap belajar. Akan tetapi dalam penggunaan sarana
pendidikan, guru tidak melakukan penyusunan jadwal terlebih dahulu, karena
sekolah tidak memiliki petugas khusus yang mengatur sarana pendidikan.
Seharusnya semua penggunaan sarana prasarana pendidikan dibuat dan diajukan
di awal tahun ajaran pada petugas khusus yang mengelola sarana pendidikan.
SDN Sumurrejo 02 dengan persentase sebesar 50% dengan kriteria cukup.
112
Guru hanya menggunakan ruang kelas untuk melakukan proses pembelajaran IPS.
Lingkungan dan perpustakaan tidak nampak digunakan oleh guru. Walau
demikian guru mampu memanfaatkan ruang kelas dengan sangat baik. Terlihat
bahwa tempat duduk tertata rapi, guru juga mengatur penerangan di ruang kelas
dengan membuka hordeng dan menyalakan atau mematikan lampu. Papan pajang
juga nampak terisi oleh hasil karya siswa. Namun dalam pembelajaran guru tidak
menggunakan media dan alat peraga apapun, melainkan guru hanya menggunakan
alat pelajaran berupa spidol dan papan tulis, serta buku teks dan buku penunjang
lain. Guru menggunakan alat pelajaran secara hati-hati, yakni dengan menutup
segera spidol yang telah digunakan kemudian menyimpannya. Dalam penggunaan
sarana pendidikan, guru tidak melakukan penyusunan jadwal terlebih dahulu,
karena sekolah tidak memiliki petugas khusus yang mengatur sarana pendidikan.
Seharusnya semua penggunaan sarana prasarana pendidikan dibuat dan diajukan
di awal tahun ajaran pada petugas khusus yang mengelola sarana pendidikan.
SDN Plalangan 04 dengan persentase sebesar 50% dengan kriteria cukup.
Guru hanya menggunakan ruang kelas ketika proses pembelajaran IPS.
Lingkungan dan perpustakaan tidak nampak digunakan oleh guru. Walau
demikian guru mampu memanfaatkan ruang kelas dengan baik, terlihat tempat
duduk selalu tertata rapi. Kemudian guru juga mengatur penerangan didalam kelas
dengan menyalakan atau mematikan lampu dan membuka atau menutup hordeng.
Namun papan pajang nampak kosong tidak terisi oleh hasil karya siswa. ertemuan
Dalam proses pembelajaran IPS guru menggunakan alat peraga atau media berupa
gambar-gambar tokoh pahlawan. Guru menjelaskan materi sambil
113
memperlihatkan gambar-gambar tersebut. Akan tetapi dalam penggunaan sarana
pendidikan, guru tidak melakukan penyusunan jadwal terlebih dahulu, karena
sekolah tidak memiliki petugas khusus yang mengatur sarana pendidikan.
Seharusnya semua penggunaan sarana prasarana pendidikan dibuat dan diajukan
di awal tahun ajaran pada petugas khusus yang mengelola sarana pendidikan.
Pihak sekolah sudah berusaha melimpahkan tugas tersebut kepada petugas
perpustakaan. Namun kenyataan dilapangan tidak berjalan dengan baik.
SDN Plalangan 02 dengan persentase sebesar 45,83% dengan kriteria
cukup. Guru hanya menggunakan ruang kelas dalam proses pembelajaran IPS.
Lingkungan dan perpustakaan tidak digunakan oleh guru. Walau demikian guru
mampu memanfaatkan ruang kelas dengan baik. Terlihat dari tempat duduk yang
tertata rapi, guru juga mengatur penerangan yang masuk didalam kelas dengan
menutup atau membuka hordeng jendela. Namun papan pajang nampak kosong
tidak terisi oleh hasil karya peserta didik. Seharusnya papan pajang tersebut dapat
dimanfaatkan oleh guru untuk memajang hasil karya siswa, karena papan pajang
juga dapat memotivasi peserta didik dalam melakukan pekerjaan sebagai bentuk
penghargaan atas upaya yang telah dilakukan oleh peserta didik karena telah
menyelesaikan tugasnya.
Guru kelas V SDN Plalangan 02 menggunakan alat peraga atau media
berupa gambar-gambar pahlawan pada pertemuan pertama, kemudian guru
meminta siswa untuk menceritakan tokoh yang dimaksud didepan kelas. Namun
pada pertemuan kedua guru belum menggunakan media atau alat peraga. Dalam
penggunaan sarana pendidikan, guru tidak melakukan penyusunan jadwal terlebih
114
dahulu, karena sekolah tidak memiliki petugas khusus yang mengatur sarana
pendidikan. Seharusnya semua penggunaan sarana prasarana pendidikan dibuat
dan diajukan di awal tahun ajaran pada petugas khusus yang mengelola sarana
pendidikan.
SDN Plalangan 03 dengan persentase sebesar 45,83% dengan kriteria
cukup. Guru hanya menggunakan ruang kelas pada pertemuan pertama lalu guru
menggunakan ruang kelas dan perpustakaan pada pertemuan kedua ketika proses
pembelajaran IPS. Lingkungan tidak nampak digunakaan oleh guru. Guru mampu
memanfaatkan ruang kelas dengan baik, terlihat tempat duduk tertata dengan rapi,
dan posisi tempat duduk juga berganti pada pertemuan kedua. Kemudian guru
juga mengatur penerangan didalam kelas dengan menyalakan atau mematikan
lampu di dalam kelas. Namun papan pajang nampak kosong tidak terisi oleh hasil
karya peserta didik. Seharusnya papan pajang tersebut dapat dimanfaatkan oleh
guru untuk memajang hasil karya siswa, karena papan pajang juga dapat
memotivasi peserta didik dalam melakukan pekerjaan sebagai bentuk
penghargaan atas upaya yang telah dilakukan oleh peserta didik karena telah
menyelesaikan tugasnya. Kemudian perpustakaan digunakan untuk menambah
sumber belajar Peserta didik, guru meminta peserta didik secara bergiliran untuk
meminjam buku di perpustakaan.
Guru kelas V SDN Plalangan 03 tidak menggunakan media atau alat
peraga apapun dalam pembelajaran IPS pada pertemuan pertama maupun pada
pertemuan kedua. Guru hanya memanfaatkan atau menggunakan alat pelajaran
berupa buku teks, buku penunjang dari perpustakaan, papan tulis dan spidol untuk
115
mencatat point penting. Dalam penggunaan sarana pendidikan, guru tidak
melakukan penyusunan jadwal terlebih dahulu, karena sekolah tidak memiliki
petugas khusus yang mengatur sarana pendidikan. Seharusnya semua penggunaan
sarana prasarana pendidikan dibuat dan diajukan di awal tahun ajaran pada
petugas khusus yang mengelola sarana pendidikan.
4.3.3 Keunggulan dan Faktor-faktor yang Menghambat Guru dalam
Pemanfaatan Sarana Prasarana Pada Proses Pembelajaran IPS kelas V di
SD Negeri Gugus Larasati
4.3.3.1 Keunggulan Guru dalam Pemanfaatan Sarana Prasarana Pada Proses
Pembelajaran IPS kelas V di SD Negeri Gugus Larasati
Pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran IPS kelas V di
SD Negeri Gugus Larasati masuk dalam kriteria baik yakni dengan perolehan
persentase sebesar 52,08%. Pemanfaatan sarana prasarana yang baik tentunya
guru memiliki keunggulan dalam melakukan tugas tersebut. Berdasarkan
observasi dan wawancara, guru mampu memanfaatkan ruang kelas dengan
maksimal. Nampak bahwa suasana ruang kelas nyaman untuk belajar, karena guru
selalu mengkondisikan tempat duduk peserta didik, meja dan kursi tertata rapi,
guru mengatur penerangan di dalam kelas dengan menyalakan atau mematikan
lampu dan menutup atau membuka jendela, kemudian sebagian besar guru juga
meletakkan hasil karya peserta didik pada papan pajang yang tersedia.
Guru kelas V di SD Negeri Gugus Larasati nampak mengikuti prosedur
pemakaian sarana prasarana pendidikan dengan hemat dan hati-hati sehingga
sarana prasarana tidak mudah habis, rusak dan hilang. Sebelum pelaksanaan
116
pembelajaran IPS, guru selalu menyiapkan RPP. Sebagian besar guru juga sudah
menggunakan alat peraga atau media pembelajaran IPS ketika proses
pembelajaran IPS di kelas. Alat peraga dan media pembelajaran yang digunakan
oleh guru juga sudah relevan dengan materi yang diajarkan dan tidak berlebihan.
4.3.3.2 Faktor-faktor yang Menghambat Guru dalam Pemanfaatan Sarana
Prasarana Pada Proses Pembelajaran IPS kelas V SD Negeri Gugus
Larasati
Pemanfaatan sarana prasarana dalam pembelajaran tentu tidak terlepas dari
berbagai hambatan. Adapun hambatan yang dirasakan guru berkaitan dengan
pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran IPS adalah belum ada
laboratorium IPS untuk melakukan praktik atau menempatkan alat peraga dan
tidak ada petugas khusus yang mengatur, sehingga ketika dibutuhkan guru harus
mencari di kelas-kelas yang lain. Kadang-kadang penggunaan alat peraga atau
media bisa bertubrukan dengan guru kelas yang lain, sehingga penggunaanya
dilakukan secara bergantian.
