pelestarian tradisi grebeg besar di demak ( 1974- 2016 ):...

70
PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): Agensi Pemerintah Kabupaten Demak, Ahli Waris Kadilangu, Dan Masyarakat. SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk MemperolehGelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Disusun Oleh: Durrotul Muazah (1112022000066) JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 / 1440 H

Upload: others

Post on 10-Jul-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974-

2016 ): Agensi Pemerintah Kabupaten Demak, Ahli Waris

Kadilangu, Dan Masyarakat.

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk MemperolehGelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Disusun Oleh:

Durrotul Muazah (1112022000066)

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 / 1440 H

Page 2: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

0

Page 3: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di
Page 4: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di
Page 5: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

i

ABSTRAK

Tradisi Grebeg Besar merupakan tradisi yang dilaksanakan setiap setahun

sekali pada bulan Dzulhijjah di Kabupaten Demak. Tradisi Grebeg Besar diyakini

sudah ada sejak Kesultanan Islam pertama di Demak saat dipimpin oleh Sultan

Fattah. Tradisi ini awalnya bertujuan untuk menyiarkan agama Islam yang

dilakukan oleh Wali Songo. Tradisi ini terus berlangsung sampai sekarang dan

terus dilestarikan di Kabupaten Demak. Tradisi ini merupakan rangkaian acara

yang dimulai dengan pembukaan dan acara puncaknya adalah penjamasan pusaka

Sunan Kalijaga.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui menapa tradisi Grebeg

Besar di Demak dapat berlangsung hingga saat ini, dan untuk mengetahui

seberapa jauh peran pemerintah Kabupaten Demak, Ahli Waris Kadilangu, dan

Masyarakat dalam melestarikan tradisi Grebeg Besar di Demak. Dalam penelitian

ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sedangkan pengumpulan

datanya, dilakukan dengan cara wawancara, studi pustaka, studi dokumentasi, dan

observasi.

Dari penelitian ini, ditemukan bertahannya tradisi Grebeg Besar di Demak

sampai sekarang karena adanya peran aktif dari Pemerintah Kabupaten Demak

yang menjadikan Grebeg Besar sebagai agenda wisata budaya tahunan unggulan

Kabupaten Demak. Pendapatan daerah Kabupaten Demak meningkat selama

prosesi Grebeg Besar berlangsung. Peran serta Ahli Waris Kadilangu dalam

melestarikan tradisi Grebeg Besar sebagai wasiat leluhur yang terus dilaksanakan,

dan partisipasi masyarakat Demak membuat tradisi Grebeg Besar menjadi meriah

dan tetap lestari sampai saat ini.

Kata kunci: Tradisi Grebeg Besar, Peran Pemerintah, Ahli Waris Kadilangu, dan

Masyarakat Demak.

Page 6: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

ii

Kata Pengantar

Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji syukur penulis haturkan kepada

Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya.

Sholawat serta salam, senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta para keluarga, sahabat serta umatnya. Rasa Syukur dan haru luar biasa atas

Izin Allah SWT penulis akhirnya mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di Demak (1974 – 2016): Agensi Pemerintah

Kabupaten Demak, Ahli Waris Kadilangu, dan Masyarakat.’’ penulis

menyadari bahwa dengan selesainya skripsi in tidak berarti penulisan skripsi ini

telah sempurna melainkan masih memiliki banyak kekurangan. Namun penulis

berharap tulisan ini dapat memberikan sumbangsih bagi khazanah penelitian

khususnya yang membahas tradisi Islam di Demak Jawa Tengah.

Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak hanya berhasil

sendirian saja namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam selesainya

skripsi ini, baik bersifat moril ataupun materiil. Maka dengan ini penulis

mengucapkan terima kasih serta penghargaannya atas dorongan, do’a dan

kerjasamanya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Rasa terima kasih

dan penghargaan yang begitu besar penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. selaku

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Dr. Saiful Umam, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

3. H. Nurhasan, M.A. selaku Kepala Jurusan Sejarah dan Peradaban

Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang senantiasa

memotivasi penulis dan teman-teman angkatan 2012 untuk segera

menyelesaikan skripsi.

4. Solikhatus Sa’diyah, M.pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang

dengan sabar membantu penulis mengurusi segala proses administrasi

yang penulis butuhkan.

Page 7: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

iii

5. Dr. Awalia Rahma, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi yang begitu

sabar meluangkan waktunya, memotivasi penulis, memberikan nasehat

dan masukan yang luar biasa berharga untuk membantu menyelesaikan

skripsi. Penulis merasa sangat beruntung berada di bawah bimbingan

sosok yang senantiasa menginspirasi penulis. Kebaikan hati serta

kesabarannya selalu menjadi motivasi penulis untuk terus belajar lebih

baik lagi.

6. Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M.Hum dan Drs. H. M. Ma’ruf Misbah,

M.A selaku dosen penguji skripsi saya.

7. Terima kasih kepada seluruh Dosen Prodi Sejarah dan Peradaban

Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah yang

telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjadi mahasiswa

aktif di Fakultas Adab dan Humaniora.

8. Kedua orang tua yaitu bapak Amrin Salam dan Ibu Siti Roekhah

tercinta yang selalu memberikan dukungan, do’a dan perhatian serta

kasih sayang yang tiada henti kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dan lebih jauh membawa penulis menjadi

Sarjana.

9. Terima kasih kepada Suamiku tercinta Ahmad Islahul Abdi yang tanpa

lelah untuk terus memberikan motivasi, do’a, cinta dan kasih

sayangnya kepada penulis dan memberikan dukungan penuh secara

materiil maupun immaterial hingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

10. Terima kasih kepada Anakku tercinta Zahra Ayatul Husna yang selalu

mendampingi selama proses pembuatan skripsi. Terima kasih sayang

atas segala dukungannya yang membuat penulis termotivasi untuk

segera menyelesaikan skripsi.

11. Terima kasih kepada saudara-saudaraku, Umi Chabibah, Muhammad

Rizqi Mubarok, Ahmad Khoiruz Zidni, Shofwatul Bariyah, Ahmad

Niam, Laili Ismatun, lek Siti, tante Vivi, om Han, mami Puji, Cak

Page 8: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

iv

Man, tante Sri, mba Ati’, mas Fathan, mba Ima, lek Kumet, dan tante

Fitri.

12. Terima kasih kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Demak terutama bapak Ardhito Prabowo, Raden Widjayanto dan

Raden Hariadi Saptianto selaku Ahli Waris Kadilangu, KH.

Muhammad Asyiq ketua MUI Kabupaten Demak, dan Afif Luthfi.

13. Terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuangan; Martin Lusyana,

Nuzulul Inayah, Nur Afidah, Agidia Oktaviani, Fitriana, Rizki Nurdia

Astuti, Irma fauziah, Diah Nur Afifah, Dede Delfia, Andhini

Rahmalia, Mardiyah, Suci Kismayanti, Merindu Fitriani, Dliya

Mubarokah, Alifianti Uswatun Hasanah, dan Muspiroh.

14. Terima kasih kepada teman-teman sekosan: Ema Rosmayanti, Fina

Aghnia, Syifa Nur Hidayah, Mila, Nila, dan Malih Pratiwi.

15. Terima Kasih yang luar biasa untuk teman-teman Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam Angkatan 2012.

Jakarta, 29 April 2019

Durrotul Muazah

Page 9: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 7

C. Rumusan Masalah .......................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8

F. Kerangka Teori .............................................................................. 9

G. Metode Penelitian ........................................................................ 12

H. Sistematika Penulisan .................................................................. 14

BAB II TENTANG MASYARAKAT DEMAK .......................................... 15

A. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat Demak .......................... 16

B. Kondisi Keagamaan Masyarakat Demak ..................................... 20

C. Kondisi Ekonomi Masyarakat Demak ......................................... 21

BAB III TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ..................................... 22

A. Asal Usul Tradisi Grebeg Besar di Demak .................................. 22

B. Kronologi Pelaksanaan Tradisi Grebeg Besar di Demak ............ 27

B.1. Persiapan Tradisi Grebeg Besar ........................................... 27

B.2. Pelaksanaan Tradisi Grebeg Besar ....................................... 29

C. Nilai-Nilai dalam Perayaan Tradisi Grebeg Besar di Demak ...... 35

BAB IV PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR ............................. 38

A. Penjaga Tradisi Grebeg Besar di Demak ..................................... 38

A.I. Peran Pemerintah Kabupaten Demak ................................... 38

B. Peranan Ahli Waris Kadilangu dalam Mempertahankan

Tradisi Grebeg Besar di Demak ................................................... 41

C. Peranan Masyarakat Kabupaten Demak dalam Melestarikan

Tradisi Grebeg Besar di Demak. .................................................. 44

Page 10: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

vi

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 47

A. Kesimpulan .................................................................................. 47

B. Saran ............................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam di Jawa mempunyai karakter dan ekspresi keberagamaan

yang unik, hal ini dikarenakan adanya akulturasi budaya dalam penyebaran agama

Islam1 di tanah Jawa yang dilakukan oleh Wali Songo terutama Sunan Kalijaga.

Agama Islam masuk ke tanah Jawa saat budaya dan tradisi nenek moyang masih

mengakar kuat dalam masyarakat Jawa.2 Pola akulturasi Islam dengan budaya

Jawa dapat dilihat dari ekspresi tradisi yang dilaksanakan di daerah Jawa

termasuk salah satunya tradisi Grebeg Besar di Demak. Banyak literatur yang

sudah membahas tentang Islam Jawa, namun lebih banyak mengacu pada

Yogyakarta dan Solo, karena dua daerah tersebut dianggap sudah cukup mewakili

untuk menjadi model Islam di Jawa. Banyaknya sumber Islam di Jawa bagian

selatan karena adanya anggapan bahwa Islam di Jawa bagian selatan lebih unik

karena dinilai sinkretik. Padahal praktik keagamaan Islam di pesisir utara pun

tidak kalah menarik untuk diteliti lebih dalam. Salah satu praktik keagamaan yang

dimaksud adalah tradisi Grebeg Besar yang sampai saat ini tetap dilestarikan di

Kabupaten Demak.3

Demak merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa

Tengah bagian utara, berbatasan langsung dengan Kota Semarang sebagai pusat

pemerintahan di Jawa Tengah. Keberadaan Demak sebagai kerajaan Islam

pertama di pulau Jawa dengan tokoh utamanya Sunan kalijaga dan Raden Fattah4

yang diakui merupakan tokoh besar dan berpengaruh dalam lintas sejarah

1 Ummi Sumbulah, “Islam Jawa dan Akulturasi Budaya: Karakteristik, Variasi dan

Ketaatan Ekspresi”, El Harakah vol. 14 no. 1, (2012), h. 51 2Ibid., h.52

3 Siti Muawanah, “Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga”, Analisa volume XVII no. 1,

(Januari - Juni 2010) , h. 73 4 Raden Fattah adalah Putra Raja Majapahit, Brawijaya V dengan seorang selir dari

Cempa. Raden Fattah kemudian berguru kepada sunan Ampel dan menikah dengan anak sulung

dari Nyai Ageng Maloka, cucu sunan Ampel, Raden Fattah diangkat oleh Brawijaya V sebagai

Adipati di Glagahwangi (Demak) dengan sebutan Adipati Natapraja (lihat: Ahmad Khalil, Islam

Jawa Sufisme Dalam Etika dan Tradisi Jawa, Malang: UIN Malang Press, 2008, h. 61)

Page 12: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

2

Kabupaten Demak. Pada abad XV agama Islam mulai memasuki pulau Jawa,

penyebarannya dipelopori oleh Wali Sembilan atau lebih dikenal dengan sebutan

Wali Songo. Salah satu Wali yang terkenal adalah sunan Kalijaga. Cara Sunan

Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam sangat mudah diterima oleh semua

kalangan, karena Sunan Kalijaga tidak memperlakukan agama Islam sebagai

sebuah ancaman kebudayaan Jawa yang sudah mengakar.5 Dalam berdakwah,

Sunan Kalijaga sering mengenalkan Islam lewat pertunjukan wayang yang sangat

digemari oleh masyarakat saat itu.6 Kehidupan sosial dan budaya masyarakat

Demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya Islam, pada dasarnya Demak

menjadi pusat penyebaran agama Islam dan tempat berkumpulnya para wali.7

Sunan Kalijaga menggunakan berbagai cara yang disesuaikan dengan

kebudayaan asli masyarakat Jawa yang telah dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-

Budha. Sunan Kalijaga termasuk wali yang sangat produktif dalam menciptakan

tembang dan cerita wayang untuk dijadikan sarana dalam menyebarkan agama

Islam.8 Sunan Kalijaga melakukan akulturasi antara budaya lokal dengan Islam

sebagai media dakwahnya,9 akhirnya agama Islam dapat diterima oleh masyarakat

Jawa dengan memasukkan kebudayaan yang sudah ada sebelumnya. Perpaduan

antara ajaran agama Islam dengan kebudayaan asli masyarakat Jawa, antara lain

dapat dilihat dalam pelaksanaan upacara keagamaan pada bulan-bulan tertentu,

yang pelaksanaannya tidak bisa lepas dari adat istiadat yang telah ada

sebelumnya, seperti selametan.10

Masyarakat Demak sangat membanggakan dirinya sebagai warga kota

Wali. Tidaklah mengherankan jika kemudian beragam acara atau ritual yang

diperkenalkan oleh para wali masih berlangsung sampai saat ini dan menjadi

5 Siti Muawanah, “Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga”, Analisa Volume XVII No. 1,

(Januari – Juni 2010), h. 75 6 Agus Sunyoto, Atlas Wali Songo, (Depok: Pustaka IIMaN, 2016), h. 267

7 Soedjipto,Abimanyu, Babad Tanah Jawi, (Jogjakarta:Laksana, 2014), h.324

8 Moh. Anif Arifani, “Model Pengembangan Dakwah Berbasis Budaya Lokal (Analisis

Tentang Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Dakwah Sunan Kalijaga)”, Ilmu dakwah vol. 4 No.

