pelestarian arsip kertas dengan metode...
TRANSCRIPT
PELESTARIAN ARSIP KERTAS DENGAN METODE
ENKAPSULASI DI ARSIP NASIONAL REPUBLIK
INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
SARAH NURZANNAH
NIM: 1112025100046
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1439 H / 2017 M
i
ABSTRAK
Sarah Nurzannah (1112025100046). Pelestarian Arsip Kertas dengan Metode
Enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia. Di bawah bimbingan
Nuryudi, S.Ag, SS, MLIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2016.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui bagaimana kebijakan
pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi, (2) untuk mengetahui proses
pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi beserta kendala-kendala apa
saja yang dihadapi Arsip Nasional Republik Indonesia dalam melaksanakan
enkapsulasi. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Data dalam
penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan kajian pustaka.
Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang terdiri atas Kepala Sub.
Bidang Restorasi dan dua orang Arsiparis bidang Restorasi Arsip Nasional
Republik Indonesia. Dari hasil observasi dan wawancara peneliti menunjukkan
bahwa kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi telah berjalan
namun Arsip Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tertulis
mengenai pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi. Di Arsip Nasional
Republik Indonesia memiliki program kerja setiap tahunnya dengan memberikan
bantuan restorasi arsip terhadap daerah di Indonesia yang terkena bencana alam
untuk arsip ijazah, akta kelahiran, KK (Kartu Keluarga) dan lainnya yang masih
bisa untuk diselamatkan.
Kata Kunci: Pelestarian arsip kertas, Enkapsulasi, Arsip Nasional Republik
Indonesia.
ii
ABSTRACT
Sarah Nurzannah (1112025100046). Preservation of Paper Archives with
Encapsulation Methods in National Archives of the Republic of Indonesia. Under
the guidance of Nuryudi, S. Ag, SS, MLIS. Library Studies Program Faculty of
Adab and Humanities State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
The objectives of this research are: (1) to know how to preserve paper archive
with encapsulation method, (2) to know the process of preservation of paper
archive with encapsulation method and any constraints faced by National Archive
of Republic of Indonesia in carrying out encapsulation. The method used in the
writing of this thesis is descriptive method by using qualitative research approach.
The data in this research is obtained through observation, interview and literature
review. Informants in this study amounted to three people consisting of Head of
Sub. Field of Restoration and two Archivists of the Archive of the Republic of
Indonesia National Archives. From the results of observations and interviews of
researchers shows that the preservation of paper archives with encapsulation
method has been running but the National Archives of the Republic of Indonesia
does not have a written policy on the preservation of paper archives with
encapsulation method. In the National Archives of the Republic of Indonesia has a
work program each year by providing archival restoration assistance to areas in
Indonesia affected by natural disasters for diploma archives, birth certificates,
Family Card (KK) and others who can still be saved.
Keywords: Preservation of paper archives, Encapsulation, National Archives of
the Republic of Indonesia.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Segala Puji Bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat karunia
serta bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah
(skripsi) ini dengan lancar dan tepat pada waktunya dengan judul “Pelestarian
Arsip Kertas dengan Metode Enkapsulasi di Arsip Nasional Republik
Indonesia”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Pada proses penulisan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi
penulis, namun itu semua merupakan proses pembelajaran. Tersusunnya
penulisannya ini tidak terlepas dari bantuan dan partisipasinya dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak. Nuryudi, S.Ag, SS, MLIS selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahannya, serta telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya kepada penulis sampai dengan
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
iv
5. Bapak Ade Abdul Hak, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing dan memberi saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepada seluruh pihak Arsip Nasional Republik Indonesia antara lain: Ibu
Erika, kepada Ibu Widi selaku Kepala Bidang Restorasi Arsip Nasional
Republik Indonesia dan seluruh Arsiparis yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian dan data-data yang
berhubungan dengan skripsi penulis.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
memberikan ilmu yang berharga kepada penulis.
8. Kedua orangtua tercinta, Alm.Muhammad Muslim, Ibu Fitri Suhan Tika,
Alm. Nenek Kakek tersayang, Tante Susan yang selalu memberikan
dukungan doa, finansial, dan kasih sayang kepada penulis hingga detik ini,
selain itu juga kepada adik-adikku tersayang: Umar, Ghozali, dan Salma
serta sahabat ku Sukma Ilham, Dita Parwitasari, Ummu Salamah, Fadhilah
Fatmala, Nurlela Jamilah, Bintang Bela Adillah dan Aldri Sulaiman Latief
yang sangat membantu saya dalam hal apapun, teman-teman KKN
GALERI yang selalu memberikan semangat hingga penulis berhasil
menyelesaikan skripsi ini. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 5 Juni 2017
Sarah Nurzannah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 4
D. Definisi Istilah .............................................................................................. 5
E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Arsip Nasional Republik Indonesia ............................................................. 8
1. Definisi Arsip Nasional Republik Indonesia ............................................ 8
2. Fungsi Arsip Nasional Republik Indonesia .............................................. 9
3. Tugas Arsip Nasional Republik Indonesia ............................................ 10
B. Kebijakan Pelestarian Arsip ....................................................................... 10
C. Pelestarian Arsip ........................................................................................ 11
1. Pengertian Pelestarian Arsip .................................................................. 11
2. Fungsi Pelestarian Arsip ......................................................................... 14
D. Kertas Sebagai Bahan Arsip ...................................................................... 16
E. Faktor-faktor Perusak Arsip ....................................................................... 19
F. Pencegahan Kerusakan Arsip terhadap Bencana ....................................... 25
G. Pemeliharaan dan Pengamanan Arsip ........................................................ 27
1. Pemeliharaan Tempat Penyimpanan Arsip ............................................ 27
2. Pengamanan Arsip .................................................................................. 29
H. Usaha Perbaikan Arsip yang Rusak ........................................................... 31
I. Enkapsulasi ................................................................................................ 34
J. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 38
vi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................................. 41
1. Jenis Penelitian Deskriptif ...................................................................... 41
2. Pendekatan Penelitian Kualitatif ............................................................ 42
B. Sumber Data ............................................................................................... 43
1. Sumber Data Primer ............................................................................... 43
2. Sumber Data Sekunder ........................................................................... 43
C. Pemilihan Informan .................................................................................... 44
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 45
1. Observasi ................................................................................................ 45
2. Wawancara ............................................................................................. 46
3. Kajian Pustaka ........................................................................................ 47
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 47
F. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian ............................................................................... 52
1. Sejarah Berdirinya Arsip Nasional Republik Indonesia ......................... 52
2. Visi dan Misi Arsip Nasional Republik Indonesia ................................. 55
3. Struktsur Organisasi ............................................................................... 56
4. Koleksi .................................................................................................... 58
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 59
1. Kebijakan Enkapsulasi Arsip Nasional Republik Indonesia Dalam
Melaksanakan Kegiatan Pelestarian Arsip Kertas dengan Metode
Enkapsulasi. ................................................................................................... 60
2. Proses Kegiatan Pelestarian Arsip Kertas Dengan Metode Enkapsulasi
Di Arsip Nasional Republik Indonesia .......................................................... 67
3. Kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian arsip kertas
dengan metode enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia. ............ 76
C. Pembahasan ................................................................................................ 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 90
B. Saran ........................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian Tahun 2016-2017 .................................................... 51
Tabel 4. 1 Koleksi Arsip Statis Berdasarkan Media di ANRI .............................. 59
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Deputi Bidang Konservasi Arsip ANRI........... 57
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Arsip Nasional Republik Indonesia adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementrian (LPNK) yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada
Presiden Republik Indonesia. Arsip Nasional Republik Indonesia
bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Arsip-arsip
yang di simpan di Arsip Nasional Republik Indonesia berupa arsip perjalanan
sejarah bangsa Indonesia dari masa ke masa. Arsip tersebut adalah identitas dan
harkat sebuah bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya.
Arsip yang terdapat di Arsip Nasional Republik Indonesia adalah arsip
statis dan dinamis, arsip statis yang ada di Arsip Nasional Republik Indonesia
salah satunya adalah arsip proklamasi kemerdekaan Indonesia, selain itu terdapat
arsip sejarah dari zaman hindia belanda. Untuk arsip dinamis contohnya adalah
arsip sertifikat-sertifikat.
Lembaga arsip dan perpustakaan tidak hanya bertanggungjawab dalam
menyimpan koleksi arsip, tetapi harus melakukan pelestarian arsip dalam jangka
panjang untuk menjaga keamanan isi dari dokumen tersebut dan menjaga fisik
arsip tersebut. Oleh karena itu penting untuk memperhatikan bagaimana cara
teknis pelestarian arsip dan menerapkan kegiatan pelaksanaan pelestarian arsip
kertas.
Banyak lembaga arsip dan perpustakaan yang belum menerapkan dan
melaksanakan kegiatan pelestarian. Perlu adanya penerbit dan penulis buku yang
2
memahami seluk beluk kegiatan pelestarian arsip kertas khususnya membuat
pedoman buku mengenai pelestarian arsip, pelestarian bahan pustaka, agar
masyarakat dan khususnya arsiparis maupun pustakawan dapat mengetahui lebih
jelas bagaimana cara teknis pelestarian arsip ataupun pelestarian bahan pustaka.
Kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi yang
dilaksanakan di Arsip Nasional Republik Indonesia menggunakan bahan yaitu
dengan plastik astralon dan polyester yaitu dengan cara mengkapsulkan arsip
kertas dengan plastik astralon atau dengan polyester kemudian direkatkan dengan
double tape sehingga melindungi fisik arsip kertas dan isi dokumen tetap aman
dari faktor perusak arsip.
Zaman era globalisasi seperti sekarang ini teknologi semakin berkembang
secara pesat, mayoritas masyarakat belum mengetahui cara dan proses
pelaksanaan kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di Arsip
Nasional Republik Indonesia. Maka dari itu saya tertarik dan ingin tahu
bagaimana proses kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi
yang dilaksanakan di Arsip Nasional Republik Indonesia.
Arsip Nasonal Republik Indonesia bukanlah satu-satunya lembaga
pemerintah yang melakukan kegiatan pelestarian arsip, sewaktu penulis
melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia, penulis sempat mengetahui bagaimana kegiatan pelestarian bahan
pustaka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, di PNRI terdapat
pelestarian dengan metode laminasi, fumigasi dan enkapsulasi. Tetapi untuk di
Perpustakaan Nasional lebih banyak melakukan pelestarian bahan pustaka.
3
Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis di Arsip Nasional
Republik Indonesia, dapat dilihat bahwa Arsip Nasional Republik Indonesia
melakukan pelestarian dengan metode enkapsulasi, selain itu juga melakukan
dengan metode laminasi. Pelestarian arsip kertas yang dilaksanakan di Arsip
Nasional Republik Indonesia adalah dengan metode laminasi yaitu dengan bahan
tisu jepang dan enkapsulasi yaitu dengan bahan plastik astralon dan polyester.
Masing-masing metode pelestarian memiliki ciri khas tersendiri, bahan, alat yang
berbeda. Pada kegiatan pelestarian di Arsip Nasional Republik Indonesia memiliki
beberapa kendala.
Dari Observasi awal, Kebijakan Arsip Nasional Republik Indonesia dalam
melaksanakan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi belum ada
kebijakan tertulis mengenai enkapsulasi yang ditulis langsung oleh Kepala Arsip
Nasional Republik Indonesia. Pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi
belum banyak diikuti dan diterapkan oleh lembaga arsip lainnya yang ada di
Indonesia, karena masih terbatasnya informasi mengenai pelestarian arsip kertas
dengan metode enkapsulasi.
Pelestarian arsip kertas adalah usaha penyelamatan dokumen penting
untuk menjaga fisik dokumen serta isi dokumen agar tetap bisa terjaga dengan
baik dan tidak punah ditelan zaman, atau rusak oleh bencana baik bencana yang
disebabkan oleh alam, ruangan penyimpanan arsip kertas, atau akibat faktor
kelalaian manusia. Maka penulis berkeinginan untuk mengangkat permasalahan
ini dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul “Pelestarian Arsip Kertas
Dengan Metode Enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia”.
4
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan mudah, terarah, dan
mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan apa yang diinginkan, maka perlu
adanya suatu pembatasan masalah. Pembatasan dalam penelitian ini adalah:
a. Kebijakan Arsip Nasional Republik Indonesia dalam melaksanakan
kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi.
b. Proses pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi beserta kendala-
kendala yang dihadapi oleh Arsip Nasional Republik Indonesia.
2. Perumusan Masalah
Agar penulisan lebih terarah dan sesuai dengan masalah yang akan
diteliti pada Arsip Nasional Republik Indonesia, maka perlu dirumuskan
bagaimana pelaksanaan kegiatan enkapsulasi pada Arsip Nasional Republik
Indonesia dengan pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana kebijakan Arsip Nasional Republik Indonesia dalam
melaksanakan kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi?
b. Bagaimana proses kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode
enkapsulasi beserta kendala yang dihadapi Arsip Nasional Republik
Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan Arsip Nasional Republik Indonesia
dalam melaksanakan kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode
enkapsulasi.
5
b. Untuk mendeskripsikan proses kegiatan pelestarian arsip kertas dengan
metode enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
a. Agar menjadi informasi yang bermanfaat bagi penulis dan mahasiswa dan
menambah pengetahuan dan wawasan untuk penulis tentang hal-hal,
permasalahan serta solusi proses dari kegiatan pelestarian arsip kertas
dengan metode enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia.
b. Mengetahui cara teknis pada bidang pelestarian arsip kertas dengan metode
enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia agar saat terjun ke dunia
kerja dalam bidang pelestarian arsip sudah memiliki pengalaman.
D. Definisi Istilah
1. Pelestarian
Pelestarian (preservation) menurut definisi yang diberikan oleh International
Federation Library Association (IFLA), mencakup semua aspek usaha
melestarikan bahan pustaka, keuangan, ketenagaan, metode dan teknik, serta
penyimpanannya. Sudarsono (1989:2), menerangkan bahwa pengawetan
(conservation) dibatasi pada kebijaksanaan dan cara khusus dalam melindungi
bahan pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi tersebut. Perbaikan
(restoration) menunjuk pada pertimbangan dan cara yang digunakan untuk
memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang rusak.1
2. Arsip
Arsip adalah informasi terekam yang dihasilkan oleh sebuah instansi, lembaga
atau perorangan dalam melaksanakan kegiatannya terutama yang berkaitan
1Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999),
h. 1.
6
dengan masalah administrasi, hukum dan bisnis. Dengan definisi demikian
arsip memiliki berbagai fungsi bagi instansi, lembaga maupun perorangan.2
3. Arsip Nasional Rebuplik Indonesia
Arsip Nasional Republik Indonesia merupakan salah satu Lembaga Pemerintah
Non Kementerian yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun
1971 Tentang ketentuan-ketentuan pokok Kearsipan. Arsip Nasional Republik
Indonesia mempunyai tugas penting dalam penyelenggaraan pemerintahan saat
ini karena arsip sendiri memiliki fungsi yang sangat vital sebagai memori
kolektif bangsa, selain itu Arsip Nasional Republik Indonesia juga berperan
sebagai pembina Kearsipan Nasional sesuai dengan Pasal 8 Ayat 1 Undang-
Undang Nomor 43 Tahun.
4. Enkapsulasi
Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan yang
bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, pengaruh asam, karena dimakan
serangga, kesalahan penyimpanan dan sebagainya. Pada umumnya kertas yang
akan dienkapsulasi adalah berupa kertas lembaran seperti naskah kuno, peta
poster dan sebagainya yang umumnya sudah rapuh.3 Kegiatan pelestarian arsip
dengan metode enkapsulasi yang dilaksanakan di Arsip Nasional Republik
Indonesia menggunakan bahan yaitu dengan plastik astralon dan polyester
yaitu dengan cara mengkapsulkan arsip kertas dengan diapitkan dua plastik
astralon ataupun polyester kemudian di rekatkan dengan double tape agar
melindungi arsip kertas dan isi dokumennya.
2Sulistyo Basuki, Pengantar Kearsipan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), h. 1.
3Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 113.
7
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penelitian
relevan, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang definisi Arsip Nasional Republik
Indonesia, fungsi dan tugas Arsip, kebijakan pelestarian arsip, mengenai
pengertian pelestarian arsip, fungsi pelestarian arsip, kertas sebagai bahan arsip,
faktor perusak arsip, pencegahan kerusakan arsip terhadap bencana, pemeliharaan
dan pengamanan arsip, usaha perbaikan arsip, menguraikan tentang pengertian
Enkapsulasi.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi jenis dan pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian,
informan penelitian, sumber data dalam penelitian, teknik pengumpulan data,
analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian
Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan kegiatan
pelaksanaan Enkapsulasi serta permasalahannya.
Bab V Penutup
Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh penulis setelah
melakukan penelitian di Arsip Nasional Republik Indonesia
8
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Arsip Nasional Republik Indonesia
1. Definisi Arsip Nasional Republik Indonesia
Lembaga kearsipan adalah lembaga yang memiliki fungsi, tugas, dan
tanggung jawab di bidang pengelolaan arsip statis dan pembinaan kearsipan.
Lembaga negara adalah lembaga yang menjalankan cabang-cabang kekuasaan
Negara meliputi eksekutif, legislatif, yudikatif, dan lembaga lain yang fungsi
dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan. Arsip adalah rekaman kegiatan atau
peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga
negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi
politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.1
Arsip Nasional Republik Indonesia yang selanjutnya dalam Peraturan ini
disebut ANRI adalah lembaga pemerintah non kementrian yang berkedudukan
dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. ANRI dipimpin
langsung oleh Kepala.2
ANRI adalah lembaga kearsipan nasional. ANRI sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib melaksanakan pengelolaan arsip statis yang berskala
1Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan Pasal 1
2Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 Bab 1 Pasal
1
9
nasional yang diterima dari: a. lembaga negara; b. perusahaan; c. organisasi
politik; d. organisasi kemasyarakatan; dan e. perseorangan.3
Menurut hemat penulis, Arsip Nasional Republik Indonesia adalah
lembaga Non Kementrian yang bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Di Arsip Nasional Indonesia tersimpan banyak arsip, yakni arsip dari zaman
sebelum tahun 1945 hingga sekarang. Di Arsip Nasional Republik Indonesia
memiliki banyak jenis arsip, yakni arsip vital, arsip dinamis, arsip statis.
Arsip juga memiliki nilai sejarah yang tinggi dan tak ternilai harganya
karena arsip adalah memori kolektif bangsa, salah satu arsip vital Negara
Indonesia adalah arsip proklamasi kemerdekaan Indonesia yaitu arsip
proklamasi yang ditulis langsung oleh Soekarno dan arsip proklamasi yang
diketik oleh Sayuti Melik, dan juga arsip rekaman suara proklamasi oleh
Soekarno. Arsip vital proklamasi kemerdekaan tersebut adalah salah satu aset
Negara Indonesia yang masih tersimpan rapi di Arsip Nasional Republik
Indonesia.
2. Fungsi Arsip Nasional Republik Indonesia
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokoknya. Arsip Nasional Republik
Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kearsipan;
b. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas lembaga;
c. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang
kearsipan;
3Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan Pasal
19
10
d. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, kehumasan, hukum, organisasi dan tata
laksana, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga,
persandian, dan kearsipan;
e. Penyelenggaraan pembinaan kearsipan nasional;
f. Pelindungan, penyelamatan, dan pengelolaan arsip statis berskala nasional
dan;
g. Penyelenggaraan system dan jaringan informasi kearsipan nasional.4
3. Tugas Arsip Nasional Republik Indonesia
ANRI mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
kearsipan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.5
B. Kebijakan Pelestarian Arsip
Menurut Muhammad Razak, Kebijakan preservasi koleksi merupakan
suatu dokumen yang berisi maksud-maksud preservasi secara rincian dan prosedur
yang terkandung didalamnya. Pelaksanaan kebijakan preservasi diperoleh melalui
proses perencanaan melalui proses penelusuran, survey kondisi dan penentuan
cara-cara pelestarian yang akan dilakukan.6
Pada Undang-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2009 tentang kearsipan
pasal 63 berbunyi:
“(1) Preservasi arsip statis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat 2
huruf c dilakukan untuk menjamin keselamatan dan kelestarian arsip statis.
4Arsip Nasional Republik Indonesia, “Tugas Pokok dan Fungsi”, diakses pada 6 Oktober
2016 dari http://www.anri.go.id/detail/39-102-Tugas-Pokok-Fungsi 5Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 Pasal 2
6Vina Ardhiyanti, “Kegiatan Preservsi Preventif Arsip di Bank Indonesia Bandung”
artikel diakses pada 9 November 2016 dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=103568&val=1378
11
(2) Preservasi arsip statis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara preventif dan kuratif.”7
Berdasarkan jenis dan tujuan perpustakaan dan lembaga arsip dapat
ditentukan kebijakan-kebijakan dalam perawatan/pelestarian sehingga terhindar
dari pemborosan dan pekerjaan yang sia-sia, karena untuk melestarikan bahan
pustaka dan arsip diperlukan biaya yang cukup besar, tenaga terampil dan
perlengkapan serta bahan-bahan yang tidak mudah diperoleh.8
Menurut hemat penulis, kebijakan pelestarian arsip adalah dokumen
tertulis yang berisi peraturan yang mengatur tentang kebijakan pelestarian arsip,
baik itu mengatur tentang pengadaan bahan dan alat untuk kegiatan pelestarian
arsip kertas, sumber daya manusia, dan seluruh proses kegiatan pelestarian arsip
dari awal perencanaan kegiatan sampai akhir kegiatan pelestarian arsip tersebut
selesai.
C. Pelestarian Arsip
1. Pengertian Pelestarian Arsip
Informasi memiliki berbagai makna tergantung pada ilmu yang
membahasnya. Informasi juga memiliki berbagai definisi yang berbeda antara
satu definisi dengan definisi lain. Karena banyaknya definisi informasi, untuk
memahami informasi sebaiknya kita melihatnya dari segi pemahaman bukan
dari segi definisi.9
7Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Pasal 63.
8Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah (Jakarta: PT Grasindo,
2001), h. 72 9Sulistyo Basuki, Manajemen Arsip Dinamis (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2003), h. 3.
