pelatihan survey dan pemetaan

6
PT. SBA Wood Industries Mat er i Sur veyi ng Pengenal an Pemetaan Dasar Mat er i Mappi ng Di gi t al Created By Planning Survey Section Distrik Teluk Pulai Pelatihan Survey & Pemetaan Created by Planning Survey Section Hal 1 Dari 60 UM UG δ 179º 15 ’ 25 “ I. Pendahuluan A. Latar Belakang Menentukan Pengukuran untuk pemetaan pada hakikatnya adalah untuk menentukan posisi baik planimetris (X,Y), maupun ketinggian (Z) dari suatu titik ke titik lain. Agar titik yang telah diukur dapat dihitung atau ditentukan kembali posisinya , maka unsur-unsur yang harus diketahui atau diukur adalah Jarak, sudut arah, beda tinggi dan luas. Dalam ilmu ukur tanah sudut arah atau sudut jurusan dihitung dari arah utara geografis ke arah timur berputar searah jarum jam. Sudut arah atau sudut jurusan ini juga dikenal dengah istilah Azimut h. Dalam peralatan ukur tanah, umumnya belum banyak alat yang menunjukkan atau mengukur sudut arah dari utara geografis secara langsung ke titik yang dibidik. Pada alat-alat yang dilengkapi dengan bousole atau kompas seperti halnya theodolit dengan offset bousole, theodolit (T0) dan BTM ( Bousole Trance Montagne ) dapat secara langsung mengukur sudut jurusan atau azimuth, namun bukan azimuth geografis akan tetapi azimuth magnetis. Perbedaan antara arah utara yang ditunjukkan oleh utara magnetis dan utara geografis disebut dengan Delinasi magnit atau salah tunjuk jarum magnit. UG = Utara Geografis UM = Utara Magnetis δ = Deklinasi magnit Gb.1 Deklinasi Magnit Besar kecilnya sudut deklinasi dipengaruhi oleh : 1. Tempat dimana dilakukannya pengamatan matahari, makin mendekati kutub makin besar, begitu juga sebaliknya. 2. Adanya atraksi lokal atau gangguan medan magnet setempat. 3. Adanya benda-benda yang terbuat dari logam ( besi, nikel dan lain lain ) pada tempat diadakannya pengamatan. 4. Kesalahan konstruksi alat tersebut seperti jarum magnet tidak seajar dengan 0º - 180º 5. Dan lain-lain. Pelatihan Survey & Pemetaan Created by Planning Survey Section Hal 2 Dari 60 Az A Cara membandingkan suatu arah yang diukur dengan kompas dan dengan pengamatan utara astronomis ( Pengamatan matahari ). Selisih arah yang di dapat merupakan besaran koreksi yang harus diberikan terhadap data hasil ukuran arah dengan kompas untuk mendapatkan arah yang benar. Macam-macam Azimuth. Pada alat ukur tanah yang menggunakan kompas, maka azimuth yang terbaca dengan menggunakan ujung utara magnit adalah azimuth magnetis. Pada alat-alat yang menggunakan kompas dalam pembacaan arah horizontalnya adanya ketentuan bahwa: Azimuth adalh besar sudut yang dimulai dari arah utara atau selatan jarum magnit sampai objectif agaris bidik yang besarnya sama dengan angka pembacaan . Karena pengaturan arah angka-angka skala lingkaran horizontal ada yang kekanan atau searah jarum jam dan ada pula yang kekiri atau berlawanan arah dengan putaran jarum jam, demikian pula posisi teropong atau garis bidik ada yang sejajar dengan angka 0º-180º, dan ada pula yang sejajar dengan 180º-0º pada skala lingkaran horizontal , maka dalam pembacaan akan didapat 4 ( empat ) macam kemungkinan azimuth atau Bearing. Sehingga sebelum dimulai pengukuran dengan alat-alat ukur yang menggunakan kompas perlu terlebih dahulu macam azimuth apa yang dibaca oleh alat tersebut. Adapun cara menentukan macam azimuth adalah sebagai berikut: 1. Tentukan garis skala yang berimpitan dengan ujung utara magnit. Angka tersebut menyatakan besar suatu busur yang dimulai dari nol skala dan diakhiri pada angka itu.. 2. Tentukan busur yang besarnya sama dengan dengan angka pembacaan dimulai dari titik nol. 3. Carilah suatu sudut yang dimulai dari salah satu ujung jarum magnit utara atau selatan sampai garis bidik yang sama besarnya dengan busur lingkaran yang dinyatakan dalam angka pembacaan. Maka cara atau arah putaran dari sudut tersebut menyatakan macam azimuthnya. a. b. Azimuth P 160º ST Azimuth P 320º UB Gambar 2. Azimuth Selatan Timur dan Utara Barat δ δ Microsoft Word - Cover.doc http://dc122.4shared.com/doc/gIY4Ozcz/preview.html 1 of 6 11/21/2012 7:29 PM

