pemahaman jamaah tablig di musholla an-nur dan...
TRANSCRIPT
PEMAHAMAN JAMAAH TABLIG DI MUSHOLLA AN-NUR
DAN MASJID DARUSSALAMAH TERHADAP AYAT-AYAT
DAKWAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
Ahmad Muhaemin
NIM 11150340000005
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
iv
ABSTRAK
Ahmad Muhaemin
“Pemahaman Jamaah Tablig di Musholla An-Nur dan Masjid
Darussalamah terhadap Ayat-ayat Dakwah”
Ayat-ayat dakwah dalam Alquran yang dipahami dan
diterapkan Jamaah Tablig dalam berdakwah kiranya patut ditelaah.
Munculnya konsep dakwah seperti khuruj dan jaulah menuai
polemik baik di kalangan agamawan maupun masyarakat yang
berperan sebagai mad’u (objek) dakwahnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman Jamaah
Tablig tentang ayat-ayat dakwah yang dirujuknya sehingga
melahirkan pola dakwah dengan cara khuruj dan jaulah.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data ialah dengan observasi partisipatif,
sehingga data-data yang diperoleh bersumber hasil dari wawancara
dan pengamatan di lapangan. Kemudian data ini diolah dengan
cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penilitian ini menyimpulkan bahwa pemahaman
Jamaah Tablig terhadap sejumlah ayat dakwah yang dijadikan
basis argumennya, dapat dikatakan bahwa mereka lebih melihat
kepada aspek literal-tekstual, daripada makna substanstif-
kontekstual. Sedangkan mengenai khurûj dan jaulah, yang
menjadi rujukan utama ialah kisah-kisah perjuangan dakwah para
nabi dan Rasululllah Saw., sehingga ayat yang dikutip Jamaah
Tablig dalam hal ini adalah ayat-ayat yang secara teks berisi
tentang kisah perjuangan dakwah para nabi seperti dalam QS. Nuh
[71]:(5-6), QS. Hud [11]: 51, dan QS. Yusuf [12]: 108. Hasil
temuan lain dalam skripsi ini juga menyimpulkan bahwa ada
faktor-faktor lain yang bisa jadi memengaruhi pengikutnya untuk
tetap melakukan khuruj, yaitu latar belakang pendidikan dan atau
profesi seseorang saat sebelum menjadi Jamaah Tablig.
Kata Kunci : Dakwah, Jamaah Tablig, Khurûj, Jaulah.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt yang telah
menurunkan Al-Qur’an dengan aneka ayat yang menyeru manusia
untuk saling mengajak dan mengingatkan kepada jalan ketaatan.
Lantaran karunia-Nyalah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Pemahaman Jamaah Tablig di Musholla An-Nur
dan Masjid Darussalamah terhadap Ayat-ayat Dakwah.”
Begitupun curahan shalawat serta salam kepada baginda Nabi
Muhammad Saw. penyampai risalah dan penebar rahmat Allah bagi
semesta alam. Revolusioner agung yang keteladanan hidupnya
merebak wangi hingga kini. Perjuangan dakwahnya jugalah yang telah
menginspirasi gaya gerakan Jamaah Tablig dalam berdakwah hingga
ke seluruh pelosok dunia.
Selanjutnya, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang sudah membantu dalam menyusun skripsi ini, sehingga proses
penulisan ini berjalan dengan baik dan lancar. Dengan rasa hormat
yang tinggi, penulis ucapkan terima kasih ini kepada:
1. Ibu Prof. Dr. H. Amany Lubis, MA., Rektor Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., Dekan Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, MA., dan bapak Fahrizal Mahdi,
Lc. MIRKH. Selaku Ketua dan Sekretaris program studi
Ilmu Alquran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin.
vi
4. Bapak Dr. Abdul Hakim Wahid, MA., sebagai dosen
pembimbing dalam menulis skripsi ini yang selalu ada dan
meluangkan waktunya untuk penulis. Terima kasih tak
terhingga atas kesabaran dan keikhlasannya dalam
membimbing penulis sampai pada rampungnya penulisan
ini. Atas segala perhatian yang telah Bapak berikan tersebut
saya hanya mampu membalasnya dengan do’a, semoga
kesehatan, kemudahan, dan keberkahan dari Allah
senantiasa mengiringi setiap langkah perjalanan hidup
Bapak.
5. Bapak Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA., selaku dosen
Pembimbing Akademik. Segenap Bapak dan Ibu Dosen
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, yang telah begitu banyak
membekali ilmu dan pengetahuan. Juga tak lupa saya
haturkan terima kasih kepada para karyawan Ushuluddin,
Pak Toto dkk, yang sedikit banyak sudah mempermudah
segala urusan akademik kampus yang berkaitan dengan
saya maupun skripsi saya.
6. Orang tua tercinta, H. Mamat Al-Taman dan Hj. Euis
Dedeh K, yang saya panggil mereka babah dan mamah.
Kasih sayang dan do’anya yang tulus dan tak henti untuk
segala keberhasilan anaknya. Terima kasih banyak atas
segala energi yang selalu memicu agar skripsi ini lekas saya
tuntaskan. Kakak dan adik saya di rumah, a Latif dan teh
Siska, juga neng Ita, yang juga tak luput mendo’akan.
7. Rombongan Khuruj Jamaah Tablig Masjid Jami Kebon
Jeruk. Amir, Ustadz Yunus. Juga yang lainnya, Ust.
Slamet, Ust. Sadelih, Ust. Rudi Asmi, terima kasih atas
vii
segala petuah dan kesediannya untuk diwawancarai. Tentu
juga kepada Pak Muslim, Mas Rozi, Mas Fadil, Mas Ilham,
jazakumullah atas semua kebersamaan dan pengalamannya
selama saya mengikuti khuruj. Barakallahfikum!.
8. Ust. Mulyadi dan Pak Ibrahim. Sangat banyak saya
berterimakasih kepada keduanya, karena bermula dari
merekalah saya mengenal dan memandang Jamaah Tablig
dari sisi yang berbeda. Berkat mereka pulalah saya
kemudian berniat meneliti skripsi ini dengan bukan hanya
meneliti secara kepustakaan, tapi juga terjun dan berbaur
langsung dengan Jamaah di lapangan. Berjamaah untuk
dakwah dengan khuruj ke berbagai tempat, hingga jaulah
ke banyak pintu rumah umat dengan segala ujian
kesabarannya, adalah sebuah pengalaman teramat mahal
bagi saya dan terkenang hingga nanti pastinya.
9. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., dan Bapak KH.
Mustofa. Atas segala bimbingannya di padepokan
Ayatirrahman, Bogor. Beliau serta keluarga telah
mencontohkan keberkahan hidup bersama Alquran.
10. Teman-teman dari berbagai macam komunitas yang
senantiasa membersamai saya dalam bertumbuh dan
berkembang selama di Ciputat. Mereka-mereka adalah
yang terkait dan terikat di KAC (Keluarga Alumni
Cipasung). Para Ustadz di PSQ (Pusat Studi Alquran), serta
pengelola Perpustakaan Lentera Hati yang telah membantu
penulis dalam menggali informasi dan referensi terkait
Tafsir Alquran. Kawanan para penulis di FLP (forum
Lingkar Pena) Ciputat. Mamang-bibi DERMAGA
viii
(Dedikasi Riung Mahasiswa Garut). Kawan-kawan
seperjuangan Tafsir Hadis 2015. Juga kepada mereka yang
pernah hidup satu alamat dengan saya di perantauan,
teman-teman kost Rumah Prestasi, kost Pondok 1548,
pesantren luhur Sabilussalam, dan bapak-bapak jamaah
Musholla komplek Pesona Gintung Residence, Rempoa.
11. Terakhir, yang benar-benar patut saya haturkan terima
kasih sebesar-besarnya. Sabihisma Fajriyah alias Mais, atas
segala bantuannya dalam merampungkan penulisan ini.
Marifat Kilwakit alias mbak Beti, atas stimulan ide untuk
judul skripsi ini. Asep Ridwan alias mang Asep, teman
diskusi skripsi sekaligus guru rohani. M. Furqan alias Ucin,
teman asik dalam bertukar pikiran. Dan, Nida Arafat alias
mang Afat, teman penulis dalam berproses dan berprogres.
Besar harapan penulis, semoga skripsi yang penulis susun ini
dapat bermanfaat baik bagi penulis, para akademisi, maupun
masyarakat umum.
Wassalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh
Ciputat, 07 Mei 2019
Penulis
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini
berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat
dalam buku Pedoman Akademik Program Strata 1 Tahun 2017
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
a. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
Ts te dan es ث
J Je ج
ẖ h dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
x
Sy es da ye ش
S es dengan garis di bawah ص
ḏ de dengan garis di bawah ض
ṯ te dengan garis di bawah ط
ẕ zet dengan garis di bawah ظ
koma terbali di atas hadap kanan ‘ ع
Gh ge da ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
՚ Apostrof ء
Y Ye ي
xi
b. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti dalam bahasa Indonesia,
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau
diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah
sebagai berikut:
Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap
Fathah : a أ : â ى...´ : ai
Kasrah : i ى : î و....´ : au
Dhammah : u و : û
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya
adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي Ai a dan i
و Au a dan i
c. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam
bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
 a dengan topi di atas ىآ
xii
Î i dengan topi di atas ىي
Û u dengan topi di atas ىو
huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-
rijal, bukan ar-rijal, al-diwân bukan ad-diwân.
d. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda ( ), dalam alih aksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf
yang diberi syaddah itu. Akan tetapi hal ini tidak berlaku jika huruf
yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruh-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الض رورة
tidak ditulis aḏ-darûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian
seterusnya.
e. Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah
terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah ini). Hal
yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh
datkata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah
diikuti kata benda), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Tanda Vokal Latin Keterangan
ṯarîqah طريقة 1
xiii
al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah الجامعة اإلسالمي ة 2
waẖdat al-wujûd وحدة الوجود 3
f. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak
dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga
digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku Ejaan
Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-
lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis
dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid Al-Ghazâlî
bukan Abû Hâmid al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dari EBI sebetulnya juga dapat
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai
huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut
EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian
halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh
yang berasal dari dunia nusantara sendiri, disarankan tidak
dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab.
Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad
al-Palimbânî; Nuruddin alRaniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
g. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l) , kata benda (ism), maupun
huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh
xiv
alih aksara atas kalimat-kalimat dalam Bahasa Arab, dengan
berpedoman pada ketentuan di atas.
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu ذهب األستاذ
tsabata al-ajru ثبت األجر
العصري ةالحركة al-ẖarakah al-‘asriyyah
asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أشهد ان ال إله إال هللا
maulâna Malik al-sâliẖ موالنا ملك الصالح
yu’atstsirukum Allâh يؤثركم هللا
Al-maẕâhir al-‘aqliyyah المظاهر العقلية
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama
diri mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang
Arab tidak perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid,
bukan Nûr Khâlis Majîd; Mohamad Roem, bukan Muhammad
Rûm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-Rahmân.
xv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................... iii
ABSTRAK .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................ v
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah . 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................. 10
D. Metodologi Penelitian ............................................. 11
E. Kajian Pustaka ......................................................... 17
F. Sistematika Penulisan .............................................. 24
BAB II MAKNA DAKWAH DALAM ALQURAN
A. Definisi Dakwah dan Urgensinya dalam Kehidupan
Islam ........................................................................ 26
B. Klasifikasi Ayat-ayat Dakwah dalam Alquran ........ 29
C. Uraian Penafsiran Ayat-ayat Dakwah ..................... 34
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG JAMAAH
TABLIG, LOKASI KEGIATAN, DAN INFORMAN
PENELITIAN
A. Profil Gerakan Jamaah Tablig ................................. 41
a. 1. Sejarah dan Perkembangan Jamaah Tablig ...... 41
a.2. Prinsip dan Ajaran Jamaah Tablig .................... 47
a.3. Profil Markas Jamaah Tablig Indonesia ........... 57
xvi
B. Gambaran Umum Penilitian .................................... 59
b.1. Sekilas tentang Masjid Darussalamah .............. 59
b.2. Sekilas tentang Musholla An-Nur .................... 60
b.3 Biografi Singkat Informan Penilitian ................ 63
C. Rujukan Teks Ayat-ayat Dakwah Jamaah Tablig .... 65
BAB IV PEMAHAMAN JAMAAH TABLIG TENTANG
AYAT-AYAT DAKWAH DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP KONSEP KHURȖJ DAN JAULAH
A. Pemahaman Jamaah Tablig mengenai Kewajiban
Berdakwah dalam Alquran ...................................... 68
B. Khurûj dan Alquran ................................................. 75
C. Pemahaman Jamaah Tablig terkait Berdakwah dengan
cara Khuruj .............................................................. 79
D. Landasan Jamaah Tablig mengenai Jaulah dalam
Berdakwah ............................................................... 85
E. Refleksi Jamaah Tablig dalam Memahami dan
Mengamalkan Sebuah Ayat ..................................... 91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................. 95
B. Saran ........................................................................ 96
Daftar Pustaka ......................................................... 97
Lampiran.................................................................. 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam banyak pengertian, pada hakikatnya, dakwah,
menurut Syaikh Ali Mahfuz dalam kitabnya Hidâyat Al-
Mursyidîn, adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan
dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan
melarang mereka dari perbuatan buruk agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan
pendapat imam al-Ghazali dalam karyanya Iẖyâ ʻUlûmuddîn yang
menyatakan bahwa Amr Maʻrûf Nahî Munkar adalah inti gerakan
dakwah sekaligus penggerak dalam masyarakat Islam.1 Dengan
demikian, tujuan dakwah sebagai usaha untuk merealisasikan
ajaran agama Islam pada semua aspek kehidupan bisa dikatakan
sebagai salah satu bentuk implementasi dari sebuah tanggung
jawab Islam.
Ketika hendak berdakwah, seorang dai2 tentunya perlu
mempunyai metode dan pendekatan yang dilakukan agar pesan
dakwahnya dapat dengan mudah tersampaikan. Rasulullah sebagai
sosok role model dalam berdakwah mempunyai cara pendekatan
tersendiri ketika berdakwah, salah satunya adalah dengan
1 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali Pers,
2012), h. 243. 2 Kata dai berasal dari bahasa Arab da’i, Ibnu Manzur menjelaskan
bahwa da’i memiliki makna seseorang yang mengajak kepada sesuatu baik
sesuatu itu merupakan hal yang baik maupun buruk. Ibnu Manzur, Lisan al-Arab
(Beirut: Daar Shadar), vol. 14, h. 259.
2
Pendekatan Misi.3 Maksud dari pendekatan ini adalah dengan cara
mengirimkan tenaga para dai ke daerah-daerah di luar tempat
domisili.4 Dewasa ini, terdapat beberapa organisasi yang bergerak
di bidang dakwah mengirimkan dai mereka untuk disebarluaskan
ke daerah-daerah yang minim para dainya, di samping itu bisanya
daerah yang menjadi tujuan adalah mereka yang kurang
memahami ajaran-ajaran Islam yang bersifat prinsipil.5 Penulis
menduga, agaknya pendekatan semacam ini adalah pendekatan
yang dilakukan oleh gerakan Jamaah Tablig.
Menurut Mumtaz Ahmad, gerakan Jamaah Tablig muncul
sebagai bentuk respon Maulana Muhammad Ilyas atas pelbagai
persoalan sosial keagamaan yang terjadi di India waktu itu.6
3 Setidaknya ada lima jenis pendekatan yang pernah dilakukan
Rasulullah dalam mendakwahkan ajaran Islam, yaitu; Pendekatan Personal,
Pendekatan Pendidikan, Pendekatan Diskusi, Pendekatan Penawaran, dan
Pendekatan Misi. Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2000), h. 55. 4 Pendekatan Misi ini pernah dirintis Rasulullah saat di Mekkah, tapi
belum berhasil, kemudian dikembangkan di Madinah dengan hasil yang
maksimal. Pendekatan serupa pula dilakukan secara besar-besaran pada zaman
Sahabat khususnya pemerintahan Umar bin Khattab ra. Contoh-contoh dakwah
melalui pendekatan ini antara lain misi dakwah ke Yatsrib, Najed, Najran, dan
Mekkah. Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2000), h. 55. 5 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 259. 6 Konon, pembentukan Jamaah ini juga diilhami oleh mimpi Maulana
Muhammad Ilyas pada suatu malam tentang firman Allah QS. Ali Imran [3]:
104 berupa perintah Allah agar memperbaiki kondisi umat manusia.
يتعون إل ٱلت ة يدت م
نكمت أ كن م لحون ولت تمفت ولئك هم ٱل
منكر وأ
ت ن عن ٱل روف وينتهوت معتت ٱل مرون ب
ت ١٠٤ويأ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Ayat ini kemudian menjadi landasan utama Jamaah Tabligh dalam
menggerakan semangat dakwahnya. Husein bin Muslin bin Ali Jabir,
3
Adapun bentuk-bentuk respon yang dilakukan, ialah meliputi tiga
hal, Pertama, membangkitkan kembali keimanan dan menegaskan
ulang identitas relijius-kultural Muslim. Dalam konteks ini
kelahirannya dapat dikatakan sebagai bentuk ortodoksi Islam yang
disegarkan kembali, maupun sebuah sufisme yang diperbaharui.
Kedua, menanggapi langsung terhadap gerakan-gerakan
pengalihan agama Hindu yang agresif yang dilakukan oleh gerakan
Shuddhi (penyucian) dan Sangathan (konsolidasi), yang
melancarkan upaya besar-besaran untuk meng-Hindu-kan kembali
orang-orang yang telah memeluk Islam pada masa lalu. Ketiga,
mengislamkan kembali Muslim “tapal batas” dari praktik-praktik
keagamaan dan kebiasaan sosial nenek moyang orang Hindu.7
Pada mulanya, gerakan dakwah yang dipimpin oleh
Maulana Muhammad Ilyas ini hanya terkonsentrasi di Mewat,
kemudian pada masa-masa selanjutnya, kegiatan Jamaah Tablig
berpusat di Masjid Bangle Wali, Nizamuddin, New Delhi.8 Setelah
Maulana Muhammad Ilyas wafat, kepemimpinan diteruskan oleh
puteranya, Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi (1917-
1965). Pada masa inilah, Jamaah Tablig mengalami perkembangan
Membentuk Jama’ah Muslimin (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), Cet. III, h.
259. 7 Lihat Mumtaz Ahmad, “Jamaah Tabligh,” dalam John L. Esposito
(ed.), Ensiklopedia Oxford Dunia Islam Modern (Bandung: Mizan, 2001), h. 35-
36. 8 Muhammad Khalid Masud (ed.), Travellers in Faith; Studiess of the
Tablighi Jama’at as a Transnational Islamic Movement for Faith Renewal,
sebagaimana dikutip dalam artikel Didi Junaedi, Memahami Teks, Melahirkan
Konteks: Menelisik Interpretasi Ideologis Jamaah Tabligh, Journal of Qur’an
and Hadith Studies. Vol. 2, No. 1, 2013, h. 5.
4
yang pesat,9 yaitu menyebar ke seluruh India, Pakistan,
Bangladesh, bahkan melintasi pelbagai negera, hingga ke Asia
Tenggara, Timur Tengah, Afrika, Eropa, hingga Amerika
Serikat.10
Dalam konteks Indonesia,11 Jamaah Tablig datang pertama
kali pada 1915 ke masjid al-Hidayah Medan yang dipimpin oleh
Miaji Isa dengan menamakan kelompoknya sebagai Jamâʻah
Khurûj, yaitu Jamaah yang keluar di jalan Allah untuk melatih
memperbaiki diri mengajak untuk taat kepada Allah.12 Gerakan ini
semakin nyata menunjukkan keberadaannya pada tahun 1974 yang
berpusat di masjid Kebon Jeruk Jakarta. Keberadaan markas ini
menunjukkan bahwa Jamaah Tablig di Indonesia telah
mendapatkan tempat dan tanggapan positif, terlebih dengan
banyaknya pengikut jamaah ini di Nusantara. Lebih dari itu,
9 Gerakan ini bahkan disebut-sebut sebagai gerakan keagamaan dan
terbesar di dunia pada abad ini yang memiliki pengaruh luas bahkan di hampir
negara yang berpenduduk muslim sunni. Umdatul Hasanah, Keberadaan
Kelompok Jamaah Tabligh dan Reaksi Masyarakat (Perspektif Teori
Penyebaran Informasi dan Pengaruh), Jurnal Indo-Islamika, Vol. 4, 2014, h. 22. 10 Keterangan lebih lanjut, lihat M. Anwarul Haq, The Faith Movement
of Maulana Muhammad Ilyaas, London: George Allen & Unwin Ltd., 1972. 11 Sejarah mencatat bahwa sejak awal tahun 1980-an, terjadi
perkembangan dakwah di Indonesia. Saat itu berdatangan elemen-elemen
pergerakan dakwah Islam dari luar negeri yang kelompok-kelompok tersebut
memiliki corak pergerakan yang berbeda-beda dalam menyampaikan ajaran
Islam. Ada gerakan yang bertujuan untuk mengubah masyarakat dari seluruh
tatanan kehidupan sosialnya mulai dari elit-elit politik hingga pada sistem
pemerintahannya. Ada juga gerakan dakwah yang hanya fokus pada
peningkatan spiritualitas dan peningkatan ibadah, namun tidak menyentuh sikap
dan kehidupan politik. Nurdin, Reaksi Sosial terhadap Pelaksanaan Khuruj Fi
Sabilillah dalam Gerakan Dakwah Jamaah Tabligh di Kabupaten Gowa
(Skripsi Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2017), h. 7. 12 Abdul Aziz, “The Jamaah Tabligh Movement in Indonesia,” Studia
Islamika, 11:3, (2004).
5
lembaga kaderisasi dari Jamaah Tablgih juga telah didirikan yang
dipusatkan di Pondok Pesantren al-Fatah, Magetan, Jawa Timur.13
Metode utama dakwah yang dilakukan Jamaah Tablig ialah
metode silaturahmi.14 Dakwah dengan melalui silaturahmi ini
dilakukan oleh Jamaah Tablig dalam sebuah konsep dakwah yang
dinamai Jaulah.15 Berdakwah dengan cara menyambangi tiap
pintu rumah ini kemudian menjadi ciri khas dari sebuah pola
dakwah yang dilakukan rombongan Jamaah Tablig ketika
mengunjungi suatu daerah.
Begitupun dengan prinsip dasar Jamaah Tablig yang dalam
berdakwah tanpa memilah siapa yang ingin menjadi da’i, menjadi
kekhasan tersendiri bagi gerakan dakwah yang satu ini, sehingga
tidak heran jika anggota Jamaah Tablig berasal dari berbagai
kalangan. Para Ustadz, Pedagang, hingga kalangan akademis dan
artis. Gerakan dakwah yang apolotis dan menghidari khilafiyah,
13 Yusran Razak, Jamaah Tablig, Ajaran dan Dakwahnya, Disertasi
Doktor, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 60,
sebagaimana dikutip oleh Umdatul Hasanah, Keberadaan Kelompok Jamaah
Tablig dan Reaksi Masyarakat (Perspektif Teori Penyebaran Informasi dan
Pengaruh), h. 22. 14 Dakwah dengan metode silaturahmi sendiri memiliki berbagai
kelebihan. Kunjungan dakwah semacam ini dapat menciptakan hubungan yang
lebih akrab antara da’i dan mad’u, terutama bila keduanya saling mengenal. Bila
mereka belum saling mengenal, maka dapat terjalin persahabatan atas dasar
keimanan yang kemudian berbuah menjadi persaudaran. Interaksi semacam ini
mungkin tidak ada dalam dakwah dengan metode ceramah atau yang lainnya.
Ali Mustafa, Model Dakwah Silaturahmi Jamaah Tabligh dalam Jaulah Khususi.
Jurnal As-Salam, 2017, Vol. I, h. 81. 15 Jaulah ialah sebuah metode dakwah yang dilakukan Jamaah Tablig
dengan cara berkeliling mendatangi setiap rumah di sebuah kampung tertentu
untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah. Ali Mustafa, Model Dakwah
Silaturahmi Jamaah Tabligh dalam Jaulah Khususi. Jurnal As-Salam, h. 84.
