peluang dan kendala perempuan di sektor publik

4
Nama : Irham Muntazhery Nim : 13370017 Makul : Gender dan Seksualitas Dosen : Siti Dzuhayatin Sifat : Tugas ( Resume ) Pembangunan dan Peningkatan Peran Perempuan dalam Sektor Publik/Politik Peluang Adanya gerakan sosial – politik – ekonomi korektif yang dimotori oleh LSM semakin meningkatkan pemberdayaan, penyadaran dan kemandirian wanita. Gerakan – gerakan ini secara akumulatif akan mampu meningkatkan bergaining position wanita, yang pada gilirannya dapat meredusir ketidakadilan sosial – politik – ekonomi yang dialami wanita selama ini. Peluang itu semakin terbuka dengan adanya berbagai konsep pembaharuan GBHN yang isinya menekankan kepada peningkatan kemandirian peran aktif wanita, kualitas, serta pemberdayaan wanita dalam membangun Negara. Tuntutan terhadap penegakan dan pelaksanaan Hak Asasi Manusia juga semakin gencar memicu perempuan semakin diperhitungkan di ranah politik. Hal ini semakin membantu memposisikan wanita sebagai manusia, bukan perempuan yang sering dimarginalisasikan menjadi subordinasi, terdiskriminasi dan sering mendapat pelecehan. Hasil Konferensi Dunia ke-4 mengenai wanita di Beijing pada September 1995 mengungkapkan bahwa perempuan dan laki – laki merupakan satu kesatuan hak asasi manusia. Dan kemitraan berdasarkan kesetaraan antara perempuan dan

Upload: irham

Post on 25-Sep-2015

40 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

apa saja

TRANSCRIPT

Nama : Irham Muntazhery Nim : 13370017 Makul : Gender dan Seksualitas Dosen : Siti Dzuhayatin Sifat : Tugas ( Resume )

Pembangunan dan Peningkatan Peran Perempuan dalam Sektor Publik/Politik

Peluang Adanya gerakan sosial politik ekonomi korektif yang dimotori oleh LSM semakin meningkatkan pemberdayaan, penyadaran dan kemandirian wanita. Gerakan gerakan ini secara akumulatif akan mampu meningkatkan bergaining position wanita, yang pada gilirannya dapat meredusir ketidakadilan sosial politik ekonomi yang dialami wanita selama ini. Peluang itu semakin terbuka dengan adanya berbagai konsep pembaharuan GBHN yang isinya menekankan kepada peningkatan kemandirian peran aktif wanita, kualitas, serta pemberdayaan wanita dalam membangun Negara.

Tuntutan terhadap penegakan dan pelaksanaan Hak Asasi Manusia juga semakin gencar memicu perempuan semakin diperhitungkan di ranah politik. Hal ini semakin membantu memposisikan wanita sebagai manusia, bukan perempuan yang sering dimarginalisasikan menjadi subordinasi, terdiskriminasi dan sering mendapat pelecehan.

Hasil Konferensi Dunia ke-4 mengenai wanita di Beijing pada September 1995 mengungkapkan bahwa perempuan dan laki laki merupakan satu kesatuan hak asasi manusia. Dan kemitraan berdasarkan kesetaraan antara perempuan dan laki laki adalah syarat bagi pembangunan berkelanjutan yang berorientasi kepada manusia. Dengan kata lain, kemitrasejajaran mengandung makna kerja sama yang setara antara kedua insan yang dapat terwujud dalam hubungan suami istri, teman, dan dalam hubungan kerja.

Semakin tingginya tuntutan masyarakat untuk mendesentralisasi dan mendistribusikan kekuasaan yang saat ini sangat sentralistik merupakan peluang. Hal itu dilakukan secara vertikal dari pemerintah pusat ke daerah, tetapi juga secara horizontal kepada kelompok kelompok lain di luar The Rulling Class.

Meningkatnya jumlah populasi wanita dibanding pria sesungguhnya memiliki potensi yang besar dalam memperoleh kekuasaan.

Hambatan Kuatnya kultur patriarkhi berakar pada perspektif tentang kodra, tugas dan peran wanita yang secara tradisional meniscayakan bahwa peran dan fungsi wanita diidentifikasi sebagai pelaku peran peran reproduksi dan peran peran domestik.

Keterbatasan kesempatan merupakan penghambat bagi keberlangsungan wanita dalam memperoleh kekuasaan publik/politik yang mana dalam arena ini banyak disubordinasi oleh kalangan patriarkhi.

Lemahnya daya saing wanita bisa dikarnakan keanekaragaman suku dan karakter bangsa. Sehingga menyebabkan minderisasi, yang kemudian didukung dengan tidak kondusif lingkungan. Guna menciptakan iklim pembangunan dan peningkatan wanita dalam status kekuasaan politik/publik.

Budaya diam ( culture of silance ) yang terlalu menjamur dalam sanubari rakyat Indonesia, juga ikut andil dalam menghambat kinerja pembangunan dan peningkatan wanita. Hal ini yang kemudian menimbulkan gerakan Revolusi Mental.

Upaya Pemberdayaan Politik Wanita dalam Memperoleh Kekuasaan Publik/Politik Perbaikan ranah politik dapat menjamin proses peningkatan peranan wanita yang menyangkut persamaan hak dengan pria sebagai bagian integral dari hak hak dasar Hak Asasi Manusia sekaligus sebagai suatu syarat terciptanya keadilan sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

Adanya perbedaan kendala dan karakter hidup berbagai daerah di Indonesia menjadikan perbedaan kualitas SDM. Sehingga diperlukan penciptaan lingkungan yang kondusif, guna pembangunan peningkatan peran wanita.

Diperlukan pendekatan pendekatan baru dalam mengatasi penyebab ketidakberdayaan wanita. Hal ini dianggap perlu, karena pemerintah masih terpaku pada pendekatan dan sistematika cara yang kusam. Sehingga kapasitas masyarakat yang kini mulai mencapai titik kecerdasan, gampang mencurigai sesuatu yang datang pada dirinya. Dengan pendekatan baru, maka persoalan tersebut sekiranya dapat dinetralisir dengan baik.

Memberlakukan kebijakan yang lebih peka gender merupakan problem solving yang dapat membangun dan meningkatkan peranan wanita dalam arena publik. Tentunya tidak bermaksud membuat pendiskriminasian terhadap kaum patriarkhi, hanya saja untuk memperoleh sesuatu dalam sebuah Negara yang dalam hal ini berbentuk kekuasaan, haruslah mengedepankan kebijakan sebagai payung hukum dalam suatu pemerintahan.