pemanfaatan kompos tandan kosong kelapa …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17594/4/chapter...

10
TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditi yang mengalami perkembangan yang terpesat. Sejalan dengan perluasan areal, produksi juga meningkat dengan laju 9.4% per tahun. Pada awal tahun 2001 – 2004, luas areal kelapa sawit dan produksi masing-masing tumbuh dengan laju 3.97% dan 7.25% per tahun, sedangkan ekspor meningkat 13.05% per tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2005 dalam Isroi dkk., 2008). Tahun 2010 produksi Crude Palm Oil (CPO) diperkirakan akan meningkat antara 5% – 6%, sedangkan untuk periode 2010 – 2020, pertumbuhan produksi diperkirakan berkisar antara 2% – 4% (Susila, 2004 dalam Isroi dkk., 2008). Pertumbuhan produksi kelapa sawit yang semakin meningkat sejalan dengan jumlah limbah yang dihasilkan. Upaya untuk mengatasi hal tersebut, Pusat Penelitian Kelapa sawit (PPKS) melakukan teknologi pengomposan dengan memanfaatkan hasil limbah pabrik menjadi kompos yang memiliki nilai ekologi dan ekonomi yang tinggi. Bahan yang diperlukan untuk produksi kompos tersebut adalah Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS). Contoh gambaran, apabila sebuah pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton/jam akan menghasilkan LCPKS 360 m 3 /hari dan TKKS 138 m 3 /hari sehingga hasil perpaduan kedua limbah tersebut akan diolah menghasilkan kompos TKKS sebesar 70 ton/hari. Limbah sebanyak ini semuanya dapat diolah menjadi kompos hingga tidak menimbulkan masalah pencemaran, sekaligus mengurangi biaya pengolahan limbah yang cukup besar (PPKS, 2008). Universitas Sumatera Utara

Upload: dinhkhanh

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17594/4/Chapter II.pdf · kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditi yang mengalami

perkembangan yang terpesat. Sejalan dengan perluasan areal, produksi juga

meningkat dengan laju 9.4% per tahun. Pada awal tahun 2001 – 2004, luas areal

kelapa sawit dan produksi masing-masing tumbuh dengan laju 3.97% dan 7.25%

per tahun, sedangkan ekspor meningkat 13.05% per tahun (Direktorat Jenderal

Bina Produksi Perkebunan, 2005 dalam Isroi dkk., 2008). Tahun 2010 produksi

Crude Palm Oil (CPO) diperkirakan akan meningkat antara 5% – 6%, sedangkan

untuk periode 2010 – 2020, pertumbuhan produksi diperkirakan berkisar antara

2% – 4% (Susila, 2004 dalam Isroi dkk., 2008).

Pertumbuhan produksi kelapa sawit yang semakin meningkat sejalan

dengan jumlah limbah yang dihasilkan. Upaya untuk mengatasi hal tersebut, Pusat

Penelitian Kelapa sawit (PPKS) melakukan teknologi pengomposan dengan

memanfaatkan hasil limbah pabrik menjadi kompos yang memiliki nilai ekologi

dan ekonomi yang tinggi. Bahan yang diperlukan untuk produksi kompos tersebut

adalah Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan Limbah Cair Pabrik

Kelapa Sawit (LCPKS). Contoh gambaran, apabila sebuah pabrik kelapa sawit

dengan kapasitas 30 ton/jam akan menghasilkan LCPKS 360 m3/hari dan TKKS

138 m3/hari sehingga hasil perpaduan kedua limbah tersebut akan diolah

menghasilkan kompos TKKS sebesar 70 ton/hari. Limbah sebanyak ini semuanya

dapat diolah menjadi kompos hingga tidak menimbulkan masalah pencemaran,

sekaligus mengurangi biaya pengolahan limbah yang cukup besar (PPKS, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17594/4/Chapter II.pdf · kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih

Keunggulan kompos TKKS meliputi: kandungan kalium yang tinggi,

tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di

dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Selain itu

kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain:

(1) memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan; (2) membantu

kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman; (3)

bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman; (4)

merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah

dan (5) dapat diaplikasikan pada sembarang musim (Darnoko dan Ady, 2006).