Hambatan lain yang dirasakan oleh guru adalah dibidang teknologi yakni
guru kesulitan dalam mengoperasikan laptop atau komputer dan proyektor. Guru
juga merasa takut salah ketika menggunakannya. Hal ini banyak terjadi pada guru
dengan usia sudah cukup tua, sedangkan guru dengan usia masih muda menguasai
penggunaan media berbasis teknologi seperti laptop dan proyektor. Adapun alasan
lain yang membuat guru tidak memanfaatkan proyektor dengan optimal, karena
penempatannya yang tidak permanen dikelas. Sehingga banyak waktu yang
terbuang untuk proses penyetelan proyektor itu sendiri.
117
Hambatan berikutnya adalah terbatasnya dana untuk membiayai karya
wisata, karena untuk belajar diluar kelas membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Misal, ke museum dibutuhkan biaya untuk masuk dan biaya transportasi.
Sehingga, karyawisata ke museum dilakukan ketika ada undangan dari dinas,
misal pada waktu event hari pendidikan nasional.
118
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pemanfaatan sarana prasarana dalam proses
pembelajaran IPS kelasV SD Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Pemenuhan standar sarana ruang kelas V SD Negeri Gugus Larasati
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang memperoleh persentase 83,65% dengan
kriteria sangat baik. Perolehan persentase dari tinggi ke rendah adalah sebagai
berikut. Dimulai dari SDN Plalangan 01dan SDN Plalangan 02 sebesar 88,46%
dengan kriteria sangat baik, SDN Sumurrejo 02 sebesar 84,61% dengan kriteria
sangat baik, SDN Plalangan 03 dan SDN Plalangan 04 sebesar 80,77% dengan
kriteria sangat baik dan SDN Sumurrejo 01 sebesar 78,85% dengan kriteria sangat
baik. Pemenuhan standar sarana ruang kelas meliputi perabotan di dalamnya,
peralatan pendidikan IPS, media pendidikan IPS dan perlengkapan lain, sebagian
besar sudah memenuhi standar dengan rata-rata persentase 83,65%. Hanya ada
beberapa yang belum terpenuhi yakni sebagian besar sekolah melebihi kapasitas
maksimum ruang kelas, tidak tersedianya rak hasil karya peserta didik dan tempat
cuci tangan tidak tersedia satu buah/ruang.
b. Pemanfaatan sarana prasarana dalam proses pembelajaran IPS kelas V SD
Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang memperoleh
persentase 52,08% dengan kriteria baik. Perolehan persentase dari tinggi ke rendah
119
sebagai berikut, dimulai dari SDN Plalangan 01 dengan persentase sebesar
62,50% dengan kriteria baik, SDN Sumurrejo 01 dengan persentase sebesar
58,33% dengan kriteria baik, SDN Sumurrejo 02 dan SDN Plalangan 04 dengan
persentase sebesar 50% dengan kriteria cukup, terakhir SDN Plalangan 02 dan
Plalangan 03 dengan persentase sebesar 45,83% dengan kriteria cukup. Dilihat
dari keefektifan pemanfaatan sarana sudah baik hanya saja dalam bidang
teknologi masih kurang, namun jika dilihat dari keefektifan pemanfaatan
prasarana sudah cukup karena guru hanya menggunakan ruang kelas saja. Jika
dilihat dari efisiensi pemanfaatan sarana prasarana sudah cukup karena sebagian
besar guru sudah mengikuti prosedur pemakaian sarana pendidikan dengan baik
namun dalam pemakaian sarana pendidikan tersebut tidak terjadwal dan tidak ada
petugas khusus yang mengaturnya.
c. Keunggulan yang dimiliki guru meliputi, sebagian besar guru mampu
memanfaatkan ruang kelas dengan maksimal, mengikuti prosedur pemakaian
sarana prasarana pendidikan dengan hemat dan hati-hati . Sebagian besar guru
sudah menggunakan alat peraga atau media pembelajaran IPS ketika proses
pembelajaran IPS di kelas. Faktor yang menghambat guru meliputi, tidak ada
laboratorium IPS atau tempat khusus untuk menempatkan alat peraga atau media
pembelajaran IPS, sehingga penempatannnya diletakkan dikelas, di kantor dan
ada pula yang di perpustakaan. Tidak ada petugas khusus yang mengatur sarana
prasarana. Terbatasnya dana dan lingkungan yang tidak mendukung untuk
melakukan karyawisata. Sebagian guru tidak menguasai media berbasis teknologi,
sehingga penggunaan proyektor sangat jarang dilakukan.
120
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian pemanfaatan sarana prasarana dalam proses
pembelajaran IPS kelasV SD Negeri Gugus Larasati Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
a. Guru sebaiknya memanfaatkan sarana pembelajaran yang ada di lingkungan
sendiri, jika berkaitan dengan sejarah guru dapat membawa peserta didik ke
museum di kota Semarang. Jika terhalang dana guru dapat mengaitkan materi
pelajaran dengan tempat-tempat bersejarah di kota Semarang, karena sebagian
besar peserta didik pasti pernah mengunjunginya.
b. Pihak sekolah diharapkan mampu mengelola sarana pendidikan dengan baik,
jika tidak ada petugas khusus yang mengatur sarana pendidikan maka tugas
tersebut dapat dilimpahkan ke petugas yang sudah ada dan ahli dibidangnya.
Misal untuk pengelolaan alat pelajaran, alat peraga dan media pembelajaran
dilimpahkan pada petugas perpustakaan, sedangkan untuk pengelolaan media
berbasis teknologi di limpahkan ke operator komputer sekolah.
c. Sebaiknya penempatan alat peraga dan media pembelajaran yang jumlahnya
terbatas ditempatkan di satu tempat saja, misal di laboratorium IPS jika ada atau
perpustakaan. Sedangkan alat peraga dan media pembelajaran yang jumlahnya
banyak dapat ditempatkan dikelas masing-masing.
d. Guru diharapkan untuk terus belajar dalam penguasaan media berbasis
teknologi, sehingga media berbasis teknologi yang disediakan disekolah dapat
dimanfaatkan dengan maksimal.
121
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad. 1982. Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi. Bandung:
Angkasa.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Aqib, Z. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual.
Bandung: Yrama Widya.
Ayeni, Adelu Joshua. 2012. Improving Learning Infrastructure And Environment
For Sustainable Quality Assurance Practice In Secondary Schools In Ondo
State, South-West, Nigeria. International Journal of Research Studies in
Education, Vol 1(1): 61-68.
Bafadal, I. 2008. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah
Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Barnawi & Arifin,M. 2014. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Bhattacharya, Dipak. 2015. Availability And Utilisation Of Teaching-Learning
Materials And Basic Infrastructure In Primary Schools Of Contai
Municipality: A Field Study. International Journal in Management and
Social Science, 3(12): 152-163.
BSNP. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar SD/MI. Jakarta: BP Cipta Jaya
Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Dimyati. 2009. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gunawan, R. 2013. Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka setia.
Khumalo, Bongani. 2014. Exploring Educators’ Perceptions of the Impact of Poor
Infrastructure on Learning and Teaching in Rural South African Schools.
Mediterranean Journal of Social Sciences, 5(20): 1521-1532.
122
Mayarani, Selvi. 2014. Peran Komite Sekolah Dalam Pengadaan Sarana Dan
Prasarana SD Negeri Pucang IV Sidoarjo. Jurnal Inspirasi Manajemen
Pendidikan, 4(2): 163-176.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Penilaian Nasional
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD)
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana
Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum.
Rahman, M Fathur. 2014. Pengaruh Dukungan Orang Tua dan Fasilitas Belajar di
Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Melalui Motivasi Belajar
Siswa Kelas VIII Negeri 2 Ungaran. Economic Education Analysis
Journal, 3 (2): 410-417.
Rifa’i, A dan Anni,C.T. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat
Pengembangan MKU-MKDK UNNES 2012.
Riyani, Esti. 2015. Pengaruh Motivasi dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Ekonomi Kelas VIII SMP Negeri 1
Karangreja Purbalingga. Economic Education Analysis Journal, 4 (3):
877-899.
Rusman. 2011. Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Sapriya. 2015. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sari, Agtifah. 2014. Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Sarana Belajar
Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2(5).
Setiawati, Novi. 2015. Pengaruh Gaya Mengajar, Pemanfaatan Sarana Belajar,
Kesiapan Belajar Tehadap Hasil Belajar Ekonomi. Jurnal Pendidikan
Ekonomi, 3(7).
Simamora, Apriadi Widodo. 2015. Pengaruh Pemanfaatan Sarana Belajar Di
Sekolah, Minat, Dan Disiplin Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan
Ekonomi, 3(8).