12
Gordon B. Davis mengatakan, sistem informasi merupakan jalinan
terintegrasi antara manusia dan atau mesin untuk menyajikan informasi yang
dibutuhkan oleh pengambil keputusan. Dalam ensiklopedia manajemen
diutarakan, sistem informasi adalah pendekatan telah direncanakan untuk
mensuplai/memasok seluruh informasi yang akan digunakan sebagai
pengambilan keputusan. “Sistem” mengandung arti “kumpulan dari komponen
yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dan lainnya”.10
Arsip merupakan salah satu produk pekerjaan kantor (office work).
Produk pekerjaan kantor (office work) lainnya, ialah formulir, surat, dan
laporan.11
Arsip adalah informasi terekam yang dihasilkan oleh sebuah
instansi, lembaga atau perorangan dalam melaksanakan kegiatannya terutama
yang berkaitan dengan masalah administrasi, hukum dan bisnis.12
Istilah pelestarian atau preservation mencakup semua aspek usaha melestarikan
bahan pustaka dan arsip, termasuk didalamnya kebijakan pengelolaan, keuangan,
sumber daya manusia metode dan teknik, serta penyimpanan. Artinya bahwa
pelestarian bahan pustaka menyangkut pelestarian dalam bidang fisik tetapi juga
pelestarian dalam bidang informasi yang terkandung didalamnya.13
Pelestarian (preservation), mencakup unsur-unsur pengelolaan dan keuangan
termasuk cara menyimpan dan alat-alat bantuannya, tingkat dan kebutuhan tenaga
kerja yang diperlukan, kebijaksanaan, teknik dan metode yang diterapkan untuk
melestarikan bahan-bahan pustaka dan arsip serta informasi yang dikandungnya. Dari
batasan tersebut kegiatan preservasi mencakup kegiatan yang lebih luas termasuk
10
Sedarmayanti, Tata Kearsipan (Bandung: CV. Mandar Maju, 2015), h. 1. 11
Wursanto, Kearsipan 1 (Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI), 1991 ), h. 11. 12
Basuki, Pengantar Kearsipan, h. 1. 13
Bahar, Hijrana. “Upaya Pelestarian Naskah Kuno di Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.” Jurnal Ilmu Perpustakaan Khizanah Al-
Hikmah, no. 1 (Januari-Juni 2015): h. 90-100, jurnal diakses pada 3 november 2016 dari http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=388697
13
dalam aspek manajemen serta pengambilan keputusan terhadap kebijakan tertentu
yang berkaitan dengan pelestarian.14
Menurut Dureae dan Clement, pelestarian (preservation) mencakup
unsur-unsur pengelolaan dan keuangan, termasuk cara penyimpanan dan alat-
alat bantunya, taraf tenaga kerja yang diperlukan, kebijaksanaannya, teknik dan
metode yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan pustaka serta
informasinya yang dikandungnya.15
Kata konservasi merupakan terjemahan dari “conservation” merupakan
salah satu tahapan dalam upaya melestarikan bahan perpustakaan. Beberapa
pakar pelestarian memberikan definisi dan cakupan kegiatan konservasi yang
berbeda-beda namun tujuan sama yaitu upaya memperpanjang usia pakai
bahan perpustakaan baik yang kuno maupun yang kini untuk generasi sekarang
dan generasi masa yang akan datang.16
Pelestarian (preservation) menurut definisi yang diberikan oleh
International Federation of Library Association (IFLA), mencakup semua
aspek usaha melestarikan bahan pustaka, keuangan, ketenagaan, metode dan
teknik, serta penyimpanannya. Definisi pengawetan (conservation) oleh IFLA
dibatasi pada kebijaksanaan dan cara khusus dalam melindungi bahan pustaka
dan arsip untuk kelestarian koleksi tersebut. Sedangkan perbaikan
(Restoration) menurut definisi yang diberikan IFLA menunjuk pada
14
Darmono, Perpustakaan Sekolah Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja
(Jakarta: Grasindo, 2007) h. 84. 15
Durea J.M dan D.W.G Clements, Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan-
bahan Pustaka (Jakarta: Perpustakaan Nasional 1990), h. 1. 16
Made Ayu Wirayati, dkk., Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka (Konservasi
Kuratif Bahan Perpustakaan Media Kertas) (Jakarta: Perpustakaan nasional RI, 2014), h. 6.
14
pertimbangan dan cara yang digunakan untuk memperbaiki bahan pustaka dan
arsip yang rusak.17
Tujuan pelestarian bahan pustaka dan arsip adalah melestarikan
kandungan informasi bahan pustaka dan arsip dengan alih bentuk
menggunakan media lain atau melestarikan bentuk aslinya selengkap mungkin
untuk dapat digunakan secara optimal.18
Menurut hemat penulis, pelestarian arsip adalah upaya melestarikan arsip
guna menyelamatkan isi kandungan dari dokumen tersebut. Dilakukan
pelestarian arsip agar fisik arsip juga tetap terjaga dari berbagai macam faktor
perusak arsip yang menyebabkan arsip kertas tersebut bisa rusak, rapuh
ataupun sobek.
2. Fungsi Pelestarian Arsip
Menurut Karmidi Martoatmodjo, Fungsi pelestarian ialah menjaga agar
koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan jahil, serangga yang iseng,
atau jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan di ruang yang
lembab.19
Karmidi Martoatmodjo juga menjelaskan, pelestarian mememiliki
beberapa fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi melindungi
Bahan pustaka dilindungi dari serangan serangga, manusia, serangga dan
binatang kecil tidak akan dapat menyentuh dokumen. Manusia tidak akan
salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka. Jamur tidak akan akan
17
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 1. 18
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1993), h. 271. 19
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 6.
15
sempat tumbuh, dan sinar matahari serta kelembapan udara di perpustakaan
akan mudah dikontrol.20
b. Fungsi pengawetan
Dengan dirawat baik-baik, bahan pustaka menjadi awet, bisa lebih lama
dipakai, dan diharapkan lebih banyak pembaca dapat mempergunakan
bahan pustaka tersebut.21
c. Fungsi kesehatan
Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi bersih, bebas dari
debu, jamur, binatang perusak, sumber dan sarang dari berbagai penyakit,
sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca lebih
bergairah membaca dan memakai perpustakaan.22
d. Fungsi pendidikan
Pemakai perpustakaan dan pustakawan sendiri harus belajar bagaimana cara
memakai dan merawat dokumen. Mereka harus menjaga disiplin, tidak
membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, tidak mengotori
bahan pustaka maupun ruangan perpustakaan. Mendidik pemakai serta
pustakawan sendiri untuk berdisiplin tinggi dan menghargai kebersihan.23
e. Fungsi kesabaran
Merawat bahan pustaka ibarat merawat bayi atau orang tua, jadi harus sabar.
Bagaimana kita bisa menambal buku berlubang, membersihkan kotoran
binatang kecil dan tahi kutu buku dengan baik kalau kita tidak sabar.
20
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 6. 21
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 6. 22
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 6. 23
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 6.
16
Menghilangkan noda dari bahan pustaka memerlukan tingkat kesabaran
yang tinggi.24
f. Fungsi sosial
Pelestarian tidak bisa dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan harus
mengikut sertakan pembaca perpustakaan untuk tetap merawat bahan
pustaka dan perpustakaan. Rasa pengorbanan yang tinggi harus diberikan
oleh setiap orang, demi kepentingan dan keawetan bahan pustaka.25
g. Fungsi ekonomi
Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi lebih awet. Keuangan
dapat dihemat. Banyak aspek ekonomi lain yang berhubungan dengan
pelestarian bahan pustaka.26
h. Fungsi keindahan
Dengan pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang rapih,
perpustakaan tampak menjadi makin indah, sehingga menambah daya tarik
kepada pembacanya.27
D. Kertas Sebagai Bahan Arsip
Menurut Boedi Martono dalam bukunya menjelaskan, Arsip sebagaimana
telah dikemukakan di muka, coraknya bermacam-macam. Arsip dapat berupa
film, rekaman suara, video, disket, gambar hidup, dan jenis lainnya yang terdiri
dari arsip kertas. Masing-masing jenis arsip tersebut memiliki karakteristik yang
berbeda, sehingga cara pemeliharannya pun berbeda pula. Oleh karenanya
diperlukan pemahaman tentang karakter masing-masing jenis arsip, jika ingin
24
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 6. 25
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h.7. 26
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 7. 27
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 7.
17
memelihara arsip secara tepat.28
Arsip kertas adalah arsip-arsip yang terbuat dari
bahan kertas.
Boedi Martono juga menjelaskan, Kertas yang dikenal dalam bentuk
sekarang ini diketemukan oleh orang Cina sekitar 105 SM. Kertas dibuat dari
bahan tumbuh-tumbuhan seperti kayu, ampas tebu, dan bahan-bahan lainnya
seperti kain. Sekitar tahun 1945 – 1950, di masa revolusi kita kenal kertas yang
dibuat dari bahan merang (batang padi). Bahan tumbuh-tumbuhan tersebut yang
diperlukan selulosanya yang akan dijadikan bahan baku. Zat nonselulosa
dipisahkan melalui suatu proses kimia atau refining. Dengan refining lebih baik
karena tidak akan merusakkan serat.29
Menurut Darmono, definisi kertas adalah suatu bahan berbentuk lembaran
tipis dari serat tumbuhan atau sintetis yang dipakai untuk menulis, melukis, serta
menyebarkan berbagai informasi dan pengetahuan.30
Menurut Karmidi Martoatmodjo, kertas adalah lembaran yang terbuat dari
bahan serat sellulosa alam atau serat buatan yang telah mengalami penggilingan
ditambah beberapa bahan tambahan, misalnya kaolin, zat warna, formaldehida
(untuk member daya tahan pada kertas) dan sebagainya.31
Warna putih pada kertas diperoleh dari proses pemutihan. Proses ini
dilakukan secara bertingkat seperti khlorisasi, ekstraksi, hipo, hydrogen dioxide.
Tujuan pemutihan ini untuk mendapatkan pulp (bubur) dengan derajat putih yang
tinggi. Pada proses pemutihan di satu pihak akan diperoleh kertas putih yang baik,
28
Boedi Martono, Sistem Kearsipan Praktis (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), h. 66. 29
Martono, Sistem Kearsipan Praktis, h.66-67. 30
Darmono, Perpustakaan Sekolah, h. 85. 31
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 131.
18
namun di pihak lain proses tersebut mengurangi daya tahan kertas. Kertas akan
cepat rusak.32
Pulb adalah bahan setengah jadi yang akan diolah untuk menjadi kertas.
Agar kapasitasnya bertambah dan daya cetaknya memadai, permukaan kertas rata,
pulb akan dibubuhi bahan pengisi (filter). Pada leaflet yang dikeluarkan oleh Balai
Besar Selulosa Departemen Perindustrian, tingkat-tingkat pemutihan disebutkan
meliputi khlorisasi, ekstraksi, hipo, hydrogen dioxide dan sebagainya.33
Menurut Wursanto di dalam bukunya, bentuk atau wujudnya, arsip ada
beberapa macam, misalnya:
1. Surat
Dalam hal ini yang dmaksud surat adalah setiap lembaran kertas yang berisi
informasi atau keterangan yang berguna bagi penyelenggaraan kehidupan
organisasi, antara lain:
a. Naskah perjanjian atau kontrak
b. Akte pendirian perusahaan/ organisasi
c. Notulen rapat
d. Laporan-laporan
e. Kuitansi
f. Naskah berita acara
g. Bon penjualan
h. Kartu pegawai
i. Tabel-tabel, gambar atau bagan
j. Grafik
32
Martono, Sistem Kearsipan Praktis, h.67. 33
Martono, Sistem Kearsipan Praktis, h.67.
19
2. Pita rekaman
3. Piringan hitam
4. Mikrofilm.34
Menurut hemat penulis kertas adalah salah satu sekian banyak bahan arsip,
namun kekurang dari kertas adalah bahannya yang mudah sobek sehingga arsip
yang terbuat dari kertas perlu dilakukan pencegahan kerusakan arsip kertas dan
melindunginya yaitu dengan cara pelestarian arsip kertas agar arsip tetap terjaga
isi dokumennya dan terlindung dari perusak arsip.
E. Faktor-faktor Perusak Arsip
Jenis perusak bahan pustaka tersebut sangat tergantung pada keadaan iklim
dan alam setempat, serta lingkungannya.35
Menurut Karmidi Martoatmodjo,
Kerusakan bahan pustaka itu secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Faktor Biologi
Bahan pustaka terdiri atas selulosa, perekat dan protein yang merupakan
sumber makanan bagi makhluk hidup seperti jamur, serangga, binatang
pengerat dan lain-lain. Makhluk tersebut dapat hidup dengan kondisi
lingkungan yang kelembaban dan suhunya tinggi. Bila ruang tempat menimpan
bahan pustaka lembab dan dibiarkan berlarut-larut maka akan banyak dijumpa
bahan pustaka yang rusak berat.36
34
Wursanto, Kearsipan 1, h. 22-23. 35
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 36. 36
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 37.
20
a. Binatang pengerat
Tikus juga merupakan binatang perusak buku yang cukup sulit diberantas.
Mereka biasanya memakan buku-buku dan arsip yang disimpan didalam
gudang dan dijadikan sarang. Tindakan pencegahan untuk melindungi kertas
dari serangan tikus adalah tempat penyimpanan arsip harus bersih dan
kering serta selalu dikontrol secara berkala. Lubang-lubang yang
memungkinkan tikus dapat masuk harus ditutup dengan rapat.37
b. Serangga
Jenis serangga cukup banyak. Serangga merupakan masalah yang pelik di
Negara tropik. Makanan yang digemarinya ialah lem atau perekat yang
terbuat dari tepung kanji. Siklus kehidupan serangga terdiri atas beberapa
fase (tahap) yaitu telur, larva, kepompong, dewasa. Kerusakan terbesar
terjadi ketika serangga hidup pada fase larva. Lingkungan yang lembab,
gelap, sirkulasi udara kurang merupakan tempat yang ideal bagi serangga.38
Jenis-jenis serangga dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Rayap
Sebutan lain untuk rayap ialah semut putih, walaupun sebetulnya rayap
itu bukan semut dan warnanya tidak putih. Makanan utama rayap adalah
kayu, kertas, foto, gambar, rumput, dan lain-lain. Rayap mampu
memusnahkan setumpuk bahan pustaka dalam waktu singkat.39
2) Ikan Perak (Silver fish)
Ikan perak mempunyai banyak nama, antara lain silver moth, sugar fish,
slicker, fish moth, dan sugar louse. Serangga ini lebih aktif di malam
37
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja, h. 78. 38
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka h. 37 39
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 37-38.
21
hari. Telurnya diletakkan di tempat-tempat yang gelap. Setelah dua
minggu apabila kondisi lingkungan mendukung maka telur akan menetas.
Jenis serangga ini hidup ditempat-tempat yang gelap seperti dibelakang
buku-buku, rak-rak, dan lemari. Makanan yang menjadi sasaran
utamanya ialah perekat yang terbuat dari tepung kanji. Bagian buku yang
paling cepat di rusak ialah punggung buku, kulit buku, label buku,
gambar, dan lain lain. Serangga ini diperkirakan mempunyai seratus jenis
yang tersebar di seeluruh dunia.40
3) Kutu Buku (Book lice)
Bentuk serangga ini sangat kecil sehingga sering disebut kutu buku.
Bagian buku yang diserang ialah punggung dan pinggirnya. Serangga ini
memang sangat rakus terhadap kertas. Permukaan kertas selalu
dikikisnya sehingga huruf-hurufnya hilang. Disamping itu, kutu buku
menghancurkan selulosa. Perusakan kertas dilakukan oleh larva-nya.
Jenis serangga ini paling suka diberantas.41
4) Jamur
Jamur (fungi) merupakan mikroorganisme yang tidak berklorofil. Untuk
memperoleh makanan harus mengambil dari sumber kehidupan lain
(parasit) ataupun dari benda mati (sapropit). Kertas merupakan tempat
yang ideal bagi berkembangnya spora, terutama di lingkungan yang
mempunyai kelembaban tinggi. Jamur ini juga merusak perekat-perekat
yang ada pada kertas sehingga mengurangi daya rekatnya, dan merusak
tinta yang mengakitbatkan tulisan tidak terbaca. Jamur yang menempel
40
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 38. 41
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 38-39.
22
pada bahan pustaka bida membuat bahan pustaka lengket satu sama lain
sehingga kertas sobek jika dibuka.42
2. Faktor Fisika
a. Debu
Debu dapat masuk secara mudah ke dalam ruang perpustakaan melalui pintu
jendela, atau lubang-lubang angin perpustakaan. Apabila debu melekat pada
kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang meninggikan tingkat keasaman
pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Di samping
itu, apabila keadaan ruang perpustakaan lembab, debu yang bercampur
dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku. Debu dari jalan
yang mengandung belerang atau debu dari knalpot kendaraan memiliki daya
rusak yang paling tinggi. Debu tersebut sangat mudah bersenyawa dengan
kertas, apalagi pada ruangan yang lembab. Untuk menghindari kerusakan
bahan pustaka dan arsip yang disebabkan oleh debu perpustakaan
hendaknya selalu bebas dari debu. Caranya ialah dengan selalu
membersihkan ruang perpustakaan. Alat pembersih yang paling bagus untuk
bahan pustaka adalah vacuum cleaner.43
b. Suhu dan kelembaban
Kerusakan kertas yang diakibatkan oleh suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan perekat pada jilidan buku menjadi kering, sedangkan
jilidannya sendiri menjadi longgar. Di samping itu, suhu yang tinggi itu
dapat mengakibatkan kertas menjadi rapuh, warna kertas menjadi kuning.
42
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 39. 43
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h.44.
23
Sebaiknya, apabila lembab nisbi terlalu tinggi, buku dan kertas arsip akan
menjadi lembab.44
c. Cahaya
Kertas yang kepanasan akan rusak berubah warna menjadi kuning dan rapuh
akhirnya rusak. Hindarilah sinar ultra violet (sinar matahari) yang masuk
langsung ke perpustakaan atau gedung penyimpanan arsip. Kerusakan yang
terjadi karena pengaruh sinar ultra adalah memudarnya tulisan, sampul
buku, dan bahan cetak. Selain itu kertas juga akan menjadi rapuh. Proses
kerusakan akan dipercepat dengan adanya uap air dan oksigen dalam udara,
sehingga menimbulkan perubahan warna. Buku menjadi kuning kecoklatan
dan kadar kekuatan serat pada kertas menurun. Tidak hanya buku, bahan
audiovisual lainnya seperti piringan hitam, kaset audio maupun video akan
rusak jika kepanasan.45
3. Faktor kimia
Terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis menyebabkan susunan kertas terdiri
atas senyawa-senyawa kimia itu akan terurai. Oksidasi pada kertas yang terjadi
karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah gugusan karbonat dan
karboksil bertambah dan diikuti dengan memudarya warna kertas.46
4. Faktor lain
a. Manusia
Manusia dapat bertindak sebagai penyayang buku, tetapi juga bisa menjadi
perusak buku yang hebat. Berdasarkan kenyataan yang ada, kerusakan buku
terjadi karena ulah manusia. Misalnya, pembaca di perpustakaan secara
44
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 44. 45
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 45. 46
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 46.
24
sengaja merobek bagian-bagian tertentu dari sebuah buku, misalnya diambil
gambarannya, tabel-tabel statistiknya. Kadang-kadang pengguna
perpustakaan sengaja atau tidak sengaja, membuat lipatan sebagai tanda
batas baca atau melipat buku yang ke belakang. Sebagai akibatnya, perekat
yang mengelem punggung buku untuk memperkokoh penjilidan dapat
terlepas sehingga lembaran-lembaran buku akan terpisah dari jilidnya.
Kecerobohan manusia lain misalnya habis makan tidak membersihkan
tangan dahulu menyebabkan buku menjadi kotor. Apabila buku dipegang
dengan tangan kotor atau berminyak, buku akan bernoda. Kotoran yang
melekat pada tangan akan berpindah ke buku. Penempatan buku yang terlalu
padat di rak akan menyebabkan punggung dan kulitnya rusak.47
b. Bencana alam
Bencana alam seperti kebakaran atau banjir, dapat mengakibatkan
kerusakan koleksi bahan pustaka dan arsip dalam jumlah besar dan dalam
waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pustakawan diharapkan mampu
menekan sekecil mungkin akibat dari bencana tersebut. Bahaya banjir
merupakan musibah yang sering melanda beberapa tempat di Indonesia.
Bahan pustaka dan arsip yang rusak oleh air harus diperbaiki dengan cara
dikeringkan atau dianginkan.48
Menurut hemat penulis, kita perlu untuk memperhatikan faktor-faktor
perusak arsip seperti yang disebutkan tadi, oleh karena itu perlu dilakukan
pencegahan kerusakan arsip. Agar arsip kertas selalu terjaga isi dokumennya dan
bentuk fisiknya tidak mudah rapuh dan rusak.
47
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 46. 48
Martoatmodjo, Pelestarian bahan pustaka, h. 47.
25
F. Pencegahan Kerusakan Arsip terhadap Bencana
Menurut Sulistyo Basuki dalam bukunya, salah satu tanggung jawab
manajer arsip ialah menjaga arsip terhadap kerusakan dan pemusnahan dan
mencoba mengatasi arsip yang terkena bencana. Untuk itu manajer harus
membuat rencana yang menjelaskan tindakan pencegahan atau meminimumkan
akibat bencana potensial, tindakan yang perlu diambil bila benar-benar terjadi
bencana, dan tindakan untuk merawat arsip setelah terjadi bencana.49
Rencana pencegahan bencana yang menimpa arsip meliputi berbagai
prosedur guna mencegah kerusakan atas arsip dan merekontruksi ulang arsip yang
rusak akibat bencana. Metode pencegahan ini berbeda-beda tergantung pada jenis
bencana dan media penyimpanan arsip. Semua arsip rentan pada gangguan alam
dan manusia.50
1. Pencegahan Kebakaran
Dari semua bencana yang dapat merusakkan arsip makan bencana
kebakaran merupakan bencana potensial yang paling mampu menimbulkan
kerusakan. Perlindungan terhadap api dilakukan dengan cara menyimpan arsip
dalam brankas, laci, lemari dan kotak. Ketahanan arsip terhadap kebakaran
diukur dengan waktu yang diperlukan api mencapai 1770C. Pada bagian dalam
penyimpanan arsip. Kertas terbakar pada suhu 1770C.