Upload: jorris80

Post on 10-Aug-2015

92 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

survey

TRANSCRIPT

Page 1: Pelatihan Survey Dan Pemetaan

PT. SBA Wood Industries

Mat er i Sur veyi ng

Pengenal an Pemetaan Dasar

Mat er i Mappi ng Di gi t al

Created By Planning Survey Section Distrik Teluk Pulai

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 1 Dari 60

UM UG

δ

179º 15 ’ 25 “

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Menentukan Pengukuran untuk pemetaan pada hakikatnya adalah untuk

menentukan posisi baik planimetris (X,Y), maupun ketinggian (Z) dari suatu titik ke titik lain. Agar titik yang telah diukur dapat dihitung atau ditentukan kembali posisinya , maka unsur-unsur yang harus diketahui atau diukur adalah Jarak, sudut arah, beda tinggi dan luas. Dalam ilmu ukur tanah sudut arah atau sudut jurusan dihitung dari arah utara geografis ke arah timur berputar searah jarum jam. Sudut arah atau sudut jurusan ini juga dikenal dengah istilah Azimuth.

Dalam peralatan ukur tanah, umumnya belum banyak alat yang menunjukkan atau mengukur sudut arah dari utara geografis secara langsung ke titik yang dibidik. Pada alat-alat yang dilengkapi dengan bousole atau kompas seperti halnya theodolit dengan offset bousole, theodolit (T0) dan BTM ( Bousole Trance Montagne ) dapat secara langsung mengukur sudut jurusan atau azimuth, namun bukan azimuth geografis akan tetapi azimuth magnetis. Perbedaan antara arah utara yang ditunjukkan oleh utara magnetis dan utara geografis disebut dengan “ Delinasi magnit “ atau salah tunjuk jarum magnit.

UG = Utara Geografis UM = Utara Magnetis δ = Deklinasi magnit

Gb.1 Deklinasi Magnit

Besar kecilnya sudut deklinasi dipengaruhi oleh :

1. Tempat dimana dilakukannya pengamatan matahari, makin mendekati kutub makin besar, begitu juga sebaliknya.

2. Adanya atraksi lokal atau gangguan medan magnet setempat. 3. Adanya benda-benda yang terbuat dari logam ( besi, nikel dan lain lain )

pada tempat diadakannya pengamatan. 4. Kesalahan konstruksi alat tersebut seperti jarum magnet tidak seajar

dengan 0º - 180º 5. Dan lain-lain.

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 2 Dari 60

Az

A

Cara membandingkan suatu arah yang diukur dengan kompas dan dengan pengamatan utara astronomis ( Pengamatan matahari ). Selisih arah yang di dapat merupakan besaran koreksi yang harus diberikan terhadap data hasil ukuran arah dengan kompas untuk mendapatkan arah yang benar.

Macam-macam Azimuth.

Pada alat ukur tanah yang menggunakan kompas, maka azimuth yang terbaca dengan menggunakan ujung utara magnit adalah azimuth magnetis. Pada alat-alat yang menggunakan kompas dalam pembacaan arah horizontalnya adanya ketentuan bahwa:

“ Azimuth adalh besar sudut yang dimulai dari arah utara atau selatan jarum magnit sampai objectif agaris bidik yang besarnya sama dengan angka pembacaan ” .

