pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya warisan... · filosofi sangkan paraning dumadi dan...

15
PELESTARIAN WARISAN BUDAYA JAWA DAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI PARIWISATA DI DIY Oleh : Ir. H. YUWONO SRI SUWITO, MM ________________________________________________ SIMPOSIUM LINGKUNGAN HIDUP DAN PARIWISATA DALAM RANGKA MEMPERINGATI 20 TAHUN KERJASAMA PROPINSI DIY DENGAN KYOTO - PERFECTURE, JEPANG YOGYAKARTA : 18 - 19 JULI 2005

Upload: voanh

Post on 06-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

PELESTARIAN WARISAN BUDAYA JAWA DAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK MENDUKUNG

INDUSTRI PARIWISATA DI DIY

Oleh : Ir. H. YUWONO SRI SUWITO, MM

________________________________________________

SIMPOSIUM LINGKUNGAN HIDUP DAN PARIWISATA DALAM RANGKA MEMPERINGATI 20 TAHUN KERJASAMA PROPINSI DIY DENGAN

KYOTO - PERFECTURE, JEPANG YOGYAKARTA : 18 - 19 JULI 2005

Page 2: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

PELESTARIAN WARISAN BUDAYA JAWA DAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI PARIWISATA DI DIY *

Oleh : YUWONO SRI SUWITO

A. PENDAHULUAN Permasalahan yang seolah-olah kontroversial yaitu untuk melestarikan

warisan budaya dan lingkungan hidup lewat jalur pariwisata yang justru

pernah terkenal sebagai “perusak kebudayaan “ hendaknya dilihat sebagai

suatu pandangan yang masih umum sifatnya serta untuk kita teropong

dalam ruang lingkup pembangunan nasional secara menyeluruh. Disatu

pihak kita membangun, kita merobah keadaan, kadang-kadang terpaksa

merubah dan merusak yang ada, kita terus maju, namun dilain pihak

dianggap wajar kalau kita was-was dan prihatin terhadap warisan budaya

dan lingkungan yang dalam keadaan serba ringkih, dan seharusnya wajib

kita pertahankan terhadap segala gangguan dan bahaya yang

mengancamnya. Amanat warisan budaya dan lingkungan hidup

hendaknya terus kita emban dengan usaha pelestarian dan pemanfaatan

yang aktif positip, karena demikian saratnya dengan nilai-nilai filosofi,etika,

dan pesan moral untuk senantiasa kita dalami, kita pelihara, kita bina, kita

bangun dan dimana perlu kita kembangkan demi kepentingan hidup

manusia secara utuh dan menyeluruh.

B. WARISAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN HIDUP DI YOGYAKARTA.

Membicarakan masalah pelestarian warisan budaya dan lingkungan

hidup di Yogyakarta tidak dapat lepas dari keberadaan Karaton

Yogyakarta sebagai cikal bakal pusat pemerintahan dan pusat

Kebudayaan Yogyakarta. Jika ditelusuri lebih jauh dan mendalam

pemilihan lokasi Karaton Yogyakarta pun tidak lepas dari unsur budaya,

religi, filosofi, lingkungan dan teknis yang begitu kuat berpengaruh

terhadap penentu kebijakan pada saat itu. _______________________ * Makalah ini disampaikan pada kegiatan Simposium "Lingkungan Hidup dan Pariwisata"

Memperingati 20 Tahun Kerjasama Propinsi DIY - Kyoto Prefecture, Japan. Yogyakarta,18 - 19 Juli 2005.