51
Dalam rangka memanfaatkan ruangan maka banyak instansi
menggunakan penyimpanan rak terbuka, arsip disimpan dalam folder atau pada
berbagai kardus karton dan yang terbuka dan tertutup. Jarak antara masing-
masing rak ialah 75cm. Antara gang tergantung folder berisi arsip kertas.
49
Basuki, Pengantar Kearsipan, h. 171. 50
Basuki, Pengantar Kearsipan, h. 173-174. 51
Basuki, Pengantar Kearsipan, h. 179.
26
Penyimpanan semacam ini rentan terhadap percikan api, baik dari korek api,
lampu neon maupun panas yang timbul dari bola lampu.52
Sulistyo Basuki
mengatakan di dalam bukunya, guna mengurangi risiko kebakaran maka
berbagai cara sederhana disarankan seperti:
a. Menggunakan alat yang digerakkan secara hastawi (manual) bukan dengan
mesin.
b. Menggunakan forklift berdaya gas bukan listrik.
c. Melarang penggunaan alat pemanas cangkigan (portable), hot plates, alat
pembuat kopi, fotokopi, batterai charges, api pateri atau las dan sumber api
lainnya.
d. Melarang penyimpanan bahan kimia, minyak, cat dan benda lain yang
mudah terbakar di dalam atau dekat ruang simpan arsip.
e. Melarang merokok,
f. Membatasi ruangan simpan arsip paling sedikit 30 cm dari sumber cahaya
terdekat.53
g. Memasang pendeteksi asap pada tiap ruangan dalam perpustakaan dan
tempat penyimpanan arsip
h. Alat pemadam api harus dipasang ditempat-tempat yang mudah
terjangkau.54
2. Pencegahan Air dan Gempa Bumi
Air sama merusaknya dengan api karenanya pencegahan terhadap banjir
sama pentingnya dengan pencegahan terhadap kebakaran. Air tidak saja berupa
banjir melainkan juga dalam bentuk bocoran dari atap atau pipa leding.
52
Basuki, Pengantar Kearsipan, h. 179. 53
Basuki, Pengantar Kearsipan, h. 180. 54
Darmono, Perpustakaan Sekolah, h. 97.
27
Arsiparis hendaknya menyadari bahwa bahaya kebakaran lebih besar daya
rusaknya daripada bahaya air Karena arsip yang basah masih dapat
diselamatkan namun arsip yang terbakar sama sekali tidak dapat diselamatkan.
Arsip dapat juga rusak akibat kelalaian manusia misalnya ketumpahan teh atau
minuman lainnya. Sebaiknya ada garis haluan melarang minum di ruangan
penyimpanan arsip.55
Bila gedung depo arsip berada di kawasan yang bebas gempa maka
tindakan pencegahan terhadap gempa dapat ditekan seminimum mungkin.
Namun bila gedung depo terletak di kawasan rawan gempa atau badai maka
perlu tindakan pencegahan. Untuk Indonesia relatif bebas dari badai namun
hujan dapat menimbulkan kerusakan berupa banjir, bocor, dan genangan air.
Beberapa depo arsip menaikkan tempat penyimpanan arsip sampai 25 cm di
atas lantai, untuk bagian bawah digunakan kontener kedap air. Juga disarankan
agar ruang penyimpanan arsip tidak berada dipermukaan tanah guna mencegah
banjir dan resapan air. Tindakan pencegahan lain berupa penyediaan pompa
isap air.56
G. Pemeliharaan dan Pengamanan Arsip
1. Pemeliharaan Tempat Penyimpanan Arsip
Menurut Wursanto di dalam bukunya mengatakan, tempat yang
dipergunakan untuk menyimpan arsip antara lain rak arsip dan almari arsip.57
55
Basuki, Pengantar Kearsipan, h. 181. 56
Basuki, Pengantar Kearsipan, h. 181. 57
Wursanto, Kearsipan 1, h. 224.
28
a. Rak Arsip
Menurut Wursanto, untuk menjaga keamanan rak dari serangan serangga,
rayap dan sebagainya, dapat dilakukan usaha sebagai berikut:
1) Rak sebaiknya dibuat dari logam. Rak dilengkapi dengan papan-papa rak
2) Jarak antara papan rak yang terbawah dengan lantai kurang lebih enam
inci, untuk memudahkan sirkulasi udara dan juga memudahkan waktu
membersihkan lantai di bawah rak.
3) Rak arsip yang dibuat dari kayu hendaknya diolesi dengan dieldrin. Cara
mengolesi dengan menggunakan kuas, searah dengan garis-garis yang
ada pada kayu. Rak merupakan tempat penyimpanan arsip secara
terbuka. Keuntungan penyimpanan arsip dengan mempergunakan rak
adalah arsip-arsip tidak mudah lembab karena selalu berhubungan
dengan udara luar, sehingga arsip-arsip tidak mudah rusak. Akan tetapi
arsip-arsip mudah dan cepat kotor dengan berbagai macam debu. Apabila
petugas kearsipan tidak rajin membersihkan, debu-debu tersebut akan
menumpuk pada kertas arsip dan mempercepat proses kerusakan arsip.58
b. Almari Arsip
Almari arsip merupakan alat penyimpanan arsip secara tertutup, sehingga
arsip-arsip tidak berhubungan dengan udara luar. Hal ini akan
mengakibatkan arsip-arsip di dalam almari mudah lembab. Akan tetapi
arsip-arsip tidak mudah kotor oleh debu-debu.59
Untuk menjaga arsip-arsip
di dalam almari dapat dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:
1) Almari arsip harus sering dibuka, untuk menjaga tingkat kelembabannya.
58
Wursanto, Kearsipan 1, h. 225. 59
Wursanto, Kearsipan 1, h. 225.
29
2) Susunlah arsip-arsip di dalam almari agak renggang, jangan terlalu rapat,
agar tingkat kelembaban tetap terjaga sehingga tidak melampau tingkat
kelembaban yang diinginkan. Di samping itu penataan arsip secara
renggang akan memudahkan pengambilan arsip-arsip apabila sewaktu-
waktu diperlukan kembali.
3) Apabila almari arsip dibuat dari kayu, hendaknya diolesi dengan dieldrin.
Cara mengolesi sama denga cara mengolesi pada rak kayu.
4) Untuk menjaga agar tingkat kelembaban dalam almari tetap terjamin
seperti yang diinginkan, dapat ditaruh kapur barus (kanfer) di dalam
almari arsip.60
2. Pengamanan Arsip
Menurut Darmono untuk melindungin bahan pustaka dan arsip dari
pencurian, maka perlu diambil langkah sebagai berikut:
a. Pemasangan alarm sistem, terutama untuk menghindari pencurian pada
jam-jam kantor,
b. Perlu pemeriksaan identitas pemakai jasa perpustakaan dan arsip
c. Perlu dipasang pengumuman bahwa pengunjung perpustakaan dan gedung
arsip dilarang membawa tas, mantel, paying ke dalam ruang baca arsip.
Bila perlu diadakan pemeriksaan pada pengunjung yang keluar dari ruang
baca.
d. Pengecekan pada bahan pustaka dan arsip yang ada dalam ruang
penyimpanan dan ruang baca untuk mengeahui lebih dini adanya koleksi
arsip yang hilang.61
60
Wursanto, Kearsipan 1, h. 225-226.
30
Menurut Wursanto, pengamanan arsip menyangkut penyimpanan arsip
dari segi informasinya, dan pengamanan arsip dari segi fisiknya.62
a. Pengamanan Arsip dari Segi Informasinya
Pengamanan arsip dari segi informasinya telah diatur dalam Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang ketentuan-ketentuan pokok kearsipan.
Dalam undang-undang Nomor 7 Tahun 1971 hanya ditetapkan mengenai
ketentuan pidana yang menyangkut pengamanan arsip dari segi
informasinya saja, seperti diatur dalam pasal 11.63
Menurut hemat penulis, pengamanan arsip dari segi informasinya
diperlukan agar isi dokumennya tetap terjaga. Pengamanan arsip dari segi
informasinya sudah di atur di dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971
tentang ketentuan-ketentuan pokok kearsipan. Agar tidak ada pihak yang
tidak bertanggungjawab menyalahgunakan informasi arsip.
b. Pengamanan Arsip dari Segi Fisiknya
Pengamanan arsip dari segi fisiknya adalah pengamanan kertas arsip
dari segi kerusakan. Sebagaimana telah diutarakan di muka. Kerusakan
terhadap arsip dapat terjadi karena faktor internal (kerusakan arsip yang
disebabkan dari dalam), dan faktor eksternal (kerusakan arsip yang
disebabkan dari luar). Faktor internal meliputi kualitas kertas, tinta, dan
bahan perekat atau lem.64
Faktor eksternal antara lain meliputi: kelembaban udara, udara
terlampau kering, sinar matahari, kekotoran udara, debu, jamur, dan
61
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja, h. 80. 62
Wursanto, Kearsipan 1, h. 229. 63
Wursanto, Kearsipan 1, h. 229. 64
Wursanto, Kearsipan 1, h. 230.
31
sejenisnya, rayap, gegat dan berbagai jenis serangga perusak/ pemakan
kertas arsip lainnya. Pengamanan terhadap kertas arsip dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain dengan cara restorasi, laminasi,
enkapsulasi dan microfilm.65
H. Usaha Perbaikan Arsip yang Rusak
Arsip yang bernilai guna pertanggungjawaban nasional menjadi asset
memori suatu bangsa. Sejarawan Abdurrachman Surjomiharjo menunjukkan
makna penting arsip ini dengan menunjukkan makna penting arsip ini dengan
menunjukkan peristiwa pada masa revolusi sosial bulan Oktober hingga Desember
1945 saat belanda menggoyah Indonesia yang baru saja merdeka. Saat itu,
Belanda tidak hanya menggoyah Indonesia melalui pendudukan wilayah dan
mematahkan perlawanan republik, tetapi juga melalui penyitaan arsip milik
Indonesia.66
Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi lembaga kearsipan untuk
memelihara dengan baik arsip yang memiliki nilai guna pertanggungjawaban
nasional. Kegiatan preservasi arsip statis dilakukan untuk menjamin keselamatan
dan kelestarian arsip statis tersebut.67
Beberapa usaha perbaikan arsip
diantaranyan adalah:
1. Laminasi
Laminasi adalah tekhnik memperkuat kertas atau dokumen melalui pelapisan
dua lembar tisu (Japanese tissue) pada permukaan kertas atau dokumen.68
Laminasi artinya melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan
65
Wursanto, Kearsipan 1, h. 230. 66
Irianti, Melestarikan Memori Kolektif Bangsa (Jakarta: anri, 2012), h.36 67
Irianti, Melestarikan Memori Kolektif Bangsa, h.37. 68
Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka, h.27
32
pustaka menjadi lebih awet. Proses laminasi biasanya digunakan untuk kertas-
kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki, dengan cara lain misalnya seperti
menambal, menjilid, menyambung dan sebagainya.69
Laminasi yaitu suatu cara
menutup/ melapis/ menambal satu lembar arsip dengan bahan penguat (kozo
tissue paper).70
Metode yang digunakan dalam proses laminasi ada dua macam
yaitu:
a. Laminasi secara manual
Laminasi dengan cara manual dapat dilakukan dengan cara melembabkan
permukaan kertas menggunakan sprayer air lalu dikuas secara perlahan.
Kemudia kedua permukaan diletakkan tissue dan diberi perekat. Bahan yang
digunakan untuk laminasi adalah tissue Jepang (Japanese tissue paper)
dengan perekat yang digunakan adalah CMC (Carboxly Methyl
Cellulose).71
b. Laminasi menggunakan mesin
Laminasi secara mekanik dilakukan dengan menggunakan mesin laminators
atau thermostatically dengan cara menekan kuat tissue berperekat yang ada
pada dokumen. Laminasi dengan mesin memiliki efek dari mesin pemanas
yang bisa merusak kertas.72
2. Menambal dan menyambung (Mending)
Menurut buku pedoman teknis pelestarian bahan pustaka oleh Perpustakaan
Nasional, untuk memulihkan bentuk dan kekuatan kertas, perlu dilakukan
upaya perbaikan yang disesuaikan dengan bentuk kerusakan yang terjadi.
69
Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h.111 70
Irianti, Melestarikan Memori Kolektif Bangsa, h. 38. 71
Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka, h.27 72
Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka, h.2-28.
33
Menambal adalah menutup bagian bahan perpustakaan atau arsip yang
berlubang sehingga tampak utuh seperti semula. Sedangkan menyambung
adalah merekatkan bagian yang robek agar tidak menjadi bertambah lebar.
Untuk menambal dan menyambung dapat dilakukan dengan menggunakan
Japanese tissue paper (dengan ketebalan 27 gr), atau Hand made paper dengan
CMC (carboxyl methyl cellulose) sebagai perekat.73
Proses menambal dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Menambal secara manual
Menambal dengan menggunakan tangan tanpa peralatan khusus. Terlebih
dahulu membuat pola kerusakan menggunakan pinsil diatas selembar tissue
Jepang ukuran 27 gram (Japanese Tissue) yang ditempelkan diatas bagian
yang berlubang dan dibantu dengan meja berlampu (light table).
Selanjutnya pola kerusakan yang sudah tergambar pada tissue Jepang
tersebut pelan-pelan dirobek dengan cara menarik perlahan. Untuk
memudahkan merobek tissue tersebut dapat menggunakan kuas yang
terlebih dahulu dicelupkan ke dalam air. Selanjutnya tissue yang sudah
dibentuk sesuai lubng tersebut direkatkan persis dibagian yang robek
dengan menggunakan lem CMC.74
b. Leaf casting
Leaf casting yaitu teknik menambal menggunakan mesin leaf caster,
caranya dengan memasukkan bubur kertas (pulp) ke dalam mesin leaf caster
lalu kertas yang robek diletakkan di dalam mesin tersebut selanjutnya pulp
tersebut akan mengisi bagian yang hilang sehingga kertas tampak utuh
73
Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. h. 25. 74
Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. h. 25.
34
kembali.75
Leaf casting yakni proses perbaikan arsip tekstual dengan cara
menambal atau mengisi bagian yang hilang atau berlubang pada lembaran
arsip dengan bubur kertas atau pulp.76
I. Enkapsulasi
Secara alamiah, media arsip berbasis kertas akan mengalami proses
pelapukan jika disimpan dalam jangka waktu lama, karena kertas merupakan
bahan organik yang dapat terurai. Demikian pula jenis arsip audiovisual, dapat
rusak karena terbuat dari bahan-bahan yang tidak stabil. Untuk menjamin
keselamatan arsip dari berbagai faktor perusak arsip, baik yang bersumber dari
faktor internal dan eksternal perlu tindakan preservasi arsip (preventif dan kuratif)
sesuai dengan perundang-undangan dan kaidah-kaidah kearsipan.77
Ada beberapa pekerjaan dilaksanakan dalam melakukan preservasi arsip,
salah satunya adalah dengan cara metode enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah
satu cara melindungi kertas dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh
karena umur, pengaruh asam, karena dimakan serangga, kesalahan penyimpanan
dan sebagainya.78
Enkapsulasi yakni suatu cara perawatan arsip dengan menggunakan
pelindung untuk menghindari kerusakan yang bersifat fisik, menggunakan teknik
setiap lembar arsip dilapisi dua lembar polyester plastic dengan bantuan double
75
Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. h. 26. 76
Irianti, Melestarikan Memori Kolektif Bangsa, h. 39. 77
Irianti, Melestarikan Memori Kolektif Bangsa, h. 37-38. 78
Martoatmidjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 113.
35
tape.79
Enkapsulasi adalah suatu cara untuk memperkuat kertas atau dokumen
yang berbentuk lembaran lepas agar terhindar dari kerusakan yang bersifat fisik.80
Menurut hemat penulis, tujuan enkapsulasi adalah untuk menjaga
kelestarian arsip baik isi dokumen arsip tersebut maupun fisik arsip tersebut.
Maka arsip tidak terlihat rapuh dan tidak rusak atau sobek saat dipegang untuk
dimanfaatkan informasi yang terkandung di dalamnya. Pelestarian arsip dengan
metode enkapsulasi memiliki tujuan untuk memperpanjang umur fisik dan
menjaga kelestarin informasi yang terkandung di dalamnya.
Pada umumnya kertas yang dienkapsulasi adalah berupa kertas lembaran
seperti naskah kuno, peta, poster dan sebagainya yang umumnya sudah rapuh.81
Proses ini sangat ideal untuk melestarikan dokumen dalam bentuk lembaran
seperti (peta, gambar, surat kabar atau dokumen bentuk lembaran lainnya) yang
membutuhkan perlindungan khusus agar aman pada saat pameran, perjalanan jauh
atau sehingga aman ketika disimpan, atau dalam kondisi yang rapuh.82
Menurut bagian bidang preservasi Perpustakaan Nasional, alat dan bahan
yang diperlukan dalam melakukan enkapsulasi diantaranya:
1. Plastik Polyethlylane/Poliester. Plastik tersebut merupakan plastik yang bebas
asam contohnya mylar. Ukuran plastik tersebut lebih besar dari bahan pustaka
berupa lembaran kertas sebanyak dua lembar.
2. Double side tape, perekat ini merupakan perekat yang bebas asam contohnya
3M. Lebar duble side tape tersebut yaitu 5mm.
3. Pemberat
79
Irianti, Melestarikan Memori Kolektif Bangsa, h. 38. 80
Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. h. 29. 81
Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 113. 82
Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. h. 29.
36
4. Cutter
5. Cutter mat83
Menurut bagian bidang Preservasi Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia, Enkapsulasi merupakan cara untuk melindungi arsip dari kerusakan
yang bersifat fisik. Pada proses enkapsulasi setiap lembar kertas atau dokumen
dilindungi dengan plastik bebas asam. Cara yang dilakukan dalam melakukan
proses enkapsulasi ialah dengan mengapit lembaran kertas atau dokumen diantara
dua lembar plastik dan pada bagian pinggirnya direkatkan dengan menggunakan
double side tape.84
Cara kerja dalam melaksanakan enkapsulasi daintaranya:
1. Meletakkan plastik mylar di atas meja, membersihkan dengan lap bersih jika
ada bagian yang kotor.
2. Meletakkan kertas dokumen di atas plastik mylar dengan posisi ada di tengah-
tengah plastik.
3. Meletakkan pemberat di atas dokumen.
4. Menempelkan double side tape yang bebas asam di atas mylar pada garis lurus
pinggir dokumen dan letaknya berjarak 2-3 mm dari pinggir dokumen sehingga
double side tape yang bebas asam tersebut tidak bersentuhan dengan kertas
dokumen.
5. Melebihkan double side tape yang bebas asam sekitar 5 mm dari garis lurus
dokumen kertas.
6. Memotong double side tipe yang bebas asam dengan cutter.
7. Lakukan penempelan double side tape yang bebas asam dengan cara yang
sama pada ketiga sisi lainnya dari kertas dokumen.
83
Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka, h.137 84
Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka, h. 29.
37
8. Setelah penempelan double side tape yang bebas asam di atas mylar selesai,
sisihkan pemberat.
9. Selembar mylar lagi di atas kertas dokumen.
10. Meletakkan kembali pemberat di atas plastik mylar.
11. Melepaskan kedua kertas double side tape yang bebas asam dengan cutter.
12. Melepaskan sedikit kertas double side tape.
13. Merekatkan kedua sisi plastik mylar dengan double side tape.
14. Mengulangi hal yang sama pada ujung diagonal kertas dokumen tersebut.
15. Setelah kedua ujung tersebut menempel, kemudian menarik sisa kertas double
side tape sehingga semua kertas double side tape lepas dan kedua lembar mylar
menempel pada double side tape.
16. Mengulangi hal yang sama pada ketiga kertas double side tape.
17. Gosok permukaan plastik mylar yang ditempel double side tape supaya double
side tape menempel kuat pada pastik mylar.
18. Meletakkan penggaris 2-3 mm dari pinggir double side tape, kemudian
rapihkan pinggiran plastik mylar dengan memotong plastik mylar yang
berlebih.
19. Melakukan pada keempat pinggir plastik mylar.
20. Diakhiri dengan merapihkan bahan pustaka yang telah dienkapsulasi.85
Menurut hemat penulis, enkapsulasi merupakan salah satu cara
memperbaiki arsip kertas yang rusak atau rapuh, yaitu dengan cara mengapitkan
arsip kertas yang ingin dienkapsulasi dengan menggunakan dua plastik polyester
dan pinggiran plastik polyester tersebut diberi perekat double tape, hal ini untuk
85
Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka, h.137-145
38
menghindari agar arsip kertas tidak rusak dan tidak robek serta terhindar dari zat
asam, debu. Dengan demikian arsip kertas akan selalu dalam keadaam baik, tidak
mudah kotor, rusak, sobek, dan terlindungi oleh plastik bebas asam.
Perbedaan antara laminasi dan enkapsulasi ialah bahwa pada laminasi,
bahan pustaka menempel dengan pembungkusnya, sedangkan pada enkapsulasi
bahan pustaka tidak menempel, sehingga kalau diperlukan, bahan pustaka bisa
diambil utuh, dengan cara menggunting bagian tepi plastic pelindungnya. Ijazah,
atau bahan pustaka penting lainnya lebih baik dienkapsulasi daripada dilaminasi.
Dokumen tetap terlindung dan awet, dan tidak rusak. Yang penting harus
diperhatikan dalam pelaksanaan enkapsulasi adalah bahwa kertas harus bersih,
kering, dan bebas asam (sudah dideasidifikasi).86
J. Penelitian Terdahulu
Sebelum mengadakan penelitian ini, terlebih dahulu penulis melakukan
tinjauan pustaka untuk melihat dan mencari judul skripsi yang ada di perpustakaan
utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora. Penulis menemukan ada beberapa skripsi yang membahas tema
serupa, yaitu:
1. “Pelestarian Naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia , yang
disusun oleh Hikmah Nasution / 108025000045 Fakultas Adab dan Humaniora,
Jurusan Ilmu Perpustakaan, tahun 2015. Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui kebijakan pelestarian naskah, proses pelaksanaan kegiatan pelestarian
naskah dan kegiatan penyebaran informasi setelah proses pelestarian naskah
dilakukan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Penelitian ini merupakan
86
Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 113.