(15 Januari-Juni 2010 ), h. 851 9 Ibid., h. 851

10 Dinas Pariwisata Kabupaten Daerah tingkat II Demak, Upacara Grebeg Besar di

Kabupaten Demak, ( Demak : 1995 ),h.1

Page 13: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

3

semacam acara ritual yang selalu dinantikan masyarakat Demak dan daerah

sekitarnya. Salah satu upacara ritual yang diselenggarakan masyarakat Demak

adalah Grebeg Besar.11

Tradisi Grebeg Besar merupakan perwujudan rasa syukur terhadap

perjuangan para Wali yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di Demak

terutama Sunan Kalijaga. Tradisi Grebeg Besar juga dijadikan sarana dakwah

Islamiah. Tradisi Grebeg Besar di Demak yang jatuh pada bulan Dzulhijjah

diyakini pertama kali diadakan pada tanggal 10 Dzulhijjah tahun 1428 (tahun

1506 Masehi) bersamaan dengan datangnya peringatan Hari Raya Idul Adha

(Qurban) atau hari Raya Haji.12

Tradisi Grebeg merupakan tradisi yang biasa

dilakukan oleh raja-raja Islam di tanah Jawa seperti Kesultanan Yogyakarta,

Kesultanan Surakarta, maupun Kesultanan Demak. Tradisi Grebeg banyak

macamnya seperti tradisi Grebeg Syawal, tradisi Grebeg Maulud, dan tradisi

Grebeg Besar.13

Ada yang menarik dalam pelaksanaan tradisi Grebeg Besar yaitu pada

malam 9 Dzulhijjah di serambi Masjid Agung Demak diadakan Tumpeng

Sembilan atau Tumpeng Songo yang berbentuk gunungan atau kerucut yang

mencerminkan jumlah Wali Songo.14

Dalam acara tumpeng sembilan yang

dijadikan sebagai bentuk rasa syukur kepada ALLAH SWT atas segala

kenikmatan, namun juga digunakan sebagai dakwah Islamiah yang dihadiri

masyarakat Demak dan kota sekitarnya. Acara puncak dari Grebeg Besar adalah

penjamasan pusaka kutang ontokusumo15

dan keris Kyai Carubuk. Pensucian

11

Hamid, A.Kasah, Grebeg Besar Kota Wali Demak, (Demak : CV. Cipta Adi Grafika,

2006), h.9 12

Hartati, dkk, Upacara Tradisional Jawa Tengah, (Semarang: Proyek Inventaris dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah, 1989), h.127 13 Nur Achmad, “Perayaan Grebeg Besar Sebagai Sarana Komunikasi Dakwah, “ At-

Tabsyir Vol.1 dan 2, (Juli-Desember 2013), h. 12 14

Ibid., h. 3 15

Kutang Ontokusuma adalah sejenis baju tanpa lengan, yang dalam bahasa Jawa disebut

kutang. Menurut Babad tanah Jawa, begitu pembangunan masjid Agung Demak selesai dan orang-

orang selesai melaksanakan sholat subuh, Sunan Bonang melihat sebuah bungkusan aneh

tergantung di atas mihrab. Sunan Bonang kemudian memerintahkan Sunan Kalijaga untuk

mengambilnya. Menurut kepercayaan setempat, begitu membuka bungkusan tersebut, Sunan

Bonang menemukan surat yang mengatakan bahwa baju tersebut berasal dari Nabi Muhammad

Page 14: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

4

pusaka Sunan Kalijaga merupakan lambang bahwa ajaran yang telah diberikan

kepada murid-muridnya maupun anak cucunya, jangan sampai dilupakan, harus

tetap dilestarikan, ditaati serta diamalkan dalam kehidupan.16

Tradisi Grebeg Besar yang diadakan setahun sekali di Kabupaten Demak

ini mendatangkan banyak pengunjung, yang datang dari Demak sendiri maupun

yang datang dari kota-kota lain. Pengunjung biasanya datang untuk menyaksikan

tradisi Grebeg Besar sekaligus ziarah ke makam Raden Fatah yang terletak di

komplek makam Masjid Agung Demak dan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di

Kadilangu. Pelestarian budaya merupakan upaya untuk mempertahankan budaya

tersebut agar tetap terjaga. Pelestarian mencakup upaya-upaya pemeliharaan,

perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya. Pengembangan

dan pemanfaatan warisan budaya merupakan alat dan strategi pelestarian, dalam

upaya memberdayakan dan mengangkat nilai-nilai penting warisan budaya. Nilai-

nilai penting warisan budaya meliputi nilai penting bagi ilmu pengetahuan,

kebudayaan, sejarah, dan nilai ekonomis yang terkandung dalam warisan

budaya.17

Bagi masyarakat Demak, adanya Grebeg Besar merupakan bentuk

pelestarian budaya dengan ikut serta meramaikan dan mengikuti rangkaian acara

dalam tradisi Grebeg Besar. Masyarakat selain mendapatkan hiburan dengan

adanya keramaian yang ada di Tembiring Jogo Indah. Masyarakat juga yakin akan

merasakan ketentraman dengan mengikuti serangkaian prosesi Grebek Besar di

Demak .18

Tradisi Grebeg Besar ini merupakan tradisi religius yang diwariskan

secara turun temurun. Tradisi ini dipercaya merupakan perwujudan yang kuat

terhadap adat istiadat yang diwariskan leluhur dan diyakini dapat memberikan

SAW. Para wali mencobanya tapi tak seorangpun yang pas memakainya kecuali Sunan Kalijaga. (

Lihat dalam Artikel yang ditulis oleh Siti Muawanah , Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga,

Analisa Volume XVII No. 1, Januari - Juni, 2010, h. 78-79 16

Hartati, dkk, Upacara Tradisional Jawa Tengah, (Semarang: Proyek Inventaris dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah, 1989), .h.133 17

Roby Ardiwidjaja, Arkeowisata: Mengembankan Daya Tarik Pelestarian Warisan

Budaya, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2018), h. 24 18

Nur Achmad, “Perayaan Grebeg Besar Sebagai Sarana Komunikasi Dakwah”, At-

Tabsyir Vol.1 dan 2, (Juli-Desember 2013), h. 5

Page 15: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

5

keseimbangan dalam kehidupan. Besaran nama lain dari Grebeg Besar ini

diambil dari nama Besar yang merupakan nama dari bulan jawa yaitu bulan

Dzulhijjah, dimana perayaan grebeg besar berlangsung pada bulan besar

(Dzulhijjah) ini mampu membangkitkan semangat dan kebanggaan tersendiri bagi

masyarakat Kabupaten Demak. Tradisi Grebeg Besar dilaksanakan setiap setahun

sekali di bulan Dzulhijjah, biasanya berlangsung selama satu minggu. Tradisi ini

terus dilestarikan dan dikembangkan dengan menambahkan beberapa rangkaian

acara seperti ziarah ke makam Raden Fattah di komplek Masjid Agung Demak

dan makam sunan Kalijaga di Kadilangu, serta penjamasan pusaka Sunan

Kalijaga di Kadilangu.

Perayaan Grebeg Besar telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun

1806 Bupati Demak Condronegoro VI mempunyai ide untuk menggabungkan

tradisi Grebeg Besar dengan beberapa kegiatan budaya seperti tarian barong

hakikat, topeng syari’at dan ronggeng ma’rifat, hal ini dimaksudkan untuk

menjadi sarana pemberitaan Islam di pendapa Kabupaten Demak. Pada tahun

yang sama, ada juga penjamasan pusaka (pencucian pusaka) Sunan Kalijaga yaitu

Kotang Ontokusumo dan Keris kyai Carubuk yang dipegang oleh pihak

kasepuhan Kadilangu.19

Tradisi Grebeg Besar pernah berhenti diadakan pada masa pendudukan

Jepang sampai tahun 1950, kemudian dari tahun 1950 sampai sekarang tradisi

Grebeg Besar dilestarikan kembali.20

Pada tahun 1972 Pemerintah kabupaten

Demak turut langsung menangani jalannya tradisi grebeg besar.21

Pada tahun

1974 atas saran Ki Nartosabdo ada pembaharuan dalam perayaan tradisi Grebeg

Besar yaitu adanya prajurit patang puluhan yang dimaksudkan untuk lebih

mensakralkan ritual tradisi Grebeg Besar. Pada tahun 1976 Drs. Winarna Surya

19

Siti Muawanah, “The Meaning of An Islamic Holiday Festival :A Study on the Grebeg

Besar in Demak” Studika Islamika Volume 13, (3 November 2006) , h. 443 20

Nur Achmad, “Perayaan Grebeg Besar Sebagai Sarana Komunikasi Dakwah,” At-

Tabsyir Vol.1 dan 2,( Juli-Desember 2013), h. 13 21

Muhammad Adhim, Tradisi Grebeg Besar: Sejarah dan Perannya dalam penyebaran

Islam di Demak , Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora ,Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005, h. 35

Page 16: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

6

Adisubrata selaku bupati Demak memodifikasikan ritual tradisi Grebeg Besar

dengan menambahkan prosesi selametan tumpeng sembilan, yang melambangkan

jumlah wali sembilan yang telah sangat berjasa dalam mensyiarkan agama Islam

di tanah Jawa.22

Pada tahun 1989 atas saran dari bapak Soekamto selaku Kabag Humas

Demak mengusulkan agar perayaan Grebeg Besar lebih menarik perlu

ditambahkan suatu sajian tarian Bedhayan. Hal ini disambut baik oleh H.

Soekarlan selaku bupati Demak. Akhirnya perayaan Grebeg Besar tahun 1989

ditambahkan penampilan Tari Bedhaya Tunggal Jiwa yang disajikan dengan

sembilan penari untuk mengiringi keluarnya Bupati beserta stafnya dalam proses

penyerahan minyak jamas.23

Peran masyarakat Demak dalam pelestarian Grebeg Besar yaitu dengan

cara ikut berpartisipasi dalam prosesi Grebeg Besar Demak. Dalam arti sebagian

masyarakat demak menjadi pedagang saat perayaan Grebeg Besar Demak. Untuk

yang tidak menjadi pedagangpun mereka ikut mengunjungi perayaan Grebeg

Besar. Dampak positif masyarakat yang berjualan saat perayaan Grebeg Besar

yaitu membuat suasana menjadi ramai. Pengunjung yang datang dari masyarakat

Demak sendiri maupun luar juga banyak. Keramaian ini yang menjadi ciri khas

grebeg besar Demak.

Peran pemerintah dalam pelestarian Grebeg Besar yaitu dengan terus

menerus berinovasi untuk perayaan Grebeg Besar Demak. Pada tahun 1998

perayaan Grebeg Besar diadakan di alun-alun Masjid Agung Demak, perayaan

grebeg masih tradisional, semua pedagang yang berjualan pada masa itu

mayoritas menjual barang-barang yang berkaitan dengan agama Islam dan barang

khas kota Demak, seperti tasbih, meja Al-Qur’an, lukisan Walisongo, busana

22

Siti Muawanah, “The Meaning of An Islamic Holiday Festival :A Study on the Grebeg

Besar in Demak”, Studika Islamika Volume 13,( 3 November 2006) , h. 443 23

Dyah Purwani Setianingsih, Deskripsi Tari Bedhaya Tunggal Jiwa Dalam Rangkaian

Tradisi Grebeg Besar, (Demak : Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Demak, 1 998), h. 6

Page 17: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

7

muslim, dsb.24

Pemerintah juga mengupayakan ketertiban dan keamanan saat

prosesi Grebeg Besar berlangsung.

Berangkat dari hal tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji

dan membahas pembahasan tersebut dengan judul “Pelestarian Tradisi Grebeg

Besar di Demak (1974-2016) : Agensi Pemerintah Kabupaten Demak, Ahli Waris

Kadilangu, dan Masyarakat ”.

B. Identifikasi Masalah

Grebeg Besar adalah suatu ritual keagamaan yang berfungsi untuk

menyebarkan Agama Islam yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan cara

berkumpul di Alun-alun Masjid Agung Demak dan memberi suatu hiburan seperti

wayang, musik gamelan, dan lain sebagainya. Sehingga Grebeg Besar pada jaman

sekarang adalah sebagai penghormatan dan rasa syukur atas perjuangan para

leluhur sehubungan dengan kegiatan Syiar Islam yang dilaksanakan oleh

Walisongo terutama Kanjeng Sunan Kalijaga. Terdapat beberapa permasalahan

yang penulis identifikasi dan berpotensi untuk dijadikan kajian terkait

pelaksanaan Grebeg Besar di Demak, diantaranya :

1. Grebeg Besar di Demak sebagai bukti kearifan lokal masyarakat yang

harus difahami sebagai salah satu tradisi budaya yang menyimpan nilai-

nilai historis masyarakat sehingga dapat berlangsung sampai sekarang.

2. Grebeg Besar merupakan akulturasi budaya, di mana para Wali Songo

mengadakan peringatan ini untuk mengislamkan masyarakat Demak

khususnya melalui perayaan seni. Ada pemaknaan tersendiri dalam setiap

prosesi grebeg Besar di Demak.

3. Grebeg Besar di Demak itu unik.

4. Ada perubahan fungsi sosial Grebeg Besar

5. Grebeg besar merupakan objek wisata religius yang penting.

6. Grebeg besar merupakan sumber Devisa di Demak.

24

Iwan, Effendy, “Dinamika grebeg Besar Demak pada Tahun 1999-2003 (Tinjauan

Sejarah dan Tradisi)”, JIH (Journal of Indonesian History), volume 3 No. 1 tahun 2014, h. 25

Page 18: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

8

C. Rumusan Masalah

Dari beberapa Permasalahan yang berhasil teridentifikasi, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini diantaranya :

1. Bagaimana peran Pemerintah Kabupaten Demak, Ahli Waris

Kadilangu, dan masyarakat dalam melestarikan tradisi Grebeg Besar di

Demak?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi ini yaitu :

1. Untuk menjelaskan upaya Pemerintah Kabupaten, Kasepuhan

Kadilangu, dan masyarakat dalam pelestarian tradisi Grebeg Besar.

2. Untuk mengetahui cara melestarikan budaya Islam agar tetap terjaga

sampai sekarang.

3. Untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah Kabupaten

Demak.

E. Tinjauan Pustaka

Grebeg Besar merupakan tradisi yang rutin dilaksanakan setahun sekali di

Kabupaten Demak, tradisi ini mampu bertahan ditengah-tengah masyarakat

modern sehingga tradisi ini tetap terjaga dan terus dilestarikan sampai sekarang.

Grebeg Besar juga mampu mendatangkan banyak pengunjung sehingga sangat

menarik untuk diteliti. Beberapa karya yang berkaitan dengan Grebeg besar

banyak ditemukan seperti buku, artikel, jurnal, dan majalah, skripsi dan tesis. Di

bawah ini beberapa sumber yang dijadikan rujukan dalam skripsi ini, diantaranya :

Dalam artikel yang ditulis oleh Siti Muawanah seorang Peneliti dari Balai

Litbang Semarang pada Jurnal Analisa Volume XVII, No. 01 pada Januari – Juni

2010 dengan judul Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga menjelaskan tentang

nilai-nilai dan makna yang terkandung dalam ritual penjamasan Pusaka Sunan

Kalijaga. Penulis menjadikan artikel ini rujukan karena banyak sekali informasi

yang dapat diambil berkaitan dengan Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga. Seperti

Page 19: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

9

yang diketahui bahwa penjamasan pusaka Sunan Kalijaga merupakan bagian dari

rangkaian acara Grebeg Besar.

Artikel yang di tulis oleh Siti Muawanah pada jurnal Studia Islamika vol.

13 no. 3 pada tahun 2006 yang berjudul : The Meaning of An Islamic Festival: A

Study on the Grebeg Besar in Demak. Dari artikel ini penulis mendapatkan

banyak informasi tentang sejarah Grebeg Besar dan penjelasan tentang beberapa

prosesi dalam acara Grebeg Besar. Namun dalam Artikrl ini tidak dijelaskan

bagaimana peran pemerintah dalam melestarikan Tradisi Grebeg Besar.

Artikel yang ditulis oleh Setiyarini dalam Jurnal PP Volume 1, No. 2,

Desember 2011 yang berjudul “Ritual Grebeg Besar Di Demak Kajian Makna,

Fungsi dan Nilai “ menjelaskan bahwa Grebeg besar merupakan sebuah ritual

yang dilaksanakan setahun sekali pada bulan besar (Dzulhijjah ) sebagai wujud

penghormatan dan rasa syukur atas semua jasa para leluhur dalam mensyiarkan

agama Islam yang dilakukan oleh Walisongo khusunya sunan Kalijaga . Dalam

tulisannya dijelaskan makna dari setiap proses ritual Grebeg Besar, fungsi, dan

nilai nilai yang terkandung dalam tradisi Grebeg Besar. Temuan dari tulisan ini

adalah Grebeg Besar mempunyai fungsi sebagai upacara adat, media komunikasi,

hiburan, Integrasi masyarakat, dan objek wisata. Kemudian Nilai nilai yang

terkandung dalam Grebeg Besar antara lain religi/ Ibadah, Kerukunan, Solidaritas,

Kepemimpinan, Tanggung Jawab, Gotong royong, etika, estetika, dan ekonomi.

Tulisan ini sangat bermaanfaat bagi penulis untuk memperoleh gambaran dari

makna setiap proses ritual tradisi Grebeg Besar, Fungsi, dan nilainya.

F. Kerangka Teori

Indonesia adalah salah negara yang kaya akan beragam kultur dan

bahasanya. Dalam buku J. Van Baal dijelaskan kultur seperti yang dijelaskan oleh

Taylor25

adalah suatu pengertian yang menentukan norma, dan suatu yang hanya

25

Tylor adalah seorang yang pertama-tama menggunakan kata kultur untuk menunjukkan

keseluruhan keterampilan, kebiasaan, dan pengertian yang didapatkan dari belajar, yang berlaku

untuk kelompok tertentu di daerah tertentu. (Lihat: J. van Baal, Sejarah dan Pertumbuhan Teori

Antropologi Budaya Hingga Dekade 1970, Jakarta: Gramedia, 1970, h. 16)

Page 20: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

10

bisa dicapai oleh mereka yang unggul.26

Jawa sebagai suku yang memiliki kultur

dan budaya dalam pembahasan ini penulis ingin menunjukkan salah satu kultur

dan budaya yang terdapat dalam tradisi Grebeg Besar.