6
juga menjadi salah satu penyebab Jamaah Tablig digandrungi
banyak kalangan dan tetap eksis hingga kini.
Namun, ketidakpedulian Jamaah Tablig terhadap
kompetensi para pengikutnya sebagai juru dakwah, tidak sedikit
kalangan yang menilainya negatif. Konsep dan pola dakah yang
dilakukan Jamaah Tablig dinilai salah dan bertentangan dengan
syariat Islam. Gerakan ini juga acapkali mendapat klaim bidah dan
sesat dari beberapa ulama oleh sebab amalan yang dipraktikan
tidak berdasarkan Alquran dan sunnah. Sehingga, metode dakwah
Jamaah Tablig ditentang keras dan melarang umat Islam untuk
mengikuti ajarannya.16 Persoalan lain juga muncul dari aktivitas
khuruj untuk berdakwah yang seiring waktu mengundang reaksi
sosial negatif terhadap gerakan Jamaah Tablig.17
Menurut hemat penulis, praktik-praktik dakwah yang
dilakukan Jamaah Tablig, bisa jadi disebabkan atas dasar
pemahaman mereka atas teks ayat tentang dakwah dalam Alquran.
Hal ini mengingat landasan yang digunakannya untuk berdakwah,
sebagaimana ditulis oleh Abdurrahman As-Sirbuny dalam buku
16 Dikutip dari https://almanhaj.or.id/1221-jamaah-tabligh-tidak-
berdiri-berdasarkan-kitabullah-dan-sunnah-rasulnya.html diakses pada Selasa,
05 Maret 2019. Kritikan semacam ini juga selaras dengan fatwa Nashiruddin
Albany tentang Jamaah Tablig yang ditulis oleh Abu Umamah Abdurrahim al
Atsary dalam buku Jamaah Tabligh; kenyataan dan pengakuan (Yogyakarta:
Hikmah Ahlussunnah, 2015), h. 52.
17 Akar permasalahan ini biasanya timbul berkaitan dengan keharmo-
nisan dan kesejahteraan keluarga pengikut Jamaah Tablig yang ditinggalkan
beberapa lama untuk khuruj berdakwah. Nurdin, Reaksi Sosial Terhadap
Pelaksanaan Khuruj Fi Sabilillah dalam Gerakan Dakwah Jamaah Tabligh di
Kabupaten Gowa, Makasar: Studi Living Quran (Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar 2017). h. 10.
7
Kupas Tuntas Jamaah Tablig, Jamaah Tablig merujuk kepada
beberapa ayat seruan berdakwah dalam Alquran, antara lain yang
termaktub dalam QS. Ȃli ʻImrân[3]: 110.
ن عن روف وتنتهوت معتت ٱل مرون ب
تلناس تأ رجتت ل خت
ة أ م
أ كنتمت خيت
ه ٱل منون ب منكر وتؤتت كب ل ٱل
ت ٱ ٱ هتنتهم ولوت منمن أ هم م ا ل ن خيتقون تف س ثهم ٱ كت
منون وأ تمؤت ١١٠ٱل
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”18
Ayat lain yang dijadikan dalil dakwah, yaitu QS. Al-
Taubah[9]:2419,
و نكمت ناؤكمت إوخت بتو جكمت قٱت إن كن منباؤكمت وأ زت
وأ
ن ن كسادها ومس ك تموها وتج رة تتشوت تفت و ل ٱقت متيتكمت وأ وعش
هاد ف سبيلهۦ ۦ وج ورسول ن ٱل حل إلتكم م نها أ بصون ترتضوت فت
ۦه وٱل ره متأ ب ٱل ت
تقني حت يأ تف س تقوتم ٱ دي ٱ ٢٤ل يهت
Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-
isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-
Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
18 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
8
Ayat tersebut dipahami Jamaah Tablig sebagai perintah
berjihad dalam berdakwah yang kemudian menjadi landasan untuk
melakukan khurûj.20 Pemahaman atas teks sebagaimana demikian,
menuai tanggapan yang menilainya keliru dalam memahami ayat.
Kekeliruan pemahaman tersebut bisa dilihat dengan
membandingkannya dengan penjelasan para mufasir. Sebagai
contoh Mufasir Rasyid Ridha. Ketika menafsirkan Ali Imran[3]:104,
beliau berpendapat bahwa dalam urusan berdakwah tidak boleh
diserahkan kepada sembarang orang, tugas ini harus dimandatkan kepada
kelompok profesional (khawwas al-ummah) yang memahami perincian
ajaran agama dan pemahamannya.21 Pemahaman Jamaah Tablig
terkait ayat dakwah yang berseberangan dengan mayoritas
penjelasan para ulama tafsir bisa jadi disebabkan oleh
pemahamannya yang tidak mendasarkan penafsirannya terhadap
sumber-sumber otoritatif, seperti kaidah tafsir, prinsip-prinsip
Ulum al-Quran, dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjajakan masalah di atas, penulis
mengamati bahwa permasalahan yang berdampak kepada pola
dakwah Jamaah Tablig ini belum bisa diklaim secara pasti apakah
berdasarkan pemahaman mereka atas teks, atau ada faktor lain
yang mempengaruhinya. Sehingga kiranya persolan ini perlu dikaji
20 Khuruj yang dimaksud adalah meluangkan waktu untuk pergi keluar
(biasanya dalam kurun waktu 3 hari, 7 hari, 40 hari, hingga 4 bulan) dengan
meninggalkan keluarga dan kampung halaman demi menjalankan tugas
berdakwah ke seluruh pelosok bahkan luar negeri. Abdurrahman As-Sirbuny,
Kupas Tuntas Jamaah Tablig (Cirebon: Pustaka Nabawi, 2012), h. 147. 21 Rasyid Ridha, Tafsir Alquran al-Hakim al-Syahir bi al-Tafisr al-
Manar (Kairo: Hai’ah Misriyyah al-‘Ammah li al-Kitab, 1990), juz 4, h. 23.
9
dan diteliti lebih mendalam. Oleh karena itu, penulis mengajukan
penelitian skripsi dengan judul PEMAHAMAN JAMAAH
TABLIG DI MUSHOLLA AN-NUR DAN MASJID
DARUSSALAMAH TERHADAP AYAT-AYAT DAKWAH.
Penelitian ini akan melibatkan satu rombongan yang berasal dari
markas pusat gerakan Jamaah Tablig Indonesia, yaitu jamaah
Masjid Jami’ Kebon Jeruk Jakarta Barat yang akan khuruj ke dua
lokasi yang dijadikannya sebagai titik berdakwah, yaitu Musholla
An-Nur yang berada di Rempoa Ciputat timur, dan Masjid
Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Mengamati latar belakang permasalahan yang telah
dikemukakan di atas, penulis mengidentifikasi beberapa masalah
yang kiranya perlu dikaji dari berbagai sudut pandang, antara lain
sebagai berikut;
1. Model dakwah yang dilakukan Jamaah Tablig
berpotensi menuai tanggapan negatif terlebih bagi
lingkungan masyarakat yang telah mempunyai kultur
keagamaan tertentu.
2. Kewajiban berdakwah yang dipahami Jamaah Tablig
perlu dikaji ulang dari perspektif hukum.
3. Pandangan Jamaah Tablig berkaitan dengan caranya
dalam berdakwah perlu ditelusuri perihal faktor-faktor
apa saja yang dapat mempengaruhinya.
10
2. Pembatasan Masalah
Dari ketiga permasalahan di atas, penulis membatasi untuk
hanya fokus kepada permasalahan dari sudut pemahaman teks,
yaitu perihal pemahaman mereka terhadap teks Alquran yang
kemudian menjadi sebuah landasan dalam beberapa konsep
dakwah Jamaah Tablig.
3. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan sebuah
permasalahan tentang bagaimana pemahaman Jamaah Tablig
terhadap ayat-ayat dakwah?. Kemudian rumusan ini diuraikan
dalam dua sub masalah: (1) Bagaimana pemahaman Jamaah Tablig
terkait berdakwah dengan cara khurûj? dan, (2) Apa landasan
Jamaah Tablig mengenai jaulah dalam berdakwah?.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman Jamaah
Tablig terkait ayat-ayat yang dirujuk sebagai dalil
sehingga muncul beberapa konsep dakwah yang
dilakukan.
b. Untuk mengamati tentang bagaimana ayat-ayat dakwah
dalam Alquran diapahami dan diamalkan oleh Jamaah
Tablig sebagai landasan dalam berdakwah.
11
c. Untuk mengungkap dan memahami konsep
pelaksanaan dakwah gerakan Jamaah Tablig yang
sedang khuruj di Musholla An-Nur dan Masjid
Darussalamah.
2. Kegunaan Penelitian
a. Penilitian ini berguna agar tidak memengaruhi
pandangan masyarakat dalam memahami ayat-ayat
tentang dakwah yang sejatinya masih bersifat
multitafsir.
b. Penelitian ini dapat berguna untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat terkait cara dan pola
dakwah yang dilakukan oleh Jamaah Tablig.
c. Penelitian ini diharapkan mampu berguna sebagai
sumber rujukan terkait pemahaman ayat-ayat dakwah
dalam pandangan Jamaah Tablig.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penilitian lapangan dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Secara harfiah
penelitian deskriptif adalah situasi-siatusi atau kejadian-kejadian
tertentu sehingga diperoleh deskripsi yang sistematis faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah
tertentu.22 Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan bentuk studi kasus yang dapat memberikan nilai
22 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Bandung:
Rosda Karya, 1998), h. 3.
12
tambah pada pengetahuan tentang fenomena individual dan dapat
digeneralisasikan ke preposisi teoritis.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi berdasarkan rute wilayah
masjid yang dikunjungi Jamaah Tablig selama 7 hari. Ada dua
lokasi tujuan masjid yang akan disinggahi penulis bersama
rombongan, yaitu, Musholla An-Nur yang beralamat di Jl.
Pendidikan, RT.03/RW.03, Rempoa, Ciputat timur, Tangerang
Selatan, dan Masjid Jami Baitussalamah, yang terletak di Jl.
Bintaro Selatan, Blok N1, No.1, RT.11/RW.11, Bintaro,
Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Satu
bulan untuk penelusuran buku-buku dan literatur lain terkait
dengan masalah yang dibahas, dua bulan berikutnya untuk
penulisan dan penelitian lapangan. Penulis melakukan penelitian
ini pada bulan Januari - Maret 2019.
4. Populasi dan Sampel
Populasi adalah sejumlah massa (manusia atau bukan)
yang terdapat dalam kawasan tertentu dalam satu unit kesatuan.23
Adapun objek penelitian ini adalah sebagian jamaah dari Masjid
Jami Kebon Jeruk yang tergabung dalam satu rombongan dengan
23 Aminudin Rasyad, Metodologi Riset (Jakarta: Fakultas Tarbiyah,
IAIN, 1987), h. 62.
13
jumlah 10 orang. Oleh sebab seluruh populasi yang ada berjumlah
10 orang, maka penulis hanya mengambil sampel 6 orang anggota
yang terlibat untuk kemudian mengajukan masing-masing 9
pertanyaan yang sama.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah sebuah metode ilmiah berupa
pengamatan dan pencatatan secara sistematik mengenai fenomena-
fenomena yang diselidiki.24 Pengamatan dilakukan secara
langsung terhadap anggota rombongan Jamaah Tablig di lapangan
untuk memperoleh data berkenaan dengan fokus penelitian.
Observasi sebagai sebuah metode pengumpulan data secara
umum dibagi dalam dua jenis pengamatan: Pertama pengamatan
murni, adalah sebuah pengamatan yang dilakukan dengan tidak
melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan sosial, artinya
murni sebuah pengamatan. Kedua, pengamatan terlibat (observasi
partisipatif), yakni sebuah pengamatan yang sekaligus melibatkan
diri dalam sebuah kegiatan yang diteliti. Observasi partisipatif
dilakukan untuk melihat bagaimana informan atau subjek
penelitian memahami dan mempraktikan apa yang menjadi
24 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1999), h. 83.
14
pemahamannya dalam kehidupan sehari-hari.25 Adapun dalam
penilitian ini penulis akan melakukan pengamatan secara terlibat
(observasi partisipatif) di Musholla An-Nur dan Masjid
Darussalamah yang oleh rombongan Jamaah Masjid Kebon Jeruk
untuk dijadikan sebagai titik berdakwah.
b. Interview (Wawancara)
Wawancara dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode perekaman melalui alat recorder dalam handphone untuk
kemudian disalin ke dalam bentuk tulisan dan dilampirkan sebagai
data penelitian.
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
mengenai alasan mengikuti kegiatan, pengetahuan, serta
pemahaman Jamaah. Masing-masing sebanyak 10 pertanyaan
dengan komposisi 3 pertanyaan seputar alasan mengikuti kegiatan,
dan 7 pertanyaan tentang pengetahuan dan pemahaman Jamaah
soal ayat-ayat dakwah dalam Alquran.
6. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua informasi atau data diperoleh dari data hasil
observasi dan wawancara. Informasi tersebut bisa dikatakan
sebagai hasil penelitian. Untuk mendapatkan hasil informasi secara
komprehensif. Maka data tersebut melalui proses analisa, adapun
untuk memperoleh gambaran yang lebih baik dari data hasil
25 Muhammad, Soehada’, Buku Daras; Pengantar Metode Penelitian
Sosial Kualitatif (Yogyakarta: Program Studi Sosiologi Agama Fakultas
Ushuluddin UIN Suka, 2004), h. 26-32.
15
penelitian ini maka penulis melakukan tahap-tahap pengolahan
data.
Tahap pertama, reduksi data, tahap reduksi data, pada
tahap ini peneliti melakukan proses penyelesaian, penyederhanaan,
pemfokusan dan abstraksi data yang terambil dari hasil catatan
lapangan. 26 Berdasarkan teori ini maka semua data yang penulis
peroleh selama mengikuti khuruj bersama Jamaah Tablig secara
keseluruhan dikumpulkan, kemudian supaya data yang diperoleh
menjadi data yang sudah terbagi pada kelompok-kelompok
tertentu sesuai dengan konsep yang telah dibentuk oleh peneliti.
Proses reduksi data bertujuan untuk lebih menajamkan,
mengarahkan, membuang bagian data yang tidak diperlukan, serta
mengorganisir data sehingga memudahkan untuk dilakukan
penarikan kesimpulan.27
Tahap kedua, penyajian data. Pada tahap ini peneliti
melakukan organisasi data, mengaitkan hubungan-hubungan
tertentu antara data yang satu dengan data lainnya. Lebih jelasnya
dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh penulis ketika ketika
mengikuti program seperti khuruj dan jaulah akan menghasilan
data yang lebih konkrit, tervisiualisasi, memperjelas informasi
agar nantinya dapat lebih dipahami oleh pembaca.28
26 Andi Firman, Pemahaman Umat Islām Terhadap Surat Yāsin di
Desa Nyiur Permai. Kab. Tembelihan Riau (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016). h. 20. 27 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 151. 28 Moh. Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi
Agama (Yogyakarta: SUKA Press, 2012), h. 131.
16
Tahap ketiga, tahap verifikasi data, merupakan tahap akhir,
yaitu proses verifikasi yang dimaknai sebagai penarikan arti data
yang ditampilkan. Proses verifikasi ini dilakukan dengan
mengingat hasil-hasil temuan terdahulu dan melakukan cross chek
dengan temuan lainnya, proses ini juga menghasilkan penafsiran
(interpretasi) terhadap data. Proses ini bertujuan agar data tersebut
memiliki makna. Sehingga dalam proses ini menghasilkan
jawaban dan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian.29
Konkretnya, penulis kembali mengecek ulang hasil pengamatan
terhadap Jamaah Tablig, termasuk wawancara dengan informan.
Dengan melakukan verifikasi ini nantinya dapat mempertahankan
dan menjamin validitas dan rehabilitas hasil temuan penulis terkait
kegiatan dan pemahaman Jamaah Tablig selama 7 hari mengikuti
khuruj.
Kemudian untuk menganalisis data dalam penelitian ini,
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penafsiran (interpretatif analityc). Metode ini merupakan sebuah
metode analisis data sebagai upaya untuk menjelaskan tentang apa
yang dikatakan oleh informan dan menafsirkan kembali penjelasan
dan aktifitas tersebut berdasarkan penafsiran peneliti.30 Maka
dalam penilitiannya nanti, penulis menganilisis kembali data-data
dari temuan di lokasi Jamaah Tablig dan menafsirkan ulang semua
penjelasan yang diperoleh dari informan penelitian.
29 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif, h. 151. 30 Moh. Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi
Agama, h. 138.
17
E. Tinjauan Pustaka
Supaya tidak terjadi kesamaan pembahasan dengan skripsi,
tesis, disertasi, dan jurnal lain maka penulis menelusuri kajian-
kajian yang pernah dilakukan dan memiliki unsur kesamaan,
selanjutnya hasil dari penelitian ini dilakukan untuk tidak
mengambil metode yang sama, sehingga diharapkan kajian ini
bukan merupakan plagiat dari kajian yang telah ada.
Ketika melakukan tinjauan pustaka, penulis menemukan
beberapa tulisan yang berkaitan dengan kajian yang akan dibahas
oleh penulis baik berupa jurnal maupun skripsi. Tulisan-tulisan
tersebut adalah:
Artikel yang ditulis oleh Ali Mustafa dengan judul Model
Dakwah Silaturahmi Jamaah Tabligh Dalam Jaulah Khususi.
Dalam artikel tersebut dapat disimpulkan bahwa pertama, Jamaah
Tablig memiliki konsep dakwah yang komprehensif terkait metode
dakwah silaturahmi. Kedua, kunjungan dakwah yang dilakukan
Jamaah Tablig demikian teroganisir, hal ini dapat dilihat dari
prinsip niṣab –menyisihkan waktu 2,5 jam perhari, 3 hari dalam
sebulan, 40 hari dalam setahun, dan 4 bulan sekali seumur hidup.
Ketiga, dalam silaturahmi dakwah Jamâʻah Tablîgh tercermin nilai
ikrâm (memuliakan) sesama Muslim.31
Artikel yang ditulis oleh Ibrahim Latepo dengan judul
Jama’ah Tabligh dan Penguat Reliji di Masyarakat. Dalam artikel
tersebut dapat disimpulkan bahwasanya penulis melakukan
31 Ali Mustafa, Model Dakwah Silaturahmi Jamaah Tabligh dalam
Jaulah Khususi, Jurnal As-Salam, vol.1 (3). 2017.
18
penelitian terhadap dakwah jamaah masturat karena mereka
menjalankan usaha dakwah di kalangan wanita terutama bagi
wanita yang telah berumah tangga.32
Artikel yang ditulis oleh Achmad Sulfikar. Dengan judul
Rekonseptualisasi Gerakan Dakwah Jamaah Tabligh Kota
Palopo. Dalam artikel tersebut dapat disimpulkan bahwa penulis
melakukan penelitian di Kota Palopo. Dalam konteks Jamaah
Tablig Kota Palopo, setting yang melekat padanya adalah: Khurûj;
berarti keluar berdakwah di jalan Allah. Khurûj perlu keyakinan
dan motivasi yang kuat karena meninggalkan keluarga, anak, istri,
pekerjaan, harta untuk menjalankan amar ma’ruf nahi munkar.
Khurûj ini dijadikan sebagai landasan kemantapan berdakwah dan
bertabligh untuk menyampaikan pesan dakwah.33
Artikel yang ditulis oleh M. Azizzullah Ilyas, dengan judul
Kompetensi Juru Dakwah dalam Pandangan Jamaah Tabligh.
Dalam artikel tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang pendakwah namun Jamaah Tablig
sendiri telah menekankan perlunya tiga belas sifat yang harus
dimiliki oleh dai dan empat sifat; taat. Sabar. Taqwa. Tawajjuh.
Jamaah Tablig sendiri sesungguhnya telah menggariskan
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dai, hanya saja dalam
praktik lapangan dai Jamaah Tablig tidak diharuskan sudah
memiliki ketiga belas kompetensi sebelum memulai khurûj, tetapi
32 Ibrahim Latepo, Jamaah Tabligh dan Penguat Reliji di Masyarakat,
Jurnal al-Misbah, Vol. 12 Nomor 1 Januari-Juni 2016. 33 Achmad Sulfikar, Rekonseptualisasi Gerakan Jamaah Tabligh Kota
Palopo, Journal of Social-Religi Research, Vol.1, No.2 Oktober 2016.
19
dai diharapkan dapat belajar menerapkan dan mewujudkan
kompetensi tersebut selama khurûj.34
Artikel yang ditulis oleh Ujang Saepuloh dengan judul
Model Komunikasi Jamaah Tabligh. Dalam artikel tersebut dapat
disimpulkan bahwa pertama, gerakan dakwah Jamaah Tablig
fluktuatif dari satu masa ke masa yang lain. Kedua, simbol-simbol
komunikasi nonverbal Jamaah Tablig, meliputi: jenggot, peci
lonjong dan pakaian gamis. Ketiga, pesan-pesan dakwah yang
kerap disampaikan meliputi tiga hal pokok, yaitu: wahdaniyat,
akhirat dan kematian, risalah dakwah. Keempat, model
komunikasi dakwah Jamaah Tablig terdiri atas: infrodi, ijtima’i,
khususi dan umumi.35
Artikel yang ditulis oleh Hadi Putra Wirman dengan judul
Fenomena Jamaah Tabligh. Dalam artikel tersebut dapat
disimpulkan bahwa hal yang menjadi perhatian tentang gerakan
Jamaah Tablig adalah amalan khurûj. Amalan khurûj sangat khas
dan tidak memberi kesan adanya pemaksaan dari pimpinan jamaah
kepada para anggotanya. Biasanya seorang jamaah yang tergabung
dengan kelompok ini diharuskan mengikuti program khurûj
selama kurang lebih 6 sampai 9 bulan dengan resiko meninggalkan
keluarga dan orang-orang yang semestinya dilindungi. Meski
program ini cenderung menuntut anggotanya untuk mengeluarkan
hartanya demi suksesnya program tersebut, tetapi tidak sedikit
34 M. Azizullah Ilyas, Kompetensi Juru Dakwah dalam Pandangan Ja-
maah Tabligh, Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol.2, No. 01, Desember 2017. 35 Ujang Saepuloh, Model Komunikasi Jamaah Tabligh, Jurnal Ilmu
Dakwah, Vol. 4 No. 14 Juli-Desember 2009.
20
jamaah yang rela mengeluarkan hartanya hingga sawah dan
ladangnya habis terjual.36
Artikel yang ditulis oleh Didi Junaedi dengan judul
Memahami Teks, Melahirkan Konteks: Menelisiki Interpretasi
Ideologis Jamaah Tabligh. Dalam artikel tersebut dapat
disimpulkan bahwa dalam memahami teks-teks keagamaan,
Jamaah Tablig lebih melihat pada aspek literal-tekstual. Dengan
kata lain, subyektivitas penafsiran mereka lebih terlihat, daripada
obyektivitasnya. Dalam akidah, bisa dikatakan Jamaah Tablig
menganut paham sunni-asy’ari. Dalam fikih, meski awalnya
pendiri Jamaah Tablig adalah bermazhab Hanafi, namun
cenderung lebih toleran terhadap perbedaan madzhab. Mereka
tidak pernah mempertentangkan khilafiah.37
Artikel yang ditulis oleh Umdatul Hasanah dengan judul
Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan Reaksi Masyarakat
(Perspektif Teori Penyebaran Informasi dan Pengaruh). Dalam
artikel tersebut dapat disimpulkan bahwa kewajiban untuk
berdakwah bukan berarti harus meninggalkan kewajiban lainnya.
Mendidik dan memenuhi kebutuhan keluarga juga merupakan
kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Doktrin khurûj telah
dipahami secara kaku oleh jamaah bagi mereka ini merupakan
prinsip dimana urusan Agama Allah di atas segalanya. Sementara
36 Hadi Putra Wirman, Fenomena Jamaah Tabligh, Jurnal Al-
Hurriyah, Vol. 13, No. 2, Juli-Desember 2012. 37 Didi Junaedi, Memahami Teks, Melahirkan Konteks: Menelisiki
Interpretasi Ideologis Jamaah Tabligh, Journal of Qur’an and Hadith Studies,
Vol. 2, No. 1, 2013.