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
123
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N. 2014. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sudjana, N dan Rivai, A. 2013. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
________. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suryadi, Oding Yadi. 2014. Pengaruh Manajemen Sistem Informasi Dan
Manajemen Sarana Prasarana Terhadap Prestasi Sekolah. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pascasarjana Administrasi Pendidikan, 2(2): 139-146.
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Taneo, S.P. 2010. Kajian IPS SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kemeterian Pendidikan Nasional.
Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Rajawali Pers.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
124
LAMPIRAN 1 PROFIL 6 SD NEGERI YANG DIJADIKAN TEMPAT PENELITIAN
1. Nama sekolah : SD Negeri Plalangan 01
Status Sekolah : Negeri
NPSN : 20328747
Alamat : Jl. Mr. Wuryanto, Rt 01 Rw 03
Desa/Kelurahan : Plalangan
Kecamatan : Gunungpati
Kota : Semarang
Tahun berdiri : 1985
2. Nama Sekolah : SD Negeri Plalangan 02
Status Sekolah : Negeri
NPSN : 20328746
Alamat : Terwidi, Rt 02 Rw 04
Desa/Kelurahan : Plalangan
Kecamatan : Gunungpati
Kota : Semarang
Tahun berdiri : 1981
3. Nama Sekolah : SD Negeri Plalangan 03
Status Sekolah : Negeri
NPSN : 20328732
NIS : 33.74.020.100430
Alamat : Jl.Raya Plalangan Rt 04 Rw I
Desa/Kelurahan : Plalangan
125
Kecamatan : Gunungpati
Kota : Semarang
Tahun berdiri : 1975
4. Nama Sekolah : SD Negeri Plalangan 04
Status Sekolah : Negeri
NPSN : 20329257
NIS : 100350
Alamat : Jl. Mr. Wuryanto, Rt 02 Rw 05
Desa/Kelurahan : Plalangan
Kecamatan : Gunungpati
Kota : Semarang
Tahun berdiri : 1969
5. Nama Sekolah : SD Negeri Sumurrejo 01
Status Sekolah : Negeri
NPSN : 20328561
Alamat : Jl. Mr. Wuryanto Km 4, Rt 3 Rw 1
Nama Dusun : Karanggeneng
Kelurahan : Sumurrejo
Kecamatan : Gunungpati
Tahun berdiri : 1985
6. Nama Sekolah : SDN Sumurrejo 02
Status Sekolah : Negeri
NIS : 100410
126
Alamat : Sumurgunung, Rt 01 Rw 05
Kelurahan : Sumurrejo
Kecamatan : Gunungpati
Kota : Semarang
Tahun Berdiri : 1967
127
LAMPIRAN 2 VISI MISI 6 SD NEGERI YANG DIJADIKAN TEMPAT PENELITIAN
1. SDN Plalangan 01
Visi
Unggul dalam prestasi, terampil, sehat jasmani/rohani serta berakhlah mulia.
Misi
a. Mewujudkan iklim suasana yang berbudaya agamis bagi seluruh warga
sekolah
b. Mewujudkan sistem Manajemen Berbasis Teknologi
c. Terciptanya lingkungan belajar yang kondusif
d. Mengoptimalkan Pemberdayagunaan kompetensi tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan
e. Melaksanakan Pembelajaran dan bimbingan secara efektif agar siswa dapat
berkembang lebih optimal
f. Mengembangkan dan Mengoptimalkan Pengembangan Kurikulum
g. Membudayakan hidup sehat bagi warga sekolah
h. Melaksanakan pengembangan kegiatan Akademik dan non akademik
2. SDN Plalangan 02
Visi
Unggul dalam Prestasi ,Beriman Taqwa serta Berakhlak Mulia dan Berkarakter
Misi
a. Memberdayakan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
128
b. Menyelenggarakan pendidikan di sekolah yang berakar pada norma dan
akar budaya bangsa
c. Menerapkan proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif
d. Menjadikan peserta didik yang cerdas dan terampil dalam segala bidang
e. Menghasilkan mutu lulusan yang memiliki pengetahuan ,keterampilan sikap
yang mengacu pada kompetensi lulusan
f. Meningkatkan profesionalitas dan akuntabilitas dalam menjalankan fungsi
pendidikan
g. Menggali potensi sekolah dengan memberdayakan llingkungan secara
optimal melalui iklim yang kondusif
3. SDN Plalangan 03
Visi
Terwujudnya siswa yang tangguh dalam imtaq, iptek, berbudi pekerti luhur,
dan siap melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Misi
a. Mengembangkan iklim belajar yang kondusif
b. Meningkatkan profesional guru dalam pengelolaan kegiatan belajar
mengajar
c. Menerapkan tata krama dan sopan santun dalam perkataan dan perbuatan
d. Mempersiapkan siswa agar dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih
tinggi
129
4. SDN Plalangan 04
Visi
Cerdas dalam berpikir, terampil dalam berkarya, mulia dalam bertingkahlaku
berdasarkan iman dan taqwa.
Misi
a. Ikut berpartisipasi dalam mensukseskan wajib belajar lima tahun.
b. Membekali peserta didik baik iman, ilmu dan ketrampilan agar dapat
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan sebagai bekal hidup di
masyarakat.
c. Menyiapkan tunas-tunas bangsa yang berdisiplin tinggi dan berbudi pekerti
luhur
5. SDN Sumurrejo 01
Visi
Terwujudnya peserta didik yang beriman, berkarakter, berprestasi dan trampil.
Misi
a. Melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.
b. Menghormati perbedaan beragama.
c. Menanamkan budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari.
d. Menanamkan nilai-nilai sisial budaya melalui sikap dan perbuatannya.
e. Berprestasi dalam bidang akademik.
f. Berprestasi dalam bidang non akademik.
g. Trampil melaksanakan tugas yang diembannya.
h. Trampil dalam bidang tehnologi sederhana
130
6. SDN Sumurrejo 02
Visi :
Terwujudnya sekolah dasar yang berkualitas, berdaya saing tinggi dan
berakhlak mulia
Misi :
a. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran di bidang akademik dan non
akademik
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan manajemen sekolah
c. Meningkatkan budaya religius, jujur, disiplin, kerja keras, cinta tanah air,
gemar membaca, peduli lingkungan, dan keterampilan hidup
d. Meningkatkan kebiasaan senyum, salam, sapa, sopan, santun, sehat, dan
syukur (7 s)
131
LAMPIRAN 3 DATA 6 KEPALA SD NEGERI YANG DIJADIKAN TEMPAT
PENELITIAN
1. SDN Plalangan 01
Nama Kepala Sekolah : SS
NIP : 195812171982011002
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Karanggeneng Rt 02/Rw 01 Sumurrejo Gunungpati
Usia : 58
Jenjang Pendidikan : S1
Golongan Pangkat : IV A
Masa Kerja : 34
2. SDN Plalangan 02
Nama Kepala Sekolah : W
NIP : 195712251979112002
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Terwidi Rt 01/Rw 04
Usia : 59
Jenjang Pendidikan : S1
Golongan Pangkat : IV A
Masa Kerja : 35 Tahun
3. SDN Plalangan 03
Nama Kepala Sekolah : M
NIP : 195704191983042001
Jenis Kelamin : Perempuan
132
Alamat : Kendeng III RT03/RW03 Bendan Ngisor Semarang
Usia : 59
Jenjang Pendidikan : S1
Golongan Pangkat : IV A
Masa Kerja : 31 tahun
4. SDN Plalangan 04
Nama Kepala Sekolah : II
NIP : 19670729 199103 1 004
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Sapen Tegalrejo RT 2 RW 9 Bandarjo
Usia : 49
Jenjang Pendidikan : S2
Golongan Pangkat : IV A
Masa Kerja : 24 tahun
5. SDN Sumurrejo 01
Nama Kepala Sekolah : WSS
NIP : 196204251982012007
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kutilang Sari 1A 402 RT05/RW06 Susukan Ungaran
Usia : 54
Jenjang Pendidikan : S2
Golongan Pangkat : Pembina IV A
Masa Kerja : 34
133
6. SDN Sumurrejo 02
Nama Kepala Sekolah : S
NIP : 19600705 198201 1 022
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Rt.03 / Rw.03 Kalirejo Ungaran Timur
Usia : 56
Jenjang Pendidikan : S2
Golongan Pangkat : IV C
Masa Kerja : 34 tahun
134
LAMPIRAN 4 DATA 6 GURU KELAS V
1. SDN Plalangan 01
Nama Guru : MW
NIP : 197604212008012016
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Magersari RT03/RW02 Gunungpati Semarang
Usia : 40
Jenjang Pendidikan : S1
Golongan Pangkat : III A
Masa Kerja : 9 tahun
2. SDN Plalangan 02
Nama Guru : S
NIP : 196602281990032005
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Terwidi RT04/RW04 Plalangan Gunungpati
Usia : 50 tahun
Jenjang Pendidikan : S1
Golongan Pangkat : IV A
Masa Kerja : 25 tahun
135
3. SDN Plalangan 03
Nama Guru : AQ
NIP : 197710302006042007
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Wonosari RT02/RW02 Plalangan Gunungpati
Usia : 39 tahun
Jenjang Pendidikan : S1
Golongan Pangkat : III C
Masa Kerja : 8 tahun
4. SDN Plalangan 04
Nama Guru : SS
NIP : 19630704 199401 2 002
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pringsari, RT. 01/ 07 Kab. Semarang
Usia : 53 tahun
Jenjang Pendidikan : S1
Golongan Pangkat : IV A
Masa Kerja : 22 tahun
136
5. SDN Sumurrejo 01
Nama Guru : R
NIP : 196805141991082001
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Candirejo RT01/RW04 Ungaran Barat
Usia : 48
Jenjang Pendidikan : S1
Golongan Pangkat : IVA
Masa Kerja : 25
6. SDN Sumurrejo 02
Nama Guru : N
NIP : 19650702 1991021001
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Karanggeneng Rt 2/2 Sumurrejo
Usia : 51 tahun
Jenjang Pendidikan : S1
Golongan Pangkat : IVA
Masa Kerja : 25 tahun
137
LAMPIRAN 5 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN PEMANFAATAN SARANA
PRASARANA DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V DI SD
NEGERI GUGUS LARASATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA
SEMARANG
No Variabel Aspek Indikator
Pengamatan
Sumber Data Instrumen
1.
