survey dan pemetaan

16
Kuliah 4 Tugas 4A Bahan kuliah tatap muka 4 (Oleh : Prof.Dr.Ir.Munirwansyah,M.sc) NIP : 195905251985031003 Di susun oleh : Nama : M.Ryandi Abigianza NIM : 1104107010017 Tentang : 1. Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung 2. Prinsip – prinsip pondasi untuk bangunan 3. Titik bor dan sondir Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Darussalam,B.Aceh

Upload: ryandi-abigianza

Post on 23-Dec-2015

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kuliah 4

Tugas 4A

Bahan kuliah tatap muka 4

(Oleh : Prof.Dr.Ir.Munirwansyah,M.sc)

NIP : 195905251985031003

Di susun oleh :

Nama : M.Ryandi Abigianza

NIM : 1104107010017

Tentang :

1. Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung2. Prinsip – prinsip pondasi untuk bangunan

3. Titik bor dan sondir

Jurusan Teknik Geofisika

Fakultas Teknik

Universitas Syiah Kuala

Darussalam,B.Aceh

Tugas A

Materi :

- Survey dan pemetaan untuk pebuatan trase jalan- Tata cara perencanaan dan pembebanan untuk rumah dan gedung- Prinsip – prinsip pondasi untuk bangunan - Titik bor dan sondir

A. Survey dan pemetaan untuk pembuatan trase jalanJika ingin melakukan survey dan pemetaan, diperlukan adanya tim

investigasi sesuai dengan kebutuhan survey itu sendiri. Misalnya untuk pembuatan trase jalan, maka pada saat survey diperlukan adanya tim yang terdiri dari orang – orang khusus, yaitu ahli – ahli teknik sipil dan ahli geoteknik untuk memetakan peta transis untuk melakukan sub surface investigation yaitu untuk mengetahui struktur tanah permukaan yang akan dibangun jalan.

Contoh lainnya yaitu jika diminati membuat percetakan sawah baru, maka diperlukan tim khusus juga yang terdiri dari ahli geoteknik, ahli pertanian dan ahli geologi. Misalnya dalam survey pembuatan lahan sawah baru ditemukannya rawa – raea, maka rawa tersebut tidak perlu dihindari karena rawa adalah tempat paling ideal untuk pembuatan lahan persawahan, sedangkan yang harus dihindari adalah perbukitan.

B. Tata cara perencanaan dan pembebanan untuk rumah dan gedung

Tata cara ini digunakan untuk memberikan beban yang diijinkan untuk rumah dan gedung, termasuk beban – beban hidup untuk atap miring, gedung parkir bertingkat dan landasan helikopter pada atap gedung tinggi dimana parameter – parameter pesawat helikopter yang dimuat praktis sudah mecakup semua jenis pesawat yang biasa dioperasikan. Termasuk juga reduksi beban hidup untuk perencanaan balok induk dan portal serta peninjauan gempa, yang pemakaiannya optional, bukan keharusan, terlebih bila reduksi tersebut membahayakan konstruksi atau unsur konstruksi yang ditinjau.

C. Prinsip – prinsip pondasi untuk bangunan

Pondasi merupakan bagian bangunan yang berfungsi sebagai telapak agar struktur keseluruhannya dapat berdiri mantap diatas tanah. Namun demikian ada pula jenis bangunan yang menggunakan pondasi alas apung karena berdiri diatas air/danau. Setiap pondasi bangunan perlu direncanakan berdasarkan jenis, kekuatan dan daya dukung tanah tempat berdirinya.

D. Boring dan sondir.untuk menentukan letak dan banyaknya titil bor dan titik sondir suatu

perencanaan pembangunan banyak ditentukan oleh jenis dan karakteristik struktur bangunan yang direncanakan, keanekaragaman struktur geologi dan kondisi topografi saerah tersebut, serta lokasi atau daeraj yang dianggap kritis. Penentuan letak dan jumlah bor dan sondir tidak pasti.