21
bagi sebagian orang yang belum terbiasa mungkin berpandangan
negatif terhadap doktrin tersebut.38
Artikel yang ditulis oleh Azzahro Amalia dengan judul
Khuruj Struktur Sosial Keagamaan Jamaah Tabligh di Desa
Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan. Dalam artikel
tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang dilakukan untuk
menunaikan ajaran mereka andil dalam pelestarian norma dan
aturan dalam masyarakat, struktur yang pertama adalah kiai.
Kemudian struktur sosial keagamaan dalam masyarakat Temboro
yang kedua adalah masyarakat laki-laki.39
Skripsi yang ditulis oleh Moh. Misbakhul Munir dengan
judul Problematika Pemenuhan Nafkah Istri dan Anak Jamaah
Tabligh yang Ditinggal Khuruj Dalam Perspektif Hukum Islam
(Studi Kasus di Dusun Tlatah Desa Wateswinangun Kecamatan
Sambeng Lamongan). Dalam skripsi tersebut bahwa penulis
melakukan penelitian lapangan dan ada beberapa kesimpulan yang
dapat ditarik oleh penulis yaitu pemenuhan nafkah matriil dan
inmatriil yang terjadi di kalangan keluarga Jamaah Tablig yang
ditinggal khurûj oleh suaminya pada intinya adalah sebagai
berikut: suami tidak memberikan nafkah yang cukup kepada istri
dan anak-anaknya, istri merasa kekurangan ketika ditinggal khurûj
oleh suaminya, dengan adanya khurûj kebutuhan perhatian
38 Umdatul Hasanah, Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan
Reaksi Masyarakat (Perspektif Teori Penyebaran Informasi dan Pengaruh),
Indo-Islamika, Vol. 4, Nomor 1, Januari-Juni, 2014. 39 Azzahro Amalia, Khuruj Struktur Sosial Keagamaan Jamaah
Tabligh di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan.
22
maupun kasih sayang dan perlindungan suami kepada istri tidak
dapat terpenuhi.40
Skripsi yang ditulis oleh Nurdi dengan judul Reaksi Sosial
Terhadap Pelaksanaan Khuruj Fi Sabilillah Dalam Gerakan
Dakwah Jamaah Tabligh di Kabupaten Gowa. Dalam skripsi
tersebut bahwa penulis melakukan penelitian lapangan dan dapat
ditarik beberapa kesimpulan diantaranya, bentuk-bentuk
pelaksanaan khurûj fî sabîl Allâh dalam gerakan dakwah Jamaah
Tablig antara lain yaitu: Musyawarah, Ta’lim wa ta’lum, Bayan,
Mudzkarah dan Jaulah. Dalam hasil penelitian ada beberapa
pandangan atau reaksi yang beragam dari masyarakat terkait
masalah pelaksanaan khurûj fî sabîl Allâh dalam gerakan dakwah
Jamaah Tablig. Jamaah Tablig dalam merespon reaksi sosial
terhadap pelaksanaan khurûj fî sabîl Allâh dalam gerakan
dakwahnya di Kabupaten Gowa cenderung menganggap hal-hal
negatif dari reaksi sosial tersebut sebagai tantangan dalam
berdakwah.41
Skripsi yang ditulis oleh Sri Mayuni BR Manurung dengan
judul Pengaruh Jamaah Tabligh Terhadap Keagamaan
Masyarakat Desa Tinggi Raja. Dalam skripsi tersebut dapat
40 Moh. Misbakhul Munir, Problematika Pemenuhan Nafkah Istri
dan Anak Jamaah Tabligh yang Ditinggal Khuruj Dalam Perspektif Hukum
Islam (Studi Kasus di Dusun Tlatah Desa Wateswinangun Kecamatan Sambeng
Lamongan), Surabaya: studi Living Qur’ān (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2016). 41 Nurdin, Reaksi Sosial Terhadap Pelaksanaan Khuruj Fi Sabilillah
Dalam Gerakan Dakwah Jamaah Tabligh di Kabupaten Gowa, Makasar: studi
Living Quran (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makasar 2017).
23
disimpulkan bahwa penulis menyebutkan sejarah kemunculan,
tokoh dan awal gerakan Jamaah Tablig di Indonesia. Respon
masyarakat terhadap Jamaah Tablig ada yang positif dan ada pula
yang negatif. Menurut pandangan kepala dusun di dusun Tinggi
Raja Sawah bahwa keberadaan Jamaah Tablig sangat membantu
masyarakat Muslim untuk pada perbuatan yang baik dan
meninggalkan segala perbuatan kemaksiatan yang dilarang oleh
Allah SWT. perilaku yang tadinya bergelimang dengan
kemaksiatan masing-masing mengalami perubahan kepada
perbuatan yang baik.42
Skripsi yang ditulis oleh Fikri Rivai dengan judul Aktivitas
Dakwah KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh. Dalam skripsi
tersebut dapat disimpulkan bahwa penulis membahasa salah satu
tokoh penggerak Jamaah Tablig yaitu KH. Najib Al-Ayyubi.
Adapun bentuk-bentuk aktivitas dakwah yang dilakukan oleh KH.
Najib meliputi: Bayan, Ta’lim wa Ta’alum, Khurûj Fi Sabilillah,
Jaulah, Khidmat dan mengamalkan enam sifat sahabat. Media
yang digunakan dalam dakwahnya hanyalah menggunakan
komunikasi langsung dan bersilaturahmi, dan sebagai pusat sentral
dakwahnya adalah masjid.43
42 Sri Mayuni BR Manurung, Pengaruh Jamaah Tabligh Terhadap
Keagamaan Masyarakat Desa Tinggi Raja, Medan: studi Living Quran (Skripsi
S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan,
2017). 43 Fikri Rivai, Aktivitas Dakwah KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah
Tabligh (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
24
Setelah melihat beberapa kajian terdahulu, penulis
menemukan bahwa mayoritas para peneliti terdahulu yang
mengkaji permasalahan Jamaah Tablig ini lebih fokus kepada
tinjauan hukum, pengaruh, dan reaksi sosial kemasyarakatan.
Sejauh dari yang penulis telusuri, belum ditemukan
penelitian yang mengkaji Jamaah Tablig dari segi pemahamannya
atas ayat-ayat dakwah, terlebih yang mengkhususkan penelitian ini
dengan cara berpartisipasi langsung bersama rombongan dari pusat
gerakan itu sendiri, yaitu Masjid Jami Kebon Jeruk. Dengan
demikian, penelitian skripsi ini dapat dipastikan tidak memiliki
kesamaan dengan skripsi yang telah ada.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulis dalam penyusunan skripsi,
penulis membagi penjelasannya menjadi beberapa bab dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, dimana dalam
pendahuluan ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan dan
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
Bab kedua adalah menjelaskan definisi dakwah dan
derivasinya dalam Alquran, ayat yang berbicara tentang dakwah,
dan pemahaman para Mufasir tentang ayat dakwah dari tinjauan
kitab-kitab tafsir klasik maupun kontemporer.
Bab ketiga, menjelaskan tentang profil Jamaah Tablig,
mulai dari biografi pendiri Jamaah Tablig, sejarah dan
25
perkembangannya di Indonesia, hingga profil kelompok Jamaah
Tablig Masjid Jami’ Kebon Jeruk.
Bab keempat, pada bab ini penulis akan menjelaskan
tentang pemahaman Jamaah Tablig Masjid Jami’ Kebon Jeruk
tentang rujukan dan signifikansi terkait ayat-ayat yang dipahami
dan digunakan sebagai landasan dalam konsep berdakwah, amr
maʻrûf nahî munkar hingga konsep kegiatan khurûj dan jaulah.
Bab kelima, berisi bab penutup yang meliputi kesimpulan
dan saran.
26
BAB II
MAKNA DAKWAH DALAM ALQURAN
A. Definisi Dakwah dan Urgensinya dalam Kehidupan
Islam
Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab
“da’wah”. Da’wah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dâl, ʻain, dan
wâwu. Dari ketiga huruf asal ini, terbentuk beberapa kata dengan
ragam makna. Makna-makna tersebut adalah do’a, panggilan,
ajakan, undangan, permintaan, dan seruan.1 Dalam Alquran, kata
da’wah dan berbagai bentuk katanya ditemukan sebanyak 198 kali
menurut hitungan Muẖammad Sulṯon,2 atau 212 kali menurut Asep
Muẖiddîn.3 Hemat penulis, jumlah yang dihitung Asep Muẖiddîn
lebih kuat, ini mengingat jumlah kata dakwah dan derivasinya
disebutkan dalam Alquran lebih banyak daripada jumlah ayat yang
memuatnya. Yang pasti, banyaknya kata da’wah dalam Alquran
mengindikasikan bahwa betapa pentingnya seruan ini untuk
dijalankan.
Penelusuran makna dakwah juga menunjukkan bahwa
masing-masing makna tersebut menunjuk kata yang membutuhkan
objek. Hal ini menunjukkan selalu adanya sasaran dakwah. Dalam
kegiatan dakwah, setidaknya ada tiga komponen, yaitu pelaku
1Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia
(Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 406. 2 Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), h. 4. 3 Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Ilmu Al-Qur’an
(Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 43.
27
dakwah (pendakwah), pesan dakwah, dan sasaran dakwah (mitra
dakwah). Masing-masing makna tersebut juga menunjukkan
hubungan searah. Dalam Alquran tidak ditemukan bentuk kata
dakwah dan bentuknya yang berarti kerja sama (musyaarakah),
seperti kata dâʻa atau tadâʻâ. Hal ini menunjukkan bahwa
pendakwah adalah pelaku yang aktif, sementara mitra dakwah
hanya sebagai pihak yang pasif. Pendakwah lebih mengetahui
daripada mitra dakwah dalam beberapa hal. Pendakwah harus
memimpin dan menguasai mitra dakwah.4
Adapun definisi dakwah menurut para ahli, amat beragam,
di antaranya seperti yang dikemukakan Imam al-ghazali bahwa
dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan
dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan
melarang mereka dari perbuatan buruk agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat, beliau juga berpendapat bahwa
dakwah adalah inti gerakan dakwah sekaligus penggerak dalam
masyarakat Islam.5
Dalam literatur lain, dakwah diartikan juga sebagai seruan
kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang
lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun
masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha
peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan
pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.
4 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Group, 2016), h. 16. 5 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali Pers,
2012), h. 243.
28
Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju
kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam
berbagai aspek kehidupan.6
Sementara itu, ada juga yang berpendapat bahwa dakwah
merupakan upaya untuk merealisasikan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari, baik bagi kehidupan seseorang maupun
masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka
pembangunan bangsa dan umat manusia untuk memeroleh
keridhaan Allah swt.7
Melihat beberapa definisi yang ditinjau dari segi etimologi
dan terminologi sebagaimana penjelasan di atas adalah bahwa
dakwah itu memiliki tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut;
1. Al-Taujîẖ, yaitu memberikan tuntunan dan pedoman serta
jalan hidup mana yang harus dilalui dan dihindari oleh
manusia sehingga dengan itu nyatalah jalan hidayah dan
jalan yang sesat.
2. Al-Taghyîr, yaitu mengubah dan memperbaiki keadaan
sesorang atau masyarakat kepada suasana hidup yang baru
yang didasarkan pada nilai-nilai Islam.
3. Al-Tarjîẖ, yaitu memberikan pengharapan suatu nilai
agama yang disampaikan. Dalam hal ini dakwah harus
6 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran
Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Mizan, 2007), h. 303. 7 Definisi ini lebih menekankan pada makna dakwah dalam konteks
dakwah bil hal untuk membangun karakter tata hidup manusia yang diridhai
Allah swt. A. Rosyad Shaleh, Management Dakwah Islam (Jakarta: Bulan
Bintang, 1997), h. 74.
29
mampu menunjukkan nilai apa yang terkandung di dalam
suatu perintah agama sehingga dirasakan sebagai suatu
kebutuhan vital dalam kehidupan masyarakat.8
Oleh sebab dakwah merupakan satu bagian yang pasti ada
dalam kehidupan umat beragama, maka dalam ajaran agama Islam
ia menjadi suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada
pemeluknya. Sehingga, dengan demikian, dakwah bukanlah
semata-mata timbul dari pribadi atau golongan, walaupun setidak-
tidaknya hanya segolongan yang melaksanakannya.
Fethullah Gulen mengungkapkan bahwa urgensi dakwah
bagi kehidupan umat Islam, terlebih di masa kini, tegaknya amr
maʻrûf nahî munkar betul-betul sangat dibutukan, bahkan dengan
porsi yang lebih dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Ia
juga menyebutkan beberapa urgensi lain yang menjadikan sebab
pentingnya menegakkan dakwah dalam kehidupan Islam, seperti
ketegasannya bahwa dakwah merupakan tugas penting, sebagai
kado termahal, bahkan kehadiran dakwah dianggap sebagai tujuan
hidup.9
B. Klasifikasi Ayat-ayat Dakwah dalam Alquran
Untuk mengelompokkan ayat-ayat dakwah yang termuat
dalam Alquran, penulis menggunakan buku Indeks Al-Qur’an
karya Azharuddin Sahil, di dalamnya terdapat indeks makna ayat
8 Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah (Jakarta:
Penerbit Firma Dara), h. 11. 9 Fethullah Gulen, Dakwah: Jalan Terbaik dalam Berpikir dan
Menyikapi Hidup, diterjemahkan oleh: Ibnu Ibrahim Ba’adillah (Jakarta:
Republika Penerbit 2011), h. 26.
30
yang diambil dari kata dasar bahasa Indonesia. Dalam
menguraikan pencarian makna ayat yang menunjukkan tentang
dakwah, Azhahruddin Sahil menggunakan kata “seru”. Dari kata
“seru” ini, ditemukan 10 ayat yang dalam redaksinya terdapat kata
da’a (seru) dan derivasinya. 10 Ayat-ayat tersebut antara lain; QS.
ʻAlî ʻImrân[3]:104 tentang seruan Allah untuk amar ma’ruf nahi
munkar.11 QS. Al-Mâ’idah[5]:58 mengenai sikap orang-orang
yang mengolok-olok terhadap seruan untuk shalat.12 Dan QS. Al-
Naẖl[16]:125 terkait cara yang diperintahkan Allah dalam
menyeru manusia kepada jalan ketaatan.13
Selanjutnya, Moh. Ali Aziz, menyebutkan bahwa kata
dakwah dalam Alquran ini dapat ditelusuri pula istilah-istilah lain
10 Azharuddin Sahil, Indeks Al-Quran; Panduan Mencari Ayat Al-
Quran Berdasarkan Kata Dasarnya (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), Cet. V,
h. 406-408.
نكمت 11 كن م لحو ولت تمفت ولئك هم ٱلمنكر وأ
ت ن عن ٱل روف وينتهوت تمعت ٱل مرون بت ويأ يت
عون إل ٱلت ة يدت من أ
١٠٤
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.”
قلون 12 نهمت قوتم ل يعتأ ك ب ذوها هزوا ولعبا ذل
لوة ٱت تمت إل ٱلص ٥٨إوذا ناديت
“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang,
mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah
karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.”
سن إن ربك ه 13 حت أ ت ه
ٱل هم بت ل سنة وجد تموتعظة ٱلت مة وٱل كت ك بٱلت ع إل سبيل رب ل عن ٱدت من لم ب عت
و أ
ين تد تمهت ٱل لم ب عت ١٢٥سبيلهۦ وهو أ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
31
yang sepadan dengan kata dakwah, antara lain tabligh, naṣihah,
amr maʻrûf nahî munkar, tabsyîr wa tandzîr, tarbiyah wa taʻlîm,
dan sebagainya. Masing-masing istilah ini berasal dari bahasa
Arab yang telah menjadi istilah agama Islam dan sebagian telah
populer dalam masyarakat muslim. Di bawah ini merupakan ayat-
ayat Alquran yang mempunyai istilah atau arti serupa dengan kata
dakwah;
1. Tablîgh
Arti asal tabligh adalah menyampaikan. Pelakunya disebut
Muballig. Tablig lebih bersifat pengenalan dasar tentang hukum
Islam. Tablig bisa bersifat argumentatif ataupun komunikatif.14
Salah satu ayat yang terdapat kata tablig adalah seperti firman-
Nya;
ت علت فما بلغت ك إون لمت تفت ب نزل إلتك من رغت ما أ ها ٱلرسول بل ي
أ ي
ي د ل يهت إن ٱلل مك من ٱنلاس يعتص ۥ وٱلل كفرين رسالهٱلتقوتم ٱلت
٦٧ “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan
itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-
Maidah[5]:67).15
14 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 20. 15 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
32
2. Naṣîẖah
Nasihat adalah menyampaikan suatu ucapan kepada orang
lain untuk memperbaiki kekurangan atau kekeliruan tingkah
lakunya. 16 Dalam Alquran, kata ini termuat dalam QS. Al-
A’raf[7]:62,
لمون ما ل تعت لم من ٱلل عتنصح لكمت وأ
وأ غكمت رسلت رب بل
٦٢أ
"Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku
memberi nasihat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa
yang tidak kamu ketahui."17
3. Amr Maʻrûf Nahî Munkar
Amr Maʻrûf Nahî Munkar tak lain merupakan kewajiban
bagi setiap muslim sekaligus sebagai identis orang mukmin.
Pelaksanaannya diutamakan kepada orang-orang yang terdekat
sesuai dengan kemampuannya.18 Cukup banyak ayat-ayat yang
mengandung seruan untuk menegakkan amar ma’ru nahi munkar.
Antara lain dalam seperti dalam firman-Nya;
ت ٱل مرون بت يأ اء بعتض ل وت
ضهمت أ منت بعت تمؤت منون وٱل تمؤت روف وٱل معت
يعون ٱلل كوة ويط تون ٱلز لوة ويؤت منكر ويقيمون ٱلصت ن عن ٱل وينتهوت
عزيز حكيم إن ٱلل ولئك سيتحهم ٱللۥ أ ٧١ورسول
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian
yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf,
16 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 23. 17 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 18 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 38.
33
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS. Al-Taubah[9]71).19
4. Tabsyîr wa Tandzîr
Tabsyir adalah memberikan uraian keagamaan kepada
orang lain yang isinya berupa berita-berita yang menggembirakan
pendengar, seperti berita tentang janji Allah Swt. berupa pahala
surga bagi yang beriman. Sedangkan Tandzir ialah kebalikannya.
Yaitu menyampaikan uraian keagamaan kepada orang lain yang
isinya peringatan atau ancaman bagi orang-orang yang melanggar
syari’at Allah Swt. Tandzir diberikan dengan harapan orang yang
menerimanya tidak melakukan atau menghentikan perbuatan
dosa.20 Terdapat sejumlah ayat yang menyebut tabsyir dan tandzir.
Di antaranya adalah QS. Al-Baqarah[2]:119,
يرا ول تست يا ونذ بش ق ٱلت رتسلتنك ب
أ ا يم ل ننت إن ح حب ٱلت صت
أ
١١٩ “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan
kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab)
tentang penghuni-penghuni neraka.”21
5. Tarbiyah wa Taʻlîm
19 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 20 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 26. 21 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
34
Kedua istilah ini memiliki arti yang tidak jauh berbeda
dengan dakwah. Keduanya umumnya diartikan dengan pendidikan
dan pengajaran. Pendidikan merupakan transformasi nilai-nilai,
ilmu pengetahuan, maupun keterampilan yang membentuk
wawasan, sikap, dan tingkah laku individu atau masyarakat.22
Dalam Alquran, salahsatu ayat yang merepresentasikan Tarbiyah
wa Taʻlîm ini terdapat QS. Al-Jumu’ah[62]:2,
ي م ي بعث ف ٱلت يهمت هو ٱل
يتهمت ءاتهۦ ويز نتهمت يتتلوا عل ن رسول م
بني لل م ف مة إون كنوا من قبتل ل كت مهم ٱلتكتب وٱلت ٢ويعل
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan
Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-
Jumu’ah[62]:2).23
C. Uraian Penafsiran Ayat-ayat Dakwah
Setelah menguraikan indeks ayat Alquran berkaitan dengan
dakwah di atas, pada sub-bab ini penulis mencoba
mendeskripsikan tentang pemahaman beberapa ayat dalam hal ini
ayat yang berhubungan dengan pembahasan yang dikaji, yaitu
Jamaah Tablig. Dari sekian banyak ayat Alquran yang menyeru
untuk berdakwah, dalam buku karya Abdurrahman Ahmad As-
Sirbuny yang ia sendiri merupakan anggota Jamaah Tablg,24
22 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 34. 23 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 24 Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, Kupas Tuntas Jamaah Tabligh
(Cirebon: Pustaka Nabawi, 2012), vol. 3, h. 147.
35
penulis menemukan bahwa terdapat dua ayat yang dijadikan
landasan utama Jamaah Tablig untuk menegakkan prinsip
dakwahnya. Rujukan ayat tersebut adalah QS. ʻAlî ‘Imrân[3]:104
yang berisi tentang seruan Allah untuk berdakwah, dan QS. Al-
Taubah[9]:24 berkenaan dengan program khuruj yang dinilainya
sebagai bentuk jihad di jalan Allah. Atas dasar tersebut, di bawah
ini penulis uraikan beberapa penjelesan mufasir baik era klasik
maupun modern terkait QS. ʻAlî ‘Imrân[3]:104 dan QS. Al-
Taubah[9]:24.
ن روف وينتهوت تمعت ٱل مرون بت ويأ يت
عون إل ٱلت ة يدت منكمت أ كن م ولت
لحون تمفت ولئك هم ٱل وأ منكر
ت ١٠٤عن ٱل“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.” (QS. Ali Imran[3]:104)25
Dalam redaksi ayat ini, terdapat satu kata yang kerap
menjadi persoalan perihal apakah kewajiban amr maʻrûf nahî
munkar ini merupakan kewajiban individu atau cukup segolongan
tertentu saja. Apabila melihat kepada uraian para mufasir tentang
ayat ini yang persoalannya adalah sama, yaitu kata نكمت tentu م
beragam pendapat. Sayyid Quṯub, termasuk ulama yang
berpendapat bahwa hukum dakwah itu adalah wajib ʻain.
Menurutnya, dakwah merupakan konsekuensi logis dari iman.
Iman dipandang eksis bila telah diwujudkan dalam bentuk amal
25 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
36
saleh dan dakwah. Namun demikian, pada kesempatan lain
menurut Sayyid Quṯub, dakwah memerlukan jamaah inti yang
seluruh hidupnya dibaktikan untuk berdakwah. Dari pandangan
ini, berarti Sayyid Quṯub dapat digolongkan dalam kelompok
ulama yang mendukung hukum ganda dakwah, wajib individu, dan
kolektif sekaligus.26
Dalam Tafsir al-Manar, Rasyid Ridha juga berpendapat
bahwa dakwah itu bertingkat-tingkat, dari dakwah umat muslim
kepada non-muslim hingga dakwah intern umat muslim.27
Menurut Ridha, yang terakhir ini menempuh dua metode.
Pertama, dakwah general dan komprehensif (al daʻwah al-
‘âmmah al-kulliyah). Metode dakwah ini menurut Riḏa tidak boleh
diserahkan kepada sembarang orang, tetapi kepada kelompok
profesional (khawwas al-ummah) yang memahami perincian
ajaran agama dan pemahamannya. Ridha menunjuk QS. al-
Taubah[9]:122 sebagai argumennya. Kedua, dakwah yang bersifat
parsial (al-da’wah al-juziyyah al-khâṣṣah), yaitu dakwah yang
berkenaan dengan pesan dan wasiat antar-sesama muslim serta
mengajak kepada kebaikan umum dan mengingatkan sesama dari
perbuatan mungkar. Pada level ini, dakwah menjadi kewajiban
setiap muslim, baik yang awam maupun yang alim dilakukan
berdasarkan kesanggupan masing-masing.28
26 Sayyid Quṯub, Fi Zhilalil Qur’an, Penerjemah. Ainur Rafiq Shaleh
Tamhid dan Syafril Halim (Jakarta: Rabbani Press, 2001), h. 347-348. 27 Rasyid Ridha, Tafsir Alquran al-Hakim al-Syahir bi al-Tafisr al-
Manar (Kairo: Hai’ah Misriyyah al-‘Ammah li al-Kitab, 1990), juz 4, h. 23. 28 Rasyid Ridha, Tafsir Alquran al-Hakim al-Syahir bi al-Tafisr al-
Manar, juz 4, h. 24.
