pemahaman wartawan televisi terhadap kode etik...

126
PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK JURNALISTIK (Studi pada Wartawan Redaksi Sore di Trans7) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh Dini Hary Nismawati NIM: 1110051100042 Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H./2015 M.

Upload: duongngoc

Post on 08-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK JURNALISTIK (Studi pada Wartawan Redaksi Sore di Trans7)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Dini Hary Nismawati

NIM: 1110051100042

Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H./2015 M.

Page 2: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu
Page 3: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu
Page 4: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 08 April 2015

Dini Hary Nismawati

Page 5: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

ABSTRAK

Dini Hary Nismawati (1110051100042), Pemahaman Wartawan Televisi Terhadap Kode Etik Jurnalistik (Studi pada Wartawan Redaksi Sore Trans7), dibawah bimbingan Dr. Fatmawati, MA. Televisi merupakan salah satu media massa yang memiliki nilai dan pesan yang dapat mempengaruhi khalayak secara luas. Berbagai macam program ditayangkan, salah satunya adalah program news (berita), misalnya program news Redaksi Sore yang ada di Trans7. Melihat perkembangan berita saat ini cenderung tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik karena tingkat pemahaman wartawan berbeda-beda. Oleh karena itu, setiap wartawan harus memahami Kode Etik Jurnalistik baik secara teori maupun prakteknya di lapangan. Dari uraian di atas memunculkan pertanyaan adalah Bagaimanakah pemahaman wartawan program berita Redaksi Sore Trans7 terhadap Kode Etik Jurnalistik? Apakah ada pelanggaran yang dilakukan wartawan program berita Redaksi Sore terkait dengan pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik? Metodologi penelitian disini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu hanya menjelaskan dan menggambarkan secara kualitatif pemahaman wartawan televisi terhadap Kode Etik Jurnalistik. Data diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu kemudian akan dianalisa dengan mengacu pada kerangka teori.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Fenomenologi milik Husserl. Teori yang menyatakan bahwa dalam memahami suatu objek dan peristiwa yang menjadi pengalaman seseorang secara sadar dan memandang realitas sosial sebagai objek kajian fenomenologi. Dalam teori ini terdapat empat tahapan yang saling berkaitan yaitu Epoche, Reduksi, Variasi Imajinasi dan Sintesis Makna dan Esensi. Dengan melakukan penelitian dan pencarian data melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman wartawan Redaksi Sore Trans7 terhadap Kode Etik Jurnalistik sesuai dengan teori Husserl yaitu pada tahap epoche, reduksi fenomenologi, variasi imajinasi dan sintesis makna dan esensi, dari sepuluh wartawan Redaksi Sore Trans7 terdapat empat wartawan yang paham akan pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik dan dapat menjelaskan sesuai penafsiran Dewan Pers. Sedangkan sisanya enam orang wartawan hanya cukup paham akan Kode Etik Jurnalistik. Karena background dan lamanya mereka bekerja yang berbeda-beda menjadikan faktor penyebab dari tingkat pemahaman mereka terhadap Kode Etik Jurnalistik. Dan dari sepuluh wartawan yang diteliti tidak ada yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terkait pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik. Kata Kunci : Media televisi, wartawan, fenomenologi, pemahaman, dan Kode

Etik Jurnalistik

Page 6: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul Pemahaman Wartawan Televisi Terhadap Kode Etik Jurnalistik (Studi

Pada Wartawan Redaksi Sore Trans7). Shalawat serta salam selalu penulis

haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan

kebaikan kepada kita dan semoga kelak mendapat syafaatnya di akhir zaman.

Penulis sadari, dalam penulisan skripsi ini banyak sekali pihak yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Keluarga besarku yang telah memberikan doa dan motivasi sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Spesial untuk kedua orang tuaku, Almarhum

Bapakku Hadi Sunarto dan Mamaku Sunarti, yang telah dengan sabar

menghadapi sikap Dini selama ini. Memberikan dukungan, baik materiil

maupun moril dan selalu mendoakan Dini, selalu mengingatkan Dini untuk

menjadi anak yang sabar, serta bekerja keras sehingga mampu menguliahkan

Dini hingga selesai.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah,

Dr. H. Arief Subhan, M.Ag. Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Suparto,

M.Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si.

Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. H.Sunandar Ibnu Noor, M.Ag.

3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Kholis Ridho, M.Si, serta Sekretaris Konsentrasi

Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A, terima kasih telah banyak

membantu dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen pembimbing, Dr. Fatmawati, M.A, yang senantiasa membimbing

dengan sabar dan banyak meluangkan waktunya untuk membantu penulis

menemukan jawaban atas permasalahan dan menambah banyak informasi

dalam menulis skripsi ini.

Page 7: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

5. Dosen penasehat akademik, Rulli Nasrullah, M.Si, terima kasih telah banyak

memberikan arahan dan ilmu yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

6. Dosen Nanang Syaikhu, M.Si, dan Artiarini Puspita A, M.Psi, serta seluruh

dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih untuk semua

ilmu yang telah diberikan yang sangat bermanfaat sampai akhir penulisan

skripsi ini.

7. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

8. Kakak dan adikku tercinta, Mba Yati, Mba Muji, Mas Ipung, Mba Iik, Mas

Was, Mas Budi, Mba Sugi, Mba Preli, Mas Joko, dan adikku Nunung, yang

selalu memberikan semangat dan dukungan bagi penulis untuk cepat lulus dan

bisa sarjana, serta Putri, Yunda, Abdan, Fani, Echa, Aulia, Azka, Alifah,

keponakanku yang cantik, ganteng dan pintar.

9. Terimakasih sekali buat orang yang sudah aku anggap seperti kakakku sendiri,

Kak Raisya Maharani (Detik Tv) yang telah banyak meluangkan waktu untuk

membantu dan mengarahkan penulis mulai dari penelitian sampai selesai. Dan

juga Kak Nana (Alumni Jurnalistik UIN Jakarta) atas bantuan dan

masukannya dalam penulisan skripsi ini.

10. Pihak-pihak stasiun Trans7, khususnya Mas Asri Rasma (Daenk), Pak

Pasaoran Simanjuntak (Bang Saor), Mas Mufthi Akbar, Mba Indri HRD, Mba

Egin, Mas Nugie RCD, Mba Aang, Mas Rivo, Mas Alby, Mas Raf-raf, Mba

Puti, Mba Astza, Mba Taza, Mas Fandi, Mas Guntur dan Mas Genta serta

seluruh staff redaksi bagian News, terima kasih banyak untuk kerja samanya

yang telah membantu penulis untuk mengadakan penelitian dan memperoleh

informasi yang terkait dengan judul skripsi penulis.

11. Masku sekaligus sahabatku yang paling baik Rahmat Romadhon, terimakasih

buat perhatian, semua bentuk bantuan, dukungan penuh serta kesetiannya

menemani penulis mulai dari penelitian sampai selesai. Serta Aditya

Syahputra, terimakasih untuk semua waktu yang telah diberikan kepada

penulis selama ini.

Page 8: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

12. Sahabat-sahabatku di kampus, Fauziah Muslimah, Rafika Dwi Mala, Anisa

Aristiani, Sri Wahyuni, dan Fiki Hijriyati Amaly, terima kasih untuk waktu

kebersamaannya yang tak mungkin penulis lupakan dari awal kuliah sampai

selesai. Teman-teman seperjuangan, angkatan 2010 Journalist B Army, Mae,

Hira, Dwiyan, Dede, Fajar, Rahmaidah (Butet), Damar, serta yang lainnya,

terimakasih untuk waktu pertemanan kita selama di kampus tercinta ini.

13. Teman-teman KKN KEYS , Iza, Lala, Ega, Anis, Soarez, Badru, Awal, Nanto,

Klara, Ello, dan Faqih, terima kasih untuk waktu sebulan bersamanya yang tak

mungkin penulis lupakan.

14. Teman-teman Jurnal Wisuda Kampus, Bapak Hamid Nasuhi, M.A, Pak

Zaenal, Fau, Fika, Ihda, dan seluruh anggota lainnya yang tidak penulis

sebutkan, namun tetap terimakasih untuk kalian semua yang ikut mendukung

dan semangat kebersamaan atas pelajarannya di jurnal wisuda.

15. Teman-teman Silat Nasional Indonesia Perisai Diri Unit UIN Jakarta,

khususnya Kak Haris, Teh Anis, Kak Youra, Mas Amir, Mas Prima, Kak

Kevin, Aditya Rini dan lainnya, terimakasih buat pelajaran dan

pengalamannya yang pernah kalian berikan kepadaku selama aku pernah

menjadi anggota disini, kalian tetap keluargaku.

16. Semua pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung,

tanpa menyebutkan satu per satu, namun tidak mengurangi rasa terima kasih

penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pihak yang membacanya.

Jakarta, 08 April 2015

Penulis

Page 9: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................ 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 5

D. Metodologi Penelitian ....................................................................... 6

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pemahaman ..................................................................... 13

B. Wartawan .......................................................................................... 14

C. Televisi .............................................................................................. 15

D. Berita ................................................................................................. 17

E. Kode Etik Jurnalistik ......................................................................... 22

F. Teori Fenomenologi .......................................................................... 24

a. Epoche ......................................................................................... 26

b. Reduksi Fenomenologi ............................................................... 28

c. Variasi Imajinasi ......................................................................... 28

d. Sinteksis Makna dan Esensi ........................................................ 29

G. Teori Konstruksi Realitas Sosial ....................................................... 30

BAB III GAMBARAN UMUM TRANS7 DAN PROGRAM REDAKSI

A. Trans7 ................................................................................................ 33

1. Sejarah Trans7 ............................................................................. 33

Page 10: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

2. Visi dan Misi Trans7 ................................................................... 34

3. Logo Trans7 ................................................................................ 35

4. Struktur Organisasi Trans7 ......................................................... 36

5. Program Acara Trans7 ................................................................ 37

6. Penghargaan Trans7 .................................................................... 39

B. Program Berita Redaksi Trans7 ........................................................ 41

1. Latar Belakang Program Redaksi................................................ 41

2. Logo Redaksi Sore Trans7 .......................................................... 42

3. Struktur Organisasi Program Redaksi Sore................................. 46

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Analisis Fenomenologi ..................................................................... 47

B. Karakteristik Informan ...................................................................... 51

1. Analisis Informan 1 ..................................................................... 52

2. Analisis Informan 2 ..................................................................... 55

3. Analisis Informan 3 ..................................................................... 58

4. Analisis Informan 4 ..................................................................... 62

5. Analisis Informan 5 ..................................................................... 67

6. Analisis Informan 6 ..................................................................... 70

7. Analisis Informan 7 ..................................................................... 74

8. Analisis Informan 8 ..................................................................... 79

9. Analisis Informan 9 ..................................................................... 82

10. Analisis Informan 10 ................................................................... 85

C. Pemahaman Kode Etik Jurnalistik pada Informan ............................ 89

D. Pelanggaran Yang Dilakukan Informan ............................................ 91

E. Kesimpulan Pemahaman Dan Pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik

Informan ............................................................................................ 94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 95

B. Saran .................................................................................................. 96

Page 11: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 98

LAMPIRAN

Page 12: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Struktur Organisasi Program Redaksi Sore Trans7 ........................ 46

2. Tabel 2 Karakteristik Informan .................................................................... 51

3. Tabel 3 Pemahaman Kode Etik Jurnalistik pada informan .......................... 89

4. Tabel 4 Pelanggaran yang dilakukan informan terkait pasal-pasal dalam

Kode Etik Jurnalistik .................................................................................... 91

5. Tabel 5 Kesimpulan pemahaman dan pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik

pada informan ............................................................................................... 94

Page 13: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persembahan Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian dari Trans7

Lampiran 4 Hasil Wawancara Penulis dengan Wartawan Redaksi Sore Trans7

Lampiran 5 Dokumentasi Wawancara

Lampiran 6 Kode Etik Jurnalistik dari Dewan Pers

Page 14: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pers adalah lembaga sosial yang melaksanakan kegiatan jurnalistik dalam

mencari, memperoleh, menyimpan, mengolah, bahkan menyampaikan informasi

dalam bentuk tulisan ataupun gambar dengan menggunakan media cetak ataupun

media elektronik sebagai salurannya.

Salah satu peranan pers dalam perkembangan informasi saat ini adalah

perkembangan dalam dunia pendidikan, pengetahuan, hiburan bahkan kontrol

sosial. Dan peranan pers itu dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan,

kepentingan dan kenyamanan masyarakat. Karena sudah sejak lama pers memiliki

peran yang besar dalam kehidupan sebuah lembaga, terlebih lembaga yang butuh

akan pengakuan masyarakat.

Setelah masa reformasi, orang mudah saja mendapatkan informasi. Dan

perkembangan pers menjadi begitu pesat. Setiap orang bisa mendirikan koran

bahkan televisi lokal. Hal ini berimbas pada ekslusivitas berita. Sehingga muncul

berita-berita yang melanggar asas praduga tak bersalah, bahkan jauh melebihi itu.

Mereka melanggar Kode Etik dan Undang-Undang Pers No.40 Tahun 1999

tentang Pers.

Berbicara tentang pers, tentu tak lepas dari kehidupan profesi wartawan.

Karena setiap pers atau media dalam kegiatannya memiliki wartawan yang

Page 15: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

2

mempunyai kewajiban dalam mencari atau mengumpulkan berita yang diolah

untuk dipublikasikan kepada masyarakat.

Manusia sebagai makhluk sosial dalam menjalankan hidupnya, tentu

memiliki aturan-aturan yang mengatur dirinya dalam menjalankan aktifitasnya.

Begitu juga dengan profesi seorang wartawan, dalam menjalankan fungsinya,

Wartawan memiliki Kode Etik yang disebut dengan Kode Etik Jurnalistik. Dalam

Kode Etik tersebut, wartawan diatur dan dijamin dalam menjalankan profesinya.

Profesi wartawan atau reporter adalah profesi yang bukan sekedar

mengandalkan keterampilan tetapi juga watak semangat dan dengan cara kerjanya

yang berbeda sehingga masyarakat memandang wartawan sebagai professional.1

Dalam penerapannya misalnya, profesi seorang wartawan pada sebuah

program berita seperti program Redaksi Trans7. Redaksi adalah salah satu acara

televisi dari stasiun televisi Trans7 Acara berita ini ditayangkan setiap pukul

06.30 - 07.00 WIB, 11.30 - 12.00 WIB dan 16.15 - 16.45 WIB setiap Senin

hingga Minggu. Redaksi berisikan materi berita dari dalam dan luar negeri yang

aktual dan terkini. Khusus untuk berita international, materi yang ditampilkan

adalah informasi yang memiliki kedekatan dengan masyarakat Indonesia.

Sementara, kejadian-kejadian yang berlangsung di kawasan Timur Tengah, Asia,

dan Asia Tenggara serta beberapa kawasan yang berdekatan dengan Indonesia

akan menjadi pilihan utama berita-berita dari luar negeri. Program yang diramu

selama enam puluh menit ini akan disajikan ke hadapan pemirsa dengan lima

kemasan berita yang berbeda. Materi berita yang ditampilkan diantaranya berupa

1 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori & Praktik

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 115.

Page 16: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

3

perkembangan berita politik, ekonomi, sosial terkini serta berbagai peristiwa

menarik lainnya.2

Terkait dengan produk berita dari dalam negeri maupun luar negeri yang

disampaikan kepada masyarakat, dalam mencari berita wartawan juga harus

memahami tentang aturan khusus wartawan Indonesia yang sudah diatur dalam

Kode Etik Jurnalistik oleh Dewan Pers. Karena dengan memahami Kode Etik

Jurnalistik tersebut berarti wartawan telah mengetahui dan paham akan batasan-

batasan yang seharusnya dilakukan agar tidak terjadi pelanggaran dalam setiap

pasalnya.

“Mantan Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Wina

Armada Sukardi mengatakan tingkat ketaatan wartawan dalam membaca dan

memahami kode etik jurnalistik masih rendah. “Sampai saat ini banyak wartawan

yang belum paham dengan kode etik jurnalistik,” ujar Wina dalam acara “Kode

Etik Jurnalistik dan Penggunaan Bahasa Dalam Pemberitaan Media Massa,”

Kamis (14/03) di Jakarta.

Berdasarkan penelitian Dewan Pers tahun 2007 mengenai ketaatan

wartawan kepada kode etik, hasil penelitian tersebut menunjukkan wartawan yang

membaca kode etik jurnalistik sebesar 19 persen. Pada tahun 2010, dengan tema

penelitian yang sama terdapat peningkatan wartawan yang membaca kode etik

jurnalistik sebesar 49 persen. “Terdapat peningkatan tetapi kurang dari 50

persen”, katanya.3

Wartawan yang baik selalu menyadari bahwa mereka selalu harus

bertanggungjawab akan kebenaran berita atau laporan mereka. Seorang wartawan

juga selalu belajar mengenai bagaimana cara mengkomunikasikan ide secara teliti

dan efektif dan paham apa yang disebut berita yang disuguhkan secara jujur.

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Redaksi_(acara_televisi) diakses pada Rabu, 30 April 2014

pukul 09.00. 3Wina Armada Sukardi, “Kode Etik Jurnalistik dan Penggunaan Bahasa Dalam

Pemberitaan Media Massa,” artikel diakses pada 17 November 2014 dari

http://www.jurnas.com/news/85009/Pemahaman-Wartawan-Terhadap-Kode-Etik-Jurnalistik-

Rendah-2013/1/Sosial-Budaya/Humaniora.

Page 17: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

4

Tidak hanya itu, dalam mencari berita wartawan juga harus

memperhatikan Kode Etik Jurnalistik yang tidak hanya berorientasi hanya sebatas

aturan main dan landasan moral bagi media massa dalam menjalankan tugasnya

dan fungsi jurnalistiknya, tetapi harus dapat mengarahkan masyarakat untuk

memahami nilai dan norma komunikasi dengan memiliki daya guna sosial yang

tinggi.

Oleh karena itu, Peneliti sangat tertarik dalam mengambil judul ini, karena

Peneliti ingin mengetahui bagaimana pemahaman wartawan program berita

redaksi sore Trans7 tentang Kode Etik Jurnalistik dan mengaplikasikannya dalam

mencari berita untuk dipublikasikan kepada masyarakat.

Berkaitan dengan masalah yang diuraikan, maka penulis ingin melakukan

penelitian mengenai , ”Pemahaman Wartawan Televisi Terhadap Kode Etik

Jurnalistik (Studi Pada Wartawan Redaksi Sore Di Trans7)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembatasan dalam penelitian ini lebih fokus dan terarah serta

tidak terjebak pada pembahasan begitu luas, maka penulis membatasi

masalahnya yaitu : Pemahaman Wartawan Program Berita Redaksi Sore

Trans7 terhadap Kode Etik Jurnalistik.

Page 18: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

5

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan yang

akan di angkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pemahaman wartawan program berita Redaksi Sore Trans7

tentang Kode Etik Jurnalistik?

2. Apakah ada pelanggaran yang dilakukan wartawan program berita

Redaksi Sore Trans7 terkait dengan pasal-pasal dalam Kode Etik

Jurnalistik?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman wartawan program berita

Redaksi Sore Trans7 tentang Kode Etik Jurnalistik.

b. Untuk mengetahui apakah ada pelanggaran yang dilakukan

wartawan program berita Redaksi Sore Trans7 terkait dengan

pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik.

Page 19: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

6

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah

wacana keilmuan terutama dalam hal ini, sebuah tayangan televisi

terutama program berita, banyak menyampaikan informasi serta

mendidik dan memberikan kontribusi dalam bidang penelitian efek

media terkait dengan pemahaman wartawan tentang Kode Etik

Jurnalistik. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat

memperkaya kajian ilmu komunikasi terutama dalam bidang

jurnalistik.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

wawasan bagi masyarakat tentang penerapan aturan seperti Kode

Etik Jurnalistik terutama pada wartawan dalam sebuah program

tayangan televisi. Dalam hal ini pemahaman wartawan televisi

tentang Kode Etik Jurnalistik pada sebuah program berita.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme.

Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap

Page 20: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

7

media dan teks berita yang dihasilkan. Rancangan konstruktivis

melihat realitas pemberitaan media sebagai aktivitas konstruksi sosial.4

Menurut pandangan ini, bahasa tidak hanya dilihat dari segi

gramatikal, tetapi juga melihat apa isi atau makna yang terdapat dalam

bahasa itu, sehingga analisis yang disampaikan menurut pandangan ini

adalah suatu analisis yang membongkar maksud-maksud dan makna-

makna tertentu yang disampaikan oleh sang subjek yang

mengemukakan suatu pernyataan.5

2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami subjek penelitian, perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara

deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.6

Alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif adalah karena

jenis penelitian ini berlandaskan pemahaman akan realitas sosial

sebagai proses dan merupakan produk dari konstruksi sosial. Jenis

penelitian kualitatif juga berusaha memahami pembentukan makna

4 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004),

cet. Ketiga, h. 204. 5 Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2006), h. 83. 6 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya

,2006), h. 6.

Page 21: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

8

secara utuh di dalam diri seseorang. Pendekatan yang digunakan

adalah fenomenologi.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah stasiun televisi

Trans7. Dan objek penelitiannya adalah pemahaman wartawan tentang

kode etik jurnalistik pada program berita Redaksi Sore Trans7.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di PT. Duta Visual Nusantara Tivi

Tujuh (Trans7), Gedung Trans7, Jl. Kapten P. Tendean No. 88 C,

Jakarta Selatan.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Sehubungan dengan penelitian, maka teknik pengumpulan

datanya yaitu dengan melakukan Observasi. Maka kegiatan observasi

ini memusatkan dengan cara mengadakan penelitian langsung ataupun

tidak langsung pada objek yang akan diteliti ke Gedung Trans7 untuk

memperoleh informasi dan data penelitian.

Page 22: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

9

b. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu dengan barang-barang tertulis seperti buku-

buku, majalah, dokumen, peraturan, dan sebagainya yang didapat dari

Trans7 atau sumber lainnya. Dengan mengakses internet ataupun situs

resmi dari pihak Trans7.

c. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini yaitu sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh

informasi dari yang diwawancarai. Interview digunakan oleh peneliti

untuk menilai keadaan seseorang.7 Wawancara dilakukan kepada wakil

eksekutif produser dan produser program redaksi untuk menggali lebih

dalam tentang konsep program Redaksi ini terkait dengan pemahaman

wartawan televisi tentang Kode Etik Jurnalistik.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan teknik

analisis data kualitatif. Dimana analisis data kualitatif adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensistesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

7Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2002), cet. ke-5, h. 133.

Page 23: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

10

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.8

Setelah diklasifikasikan, periset melakukan pemaknaan terhadap

data. Pemaknaan ini merupakan prinsip dasar riset kualititatif, yaitu

bahwa realitas ada pada pikiran manusia, realitas adalah hasil

konstruksi sosial manusia.9

.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, diambil referensi dari beberapa pustaka untuk

memperkuat dan mempertajam analisa. Penulis telah mengadakan tinjauan

pustaka di perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta maupun

perpustakaan yang terdapat di Universitas lainnya. Untuk menghindari hal-

hal yang tidak diinginkan seperti “menduplikat” hasil karya orang lain,

maka penulis mempertegas perbedaan antara masing-masing judul dan

masalah yang akan dibahas.

Perbedaan pertama terdapat pada skripsi Penerapan Kode Etik

Jurnalistik Pasal 2 Tahun 2006 (Studi Kasus pada Badan Kebijakan Fiskal

Kementrian Keuangan) Oleh Irzon Dwi Darma mahasiswa Universitas

Esa Unggul 2013. Skripsi ini membahas tentang wartawan atau jurnalis

Indonesia apakah mereka sudah menerapkan kode etik jurnalistik dalam

pencarian berita di instasi pemerintah terutama di Badan Kebijakan Fiskal.

8 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 248.

9 Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2008), cet. ke-

3, h. 194.

Page 24: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

11

Perbedaan kedua terdapat pada skripsi Penerapan Kode Etik Jurnalistik

Dalam Berita Kejahatan Susila (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode

Etik Jurnalistik Dalam Berita Kejahatan Asusila Di Harian Umum Koran

Merapi Periode Januari-Juni 2011) oleh Casimirus Winant Marcelino,

mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012.

Skripsi ini membahas tentang bagaimana harian umum koran merapi

menerapkan prinsip-prinsip etika moral di dalam berita kejahatan asusila.

Sedangkan pada penelitian ini, penulis meneliti tentang Pemahaman

Wartawan Televisi Terhadap Kode Etik Jurnalistik (Studi pada Wartawan

Redaksi Sore Trans7). Skripsi ini membahas tentang bagaimanakah

pemahaman Wartawan Program Berita Redaksi Sore Trans7 tentang Kode

Etik Jurnalistik dalam mencari berita dan informasi untuk diolah dan

dipublikasikan kepada masyarakat.

Page 25: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

12

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika Pembahasan dalam penulisan skripsi ini disusun dalam 5

(lima) bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab, yakni:

Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,

tinjauan pustaka, kerangka teori serta sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Teoritis, berisi tentang penjelasan teori komunikasi

massa, pengertian pemahaman, dan konsep kode etik jurnalistik,

pengertian wartawan dan program televisi.

Bab III Gambaran umum Trans7 dan Program Redaksi Sore, berisi

mengenai Trans7 yang meliputi sejarah berdirinya Trans7, visi dan misi

Trans7, logo Trans7, struktur organisasi Trans7, program acara Trans7.

Juga berisi mengenai program berita Redaksi yang meliputi, latar belakang

program redaksi dan struktur organisasi program redaksi Sore Trans7.

Bab IV Temuan dan Hasil, berisi tentang analisa tentang Pemahaman

Wartawan Televisi Terhadap Kode Etik Jurnalistik (Studi Pada Wartawan

Program Redaksi Sore Trans7 tentang Kode Etik Jurnalistik) dan hasil

analisis mengenai kode etik tersebut sesuai dengan teori-teori yang terkait.

Bab V Penutup, bab ini berisi kesimpulan tentang hasil penelitian secara

menyeluruh. Dan berisi saran dari hasil penelitian yang telah ditemukan.

Page 26: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pemahaman

Menurut kamus ilmiah popular; pemahaman berasal dari kata

faham yang mendapat imbuhan pe- dan -an. Faham menurut bahasa

artinya tanggap, mengerti benar; pandangan, ajaran.1 Pemahaman

didefinisikan proses berpikir dan belajar. Dikatakan demikian karena

untuk menuju kearah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan

berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara

memahami.2 Sedangkan dalam taksonomi bloom, “kesanggupan

memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan”. Namun

tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak dipertanyakan sebab untuk

memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.3

Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan

sesorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang

diketahuinya. Dalam hal ini, dia tidak sekedar hafal secara verbalitas,

tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan,

maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan,

menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan,

1Paul A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Popular (Surabaya: Arloka,

2001), h. 172. 2W.J.S Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991),

h. 636. 3Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2008), h. 24.

Page 27: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

14

mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan

dan mengambil keputusan.4

B. Wartawan

Menurut Undang-Undang Pers No.40 Tahun 1999 (pasal 1 poin 4),

wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan

jurnalistik.

Menurut Masduki, wartawan adalah orang-orang yang terlibat

dalam pencarian, pengolahan, dan penulisan berita, yang nantinya

dimuat di media massa. Wartawan bekerja untuk mencari informasi ke

segala tempat kejadian yang nantinya diolah menjadi sebuah berita.

Pengertian berita itu sendiri adalah laporan peristiwa yang dilaporkan

melalui media massa.5

Wartawan atau jurnalis adalah seseorang yang melakukan kegiatan

jurnalisme. Wartawan merupakan orang yang secara teratur

menuliskan berita dan tulisannya dikirim ke media cetak maupun

media elektronik sesuai dengan ketentuan dari media tersebut. Laporan

ini selanjutnya akan dipublikasikan kepada khalayak luas dalam media

massa seperti koran, televisi, radio, majalah, film maupun internet.

Pada dasarnya tugas dan kewajiban seorang wartawan adalah

mengabdikan diri pada kesejahteraan umum dengan memberi

4 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 1997), h. 44 5 Masduki, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik (Yogyakarta: UII Press, 2004), h.

40.

Page 28: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

15

masyarakat informasi yang memungkinkan masyarakat membuat

penilaian terhadap sesuatu masalah yang mereka hadapi. Wartawan tak

boleh menyalahgunakan kekuasaan untuk motif pribadi atau tujuan

yang tak mendasar.6

C. Televisi

Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah

radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio

visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian tersebut adalah Paul

Nipkow dari Jerman pada tahun 1884. Ia menemukan sebuah alat yang

kemudian disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe.

Penemuannya tersebut electrische teleskop atau televisi elektris.7

Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti jarak dalam bahasa

Yunani dan visi yang berarti citra atau gambar dalam bahasa Latin.

Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suara

dari suatu tempat yang berjarak jauh.8 Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai bunyi

(suara) melalui kabel atau melalui angkasa, menggunakan alat yang

mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang

6 Ashadi Siregar, Kode Etik Jurnalisme dan Kode Perilaku Profesional Jurnalis

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 52. 7 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 4. 8 Sutisno, P.C.S., Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio (Jakarta: PT

Grasindo, 1993), h. 1.

Page 29: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

16

listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat

dilihat dan bunyi yang dapat didengar.9

Seiring dengan berjalannya waktu, media di Indonesia yang paling

berperan pada masyarakat saat ini adalah televisi. Dimana televisi

sangat berperan dalam menyampaikan berbagai macam informasi.

Tidak hanya itu, televisi juga mempunyai dampak yang besar dalam

perkembangan masyarakat saat ini.

Dampak atau efek komunikasi tersebut dapat dilihat dari setiap

perubahan yang terjadi di dalam diri penerima, yang menerima pesan-

pesan dari suatu sumber media.10

Siaran televisi pertama kali di Indonesia diperkenalkan pada tahun

1962, ketika Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan

pesta Olahraga Asian Games di Jakarta. Saat itu, masyarakat Indonesia

disuguhi tontonan realita yang begitu memukau. Meskipun hanya

siaran televisi hitam putih, tetapi siaran pertama televisi di Indonesia

itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Sementara puncak

ketenaran (booming) televisi di Indonesia sendiri dimulai tahun 1992

ketika RCTI mulai mengudara dengan bantuan decoder atau alat

pemancar. Saat ini, Indonesia sudah mengudara satu televisi

pemerintah, yakni TVRI, dan beberapa televisi swasta, antara lain

SCTV, TPI, ANTV, Indosiar, Metro Tv, Trans Tv, Trans7, TVOne,

9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 2002), h. 1162. 10

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 40.

Page 30: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

17

Global Tv, serta stasiun televisi lokal seperti O Channel, Jak-Tv, CTV

Banten, dan lain-lain.11

D. Berita

1. Pengertian Berita

Berita merupakan produk jurnalistik yang sangat diminati oleh

masyarakat. Manusia ternyata membutuhkan berita dan informasi

tentang manusia lain dan dunia lain yang melingkupi dan

mempengaruhi kehidupannya. Kebutuhan itu terbukti dari banyaknya

peminat media yang menyiarkan berita atau informasi.12

Berita berasal

dari bahasa Sansekerta vrit, yang dalam bahasa Inggris disebut write,

yang arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sementara vritta dalam

bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta.13

Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita adalah catatan laporan

mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.14

Sedangkan menurut Williard C. Bleyer, berita adalah suatu

kejadian aktual yang diperoleh wartawan untuk dimuat dalam surat

kabar karena menarik atau mempunyai makna bagi pembaca.

(Newspaper Writing and Editing). Jakob Oetama dalam bukunya

11

Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2006), h. 12-14. 12

R. Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita dan Feature (Jakarta: PT Indeks, 2006), h.

16. 13 Totok Juroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),

cet. ke-3, h. 46. 14

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, h. 108.

Page 31: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

18

Perspektif Pers Indonesia: Berita itu bukan fakta, tapi laporan tentang

fakta itu sendiri. Suatu peristiwa menjadi berita hanya apabila

ditemukan dan dilaporkan oleh wartawan atau membuatnya masuk

dalam kesadaran publik dan dengan demikian menjadi pengetahuan

publik.15

Merujuk dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

berita adalah berbagai macam informasi atau peristiwa terkini, aktual

dan penting bagi khalayak dan disebar luaskan melalui media massa,

baik media cetak, elektronik maupun online.

2. Jenis-jenis Berita

a. Jenis berita berdasarkan jenis peristiwa dan penggalian data

1) Hard News (berita berat) artinya berita tentang peristiwa yang

dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok

maupun organisasi. Berita tersebutr misalnya mengenai mulai

diberlakukannya suatu kebijakan atau peraturan baru pemerintah.

2) Soft News (berita ringan) seringkali disebut dengan feature, yaitu

berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya

tarik bagi pemirsanya. Berita-berita semacam ini seringkali

menitikberatkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan dan

mengherankan pemirsa. Misalnya tentang lahirnya hewan langka di

kebun binatang dan kejadian unik lainnya.

15

Sedia Willing Barus, Jurnalistik: Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Erlangga,

2010), h. 26.

Page 32: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

19

3) Investigative Reports (laporan penyeliidikan atau investigasi)

adalah jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak bisa diperoleh di

permukaan tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan.

Penyajian berita ini membutuhkan waktu lam dan tentu akan

menghabiskan energi reporternya.16

b. Jenis berita berdasarkan sifat kejadiannya

1) Berita diduga, artinya peristiwa yang direncanakan atau sudah

diketahui sebelumnya, seperti lokakarya, pemilihan umum,

peringatan hari-hari bersejarah.

2) Berita tak terduga, artinya peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak

direncanakan, dan tidak diketahui sebelumnya, seperti kereta api

terguling, gedung perkantoran terbakar, bus tabrakan, kapal

tenggelam, pesawat dibajak, anak-anak sekolah disandera, atau

terjadi ledakan bom di pusat keramaian.17

c. Jenis berita berdasarkan lokasi kejadian

1) Berita yang terjadi di tempat tertutup (indoor news)

Berita tentang sidang kabinet, seminar, pengadilan, berlangsung

ditempat tertutup. Berita jenis ini umumnya masuk kategori berita

ringan (soft news), karena berita tersebut tidak sampai

16

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 40-42. 17

A.S.Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan

Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 66.

Page 33: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

20

mengguncangkan perhatian serta tidak menimbulkan dampak yang

luas terhadap masyarakat.

2) Berita yang terjadi di tempat terbuka (outdour news)

Berita tentang kerusuhan, bencana alam, peperangan, terjadi di

tempat terbuka. Berita jenis ini umumnya masuk kategori berita

berat (hard news).18

d. Jenis berita berdasarkan isinya

Ditinjau dari segi cakupan isinya, berita terdiri dari berita politik,

ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hukum, seni, agama, kejahatan,

olahraga, militer, laporan ilmu pengetahuan, dan teknologi, dan

sebagainya.19

3. Nilai Berita

Kriteria umum nilai berita (news value) merupakan acuan yang

dapat digunakan oleh para jurnalis, yakni para reporter dan editor,

untuk memusatkan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih

mana yang lebih baik.20

18

A.S.Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan

Praktis Jurnalis Profesional , h. 66-67. 19

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 56. 20

Arifin S. Harahap, Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita

Televisi (Bogor: PT.Indeks, 2006), h. 4.

Page 34: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

21

a. Keluarbiasaan (unusualness). Dalam pandangan jurnalistik

berita bukanlah suatu peristiwa biasa, melainkan suatu yang

luar biasa.

b. Kebaruan (newness). Berita adalah apa aja yang disebut hasil

karya terbaru.

c. Akibat (impact). Berita adalah segala sesuatu yang berdampak

luas, dan suatu peristiwa yang diberitakan tidak jarang

menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat.

d. Aktual (timeliness). Berita adalah peristiwa yang sedang atau

baru terjadi. Secara sederhana, aktual berarti menunjuk pada

peristiwa yang baru atau sedang terjadi.

e. Kedekatan (proximity). Berita adalah kedekatan. Kedekatan

mengandung dua arti: kedekatan geografis, yang menunjuk

pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat

tinggal kita, dan kedekatan psikologis, yang lebih ditentukan

oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan, atau kejiwaan

seseorang terhadap suatu objek peristiwa atau berita.

f. Informasi (information). Berita adalah informasi. Menurut

Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa

menghilangkan ketidakpastian.

g. Konflik (conflict). Berita daalah konflik atau segala sesuatu

yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi

pertengahan.

Page 35: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

22

h. Orang penting (public figure, news maker). Berita adalah

orang-orang penting, ternama, pesohor, selebriti, figur, dan

publik.

i. Kejutan (surprising). Kejutan adalah segala sesuatu yang

datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar

perhitungan, tidak diketahui sebelumnya.

j. Ketertarikan manusiawi (human interest). Kadang-kadang

suatu peristiwa tidak menimbulkan efek berarti pada seseorang,

sekelompok orang, atau bahkan jauh lagi pada suatu

masyarakat, tetapi lebih menimbulkan getaran pada suasana

hati, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya.

k. Seks (sex). Berita adalah seks, seks adalah berita. Sepanjang

sejarah peradaban manusia, segala hal yang berkaitan dengan

perempuan, pasti menarik dan menjadi sumber berita. Seks

memang identik dengan perempuan.

E. Kode Etik Jurnalistik

Pers atau wartawan dalam menjalankan tugasnya tentu memiliki

kebebasan yang telah diatur dalam undang-undang dan tetap memiliki

batasan-batasan serta aturan-aturan yang mengatur dalam kegiatannya,

agar tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manusia dan tetap

menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam

Page 36: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

23

masyarakat. Karena bagaimanapun juga dalam menjalankan tugasnya

wartawan memiliki aturan yang disebut dengan Kode Etik Jurnalistik.

Kode Etik pada dasarnya dibuat untuk mengawasi, melindungi

sekaligus membatasi kerja sebuah profesi, termasuk profesi sebagai

wartawan. Dari segi bahasa, etika berasal dari bahasa Yunani kuno

ethos. Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti, yaitu

tempat tinggal, adat, kebiasaan sikap, cara berfikir. Dalam bentuk

jamak (to etho) artinya adalah adat kebiasaan. Sedangkan kode berasal

dari bahasa inggris code yang berarti himpunan atau kumpulan

peraturan tertulis.21

Menurut Undang-undang No.40 tahun 1999 (pasal 1) tentang pers

menyatakan bahwa Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika

profesi kewartawanan. Ini menandakan bahwa kode Etik Jurnalistik

merupakan amanat dari undang-undang negara.

Meskipun kebebasan pers dijamin undang-undang, namun tidak

ada satu surat kabar atau majalah, bahkan media massa yang bebas

melakukan suatu kesalahan, kejahatan, atau penghinaan dan

pencemaran nama terhadap seseorang, kelompok, organisasi, atau

instansi tertentu, baik disengaja maupun tidak, karena kelalaian dan

kesembronoan.22

21

Wina Armada Sukardi, Kode Etik Jurnalistik dan Dewan Pers (Jakarta: Dewan Pers,

2008), h. 5. 22

Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik:Seputar Organisasi, Produk,&Kode Etik

(Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004), h. 205.

Page 37: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

24

Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh

informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan

meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan

kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya

kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat,

dan norma-norma agama.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers

menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut

profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik

untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia

memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman

operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan

integritas, serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia

menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik23

F. Teori Fenomenologi

Fenomenologi terbentuk dari kata fenomenon dan logos,

fenomenon berarti sesuatu yang menggejala, yang menampakkan diri,

sedangkan istilah logos berarti ilmu. Jadi, fenomenologi berarti ilmu

tentang fenomena atau pembahasan tentang sesuatu yang

menampakkan diri. Dengan demikian, semua wilayah fenomena

23

Sirikat Syah, Rambu-rambu Jurnalistik dari Undang-undang Hingga Hati Nurani,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 173-177.

Page 38: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

25

(realitas) yang menampakkan diri (manusia, gejala sosial-budaya atau

objek-objek lain) dapat dikatakan sebagai objek kajian fenomenologi.24

Fenomena adalah fakta yang disadari dan masuk kedalam pemahaman

manusia.