Karena pengaturan arah angka-angka skala lingkaran horizontal ada yang kekanan atau searah jarum jam dan ada pula yang kekiri atau berlawanan arah dengan putaran jarum jam, demikian pula posisi teropong atau garis bidik ada yang sejajar dengan angka 0º-180º, dan ada pula yang sejajar dengan 180º-0º pada skala lingkaran horizontal , maka dalam pembacaan akan didapat 4 ( empat ) macam kemungkinan azimuth atau Bearing. Sehingga sebelum dimulai pengukuran dengan alat-alat ukur yang menggunakan kompas perlu terlebih dahulu macam azimuth apa yang dibaca oleh alat tersebut.

Adapun cara menentukan macam azimuth adalah sebagai berikut: 1. Tentukan garis skala yang berimpitan dengan ujung utara magnit. Angka tersebut menyatakan besar suatu busur yang dimulai dari nol skala dan diakhiri pada angka itu.. 2. Tentukan busur yang besarnya sama dengan dengan angka pembacaan dimulai dari titik nol. 3. Carilah suatu sudut yang dimulai dari salah satu ujung jarum magnit utara atau selatan sampai garis bidik yang sama besarnya dengan busur lingkaran yang dinyatakan dalam angka pembacaan. Maka cara atau arah putaran dari sudut tersebut menyatakan macam azimuthnya.

a. b.

Azimuth P 160º ST Azimuth P 320º UB Gambar 2. Azimuth Selatan Timur dan Utara Barat

δ δ

Microsoft Word - Cover.doc http://dc122.4shared.com/doc/gIY4Ozcz/preview.html

1 of 6 11/21/2012 7:29 PM

Page 2: Pelatihan Survey Dan Pemetaan

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 3 Dari 60

Az Az

A. Skala lingkaran searah jarum jam, garis bidik sejajar 0º - 180º ( Gambar 2.a ) B. Skala lingkaran searah jarum jam, garis bidik sejajar 180º - 0º ( gambar 2.b )

a. b.

Azimuth P 210º SB Azimuth P 300º UT Gambar 3. Azimuth Selatan Barat dan Utara Timur

C. Skala lingkaran berlawanan arah jarum jam, garis bidik sejajar dengan garis 0º - 180º ( Gambar 3.a) D. Skala lingkaran berlawan arah jarum jam, garis bidik sejajar dengan garis 180º-0º ( gambar 3b )

Apabila dalam perhitungan selanjutnya diperlukan macam azimuth Utara-Timur maka macam Azimuth Utara- Barat, dan Selatan-Timur dikonversikan menjadi azimuth Utara-Timur.

Adapun konversinya sebagai berikut: 360º-Azimuth Utara-Barat = Azimuth Utara-Timur 180º- Azimuth Selatan-Timur = Azimuth Utara-Timur Azimuth Selatan- Barat - 180º = Azimuth Utara-Timur

B.Maksud dan tujuan Perlu diingat peta rupa bumi, topografi, geologi, iklim dll dipetakan berdasarkan utara geografis bukan utara magnetis Jadi tidak benar, kalau hasil pengukuran sistem kompas dan sudut langsung dipetakan tanpa dilakukabn pengamatan matahari dan pengolahan data terlebih dahulu.

Maksud dan tujuan yang akan dicapai dari hasil pengukuran teretis dan pengamatan matahari adalah :

1. Meningkatkan ketelitian hasil pengukuran 2. Mengevaluasi dan menganalisa hasil pengukuran 3. Menjadi sumber informasi berbentuk dan hasil pengukuran yang terpercaya..

δ

δ

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 4 Dari 60

I I. Pengetahuan Dasar.

Pada Pengukuran lahan unsur-unsur yang diukur adalah:

1. Jarak 2. Beda tinggi 3. Sudut ( Sudut Horizontal atau Vertikal ) 4. Dan Luas

Untuk menentukan besaran dari unsur-unsur tersebut diperlukan satuan ukuran,

yaitu satuan ukuran panjang, satuan ukuran luas dan satuan ukuran sudut.