1

Page 3: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengku Buwono I) sebagai

seorang arsitek, negarawan dan budayawan sejati pada saat menentukan

letak Karaton Yogyakarta sangat memegang teguh nilai historis maupun

filosofis-religius yang sangat dipercaya akan berpengaruh terhadap sikap

perilaku dirinya sebagai raja sampai pada para kawulanya. Dari sisi topografi, pemilihan letak Karaton Ngayogyakarta

Hadiningrat sebagai inti kota Yogyakarta sangat menguntungkan. Letak

kota di tanah datar dengan kemiringan 0 - 2 % ke arah selatan, di antara

enam sungai yang mengapit secara simetris yaitu sungai Code dan

Winanga di ring pertama, sungai Gajahwong dan kali Bedog di ring kedua

serta sungai Opak dan sungai Progo di ring ketiga sangat menguntungkan

bagi usaha pertanian, mempercepat peresapan air hujan dan sangat

menguntungkan bagi pembuatan drainase kota. Tanah yang subur karena

dekat dengan ginung Merapi dan rakyat tetap tenang apabila terjadi

letusan gunung Merapi dikarenakan banyaknya rintangan di sebelah

selatan gunung Merapi yang menghalangi banjir lahar yang menuju ke

arah kota Yogyakarta.

Penentuan lokasi Karaton Yogyakarta yang diapit oleh sungai besar,

di sebelah utara ada gunung Merapi dan sebelah selatan ada laut Selatan

ini dapat dianalogikan dengan pemilihan lokasi bangunan suci oleh orang

– orang Hindu. Menurut kitab-kitab suci agama Hindu untuk lokasi

bangunan suci yang berupa candi dipilih tempat yang berbeda dengan

alam sekitarnya karena menampakkan kekuasaan dewa atau keajaiban

lainnya. Puncak gunung dan lereng bukit, daerah kegiatan vulkanik,

dataran tinggi yang menjulang di atas tepi lembah, tepian sungai atau

danau, tempat bertemunya dua sungai, adalah diantaranya daerah yang

baik untuk lokasi bangunan suci (Soekmono,1991). Apabila kita telusuri

aliran sungai Progo dan Elo merupakan padanannya sungai Gangga dan

Jamuna di India dan tidak jauh dari tempat itu terletak bangunan suci kota

Bodh Gaya dan stupa Bharhut kalau di indonesia candi Borobudur, begitu

pula Ngayogyakarta yang diapit oleh dua sungai besar, sungai Opak dan

sungai Progo di ring paling luar serta sungai Code dan Winongo di ring

yang paling dalam. Puncak gunung (gunung Meru) menurut mitologi Hindu

2

Page 4: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

merupakan tempat bersemayamnya para dewa yang di Yogyakarta

diwakili Gunung Merapi, dan Laut Selatan mewakili samudera yang

mengelilingi gunung Meru. Gunung sebagai ketenangan tempat suci,

dataran pemukiman sebagai tempat aktifitas kehidupan manusia dan laut

sebagai tempat pembuangan akhir dari segala sisa di bumi yang hanyut

dan dihanyutkan ke laut.

Menurut konsep Kosmogoni yang berpangkal pada kepercayaan

tentang adanya kesejajaran antara makrokosmos dan mikrokosmos,

antara alam semesta atau jagat raya dengan dunia manusia termasuk raja

dan kerajaannya, dalam skala yang lebih kecil jagang yang mengelilingi

beteng kraton menggambarkan lautan yang mengelilingi gunung Meru,

sedang komplek kraton Yogyakarta yang terletak di pusatnya

menggambarkan gunung Meru, gunung pusat alam semesta yang

merupakan istananya Dewa Indra. Oleh sebab itu gedhong Indrakila dan

Ngendrasana di dalam kraton Yogyakarta menggambarkan istana dewa

Indra di puncak gunung Meru. Di lingkungan kraton Yogyakarta ada dua

tempat yang disakralkan yakni Gunung Merapi, terletak di sebelah utara

kraton dan Laut Selatan (samudra Indonesia) yang dipercayai sebagai

istana Kanjeng Ratu Kidul penguasa laut selatan. Secara kosmologis

kraton Yogyakarta menghadap kearah gunung Merapi (arah utara), akan

tetapi agar tidak membelakangi laut selatan yang disakralkan, maka pada

halaman belakang (pungkuran) kraton dibuat menyerupai halaman depan

dengan membuat Alun-Alun Selatan dan Siti Hinggil selatan meskipun

dengan skala yang lebih kecil.