Fenomenologi adalah cara berpikir (metode) yang dekemukakan

oleh Husserl pada awal abad ke-20. Fenomenologi bagi Husserl adalah

gabungan antara psikologi dan logika. Fenomenologi membangun

penjelasan dan analisis psikologi tentang tipe-tipe aktivitas mental

subjektif, pengalaman, dan tindakan sadar. Saat ini, fenomenologi

dikenal sebagai suatu disiplin ilmu yang kompleks, karena memiliki

metode dan dasar filsafat yang komprehensif dan mandiri.25

Sebagai metode penelitian, fenomenologi sering dikenal sebagai

metode deskriptif kualitatif dengan paradigam konstruktivisme. Sesuai

dengan asumsi ontologis yang ada dalam paradigma konstruktivisme,

peneliti yang menggunakan metode ini akan memperlakukan realitas

sebagai konstruksi sosial kebenaran. Secara epistemologi ada interaksi

antara peneliti dan subjek yang diteliti. Sementara itu, dari sisi

aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai, etika, dan pilihan moral

sebagai bagian integral dari penelitian. Peneliti merupakan fasilitator

yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam

rangka mengkonstruksi realitas sosial.

24

Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2014), cet-1, h. 205-206. 25

Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer, h. 206.

Page 39: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

26

Fenomenologi pada dasarnya adalah suatu tradisi pengkajian yang

digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Seperti yang

dikemukakan oleh Little John bahwa fenomenologi adalah suatu tradisi

untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam konteks ini ada

asumsi bahwa manusia aktif memahami dunia di sekelilingnya sebagai

sebuah pengalaman hidupnya dan aktif menginterpretasikan

pengalaman tersebut.

Dalam fenomenologi Husserl, ada beberapa istilah penting yang

perlu dipahami:26

a. Epoche

Spielberg mengemukakan beberapa langkah metode

fenomenologis, pertama, mengintuisi; kedua, menganalisis; ketiga,

menjabarkan.

“Mengintuisi” maksudnya adalah mengonsentrasikan atau

merenungkan secara penuh (intens) fenomena. Sementara itu,

“menganalisis” maksudnya adalah mencari atau menemukan unsur-

unsur atau bagian-bagian pokok dari fenomena. Dengan kata lain, ini

juga berarti menemukan tali temali (korelasi) antara bagian-bagian

atau unsur-unsur yang terdapat dalam fenomena tersebut. Adapun

“menjabarkan” maksudnya adalah menguraikan fenomena yang telah

26

Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer h. 209.

Page 40: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

27

diintuisi dan dianalisis itu (agar fenomena tersebut dapat dipahami

oleh orang lain).27

Epoche berasal dari bahasa Yunani yang berarti “menjauh dari”

dan “tidak memberikan suara”. Husserl menggunakan epoche untuk

term bebas dari prasangka. Dengan epoche kita menyampaikan

penilaian, bias, dan pertimbangan awal yang kita miliki terhadap

objek. Dengan kata lain, epoche adalah pemutusan hubungan dengan

pengalaman dengan pengetahuan yang kita miliki sebelumnya.

Epoche adalah syarat agar subjek yang tengah berefleksi menahan

untuk sementara keyakinan realitas yang secara normal dan tanpa

susah payah muncul bersama citra-citra perseptual dan perbuatan

intensional kesadaran lainnya.28

Oleh karena epoche memberikan cara

pandang yang sama sekali baru terhadap objek, maka dengan epoche

kita dapat menciptakan ide, perasaan, kesadaran dan pemahaman yang

baru. Epoche membuat kita masuk ke dalam dunia internal yang murni

sehingga memudahkan untuk pemahaman akan diri dan orang lain.

Dengan demikian tantangan terbesar ketika melakukan epoche

adalah terbuka atau jujur terhadap diri sendiri. Segala sesuatu yang

berhubungan dengan penilaian terhadap orang lain harus

dikesampingkan. Hanya persepsi dan tindakan sadar kitalah yang

menjadi titik untuk menemukan makna, pengetahuan, dan kebenaran.

27

Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer, h. 209-210. 28

Alex Sobur, Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2013), h. 45.

Page 41: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

28

b. Reduksi Fenomenologi

Ketika epoche adalah langkah awal untuk memurnikan objek dari

pengalaman dan prasangka awal, maka tugas dari reduksi

fenomenologi adalah menjelaskan dalam susunan bahasa bagaimana

objek itu terlihat. Fokusnya terletak pada kualitas dari pengalaman,

sedangkan tantangan ada pada pemenuhan sifat-sifat alamiah dan

makna dari pengalaman.

Reduksi fenomenologis bertujuan membendung segenap prasangka

subjek mengenai objek yang hendak dicari esensinya. Jelasnya, reduksi

model ini dimaksudkan untuk menyaring pengalaman sehingga orang

sampai pada fenomen semurni-murninya.29

Epoche bertujuan agar keterangan yang tampak dalam fenomena

tersebut benar-benar asli atau tidak terlebih dahulu dicampuri oleh

presuposisi pengamat. Reduksi akan membawa kita kembali pada

bagaimana kita mengalami sesuatu.

c. Variasi Imajinasi

Tahap ketiga dari variasi imajinasi ini adalah mencari makna-

makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi, kerangka

rujukan, pemisahan dan pembalikan, serta pendekatan terhadap

fenomena dari perspektif, posisi, peranan, dan fungsi yang berbeda.

29

Alex Sobur, Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi, h. 46.

Page 42: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

29

Tujuannya tiada lain untuk mencapai deskripsi struktural dari sebuah

pengalaman.

Target dari tahap ini adalah makna dan bergantung dari intuisi

sebagai jalan untuk mengintegrasikan struktur ke dalam esensi

fenomena. Dalam berpikir imajinatif, kita dapat menemukan makna-

makna potensial yang dapat membuat sesuatu yang asalnya tidak

terlihat menjadi terlihat jelas. Membongkar hakikat fenomena dengan

memfokuskannya pada kemungkinan-kemungkinan yang murni adalah

inti dari variasi imajinasi.

Dalam tahap ini, dunia dihilangkan, segala sesuatu menjadi

mungkin. Segala pendukung dijauhkan dari fakta dan entitas yang

dapat diukur dan diletakkan pada makna dan hakikatnya. Dalam

kondisi seperti ini, intuisi tidak lagi empiris namun murni imajinatif.

d. Sintesis Makna dan Esensi

Sintesis makna dan esensi ini adalah tahap terakhir dalam

penelitian fenomenologi. Husserl mendefinisikan esensi sebagai

sesuatu yang umum dan universal. Esensi tidak pernah terungkap

secara sempurna. Sintesis struktural dan tekstural yang fundamental

akan mewakili ini dalam waktu dan tempat tertentu, serta sudut

pandang imajinatif dan studi reflektif seseorang terhadap suatu

fenomena.

Page 43: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

30

Dalam proses terakhir ini, peneliti mendeskripsikan secara

tekstural ke dalam sebuah pernyataan. Hal tersebut menjadi hakikat

dari fenomena yang diteliti secara keseluruhan. Setelah peneliti

melakukan penelitian dengan cara pengamatan dan wawancara

mendalam terhadap objek penelitian yaitu Wartawan Program Redaksi

Sore Trans7, peneliti akhirnya mendapat sebuah kesimpulan tentang

pemahaman wartawan Redaksi Sore tentang Kode Etik Jurnalistik dan

apakah ada pelanggaran yang dilakukan berdasarkan pasal-pasal yang

ada dalam Kode Etik Jurnalistik serta kesimpulan akhir.

G. Teori Konstruksi Realitas Sosial

Menurut Schwandt, pemikiran konstruktivis memiliki model yang

beragam. Salah satunya adalah pendekatan konstruksionisme yang

dipakai oleh Peter L.Berger bersama Thomas Luckmann dalam The

Social Construction of Reality tahun 1966. Dalam perspektif ini,

Berger-Luckmann menyatakan bahwa pengertian dan pemahaman kita

terhadap sesuatu muncul akibat komunikasi dengan orang lain.

Realitas sosial sesungguhnya tidak lebih dari sekedar hasil konstruksi

sosial dalam komunikasi tertentu.30

Begitu juga dengan konstruksi sosial yang dibangun oleh

wartawan. Bahwa realitas atau peristiwa politik yang ada di tengah

masyarakat akan dikonstruksi menjadi berita oleh wartawan

30

Rulli Nasrullah, “Konstruksi Media;Pembentukan dan Kebijakan terhadap Berita di

Media,” Dakwah, Vol.XIV, No.2 (Desember 2010) h. 297.

Page 44: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

31

dipengaruhi secara mikro oleh ideologi redaksi dan secara makro oleh

ideologi (sistem politik) negara tertentu di mana media massa tempat

wartawan itu berada.31

Dengan demikian, paradigma kostruktivisme memandang bahwa

berita yang disampaikan oleh media massa pada dasarnya merupakan

hasil konstruksi realitas dari sebuah peristiwa. Tugas wartawan, sesuai

dengan ideologi media massa bersangkutan, menceritakan kembali

suatu peristiwa kepada publik menurut versi dan sudut pandang

wartawan tersebut. Dengan demikian, berita yang ada di media massa

dan sampai di tangan publik adalah realitas yang sama sekali baru dan

berbeda dari realitas yang ada sebagai hasil dari upaya wartawan

dalam mengkonstruksi realitas yang melibatkan produksi dan

pertukaran makna dalam bahasa sebagai unsur utamanya. Oleh karena

itu, realitas bersifat subyektif karena ia dihadirkan oleh konsep

subyektifitas wartawan yang mengkonstruksi realitas berdasarkan

sudut pandang tertentu.32

Gans memberikan penekanan bahwa bila terjadi suatu peristiwa

sosial, maka peristiwa itu akan diangkat oleh wartawan dengan cara

yang berbeda. Sebab, peristiwa tidak menghadirkan fakta-fakta apa

adanya sebagai bahan berita, melainkan fakta atau realitas yang ada

adalah hasil konstruksi yang dilakukan oleh wartawan dan dalam

31

Rulli Nasrullah, “Konstruksi Media;Pembentukan dan Kebijakan terhadap Berita di

Media,” Dakwah, Vol.XIV, No.2 (Desember 2010), h. 301. 32

Rulli Nasrullah, “Konstruksi Media;Pembentukan dan Kebijakan terhadap Berita di

Media,” Dakwah, Vol.XIV, No.2 (Desember 2010), h. 303.

Page 45: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

32

melakukan konstruksi itu fakta dipahami secara berbeda sesuai dengan

sudut pandang atau konsepsi awal wartawan.33

Sedangkan dalam pandangan konstruktivis, media merupakan

subyek yang mengkosntruksi realitas atau dengan kata lain media

adalah adalah agen konstruksi yang mendefinisikan realitas bukan

cerminan dari realitas (mirror of reality). Berita di media bukanlah

representasi dari realitas, melainkan hasil dari konstruksi kerja

jurnalistik. Proses kerja wartawan mulai dari penentuan pemilihan

fakta, sumber, pemakaian kata, gambar atau foto, sampai pada proses

penyuntingan merupakan proses kerja bagaimana realitas itu

dihadirkan kepada khalayak.34

Wartawan adalah agen konstruksi yang tidak hanya menghadirkan

realitas secara apa adanya, tetapi juga turut mendefinisikan realitas

tersebut. Namun, proses konstruksi itu tidak hanya terjadi ketika suatu

realitas sudah berada di meja redaksi dan siap diolah menjadi berita.

Saat menentukan mana realitas yang dipilih dan layak untuk dilakukan

peliputan pun sudah ada kriteria-kriteria yang menjadi pedoman bagi

wartawan, yaitu kriteria teknis dan criteria yang berkaitan dengan

kualitas atau bobot produk berita.

33

Rulli Nasrullah, “Konstruksi Media;Pembentukan dan Kebijakan terhadap Berita di

Media,” Dakwah, Vol.XIV, No.2 (Desember 2010), h. 303. 34

Rulli Nasrullah, “Konstruksi Media;Pembentukan dan Kebijakan terhadap Berita di

Media,” Dakwah, Vol.XIV, No.2 (Desember 2010), h. 304.

Page 46: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

33

BAB III

GAMBARAN UMUM TRANS7 DAN PROGRAM REDAKSI

A. Trans7

1. Sejarah Trans7

TRANS7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi

dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia.

Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok

Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, Trans7 lahir

sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang

mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta

kepribadian yang aktif.

Trans7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari

Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor

809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah

diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual

Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama strategis antara Para Group dan

KKG, TV7 melakukan re-launching pada 15 Desember 2006 sebagai

Trans7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya Trans7, di

bawah naungan PT. Trans Corpora yang merupakan bagian dari

manajemen Para Group yang saat ini telah berubah nama menjadi CT

Corp.

Page 47: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

34

Akhir tahun 2012 bersama dengan Trans TV dan Detikcom dalam

media CT Corp di bawah naungan payung TRANSMEDIA, Trans7

diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program in-

house productions yang bersifat informatif, kreatif dan inovatif serta

komitmen menyajikan yang terbaik bagi pemirsa keluarga Indonesia

dengan berbagai pilihan program berupa hiburan, informasi, olah raga dan

program anak disajikan secara lengkap.

2. Visi dan Misi Trans7

Visi:

a) Dalam jangka panjang, Trans7 menjadi stasiun televisi terbaik

di Indonesia dan di ASEAN.

b) Trans7 juga berkomitmen selalu memberikan yang terbaik bagi

stakeholders dengan menayangkan program berkualitas dan

mempertahankan moral serta budaya kerja yang dapat diterima

stakeholders.

Misi:

a) Trans7 menjadi wadah ide dan aspirasi guna mengedukasi dan

meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Page 48: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

35

b) Trans7 berkomitmen untuk menjaga keutuhan bangsa serta

nilai-nilai demokrasi dengan memperbaharui kualitas tayangan

bermoral yang dapat diterima masyarakat dan mitra kerja.1

3. Logo Trans7

Logo dengan simbol "Diamond A" ditengah kata TRANS yang

dimiliki TRANSMEDIA termasuk Trans Tv dan Trans7 merefleksikan

kekuatan dan semangat baru yang memberikan inspirasi bagi semua orang

di dalamnya untuk menghasilkan karya yang gemilang, diversifikasi

konten atau keunikan tersendiri serta kepemimpinan yang kuat.

Masing-masing warna dalam logo ini memiliki makna dan filosofi.

Warna kuning sebagai cerminan warna keemasan pasir pantai yang

berbinar dan hasil alam Nusantara sekaligus melambangkan optimis

masyarakat Indonesia. Sedangkan rangkaian warna hijau menggambarkan

kekayaan alam Indonesia yang hijau dan subur, serta memiliki

ketangguhan sejarah bangsa. Warna biru melambangkan luasnya

cakrawala dan laut biru sekaligus menggambarkan kekuatan generasi

1Research and Development Trans7, “Visi dan Misi Trans7,” diakses pada 17 November

2014 dari http://www.trans7.co.id/?halaman=artikel&id=37

Page 49: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

36

muda bangsa Indonesia yang handal dan memiliki harapan tinggi. Yang

terakhir adalah rangkaian warna ungu, menggambarkan keagungan dan

kecantikan budaya dan seni bangsa Indonesia yang selalu dipuja dan

dihargai sepanjang masa.2

Semua rangkaian warna yang mengandung makna cerita di dalamnya,

menyatu dengan serasi dan membentuk simbol yang utuh, kuat dan

bercahaya di dalam Berlian berbentuk A ini. Sehingga bisa dipahami

makna dari logo baru TRANSMEDIA ini menjadi tanda yang

menyuarakan sebuah semangat dan perjuangan untuk mencapai

keunggulan yang tiada banding mulai dari sekarang hingga masa

mendatang.

4. Struktur Organisasi Trans7

Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Chairul Tanjung

Komisaris : Agung Adiprasetyo

Ishadi SK

Asih Winanti

Dewan Direktur

Direktur Utama : Atiek Nur Wahyuni

2 Research and Development Trans7, “Logo Trans7,” diakses pada 17 November 2014

dari http://www.trans7.co.id/?halaman=artikel&id=37

Page 50: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

37

Direktur Keuangan dan

Sumber Daya Manusia : Ch. Suswati Handayani

Direktur Programming dan

Operasional Broadcast : Achmad Ferizqo

Direktur Produksi : Andi Chairil

Kepala Divisi

Kepala Divisi Sales : Arnie Yuliartiningsih

Kepala Divisi Promotion : Tedja Andarwan

Kepala Divisi News : Titin Rosmasari

Kepala Divisi HR & GS : Latief Harnoko

Kepala Divisi Programming : Leona Anggraeni

Kepala Divisi Produksi : M. Taufik Hidayat

5. Program Acara Trans7

Sebagai hiburan setiap harinya di layar kaca, Trans7 menghadirkan

satu program komedi berbeda yang sanggup mengocok perut dengan

candaan cerdas khas masa kini. Bersama dengan Denny Chandra, Cak

Lontong, Fitri Tropica, Komeng dan sederat komedian papan atas

Indonesia dalam Indonesia Lawak Klub (ILK).

Tetap setia menghibur pemirsa Trans7 selama hampir satu dekade,

Bukan Empat Mata bersama Tukul Arwana, yang merupakan

transformasi dari Empat Mata, program talkshow komedi paling

Page 51: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

38

fenomenal di Indonesia. Melengkapi sajian program talkshow di

Trans7, hadir juga di layar kaca, program Hitam Putih, talkshow

inspiratif yang sudah banyak mengisahkan perjalanan hidup manusia

yang menginspirasi dan dipandu oleh Deddy Corbuzier.

Dijajaran program informasi, Trans7 menghadirkan sederet

program berita dan dokumenter unggulan. Redaksi, hadir setiap pagi,

siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis, update

dan informatif. Program dokumenter unggulan lainnya yaitu Jejak

Petualang, Ragam Indonesia, Mancing Mania, Indonesiaku, Orang

Pinggiran, memberikan wawasan unik tentang Indonesia dan

diharapkan mampu membuka cakrawala dan pandangan berbeda bagi

pemirsa.

Tidak kalah informatif, program hiburan seperti Selebrita Pagi,

Selebrita Siang, dan Seleb Expose, semakin lengkap menambah

cakrawala di ruang keluarga dari sisi yang berbeda, serta program

variety show trensetter seperti On The Spot dan Spotlite yang

kehadirannya selalu dinantikan oleh pemirsa.

Trans7 juga menghadirkan beragam program olahraga guna

memenuhi hasrat pencinta olahraga akan program olahraga bermutu

dan informasi terkini. Para pecinta otomotif dan MotoGP diajak untuk

memacu adrenalin di lintasan balap kelas dunia. Trans7 juga

menyajikan tayangan informasi olahraga setiap hari di layar pemirsa,

Page 52: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

39

di antaranya Sport7, One Stop Football, Galeri Sepak Bola Indonesia,

dan Highlights Motogp.

Trans7 juga tidak melupakan pemirsa cilik dan remaja dengan

memberikan pengetahuan dan hiburan bagi mereka. Bocah Petualang,

menghadirkan keunikan kehidupan anak-anak di seluruh penjuru

Indonesia. Laptop Si Unyil dan Unyil Keliling Dunia memberikan

ilmu pengetahuan yang mendasar bagi para pemirsa cilik. Tau Gak Sih,

yang dikemas dalam bentuk tanya jawab untuk menambah wawasan

bagi para pemirsa remaja. Tidak ketinggalan program edukasi anak

yang sarat informasi, Dunia Binatang, yang mengandalkan kekuatan

karakter animasi Dolphino dan Otan sebagai maskot program tersebut.

Melengkapi sajian film-film berkualitas, Teater7 hadir pada momen-

momen spesial, mengisi layar kaca anda yang menghibur anda dan

keluarga.3

6. Penghargaan Trans7

Tahun 2014

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Award 2014

a. Kategori Program Anak Terbaik : Si Bolang

KPI Award 2014

a. Kategori Program Feature Terbaik : Merajut Asa

3 Research and Development Trans7, “Program Acara Trans7,” diakses pada 17

November 2014 dari http://www.trans7.co.id/?halaman=artikel&id=37

Page 53: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

40

Tahun 2013

a. Adinegoro 2013 : Indonesiaku

b. KPID Award 2013 - Jawa Tengah

Kategori Televisi Berjaringan Peduli Jawa Tengah terbaik : Si

Bolang

c. KPID Award 2013 - Bali

Kategori Terbaik Program Feature : Indonesiaku

d. Runner Up CNN Television Journalist Award 2013

Kategori Environment/Lingkungan : Merajut Asa

e. KPID Award Sulawesi Selatan 2013

Kategori Program Televisi SSJ : Indonesiaku eps. "Beruah

Terisolir di Tengah Warisan"

f. Anugerah Jurnalistik Pertamina 2013 : Merajut Asa

g. Taruna Merah Putih PDI Perjuangan : Indonesiaku

h. KPID Award 2013 - Kalimantan Barat

Kategori Konten Lokal : Indonesiaku

i. Anugerah Peduli Pendidikan Kemendikbud 2013

j. Journalist Award Migran Care - Aji 2013

Untuk Perlindungan Buruh Migran : Redaksi Kontroversi4

4 Research and Development Trans7, “Penghargaan Trans7,” diakses pada 17 November

2014 dari http://www.trans7.co.id/?halaman=artikel&id=37

Page 54: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

41

A. Program Berita Redaksi Trans7

1. Latar Belakang Program Redaksi

Divisi news Trans7 hadir bersamaan dengan beroperasinya stasiun

televisi Trans7. Program berita pada stasiun Trans7 ini memiliki nama

program berita yaitu Redaksi. Redaksi adalah program berita bulletin

Trans7. Hadir empat kali sehari yaitu pagi, siang, sore, dan malam.