37
Sedangkan M. Quraish Shihab ketika menafsirkan QS. Alî
ʻImrân ayat 104 ini mengambil jalan tengah. Menurutnya,
pengetahuan kebaikan seseorang jika tidak diingatkan lama-
kelamaan akan berkurang. Untuk itulah, manusia perlu diingatkan
dan diberi keteladanan melalui dakwah. Kalau tugas itu tidak bisa
dilakukan oleh seluruh anggota masyarakat, maka sebagian di
antaranya pun tidak mengapa. Terpenting sekali, bahwa haruslah
ada sebagian kelompok orang yang dapat mengingatkan
masyarakat akan kebaikan dan dapat dijadikan teladan untuk itu.
Dari pernyataan ini, dapat dipahami bahwa dakwah, bagi M.
Quraish Shihab, memiliki dua status hukum. Pertama, dakwah
memiliki status hukum wajib ‘ain, yaitu ketika dakwah dipandang
dalam pengertiannya yang umum sebagai kegiatan mengajak
orang kepada kebaikan. Dalam ruang lingkup ini, dakwah memang
memungkinkan untuk dilakukan oleh siapa saja dari setiap umat
muslim. Hal demikian, karena dakwah dalam pengertian ini tidak
menuntut suatu keahlian dan spesifikasi khusus, dan siapa saja
tanpa terkait kategori tertentu dapat mengajak orang lain kepada
kebaikan. Kedua, dakwah dihukumi wajib kolektif (kifâyah), yang
menjadi tanggung jawab ulama atau kelompok profesional. Ketika
dipahami seperti itu, dakwah secara otomatis naik tugas dan
fungsinya menjadi sebuah rekayasa sosial yang membutuhkan
keahlian dan spesifikasi tertentu. Atas dasar itu, maka profesi
dakwah tertentu bukanlah ditujukan kepada setiap orang
38
melainkan hanya kepada ulama, dan pemuka-pemuka agama yang
berkompeten di bidang ini.29
Adapun dalam menafsirkan QS. Al-Taubah[9]:24, Imam
Al-Qurṯubi menguraikan terlebih dahulu sabab musabab turunnya
ayat tersebut. Ketika Allah Swt. memerintahkan Rasulullah Saw.
untuk hijrah dari Makkah ke Madinah, seseorang berkata kepada
ayahnya, ayah berkata kepada anaknya, saudara berkata kepada
saudarinya, dan suami berkata kepada istrinya, “Sesungguhnya
kami telah diperintahkan untuk berhijrah.” Di antara mereka ada
yang menerimanya, namun di antara mereka juga ada yang enggan
untuk menerimanya. Setelah itu seorang ayah berkata, “Demi
Allah, jika kalian tidak pergi ke negeri hijrah maka aku tidak akan
dapat memberi manfaat apa pun kepada kalian dan tidak akan
memberi nafkah sedikit pun kepada kalian untuk selamanya.”30 Di
antara mereka juga ada istri dan anak yang memohon kepada suami
atau bapaknya agar tidak pergi hijrah. Mereka berkata, “Aku
mohon kepadamu dengan nama Allah, janganlah kamu pergi,
sebab kami akan terlunta-lunta setelah kepergianmu.”31 Di sisi
lain, ada juga di antara mereka yang lemah hatinya, sehingga tidak
ikut hijrah dan tetap tinggal bersama mereka. Lalu turunlah ayat
ini,
29 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian
Alquran (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Vol. II, h. 162. 30 Syaikh Imam Al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an,
penerjemah; Budi Rosyadi, Fathurrahman, Nashiulhaq ( Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008), h. 219. 31 Syaikh Imam Al-Qurṯubi, Al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an, h. 219-220.
39
اء إن ل وتونكمت أ ءاباءكمت إوخت ذوا ل تتخ ين ءامنوا ها ٱل ي
أ ي
ولئك نكمت فأ هم م ومن يتول يمن
ر لع ٱلت ٱلتكفت تحبوا هم ٱستلمون ٢٣ٱلظ
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan
saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih
mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu
yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim.” (QS. At-Taubah [9]: 23).32
Dalam Tafsir Al-Mishbah, M. Quraish Shihab menegaskan
bahwa ayat ini bukan berarti melarang mencintai keluarga atau
harta benda. Allah tidak mungkin melarangnya karena cinta
terhadap harta dan anak sejatinya adalah sebuah naluri seorang
manusia. Hal ini dikuatkan dalam surah lain QS. ʻAlî ʻImrân
[3]:14.33 Oleh sebab itu, ayat ke-23 dalam surah Al-Taubah ini,
beliau memahami bahwa ayat ini hanya mengingatkan untuk
jangan sampai kecintaan kepada keluarga atau harta benda
melampaui batas sampai-sampai menjadikanya lupa dan
mengabaikan kepentingan agama. Karena itulah sehingga ayat di
atas menggunakan kata aẖabba/lebih kamu cintai. Kecintaan
kepada sesuatu diukur ketika seseorang dihadapkan kepada dua hal
32 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
ة33 هب وٱلتفض تمقنطرة من ٱل ي ٱل قنطنني وٱلت ساء وٱلت هوت من ٱلن لناس حب ٱلش ن ل يتل زي
ومة ٱلتمس وٱلتن ٱلتم عندهۥ حست وٱلل يا نت يوة ٱدل ك متع ٱلت ذل رتث نتعم وٱلت
١٤ا وٱلت
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-
apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (surga).”
40
atau lebih yang harus dipilih salah satunya. Dalam konteks ini jika
kenikmatan duniawi disandingkan dengan nilai-nilai Ilahi, lalu
harus dipilih salah satunya maka cinta yang lebih besar akan
terlihat saat menjatuhkan pilihan.34
Berdasarkan uraian beberapa mufasir di atas, terkhusus
mengenai ayat utama tentang seruan berdakwah (QS. ʻAlî ʻImrân
[3]:104), yang menjadi catatan penulis adalah bahwa pada
dasarnya pemaknaan kata minkum dalam ayat tersebut menunjuk
kepada sebagian kelompok tertentu yang lebih memahami ajaran
agama. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa kata minkum
tersebut menunjuk kepada keseluruhan, sehingga kewajiban untuk
berdakwah (amr maʻrûf nahî munkar) ini meliputi semua
kalangan. Pandangan ini sebagaimana diungkapkan Sayyid
Quthub, beralasan karena dakwah itu sendiri merupakan
konsekuensi logis dari iman. Menurutnya, keimanan seseorang
dipandang eksis bila telah diwujudkan dalam bentuk amal saleh
dan dakwah.
34 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur’an, Vol. V, h. 531-532.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG JAMAAH TABLIG, LOKASI
KEGIATAN, DAN INFORMAN PENELITIAN
A. Profil Gerakan Jamaah Tablig
a.1. Sejarah dan Perkembangan Jamaah Tablig
Pendiri Jamaah Tablig adalah Muhammad Ilyas al-
Kandahlawy. Ia lahir pada tahun 1303 H (1886) di desa Kandahlah
di kawasan Muzhafar Nagar, Utar Pradesh, India. Ayahnya
bernama Syaikh Ismail dan Ibunya bernama Shafiyah al-Hafidzah.
Keluarga Maulana Muhammad Ilyas terkenal sebagai gudang ilmu
agama dan memiliki sifat wara’. Saudaranya antara lain Maulana
Muahammad yang tertua, Maulana Muhammad Yahya, dan
Maulana Muhammad Ilyas yang merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara ini.
Maulana Muhammad Ilyas pertama kali belajar agama
pada kakeknya Syeikh Muhammad Yahya, beliau adalah seorang
guru agama pada madrasah di kota kelahirannya. Kakeknya ini
adalah seorang penganut madzhab Hanafi dan teman dari seorang
ulama, sekaligus penulis Islam terkenal, Syeikh Abu al-Hasan al-
Hasani an-Nadwi yang menjabat sebagai seorang direktur pada
pada lembaga Dar al-‘Ulum di Lucknow, India. Sedangkan
ayahnya, yaitu Syeikh Muhammad Ismail adalah seorang
ruhaniawan besar yang suka menjalani hidup dengan beruzlah,
berkhalwat dan beribadah, membaca Alquran dan melayani para
42
mufasir yang datang dan pergi serta mengajarkan Alquran dan
ilmu-ilmu agama.
Maulana Muhammad Ilyas sendiri mulai mengenal
pendidikan pada sekolah Ibtidaiyah (dasar). Sejak saat itulah ia
mulai menghafal Alquran, hal ini disebabkan pula oleh tradisi yang
ada dalam keluarga Syeikh Muhammad Ismail yang kebanyakan
dari mereka adalah hafidz Alquran. Sehingga diriwayatkan bahwa
dalam shalat berjamaah separuh shaff bagian depan semuanya
adalah hafidzah terkecuali muadzin saja. Sejak kecil telah tampak
ruh dan semangat agama dalam dirinya, dia memiliki kerisauan
terhadap umat, agama dan dakwah. Sehingga Allamah asy-Syaikh
Mahmud Hasan yang dikenal sebagai Syaikhul Hind (guru besar
Ilmu Hadis pada madrasah Dâr al-ʻUlûm (Deoband) mengatakan,
“Sesungguhnya apabila aku melihat Maulana Ilyas, aku teringat
akan kisah perjuangan para sahabat. 1
Pada tanggal 9 Agustus 1925, Muhammad Yahya wafat.
Setelah ditinggal oleh seorang kakaknya tersebut, Muhammad
Ilyas mengalami goncangan batin yang cukup besar. Kemudian
dua tahun setelahnya, menyusul kakaknya yang tertua, Maulânâ
Muhammad. Maulana Muhammad meninggal di Masjid Nawab
Wali, Qassab Pura dan dimakamkan di Nizamuddin. Kematian
Maulana Muhammad ini mendapat perhatian dari masyarakat
sekitarnya. Seribu orang menziarahi jenazahnya. Setelah itu,
masyarakat meminta kepada Maulana Ilyas untuk menggantikan
1 Sayyid Abul Hasan al-Nadwi, Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah
Maulana Muhammad Ilyas (Yogyakarta: Ash-Shaff, 1999), h. 5.
43
kakaknya di Nizamuddin padahal waktu itu beliau sedang menjadi
salah seorang pengajar di Madrasah Mazhahir al-Ulum.
Karena semangat yang tinggi untuk memajukan agama,
Maulana Ilyas kemudian mendirikan maktab di Mewat, tetapi
kondisi geografis yang agraris menyebabkan masyaraktnya lebih
menyukai anak-anak mereka pergi ke kebun atau ke sawah
daripada ke madrasah atau makrab untuk belajar agama, membaca
atau menulis. Dengan demikian, Maulana Ilyas dengan terpaksa
meminta orang Mewat untuk menyiapkan anak-anak mereka
belajar dengan pembiayaan yang ditanggung oleh Maulana sendiri.
Besarnya pengorbanan Maulana untuk memajukan pendidikan
agama bagi masyarakat Mewat tidak mendapatkan perhatian.
Bahkan mereka enggan menuntut ilmu, mereka lebih senang hidup
dalam kondisi yang sudah mereka jalani selama bertahun-tahun
turun temurun.
Kondisi Mewat yang sangat miskin pengetahuan itu
semakin menambah kerisauan Maulana Ilyas akan keadaan umat
Islam terutama masyarakat Mewat. Kunjungan-kunjungan
diadakan bahkan madarasah-madarasah banyak didirikan, tetapi
hal itu belum bisa menjadi solusi terbaik untuk mengatasi problem
yang dihadapi masyarakat Mewat. Kondisi buruk yang terus
berlarut ini akhirnya menjadi inspirasi bagi Muhammad Ilyas
untuk mengirimkan delegasi Jamaah Dakwah ke Mewat.
Kemudian Pada tahun 1351 H/1931 M, Maulana menunaikan
ibadah hajji yang ketiga ke tanah suci Mekkah. Kesempatan
tersebut ia pergunakan untuk menemui tokoh-tokoh India yang ada
44
di Arab guna mempromosikan usaha dakwah, dengan harapan agar
usaha ini dapat terus dijalankan di tanah Arab.2
Keinginannya yang besar itu menyebabkan ia
berkesempatan menemui Sultan Ibn Sa’ud yang menjadi raja tanah
Arab untuk mempromosikan usaha dakwah yang dibawanya.
Selama berada di Mekkah, Jamaah ini melakukan banyak aktifitas
pergerakan secara intensif, setiap hari sejak pagi sampai petang,
usaha dakwah terus dilakukan untuk mengajak masyarakat
menaati perintah Allah dan menegakkan dakwah.
Sepulang dari ibadah haji tersebut, Maulana mengadakan
dua kunjungan ke Mewat, masing-maing disertai jamaah dengan
jumlah yang cukup besar, sedikitnya seratus orang. Bahkan di
beberapa tempat, jumlah itu justru semakin membengkak.
Kunjungan pertama dilakukan selama satu bulan dan kunjungan
kedua dilakukan hanya beberapa hari saja. Dalam kunjungan
tersebut dia selalu membentuk jamaah-jamaah yang dikirim ke
kampung-kampung untuk berjaulah (berkeliling dari rumah ke
rumah) guna menyampaikan pentingnya agama.3
Maulana Muhammad memiliki konfidensi penuh bahwa
kebodohan, kelalaian serta hilangnya semangat agama dan jiwa
keislaman itulahh yang menjadi sumber kerusakan. Adapun satu-
satunya jalan untuk memberantas virus tersebut adalah dengan
2 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di
Mata Masyarakat, STAIN Ponorogo Press. h. 48-49. 3 Sayyid Abul Hasan al-Nadwi, Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah
Maulana Muhammad Ilyas, h. 40.
45
membujuk masyarakat Mewat agar keluar dari kampung
halamannya guna memperbaiki diri dan memperdalam agama,
serta melatih disiplin dalam hal positif sehingga tumbuh kesadaran
untuk mencintai agama lebih daripada dunia mementingkan harta.
Dari Mewat inilah secara berangsur-angsur usaha tablîgh
meluas ke Delhi, United Province, Punjab, Khurja, Aligarh, Agra,
Merut, Panipat, Rohtak dan daerah lainnya. Begitu juga di bandar-
bandar pelabuhan banyak jamaah yang tinggal dan terus bergerak
menuju tempat-tempat yang ditargetkan seperti halnya daerah Asia
Barat. Setelah jamaah ini terbentuk, mereka tak lantas memperluas
sayap dakwah dengan membentuk beberapa jaringan di sejumlah
negara. Jamaah ini memiliki misi ganda yaitu iṣlâẖ diri
(peningkatan kualitas individu) dan mendakwahkan kebesaran
Allah Swt. kepada seluruh umat manusia.4
Perkembangan Jamaah cukup fantastis. Setiap hari banyak
jamaah yang dikirim ke daerah-daerah yang menjadi target operasi
dakwah. Selain itu, masing-masing anggota jamaah ada yang
kemudian membentuk rombongan baru. Dengan usaha tersebut,
Jamaah Tablig ingin mempererat tali silaturahmi antara kaum
Muslimin dengan Muslim yang lain. Gerakan Jamaah tidak hanya
tersebar di India tetapi juga sedikit demi sedikit telah menyebar ke
berbagai negara.
Muẖammad Ilyas tanpa henti terus memberi motivasi dan
arahan untuk menggerakkan mesin dakwah ini agar sampai ke
4 Sayyid Abul Hasan al-Nadwi, Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah
Maulana Muhammad Ilyas, h. 39.
46
seluruh dunia. Ketika usianya sudah menjelang senja, Maulana
terus bersemangat hingga tubuhnya yang kurus tidak mampu lagi
untuk digerakkan ketika ia menderita sakit.5
Kemudian pada hari terakhir dalam sejarah hidupnya,
Maulana mengirim utusan kepada Syaikhul Hadis Maulana Zkaria,
dan Maulana Zafar Ahmad, bahwa ia akan mengamanahkan
kepercayaan sebagai Amir Jamaah kepada sahabat-sahabatnya
seperti Hafidz Maqhul Hasan, Qozi Dawud, Mulvi Muhammad
Yusuf, dan Mulvi Ihtisamul Hasan. Saat itu terpilihlah Mulvi
Muhammad Yusuf sebagai penerus estafet perjuangan Maulana
Muhammad Ilyas dalam memimpin usaha dakwah dan tablig.
Akhirnya, pada tanggal 13 Juli 1944, Maulana
menghembuskan nafas terakhirnya ketika menjelang subuh setelah
cukup lama terbaring di tempat tidur oleh sebab sebuah penyakit
yang dideritanya. Beliau tidak banyak meninggalkan karya-karya
tulisan tentang kerisauannya akan keadaan umat. Buah pikirannya
dituangkan dalam lembar-lembar kertas surat yang dihimpun oleh
Maulana Manzoor Nu’ami dengan judul Aur Un Ki Deeni Dawat
yang ditujukan kepada para ulama dan seluruh umat Islam yang
mengambil usaha dakwah dalam Jamaah Tablig. Karyanya yang
paling nyata adalah bahwa ia tellah meninggalkan ide-ide bagi
5 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di
Mata Masyarakat, STAIN Ponorogo Press.
47
umat Islam hari ini dan metode kerja dakwah yang telah menyebar
ke seluruh pelosok dunia.6
Demikianlah sekilas riwayat hidup Muhammad Ilyas
beserta faktor dan alasan yang melatarbelakangi berdirinya Jamaah
Tablig. Muhammad Ilyas bukanlah seorang ulama yang membuat
suatu ajaran agama yang baru. Apa yang menjadi pemikiran
Muhammad Ilyas adalah buah pikirnya atas ayat-ayat Allah Swt
dan hadis Rasulullah Saw walaupun ada beberapa pengaruh dari
ajaran tasawuf. Apa yang menjadi dasar Muhammad Ilyas di dalam
berijtihad adalah sangat jelas dan tidak bertentangan dengan
Alquran maupun hadis. Setidaknya inilah yang dipegang teguh
oleh Muhammad Ilyas yang bermadzhab Imam Hanafi.7
a.2. Prinsip dan Ajaran Jamaah Tablig
Jamaah Tablig merangkum enam prinsipp yang mereka
namai dengan enam sifat para sahabat. Karena Jamaah Tablig
berpandangan bahwa Umat Islam saat ini belum mengamalkan
agama secara sempurna. Bagi mereka, para sahabat telah berhasil
mengamalkan agama dengan sempurna karena memiliki enam
sifat. Oleh karena itu, Jamaah Tablig meyakini bahwa akan ada
kekuatan untuk mengamalkan agama dengan sempurna apabila
6 Sayyid Abul Hasan al-Nadwi, Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah
Maulana Muhammad Ilyas, h. 47. 7 Angga Kurniawan, Teologi Jama’ah Tabligh (Studi Kasus di
Pesantren Sunanul Husna Manjangan), (Skripsi Fakultas Ushuluddin,
UIN Jakarta, 2017), h. 22.
48
memilikki enam sifat sahabat. Setiap sifat dipelajari arti, maksud,
keuntungan, dan cara mendapatkannya.
Keenam sifat yang menjadi prinsip tersebut ialah sebagai berikut;
1. Yakin Terhadap Kalimat Ṯayyibah (Lâ Ilâha Illa Allâh
Muẖammad al-Rasullullah)
Meyakini kalimat Lâ Ilâh Illa Allâh ini, Jamaah Tablig
merujuk kepada sebuah hadis yang menjelaskan keuntungan dari
meyakini kalimat Lâ Ilâh Illa Allâh;
ن ا م ث ع ن له ع وس ه ي ل ع لله ا لهى ص لله ا ول رس ل ا ق ل ا ن ق ن م لنهة ا ل خ د لله ا له إ ه ل إ ل نهه أ ل م ع ي و وه ت ا ن
Dari Utsman r.a berkata, Rasulullah Saw bersabda,
“barangsiapa meninggal dunia sedangkan ia mengetahui
(meyakini) bahwa sesungguhnya tiada yang berhak disembah
selain Allah Swt, maka pasti ia masuk surga.” (HR. Muslim
No.38).8
Muhammad Yusuf al-Kandahlawi menjelaskan bahwa cara
mendapatkannya adalah pertama, selalu mendakwahkan
pentingnya iman. Kedua, latihan dengan cara membentuk ẖalaqah
iman, majelis yang di dalamnya dibicarakan tentang pentingnya
iman. Ketiga, berdoa kepada Allah Swt agar dikaruniakan hakikat
iman.9
8 Dikutip dari https://tafsirq.com/hadits/muslim/38 9 Maulana Muḥammad Yusuf al-Kandahlawi, Mudzakaroh Enam
Sifat Para Sahabat dan Amalan Nurani (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2006),
h. 5.
49
Kemudian Muhammad Yusuf al-Kandahlawi
menambahkan bahwa Nabi Muhammad Saw diutus Allah Swt
sebagai suri tauladan yang baik dan perlu dicontoh, pembawa
syariat (risalah agama), raẖmatan li al-ʻâlamîn dan penutup para
nabi.10
Dalam berprinsip untuk meyakini keutamaan kalimat ini,
Jamaah Tablig merujuk kepada sebuah hadis yang menjelaskan
keuntungan dari menghidupkan sunnah-sunnah Nabi Muhammad
Saw adalah;
لله ا لهى ص لله ا ول رس ل ل ا ق ك ل ا ن ن ب س ن أ ن له م ع ع وس ه ي لل ا ف ي ع ن ن ا بهن ك ح أ ن ون بهن ح أ د ق ف نهت س ا ي ح أ ن نهة ن
Dari Annas ra berkata, Rasulullah Saw bersabda,
‘’barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, berarti ia cinta
kepadaku, dan barangsiapa yang cinta kepadaku, maka ia akan
bersamaku di dalam surga.” (HR. Tirmidzi, No. 2602)11
Bagi Jamaah Tablig, cara mendapatkannya pertama, selalu
mendakwahkan pentingnya sunnah Rasulullah Saw.. Kedua,
latihan dengan cara selalu menghidupkan sunnah-sunnah
Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-hari, yang terdiri dari: (1)
Surah: penampilan Rasulullah Saw, (2) Sirah: perjalanan hidup
Rasulullah Saw, (3) Sarirah: pikir dan kerisauan Rasululullah
Saw. Ketiga, berdoa kepada Allah Swt agar diberikan taufik dan
10 Maulana Muḥammad Yusuf al-Kandahlawi, Mudzakaroh Enam
Sifat Para Sahabat dan Amalan Nurani, h. 6. 11 Dikutip dari https://tafsirq.com/hadits/tirmidzi/2602
50
hidayah-Nya sehingga dapat mengamalkan sunnah-sunnah
Rasulullah Saw.12
2. Shalat Khusyûʻ dan Khudu’
Khusyûʻ artinya konsentrasi dalam shalat. Tingkat khusyûʻ
yang paling tinggi adalah apabila seseorang bisa shalat seolah-olah
dia sedang berhadapan langsung dengan Allah Swt dan derajat-
derajat berikutnya yaitu apabila dia bisa meyakini bahwa Allah
Swt melihatnya. Norma-norma syariat yang termasuk di dalam
pelaksanaan ibadah, jika dihayati dengan khusyûʻ dan keikhlasan
akan membawa pengaruh positif pada moral.13
Adapun ayat Alquran yang menjelaskan keuntungan dari shalat
dengan khusyûʻ adalah:
ب لوة إونها لكبرية إل لع ٱلخشعني وٱستعينوا بٱلص ٤٥وٱلص“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu´.” (QS. Al-Baqarah [2]: 45)14
فلح ٱلمؤم ين هم ف صلتهم خشعون ١نون قد أ ٢ٱل
12 An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj Fi Sabilillah (Bandung: Pustaka
Ramadhan, 2007),
h. 90. 13 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti
dalam Ibadat dan Tasawuf (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), h. 11. 14 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
51
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu)
orang-orang yang khusyu´ dalam sembahyangnya.” (QS. Al-
Mu’minûn [23]: 1-2)15
Sedangkan khuduʻ artinya tertib, yakni tertib waktu shalat,
tertib tempatnya di mana saja adzan dikumandangkan baik di
Mushalla ataupun di Masjid dan tertib pelaksanannya dengan cara
berjamaah.16 Muhammad Yusuf al-Kandahlawi menjelaskan
bahwa cara mendapatkan keuntungan atau manfaat dari shalat
khusyu dan khuduʻ adalah pertama, selalu mendakwahkan
pentingnya shalat khusyu dan khudu. Kedua, memperbaiki tertib
ẕahir shalat dari mulai istinja, wudhûʻ, hingga bacaan-bacaan dan
gerakan-gerakan shalat. Ketiga, menghadirkan keagungan Allah
Swt ke dalam hati kita ketika sedang melakukan shalat. Keempat,
belajar menyelesaikan masalah dengan shalat. Kelima, berdoa
kepada Allah Swt agar diberi taufik untuk mengerjakan shalat
dengan khusyûʻ dan khuduʻ.17
3. Ilmu serta Dzikir
Maksud dari kalimat ilmu dan dzikir ini adalah untuk
mengetahui, memahami, dan mengamalkan seluruh perintah dan
larangan Allah Swt dalam setiap saat dan keadaan setiap hari.18
15 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 16 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti
dalam Ibadat dan Tasawuf, h. 12 17 Maulana Muḥammad Yusuf al-Kandahlawi, Mudzakaroh Enam
Sifat Para Sahabat dan Amalan Nurani, h. 8. 18 An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj Fi Sabilillah, h. 100.