Proses pengomposan tandan kosong kelapa sawit ini tidak menggunakan

bahan cair asam dan bahan kimia lain sehingga tidak terdapat pencemaran atau

polusi, selain itu proses pengomposannya pun tidak menghasilkan limbah. Proses

membuat kompos dimulai dengan pencacahan tandan kosong sawit terlebih

dahulu dengan mesin pencacah kemudian bahan yang telah dicacah ditumpuk

memanjang dengan ukuran lebar 2,5 m dan tinggi 1 m. Selama proses

pengomposan tumpukan tersebut disiram dengan limbah cair yang berasal dari

pabrik kelapa sawit. Tumpukan dibiarkan diatas semen dan dibiarkan di lantai

terbuka selama 6 minggu. Kompos dibolak-balik dengan mesin pembalik. Setelah

itu kompos siap untuk dimanfaatkan (PPKS, 2008).

Darmoko dan Sutarta (2006) menyatakan bahwa dalam kompos TKKS

terdapat beberapa kandungan nutrisi penting bagi tanaman. Kandungan nutrisi

dalam kompos TKKS dapat disajikan pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17594/4/Chapter II.pdf · kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih

Tabel 1. Kandungan Nutrisi dalam Kompos TKKS

Parameter Nilai (%) Air 45-50

Abu 12,60 N 2 – 3 C 35,10 P 0,2 – 0,4 K 4 – 6 Ca 1 – 2 Mg 0,8 – 1,0 C/N 15,03

Bahan Organik >50% Kompos TKKS dapat diaplikasikan untuk berbagai tanaman sebagai

pupuk organik, baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan pupuk kimia.

Penelitian aplikasi kompos TKKS pada tanaman cabe telah dilakukan di

Kabupaten Tanah Karo pada tahun 2002. Hasilnya menunjukkan bahwa aplikasi

kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih

baik dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk organik (kontrol) maupun

aplikasi pupuk kandang. Aplikasi 0,25 dan 0,50 kg kompos TKKS dapat

meningkatkan hasil cabe berturut-turut hingga 24% dan 45% dibanding perlakuan

kontrol, sedangkan aplikasi pupuk kandang hanya dapat meningkatkan hasil

sebesar 7% dibanding perlakuan kontrol (PPKS, 2008).

Penelitian aplikasi kompos TKKS ini selain tanaman cabe, juga dilakukan

penelitian menggunakan tanaman jeruk. Hasil pengamatan terhadap aplikasi

kompos TKKS pada produksi tanaman jeruk selama dua kali panen menunjukkan

bahwa aplikasi kompos berpengaruh terhadap peningkatan produksi jeruk.

Aplikasi kompos TKKS hingga 30 kg dapat meningkatkan produk jeruk sebesar

49% – 74% dibanding kontrol tanpa kompos. Pengamatan di lapangan

menunjukkan bahwa jeruk dengan aplikasi kompos mempunyai kulit buah yang

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17594/4/Chapter II.pdf · kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih

lebih mengkilap dibandingkan jeruk yang tidak diberi kompos. Hal ini diduga erat

kaitannya dengan cukupnya hara kalium yang diserap tanaman, yang berasal dari

kompos TKKS (PPKS, 2008)

Kompos TKKS juga dapat dimanfaat sebagai media tumbuh tanaman

hortikultura. Pada penelitian mengenai pemanfaatan kompos TKKS sebagai media

tanpa tanah dan pemupukan pada tanaman pot Spathiphyllum, kombinasi kompos

TKKS dan pupuk kandang digunakan sebagai petak utama dan frekuensi

pemupukan sebagai anak petak. Hasil penelitian menunjukkan babwa komposisi

media berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati kecuali untuk

pori terisi udara dan kadar N daun, sedang frekuensi pemupukan tidak

berpengaruh nyata terhadap semua paramater yang diamati kecuali terhadap tinggi

tanaman mulai umur dua bulan dan kadar K pada tanaman umur enam bulan.

Kombinasi 50% kompos TKKS dan 50% pupuk kandang adalah media yang baik

untuk tanaman Spathiphyllum (Wuryaningsih dan Goenadi, 1995).

Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)

Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) adalah salah satu tipe cendawan

pembentuk mikoriza yang akhir-akhir ini cukup populer mendapat perhatian dari

para peneliti lingkungan dan biologis. Cendawan ini diperkirakan pada masa

mendatang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi untuk membantu

pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman (Novriani dan

Madjid, 2009). Mikoriza dikenal dengan jamur tanah karena habitatnya berada di

dalam tanah dan berada di area perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut

sebagai jamur tanah juga biasa dikatakan sebagai jamur akar. Keistimewaan dari

jamur ini adalah kemampuannya dalam membantu tanaman untuk menyerap unsur

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17594/4/Chapter II.pdf · kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih

hara terutama unsur hara Phosphates (P) (Syib’li, 2008 dalam Novriani dan

Madjid, 2009).

Cendawan Mikoriza Arbuskular merupakan tipe asosiasi mikoriza yang

tersebar sangat luas dan ada pada sebagian besar ekosistem yang menghubungkan

antara tanaman dengan rizosfer. Simbiosis terjadi dalam akar tanaman dimana

cendawan mengkolonisasi apoplast dan sel korteks untuk memperoleh karbon dari

hasil fotosintesis dari tanaman (Delvian, 2006). Marin (2006) dalam Novriani dan

Madjid (2009), mengemukakan bahwa lebih dari 80% tanaman dapat bersimbiosis

dengan CMA serta terdapat pada sebagian besar ekosistem alam dan pertanian

serta memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan, kesehatan dan

produktivitas tanaman. Hampir semua tanaman pertanian akarnya terinfeksi

cendawan mikoriza. Gramineae dan Leguminosa umumnya bermikoriza. Jagung

merupakan contoh tanaman yang terinfeksi hebat oleh mikoriza. Tanaman

pertanian yang telah dilaporkan terinfeksi mikoriza vesikular-arbuskular adalah

kedelai, barley, bawang, kacang tunggak, nenas, padi gogo, pepaya, selada,

singkong dan sorgum. Tanaman perkebunan yang telah dilaporkan akarnya

terinfeksi mikoriza adalah tebu, teh, tembakau, palem, kopi, karet, kapas, jeruk,

kakao, apel dan anggur (Rahmawati, 2003).

Penggunaan cendawan mikoriza merupakan salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Berbagai hasil penelitian

yang dikumpulkan Nambiar dan Brown (1998) dalam Melya, dkk (2005)

cendawan ini terbukti dapat meningkatkan serapan N, P dan K, meningkatkan

ketahanan terhadap senyawa beracun seperti Al dan Na, juga ketahanan terhadap

berbagai patogen tanah, serta memberikan sumbangan nyata dalam daur ulang

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17594/4/Chapter II.pdf · kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih

unsur hara di dalam tanah. Hasil penelitian ini didukung pula oleh berbagai hasil

penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan dan perbaikan pertumbuhan

tanaman setelah diberikan inokulasi cendawan ektomikoriza, bila dibandingkan

dengan tanaman yang tidak memiliki simbiosis dengan cendawan ini

(Supriyanto, 1999).

Penggunaan cendawan mikoriza sebagai alat biologis dalam bidang

pertanian dapat memperbaiki pertumbuhan, produktivitas dan kualitas tanaman

tanpa menurunkan kualitas ekosistem tanah. Aplikasi cendawan mikoriza juga

dapat membantu merehabilitasi lahan kritis dan meningkatkan produktivitas

tanaman pertanian, perkebunan, dan kehutanan pada lahan-lahan marginal serta

dapat digunakan untuk pakan ternak. Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula

pada beberapa tanaman komersial telah menunjukkan hasil yang cukup baik.