Program yang hadir setiap jam-jam tertentu ini diberi nama sesuai waktu

tayangnya.

Program Redaksi Pagi hadir setiap hari Senin-Jumat pukul 06.30,

Redaksi Siang hadir setiap hari pukul 11.30, Redaksi Sore hadir setiap hari

Senin-Jumat pukul 15.45 dan Sabtu-Minggu pukul 16.30, dan Redaksi

Malam hadir setiap hari Senin-Jumat pukul 01.15 WIB.

“Awalnya sekitar tahun 2006 akhir, dulu nama media ini adalah Tv7

dan berubah menjadi Trans7 yang awalnya nama program beritanya itu

Tajuk dan berubah untuk mengganti nama, nama bulletinnya apa dan

disepakati di rapat news itu namanya Redaksi dan pada dasarnya kenapa

kita punya Redaksi itu sama dengan televisi lain, karena ini kan bulletin,

pada dasarnya semua televisi yang mempunyai divisi news tentunya yang

menjadi salah satu nilai ukur untuk sebuah televisi yang mempunyai divisi

news adalah itu bulletinnya, karena itu adalah pertarungan di mata publik

berita-berita update nya apa dan bisa dikatakan yang namanya televisi itu

ada divisi beritanya ya wajib punya bulletin. Dan beritanya yang update

setiap saat itu ya bulletin, kenapa kita punya yang namanya bulletin, dan

kenapa namanya Redaksi ya itu karena hasil diskusi panjang dan

muncullah nama Redaksi.”5

Program Redaksi Pagi merupakan sebuah program yang dikemas

dalam format soft dan dimana didalamnya penuh dengan informasi yang

mengarah ke feature yang menarik, unik, edukatif dan berbeda. Program

5 Wawancara Pribadi dengan Eksekutif Produser Program Redaksi Trans7, Pasaoran

Simanjuntak, Rabu, 26 November 2014 di Lantai 5 Gedung Trans Tv.

Page 55: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

42

yang tayang setiap pukul 06.30 WIB di setiap Senin sampai Jumat ini

berisikan materi berita dari dalam dan luar negeri yang aktual dan terkini.

Khusus untuk berita Internasional, materi yang ditampilkan adalah

informasi yang memiliki kedekatan dengan masyarakat Indonesia.

Sementara, kejadian-kejadian yang berlangsung di kawasan Timur

Tengah, Asia, dan Asia Tenggara serta beberapa kawasan yang berdekatan

dengan Indonesia akan menjadi pilihan utama berita-berita dari luar

negeri.

Program yang diramu selama enam puluh menit ini akan disajikan ke

hadapan pemirsa dengan lima kemasan berita yang berbeda. Materi berita

yang ditampilkan diantaranya berupa perkembangan berita politik,

ekonomi, sosial terkini serta berbagai peristiwa menarik lainnya.6

Selain itu ada pula Program Redaksi Siang adalah program berita yang

mengedepankan prinsip aktualitas yang terjadi sepanjang pagi hingga

siang hari. Redaksi siang ditayangkan pada pukul 11.30 WIB. Redaksi

Siang akan hadir dengan tiga segmen utama. Segmen pertama akan diisi

dengan berita-berita aktual berdasarkan peristiwa yang terjadi sepanjang

pagi, dilanjutkan dengan segmen kedua yang bisa merupakan up date

terkini dari dalam dan laur negeri. Dalam segmen ini masih dimungkinkan

juga untuk menampilkan informasi lain yangpaling terbaru atas peristiwa

yang ditampilkan melalui hubungan telepon. Segmen ketiga akan

menampilkan informasi ringan yang pasti disukai pemirsa.

6 http://id.wikipedia.org/wiki/Redaksi_(acara_televisi) diakses pada Rabu, 30 April 2014

pukul 09.00 .

Page 56: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

43

“Adapun program berita Redaksi Siang itu tayangnya siang dan

kebanyakan ibu-ibu yang menonton, jadi lebih ke female, kalau berita

politiknya juga yang ada kaitannya dengan perempuan, misalnya Jokowi

ketemu dengan Gubernur se-Indonesia dia belum tentu ke angkat naik di

berita, tapi kalau misalkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)

itu kan kaitannya kerumah tangga, dan berkaitan dengan perempuan, itu

pasti naik jadi berita.”7

Redaksi Sore adalah bulletin berita dengan format hard news yang

dikombinasikan dengan liputan tematik. Redaksi Sore disajikan secara

elegan dengan story telling dan menjadikan setiap persoalan langsung

bersentuhan dengan kepentingan pemirsa. Redaksi Sore hadir pada pukul

16.15 WIB.

“Kalau sore politiknya kuat, hukum kriminalnya juga kuat, dan punya

segmen khusus yang namanya Redaksi Kontroversi dan tayang setiap

Sabtu dan Minggu.”8

Pada waktu malam hadir Redaksi Malam, Redaksi Malam adalah

sebuah program bulletin berita hard news yang menawarkan kemasan

berita secara lebih cepat. Dengan target mahasiswa kaum laki-laki,

Redaksi Malam juga akan diisi dengan berita-berita jenis features yang

unik, penuh dengan informasi yang akan menjadi incaran bagi kaum laki-

laki. Program berita berdurasi 30 menit ini ditayangkan guna menjadi

program berita terbaru dari berita yang telah ditayangkan pada sore

harinya. Selain mendistribusikan berita yang dibutuhkan bagi kelompok

pria, tak tertutup kemungkinan program yang ditayangkan mulai pukul

7 Wawancara Pribadi dengan Produser Koordinator Liputan Redaksi Trans7, Muhammad

Asri Rasma, Sabtu, 29 November 2014 di Lantai 5 Gedung Trans Tv. 8 Wawancara Pribadi dengan Produser Koordinator Liputan Redaksi Trans7, Muhammad

Asri Rasma, Sabtu, 29 November 2014 di Lantai 5 Gedung Trans Tv.

Page 57: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

44

01.15 - 01.45 WIB ini juga menampilkan berita kriminal yang dikemas

secara cepat.

“Kalau malam sifat beritanya features dan berbeda tentunya yang akan

menjadi bagian dalam program berita ini. Salah satu segmen menarik yang

dinamakan ‘Jalan Malam’ berupaya menampilkan laporan spesial yang

didedikasikan bagi masyarakat pecinta udara segar di waktu malam.

Dimana isinya tentang kuliner malam, budaya malam, komunitas-

komunitas malam sama misteri-misteri malam.”9

Adapula program Redaksi yang disajikan oleh Trans7 yaitu Redaksi

Kontroversi, program ini dikhususkan pada berita-berita dengan topik

yang berat. Menggunakan jenis investigative program ini ditayangkan

dengan format yang berbeda. Memberikan mahasiswa sajian informasi

yang menjadi kebutuhan masyarakat tentang sebuah hal yang menjadi

kontroversi. Program Redaksi Kontroversi hadir pada hari sabtu dan

minggu pukul 16.30 WIB.

Selain melakukan tugas peliputan secara off the record, biasanya

program Redaksi Sore Trans7 melakukan kegiatan peliputan secara

langsung (live). Biasanya para reporter melakukan peliputan secara

langsung apabila terjadi kejadian yang wajib untuk diinformasikan secara

cepat kepada masyarakat. Contohnya seperti terjadi gempa bumi, banjir,

hingga kejadian-kejadian yang dirasa harus cepat dan langsung

diinformasikan kepada masyarakat.

Dalam memproduksi berita, para reporter mencari dan menggali setiap

peristiwa yang terjadi untuk diinformasikan kepada masyarakat banyak.

9 Wawancara Pribadi dengan Produser Koordinator Liputan Redaksi Trans7, Muhammad

Asri Rasma, Sabtu, 29 November 2014 di Lantai 5 Gedung Trans Tv.

Page 58: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

45

Selain mencari berita, reporter pun biasanya menuliskan naskah berita

hasil peliputan dilapangan.

2. Logo Redaksi Sore Trans7

Sumber: Data Perusahaan 2014

Logo tersebut merupakan logo dari program Redaksi Sore Trans7.

Logo Redaksi Sore Trans7 membentuk empat sisi persegi panjang yang

merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja

yang akrab dan mudah beradaptasi. Nama Redaksi Sore melambangkan

bahwa program ini merupakan program berita yang disiarkan pada sore

hari. Selain itu dengan latar bergambar dunia menggambarkan bahwa

berita yang disiarkan oleh Redaksi Sore Trans7 berasal dari seluruh

dunia.10

10

Research and Development Trans7, “Logo Program Redaksi Sore Trans7,”

Page 59: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

46

3. STRUKTUR ORGANISASI PROGRAM REDAKSI SORE

Sumber : Data Trans7

PEMIMPIN REDAKSI

TITIN ROSMASARI

KEPALA DEPARTEMEN SUKARYA WIGUNA

EKSEKUTIF PRODUSER PASAORAN SIMANJUNTAK

MANYUS PAGAR ALAM

PRODUSER M.GOGOR PAMBUDI

TAUFIK IRMANSYAH

PURWANTO

KOORDINATOR LIPUTAN MUH ASRI RASMA

MUFTHI AKBAR

CINDY AGUSTINA

ERLANGGA WISNUAJI

KOORDINATOR DAERAH WISNU NURSABDO

STEVENS SAUNE

ASISTEN PRODUSER IKI RAHAYU

NOVIANTO NUGROHO

REZA RAMANTA

REPORTER AANG WAHYU ARIESTA SARI

RIVO PAHLEVI AKBARSYAH

ALBY KARUNIA PRATAMA

RAF RAF KAHFI

FANDI HASIB

PUTI NURUL FATIMAH

MUMTAZA

ASTZA CAHYA PERMATASARI

GUNTUR ARBIANSYAH

GENTA MUHARDIANSYAH

RUTH DAMAI HATI PAKPAHAN

EMILIA JUNIARTA

FITRIE NURANI

SEPTIANI AYA WULANDARI

MATIUS UTOMO

YAMA PRADHANA SUMBODO

AMRU JANURI

MONICA NOEVA

CAMERA PERSON ANINDITA DITO PRADANA

NIKE CAROLINA

INDRA SEPTYAWAN

HENDRA RUKMANA

A.RENDRO BASKORO

KURNIA YUNIARWAN

AYIP IQBAL W.

DONI PRIMO PUTRO

HERWONO

YOSUA EDDY KURNIAWAN

DEDY APRIADI

Page 60: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

47

BAB IV

DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Analisis Fenomenologi

Dalam analisis fenomenologi terdapat empat proses yang dijadikan

peneliti dalam memberi gambaran kondisi di lapangan atau pada saat

penelitian. Lewat tahapan proses tersebut peneliti akan mengetahui

bagaimana narasumber memberikan pemahaman tentang Kode Etik

Jurnalistik, khususnya dalam dunia televisi berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman yang mereka miliki.

1. Epoche

Pada proses pertama ini, peneliti melepaskan segala perkiraan dan

asumsi terhadap objek penelitian. Dengan epoche kita memberikan cara

pandang yang sama sekali baru terhadap objek. Sehingga memudahkan

untuk pemahaman akan diri dan orang lain. Hanya persepsi dan tindakan

sadar kitalah yang menjadi titik untuk menemukan makna, pengetahuan,

dan kebenaran.1 Dengan kata lain, selama peneliti melakukan penelitian

terhadap objek penelitian, tahap awal adalah peneliti selalu berusaha tidak

mencampuri apa yang peneliti ketahui dan interpretasikan tentang

wartawan dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) itu sendiri.

Sepuluh wartawan yang menjadi objek penelitian awalnya diamati

lewat keseharian mereka di ruang redaksi dan di lapangan. Bagaimana

1 Engkus Kuswarno, Fenomenologi: Metode Penelitian Komunikasi: Konsepsi, Pedoman,

dan Contoh Penelitiannya (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), h. 22.

Page 61: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

48

wartawan Redaksi Sore meliput, berinteraksi dengan narasumber dan

wartawan dari media lain. Sedangkan para koordinator liputan bertugas di

ruang redaksi dan mengontrol kinerja para reporter dengan berkoordinasi

dengan redaktur yang memuat hasil kinerja mereka dengan menerima

berita dari reporter kemudian mengedit dan melakukan check dan recheck

terhadap berita tersebut.

Selama melakukan penelitian, peneliti berusaha tidak memberikan

penilaian apapun terhadap wartawan Redaksi Sore Trans7. Peneliti hanya

mengamati cara kerja dan aktivitas mereka dalam bekerja.

2. Reduksi Fenomenologi

Proses selanjutnya adalah reduksi fenomenologi yang menjelaskan

dalam susunan bahasa bagaimana objek itu terlihat. Dengan reduksi ini,

peneliti menggambarkan fenomena apa yang terlihat dari objek penelitian.

Interaksi dan penilaian awal terhadap wartawan Redaksi Sore mulai

diberikan. Penilaian tersebut memberikan kesadaran kepada peneliti

tentang pengalaman dari wartawan Redaksi Sore. Pada tahap ini, peneliti

menggambarkan apa yang telah disampaikan oleh setiap objek penelitian

lewat pengamatan.

Pada proses ini, Peneliti memberikan gambaran yang hampir sama

terhadap Wartawan Redaksi Sore yang menjadi objek penelitian. Hal itu

dikarenakan pemahaman setiap objek penelitian terhadap fenomena apa

yang diteliti hampir sama. Mereka memiliki pemahaman yang sama

tentang Kode Etik Jurnalistik namun dalam mempraktekkannya berbeda-

Page 62: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

49

beda. Ada beberapa wartawan yang paham setiap pasal dan

menjadikannya sebagai landasan profesi kewartawannya. Namun, ada juga

yang masih kurang paham karena mereka baru berprofesi sebagai

wartawan, tetapi mereka tetap menerapkan Kode Etik Jurnalistik itu

sebagai pedoman dalam mencari berita di lapangan.

Melalui reduksi fenomenologi, peneliti mengidentifikasi unsur-

unsur hakiki pengalaman akan fenomena yang terjadi di lapangan.

Dimana, peneliti sadar akan pengalaman dan pemahaman pada setiap

objek penelitian. Penggambaran dalam tahap ini meliputi pengalaman,

pemikiran, pemahaman serta perasaan yang muncul dalam kesadaran

peneliti ketika mengarahkan kepada fenomena yang dalam penelitian ini

adalah Kode Etik Jurnalistik.

3. Variasi Imajinasi

Tahap ketiga merupakan variasi imajinasi, dimana peneliti

menggunakan imajinasi untuk mempertanyakan bagaimana setiap

Wartawan Redaksi Sore membentuk pengalaman dan pemahaman tentang

KEJ. Lewat variasi imajinasi peneliti mengidentifikasikan kondisi yang

berhubungan dengan fenomena pemahaman KEJ. Mengapa ada beberapa

wartawan yang paham dan menjalankan KEJ, serta ada beberapa wartawan

yang masih kurang paham tetapi tetap menjalankan KEJ sesuai dengan

aturan dan pedoman yang ada. Peneliti mulai melihat latar belakang,

hubungan sosial, berapa lama bekerja menjadi wartawan dan faktor

Page 63: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

50

lainnya. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah pertanyakan yang

membentuk pemahaman wartawan terhadap KEJ itu sendiri.

Tugas dari variasi imajinasi ini adalah mencari makna-makna yang

memanfaatkan imajinasi serta pendekatan terhadap fenomena dari sudut

pandang perspektif, posisi, peranan, dan fungsi yang berbeda, yang

tujuannya adalah untuk mencapai deskripsi struktural dari sebuah

pengalaman.

Dalam tahap ini, makna bergantung pada intuisi sebagai jalan

untuk mengintegrasikan struktur ke dalam esesnsi fenomena. Peneliti

dapat menemukan makna-makna potensial yang dapat membuat yang

mulanya tidak terlihat menjadi terlihat jelas. Untuk itu, peneliti

memfokuskan pada apa saja kemungkinan yang membentuk pemahaman

wartawan Redaksi Sore tentang KEJ dan bagaimana cara mereka

menjalankan KEJ dalam penerapannya di lapangan.

4. Sintesis Makna dan Esensi

Tahap ini adalah tahap terakhir dalam penelitian fenomenologi.

Husserl mendefinisikan esensi sebagai sesuatu yang umum dan berlaku

universal. Karena esensi tidak pernah terungkap secara sempurna. Dimana,

sintesis struktural dan dan tekstural yang akan mewakili esensi ini dalam

waktu dan tempat tertentu, serta sudut pandang imajinatif seseorang

terhadap fenomena.2

2 Engkus Kuswarno, Fenomenologi: Metode Penelitian Komunikasi: Konsepsi, Pedoman,

dan Contoh Penelitiannya, h. 23.

Page 64: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

51

Proses terakhir dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan

secara tekstural ke dalam sebuah pernyataan. Setelah peneliti melakukan

pengamatan dan wawancara mendalam terhadap wartawan Redaksi Sore,

peneliti akhirnya mendapat sebuah kesimpulan tentang pemahaman

wartawan Redaksi Sore tentang Kode Etik Jurnalistik dan

pengaplikasiannya di lapangan serta kesimpulan akhir.

B. Karakteristik Informan

Tabel 1. Karakteristik Informan

Nama Informan Jenis Kelamin

(P/L)

Latar Belakang

Pendidikan

Usia (Tahun)

Lama Bekerja di

Redaksi Sore

Aang Wahyu A. P S1 Komunikasi 26 2,5 Tahun

Rivo Pahlevi A. L S1 Psikologi 24 1,5 Tahun

Alby Karunia P. L S1 Komunikasi 24 1 Tahun Raf Raf Kahfi L S1 Komunikasi 29 2,5 Tahun Fandi Hasib L S1 Komunikasi 26 8 Bulan Puti Nurul F. P S1 Psikologi 24 2 Tahun

Mumtaza P S2 Hukum Internasional

25 8 Bulan

Astza Cahya P. P S1 Komunikasi 25 8 Bulan Guntur A. L S1 Teknik

Informatika 24 8 Bulan

Genta M. L S1 Hukum 27 2 Tahun

Page 65: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

52

1. Analisis Informan 1

Yang menjadi objek informan pertama adalah Aang Wahyu A.S,

perempuan berusia 26 tahun ini sudah bekerja menjadi wartawan di Redaksi

Sore selama dua setengah tahun. Memiliki gelar Sarjana Komunikasi dari

salah satu universitas di Solo yang menganggap bahwa dunia jurnalistik

adalah hobinya. Karena passion di dunia jurnalistik menjadikan dunia

jurnalistik sebagai pekerjaan yang cocok baginya. Sebelum bekerja menjadi

reporter di Redaksi Sore Trans7, Aang sudah memiliki cukup pengalaman

bekerja di media sebagai jurnalis. Karena sebelumnya pernah menjadi reporter

“Mengejar Matahari Trans7” dan reporter “Indonesiaku Trans7”. Hal itu

menjadikannya memiliki pengalaman yang cukup dalam menganalisis suatu

peristiwa untuk dijadikan menjadi sebuah berita.

Dengan memiliki pengalaman sebagai jurnalis di media, Aang selalu

mengedepankan sikap independen dan paham betul tentang Kode Etik

Jurnalistik.

“Kode Etik Jurnalistik itu sebagai aturan yang mengatur tentang cara kerja wartawan, dimana kita menyampaikan fakta yang sebenarnya tanpa kita mencampurkan opini-opini kita atau mencampurkan opini orang dan tidak menyebarluaskan berita yang menyangkut suku, agama dan ras (SARA) dan lainnya.”3

Mengenai pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik, Aang

memang tidak hafal secara keseluruhan, namun jika dihadapkan dengan pasal-

pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik, Aang mampu menjelaskan point-

point pentingnya sesuai dengan penafsiran yang ada dalam KEJ itu sendiri.