Pemanfaatan
sarana dan
prasarana
dalam
pembelajaran
IPS
1. Standar
sarana
prasarana
ruang kelas
2. Efektifitas
3. Efisiensi
4. Hambatan
dalam
pemanfaatan
sarana
prasarana
1. Ruang kelas
2. Perabot
3. Peralatan
pendidikan (alat
peraga dan alat
pelajaran)
4. Media
pendidikan
5. Perlengakapan
lain
6. Efektifitas
pemanfaatan
sarana
pendidikan
7. Efektifitas
pemanfaatan
prasarana
pendidikan
8. Efektifitas
pemanfaatan
sarana ruang
kelas
9. Efisiensi
pemanfaatan
sarana
prasarana
pendidikan
a. Guru
b. Kepala
sekolah
c. Dokumen
(foto, video,
inventaris
kelas)
d. Lingkungan
a. Lembar
observasi
b. Lembar
wawancara
c. Lembar
catatan
lapangan
138
LAMPIRAN 6 Lembar Checklist Observasi Sarana Prasarana Ruang Kelas dalam Pembelajaran
IPS
Petunjuk pengisisan lembar pengamatan:
Nama Sekolah : ......................................
Kelas/ semester : V/ II
Hari/ tanggal :
Petunjuk :
a. Lakukan penilaian dengan mengacu pada deskriptor yang sudah ditetapkan.
b. Berilah tanda check ( √ ) pada kolom yang sesuai dengan kriteria pengamatan!
c. Skala penilaian untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut :
Skor 0 = jika tidak ada deskriptor yang terpenuhi
Skor 1 = jika ada satu deskriptor yang terpenuhi
Skor 2 = jika ada dua deskriptor yang terpenuhi
Skor 3 = jika ada tiga deskriptor yang terpenuhi
Skor 4 = jika ada empat deskriptor yang terpenuhi
(Rusman 2012:101)
139
No. Indikator Deskriptor Check
list
( )
Skor
P r a s a r a n a
1. Ruang kelas 1. Kapasitas maksimum ruang kelas
adalah 28 peserta didik.
2. Rasio minimum luas ruang kelas
adalah 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta
didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas adalah 30 m2.
Lebar minimum ruang kelas adalah 5
m.
3. Ruang kelas memiliki jendela yang
memungkinkan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku dan
untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
4. Ruang kelas memiliki pintu yang
memadai agar peserta didik dan guru
dapat segera keluar ruangan jika
terjadi bahaya, dan dapat dikunci
dengan baik saat tidak digunakan.
S a r a n a
1. Perabot
1.1 Kursi peserta
didik
1. Satu buah/peserta didik
2. Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
3. Ukuran sesuai dengan kelompok usia
peserta didik dan mendukung
pembentukan postur tubuh yang baik,
4. Desain dudukan dan sandaran
membuatpeserta didik nyaman belajar.
1.2 Meja peserta
didik
1. Satu buah/peserta didik
2. Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
3. Ukuran sesuai dengan kelompok usia
peserta didik dan mendukung
pembentukan postur tubuh yang baik
4. Desain memungkinkan kaki peserta
didik masuk dengan leluasa ke bawah
meja
1.3 Kursi guru 1. Satu buah/guru
2. Kuat, stabil, aman
3. Mudah dipindahkan.
4. Ukuran memadai untuk bekerja
dengan nyaman.
1.4 Meja guru 1. Satu buah/guru
2. Kuat, stabil, aman
140
3. mudah dipindahkan.
4. Ukuran memadai untuk bekerja
dengan nyaman.
1.5 Lemari 1. Satu buah/ruang
2. Kuat, stabil, dan aman.
3. Ukuran memadai untuk menyimpan
perlengkapan yang diperlukan kelas.
4. Tertutup dan dapat dikunci.
1.6 Rak hasil karya
peserta didik
1. Satu buah/ruang
2. Kuat
3. stabil, dan aman.
4. Ukuran memadai untuk meletakkan
hasil karya seluruh peserta didik yang
ada di kelas.
1.7 Papan pajang 1. Satu buah/ruang
2. Kuat
3. stabil, dan aman.
4. Ukuran minimum 60 cm x 120 cm.
2. Peralatan pendidikan (Alat Pelajaran)
2.1 Papan tulis 1. Satu buah/ruang
2. Kuat, stabil, dan aman
3. Ukuran minimum 90 cm x 200 cm
4. Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta didik
melihatnya dengan jelas
2.2 Buku 1. satu eksemplar/mata pelajaran/peserta
didik
2. Termasuk dalam daftar buku teks
pelajaran yang ditetapkan oleh
Mendiknas
3. Isi buku menunjang pencapaian tujuan
pembelajaram
4. Ilustrasi, peta,gambar,foto tepat jelas,
menarik dan memadai.
3. Media pendidikan (alat peraga dan media pembelajaran)
3.1 Gambar
pahlawan
1. Jumlah gambar tokoh pahlawan
memadai sesuai dengan materi
2. Ukuran gambar jelas jika dilihat dari
berbagai sudut
3. Kondisi dan warna gambar baik
4. Kertas gambar tidak mudah robek
3.2 Proyektor 1. Satu buah/sekolah
2. Berfungsi dengan baik
3. Proyeksi jelas
4. Aman digunakan
4. Perlengkapan lain
141
4.1 Perlengkapan 1. Tempat sampah, satu buah/ruang
2. Tempat cuci tangan, satu buah/ruang
3. Jam dinding ,satu buah/ruang
4. Kotak kontak, satu buah/ruang
Jumlah skor total
(Permendiknas No.24 Tahun 2007)
Presentase : ...................................
Kriteria : ..................................
Mengetahui,
Kepala Sekolah
..........................................................
Semarang,................................2016
Observer
...........................................................
142
LAMPIRAN 7 Lembar Checklist Observasi Pemanfaatan Sarana Prasarana Oleh Guru
Dalam Pembelajaran IPS
Nama Sekolah : ......................................
Nama Guru :.......................................
Kelas/ semester : V/ II
Hari/ tanggal : ......................................
Petunjuk pengisian :
a. berikan tanda centang ( ) pada indikator pengamatan yang nampak
b. Ketentuan skor
Skor 0 = jika tidak ada pengamatan yang nampak
Skor 1 = jika ada satu indikator pengamatan nampak
Skor 2 = jika ada dua indikator pengamatan nampak
Skor 3 = jika ada tiga indikator pengamatan nampak
c. Hitunglah skor yang diperoleh kemudian cari presentasenya!
No
Aspek
Indikator Pengamatan
Check
list
( )
Skor
Catatan
1. Efektifitas Pemanfaatan Sarana Pendidikan
a. Menggunakan alat pelajaran
b. Menggunakan alat peraga IPS
c. Menggunakan media
pembelajaran IPS
Pemanfaatan Prasarana Pendidikan
a. Menggunakan ruang kelas
b. Menggunakan perpustakaan
c. Menggunakan lingkungan
sekitar
143
Pemanfaatan Sarana Ruang Kelas
(perabot)
a. Mengatur posisi tempat duduk
(meja dan kursi siswa)
b. Mengatur penerangan (lampu
dan jendela)
c. Meletakkan hasil karya peserta
didik ditempat yang disediakan
(rak dan papan pajang)
2. Efisiensi Pemanfaatan sarana prasarana
a. Penyusunan jadwal penggunaan
sarana prasarana pendidikan
b. Waktu atau jadwal penggunaan
sarana prasarana pendidikan di
ajukan di awal tahun ajaran pada
petugas terkait.
c. Mengikuti prosedur pemakaian
sarana pendidikan (alat
pelajaran/ alat peraga/ media
pembelajaran/ lingkungan)
Jumlah skor total (Depdiknas,2008:2), (Barnawi dan M.Arifin, 2014:77), (Endang H dan Sukarti N, 2001:123)
Presentase : ...................................