A. Besaran ilmu ukur tanah

1. Jarak Dalam ilmu ukur tanah atau pengukuran lahan yang dimaksud dengan jarak antar dua titik adalah panjang garis mendatar dal lurus yang menghubungkan kedua titik tersebut. Jarak dapat diketahui secara langsung dengan pengukuran mendatar dan secara tidak langsung melalui pengukuran jarak miring dan pengukuran sudut lerengnya.

A-B = Jarak = d Gambar 4. Jarak

2. . Sudut Terdapat dua macam sudut yaitu a. Sudut Mendatar

b. Sudut tegak.

a. Sudut mendatar 1. Sudut mendatar atau sudut horizontal adal sudut yang dibentuk

oleh dua garis pada bidang datar, apabila salah satu garis yang dijadikan patokan ( acuan ) adalah garis Utara maka sudut yang terbentuk adalah Azimuth. Jadi Azimuth adalah sudut mendatar yang diukur dan dihitung positif searah jarum putaran jarum jam yang dimulai dari arah utara magnetis atau geografis sampai arah garis bersangkutan, besarnya 0º-360º

2. Sedangkan sudut jurusan ialah sudut datar yang diukur dan

dihitung positif searah putaran jarum jam, dimulai dari garis/ arah sumbu Y+ pada suatu sistem koordinat salib sumbu sampai arah/jurusan yang bersangkutan, besarnya dari 0º - 360º.

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 5 Dari 60

α1.2 = Azimuth β = Sudut

α A.B = Sudut Jurusan

b. Sudut Tegak

Sudut tegak atau sudut vertikal ialah sudut yang dibentukoleh garis pada bidang vertikal dengan bidang horizontal. Ada dua sistem penentuan sudut tegak yang sering dipakai dalam pengukuran lahan untuk mengukur sudut lereng yaitu :

Gambar.6 Sudut Tegak

a. Sistem Zenith b. Sistem Horizontal ( Clinometer )

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 6 Dari 60

a. sistem Zenith adalah penentuan besarnya sudut tegakyang diukur

dengan gerakan vertikal dimulai dari garis tegak yang melalui pusat lingkaran mendatar dan titik zenith sampai kesuatu garis yang menuju objek tertentu, disebut sudut zenith dan harganya selalu positif dari 0º - 180º.

b. Sistem horizontal adal penentuan besarnya sudut tegak yang diukur

dengan gearakan vertikal dimulai dari garis mendatar yang sejajar muka air sanpai kesuatu garis yang menuju objek tertentu, disebut sudut miring yang bisa berharga positif ( Elevasi ) dari 0º - 90º dan negatif ( Depersi ) dari 0º - 90º.

c. Beda tinggi Yang dimaksud beda tinggi ialah selisih ketinggian antara titik-titik dipermukaan bumi terhadap suatu permukaan datar acuan misalnya permukaan air laut rata-rata. Beda tinggi bisa diukur secara langsung melalui pengukuran barometris, menyipat datar atau secara tidak langsung melalui pengukuran jarak miring dan sudut lerengnya disebut cara pengukuran trigonometris.

Beda tinggi AB = δt = tb – tm Gambar. 7 Beda tinggi

d. Trigonometri dalam ilmu ukur tanah

Sudut BCA = 90º

Perhitungan trigonometri yang sering digunakan dalam ilmu ukur tanah dapat dijelasakan secara singkat sebagai berikut : ( Perhatikan Segitiga siku-siku ABC diatas )