3 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Aang Wahyu, 17 November

2014 di Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 66: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

53

Bahkan, Aang mengatakan bahwa KEJ tersebut sudah melekat di otak dan

menjadi pedoman profesinya selama menjadi seorang jurnalis.

Istilah cover both side, off the record, hak jawab, hak koreksi, dengan

mudah ia paparkan dengan jelas. Karena selama menjadi jurnalis setiap point

yang ada dalam KEJ sudah pernah ia alami dan laksanakan. Pemahaman

tersebut juga didukung oleh pelatihan A to Z jurnalistik yang didapatkan pada

awal-awal menjadi seorang jurnalis di Trans7.

Mengenai pernah atau tidaknya menerima amplop atau uang dari

narasumber, Aang menjawab belum pernah dan jika sampai ada yang

memaksa untuk menerimanya, amplop tersebut tetap diterima akan tetapi

selanjutnya diserahkan ke kantor. Dan nanti kantor yang akan menindaklanjuti

amplop tersebut. Baginya, wartawan yang menerima amplop atau sering

disebut dengan wartawan amplop, itu adalah suatu pelanggaran terhadap kode

etik, karena itu akan mempengaruhi seseorang dalam penulisan sebuah berita

dan menjadikan seseorang itu menjadi tidak independen dalam melaksanakan

tugasnya sebagai seorang wartawan yang professional.

Menurutnya, wartawan yang professional adalah wartawan yang bekerja

sesuai dengan Kode Etik Juranalistiknya dan paham Undang-Undang Pokok

Pers No.90 tahun 1999, dia menguasai materi, dia melakukan riset yang

mendalam sebelum dia liputan, dia bekerja maksimal dari per pra liputan,

liputan hingga pasca liputan.

Page 67: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

54

“Karena passion saya tuh di dunia jurnalistik dan saya menganggap pekerjaan yang paling cocok dengan saya dan hobi saya adalah jurnalistik ini.”4

Aang sendiri sudah cukup nyaman dengan profesinya menjadi seorang

jurnalis, hal ini dikarenakan ia sudah cukup lama menjadi seorang jurnalis dan

sudah paham cara kerja seorang jurnalis.

Secara keseluruhan, Aang paham dengan Kode Etik Jurnalistik dan ia

sendiri mengatakan sudah melaksanakan dan memegang teguh KEJ tersebut

dan menurut dia, dia belum pernah melakukan sebuah pelanggaran.

“Karena setiap liputan itu kita harus netral, karena dalam setiap wawancara kita harus wawancara yang namanya cover both side dan harus independen.”5

Kesimpulan Pemahaman Informan 1:

Wartawan redaksi sore Trans7 ini paham dengan Kode Etik Jurnalistik.

Hal ini dikarenakan pengalaman yang berlatar belakang pendidikan jurnalistik

dan cukup lamanya ia berprofesi sebagai seorang jurnalis. Sehingga sangat

menerapkan Kode Etik Jurnalistik sebagai pedoman dan landasannya dalam

mencari berita dan menjadikan dirinya tidak pernah menyimpang agar tidak

melanggar ketentuan dari KEJ sendiri dan sampai sekarang ia belum pernah

melakukan pelanggaran yang terkait dengan pasal-pasal yang ada dalam Kode

Etik Jurnalistik. Esensi dari seorang wartawan tersebut mampu ia tampilkan

dalam tugas dan tanggungjawabnya sebagai jurnalis. Sehingga tidak ada

pelanggaran yang dilakukan terkait dengan pasal-pasal dalam KEJ.

4 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Aang Wahyu, di Lower Ground

Gedung Menara Bank Mega. 5 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Aang Wahyu, di Lower Ground

Gedung Menara Bank Mega.

Page 68: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

55

2. Analisis Informan 2

Informan kedua adalah Rivo Pahlevi A. Laki-laki berusia 24 tahun ini

sudah bekerja selama 1,5 tahun sebagai wartawan Redaksi Sore Trans7.

Memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Sosiologi di salah satu

Universitas di Jakarta tidak membuat Rivo menjadi kesulitan dalam menulis

berita. Karena kebiasaan dirinya membaca berita baik cetak maupun online

dan suka menonton acara-acara dialog dan juga pemberitaan di televisi,

memotivasi dirinya untuk menjadi seorang jurnalis. Meskipun sebelumnya

Rivo pernah bekerja di Creative Femina Group dan sebagai Freelance Crew

dalam event-event pemerintah.

Sebelum turun langsung ke lapangan, Rivo diberi pelatihan dari kantor

yang biasa disebut A to Z jurnalistik yang diberikan juga kepada setiap

wartawan yang baru masuk di Redaksi Sore ini. Dalam pelatihan itu, ia

diberikan arahan dan dilatih dalam menghadapi narasumber agar tahu

bagaimana caranya bisa mendapatkan berita atau informasi yang kita butuhkan

secara lengkap, sehingga bisa disampaikan kepada masyarakat dengan baik

dan terpercaya.

Dari pengamatan peneliti selama liputan di lapangan, Rivo terkesan

seorang jurnalis yang sederhana dan tidak suka basa basi. Pola kerjanya selalu

pada cover both side.

“Kalau yang saya tau sih selama ini seorang wartawan itu harus membuat berita yang berimbang itu yang utama, bukan bagaimana kita menyuarakan

Page 69: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

56

masyarakat terhadap program-program berita, tapi bagaimana kita bisa menyampaikan aspirasi pemerintah kenapa mereka melakukan itu, dan untuk apa tujuannya. Selain itu, menyampaikan informasi dengan akurat mengenai data mengenai peristiwa yang terjadi secara benar dan apa adanya.”6

Menurut pemahaman Rivo, esensi dari tugas seorang wartawan adalah

menyampaikan informasi apa yang dia terima dari banyak sisi harus

berimbang dan penyampaian informasinya jangan sampai salah atau berbelok

dari yang aslinya.

Berbicara soal Kode Etik Jurnalistik awalnya Rivo tidak mengetahui dan

dia mengaku tidak hafal setiap pasalnya, namun jika diminta untuk

menjelaskan Rivo cukup paham dalam menjelaskan pasal-pasal yang ada

dalam Kode Etik Jurnalistik. Meskipun pada saat ditanya tentang istilah-istilah

jurnalistik ia belum mampu menjelaskan secara detail sesuai dengan

penafsiran yang ada, hanya sesuai dengan pemahamannya dia saja terhadap

istilah-istilah tersebut.

Saat peneliti bertanya tentang fenomena seputar wartawan amplop yang

berkaitan dengan materi. Rivo berpendapat bahwa itu pilihan pribadi dari

setiap wartawannya, tapi dia sangat menyayangkan jika ada media yang

sampai mau menayangkan ataupun mencetak berita dari hasil suap tersebut.

Meski dirinya mengaku pendapatannya sudah tergolong cukup, tetapi ia tidak

mau menerima segala bentuk amplop dari narasumber, selain dilarang oleh

kantor juga, karena pribadinya menanamkan sikap profesional sebagai seorang

6 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Rivo Pahlevi A, 17 November

2014 di Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 70: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

57

wartawan. Walaupun pada saat meliput di lapangan banyak yang menawarkan

model-model amplop seperti itu, seperti masa kampanye misalnya.

“Waktu kampanye pasti banyak sekali yang menawarkan amplop kepada wartawan. Cuma kami dari kantor dilarang menerima itu, karena memang takutnya mempengaruhi opini dan Alhamdulillah dari kantor kita diarahkan untuk tidak memihak partai manapun karena kita tidak teraspirasi dari partai manapun gitu.”7

Oleh karena itu, Kode Etik Jurnalistik memang sudah ditanamkan dalam

diri Rivo sejak ia bekerja sebagai jurnalis. Dalam mencari berita di lapangan

juga dia sangat berlandasan pada kaidah-kaidah yang ada dalam Kode Etik

Jurnalistik, dimana seorang wartawan mampu mempertanggungjawabkan

segala bentuk berita yang ia sampaikan kepada publik.

“Jadi setiap berita yang tayang ke kita memang harus kita pertanggungjawabkan karena apapun yang tayang kemudian ditanyakan pemirsa kita harus bisa menjawab mengapa tayangannya seperti itu mengapa kontennya berubah dari perjanjiann mengapa mungkin hasil wawancaranya kemudian dipotong dan itu memang hal-hal yang harus kita pertanggungjawabkan karena ada narasumber yang meminta copy tayang sebagai bentuk pertanggungjawaban kita wajib memberikan itu kepada narasumber.”8

Yang terpenting dalam diri Rivo bahwa ia selalu memiliki sikap

professional terhadap apapun, terkait dengan masalah-masalh yang ada dalam

dunia jurnalistik. Bersikap cover both side dan ia mengaku bahwa dirinya

belum pernah melakukan pelanggaran yang terkait dengan pasal-pasal yang

ada dalam Kode Etik Jurnalistik. Jika sampai ada yang melanggar akan

diberikan Surat Keputusan (SK) sesuai dengan kebijakan kantor.

7 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Rivo Pahlevi A, di Lower

Ground Gedung Menara Bank Mega. 8 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Rivo Pahlevi, di Lower Ground

Gedung Menara Bank Mega.

Page 71: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

58

Kesimpulan Pemahaman Informan 2:

Rivo adalah salah satu informan yang memiliki background Sarjana

Sosiologi. Memiliki kebiasaan membaca berita baik cetak maupun online serta

menonton pemberitaan di televisi memotivasi dirinya menjadi seorang

jurnalis. Background yang bukan dari jurnalis tidak menyulitkan Rivo untuk

menjadi wartawan professional. Terkait dengan pertanyaan seputar Kode Etik

Jurnalistik, Rivo cukup paham dalam menjelaskan isi dari pasal-pasal yang

ada dalam Kode Etik Jurnalistik tersebut. Tetapi Rivo tetap menjadikan Kode

Etik Jurnalistik sebagai landasan dalam bekerja sebagai seorang jurnalis. Ia

juga mengaku, selama bekerja menjadi jurnalis belum pernah melakukan

pelanggaran terkait dengan pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik.

Esensi jiwa dari seorang wartawan mampu ia buktikan selama ia bekerja di

lapangan.

3. Analisis Informan 3

Informan yang ketiga adalah Alby Karunia Pratama. Laki-laki yang

berusia 24 tahun ini sebelumnya belum pernah memiliki pengalaman bekerja

di media manapun kecuali menjadi wartawan Redaksi Sore Trans7 ini.

Meskipun latar belakang pendidikannya adalah Sarjana Komunikasi. Namun,

sebelum Alby diterima dan bekerja menjadi wartawan, ia aktif mengikuti

kegiatan organisasi di kampusnya yang berhubungan dengan dunia jurnalistik.

Page 72: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

59

Ia pernah menjadi anggota pada tahun 2009 sampai 2010 kemudian pada

tahun 2010 sampai 2012 ia menjabat sebagai koordinator reporter, karena

memang punya skill dan menekuni kegiatannya ini, pada tahun 2012 sampai

2013 ia dipercaya menjadi Asisten Redaktur peliputan komunitas di Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM) Institut Manajemen TELKOM.

Menjadi seorang jurnalis memang cita-cita Alby sejak di bangku kuliah,

pasalnya selain aktif di kegiatan yang berhubungan dengan jurnalistik itu, dia

juga memiliki motivasi yang kuat untuk selalu belajar, dan akhirnya kini Alby

menjadi salah satu wartawan yang bekerja di Redaksi Sore Trans7. Ia juga

mendapat pelatihan-pelatihan jurnalistik selama seminggu untuk masa

training. Akan tetapi, setiap hari juga sering diberikan pelatihan ataupun

arahan dalam mencari informasi di lapangan. Karena menurutnya, pembekalan

yang diberikan itu memang sangat penting, mengingat sekarang banyak

wartawan yang berbelok dari kaidah Kode Etik Jurnalistik yang telah

ditetapkan.

Sebelum Alby turun ke lapangan untuk mencari berita yang telah di

arahkan oleh Koordinator Liputan (Korlip), ia datang ke kantor sesuai

permintaan dari korlip yang kemudian diberikan arahan untuk menghubungi

atau bertemu dengan siapa yang akan dijadikan sebagai narasumber sesuai

dengan tema liputan yang telah ditentukan.

Saat peneliti mengamati Alby di lapangan, ia selalu menyiapkan riset atau

beberapa pertanyaan yang akan diajukan sebelum menanyakan kepada

narasumber. Misalnya pada saat konferensi pers untuk peristiwa tertentu. Hal

Page 73: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

60

itu dilakukan agar pertanyaan yang nanti diajukan memuat semua informasi

yang lengkap untuk diberikan kepada masyarakat luas.

“Dan jika ada yang masih kurang kita tanya ke wartawan lain nggak apa-apa, asalkan narasumber terpercaya sebagai dasar saja, selanjutnya nanti kita yang kroscek sendiri.”9

Untuk penulisan naskahnya, setiap wartawan yang turun langsung ke

lapangan membuat naskahnya di lapangan setelah mereka selesai liputan yang

kemudian dikirim ke email korlip, tetapi di kantor di ketik ulang di software

yang namanya Electronics News Production System (ENPS).

Tidak hanya liputan di dalam kota saja, Alby juga sering di kirim ke luar

kota atau ke daerah-daerah untuk liputan suatu peristiwa tertentu dan live

streaming dalam melaporkan beritanya. Namun, tidak semua wartawan

dikirim untuk liputan ke luar kota, yang diberangkatkan hanya yang

memenuhi kriteria saja, tergantung spesifikasi fisik dan spesifikasi

kemampuannya untuk liputan darurat seperti itu. Menurut Alby itu sebuah

pengalaman yang menarik dalam dunia jurnalistik, tidak hanya sekedar

mencari berita tapi ia juga bisa sambil jalan-jalan.

Dalam mencari berita Alby selalu memegang aturan yang ada dalam Kode

Etik Jurnalistik dan peraturan dari kantor Redaksi sendiri. Ia juga setuju

dengan setiap pasal yang ada dalam KEJ, terlihat saat peneliti menanyakan

tentang hak jawab dan hak koreksi ia menjawabnya dengan benar sesuai

dengan penafsiran yang tertulis dalam KEJ.

9 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Alby Karunia Pratama, 20

November 2014 di Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 74: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

61

“Kalau menurut pasal 11 tentang hak jawab dan hak koreksi yaitu ketika kita dianggap salah memberikan informasi kita berkah memberikan statement dari kita kenapa bisa salah kita punya hak untuk mempertahankan argument kita misalnya kita mendapatkan informasi dari korbannya langsung jadi kita punya hak untuk mengkoreksi dan membenarkan berita yang kita dapet.”10

Mengenai wartawan yang harus bersikap independen, Alby menjawab

dengan tegas bahwa wartawan harus mampu memberikan berita yang akurat,

tanpa ada campur tangan dari pihak tertentu.

“Karena sebagai wartawan yang bertugas menyampaikan sebuah berita dari suatu peristiwa di masyarakat kita harus bertindak dan tidak terikat satu kepentingan, jadi kita harus benar benar apa yang terjadi ya kita beritakan dan gak mikirin jika berita ini ada pihak yang merasa terganggu karena kita memberitakan apa yang sebenarnya terjadi.”11

Pada dasarnya Kode Etik Jurnalistik memang selalu menjadi pedoman

buat wartawan karena itu memang sudah aturan yang tertulis sesuai dengan

keputusann Dewan Pers. Agar tidak terjadi pelangaran-pelanggaran dan tidak

cover both side, apalagi sampai dibilang ada wartawan amplop dan sejenisnya.

Saat peneliti menanyakan hal yang berhubungan dengan wartawan amplop,

Alby berpendapat bahwa, wartawan amplop itu wartawan yang tidak punya

institusi yang merangkul mereka, dan wartawan bebas yang kerjanya menjual

berita atau datang ke suatu tempat dan tidak berseragam. Wartawan-wartawan

yang seperti itu tentu menyimpang dari kaidah yang ada. Untuk itu, Alby

sebisa mungkin untuk tidak pernah menerima uang atau benda dari

narasumber. Karena, bagi Alby meskipun pendapatan yang di dapat dari

10 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Alby Karunia Pratama, di

Lower Ground Gedung Menara Bank Mega. 11 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Alby Karunia Pratama, di

Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 75: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

62

kerjanya sebagai seorang wartawan tergolong cukup dan pas, tidak membuat

ia tergiur dari penawaran amplop-amplop tadi.

Kesimpulan Pemahaman Informan 3

Alby Karunia Pratama yang memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik

paham dalam menjelaskan inti dari pasal-pasal yang ada dalam setiap Kode

Etik Jurnalistik. Dan dia menjadikan KEJ sebagai landasan dalam mencari

berita. Alby juga bisa menjelaskan istilah-istilah dalam pasal KEJ seperti hak

jawab dan hak koreksi. Meskipun dalam menjelaskan embargo Alby masih

bingung, walaupun dia paham dengan ketentuan embargo. Dia juga mengerti

tentang larangan menerima suap atau amplop dari narasumber, karena

berdasarkan pengalaman dia di lapangan, dia pernah menerima namun

langsung diserahkan ke kantor, karena jika hal itu terjadi atau diterima maka

akan mempengaruhi pemberitaan dan independensinya. Alby juga tidak

pernah melakukan pelanggaran yang terkait dengan pasal-pasal dalam Kode

Etik Jurnalistik.

4. Analisis Informan 4

Raf Raf Kahfi adalah informan keempat yang memiliki latar belakang

Sarjana Komunikasi dari salah satu Universitas di Surabaya. Sebelum bekerja

sebagai wartawan di Redaksi Sore Trans7, Rafi mempunyai cukup banyak

pengalaman dalam dunia jurnalistik, pasalnya dia pernah bekerja menjadi

penyiar radio di salah satu radio pendidikan di Surabaya. Tidak hanya itu, dia

Page 76: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

63

juga pernah menjadi presenter televisi Edukasi di Jawa Timur. Hal ini,

menjadikan Rafi semakin tertarik dalam dunia broadcast.

Motivasi awal Rafi menjadi seorang jurnalis adalah karena memang

menurut dia pashionnya ada di dunia jurnalis ini, dia menyukai tempat yang

memiliki akses lebih banyak dan menjadi jurnalis ini adalah salah satu

aksesnya untuk dia bisa bekerja tidak hanya pada satu tempat saja, tetapi bisa

ke tempat-tempat yang berbeda.

“Profesi yang saya sekali atau gue banget. Karena profesi ini meskipun tidak menjanjikan gaji yang besar namun kaya pengalaman, kita bisa lebih dulu mengetahui informasi dan berita dari orang kebanyakan karena kita yang menyampaikan berita itu.”12

Tidak hanya itu, lama bekerja di Redaksi Sore Trans7 selama dua setengah

tahun juga menambah pengalaman dan wawasan Rafi untuk selalu belajar dan

terus belajar dalam mencari berita. Meskipun berasal dari daerah, Rafi tetap

bisa beradaptasi dalam bekerja di Ibukota. Rafi juga sering tampil live di

depan televisi dan ditugaskan ke luar kota untuk mencari berita dari sebuah

peristiwa.

Pria kelahiran 29 Januari 1985 ini selalu mengutamakan Kode Etik

Jurnalistik sebagai pedoman dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang

wartawan di media. Karena pada saat peneliti bertanya tentang

pengetahuannya seputar Kode Etik Jurnalistik, dia menjawab dengan tegas

bahwa KEJ itu seperti batasan atau seperangkat aturan yang membatasi

seorang wartwan atau jurnalis dalam melaksanakan pekerjaannya, jadi tidak

12 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Raf Raf Kahfi, 20 November

2014 di Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 77: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

64

boleh sembarangan seorang jurnalis itu menceritakan atau memberitakan hal-

hal yang menyangkut isu-isu SARA atau seksualitas dan lainnya, karena

menurut Rafi inti dari KEJ adalah seperangkat aturan yang istilahnya menjaga

profesi jurnalistik dari hal-hal yang sebenarnya ingin menodai profesi

jurnalistik itu sendiri.