Dengan setting lokasi seperti inilah Pangeran Mangkubumi

menciptakan poros (sumbu) imajiner Gunung Merapi - Tugu Pal Putih

(Tugu Golong-Gilig) - Kraton - Panggung Krapyak - Laut Selatan.

Penciptaan poros imajiner ini selaras dengan konsep Tri Hita Karana

danTri Angga (Parahyangan-Pawongan-Palemahan atau Hulu – Tengah –

Hilir serta nilai Utama – Madya – Nistha ). Secara simbolis filosofis poros

imajiner ini melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan

manusia dengan Tuhannya (Hablun min Allah) , manusia dengan manusia

(Hablun min Annas) maupun manusia dengan alam termasuk lima anasir

3

Page 5: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

pembentuknya yakni api (dahana) dari gunung Merapi, tanah (bantala)

dari bumi Ngayogyakarta dan air (tirta) dari laut Selatan, angin (maruta)

dan akasa (either). Poros imajiner ini juga merupakan symbol dari konsep

filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti.

Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

simbol Lingga dan Yoni yang melambangkan kesuburan. Tugu golong gilig

bagian atasnya berbentuk bulatan (golong) dan bagian bawahnya

berbentuk silindris (gilig) dan berwarna putih sehingga disebut juga Pal

Putih. Tugu Golong Gilig ini melambangkan keberadaan Sultan dalam

melaksanakan proses kehidupannya yang dilandasi menyembah secara

tulus kepada Tuhan Yang maha Esa dengan disertai satu tekad menuju

kesejahteraan rakyat (golong – gilig) dan didasari hati yang suci (warna

putih). Itulah sebabnya Tugu Golong-Gilig ini juga sebagai titik pandang

utama Sultan pada saat melaksanakan meditasi di Bangsal Manguntur

Tangkil di Sitihinggil Utara. Konsep filosofi hubungan manusia dengan

Tuhan penciptanya (Hablun min Allah) serta hubungan manusia dengan

manusia (Hablun min Annas) serta konsep manunggaling kawula – Gusti

ini dilambangkan dengan keberadaan Masjid Gedhe dan ringin kurung

Kyai Dewadaru di sebelah barat sumbu imajiner dan ringin kurung Kyai

Janadaru di sebelah timur sumbu imajiner.

Adapun filosofi dari Panggung Krapyak ke utara merupakan

perjalanan manusia sejak dilahirkan dari rahim ibu, beranjak dewasa,

menikah sampai melahirkan anak (Brontodiningrat 1978). Visualisasi dari

filosofi ini diujudkan dengan keberadaan kampung Mijen di sebelah utara

Panggung Krapyak yang melambangkan benih manusia, pohon asem

dengan daun yang masih muda bernama sinom melambangkan gadis

yang masih anom (muda) selalu nengsemaken (menarik hati) maka selalu

disanjung yang divisualisasikan dengan pohon tanjung. Di alun – alun

selatan menggambarkan manusia telah dewasa dan sudah wani (berani)

meminang gadis karena sudah akhil baligh yang dilambangkan dengan

pohon kweni dan pohon pakel. Masa muda yang mempunyai jangkauan

jauh ke depan divisualisasikan dengan dengan pagar ringin kurung alun-

alun selatan yang seperti busur panah. Masa depan dan jangkauan para

4

Page 6: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

kaum muda dilambangkan panah yang dilepas dari busurnya. Sampai di

Sitihinggil selatan pohon yang ditanam pelem cempora yang berbunga

putih dan pohon Soka yang berbunga merah yang menggambarkan

bercampurnya benih laki-laki (dilambangkan warna putih) dan benih

perempuan (dilambangkan warna merah). Di halaman Kamandhungan

menggambarkan benih dalam kandungan dengan vegetasi pohon pelem

yang bermakna gelem (kemauan bersama), pohon Jambu Dersono ang

bermakna kaderesan sihing sasama dan pohon Kepel yang bermakna

kempel, bersatunya benih karena kemauan bersama didasari saling

mengasihi. Melalui Regol Gadhung Mlathi sampailah di Kemagangan yang

bermakna bayi telah lahir dan magang menjadi manusia dewasa.