39
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Data yang
diperoleh dikaji dan di analisa secara komprehensip kemudian disajikan dalam
bentuk narasi untuk mendapatkan kesimpulan yang sesuai dengan rumusan
masalah. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa kebijakan pelestarian
naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tercantum dalam buku
Pokok-pokok Kebijakan Strategi Pelestarian bahan Perpustakaan (BP) dan
Naskah Kuno 2015-2019. Kebijakan yang tercantum menyangkut kewajiban dan
tanggungjawab Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam rangka
pelestarian naskah dalam rangka pelestarian naskah melalui kegiatan pengecekan,
penyediaan dana untuk pencegahan dan perbaikan, perawatan serta pemeliharaan.
Selanjutnya, usaha pencegahan dan perbaikan yang dilakukan oleh Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia adalah dengan cara fumigasi penggunaan alat
dehumidifier dan penggunaan Air Conditioner 24 jam. Perbaikan kerusakan
naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dilakukan melalui metode
deasidifikasi, enkapsulasi, laminasi, penambalan dan penyambungan serta alih
media bentuk penjilidan. Hasil penelitian lainnya adalah terkait dengan kegiatan
penyebaran informasi yang dilakukan melalui penggunaan catalog buku, catalog
website, di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan memamerkan naskah.
2. “Pelestarian Bahan Pustaka dengan Enkapsulasi pada Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia”, yang disusun oleh Hanif Ibrahim / 1111025100064 Fakultas
Adab dan Humaniora Jurusan Ilmu perpustakaan. Skripsi tersebut membahas
tentang pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia. mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab kerusakan bahan
40
pustaka. Mengetahui teknik pelestarian bahan pustaka yang dilakukan di
perpustakaan nasional republik indonesia. Mengetahui kendala apa saja yang di
hadapi dalam melakukan pelestarian bahan pustaka. Hasil dan observasi pada
penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan
enkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia telah berjalan. Namun
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia namun Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tertulis mengenai pelestarian bahan
pustaka termasuk didalamnya enkapsulasi. Proses enkapsulasi melalui tiga proses
yaitu pra enkapsulasi, proses enkapsulasi, dan proses pasca enkapsulasi. Solusi
yang dilakukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ialah dengan cara
memesan bahan-bahan tersebut jauh sebelum jatuh tempo pelaksanaan
enkapsulasi dan petugas yang telah mengerti tentang pelaksanaan enkapsulasi
mendampingi yang belum cukup mengerti.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian Deskriptif
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yang bersifat kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
menjelaskan sesuatu hal dengan apa adanya. Menjelaskan dengan data yang
diperoleh berupa gambar dan kata-kata dan tidak dengan angka-angka.
Jika kita ingin meneliti satu atau dua aspek dari suatu hal yang sudah
terpetakan secara umum dan luas, maka kita masuk ke area penelitian yang
lebih mendalam, yaitu penelitian dengan metode deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan
sesuatu hal seperti apa adanya.90
Menurut Emzir penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan lebih
mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Hasil
penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan
menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mencakup transkip wawancara,
catatan lapangan, fotografi, videotape, dokumen pribadi, memo, dan rekaman-
rekaman resmi lainnya. Dalam pencarian untuk pemahaman, peneliti kualitatif
tidak mereduksi halaman demi halaman dari narasi dan data lain ke dalam
90
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: pengantar, teori, dan panduan
praktis
penelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 60.
42
simbol-simbol numerik. Mencoba menganalisis data dengan segala kekayaan
sedapat dan sedekat mungkin dengan bentuk rekaman dan transripnya.91
2. Pendekatan Penelitian Kualitatif
Pendekatan pada penelitian ini adalah dengan metode kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah databerupa non angka. Menurut Sugiyono metode
penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut
juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya disebut sebagai metode
kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.92
Penelitian kualitatif melakukan triangulasi di antara sumber-sumber data
yang berbeda untuk meningkatkan akurasi suatu studi. Triangulation adalah
proses penguatan bukti dari individu-individu yang berbeda (misalnya seorang
kepala sekolah dan seorang siswa), jenis data (misalnya, catatan lapangan
observasi dan wawancara) dalam deskripsi dan tema-tema dalam penelitian
kualitatif. Peneliti menguji setiap sumber informasi dan bukti-bukti temuan
untuk mendukung sebuah tema. Hal ini menjamin bahwa studi akan menjadi
akurat karena informasi berasal dari berbagai sumber informasi, individu, atau
proses. Dalam cara ini, peneliti terdorong untuk mengembangkan suatu laporan
yang akurat dan kredibel.93
91
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisi Data (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h.
3. 92
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, cv, 2014) h. 1. 93
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 82.
43
Data kualitatif adalah data yang berbentuk non angka, seperti kalimat-
kalimat, foto, atau rekaman suara dan gambar.94
B. Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Sumber data pada penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah
data yang diperoleh langsung dari narasumber. Dalam penelitian ini diperoleh
melalui observasi, wawancara langsung kepada informan, yaitu kepala bidang
Preservasi ANRI, dan Arsiparis yang melakukan teknis pelestarian arsip kertas
di ANRI.
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada
sumbernya, tanpa adanya perantara. Sumber yang dimaksud, dapat berupa
benda-benda, situs, atau manusia. Teknik pengumpulan data dalam konteks
data primer ini tergantung jenis data yang diperlukan, jika yang diperlukan
adalah data tentang manusia, maka peneliti dapat instrumen, atau melakukan
observasi langsung terhadap subjek atau setting social yang diteliti, dengan
menggunakan observation guide atau panduan observasi.95
2. Sumber Data Sekunder
Penelitian ini juga menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah
data yang diperoleh melalui perantara. Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh melalui buku-buku, literatur-literatur, jurnal, artikel, dan dokumen
dari bagian humas ANRI dan dari bagian bidang preservasi ANRI.
94
Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, h. 86. 95
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah (Jakarta: Gaung Persada Press,
2010),
h. 86-87.
44
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya.96
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari biro statistik, majalah, koran,
keterangan-keterangan kedua, ketiga dan seterusnya, artinya melewati
satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri. Karena itu perlu adanya
pemeriksaan ketelitian.97
C. Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang diwawancarai dan dijadikan sebagai
narasumber untuk memberikan informasi. Dalam penelitian kualitatif, hal yang
menjadi bahan pertimbangan utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan
informan yang nantinya akan di wawancarai secara mendalam yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan diteliti dalam skripsi ini. Penulis mencari
informan yang benar-benar mengerti tentang pelestarian arsip dengan enkapsulasi
di Arsip Nasional Republik Indonesia. Informan tersebut merupakan petugas
teknis bidang preservasi arsip yang ada di Arsip Nasional Republik Indonesia,
yaitu Informan Kadir dan Informan Madris. Kedua orang tersebut merupakan
petugas yang melaksanakan pelestarian arsip di Arsip Nasional Republik
Indonesia. Sedangkan informan yang akan diwawancarai mengenai kebijakan
pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi adalah ibu Widi beliau adalah
kepala bidang Preservasi di Arsip Nasional Republik Indonesia.
96
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, h. 87. 97
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, h. 90.
45
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari data primer dan data
sekunder. Data primer yang diperoleh pada penelitian ini melalui wawancara yang
dilakukan dengan informan kemudian hasil wawancara tersebut dijadikan tulisan.
Data sekunder yang diperoleh pada penelitian didapat dari penelusuran data dan
penelusuran informasi dari dokumen. Kemudian data yang terkumpul akan
digunakan menjadi bahan analisis.
Pengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian hipotesis. Untuk
itu perlu ditentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan setiap variabel,
supaya diperoleh informasi yang valid dan dapat dipercaya. Pengumpulan data
dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian.98
Dalam penelitian
ini pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut ini:
1. Observasi
Teknik Observasi adalah melakukan pengamatan dan pencatatan
langsung secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki.99
Jadi, metode (penelitian) observasi adalah penelitian yang pengambilan
datanya bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian.100
Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,
98
W. Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Grasindo, 2010), h. 28-29. 99
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, h. 88. 100
Irawan, Logika dan Prosedur, h. 63.
46
sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang
sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.101
Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik pengumpulan data sangat
ditentukan pengamat sendiri, sebab pengamat melihat, mendengar, mencium,
atau mendengarkan suatu objek penelitian dan kemudian ia menyimpulkan dari
apa yang diamati itu. Pengamat adalah kunci keberhasilan dan ketepatan hasil
penelitian.102
2. Wawancara
Dalam hal ini peneliti mewawancarai 3 orang bagian bidang preservasi
ANRI, yaitu satu Kepala bagian bidang preservasi ANRI bernama Ibu Widi,
dan dua bagian Teknisi preservasi ANRI, yaitu Bapak Kadir dan Bapak Aji
Madris yang sudah lama bekerja di bagian Teknisi preservasi ANRI.
Teknik Wawancara adalah teknik memperoleh Informasi secara langsung
melalui permintaan keterangan-keterangan kepada pihak pertama yang
dipandang dapat memberikan keterangan kepada pihak pertama yang
dipandang dapat memberikan keterangan atau jawaban terhadap pertanyaan
yang diajukan.103
Jadi secara singkat, metode (penelitian) wawancara adalah
metode penelitian yang datanya dikumpulkan melalui wawancara dengan
responden (kadang kala disebut “key-informant”).104
101
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 64. 102
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), h. 384. 103
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, h. 89. 104
Irawan, Logika dan Prosedur, h. 64.
47
Jadi wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.105
3. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini penulis menggunakan bahan-bahan pustaka yang
sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas yaitu dengan
mengumpulkan sumber-sumber literatur berupa buku, jurnal, artikel, dan
dokumen lainnya.
Menurut Prasetya Irawan tidak ada suatu penelitin ilmiah yang tidak
melibatkan kajian kepustakaan oleh penelitiannya. Seorang mahasiswa yang
menulis tesis, skripsi, atau disertasi harus melakukan kajian kepustakaan (isi
dari bab II sebuah tesis adalah hasil kajian kepustakaan). Tetapi apa yang kita
maksud penelitian kepustakaan (library research) adalah penelitian yang
datanya diambil terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku, dokumen,
artikel, laporan, koran, dan lain-lain sebagainya).106
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara-cara teknis yang dilakukan oleh
seorang peneliti, untuk menganalisis dan mengembangkan data-data yang telah
dikumpulkan.107
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam
hal ini Nasution (1988) menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan
105
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 180. 106
Irawan, Logika dan Prosedur, h. 65. 107
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, h. 199.
48
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian
selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”.108
Data akan dianalisis
melalui tiga tahapan yaitu :
1. Reduksi data
Mereduksi data adalah merangkum data yaitu dengan cara memilih hal-
hal yang pokok, fokus pada hal-hal penting. Artinya data-data yang peneliti
peroleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi tidak semuanya
digunakan. Data tersebut dipilah-pilah lagi yang relevan dengan tema
penelitian.
Data yang diperoleh penulis melalui wawancara dan kajian pustaka
dicatat dengan rinci, dikelompokkan dan menfokuskan pada hal penting,
dengan demikian data yang didapat bisa memberikan gambaran yang jelas.
Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu
bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila
dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.109
Reduksi data adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dari analisis data.
Peneliti memilih data mana yang akan diberi kode, mana yang ditarik keluar,
dan pola rangkuman sejumlah potongan atau apa pengembangan ceritanya
merupakan pilihan analitis. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang
mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan mengorganisasikan
108
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 89-90. 109
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013) h. 288.
49
data dalam satu cara, di mana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan
diverifikasi.110
2. Penyajian data
Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk teks yang
bersifat naratif. Data ini yang nantinya akan menjelaskan hasil dari penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan “the most frequent of
display data for qualitative research data in the past has been narrative tex”.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.111
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat keseluruhan data yang
diperoleh selama proses penelitian, Kesimpulan digunakan untuk menjawab
rumusan masalah.
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi bila ada kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
110
Muri Yusuf, Metode Penelitian, h. 408. 111
Muri Yusuf, Metode Penelitian, h. 95.
50
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.112
Luasnya dan lengkapnya catatan lapangan, jenis metode yang digunakan
dalam pengesahan dan pengolahan data, serta pengalaman peneliti dalam
penelitian kualitatif, akan memberi warna kesimpulan penelitian. Reduksi data,
display data (penyajian data), dan penarikan kesimpulan/ verifikasi harus
dimulai sejak awal, inisiatif berada ditangan peneliti, tahap demi tahap
kesimpulan dimulai sejak awal. Ini berarti apabila proses sudah benar dan data
yang dianalisis telah memenuhi standar kelayakan dan konformitas, maka
kesimpulan awal yang diambil akan dapat dipercaya.113
112
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 99. 113
Muri Yusuf, Metode Penelitian, h. 409.
51
F. Jadwal Penelitian
Tabel 3. 1
Jadwal Penelitian Tahun 2016-2017
No Kegiatan 2016-2017
Bulan
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
0
1 Penyerahan
Proposal Skripsi
dan Dosen
Pembimbing
- -
2 Pelaksanaan
Bimbingan Skrispi
3 Pengumpulan
Literatur Mengenai
Skripsi
4 Melakukan
Wawancara dengan
Informan
5 Analisis Data
6 Penyusunan Skripsi
7 Sidang Skripsi
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Arsip Nasional Republik Indonesia
Pada masa Landsarchief (1892) Lembaga kearsipan di Indonesia, seperti
yang kita kenal sekarang ini, secara de facto sudah ada sejak 28 Januari 1892.
Pada tahun 1940-1942 pemerintah Hindia Belanda menerbitkan Arschief
Ordonantie yang bertujuan menjamin keselamatan arsip-arsip pemerintah
Hindia Belanda, yang isinya antara lain:
a. Semua arsip-arsip pemerintah adalah hak milik tunggal pemerintah;
b. Batas arsip baru adalah 40 tahun;
c. Arsip-arsip yang melampaui masa usia 40 tahun diperlakukan secara khusus
menurut peraturan-peraturan tertentu diserahkan kepada Algemeen
Landsarchief di Batavia (Jakarta).
Pada masa Arsip Nasional (1959-1967)
Berdasarkan SK menteri PP dan K nomor 69626/a/s nama Arsip Negara
berganti menjadi Arsip Nasional. Perubahan ini berlaku surut semenjak 1
Januari 1959.
Pada masa Arsip Nasional dibawah Kementerian Pertama RI (1961-
1962). Pada masa Arsip Nasional dibawah Menteri Pertama Bidang Khusus.
(1963-1964). Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.188 tahun 1962, Arsip
Nasional RI ditempatkan di bawah Wakil Menteri Pertama Bidang Khusus.
53
Penempatan Arsip Nasional di Bidang Khusus dimaksudkan supaya arsip lebih
diperhatikan, Karena bidang ini khusus diperuntukkan bagi tujuan penelitian
sejarah.
Pada masa Arsip Nasional RI (1967 - sekarang). Tahun 1967 merupakan
suatu periode yang sangat penting bagi Arsip Nasional, karena berdasarkan
Keputusan Presiden 228/1967 tanggal 2 Desember 1967, Arsip Nasional
ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Sementara anggaran
pembelanjaannya dibebankan kepada anggaran Sekretariat Negara.
Penetapan Arsip Nasional sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen
diperkuat melalui Surat Pimpinan MPRS No. A.9/1/24/MPRS/1967 yang
menegaskan, bahwa Arsip Nasional sebagai aparat teknis pemerintah tidak
bertentangan dengan UUD 1945, bahkan merupakan penyempurnaan pekerjaan
di bawah Presidium Kabinet. Dengan status baru tersebut, maka pada tahun
1968 Arsip Nasional berusaha menyusun pengajuan sebagai berikut:
a. Mengajukan usulan perubahan Arsip Nasional menjadi Arsip Nasional RI;
b. Mengajukan usulan perubahan Prps No.19/1961 menjadi Undang-undang
tentang Pokok-pokok Kearsipan.
Keputusan Presiden RI nomor 92 tahun 1993 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Arsip Nasional RI. Berdasarkan
Keppres tersebut Arsip Nasional RI disingkat dengan ANRI. Perubahan yang
cukup mencolok adalah pengembangan struktur organisasi dengan adanya
Deputi Pembinaan dan Deputi Konservasi, Pembentukan Unit Pelaksana
Teknis dan penggunaan istilah untuk Perwakilan Arsip Nasional RI di Daerah
54
TK I menjadi Arsip Nasional Wilayah. Seiring dengan pengembangan struktur
organisasi tersebut, beliau juga mengembangkan SDM di bidang kearsipan;
yakni merekrut pegawai baru sebagai arsiparis. Oleh karena itu, pada masa
tersebut jumlah arsiparis di ANRI meningkat drastis. Puncaknya adalah tahun
1995-1996, dimana jumlah arsiparis di ANRI Pusat mencapai 137 orang.
Kepemimpinan Dr. Noerhadi Magetsari sebagai kepala Arsip Nasional RI
berlangsung hingga tahun 1998. Sebagai penggantinya adalah DR. Moekhlis
Paeni (mantan Deputi Konservasi ANRI dan mantan Kepala ANRI Wilayah
Ujung Pandang).
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tidak hanya
dilakukan di luar negeri saja, tetapi dilakukan juga di ANRI yaitu dengan
memberikan kursus-kursus yang dapat meningkatkan pengetahuan pegawai
sehingga bias memberikan pengabdian terbaik kepada masyarakat sesuai
dengan tugas dan fungsi ANRI. Pengolahan dan pemeliharaan arsip-arsip statis
tetap dilaksanakan dan ditingkatkan sambil terus mendorong dilaksanakannya
program-program lain seperti program Citra Daerah, Citra Nusantara maupun
program lainnya seperti program Sistem Informasi Jaringan Kearsipan
Nasional. Syiar lembaga ANRI dan kearsipan pun terus dilakukan terutama
melalui media, baik cetak maupun elektronik. Dengan demikian diharapkan
masyarakat mengetahui tugas dan fungsi ANRI yang pada akhirnya nanti akan
menimbulkan kesadaran masyarakat untuk memelihara arsipnya.
Pimpinan Arsip Nasional RI dari Masa ke Masa
a. DR. R. Soekanto (1951 - 1957)
b. Drs. R. Mohammad Ali (1957 - 1970)
55
c. Dra. Soemartini (1971 - 1992)
d. DR. Noerhadi Magetsari (1992 - 1998)
e. DR. Mukhlis Paeni (1998 - 2003)
f. Drs. Oman Sachroni, M.Si. (2003 - 2004)
g. Drs. Djoko Utomo, MA (2004 - 2009)
h. M. Asichin, S.H., M.Hum (2010 - 2013)
i. Dr. Mustari Irawan, MPA (2013 - Sekarang)
2. Visi dan Misi Arsip Nasional Republik Indonesia
Visi Arsip Nasional Republik Indonesia, Menjadikan Arsip Sebagai
Simpul Pemersatu Bangsa Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia Yang akan Dicapai Pada Tahun 2025.
Misi Arsip Nasional Republik Indonesia adalah:
a. Memberdayakan arsip sebagai tulang punggung manajemen pemerintahan
dan pembangunan;
b. Memberdayakan arsip sebagai bukti akuntabilitas kinerja organisasi;
c. Memberdayaan arsip sebagai alat bukti yang sah;
d. Melestarikan arsip sebagai memori kolektif dan jati diri bangsa dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. Memberikan akses arsip kepada publik untuk kepentingan pemerintahan,
pembangunan, penelitian, dan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan rakyat
sesuai peraturan perundang-undangan dan kaidah-kaidah kearsipan demi
kemaslahatan bangsa.
56
3. Struktsur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2014. Tentang organisasi dan tata kerja Arsip Nasional
Republik Indonesia. Bagian keempat Direktorat Preservasi Pasal 89 yang
berbunyi Direktorat Preservasi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan, dan
pengendalian di bidang preservasi.
Pasal 90 yang berbunyi dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 89, Direktorat Preservasi menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang penyimpanan
dan pelindungan, restorasi, reproduksi dan digitalisasi, penyelamatan arsip
akibat bencana, pengelolaan laboratorium, serta pengujian dan pembuktian
autentisitas arsip statis;
b. penyiapan pemberian bimbingan di bidang penyimpanan dan pelindungan,
restorasi, reproduksi dan digitalisasi, penyelamatan arsip akibat bencana,
pengelolaan laboratorium, serta pengujian dan pembuktian autentisitas arsip
statis; dan
c. penyiapan pengendalian di bidang penyimpanan dan pelindungan, restorasi,
reproduksi dan digitalisasi, penyelamatan arsip akibat bencana, pengelolaan
laboratorium, serta pengujian dan pembuktian autentisitas arsip statis.
Pasal 91 yang berbunyi :
Direktorat Preservasi terdiri atas:
a. Subdirektorat Penyimpanan Arsip;
b. Subdirektorat Restorasi Arsip;
57
c. Subdirektorat Reproduksi dan Digitalisasi Arsip; dan
d. Subdirektorat Laboratorium dan Autentikasi Arsip.