Berlandasan Kode Etik Jurnalistik menjadikan Rafi bekerja tidak pernah

menyimpang dari pasal-pasal yang ada dalam aturan KEJ itu sendiri. Disiplin

waktu dalam melaksanakan tugas dan datang ke kantor tepat pada waktunya

juga merupakan prioritas utama seorang jurnalis yang siaga dalam

menjalankan pekerjaannya. Selalu datang pagi sesuai ketentuan dari petunjuk

koordinator lapangan yang memberikan arahan kepadanya. Untuk menyiapkan

segala kebutuhan pada saat bekerja di lapangan dalam mencari berita. Bekerja

dengan tim liputan juga sangat diutamakan oleh Rafi.

Walaupun dia mengetahui bahwa profesi seorang jurnalis banyak resiko

dan juga tidak menjanjikan pendapatan yang banyak dan besar, tidak

menjadikan Rafi bekerja semaunya sendiri dan tidak berlandasan dengan

aturan yang ada. Seperti wartawan-wartawan yang sering melakukan

pelanggaran pada zaman orde baru, dimana wartawan mungkin

kesejahteraannya tidak sebegitu bagus, dan terlalu banyak kepentingan politik,

sehingga wartawan begitu mudah untuk di setir dengan memberikan amplop.

“Tidak semua wartawan seperti itu, karena memang masih banyak wartawan yang memiliki idealisme tinggi untuk menyampaikan informasi yang benar dan wartawan-wartawan yang menerima hal seperti itu, saya rasa karena ada banyak kepentingan juga misalnya kepentingan politik atau lainnya.”13

13 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Raf Raf Kahfi, di Lower

Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 78: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

65

Ia juga merasa memiliki penghasilan yang cukup mensejahterakan dirinya,

karena pendapatan seorang wartawan itu tergantung dari wartawan itu sendiri,

dimanapun yang namanya gaya hidup itu jauh lebih besar daripada biaya hidup.

“Itu tergantung kalau gaya hidup lu gede yaudah pasti lu ngerasa kurang terus, tapi kalau lu ngerasa bahwa biaya hidup lu lebih mudah, lu punya saving dan sebagainya ya mungkin cukup saja.”14

Menjadi seorang wartawan yang professional menurut Rafi adalah

wartawan yang memiliki integritas, yang mengerti akan tugasnya. Dan selalu tidak

sembarangan untuk menyebarkan berita. Harus memenuhi unsur-unsur cover both

side jadi tidak memihak pada satu pihak yang di unggulkan sementara pihak lain di

tekan, karena wartawan harus berada di jalur yang netral.

Dalam waktu yang sama, saat peneliti bertanya tentang pengetahuaanya terhadap

istilah-istilah jurnalistik seperti hak tolak, hak jawab dan istilah embargo, Rafi cukup

paham dan bisa menjelaskan makna dari istilah tersebut sesuai dengan penafsiran

yang ada pada Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers. Tidak hanya itu,

Rafi juga memahami maksud yang ada dalam setiap pasal dalam Kode Etik

Jurnalistik.

Dalam membuat berita, Rafi mengaku tidak selalu murni dari informasi yang

diperoleh dari narasumber, karena dia memberikan sedikit opini di dalam naskah

beritanya, tetapi masih dalam ruang lingkup yang wajar, tidak menyimpang dari fakta

yang ada dan masih dalam kepentingan publik.

Karena yang terpenting dalam menjadi wartawan yang professional itu adalah

wartawan yang selalu mengedepankan sikap independen terhadap apapun, serta

menyampaikan berita yang akurat.

14 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Raf Raf Kahfi, di Lower

Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 79: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

66

“Menurut saya, wartawan yang bersikap independen itu kita tidak mudah di arahkan, walaupun sebenarnya bagi saya ini rumit dan complicated, masalahnya kitapun dipesan oleh redaktur kita, mau di arahkan kemana karena kebijakan redaksi itu biasanya setiap media berbeda-beda. Jadi tugas wartawan itu adalah menyampaikan, menggali dan mencari informasi sesuai dengan fakta yang ada dilapangan , begitu sampai ke meja redaksi hal tersebut bisa berbeda, dari angelnya atau sudut pandangnya pasti berbeda karena sesuai dengan kebijakan redaksi.”15

Oleh karena itu, Rafi selalu memegang teguh Kode Etik Jurnalistik pada

saat dia melakukan liputan dimanapun.

“Jika sampai melanggar Kode Etik Jurnalistik itu berarti membunuh diri kita sendiri. Dimana jika kita memberitakan berita secara timpang, maka akan timpang juga kredibilitas kita, karena tidak sesuai dengan aturan yang ada dalam setiap pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik.”16

Kesimpulan Pemahaman Informan 4:

Rafi memiliki pengalaman yang cukup matang dan paham jika

menjelaskan tentang point yang ada pada setiap pasal dalam Kode Etik

Jurnalistik dan menjadikannya landasan profesinya. Bahkan, dia sangat setuju

dengan peraturan yang ada dalam setiap pasal yang ada, meskipun menurutnya

tidak semua wartawan tahu dan paham betul tentang Kode Etik Jurnalistik.

Dan berkaitan dengan wartawan amplop yang sekarang sudah tidak asing lagi,

Rafi memiliki idealisme tinggi terhadap hal seperti itu. Menurut dia, hanya

gaya hidup wartawan itu sendiri yang akan mempengaruhinya, karena

wartawan professional yang sebenarnya adalah wartawan yang tidak

dipandang serendah harga uang yang ada dalam amplop, akan tetapi wartawan

yang mampu mengedepankan sikap independen dan cover both side. Bahkan,

15 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Raf Raf Kahfi, di Lower

Ground Gedung Menara Bank Mega. 16 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Raf Raf Kahfi, di Lower

Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 80: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

67

ia juga tidak pernah melakukan pelanggaran terkait dengan pasal-pasal yang

ada dalam Kode Etik Jurnalistik.

5. Analisis Informan 5

Fandi Hasib adalah informan ke lima yang baru bekerja di Redaksi Sore

Trans7 sebagai reporter selama delapan bulan sejak April 2014 lalu. Dan

waktu delapan bulan itu bukan pengalaman yang pertama baginya dalam

dunia jurnalistik. Sebelumnya Fandi pernah bekerja sebagai penyiar radio di

Radio Suara Kendari, sebagai presenter di Sindo Televisi dan juga presenter di

Televisi Republik Indonesia (TVRI). Hal itu menjadikan Fandi sudah terbiasa

dengan dunia jurnalistik meskipun belum turun langsung di lapangan seperti

sekarang ini.

Keinginan dan tekad kuatlah yang menjadikan Fandi sebagai seorang

jurnalis seperti sekarang. Motivasi awal Fandi karena background atau latar

belakang pendidikannya memang dari ilmu komunikasi yaitu jurusan

jurnalistik.

“Jadi memang tujuan saya ketika kuliah adalah menjadi seorang wartawan atau jurnalistik seperti sekarang ini, dengan menjadi seorang jurnalis maka dituntut untuk menjadi seseorang yang mengetahui banyak hal, dan juga tidak sekedar tau tetapi juga bisa menyampaikan hal yang diketahui tersebut secara rinci.”17

Sebelum bekerja menjadi seorang wartawan Fandi sudah mengetahui hal

yang harus dan tidak harus dilakukan dalam menyampaikan berita. Karena

Fandi cukup paham tentang aturan yang tertulis untuk menjaga profesionalitas

17 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Fandi Hasib, 21 November

2014 di Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 81: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

68

cara kerjanya. Dimana dia pernah belajar tentang Kode Etik Jurnalistik sesuai

dengan ketentuan dari Dewan Pers, sehingga sebisa mungkin Fandi selalu

memegang teguh Kode Etik Jurnalistik sebagai landasannya dalam bekerja.

Meskipun ketika peneliti bertanya tentang pengertian-pengertian

jurnalistik seperti azas praduga tak bersalah, off the record, cover both side,

dan yang lainnya, Fandi hanya bisa menjawab sebagian saja.

“Saya lebih memahami secara garis besar mengenai yang saya sebutkan tadi dan memang yang lebih utama untuk dipahami hanya garis besar ketika menjalankan atau melaksanakan sebuah liputan kita tidak boleh berpihak pada satu pihak. Salah satunya seperti itu.”18

Sudah bekerja selama delapan bulan menjadi wartawan dan sebelumnya

pernah menjadi presenter, ternyata belum cukup menjadikan Fandi paham

betul akan Kode Etik Jurnalistik. Meskipun dia selalu menjalankan tugasnya

sesuai dengan aturan yang tertulis dalam Kode Etik Jurnalistik.

Fandi memang tidak terlalu sering meliput di luar kota. Mungkin karena

dirinya masih baru menjadi wartawan di Redaksi Sore Trans7, sehingga harus

belajar dan mendalami dulu untuk penugasannya yang hanya di dalam kota.

Namun, itu tidak menjadikan Fandi untuk putus semangat dalam menjalani

pekerjaannya sebagai seorang jurnalis.

Pria asal Kendari ini mengaku, meskipun dirinya baru menjadi wartawan

tapi tidak pernah mencampurkan opini pribadi dengan fakta yang ada dalam

produk berita yang dia buat. Meski belum cukup paham tentang Kode Etik

Jurnalistik, ketika peneliti mengajukan pertanyaan tentang wartawan amplop,

18 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Fandi Hasib, di Lower Ground

Gedung Menara Bank Mega.

Page 82: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

69

Fandi juga tidak sependapat dengan adanya wartawan amplop. Menurutnya

wartawan amplop adalah wartawan yang bekerja tidak sesuai dengan Kode

Etik Jurnalistik.

Menjadi wartawan yang memiliki integritas dan menjadi seorang

wartawan yang professional adalah wartawan yang harus mempunyai sifat

cover both side. Ia setuju, jika setiap wartawan dari media manapun harus

paham tentang Kode Etik Jurnalistik dan Fandi juga menjalani tugasnya sesuai

dengan landasan yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik, meskipun dirinya

masih belum cukup paham. Ini bisa dilihat ketika peneliti menanyakan tentang

pasal 11 yang berbunyi “Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak

koreksi secara proporsional.” Kemudian peneliti bertanya kepada Fandi

tentang maksud pasal itu Fandi hanya menjawab:

“Ya, kita memberitakan sebuah kejadian ketika ada satu pihak yang ingin mencari tau lebih dalam, kita kan tugasnya memberitakan jadi ketika ada satu pihak yang ingin mencari tahu lebih dalam, si pembuat berita atau wartawan atau jurnalis punya hak untuk memberitahukan yang sudah memang sebelumnya dia sudah mencari informasi mengenai berita yang dia berikan kepada khalayak tersebut jadi memang sebuah kewajiban memberikan informasi secara proporsional kepada pihak yang ingin tau, seperti itu.”19

Ia sama sekali tidak menjelaskan tentang pengertian hak jawab dan hak

koreksi secara detail sesuai dengan penafsiran yang ada dalam pasal 11 Kode

Etik Jurnalistik.

Hanya dengan modal pelatihan, jika tidak diseimbangkan dengan

pengetahuan jurnalisme dan menjadikannya landasan untuk menjadi jurnalis

yang bersih dan jauh dari pelanggaran akan membuat semua jurnalis yang

19 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Fandi Hasib, di Lower Ground

Gedung Menara Bank Mega.

Page 83: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

70

paham dunia jurnalisme hanya akan mengetahui sebatas hal-hal teknis saja.

Dan tentunya proses untuk memahami hal tersebut tidak cukup dengan waktu

yang sebentar.

Kesimpulan Pemahaman Informan 5

Fandi tergolong wartawan baru di Redaksi Sore Trans7 yang cukup paham

tentang penafsiran terhadap Kode Etik Jurnalistik. Meskipun dirinya baru

menjadi wartawan, tetapi dirinya mengetahui garis besar yang ada dalam Kode

Etik Jurnalistik. Karena bagaimanapun juga setiap wartawan memang harus

mematuhi peraturan yang tertulis dalam setiap pasal di Kode Etik Jurnalistik.

Istilah-istilah yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik hanya bisa djelaskan

Fandi sebagian saja tidak secara detail, meskipun istilah tersebut sering

diterapkan pada saat mencari berita di lapangan. Fandi selalu berusaha

menjadi wartawan yang cover both side dan juga menjadi wartawan yang

professional. Belajar dengan menjalani profesi wartawan itu sendiri menjadi

prinsip dalam memahami tugas dari seorang jurnalis. Hal ini membuat dirinya

menjadi seorang jurnalis yang cukup menjiwai esensi dari tugas seorang

jurnalis itu sendiri.

6. Analisis Informan 6

Informan ke enam adalah Puti Nurul Fatimah. Ia merupakan lulusan

Sarjana Psikologi dari salah satu Universitas di kota pendidikan Yogyakarta.

Meskipun latar belakang pendidikannya bukan dari dunia jurnalistik, namun

Puti menganggap bahwa bidang yang paling cocok bagi dirinya dan bisa

Page 84: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

71

beraktifitas di luar yang bermanfaat adalah menjadi seorang wartawan. Selain

dapat pergi ke beberapa wilayah, juga dapat menambah pengalaman dan

pengetahuan jika menjadi seorang wartawan.

Disiplin waktu selalu Puti biasakan pada dirinya, begitu juga dengan

kedatangannya di kantor sebelum liputan. Puti selalu datang setengah atau satu

jam sebelum berangkat liputan di lapangan. Ia mempersiapkan segala

sesuatunya yang dibutuhkan ketika akan melakukan liputan di lapangan.

Setelah mempersiapkan semuanya Puti langsung menuju tempat dimana ia

ditugaskan untuk mencari berita dari tema yang sudah ditentukan oleh

Koordinator Liputan.

Puti mengaku lebih sering melakukan liputan di Jakarta, meskipun

biasanya juga liputan di luar kota seperti Jawa dan Sumatera jika ada bencana

atau peristiwa yang terjadi. Dia juga sering membuat konten lokal di luar kota

seperti liputan tentang suatu objek wisata.

Ia mengaku senang dalam menjalani ini sebagai tugasnya, karena

menurutnya tugas seorang wartawan itu memang memberikan informasi

kepada masyarakat sesuai dengan fakta yang ada.

“Sebagai wartawan itu bisa memberitakan kembali secara benar sesuai dengan fakta kepada masyarakat.”20

Itulah sebabnya setiap wartawan memang benar menjaga kebenaran

beritanya. Selama bekerja menjadi wartawan di Redaksi Sore Trans7 sejak dua

tahun yang lalu, Puti mengaku bahwa Kode Etik Jurnalistik adalah pegangan

20 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Puti Nurul Fatimah, 21

November 2014 di Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 85: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

72

untuk dirinya dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya dan ia setuju dengan

setiap pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik tersebut.

Ketika peneliti menanyakan pengetahuannya tentang pengertian Kode Etik

Jurnalistik, Puti menjawab dengan tegas:

“intinya Kode Etik Jurnalistik itu seperti aturan, seperti di negara ini kita punya hukum punya pasal dan kalaupun ada pelanggaran kita dikenakan hukum begitupun dengan di wartawan kita punya aturan semuanya tercantum di dalam kode etik jurnalistik itu.”21

Puti juga mengaku paham dengan setiap pasal yang ada dalam kode Etik

Jurnalistik, menurutnya Kode Etik Jurnalistik itu tidak hanya melihat tetapi

juga diterapkan karena sesuai dengan jobdesk dia sebagai seorang wartawan.

Jadi setiap aturan yang terkait dengan profesinya selalu ia sesuaikan dengan

aturan yang ada.

Penjelasannnya saat ditanya peneliti terkait dengan istilah-istilah

jurnalistik yang ada seperti off the record, embargo, hak jawab dan hak

koreksi juga mampu ia paparkan sesuai dengan penafsiran yang ada dalam

setiap pasal dalam Kode Etik Jurnalistik. Meskipun sebelumnya Puti belum

pernah bekerja menjadi seorang wartawan, namun pengetahuaannya terhadap

hal yang terkait dengan aturan-aturan yang harus diberlakukan dalam profesi

jurnalis sangat dipegang teguh.

Misalnya juga saat peneliti bertanya terkait opini, apakah pernah

memasukkan opini ke dalam produk berita yang ia buat, ia mengaku belum

21 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Puti Nurul Fatimah, di Lower

Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 86: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

73

pernah. Namun jika hanya untuk menganalisa ia tetap lakukan karena

analisanya hanya untuk menguatkan berita yang ia peroleh.

“Karena sebenernya kalau untuk opini itu seorang wartawan tidak boleh mencampurkan opini kita ke dalam naskah kita, cuma disini sebagai wartawan kita juga perlu menganalisa , opini dengan analisa itu kan hampir mirip, kalau opini tidak boleh tetapi kalau analisa kan untuk menguatkan berita gak apa-apa.”22

Itu semua dilakukan untuk menjaga bahwa wartawan memang memiliki

Integritas tinggi dan tidak hanya dipandang sebelah mata, karena dirinya ingin

selalu menjadi wartawan yang professional. Dengan memberitakan berita

secara benar sesuai dengan fakta di lapangan, tidak membesar-besarkan,

bersikap adil dan tidak mendapatkan suap ataupun bentuk materi dari

narasumber. Dia juga tidak ingin bahwa semua wartawan disamakan seperti

wartawan bodrex atau wartawan amplop yang hanya memiliki kepentingan

yang berkaitan dengan salary.

“Jadi kalau untuk wartawan amplop itu mungkin mereka yang masih belum ngerasa cukup dengan salary mereka, cuma itu kan termasuk kedalam satu KEJ juga berarti secara tidak langsung sedikit demi sedikit udah ngelanggar kode etik juga.”23

Jadi intinya setiap wartawan harus bersikap professional dan menjadikan

Kode Etik Jurnalistik itu sebagai pegangannya dalam menjalankan profesinya

sehingga tidak melanggar dari ketentuan yang ada.

Kesimpulan Pemahaman Informan 6:

Bermodalkan pengalamannya bekerja menjadi seorang jurnalis selama dua

tahun membuat Puti paham setiap pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalstik.

22 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Puti Nurul Fatimah, di Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

23 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Puti Nurul Fatimah, di Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 87: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

74

Meskipun bukan lulusan sarjana Jurnalistik, namun Puti menjadi kode Etik

Jurnalistik sebagai pegangannya dalam bekerja. Merasa cukup dengan hasil

yang diperoleh dari salary nya sebagai wartawan juga membuat Puti selalu

bersikap professional dalam menjalankan tugasnya. Disiplin waktu juga selalu

ia terapkan dalam bekerja, begitu dengan penjelasannya terhadap istilah-istilah

jurnalistik yang peneliti tanyakan, mampu ia jawab sesuai dengan penafsiran

yang tertulis dalam Kode Etik Jurnalistik pada setiap pasalnya. Puti juga

menjalankan pekerjaannya sesuai dengan prosedur yang ada sehingga tidak

pernah melakukan pelanggaran yang terkait dengan pasal-pasal yang ada

dalam Kode Etik jurnalistik.

7. Analisis Informan 7

Mumtaza adalah informan ke tujuh yang baru bekerja selama delapan

bulan di Redaksi Sore Trans7 sebagai reporter. Dan waktu delapan bulan

tersebut merupakan pengalaman pertamanya menjadi seorang wartawan.

Mumtaza merupakan salah satu wartawan yang memiliki Gelar Master

diantara wartawan yang bekerja di Redaksi Sore Trans7. Mumtaza

mempunyai background Sarjana dan Master Hukum Internasional dari salah

satu Universitas Islam Internasional di Malaysia. Meskipun pendidikannya

sedikit jauh dari dunia jurnalistik, namun M menganggap bahwa untuk bisa

memperdayagunakan ilmu yang dia miliki sekarang adalah dengan menjadi

seorang jurnalis. Itulah kenapa M menjadi reporter seperti sekarang ini.

Page 88: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

75

Pernah bekerja menjadi Penerjemah dan Manager pada tahun 2009 dan

2013 di salah satu kantor Penerjemah Jejantas Dunia di Malaysia tidak

memberhentikan langkah dari Mumtaza untuk bisa selalu menggunakan ilmu

yang ia miliki dengan hal-hal yang bermanfaat seperti menjadi jurnalis di

sebuah media televisi. Berbekal pengalaman tentang dunia politik dan

mendapatkan pelatihan-pelatihan jurnalistik dari kantor seperti A to Z

jurnalistik menambah pengetahuaannya agar bisa menjadi wartawan yang

professional.