52
Prinsip ketiga ini, Jamaah Tablig merujuk kepada beberapa ayat
Alquran yang menjelaskan kentungan dari berilmu dan maupun
berdizkir. Di antaranya sebagai berikut;
ف ٱلمجلس فٱفسحوا حوا إذا قيل لكم تفس ين ءامنوا ها ٱل يأ ي
ين ءامنوا ٱل يرفع ٱلل وا فٱنش وا لكم إوذا قيل ٱنش يفسح ٱللوتوا ٱلعلم در
ين أ منكم وٱل وٱلل ١١بما تعملون خبري جت
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujâdilah
[58]: 11)19
ين ءامنوا وتطمئن تطمئن ٱلقلوب ٱل ل بذكر ٱلل أ قلوبهم بذكر ٱلل
٢٨
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Raʻd [13]:
28)20
Pengetahuan yang disukai Allah adalah pengetahuan yang
menjadikan manusia dekat dengan-Nya. Jamaah Tablig berusaha
agar selalu belajar dan berdzikir karena ilmu tanpa dzikir
merupakan kejahilan sedangkan dzikir tanppa ilmu lebih
19 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 20 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
53
berbahaya daripada kelalaian. Oleh sebab itu, para Jamaah Tablig
selama beberapa hari meninggalkan rumah tangganya karena ingin
menari ilmu tentang Islam akan dimuliakan Allah sebagai orang
yang berjihad di jalan Allah Swt.21
Muhammad Yusuf al-Kandahlawi menjelaskan bahwa cara
mendapatkan keuntungan dari keutamaan dzikir adalah pertama,
selalu mendakwahkan pentingnya dzikir. Kedua, istiqamah
membaca Alquran setiap hari. Ketiga, berdikir istighfâr, tasbîẖ,
taẖmîd, taẖlîl, takbîr, dan ṣalawat sekurang-kurangnya seratus kali
tiap pagi dan petang. Keempat, mengamalkan doa-doa masnunah
(sunnah) dalam ssetiap kegiatan sehari-hari. Kelima, berdoa
kepada Allah Swt agar diberi hajat (perasaan butuh) kepada
dzikir.22
4. Ikrâm al-Muslimîn
Ikrâm al-Muslimîn ialah hak-hak sesama Muslim, tanpa
mengharap hak-hak kita ditunaikan, dengan berakhlak baik
terhadap manusia maupun kepada makhluk yang lain.23
Jamâʻah Tablîgh mengutip ayat berkenaan dengan Ikrâm al-
Muslimîn dalam QS. Al-Hujurât: 10)
21 Furqan Ahmad Ansari, Pedoman Bertabligh (Malaysia: Dewan
Pakistan 1995), h. 36. 22 Maulana Muḥammad Yusuf al-Kandahlawi, Mudzakaroh Enam
Sifat Para Sahabat dan Amalan Nurani, h. 19. 23 An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj Fi Sabilillah, h. 108.
54
لعلكم إنما ٱلمؤمن ٱلل قوا خويكم وٱت بني أ صلحوا
فأ ون إخوة
١٠ترحون “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”24
Muhammad Yusuf al-Kandahlawi menjelaskan bahwa cara
mendapatkan keuntungan dari keutamaan ikrâm al-muslimîn
adalah pertama, selalu mendakwahkan pentingnya ikrâm al-
muslimîn. Kedua, memuliakan alim ulama, menghormati orang
tua, menghargai sebaya dan menyayangi yang muda. Ketiga,
memberi slaam baik kepada orang yang dikenal ataupun orang
yang itdak dikenal. Keempat, bergaul dengan orang-orang yang
berbeda-beda wataknya. Kelima, berdoa kepada Allah Swt agar
dikaruniakan sifat Ikrâm al-muslimn.25
5. Taṣẖîẖ al-Niyyah (Ikhlas)
Adalah meluruskan, memperbaiki, dan membersihkan niat,
ikhlas adalah mengosongkan hati dari seluruh motivasi dunia
dalam amal akhirat. Maksdu tujuan beramal semata-mata karena
Allah Swt, mengerjakan perintah dan meninggalakan larangan dan
hanya mengharap ridha-Nya. Keihklasan dalam setiap amal sangat
penting, karena amal yang dikerjakan tanpa dilandasi keikhlasan
makan tidak ada nilainya di sisi Allah Swt wawlaupun amalan
24 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 25 Maulana Muḥammad Yusuf al-Kandahlawi, Mudzakaroh Enam
Sifat Para Sahabat dan Amalan Nurani, h. 23.
55
tersebut banyak. Adapun sebaliknya, amal yang dikerjakan dengan
keikhlasan walaupun sedikit maka sangat tinggi nilainya di sisi
Allah Swt.26
Adapun teks Alquran dan hadis yang menjelaskan
keuntungan dari Taṣẖîẖ al-Niyyah adalah;
ل ؤج كتبا م ن تموت إل بإذن ٱللومن يرد ثواب وما كن لفس أ
وسنجزي نيا نؤتهۦ منها ومن يرد ثواب ٱألخرة نؤتهۦ منها ٱدلكرين ١٤٥ٱلش
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin
Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang
siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya
pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat,
Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. ‘Ali
Imran [3]:145)27
Muhammad Yusuf al-Kandahlawi kemudian menjelaskan
bahwa cara mendapatkan dari keutamaan taṣẖîẖ al-niyyah adalah
pertama, selalu mendakwahkan pentingnya ikhlas dan
memperbaiki niat. Kedua, memperbaiki niat dengan cara
memeriksa niat sebelum beramal, ketika sedang beramal dan
setelah beramal. Ketiga, berdoa kepada Allah Swt agar ditanamkan
sifat ikhlas ke dalam hati.28
26 An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj Fi Sabilillah, h. 112. 27 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 28 Maulana Muḥammad Yusuf al-Kandahlawi, Mudzakaroh Enam
Sifat Para Sahabat dan Amalan Nurani, h. 25.
56
6. Dakwah al-tabîgh dan khurûj fî sabîl Allâh
Dakwah artinya mengajak. Al-tablîgh menyampaikan, dan
khurûj fî sabîl Allâh artinya keluar di jalan Allah Swt.
Khurûj dalam pengertian di Jamaah Tablig ini adalah
mereka yang keluar dari kediaman rumahnya yang nyaman untuk
menyerukan kalimat Allah Swt (tauhid) dan mengingatkan kepada
saudaranya (sesama muslim) untuk kembali kepada ajaran agama
secara kâffah (menyeluruh) serta mengamalkan sunnah, juga amr
maʻrûf nahî munkar (ʻubûdiyah).
Adapun teks Alquran yang menjelaskan keuntungan dari
dakwah al-tablîgh khurûj fî sabîl Allâh adalah;
ن دع إل ٱلل م حسن قول م وعمل صلحا وقال إنن من ومن أ
٣٣ٱلمسلمني “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?.”
(QS. Fushilat [41]:33)29
Berdakwah menyeru manusia kepada agama Allah Swt
dengan cara apa saja, maka ia berhak menndapat kehormatan
berupa berita gembira dan pujian seperti yang disebutkan dalam
ayat di atas. Dalam hal ini misalnya, para nabi as berdakwah
dengan menggunakan mukjizatnya, para ulama berdakwah dengan
menggunakan dalil dan hujjahnya, para mujahid berdakwah
29 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
57
dengan pedangnya, dan para muadzin berdakwah dengan
adzannya. Intinya, siapapun yang menyeru kepada kebaikan, ia
berhak mendapatkan kehormatan itu, baik mengajak kepada
amalan-amalan zahir maupun batin sebagaimana para ahli tasawuf
yang mengajak kepada mengenal keagungan Allah Swt.30
Demikian penjelasan Muhammad Yusuf al-Kandahlawi
dalam buku Faḏilah Amal yang juga merupakan buku utama
Jamaah Tablig dalam berdakwah.
Muhammad Yusuf al-Kandahlawi menjelaskan bahwa cara
mendapatkan keuntungan dari keutamaan dakwah al-tablîgh
khurûj fî sabîl Allâh adalah pertama, selalu mendakwahkan
pentingnya dakwah al-tablîgh khurûj fî sabîl Allâh. Kedua,
meluangkan waktu untuk keluar di jalan Allah Swt. sekurang-
kurangnya empat bulan seumur hidup, empat puluh hari setiap
tahun, tiga hari setiap bulan, dan dua setengah jam setiap hari.
Ketiga, berdoa kepada Allah Swt agar diberi hakikat dakwah al-
tablîgh khurûj fî sabîl Allâh serta diberikan kekuatan untuk
menjalankannya.31
a.3. Profil Markas Jamaah Tablig Indonesia
Masjid Jami’ Kebon Jeruk sebagai pusat kegiatan tablig
dan dakwah Islam di Indonesia. Masjid ini selalu dipadati oleh
jamaah dari berbagai daerah, bahkan muslim dari berbagai negara
pun mudah kita jumpai di sini. Mereka rata-rata berjenggot,
30 Maulana Muhammad Zakariyya, Fadhilah Amal, h. 342. 31 Maulana Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī, Mudzakaroh Enam
Sifat Para Sahabat dan Amalan Nurani, h. 27.
58
mengenakan baju koko, surban atau peci putih, dan celana mereka
tidak ada yang menutupi mata kaki.
Jamaah di Masjid Kebon Jeruk ini dikenal dengan sebutan
Jamaah Tablig, mereka selalu rutin dan khusyuk mendengarkan
ceramah setiap usai shalat maghrib. Jemaah terdiri dari berbagai
profesi, seperti pimpinan pondok pesantren, bupati, pedagang kaki
lima, pengusaha, mantan preman, artis hingga para pelajar.32
Berdasarkan pengamatan dan wawancara penulis bersama
Muhammad Yunus, masjid Jami’ Kebon Jeruk memiliki fungsi
ganda, yaitu sebagai markas Jamaah Tablig dan sebagai lembaga
penerima (host institution) bagi pengikut Jamaah Tablig dari
berbagai negara. Pada fungsi pertama, masjid ini menjadi tempat
Iʻtikâf dan pelayanan bagi pengikut Jamaah Tablig dari seluruh
Indonesia. Pada setiap Kamis malam, masjid ini dipenuhi sekitar
1000-an jamaah dari berbagai ẖalaqah daerah di Jakarta dan luar
Jakarta. Saat ini terdapat sekitar 170 ẖalaqah di seluruh DKI
Jakarta. Setiap ẖalaqah melayani antara 20 hingga 40 masjid.
Untuk kegiatan musyawarah besar yang dilaksanakan sekali dalam
2 tahun, Masjid Jami’ Kebon Jeruk mengagendakannya pada
tanggal 1-3 April.
Setiap hari, masjid ini menerima pendaftaran (tasykîl) dari
anggota Jamaah Tablig untuk perjalanan dakwah keluar (khurûj)
32 Wawancara dengan Mulyadi, yang merupakan anggota aktif Jamaah
Masjid Kebon Jeruk sekaligus yang mengenalkan penulis kepada Jamaah
Tablig, pada 13 Januari 2019, di Masjid Jami’ Kebon Jeruk.
59
beberapa hari (3 dan 40 hari) atau bulan (4 bulan) ke berbagai
daerah di Indonesia dan negara luar. Keputusan tentang berapa
kelompok, siapa saja yang menempati posisi dalam setiap
kelompok dan daerah sasaran dibacakan pada kegiatan
musyawarah setiap selesai sholat Isya pada musyawarah ini.
Fungsi kedua, masjid ini sebagai lembaga penjamin (host
institustion) yang menguruskan izin tinggal bagi pengikut Jamaah
Tablig yang berasal dari luar negeri. Masjid ini juga menyediakan
ruang khusus untuk mereka di lantai 3 masjid selama mereka
menunggu proses pengurusan surat-surat yang dibutuhkan.
Sebagaimana dikatakan sebelumnya, anggota Jamaah Tablig asing
ini akan bergabung dengan anggota Jamaah Tablig lain dari
Indonesia untuk melakukan ke berbagai daerah di seluruh
Indonesia. Mereka memang sudah menuliskan dalam surat
pengantar ke Masjid Jami’ Kebon Jeruk untuk sasaran daerah mana
saja yang akan dikunjungi di Indonesia.33
B. Gambaran Umum Penelitian
b.1. Sekilas tentang Musholla An-Nur
Berdasarkan pengamatan penulis, musholla An-Nur
merupakan salah satu musholla yang berada di Jl. Pendidikan,
RT.03/RW.03, Rempoa, Ciputat timur, Tangerang Selatan. Secara
fisik bangunan, mushola ini tidak jauh berbeda dengan mushollla
pada umumnya. Fasilitas di sini berupa peralatan atau
33 Hasil observasi dan wawancara dengan Mulyadi, pada 13 Januari
2019, di Mushalla Masjid Jami’ Kebon Jeruk.
60
perlengkapan musholla seperti microphone dan Alquran, dan lain
sebagainya. Ada keunikan tersendiri di musholla berukuran kurang
lebih 7x11 meter ini, yaitu satu ruang toilet dan tempat berwudhu
yang berada di dalam musholla. Sehingga, keadaan musholla
mempunyai kemiripan dengan sebuah rumah.
Jamaah musholla ini adalah warga setempat yang notabene
tinggal di rumah-ruamah kontrakan. Warga di sekitar musholla
memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda sehingga kondisi
sosial masyarakat sekitar bisa digolongkan ke dalam kategori kelas
menengah ke bawah. Keadaan masyarakat yang demikian
kemudian berpengaruh terhadap ektifitas kegiatan jaulah Jamaah
Tablig.
Pada saat melakukan jaulah di lingkungan sekitar musholla
tersebut, penulis turut serta mengikuti jaulah bersama empat orang
lainnya. Lima orang dalam satu kelompok jaulah masing-masing
memiliki tugasnya sendiri. Selain berdakwah anggota lainnya
bertugas untuk berzikir yang dimaksudkan agar mad’u (objek
dakwah) mendapatkan hidayah Allah Stw. Selain jaulah, kegiatan
lain yang Jamaah Tablig jalankan dalam sebuah kegiatan khuruj
adalah musyawarah. Musyawarah tersebut dilakukan setiap pagi
yang mana semua anggota jamaah wajib melaporkan amalan
harian yang dilakukan kepada seorang amir (ketua rombongan).
b.2. Sekilas tentang Masjid Darussalamah
Masjid Jami Darussalamah adalah sebuah masjid yang
memiliki struktur takmir masjid yang lengkap dan cukup padat
dengan kegiatan pengajian yang dilakukan. Kegiatan-kegiatan
61
tersebut mulai dari kajian mingguan kitab fiqih, pengajian rutin
majelis ta’lim, serta pengajian khusus remaja dengan materi dan
narasumber yang berbeda. Masjid besar dengan arsitektur megah
berwarna hijau ini terletak di Jl. Bintaro Selatan, Blok N1, No.1,
RT.11/RW.11, Bintaro, Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan.
Masyarakat yang berada di lingkungan sekitar masjid
Darussalamah bisa dikatakan mempunyai dua kelas sosial yang
berbeda. Sebagian warga tinggal di komplek perumahan elit,
sebagian lainnya memilih tinggal di pemukiman yang padat.
Dengan demikian, jamaah yang mendatangi masjid ini pun
memiliki paham keberagamaan yang beragam. Di antara
banyaknya jamaah masjid tersebut, terdapat beberapa Ahbab
(seorang warga setempat yang juga biasa khuruj). Ahbab inilah
yang kemudian nantinya oleh rombongan Jamaah dijadikan
sebagai Dalil (penunjuk jalan ketika melakukan jaulah).
Tiga hari lamanya penulis bersama rombongan menempati
dan melaksanakan semua rutinitas Jamaah Tablig. Kegiatan-
kegiatan ta’lim yang biasa rutin dilakukan oleh DKM
Darussalamah, selama 3 hari tersebut, “dipindahalikan” kepada
Jamaah Tablig. Pengajian rutin di masjid menjadi makin padat
dengan bertambah beberapa kajian tambahan dari Jamaah Tablig
seperti Bayan Subuh, Bayan Dzuhur, dan Ta’lim ba’da Isya.
Adapun terkait respon dari jamaah dan warga setempat,
kedatangan Jamaah Tablig ditanggapi dengan beragam penilaian.
Ketika Jamaah ber-jaulah ke warga yang tinggal di pemukiman
misalnya, beberapa di antara mereka ada yang menyambutnya
62
dengan senang hati, namun ada juga yang menolak dan bahkan
mengusirnya.
b.3. Biografi Singkat Informan Penilitian
Di bawah ini adalah uraian biografi singkat para informan
dalam penilitian yang nantinya bertujuan supaya dapat diketahui
faktor-faktor lain yang memengaruhi mereka untuk mengikuti
Jamaah Tablig.
1. Ahmad Fahrurozi
Fahrurozi adalah seorang guru mengaji di daerah
tempat ia tinggal. Ia lahir di Tangerang pada 26 September
1986. Ia mempelajari agama dan mengaji di tempat ia
berasal dengan guru-guru di sekitar tempat tinggalnya. Ia
mulai mengikuti khuruj sejak sepuluh tahun yang lalu.
Daerah yang telah ia singgahi ketika khuruj meliputi India,
Pakistan, Banyuwangi, Probolinggo, Flores, NTT, dan
wilayah JABODETABEK. Alamat tempat tinggalnya
berada di Jl. Manjangan IV rt 01/04, Pondok Ranji,
Kecamatan Ciputat Timur.
2. Muhammad Yunus
H. Muhammad Yunus, S. Ag adalah sarjana lulusan
IAIN Jakarta di Fakultas Ushuluddin. Ia merupakan amir
(ketua rombongan) Jamaah Tablig. Ia dilahirkan di
Tangerang pada 12 September 1969. Tempat tinggalnya
berada di Tangerang, tepatnya di Jl. Manjangan IV rt 01/04,
pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur. Ia berprofesi
sebagai guru mengaji. Awal mengikuti khuruj pada tahun
63
1995 yang mana ia pada awalnya sering kali diajak oleh
orang tuanya khuruj ke berbagai tempat. Itu pula yang
menjadikan ia sampai sekarang tetap istiqomah
menjalankan khuruj sampai menjadi amir, karena memang
dari keluarganya terlebih orang tuanya yang mengajarkan
sejak muda khuruj juga menanamkan jiwa tablig pada
dirinya. Daerah yang pernah ia singgahi ketika khuruj yaitu
India, Pakistan, Bangladesh, Afrika Selatan, Somalia,
Papua, Maluku, Sumatera Selatan, Lampung, dan sekitaran
Pulau Jawa.
3. Sadelih
Sadelih adalah seorang supplyer tanaman hias. Ia
aktif khuruj sejak tahun 1992. Daerah yang pernah ia
singgahi ketika khuruj yaitu Thailand, Malaysia,
Bangladesh, India, Sumatera, Lampung, Ambon,
Kalimantan Barat, Banten. Ia mulai tertarik mendalami
ilmu agama sejak ia mengenal Jamaah Tablig yang mana
dikenalkan oleh orang tuanya sejak ia masih duduk di
bangku SMA. Ia tinggal di daerah Ciputat tepatya di Jl.
Cempaka Raya rt 04/03, Rengas, Ciputat Timur.
4. Slamet Riyadi
Slamet Riyadi adalah seorang wiraswasta yang
lahir di Kendal pada 22 Agustus 1968. Ia aktif khuruj sejak
23 tahun silam. Pengalamannya saat melakukan khuruj
bersama dengan Jamaah Tablig lainnya adalah pernah
merasakan diusir saat berjaulah terlebih oleh masyarakat
64
pelosok pulau jawa yang sudah memiliki paham tersendiri.
Ia bersama jamaah lainnya bahkan pernah dilaporkan ke
polisi oleh masyarakat karena kegiatan khuruj. Daerah
yang pernah ia singgahi ketika khuruj adalah India,
Pakistan, Bangladesh, Palembang, Lampung, Malaysia,
Ambon, Jambi, Kalimantan Barat, Batam dan sekitar Pulau
Jawa. Ia tinggal di Jl. Manjangan, Pondok Ranji.
5. Syamsul Bahri dan Rudi Asmi
Syamsul Bahri adalah seorang Guru SMA adalah
lulusan Psikologi di IAIN Jakarta. Ia lahir di Jakarta pada
01 November 1988. Syamsul aktif khuruj sejak tahun 2010
ketika ia masih menyandang status sebagai mahasiswa,
bahkan skripsi yang ia tulis adalah mengenai Jamaah
Tablig. Tempat yang pernah ia singgahi ketika khuruj yaitu
Jakarta, Jawa Barat, dan sekitaran Jawa Tengah. Alamat
tempat tinggalnya berada di Jl. Rawa Papan, Bintaro.
Berbeda dengan Rudi Asmi, ia adalah seorang pedagang
yang lahir di Palembang pada 30 Juli 1971. Alamat tempat
tinggalnya berada di Jl. Manjangan, Pondok Ranji. Rudi
aktif khuruj sejak tahun 1990. Daerah yang pernah ia
sinhgahi ketika khuruj adalah India, Bangladesh, Malaysia,
Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Maluku Tengah.
Berdasarkan data masing-masing informan penelitian di
atas dan pengamatan penulis selama menetap 7 hari bersama
mereka, penulis menyimpulkan bahwa pijakan dasar mereka untuk
mengikuti Jamaah Tablig sejatinya tidak berdasarkan pemahaman
65
mereka atas teks ayat-ayat tentang dakwah, melainkan bermula
dari dorongan diri sendiri, bahkan ada juga yang memang telah
menjadi “tradisi” turun temurun dari keluarganya. Seperti yang
dialami informan, Muhammad Yunus.
C. Teks Ayat-ayat Dakwah Jamaah Tablig
Perihal ayat-ayat apa saja yang dikutip Jamaah Tablig
ketika berdakwah. Sebagaimana pengamatan penulis di lapangan
ketika mengikuti khuruj selama 7 hari di 2 lokasi, terdapat 3 ayat
yang sering disampaikan Jamaah baik ketika bayan di masjid,
ataupun bayan ketika jaulah. Ayat tersebut adalah QS. Ali Imran
[3]: 104 dan 110, serta satu ayat yang dijadikan bahan utama
berdakwah untuk mengikuti khuruj, yaitu QS. Al-Taubah [9]: 24.34
Ketiga ayat yang dikutip tersebut sejalan dengan apa yang ditulis
Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny sebagaimana telah penulis
ungkapkan pada Bab 2.
Dari sekian banyak ayat Alquran yang berisi tentang
dakwah, kemudian yang dikutip lebih sering 3 ayat. Penulis
mengamati bahwa pengetahuan Jamaah terhadap beberapa kutipan
tersebut juga bersamaan dengan pemahaman mereka terkait
prinsip dakwah yang dilakukan. Ketika mereka mengutip QS. Ali
Imran [3]: 104 misalnya, mereka berpandangan dan
menyampaikan tentang penafsirannya dengan menjelaskan bahwa
kata نكم dalam redaksi ayat tersebut bermakna seluruh kaum م
muslim. Oleh karenanya pula lah, pinsip dasar Jamaah Tablig yang
34 Hasil Observasi Penulis pada 12-18 Januari 2019.
66
dalam pengamalan berdakwahnya tidak menyeleksi terlebih
dahulu orang-orang yang kiranya berkompeten untuk berdakwah.