Sebaliknya dari Tugu Pal Putih ke arah selatan merupakan

perjalanan manusia menghadap Sang Kholiq, meninggalkan Alam Fana

menuju Alam Baqa (Poespodiningrat,1987). Golong-gilig melambangkan

bersatunya cipta, rasa dan karsa dilandasi kesucian hati (warna putih)

melalui Margotomo (jalan menuju keutamaan) ke selatan melalui

Malioboro (memakai obor/pedoman ilmu yang diajarkan para wali), terus

ke selatan melaui Margomulyo (jalan menuju kemuliaan). Sepanjang jalan

Margotomo, Malioboro dan Margomulyo ditanam pohon Asem yang

bermakna sengsem/menarik dan pohon gayam yang bermakna

ayom/teduh. Setelah melalui Pangurakan (mengusir nafsu yang negatip)

sampai di alun-alun utara yang menggambarkan kehidupan manusia yang

ingin menghadap penciptanya laksana orang naik perahu yang diterjang

ombak (alun). Sampai di pelataran Sri Manganti ibarat manusia di alam

Barzah. Bangsal Trajumas ( Traju = timbangan, Mas = logam mulia), di

sini manusia ditimbang amal baik dan amal buruknya sebelum menuju ke

tujuan akhir yakni Alam Baqa (alam abadi) yang dilambangkan dengan

lampu Kyai Wiji (lampu yang tidak pernah padam sejak Sri Sultan

Hamengku Buwono I hingga sekarang) di Gedhong Prabayaksa

(bangunan yang disakralkan di kraton Yogyakarta).