Teori William H. Sewell tentang agensi menyatakan bahwa, adanya

beragam struktur dan sumber daya dalam setiap budaya tertentu memungkinkan

dan membatasi perilaku sosial, dengan menekankan diberlakukannya praktik

skema budaya semacam itu oleh agen manusia, yang kegiatannya tidak pernah

dengan sempurna meniru struktur yang mendasarinya, Sewell mengembalikan

dinamika internal ke konsep struktur yang menjelaskan bagaimana hal itu

dipertahankan melalui reproduksi manusia dan pada saat yang sama

memungkinkan untuk transformasi yang berkelanjutan. Sewell menjelaskan

bahwa istilah “agen” menunjukkan adanya kemampuan untuk melakukan kontrol

atas relasi sosial di mana si agen tersebut berada. Agensi ini menyangkut

kehendak, tindakan secara kreatif, dan juga tindakan untuk mengkoordinasi

tindakan seseorang dengan orang lain maupun berhadapan dengan orang lain.27

Agen diberdayakan oleh struktur, baik oleh pengetahuan tentang skema

budaya yang memungkinkan mereka untuk memobilisasi sumber daya dan dengan

akses ke sumber daya yang memungkinkan mereka untuk membuat skema.

Struktur itu dinamis, bukan statis; ini adalah hasil yang terus berkembang dari

proses interaksi sosial. Bahkan reproduksi struktur yang kurang lebih sempurna

adalah proses temporal yang mendalam yang membutuhkan perilaku manusia

yang banyak akal dan inovatif. Tetapi agensi yang sama akal yang menopang

reproduksi struktur juga memungkinkan transformasi dengan cara transposisi

skema dan remobilisasi sumber daya yang membuat struktur baru dikenali sebagai

transformasi dari yang lama.28

Teori ini digunakan karena adanya agensi, dari Ahli Waris Kadilangu, dam

Masyarakat Demak yang berperan dalam pelestarian Grebeg Besar. Ahli Waris

26

J. van Baal, Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya Hingga Dekade

1970, (Jakarta: Gramedia, 1970), h. 16 27

Rilus A. Kinseng, “Struktugensi:Sebuah Teori Tindakan”, Sodality: Jurnal Sosiologi

Pedesaan, (Agustus, 2017), h. 131 28

Gabrielle M. Spiegel, Practicing History New Directions in Historical Writing After

The Lingistic Turn, ( New York And London: Routledge Taylor & Francis Group, 2005), h. 141

Page 21: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

11

Kadilangu mempunyai kemampuan dalam derajat tertentu untuk

mengkoordinasikan acara penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga, yang pada akhirnya

bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Demak untuk menyatukan acara

penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga dengan rangkaian acara tradisi Grebeg Besar,

sehingga tradisi Grebeg Besar menjadi lebih menarik karena adanya kegiatan

sakral penjamasan pusaka Sunan Kalijaga.

Masyarakat juga berperan penting dalam tradisi ini. Masyarakat terbagi

menjadi dua, yaitu masyakat setempat dan masyarakat pendatang. Masyarakat

setempat melestarikan tradisi Grebeg Besar di Demak karena masyarakat

mendapat keuntungan baik secara materiil maupun imateriil. Masyarakat

pendatang yang mengikuti tradisi Grebeg Besar pun mendapat kepuasan

tersendiri, selain bisa berziarah, masyarakat pendatang juga bisa menikmati

keramaian yang ada di Tembiring Jogo Indah. Masyarakat pendatang juga ada

yang individu dan kelompok. Masyarakat pendatang individu biasanya hanya

datang sendirian untuk mengikuti acara tradisi Grebeg Besar. Masyarakat

pendatang kelompok merupakan sekelompok rombongan baik dari kelompok

majlis ta’lim, sekolahan dan pesantren yang datang dari berbagai daerah untuk

berziarah ke makam Raden Fattah dan Sunan Kalijaga. Di balik rombongan yang

datang berziarah ada sosok kyai yang menjadi panutan. Dalam hal ini jika

dikaitkan dengan tradisi Grbeg Besar, adanya sosok kyai yang ikut serta berperan

dalam melestarikan Grebeg Besar. Kyai yang memimpin rombongan ziarah

menjadi agen pelestarian tradisi Grebeg Besar karena kyai merupakan figur

panutan yang dihormati, diikuti petuah dan perilakunya.29

Struktur sendiri maksudnya adalah pemerintah kabupaten kota yang

memberdayakan agen (Masyarakat dan ahli waris Kadilangu) untuk menjaga dan

melestarikan tradisi Grebeg Besar. Pemerintah terus berupaya melalui agensi

untuk menjadikan tradisi Grebeg Besar lebih menarik lagi sehingga peran agensi

sangatlah dibutuhkan dengan menyumbangkan gagasan atau inovasi baru.

29

Mahmud MM, Model-model Pembelajaran di Pesantren , (Ciputat: Media Nusantara,

2006), h. 6

Page 22: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

12

Selain itu, teori Bourdieu tentang modal Sosial dan Budaya. Bourdieu

menjelaskan bahwa dengan mengonversi modal ekonomi ke modal politik, sosial,

dan budaya atau modal simbolik. Upaya ini bisa dianggap sebagai upaya yang

kurang nyata benefitnya saat ini, namun bisa menjadi investasi pada masa yang

akan datang. Reproduksi budaya yang mengacu pada kecenderungan suatu

masyarakat secara umum, dan sistem pendidikan secara khusus, untuk

memproduksi sendiri dengan cara menanamkan pada generasi muda nilai-nilai

masa lalu.30

Tradisi Grebeg Besar merupakan modal budaya yang dimiliki

Kabupaten Demak yang dapat dijadikan modal untuk generasi selanjutnya tentang

pentingnya menjaga warisan leluhur. Dari pelestarian tradisi ini baik pemerintah

maupun masyarakat dapat menikmati hasilnya dengan memperoleh keuntungan

dari pelestarian tradisi Grebeg Besar.

G. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

sejarah. Setelah penulis menetapkan dan menemukan obyek dalam pembahasan

tentang Pelestarian Tradisi Grebeg Besar Tahun 1974-2016: Agensi Pemerintah

Kabupaten Demak, Ahli Waris Kadilangu, dan Masyarakat. Penelitian ini

dilakukan di Demak Jawa Tengah, sesuai dengan judul yang diangkat penulis.

Adapun Metode Penelitian yang akan penulis pakai dalam skripsi ini

adalah sebagai berikut :

1. Heuristik atau teknik mencari, mengumpulkan data atau sumber.31

Dalam penelitian ini penulis menelusuri dan mengumpulkan sumber data

melalui pelacakan atas berbagai dokumen, wawancara dengan pemerintah

kabupaten Demak, Ta’mir Masjid Agung Demak, pihak Ahli Waris Kadilangu,

dan masyarakat Demak terkait dengan penelitian ini. Sumber primer dapat

diperoleh dari pihak pemerintah, dan kasepuhan Kadilangu yang berupa dokumen,

30

Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial Edisi kedua, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2015), h. 104 31

Dudung Abdurrahman. Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999), cetak II, h. 54

Page 23: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

13

gambar dan hasil wawancara. Sedangkan sumber sekunder penulis dapatkan dari

buku-buku, jurnal, artikel, pamflet, yang berhubungan dengan penelitian ini.

Sebagai langkah awal, penulis mencari data di beberapa tempat, mendatangi

langsung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak, Kasepuhan

Kadilangu, Perpustakaan Kabupaten Demak, Perpustakaan Utama Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Adab dan

Humaniora.

2. Kritik Sumber

Sumber-sumber yang telah dikumpulkan baik berupa benda, sumber

tertulis maupun sumber lisan kemudian diverifikasi atau diuji melalui serangkaian

kritik, baik yang bersifat intern maupun ekstern.32

Dalam tahap kritik intern

langkah ini dilakukan untuk menilai kelayakan sumber mana yang dipercaya atau

tidak sebagai sumber tertulis. Penulis membandingkan isi sumber tersebut dengan

karya lain. Kemudian kritik ekstern penulis lakukan untuk mengetahui sejauh

mana keabsahan dan otentisitas sumber. Dalam menguji sumber lisan penulis

melihat latar belakang responden terkait adanya hubungan antara responden

dengan pelaksanaan tradisi Grebeg Besar di Demak yang sekiranya mempunyai

kedekatan dengan penelitian ini.

3. Interpretasi

Pada tahap selanjutnya yaitu Interpretasi yang merupakan upaya

penafsiran atas fakta-fakta sehingga fakta itu menjadi struktur yang logis. 33

penulis akan melakukan interpretasi pada setiap sumber yang telah ditemukan

yang berkaitan dengan Tradisi Grebeg Besar dan perkembangannya, dengan

menggunakan pendekatan ilmu sejarah dan sosial berdasarkan data yang terdapat

dari dalam sumber yang ada.

4. Historiografi

32

M. Dien Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, (Jakarta:UIN Jakarta Press,2013), h. 113 33

A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2015), cetak II, h.. 83

Page 24: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

14

Historiografi ialah proses menuliskan hasil penafsiran menjadi sejarah

yang utuh. Penulis akan menuangkan seluruh gagasan, pemikiran, imajinasi untuk

menjawab beberapa pertanyaan penelitian yang terdapat dalam rumusan masalah

dalam sebuah karya sejarah.

H . Sistematika Penulisan

Secara Keseluruhan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, adapun susunan

skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab I, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian,

sistematika penulisan.

Bab II, dalam pembahasan ini penulis akan membahas dan menjabarkan

tentang gambaran tentang masyarakat Demak, kondisi sosial dan budaya

masyarakat Demak, kondisi keagamaan masyarakat Demak, kondisi ekonimi

masyarakat Demak.

Bab III, dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan tentang tradisi

Grebeg Besar yaitu asal usul tradisi Grebeg Besar Demak, kronologi pelaksanaan

tradisi Grebeg Besar yang berisi persiapan tradisi Grebeg Besar, pelaksanaan

tradisi Grebeg Besar, dan nilai-nilai dalam perayaan tradisi Grebeg Besar di

Demak.

Bab IV, dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan dan

memaparkan tentang pelestarian tradisi Grebeg Besar di Demak 1974-2016 yang

berisi penjaga tradisi Grebeg Besar, peran Pemerintah Kabupaten Demak, peranan

Ahli Waris Kadilangu dalam mempertahankan tradisi Grebeg Besar di Demak,

dan peranan masyarakat Kabupaten Demak dalam melestarikan tradisi Grebeg

Besar di Demak.

Bab V Berisikan penutup yang terdiri atas kesimpulan yang merupakan

jawaban dari permasalahan yang menjadi motif awal pengkajian penelitian ini,

dan saran-saran yang menjadi masukan-masukan untuk perbaikan penelitian

selanjutnya.

Page 25: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

15

BAB II

GAMBARAN TENTANG MASYARAKAT DEMAK

Demak sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang terletak pada

koordinat 6º43´26´´- 7º09´43´´Lintang Selatan dan 110º27´58´´- 110º48´47´´

Bujur Timur.34

Kabupaten Demak berada pada pertengahan jalur jalan raya antara

Semarang- Kudus, dengan jarak dari Semarang 26 Km, dan jarak dari kudus 25

Km, Sehingga Demak seolah-olah terjepit diantara kota besar tersebut.35

Secara

Geografis wilayah kabupaten Demak berbatasan dengan :

- Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Laut Jawa

- Sebelah Timur : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Grobogan

- Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang

- Sebelah Barat : Kota Semarang

Dilihat dari ketinggian permukaan tanah dan permukaan laut (elevasi),

wilayah Demak terletak mulai dari 0 sampai dengan 100 m dari permukaan laut

sedangkan dari tekstur tanahnya, wilayah Demak terdiri atas tekstur tanah halus

(tanah liat) seluas 49.066 ha dan tekstur tanah sedang (lempung) seluas 40.677 ha.

Luas wilayah Kabupaten Demak adalah 89.743 ha, yang terdiri atas 14

kecamatan, 243 Desa, dan 6 Kelurahan. Kabupaten Demak merupakan daerah

agraris yang kebanyakan penduduknya hidup dari pertanian. Sebagian besar

wilayah Kabupaten Demak terdiri atas lahan sawah yang mencapai luas 51,799 ha

(57,72 persen).36

Demak terkenal dengan sebutan Kota Wali, karena mempunyai bangunan

yaitu Masjid Agung Demak yang konon didirikan oleh Wali Songo. Masjid

Agung Demak mempunyai keistimewaan tersendiri karena salah satu tiang Masjid

34

BPS dan BAPPEDA Kabupaten Demak, Demak Dalam Angka 2016, (Demak:2016), h.

6 35

Hartati, dkk, Upacara Tradisional Jawa Tengah,( Semarang: Proyek Inventaris dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah, 1989). h. 125 36

BPS dan BAPPEDA Kabupaten Demak, Demak Dalam Angka 2016, (Demak:2016),

h.6

Page 26: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

16

terbuat dari tatal (pecahan kayu) atau sering disebut soko tatal yang dipercaya

sebagai karya Sunan Kalijaga. Di komplek Masjid Agung Demak terdapat

makam raja-raja Kesultanan Demak yaitu makam Raden Fattah, makam Sultan

Trenggono, Patih Wonosalam dll. Sedangkan makam Sunan Kalijaga, Pangeran

Wijil, dan Empu Supa terletak di Kelurahan Kadilangu, sebelah tenggara kota

Demak dengan jarak kurang lebih 1,5 km.37

A. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat Demak

Masyarakat Demak dalam kehidupan sehari-hari masih menjunjung tinggi

nilai sopan santun, ramah tamah, dan gotong royong, hal ini terlihat ketika ada

saudara atau tetangga yang punya hajat tanpa ragu mereka datang untuk

berpartisipasi. Masyarakat Demak dengan beragam profesi dan agama yang

berbeda-beda, mampu hidup berdampingan secara rukun dan damai. Jumlah

Penduduk Kabupaten Demak pada sensus penduduk tahun 2015 berjumlah

1.117.901 orang terdiri atas 553.876 lakilaki (49,55 persen) dan 564.025

perempuan (50,45 persen). Jumlah ini meningkat sebanyak 5.681 orang atau

sekitar 1,04 persen dibanding tahun 2014. Berdasarkan kelompok usia, sebagian

besar penduduk kabupaten Demak termasuk dalam usia produktif (1564 tahun)

sebanyak 758.944 orang, dan selebihnya 296.880 orang berusia di bawah 15 tahun

dan 62.077 orang berusia 65 tahun keatas. Dilihat dari kepadatan penduduknya,

pada tahun 2015 kepadatan penduduk kabupaten Demak mencapai 1.246

orang,/km2. Penduduk terpadat terdapat di kecamatan Mranggen dengan

kepadatan 2.494 orang/km2, sedangkan penduduk paling jarang berada di

kecamatan Mijen dengan kepadatan hanya 517 orang/km2.

37

Muhammad Adhim, Tradisi Grebeg Besar: Sejarah dan Perannya dalam penyebaran

Islam di Demak , Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora ,Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005, h. 10

Page 27: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

17

Tabel 1

Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Demak

tahun 2015.38

No. Kecamatan Penduduk Luas (KM2) Kepadatan

1 Mranggen 180.152 77,22 2.494

2 Karangawen 88.132 66,95 1.316

3 Guntur 76.163 57,53 1.324

4 Sayung 103.932 78,69 1.321

5 Karangtengah 62.110 51,55 1.205

6 Bonang 100.727 83,24 1.210

7 Demak 100.831 61,13 1.649

8 Wonosalam 75.240 57,88 1.300

9 Dempet 53.009 61,61 860

10 Kebonagung 39.767 41,99 947

11 Gajah 43.658 47,83 913

12 Karanganyar 70.209 67,76 1036

13 Mijen 51.107 50,29 1016

14 Wedung 72.864 98,76 738

Jumlah 1.117.901 897,43 1.246

38

Demak Dalam Angka ( Demak in Figures) 2016. Bekerjasama dengan Badan Pusat

Statistik Kabupaten Demak. (Demak: Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak, 2016), h. 74.

Page 28: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

18

Jika dilihat dari tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten Demak.