Berikut ini adalah struktur organisasi pusat Konservasi Arsip di Arsip
Nasional Republik Indonesia :
Gambar 4. 1
Struktur Organisasi Deputi Bidang Konservasi Arsip ANRI
DEPUTI BIDANG KONSERVASI ARSIP
DIREKTORAT AKUISISI
Sub direktorat Akuisisi Arsip I
Sub Direktorat Akuisisi Arsip II
Sub Direktorat Akuisisi Arsip III
DIREKTORAT PENGOLAHAN
Sub Direktorat Pengolahan Arsip
I
Sub Direktorat Pengolahan Arsip II
Sub Direktorat Pengolahan Arsip
III
DIREKTORAT PRESERVASI
Sub Direktorat Penyimpanan
Arsip
Sub Direktorat Restorasi Arsip
Sub Direktorat Reproduksi dan
Digitalisasi Arsip
Sub Direktorat Laboratorium dan Autentikasi Arsip
DIREKTORAT LAYANAN DAN PEMANFAATAN
Sub Direktorat Layanan Arsip
Sub Direktorat Pemanfaatan Arsip
58
4. Koleksi
Jenis arsip yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia adalah :
a. Arsip Konvensional, yang biasa disebut sebagai arsip dengan media kertas,
arsip kartografi, dan arsip kearsitekturan.
b. Arsip Media Baru, yang biasa disebut dengan arsip non-tekstual yaitu arsip
yang berupa film (moving images), Video, VCD/ DVD, Microfilm (hasil
alih media dari arsip kertas ke media film), Foto (gambar static/ still visual),
dan rekaman suara (sound recording) dalam bentuk kaset, yang salah
satunya sebagai hasil wawancara dengan menggunakan metode sejarah
lisan. Jumlah Total Arsip Statis Berdasarkan Media adalah:
59
Tabel 4. 1
Koleksi Arsip Statis Berdasarkan Media di ANRI
NO. ARSIP JUMLAH HASIL PENDATAAN SATUAN
1. Kertas 29.217 Meter Linier
2. Poster 332 Lembar
3. Kartografi/ Peta 128.403 Lembar
4. Foto 1.157.888 Lembar
5. Film 58.997 Reel
6. Mikrofilm 14.463 Rool
7. Mikrofishe 14.262 Fische
8. Rekaman suara 44.903 Kaset
9. Reel to Reel
Sound
873 Reel
10. Video 25.200 Kaset
11. Optical Disc 7.619 Keping
12. Piringan Hitam 100 Keping
B. Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan menjelaskan dan memaparkan hasil dari
observasi dan wawancara terhadap informan dalam pelaksanaan proses kegiatan
pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di Arsip Nasional Republik
Indonesia. Menguraikan dan menjelaskan mengenai kebijakan pelestarian arsip
kertas dengan metode enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia, Proses
kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi beserta beberapa
kendala dalam melaksanakan kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode
enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia.
Penulis melakukan observasi awal pada tanggal 11 Agustus 2016,
kemudian melakukan observasi kedua pada tanggal 28 November 2016 dan
tanggal 30 November 2016, sekaligus pada tanggal 28 dan 30 November 2016
penulis melakukan wawancara kepada informan yaitu Kepala Sub Direktorat
60
Restorasi Arsip dan Arsiparis yang melakukan proses kegiatan pelestarian arsip
kertas. Berikut ini adalah profil informan yang penulis wawancara
No Nama Jenis
Kelamin
Pendidikan Jabatan NIP
1. Dra. Widiyanti Perempuan S1 Sejarah
Universitas
Gajah Mada
Kepala
Sub
direktorat
Restorasi
Arsip
19590206
198602 2 001
2. Madris. Sos Laki-laki S1 Yappan
Administrasi
Negara
Arsiparis 1962 0819
198403 1001
3. Kadir Laki-laki SLTA Arsiparis 19630 603
1983031 001
Hasil dari wawancara oleh informan-informan yang ada di atas ini akan
penulis jabarkan pada halaman berikutnya, yang akan dijabarkan adalah mengenai
kebijakan, proses kegiatan pelestarian beserta beberapa kendala Arsip Nasional
Republik Indonesia dalam melaksanakan pelestarian arsip kertas dengan metode
enkapsulasi.
1. Kebijakan Enkapsulasi Arsip Nasional Republik Indonesia Dalam
Melaksanakan Kegiatan Pelestarian Arsip Kertas dengan Metode
Enkapsulasi.
Dalam hal ini Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan
Paragraf 3 Preservasi Arsip Statis Pasal 63, yang berbunyi:
1) Preservasi arsip statis sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat 2 huruf
c dilakukan untuk menjamin keselamatan dan kelestarian arsip statis.
2) preservasi arsip statis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara
preventif dan kuratif.
61
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan merupakan
landasan hukum sebagai dasar pelaksanaan Arsip Nasional Republik Indonesia
untuk pelaksanaan kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi
di Arsip Nasional Republik Indonesia.
Dari hasil wawancara kepada informan yang bernama Ibu Widiyanti
selaku kepala Sub Direktorat Restorasi Arsip. Yang dilakukan pada tanggal 28
November 2016 pukul 09:27 WIB, mengatakan bahwa:
“Belum, belum ada kebijakan mengenai enkapsulasi secara luas, hanya
umumnya saja. Hanya ada Protap (Prosedur tetap) dan SOPnya saja”.
itu seperti tahapan kerja enkapsulasi, seperti itu.”114
Selain itu penulis mewawancarai informan lain bernama Bapak Kadir,
beliau mengatakan bahwa:
“saya hanya sebagai pelaksana saja, itu yang pertama, yang kedua
kalau masalah undang-undang tentang laminasi dan enkapsulasi belum
ada. Jadi belum ada, berarti kan akan ada ya kalau belum, mungkin
nanti kedepannya akan ada agar supaya dikuatkan ini mungkin agar di
bidang Restorasi Arsip kedepan kalau ada undang-undangnya kan ada
payung hukumnya ya. Barangkali kedepannya mungkin kami dalam
kegiatan ini supaya diperkuat.”115
Menurut hasil wawancara dari kedua informan tersebut Arsip Nasional
Republik Indonesia belum memiliki Undang-undang khusus, Arsip Nasional
Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tertulis mengenai pelestarian
arsip kertas dengan metode enkapsulasi. Arsip Nasional Republik Indonesia
hanya memiliki Protap (Prosedur Tetap) dan SOP (Standar Operasional
Prosedur) dalam melaksanakan kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode
enkapsulasi. Landasan hukum sebagai dasar pelaksanaan Arsip Nasional
Republik Indonesia dalam melaksanakan kegiatan pelestarian arsip kertas
114
Wawancara dengan Ibu Widiyanti pada tanggal, 28 November 2016 pukul 09.27 WIB. 115
Wawancara dengan Bapak Kadir pada tanggal, 30 November 2016 pukul 09.33 WIB.
62
dengan metode enkapsulasi berlandaskan pada Undang-undang Nomor 43
tahun 2009 Tentang Kearsipan Paragraf 3 Preservasi Arsip Statis Pasal 63.
Di Arsip Nasional Republik Indonesia tidak semua arsip kertas
dienkapsulasi, karena ada beberapa jenis arsip kertas yang tidak bisa langsung
dienkapsulasi biasanya arsip tersebut adalah arsip yang sudah kuno dan rapuh
sehingga harus dilaminasi atau diperkuat dengan bahan tisu Jepang, barulah
setelah itu dienkapsulasi. Jenis arsip kertas yang dienkapsulasi biasanya adalah
arsip surat emas, arsip ijazah, arsip akta kelahiran, arsip kartu keluarga, dan
arsip tentang pendirian perusahaan dan arsip surat-surat kerajaan. Widiyanti
informan dari Kepala Sub Direktorat Restorasi Arsip juga megutarakan bahwa:
“Tidak semua arsip harus dienkapsulasi, tetapi arsip yang penting-
penting saja, kalau dienkapsulasi itu kan selain makan tempat karna
plastik polyester filmnya kan tebal, makan biaya juga ya, tetapi
enkapsulasi biasanya arsip-arsip yang penting seperti kayak misalnya
arsip kepemilikan misalnya seperti aset-aset, yang kita lakukan
enkapsulasi sesuai dengan informasinya yang sangat penting. Kita juga
punya arsip-arsip berupa surat emas di ANRI itu kita juga enkapsulasi,
sertifikat-sertifikat Unesco, ANRI dapat beberapa sertifikat Unesco itu
seperti Indonesia dapat sertifikat mengenai Batik kan tersimpan d ANRI
itu dienkapsulasi.”116
Selain itu informan Madris juga mengatakan bahwa:
“Jadi gak semua arsip konvensional atau arsip kertas itu dienkapsulasi,
malah yang tertentu saja, tapi yang dienkapsulasi ini adalah arsip-arsip
yang tertentu misalnya itu dari surat-surat emas, ijazah, dan juga surat
kelakuan baik terus akta kelahiran terus semacam sertifikat, jadi arsip
tertentu saja yang kita enkapsulasi.”117
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa tidak semua arsip kertas itu
dienkapsulasi, hanya arsip-arsip tertentu saja seperti arsip ijazah, arsip akta
kelahiran, arsip kartu keluarga, arsip surat kelakuan baik, arsip surat emas,
arsip surat kepemilikan perusahaan, arsip surat pendirian perusahaan, arsip
116
Wawancara dengan Ibu Widiyanti pada tanggal 28 November 2016 pukul 09.27 WIB 117
Wawancara dengan Bapak Madris pada tanggal 28 November 2016 pukul 10. 37 WIB
63
surat-surat kerajaan nusantara. Karena jika semua arsip dienkapsulasi ditempat
penyimpanan arsip akan memakan tempat, bahan untuk melakukan enkapsulasi
adalah polyester ataupun astralon plastik untuk menkapsulkan arsip kertas itu
cukup tebal bahannya. Hal ini dapat mengakibatkan tempat penyimpanan arsip
akan penuh karena terlalu banyak arsip yang dienkapsulasi oleh plastik
polyester. Arsip kertas yang dienkapsulasi mengeluarkan biaya anggaran
Negara cukup besar, berhubungan Arsip Nasional Republik Indonesia adalah
Lembaga Negara Non Departemen tanggung jawab dalam penggunaan biaya
anggaran cukup diperhitungkan oleh pihak Arsip Nasional Republik Indonesia,
karena biaya anggaran tersebut didapat dari Pemerintah Negara Indonesia.
Arsip Nasional Republik Indonesia memiliki tujuan pelestarian arsip
dengan metode enkapsulasi yakni salah satunya adalah melindungi fisik arsip
kertas dari faktor perusak arsip. Tujuan yang paling penting adalah menjaga
dan menyelamatkan informasi dokumen yang terdapat pada arsip tersebut agar
informasinya tetap terjaga. Enkapsulasi sebagai pengganti dari laminating pres
panas. Berikut ini informan Widiyanti juga mengatakan hal tersebut :
“Tujuannya pelestarian arsip dengan enkapsulasi sebenarnya lebih
cenderung ke masyarakat, ketika kita terima ijaza itu kan suka langsung
di laminating pres panas itu ya di tempat fotokopi. Kita menginginkan di
masyarakat terutama, supaya jangan dilaminating pres panas, karena
ketika nanti arsip dibongkar lagi terus arsipnya jadi menyatu dan
menempel dengan plastik laminatingnya. Terus kadang-kadang merusak
informasinya, kita tidak menginginkan hal itu. Kalau enkapsulasi itu
enggak akan merusak arsip, jadi sewaktu-waktu kita bisa bongkar lagi,
tapi arsipnya tetap terpelihara karna menggunakan enkapsulasi manual
dengan bahan polyester dan double tip, jadi mudah didapat alat dan
bahannya, aman terhadap arsipnya juga.”118
118
Wawancara dengan Ibu Widiyanti pada tanggal 28 November 2016 pukul 09.27 WIB
64
Pak kadir sebagai pelaksana Restorasi Arsip di ANRI juga mengutarakan
tujuan enkapsulasi sebagai berikut:
“Tujuan enkapsulasi selain menyelamatkan isi dokumen dan melindungi
fisik arsip juga sebagai faktor sejarah, jadi dua-duanya penting, jadi kan
pada prinsipnya misalnya kaidahnya begini, simple saja ya mengapa
harus dilaminasi? Mengapa harus dienkapsulasi? Kan tidak lain tidak
bukan kan melindungi, jadi melindungi fisiknya juga melindungi
informasinya juga. Informasinya penting untuk kemudian diteliti oleh
anak cucu kita.”119
Dari pernyataan tersebut bahwa, Arsip Nasional Republik Indonesia
melakukan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi tujuannya
adalah agar masyarakat luas tahu bahwa laminating pres panas itu sebenarnya
tidak aman untuk dilakukan, maka dari itu sebagai penggantinya agar
menggunakan dengan pelestarian metode enkapsulasi yang aman untuk
arsipnya, sehingga arsipnya tidak menyatu dan tidak menempel pada plastik
laminatingnya. Apabila ada arsip ijazah didalamnya ada beberapa item yang
perlu diubah, bisa di lepas lalu digunting plastik polyesternya/ astralonnya
dibagian celah yang kosong, kemudian bisa diubah isi dokumen yang salah
ketik dan dikembalikan lagi kepada bentuk awalnya yaitu dengan metode
enkapsulasi. Hal ini tidak akan merusakkan arsipnya.
Di Arsip Nasional Republik Indonesia khusus di bagian Bidang
Konservasi Restorasi Arsip seringkali mengadakan seminar, workshop
mengenai pelestarian arsip, salah satunya seminar workshop “Penyelamatan
Arsip Pasca Bencana”. Hal ini juga dikatakan oleh informan bernama
Widiyanti:
“Iya disini ada workshop tentang penyelamatan arsip, tetapi belum
secara khusus mengadakan seminar enkapsulasi atau workshop khusus
119
Wawancara dengan Bapak Kadir pada tanggal 30 November 2016 pukul 09.33 WIB
65
untuk enkapsulasi itu belum ada. Tapi kita juga ingin suatu saat
melakukan ini, tapi kalau penyuluhan bimbingan, yang magang pun kita
ajari enkapsulasi dan lainnya juga pada arsip kertas. Karena ini penting,
pentingnya supaya masyarakat tahu bahwa dengan cara sederhanapun
mereka bisa melakukan pelestarian arsipnya gitu, terutama arsip-arsip
penting seperti ijazah, terus akta kelahiran, seperti itu.”120
Dari pernyataan tersebut bahwa, di ANRI seringkali mengadakan
workshop tentang “Penyelamatan Arsip Pasca Bencana”. Tidak hanya
melakukan kegiatan workshop mengenai penyelaman arsip pasca bencana, di
ANRI setiap tahun Restorasi Arsip ANRI juga mempunyai program kerja,
salah satunya adalah program kerja penyelamatan arsip pasca bencana alam
yang terjadi di Indonesia secara gratis. Hal ini juga dikatakan oleh informan
Widiyanti:
“Setiap tahun kita melakukan program kerja, diprogram kerja itu ada
juga kita melakukan penyelamatan arsip daerah bencana yang terkena
dampak bencana itu kita lakukan ke daerah-daerah, seperti kemarin di
Garut ada bencana banjir bandang, kita bantu menangani Arsip Daerah
bencana yang diselamatkan. Kita melakukan melalui program kerja yang
kita lakukan setiap tahun itu terus membantu ya masyarakat yang
terkena bencana gratis itu kita lakukan. Ya itu jadi banyak hal
melakukan program kerja yang kita lakukan setiap tahun.”121
Di Restorasi ANRI juga membantu melestarikan arsip-arsip yang ada di
keraton Indonesia disana banyak sekali arsip-arsip bersejarah yang tersimpan.
Hal tersebut merupakan memori kolektif bangsa, arsip tersebut tersimpan
diantaranya di mangkunegaran Yogyakarta, arsip-arsip di Ternate, Mataram,
Lombok, Bali, di daerah-daerah tersebut Restorasi Arsip ANRI membantu
melestarikan arsip.
120
Wawancara dengan Ibu Widyanti pada tanggal 28 Nobvember 2016 pukul 09.27 WIB 121
Wawancara dengan Ibu Widyanti pada tanggal 28 Nobvember 2016 pukul 09.27 WIB
66
Setiap tahun Restorasi arsip ANRI melakukan program kerja ke daerah-
daerah yang terdapat di Indonesia. Membantu memperbaiki arsip-arsip keraton
yang bersejarah agar tetap lestari. Arsip foto-foto bersejarah di mangkunegaran
masih tersimpan alakadarnya saja, akhirnya dibantu oleh Restorasi arsip ANRI
dengan memberikan amplop bebas asam.
Arsip Nasional Republik Indonesia sebagai Lembaga Kearsipan terbesar
yang ada di Indonesia juga berperan bagi Lembaga Kearsipan lainnya yang ada
diseluruh Indonesia. Hal ini juga dikatakan oleh informan yang bernama Kadir:
“Seringkali kami diundang misalnya kayak pak Madris, saya dan pak
Susanto, sebagai pembicara narasumber mengenai dari restorasi secara
teknis kami terangkan, restorasi secara dari mulai detail praktek
restorasinya dan teori-teorinya. Nah biasanya kami dua orang jadi ada
yang menerangkan teorinya dan ada yang mempraktekkan secara teknis.
Mempraktekkan dan sekalian berikan secara teori dan praktek
dipadukan yang benar, gitu. Jadi kami diundang oleh Lembaga-lembaga
Kearsipan dari mulai kantor BPAD Badan Perpustakaan Arsip Daerah,
sampai dengan kantor arsip daerah. Jadi tingkat Provinsi maupun
tingkat Kabupaten.” 122
Dari non Provinsi non Kabupaten Lembaga-lembaga yang
membutuhkan Restorasi arsip ANRI, misalnya Lembaga-lembaga tersebut
mempunyai dokumen yang perlu diperbaiki atau perlu direstorasi. Restorasi
arsip ANRI bisa dibilang syiar ya syiar kalau dibilang mengajari ya mengajari.
Jadi selama ini, hal tersebut yang dilakukan oleh teman-teman Restorasi Arsip
ANRI.123
Arsip Nasional Republik Indonesiajuga sering membantu dengan
penyelamatan arsip dengan cara menyelamatkan arsip yang terkena dampak
banjir memperbaiki arsip yaitu dengan metode laminasi, leaf casting, dan
122
Wawancara dengan Bapak Kadir pada tanggal 30 November 2016 pukul 09.33 WIB 123
Wawancara dengan Bapak Kadir pada tanggal 30 November 2016 pukul 09.33 WIB
67
enkapsulasi secara gratis. ANRI sangat membantu dalam memperbaiki arsip di
daerah yang terkena dampak bencana alam yang terjadi di Indonesia.
Arsip Nasional Republik Indonesia juga memiliki mobil layanan sadar
arsip, hal ini bertujuan untuk mengingatkan kepada masyarakat luas bahwa
termasuk didalamnya enkapsulasi itu lebih baik dan lebih aman terhadap arsip
kertas daripada laminating pres panas. Hal serupa juga dikatakan oleh informan
Kadir, berikut ini:
“Kami disini, ANRI bidang Restorasi arsip bekerjasama dengan pihak
humas ya melalui mobil sadar arsip yang dimotori oleh humas. Kami
selalu menekankan kepada masyarakat itu layanan sadar arsip, arsip
atau dokumen yang dianggap penting yang belum terlanjur dilaminating
pres panas. Mohon jangan dilaminating pres panas, alasannya adalah
ketika arsip yang sudah dilaminating pres panas, ketika rusak akan rusak
dan tidak bisa diperbaiki kembali itu yang pertama. Yang kedua ketika
kertas sudah dipanaskan sekian derajat katakanlah lebih dari 1000C
dipanaskan, apalagi dimasukkan oleh molekul plastik pasti akan rusak
arsipnya.”124
2. Proses Kegiatan Pelestarian Arsip Kertas Dengan Metode Enkapsulasi Di
Arsip Nasional Republik Indonesia
Pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi belum banyak
diketahui oleh masyarakat luas, karena masih sangat jarang enkapsulasi
diaplikasikan dimasyarakat. Untuk mengetahui kegiatan pelestarian arsip kertas
dengan metode enkapsulasi di ANRI, maka dari itu kita harus mengetahui jenis
arsip apa saja yang akan dienkapsulasi, alat dan bahan, proses enkapsulasi,
paska enkapsulasi dan kendala pelaksanaan kegiatan enkapsulasi.
a. Jenis arsip kertas yang dienkapsulasi di Arsip Nasional Republik
Indonesia
124
Wawancara dengan Bapak Kadir pada tanggal 30 November pukul 09.33 WIB
68
Arsip Nasional Republik Indonesia adalah Lembaga Kearsipan yang
terbesar di Indonesia yang melaksanakan pelestarian arsip kertas dengan
metode enkapsulasi. Sebelum melakukan kegiatan pelestarian enkapsulasi
tentunya perlu diperhatikan terlebih dahulu arsip seperti apa yang akan
dienkapsulasi, agar kegiatan terlaksana berada dalam prosedur yang telah
ditetapkan.
Arsip Nasional Republik Indonesia melakukan pelestarian arsip kertas
dengan metode enkapsulasi pada arsip kertas misalnya arsip kertas seperti
surat emas, arsip kertas kepemilikan perusahaan, arsip pendirian
perusahaan, arsip akte kelahiran, arsip ijazah, arsip kartu keluarga, naskah
kuno, peta, dan sertifikat-sertifikat penting lainnya dan surat-surat kerajaan
nusantara yang langka dan unik. Arsip Nasional Republik Indonesia
melakukan enkapsulasi sejak tahun 1992. Menurut Kadir, bahwa:
“Enkapsulasi itu ada setelah laminasi, saya bekerja di bagian
restorasi kan tahun 1983 awalnya hanya ada laminasi dengan tisu
unesco saja, lalu kemudian setelah 10 tahun kemudian barulah ada
metode baru yaitu enkapsulasi kira-kira pada tahun 1992.”125
Jadi pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi sudah cukup
lama dilakukan di Arsip Nasional Republik Indonesia, kalau dihitung dari
tahun 1992 enkapsulasi sudah dilakukan 24 tahun sampai saat ini. Sudah
cukup lama pelaksanaan pelestarian dengan metode enkapsulasi pada arsip
kertas yang berbentuk tekstual di ANRI.
Arsip Nasional Republik Indonesia melakukan pelestarian arsip kertas
dengan metode enkapsulasi bertujuan untuk melindungi arsip kertas dari
berbagai macam perusak arsip. Seperti dari air, dari kotoran debu, dari zat
125
Wawancara dengan Bapak Kadir pada tanggal 30 November 2016 pukul 09.33 WIB
69
kimia dari suhu dan kelembaban udara. Karena kalau arsip kertas
dienkapsulasi itu terhindar dari suhu yang naik turun dan kelembaban udara
yang sering berubah-ubah. Hal ini dapat meningkatkan zat asam pada kertas.
b. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses enkapsulasi
Setelah mengetahui arsip kertas apa saja yang akan dienkapsulasi,
tahapan selanjutnya adalah menyediakan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk proses enkapsulasi. Arsip Nasional Republik Indonesia
melaksanakan kegiatan enkapsulasi hanya dengan enkapsulasi secara
manual tidak dengan mesin. Dahulu ada enkapsulasi dengan cara mesin
tetapi sekarang mesinnya rusak. Jadi untuk saat ini hanya melaksanakan
kegiatan enkapsulasi dengan cara manual saja. Arsiparis di Restorasi Arsip
berpendapat bahwa enkapsulasi secara manual jauh lebih bagus dan rapi
daripada enkapsulasi dengan mesin. Alat dan bahan yang digunakan untuk
enkapsulasi secara manual adalah:
1) Peralatan
a) Gunting/gunting kuku/hook cutter
b) Penggaris besi
c) Cutter/kacip
d) Kuas halus/sikat halus
e) Alas kaca/karet magic cutter
f) Pemberat
g) Roll/wiper
h) Kain lap halus/katun
70
i) Karet penghapus
2) Bahan
a) Arsip kertas (seperti naskah kuno, bahan cetakan, peta dll). Sebaiknya
arsip dibersihkan dan dideasidifikasi terlebih dahulu
b) Astralon/Plastik mylar/polyester; dengan tebal 0,1 s/d 0,14 mm.
c) Perekat Strip double sided/double tape biasanya digunakan 3M Scotch
Brand No 415.
c. Proses pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi
Pada proses pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi,
bidang Restorasi Arsip bekerjasama dengan bagian penyimpanan arsip,
seluruh arsip yang ada di ANRI tersimpan di gedung tempat penyimpanan
arsip, termasuk arsip yang bersifat statis seperti naskah konsep proklamasi
yang ditulis langsung oleh Soekarno. Dibagian Penyimpanan arsip diperiksa
dan dikumpulkan terlebih dahulu arsip kertas yang mana saja yang perlu di
restorasi dan dienkapsulasi.