Inokulasi CMA pada apel dapat meningkatkan kandungan P pada daun dari 0,04%

menjadi 0,19%. Penggunaan cendawan mikoriza pada tanaman kopi, dapat

meningkatkan bobot kering tanaman serta jumlah daun yang berbeda nyata

dengan tanpa mikoriza. Pada tanah dengan ketersediaan hara rendah, inokulasi

CMA dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kakao. Penelitian yang

dilakukan pada bibit manggis dengan mengaplikasikan berbagai jenis inokulum

CMA yang diperoleh dari beberapa daerah menunjukkan bahwa, setelah 19 bulan

diinokulasi CMA ternyata CMA yang berasal dari daerah Sawahlunto Sijunjung

dapat memacu pertumbuhan bibit manggis yang cukup signifikan yaitu sekitar

50% lebih cepat dibandingkan dengan bibit manggis yang tidak diinokulasi CMA

(Anwarudin, dkk., 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17594/4/Chapter II.pdf · kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih

Penelitian pemanfaatan mikoriza untuk meningkatkan kualitas bibit

prioritas Sumatera Selatan yaitu dengan menginokulasi mikoriza pada beberapa

tanaman kehutanan, antara lain pulai (Alstonia sp.), bungur (Lagerstromia

speciosa), sungkai (Peremona canescens), mangium (Acacia mangium), seru

(Scima wallicii) dan mahoni (Swietenia macrophylla) dimana jenis mikoriza yang

diinokulasikan pada pulai, bungur, sungkai dan mangium adalah Glomus

etunicatum, sedangkan pada seru telah diuji diinfeksi dengan Glomus etunicatum,

Glomus clorum dan Gigaspora sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi

mikoriza dapat meningkatkan kualitas bibit tanaman kehutanan tersebut. Inokulasi

CMA terhadap pertumbuhan bibit panili menunjukkan bahwa interaksi antara tipe

panili dengan inokulasi CMA tidak berpengaruh nyata terhadap parameter

pertumbuhan bibit. Inokulasi CMA berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit,

jumlah daun, diameter batang, indeks luas daun, dan bobot kering biomasa

(Ulfa dkk., 2006).

Penggunaan mikoriza yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan

pupuk. Sebagai contoh mikoriza dapat menggantikan kira-kira 50% kebutuhan

fosfor, 40% kebutuhan nitrogen, dan 25% kebutuhan kalium untuk tanaman

lamtoro (Husin dan Marlis, 2000 dalam Novriani dan Madjid, 2009). Penggunaan

mikoriza lebih menarik ditinjau dari segi ekologi karena aman dipakai, tidak

menyebabkan pencemaran lingkungan. Bila mikoriza tertentu telah berkembang

dengan baik di suatu tanah, maka manfaatnya akan diperoleh untuk selamanya.

Mikoriza juga membantu tanaman untuk beradaptasi pada pH yang rendah.

Demikian pula vigor tanaman bermikoriza yang baru dipindahkan kelapangan

lebih baik dari yang tanpa mikoriza (Anas, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17594/4/Chapter II.pdf · kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih

Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)

Gaharu merupakan gumpalan berbentuk padat berwarna coklat kehitaman

sampai hitam, dan berbau harum jika dibakar. Gaharu terdapat pada bagian kayu

atau akar dari jenis pohon penghasil gaharu yang telah mengalami proses

perubahan kimia dan fisika akibat terinfeksi oleh sejenis jamur. Beberapa jenis

pohon penghasil gaharu antara lain adalah Aquilaria spp., Aetoxylon sympetallum,

Gyrinops, dan Gonystylus. Pohon penghasil gaharu terbaik saat ini adalah dari

jenis Aquilaria Spp. salah satunya yaitu Aquilaria malaccensis Lamk. dengan

taksonomi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Termatophta

Sub Divisi : Agiospermae

Klas : Dikotiledonae

Ordo : Myrtales

Family : Thymeleaccae

Genus : Aquilaria

Spesies : Aquilaria malaccensis Lamk.

Batang tanaman dari kelompok Aquilaria Spp. biasanya dapat mencapai

tinggi 35 – 40 m, diameter sekitar 60 cm, dan berkayu keras. Kulit batangnya licin

berwarna keputih-putihan. Daun lonjong memanjang dengan panjang 5-8 cm,

lebar 3 – 4 cm, berujung runcing, dan berwarna hijau mengkilat. Bunga berada di

ujung ranting atau ketiak atas dan bawah daun. Buah berada dalam polong

berbentuk bulat telit atau lonjong, berukuran panjang sekitar 5 cm, dan lebar 3 cm.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17594/4/Chapter II.pdf · kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih

Biji bulat atau bulat telur yang ditutupi bulu-bulu halus berwarna kemerahan

(Tarigan, 2004).