Atas dasar pemahaman mereka terhadap ayat QS. Ali
Imran [3]: 104 dan 11 kemudian berimplikasi kepada keyakinan
akan kewajiban berdakwah. Sebagian besar dari mereka
menganggap kewajiban tersebut sama halnya dengan kewajiban
shalat lima waktu. Kewajiban berdakwah juga tidak hanya dimiki
oleh kelompok Jamaah laki-laki, tetapi sebagian besar para istrinya
pun memiliki kewajiban yang sama. Sehingga kemudian, dalam
kegiatan khuruj Jamaah Tablig, sesekali mereka mengajak istri dan
anaknya untuk bersama-sama mengikuti khuruj ke suatu daerah
yang tentu saja dengan penempatan titik-titik berdakwah yang
berbeda dengan para suaminya.35
Demikian halnya dengan pemahaman mereka terhadap QS.
Al-Taubah [9]: 24.
زوجكم بناؤكم إوخونكم وأ
قل إن كن ءاباؤكم وأمول ٱقتفتموها
وتجرة تشون كسادها ومسكن وعشريتكم وأ
ورسولۦ وجهاد ف سبيلهۦ ن ٱلل حب إلكم م بصوا ترضونها أ فت
ل يهدي ٱلقوم ٱلفسقني مرهۦ وٱلل بأ ت ٱلل
يأ ٢٤حت
Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-
saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
35 Hasil Observasi dan Wawancara Penulis bersama pak Sadelih yang
ketika itu menghadiri bayan masturah (kajian yang diikuti oleh Jamaah laki-laki dan perempuan di rumah seorang ahbab). Kegiatan tersebut berlangsung pada 15 Januari 2019, yang lokasinya tidak jauh dari Masjid Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan.
67
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari
Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara Penulis dengan
beberapa informan terkait ayat ini, mereka memahami bahwa kata
jihad dalam redaksi ayat di atas mempunyai makna lain salah
satunya dengan berdakwah di jalan Allah. Oleh karenanya, ayat ini
kemudian menjadi pijakan utama untuk mereka melakukan khuruj
berdakwah dengan rela meninggalkan istri dan anak mereka dalam
tempo tertentu. Kegiatan khuruj Jamaah Tablig pada umumnya
dilakukan dalam dua bentuk dakwah, yaitu dakwah umumi dan
dakwah infiradi.36
Penjajakan observasi penulis di atas terkait teks-teks ayat
yang menjadi rujukan Jamaah Tablig dalam berdakwah, secara
singkat dapat disimpulkan bahwa cara mereka memahami suatu
ayat mempunyai pandangan tersendiri. Pemahaman mereka
tersebut bisa dikatakan banyak perbedaan dengan penjelasan para
mufasir seperti yang Penulis uraikan pada Bab sebelumnya.
36 Bentuk dakwah umumi menurut mereka adalah dakwah yang
disampaikan secara berjamaah dan disampaikan kepada masyarakat luas di
masjid-masjid. Dakwah jenis ini biasanya dilakukan dengan cara menetap di
suatu daerah sesuai kesepakatan satu rombongan. Adapun dakwah infiradi ialah
dakwah yang dilakukan secara pribadi. Biasanya dakwah infiradi ini dilakukan
dengan bentuk menghadiri pada dua majelis taklim dalam satu hari, membaca
satu juz Alquran setiap hari, menjaga dzikrullah pada pasi dan sore, dan lain
sebagainya. Hasil Observasi dan wawancara Penulis bersama Slamet Riyadi, di
Masjid Darussalamah, pada tanggal 17 Januari 2019.
68
BAB IV
PEMAHAMAN JAMAAH TABLIG TENTANG AYAT-
AYAT DAKWAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
KONSEP KHURȖJ DAN JAULAH
A. Pemahaman Jamaah Tablig mengenai Kewajiban
Berdakwah dalam Alquran
Untuk mengetahui bagaimana pandangan Jamaah Tablig
tentang ayat-ayat dakwah, penulis perlu menyebutkan di awal
terkait ayat-ayat mana saja yang kiranya sering digunakan
landasan oleh Jamâʻah Tablîgh untuk berdakwah. Merujuk kepada
sebuah buku yang ditulis oleh penerus kepemimpinan Jamaah
Tablig se-dunia, yaitu Syaikh Maulana Muhammad Zakaria Al-
Kandahlawi, bahwa di antara banyaknya ayat-ayat dakwah dalam
Alquran seperti yang telah penulis kemukakan pada Bab dua,
Jamâʻah Tablîgh hanya mengutip tujuh ayat dan dua di antaranya
adalah yang kerapkali disampaikan ketika sedang bayân (ceramah
setiap usai shalat fardhu). Dua ayat yang dimaksud adalah QS. Ȃli
ʻImrân [3]: 104 dan 110.1
Kemudian setelah mengetahui dua ayat yang dirujuknya
tersebut, penulis perlu menguraikan terlebih dahulu tentang
bagaimana pendapat beberapa mufasir yang berada di era klasik
maupun kontemporer terkait QS. Ȃli ʻImrân [3] ayat 104 dan 110.
Ini bertujuan untuk melihat perbandingan uraian antar para mufasir
1 Maulana Muhammad Zakaria Al-Kandahlawi, Fadhilah Amal,
penerjemah: tim penerjemah Masjid Jami’ Kebon Jeruk Jakarta (Yogyakarta:
Ash-Shaf, 2012), h. 342.
69
sehingga dengannya dapat diketahui kepada penjelasan mana
condongnya pandangan Jamaah Tablig dalam memahami dua ayat
dakwah tersebut.
Redaksi ayat QS. Ȃli ʻImrân [3]: 104 adalah sebagai
berikut;
ن روف وينتهوت تمعت ٱل مرون بت ويأ يت عون إل ٱلت ة يدت م
نكمت أ كن م ولت
لحو تمفت ولئك هم ٱل وأ تمنكر ١٠٤ن عن ٱل
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.”2
Apabila melihat kepada uraian penafsiran era klasik
semisal Al-Qurṯubi, yang menjadi permasalahan dalam ayat ini
adalah terletak pada kalimat minkum. Beliau menjelaskan bahwa
kata min pada kalimat minkum adalah untuk menunjukkan
sebagian. Artinya bahwa, orang-orang yang memerintahkan yang
ma’rûf haruslah para ulama, karena tidak semua orang itu ulama
(memahami dan ahli dalam bidang agama). Namun, beliau sendiri
tidak memungkiri bahwa ada pendapat lain yang mengatakan
bahwa kata min adalah untuk menjelaskan jenis. Maka makna yang
dipahami adalah: Hendaknya kalian semua harus seperti itu.
Terlepas dari itu, Al-Qurṯubi lebih setuju kepada pendapat yang
pertama. Menurutnya, redaksi ayat ini menunjukkan bahwa amr
maʻrûf nahî munkar hukumnya fardhu kifayah. Allah telah
2 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
70
menentukan kriteria mereka dalam firman-Nya QS. Al-Ḥajj [22]:
413 dipahami bahwa tidak semua orang diberikan keteguhan.4
Lain halnya dengan pendapat mufasir lain, Sayyid Quṯub.
Menurutnya, dakwah merupakan konsekuensi logis dari iman.
Iman dipandang eksis bila telah diwujudkan dalam bentuk amal
saleh dan dakwah. Sayyid Quṯub lebih menekankan kepada
penjelasan makna dari kata يت عون إل ٱلت ن dan يدت روف وينتهوت تمعت ٱل مرون بتيأ
تمنكر beliau memahami bahwa dalam hal menyeru kepada عن ٱل
kebaikan itu bisa disampaikan oleh siapa saja, kecuali untuk
memerintah dan melarang haruslah oleh orang yang memiliki
kekuasaan. Dari pandangan ini, berarti Sayyid Quṯub dapat
digolongkan dalam kelompok ulama yang mendukung hukum
ganda dakwah, wajib individu, dan kolektif sekaligus.5
Redaksi ayat dakwah kedua, QS. Ȃli ʻImrân [3]: 110;
ين 3 همت ف ٱل ن ك رض إن م ٱلت قاموا
ة أ لو ٱلص كوة وءاتوا ٱلز ب مروا
روف وأ تمعت عن ٱل ا تمنكر ونهوت ٱل
قبة ع مور ولل ٤١ ٱلت
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” 4 Syaikh Imam Al-Qurthubi, Al Jami’ li Ahkam Al-Quran, penerjemah;
Dudi Rosyadi, dkk, h. 411. 5 Sayyid Quṯub, Fi Zhilalil Qur’an, Penerjemah. Ainur Rafiq Shaleh
Tamhid dan Syafril Halim, h. 347-348.
71
ن عن روف وتنتهوت تمعت ٱل مرون بتلناس تأ رجتت ل خت
ة أ م
أ كنتمت خيت
نتهم هم م ا ل ل ٱلتكتب لكن خيت هت ولوت ءامن أ ٱلل منون ب تمنكر وتؤت ٱل
ق ثهم ٱلتفس كتمنون وأ تمؤت ١١٠ون ٱل
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.6
Meninjau aspek asbâb al-nuzûl pada ayat 110 ini, M.
Quraish Shihab memberikan penjelasan bahwa ayat ini berkaitan
dengan ayat ke-104 yang menjelaskan kewajiban berdakwah atas
umat Islam. Menurutnya, pada ayat 104, persatuan dan kesatuan
mereka yang dituntut, kini (dalam ayat 110) dikemukakan bahwa
kewajiban dan tuntutan itu pada hakikatnya lahir dari kedudukan
umat ini sebagai sebaik-baik umat. Ini yang membedakan umat ini
dengan sementara Ahl al-Kitab yang justru mengambil sikap
bertolak dengan itu. Tanpa ketiga hal yang disebut oleh ayat ini,
kedudukan mereka sebagai sebaik-baik umat tidak dapat mereka
pertahankan.7
Kata لناس رجتت ل ختة أ م
أ menegaskan bahwa Allah Swt كنتمت خيت
telah memberikan derajat paling tinggi kepada umat Nabi
Muhammad Saw sebagai umat terbaik di antara umat lainnya.
6 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 7 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian
Alquran), h. 221.
72
Predikat umat terbaik ini seyogyanya dapat direpresentasikan
dengan wajah sebuah umat yang penuh kebaikan dan keteladanan.
Selain itu, dengan posisi tersebut tentu saja umat ini harus
menyadari akan berbagai konsekwensi dan tanggungjawabnya.
Konsekwensi pertama dari posisi ini ialah hendaknya ia
melindungi kehidupan ini dari keburukan dan kerusakan.
Hendaknya ia memiliki keimanan yang kuat dan kekuatan yang
memungkinkannya untuk melaksanakan amr maʻrûf dan nahî
munkar, karena ia adalah umat terbaik yang ditampilkan kepada
seluruh manusia. Tugas untuk amr maʻrûf dan nahî munkar ini
secara gamblang Allah sebutkan dalam lanjutan redaksi ayat
tersebut, مرت تأ ٱلل منون ب تمنكر وتؤت ن عن ٱل روف وتنتهوت تمعت ٱل ون ب menggalakkan
kebaikan dan menentang keburukan dengan segenap kesulitan
yang menyertai di jalannya, merupakan bagian dari tugas sebagai
sebuah umat terbaik di sisi Allah Swt. Demikian uraian tafsir ayat
ke-110 ini sebagaimana diungkapkan oleh Imam Al-Qurthubi.8
Selanjutnya penulis mewawancarai beberapa Jamaah
terkait pandangan mereka terhadap makna QS. Ȃli ʻImrân [3]: 104
dan 110. Dalam memaknai ayat 104, seorang jamaah bernama
Sadelih menjelaskan “… Ayat ke-104 ini jelas, bahwa semua kita
diperintahkan Allah Swt untuk menyampaikan pesan ajaran
agama, mengajak kepada kebaikan dan ketaatan kepada Allah Swt,
dan dakwah ini tidak terbatas oleh hanya para ustadz dan ulama
8 Syaikh Imam Al-Qurthubi, Al Jami’ li Ahkam Al-Quran, penerjemah;
Dudi Rosyadi, dkk, h. 355-356.
73
saja, semua kita, seorang bapak dalam sebuah keluarga contoh
kecilnya, ia menjadi da’i bagi keluarganya…”.9 Begitu pun dengan
Sadelih yang memberikan pendapatnya bahwa “… Ayat
berdakwah dalam Alquran surah Ȃli ʻImrân ini bermakna perintah
Allah Swt kepada kita agar mampu mensyiarkan ajaran Islam
dengan cara-cara yang telah dicontohkan Rasulullah Saw dalam
banyak riwayat. Kemudian dalam berjihad menyampaikan
kebenaran ini pastinya banyak sekali godaan dan rintangan yang
menghampiri. Mencintai urusan duniawi adalah salahsatu godaan
yang harus kita tinggalkan ketika ingin benar-benar berdakwah
dengan cara yang pernah nabi contohkan…”.10 Lebih tegas lagi
pemahaman yang disampaikan Rudi Asmi, menurutnya “… QS.
Ȃli ʻImrân ayat 104 menegaskan bahwa Allah Swt memerintahkan
umat Islam supaya meluangkan waktunya untuk berdakwah
menyampaikan kalimat Lâ Ilâh Illa Allâh dan mengajak muslim
lain kembali kepada ketataan. Maka dari itu, tugas untuk
berdakwah ini tidak memandang pangkat, karena semua kita tentu
ingin menjadi orang-orang yang disebutkan pada akhir ayat ini,
yakni لحون تمفت ولئك هم ٱل 11”.وأ
Bila dilihat dari argumentasi mereka di atas, hal ini
mengindikasikan bahwa Jamaah Tablig dalam memahami ayat
9 Wawancara dengan pak Slamet Riyadi, pada 17 Januari 2019, di
Masjid Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan. 10 Wawancara dengan pak Sadelih, pada 17 Januari 2019, di Masjid
Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan. 11 Wawancara dengan pak Rudi Asmi, pada 17 Januari 2019, di Masjid
Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan.
74
seruan berdakwah pada QS. Ȃli ʻImrân [3]: 104 lebih condong
kepada penafsiran yang disampaikan oleh Sayyid Quṯub dalam
tafsir Fî Ẕilâlil Qur’an yang menjelaskan bahwa kewajiban dakwah ini
merupakan wajib individu setiap muslim.
Kemudian ketika penulis mewawancarai Jamaah tentang
pemahamannya terkait QS. Ȃli ʻImrân [3]: 110. Dari ketiga
narasumber sebelumnya dan narasumber yang lain yaitu Syamsul
Bachri dan Ahmad Fakhrurrazi, penulis menyimpulkan bahwa
pandangan mereka bermiripan dengan pendapat Imam Al-
Qurthubi yang mengungkapkan bahwa kalimat رجتت ختة أ م
أ كنتمت خيت
لناس adalah sebuah penghargaan dari Allah Swt kepada umat ini ل
sehingga dengannya kita patut menjadi teladan bagi umat lain
dengan cara menegakkan kebaikan dan menentang keburukan
serta melindungi umat dari segala hal yang membuat kerusakan.12
Prinsip dasar Jamaah Tablig dalam berdakwah tanpa
memilah siapa yang ingin menjadi da’i, menjadi kekhasan
tersendiri bagi gerakan dakwah yang satu ini, sehingga tidak heran
jika anggota Jamaah Tablig berasal dari berbagai kalangan. Para
Ustadz, Pedagang, hingga kalangan akademis dan artis.
Kendatipun tak jarang mendapat kritikan perihal kompentensi
seorang da’i, tetapi mereka tetap teguh dengan prinsip dakwahnya
yang terbukti hingga kini makin banyak pengikutnya.
12 Wawancara dengan pak Slamet, pak Rudi, pak Sadelih, pak Syamsul,
dan pak Razi, pada 18 Januari 2019, di Masjid Darussalamah, Bintaro, Jakarta
Selatan.
75
B. Khurûj dan Alquran
Definisi Khurûj yang dimaksud dalam gerakan Jamaah
Tablig adalah tak lain sebagaimana telah ditulis oleh Abdurrahman
Ahmad As-Sirbuny yang ia sendiri merupakan salahsatu anggota
aktif Jamaah Tablig. Dalam bukunya disebutkan;
Secara ringkas, khurûjnya Jamaah Tablig adalah keluarnya
seseorang dari lingkungannya untuk memperbaiki diri dengan
belajar meluangkan sebagian harta serta waktunya dari
kesibukannya di pekerjaan, keluarga, dan urusan-urusan lainnya,
demi meningkatkan iman dan amal shalih semata karena Allah
Swt.13
Adapun berkaitan dengan asal muasal kata khurûj itu sendiri
ialah “khurûj”, atau khurûj fî sabîl Allâh yang mana secara literal
berarti keluar di jalan Allah. Istilah ini terambil dari kata-kata
“ukhrijat” dalam Q.S. Ȃli ʻImrân [3]: 110.14
Dalam menjelaskan Khurûj, Abdurrahman merujuk kepada QS. al-
Ṣaf [61]: 10-12, dan QS. Al-Taubah[9]:24
م لنت عذاب أ يكم م تجرة تنج دلكمت لع
ين ءامنوا هلت أ ها ٱل ي
أ يلكمت ١٠ و مت
أ ب ۦ وتجهدون ف سبيل ٱلل ورسول ٱلل منون ب تؤت
لمون لكمت إن كنتمت تعت لكمت خيت ذ كمت نفسفرت لكمت ١١وأ يغت
ن طي نتهر ومسك ت تتري من تتتها ٱلت لتكمت جن خ بة ذنوبكمت ويدت
يم ز ٱلتعظ ك ٱلتفوت ل ن ذ ت عدت ١٢ف جن
13 Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, Kupas Tuntas Jamaah Tabligh,
vol. 3, h. 147. 14 Didi Junaedi, Memahami Teks, Melahirkan Konteks: Menelisiki
Interpretasi Ideologis Jamaah Tabligh, h. 13.
76
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari
azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah
akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam
jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan
(memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah
´Adn. Itulah keberuntungan yang besar.”15
وجكمت زتنكمت وأ و ناؤكمت إوخت بت
قلت إن كن ءاباؤكمت وأ
ن ن كسادها ومسك تموها وتجرة تتشوت تفت ل ٱقت و متيتكمت وأ وعش
ن حب إلتكم م نها أ هاد ف سبيلهۦ ترتضوت ۦ وج ورسول بصوا ٱلل فت
قني دي ٱلتقوتم ٱلتفس ل يهت ۦ وٱلل ره متأ ب ٱلل ت
ت يأ ٢٤حت
Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik.16
Berdasarkan definisi dan pengamatan penulis di lapangan,
kegiatan khurûj ini bukan sekadar pergi keluar meninggalkan
kampung halaman dalam rangka memperbaiki diri, tetapi juga
sekaligus mengajak kaum muslim untuk bersama-sama
mendengarkan kajian agama yang disampaikan di mushalla atau
masjid setempat yang sekaligus sebagai markas berdakwahnya
satu rombongan. Aktivitas khurûj ini dipimpin oleh seorang amir
15 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 16 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
77
yang dipilih berdasarkan musyawarah, ketaatan kepada amir
menjadi kewajiban bagi setiap anggota rombongan, amir Jamaah
yang memutuskan petugas-petugas dan mengatur arah dakwah
selama khurûj.17
Selama khurûj, kegiatan diisi dengan taʻlîm (membaca
hadis atau kisah sahabat yang termuat dalam kitab Fadhail Amal
karya Maulana Zakaria), jaulah (mengunjungi rumah-rumah
sekitar masjid dengan tujuan mengajak untuk mendengarkan
kajian agama), ada pula bayân (ceramah usai shalat fardhu),
mudzakarah (mengahafal 6 sifat sahabat), karkuzari
(menyampaikan laporan harian kepada amir), dan musyawarah.18
Lamanya khurûj tergantung kesepakatan sebuah rombongan
sebelum berangkat, bilangannya antara 3 hari, tujuh hari, hingga
40 hari. Selama khurûj, Jamaah tinggal dan tidur di musholla atau
masjid yang disinggahi.19
Menurut Azizullah Ilyas aktifitas khurûj dengan sendirinya
membentuk kepribadian seorang juru dakwah yang memiliki sifat
personal positif seperti sifat taat, sabar, taqwa, dan tawajjuh.
Dengan melakukan kegiatan dan program khurûj serta
mengorbankan waktu, diri dan harta untuk keperluan agama
diharapkan akan mendatangkan sifat-sifat tersebut, karena
sebagaimana disebutkan bahwa kegiatan khurûj sendiri
17 Hasil Observasi pada 14-17 Januari 2019, di Mushallla An-Nur,
Cirendeu dan Masjid Darussalamah, Bintaro. 18 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di
Masyarakat. h. 79. 19 Hasil Observasi pada 15 Januari 2019, di Mushallla An-Nur,
Cirendeu, Tangerang Selatan.
78
dimaksudkan sebagai sarana untuk memperbaiki umat secara
bertahap.20
Kemudian oleh sebab kegiatan Jamaah Tablig fokus pada
ranah amalan-amalan keagamaan, maka setelah seseorang
mengikuti khurûj, diharapkan dapat kembali mengamalkan semua
amalan yang pernah dilakukan selama khurûj, semisal dzikir,
meramaikan masjid dengan suasana kajian agama, dan mengajak
para tetangga berangat ke Masjid. Khurûj juga dinilai sebagai
sarana untuk memperbaiki individu secara bertahap-tahap dan
berkelanjutan yang nantinya akan membentuk insan yang memiliki
kompetensi keimanan dan kemampuan untuk berdakwah.21
Setelah penulis telusuri lebih jauh tentang kegiatan khurûj
dan kaitannya dengan Alquran, Penulis mengamati bahwa amalan-
amalan yang dilakukan Jamaah Tablig pada dasarnya berasal dari
teks ayat Alquran. Hal ini terlihat dari semua rutinitas yang
dilakukannya ketika khurûj dan menetap di sebuah masjid. Selain
mengutamakan sifat-sifat yang diajarkan Alquran seperti taat,
sabar, taqwa, dan tawajjuh. Posisi Alquran dalam rangkaian
kegiatan khurûj juga menjadi bagian dari sebuah amalan yang
diwajibkan. Misalnya setelah bayan subuh, kegiatan yang
diwajibkan adalah membaca surah Yasin 3x sebelum akhirnya
dilanjutkan ke musyawarah pagi.
20 M. Azizzullah Ilyas, Kompetensi Juru Dakwah dalam Pandangan
Jama’ah Tabligh, Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol.2, No. 01, Desember
2017. 21 Hasil Observasi pada 16 Januari 2019, di Mushallla An-Nur,
Cirendeu, Tangerang Selatan.
79
C. Pemahaman Jamaah Tablig terkait Berdakwah dengan
cara Khurûj
Berkenaan dengan kegiatan khurûj yang menjadi khas
dalam gerakan ini, penulis mewawancarai amir Jamaah yang
membersamai rombongan penulis, yaitu Ust. Yunus, beliau
berpendapat bahwa “... Khurûj Fî Sabîl Allâh ini seperti usaha
pertania; keluar tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, atau empat
bulan ibarat petani yang mengolah sawah. Jika petani tidak
mengikuti cara dan tata tertib pertanian, maka tidak akan
menghasilkan padi. Mengolah sawah lebih lama daripada
memanen hasil. Mengolahnya memakan waktu tiga sampai empat
bulan, sedangkan memanennya cukup dengan sehari.”22
Adapun terkait ayat-ayat Alquran yang dijadikan landasan
untuk ber-khurûj, penulis mewawancarai pak Sadelih, salahsatu
Jamaah yang sudah lebih dari 25 tahun berdakwah bersama Jamaah
Tablig Masjid Kebon Jeruk. Beliau berpendapat,… “Di dalam
Alquran terdapat banyak sekali ayat-ayat yang menyeru kita untuk
berdakwah, termasuk kisah-kisah Nabi terdahulu yang berdakwah
dari satu wilayah ke wilayah lain, mereka berjuang demi tegaknya
ajaran Islam. Maka, dengan ayat-ayat tersebutlah kita dapat
mengambil hikmah dan keteladanan tentang perjuangan para Nabi
22 Wawancara dengan Ust. Muhmmad Yunus, S.Ag, pada 17 Januari
2019, di Masjid Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan.