Bagian dari Karaton Yogyakarta yang lain yang tidak kalah

pentingnya dan masih di dalam beteng (baluwarti) kraton adalah

Pesanggrahan Taman Sari, atau yang lebih terkenal dengan sebutan

5

Page 7: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

Istana Air ( Water Kasteel ) Taman Sari. Pesanggrahan Taman Sari ini

tidak hanya sekedar sebagai tempat bercengkerama dengan adanya

kolam pemandian , pulau dan danau buatan, tempat peristirahatan dan

tempat kontemplasi, tetapi lebih jauh dari itu Taman Sari pada hakekatnya

mempunyai arti lain yang berdasarkan pada pertahanan. Hal ini dapat

dibuktikan dengan adanya bangunan lorong bawah tanah yang cukup

banyak, adanya bangunan pulau Cemethi (bangunan bertingkat tinggi

yang memungkinkan orang dapat melihat ke seluruh bagian kota),

jembatan gantung dan sebaginya. Ada kemungkinan pembuatan

Pesanggrahan Taman Sari oleh Sultan Hamengku Buwono I ini diilhami

oleh runtuhnya pertahanan Karaton Kartasura pada saat Geger Pacina

(1740 - 1743) karena tidak mempunyai pertahanan alternatif dan juga

diilhami keberhasilan Raja Majapahit Brawijaya V yang berhasil

meloloskan diri dari kepungan musuh. Dengan demikian jelas bahwa

Sultan Hamengku Buwono I pada saat membangun Taman Sari tidak

meninggalkan ungkapan bahasa Jawa : Sajroning among suka, tan tinggal

duga lan prayoga (Sewaktu bersuka ria tidak meninggalkan kewaspadaan

dan tidak boleh lengah). Fungsi Taman Sari yang lain yang tidak kalah

pentingnya adalah sebagai tempat konservasi alam, baik flora, fauna

maupun air tanah. Hampir semua jenis tanaman, baik tanaman hias,

tanaman buah, rempah-rempah dan tanaman obat ada di Taman Sari,

begitu pula fauna yang dipelihara sepanjang kanal antara Pulau Kenanga

sampai Pulau Gedhong. Adapun air untuk kolam pemandian di Taman

Umbul Binangun memanfaatkan air dari sumber Pacethokan, sedang

untuk segaran di Pulau Kenanga sampai ke pulau Gedhong

menggunakan air dari Sungai Winanga yang dialirkan ke Kraton melalui

Kali Larangan. Bahkan air pengisi Jagang (parit di sekeliling Beteng

Karaton) konon airnya juga diambil dari Sungai Winamga.

Tata ruang Keraton Yogyakarta seperti tersebut di atas merupakan

manifestasi dari adi luhungnya budaya Jawa yang kasat mata (tangible)

disamping juga yang tidak kasat mata (intangible) antara lain seperti

ajaran Sultan hamengku Buwono I tentang Sewiji (Nyawiji) , Greget,

6

Page 8: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

Sengguh, Ora mingkuh yang dijadikan dasar falsafah hidup, pandangan

hidup dan falsafah joged Mataram.

a. Sebagai Falsafah Hidup :

1). Sewiji

Orang harus selalu ingat kepada Tuhan Y.M.E

2). Greget

Seluruh aktivitas dan gairah hidup harus disalurkan melalui jalan

Allah SWT.

3). Sengguh

Harus merasa bangga ditakdirkan sebagai makhluk tersempurna

4). Ora mingkuh

Meskipun mengalami banyak kesukaran-kesukaran dalam hidup,

namun selalu percaya kepada Tuhan Yang Maha Adil

b. Sebagai Pandangan Hidup

1). Sewiji

Apabila seseorang mempunyai cita-cita maka konsentrasi harus

diarahkan ke tujuan itu.

2). Greget

Dinamik dan semangat harus diarahkan ke tujuan melalui saluran-

saluran yang wajar.

3). Sengguh

Percaya penuh pada kemampuan pribadinya untuk mencapai

tujuan.

4). Ora mingkuh

Meskipun dalam perjalanan menuju ke tujuan (cita-cita) akan

menghadapi halangan-halangan tetap tidak akan mundur

setapakpun.

c. Sebagai Falsafah Joged Mataram

1). Sewiji

Konsentrasi total tanpa menimbulkan ketegangan jiwa

7

Page 9: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

2). Greget

Dinamis atau semangat yang membara di dalam jiwa setiap penari

tidak boleh dilepaskan begitu saja, akan tetapi harus dapat

dikekang untuk disalurkan ke arah yang wajar dan menghindari

tindakan yang kasar.

3). Sengguh

Percaya diri sendiri tanpa mengarah ke kesombongan atau

arogansi.

4). Ora mingkuh.

Tidak lemah jiwa atau kecil hati, tidak takut menghadapi kesukaran-

kesukaran dan mengandung arti penuh tanggung jawab.

Unsur-unsur Budaya Jawa yang intangible yang masih terpelihara di

Yogyakarta adalah nilai-nilai luhur (value) dan keyakinan-keyakinan

(beliefs) yang digunakan sebagai rencana atau pedoman perilaku atau

adat serta untuk memecahkan masalah-masalah yang berlaku dari

generasi ke generasi. Salah satu nilai budaya Jawa yang masih melekat

pada kehidupan masyarakat Yogyakarta adalah Hamemayu Hayuning

Bawono . Secara harfiah arti hamemayu hayuning bawono adalah

membuat dunia menjadi hayu (indah) dan rahayu (selamat dan lestari).

Makna yang lebih dalam dari ungkapan ini adalah sikap dan perilaku

manusia yang selalu mengutamakan harmoni, keselarasan, keserasian

dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhannya,

manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam

lingkungannya. Muara dari sikap Hamemayu Hayuning Bawono ini akan

terwujud negara yang panjang, punjung gemah ripah loh jinawi,tata,

tentrem, kerta tur raharja.