Setelah arsip terkumpul maka bagian penyimpanan arsip
mengkonfirmasikan kepada bagian bidang Restorasi arsip terdapat arsip
yang harus direstorasi, selanjutnya arsip dipindahkan ke bagian restorasi.
Arsip yang sudah ada di bagian Restorasi arsip diberi pengkodean dan
penomoran agar setelah dikembalikan ke bagian penyimpanan arsip tidak
terpisah-pisahkan arsip yang sudah direstorasi. Arsiparis tim restorasi arsip
sebagai pelaksana berdiskusi dahulu arsip yang akan direstorasi akan
direstorasi dengan metode apa, karena tidak semua arsip bisa langsung
71
dienkapsulasi. Kalau arsipnya sudah rapuh dan sangat kuno itu harus
diperkuat terlebih dahulu dengan metode laminasi yaitu arsipnya diperkuat
dengan bahan tisu jepang, kemudian baru bisa dienkapsulasi. Menurut
wawancara dengan informan Pak Kadir, bahwa:
“Jadi gini, ketika arsip datang dari tempat penyimpanan, ketika arsip
datang biasanya kami catat judulnya tentang apa, nah nanti terus kita
liat kondisinya, terus biasanya saya diskusi dengan teman-teman
restorasi lain, ini mau dikerjakan dengan sistem kayak apa. Nanti
kami bikin berita acara, setelah bikin berita kita menentukan akan
dilakukan metode apa, misalnya oh ini rusaknya seperti ini sebaiknya
digunakan dengan enkapsulasi.” 126
Dari pernyataan tersebut bahwa, di Restorasi arsip ANRI terdapat
beberapa metode pelestarian arsip yaitu dengan metode penambalan atau
leaf casting, laminasi, dan enkapsulasi. Kesimpulanya menurut informan
Kadir ketika kerja katakanlah ada arsip tidak semua dikerjakan dengan satu
metode saja, artinya tidak semua dikerjakan dengan metode enkapsulasi
semua. Tidak seperti itu, ketika arsip tekstual bisa dengan leaf casting atau
dengan laminasi dan enkapsulasi disesuaikan dengan kebutuhan pada arsip
yang direstorasi tersebut. Langkah selanjutnya adalah arsip yang akan
diperbaiki biasanya dicatat terlebih dahulu judulnya apa, kemudian dicek
dan dilihat secara fisik akan dikerjakan dengan metode apa, misalnya
dengan metode enkapsulasi. Setelah itu arsip kertas dibersihkan dari debu
dan kotoran yang menempel pada arsip kertas tersebut, bersihkan debu dan
kotoran yang tidak bisa kita lihat dengan kasat mata kita, membersihkan
debu dan kotoran dengan kuas halus, bisa dengan spons, atau bisa dengan
126
Wawancara dengan Bapak Kadir pada tanggal 30 November 2016 pukul 09.33 WIB
72
kain katun juga, permukaan (arsip) dibersihkan secara hati-hati dan satu
arah.
Tidak semua arsip kertas yang ada di ANRI langsung dienkapsulasi,
arsip yang ada di bagian Penyimpanan Arsip, kemudian dipindahkan ke
bagian bidang Restorasi Arsip. Misalnya saja ada arsip surat-surat kerajaan
nusantara yang akan direstorasi, arsipnya bernilai sejarah sangat unik dan
langka. Arsip surat-surat kerajaan tersebut di deasidifikasi dahulu, lalu
dilaminasi diperkuat dengan tisu jepang baru terakhir dienkapsulasi. Karena
dengan pertimbangan surat-surat kerajaan nusantara adalah ornamen emas
dan unik serta langka.
Langkah pertama bersihkanlah arsip surat-surat kerajaan tersebut dari
debu, jamur, serangga, lalu lepaskan paper clip, staples dan isolasi bening
yang menempel di arsip tersebut. Lakukanlah dengan cara hati-hati dan teliti
dan satu arah. Karna kalau tidak hati-hati bisa merusak arsip surat kerajaan
nusantara tersebut menjadi rusak. Kemudian berikan nomor kode/
penomoran pada arsip surat kerajaan nusantara yang akan direstorasi dan
menyambung/ menambal sementara untuk bagian arsip yang sobek.
Langkah selanjutnya adalah menata arsip yang akan direstorasi lembar
perlembar pada plastik astralon. Tata arsip pada plastik astralon dengan hati-
hati agar tidak miring arsipnya agar sejajar. Kemudian selanjutnya adalah
membuat formula/ larutan buffer untuk deasidifikasi dengan cara pertama
menimbang MgCO3 dan ukur volume air suling dengan perbandingan 1 :
1000 (1 gram MgCO3 dengan 1000 ml air suling), kedua melarutkan MgCO3
dan air suling yang sudah terukur kedalam wadah (ember). Ketiga
73
mengendapkan larutan MgCO3 minimal 1 hari, keempat menggunakan air
suling yang MgCO3 sudah mengendap untuk digunakan sebagai larutan
deasidifikasi.
Sesudah membuat formula/ larutan buffer untuk deasidifikasi, langkah
selanjutnya adalah melakukan deasidifikasi (menurunkan kadar keasaman
kertas) dengan menggunakan larutan buffer yang sudah dibuat dengan cara
pertama memasukkan larutan buffer ke dalam sprayer (alat penyemprot),
kedua menyemprotkan larutan buffer ke permukaan arsip surat kerajaan
nusantara tersebut sampai merata. Ketiga menunggu beberapa saat sebelum
dilakukan pengeleman dengan tisu jepang supaya agak kering.
Setelah arsip surat kerajaan nusantara tersebut selesai dideasidifikasi
langkah selanjutnya adalah membuat formula lem Methyl Cellulose (MC)
untuk laminasi yaitu dengan cara pertama-tama menyiapkan air suling dan
lem MC yang masih dalam bentuk serbuk, kedua menimbang MC dan
mengukur volume air suling dengan perbandingan 1 : 15 (1 gram MC
dengan 15 ml air suling). Dan yang ketiga mencampur dan mengaduk MC
dengan air suling yang sudah terukur kedalam wadah sampai merata.
Setelah itu melakukan sizing (pengeleman) atau laminasi arsip surat
kerajaan nusantara dengan tisu Jepang dan lem MC. Lalu mengeringkan
arsip yang sudah dilaminasi di rak pengering dengan dikeringkan
menggunakan kipas angin selama satu hari.
Setelah arsip surat kerajaan nusantara tersebut sudah kering barulah
selanjutnya melepas arsip surat kerajaan nusantara dari plastik astralon,
kemudian memotong/ merapikan sisa tepi bubur kertas yang menempel pada
74
arsip surat kerajaan nusantara yang sudah dilepas dari plastik astralon.
Setelah itu mengepress arsip surat kerajaan nusantara yang sudah rapi
dengan mesin press hidrolik dengan tekan 40 Kg/cm2 selama 1 – 3 hari.
Setelah arsip surat kerajaan tersebut telah melalui beberapa proses
dimulai dari penomoran dan pengkodean, deasidifikasi dan dilaminasi.
Selanjutnya adalah proses arsip surat kerajaan nusantara terrsebut
dienkapsulasi. Di Arsip Nasional Republik Indonesia perlu diketahui untuk
saat ini hanya ada enkapsulasi dengan cara manual, jadi kita melakukan
arsip surat kerajaan nusantara dengan cara manual.
Pertama lakukanlah persiapan dengan cara, bersihkan setiap lembar
arsip kertas dari debu dan kotoran yang menempel dengan menggunakan
sikat halus/kuas, dengan cara menghapus atau menyapu kotoran dari arah
tengah arsip menuju bagian tepi dan dilakukan searah untuk menjaga arsip
tidak sobek atau mengkerut. Debu atau kotoran yang melekat kuat pada
arsip dihapus dengan menggunakan karet penghapus, kemudian ampas
penghapus tersebut disapukan dengan menggunakan kuas. Bersihkan debu
dan kotoran yang terlepas dari arsip.
Berikut ini merupakan gambaran dan penjelasan mengenai proses
pelestarin arsip kertas surat kerajaan nusantara dengan metode enkapsulasi
di Arsip Nasional Republik Indonesia.
1) Proses Enkapsulasi Manual
a) Menyiapkan dua lembar plastik polyester dengan ukuran kira-kira 2,5
cm lebih panjang dan lebih lebar dari arsip surat kerajaan yang akan
dienkapsulasi.
75
b) Menempatkan plastik polyester di atas kaca atau karet magic cutter
dan bersihkan dengan kain lap.
c) Menempatkan arsip yang akan dienkapsulasi di atas plastik polyester
dan letakkan pemberat pada bagian tengah arsip.
d) Memberikan perekat double tape kira-kira 3 mm dari bagian pinggir
arsip dan beri celah kecil pada setiap sudutnya. Perekat double tape
tidak boleh menempel pada arsip karena dapat merusak arsip.
e) Menempatkan plastik polyester penutup di atas arsip dan letakkan
pemberat pada bagian tengah arsip tersebut.
f) Melepaskan lapisan kertas pada double tape di bagian A dan B.
g) Menggunakan roll atau wiper dan tekan secara diagonal untuk
mengeluarkan udara dari dalam dan untuk merekatkan double tape
pada plastik polyester.
h) Melepaskan sisa kertas dari double tape pada bagian sisi C dan D dan
gunakan rol untuk merekatkan double tape pada keempat sisi.
i) Memotong plastik yang berlebih, kira-kira 1-3 mm dari pinggir bagian
luar double tape. Pemotongan dapat dilakukan dengan kacip atau
dengan menggunakan cutter dan penggaris besi.
j) Memotong bagian sudut enkapsulasi dengan menggunakan hook
cutter atau gunting kuku sehingga bentuknya agak bundar.
k) Jadilah hasil dari arsip surat kerajaan nusantara yang sudah
dienkapsulasi.
76
3. Kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian arsip kertas dengan
metode enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia.
Didalam pelaksanaan kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode
enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia mengalami beberapa
kendala. Kebijakan tertulis mengenai pelestarian enkapsulasi belum dimiliki
oleh Arsip Nasional Republik Indonesia. Selain itu bahan untuk melakukan
proses restorasi arsip seperti tisu jepang untuk laminasi masih sangat
bergantung kepada Negara Jepang sampai saat ini.
Jadi pada tahun 2002 bagian Restorasi Arsip Nasional Republik
Indonesia mendapatkan hibah dari Jepang yaitu astralon dari jepang, tisu
Jepang, double tape merek pollar dari Jepang, serta mesin leaf casting dan
mesin-mesin restorasi lainnya oleh Negara Jepang. Seperti dikatakan oleh
informan Kadir, bahwa:
“Saya harus konfirmasi dulu ya kami tahun 2002 kami mendapatkan
seperangkat perbaikan restorasi dari mulai mesin penambal leaf casting
dan peralatan yang lain-lain sehingga ketika itu kami tahun 2002 itu
mendapatkan plastik polyester/ astralon dari jepang, itu kata beliau yang
dari Jepang katanya fungsinya untuk enkapsulasi. Nah ketika itu
memang ada alatnya nah menurut beliau itu bagus nah namun karna
disini karna faktor biaya dan anggaran, ya kalau kami ketergantungan
dengan bahan yang dari Jepang mau gak mau kalau kami tetap
menggunakan itu kami harus beli dulu kesana dong.”127
Dari pernyataan tersebut bahwa, Arsip Nasional RI mengenai bahan dan
alat untuk restorasi masih sangat ketergantungan dengan Negara Jepang sampai
saat ini. khususnya untuk tisu Jepang masih harus membeli dari Negara Jepang.
Karna di Indonesia tidak ada tisu Jepang yang kualitasnya sebagus dari Negara
Jepang. Sedangkan untuk plastik astralon, polyester dan double tape
127
Wawancara dengan Bapak Kadir pada tanggal 30 November 2016 pukul 09.33 WIB
77
sebenarnya ada dari Negara Jepang yang lebih bagusan dari pada plastik
astralon polyester dan double tape yang ada di Indonesia.
Kendala yang terjadi didalam pengerjaan paska enkapsulasi adalah ketika
sebelum menempelkan double tape ke plastik polyester harus menyediakan
plastik minyak yang ditempelkan pada double tape, setelah itu dipotong
menggunakan penggaris dan cutter. Plastik minyak berfungsi membantu
double tape agar tidak terbuka dulu double tape nya sebelum ditempelkan pada
plastik polyester, dan juga berfungsi untuk alat membantu saat membuat
double tape agar menjadi bentuk yang sangat kecil dan pas untuk menjadi
bingkai perekat pada plastik polyester enkapsulasi. Jika tidak menggunakan
plastik minyak dan langsung memakai double tape saja, maka ukuran double
tape nya terlalu besar untuk membuat sebuah perekat bingkai. Dan jika tidak
menggunakan plastik minyak maka menjadi tidak rapi dalam penempelan
double tape nya pada plastik polyesternya karena terlalu besar ukuran double
tape nya. Seperti dikatakan oleh informan Madris, sebagai berikut:
“kendalanya adalah biasanya misalnya kita menggunakan double tape
pada enkapsulasi, kita harus cari kertas minyak. Kertas minyak
membantu untuk menempelkan dalam bagian bingkai arsip ketika kita
melakukan enkapsulasi. Tetapi kalau kita tidak menggunakan kertas
minyak tersebut kita akan kesulitan, karena rata-rata double tapenya itu
ukurannya terlalu besar, walaupun kita pilih di gramedia ukuran terkecil
pun masih terlalu besar. Jadi kita harus mencari kertas minyak, atau
paling tidak kita harus mencari kertas stiker yang kuning itu, jadi
putihnya kita buang kuningnya kita pakai, itu kendalanya.”128
Dari fisik arsip juga menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan
pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di Arsip Nasional Republik
Indonesia, ketika menemukan arsip kertas yang sangat rapuh Arsiparis harus
128
Wawancara dengan Bapak Madris pada tanggal 28 November 2016 pukul 10.37 WIB
78
benar-benar mengerjakannya dengan sangat hati-hati. Kalau tidak hati-hati
arsip kertas yang rapuh tersebut bisa hancur dan rusak fisiknya sehingga
kehilangan isi informasinya. Karena di Restorasi ANRI selain menyelamatkan
fisiknya juga harus menyelamatkan isi dokumennya. Seperti dalam wawancara
dengan informan Kadir, bahwa:
“Ketika kita menemukan fisik arsip yang sangat rapuh, kita harus betul-
betul ekstra hati-hati karena disini prinsipnya adalah memperbaiki arsip
statis yang sudah renta yang sudah kuno, sudah hampir rusak rapuh.
Nah tujuannya kan ketika yang semula tidak bisa dibaca, artinya bukan
kita memberi kejelasan, tapi bisa dibaca kembali. Dan dikemudian hari
harapan kita bisa awet secara fisik maupun informasinya bisa diteliti
oleh anak cucu kita. Itu termasuk kendalanya.”129
Selain kendala bahan, kendala faktor biaya anggaran dan kendala paska
proses enkapsulasi, Sumber Daya Manusia atau (SDM) juga dialami dan
dirasakan oleh bagian bidang Restorasi arsip di Arsip Nasional Republik
Indonesia. SDM dibagian Restorasi masih terlalu sedikit dibandingkan dengan
arsip yang harus direstorasi sangat banyak jumlahnya tetapi SDM nya hanya
ada 9 (Sembilan) orang saja. Seperti halnya dikatakan oleh informan Kadir,
bahwa:
“Menurut saya kendala Sumber Daya Manusia (SDM), kalau restorasi
arsip itu kan umumnya banyak ya itu, personil atau SDM di Restorasi
kurang banyak ya disini. Jadi SDM nya kurang karena idealnya kan itu
harus banyak itu SDMnya.”130
Selain Sumber Daya Manusia yang masih sedikit dibagian Restorasi arsip
ANRI, ada beberapa SDM yang melakukan pekerjaan restorasi tidak dengan
langkah-langkah aturan yang ada didalam Protap maupun SOP. Seperti yang
dikatakan oleh informan Kadir:
129
wawancara dengan Bapak Kadir pada tanggal 30 November 2016 pukul 09.33 WIB 130
wawancara dengan Bapak Kadir pada tanggal 30 November 2016 pukul 09.33 WIB
79
“Pastinya pekerjaan apapun pasti ada kendalanya, jadi begini dibidang
restorasi kan tidak semua pekerjaannya bagus dan rapi, jadi saya dan
pak Madris, dll beda hasilnya. Katakanlah seseorang yang maunya
kerjanya sembrono, tidak sesuai dengan aturan main yang ada,
katakanlah protap maupun SOP yang ada. Karena akibatnya untuk kalau
yang tidak sesuai prosedur, 1 (satu) tahun, 2 (dua) tahun secara kasat
mata tidak kelihatan. Tapi 10 (sepuluh) sampai 15 (lima belas) kemudian
sampai 50 (lima puluh) tahun akan kelihatan yang sesuai prosedur
dengan yang mohon maaf ya abal-abal yang tidak menggunakan sistem
yang ada, begitu.”131
Dari pernyataan tersebut bahwa, tidak semua Arsiparis pelaksana
Restorasi arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia melakukan pelestarian
arsip dengan mengikuti langkah-langkah aturan yang ada di Protap maupun di
SOP yang ada. Terkadang Arsiparis pelaksana restorasi tersebut melakukan
pelestarian arsip dengan cara kerja singkat mereka sendiri, tidak teliti, dan
tidak rapi. Agar ingin cepat selesai mengerjakan pelestarian arsip kertas,
Arsiparis pelaksana tersebut mengerjakan dengan cara mereka sendiri dengan
mempersingkat dan melangkahkan yang seharusnya mengikuti langkah
berurutan yang ada di Protap maupun di SOP yang ada. Sehingga hal ini
mengakibatkan arsip yang direstorasi tidak rapi dan tidak terlihat indah.
Apabila dikerjakan tidak dengan urutan dan aturan yang ada di Protap dan Sop
akan terlihat akibatnya nanti setelah 10-15 tahun kemudian.
C. Pembahasan
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) merupakan Lembaga
Kearsipan yang bertanggung jawab langsung kepada Pemerintah, Arsip Nasional
Republik Indonesia merupakan lembaga pemerintah non departemen. Di Arsip
Nasional Republik Indonesia banyak tersimpan berbagai macam jenis arsip, yaitu
ada arsip dinamis dan arsip statis. Misalnya saja di Arsip Nasional Republik
131
Wawancara dengan Bapak Kadir pada tanggal 30 November 2016 pukul 09.33 WIB
80
Indonesia tersimpan arsip-arsip bersejarah perjalanan bangsa Indonesia, salah
satunya adalah Arsip Naskah Teks Proklamasi, arsip surat kerajaan-kerajaan
nusantara yang bersejarah. Tentunya arsip-arsip tersebut sangat bernilai tinggi
sejarahnya dan harus dilestarikan, diawetkan serta dikuatkan fisik arsipnya.
Sehingga isi informasi pada arsip tersebut terselamatkan dan tetap dapat dibaca
dan diteliti oleh anak cucu kita kelak di masa depan.
Di Arsip Nasional Republik Indonesia kegiatan melestarikan memori
kolektif bangsa terdapat pada bagian Restorasi Arsip. Ada berbagai macam
metode Restorasi Arsip yang dilakukan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia,
yaitu metode laminasi dengan tisu Jepang, Leaf Casting, dan Enkapsulasi. Pada
pembahasan kali ini penulis akan membahas mengenai Pelestarian Arsip Kertas
dengan Metode Enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia, membahas
mengenai Kebijakan, Proses kegiatan, Alat bahan untuk Enkapsulasi, dan
beberapa kendala saat pelestarian arsip kertas dengan metode Enkapsulasi.
Kebijakan pelestarian arsip kertas dengan Metode Enkapsulasi di Arsip Nasional
Republik Indonesia belum memiliki Kebijakan tertulis, dan belum memiliki
Undang-undang khusus mengenai Enkapsulasi secara luas dan detail. Namun
dibagian Restorasi Arsip hanya memiliki Protap (Prosedur Tetap) dan SOP
(Standar Operasional Prosedur). Tidak dipungkiri dengan hal ini kegiatan
Restorasi arsip tetap terlaksanakan, karena dengan adanya landasan dasar hukum
dari Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan Paragraf 3
Preservasi Arsip Statis Pasal 63, yang berbunyi:
1. preservasi arsip statis sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat 2 huruf c
dilakukan untuk menjamin keselamatan dan kelestarian arsip statis.
81
2. preservasi arsip statis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara
preventif dan kuratif.
Menurut hemat penulis Undang-undang Nomor 43 tahun 2009 tentang
kearsipan mengenai preservasi arsip statis cukup kuat untuk dijadikan sebagai
landasan dasar hukum sebagai pelaksanaan kegiatan Enkapsulasi, walaupun
belum menjelaskan mengenai Enkapsulasi secara luas, detail dan lebih spesifik
mengenai Enkapsulasi. Namun landasan tersebut cukup kuat untuk dijadikan
sebagai landasan dasar hukum dalam melaksanakan kegiatan pelestarian arsip
kertas dengan metode enkapsulasi. Menurut hemat penulis untuk pelestarian arsip
kertas dengan metode enkapsulasi tetap dapat dilaksanakan walaupun belum
memiliki landasan hukum yang sangat kuat. Pada saat penulis melakukan
wawancara, ada pendapat dari salah satu informan bahwa informan tersebut
berharap agar pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di Arsip
Nasional Republik Indonesia diperkuat untuk kedepannya dengan dibuatkan
ladasan hukum yang lebih kuat lagi. Semoga kedepannya untuk Kebijakan
pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi bisa diperkuat dengan
dibuatnya kebijakan tertulis dan Undang-undang khusus mengenai pelestarian
asip kertas dengan metode enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia.
