pelayanan kefarmasian gastrointestinal
TRANSCRIPT
PELAYANAN KEFARMASIAN
KASUS GASTROINTESTINAL
Oleh:
Dewi Indrawati 1308020046
Dimas Agung Nugraha 1308020048
Rian Indra Primadiana 1308020050
Angga Nugraha Diputra 1308020052
Hari Mulyakno Santoso 1308020054
Ani Sulpiyani 1308020056
Dini Widianati 1308020058
Imas Sirojul Hidayah 1308020060
FAKULTAS FARMASI
JURUSAN PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2013
An. TK (7 tahun, BB : 22 kg), sejak 3 hari yang lalu mengalami demam dengan suhu yang terus
meningkat. An TK sudah diberi parasetamol, demam dapat turun tetapi kemudian naik lagi,
terutama pada sore atau malam hari. Hari ini akhirnya An TK dibawa orang tuanya ke RS,
karena demamnya semakin tinggi. An TK juga mengeluh sakit kepala, sakit perut, mual,
muntah, dan perut kembung. Nafsu makannya juga menurun.
PEMERIKSAAN FISIK DAN LAB :
TD : 110/80 mmHg, T : 40 oC, RR : 25 x/mnt, HR : 80 x/mnt
Abdominal : nyeri (+)
Hematologi = LED : meningkat; terjadi leukopenia, trombositopenia, serta SGPT & SGOT
meningkat.
Tes Widal : AO = 1/160, AH = 1/320
Diagnosis : DEMAM TIFOID
Pertanyaan
1. Bahas dan analisis kasus tersebut !
2. Bagaimana penatalaksanaan kasus tersebut ?
A. SUBJEKTIF
- Data pasien :
Nama : An TK
Usia : 7 tahun
- Keluhan :
Demam, sakit kepala, sakit perut, mual, muntah, dan perut kembung, nafsu makannya
juga menurun
- Riwayat pengobatan :
Parasetamol
B. OBJEKTIF
Pemeriksaan fisik dan lab:
Data Pemeriksaan Fisik
No. Data Pemeriksaan Fisik Kadar Normal Interprestasi
1. Berat Badan 22 kg
2. Tekanan darah 110/80
mmHg
120/80 mmHg menurun
3. Heart Rate 80x/menit 60-100x/menit normal
4. Suhu Badan 40 oC 37 oC -37,5 oC Meningkat
(febris)
5. Respiration rate 25x/menit 12-20x/menit meningkat
Abdominal : nyeri (+)
Hematologi = LED : meningkat; terjadi leukopenia, trombositopenia, serta SGPT &
SGOT meningkat.
Keterangan:
LED (Laju Endap Darah) : Normal pd Anak: 0–10 mm/jam
Leukopenia: WBC <4000/mm3 (Normal : 5.0–10.0 × 103/cells/mm3)
Trombositopenia : trombosit < 100.000/mm3 (Normal : 150.000-450.000/mm3)
SGPT (Normal :0-35 u/L)
SGOT (Normal: 3-45 u/L)
Tes Widal : AO = 1/160, AH = 1/320
C. ASSESMENT
Diagnosa yang ditegakkan yaitu demam tifoid. Diagnosis demam tifoid dapat
diambil dengan anamnesis berupa demam, gangguan gastrointestinal, dan dapat disertai
gangguan kesadaran.
D. PLAN
1. Tujuan Terapi
- Membunuh bakteri penyebab demam tifoid
- Menurunkan demam
- Mengatasi gejala mual dan muntah yang terjadi
2. Sasaran Terapi
- Bakteri Salmonella typhi
- Demam
- Gejala mual dan muntah
3. Terapi Non-Farmakologi
- Tirah baring (bedrest total) minimal 7 hari bebas panas atau selama 14 hari.
- Diet makanan yang lunak
- Diet tinggi kalori dan protein
- Diet rendah serat
- Asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi
4. Terapi Farmakologi
a) Kloramfenikol
- Alasan pemilihan: merupakan antibiotik pilihan pertama untuk demam tifoid
karena efektivitasnya terhadap Salmonella typhi disamping harga obat tersebut
relatif murah.
- Mekanisme Kerja: bersifat bakteriostatik tetapi bisa menjadi bakterisid jika
konsentrasinya dinaikan. Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis
protein kuman. Obat ini terkait pada ribosom subunit 50S dan menghambat enzim
peptidiltransferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis
protein kuman.