Niali-nilai budaya Jawa lain yang bersifat simbolis sering

dimanifestasikan ke dalam bentuk upacara adat seperti upacara

pernikahan, tarapan, tedhak siti, wiwit (awal menunai padi), garebeg,

upacara bersih desa, merti sungai sampai bentuk arsitektur bangunan.

Upacara adat sendiri yang sampai saat ini masih sering dilaksanakan oleh

8

Page 10: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

sebagian masyarakat Jawa pada umumnya dan masyarakat Yogyakarta

pada khususnya mempunyai 3 (tiga) fungsi :

1. Fungsi Spiritual.

Upacara adat memberikan petunjuk atau gambaran hubungan manusia

dengan Tuhan (Hablun min Allah). Pada fungsi spiritual ini

kepentingan rohani manusia akan terpenuhi.

2. Fungsi Sosial

Upacara adat melibatkan individu-individu warga masyarakat (Hablun

min Annas) yang mempunyai kepentingan sama, yang dilandasi oleh

kepercayaan dan keyakinan yang sama pula, sehingga dapat

menciptakan kerukunan sosial dan membawa dampak terwujudnya

ketenangan, ketentraman dan kesejahteraan hidup.

3. Fungsi Pelestarian Lingkungan Fisik / Alam.

Dibalik konsepsi keyakinan yang tertuang dalam mitos-mitos dan

upacara adat yang dianggap sakral dan keramat tersebut terkandung

kearifan lokal yang dapat berfungsi sebagai mekanisme kontrol

terhadap pengelolaan lingkungan yang cukup efektif., sehingga

masyarakat sendiri yang akan memperoleh manfaat ekologis yang

cukup besar.

C. WARISAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN HIDUP DI YOGYAKARTA SEBAGAI ASET WISATA

1. ANTARA KENYATAAN DAN TANTANGAN. a. Di Yogyakarta sarat dengan warisan budaya baik yang tangible

maupun yang intangible, sehingga warisan budaya dimaksud

merupakan aset utama wisata budaya Yogyakarta. Pada

hakekatnya pariwisata Yogyakarta bertumpu pada kekayaan

budayanya disamping aset wisata alam sebagai urutan di

bawahnya.

b. Kenyataan yang ada banyak warisan budaya (yang tangible) di

Yogyakarta yang berubah baik berubah bentuk, wajah maupun

fungsinya bahkan banyak pula yang dihancurkan/dirobohkan

dengan alasan kurang bermanfaat dari sisi ekonomis, padahal

9

Page 11: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

bangunan tersebut jelas-jelas merupakan cagar budaya yang

dilindungi oleh Undang-Undang No.5 tahun 1992 tentang cagar

budaya. Sebagai contoh dibongkarnya dua rumah Cina di

Margomulyo (Jl. A. Yani) dijadikan toko sandang. Gedung ex. N.V

Prawiromulyo di jalan Malioboro telah dibongkar dan berubah

menjadi toko sandang. Dibongkarnya rumah tinggal di Kota Baru

diganti dengan rumah modern. Namun disamping yang dirusak

masih ada yang mau dan peduli melestarikan bangunan miliknya

tanpa merubah bentuk dan fungsinya, sebagai contoh beberapa

rumah tinggal di jeron beteng antara lain rumah tradisional di ujung

Jl. Siliran Lor, rumah ex. warung sate PUAS (jaman clash II) di

Jalan Gamelan Kidul , rumah di ujung jalan Kemitbumen. Contoh

lain di jalan Malioboro adalah toko obat di depan Hotel Garuda

(sekarang menjadi Apotek Kimia Farma). Banyak orang tidak

menyadari bahwa heritage tersebut sangat besar artinya untuk

kepentingan penelusuran sejarah, filsafat dan arsitektur, bahkan

dapat menjadi aset pariwisata yang potensial.

c. Penanaman pohon dalam rangka mengurangi polusi udara

mungkin sudah benar dari segi fungsi, namun untuk di Yogyakarta

yang demikian itu belum tentu benar ditinjau dari sisi filosofi.