“Wartawan yang bisa memberikan pemberitaan itu sesuai pemberitaan yang ada, yang baik dan bisa bermanfaat untuk orang.”24

Sebelum ia mendapat pelatihan dari kantor terkait dengan dunia

jurnalistik, ia mengaku belum pernah mendapatkan pelatihan jurnalistik

sebelumnya. Mumtaza juga belum paham dengan istilah-istilah yang ada

dalam dunia jurnalistik. Istilah seperti embargo, hak jawab, dan hak koreksi

tidak dapat dijelaskan secara detail oleh Mumtaza sesuai dengan penafsiran

yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik. Ia hanya menjawab “saya rasa sudah

jelas ya,” dengan istilah-istilah tersebut. Tentang Kode Etik Jurnalistik

sendiri, Mumtaza mengaku tahu dari pelatihan jurnalistik dari kantor pada saat

semua wartawan baru masuk dan diterima kerja di Redaksi Sore Trans7 ini. Ia

tidak bisa menjelaskan secara mendalam namun hanya secara garis besar saja.

“Sepertinya basic ajah contohnya seperti kita menjadi jurnalis tidak memberikan pemberitaan yang bohong itu yang pertama, terus yang kedua

24 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Mumtaza, 22 November 2014 di

Gedung Trans Tv.

Page 89: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

76

kalau misalkan ada satu hal yang terkait dengan moral ya kita harus mendukung moral yang baik, seperti itu.”25

Namun, jika ia membaca Kode etik Jurnalistik ia mengaku paham.

Sosialisasi dari Redaksi Sore sendiri, menurutnya sangat membantu dirinya

dan wartawan lain dalam mempelajari dan menambah pengetahuannya tentang

dunia jurnalistik serta aturan kerja wartawan seperti Kode Etik Jurnalistik.

Meskipun dia hanya mengetahui garis besar yang ada dalam Kode Etik

Jurnalistik, namun dalam menjalankan profesinya Mumtaza selalu berpegang

teguh dari aturan yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik tersebut.

Mumtaza juga sering ditugaskan di luar kota oleh Koordinator Liputan

untuk mencari berita dari peristiwa yang sedang terjadi. Kepercayaan yang

diberikan kepadanya inilah yang menjadikan Mumtaza selalu ingin berusaha

memahami dan mendalami aturan yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik untuk

bisa menjadi wartawan yang professional. Meskipun Mumtaza mengaku

pernah mencampurkan opini pribadinya ke dalam naskahnya, namun Mumtaza

menganggap bahwa itu anggapan secara tidak langsung pada saat ia

menganalisa berita yang ia dapatkan.

“Secara ga langsung mungkin iya gitu, apalagi saya peneliti juga, penganalisa juga, tapi secara tidak disadari saya pasti akan mengeluarkan opini pada tulisan saya.”26

Meski baru dan kurang paham tentang Kode Etik Jurnalistik, Mumtaza

juga tidak sependapat tentang wartawan amplop. Menurutnya wartawan

25 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Mumtaza, 22 November 2014 di

Gedung Trans Tv. 26 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Mumtaza, 22 November 2014 di

Gedung Trans Tv.

Page 90: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

77

amplop itu tergantung dari konteks penilaiannya terhadap wartawan itu

sendiri.

“Kalau menurut saya tergantung konteks suapnya seperti apa, karena ada orang yang disuruh datang disuruh membuat berita dan akan dibayarkan itu konteksnya suap, tapi pada saat disuruh datang dan tidak dipaksa untuk mengeluarkan berita tersebut dan dia diberi apresiasi, itu kembali kepada wartawannya sendiri apakah itu akan mengubah pemikirannya dia atau tidak.”27

Meski kurang paham dengan Kode Etik Jurnalistik, sebisa mungkin ia

bekerja sesuai dengan aturan yang ada. Saat peneliti juga bertanya tentang

pendapatannya terkait dengan wartawan amplop yang selalu berkaitan dengan

materi, Mumtaza mengaku penghasilannya sekarang masih kurang cukup

terkait dengan resiko yang para wartawan hadapi di lapangan dan dengan

background pendidikannya yang tinggi.

“Kalau secara materi gitu ya, bekerja menjadi wartawan memang susah susah gampang, tapi dengan uang yang saya dapatkan ya nggak cukup, karena apa, tidak sesuai dengan bahaya yang mungkin saya hadapin tidak sesuai sekali apalagi standar kehidupan saya dengan standar kehidupan seorang wartawan dengan gaji yang saya dapet tidak sesuai gitu.”28

Namun, terkait dengan pemahaman Mumtaza tentang Kode Etik

Jurnalistik di lapangan dan salary yang ia dapat belum sesuai dengan

keinginannya, Mumtaza selalu berusaha untuk bersikap professionalitas dalam

menjalani tugasnya. Salah satunya dengan menjadikan Kode Etik Jurnalistik

sebagai salah satu pedomannya dalam bekerja dan berusaha untuk tidak

melakukan pelanggaran terkait dengan pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik

Jurnalistik.

27 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Mumtaza, di Gedung Trans Tv. 28 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Mumtaza, di Gedung Trans Tv.

Page 91: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

78

Meskipun masih kurang paham terkait dengan isi yang ada dalam setiap

pasal dalam Kode Etik Jurnalistik, namun esensi dari sebuah wartawan

mampu ia tunjukkan bahwa M bisa menjadi wartawan yang dapat bekerja

dengan professional serta menjalankan Kode Etik Jurnalistik untuk tidak

menyimpang dari aturan-aturan yang ada,

Kesimpulan Pemahaman Informan 7:

Baru bekerja selama delapan bulan menjadi wartawan, membuat Mumtaza

cukup paham dalam menjelaskan setiap pasal yang ada dalam Kode Etik

Jurnalistik. Meskipun demikian, tidak memberhentikan langkah Mumtaza

untuk selalu berusaha belajar dan memahami tentang semua yang ada dalam

dunia jurnalistik tempat ia bekerja. Jika secara teori Mumtaza masih kurang

paham, tetapi dalam praktiknya ia mampu mengikuti semua aturan yang ada

terkait dengan setiap pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik. Dalam

praktiknya Mumtaza selalu berusaha memegang teguh kaidah yang ada dalam

Kode Etik Jurnalistik dan juga menerapkannnya pada saat mencari berita di

lapangan. Background pendidikannya yang bukan dari dunia jurnalistik juga

tidak membuat Mumtaza menjadi wartawan yang bebas akan aturan, tetapi dia

selalu berusaha untuk bisa menjadi wartawan yang professional. Esensi dari

seorang wartawan mampu ia buktikan dengan tidak melakukan pelanggaran

terkait dengan pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik.

Page 92: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

79

8. Analisis Informan 8

Informan yang ke delapan adalah Astza Cahya. Ia juga baru bekerja

selama delapan bulan sebagai reporter di Redaksi Sore Trans7. Latar belakang

pendidikan Astza berbeda dengan Mumtaza, Astza merupakan lulusan

jurnalistik dari salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi di Jakarta.

Pengalaman yang cukup di dunia jurnalistik sangat Astza dapatkan sebelum ia

bekerja menjadi reporter seperti sekarang ini. Meski berlatar belakang

pendidikan dari dunia jurnalistik, namun Astza masih tergolong baru dalam

menjalani profesinya sebagai wartawan. Karena, sebelumnya Astza pernah

bekerja di Lembaga Kantor Berita Antara Televisi bukan sebagai reporter

melainkan sebagai news presenter.

Ketertarikannya dalam dunia jurnalistik terutama televisi sudah ada dalam

diri Astza sejak ia duduk di bangku kuliah. Selain sering belajar tentang dunia

broadcast, Astza juga sering mengikuti lomba-lomba yang berhubungan

dengan dunia jurnalistik. Hal itu menjadikan Astza semakin tertarik dan

mendalami dunia jurnalistik, apalagi dunia televisi seperti sekarang ini.

Sepemahaman Astza, dunia jurnalistik itu menantang dan menarik untuk

dipelajari lebih dalam. Sebelum menjadi wartawan, Astza mengaku baru

mendapatkan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan dunia jurnalistik

dari kantor tempat ia sekarang bekerja. Meskipun waktu kuliah sering belajar

tentang dunia jurnalistik, tapi untuk pembelajarannya secara khusus, Astza

mendapatkannya di pelatihan A to Z jurnalistik yang ada di Redaksi Sore

Trans7 ini.

Page 93: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

80

Pembekalan sebelum bekerja seperti memberi pelatihan-pelatihan

bertujuan untuk menjadikan para wartawan di Redaksi Sore ini bisa menjadi

wartawan yang professional. Pada saat peneliti bertanya tentang wartawan

professional itu yang seperti apa, Astza menjawab dengan tegas:

“professional itu tidak hanya sebagai seorang wartawan, entah itu guru atau sebagai orang kantor, orang yang professional adalah orang yang bisa bertanggungjawab atas pekerjaan yang ia lakukan, mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan itu yang menurut saya professional.”29

Menjadi wartawan yang professional tentu harus mengikuti aturan yang

sesuai dengan kaidah dalam Kode Etik Jurnalistik. Berbicara tentang Kode

Etik Jurnalistik Astza cukup paham untuk menjelaskan 11 pasal dalam Kode

Etik Jurnalistik. Meskipun tidak hafal mati dari setiap pasal yang ada, namun

jika dihadapkan dengan pasal-pasal tersebut, ia mampu menjelaskan maksud

dari setiap pasal sesuai dengan pemahamannya.

Istilah-istilah jurnalistik seperti hak jawab dan hak koreksi sudah bisa

dijelaskan sesuai dengan pemahaman Astza, tetapi untuk lebih detailnya ia

belum bisa menjelaskan arti dari istilah tersebut sesuai dengan penafsiran yang

ada dalam Kode Etik Jurnalistik.

“Ketika orang mendapatkan informasi soal berita, biasanya wartawan kan tahu segalanya, kita juga mempunyai hak informasi itu kepada masyarakat tentang apa yang kita tahu di lapangan kita punya hak memberikan informasi itu kepada masyarakat yang belum tahu ada kejadian apa sih ada peristiwa apa sih di luar sana itu yang menjadi hak wartawan untuk menginformasikan kepada masyarakat,”30

29 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Astza Cahya, 22 November

2014 di Gedung Trans Tv. 30 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Astza Cahya, di Gedung Trans

Tv.

Page 94: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

81

Sedangkan untuk pengertian lain seperti off the record, cover both side,

dan independensi seorang wartawan mampu ia jawab dengan santai dan sesuai

dengan penafsiran yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik. Astza mengaku,

dengan adanya pelatihan jurnalistik dari kantor sangat mendukung dan

menambah wawasan dari wartawan yang baru masuk meskipun berlatar

pendidikan sebagai jurnalis atau jurusan yang lainnya. Namun, yang berperan

dalam mengembangkan Kode Etik Jurnalistik itu bukan dari media tempat ia

bekerja, tapi dari diri wartawan itu sendiri untuk bisa mengaplikasikannya

dalam mencari berita. Astza juga selalu berpedoman pada setiap pasal yang

ada dala Kode Etik Jurnalistik.

Saat peneliti bertanya tentang wartawan amplop yang sering dikaitkan

dengan kesejahteraan wartawan. Astza menjawab dengan tegas bahwa

wartawan yang sering disebut dengan wartawan amplop atau wartawan bodrex

seringkali turun ke lapangan hanya untuk mengejar amplop. Mereka tidak

mempedulikan aturan yang melarang bahwa wartawan tidak boleh menerima

suap dari siapapun dan dalam bentuk apapun.

Meskipun Astza merasa bahwa pendapatannya dalam bekerja menjadi

wartawan tergolong cukup, tetapi untuk kategori standarisasi gaji dari seorang

wartawan, Astza merasa bahwa sebuah media juga harus memperhatikan pada

background pendidikan seorang wartawan, mereka lulusan dari sarjana atau

tergolong master. Namun, melihat dari itu semua Astza ataupun wartawan dari

Redaksi Sore Trans7 selalu menghindari dengan apa yang berhubungan

Page 95: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

82

dengan materi atau amplop dari narasumber, dan ia mengaku belum pernah

menerima materi dari narasumber dalam bentuk apapun.

Kesimpulan Pemahaman Informan 8:

Astza merupakan wartawan baru yang bekerja di kantor Redaksi Sore

Trans7 dan menyukai dunia jurnalistik sejak ia duduk di bangku kuliah. Astza

cukup paham dalam menjelaskan setiap pasal yang ada dalam Kode Etik

Jurnalistik sesuai dengan penafsiran yang ada. Ia juga menjadikan Kode Etik

Jurnalistik sebagai pedoman dalam mencari berita di lapangan. Esensi dan

tanggungjawab dari seorang wartawan mampu ia tunjukkan dengan tidak

pernah menerima amplop dari narasumber dan juga menjaga independensi

seorang wartawan. Bahkan ia juga belum pernah melakukan pelanggaran

terkait pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik.

9. Analisis Informan 9

Informan yang ke sembilan ini adalah Guntur Arbiansyah, ia juga seorang

wartawan yang baru bekerja di kantor redaksi Sore Trans7 selama delapan

bulan. Memiliki background pendidikan Sarjana Teknik Informatika dari salah

satu Perguruan Tinggi Teknorat di Lampung. Ia memutuskan bekerja menjadi

jurnalis karena memiliki rasa sosial tinggi terhadap masyarakat dan baginya

dunia jurnalistik lebih identik untuk dekat dengan masyarakat.

“Motivasi seperti itu saja, dan juga menyampaikan ke masyarakat bahwa dimana ada daerah yang tertinggal atau memberitahukan kepada masyarakat bahwa kesenjangan itu masih ada, motivasi saya lebih ke sosial.”31

31 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Guntur Arbiansyah, 22

November 2014 di Gedung Trans Tv.

Page 96: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

83

Sebelum menjadi wartawan Guntur sama sekali tidak pernah mendapatkan

pelatihan-pelatihan jurnalistik. Ia mengaku baru mendapatkan pelatihan

jurnalistik itu dari kantor Redaksi Trans7, termasuk tentang Kode Etik

Jurnalistik. Meskipun sebelumnya Guntur pernah bekerja di Radar Televisi

Lampung sebagai presenter namun Guntur masih belum cukup paham dalam

menjelaskan istilah-istilah jurnalistik yang ada belum sesuai dengan

penafsiran yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik.

Tentang Kode Etik Jurnalistik sendiri, Guntur tetap mengaplikasikannya

dalam mencari berita di lapangan, ia tidak sekedar tahu saja karena kode etik

itu memang harus dipatuhi. Karena ia ingin menjadi wartawan yang

professional meskipun latar belakangnya bukan dari dunia jurnalistik.

Pada saat peneliti memberikan pertanyaan tentang wartawan yang

professional, Guntur menjawab dengan tegas bahwa professional baginya

adalah yang mengikuti kode etik kemudian memberikan berita yang

berimbang cover both side, tidak memihak pada satu pihak atau pihak

manapun dan harus bersikap netral. Yang intinya sebagai wartawan harus

bersikap netral terhadap segala bentuk masalah yang ada yang akan di angkat

untuk dijadikan berita.

Wartawan professional memang harus berpegang teguh pada Kode Etik

Jurnalistik, karena jika tidak mereka akan melanggar ketentuan yang ada

dalam Kode Etik Jurnalistik. Dan sekarang ini masih banyak juga wartawan

yang tidak sesuai dengan kaidah jurnalistik dalam mencari atau memberikan

informasi berita kepada masyarakat. Mungkin karena banyak oknum tertentu

Page 97: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

84

yang ingin menaikan berita dengan memanfaatkan sejumlah wartawan dengan

pemberian materi tetapi tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Hal seperti itu akan menjadikan nama dunia wartawan menjadi jelek.

Seperti halnya sekarang banyak yang disebut dengan wartawan amplop,

dimana wartawan tersebut hanya mencari berita dan memberitakan kepada

masyarakat menyimpang dari fakta yang ada.

Terkait dengan masalah tersebut Guntur menganggap bahwa wartawan

amplop tetap tidak sesuai dengan kode etik yang ada. Itu akan menjadikan

wartawan berani menjual idealismenya hanya untuk kepentingan tertentu.

Bagi Guntur Kode Etik Jurnalistik adalah pegangan yang harus selalu

diterapkan dalam mencari berita.

Berbicara tentang berita tentu berkaitan dengan isi produk berita yang ada.

Guntur mengaku meskipun ia masih baru menjadi wartawan, namun dalam

membuat naskah berita ia tidak pernah mencampurkan opini pribadi ke dalam

produk berita yang ia buat.

“Dari awal pelatihan jurnalistik kita sudah di wanti-wanti jangan pernah memberikan opini apapun ke dalam sebuah paket berita, karena opini pribadi kalau sudah disampaikan di sebuah media dan lebih penting itu media massa itu bisa fatal nanti masyarakat akan mengikuti opini apa yang kita sampaikan.”32

Oleh karena itu, dalam mencari berita dan kemudian mengirim naskah

beritanya Guntur selalu berlandasan dengan kode etik, dimana seorang

wartawan tetap selalu bersikap independen dan akurat seperti yang ada dalam

pasal pertama Kode Etik Jurnalistik. Baginya, seorang jurnalis itu harus

32 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Guntur Arbiansyah, di Gedung

Trans Tv.

Page 98: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

85

menjadikan Kode Etik Jurnalistik sebagai pedoman hidupnya di lapangan,

termasuk dalam penulisan berita.

Kesimpulan Pemahaman Informan 9:

Meskipun berlatar belakang pendidikan bukan dari dunia jurnalis, namun

Guntur mampu mengaplikasikan hal-hal yang berkaitan dengan jurnalistik

seperti Kode Etik Jurnalistik dalam mencari dan membuat naskah berita di

lapangan. Guntur juga cukup paham dalam menjelaskan pemahamannya untuk

setiap pasal yang ada, meskipun ada istilah-istilah jurnalistik tertentu yang

masih kurang dia pahami. Tanggapannya tentang wartawan amplop juga ia

menilai itu tidak sesuai dengan kode etik yang ada. Guntur selalu belajar untuk

memahami dunia jurnalistik sebagai pekerjaannya sekarang, karena dunia

jurnalistik menjadikan dirinya dekat dengan masyarakat. Sehingga mampu

menjadi penampung aspirasi masyarakat dari kalangan sosial, dimana ia

mampu memberikan informasi kepada publik bahwa masih ada kesenjangan

masyarakat yang perlu dibantu oleh pihak terkait seperti pemerintah. Hal ini

membuat dirinya menjadi seorang jurnalis yang menjiwai esensi dari tugas

seorang jurnalis itu sendiri. Guntur juga belum pernah melakukan pelanggaran

terkait dengan pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik.

10. Analisis Informan 10

Informan terakhir dalam penelitian ini adalah Genta Muhardiansyah. Ia

merupakan wartawan yang bukan berlatar pendidikan dari dunia jurnalis.

Genta merupakan lulusan dari salah satu Universitas di Riau sebagai Sarjana

Page 99: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

86

Hukum. Keingintahuan dirinya dalam hal politik menjadikan Genta terjun

langsung menjadi reporter. Ia ingin lebih tahu politiknya dunia jurnalisme itu

seperti apa, yang bisa dekat dengan orang-orang penting terutama presiden.

Sudah bekerja menjadi reporter selama dua tahun ini, Genta selalu

menanamkan sikap idealisme dalam hal apapun, terutama dalam mencari

berita di lapangan. Baginya tugas dari seorang wartawan itu mencari berita

dan menyampaikan berita dengan secara aktual tanpa dibuat dan direkayasa

sesuai dengan kode etik yang ada.

Mengenai Kode Etik Jurnalistik, Genta mendefinisikannya sebagai sesuatu

yang tidak boleh dilanggar dan selalu bersikap idealis terhadap apa yang ia

terima di lapangan dan tidak terpengaruh oleh keadaan yang membuat

idealisnya tergoda dan melanggar ketentuan dari Kode Etik Jurnalistik itu

sendiri. Sama seperti reporter yang lain Genta cukup paham ketika

menjelaskan setiap pasal namun tidak hafal satu persatu, bahkan dia tidak tau

bahwa Kode Etik Jurnalistik ada 11 pasal.