Kriteria : ..................................
Mengetahui,
Kepala Sekolah
..........................................................
Semarang,................................2016
Observer
...........................................................
144
LAMPIRAN 8
INSTRUMEN WAWANCARA DENGAN GURU
Nama Sekolah :
Nama Guru :
Kelas/ semester : V/ II
Hari/ tanggal :
Daftar Pertanyaan :
1. Apa yang bapak/ibu persiapkan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan
pembelajaran IPS?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
2. Dimana saja proses pembelajaran IPS dilakukan?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
3. Apakah anak-anak pernah di ajak karya wisata atau belajar di lingkunagn
sekitar sekolah berkaitan dengan pembelajaran ips?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
4. Bagaimana antusias siswa dalam pembelajaran IPS?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
5. Sudah lengkapkah sarana belajar ips yang disediakan sekolah dalam proses
pembelajaran?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
6. Apakah tiap tahun ada penambahan sarana belajar?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
7. Apakah bapak/ibu sering memanfaatkan sarana belajar yang disediakan
dalam proses pembelajaran di sekolah?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
145
8. Alat pelajaran (alat tulis dan buku paket) apa semuanya sudah dimanfaatkan
dengan maksimal?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
9. Apakah penggunaan alat peraga dan media pembelajaran sudah maksimal?
Bila alat dan media tersebut tidak ada, apa penggantinya?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
10. Apakah bapak/ibu membuat dan mengajukan jadwal penggunaan sarana
pendidikan diawal tahun kepada petugas terkait?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
11. Apakah bapak/ibu mewajibkan siswa untuk membeli buku pelajaran IPS?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
12. Apa kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
13. Hambatan apa yang dirasakan berkaitan dengan pemanfaatan sarana
prasarana dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
14. Usaha-usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meminimalisir hambatan
tersebut?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
146
LAMPIRAN 9 INSTRUMEN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH
Nama Sekolah :
Nama Kepala Sekolah :
Hari/ tanggal :
Daftar Pertanyaan :
1. Sejauh yang bapak/ibu ketahui dimana saja proses pembelajaran IPS
dilakukan oleh guru kelas V?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
2. Apakah anak-anak pernah di ajak karya wisata atau belajar di lingkungan
sekitar sekolah oleh guru berkaitan dengan pembelajaran IPS di kelas V?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
3. Sudah lengkapkah sarana belajar IPS yang disediakan sekolah?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
4. Apakah tiap tahun ada penambahan sarana belajar?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
5. Apakah bapak/ibu guru kelas V sering memanfaatkan sarana belajar (alat
pelajaran, alat peraga, media pembelajaran) yang disediakan dalam proses
pembelajaran IPS?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
6. Apakah bapak/ibu guru kelas V membuat dan mengajukan jadwal
penggunaan sarana pendidikan diawal tahun kepada petugas khusus yang
mengatur sarana prasarana?
Jawab:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
147
LAMPIRAN 10 CATATAN LAPANGAN
PEMANFAATAN SARANA PRASARANA OLEH GURU DALAM
PROSES PEMBELAJARAN IPS
Nama SD : ………………………
Kelas : V
Hari/tanggal : ………………………
Pukul : ………………………
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
Mengetahui,
Kepala Sekolah
..........................................................
Semarang,................................2016
Observer
...........................................................
148
LAMPIRAN 11 TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GURU
Nama Sekolah : SDN Plalangan 01
Nama Guru : MW
Kelas/ semester : V/ II
Hari/ tanggal : 18 April 2016
Daftar Pertanyaan :
1. Apa yang bapak/ibu persiapkan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan
pembelajaran IPS?
Jawab:
Ya tertutama ya materi, media, RPP juga
2. Dimana saja proses pembelajaran IPS dilakukan?
Jawab:
Selama ini masih dikelas saja belum pernah di luar kelas
3. Apakah anak-anak pernah di ajak karya wisata atau belajar di lingkunagn
sekitar sekolah berkaitan dengan pembelajaran ips?
Jawab:
Belum, dikelas lima ini belum. Paling saya kaitkan saja, peninggalan sejarah
dikotanya sendiri. Misalnya di lawang sewu, sampokong, museum
ronggowarsito. Karena anak sebagian besar juga sudah pernah kesana sih,
jadi bisa saya kaitkan.
Kalau untuk belajar di lingkungan sekolah juga belum pernah, dikelas saja.
4. Bagaimana antusias siswa dalam pembelajaran IPS?
Jawab:
Pertama waktu semester satu itu karena materi ips di kelas 5 itu sejarah ya,
seperti peninggalan-peninggalan sejarah, prasasti dsb. Itukan siswa harus
mengingat dan siswa kurang banyak membaca jadi pas sesemester satu itu
nilainya rendah dan anak itu terlihat malas-malasan, tapi untuk semester dua
inianak sudah mendingan, anak sudah agak bersemangat
5. Sudah lengkapkah sarana belajar ips yang disediakan sekolah dalam proses
pembelajaran?
149
Jawab:
Ya kalau media sih biasanya ya saya membuat sendiri bersama anak-anak
contohnya seperti kemaren itu saya meminta anak-anak membuat gambar
tokoh-tokoh pada jaman belanda juga jepang supaya anak-anak mudah
mengingat tokoh apa,dalam peristiwa apa. Kalau untuk peta, globe ada tapi
saya sesuaikan, kalau memang dibutuhkan ya saya gunakan, kebetulan ini
kan materinya tentang pertempuran-pertempuran, perjuangan para tokoh,
maka saya menggunakan lcd untuk menayangkan film atau video sehingga
anak-anak tidak hanya membayangkan saja, dan juga membuat gambar-
gambar tokoh itu tadi.
6. Apakah tiap tahun ada penambahan sarana belajar?
Jawab:
Oh iya, setiap tahun ada. Contohnya untuk tahun ini ada penambahan peta
negara dan wilayah yg belum ada.
7. Apakah bapak/ibu sering memanfaatkan sarana belajar yang disediakan
dalam proses pembelajaran di sekolah?
Jawab:
Sudah sering mbak, ya itu tadi. Kalau memang perlu dalam pembelajaran ya
saya gunakan.
8. Alat pelajaran (alat tulis dan buku paket) apa semuanya sudah dimanfaatkan
dengan maksimal?
Jawab:
Kalau untuk alat tulis spidol dan papan tulis saya menggunakan, tapi tidak
selalu setiap saat saya gunakan. Kalau buku paket saya gunakan terus
bersama anak-anak.
9. Apakah penggunaan alat peraga dan media pembelajaran sudah maksimal?
Bila alat dan media tersebut tidak ada, apa penggantinya?
Jawab:
Sudah, ya kalau itu dibutuhkan saya gunakan. Kalau tidak ada medianya ya
itu paling saya cari di internet.
150
10. Apakah bapak/ibu membuat dan mengajukan jadwal penggunaan sarana
pendidikan diawal tahun kepada petugas terkait?
Jawab:
Tidak mbak, kebetulan disini tidak ada petugas khususnya. Ya kalau butuh,
sebelum pembelajaran ya saya cari dulu, kalau nggak di perpustakaan ya di
kelas-kelas.
11. Apakah bapak/ibu mewajibkan siswa untuk membeli buku pelajaran IPS?
Jawab:
Tidak, dari sekolah tidak mewajibkan karena tidak diperbolehkan ya. Buku
paket ini disediakan dari sekolahan, jadi anak-anak meminjam di
perpustakaan dan dibawa, satu anak satu buku. Tapi kalau seperti lks, anak-
anak inisiatif membeli sendiri.
12. Apa kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
Kekurangannya ya itu ips sejarah-sejarah itu kan abstrak, jadi kalau anak
tidak membaca itu susah.
13. Hambatan apa yang dirasakan berkaitan dengan pemanfaatan sarana
prasarana dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
Anak sulit belajar ips, kalau tidak membaca ya susah. Ya hambatanan paling
anak-anak malas membaca itu. Tapi kalau berkaitan sarana prasarana sudah
baik menurut saya, belum ada hambatan yang begitu berarti karena sudah
ada lcd juga, internet speedy itu juga ada. Cuma sekarang ini sedang trouble.
14. Usaha-usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meminimalisir hambatan
tersebut?
Jawab:
Untuk meminimalisir saya sering memotivasi anak untuk rajin membaca,
kalau tidak ya saya kasih tugas untuk mencarinya di internet, contohnya
peninggalan sejarah saya suruh mencari gambar sejarah peninggalan budha
dan hindu, terus saya surug dibuat kliping.
151
Nama Sekolah : SDN Plalangan 02
Nama Guru : S
Kelas/ semester : V/ II
Hari/ tanggal : 11 April 2016
Daftar Pertanyaan :
1. Apa yang bapak/ibu persiapkan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan
pembelajaran IPS?
Jawab:
Ya yang pertama menyiapkan semua peralatannya, semua persiapan seperti
membuat ringkasan materi yang akan disampaikan, indikatornya apa, trus
alat peraganya apa, seperti itu yang saya siapkan ya seperti mengajar
pelajaran-pelajaran lain.