80
untuk berdakwah. Antara lain seperti dalam QS. Hûd [11]: 51, QS.
Al-ʻAnkabût [29]: 29, dan QS. Nûẖ [71]: 5-6…”23
Sejalan dengan Sadelih, Jamaah lain asal Kendal, Slamet
Riyadi, menjelaskan pandangannya bahwa “… Berdakwah dengan
cara khurûj seperti ini tak lain kita berusaha mencontoh metode
dakwah yang digunakan Rasulullah Saw dan para sahabat kala itu.
Mereka rela meninggalkan keluarga, harta, dan tempat tinggal
mereka demi berjihad menegakkan kalimat Lâ Ilâha Illa Allâh.
Tentu saja apa yang mereka lakukan berdasarkan seruan-seruan
Allah dalam Alquran semisal surah ʻAlî ʻImrân [3]: 104 dan 110.
Kemudian dalam Alquran juga terdapat banyak sekali kisah-kisah
perjuangan para Nabi terdahulu untuk menyampaikan risalah
Islam, maka tidakkah kita sebagai umat terbaik ini meneladani
mengikuti cara perjuangan mereka dalam berdakwah?, QS. Yûsuf
[12]: 108, QS. Hûd [11]: 51, QS. Nûẖ [71]: 5-6, QS. al-Ṣaf [61]:
10-11, QS. Al-Taubah [9]: 18, dan masih banyak ayat lainnya yang
dapat kita rujuk sebagai alasan berdakwah dengan cara seperti
ini…”24
Wawancara berikutnya penulis lakukan untuk menggali
informasi terkait landasan hitungan hari dalam khurûj. Adalah
Rudi Asmi, seorang Jamaah yang konsisten mengikuti khurûj
bertahun-tahun dan telah berkeliling hingga ke mancanegara.
23 Wawancara dengan pak Sadelih, pada 18 Januari 2019, di Masjid
Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan. 24 Wawancara dengan pak Slamet Riyadi, pada 18 Januari 2019, di
Masjid Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan.
81
Ketika ditanya soal ketentuan jumlah hari dalam mengikuti khurûj,
ia menjelaskan, “…Penetapan bilangan hari dan bulan untuk
berdakwah di jalan Allah ini bukan sesuatu yang mengada-ngada,
tetapi berdasarkan berbagai riwayat dan beberapa ayat Alquran
serta hadis yang berkaitan. Anjuran berdakwah khurûj selama tiga
hari misalnya, dulu, Rasulullah Saw pernah mengirim Khalid bin
Walid ke Banu Harits bin Ka’ab di Najran, beliau memerintahkan
Khalid agar ia mau tinggal di kampung tersebut selama tiga hari
dalam rangka mengajarkan ajaran Islam, maka setelah tiga hari
berlalu, dengan izin Allah kampung tersebut banyak yang masuk
Islam…”25
Rudi Asmi juga menambahkan bahwa penetapan bilangan
khurûj hingga 40 hari pun merupakan bilangan yang telah banyak
disebutkan dalam Alquran seperti pada saat Nabi Musa as. pergi
meninggalkan para sahabatnya selama 40 hari untuk menerima
Taurat dari Allah di bukit Thur. Kisah tersebut termaktub dalam
QS. Al-Aʻrâf [7]: 147. Kemudian Rudi juga menjelaskan bahwa di
balik penetapan bilangan hari untuk berdakwah ini mengandung
banyak hikmah. Masa 40 hari yang dijalani oleh seseorang di
dalam suatu pendidikan dan suasana kebaikan, pasti akan
berpengaruh besar bagi peningkatan kebaikan orang tersebut.
Walaupun ini bukan suatu kewajiban dan keharusan, tetapi dengan
lamanya seseorang berbaur dalam suasana yang penuh dengan
25 Wawancara dengan pak Rudi Asmi, pada 17 Januari 2019, di Masjid
Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan.
82
keshaliihan dan ketaatan, maka seseorang dapat lebih
meningkatkan ketakwaan dan keimanannya.26
Dalam kesempatan sama, seorang jamaah lain yang
berprofesi sebagai guru SMA, Syamsul Bahri menyatakan bahwa
tujuan dari khurûj tidak lain untuk memperbaiki diri sendiri baik
dari segi akhlak maupun ibadah. Kemudian ia juga mengatakan
bahwa Allah Swt. sudah menetapkan kepada kaum muslimin
sebagai penyelamat bagi kaum muslimin lainnya dengan cara
berdakwah. Hal itu lah yang dipahami Syamsul dari
pemahamannya mengenai QS. Ali Imran ayat 104 dan 110.
Syamsul berpendapat bahwa kata minkum di dalam ayat tersebut
bahwa kewajiban berdakwah hukumnya wajib untuk semua
kalangan masyarakat.27
Ahmad Fahrurozi, salah satu jamaah yang berprofesi
sebagai guru ngaji mengatakan bahwa kita umat Islam merupakan
sebaik-baiknya umat dibandingkan dengan umat lain ataupun umat
terdahulu. Oleh karena itu sebagai umat terbaik haruslah kita
menerapkan amr ma’rûf nahî munkar di dalam kehidupan karena
hal itu sebagai bentuk wujud ciri umat terbaik. Kemudian
Fahrurozi dalam memahami kata minkum yang menjadi subjek
dalam berdakwah yang bersandar pada QS. Ali Imran ayat 104
adalah bahwasanya seluruh umat manusia wajib menjalankan
26 Wawancara dengan pak Rudi Asmi, pada 17 Januari 2019, di
Masjid Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan. 27 Wawancara dengan Syamsul Bahri, pada 17 Januari 2019, di
Masjid Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan.
83
dakwah karena berdakwah ditujukan kepada semua umat
Rasulullah.28
Dengan demikian, berdasarkan beberapa argumentasi
jamaah yang telah dipaparkan berkaitan dengan khurûj di atas,
dapat diuraikan ayat mana saja yang mereka jadikan sebagai
landasan untuk berdakwah dengan cara khurûj. Ayat-ayat tersebut
adalah sebagai berikut;
ست لا يقوتم ل أ
أ ي فرري ري إل لع ٱل جت
ر إ إنت أ جت
لكمت عليته أ
قلون ٥١تعت“Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi
seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah
menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?” (QS.
Hûd [11]: 5129
إ تمنكر تون ف ناديكم ٱلتبيل وتأ رعون ٱلس جال وتقت تون ٱلر
تنكمت لأ ئ
أ
إن كنت من فما كن جواب قوت عذاب ٱلل نا ب ٱئتت ن قالوا أ إل مهۦ
قني د ٢٩ٱلص“Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki,
menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat
pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya
mengatakan: "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu
termasuk orang-orang yang benar". (QS. Al-ʻAnkabût [29]: 29).30
28 Wawancara dengan Ahmad Fahrurozi, pada 17 Januari 2019, di
Masjid Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan. 29 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 30 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
84
إن دعوتت قوتم لتا ونهارا للمت يزدتهمت دعءي إل لرارا ٥قال رب ٦
“Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah
menyeru kaumku malam dan siang”. (6). “Maka seruanku itu
hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).” (QS. Nûẖ [61]:
5-6).31
وسبتحن ومن ٱتبعن ناية أ بص لع عوا إل ٱلل دت
أ ۦ سبيل ه قلت هذ
و كني ٱلل تمشت نا من ٱل ١٠٨ما أ
Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah
yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik". (QS. Yûsuf [12]: 108).32
م لنت عذاب أ يكم م تجرة تنج دلكمت لع
ين ءامنوا هلت أ ها ٱل ي
أ يلكمت ١٠ و مت
أ ب ۦ وتجهدون ف سبيل ٱلل ورسول ٱلل منون ب تؤت
لمون لكمت إن كنتمت تعت لكمت خيت ذ كمت نفس ١١وأ
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari
azab yang pedih. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (QS. Ash-Ṣaff
[61]: 10-11).33
31 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 32 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 33 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
85
ة لو قام ٱلصر وأ وتم ٱألخ وٱلت ٱلل منت ءامن ب د ٱلل مر مسج إنما يعت
من ن يكونواولئك أ
إ فعس أ ة ولمت يتش إل ٱلل كو وءات ٱلز
ين تد تمهت ١٨ٱل“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta
tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. Al-Taubah [9]: 18).34
D. Landasan Jamaah Tablig mengenai Jaulah dalam
Berdakwah
Ketika khurûj dan menempati suatu masjid yang dijadikan
sebagai titik berdakwah, Jamaah Tablig mempunyai cara tersendiri
untuk menyampaikan dakwahnya, yaitu dengan cara yang dinamai
jaulah. Term jaulah yang dimaksud oleh gerakan ini ialah
berkeliling mengunjungi rumah-rumah di sekitar masjid tempat
khurûj dengan tujuan bersilaturahmi sekaligus mengajak penghuni
rumah mendengarkan ta’lim di masjid. Metode dakwah dengan
jaulah ini mengikuti cara Nabi Saw dan para sahabatnya ketika
menyebarkan agama dari rumah ke rumah di kota Makkah.35
Berdasarkan observasi penulis, ketika tiba saatnya jaulah,
jamaah membagi dua kelompok; satu kelompok di dalam masjid,
satu kelompok di luar masjid. Anggota Jamaah yang di dalam
34 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 35 Wawancara dengan Ust. Muhmmad Yunus, S.Ag, pada 15 Januari
2019, di Mushalla An-Nur, Cirendeu, Tangerang Selatan.
86
masjid masing-masing bertugas sebagai; (1), Mudzakkir, berdzikir
dan berdo’a hingga kelompok yang di luar kembali. (2), Muqarrâr,
mengulang-ulang pembicaraan iman dan amal shalih dalam kitab
fadhail amal. (3), Mustamî’, mendengarkan pembicaraan taqrîr
iman dengan seksama. (4), Istiqbâl, menyambut orang yang
mendatangi masjid.
Sedangkan untuk kelompok yang di luar masjid, mereka
diemban tugas sebagai; (1) Dalîl, penunjuk jalan, biasanya petugas
ini adalah seorang karkun (warga setempat yang sebelumnya
pernah/sering mengikuti khurûj). (2) Mutakallim, menyampaikan
materi dakwah ke tiap rumah yang dikunjungi. (3) Makmûr,
berdzikir dalam hati agar orang yang di rumah dilimpahkan
hidayah Allah, kemudian apabila memang orang tersebut bersedia
mengikuti ajakan, maka Makmûr mengantarkannya ke masjid. (4)
Amîr Jaulah, bertanggungjawab terhadap perjalanan jaulah
jamaah, dialah yang memutuskan rute dan durasi waktu jaulah.36
Kemudian mengenai alasan mengapa harus dengan cara
jaulah, penulis mewawancari Ustadz Yunus, selaku amir jamaah,
ia menjelaskan “… Kalau kita perhatikan dalam shirah dakwah
Rasulullah Saw. dapat diketahui satu maksud, bahwa Rasulullah
tidak pernah menunggu orang mendatangi beliau, melainkan
beliau sendiri dan para da’i yang beliau kirim yang mendatangi
mereka dan mendakwahkan ajaran agama kepada mereka. Selain
itu, dakwah dengan cara mendatangi rumah-rumah tentu akan
36 Hasil Observasi pada 14-18 Januari 2019, di Masjid Darussalamah,
Bintaro, Jakarta Selatan
87
banyak manfaat yang diraih. Tidak sedikit dengan melalui
kunjungan ke rumah-rumah telah menyadarkan umat dari
kelalaiannya selama ini, sehingga mereka mau bertaubat dan
berubah…”37
Selanjutnya penulis mewawancarai Slamet Riyadi untuk
mendapati informasi perihal ayat-ayat mana saja yang dijadikan
dalil berdakwah dengan jaulah. Beliau mengatakan “…ayat-ayat
yang bisa kita rujuk untuk jaulah ini antara lain QS. Al-Naẖl
[16]:90, dan QS. Al-Syura [42]: 214…” Beliau juga menambahkan
bahwa metode jaulah ini sudah jelas telah dicontohkan Nabi Saw
bersama para sahabat dulu. Mereka berjuang pantang menyerah
demi menegakkan ajaran yang benar. Bahkan perjuangannya, kita
tahu, Nabi dan sahabat sampai-sampai ketika hendak berdakwah
mereka dicemooh, diusir, dilempari kotoran, dan sebagainya.
Meskipun di zaman sekarang metode dan alat dakwah sudah serba
modern, bisa lewat media HP ataupun TV, tetapi apabila kita
berdakwah dengan cara yang pernah nabi praktekan, maka pastilah
lebih besar keberkahannya, selain itu, kita juga akan betul-betul
merasakan apa yang dulu nabi rasakan betapa tidak mudahnya
mengajak orang-orang untuk taat kepada perintah Allah Swt.38
Hal senada juga disampaikan Sadelih, terkait dalil ayat
untuk ber-jaulah beliau berpendapat bahwa “… Untuk hal ini (dalil
jaulah ini) tidak jauh berbeda dengan dalil-dalil yang digunakan
37 Wawancara dengan Ust. Muhmmad Yunus, S.Ag, pada 15 Januari
2019, di Mushalla An-Nur, Cirendeu, Tangerang Selatan. 38 Wawancara dengan pak Slamet Riyadi, pada 16 Januari 2019, di
Masjid Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan.
88
untuk khurûj. Ayat-ayat seperti dalam QS. Al-Ṣaf [61]: 10-11, QS.
Al-Naẖl [16]:90, dan QS. Al-Syuara [24]: 214, adalah seruan-
seruan Allah kepada nabi ketika itu dan termasuk kepada kita di
hari ini. Adapun soal metode dakwah yang dipakai kenapa dengan
cara berkeliling dari satu pintu ke pintu lain, adalah salahsatu
contoh kita berupaya mengamalkan sunnah nabi saw…”39
Begitu pun dengan pendapat Fahrurozi. Ia mengatakan
bahwa yang menjadi dalil perintah dakwah dengan cara berjaulah
yaitu dengan merujuk kepaa kisah Nabi Muhammad Saw. dalam
menyebarkan agama Islam. Alasan mengapa harus dilakukan
dengan berjaulah yaitu karena menurutnya hal tersebut sudah
dilakukan oleh para nabi terdahulu dalam mensyiarkan agama dan
menegakkan tauhid kepada Tuhan. Oleh karena itu, kita sebagai
umat yang mengimani para nabi wajiblah mengikuti jejak mereka
termasuk berdakwah serta mencontoh mereka dalam hal metode
berdakawah.40
Tidak jauh berbeda dengan pendapat yang dikemukakan
oeh Syamsul Bahri, bahwa yang menjadi dalil untuk berdakwah
dengan cara jaulah yaitu karena mengikuti jejak para nabi juga
para sahabat yang hidup pada zaman nabi. Alasan melakukan
dakwah dengan cara tersebut tidak lain adalah karena hal tersebut
merupakan salah satu wujud dalam berjihad, yang mana jihad yang
dimaksud pada zaman sekarang yaitu bagaimana kita
39 Wawancara dengan Sadelih, pada 16 Januari 2019, di Masjid
Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan. 40 Wawancara dengan Ahmad Fahrurozi, pada 16 Januari 2019, di
Masjid Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan.
89
memeperjungkan waktu untuk bisa digunakan berdakwah demi
meninggalkan pekerjaan maupun orang-orang yang kita cintai.41
Kemudian hal yang sama juga diungkapkan oleh Rudi
Asmi. Ia mengatakan bahwa dalil yang digunakan untu berdakwah
dengan cara jaulah yaitu semua ayat yang berkenaan dengan kisah
para nabi terdahulu termasuksalah satunya QS. Al-Ankabut ayat
29. Ungkapan rudi tidak jauh berbeda bahkan bisa dibilang sama
dengan para jamaah lainnya yaitu alasan mengapa berdakwah
harus dengan cara berjaulah karena metode tersebut telah
dilakukan oleh para nabi dan kita sebagai umatnya haruslah
mengikuti jejak para nabi terdahulu agar menandakan bahwa kita
merupakan umat terbaik.42
Berdasarkan penjelasan dan beberapa argumentasi para
narasumber di atas, dapat disimpulkan bahwa metode jaulah ini
merupakan sebuah metode yang mencontoh kepada metode
dakwah nabi dan para sahabat pada saat menyebarkan ajaran Islam.
Ada beberapa ayat yang berkaitan dan menurut Jamaah Tablig
ayat-ayat tersebut dapat dimaknai sebagai seruan berdakwah dan
jaulah. Ayat-ayat tersebut adalah;
QS. Al-Naẖl [16]: 90,
41 Wawancara dengan Syamsul Bahri, pada 16 Januari 2019, di
Masjid Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan. 42 Wawancara dengan Rudi Asmi, pada 16 Januari 2019, di Masjid
Darussalamah, Bintaro, Jakarta Selatan.
90
ب وينته عن سن إويتاي ذي ٱلتقرت حتل وٱلت ٱلتعدت مر ب
ت يأ إن ٱلل
رون يعظكمت لعلكمت تذك غت تمنكر وٱلت شاء وٱل ٩٠ٱلتفحت“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”43
QS. Al-Ṣaf [61]: 10-11
ين ها ٱل يأ م ي ل
نت عذاب أ يكم م تجرة تنج دلكمت لع
ءامنوا هلت أ
لكمت ١٠ و متأ ب ۦ وتجهدون ف سبيل ٱلل ورسول ٱلل منون ب تؤت
لمون لكمت إن كنتمت تعت لكمت خيت ذ كمت نفس ١١وأ
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari
azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”44
QS. Al-Syuara [24]: 214
ني ربقت يتك ٱلت رت عش نذ
٢١٤وأ
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat.’’45
43 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 44 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013. 45 Addins Quran in Ms Word, made by Mohamad Taufiq, version
2.2.0.0., 2013.
91
E. Refleksi Jamaah Tablig dalam Memahami dan
Mengamalkan Sebuah Ayat
Setelah menguraikan ayat-ayat yang dikutip dan dipahami
Jamaah Tablig dalam dakwah, hingga prinsip khurûj, dan jaulah.
Pada bagian akhir Bab ini, penulis mencoba menuangkan beberapa
hal yang berkaitan dengan bagaimana jalan pemahaman Jamaah
Tablig ketika menafsirkan sebuah ayat. Refleksi ini perlu
mengingat pandangan mereka yang kemudian menjadi sebuah
konsep dakwah lahir atas pembacaan mereka terhadap suatu ayat.
Penulis mengamati bahwa prinsip utama dakwah Jamaah
Tablig tak lain adalah membawa kesuksesan dan kejayaan umat
manusia baik di dunia maupun di akhirat. Adapun sumber ajaran
dari gerakan ini adalah Alquran dan al-Sunnah. Kemudian kitab-
kitab yang digunakan untuk melengkapi amalannya ialah kitab
karangan para ulama salaf, seperti: Riyad al-Salihin, Ihya ‘Ulum
al-Din, Fath al-Mu’in.46 Dengan demikian, tidak ada perbedaan
yang prinsip antara gerakan Jamaah Tablig dengan umat Islam
pada umumnya.
Sebagaimana disinggung di bagian awal yang kemudian
juga melatarbelakangi penulisan skripsi ini, ialah bahwa ketika
46 Kitab lain yang juga dijadikan pegangan standar bagi para pengikut
Jama’ah Tabligh ini adalah Hayat al-Sahabah, karya Mawlana Yusuf al-
Kandahlawi, putra Maulana Muhammad Ilyas, serta Muntakhab Ahadith, yang
juga merupakan karya Maulana Yusuf al-Kandahlawi yang disusun kembali
oleh Maulana Sa’ad al-Kandahlawi. Dalam kitab Muntakhab Ahadith inilah
dijelaskan secara detail enam prinsip (ajaran) gerakan Jama’ah Tabligh, yang
kemudian mereka sebut dengan “enam sifat sahabat” sebagaimana telah penulis
kemukakan pada uraian Bab ke-3.
92
Jamaah Tablig memberikan penjelasan perihal landasan mereka
untuk menggerakan konsep dakwah ala nabi seperti khurûj dan
jaulah, maka argumentasi yang disampaikan ialah merujuk kepada
ayat-ayat yang secara teks tidak berkaitan dengan yang mereka
maksud. Misalnya ketika memahami QS. Hûd ayat 51 yang secara
terjemahan adalah perintah Allah kepada umat nabi Hûd as. yaitu
kaum ‘Ad kemudian dipahami sebagai anjuran untuk khurûj. Atau
ketika menyebutkan bahwa metode jaulah berdasarkan QS. Nuh
[71]: 5-6 yang dalam redaksinya berisi tentang keluhan nabi Nuh
as. tentang umatnya yang enggan menyembah Allah.
Ini kemudian menjadi bahan kritikan baik dari kalangan
ulama maupun masyarakat yang menjadi mad’u (obyek dakwah)
setiap kali Jamaah ini berdakwah. Adalah kelompok salafi-wahabi,
salahsatu kelompok yang mengkritik keras terhadap praktek
dakwah Jamaah Tablig, seperti yang dilontarkan Syaikh ‘Ali bin
Hasan al-Halabi al-Atsari bahwa segala amalan yang dilakukan
Jamaah Tablig itu bersumber dari hadis-hadis yang dhaif,
begitupun dengan ayat-ayat yang dirujuknya. Ayat-ayat yang
dirujuk Jamaah Tablig dalam konsep khurûj dengan menetapkan
jumlah hari dalam berdakwah itu, misalnya, Hasan al-Halabi
menilai bahwa mereka keliru dalam memaknai dan memahami
ayat. Sehingga dengannya, Jamaah Tablig dianggap sebagai
sebuah gerakan yang menyimpang dan sesat karena pengikutnya
mengerjakan amalan-amalan yang bid’ah.47
47 Sebagaimana dalam almanhaj.or.id diakses pada Kamis, 18 April,
2019.
93
Pandangan mereka terhadap sebuah ayat lebih banyak
didasari dengan cara menelaah teks terjemahan ayat tersebut.
Seperti dalam memaknai QS. Asy-Syuara [26]:214, QS. Ȃli Imrân
[3]:110, QS. Yûsuf [12]:108, dan ayat-ayat lain yang dalam redaksi
ayatnya berisi seruan-seruan Allah untuk mengerjakan amar maruf
nahi munkar. model pemahaman yang diterapkan Jamaah Tablig
terhadap sejumlah ayat yang dijadikan basis argumennya, dapat
dikatakan bahwa mereka lebih melihat kepada aspek literal-
tekstual, daripada makna substanstif-kontekstual. Dengan kata
lain, subyektivitas penafsiran mereka lebih terlihat, daripada
obyektivitasnya. Jalan penafsiran Jamaah Tablig seperti itu dapat
terlihat dari bagaimana mereka menyampaikan sebuah materi
dakwah ketika bayan, jaulah, ataupun saat memberi jawaban atas
pertanyaan penulis saat mewawancarai mereka.
Betapapun Jamaah Tablig, sebagai gerakan dakwah Islam
yang lahir sebagai respon atas pemahaman terhadap realitas dipadu
dengan pemaknaan terhadap teks-teks keagamaan yaitu Alquran
dan al-Sunnah, kiranya patut diapresiasi. Gerakan dakwah yang
hingga kini bisa mempunyai pengikut hampir di setiap negara ini,
tidak terlepas dari pemikiran yang ditawarkannya kepada para
pengikutnya. Ada dua prinsip yang sangat fundamental bagi
Jamaah Tablig yaitu tidak melibatkan diri dalam politik praktis dan
tidak membahas masalah keagamaan yang bersifat khilafiyah.
Selain itu, penulis juga memerhatikan bahwasannya
pendekatan dakwah dan ibadah yang digunakan adalah dengan
cara tasawuf, tidak dengan politik, sosial, ataupun budaya. Sebab,
94
sebagaimana penulis sadur dari keterangan beberapa Jamaah,
mereka sangat meyakini bahwa tasawuf adalah cara untuk
mewujudkan hubungan dengan Allah Swt dan memeroleh
kelezatan iman. Berangkat dari sebuah gerakan yang
mengutamakan amalan ibadah mahḏah seperti memperbanyak
dzikir layaknya tasawuf kemudian menjadi alasan yang kiranya
dapat dimaklumi perihal jalan penafsiran mereka dengan cara
meninjau aspek literal-tekstual.