- Kontraindikasi: Hipersensitivitas, infeksi trivial, anemia terutama anemia aplastik,
hamil dan menyusui.
- Efek Samping: Depresi sumsum tulang, anemia aplastik, “Gray syndrome” pada
bayi, gangguan pencernaan, radang saraf mata dan saraf tepi.
- Interaksi Obat: Bila diberikan dengan tolbutamid, fenitoin, dikumarol dan obat
lain yang dimetabolisme oleh enzim mikrosom hepar maka kloramfenikol
menghambat biotransformasinya dengan demikian toksisitas obat-obat tersebut
akan lebih tinggi. Interaksi obat dengan rifampisin dan fenobarbital akan
memperpendek t ½ kloramfenikol.
- Dosis: 50mg/kg BB diberikan 4x sehari
b) Paracetamol
- Alasan pemilihan: merupakan antipiretik yang paling aman dibanding antipiretik
lain, bekerja di hipotalamus sehingga cepat meredakan demam.
- Mekanisme Kerja: analgesik bekerja dengan meningkatkan ambang rangsang rasa
sakit dan sebagai antipiretik diduga bekeja langsung pada pusat pengatur panas di
hipotalamus dengan menghambat sintesis prostaglandin
- Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glukose-6-fosfat
dehidroganase,tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi
hati.
- Efek samping: hepatotoksik, alergi pada kulit.
- Interaksi Obat: etanol dapat meningkatkan efek hepatotoksik, Hydantoins,
sulfinpyrazone dapat menurunkan efek terapi.
- Dosis: anak 6-8 thn; 320 mg diberikan 3x sehari 1 tablet
c) Infus Ringer Laktat
- Alasan Penggunaan: pasien baru masuk ke Rumah Sakit dan tidak mengalami mal
nutrisi.
- Mekanisme Kerja: merupakan cairan isotonik yang osmolaritas (tingkat
kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun).
- Kontraindikasi: Tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam gagal jantung
kongestif atau dalam gagal ginjal.
- Efek Samping: pada jantung dapat terjadi volume overload, CHF; secara
metabolik dapat terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit jika digunakan
tidak tepat.
- Dosis: 100 ml/Kg BB/24 jam x 22 kg = 2200 ml/ 24 jam
d) Domperidon
- Alasan Penggunaan: Karena pasien mengeluh mual dan muntah serta efek
samping dari kloramfenikol juga menyebabkan mual dan muntah.
- Mekanisme Kerja : Domperidon merupakan antagonis dopamin yang secara
periferal bekerja selektif pada reseptor D2 sebagai antiemetik.
- Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitifterhadap domperidon, penderita
dengan prolaktinoma tumor hipofise yang mengeluarkan prolaktin, tidak boleh
digunakan jika serangan motilitas lambung dapat membahayakan seperti adanya
pendarahan, obstruksi mekanik,atau perforasi gastrointestinal.
- Efek Samping : Reaksi alergi yang jarang terjadi, seperti rash dan urtikaria
- Dosis : dosis pada anak 0,2-0,4 mg/kg BB, 3 - 4 kali sehari. Obat diminum 15 - 30
menit sebelum makan dan sebelum tidur malam.
5. Konseling, Informasi dan Edukasi
- Demam tifoid ditularkan melalui rute oro fekal, maka pencegahan utama
memutuskan rantai tersebut dengan meningkatkan higiene perorangan dan
lingkungan, seperti mencuci tangan sebelum makan, penyediaan air bersih, dan
pengamanan pembuangan limbah feses, pemberantasan lalat, pengawasan terhadap
kebersihan penjual makanan.
- Memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi, Salmonella typhi
dalam air akan mati apabila dipanaskan setinggi 57°C beberapa menit.
- Apabila panas sudah turun, paracetamol berhenti digunakan.
6. Monitoring
- Evaluasi demam reda dengan memonitor suhu. Apabila pada hari 4-5 setelah
pengobatan demam tidak reda, maka segera harus dievaluasi adakah komplikasi,
sumber infeksi lain, resistensi Salmonella typhi terhadap antibiotik, atau
kemungkinan salah menegakkan diagnosis.
- Memonitor kadar kloramfenikol dalam darah untuk melihat interaksinya dengan
paracetamol.
- Melakukan kultur bakteri Salmonella typhi.