Penduduk kabupaten Demak usia 15 tahun keatas yang bekerja pada tahun 2015

sebanyak 534.301 orang yang terdiri atas 316.456 lakilaki dan 217.845

perempuan, sedangkan banyaknya pencari kerja yang mendaftar selama tahun

2015 adalah sebanyak 6.455 orang yang terdiri dari 2.651 orang laki-laki dan

3.804 orang perempuan. Sebagian besar dari pencari kerja tersebut berpendidikan

setingkat SLTA 3.752 orang, setingkat SLTP 770 orang, sedangkan yang

berpendidikan Diploma /perguruan tinggi sebanyak 1.596 orang dan selebihnya

sekitar 292 orang berpendidikan SD.39

Pendidikan merupakan hal yang sangat

penting dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Di Kabupaten

Demak pada tahun 2014 terdapat sekitar 145.902 orang yang masih aktif

bersekolah. Terdapat 95.101 orang sekolah SD, 25.881 orang sekolah SLTP, dan

24.920 orang sekolah SLTA. Berdasarka catatan DINDIKPORA Kabupaten

Demak pada tahun 2014 ada sekitar 700 sekolah yang ada di Kabupaten Demak

yang terdiri dari 509 Sekolah Dasar, 89 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan

96 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Sedangkan tenaga pengajar pada tahun 2014

terdapat sekitar 10.945 orang, yang terdiri dari 5.686 guru SD, 1.702 guru SLTP,

dan 2.188 guru SLTA. 40

Dalam bidang kesehatan, Pemerintah Kabupaten Demak melalui Dinas

Kesehatan berupaya memberikan pelayanan kesehatan kapada masyarakat

khususnya di wilayah Kabupaten Demak dengan menyediakan sarana dan

prasarana kesehatan berupa pembangunan rumah sakit, puskesmas, penyediaan

obat-obatan dan penyediaan tenaga medis. Pada tahun 2014 tercatat ada sebanyak

3 unit rumah sakit, 27 unit puskesmas, 53 unt puskesmas pembantu, dan 44 unit

klinik. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, ada beberapa

puskesmas telah ditingkatkan fungsinya menjadi puskesmas dengan tempat

perawatan. Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Demak pada tahun

2014 di Kabupaten Demak ada sekitar 49 orang dokter spesialis, dokter umum

39

Demak Dalam Angka ( Demak in Figures) 2016. Bekerjasama dengan Badan Pusat

Statistik Kabupaten Demak. (Demak: Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak, 2016), h. 58-60. 40

http://demakkab.go.id diakses pada tanggal 16 Januari 2019 pukul 10:50 WIB.

Page 29: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

19

sebanyak 76 orang, dokter gigi 15 orang, apoteker 11 orang, sarjana kesehatan 31

orang, perawat 672 orang, perawat khusus gigi 32 orang, dan bidan sebayak 487

orang.41

Dalam bidang kebudayaan, kebanyakan bernafaskan Islam antara lain jenis

qosidahan, zippin, orkes melayu, rebana, dll. Wisata budaya yang dianggap dapat

mewakili peninggalan Islam adalah Masjid Agung Demak dan makam sunan

Kalijaga.42

Masjid Agung Demak mempunyai keistimewaan khas Nusantara,

dengan mempunyai atap limas bersusun tiga yang mempunyai makna bahwa

untuk menjalankan kehidupan, seseorang harus menapaki tiga tingkatan yaitu,

Iman, Islam, dan Ihsan. Makna lain dari karakteristik atap limas bersusun tiga ini

yang konon merupakan manifestasi dari keislaman pada masa wali-wali yang

lebih condong ke Tasawuf. Atap pertama yang paling bawah melambangkan

syariah, tarekat, dan hakikat.43

Masjid ini juga mempunyai lima pintu yang saling

berhubungan, pintu ini melambangkan Rukun Islam, yaitu Syahadat, Sholat,

puasa, zakat, dan Haji.44

Berdasarkan informasi dari Demakkab.go.id pada tahun

2014 tercatat ada 603.352 orang mengunjungi masjid agung Demak. 45

Menurut informasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Demak selama tahun 2014 tercatat 1.538.064 orang telah mengunjungi objek

wisata di Kabupaten Demak. Jumlah pengunjung tersebut terdiri dari 1.537.388

wisatawan domestik dan 676 orang wisatawan asing yang berasal dari beberapa

negara di Asia. Ada empat destinasi wisata yang bisa dikunjungi di Kabupaten

Demak diantaranya wisata religi Masjid Agung Demak, Makam Sunan Kalijaga,

Pantai morosari, dan Taman Ria.46

41

http://demakkab.go.id diakses pada tanggal 16 Januari 2019 pukul 11:00 WIB. 42

Hartati, dkk, Upacara Tradisional Jawa Tengah, Semarang: Proyek Inventaris dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah, 1989. h. 127 43

Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992 . h.209 44

Lily Turangan dkk, Seni Budaya dan Warisan Indonesia, Jakarta: PT Aku Bisa, 2014,

h.58-59 45

http://demakkab.go.id, diakses pada tanggal 06 Januari 2019, pukul 05:00 WIB 46

http://demakkab.go.id diakses pada tanggal 16 Januari 2019 pukul 11:16 WIB.

Page 30: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

20

B. Kondisi Keagamaan Masyarakat Demak

Demak dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yang

didirikan oelh Raden Fattah (1500-1550), oleh karena itu Demak pun menjadi

salah satu pusat penyebaran agama Islam. Kerajaan Demak sangat berperan besar

dalam proses Islamisasi pada saat itu. Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat

perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Wilayah kekuasaan Demak

meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di

Kalimantan. 47

Dilihat dari segi keagamaan, hampir 95% lebih penduduk

Kabupaten Demak memeluk agama Islam, dan sisanya memeluk agama Kristen

Protestan, Katolik, dan Hindu.48

Tercatat ada 1.109.489 Masyarakat Demak yang memeluk Agama Islam,

3.297 Orang beragama Katholik, 4.799 Orang beragama Protestan dan 316 orang

memeluk agama Hindu. Adapun tempat Ibadah Masyarakat Demak tercatat ada

698 Masjid, 4.147 Musholla, 26 Gereja, dan 1 Wihara. Mayoritas Masyarakat

Demak yang memeluk Islam sangat terlihat dengan banyaknya pondok-pondok

Pesantren yang tersebar di beberapa desa dengan pusat Informasi pondok

pesantren di Mranggen dan Jogoloyo. Tercatat ada 308 Pondok Pesantren di

Kabupaten Demak. Pada dasarnya Masyarakat Demak merupakan masyarakat

yang kuat beragama. Hal ini dapat terlihat dengan kebiasaan sehari-harinya yang

sarat dengan aktifias yang bersifat religus. Banyaknya kegiatan pengajian yang

diadakan dari pelosok desa sampai kota, seperti ahad awal bulan (pengajian pada

minggu pertama bulan Dzulhijjah) , selasan (pengajian yang diadakan setiap hari

selasa), Setunan (pengajian yang diadakan setiap hari sabtu di minggu ke tiga

bulan Dzulhijjah), Latihan Qiro’ah setiap hari Jum’at setelah selesai sholat

47

Ibid., h. 296 48

Muhammad Adhim, Tradisi Grebeg Besar: Sejarah dan Peranannya dalam

Penyebaran Islam di Demak, Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, h. 12

Page 31: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

21

Jum’at. Setiap habis maghrib kegiatan mengaji 1 juz Al-Qur’an yang rutin

dilaksanakan di Masjid Agung Demak. 49

C. Kondisi Ekonomi Masyarakat Demak

Mata pencaharian penduduk Demak sebagian besar menjadi petani, baik

petani penggarap sawah maupun buruh tani, selebihnya sebagai nelayan,

pedagang, buruh pabrik, pekerja bangunan, dan perantauan di dalam atau di luar

Jawa.50

Kabupaten Demak merupakan salah satu Kabupaten yang menjadi

penyangga pangan nasional. Luas panen bersih tanaman padi pada tahun 2015

seluas 98.618 hektar. Jika dibandingkan di tahun 2014 naik sebesar 2,01%.

Produksi padi pada tahun 2015 mencapai 653.547 ton gabah kering giling. Selain

padi, komoditas lain yang dihasilkan Kabupaten Demak dari sektor pertanian

adalah kacang hijau, jagung, kedelai, cabe, bawang merah, umbi-umbian dan

buah-buahan. Berbagai macam buah yang dihasilkan diantaranya jambu citra,

jambu delima, belimbing, kelengkeng, semangka, melon, pisang dan blewah. Pada

sektor peternakan Kabupaten Demak mempunyai ternak besar seperti sapi,

kerbau, dan kuda. Sedangkan ternak kecil berupa kambing, kelinci, dan unggas.

Populasi ternak besar pada tahun 2014, untuk sapi 4.070 ekor, kerbau 3.004 ekor,

dan kuda 538 ekor. Pada tahun yang sama populasi ternak kecil, untuk kambing

45.938 ekor, domba 71.121 ekor dan kelinci 3.061 ekor. 51

Dalam sektor industri kabupaten Demak mengalami perkembangan yang

sangat pesat dimana kontribusinya menempati urutan pertama dalam penyusunan

PORB di Kabupaten Demak. Pada tahun 2014 sektor industri meyumbang dalam

pembentukan PORB sebesar 10,61%. Menurut catatan Dinas Perindustrian,

perdagangan, koperasi dan UMKM Kabupaten Demak. Unit usaha di Kabupaten

Demak mencapai 7.700 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 53.848 orang.

Unit usaha tersebut mmerupakan gabungan dari industri besar/ kecil dan rumah

49

Wawancara pribadi dengan Ahmad Islahul Abdi, pengurus Masjid Agung Demak.

Demak, 09 Februari 2019. 50

Hartati, dkk, Upacara Tradisional Jawa Tengah, Semarang: Proyek Inventaris dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah, 1989. h. 127 51

http://demakkab.go.id diakses pada tanggal 16 Januari 2019 pukul 10:32 WIB.

Page 32: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

22

tangga. Sektor perikanan Kabupaten Demak didominasi oleh budidaya ikan

kolam. Kegiatan usaha tersebut mampu menghasilkan 20.155,9 ton ikan kolam

pada tahun 2014. Usaha perikanan laut masyarakat yang berprofesi sebagai

nelayan berada di Kecamatan Sayung, Bonang, dan Wedung. Pada tahun 2014

hasil tangkapan ikan laut di Kabupaten Demak mencapai 2.006,782 ton. Potensi

besar kelautan di Kabupaten Demak, ternyata tidak hanya sebatas pada

melimpahnya hasil perikanan. Potensi lain yang tak kalah besar adalah produksi

garam rakyat. Hasil produksi garam dikabupaten Demak mencapai 1,6 juta ton

pertahun. 52

52

http://demakkab.go.id diakses pada tanggal 16 Januari 2019 pukul 10:00 WIB.

Page 33: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

23

BAB III

TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK

A. Asal usul Tradisi Grebeg Besar Demak

Tradisi Grebeg Besar merupakan ritual keagaamaan masyarakat Demak

yang dilaksanakan setiap bulan Dzulhijjah bertepatan dengan hari raya Idul Adha.

Grebeg Besar sendiri berasal dari kata dalam bahasa jawa garebeg, grebeg,

gerbeg yang artinya suara angin menderu, dalam kata bahasa jawa (h)anggarebeg

mengandung arti menggiring raja.53

Makna lain dari Grebeg yaitu beramai-ramai

oleh banyak orang, sedangkan Besar merupakan nama dari bulan jawa yaitu bulan

Dzulhijjah, dimana perayaan grebeg besar berlangsung pada bulan besar

(Dzulhijjah). Jadi Grebeg Besar diartikan sebagai berkumpulnya masyarakat

Islam pada bulan besar setahun sekali untuk kepentingan dakwah Islamiyah di

Masjid Agung Demak.54

Tradisi Grebeg Besar saat ini dipusatkan di Masjid Agung Demak, makam

sunan Kalijaga, pendapa kabupaten Demak, dan tembiring Jogo Indah. Tradisi

Grebeg Besar merupakan serangkaian acara yang dimulai dengan pembukaan,

acara tumpeng sembilan di Masjid Agung Demak, penyembelihan hewan Qurban,

iring-iringan dari pendapa kabupaten Demak menuju makam sunan Kalijaga

Kadilangu, kemudian acara puncaknya yaitu penjamasan pusaka sunan Kalijaga

yang berupa kotang ontokusuma dan keris kyai cerubuk. Tradisi Grebeg Besar

terus dirayakan sampai sekarang sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT

atas segala kenikmatan, keselamatan, dan kesejahteraan masyarakat Demak dan

merupakan bentuk penghormatan terhadap jasa para wali dalam mensyiarkan

ajaran Islam.55

53

Soerlanto B, Garebeg di Kasultanan Yogyakarta, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 9 54

Hamid A. Kasah, Sejarah dan Legenda Grebeg Besar Kota Wali Demak, ( Demak:

Cv. Cipta Adi Grafika, 2006), h. 6 55

Sestri Indah Pebrianti,” Makna Simbolik Tari Bedhaya Tunggal Jiwa”, Harmonia

Volume 13, no. 2 ,(Desember 2013), h. 121

Page 34: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

24

Tradisi grebeg Besar diyakini sudah ada sejak tahun 1506 M pada masa

kesultanan Demak Bintoro yang dipimpin oleh Raden Fattah.56

Menurut sejarah

lisan, dijelaskan bahwa dahulu kala para raja Jawa selalu menyelenggarakan

selamatan kerajaan (wilujengan nagari) setiap tahun yang di sebut rojowedo.

Rojowedo sendiri artinya upacara hewan kurban raja. Tujuan dari selamatan ini

adalah suatu acara qurban agar Tuhan yang maha kuasa memberikan

perlindungan, keselamatan kepada raja, kerajaan serta rakyatnya. Dalam peristiwa

itu rakyat datang menghadap raja untuk menyampaikan sembah baktinya,

kemudian raja keluar dari keraton, lalu duduk di singgasana keemasan (dhampar

kencono) di bangsal ponconiti. Penampilan raja untuk menerima sembah bakti

rakyat yang datang menghadap (sowan) itu di iringi (ginarebeg) oleh putra dan

segenap punggawa keraton. Adat menyelenggarakan qurban itu sudah ada dan di

lestarikan raja jawa hingga akhir kerajaan majapahit. Ketika kesultanan Demak

yang di pimpin oleh sultan Raden Fattah upacara itu di hapuskan karena tidak

sesuai dan bertentangan dengan syariat Islam. Akan tetapi baru beberapa tahun

Rojowedo dihapuskan kurang lebih tiga tahun (dari tahun 1503 M sampai 1506

M) timbullah wabah penyakit menular merajalela sehingga menimbulkan paceklik

panjang57

dan ini menimbulkan keresahan di kalangan rakyat, karena rakyat

percaya dan sudah berabad-abad terbiasa hidup dengan kepercayaan lama.58

Raden Fattah beserta para Wali sholat tahajut dan berdoa memohon

petunjuk Allah SWT. Seusai sholat Sunan Kalijaga mendapatkan wisik (bisikan

batin), dan hal ini disampaiakan kepada sunan Bonang dan Sunan Giri, bahwa

rakyat dapat terbebas dari wabah penyakit dan kondisi dapat tentram kembali,

yaitu dengan menghidupkan kembali upacara penyembelihan hewan kurban

dengan disesuaikan dengan syari’at Islam59

dan atas saran sunan Giri upacara

56

Hartati, dkk, Upacara Tradisional Jawa Tengah, Semarang: Proyek Inventaris dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah, 1989.h.127 57

M. Khafid, Sejarah Demak Matahari Terbit di Glagah Wangi, (Demak: Kantor

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak, 2008), h. 79 58

Hamid A. Kasah, Sejarah dan Legenda Grebeg Besar Kota Wali Demak, ( Demak:

Cv. Cipta Adi Grafika, 2006), h. 6–7 59

M. Khafid, Sejarah Demak Matahari Terbit di Glagah Wangi, (Demak: Kantor

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak, 2008), h. 80

Page 35: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

25

penyembelihan hewan kurban dilakukan pada saat hari raya Idul Adha. Hewan

kurban disembelih dengan tata cara Islam, kemudian hewan kurban dibagikan

kepada rakyat.60

Setelah kerajaan menyelenggarakan upacara kurban itu, tidak

lama wabah penyakit rakyat menghilang, dan ketentraman pulih kembali. Sesudah

aman dan tentram, para Wali songo menggiatkan usaha untuk mensyiarkan agama

Islam di kalangan rakyat.61

Tradisi Grebeg besar dijadikan sarana dakwah para wali untuk

menyebarkan agama Islam. Rakyat yang saat itu masih sangat mempercayai

adanya kekuatan gaib dari nenek moyang dan masih sangat mempertahankan

budaya nenek moyang. Para wali bermusyawarah dan atas saran sunan kalijaga

dalam berdakwah seharusnya mensyiarkan agama Islam dengan cara bertahap dan

penuh kearifan, bersikap sopan santun, ramah tamah dalam berdakwah, dan tanpa

mencela adat serta unsur-unsur kebudayaan rakyat.62

Para Wali sepakat untuk mensyiarkan agama Islam dengan memasukkan

ajaran Islam ke dalam budaya masyarakat. Sunan Kalijaga mengetahui bahwa

rakyat menyukai perayaan, keramaian yang dihubungkan dengan upacara-upacara

keagamaan. Apalagi jika perayaan, keramaian itu disertai irama gamelan, tentu

akan sangat menarik perhatian rakyat untuk datang menghampiri. Timbullah

gagasan Sunan Kalijaga agar kerajaan menyelenggarakan perayaan, keramaian

setiap hari-hari besar Islam. Untuk menarik perhatian rakyat agar mau datang ke

Masjid Agung Demak, dibunyikan gamelan di halaman masjid. Para wali dapat

berdakwah langsung dihadapan rakyat.63

Perayaan tradisi Grebeg Besar pertama kali pada masa kesultanan Raden

Fattah yang dilaksanakan pada tahun 1506 M, pada saat itu sang Raja diikuti oleh

para Wali, dan punggawa kerajaan keluar dari istana menuju alun-alun dengan

membawa makanan dan uang untuk dibagikan kepada rakyat dengan cara udik-

60

Siti Muawanah, The Meaning of An Islamic Holiday Festival :A Study on the Grebeg

Besar in Demak, Studia Islamika Volume 13, 3 November, 2006, h. 442 61

Soerlanto B, Garebeg di Kasultanan Yogyakarta, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 10 62

Hamid A. Kasah, Sejarah dan Legenda Grebeg Besar Kota Wali Demak, ( Demak:

Cv. Cipta Adi Grafika, 2006), h. 8 63

Soerlanto B, Garebeg di Kasultanan Yogyakarta, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 12

Page 36: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

26

udik (sebuah aksi melempar uang receh), sementara rakyat saling berebut untuk

mendapatkannya. Setelah melakukan ritual ini, raja kemudian kembali ke istana,

sementara para wali berkumpul di Masjid Agung Demak untuk memberikan

ceramah agama.64

Seiring berjalannya waktu, perayaan Grebeg Besar telah mengalami

beberapa perubahan. Pada tahun 1806 Bupati Demak Condronegoro VI

mempunyai ide untuk menggabungkan tradisi Grebeg Besar dengan beberapa

kegiatan budaya seperti tarian barong hakikat, topeng syari’at dan ronggeng

ma’rifat, hal ini dimaksudkan untuk menjadi sarana pemberitaan Islam di pendapa

Kabupaten Demak. Pada tahun yang sama, ada juga penjamasan pusaka

(pencucian pusaka) Sunan Kalijaga yaitu Kotang Ontokusumo dan Keris kyai

Carubuk yang dipegang oleh pihak kasepuhan Kadilangu.65

Tradisi Grebeg Besar pernah berhenti diadakan pada masa pendudukan

Jepang sampai tahun 1950, kemudian dari tahun 1950 sampai sekarang tradisi

Grebeg Besar dilestarikan kembali.66

Pada tahun 1974 atas saran Ki Nartosabdo

ada pembaharuan dalam perayaan tradisi Grebeg Besar yaitu adanya prajurit

patang puluhan yang dimaksudkan untuk lebih mensakralkan ritual tradisi Grebeg

Besar. Pada tahun 1976 Drs. Winarna Surya Adisubrata selaku bupati Demak

memodifikasikan ritual tradisi Grebeg Besar dengan menambahkan prosesi

selametan tumpeng sembilan, yang melambangkan jumlah wali sembilan yang

telah sangat berjasa dalam mensyiarkan agama Islam di tanah Jawa.67

Pada tahun 1989 atas saran dari bapak Soekamto selaku Kabag Humas

Demak mengusulkan agar perayaan Grebeg Besar lebih menarik perlu

ditambahkan suatu sajian tarian Bedhayan. Hal ini disambut baik oleh H.

Soekarlan selaku bupati Demak. Akhirnya perayaan Grebeg Besar tahun 1989

64

Siti Muawanah, “The Meaning of An Islamic Holiday Festival :A Study on the Grebeg

Besar in Demak”, Studia Islamika Volume 13, (3 November 2006), h. 442 65

Ibid.,h. 443 66

Nur Achmad, “Perayaan Grebeg Besar Sebagai Sarana Komunikasi Dakwah”, At-

Tabsyir Vol.1 dan 2, Juli-Desember 2013,Kudus: STAIN Kudus, h. 13

67 Siti Muawanah, “The Meaning of An Islamic Holiday Festival :A Study on the Grebeg

Besar in Demak”, Studia Islamika volume 13, (3 November 2006), h. 443

Page 37: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

27

ditambahkan penampilan Tari Bedhaya Tunggal Jiwa yang disajikan dengan

sembilan penari untuk mengiringi keluarnya Bupati beserta stafnya dalam proses

penyerahan minyak jamas.68

Tradisi Grebeg Besar terus dilestarikan sampai sekarang sebagai wujud

rasa syukur atas jasa para Wali dalam mensyiarkan agama Islam khusunya di

Demak.

B. Kronologi Pelaksanaan Tradisi Grebeg Besar

B.1. Persiapan Tradisi Grebeg Besar

Sebelum tradisi Grebeg Besar diadakan setidaknya ada dua tahap

persiapan yang dilakukan menjelang tradisi ini berlangsung. Persiapan pertama

yaitu persiapan fisik, yang berwujud perlengkapan-perlengkapan atau benda-

benda yang diperlukan selama tradisi Grebeg Besar berlangsung. Persiapan kedua

yaitu persiapan non fisik, yang berwujud perbuatan atau sikap yang harus

dipersiapkan oleh pemerintah kota Demak, Ahli Waris Kadilangu, dan

Masyarakat yang terlibat dalam tradisi ini, sebelum acara Grebeg Besar tersebut

berlangsung. Persiapan dilakukan dengan sebaik-baiknya agar pelaksanaan tradisi

Grebeg Besar dapat berlangsung dengan lancer sesuai harapan. Terutama bagi

para petugas yang ditunjuk untuk membuat minyak jamas (minyak yang

digunakan untuk mensucikan pusaka Sunan Kalijaga)69

, dan Ahli Waris

Kadilangu yang mendapat tugas menjamas pusaka Sunan Kalijaga. Mereka

terlebih dahulu harus berpuasa selama empat puluh hari untuk mensucikan diri,

agar nanti saat pelaksanaannya dapat berjalan sesuai harapan.70

Minyak jamas yang berupa lisah klentik (minyak kelapa) juga

dipersiapkan dengan penuh kehati-hatian dan tidak bias sembarangan. Minyak

68

Dyah Purwani Setianingsih, Deskripsi Tari Bedhaya Tunggal Jiwa Dalam Rangkaian

Tradisi Grebeg Besar, (Demak : Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Demak, 1 998), h. 6 69

Muhammad Adhim, Tradisi Grebeg Besar: Sejarah dan Perannya dalam penyebaran

Islam di Demak, skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005, h.41 70

Wawancara pribadi dengan Raden Hariadi Saptianto, Ahli Waris Kadilangu,

(Natabratan, 18 Januari 2019)

Page 38: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

28

jamas dibuat dari Sembilan kelapa yang mangklung kea rah timur laut, alasannya

adalah buah kelapa yang mangklung kea rah timur laut itu lebih sehat karena lebih

banyak menerima sinar matahari, sehingga menghasilkan minyak dengan kualitas

lebih baik, lebih jernih, dan lebih bersih. Cara memetik buah kelapapun tidak

boleh menyentuh tanah sama sekali, yaitu dengan cara menggunakan tali. Ini

merupakan bentuk kehati-hatian dan tidak boleh ceroboh. 71

Persiapan juga dilakukan oleh pihak pemerintah Kabupaten Demak

dengan membentu kepanitiaan yang bertugas dalam pelaksanaan Tradisi Grebeg

Besar. Selanjutnya dari panitia akan menunjuk beberapa pelajar berprestasi dari

sekolah pilihan untuk dijadikan anggota dari prajurit patangpuluhan72

yang

bertugas mengiring minyak jamas dari pendhopo Kabupaten Demak menuju

Kadilangu untuk diserahkan kepada Ahli Waris. H-2 mendekati acara iring-

iringan biasanya karyawan pemda mulai mempersiapkan berbagai keperluan

seperti menghias kereta kuda yang akan dinaiki oleh Bupati bererta jajarannya.

Persiapan juga dilakukan oleh Ta’mir Masjid Agung Demak bekerjasama dengan

ikatan remaja Masjid Agung Demak yang nantinya akan ditugaskan dalam iring-

iringan tumpeng Sembilan. Dari pihak Ahli Waris Kadilangu juga disibukkan

dengan beberapa persiapan, terutama yang perempuan berlatih tari-tarian untuk

menyambut rombongan tamu dari Surakarta Hadiningrat yang membawa minyak

jamas. Kedatangan pihak Keraton Surakarta Hadiningrat ini sebagai bentuk

penghormatan, karena berdasarkan sejarahnya Keraton Surakarta Hadiningrat

statusnya lebih muda dari pada kesultanan Demak Bintoro. Tarian yang

dimainkan biasanya adalah tari gambyong.73

71

Siti Muawanah, “Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga”, Analisa Volume XVII No. 1,

(Januari – Juni 2010), h. 68 72

Prajurit patangpuluhan adalah pasukan elit pada masa kerajaan Demak Bintoro.

Pasukan ini dulunya merupakan pasukan pengawal raja Demak yang dipimpin oleh seorang

Manggolo Yudho atau yang disebut “Lurah Tamtomo”. Pesona Wisata Demak Kota Wali (Demak:

Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, 2018). 73

Muhammad Adhim, Tradisi Grebeg Besar: Sejarah dan Perannya dalam penyebaran

Islam di Demak, skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005, h. 70

Page 39: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

29

B.2. Pelaksanaan Tradisi Grebeg Besar

Tradisi Grebeg Besar dilaksanakan setahun sekali di kabupaten Demak.

Tradisi ini berlangsung selama 10 hari, dengan beberapa rangkaian acara. Tradisi

Grebeg Besar diawali dengan saling bersilaturrahmi antara pihak kasepuhan

Kadilangu dengan Bupati Demak beserta jajarannya. Bupati Demak bersama

rombongan bersilaturrahmi ke Kasepuhan Kadilangu yang bertempat di

Natarbtaran Kadilangu Demak. Selanjutnya sesepuh Kadilangu beserta keluarga

kasepuhan bersilaturrahmi ke Kabupaten Demak dan biasanya mereka diterima

oleh Bupati di ruang tamu Kadipaten Demak. Setelah bersiturrahmi, Bupati

beserta jajaranya berziarah ke makam-makam leluhur Sultan Bintoro Demak di

komplek Masjid Agung Demak dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan

Kalijaga di Kadilangu Demak. Dilanjutkan dengan rangkaian acara berikutnya

yaitu Bupati beserta jajarannya meresmikan pembukaan keramaian Grebeg Besar

di lapangan Tembiring Jogo Indah.74

Dalam keramain yang bisa dikatakan seperti

pasar malam ini, masyarakat Demak menyebutnya dengan Besaran75

, banyak

penjual yang menjual berbagai dagangannya seperti makanan, minuman, mainan,

pakaian, dan bahkan berbagai pertunjukan seperti pertunjukan lumba-lumba, tong

setan, ombak banyu, dll. Keramaian ini dapat menjadi hiburan sekaligus ladang

usaha untuk masyarakat Demak dan sekitarnya. Sebagian penjual mempercayai

bahwa dengan berjualan di Tembiring Jogo Indah saat perayaan tradisi Grebeg

Besar dapat memperoleh penghasilan lebih, karena mendapatkan barokah dari

para wali, sehingga dagangan yang dijual menjadi laris.

Pada malam 10 Dzulhijjah dilaksanakan selametan tumpeng sembilan di

Masjid Agung Demak. Tumpeng Sembilan yang melambangkan jumlah wali

songo ini berjumlah sembilan (songo) yang berbentuk gunungan atau kerucut

74

M. Khafid, Sejarah Demak Matahari Terbit di Glagah Wangi, (Demak: Kantor

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak, 2008), h. 115 75

Besaran diambil dari nama bulan dalam bahasa Jawa yaitu Besar yang merupakan

nama bulan jawa dari bulan Dzulhijjah.

Page 40: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

30

lengkap dengan lauk pauknya76

. Tumpeng sembilan diarak dari pendapa

kabupaten Demak menuju Masjid Agung Demak dengan dikawal empat puluh

pasukan dengan seragam putih memegang obor. Iring-iringan diawali dengan

empat orang yang membawa spanduk kemudian diikuti oleh group rebana,

kemudian diikuti barisan ulama’ dan santri. TNI dan anak-anak pramuka yang

berbaris panjang juga ikut serta mengawal iring-iriingan tumpeng sembilan agar

semuanya berjalan lancar dan aman. Kemudian diikuti dengan tumpeng sembilan

yang masing-masing tumpeng ditopang oleh dua orang untuk delapan tumpeng

yang berbentuk gunungan atau kerucut, dan empat orang untuk tumpeng barisan

pertama yang berbentuk miniatur masjid Agung Demak. Para pengantar tumpeng

menggunakan baju surjan (pakaian khas Sunan Kalijaga berwarna coklat gelap

dengan garis-garis vertikal).77

Pada acara Tumpeng sembilan yang dihadiri warga Demak dan

sekitarnya, sebelum tumpeng sembilan dibagikan kepada masyarakat biasanya

diadakan pengajian dan do’a bersama agar seluruh masyarakat senantiasa

diberikan kesehatan, keselamatan, dan keberkahan. Di Masjid Agung Demak

sendiri sebelum malam puncak iring-iringan tumpeng sembilan, pada hari-hari

sebelumnya diadakan beberapa rangkaian acara seperti ziarah ke makam raja-raja

Demak untuk seluruh takmir Masjid Agung Demak dan seluruh panitia Grebeg

Besar dan ada acara hataman Al-Qur’an yang diikuti oleh santri-santri pilihan di

Demak.

Pada malam puncak tumpeng sembilan yaitu pada malam 10 Dzulhijjah,

yang dihadiri Bupati Demak, pejabat, serta masyarakat baik dari Demak maupun

luar Demak, di bacakan do’a dan biasanya ada ceramah agama yang disampaikan

oleh ulama agar masyarakat tidak salah faham dalam memaknai selametan

tumpeng sembilan. Tumpeng sembilan diperebutkan masyakat Demak dan

sekitarnya, sebagian masyarakat mempercayai bahwa dengan mendapatkan bagian

76

Nur Ahmad, “Perayaan Grebeg Besar Demak sebagai sarana religi dalam

Komunikasi dakwah”, At-Tabsyir (jurnal komunikasi penyiaran Islam), Volume 1, nomor 2,(

Juli-Desember 2013), h. 3 77

Siti Muawanah, ”The Meaning of An Islamic Holiday Festival :A Study on the Grebeg

Besar in Demak”, Studia Islamika volume 13, (3 November 2006), h. 444

Page 41: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

31

dari tumpeng sembilan, hidupnya akan mendapatkan keberkahan dan limpahan

rezeki dari Allah SWT, karena barokah dari para wali.78

Pada waktu yang sama pada malam 10 Dzulhijjah di Kadilangu juga

mengadakan acara selametan Ancakan. Ancakan adalah tempat nasi dan lauk pauk

yang terbuat dari anyaman bambu. Ancakan sebelum diletakkan Nasi dan lauk

pauk biasanya dilapisi dengan daun jati. Tumpeng Ancakan biasanya terdiri dari

nasi, lauk pauk, dan kuluban79

. Selametan Anca’an dilaksanakan di pendapa

Natabratan ini dahadiri masyarakat Demak dan juga daerah sekitar Demak.80

Selametan Ancakan ini dimaksudkan untuk memohon kepada Allah SWT agar

sesepuh dan seluruh panitia dapat melaksanakan semua prosesi grebeg besar

dengan lancar tapa suatu halangan apapun, terutama keesokan harinya pada saat

penjamasan pusaka sunan Kalijaga.81

Pada pagi harinya di tanggal 10 Dzulhijjah tepatnya pukul 05:30 WIB

masyarakat Demak melaksanakan sholat Idul Adha di Masjid Agung Demak,

kemudian dilanjutkan dengan pemotongan hewan Qurban untuk dibagikan kepada

masyarakat Demak yang membutuhkan. Selanjutnya pada pukul 09:00 WIB di

pendapa kabupaten Demak diadakan iring-iringan Uborampe minyak Jamas.