Tujuan dari pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di Arsip
Nasional Republik Indonesia adalah sebagai faktor nilai sejarah memori kolektif
bangsa, karena di Arsip Nasional Republik Indonesia tersimpan berbagai macam
arsip kertas yang bersejarah maka dari itu perlu dilakukan pelestarian arsip kertas
atau biasa disebut di ANRI adalah kegiatan “Restorasi Arsip.” Salah satunya
adalah dengan metode Enkapsulasi, kalau arsip dienkapsulasi lebih awet fisik
82
arsipnya dan isi dokumennya akan aman, tidak seperti dilaminating pres panas
yang bisa menyebabkan arsipnya rusak dan mengakibatkan hilangnya isi
informasi ketika arsip tersebut dibongkar kembali. Maka dari itu menurut saya
enkapsulasi itu lebih baik daripada laminating pres panas, karena enkapsulasi
lebih aman untuk informasi arsipnya dan tidak merusak fisik arsip.
Di Restorasi Arsip sering membantu melestarikan arsip-arsip yang ada di
keraton Indonesia, disana banyak sekali arsip-arsip bersejarah yang tersimpan,
salah satunya adalah arsip foto, arsip surat kerajaan pada zaman dahulu kala.
Arsip tersebut tersimpan salah satunya di mangkuNegaran Yogyakarta, arsip-arsip
di Ternate, Mataram, Lombok, Bali. Di daerah-daerah tersebut Arsip Nasional
Republik Indonesia membantu melestarikan arsip-arsip yang tersimpan di sana.
Jadi Arsip Nasional Republik Indonesia sering membantu melestarikan arsip yang
terdapat di keraton seperti arsip dalam bentuk foto-foto bersejarah yang ada
dikeraton dengan memberikan amplop bebas asam, hal ini sangat bermanfaat
untuk mencegah arsip foto tersebut agar tidak rusak tergores oleh tangan jahil
manusia maupun rusak oleh air atau binatang perusak arsip. Sehingga arsip foto
tersebut menjadi awet dan aman disimpan hingga puluhan tahun kedepan.
Kegiatan ini dilakukan oleh Restorasi arsip dalam program kerja di setiap
tahunnya.
Menurut hemat penulis, Arsip Nasional sangat berperan bagi Lembaga-
lembaga Kearsipan lainnya yang ada diseluruh Indonesia. Karena tidak semua
Lembaga arsip yang ada di Indonesia mengetahui secara detail bahwa ada
pelestarian arsip dengan metode enkapsulasi yang tidak lain adalah sebagai
pengganti laminating pres panas di kalangan masyarakat umum yang masih sering
83
dilakukan sampai sekarang. Menurut pengalaman penulis pribadi, semua arsip
ijazah penulis dari mulai ijaza SD, SMP, SMA semuanya dilaminating press
panas. Dan hal ini sangat disayangkan karena dapat merusakkan arsipnya.
Berbeda dengan enkapsulasi yang aman terhadap arsip kertasnya.
Enkapsulasi adalah pelestarian arsip kertas dengan cara mengkapsulkan
arsip dengan dua plastik polyester atau plastik astralon. Ini adalah cara paling
mudah dan simpel untuk diaplikasikan di masyarakat umum. Namun banyak yang
belum mengetahui enkapsulasi itu seperti apa. Dalam proses kegiatan pelestarian
arsip kertas dengan metode enkapsulasi dilakukan dengan beberapa tahapan.
Yakni yang pertama adalah kita harus terlebih dahulu mengetahui jenis arsip apa
saja yang akan dienkapsulasi.
Semua arsip yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia ada
dibagian gedung penyimpanan arsip, disana juga terdapat tempat pelayanan arsip
bila kita ingin membaca, meneliti arsip yang kita inginkan, disana boleh
mengakses arsipnya tetapi hanya boleh baca di tempat saja tidak boleh dibawa
pulang. Dibagian pelayanan arsip memiliki pelayanan akses terbuka dan ada juga
arsip yang aksesnya tertutup atau belum boleh diakses oleh masyarakat umum
yang ingin membaca arsipnya. Contoh arsip yang masih belum boleh diakses oleh
masyarakat umum adalah arsip naskah teks proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia.
Prosedur kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi
yaitu dengan cara pertama mengumpulkan Arsip-arsip yang sudah rapuh dan
hampir rusak yang ada digedung penyimpanan arsip, dicatat judul tahunnya lalu
kemudian bagian penyimpanan mengkonfirmasikan kebagian Restorasi arsip
84
bahwa ada beberapa arsip kertas yang harus direstorasi agar tetap terjaga
kelestariannya untuk kedepannya. Supaya kedepannya arsip tersebut bisa diteliti
oleh anak cucu kita kelak di masa depan.
Setelah selesai mengkonfirmasikan arsip apa saja yang akan direstorasi
kepada bagian Restorasi arsip, arsip yang sebelumnya ada digedung penyimpanan
arsip dipindahkan kebagian Restorasi arsip, kemudian barulah arsiparis pelaksana
yang akan merestorasi arsip kertas surat-surat kerajaan nusantara misalnya
terlebih dahulu memberi nomor pengkodean pada arsip yang akan dienkapsulasi,
hal ini dilakukan supaya pada saat arsip kertas yang sudah selesai dienkapsulasi
arsipnya tidak terpisah-pisah dan tetap berurutan pada awal semula arsip tersebut
datang dari tempat gedung penyimpanan arsip.
Bila sudah diberikan nomor pengkodean yang biasa dilakukan oleh
arsiparis pelaksana Restorasi arsip, langkah selanjutnya adalah para Arsiparis
pelaksana mendiskusikan didalam tim Restorasi tersebut, yang didiskusikan
adalah arsip surat kerajaan tersebut akan direstorasi dengan metode apa, apakah
dengan laminasi apakah dengan leaf casting atau apakah dengan metode
enkapsulasi. Kalau arsip surat kerajaan yang direstorasi biasanya arsip tersebut
bentuk fisiknya sudah sangat rapuh, karena keunikan dan nilai sejarahnya yang
sangat tinggi maka dari itu arsip kertas surat kerajaan tersebut dideasidifikasi
dahulu lalu kemudian dilaminasi diperkuat dengan tisu Jepang kemudian setelah
itu arsip surat kerajaan nusantara tersebut dienkapsulasi.
Jadi harus dideasidifikasi, dilaminasi terlebih dahulu, karena arsip kertas
surat kerajaan nusantara fisiknya sangat rapuh, kalau langsung dienkapsulasi
arsipnya akan hancur berkeping-keping, jadi bisa berbahaya bagi arsipnya
85
informasinya pun bisa hilang karena merusak arsipnya, sehingga dideasidifikasi
dahulu dan dilaminasi dahulu.
Deasidifikasi adalah proses penurunan kadar asam pada kertas, caranya
adalah dengan membuat larutan formula/ larutan buffer untuk deasidifikasi,
kemudian masukan larutan tersebut kedalam spray, untuk deasidifikasi di
Restorasi arsip ANRI hanya ada menggunakan deasidifikasi dengan spray yaitu
menyemprotkan formula atau larutan buffer kepada arsip kertasnya, sebelumnya
ada deasidifkasi uap dan direndam tetapi sudah tidak digunakan lagi untuk saat ini
karena dilarang oleh pihak Laboratorium ANRI. Kalau direndam arsipnya dengan
larutan deasidifikasi dikhawatirkan akan melunturkan tinta pada informasi arsip
tesebut. Jadi untuk sekarang Restorasi Arsip ANRI hanya menggunakan dengan
deasidifikasi menggunakan Spray. Kemudian Semprotkan sprayer kepada arsip
kertasnya dengan hati-hati dan merata.
Kemudian setelah proses deasidifikasi selesai, langkah selanjutnya adalah
proses laminasi, sebelum melaminasi arsip kertas, terlebih dahulu kita membuat
membuat formula lem Methyl Cellulose (MC) untuk proses sizing ataupun
laminasi. Setelah selesai membuat lem MC, langkah selanjutnya adalah arsip
kertas surat kerajaan nusantara tersebut kita laminasi yaitu diperkuat dengan tisu
Jepang agar fisik arsipnya yang sebelumnya rapuh menyatu dengan lem MC dan
tisu Jepang, sehingga arsip tersebut menjadi kuat karena proses penyatuan lem
MC dan tisu Jepang. Lalu kemudian tarulah arsip yang sudah dilaminasi tersebut
dirak pengeringan arsip, arsip tersebut yang masih basah oleh lem MC
dikeringkan seharian 24 jam nonstop dengan bantuan kipas angin. Setelah selesai
dilaminasi proses selanjutnya adalah enkapsulasi, enkapsulasi adalah pelestarian
86
arsip kertas dengan cara mengkapsulkan arsip kertas dengan menggunakan dua
plastik polyester atau plastik astralon.
Untuk alat dan bahan dalam proses pengerjaan Enkapsulasi, ANRI
membeli produk lokal yang ada di Indonesia. Kalau bahan untuk metode laminasi
ANRI membeli produk dari Negara Jepang. Bagian Restorasi Arsip ANRI bisa
saja juga membeli plastik astralon, polyester dan double tape dari Negara Jepang
namun karena faktor biaya dan anggaran yang tidak memungkinkan untuk Arsip
Nasional Republik Indonesia membeli plastik astralon dan polyester dan double
tape di Negara Jepang karena faktor biaya dan anggaran yang tidak cukup karena
sudah cukup mengeluarkan anggaran banyak untuk tisu Jepang untuk laminasi
yang harganya sangat mahal, jadi Arsip Nasional Republik Indonesia untuk bahan
enkapsulasi plastik astralon, polyester dan double tape membeli produk lokal
Indonesia untuk enkapsulasi. Produk lokal plastik astralon, polyester dan double
tape cukup bagus namun tidak sebagus yang dari Negara Jepang.
Ada beberapa kendala dalam pelaksanaan pelestarian arsip kertas dengan
metode enkapsulasi di ANRI, kendalanya adalah tentang alat dan bahan
enkapsulasi, anggaran, SDM (Sumber Daya Manusia), proses kegiatan saat
enkapsulasi berlangsung. Kendala pada alat dan bahan adalah alat untuk proses
enkapsulasi harus dengan bantuan plastik minyak, plastik minyak berguna untuk
membuat bingkai double tape yang ditempelkan pada plastik polyester. Karena
kalau tidak ada plastik minyak dalam membuat bingkai double tape yang
ditempelkan pada plastik polyester itu akan menjadi sangat sulit. Karena ukuran
double tapenya terlalu besar, untuk ukuran double tape yang paling terkecil pun
masih sangat besar untuk ukuran membuat bingkai double tape. Bahan untuk
87
laminasi dengan tisu Jepang saja masih membeli kepada Negara Jepang. Pada
tahun 2002 bagian Restorasi Arsip pernah mendapatkan hibah dari Negara Jepang
berupa alat dan bahan enkapsulasi, laminasi, dan leaf casting. Pada saat itu
mendapatkan hibah plastik polyester dan double tape dari Jepang, tetapi ketika
alat dan bahan hibah dari Jepang sudah habis, pihak Restorasi ANRI tidak
membeli alat dan bahan enkapsulasi dari Negara Jepang, dikarenakan anggaran
yang tidak memadai, karena sudah cukup banyak anggaran untuk bahan tisu
Jepang laminasi, karena tisu Jepang untuk laminasi cukup mahal. Jadi untuk alat
bahan enkapsulasi masih menggunakan produk lokal, dikarenakan anggaran yang
tidak memadai bila membeli produk dari Negara Jepang.
Kendala selanjutnya adalah kendala pada SDM (Sumber Daya Manusia)
yang melaksanakan proses kegiatan pelestarian dengan metode enkapsulasi,
kendalanya adalah pada saat melakukan enkapsulasi ada beberapa Arsiparis yang
melakukan dengan cara cepat dan singkat sehingga tidak memperhatikan
kerapihan dan keindahan pada proses pelestarian arsip kertas dengan metode
enkapsulasi.
Menurut hemat penulis kerapihan dan keindahan dalam proses pelestarian
arsip kertas perlu untuk diperhatikan, karena supaya awet arsip yang dilestarikan
dan indah bila dilihat. Karena dalam setiap pekerjaan apapun itu harus
menggunakan hati dan seni yang baik sehingga bila mengerjakan hal apapun itu
dan mengerjakan pelestarian arsip kertas dengan hati dan seni yang baik hasilnya
pun akan terlihat bagus, indah, dan rapi.
Laminating pres panas adalah hal yang biasa dilakukan dan diketahui oleh
masyarakat pada umumnya, laminating pres panas adalah kegiatan yang biasa
88
dilakukan di tempat jasa fotokopian pada umumnya. Tetapi banyak yang tidak
mengetahui kalau laminating pres panas sebenarnya tidak aman dan tidak baik
bagi arsip kertas, karena laminating pres panas dapat merusak kertas arsip dan
arsipnya menempel pada plastik laminating saat dipres panas. Padahal sebenarnya
ada cara yang lebih mudah dan sederhana yang bisa kita praktekkan sendiri
dirumah yaitu dengan cara enkapsulasi, hanya perlu menyediakan alat dan bahan
2 plastik polyester, satu double tape, pemberat, gunting, penggaris, dan alat mesin
pemotong sudut saja. Menurut saya Enkapsulasi lebih aman dan lebih baik
dibandingkan dengan laminating pres panas.
Menurut pendapat Ibu Widi, kalau kita terima ijazah itu kan suka langsung
dilaminating pres panas itu ya ditempat jasa fotokopi, kita menginginkan mereka
dimasyarakat agar supaya jangan dilaminating pres panas. Karena laminating pres
panas tidak bisa dibongkar lagi, ketika dibongkar lagi jadi menyatu arsip dengan
plastik laminatingnya. Terus kadang-kadang merusak informasinya, kita tidak
menginginkan hal itu. Kalau dienkapsulasi itu tidak akan rusak, sewaktu-waktu
bisa kita bongkar lagi tetapi arsipnya tetap terpelihara, karena menggunakan
polyester dan double tape. Jadi mudah didapat bahannya dan aman terhadap
arsipnya juga.
Menurut hasil penelitian saya di Arsip Nasional Republik Indonesia
tentang lebih baik enkapsulasi manual dibandingkan dengan enkapsulasi mesin
dikarenakan dari segi sumber daya manusia arsiparis yang ada di Arsip Nasional
Republik Indonesia sudah sangat cukup berpengalaman sehingga seluruh SOP
yang ada di terapkan dengan baik, walaupun masih ada beberapa kekurangan
dalam proses pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi dari segi
89
kerapihan dan keindahan. Selain itu, enkapsulasi manual juga lebih baik dari segi
kerapihan, kualitas dan juga lebih efisien dalam segi waktu pengerjaan.
Enkapsulasi mesin dirasa masih kurang baik dibanding dengan enkapsulasi
manual karena menurut hasil temuan dilapangan yang saya dapatkan bahwa
enkapsulasi mesin sudah tidak dilakukan lagi sejak lama dikarenakan hasil kerja
mesin tersebut kurang baik, namun ada faktor lain yaitu dari anggaran perawatan
fasilitas yang masih jauh atau bisa dikatakan luput sama sekali dari pendanaan
kepengurusan. Jadi fasilitas yang ada diantaranya mesin dan lain sebagainya
terbengkalai bahkan rusak dan tidak bisa digunakan sama sekali. Bahkan semua
mesin restorasi arsip yang ada di ANRI semuanya sudah berusia sangat tua dan
banyak yang sudah berkarat, menurut saya perlu adanya upgrade mesin restorasi
arsip yang lebih layak dan baru.
Sehingga Arsip Nasional Republik Indonesia lebih mengutamakan proses
enkapsulasi manual yang tidak kalah baik dengan enkapsulasi mesin. Selain itu
tenaga arsiparis yang sudah berpengalaman sudah tidak diragukan lagi. Maka dari
itu sehubungan dengan kekurangannya anggaran Arsip Nasional Republik
Indonesia dalam pengadaan mesin enkapsulasi bisa digantikan oleh sumber daya
manusia arsiparis yang ada.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan di atas, maka penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut ini:
1. Arsip Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tertulis khusus
mengenai pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi. Arsip Nasional
Republik Indonesia masih menggunakan Undang-undang Nomor 43 Tahun
2009 Tentang Kearsipan Paragraf 3 Preservasi Arsip Statis Pasal 63, yang
berisi: (1) preservasi arsip statis sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat 2
huruf c dilakukan untuk menjamin keselamatan dan kelestarian arsip statis. (2)
preservasi arsip statis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara
preventif dan kuratif. Di Arsip Nasional Republik Indonesia memiliki program
kerja setiap tahun untuk membantu memperbaiki dan menyelamatkan arsip
yang terkena dampak bencana alam di seluruh wilayah Indonesia.
2. Proses pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di Arsip Nasional
Republik Indonesia memiliki prosedur yaitu dengan cara menkonfirmasikan
terlebih dahulu kepada bagian gedung tempat penyimpanan arsip lalu
kemudian dicatat terlebih dahulu arsip apa saja yang akan direstorasi kemudian
didiskusikan terlebih dahulu kepada seluruh Arsiparis yang ada di Arsip
Nasional Republik Indonesia, akan dilakukan restorasi atau pelestarian arsip
jenis apa. Kemudian baru dilaksanakan proses pelestarian arsip kertas. Kendala
dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi
91
di Arsip Nasional Republik Indonesia adalah kendala faktor biaya anggaran
yang masih belum memadai untuk membeli bahan plastik astralon, polyester
dan double tape merek pollar bebas asam dari Negara Jepang. Perlu perhatian
khusus untuk Arsiparis agar mengerjakan proses pelestarian arsip kertas
dengna cara yang rapi dan memperhatikan unsur keindahan. Kendala SDM
juga perlu diperhatikan lagi karena SDM di Restorasi ANRI hanya ada 9 orang
saja, menurut saya masih sangat sedikit.
B. Saran
1. Arsip Nasional Republik Indonesia sebaiknya membuat landasan dasar hukum
yang lebih kuat atau Undang-undang khusus mengenai pelestarian arsip kertas
dengan metode enkapsulasi. Dengan mengajukan peraturan dan Undang-
undang khusus pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi secara luas
dan detail kepada Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia dan kepada
pemerintah agar pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi memiliki
landasan Undang-undang yang kuat mengenai pelestarian arsip kertas dengan
metode enkapsulasi supaya landasan dasar hukumnya lebih kuat lagi.
2. Arsip Nasional Republik Indonesia diharapkan untuk bekerjasama dengan
pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia terkait dalam
alat dan bahan dalam pelestarian arsip dengan metode enkapsulasi agar
mendirikan, membuat dan menciptakan bahan dan alat yang berkualitas setara
bagus dengan yang biasa dibeli oleh Negara Jepang. Agar proses kegiatan
pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi alat dan bahannya sudah
tersedia dan mudah didapat di Indonesia jika bekerjasama dengan pemerintah
dan perusahaan untuk mendirikan membuat dan menciptakan alat dan bahan
92
yang berkualitas setara dengan buatan Negara Jepang. Sehingga tidak perlu
lagi membeli dari Negara Jepang. Arsip Nasional Republik Indonesia lebih
memperhatikan faktor kendala biaya anggaran, supaya anggarannya bisa lebih
banyak lagi, sehingga pekerjaan proses restorasi arsip dalam alat dan bahan
tidak terjadi kekurangan biaya anggaran. Perlu perhatian dan kesadaran
terhadap Arsiparis pelaksana pelestarian arsip kertas dengan metode
enkapsulasi di lapangan, untuk melakukan pelestarian arsip kertas dengan
metode enkapsulasi sesuai dengan tata cara urutan yang memiliki unsur
keindahan dan unsur kerapihan, sehingga fisik arsip dan informasi arsip tetap
terjaga sampai 10-20 tahun mendatang.
93
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiyanti, Vina.“Kegiatan Preservsi Preventif Arsip di Bank Indonesia
Bandung.” Artikel diakses pada 9 November 2016 dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=103568&val=1378
Darmono. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT
Grasindo, 2001.
Darmono. Perpustakaan Sekolah Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata.
Jakarta: Grasindo, 2007.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisi Data. Jakarta: Rajawali Pers,
2010.
Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo, 2010.
Hijrana, Bahar.“Upaya Pelestarian Naskah Kuno di Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.” Jurnal Ilmu Perpustakaan
Khizanah Al-Hikmah, no. 1 (Januari-Juni 2015): h. 90-100. Artikel diakses
pada 3 November 2016 dari
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=388697
Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian:pengantar, teori, dan panduan
praktis penelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula. Jakarta:
STIA-LAN, 1999.
Irianti. Melestarikan Memori Kolektif Bangsa. Jakarta: anri, 2012.
J.M, Durea dan Clements, D.W.G. Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan
Bahan-bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional 1990.
Martono, Boedi. Sistem Kearsipan Praktis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990.
Martoatmodjo, Karmidi. Pelestarian bahan pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013.
Mukhtar. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah. Jakarta: Gaung Persada
Press, 2010.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013.
94
Sulistyo-Basuki. Pengantar Kearsipan. Jakarta: Universitas Terbuka, 1996.
Sulistyo-Basuki. Manajemen Arsip Dinamis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2003.
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1993.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, cv, 2014.
Sedarmayanti, Tata Kearsipan. Bandung: CV. Mandar Maju, 2015.
Wirayati, Made Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka (Konservasi
Kuratif Bahan Perpustakaan Media Kertas). Jakarta: Perpustakaan
nasional RI, 2014.
Wursanto, Kearsipan 1. Yogyakarta: Kanisius Anggota IKAPI, 1991.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.
Jakarta:Prenadamedia Group, 2014.