2. Dimana saja proses pembelajaran IPS dilakukan?
Jawab:
Tergantung materi pembelajarannya mbak, kalau materinya membutuhkan
harus keluar kelas ya kami ajak keluar kelas, kalau pas kok materinya harus
keperpustakaan atau perlu pemanfaatan perpustakaan yo keperpustakaan,
kalau pas anu ya cukup dikelas. Jadi bisa simple atau bisa apa ya.. relevan
sesuai dengan kebutuhan
3. Apakah anak-anak pernah di ajak karya wisata atau belajar di lingkunagn
sekitar sekolah berkaitan dengan pembelajaran ips?
Jawab:
Untuk karyawisata yang jauh-jauh nggak mbak, memanfaatkan lingkungan
yang ada, paling kalau wisata hanya sampai kekota semarang itu aja setahun
sekali bersama dengan kelas enam, hanya seperti itu karna ya terbatas waktu
dan biaya tadi hehe. Ya seadanya aja gitu
4. Bagaimana antusias siswa dalam pembelajaran IPS?
Jawab:
Ya alhamdulillah, karena namanya siswa ya mbak, siswa itu kadang ada
yang suka, ya semangat, trus terutama kalau pembelajaran di luar kelas itu
lebih antusias atau lebih seneng gitu, tapi kalau hanya dikelas kan hanya
152
sejarah-sejarah gitu kan kadang-kadang materi kelas lima terutama kan
sejarah la itu kan kadang ya jenuh juga ya makanya kadang di ajak keluar
kelas, kebetulan kan pas menjelaskan materi ips tentang sejarah
mempertahankan apa.. itukan pernah ada ya pernah gitu.. apa namanya
ini...belanda apa orang ini pernah datang kesini untuk napak tilas istilahnya
itu bisa konsep itu bisa saya sampaikan pada anak. sidorejo perkebunan
karet itu salah satu tempat dulu sebagai tempat apa ya.. tentang perjuangan
lah, rakyat indonesia itu pernah sembunyi disitu dan sebagainya bisa saya
masukkan kesitu, paling tidak tau.., ooo lokasinya seperti ini dulu seperti
ini, seperti itu.
5. Sudah lengkapkah sarana belajar ips yang disediakan sekolah dalam proses
pembelajaran?
Jawab:
Belum, yak masih terbatas ya belum begitu lengkap untuk kelas lima loya
kalau untuk di kelas enam sudah, tai lkalu di kelas limanya belum.
Ya masih kurang lengkap itu peta-peta sejarah itu mbak, itu kan masih
kurang, Tapi ya belum lengkap semua sih. Masih terbatas juga. Kalau kelas
lima semester 2 peta-peta itu masih kurang butuh ya, yang dibutuhkan ya
tempat- tempat sejarah. Kalau untuk pembelajaran yang berkaitan dengan
penggunaan teknologi, seperti proyektor jarang, jarang sekali itu dan bener-
bener kurang. Disini juga belum ada hotspot, Paling ya pakai hp itu, paling
kalu kekurangan materi atau apa ya dari hp lalu internetan nanti saya copy
gitu aja, itu salah satu cara saya yang saya pakai untuk mengatasi itu. Pakai
hp pribadi.
6. Apakah tiap tahun ada penambahan sarana belajar?
Jawab:
Ada, misalnya tahun ini tambah peta australia, ini secra keseluruhan loya,
bukan hanya kelas 5, meskipun belum signifikan si mbak, ada kemaren
globenya baru satu terus rusak, sekarang udah punya lagi udah beli lagi, itu
artinya sudah ada penambahan to meskipun sedikit loya.
153
7. Apakah bapak/ibu sering memanfaatkan sarana belajar yang disediakan
dalam proses pembelajaran di sekolah?
Jawab:
Sudah mbak saya sudah memanfaatkan semua mbak, sudah lumayan sering,
paling ya untuk lcd itu saya belum mbak.
8. Alat pelajaran (alat tulis dan buku paket) apa semuanya sudah dimanfaatkan
dengan maksimal?
Jawab:
Tentu saja sudah maksimal mbak, justru karna yang ada itu, yang pokok kan
itu, jadi sudah maksimal. Jadi harus nulis di papan tulis begitu haha.
9. Apakah penggunaan alat peraga dan media pembelajaran sudah maksimal?
Bila alat dan media tersebut tidak ada, apa penggantinya?
Jawab:
InsyaAllah selalu dipakai mbak, meskipun hanya saya gotong jujur aja
seperti itu, stidaknya kan anak tau ooo globe seperti itu..
Ya kalau memang, pas, cocok, saya mampu dan saya bisa ya berusaha
menyediakan walau itu sederhana, unutk mengurangi keabstrakan materi
tadi walaupun hanya sesuai kemampuan guru, kalau pas nggak sibuk.
10. Apakah bapak/ibu membuat dan mengajukan jadwal penggunaan sarana
pendidikan diawal tahun kepada petugas terkait?
Jawab:
Tidak mbak, kalau mau menggunakan ya tinggal ambil sendiri itu.tidak
pernah membuat jadwal. Disini tidak ada petugas khusus yang serahi
tanggung jawab untuk mengatur itu.
11. Apakah bapak/ibu mewajibkan siswa untuk membeli buku pelajaran IPS?
Jawab:
Hanya saran saja sih, tapikan disini kan apaya istilahnya, kita kan nggak
boleh memungut biaya pada siswa, jadi apa yang ada di sekolah itu buku
paket itu.
12. Apa kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
154
Kalau kekurangannya banyak sekali, karna abstrak tadi. Misal saja sejarah
masa lampau, kan anak anka belum pernah mengalami, jangankan anak-
anak gurunya saja belum pernah mengalami, nah itu kan banyak sekali
kendalanya banyak sekali kekurangan nya. jadi hanya teori.
Kalau kelebihan nya apa ya mbak haha banyak kurangnya haha
13. Hambatan apa yang dirasakan berkaitan dengan pemanfaatan sarana
prasarana dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
Ya hambatannya, kendalanya jelas masalah biaya itu, karna kalau mau
mebuat media ini ini itu kan butuh biaya sementara dana bos kan juga
terbatas ya waktunya juga, kalau semisal untuk karya wisata apalagi,itu
butuh biaya besar dan waktunya kan harus khusus, itu lain lagi.
Untuk lcd apakah tersedia di sekolah ini bu?
ada, tapi tidak pernah digunakan haha karna kekurang mampuan dalam
mengoperasikan itu lo mbak, jujur saja seperti itu. Males ribetnya haha.
Kalau untuk penggunaan laptop?
insyaAllah masih bisa, tapi kalu untuk LCD itu yang nggak berani takut
salah haha iya itu takut mencoba.
Tapi apakah pernah ibu menggunakan sekali atau dua kali?
Pernah sekali, tapi ya itu tadi terus takut salah takut ribet.
Lalu ketika penggunaan itu apakah murid merasa senang?
Senang, sebetulnya mereka merasa senang, terlihat jelas disitu. Mereka
semngat, tapi ya itu karna saya guru tua jadi males ribet.
Ada berapa lcd disini?
Ada 2, yang satu baru. Jadi masih digunakan satu.
14. Usaha-usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meminimalisir hambatan
tersebut?
Jawab:
Ya berusaha membuat media yang tidak ada semampunya, anak-anak diajak
kelingkungan terdekat yang sesuai tadi.
155
Nama Sekolah : SDN Plalangan 03
Nama Guru : AQW
Kelas/ semester : V/ II
Hari/ tanggal : Selasa, 19 April 2016
Daftar Pertanyaan :
1. Apa yang bapak/ibu persiapkan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan
pembelajaran IPS?
Jawab:
Kalau berkaitan dengan sarana prasarana itu ya letak tempat duduk,
penerangan seperti lampu ada, membuka jendela juga, tapi yang bisa di
buka itu cuma satu sebelah pintu itu, yang lain nggak bisa dibuka, jadi kalu
dibuka nggak bisa ditutup makanya nggak pernah dibuka. Selain itu
menyiapkan materi yang sesuai dengan KD nya.
2. Dimana saja proses pembelajaran IPS dilakukan?
Jawab:
Hanya dikelas, karena kalau mau keluar jumlah siswanya juga terbatas.
3. Apakah anak-anak pernah di ajak karya wisata atau belajar di lingkungan
sekitar sekolah berkaitan dengan pembelajaran ips?
Jawab:
Tidak pernah itu, paling hanya dikelas tapi juga pernah di perpustakaan.
Sebenarnya pengen bisa mengajak anak-anak karya wisata, tapi adanya
kendala biaya yang tidak memungkinkan.
4. Bagaimana antusias siswa dalam pembelajaran IPS?
Jawab:
Siswa itu antusias sekali mereka suka, hanya saja kalau dilihat evaluasinya
kurang ya.
5. Sudah lengkapkah sarana belajar ips yang disediakan sekolah dalam proses
pembelajaran?
Jawab:
Sudah lumayan kalau untuk ips, lcd ada peta ada globe ada, walau lcd masih
terbatas jumlahnya.