Contoh peta transis : peta fakultas teknik

Kuliah 4

Tugas 4B

Bahan kuliah tatap muka 4

(Oleh : Prof.Dr.Ir.Munirwansyah,M.sc)

NIP : 195905251985031003

Di susun oleh :

Nama : M.Ryandi Abigianza

NIM : 1104107010017

Tentang :

1. Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung2. Prinsip – prinsip pondasi untuk bangunan

3. Titik bor dan sondir

Jurusan Teknik Geofisika

Fakultas Teknik

Universitas Syiah Kuala

Darussalam,B.Aceh

Tugas B

Materi :

- Survey dan pemetaan untuk pebuatan trase jalan- Tata cara perencanaan dan pembebanan untuk rumah dan gedung

- Prinsip – prinsip pondasi untuk bangunan - Titik bor dan sondir

A. Survey dan pembuatan trase jalanPenentuan lokasi jalan merupakan suatu tahapan dalam rekayasa jalan yang

dilakukan setelah tahapan perencanaan dan sebelumnya tahap perancangan suatu jalan. Seorang perencana menetapkan kebutuhan akan jalan di dalam suatu daerah, sedangkan seorang ahli rekayasa jalan akan merancang secara terperinci bentuk jalan berdasarkan kondisi dilapangan dan dengan menggunakan standar – standar perencanaan titik –titik yang harus dihindari. Penentuan kondisi jalan adalah penentuan koridor terbaik antara dua titik yang harus dihubungkan dengan juga mempertimbangkan lokasi – lokasi yang harus dihindari. Koridor dapat didefinisikan sebagai bidang memanjang yang menghubungkan dua titik. Sedangkan trase jalan adalah seri dari garis – garis lurus yang merupakan rencana dalam sumbu jalan. Dalam penentuan lokasi jalan, terdapat dua tahap, yaitu :

1. Tahap pertama adalah studi penyuluhan untuk menentukan koridor yang memenuhi syarat, dan

2. Tahap kedua adalah meliputi suatu tinjauan yang lebih mendalam dari alternatif – alternatif koridor yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Hasil dari suatu rancangan dalam koridor terbaik.

Kelengkapan jalan transportasi seringkali dapat dijadikan tolak ukur tingkat kemajuan suatu wilayah, yang paling jelas adalah bahwa semakin baik jaringan transportasi di suatu wilayah tersebut. Namun, seperti juga rencana lainnya, pembangunan jaringan transportasi adalah aspek rekayasa, khusunya rekayasa jalan. Dalam perencanaan jalan raya, bentuk geomeriknya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan tersebut dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada kegiatan lalu lintas sesuai dengan fungsinya.

B. Tata cara perencanaan dan pembebanan untuk rumah dan gedungBeban untuk rumah dan gedung adalah beban mati (gedung, termasuk unsure

tambahan, mesin serta persyaratan tetap), beban hidup yang dapat berpindah, mesin – mesin serta peralatan yang dapat diganti, selama masa hidup gedung tersebut. Beban angin,

gempa dan beban khusus. Pembebanan akibat beban mati disebabkan oleh berat sendiri berbagai bahan bangunan seperti batu,besi,beton,kayu,pasir,kerikil,koral tanah dan lain – lain, dan komponen gedung seperti adukan,dinding,langit – langit,lantai,penggantung langit – langit,penutup atap,. Pembebanan akibat beban hidup disebabkan oleh beban hidup pada lantai gedung,atap gedung,beban hidup kran dan beban hidup horizontal.