Pada akhirnya, dari catatan penulis tentang gerakan ini
perlu digarisbawahi bahwa, Jamaah Tablig pada dasarnya hanya
mengembangkan ajaran dakwah sebagaimana yang telah dibuat
Nabi Muhammad Saw. di awal-awal penyebaran agama Islam
dengan tujuan untuk mereformasi perilaku individu dan
mengembangkan masyarakat Muslim yang ideal sesuai dengan
ajaran Nabi Muhammad Saw. Dengan demikian, tidak ada
perbedaan yang prinsipal antara gerakan Jamaah Tablig dengan
dengan gerakan dakwah lainnya dalam hal beribadah, perbedaanya
hanya terletak pada bagaimana metode mereka dalam
merealisasikan ayat-ayat dakwah yang tertulis dalam Alquran.
Oleh karena itu, meskipun semua amalan Jamaah Tablig
sejatinya bukan atas dasar pemahaman mereka terhadap teks ayat
Alquran. Tetapi dalam rangkaian kegiatan mereka selama khuruj,
tidak terlepas dari Alquran, baik dengan mengamalkannya lewat
nilai-nilai ketika menjalankan khuruj, maupun mengamalkannya
dengan bentuk rutinitas membaca atau menghafalnya setiap
setelah kegiatan bayan.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ayat-ayat dakwah yang dirujuk dan dipahami Jamaah
Tablig pada dasarnya sama dengan kebanyakan gerakan dakwah
lainnya. Dalam memahami sejumlah ayat yang kemudian
dijadikan sebagai basis argumennya, dapat dikatakan bahwa
mereka lebih melihat kepada aspek literal-tekstual, daripada
makna substanstif-kontekstual. Hal ini terlihat dari 3 ayat yang
dijadikannya sebagai landasan utama untuk berdakwah dalam QS.
Ali Imran[3]: 104 dan 110, serta dalil untuk khuruj yang tertulis
dalam QS. Al-Taubah[9]: 24 .
Adapun lahirnya konsep dakwah dengan nama khurûj dan
jaulah ialah merupakan suatu bentuk representasi dari cara
meneledani kisah-kisah perjuangan dakwah para nabi terdahulu
termasuk rekam jejak Rasululllah Saw.. Karenanya, perihal ayat-
ayat khurûj dan jaulah, Jamaah Tablig mengutip beberapa ayat
yang secara teks berisi tentang kisah perjuangan dakwah para nabi.
Ayat-ayat tersebut antara lain QS. Nuh [71]:(5-6), QS. Hud [11]:
51, dan QS. Yusuf [12]: 108. Selebihnya Jamaah Tablig tetap
mengutip ayat-ayat yang dalam redaksinya berkaitan dengan
dakwah. Hasil temuan lain dalam skripsi ini menyimpulkan bahwa
ada faktor-faktor lain yang bisa jadi memengaruhi pengikutnya
untuk tetap melakukan khuruj, yaitu latar belakang pendidikan dan
atau profesi seseorang saat sebelum menjadi Jamaah Tablig.
96
B. Saran
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan beberapa
keterangan yang penulis sadur dari Jamaah Tablig Masjid Kebon
Jeruk yang melakukan khuruj di dua lokasi penelitian. Gerakan
yang didirikan Syaikh Muhammad Maulana Ilyas ini memiliki
model pendekatan dakwah dengan mengutamakan ibadah-ibadah
mahdhah bahkan cenderung tasawuf. Label tasawuf ini bisa jadi
didasari dari sang pendirinya sendiri yang semasa hidupnya
berafiliasi dengan sebuah tarekat sufi yang menganggap ketaatan
syariat sebagai bagian integral dari praktek sufi mereka.
Kemudian oleh karena penulisan dan penelitian skripsi
tentang Jamaah Tablig ini fokus menelaah dari aspek kajian ayat
tafsir Alquran, maka penulis sendiri menyarankan kepada para
mahasiswa yang hendak menulis skripsi dengan tema yang sama
agar mengkaji persoalan Jamaah Tablig dari perspektif kajian
keilmuan lain semisal ilmu tasawuf. Tinjauan sisi tasawuf ini
penting dibahas agar kemudian dapat diketahui apa alasan lain
hingga mereka rela meninggalkan keluarganya demi berdakwah
dengan cara khuruj fi sabilillah.
96
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Moh. (2005). Akhlak Tasawuf: Nilai-Nilai Akhlak/Budi
Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, Jakarta: CV. Karya
Mulia
al-Atsary, Abu Umamah Abdurrahim. (2015). Jamaah Tabligh;
kenyataan dan pengakuan, Yogyakarta: Hikmah
Ahlussunnah Aziz, Abdul. (2004). “The Jamaah Tabligh Movement in
Indonesia,” Studia Islamika, 11(3).
Esposito, John L. (ed.). (2001). Ensiklopedia Oxford Dunia Islam
Modern, Bandung: Mizan
Firman, Andi. (2016). Pemahaman Umat Islam Terhadap Surat
Yāsin Di Desa Nyiur Permai. Kab. Tembelihan Riau.
(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Ilmu Qur’an, Jakarta).
Gulen, Fethullah. (2011). Dakwah: Jalan Terbaik dalam Berpikir
dan Menyikapi Hidup, diterjemahkan oleh: Ibnu Ibrahim
Ba’adillah, Jakarta: Republika
Hasanah, Umdatul. (2014). “Keberadaan Kelompok Jamaah
Tbaligh dan Reaksi Masyarakat (Perspektiff Teori
Penyebaran Informasi dan Pengaruh)”, Jurnal Indo-
Islamika, 4.
https://almanhaj.or.id/1221-jamaah-tabligh-tidak-berdiri-
berdasarkan-kitabullah-dan-sunnah-rasulnya.html
http://mesjidjamikebonjeruk.blogspot.com/2009/09/artikel-
masjid-kebojeruk.html
97
https://openlibrary.org/publishers/Dinas_Museum_dan_Pemugara
n,_Propinsi_DKI_Jakarta
Husein bin Muslin bin Ali Jabir. (1992). Membentuk Jama’ah
Muslimin, Jakarta: Gema Insani Press
Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial
Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta: Erlangga
Ilyas, M. Azizzullah. (2017). “Kompetensi Juru Dakwah dalam
Pandangan Jama’ah Tabligh”, Jurnal Dakwah dan
Komunikasi, 2(1).
Ishaq Shahab, al-Nadhr M. (2007). Khuruj Fi Sabilillah, Bandung:
Pustaka Ramadhan
Junaedi, Didi. (2013). “Memahami Teks, Melahirkan Konteks:
Menelisik Interpretasi Ideologis Jamaah Tabligh”, Journal
of Qur’an and Hadith Studies, 2(1).
al-Kandahlawi, Maulana Muḥammad Yusuf. (2006). Mudzakaroh
Enam Sifat Para Sahabat dan Amalan Nurani, Bandung:
Pustaka Ramadhan
Katarina, Widya. (2012). “Studi Bentuk dan Elemen Arsiteksur
Masjid di Jakarta Abad 18-20. Binus University”, Jurnal
ComTech, 3(2).
khuruj.tripod.com/id2.html
98
Kurniawan, Angga. (2017). Teologi Jama’ah Tabligh (Studi Kasus
di Pesantren Sunanul Husna Manjangan), (Skripsi
Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta).
Latif, Nasaruddin. Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, Jakarta:
Firma Dara
Manzur, Ibnu. Lisan al-Arab, Beirut: Daar Shadar
Moleong, Lexi J. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif
Bandung: Remaja Rosda Karya
Muhiddin, Asep. (2002). Dakwah dalam Perspektif Ilmu Al-
Qur’an, Bandung: Pustaka Setia
Munawwir, Ahmad Warson. (1997). Kamus Al-Munawwir Arab-
Indonesia. Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif
Muriah, Siti. (2000). Metodologi Dakwah Kontemporer,
Yogyakarta; Mitra Pustaka
Mustafa, Ali. (2017). Model Dakwah Silaturahmi Jamaah Tabligh
dalam Jaulah Khususi. Jurnal As-Salam, 1(3).
al-Nadwi, Sayyid Abul Hasan. (1999). Riwayat Hidup dan Usaha
Dakwah Maulana Muhammad Ilyas, Yogyakarta: Ash-
Shaff
Nurdin. (2017). Reaksi Sosial terhadap Pelaksanaan Khuruj Fi
Sabilillah dalam Gerakan Dakwah Jamaah Tabligh di
Kabupaten Gowa. (Skripsi Fakultas Ushuluddin, Filsafat
dan Politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
99
al-Qurthubi, Syaikh Imam. (2008). Al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an,
penerjemah; Budi Rosyadi, Fathurrahman, Nashiulhaq,
Jakarta: Pustaka Azzam
Quthb, Sayyid. (2001). Fi Zhilalil Qur’an, Penerjemah. Ainur
Rafiq Shaleh Tamhid dan Syafril Halim, Jakarta: Rabbani
Press
Ridha, Rasyid. (1990). Tafsir Alquran al-Hakim al-Syahir bi al-
Tafisr al-Manar, Kairo: Hai’ah Misriyyah al-‘Ammah li al-
Kitab
Rofiah, Khusniati. Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di
Mata Masyarakat, STAIN Ponorogo Press
Sahil, Azharuddin. (1996). Indeks Al-Quran; Panduan Mencari
Ayat Al-Quran Berdasarkan Kata Dasarnya, Bandung:
Mizan
Saputra, Wahidin. (2012). Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta:
Rajawali Peress
Shaleh, A. Rosyad. (1997). Management Dakwah Islam, Jakarta:
Bulan Bintang
Shihab, M. Quraish. (2007). Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan
Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Jakarta:
Mizan
________________. (2000). Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan
Keserasian Alquran, Jakarta: Lentera Hati
al-Sirbuny, Abdurrahman Ahmad. (2014). Kupas Tuntas Jamaah
Tabligh, Cirebon: Nabawi Press
100
Soehada, Muhammad. (2004). Buku Daras; Pengantar Metode
Penelitian Sosial Kualitatif Yogyakarta: Program Studi
Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin UIN Suka
Soehada, Muhammad. (2004). Buku Daras; Pengantar Metode
Penelitian Sosial Kualitatif, Yogyakarta: Program Studi
Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan
Kalijaga
Soehadha, Moh. (2012). Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk
Studi Agama, Yogyakarta: SUKA Press
Sulthon, Muhammad. (2003). Desain Ilmu Dakwah, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Suyanti (ed.), Bagong. (2007). Metodologi Penelitian Sosial
Berbagai Alternatif Pendekatan Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
101
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I
LAMPIRAN WAWANCARA DENGAN JAMAAH
Wawancara 1
Nama : Ahmad Fahrurozi
Tempat&Tgl Lahir : Tangerang, 26 September 1986
Alamat Rumah : Jl. Manjangan IV, rt 01/04, Pd. Ranji,
Ciputat Timur
Profesi : Guru Ngaji
Aktif Khuruj sejak :
Wilayah Khuruj yang
Pernah disinggahi : India, Pakistan, Banyuwangi,
Probolinggo, Flores, NTT, dan JABODETABEK.
1. Sudah berapa lama Bapak mengikuti Khuruj?
Jawab: 10 tahun.
2. Apa alasan Bapak mengikuti Khuruj?
Jawab: Untuk melatih dan mencharge keimanan.
3. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan ketika Khuruj?
Jawab: Musyawarah, ta’lim, mudzakarah, jaulah.
4. Apa saja dalil Alquran yang berkenaan dengan dakwah
yang Bapak ketahui?
Jawab: QS. Ali Imran: 110.
5. Bagaimana pemahaman Bapak tentang ayat seruan
berdakwah dalam QS. Ali Imran[3]: 104 dan 110?
102
Jawab: Kita merupakan sebaik-baiknya umat dibandingkan
dengan umat terdahulu dengan menjalankan amar ma’ruf nahi
munkar.
6. Menurut Bapak, kata minkum pada Ali Imran ayat 104, itu
menunjuk kepada segolongan saja atau seluruh umat Islam?
Jawab: Minkum adalah ditujukan kepada semua umat Rasulullah.
7. Apa ayat Alquran yang menjadi dalil untuk berdakwah
dengan cara Jaulah?
Jawab: Kisah Nabi Muhammda dalam menyebarkan agama.
8. Mengapa harus dengan Jaulah?
Jawab: Mengikuti cara para Nabi berdakwah.
9. Menurut bapak, apa hikmah kita mengikuti metode nabi
dalam berdakwah?
Jawab: Jihad pada saat ini adalah dengan cara khuruj fi sabilillah
tetapi tidak meninggalkan keluarga atau pekerjaan selama-
lamanya.
Wawancara 2
Nama : H. Muhammad Yunus S.Ag
Tempat&Tgl Lahir : Tangerang, 12 September 1969
Alamat Rumah : Jl. Manjangan IV, rt 01/04, Pd. Ranji,
Ciputat Timur
Profesi : Guru Ngaji
Aktif Khuruj sejak : 1995
Wilayah Khuruj yang
103
Pernah disinggahi : India, Pakistan, Bangladesh, Afrika
Selatan, Somalia, Papua, Maluku, Sumatera Selatan, Lampung,
Jawa.
1. Sudah berapa lama Bapak mengikuti Khuruj?
Jawab: 22 tahun.
2. Apa alasan Bapak mengikuti Khuruj?
Jawab: Memperbaiki diri (iman), belajar menghidupkan amal
masjid seperti hidup pada zaman Nabi.
3. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan ketika Khuruj?
Jawab: Musyawarah, ta’lim, mudzakarah, jaulah, UMM,
khirasah, tausiyah/kultum.
4. Apa saja dalil Alquran yang berkenaan dengan dakwah
yang Bapak ketahui?
Jawab: QS. Yusuf: 108, Ali Imran: 104.
5. Bagaimana pemahaman Bapak tentang ayat seruan
berdakwah dalam QS. Ali Imran[3]: 104 dan 110?
Jawab: Dalam amar ma’ruf tersimpan nahi munkar, dalam
kebaikan tersimpan mencegah kemunkaran.
6. Menurut Bapak, kata minkum pada Ali Imran ayat 104, itu
menunjuk kepada segolongan saja atau seluruh umat Islam?
Jawab: Dakwah untuk memperbaiki diri sendiri hukumnya wajib
dilaksanakan bagi setiap orang, sedangkan dakwah untuk
memperbaiki orang banyak hukumnya fardhu kifayah.
7. Apa ayat Alquran yang menjadi dalil untuk berdakwah
dengan cara Jaulah?
104
Jawab: Dalil pentingnya dakwah, caranya mengikuti cara Nabi
berdakwah.
8. Mengapa harus dengan Jaulah?
Jawab: Mengikuti cara Nabi berdakwah.
9. Bagaimana Bapak memahami makna Jihad dalam QS. Al-
Taubah[9]: 24?
Jawab: Makna jihad pada ayat tersebut adalah berdakwah.
Wawancara 3
Nama : Sadelih
Tempat&Tgl Lahir : Tangerang, 06 Juli 1971
Alamat Rumah : Jl. Cempaka Raya Rt. 04/03, Rengas,
Ciputat Timur
Profesi : Supplyer tanaman rias
Aktif Khuruj sejak : 1992
Wilayah Khuruj yang
Pernah disinggahi : Thailand, Malaysia, Bangladesh, India,
Sumatera, Lampung, Ambon, Kalimantan Barat, Banten.
1. Sudah berapa lama Bapak mengikuti Khuruj?
Jawab: 26 tahun.
2. Apa alasan Bapak mengikuti Khuruj?
Jawab: Agar ibadahnya selalu terjaga dan dapat memperbaiki diri
dalam hal keimanan.
3. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan ketika Khuruj?
Jawab: Jaulah, membentuk rombongan dan menunjuk amir,
mudzakaroh, kultum.
105
4. Apa saja dalil Alquran yang berkenaan dengan dakwah
yang Bapak ketahui?
Jawab: QS. Ali Imran: 110, An-Naml, Al-Kahfi, kisah-kisah para
Nabi.
5. Bagaimana pemahaman Bapak tentang ayat seruan
berdakwah dalam QS. Ali Imran[3]: 104 dan 110?
Jawab: Amar ma’ruf nahi munkar menjadi bumerang juga untuk
diri sendiri ketika didakwahkan kepada orang lain.
6. Menurut Bapak, kata minkum pada Ali Imran ayat 104, itu
menunjuk kepada segolongan saja atau seluruh umat Islam?
Jawab: Semua golongan berkompeten dalam berdakwah.
7. Apa ayat Alquran yang menjadi dalil untuk berdakwah
dengan cara Jaulah?
Jawab: Mengikuti cara Nabi berdakwah.
8. Mengapa harus dengan Jaulah?
Jawab:
9. Bagaimana Bapak memahami makna Jihad dalam QS. Al-
Taubah[9]: 24?
Jawab: Semua pahala yang Allah berikan kepada kita memiliki
nilai jihad. Seperti pahala orang yang sedang menuntut ilmu
bahkan pahala orang yang shalat berjamaah.
Wawancara 4
Nama : Slamet Riyadi
Tempat&Tgl Lahir : Kendal, 22 Agustus 1968
Alamat Rumah : Jl. Manjangan, Pd. Ranji, Ciputat Timur.
Profesi : Wiraswasta (Sopir)
106
Aktif Khuruj sejak :
Wilayah Khuruj yang
Pernah disinggahi : India, Pakistan, Bangladesh, Palembang,
Lampung, Malaysia, Ambon, Jambi, Kalimantan Barat, Batam,
Pulau Jawa.
1. Sudah berapa lama Bapak mengikuti Khuruj?
Jawab: 23 tahun.
2. Apa alasan Bapak mengikuti Khuruj?
Jawab: Menjaga nisab tahunan.
3. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan ketika Khuruj?
Jawab: Berdakwah, jaulah, silaturahim.
4. Apa saja dalil Alquran yang berkenaan dengan dakwah
yang Bapak ketahui?
Jawab: QS. Yusuf: 108, Ali Imran: 104 & 110, Hadis-hadis
mengenai dakwah.
5. Bagaimana pemahaman Bapak tentang ayat seruan
berdakwah dalam QS. Ali Imran[3]: 104 dan 110?
Jawab: Jika dakwah tidak dilakukan, maka kualitas ibadah akan
menurun.
6. Menurut Bapak, kata minkum pada Ali Imran ayat 104, itu
menunjuk kepada segolongan saja atau seluruh umat Islam?
Jawab: Minkum= ana (Nabi) + wamanittaba’ani (Pengikut Nabi)
wajib melakukan dakwah.
7. Apa ayat Alquran yang menjadi dalil untuk berdakwah
dengan cara Jaulah?
Jawab: QS. Hud: 51, Nuh: 5-6.
107
8. Mengapa harus dengan Jaulah?
Jawab: Mengikuti cara Nabi berdakwah.
9. Bagaimana Bapak memahami makna Jihad dalam QS. Al-
Taubah[9]: 24?
Jawab: Jihad= qital. Di sisi lain ada jihad melawan hawa nafsu.
Jihad yang melawan hawa nafsu lebih besar pahalanya
dibandingkan dengan jihad qital.
Wawancara 5
Nama : Syamsul Bachri S.Psi
Tempat&Tgl Lahir : Jakarta, 01 November 1988
Alamat Rumah : Jl. Rawa Papan, Bintaro
Profesi : Guru SMA
Aktif Khuruj sejak : 2010
Wilayah Khuruj yang
Pernah disinggahi : Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta
1. Sudah berapa lama Bapak mengikuti Khuruj?
Jawab: 6 tahun.
2. Apa alasan Bapak mengikuti Khuruj?
Jawab: Untuk memperbaiki diri sendiri yang berkenaan dengan
akhlak, janji yang tertanam semenjak kuliah.
3. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan ketika Khuruj?
Jawab: Banyak beribadah dan berdakwah, silaturahim.
4. Apa saja dalil Alquran yang berkenaan dengan dakwah
yang Bapak ketahui?
Jawab: QS. Ali Imran: 104.
108
5. Bagaimana pemahaman Bapak tentang ayat seruan
berdakwah dalam QS. Ali Imran[3]: 104 dan 110?
Jawab: Kaum muslimin sudah ditetapkan oleh Allah Swt. sebagai
penyelamat bagi kaum muslimin lainnya.
6. Menurut Bapak, kata minkum pada Ali Imran ayat 104, itu
menunjuk kepada segolongan saja atau seluruh umat Islam?
Jawab: Minkum adalah termasuk semua lapisan masyarakat.
7. Apa ayat Alquran yang menjadi dalil untuk berdakwah
dengan cara Jaulah?
Jawab: Kisah para Nabi yang berjaulah juga kisah para sahabat.
8. Mengapa harus dengan Jaulah?
Jawab: Mengikuti cara Nabi dan sahabat berdakwah.
9. Bagaimana Bapak memahami makna Jihad dalam QS. Al-
Taubah[9]: 24?
Jawab: Jihad adalah bagaimana perjuangan kita meluangkan
waktu untuk berdakwah demi meninggalkan pekerjaan maupun
orang-orang yang dicintai.
Wawancara 6
Nama : Rudi Asmi
Tempat&Tgl Lahir : Palembang, 30 Juli 1971
Alamat Rumah : Jl. Manjangan, Pd. Ranji, Ciputat Timur
Profesi : Pedagang
Aktif Khuruj sejak : 1990
Wilayah Khuruj yang
Pernah disinggahi : India, Bangladesh, Malaysia, Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Maluku Tengah
109
1. Sudah berapa lama Bapak mengikuti Khuruj?
Jawab: 29 tahun.
2. Apa alasan Bapak mengikuti Khuruj?
Jawab: Karena melihat kurangnya kerisauan umat tentang akhir
zaman.
3. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan ketika Khuruj?
Jawab: Ta’lim, jaulah, silaturahim, dzikir, ibadah, dan khidmat.
4. Apa saja dalil Alquran yang berkenaan dengan dakwah
yang Bapak ketahui?
Jawab: QS. Ali Imran: 31, 104, 110; Ash-Shaf: 10-11; At-Taubah:
18.
5. Bagaimana pemahaman Bapak tentang ayat seruan
berdakwah dalam QS. Ali Imran[3]: 104 dan 110?
Jawab: Jika amar ma’ruf ditegakkan, maka munkarnya akan
hilang.
6. Menurut Bapak, kata minkum pada Ali Imran ayat 104, itu
menunjuk kepada segolongan saja atau seluruh umat Islam?
Jawab: Kata minkum berlaku untuk semua umat Islam yang wajib
melakukan dakwah.
7. Apa ayat Alquran yang menjadi dalil untuk berdakwah
dengan cara Jaulah?
Jawab: Semua ayat yang berkenaan dengan kisah-kisah para Nabi.
QS. Al-Ankabut: 29.
8. Mengapa harus dengan Jaulah?
Jawab: Mengikuti cara para Nabi berdakwah.
110
9. Bagaimana Bapak memahami makna Jihad dalam QS. Al-
Taubah[9]: 24?
Jawab: Ittiba’ (mengikuti) cara Nabi, tidak hanya jihad dalam
berperang.
111
Lampiran II
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN KHURUJ JAMAAH
Gambar I: Masjid Jami’ Kebon Jeruk, Jakarta. (Dok. Google.com)
Gambar II: Mushalla An-Nur, Rempoa. (Dok. Penulis)
Gambar III: Masjid Jami' Darussalamah, Bintaro. (Dok. Penulis)
112
Gambar IV: Suasana Musyawarah Mingguan di Masjid Kebon Jeruk. (Dok. Penulis)
Gambar V: Berangkat Khuruj. (Dok. Penulis)
Gambar VI: Jaulah. (Dok. Google.com)
Gambar VII: Suasana Ta'lim ba'da Maghrib. (Dok. Penulis)
113
Gambar VIII: Melanjutkan Khuruj ke Tempat Selanjutnya. (Dok. Penulis)
Gambar IX: Musyawarah Harian di Masjid Darussalamah. (Dok. Penulis)
Gambar IX: Seusai Wawancara dengan Ust. Sadelih. (Dok. Penulis)
Gambar X: Penulis bersama Rombongan Jamaah Khuruj. (Dok. Penulis)