156
6. Apakah tiap tahun ada penambahan sarana belajar?
Jawab:
Tidak mesti, tahun ini belum ada tambahan, tapi kalau tahun kemarin ada
penambahan globe dan peta.
7. Apakah bapak/ibu sering memanfaatkan sarana belajar yang disediakan
dalam proses pembelajaran di sekolah?
Jawab:
Sudah dimanfaatkan, tapi yang belum ya seperti lcd itu karna terhambat
mau download materinya itu tidak bisa.
8. Alat pelajaran (alat tulis dan buku paket) apa semuanya sudah dimanfaatkan
dengan maksimal?
Jawab:
Sudah maksimal, untuk papan tulis dan alat tulisnya sudah saya gunakan
selalu begitu juga buku paketnya.
9. Apakah penggunaan alat peraga dan media pembelajaran sudah maksimal?
Bila alat dan media tersebut tidak ada, apa penggantinya?
Jawab:
Sudah lumayan. Itu mbak, gambar-gambar tokoh itu ada, tapi tidak lengkap.
Jadi sebagai penggantinya nanti saya mecari gambar tokoh atau dengan
memberi tugas anak-anak untuk mencari di internet, nanti di print.
10. Apakah bapak/ibu membuat dan mengajukan jadwal penggunaan sarana
pendidikan diawal tahun kepada petugas terkait?
Jawab:
Tidak itu, kebetulan peta ada di dalam kelas jadi tinggal pakai, globe ada di
ruang guru kalau butuh ya diambil. Tidak berebut juga sama yang lain.
Sisini juga tidak ada petugas khususnya.
11. Apakah bapak/ibu mewajibkan siswa untuk membeli buku pelajaran IPS?
Jawab:
Kalau disekolahan tidak ada wajib beli buku, jadi sekolahan ada buku
dipinjamkan, boleh dibawa pulang nanti akhir tahun dikembalikan. Jumlah
buku juga sudah sesuai dengan jumlah siswa jadi pas.
157
12. Apa kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
Kelebihannya siswa itu senang, tapi medianya itu yang masih kurang.
13. Hambatan apa yang dirasakan berkaitan dengan pemanfaatan sarana
prasarana dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
Kalau untuk mengajar menggunakn peta, globe, gambar tokoh itu sudah
lancar dan bisa di atasi. Hambatan yang ada itu berkaitan dengan teknologi,
sebenarnya untuk pengoperasian laptop dan lcd saya bisa, tapi saya susah
mencari materi karena modem saya itu kadang-kadang nggak tau kenapa
rusak apa bagaimana, jadi tidak bisa digunakan. Kebetulan disini tidak ada
hotspot, sebenarnya dulu pernah ada karena waktu pemasangan pertama itu
masih gratis tapi untuk selanjutnya sudah mulai bayar dan biayanya yang
cukup besar sekolah tidak kuat membayar jadinya diputus.
14. Usaha-usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meminimalisir hambatan
tersebut?
Jawab:
Belum, belum ada usaha. Haha. Saya akui belum ada. Cuma ada angan-
angan ya tapi itu belum sempat-sempat, barangkali kalau nanti sempat mau
di tanyakan ke orang yang paham lah, dulu itu modem bisa dicolokin ke
laptop tapi kenapa sekarang nggak bisa. Mau tanya guru lain ya sama-sama
nggak mudengnya.
Nama Sekolah : SDN Plalangan 04
Nama Guru : SS
Kelas/ semester : V/ II
Hari/ tanggal : Senin, 18 April 2016
Daftar Pertanyaan :
1. Apa yang bapak/ibu persiapkan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan
pembelajaran IPS?
Jawab:
158
Membuat RPP, memperiapkan media pembelajarannya.
2. Dimana saja proses pembelajaran IPS dilakukan?
Jawab:
Di dalam kelas dan luar kelas. Tergantung, anak-anak harus diajak keluar ya
harus keluar, umpama tempat yang umum kita harus keluar, kalau harus di
dalam kelas ya didalam kelas.
3. Apakah anak-anak pernah di ajak karya wisata atau belajar di lingkunagn
sekitar sekolah berkaitan dengan pembelajaran ips?
Jawab:
Kebetulan disini memang sudah ada programnya, setiap tahun ada.
Misalnya kemuseum. Kadang ya keperpustakaan, tapi itu anak saya suruh
ke perpustakaan untuk pinjam buku nanti kembali ke kelas lagi. Kalau
belajar IPS dilingkungan sekolah seperti dihalaman sekolah itu tidak pernah.
4. Bagaimana antusias siswa dalam pembelajaran IPS?
Jawab:
Senang, dan antusias. Kalau saya metodenya seperti ini mbak, umpama
anak-anak tes lisan saya suruh menghafalkan dulu kemudian saya beri 20
soal tapi yang saya keluarkan hanya 10 soal. Jadi, anak-anak seneng
menghafalkan. Semester satu itu kan sejarah jadi anak-anak menghafalkan
yang ada dalam buku itu.
5. Sudah lengkapkah sarana belajar ips yang disediakan sekolah dalam proses
pembelajaran?
Jawab:
Insyaallah sudah, sudah ada peta, globe, gambar candi, candi sejarah itu to.
Kemudian pahlawan-pahlawan juga ada. Insyaallah kalau IPS ada semua.
Proyektor disini ada.
6. Apakah tiap tahun ada penambahan sarana belajar?
Jawab:
Ada, kan setiap tahun itu ada rapat evaluasi akhir tahun. Sarana prasarana
apa yang masih perlu ditambah yang masih kurang apa, nah usulan-usulan
159
itu nanti diusakan oleh kepala sekolah. Tapi tidak semua bisa terealisasi,
mana yang paling panting itulah yang di utamakan.
7. Apakah bapak/ibu sering memanfaatkan sarana belajar yang disediakan
dalam proses pembelajaran di sekolah?
Jawab:
Ya harus, tapi kalau yang berhubungan dengan teknologi itu jarang.
8. Alat pelajaran (alat tulis dan buku paket) apa semuanya sudah dimanfaatkan
dengan maksimal?
Jawab:
Sudah. Papan tulis, spidol dan buku paket selalu digunakan.
9. Apakah penggunaan alat peraga dan media pembelajaran sudah maksimal?
Bila alat dan media tersebut tidak ada, apa penggantinya?
Jawab:
Sudah, kalu butuh alat peraga atau media ya harus dicari dan dipersiapkan
terlebih dahulu. Kalau tidak ada, ya melibatkan anak-anak. misal gambar
tokoh-tokoh itu ada yang kurang, nah itu anak-anak saya suruh cari di
internet, diprint nanti dilaminating. Nanti anak-anak bisa menyebutkan
pahlawan itu dari mana dan saya suruh menceritakan. Jadi anak-anak itu
secara tidak langsung belajar dan juga menciptakan media.
10. Apakah bapak/ibu membuat dan mengajukan jadwal penggunaan sarana
pendidikan diawal tahun kepada petugas terkait?
Jawab:
Tidak, disini kalau mau menggunakan ya dicari saja, biasanya dikelas-kelas
karena dipakainya bergiliran. Dan disini tidak ada petugas khusus untuk
untuk menjaga alat peraga atau media tersebut.
11. Apakah bapak/ibu mewajibkan siswa untuk membeli buku pelajaran IPS?
Jawab:
Tidak, disini buku paket sudah tersedia, satu siswa satu buku dan dibawa
pulang. Untuk belajar dirumah, nanti setelah satu tahun bukunya baru
dikembalikan.
12. Apa kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran IPS?
160
Jawab:
Kelebihannya anak-anak senang dengan pelajaran IPS, tapi ya kurangnya
ada siswa yang memang kurang antusias itu ada beberapa.
13. Hambatan apa yang dirasakan berkaitan dengan pemanfaatan sarana
prasarana dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
Hambatannya itu kadang-kadang begini, alat peraga itu kadang-kadang
dipinjam kelas lain jadi saya harus mencari dulu. Karena disini juga tidak
ada tempat khusus untuk penempatan alat peraga itu. Hambatan di bidang
teknologi itu, saya kesulitan dalam penggunaan komputer/laptop dan
proyektor itu, kurang mahir. Kalau saya kadang itu takut pakainya.
14. Usaha-usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meminimalisir hambatan
tersebut?
Jawab:
Misalnya, saya besok pagi saya materinya butuh alat peraga atau media ini
itu, maka hari ini saya cari apa saja yang saya butuhkan besok. Saya
persiapkan supaya keesokan harinya tidak kalang kabut.
Nama Sekolah : SDN Sumurrejo 01
Nama Guru : R
Kelas/ semester : V/ II
Hari/ tanggal : Senin, 9 Mei 2016
Daftar Pertanyaan :
1. Apa yang bapak/ibu persiapkan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan
pembelajaran IPS?
Jawab:
Persiapaan RPP, menyiapkan media juga. Kemudian untuk meja kursi anak
itukan sudah tertata sebelumnya, hanya saja perubahan posisi tempat duduk
bisa sewaktu-waktu berubah karena menyesuaikan kebutuhan misal diskusi
berkelompok.