Microsoft Word - Cover.doc http://dc122.4shared.com/doc/gIY4Ozcz/preview.html

2 of 6 11/21/2012 7:29 PM

Page 3: Pelatihan Survey Dan Pemetaan

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 7 Dari 60

ABABCSegitigamiringSisi

BCαsudutdidepanSisiαSin ==

ABABCSegitigamiringSisi

ACsudutdisampingSisiCos == αα

ABsudutdisampingSisi

ACsudutdidepanSisiTg

α

αα ==

αβ CosABACSin == / ; αβ SinABBCCos == / ; αβ TgBCACTg /1/ ==

Persamaan Segitiga ABC : a = b = c

Sin α Cos β Sin δ

e. Skala

Cara pertama untuk menyatakan skala adalah dengan menuliskan angka perbandingan antara suatu jarak dipeta dengan jarak yang sma dengan ukuran sebenarnya dipermukaan bumi. Misalnya suatu jarak antara dua buah titik di peta 40 Cm, sedangkan jarak sebenarnya kedua titik tersebut dipermukaan bumi adalah 10 Km, maka skala tersebut 40 Cm : 1.000.000 Cm atau 1: 25.000. cara kedua untuk menyatakan skala peta ialah dengan menarik garis, dimana pada garis tersebut dibuat skala dengan bagian-bagian yang menyatakan 0,1 Km, 1 Km di permukaan bumi

Gambar. 8 Skala Garis

Cara ketiga menyatakan skala peta ialah dengan menuliskan bebarapa cm pada peta yang sama dengan 1 KM dipermukaan bumi, misalnya peta skala 1 : 25.000 berarti jarak 1 km dilapangan = 4 cm di peta maka dinamakan peta 4 cm. Peta skala 1 : 50.000 berarti jarak 1 KM dilapangan = 2 cm dipeta, maka dinamakan peta 2 cm. Pada setiap lembar peta harus dicantumkan skala numeris ( dalam angka ) dan skala grafis dalam bentuk garis.

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 8 Dari 60

f. Peta

adalah gambaran dari permukaan bumi pada suatu .bidang datar, dibuat menurut proyeksi tertentu dan skala tertentu dengan menyajikan unsur-unsur alam dan buatan serta informasi lain yang diinginkan. Isi, ketelitian dan penggunaan peta mempunyai hubungan yang erat dengan skalanya. Suatu peta tanpa ada keterangan skalanya tidak dapat digunakan. Peta topografi dibuat untuk menentukan ciri-ciri alamiah dan buatan ukuran kedudukan horizontal serta elevasinya yang menggambarkan konfigurasi lapangan serta benda-benda alam dan buatan padanya. Peta geografi adalah peta yang dapat memberi penjelasan tentang keadaan permukaan bumi dalam daerah yang sangat luas. Suatu persetujuan interasional mengharuskan tiap negara untuk turut serta membuat peta dengan skala 1 : 1.000.000.

B. Pengenalan alat Ukur Survey

Alat ukur yang biasa digunakan untuk kegiatan pengukuran antara

lain Pesawat ukur sudut ( BTM atau Theodolit ), Alat ukur jarak ( Meteran atau Rambu ukur ) serta Alat ukur Posisi ( Global Position System ) dan masih banyak lagi.

B.1 Alat ukur sudut

B.1.1 Alat ukur sudut Horizontal

Alat ukur sudut Horizontal antara lain T-0 Wild, T-2 Wild, TH-10 Theoldolit , Compas sunnto, Surveying Compass dan masih banyak lagi. Data yang diambil yaitu Sudut Horizontal yang berupa Sudut atau Azimuth

Pesawat T-0 keluaran generasi baru Wild

Compass Sunto yang biasa digunakan untuk Navigasi

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 9 Dari 60

Surveying Compass Keluaran Ushikata

B.2 Alat ukur sudut Vertikal

Alat ukur sudut vertikal antara lain T-0 wild, T-

2 Wild, TH-10 Theodolit, Clino meter sunnto dan masih banyak lagi. Data yang diambil yaitu sudut vertikal untuk mencari ketinggian/ beda tinggi. Selain Alat ukur sudut pengambilan beda tinggipun dapat menggunakan Pesawat Sifat datar / Auto level

Clinometer Pada Pengukuran Tinggi Pohon

Autolevel keluaran Topcon untuk Pengukuran beda tinggi

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 10 Dari 60

B.2 Alat ukur jarak Alat ukur jarak antara lain yaitu mistar, meteran Spec

50 m – 100 m, Meteran baja, Rambu ukur untuk pengambilan dengan metode Optis

Rambu ukur untuk Pembacaan Jarak Optis

Mistar plastik 30 cm

Meteran Fiber 50 m

B.3 Alat ukur Posisi Alat ukur posisi yaitu GPS ( Global Position System )

yang sakarang ini banyak digunakan untuk aplikasi survey selain data Koordinat yang dapat diketahui secara langsung hasil data GPS dapat ditransfer ke Komputer untuk pembuatan peta kerja ataupun GIS ( Geographic information system )