LAMPIRAN
Flowchart Prosedur Enkapsulasi
PERTANYAAN WAWANCARA PELESTARIAN ARSIP KERTAS
DENGAN METODE ENKAPSULASI DI ARSIP NASIONAL REPUBLIK
INDONESIA
INFORMAN I : Widiyanti (W/ Kepala Sub Direktorat Restorasi ANRI)
A. Pertanyaan Umum
1. Berapa jumlah koleksi arsip secara keseluruhan yang dimiliki oleh Arsip
Nasional Republik Indonesia?
2. Apa saja jenis atau macam-macam koleksi arsip yang dimiliki ANRI?
B. Kebijakan Arsip Nasional Republik Indonesia dalam melaksanakan kegiatan
pelestarian arsip dengan metode enkapsulasi.
3. Menurut Ibu Widi, bagaimana kebijakan ANRI dalam melaksanakan kegiatan
pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di ANRI?
4. Apakah ANRI mempunyai kebijakan tertulis mengenai pelestarian arsip kertas
dengan metode enkapsulasi?
5. Bagaimana menurut Ibu Widi, mengenai Undang-undang Nomor 43 tahun
2009 tentang kearsipan pasal 63 yang berbunyi: (1) preservasi arsip statis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat 2 huruf c dilakukan untuk
menjamin keselamatan dan kelestarian arsip statis. (2) preservasi arsip statis
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara preventif dan kuratif.
Apakah cukup dilaksanakan untuk sebagai acuan pelestarian arsip kertas
dengan metode enkapsulasi di ANRI?
6. Siapakah yang bertanggung jawab atas proses pelestarian arsip kertas dengan
metode enkapsulasi di ANRI?
7. Menurut Ibu Widi, jenis arsip kertas apa saja yang dienkapsulasi pada ANRI?
Selanjutnya, mengapa arsip kertas tersebut dienkpsulasi? Bagaimana dengan
arsip yang lain, apakah tidak bisa atau tidak perlu dienkapsulasi?
8. ANRI adalah Lembaga Arsip yang besar yang ada di Indonesia, menurut Ibu
Widi bagaimana ANRI berperan didalam upaya pelestarian arsip kertas dengan
metode enkapsulasi di Indonesia? Apakah ada bimbingan penyuluhan, seminar
atau workshop?
9. Apakah Ibu Widi mempunyai rencana kedepan untuk menerapkan kebijakan
pelestarian arsip kertas di ANRI itu seperti apa?
PERTANYAAN WAWANCARA PELESTARIAN ARSIP KERTAS
DENGAN METODE ENKAPSULASI DI ARSIP NASIONAL REPUBLIK
INDONESIA
INFORMAN II : Madris, S.Sos. (M/ Arsiparis)
INFORMAN III : Kadir (K/ Arsiparis)
A. Faktor Perusak Arsip Kertas
1. Menurut Bapak, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan pada
arsip kertas?
2. Jenis-jenis kerusakan seperti apa saja yang disebabkan oleh faktor-faktor
perusak arsip kertas tersebut?
B. Proses kegiatan pelestarian arsip kertas dengan enkapsulasi di ANRI
3. Siapa saja yang melaksanakan kegiatan secara teknis dalam pelestarian arsip
kertas dengan metode enkapsulasi di ANRI?
4. Menurut Bapak, bagaimana proses keseluruhan dari awal hingga akhir kegiatan
pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di ANRI?
5. Menurut Bapak, apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam melaksanakan
pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di ANRI?
6. Metode pelestarian arsip kertas apa saja yang ANRI gunakan untuk kegiatan
pelestarian arsip kertas?
7. Menurut Bapak, apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode-metode
tersebut saat pelestarian arsip kertas berlangsung?
C. Solusi guna menghadapi kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan
pelestarian Arsip kertas dengan metode enkapsulasi di ANRI.
8. Menurut Bapak, apa saja kendala dalam melaksanakan pelestarian arsip kertas
dengan metode enkapsulasi di ANRI?
9. Menurut Bapak, arsip kertas yang seperti apa yang sulit dienkapsulasi? Dan
arsip kertas seperti apa yang paling mudah dienkapsulasi?
10. Menurut Bapak, apakah ketersediaan alat dan bahan untuk melaksanakan
enkapsulasi mengalami kendala? Jika iya, apa kendalanya dan mengapa
kendala tersebut bisa terjadi?
11. Menurut Bapak, selain alat dan bahan faktor apa saja yang menjadi kendala
dalam pelaksanaan pelestarian arsip kertas denganmetode enkapsulasi di
ANRI?
a. Apakah kendala tersebut disebabkan oleh faktor sumber daya manusia? Jika
iya, mengapa itu bisa terjadi dan bagaimana solusinya?
b. Apakah kendala tersebut disebabkan oleh faktor kebijakan? Jika iya,
mengapa itu bisa terjadi dan bagaimana solusinya?
PEDOMAN DAN TRANSKRIP WAWANCARA UNTUK KEPALA SUB
DIREKTORAT RESTORASI ANRI
Informan I:
A. Dra. Widiyanti ( Kepala Sub Direktorat Restorasi ANRI)
1. Berapa jumlah koleksi arsip secara keseluruhan yang dimiliki oleh Arsip
Nasional Republik Indonesia?
W: Ada di bagian penyimpanan arsip, total arsip keseluruhan berdasarkan
media berjumlah 1.482.257 Arsip.
2. Apa saja jenis atau macam-macam koleksi arsip yang dimiliki ANRI?
W: Ada media kertas (arsip tekstual arsip kertas, arsip peta, arsip
kearsitekturan), dan ada arsip media baru (foto microfilm)
3. Menurut Ibu Widi, bagaimana kebijakan ANRI dalam melaksanakan
kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di ANRI?
W: Tidak semua arsip harus dienkapsulasi, yang penting-penting saja. Kalau
dienkapsulasi itu kan selain makan tempat makan biaya juga ya, tapi
enkapsulasi biasanya untuk arsip-arsip penting seperti kayak misalnya arsip
kepemilikan perusahaan, sertifikat-sertifikat.
4. Apakah ANRI mempunyai kebijakan tertulis mengenai pelestarian arsip
kertas dengan metode enkapsulasi?
W: Belum ada, hanya ada tahapan kerjaan enkapsulasi dan SOP tentang
enkapsulasi saja.
5. Bagaimana menurut Ibu Widi, mengenai Undang-undang Nomor 43
tahun 2009 tentang kearsipan pasal 63 yang berbunyi: (1) preservasi arsip
statis sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat 2 huruf c dilakukan
untuk menjamin keselamatan dan kelestarian arsip statis. (2) preservasi
arsip statis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara preventif
dan kuratif. Apakah cukup dilaksanakan untuk sebagai acuan
pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di ANRI?
W: Ya menurut saya cukup sebagai dasar hukum.
6. Siapakah yang bertanggung jawab atas proses pelestarian arsip kertas
dengan metode enkapsulasi di ANRI?
W: Ya unit Restorasi, unit yang lain tidak punya tanggung jawab itu ya, tapi
kita arsip-arsip penting saja yang dienkapsulasi.
7. Menurut Ibu Widi, jenis arsip kertas apa saja yang dienkapsulasi pada
ANRI? Selanjutnya, mengapa arsip kertas tersebut dienkpsulasi?
Bagaimana dengan arsip yang lain, apakah tidak bisa atau tidak perlu
dienkapsulasi?
W: Kalau arsip itu penting, terus kita takut hilang informasinya, kalau kita
tidak lakukan enkapsulasi misalnya dengan metode lainnya seperti laminating
pres panas takut merusak arsipnya. Kalau arsip yang tidak penting kenapa tidak
dienkapsulasi karena menghabiskan tempat yang pertama, kedua kalau itu
bentuknya bundel nanti gimana bundel kan arsip yang membendel ya jadi arsip
berbentuk bundel tidak bisa dengan metode enkapsulasi. Tapi itu tidak lazim
kita lakukan ketika arsip berupa jilitan, yang kita lakukan enkapsulasi sesuai
dengan informasinya yang sangat penting kah itu biasanya jumlah lembar-
lembaran kertas. Ya jadi tidak sembarangan menentukan itu enkapsulasi atau
tidak.
8. ANRI adalah Lembaga Arsip yang besar yang ada di Indonesia, menurut
Ibu Widi bagaimana ANRI berperan didalam upaya pelestarian arsip
kertas dengan metode enkapsulasi di Indonesia? Apakah ada bimbingan
penyuluhan, seminar atau workshop?
W: Ada, belum secara khusus seminar enkapsulasi/ workshop untuk
enkapsulasi belum. Tapi kita juga ingin suatu saat melakukan ini, tapi kalau
penyuluhan bimbingan yang magang pun kita ajari enkapsulasi.
9. Apakah Ibu Widi mempunyai rencana kedepan untuk menerapkan
kebijakan pelestarian arsip kertas di ANRI itu seperti apa?
W: Setiap tahun kita melakukan ya dengan cara program kerja itu di program
itu ada juga penyelamatan arsip daerah bencana yang terkena dampak bencana
itu kita lakukan seperti ke daerah-daerah misalnya seperti kemarin di garut ada
bencana banjir bandang kita bantu menangani arsip daerah bencana yang
diselamatkan, terus arsip-arsip keraton dikeraton Indonesia banyak sekali arsip-
arsip yang tersimpan, nah itu merupakan memori kolektif bangsa itu tersimpan
di antaranya di mangkunegaran yogya. Seperti di luar jawa seperti ternate &
tidore kita ingin melakukan ini seperti di mataram juga Lombok bali, kita
membantu melestarikan arsip-arsip yang tersimpan di sana. Jadi kita setiap
tahun ada program kerja ke sana membantu arsip-arsip keraton dilestarikan.
Nah terutama selama ini kita lakukan baru terbatas arsip kertasnya sama peta
sama arsip kearsitekturan. Tapi itu tidak menutup kemungkinan juga arsip-
arsip foto yang seperti kita lakukan dimangkunegaran kemarin.
Mangkunegaran itu fotonya masih tersimpan ala kadarnya akhirnya kita bantu
dengan membantu memberi amplop bebas asam. Terus yang ada di ANRI kita
melakukan melalui program kerja yang kita lakukan setiap tahun it uterus
membantu ya masyarakatnya yang terkena bencana gratis itu kita lakukan. Ya
jadi banyak hal melakukan program kerja yang kita lakukan setiap tahun.
PEDOMAN DAN TRANSKRIP WAWANCARA UNTUK ARSIPARIS
RESTORASI ANRI
Informan II & Informan III
A. Madris. Sos (Arsiparis Restorasi ANRI) M
B. Kadir (Arsiparis Restorasi ANRI) K
a. Menurut Bapak, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan
pada arsip kertas?
M: Ada faktor biologi, faktor kimia, seperti biota bintang-binatang seperti
ngenget, kecoa itu perusak arsip kertas juga, terus bisa juga tikus.
b. Jenis-jenis kerusakan seperti apa saja yang disebabkan oleh faktor-faktor
perusak arsip kertas tersebut?
M: Bisa kalau tikuas merusak arsip, fisiknya dimakan kalau ngenget dia hanya
melubang-lubangkan kertas, kecoa juga termasuk gitu.
c. Siapa saja yang melaksanakan kegiatan secara teknis dalam pelestarian
arsip kertas dengan metode enkapsulasi di ANRI?
M: Di ANRI ini di Restorasi Arsip semua harus bisa mengenkapsulasi, jadi
gak ada siapa yang menjalani siapa yang enggak menjalani, jadi semua yang
ditugaskan harus bisa. Apalagi arsiparisnya harus bisa melakukan enkapsulasi
terhadap arsip. Disini ada 9 Arsiparis, SDM nya ada 9, 9 orang itu harus bisa
semua.
d. Menurut Bapak, bagaimana proses keseluruhan dari awal hingga akhir
kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di ANRI?
M: Kita dari pertama proses kerjanya aja ya pertama menyiapkan arsip dari
dokumennya, dari mana aja dokumennya? Kita bisa dari sumber arsipnya itu
dari penyimpanan, nanti disini kita membedakan apa yang harus kita
enkapsulasi atau dengan metode yang lain. Makanya
e. Menurut Bapak, apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam
melaksanakan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di
ANRI?
M: Polyester/ Astralon, Double Tip, Cutter/ Alat pemotong, cara enkapsulasi
manual saja belum membeli alat yang modern, kita lebih bnayak menggunakan
dengan enkapsulasi manual, kalau menurut saya lebih bagus enkapsulasi
manual. Cutting mate untuk alas kita untung memotong ini juga ada di
gramedia penggaris besi untuk memotong juga. Rol pembersih kaca untuk
membuang udara dari enkapsulasi tersebut, gunting, meja. Itu alat dan bahan
yang kita gunakan.
f. Metode pelestarian arsip kertas apa saja yang ANRI gunakan untuk
kegiatan pelestarian arsip kertas?
M: Ada juga metode laminasi memperkuat arsip dengan menggunakan tisu
Jepang, terus itu salah satunya, kemudian disini juga ada perbaikan peta baik
peta itu peta perbatasan tanah atau peta kearsitekturan bangunan-bangunan gitu
ya. Itu kita restorasinya itu yang lebih dikenal itu yang medianya terdiri dari
kertas ya jadi medianya kertas itu. Yang dilestarikan rata-rata arsip
konvensional yang berbentuk polio. Terus dengan metode laminasi itu dengan
menggunakan lem MC terus tisu Jepang dan lain sebagainya. Kemudia metode
enkapsulasi menggunakan bahan seperti tadi saya katakan polyester dan
sebagainya yang tadi saya sebutkan.
g. Menurut Bapak, apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode-metode
tersebut saat pelestarian arsip kertas berlangsung?
M: Masing-masing punya kelebihan dan masing-masing punya kelemahan,
enkapsulasi untuk arsip seperti tadi yang saya katakan, kalau arsip yang masih
bagus kita lakukan enkapsulasi. Kalau suatu saat kita butuhkan misalnya ijazah
yaa ijazah kita ambil nih kan suatu saat kita membutuhkan aslinya itu bisa kita
ambil lagi, kita buka lagi kalau enkapsulasi dengan metode itu bisa kita ambil
kalau suatu saat kita membutuhkannya kita buka bisa. Lain dengan laminating
yang press panas yang biasa ada di jasa tempat fotocopyan itu kalau laminating
press panas kan nanti dia menempel dengan arsipnya, kalau enkapsulasi tidak,
jadi kalau suatu saat kita membutuhkan aslinya itu bisa di bongkar lagi plastik
polyesternya itu kelebihannya. Kekurangannya gak semua arsip kita gunakan
enkapsulasi, kalau yang arsip kita enkapsulasi arsip yang rapuh dienkapsulasi
gak bisa dia kan berantakan didalamnya akan rusak arsipnya. Arsip yang rapuh
seperti itu harus dihindari dengan enkapsulasi. Kalau laminasi itu kelebihannya
kita bisa perkuat arsip dengan tisu Jepang, laminasi sudah teruji oleh Jepang
yang menggunakan arsip dengan bahan tisu Jepang , lem MC itu akan punya
kekuatan 100 tahun lagi, kenapa? Itu dia bersenyawa tisu Jepangnya arsip
dengan kertas itu bersenyawa yang bersenyawa itu lem MC nya jadi begitu dia
menyatu, itu diperkuat oleh tisu Jepang seolah-olah tisunya menyatu dan
hebatnya lagi dia lem MC nya sendiri tidak disenangi oleh serangga-serangga
kertas. Sehingga setelah di restorasi dengan menggunakan metode laminasi
tadi, itu karna dia menyatu senyawa dengan arsipnya, dia akan mempunyai
kekuatan sampai 100 tahun lagi. Kalau enkapsulasi kelebihan nya dia kalau
terjadi banjir dia gak masuk air, seperti itu, kalau yang laminasi terkena air
akan menempel dan akan buram arsipnya tidak transparan lagi.
D. Solusi guna menghadapi kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan
pelestarian Arsip kertas dengan metode enkapsulasi di ANRI.
12. Menurut Bapak, apa saja kendala dalam melaksanakan pelestarian arsip
kertas dengan metode enkapsulasi di ANRI?
M: itu kendalanya sebenarnya tidak terlalu banyak, biasanya kan kendala
masalah bahan, bahan kan mudah didapat ada semua. Kelemahannya misalnya
kita menggunakan double tip kita harus cari kertas minyak membantu untuk
menempelkan dalam bagian bingkai arsip, ketika kita melakukan enkapsulasi
tetapi kalau kita tidak menggunakan wick paper/ kertas minyak kita akan
kesulitas karna rata-rata double tipnya itu ukurannya terlalu besar, walaupun
kita pilih yang di gramedia terkecil pun masih terlalu besar, jadi kita harus
mencari kertas minyak itu atau paling tidak kita harus mencari kertas stiker
yang kuning itu. Jadi putihnya kita buang kuningnya kita pakai, itu kendalanya
untuk alat-alat dan bahan tidak terlalu bermasalah.
13. Menurut Bapak, arsip kertas yang seperti apa yang sulit dienkapsulasi?
Dan arsip kertas seperti apa yang paling mudah dienkapsulasi?
M: Yang paling mudah ijazah, sertifikat-sertifikat, surat-surat penting lainnya
seperti akta kelahiran, KK (kartu keluarga) juga, kalau yang arsipnya rapuh itu
gak bisa di enkapsulasi. Boleh kita enkapsulasi tetapi kita lakukan laminasi
dulu baru setelah laminasi sudah kering baru bisa dienkapsulasi.
14. Menurut Bapak, apakah ketersediaan alat dan bahan untuk
melaksanakan enkapsulasi mengalami kendala? Jika iya, apa kendalanya
dan mengapa kendala tersebut bisa terjadi?
K: Kalau enkapsulasi barangkali tidak ada kendala artinya bahannya ya adalah
ya bisa digunakan bahan lokal yang tidak ketergantungan negara lain begitu,
itu untuk enkapsulasinya.
15. Menurut Bapak, selain alat dan bahan faktor apa saja yang menjadi
kendala dalam pelaksanaan pelestarian arsip kertas dengan metode
enkapsulasi di ANRI?
a. Apakah kendala tersebut disebabkan oleh faktor sumber daya
manusia?
K: Pastilah pekerjaan apapun jadi begini ketika kita mengerjakan yang
disini kan team work jadi di pekerjaan bekerja bersama, jadi pegawainya
ada 9 orang. Nah dibidang restorasi kan tidak semua pekerjaannya bagus
dan rapi, jadi saya dan pak madris beda hasilnya. Walaupun dalam teori
hitam di atas putih sama tapi ya mohon maaf ya tetap beda, secara teknis
gitu berbeda. Nah menyikapinya disini ada namanya kualitas control, siapa
yang bertugas mejadi kualiti kontrol itu? Atau mengawasi hasil kalau disini
namanya hasil restorasi. Sebetulnya disini hasil teamwork hasil bersama.
Maksudnya mengontrol bersama, nah kita ketika terjadi kesalahan atau
terjadi kerusakan kita perbaiki besama itu kuncinya. Jadi ya tetap ada ya
mohon maaf katakanlah seseorang yang maunya kerjanya sembrono tidak
sesuai dengan aturan main yang ada katakanlah protap maupun SOP yang
ada. Ada yang seperti itu tetapi kita tetap berusaha kita perbaiki karena
akibatnya untuk kalau yang tidak sesuai prosedur satu tahun, dua tahun
secara kasat mata tidak kelihatan, tapi 10 tahun sampai 15 tahun kemudian
sampai 50 tahun akan kelihatan yang sesuai dengan koridor dengan yang
mohon maaf ya abal-abal. Yang tidak menggunakan sistim dan prosedur
yang ada.
b. Apakah kendala tersebut disebabkan oleh faktor kebijakan? Jika iya,
mengapa itu bisa terjadi dan bagaimana solusinya?
K: Ini kan kami dimulai dari arsip ini di ANRI sebagai pembina yaitu Arsip
Nasional loh tingkat nasional. ANRI jadi walaupun tidak ada katakanlah
mandat atau anjuran atau undang-undang khusus atau apa, kami memang
disini ada subditnya dan pekerjaan kami sehari-hari menjalankan pekerjaan
restorasi menurut kami tidak ya tidak ada kendala. Memang subdit restorasi
adalah menjalankan pekerjaan sehari-hari atau kerjaan sehari-harinya adalah
merestorasi arsip yang perlu direstorasi gitu.
Gambar
Contoh Arsip Kertas yang sudah di Enkapsulasi
Gambar
Arsip kertas yang sudah di Enkapsulasi
Gambar
Arsip kertas berbentuk bundel yang telah dilaminasi
Gambar
Methyl Cellulose (MC) dalam bentuk bubuk.
Gambar
Lem MC yang sudah diolah dan alat Spray untuk deasidifikasi kering
Gambar
Tempat Deasidifikasi Kering.
Gambar
Arsip kertas yang dilaminasi sedang dikeringkan di tempat rak pengering.
Gambar
Koran tempo dulu yang sudah dilaminasi dan sedang dikeringkan ditempat rak
pengering.
Gambar
Mobil Layanan Masyarakat Sadar Arsip
Gambar
Penulis bersama Arsiparis Restorasi Arsip ANRI
BIODATA PENULIS
SARAH NURZANNAH, Lahir di Jakarta, 10
September 1993. Putri pertama dari Ayahanda
Muhammad Muslim dan Ibunda Fitri Suhan Tika.
Penulis bertempat tinggal di Vila Mutiara Cinere Blok
H1 No. 34 Rt/rw 008/011 Grogol, Depok.
Menyelesaikan pendidikan pada tahun (1998-1999) TK
„Aisyiyah Bustanul Athfal, (1999-2005) Madrasah
Ibtidaiyah Sirojul Banat, (2005-2008) SMPN 253
Jakarta, (2008-2011) MAN 11 Jakarta. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan pada program studi
(S1) Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2012). Penulis menyelesaikan kuliah dengan
menulis skripsi berjudul “Pelestarian Arsip Kertas dengan Metode Enkapsulasi di
Arsip Nasional Republik Indonesia”. Selama di universitas penulis pernah bekerja
sebagai admin les musik Happy Pretty, Penulis juga melakukan freelance di
Markplus Insight sebagai interviewer. Kemudian Penulis melakukan Praktek
Kerja Lapangan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia selama 1 bulan.
Penulis juga melakukan Kuliah Kerja Nyata selama 1 bulan di Desa Ranca Labuh,
Tangerang.