Secara tradisional, gaharu digunakan sebagai pengharum tubuh dan bagi

masyarakat hindu dibutuhkan dalam upacara keagamaan. Gaharu dapat dihasilkan

oleh beberapa jenis tanaman, diantaranya famili Thymeleaccae, Euforbiacceae

dan Leguminocceae. Daerah persebaran tanaman tersebut di Indonesia berupa

kawasan wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara

dan Irian Jaya. Pemanfaatan gaharu hingga saat ini masih dalam bentuk produk

bahan baku, yaitu bentuk kayu bulatan, cacahan, bubuk, atau fosil kayu yang

sudah terkubur. Setiap bentuk produk gaharu tersebut memiliki sifat dan warna

yang berbeda. Selain itu, gaharu pun mengandung resin atau damar wangi yang

mengeluarkan aroma keharuman khas. Aroma tersebut sangat populer dan sangat

disukai oleh masyarakat Timur Tengah, Saudi Arabia, Yaman, Omman, Daratan

Cina, Korea dan Jepang sehingga dibutuhkan sebagai bahan baku industri parfum,

kosmetika, dupa dan pengawet berbagai jenis aksesoris (Sumarna, 2005).

Dalam perdagangan, gaharu dikenal sebagai produk agarwood, aleowood,

atau eaglewood. Rata-rata kuota yang dimiliki Indonesia sekitar 300 ton/tahun.

Kuota ini diperoleh dari pembagian permintaan pasar oleh negara-negara

produsen gaharu. Hanya saja hingga saat ini produksi gaharu Indonesia baru

terpenuhi sekitar 10% – 20% atau sekitar 25 – 40 ton/tahun sehingga masih sangat

jauh dari kuota ekspor. Kondisi ini sangat berdampak terhadap harga jual gaharu

yang saat ini mencapai Rp. 5 juta/kg. Memperhatikan kuota permintaan pasar atas

komoditi gaharu yang terus meningkat maka pembudidayaan gaharu pun memiliki

prospek yang tinggi dalam upaya mempersiapkan era perdagangan bebas dimasa

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17594/4/Chapter II.pdf · kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih

mendatang. Khusus untuk jenis Aquilaria malaccensis yang berkualitas dan

bernilai jual tinggi akan berpeluang meningkatkan produksi gaharu

(Sumarna, 2005).

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan budidaya pohon

penghasil gaharu antara lain adalah persyaratan tumbuh. Tempat tumbuh yang

cocok untuk tanaman penghasil gaharu adalah dataran rendah, lereng-lereng bukit,

sampai ketinggian 750 meter diatas permukaan laut. Jenis Aquilaria tumbuh

sangat baik pada tanah-tanah liat (misalnya Podsolik Merah Kuning), tanah

lempung berpasir dengan drainase sedang sampai baik. Tipe iklim A-B dengan

kelembaban sekitar 70% sampai 80%. Suhu berkisar antara 22°C sampai 28°C

dengan curah hujan berkisar antara 2000 sampai 4000 mm/tahun. Lahan tempat

tumbuh yang perlu dihindari adalah (1) lahan tergenang secara permanen, (2)

tanah rawa, (3) lahan dangkal (kedalaman kurang dari 50 cm), (4) pasir kuarsa,

dan (5) lahan yang ber-pH kurang dari 4,0 (Sumartono, 2008).

Teknik perbanyakan tanaman mempunyai konsekuensi biaya produksi

bibit yang berbeda-beda sesuai dengan teknik yang digunakan. Untuk

perbanyakan secara generatif pada tanaman gaharu dapat menggunakan anakan

pohon, namun untuk media tumbuhnya harus lebih diperhatikan. Media tumbuh

anakan menggunakan media polibag dapat diisi dengan media tanam berupa

tanah, kompos organik atau kotoran ternak dan sekam. Pada tahap awal di

persemaian, semua jenis bibit penghasil gaharu memerlukan naungan yang cukup

(seperti halnya kelompok jenis meranti). Untuk mempercepat pertumbuhannya,

bibit penghasil gaharu dapat diinokulasi oleh Cendawan Mikoriza Arbuskula

(CMA) sejak dini di persemaian (Sumarna, 2005).

Universitas Sumatera Utara