C. Prinsip pondasi untuk bangunanPondasi merupakan bagian bangunan yang berfungsi sebagai telapak agar struktur

keseluruhannya dapat berdiri mantap di atas tanah. Namun demikian ada pula jenis bangunan yang menggunakan pondasi alas apung karena berdiri di atas air/sungai/danau. Setiap pondasi bangunan perlu dirancanakan berdasarkan jenis, kekuatan dan daya dukung tanah tempat berdirinya. Bagi tanah yang stabil dan memiliki daya dukung baik, maka pondasinya juga membutuhkan konstruksi yang sederhana. Jika tanahnya labil dan memiliki daya dukung buruk, maka pondasinya juga harus lebih kompleks. Lokasi bangunan yang berdiri di atas tanah bukit keras dan berbatu-batu memiliki jenis tanah yang baik dan menyebabkan bangunan yang berdiri di atasnya tidak mudah tenggelam/amblas ke dalam tanah. Di sisi lain lokasi bangunan yang berdiri di atas rawa lembek memiliki jenis tanah yang buruk dan menyebabkan bangunan mudah terperosok ke dalamnya.

Beberapa jenis pondasi dibuat untuk mengantisipasi terperosoknya bangunan ke dalam tanah yang memiliki daya dukung buruk. Ada tipe pondasi dalam yang dibuat dengan memancangkan tonggak sampai kedalaman tertentu hingga ujung bawahnya mencapai tanah keras. Ada pula pondasi dalam yang dibuat tanpa harus panjang hingga mencapai tanah keras namun badannya tidak rata hingga gesekan antara badan tiang pondasi dan

tanah yang ada di sekelilingnya mampu menahan berat bangunan. Ada tipe pondasi dangkal yang menganggap bangunan seperti perahu dan tanah adalah lautnya, hingga tercipta sistem yang membuat bangunan terapung di atas tanah.

Pondasi dalam yang mengandalkan tanah keras dimensinya ditentukan oleh hasil survey pengeboran data kedalaman tanah keras. Pondasi dalam yang mengandalkan gesekan badan tiang dimensinya ditentukan oleh kekuatan tanah dalam mencengkeram tiang pondasi. Dimensi pondasi dangkal ditentukan dengan lebar pondasi yang mampu menampung beban bangunan. Pondasi dangkal di lokasi tanah yang buruk bahkan dapat menetapkan konstruksi pondasi dengan pelat menyeluruh selebar tapak bangunan. Ketinggian atau kedalaman pondasi dangkal bukanlah tolok ukur ketepatannya, namun lebar pondasi yang menapak di atas tanahlah yang menjadi perhitungan. Konstruksi pondasi dalam dibuat dengan beton, sedangkan konstruksi pondasi dangkal dapat dibuat dengan beton atau pasangan batu.

Pondasi dalam ditetapkan pada titik-titik tertentu yang diperhitungkan agar dapat merata menyangga beban bangunan. Titik-titik ini perlu dihubungkan dengan balok agar dapat menyangga sisi bangunan yang tidak menumpu tepat di atas pondasi dalam. Besaran balok tergantung dari jarak titik-titik pondasi dalam dan beratnya beban bangunan yang dipikul. Ada perhitungan matematis dalam bidang teknik sipil yang dapat menentukan dimensi pondasi beserta balok yang menghubungkannya. Balok-balok penghubung antar titik pondasi ini disebut dengan ’sloof’ atau ’tie beam’. Pondasi dalam digunakan untuk bangunan yang berat/besar dai ketinggian 2 lantai, 3 lantai sampai gedung pencakar langit. Pondasi dangkal dapat digunakan untuk bangunan yang tidak terlalu besar setinggi 1 lantai dan 2 lantai. Sistemnya dapat berupa titik, lajur maupun pelat secara menyeluruh. Untuk sistem titik dan lajur perlu dipertimbangkan luasan alasnya bersesuaian dengan daya dukung tanah dan berat bangunan.

Dalam satu gugus bangunan dapat terjadi beban yang berbeda pada setiap bagiannya. Dengan demikian dalam mendukung setiap bagian berat bangunan yang berbeda juga memiliki besaran pondasi yang berbeda-beda pula. Bahkan jika perbedaan berat bagian bangunan cukup tinggi, perlu dibuat pemishan struktur yang disebut dengan ’dilatasi’. Pemisahan struktur ini juga berlaku untuk bangunan yang memiliki gugusan panjang, hinga perlu dibuat ’dilatasi’ menjadi beberapa penggal bagian bangunan.