Uborampe artinya perlengkapan, Uborampe minyak jamas ini diiring dari pendapa

kabupaten Demak menuju Kadilangu.82

Penyerahan minyak jamas dari dayang-

dayang kepada Bupati kemudian dilanjutkan penyerahan minyak jamas kepada

lurah tamtama untuk diserahkan kepada sesepuh Kadilangu.83

Ada yang menarik

dari Iring-iringan minyak jamas yaitu perajurit patang puluhan yang bertugas

78

Nur Ahmad, “Perayaan Grebeg Besar Demak sebagai sarana religi dalam

Komunikasi dakwah”, At-Tabsyir (jurnal komunikasi penyiaran Islam), Volume 1, nomor 2,(

Juli-Desember 2013), h. 3 79

Kuluban adalah jenis lauk yang terbuat dari sayuran yang dikukus (direbus), kemudian

dicampur dengan kelapa parut yang dibumbui. Lihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,

diakses pukul 09:50 pada tanggal 4 Oktober 2018. 80

Iwan Effendy, “Dinamika Grebeg Besar Demak pada tahun 1999-2003 Tinjauan

Sejarah dan Tradisi”, Journal of Indonesian History, vol. 3 No. 1 ,(2014) , h. 22 81

Setyarini, ”Ritual Grebeg Besar di Demak Kajian Makna, Fungsi dan Nilai”, Jurnal

PP volume 1, no. 2, (Desember 2011), h. 169 82

Iwan Effendy, ’’Dinamika Grebeg Besar Demak pada tahun 1999-2003 Tinjauan

Sejarah dan Tradisi’’, Journal of Indonesian History, vol. 3 No. 1 tahun 2014, h. 22 83

Hartati, dkk, Upacara Tradisional Jawa Tengah, Semarang: Proyek Inventaris dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah, 1989.h. 132

Page 42: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

32

menjaga minyak jamas sampai ke Kadilangu untuk diserahkan kepada ndoro

Kasepuhan kadilangu. Prajurit patang puluh dipimpin oleh lurah tamtama yang

memimpin jalannya perajurit patang puluh. Dalam acara iring-iringan ini

serangkaian prosesinya menggunakan adat jawa dengan bahasa krama inggil.

Bupati dan segenap peserta iring-iringan menggunakan kostum khas Jawa.

Sebelum iring-iringan berangkat, ada sebuah pertunjukan kesenian yang berupa

tari bedhaya tunggal jiwa84

yang menggambarkan “Manunggaling kawula gusti”

yang dibawakan oleh sembilan penari cantik dengan diiringi lagu lir-ilir ciptaan

sunan Kalijaga.85

Prajurit Patangpuluhan terbagi menjadi dua barisan dengan memakai baju

khas prajurit disertai dengan tombak panjang dan tameng bulat. Prajurit

Patangpuluhan bertugas mengawal minyak jamas pemberian dari pihak

pemerintah kabupaten Demak (Bupati) yang akan diserahkan kepada sesepuh

kadilangu untuk menjamas pusaka sunan Kalijaga. Hal menarik lainnya dalam

acara iring-iringan adalah pelaksanaannya menggunakan bahasa krama inggil,

berbeda dengan acara pembukaan Grebeg Besar yang memakai bahasa Indonesia.

Semua jajaran yang terlibat dalam acara ini mengenakan pakaian adat Jawa.

86Setelah sampai di Kadilangu minyak Jamas kemudian diserahkan kepada

sesepuh Kadilangu. Sesepuh, ahli waris, Juru kunci semua telah siap menunggu

dan menerima minyak jamas dari kabupaten. Serah terima minyak jamas dari

lurah tamtama kepada sesepuh Kadilangu kemudian diserahkan kepada abdi

dalem Suronoto untuk membawa bokor yang berisi botol tempat minyak Jamas.

Sesepuh dan ahli waris diikuti oleh putri domas pembawa minyak jamas

berangkat dari ndalem Natabratan menuju Makam Sunan Kalijaga untuk

melaksanakan penjamasan pusaka. Bupati beserta jajarannya kemudian masuk ke

84

Bedhaya tunggal Jiwa merupakan tari yang digunakan untuk berbagai konteks, baik

sebagai tarian untuk hiburan suatu acara maupun untuk keperluan tradisi grebeg Besar. Lihat :

Dyah Purwani Setianingsih, Deskripsi Tari Bedhaya Tunggal Jiwa Dalam Rangkaian Tradisi

Grebeg Besar, (Demak : Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Demak, 1

998), h. 7 85

Siti Muawanah, “The Meaning of An Islamic Holiday Festival :A Study on the Grebeg

Besar in Demak”, Studia Islamika Volume 13, (3 November 2006), h. 445 86

Ibid.,h. 444

Page 43: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

33

kawasan makam sunan Kalijaga untuk mengikuti prosesi penjamasan yang akan

dilakukan oleh pihak kasepuhan Kadilangu. Sebelum penjamasan pusaka dimulai

dilaksanakan tahlilan bersama di makam Sunan Kalijaga.87

Dalam acara penjamasan pusaka Sunan Kalijaga, ada tiga tim inti

(sesepuh, Juru kunci Astana Ageng, dan juru kunci Astana Gendok) yang dibantu

oleh enam petugas yang ditunjuk oleh pihak Kasepuhan Kadilangu. Enam orang

ini biasanya masih termasuk ahli waris Sunan Kalijaga dan orang yang dapat

dipercaya. Penunjukan para petugas ini tidak tetap setiap tahunnya, hal ini

disesuaikan dengan situasi.88

Sebelum melaksanakan tugas, tim penjamas

melakukan ritual berupa puasa. Proses menjamas pusaka harus dilakukan dalam

kondisi hati yang bersih dan tidak disertai hawa nafsu.89

Tim Penjamas

mengenakan pakaian warna hitam, kain coklat, blangkon hitam, dan alas kaki

hitam. Di leher tim penjamas tergantung samir berwarna kuning keemasan

(kecuali sesepuh menggunakan warna hitam). Tim inilah yang bertugas membantu

sesepuh menjamas pusaka Kutang Antakusuma dan keris Kyai Sirikan di dalam

makam Sunan Kalijaga.90

Penjamasan pusaka Kutang Antakusuma dan keris Kyai

Sirikan dilakukan oleh sesepuh Kadilangu dengan cara tangan sesepuh dicelupkan

pada minyak jamas kemudian diusapkan ke pusaka Kutang Antakusuma yang

masih tetap di dalam peti, Sementara penjamasan Keris Kyai Cerubuk dilakukan

oleh juru kunci Sentono Gendok dengan menggunakan bulu ekor ayam putih

mulus, caranya bulu ekor ayam tersebut dicelupkan pada minyak jamas sedikit

demi sedikit kemudian dioleskan pada pusaka tersebut. 91

Selama penjamasan berlangsung tim penjamas harus memejamkan mata

karena menurut keyakinan, siapapun yang mencoba melihat pusaka sunan

87

Hartati, dkk, Upacara Tradisional Jawa Tengah, Semarang: Proyek Inventaris dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah, 1989.h. 135 88

Hartati, dkk, Upacara Tradisional Jawa Tengah, Semarang: Proyek Inventaris dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah, 1989.h. 131 89

https://regional.kompas.com diakses pada 16 Februari 2019.pukul 22.22 90

Siti Muawanah, “Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga”, Analisa Volume XVII No. 1,

(Januari – Juni 2010), h. 87 91

Hartati, dkk, Upacara Tradisional Jawa Tengah, Semarang: Proyek Inventaris dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah, 1989.h. 136

Page 44: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

34

Kalijaga akan mendapat musibah.92

Tidak ada seorangpun yang diperkenankan

untuk melihat pusaka sunan Kalijaga pada saat penjamasan pusaka meskipun itu

petugas penjamas. Pantangan ini tetap dipatuhi secara turun temurun dan tidak ada

yang berani melanggarnya.93

Setelah selesai melakukan penjamasan pusaka Sunan

Kalijaga, Sesepuh dan timnya kemudian kembali ke Natabratan Kadilangu,

mereka beristirahat sebentar, sebelum menerima masyarakat yang ingin berjabat

tangan. Sesepuh Kadilangu disongsong oleh ribuan orang yang sudah menunggu

di luar. Prosesi penjamasan pusaka sunan Kalijaga mengundang daya tarik warga.

Ribuan warga dari berbagai daerah memadati kompleks makam sunan Kalijaga,

dan disepanjang jalan yang dilalui iring-iringan minyak jamas.94

Mereka berebut

bersalaman dengan sesepuh berharap mendapatkan berkah dari sisa minyak jamas

yang masih melekat pada tangan sesepuh kadilangu. Oleh karenya, sesepuh

kadilangu harus dikawal sampai ndalem Natabratan. Sesampainya di Natabratan

petugas penjamas istirahat sebentar. Sementara para petugas beristirahat, para

tamu undangan dan keluarga ahli waris Sunan Kalijaga melaksanakan selametan

Riyayan (Selametan hari raya) yang sudah dipersiapkan semenjak pagi hari.

Selametan Riyayan ini dimulai dengan do’a bersama yang dipimpin oleh Imam

Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu. Selametan ini dimaksudkan sebagai ucapan

syukur kepada Allah SWT atas terlaksananya penjamasan pusaka sunan Kalijaga

dengan selamat, dan lancar.95

Setelah selametan riyayan selesai para petugas

penjamas yaitu Sesepuh Kadilangu kemudian meluangkan waktu untuk

menyambut para pengunjung yang ingin bersalaman untuk ngalap berkah.96

Setelah acara penjamasan pusaka Sunan Kalijaga, maka berakhilah

serangkaian acara tradisi Grebeg Besar dengan ditandai acara penutupan.

92

92

Siti Muawanah, “Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga”, Analisa volume XVII No.

1, (Januari - Juni 2010), h. 87 93

Sugeng Haryadi, Sejarah Berdirinya Masjid Agung Demak dan Grebeg Besar, Jakarta:

CV. Mega Berlian, 2003,hal. 22 94

https://regional.kompas.com diakses pada 16 Februari 2019 pukul 22.27 95 Nur Achmad, “Perayaan Grebeg Besar Sebagai Sarana Komunikasi Dakwah,” dalam

jurnal At-Tabsyir Vol.1 dan 2, (Juli-Desember 2013) ,Kudus: STAIN Kudus, h. 19

96 Siti Muawanah, “Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga”, Analisa Volume XVII No. 1,

(Januari – Juni 2010), h. 81-82

Page 45: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

35

C. Nilai-Nilai dalam Perayaan Tradisi Grebeg Besar di Demak

Tradisi Grebeg Besar di Demak merupakan bentuk dari kebudayaan yang

erat kaitannya dengan nilai-nilai yang mempunyai arti penting bagi kehidupan

masyarakatnya. Kebudayaan sebagai norma, ide-ide, serta peraturan yang harus

dipatuhi dalam kehidupan bermasyarakat.97

Tradisi Grebeg Besar di Demak

mengandung nilai-nilai yang sangat penting bagi masyarakat Demak. Adapun

nilai-nilai yang dapat diambil dalam tradisi Grebeg Besar yaitu nilai sejarah, nilai

sosial, nilai seni, nilai agama, dan nilai ekonomi. Dalam tradisi Grebeg Besar nilai

sejarah yang dapat diambil adalah tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur

kepada Allah SWT dan bentuk penghormatan atas jasa walisongo, terutama sunan

Kalijaga yang telah mensyiarkan agama Islam di tanah Jawa khususnya di

Demak.98

Nilai agama dalam tradisi Grebeg Besar di Demak dapat diambil dari segi

anjuran untuk membaca doa setiap melakukan pekerjaan, hal ini dapat dijumpai

saat acara pembukaan sampai acara penutupan tradisi Grebeg Besar. Adanya

pengajian dan hataman Al-Qur’an di masjid Agung Demak dapat meningkatkan

keimanan masyarakat Demak. Tumpeng songo yang diartikan sebagai lambang

wali songo yang berbentuk kerucut menjulang ke atas mempunyai makna bahwa

manusia khususnya umat Islam harus senantiasa ingat kepada Allah SWT dan

bersyukur atas segala kenikmatan yang diberikan.99

Nilai sosial dalam tradisi Grebeg Besar dapat terlihat dalam rangakaian

prosesinya. Masyarakat berkumpul dengan rukun dan damai dalam

penyelenggaraan tradisi Grebeg Besar. Pemerintah, ahli waris Kadilangu, dan

Masyarakat mengikuti serangkaian acara Grebeg Besar dengan tertib. Partisipasi

97

Koentjaraningrat, Kebudayaan Melintas dan Pembangunan, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2004), h. 5 98

Setyarini, “Ritual Grebeg Besar di Demak Kajian Makna, Fungsi dan Nilai”, PP volume 1, no.

(2, Desember 2011), h. 169 99

Setyarini, Ritual Grebeg Besar di Demak Kajian Makna, Fungsi dan Nilai, PP volume

1, no. 2, (Desember 2011), h. 168

Page 46: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

36

dari semua pihak dapat memperlancar jalannya tradisi Grebeg Besar. Nilai gotong

royong terlihat dalam persiapan pengajian dan tumpeng songo yang disiapkan

oleh ta’mir Masjid Agung Demak. Kerukunan juga terlihat dari para pedagang

yang menjual berbagai makanan, kerajinan, barang-barang yang sama, akan tetapi

mereka tidak saling bertengkar berebut pembeli.100

Nilai seni merupakan suatu nilai budaya khusus yang berhubungan dengan

kesenian.101

Seni merupakan nilai budaya yang dapat dinilai dengan rasa senang

melalui suara, bunyi, dan bangunan. Tradisi Grebeg Besar mempunyai nilai seni

dikarenakan begitu banyak pertunjukan yang ditampilkan serta sarana yang

digunakan. Pertunjukan ditampilkan sangat menarik sehingga dapat menarik

perhatian masyarakat. Sedangkan sarana prasarana yang digunakan juga memiliki

daya pikat tersendiri sehingga masyarakat puas dalam menyaksikan tradisi Grebeg

Besar.102

Nilai seni dapat disaksikan dalam acara uborampe iring-iringan minyak

jamas sunan Kalijaga. Banyak kesenian yang ditampilkan dalam tradisi Grebeg

Besar seperti tari bedhaya tunggal jiwa yang dibawakan oleh sembilan penari

yang cantik-cantik dan pakaian yang Indah. Gerakan tari bedhaya tunggal jiwa

mempunyai makna sebagai proses kehidupan manusia yang senantiasa mencari

kebenaran sesuai dengan ajaran para wali yang sederhana penyampaiannya namun

jelas diterima maknanya. Para penari juga menggunakan tasbih yang dipakai

sebagai sarana untuk berdzikir mendekatkan diri kepada Allah.103

Lagu lir-iir

yang mengiringi tari bedhaya tunggal Jiwa juga menjadi daya tarik tersendiri.

Lagu Lir-ilir yang diciptakan oleh sunan Kalijaga ini penuh makna ajaran Islam.