Sebagai contoh penanaman pohon Sawo kecik (Manlikara kauki) di

tepi jalan dilihat dari sisi fungsi pohon sebagai peneduh dan

pengurang polusi sudah benar, tetapi dari sisi filosofi kurang tepat,

karena sawo kecik merupakan tanaman di halaman rumah yang

bermakna sarwa becik (serba baik).Tanaman lain di sekitar Karaton

Yogyakarta yang mempunyai makna filosofi tetapi sekaligus

berfungsi sebagai tanaman ramah lingkungan antara lain :

1). Beringin (Ficus benyamina)

Dapat menyerap karbondioksida (CO2) dan sebagai produsen

oksigen (O2), dan tajuk beringin yang berbentuk bush akan

menyaring udara lebih cepat dan lebih banyak, sehingga

merupakan pembersih udara yang lebih efektif dari pohon yang

bertajuk conus.

10

Page 12: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

2). Asem (Tamarindus indica).

Merupakan penyerap timbal (Pb).

3). Gayam (Inocarpus edulis).

Pohon yang dapat menyimpan air dan memelihara mata air.

4). Tanjung (Mimusops elengi).

Pohon yang dapat menyerap debu.

d. Telah banyak bantaran sungai (wedhi kengser) yang berubah

fungsi menjadi pemukiman penduduk , sehingga tiada lagi ruang

peluapan apabila terjadi banjir.

e. Kurangnya tanaman di tepi sungai sebagai penahan longsor dan

dan penyimpan air karena diganti dengan talud pasangan batu

atau beton.

f. Kurangnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat yang

menyebabkan kurangnya kepedulian terhadap pelestarian

lingkungan baik di kawasan cagar budaya maupun kawasan sungai

g. Pariwisata menawarkan kesempatan yang tak tertandingi dari sisi

ekonomi untuk perolehan devisa, tetapi pada saat yang sama

pertumbuhan eksponensial pariwisata telah menempatkan warisan

budaya yang berharga dan lingkungan hidup dalam keadaan

bahaya.

h. Pertumbuhan pariwisata tidak bisa berlangsung terus tanpa batas.

Ada batas-batas bagi pertumbuhan yang disebabkan oleh absolut

carryng capacity dan space capacity suatu ODTW (Obyek dan

Daya Tarik Wisata).

i. Kesempatan-kesempatan ekonomi yang ditawarkan oleh pariwisata

yang semakin meningkat tidak bisa dibiarkan berlalu begitu saja

tanpa diikuti dengan usaha preservasi dan konservasi, karena

pertumbuhan pariwisata di suatu wilayah harus dilihat baik sebagai

ancaman maupun sebagai penyelamat.

2. ANTARA PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN a. Undang-Undang No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya

mengamanatkan bahwa disamping fungsi pelestarian, benda cagar

11

Page 13: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

budaya dapat dimanfaatkan salah satunya untuk kepentingan

pariwisata. Hanya saja yang perlu dan harus dipatuhi bahwa fungsi

pemanfaatan harus seimbang dengan fungsi pelestarian.

b. Pelestarian merupakan upaya pemberian masa depan kepada

masa lalu (a future for the past), sedang pemanfaatan warisan

budaya yang tangible dimaksud hendaknya menggunakan konsep :

1). Pelestarian dan pemanfaatan sesuai dengan heritage aslinya.

Contoh : rumah-rumah tradisional di kawasan Jeron Beteng.

2). Konsep adaptive reuse atau compatible uses and reuser .

Konservasi penuh tetapi fungsi ruang berubah sesuai dengan

rencana pemanfaatan ruang yang dibutuhkan saat ini.

Contoh : a). Ndalem Jayadipuran untuk Kantor Balai Kajian Ja-

rahnitra.

b). Beteng Vredeburg menjadi museum, ruang pamer

serta tempat kegiatan seminar dan pertemuan

ilmiah.