2. Dimana saja proses pembelajaran IPS dilakukan?
161
Jawab:
Tergantung materinya, tapi selama semester 1 dan 2 ini dikelas saja.
3. Apakah anak-anak pernah di ajak karya wisata atau belajar di lingkunagn
sekitar sekolah berkaitan dengan pembelajaran ips?
Jawab:
Tidak, untuk kegiatan seperti itu lingkungan kurang mendukung. Kalau
karyawisata itu juga paling kalau ada itu dari dana bos, dulu ke
ronggowarsito itu pernah anak kelas 4 dan kelas 5. Karena anak kan tidak
boleh dipungut biaya. Memang seharusnya paling tidak satu semesterlah,
anak-anak itu diajak karyawisata, tapi karena terbentur biaya dan waktu.
4. Bagaimana antusias siswa dalam pembelajaran IPS?
Jawab:
Ya lumayan. Mereka cukup senang.
5. Sudah lengkapkah sarana belajar ips yang disediakan sekolah dalam proses
pembelajaran?
Jawab:
Kalau peta, globe sudah ada. Tapi yang kurang itu candi, yang ada hanya
gambar-gambar harusnya kan ada yang tiga dimensi, jadi anak bisa meraba,
melihat. Kalau Cuma gambar kan di buku juga ada. yang materi
peninggalan-peninggalan sejarah itu belum ada media yang nyata, hanya
sebatas gambar-gambar saja. Sedangkan LCD saya juga terkadang
menggunakan itu, walau pengoperasiannya sedikit kesulitan.
6. Apakah tiap tahun ada penambahan sarana belajar?
Jawab:
Melihat situasi, misal tahun ajaran baru yang dibutuhkan dari mapel
matematika apa, mapel lain apa. Jadi diprioritaskan mana yang penting.
7. Apakah bapak/ibu sering memanfaatkan sarana belajar yang disediakan
dalam proses pembelajaran di sekolah?
Jawab:
Sudah, paling yang jarang ya seperti LCD.
162
8. Alat pelajaran (alat tulis dan buku paket) apa semuanya sudah dimanfaatkan
dengan maksimal?
Jawab:
Sudah, sudah saya maksimalkan.
9. Apakah penggunaan alat peraga dan media pembelajaran sudah maksimal?
Bila alat dan media tersebut tidak ada, apa penggantinya?
Jawab:
Sudah lumayan. Kalau penggantinya itu belum, paling ya ambil di internet.
Kadang ya membuat peta bersama siswa. Saya tugasi untuk membuat peta,
diacak wilayahnya.
10. Apakah bapak/ibu membuat dan mengajukan jadwal penggunaan sarana
pendidikan diawal tahun kepada petugas terkait?
Jawab:
Tidak. Di sini tidak ada petugas khususnya. Kebetulan ada buku peminjam,
jadi kalau mau memakai media ditulis saja apa yang dipakai, tanggal berapa
media tersebut dipinjam, dan siapa peminjamnya ditulis. Untuk penempatan
media disini itu ya tidak ada tempat khusus, biasanya ada di perpustakaan,
ada di kelas-kelas atau ruang guru.
11. Apakah bapak/ibu mewajibkan siswa untuk membeli buku pelajaran IPS?
Jawab:
Tidak. Buku paket sudah dipinjami dari sekolah, tapi kalu misal ada anak
yang pengen cari diluar ya silahkan. Seperti LKS itu tidak semua siswa
punya.
12. Apa kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
Kalau pemebalajaran IPS itu anak senang, tapi kalau ada medianya anak
tambah senang.
13. Hambatan apa yang dirasakan berkaitan dengan pemanfaatan sarana
prasarana dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
163
Hambatan biaya, jadi kalau mau karya wisata itu susah. Kemudian
hambatan ukuran ruang kelas yang yang kecil untuk jumlah siswa yang
banyak seperti kelas 5. Jadi kurang leluasa saja dan tidak memenuhi standar.
14. Usaha-usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meminimalisir hambatan
tersebut?
Jawab:
Saya mempersiapkanmedia apa saja yang dibutuhkan sebelum
pembelajaran, kalau tidak ada saya bisa cari gambar-gambar itu tadi di
internet.
Nama Sekolah : SDN Sumurrejo 02
Nama Guru : N
Kelas/ semester : V/ II
Hari/ tanggal : Senin, 9 Mei 2016
Daftar Pertanyaan :
1. Apa yang bapak/ibu persiapkan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan
pembelajaran IPS?
Jawab:
Menyiapkan prota, promes, RPP, LK, soal, dan media. Penataan tempat
duduk, pencahayaan juga penting, karena nanti juga akan menunjang
jalannya proses pembelajaran dan pemeblajaran dapat diterima.
2. Dimana saja proses pembelajaran IPS dilakukan?
Jawab:
Di kelas, pernah sih sesekali dilingkungan tapi malah nanti semrawut mbak.
Jadi lebih banyak dikelas.
3. Apakah anak-anak pernah di ajak karya wisata atau belajar di lingkungan
sekitar sekolah berkaitan dengan pembelajaran ips?
Jawab:
Sudah pernah, tapi itu karya wisata yang memang setahun sekali. Tapi kalau
lingkungan sekolah jarang sekali.
4. Bagaimana antusias siswa dalam pembelajaran IPS?
164
Jawab:
Tergantung media dan gurunya bagaimana, yang penting itu menguasai
materi. Kalau guru menguasai materi anak-anak itu antusias. Mereka juga
senang ketika dibuat diskusi kelopok. Tapi sayang, yang aktif yang pintar-
pintar saja.
5. Sudah lengkapkah sarana belajar ips yang disediakan sekolah dalam proses
pembelajaran?
Jawab:
Belum, banyak gambar-gambar yang kurang. Kalau peta, globe sih sudah
lengkap, dan kalau LCD itu disini ada 3.
6. Apakah tiap tahun ada penambahan sarana belajar?
Jawab:
Ada, peta itu sering ada penambahan. Tapi tidak semua sarana ada
penambahan, hanya beberapa saja.
7. Apakah bapak/ibu sering memanfaatkan sarana belajar yang disediakan
dalam proses pembelajaran di sekolah?
Jawab:
8. Alat pelajaran (alat tulis dan buku paket) apa semuanya sudah dimanfaatkan
dengan maksimal?
Jawab:
Sudah, spidol, papan tulis selalu digunakan dan buku paket juga digunakan.
9. Apakah penggunaan alat peraga dan media pembelajaran sudah maksimal?
Bila alat dan media tersebut tidak ada, apa penggantinya?
Jawab:
Sudah, tapi kalau yang berhubungan dengan teknologi saya kurang mahir.
10. Apakah bapak/ibu membuat dan mengajukan jadwal penggunaan sarana
pendidikan diawal tahun kepada petugas terkait?
Jawab:
Tidak, disini tidak ada petugas khusunya juga.
11. Apakah bapak/ibu mewajibkan siswa untuk membeli buku pelajaran IPS?
Jawab:
165
Tidak, tapi karena jumlahnya yang terbatas sebagian siswa fotocopy buku
paket.
12. Apa kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
Kalau berkaitan dengan sarana prasarana kadang itu mbak tinta spidol habis
namun isi ulangnya juga habis, penyediaanya itu telat. Pernah penggaris itu
sudah rusak, tapi penggantian penggaris yang baru itu lama.
13. Hambatan apa yang dirasakan berkaitan dengan pemanfaatan sarana
prasarana dalam proses pembelajaran IPS?
Jawab:
Saya kurang menguasai penggunaan proyektor dan juga kesulitan mencari
bahan yang akan di tampilkan atau membuat power point itu saya juga tidak
bisa.
14. Usaha-usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meminimalisir hambatan
tersebut?
Jawab:
Terus belajar mbak, kadang saya juga minta di ajari teman sesama guru
yang memang paham tentang teknologi. Tapi, karena memang sudah tua ya
tetap susah.
166
LAMPIRAN 12
RPP
167
168
169
170
Lampiran 13 SURAT-SURAT PENELITIAN
171
Surat Ijin Penelitian SDN Plalangan 01
172
Surat ijin penelitian SDN Plalangan 02
173
174
175
Surat ijin penelitian SDN Plalangan 03
176
177
Surat ijin penelitian SDN Plalangan 04
178
179
Surat ijin penelitian SDN Sumurrejo 01
180
181
Surat ijin penelitian SDN Sumurrejo 02
182
183
Surat Bukti Penelitian SDN Plalangan 01
184
185
Surat Bukti Penelitian SDN Plalangan 02
186
187
Surat Bukti Penelitian SDN Plalangan 03
188
189
Surat Bukti Penelitian SDN Plalangan 04
190
191
Surat Bukti Penelitian SDN Sumurrejo 01
192
193
Surat Bukti Penelitian SDN Sumurrejo 02
194
LAMPIRAN 14 DOKUMENTASI
SDN PLALANGAN 01
195
SDN PLALANGAN 02
196
SDN PLALANGAN 03
197
SDN PLALANGAN 04
198
SDN SUMURREJO 01
199
SDN SUMURREJO 02
200