“Saya nggak tahu kalau ada 11 pasal, kalau secara general 11 pasal saya tidak ingat tapi secara general saya paham.”33

Istilah-istilah dalam Kode Etik Jurnalistik juga masih kurang dipahami

oleh Genta. Ia mengatakan bahwa pertama kali tahu Kode Etik Jurnalistik itu

dari pelatihan jurnalistik di kantor dan juga membaca buku. Selain menambah

pengalamannya dalam bidang jurnalistik, ini juga memantapkan Genta dalam

menambah keahliannya di dunia jurnalistik.

33 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Genta Muhardiansyah, 22

November 2014 di Gedung Trans Tv.

Page 100: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

87

Kode Etik Jurnalistik bagi Genta sudah menjadi pedoman dalam

menjalankan profesinya sebagai jurnalis, karena itu dia selalu bersikap idealis.

Bahkan kerika peneliti bertanya tentang wartawan amplop, ia menjawab

dengan tegas.

“Bahwa wartawan amplop sangat tidak baik dan lebih hilang keidealisan dari seorang wartawan karena itu bisa ada jual beli berita sehingga menimbulkan rekayasa-rekayasa dalam pemberitaan.”34

Bagi Genta, dia tidak tertarik dengan penawaran materi yang akan

mempengaruhi beritanya. Dia sudah merasa cukup dalam hal salary, sehingga

tetap mempertahankan idealismenya sebagai seorang wartawan yang

professional. Tetapi dalam hal mencampurkan opini pribadi dengan naskah

berita yang ia buat. Genta mengaku pernah, meskipun itu tidak memberikan

pandangan kepada masyarakat bahwa berita yang ia buat berdasarkan

pandangan dirinya, tetapi tetap pada fakta yang ada di lapangan.

Karena bagaimanapun juga, Genta selalu berpegang pada pasal-pasal yang

ada dalam Kode Etik Jurnalistik. Dan bagi Genta tidak ada proses jual beli

dalam mencari berita di lapangan. Oleh sebab itu Genta memiliki idealism

tinggi dalam hal apapun. Ia juga mengaku belum pernah melakukan

pelanggaran terkait dengan pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik.

Misalkan ada yang pernah memberinya amplop atau sejenisnya, dia langsung

menghubungi koordinator liputan yang kemudian akan di tindak lanjuti oleh

kantor.

34 Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Trans7, Genta Muhardiansyah, di

Gedung Trans Tv.

Page 101: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

88

Kesimpulan Pemahaman Informan 10:

Menanamkan sikap idealisme yang tinggi dalam hal apapun terutama

bidang jurnalistik, Genta sebagai salah satu reporter yang memiliki

background pendidikan dalam dunia hukum cukup paham dalam menjelaskan

setiap pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik. Meskipun ia mengaku

bahwa tidak tahu jika Kode Etik Jurnalistik itu jumlahnya ada 11 pasal, tetapi

dia cukup mengerti tentang istilah-istilah jurnalistik pada umumnya dan dapat

mengaplikasikannya dalam mencari berita di lapangan. Meskipun salary yang

diterima Genta masih tergolong cukup, ia tidak mau menerima penawaran

yang berkaitan dengan materi yang mempengaruhi nilai beritanya. Karena ia

menganggap bahwa dalam mencari berita tidak ada yang namanya proses jual

beli, jadi berita yang akan disampaikan kepada publik harus sesuai dengan

fakta yang ada dan bersifat cover both side, dimana berita tidak dilebih-

lebihkan. Tidak hanya itu, Genta juga menjadikan Kode Etik Jurnalistik sebagi

pedomannya dalam mencari berita di lapangan, sehingga dia menunjukkan

bahwa meskipun dirinya bukan dari lulusan jurnalistik, tapi dirinya mampu

menunjukkan esensi jiwa dari seorang wartawan dengan tidak pernah

melakukan pelanggaran yang terkait dengan setiap pasal yang ada dalam Kode

Etik Jurnalistik.

Page 102: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

89

C. Pemahaman Kode Etik Jurnalistik pada Informan

Tabel 2. Pemahaman Kode Etik Jurnalistik pada Informan

Nama Informan Tingkat Pemahaman

Aang Wahyu A.S Paham

Rivo Pahlevi A. Cukup Paham

Alby Karunia Pratama Paham

Raf Raf Kahfi Paham

Fandi Hasib Cukup Paham

Puti Nurul Fatimah Paham

Mumtaza Cukup Paham

Astza Cahya P. Cukup Paham

Guntur Arbiansyah Cukup Paham

Genta Muhardiansyah Cukup Paham

Dari hasil penelitian dan wawancara mendalam terhadap sepuluh

wartawan di Redaksi Sore Trans7, peneliti menemukan dua kategori

bagaimana informan memahami Kode Etik Jurnalistik. Adapun kedua kategori

tersebut adalah Paham dan Cukup Paham.

1. Paham

Kategori “Paham” adalah informan yang dapat menjelaskan lebih dari

delapan hingga sebelas pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik sesuai

dengan penafsiran Dewan Pers. Istilah-istilah jurnalistik yang ada juga

mampu diterangkan secara sederhana namun esensi dari pengertiannya

Page 103: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

90

tetap jelas dan dapat dipahami. Informan yang masuk dalam kategori ini

kebanyakan tidak hafal pasal per pasal secara berurutan, tetapi ketika

peneliti membacakan setiap pasal dan meminta informan menjelaskan

sesuai pemahaman mereka, para informan tersebut mampu menjelaskan

secara baik sesuai dengan penafsiran yang ada. Dari sepuluh informan

yang diteliti terdapat empat orang yang paham tentang Kode Etik

Jurnalistik.

2. Cukup Paham

Kategori “Cukup Paham” adalah jika informan yang hanya mampu

menjelaskan empat hingga tujuh pasal dari sebelas pasal dari jumlah

keseluruhan dalam Kode Etik Jurnalistik sesuai dengan penafsiran Dewan

Pers. Pada saat peneliti membacakan setiap pasal dan meminta informan

untuk menjelaskan secara singkat dan padat, mereka hanya memahami

beberapa point saja sesuai dengan penafsiran yang ada. Namun mereka

cukup memahami pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik. Dari

sepuluh informan terdapat enam informan yang masih tergolong cukup

paham dalam menjelaskan Kode Etik Jurnalistik seseuai dengan penafsiran

yang ada.

Page 104: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

91

D. Pelanggaran Yang dilakukan Informan

Tabel 3. Pelanggaran Yang dilakukan Informan

Nama Informan Pelanggaran Yang dilakukan Terkait Kode Etik Jurnalistik

Aang Wahyu A.S Tidak Pernah

Rivo Pahlevi A. Tidak Pernah

Alby Karunia P. Tidak Pernah

Raf Raf Kahfi Tidak Pernah

Fandi Hasib Tidak Pernah

Puti Nurul F. Tidak Pernah

Mumtaza Tidak Pernah

Astza Cahya P. Tidak Pernah

Guntur Arbiansyah Tidak Pernah

Genta Muhardiansyah Tidak Pernah

Dari hasil penelitian terhadap sepuluh wartawan Redaksi Sore

Trans7, hampir seluruh wartawan tersebut paham dalam menjelaskan

setiap pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik, namun masih ada

beberapa pasal yang hanya cukup mereka pahami. Mungkin karena

background pendidikan mereka yang berbeda-beda. Misalnya pasal

pertama yang berbunyi “Wartawan Indonesia bersikap Independen,

menghasilkan berita akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk”. Dalam

Page 105: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

92

penafsiran Dewan Pers pasal pertama dijelaskan bahwa “Independen

berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan hati nurani tanpa

campur tangan paksaan dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik

perusahaan pers. Disini dijelaskan bahwa setiap wartawan memang harus

bersikap independen dan tidak memihak pada salah satu pihak dalam

pemberitaan. Dimana para wartawan Redaksi Sore memberikan komentar

bahwa mereka selalu bersikap independen, selain media Trans7 adalah

salah satu media yang independen, tetapi memang karena mereka juga

ingin menjadi wartawan yang professional dengan mengedepankan sikap

independen itu sendiri.

Tidak hanya itu, penjelasan dalam pasal enam seperti “Wartawan

Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap”.

Dalam penafsiran Dewan Pers, pasal enam dijelaskan bahwa “Menyalah-

gunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan

pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi

tersebut menjadi pengetahuan umum. Sedangkan suap adalah segala

pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang

mempengaruhi independensi”. Disini jelas disampaikan bahwa setiap

wartawan juga tidak boleh menyalahgunakan profesi, dalam arti bahwa

segala informasi yang mereka dapatkan di lapangan harus dilaporkan

sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Tidak mengambil keuntungan

pribadi bahwa mereka tidak boleh menerima materi dari narasumber dan

tidak mempengaruhi pemberitaan mereka. Untuk jangka panjang bisa saja

Page 106: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

93

itu mempengaruhi pemberitaan mereka, jika mereka mau menerima materi

dari narasumber. Hal ini akan mempengaruhi pemberitaan mereka

meskipun dalam porsi kecil.

Secara teori, hampir seluruh wartawan Redaksi Sore Trans7 cukup

memahami tentang Kode Etik Jurnalistik. Sedangkan untuk pemahaman

dalam praktiknya, mereka lebih paham. Karena Kode Etik Jurnalistik

memang sudah menjadi landasan dalam mereka bekerja di lapangan.

Sehingga untuk kemungkinan mereka melakukan pelanggaran terkait

pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik sangat sedikit. Meskipun

semua wartawan yang menjadi informan belum pernah melakukan

pelanggaran.

Untuk hasil penelitian di lapangan dan lewat wawancara mendalam

terhadap sepuluh informan, Peneliti mengkategorikan ke dalam dua

bagian. Dua kategori tersebut adalah “Ya” dan “Tidak”. Bagaimana para

wartawan menjadikan Kode Etik Jurnalistik sebagai landasan profesi

mereka dan tidak melakukan pelanggaran terkait pasal-pasal yang ada

dalam Kode Etik Jurnalistik. Pelanggaran disini adalah informan yang

bukan melanggar seluruh pasal, tetapi jika ada salah satu pasal saja yang

dilanggar maka akan dikategorikan informan yang “Tidak” menjadikan

Kode Etik Jurnalistik sebagai pegangan dalam mereka bekerja sebagai

seorang jurnalis. Sedangkan untuk kategori “Ya” adalah informan yang

mampu menjadikan Kode Etik Jurnalistik sebagai etika profesinya di

Page 107: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

94

lapangan dan tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran terkait pasal-pasal

yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik.

E. Kesimpulan Pemahaman dan Pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik

pada Informan

Tabel 4. Kesimpulan Pemahaman dan Pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik pada Informan

Nama Informan Kategori Pemahaman dan Pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik

Aang Wahyu A.S Wartawan Professional

Rivo Pahlevi A. Wartawan Professional

Alby Karunia P. Wartawan Professional

Raf Raf Kahfi Wartawan Professional

Fandi Hasib Wartawan Professional

Puti Nurul F. Wartawan Professional

Mumtaza Wartawan Professional

Astza Cahya P. Wartawan Professional

Guntur Arbiansyah Wartawan Professional

Genta Muhardiansyah Wartawan Professional

Seorang wartawan yang professional adalah mereka yang memiliki

kemampuan serta pemahaman tentang Kode Etik Jurnalistik. Kode Etik

Jurnalistik dibuat dan disepakati oleh organisasi wartawan seperti yang ditulis

oleh Dewan Pers berguna untuk menciptakan wartawan-wartawan yang

professional.

Page 108: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

95

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mendeskripsikan dan menganalisis hasil temuan data pada tahap

yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini peneliti

akan menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemahaman wartawan program berita Redaksi Sore Trans7 tentang Kode

Etik jurnalistik adalah:

a. Bahwa sepuluh wartawan Redaksi Sore Trans7 yang diwawancarai

secara mendalam dan melalui pengamatan peneliti terdapat empat

wartawan yang paham akan pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik

Jurnalistik dan dapat menjelaskan sesuai penafsiran Dewan Pers.

Sedangkan sisanya enam orang wartawan yang hanya cukup paham

akan Kode Etik Jurnalistik. Karena background dan lamanya mereka

bekerja yang berbeda-beda menjadikan faktor penyebab dari tingkat

pemahaman mereka terhadap Kode Etik Jurnalistik.

b. Sepuluh wartawan yang menjadi informan disini sudah menjadikan

Kode Etik Jurnalistik sebagai landasan profesi dalam mereka bekerja

menjadi seorang jurnalis dan mampu menjalankan Kode Etik

Jurnalistik dengan baik.

Page 109: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

96

2. Terkait dengan pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik, dari

sepuluh wartawan yang diwawancarai secara mendalam, mereka termasuk

kategori wartawan yang professional. Esensi dari seorang wartawan

mampu mereka tunjukkan dengan tanggungjawab profesinya sebagai

jurnalis. Secara teori mereka masih cukup paham meskipun ada juga yang

sudah paham, tetapi dalam prakteknya di lapangan mereka semua

menjadikan Kode Etik Jurnalistik sebagai landasan profesi dalam mencari

berita. Sehingga dari sepuluh wartawan yang menjadi informan disini

tidak ada satupun dari mereka yang melakukan pelanggaran terkait pasal-

pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik.

B. Saran

1. Dewan Pers sebagai lembaga pengawas agar memaksimalkan fungsi

kontrolnya untuk mengawasi produk-produk dari media massa terkait

dengan pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik.

2. Untuk media massa terutama televisi agar menegakkan setiap pasal

dari Kode Etik Jurnalistik kepada wartawan yang mencari berita di

lapangan agar tetap menjaga kaidah yang ada dalam Kode Etik

Jurnalistik dan menjadikan Kode Etik Jurnalistik sebagai landasan

profesinya.

3. Untuk para wartawan Indonesia agar menerapkan pasal-pasal yang ada

dalam Kode Etik Jurnalistik dengan selalu memperhatikan dan

mempertimbangkan pasal-pasal tersebut dalam proses peliputan

Page 110: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

97

maupun dalam penulisan berita. Terutama pasal enam yang

menjelaskan masalah suap dan tidak menyalahgunakan profesi,

sehingga wartawan memang independen dan tidak memihak pada satu

pihak saja melainkan bersikap netral. Selain itu wartawan juga harus

memahami setiap pasal yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik, baik

secara teori maupun dalam prakteknya di lapangan.

Page 111: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

98

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2002.

Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2006.

Barus, Sedia Willing. Jurnalistik: Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta:

Erlangga, 2010.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo,

2004.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Harahap, Arifin S. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita.

Bogor: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2006.

Juroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004.

Kusumaningrat P.K, Hikmat. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2009.

Kriyantono, Rahmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana,

2008.

Lubis, Akhyar Yusuf. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: PT

Remaja Grafindo Persada, 2014.

Masduki. Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Yogyakarta: UII Press,

2004.

Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006.

Page 112: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

99

Muda, Deddy Iskandar. Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Nasrullah, Rully. Konstruksi Media;Pembentukan dan Kebijakan terhadap

Berita di Media. Dakwah Vol.XIV No.2 (Desember 2010), h. 297-304.

Partanto Paul A. dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Popular. Surabaya:

Arloka, 2001.

P.C.S, Sutisno. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio.

Jakarta: PT Grasindo, 1993.

Poerwadarminto W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, 1991.

Putra, R. Masri Sareb. Teknik Menulis Berita dan Feature. Jakarta: PT Indeks,

2006.

Siregar, Ashadi. Kode Etik Jurnalisme dan Kode Perilaku Profesional

Jurnalis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

Sobur, Alex. Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Suhaemi dan Jumroni. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2008.

Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, &

Kode Etik. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004.

Sukardi, Wina Armada. Kode Etik Jurnalistik dan Dewan Pers. Jakarta:

Dewan Pers, 2008.

Sumadiria, A.S. Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature

Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: PT Simbiosa Rekatama

media, 2006.

Syah, Sirikat. Rambu-rambu Jurnalistik dari Undang-undang Hingga Hati

Nurani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.

Page 113: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

100

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, 1998.

B. Internet

“Program Redaksi.” artikel diakses pada 30 April 2014 pukul 09.00 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Redaksi_(acara_televisi)

Research and Development Trans7, “Logo Trans7.” diakses pada 17

November 2014 dari http://www.trans7.co.id/?halaman=artikel&id=37

Research and Development Trans7, “Penghargaan Trans7,” diakses pada 17

November 2014 dari http://www.trans7.co.id/?halaman=artikel&id=37

Research and Development Trans7, “Program Acara Trans7.” diakses pada 17

November 2014 dari http://www.trans7.co.id/?halaman=artikel&id=37

Research and Development Trans7, “Visi dan Misi Trans7.” diakses pada 17

November 2014 dari http://www.trans7.co.id/?halaman=artikel&id=37

Wina Armada Sukardi, “Kode Etik Jurnalistik dan Penggunaan Bahasa Dalam

Pemberitaan Media Massa,” artikel diakses pada 17 November 2014 dari

http://www.jurnas.com/news/85009/Pemahaman-Wartawan-Terhadap-

Kode-Etik-Jurnalistik-Rendah-2013/1/Sosial-Budaya/Humaniora.

C. Hasil Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Eksekutif Produser Program Redaksi Trans7,

Pasaoran Simanjuntak, Rabu, 26 November 2014 di Lantai 5 Gedung

Trans Tv.

Wawancara Pribadi dengan Produser Koordinator Liputan Redaksi Trans7,

Muhammad Asri Rasma, Sabtu, 29 November 2014 di Lantai 5 Gedung

Trans Tv.

Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Sore Trans7, Aang Wahyu, 17

November 2014 di Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Sore Trans7, Rivo Pahlevi, 17

November 2014 di Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

Page 114: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

101

Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Sore Trans7, Alby Karunia

Pratama, 20 November 2014 di Lower Ground Gedung Menara Bank

Mega.

Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Sore Trans7, Raf Raf Kahfi,

20 November 2014 di Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Sore Trans7, Fandi Hasib, 21

November 2014 di Lower Ground Gedung Menara Bank Mega.

Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Sore Trans7, Puti Nurul

Fatimah, 21 November 2014 di Lower Ground Gedung Menara Bank

Mega.

Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Sore Trans7, Mumtaza, 22

November 2014 di Gedung Trans Tv.

Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Sore Trans7, Astza Cahya, 22

November 2014 di Gedung Trans Tv.

Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Sore Trans7, Guntur

Arbiansyah, 22 November 2014 di Gedung Trans Tv.

Wawancara Pribadi dengan wartawan Redaksi Sore Trans7, Genta

Muhardiansyah, 22 November 2014 di Gedung Trans Tv.

Page 115: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 116: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu
Page 117: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu
Page 118: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu
Page 119: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

DOKUMENTASI WAWANCARA

Page 120: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu
Page 121: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu
Page 122: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

Pasal 1

Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang,

dan tidak beritikad buruk.

Penafsiran

a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani

tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik

perusahaan pers.

b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.

c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.

d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk

menimbulkan kerugian pihak lain.

Pasal 2

Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas

jurnalistik.

Penafsiran

Cara-cara yang profesional adalah:

a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;

b. menghormati hak privasi;

c. tidak menyuap;

d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;

e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi

dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;

Page 123: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai

karya sendiri;

h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita

investigasi bagi kepentingan publik.

Pasal 3

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak

mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak

bersalah.

Penafsiran

a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi

itu.

b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing

pihak secara proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan

opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.

d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.

Pasal 4

Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Penafsiran

a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal

yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.

Page 124: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.

d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara,

grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.

e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu

pengambilan gambar dan suara.

Pasal 5

Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan

susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Penafsiran

a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang

memudahkan orang lain untuk melacak.

b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

Pasal 6

Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap.

Penafsiran

a. Menyalah-gunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi

atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi

pengetahuan umum.

b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain

yang mempengaruhi independensi.

Pasal 7

Page 125: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak

bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo,

informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.

Penafsiran

a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan

narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.

b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan

narasumber.

c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang

disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.

d. “Off the record” adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh

disiarkan atau diberitakan.

Pasal 8

Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau

diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis

kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat

jiwa atau cacat jasmani.

Penafsiran

a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui

secara jelas.

b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.

Pasal 9

Page 126: PEMAHAMAN WARTAWAN TELEVISI TERHADAP KODE ETIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32118/1/DINI... · pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu

Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali

untuk kepentingan publik.

Penafsiran

a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati.

b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain

yang terkait dengan kepentingan publik.

Pasal 10

Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan

tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau

pemirsa.

Penafsiran

a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak

ada teguran dari pihak luar.

b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.

Pasal 11

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

Penafsiran

a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan

atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang

diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.