Lagu ini mengingatkan masyarakat muslim untuk melaksanakan sholat lima

waktu dan menjalankan rukun Islam yang lainnya.104

Selain itu seni lain yang

100

Ibid., h. 169 101

Sedyawati dkk, Kajian Nilai Budaya Naskah kuno Puspakerma, (Jakarta: Depdikbud,

1997), h. 126 102

Setyarini, Ritual Grebeg Besar di Demak Kajian Makna, Fungsi dan Nilai, PP volume

1, no. 2, (Desember 2011), h. 171 103

Dyah Purwani Setianingsih, Deskripsi Tari Bedhaya Tunggal Jiwa Dalam Rangkaian

Tradisi Grebeg Besar, (Demak : Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Demak, 1 998), h. 13 104

Siti Muawanah, The Meaning of An Islamic Holiday Festival :A Study on the Grebeg

Besar in Demak, Studia Islamika Volume 13, (3 November, 2006), h. 448

Page 47: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

37

tampak adalah kostum yang dipakai dalam acara penajamasan pusaka Sunan

Kalijaga, pada acara tumpeng sembilan, dan iring-iringan minyak jamas pusaka

Sunan Kalijaga. Semua anggota inti menggunakan pakaian khas Jawa. 105

Nilai ekonomi dalam perayaan tradisi Grebeg Besar di Demak dapat

dirasakan oleh pemerintah dan masyarakat kabupaten Demak. Ada hubungan erat

antara tradisi grebeg besar dengan upaya memperoleh keuntungan ekonomi.

Pemerintah selain melestarikan warisan budaya lokal, namun juga mendapat

keuntungan karena tradisi Grebeg Besar dapat menjadi sumber pendapatan

Pemerintah Daerah Kabupaten Demak.106

Adanya keramaian yang ada di Joglo

Indah, Pemerintah Kabupaten Demak menyewakan tempat untuk berdagang baik

dikelola sendiri atau pun pihak swasta. Grebeg Besar juga menjadi destinasi

wisata yang mampu mengundang banyak wisatawan sehingga dapat menambah

pemasukan daerah Kabupaten Demak. Masyarakat juga mendapatkan keuntungan

dengan berjualan selama acara Grebeg Besar berlangsung.107

105

Ibid,h. 444 106

Siti Muawanah, “Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga”, Analisa Volume XVII No. 1,

(Januari – Juni 2010), h.85 107

Siti Muawanah, ’’The Meaning of An Islamic Holiday Festival :A Study on the

Grebeg Besar in Demak, Studia Islamika Volume 13,( 3 November, 2006), h. 449

Page 48: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

38

BAB IV

Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di Demak 1974-2016

A. Penjaga Tradisi Grebeg Besar

Tradisi Grebeg Besar merupakan salah satu budaya yang masih

berlangsung sampai sekarang di Kabupaten Demak. Tradisi Grebeg Besar yang

sampai sekarang masih bertahan di tengah-tengah masyarakat modern perlu

diapresiasi, bertahannya tradisi Grebeg Besar di Demak tidak dapat dilepaskan

dari para pendukung dan peranan pemerintah Kabupaten Demak, Ahli Waris

Kadilangu, dan Masyarakat yang aktif dalam melestarikan budaya lokal tersebut.

Budaya merupakan identitas yang perlu dilestarikan serta dijaga supaya bisa

menjadi warisan untuk generasi penerus.108

Pelestarian warisan budaya pada

hakikatnya adalah melestarikan warisan budaya agar tetap ada dalam konteks

sistem dan berguna bagi kehidupan masyarakat sekarang. Pengelolaan warisan

budaya adalah upaya untuk memberi makna baru bagi warisan budaya itu, apakah

sebagai identitas atau jati diri, daya tarik wisata ataupun untuk kajian ilmu

pengetahuan. Oleh karena itu jika tidak ada makna baru yang dapat dirasakan oleh

masyarakat sekarang, upaya pengelolaan itu akan terasa sulit atau bahkan tidak

akan mencapai sasaran.109

Pelestarian tradisi Grebeg Besar melibatkan banyak pihak diantara agensi

(Ahli Waris Kadilangu dan Masyarakat) dan Pemerintah Kabupaten Demak.

A.1. Peran Pemerintah Kabupaten Demak

Tradisi yang dilaksanakan setahun sekali ini menurut kepercayaan

masyarakat setempat, sudah ada sejak 1506 pada periode Sultan fattah. Pada tahun

1806 Bupati Demak Condronegoro VI mempunyai ide untuk menggabungkan

tradisi Grebeg Besar dengan beberapa kegiatan budaya seperti tarian barong

hakikat, topeng syari’at dan ronggeng ma’rifat, hal ini dimaksudkan untuk

108

Johanes Mardimin, Jangan Tangisi Tradisi, (Jakarta: Kanisius, 1994), h. 61 109

Roby Ardiwidjaja, Arkeowisata Mengembangkan Daya Tarik Pelestarian Warisan

Budaya, (Yogyakarta: CV. Budi Utama), h. 24

Page 49: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

39

menjadi sarana pemberitaan Islam di pendapa Kabupaten Demak. Pada tahun

yang sama, ada juga penjamasan pusaka (pencucian pusaka) Sunan Kalijaga yaitu

Kutang Ontokusumo dan Keris kyai Carubuk yang dipegang oleh pihak

kasepuhan Kadilangu.110

Tradisi Grebeg Besar pernah berhenti diadakan pada masa pendudukan

Jepang sampai tahun 1950, kemudian dari tahun 1950 sampai sekarang tradisi

Grebeg Besar dilestarikan kembali.111

Pada tahun 1974 atas saran Ki Nartosabdo

ada pembaharuan dalam perayaan tradisi Grebeg Besar yaitu adanya prajurit

patang puluhan yang dimaksudkan untuk lebih mensakralkan ritual tradisi Grebeg

Besar. Pada tahun 1976 Drs. Winarna Surya Adisubrata selaku bupati Demak

memodifikasikan ritual tradisi Grebeg Besar dengan menambahkan prosesi

selametan tumpeng sembilan, yang melambangkan jumlah wali sembilan yang

telah sangat berjasa dalam mensyiarkan agama Islam di tanah Jawa.112

Pada tahun 1989 atas saran dari bapak Soekamto selaku Kabag Humas

Demak mengusulkan agar perayaan Grebeg Besar lebih menarik perlu

ditambahkan suatu sajian tarian Bedhayan. Hal ini disambut baik oleh H.

Soekarlan selaku bupati Demak. Akhirnya perayaan Grebeg Besar tahun 1989

ditambahkan penampilan Tari Bedhaya Tunggal Jiwa yang disajikan dengan

sembilan penari untuk mengiringi keluarnya Bupati beserta stafnya dalam proses

penyerahan minyak jamas.113

Pada tahun 2001 perayaan pasar malam Grebeg

Besar yang awalnya berada di alun-alun depan Masjid Demak, dipindahkan ke

Tembiring Jogo Indah yang berada disebelah utara Masjid Agung Demak. Tempat

tersebut digunakan untuk pasar malam Grebeg Besar pada bulan Dzulhijjah, di

tempat ini pula di bulan-bulan lainnya digunakan sebagai tempat parker para

110

Siti Muawanah, “The Meaning of An Islamic Holiday Festival :A Study on the Grebeg

Besar in Demak”, Studia Islamika Volume 13, 3 November, 2006, h. 443 111

Nur Achmad, Perayaan Grebeg Besar Sebagai Sarana Komunikasi Dakwah, At-

Tabsyir Vol.1 dan 2, (Juli-Desember 2013),Kudus: STAIN Kudus, h. 13 112

Siti Muawanah, “The Meaning of An Islamic Holiday Festival :A Study on the Grebeg

Besar in Demak”, Studia Islamika Volume 13, 3 November, 2006, h. 443 113

Dyah Purwani Setianingsih, Deskripsi Tari Bedhaya Tunggal Jiwa Dalam Rangkaian

Tradisi Grebeg Besar, (Demak : Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Demak, 1 998), h. 6

Page 50: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

40

peziarah makam Raden Fattah. Pemidahan tempat pasar malam dari alun-alun

Demak ke Tembiring Jogo Indah dikarenakan jika pasar malam tetap

dilaksanakan di alun-alun depan Masjid Agung Demak dapat mengganggu

kegiatan ibadah dan para peziarah makam Raden Fattah.114

dilestarikan

Pelestarian Grebeg besar di Demak yang diambil alih pemerintah setempat dengan

tujuan ikut serta melestarikan warisan budaya. Hal ini juga mendapat apresiasi

positif dari masyarakat dan ahli waris Kadilangu. Bentuk peranan pemerintah

dalam menjaga dan melestarikan tradisi grebeg besar di Demak yaitu sebagai

berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Demak mengangkat tradisi grebeg besar

menjadi agenda wisata budaya tahunan yang dilaksanakan mulai dari

awal bulan Dzulhijjah sampai tanggal sebelas Dzulhijjah. Sebagai

tradisi warisan leluhur, sudah menjadi kewajiban masyarakat khusunya

pemerintah kabupaten Demak untuk nguri-nguri atau melestarikan

tradisi ini. Grebeg besar menjadi agenda wisata budaya unggulan dan

andalan Kabupaten Demak sampai saat ini.115

Antusiasme masyarakat

yang datang tidak hanya dari masyarakat Demak namun juga dari

daerah sekitar Demak, membuat tradisi grebeg besar menjadi ikon

penting wisata di kabupaten Demak.116

Selain untuk melestarikan

warisan budaya pemerintah juga melihat adanya peluang besar untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Masyarakat biasanya

menyediakan jasa parkir, menjual berbagai makanan dan kerajinan

tangan, dan bentuk jasa lainnya. Tradisi Grebeg besar tidak hanya

menambah pendapatan masyarakat namun juga pemerintah dan

pengelola pihak swasta melalui penyewaan tempat area berjualan, dan

tiket masuk di keramaian Tembiring jogo Indah.

114

Iwan Effendy, Dinamika Grebeg Besar Demak pada tahun 1999-2003 (Tinjauan

Sejarah dan Tradisi), Journal of Indonesian History Vol. 3 No. 1, (2014), h. 23-24 115

https://www.wawasam.co diakses pada tanggal 09 Februari 2019 pukul 02.26 116

https://beritagar.id diakses pada 09 februari 2019. Pukul 02.12

Page 51: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

41

2. Pelaksanaan tradisi grebeg besar di Demak sekarang menjadi agenda

budaya dan pariwisata di Kabupaten Demak. Sebagai tradisi, seperti

biasanya tradisi ini dilaksanakan setiap tahun pada bulan Dzulhijjah.

Pemerintah kabupaten Demak telah melakukan beberapa upaya untuk

mempromosikan tradisi Grebeg Besar melalui berbagai media sosial

seperti pemberitaan di akun instagram Kabupaten Demak, facebook,

twitter, dan di berbagai media online, surat kabar, dan pemasangan

spanduk perayaan tradisi Grebeg Besar.

3. Pemerintah setempat juga membuat tumpeng sembilan, dan

menyiapkan semua fasilitas terkait adanya iring-iringan prajurit patang

puluhan. Pemerintah Kabupaten Demak berusaha untuk pembiayaan

perayaan tradisi grebeg besar diambil dari pendapatan daerah.

4. Pemerintah juga melakukan pelatihan khusus kepada personil yang

terlibat dalam acara tumpeng sembilan, dan iring-iringan minyak

jamas. Pemerintah melibatkan anak-anak sekolah pilihan yang diikut

sertakan dalam prosesi ini untuk dilatih dan ini menjadi cara untuk

mengenalkan budaya dengan melibatkan anak-anak tersebut secara

langsung.

5. Pemerintah menyediakan petugas keamanan selama perayaan tradisi

grebeg besar berlangsung. Pemerintah bekerjasama dengan polisi, TNI,

Satpol PP, dan anak-anak sekolah yang berseragam pramuka dengan

membuat pagar betis pada acara iring-iringan tumpeng sembilan dan

iring-iringan minyak jamas.

Peranan pemerintah daerah Kabupaten Demak dalam pelestarian

Grebeg Besar sangatlah besar. Dengan adanya peran dari pemerintah

ini tradisi Grebeg Besar di Demak terus bertahan sampai sekarang.

B. Peranan Ahli Waris Kadilangu dalam Mempertahankan Tradisi Grebeg

Besar di Demak

Tradisi Grebeg Besar di Demak merupakan serangkaian acara yang

berlangsung pada bulan Dzulhijjah. Puncak acara dari tradisi ini adalah

Page 52: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

42

penjamasan pusaka Sunan Kalijaga. Ritual penjamasan pusaka sunan Kalijaga ini

terus dilaksanakan oleh ahli waris sunan Kalijaga sesuai dengan wasiat sunan

Kalijaga yang terdapat dalam serat kaki waloko yang berpesan kepada para ahli

warisnya yaitu “Agemanku, mbesuk yen aku wes dikeparingke sowan Ingkang

Kuwaos, salehno neng dhuwur peturonku, Kejobo kui sawise aku kukut,

agemanku jamasano” (Setelah saya dipanggil Allah SWT, letakkan “Ageman”ku

di atas tempat tidurku. Selain itu basuhlah agemanku. Meskipun Sunan Kalijaga

tidak menyebutkan secara rinci apa yang dimaksud dengan Ageman dalam

wasiatnya. Ahli waris Sunan Kalijaga menafsirkannya ageman dengan tiga

pusaka Sunan Kalijaga yaitu kutang Antakusuma, keris Kyai cerubuk, dan keris

Kyai Sirikan. 117

Ahli waris merasa punya tanggung jawab untuk terus

melestarikan tradisi ini. Menurut ahli waris, prosesi penjamasan pusaka sunan

Kalijaga harus tetap dilaksanakan karena pada dasarnya semua ritual yang

dilaksanakan dalam penjamasan mempunyai arti yang dapat diajarkan kepada

anak cucu keturunan sunan Kalijaga. Misalnya pada saat menjamas pusaka Sunan

kalijaga yang dilakukan dengan kondisi mata tertutup, dapat diartikan sebagai

ujian pada anak cucunya untuk patuh apa tidak pada wasiat leluhur, jangan sampai

ada kesombongan dengan melanggar aturan tersebut. Semua rangkaian prosesi

yang syarat dengan nasehat agar ahli waris mempunyai budi pekerti yang luhur

untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.118

Menurut Raden Hariadi Saptianto tradisi Grebeg Besar harus selalu

dilestarikan karena tradisi Grebeg Besar mempunyai pesan-pesan religius.119

Pesan religious yang terkandung dalam acara penjamasan pusaka Sunan Kalijaga

dapat diungkap dari lagu lir-ilir dan ancakan. Adapun lagu lir-ilir adalah sebagai

berikut:

Lir-ilir, lir-ilir, tandure wus sumilir

117 Siti Muawanah, “Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga”, Analisa Volume XVII No.

1, (Januari – Juni 2010), h.5-6 118

Wawancara pribadi dengan Raden Hariadi Saptianto, Ahli waris Kadilangu,

(Natabratan, 18 Januari 2019 ).

Page 53: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

43

Tak ijo royo-royo, tak sengguh penganten anyar

Cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi,

Lunyu-lunyu penekna kanggo mbasuh dodot ira,

Dodot ira, dodot ira, kumitir bedhah ing pinggir,

Dhondomano jlumatono kanggo sebha mengko sore,

Mumpung padhang rambulane, mumpung jembar kalangane,

Yo Surak-a, surak horeee.120

Lagu Lir-ilir diyakini merupakan karangan dari Sunan Kalijaga, lagu ini

biasanya dilantunkan dalam rangkaian acara penjamasan pusaka Sunan Kalijaga.

Lagu ini dikumandangkan sebelum ancakan, saat Ahli Waris Kadilangu menerima

abon-abon (bahan untuk penjamasan pusaka) dari keraton Surakarta dan

dikumandangkan juga sepanjang perjalanan dari Natabratan menuju cungkup

Sunan Kalijaga. Lagu ini syarat dengan pendidikan dan ajaran Islam. 121

Jika

ditelusuri maknanya menggambarkan ajaran para Wali sudah mulai bangkit (wis

sumilir) yang semakin lama semakin subur (royo-royo), dan diterima oleh umat

Islam, buah belimbing yang bersegi lima diibaratkan sebagai sholat lima waktu

yang harus ditunaikan (penekno belimbing kui) sekalipun berat melaksanakannya

(lunyu-lunyu penekno) untuk menyempurnakan agamamu. Ketika imanmu masih

goyah (bedhahing pinggir) maka sempurnakanlah dengan sebaik-baiknya

(dhondhomano jlumatono) untuk persiapan menghadap Allah SWT di hari akhir

nanti (kanggo sebho mengko sore) mumpung masih ada kesempatan hidup di

dunia ( mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane) lakukan

dengan suka cita (surak horee).122

Pelajaran yang dapat diambil dari tradisi Grebeg Besar selanjutnya dapat

terlihat dari selametan ancakan yaitu nasi ancakan yang ditutup dengan godhong

jati bukan dengan daun pisang seperti selametan biasa. Hal ini terkandung makna

120

Jhony Hady Saputra, Mengungkap Perjalanan Sunan Kalijaga, (Pustaka Media, 2010)

h. 18. 121

Siti Muawanah, “Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga”, Analisa Volume XVII No.