GPS Geo Explorer 3 keluaran Trimble

Microsoft Word - Cover.doc http://dc122.4shared.com/doc/gIY4Ozcz/preview.html

3 of 6 11/21/2012 7:29 PM

Page 4: Pelatihan Survey Dan Pemetaan

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 11 Dari 60

C. Pedoman Perhitungan

1. Rumus penentuan Koreksi bousole ( metode Pengamatan matahari )

Sebelum dilaksanakan pengukuran, terlebih dahulu diperlukan besarnya koreksi bousole dari alat yang digunakan dengan cara pengamatan matahari. Maksud dan tujuan diadakan koreksi bousole yaitu untuk mengetahui berapa besar penyimpangan besaran utara magnetis dari alat tersebut, sesuai tidak dengan nilai akurasi dari alat tersebut. Misalnya alat tersebut mempunyai nilai akurasi 20’ ternyata penyimpangan 30’ berarti alat tersebut mempunyai penyimpangan 10’ dari nilai koreksi. Apabila terjadi penyimpangan sampai derajat, alat tersebut harus dikalibrasi/ perbaikan.

Rumus

C = A – Am

Dimana C = Besarnya koreksi bousole

A= Azimuth matahari/ azimuth sesungguhnya hasil pengolahan data Am= Azimuth matahari hasil pembacaan jarum magnet.

Untuk menghitung azimuth matahari dari pengamatan matahari digunakan rumus :

Cos A = Sin D - Sin Q. Sin Z

Cos Q. Cos t

Dimana A= Azimuth matahari D = Deklinasi matahari Q = Lintang pengamatan t = Tinggi/ sudut mirirng rata-rata

Sedangkan azmiuth yang digunakan adalah azimuth perbaikan antara azimuth magnet ditambah dengan koreksi bousole

Rumus A = Am + C

Dimana A = Azimuth Perbaikan Am = Azimuth hasil pembacaan alat ukur

C = Koreksi bousole

Cat A= Azimuth ( perbaikan ) - Azimuth dari hasil pembacaan ke muka

A = Am + C - Azimuth dari hasil pembacaan belakang

A = ( Am ± 180º ) + C

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 12 Dari 60

Y

X

−Δ

Y

X

−Δ

−Δ

Y

X

−Δ

Y

X

2. Penentuan koreksi bousole dengan menggunakan titik Koordinat

Rumus

Y?YaYb

X?XaXbTg)(Inv?

=−=

Perhitungan Kwadran

- Kwadran I Jika = = , maka hasil α tetap

- Kwadran I Jika = = , maka hasil 180º - α

- Kwadran I Jika = = , maka hasil 180º + α

- Kwadran I Jika = = , maka hasil 360º + α

Gambar.9 Kwadran

Dimana : α = Azimuth Geografis

Xa = Koordinat X awal Xb = Koordinat X awal

Ya = Koordinat Y awal Yb = Koordinat Y akhir

XΔ = Selisih Koordinat X YΔ = Selisih Koordinat Y

Contoh hitungan

Diket :

Xa = 565.041 Ya = 9.674.000

Xb = 565.201 Yb = 9.674.200 Azimuth Magnetis = 38º 0 ’ 3 “

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 13 Dari 60

200000.674.9200.674.9

160041.565565.201)(

−=TgInvα

Perhitungan

=

Karena 160 + dan 200 +, maka termasuk kwadran I sehingga α tetap

)( TgInvα = 160 = 0,8

200

Invα = 38,659

α = 38º 39 ’ 35 “

Koreksi Bousole = Azimuth Geografis – Azimuth Magnetis 38º 39 ’ 35 “ – 38º 0 ‘ 3 “ = 0 º 39 ’ 32 “

Gambar 10. Koreksi Bousole

3. Jarak Datar ( D )

Rumus : D = 100 x ( Ba – Bb ) x Sin 2 x Z

Dimana : D = Jarak datar

100 x ( Ba – Bb ) = Hasil pembacaan rambu ukur Sin 2 x Z = Pembacaan sudut Vertikal

Rumus ini berlaku bila kita memakai alat ukur theodolit

sumbu rangkap dan sumbu tunggal dengan hasil pembacaan jarak optis/ langsung pada rambu ukur.