3).Sebagian Heritage tetap dikonservasi dengan menambah

bangunan baru didekatnya.

Contoh : Hotel Garuda, Hotel Phoenix, Hotel Brongto

c. Pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya yang intangible dan

lingkungan hidup sebagai upaya untuk memberikan vitalitas baru

atas warisan budaya dan lingkungan hidup dimaksud tanpa

menghilangkan nilai nilai historis, filosofis maupun keasliannya,

namun juga jangan sampai over simbolisasi.

D. CATATAN AKHIR 1. Berbicara warisan budaya Jawa dan lingkungan hidup di Yogyakarta

tidak dapat lepas dari keberadaan Karaton Yogyakarta yang sarat

dengan nilai filosofi, religi dan makna simbolik

2. Pemanfaatan warisan budaya Jawa dan lingkungan hidup di

Yogyakarta untuk kepentingan pariwisata harus memperhatikan nilai -

nilai historis, filosofis maupun keasliannya tanpa harus over simbolisasi

12

Page 14: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

3. Sangat diperlukan pendidikan dan pelatihan kepada para pelestari

warisan budaya dan lingkungan hidup di Yogyakarta sehingga

mempunyai bekal yang cukup baik pengetahuan historis, filosofis,

teknis maupun administrasi bahkan pengetahuan tentang

kepariwisataan , sehingga mereka akan menjadi tuan rumah yang baik

yang dapat memuaskan konsumen dan menyesuaikan diri dengan

lingkungan.

4. Rencana Tata Ruang Kawasan Pelestarian dan Pemanfaatan Warisan

Budaya dan Lingkungan Hidup untuk Kepariwisataan merupakan

upaya integrasi terpadu pada semua tingkatan terutama unsur

Bappeda, Impraswil, Dinas Tatakota, Dinas Pariwisata dan pihak lain

yang terkait.

5. Diperlukan ketentuan pelaksanaan pelestarian dan pemanfaatan

warisan budaya dan lingkungan hidup di Yogyakarta disamping

ketentuan lain yang telah baku berdasar Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah maupun ketentuan yang bersifat international.

6. Berkaitan dengan wisata budaya dan wisata alam, untuk memperoleh

manfaat kunjungan yang lebih berarti (quality of experience) perlu

peningkatan pemanfaatan aset wisata budaya dan wisata alam

menjadi aset wisata minat khusus (special interest).

13

Page 15: PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA warisan... · filosofi Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti. Tugu Golong Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan

KEPUSTAKAAN Abdullah, Irwan

2002 Simbol, Makna dan Pandangan Hidup Jawa. Balai Kajian

Sejarah dan Nilai Tradisional, Yogyakarta.

Bachtiar, H.W

1973 The Religion of Java : A Commentary. Dalam : Majalah Ilmu-

Ilmu Sastra Indonesia V

Brongtodiningrat, K.P.H

1978 Arti Kratton Yogyakarta, Museum Kraton Yogyakarta

Budhisantoso, S.

1981 Upacara Tradisional, dalam Warta Budaya No. 2 Th. IV, Proyek

Media Kebudayaan

Hertog Djojonegoro, K.R.T

1987 Ngayogyakarta Hadiningrat, Lembaga Javanologi Yogyakarta

Koentjaraningrat

1994 Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka, Jakarta

Poespodiningrat, K.R.T

1987 Filsafat Bangunan Kraton Yogyakarta "Ngayogyakarta Sinandi"

Lembaga Javanologi Yogyakarta.

Soedarisman Poerwokoesoemo, MR.

1986 Sejarah lahirnya Kota Yogyakarta, Lembaga Javanologi

Yogyakarta.

Soekmono, Drs.

1991 Candi sebagai obyek arkeologi, Makalah seminar, Jakarta

Soepanto, dkk.

1992 Upacara Tradional Sekaten Daerah Istimewa Yogyakarta. Pro-

yek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, Yogyakar-

ta

14