1, (Januari – Juni 2010), h. 82 122

Muhammad Adhim, Tradisi Grebeg Besar: Sejarah dan Perannya dalam penyebaran

Islam di Demak, skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005, h. 34-35

Page 54: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

44

godhong jati berarti sejatining urip (hakekat hidup) dan ajaran yang sejati (ajaran

seng sejati) artinya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah untuk beribadah

dan menyembah Allah SWT.123

Tradisi Grebeg Besar yang terus dilestarikan oleh Ahli Waris Kadilangu

mempunyai banyak makna tidak hanya dari serangkaian prosesi penjamasan

pusaka Sunan Kalijaga, namun pada saat tradisi ini berlangsung dijadikan sebagai

sarana berkumpulnya keluarga besar Ahli Waris Kadilangu. Semua anggota

keluarga Ahli Waris Sunan Kalijaga akan berkumpul di Kadilangu. Mereka

biasanya tinggal di Kadilangu sampai penjamasan pusaka Sunan Kalijaga

berakhir. Hubungan yang semula agak renggang karena jarang bertemu akan

terbina kembali. Bahkan rumah sesepuh Kadilangu yang biasanya dapat menerima

tamu menginap, pada saat Grebeg Besar berlangsung tidak dapat menerima tamu

karena sudah dipenuhi oleh Ahli Waris Kadilangu yang datang dari luar kota.124

C. Peranan Mayarakat Kabupaten Demak dalam melestarikan Tradisi

Grebeg Besar di Demak

Bertahannya tradisi Grebeg Besar di Demak sampai sekarang tidak dapat

dilepaskan dari masyarakat pendukungnya yang sadar akan pentingnya menjaga

warisan budaya. Perayaan tradisi grebeg besar tidak hanya diikuti oleh penduduk

yang berumur, akan tetapi pemuda pemudi juga ikut serta dalam melestarikannya.

Masyarakat yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam prosesi

tradisi Grebeg Besar merasa punya kewajiban untuk tetap mempertahankan dan

menjaga budaya yang dimiliki. Upaya masyarakat dalam pelestarian Grebeg Besar

yaitu dengan cara mengikuti serangkaian acara tradisi Grebeg Besar, juga ikut

mempromosikan tradisi Grebeg Besar ke daerah lain. Tradisi Grebeg Besar

mampu menumbuhkan solidaritas antar warga masyarakat untuk saling bekerja

123

Siti Muawanah, “Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga”, Analisa Volume XVII No. 1,

(Januari – Juni 2010), h. 84 124

Siti Muawanah, Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga”, Analisa Volume XVII No. 1,

(Januari – Juni 2010), h. 86

Page 55: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

45

sama satu sama lain, dalam mempersiapkan penyelenggaraan tradisi Grebeg

Besar. 125

Masyarakat terbagi menjadi dua yaitu masyarakat setempat dan

masyarakat pendatang. Masyarakat setempat (warga Kabupaten Demak)

mendapatkan keuntungan dari pelestarian tradisi Grebeg Besar ini. Masyarakat

yang ikut serta langsung dalam rangkaian acara, maupun masyarakat yang hanya

menikmati keramaian yang ada di Tembiring Jogo Indah. Masyarakat pendatang

biasanya berasal dari kota-kota sekitar Demak. Masyarakat pendatang biasanya

berziarah di makam Raden Fattah dan Sunan Kalijaga. Masyarakat dari luar

daerah Demak biasanya menginap untuk menyaksikan tradisi Grebeg Besar, hal

ini jelas menguntungkan bagi warga masyarakat Kabupaten Demak. Seperti yang

disampaikan Nurus warga asli Semarang yang mengatakan bahwa setiap tahun

selalu datang ke Demak untuk menghadiri tradisi Grebeg Besar. 126

Menurut Ahmad Islahul Abdi tradisi Grebeg Besar harus terus dijaga dan

dilestarikan karena dapat mengingatkan dan memberi pelajaran kepada generasi

penerus untuk mengingat perjuangan para wali dalam meyebarkan agama Islam

terutama di Demak. Disamping itu menurutnya tradisi Grebeg Besar dapat

memberi hiburan kepada masyarakat mulai pedesaan sampai masyarakat kota,

dengan adanya keramaian yang ada di Tembiring Joglo Indah.127

Menurut Mujibur

Rahman dengan berkontribusi dalam tradisi Grebeg Besar, dia merasa bangga

karena sudah bisa terlibat dalam melestarikan tradisi Grebeg Besar di Demak.128

Masyarakat Demak sangat berperan dalam pelestarian tradisi Grebeg

Besar yang rutin dilaksanakan setiap tahun di kabupaten Demak, hal ini tearlihat

dari banyaknya masyarakat yang berdondong-bondong mengikuti jalannya tradisi

ini. Usaha masyarakat Demak dalam mempertahankan tradisi ini dengan

mengikuti langsung jalannya tradisi Grebeg Besar dengan mengajak anak-

anaknya, dengan maksud mengenalkan tradisi leluhur. Masyarakat mempercayai

125

Iwan Effendy, Dinamika Grebeg Besar Demak pada tahun 1999-2003 (Tinjauan

Sejarah dan Tradisi), Journal of Indonesian History Vol. 3 No. 1, (2014), h. 25 126

Wawancara pribadi dengan Nurus, warga Semarang, Demak 21 Agustus 2018. 127

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Islahul Abdi, karyawan Masjid Agung Demak.

Demak, 17 Januari 2019. 128

Wawncara pribadi dengan Mujibur Rahman, Remaja Masjid Agung Demak, 02

Februari 2019

Page 56: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

46

dengan mengkuti tradisi Grebeg Besar akan mendapatkan barokah dari para wali.

Tradisi Grebeg Besar di Demak masih terus bertahan sampai sekarang salah

satunya karena masyarakat setempat dan pemerintah Kabupaten Demak mau

bekerja sama untuk melestarikannya.

Tradisi Grebeg Besar terus dilestarikan di Kabupaten Demak, karena

tradisi ini juga bisa menjadi media hiburan rakyat yang murah meriah serta dapat

menghilangkan kejenuhan atau kepenatan dalam menjalani kegiatan sehari-hari.129

Masyarakat dapat memanfaatkan momentum ini untuk bersilaturrahmi satu sama

lain. Tradisi Grebeg Besar juga dapat meningkatkan solidaritas di antara para

pedagang yang berjualan di tembiring Joglo Indah.

129

Nur Ahmad, Perayaan Grebeg Besar Demak sebagai Sarana Religi Dalam

Komunikasi Dakwah, At-Tabsyir, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam vol. 1 no. 2, (Juli-Desember

2013), h. 14

Page 57: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

47

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

1. Tradisi Grebeg Besar merupakan tradisi peninggalan Walisongo yang

berlangsung setiap bulan Dzulhijjah di Kabupaten Demak bersamaan

dengan peringatan hari raya Idul Adha.

2. Tradisi Grebeg Besar dahulunya berfungsi sebagai sarana penyebaran

agama Islam, saat ini dilestarikan dengan tujuan sebagai bentuk rasa

syukur atas segala kenikmatan yang Allah SWT berikan kepada

Masyarakat Demak, dan sebagai bentuk penghormatan terhadap

Walisongo terumata Sunan Kalijaga yang telah menyebarkan agama Islam

di Kabupaten Demak.

3. Pemerintah Kabupaten Demak mengangkat tradisi Grebeg Besar sebagai

agenda wisata budaya tahunan.

4. Pemerintah berusaha mempromosikan tradisi Grebeg Besar melalui media

online seperti facebook, instagram, dan media lainnya.

5. Masyarakat, terutama generasi tua memberikan pengarahan kepada

generasi muda untuk terus melestarikan tradisi Grebeg Besar.

6. Masyarakat Kabupaten Demak berpatisipasi aktif dalam tradisi Grebeg

Besar.

7. Masyarakat pendatang juga berperan serta dalam melestarikan tradisi

Grebeg Besar dengan berziarah di makam Raden Fattah dan Sunan

Kalijaga di Kadilangu. Terutama peran sang kyai yang mampu membawa

jama’ahnya untuk mengikuti tradisi Grebeg Besar.

8. Ahli Waris Kadilangu menjaga nilai-nilai tradisi Grebeg Besar dengan

terus melaksanakan penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga sesuai dengan

wasiat.

9. Agensi (Ahli Waris Kadilagu dan Masyakat) bersama dengan Pemerintah

Kabupaten Demak terus berinovasi agar pelaksanaan tradisi Grebeg Besar

lebih menarik.

Page 58: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

48

Saran

1. Pemerintah Kabupaten Demak seharusnya lebih memperhatikan

keramaian yang ada di Tembiring Joglo Indah dengan memberikan

pertunjukan hiburan yang mendidik.

2. Nilai dan fungsi dalam perayaan tradisi Grebeg Besar seharusnya dapat

dipahami semua kalangan sehingga tradisi ini terus terjaga kelestariannya.

3. Pemerintah daerah seharunya meningkatkan keamanan dan kenyamanan

agar masyarakat dapat mengikuti tradisi ini dengan lebih aman.

Page 59: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

49

Daftar Pustaka

Arsip

BPS dan BAPPEDA Kabupaten Demak, Demak Dalam Angka 2016, (Demak:

2016)

Dinas Pariwisata Kabupaten Daerah tingkat II Demak, Upacara Grebeg Besar di

Kabupaten Demak, ( Demak : 1995 )

Jurnal

Achmad, Nur, “Perayaan Grebeg Besar Sebagai Sarana Komunikasi Dakwah, “

At-Tabsyir Vol.1 dan 2, (Juli-Desember 2013).

Arifani, Moh. Anif, “Model Pengembangan Dakwah Berbasis Budaya Lokal

(Analisis Tentang Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Dakwah Sunan Kalijaga)”,

Ilmu dakwah vol. 4 No.(15 Januari-Juni 2010).

Effendy, Iwan, “Dinamika grebeg Besar Demak pada Tahun 1999-2003 (Tinjauan

Sejarah dan Tradisi)”, JIH (Journal of Indonesian History), volume 3 No. 1 tahun

2014.

Muawanah, Siti, “Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga”, Analisa Volume XVII

No. 1, (Januari- Juni 2010).

____________, “The Meaning of An Islamic Holiday Festival :A Study on the

Grebeg Besar in Demak”, Studika Islamika Volume 13, ( 3 November 2006).

MM, Mahmud, Model-model Pembelajaran di Pesantren , (Ciputat: Media

Nusantara, 2006).

Pebrianti, Sestri Indah, “Makna Simbolik Tari Bedhaya Tunggal Jiwa”,

Harmonia Volume 13,no. 2 ,(Desember 2013).

Page 60: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

50

Sumbulah, Umi “Islam Jawa dan Akulturasi Budaya : Karakteristik, Variasi dan

Ketaatan Ekspresi,” El Harakah Vol. 14 No. 1, 2012

Buku dan Skripsi

Achmad, Nur, Perayaan Grebeg Besar Sebagai Sarana Komunikasi Dakwah,

dalam jurnal At Tabsyir Vol.1 dan 2, Juli-Desember 2013, Kudus: STAIN Kudus.

Abimanyu, Soedjipto, Babad Tanah Jawi, (Jogjakarta: Laksana, 2014)

Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Logos Wacana

Ilmu, 1999), cetak II

Adhim, Muhammad, Tradisi Grebeg Besar: Sejarah dan Perannya dalam

penyebaran Islam di Demak , Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora

,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2015), cetak II

Ardiwidjaja, Roby, Arkeowisata Mengembangkan Daya Tarik Pelestarian

Warisan Budaya, (Yogyakarta: CV. Budi Utama), 2018.

A. Kasah, Hamid, Grebeg Besar Kota Wali Demak, (Demak : CV. Cipta Adi

Grafika, 2006)

Baal, J. Van, Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya Hingga

Dekade 1970, Jakarta: Gramedia, 1970

Hady Saputra, Jhony, Mengungkap Perjalanan Sunan Kalijaga, (Pustaka Media,

2010) .

Hartati, dkk, Upacara Tradisional Jawa Tengah, (Semarang: Proyek Inventaris

dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah, 1989)

Haryadi, Sugeng, Sejarah Berdirinya Masjid Agung Demak dan Grebeg Besar,

(Jakarta: CV.Mega Berlian, 2003).

Page 61: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

51

Koentjaraningrat, Kebudayaan Melintas dan Pembangunan, (Jakarta: PT

Gramedia PustakaUtama)

Lily Turangan dkk, Seni Budaya dan Warisan Indonesia, Jakarta: PT Aku Bisa,

2014Madjid, M. Dien, Pengantar Ilmu Sejarah, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2013)

M. Khafid, Sejarah Demak Matahari Terbit di Glagah Wangi, (Demak: Kantor

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak, 2008).

Sedyawati dkk, Kajian Nilai Budaya Naskah kuno Puspakerma, (Jakarta:

Depdikbud, 1997).

Setianingsih, Dyah Purwani, Deskripsi Tari Bedhaya Tunggal Jiwa Dalam

Rangkaian Tradisi Grebeg Besar, (Demak : Kantor Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Demak, 1998).

Soerlanto B, Garebeg di Kasultanan Yogyakarta, (Yogyakarta: Kanisius, 1993)

Spiegel, Gabrielle M, Practicing History New Directions in Historical Writing

After The Lingistic Turn, (New York And London: Routledge Taylor & Francis

Group, 2005).

Sunyoto, Agus, Atlas Wali Songo, (Depok: Pustaka Iman, 2016)

Website

https://beritagar.id

http://demakkab.go.id

https://regional.kompas.com

https://www.wawasam.co

Page 62: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

52

Wawancara

Raden Widjayanto, Ahli Waris Kadilangu, Demak: 17 Maret 2017

Ardhito Prabowo, Sie. Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Demak,

Demak: 05 Januari 2017

Raden Hariadi Saptianto, Ahli Waris Kadilangu, Natabratan: 18 Januari 2019

Ahmad Islahul Abdi, karyawan Masjid Agung Demak, Demak: 17 Januari 2019

Mujibur Rahman, remaja Masjid Agung Demak, Demak: 02 Februari 2019

Page 63: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

LAMPIRAN

Foto Pembukaan Tradisi Grebeg Besar

(Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Demak)

Iring-iringan tumpeng Sembilan

(Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Demak)

Page 64: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

Tumpeng Sembilan

(Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Demak)

Bupati beserta jajarannya dalam acara tumpeng Sembilan

(Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Demak)

Page 65: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

Perajurit Patangpuluhan dalam perayaan Tradisi Grebeg Besar tahun 2013

(Sumber: Facebook Wisata Religi Masjid Agung Demak dan makam para Wali

foto oleh Adhi Pramanto)

Perajurit Patangpuluhan dalam perayaan Tradisi Grebeg Besar tahun 2016

(Sumber: Facebook Wisata Religi Masjid Agung Demak dan makam para Wali

foto oleh Adhi Pramanto)

Page 66: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

Penyerahan Minya Jamas dari Bupati Demak kepada Lurah Tamtama

(Sumber: Facebook Wisata Religi Masjid Agung Demak dan makam para Wali

foto oleh Adhi Pramanto

Sembilan penari Bedhaya Tunggal Jiwa

(Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Demak)

Page 67: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

Lurah Tamtama beserta Prajurit Patangpuluh bersiap mengantar minyak jamas

untuk diserahkan kepada pihak kasepuhan Ahli Waris Kadilangu

Bupati beserta jajarannya ziarah ke makam Sunan Kalijaga

Page 68: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di

Sesepuh Ahli Waris Kadilangu beserta tim penjamas

(Sumber: Facebook Wisata Religi Masjid Agung Demak dan makam para Wali

foto oleh Adhi Pramanto)

Page 69: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di
Page 70: PELESTARIAN TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK ( 1974- 2016 ): …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50446/... · 2020-03-06 · “Pelestarian Tradisi Grebeg Besar di