Rumus : D = L x Sin Z

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 14 Dari 60

Dimana : D = Jarak datar

L = Jarak hasil pembacaan pita ukur Sin Z = Sudut Vertikal

Rumus ini berlaku bila kita memakai alat ukur theodolit

sumbu rangkap dan sumbu tunggal dengan hasil pembacaan dengan pita ukuran / meteran.

Rumus : D = L x Cos M

Dimana : D = Jarak datar

L = Jarak hasil pembacaan pita ukur Cos M = Sudut Zenit / Kemiringan lereng

Rumus ini berlaku bila kita menggunakan clinometer dengan

pembacaan jarak menggunakan pita ukur / meteran.

4. Mencari sudut ( ? )

Rumus ? 1 = Pembacaan Azimuth belakang 2.1 – Bacaan Azimuth muka 2.3 ( untuk sudut dalam ( + ) 180º gbr 11.1 atau

? 2 = Pembacaan Azimuth muka 2.3 – Bacaan Azimuth belakang 2.1 ( untuk sudut luar ( + ) 360º gbr.11.2

Contoh

Gambar 11.1 Sudut luar ( terbuka ) Gambar 11.2 Sudut dalam ( Terbuka )

Catatan : Untuk sudut luar seandainya bacaan muka lebih kecil nilainya dari bacaan belakang, bacaan muka harus ditambah 360º dan untuk sudut dalam seandainya bacaan belakang lebih kecil nilainya dari bacaan muka harus ditambah 180º.

Microsoft Word - Cover.doc http://dc122.4shared.com/doc/gIY4Ozcz/preview.html

4 of 6 11/21/2012 7:29 PM

Page 5: Pelatihan Survey Dan Pemetaan

Document OutlineCover.pdf

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 15 Dari 60

2/)VertikalbiasaBacaan1.2biasaluarBacaan360(1.2V +−°=

)t?(

t? ZSinxZCos

ZSinxZCos

4. Mencari sudut ? rata- rata

Rumus

?2 = ( 360º ± Bacaan 2.1 - Bacaan biasa 2.3) + ( 360º ± Bacaan luar biasa 2.1 - Bacaan luar biasa 2.3 ) / 2

Contoh Perhitungan

B 3 113º 32’ 52 “ 156 º 25’ 36”

2 B 1 269 º 58’ 28 “ 156 º 25’ 22 “

LB 3 293 º 32’ 52 “

LB 1 89 º 58’ 00 “ 156 º 25’ 08 “

Dimana : B = Bacaan biasa horizzontal titik 2.3 B = Bacaan biasa horizontal titik 2.1 LB = Bacaan luar biasa horizontal titik 2.3 LB = Bacaan luar biasa horizontal titik 2.1

5. Rumus koreksi sudut

Rumus K ?1.2 = K ? n

Dimana K β1.2 = Koreksi untuk setiap titik K β = Kesalahan seluruh titik

n = Jumlah titik yang diukur

6. Rumus lereng rata-rata

Rumus

7. Rumus Beda tinggi

Rumus : 1.2 = 100 x ( Ba – Bb ) x

Dimana = Beda tinggi 1.2

100 x ( Ba – Bb ) = Pembacaan jarak di rambu = Bacaan sudut Vertikal

Rumus ini berlaku bila ukuran tinggi alat theodolit sama dengan bacaan benang tengah di rambu.