D. Boring dan sondir1. boring

Uji bor merupakan pengujian lapangan yang paling baik dan akurat untuk segala jenis tanah dan diperlukan untuk test-test yang lain, sedangkan kerugiannya adalah : mahal, berat (perlu alat angkut yang memadahi), waktu pelaksanaan lama dan kurang cocok untuk bangunan sederhana. Setiap pelaksanaan test boring selalu diikuti dengan uji penetrasi baku (SPT).

2. sondirUji sondir merupakan alat yang sederhana, praktis, dengan kelebihan yaitu : cepat,

murah, menghasilkan data yang akurat dan detail. Sondir sangat cocokuntuk tanah di Indonesia karena kondisi tanah di Indonesia sebagian besar berupa lempunga lanauan. Sedangkan kekurangannya adalah : tidak dapatdiperoleh sampel, untuk uji laboratorium maupun untuk klasifikasi visual, dan tidak dapat menembus lapisan batuan. Untuk daerah-

daerah tertentu dimana lapisan tanah berupa pasir maka alat ini kurang representatif dan tidak dapat menembus lensa gravel/pasir yang cukup tebal dan padat, sehingga bila dibawah lensa pasir terdapat tanah lunak maka sulit untuk terdeteksi. Pada tanah pasir pengaruh tekanan air pori selama penetrasi pada kecepatan penetrasi yang normal sangat kecil dan diabaikan, sehingga hasil sondir dalam keadaan fully drained, sedangkan pada tanah lempung plastis hasil uji sondir lebih kearah fully undrained dan bila jenis tanah diantara kedua jenis diatas dapat memberikan hasil untuk keadaan fully drained dan fully undrained.

Kuliah 4

Tugas 4C

Bahan kuliah tatap muka 4

(Oleh : Prof.Dr.Ir.Munirwansyah,M.sc)

NIP : 195905251985031003

Di susun oleh :

Nama : M.Ryandi Abigianza

NIM : 1104107010017

Tentang :

1. Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung2. Prinsip – prinsip pondasi untuk bangunan

3. Titik bor dan sondir

Jurusan Teknik Geofisika

Fakultas Teknik

Universitas Syiah Kuala

Darussalam,B.Aceh

Tugas C

Materi :

- Survey investigasi rel kereta api Ciganea – Sukatani km 111 + 0/1

PT Kereta Api mulai Juli 2010 berencana membangun lapisan beton untuk melindungi areal lereng perbukitan di delapan titik antara Stasiun Ciganea dan Sukatani di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, yang sangat rawan longsor. Upaya teknis tersebut diharapkan mampu menahan gerusan air tanah yang selama ini menyebabkan pergeseran tanah sehingga kondisi lintasan rapuh.  

lintas antara Stasiun Ciganea dan Sukatani menjadi kian rawan karena sejak awal tahun curah hujan sangat tinggi. Selain itu, banyak ditemukan mata air baru sehingga terbentuk sejumlah saluran air yang menggerus lereng.  

Saat ini PT KA berupaya mengarahkan aliran air hujan dari sejumlah mata air itu supaya tanah di sekitar lintasan tidak jenuh dan membuat rel bergeser sebab hal ini berpotensi menyebabkan kecelakaan.  

Pada jalur KA Ciganea-Sukatani KM 111 0/1 terjadi penurunan muka tanah rel yang sudah berlangsung lama. Penurunan ini selalu terjadi pada waktu hujan lebat. Jalur ini berada di daerah perbukitan dengan kemiringan yang cukup curam. Instabilitas pada lereng ini juga ditandai dengan terjadinya heaving pada sisi bawah lereng, dan adanya tension crack pada sisi atas lereng.