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 16 Dari 60

Meter)BaTa(ZSinxZCosx)BbBa(x1001.2t? −+−=

ZSinxZCos

)(100 BbBax −

)( BaTa −

t? Sin

Sin

Contoh seandainya Ta = Tinggi alat 1,50

Ba = Bacaan tengah 1,50 Ba = Bacaan atas Bb = Bacaan bawah

Gambar 12 Gambar 13

Rumus :

Dimana tΔ = Beda tinggi 1.2

= Pembacaan jarak di rambu = Bacaan Sudut Vertikal = Tinggi alat dikurang benang tengah

Rumus ini berlaku bila tinggi alat dengan benang tengah tidak 90 º atau satu garis sejajar yang disebabkan oleh pengaruh kelerengan.

Gambar. 14 Clinometer Gambar . 15 Gambar 16 Kompas suunto

Rumus 1.2 = L x m

Dimana = Beda tinggi 1.2 L = Jarak Lapangang m = Sudut miring

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 17 Dari 60

Rumus ini berlaku bila kita menggunakan clinometer untuk

sudut miring, sedangkan jarak dengan pita ukur dan alat pembacaan azimuth dengan kompas.

8. Mencari kesalahan beda tinggi )t?f(

Rumus )AwalDplakhirDpl(t??t?f −−=

Dimana tf Δ = Nilai kesalahan

tΔΣ = Jumlah Beda tinggi

Dpl = Nilai Ketinggian tanah diketahui

9. Mencari koreksi per titik

Rumus =1.2t?K tf?xd?/1.2d?

10. Rumus selisih )?X( absis dan ordinat )?Y(

Absis = ?X 1.2 = D.1.2 Sin ? 1.2

Ordinat = ?X 1.2 = D.1.2 Cos ? 1.2

Nilai Koreksi absis ( )( XK Δ dan Ordinat )( YKΔ

Absis = fx = )(. awalXakhirXSind −−Σ α

Ordinat = fx = )(. awalXakhirXCosd −−Σ α

Cat.

Jika fx bertanda ( + ), maka XK Δ ( - ) dan sebaliknya

Jika fy bertanda ( + ), maka XK Δ ( - ) dan sebaliknya

11. Nilai kesalahan pertitik

Rumus =

d

fxx.d.XKΣ

=Δ 212.1

d

fyx.d.YKΣ

=Δ 212.1

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 18 Dari 60

Dimana 2.1XKΔ & 2.1YKΔ = Nilai untuk tiap-tiap titik

21.d. = Jarak datar setiap titik

dΣ = Jumlah selisih

fx & fy = Nilai koreksi pertitik X dan Y

12. Rumus mencari koordinat sumbu X dan Y2.1.2.1.1.2. XKXXX Δ±Δ±=

2.1.2.1.1.2. YKYYY Δ±Δ±=

Dimana

2.X = Absis titik 2

1.X = Absis titik 1

2.Y = Ordinat titik 2

1.Y = Ordinat titik 1

2.1.XΔ & 2.1.XKΔ = Koreksi titik 1

2.1.YΔ & 2.1.YK Δ = Perubahan absis & ordinat titik 1 ke 2

13. Rumus kesalahan dan koreksi jarak hasil pengukuran

Rumus koreksi jarak 22

fyfxfl +=

Kesalahan jarak

d

f lKr

Σ

=

Dimana

fl = Koreksi jarak

Kr = Kesalahan jarak

Rumus 2.12.112 Δ±Δ±= KtDplDpl

Dimana

2Dpl = Tinggi titik 2 di Dpl

1Dpl = Tinggi titik 1 di Dpl

2.1tΔ = Beda tinggi antara titik 1 dan 2

14. Penentapan interval kontur Rumus

000.1

2 SkalaVt ==Δ

Dimana

tΔ = Interval kontur

000.1 = Nilai konstant

Microsoft Word - Cover.doc http://dc122.4shared.com/doc/gIY4Ozcz/preview.html

5 of 6 11/21/2012 7:29 PM

Page 6: Pelatihan Survey Dan Pemetaan

Surveying..pdfMapping mapinfo.pdf

Microsoft Word - Cover.doc http://dc122.4shared.com/doc/gIY4Ozcz/preview.html

6 of 6 11/21/2012 7:29 PM