pelaporan kinerja organisasi sektor publik

Upload: indah-lediana

Post on 07-Jul-2015

2.120 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

PELAPORAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

Di Susun oleh: 1. Rika Saputri (ERC1C009047) 2. Indah Lediana (ERC1C009044) 3. Andrya Fatmawati (ERC1C009026) 4. Deri Juli Feriansyah (ERC1C009020) 5. Abi Mandala (ERC1C009075) 6. Rionaldo P.R. (ERC1C009052) 7. Erik Saputra (ERC1C0080 Dosen Pembimbing : Misni Erwati, S.E., M.Si. )

UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS EKONOMI

Daftar IsiBab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah .. 1.3 Tujuan Penulisan Bab II Pembahasan 2.1 Pengertian dari Pelaporan Kinerja 2.2 Karakteristik Pelaporan Kinerja Organisasi Sektor Publik yang Berkualitas....... 2.3 Analisis Informasi Laporan Kinerja . 2.4 Perbandingan Pengukuran Kinerja ... Bab III Penutup 3.1 Kesimpulan .. 3.2 Saran . Referensi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat rahmat Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Pelaporan kinerja Organisasi Sektor Publik. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurna nya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jambi, 26 April 2011

Penyusun

Bab I Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Pelaporan kinerja merupakan refleksi kewajiban untuk mempresentasikan dan melaporkan kinerja semua aktivitas dan sumber daya yang perlu dipertanggungjawabkan. Pelaporan ini merupakan wujud dari proses akuntabilitas. Dalam memenuhi akuntabilitas publik, pemerintah melaporkan kinerja secara detail. Berbagai fakta lapangan yang penting harus dipilah sebelum pelaporan disusun, karena banyak hal yang penting sering mengaburkan fokus pelaporan. Pelaporan Kinerja seyogyanya mengandung penjelasan tentang tujuan dan sasaran yang dihubungkan dengan hasil yang telah dicapai. Risiko penyusunan pelaporan kinerja sangat menentukan tujuan instansi dan cara pencapaian tujuan organisasi sektor publik tersebut.

1.2 Rumusan Masalah Dengan memiliki latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka beberapa masalah yang dapat dirumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Apa Pengertian dari Pelaporan Kinerja? 2. Apa Fungsi Pelaporan Kinerja? 3. Bagaimana Analisis Informasi Laporan Kinerja? 4. Bagaimana Perbandingan dengan pengukuran kinerja? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui pengertian dari pelaporan kinerja. 2. Mengetahui Fungsi Pelaporan Kinerja 3. Mengetahui analisis informasi laporan kinerja. 4. Mengetahui perbandingan pengukuran kinerja.

Bab II Pembahasan2.1. Pelaporan Kinerja Organisasi Sektor Publik2.1.1. Pengertian Pelaporan Kinerja Pelaporan kinerja merupakan refleksi kewajiban untuk mempresentasikan dan melaporkan kinerja semua aktivitas dan sumber daya yang perlu dipertanggungjawabkan. Pelaporan ini merupakan wujud dari proses akuntabilitas. Entitas yang mempunyai kewajiban membuat Pelaporan Kinerja Organisasi Sektor Publik dapat diidentifikasi sebagai berikut: pemerintah pusat, pemerintah daerah, unit kerja pemerintahan, dan unit pelaksana teknis. Pelaporan tersebut diserahkan ke masyarakat secara umum dan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga masyarakat dan anggota DPR (user) bias menerima informasi yang lengkap dan tajam tentang kinerja program pemerintah serta unitnya. 2.1.2. Karakteristik Pelaporan Kinerja Organisasi Sektor Publik yang Berkualitas Focus pada Hal-hal yang Penting Dalam memenuhi akuntabilitas publik, pemerintah melaporkan kinerja secara detail. Berbagai fakta lapangan yang penting harus dipilah sebelum pelaporan disusun, karena banyak hal yang penting sering mengaburkan fokus pelaporan. Jadi, pemilahan informasi yang relevan perlu dilakukan. Kriteria kualitas informasi pelaporan yang dipercaya dan hanya menyajikan hal-hal yang penting dapat dipilah menjadi tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Mengetahui Apa yang Dianggap Penting oleh User. Pelaporan kinerja yang baik dicerminkan dengan pemahaman pemakainya tentang: (1) hal-hal yang penting diketahui (2) apa yang dapat dilakukan dengan laporan kinerja tersebut: dan (3) bagaimana menggunakan laporan tersebut. Dalam hal ini, perubahan kebutuhan dan permintaan pemakai harus selalu diikuti. Jadi, target penyusun laporan kinerja publik adalah laporan yang dapat dipercaya, dapat dipahami, dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para pemakainya. Komunikasi dua arah antara penyusun dan pemakai laporan sangatlah penting. Tanggung jawab penyusun laporan bukan hanya apa yang akan disajikan kepada publik, tetapi juga membantu pemakai untuk memahami informasi dan

menggunakannya secara efektif. Jadi, laporan yang berkualitas dapat diinterpretasikan sebagai laporan yang komunikatif. b. Memuat informasi tentang tujuan utama Pelaporan Kinerja dan komitmenkomitmennya pada pencapaian hasil. Fokus pelaporan kinerja merupakan tanda kualitas laporan yang terkait dengan tujuan pokok dan komitmen-komitmennya pada pencapaian hasil. c. Memuat informasi yang dinilai paling penting oleh organisasi sektor publik dari aspek kinerja. Kualitas Pelaporan Kinerja dapat ditandai dengan kesimpulan tentang kegagalan atau kesuksesan organisasi tersebut dalam melakukan pelayanan publik. Menghubungkan Tujuan dengan Hasil Agar lebih berkualitas, Pelaporan Kinerja seyogyanya mengandung penjelasan tentang tujuan dan sasaran yang dihubungkan dengan hasil yang telah dicapai. Pelaporan kinerja harus memuat: a. Kerangka informasi mengenai mengenai hal-hal yang sedang dilakukan organisasi sektor publik dan apa yang telah dicapai; b. Penghargaan kesuksesan dan budaya belajar secara berkelanjutan untuk melakukan perbaikan; c. Diskusi publik, partisipasi kebijakan publik, dan proses pengalokasian sumber daya, membantu manajemen sektor publik untuk mengetahui apa dan bagaimana mengkomunikasikan program yang dicoba untuk dilakukan; d. Membangun pemahaman publik atas Pelaporan Kinerja yang dibuat. Kepercayaan publik perlu dimunculkan atas arah kebijakan dan harapan yang akan diraih. Penyajian hubungan antara realisasi dan kegiatan/program organisasi sektor publik sangat penting, karena: a. menciptakan aspek akuntabilitas dari Pelaporan Kinerja, yakni memaparkan apa yang telah dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan dan menjelaskan jika terjadi deviasi di antara keduanya; b. memberikan dorongan kepada manajemen sektor publik untuk lebih fokus pada usaha merealisasi tujuan; c. mengkomunikasikan pelaksanaan program secara jelas, terintegrasi, dan masuk akal.

Pelaporan mengenai hal yang telah dicapai dengan apa yang diharapkan di satu sisi dapat memberi peluang, namun di sisi lain juga mengandung risiko. Dikatakan memberi peluang karena Pelaporan Kinerja dapat memicu diskusi dan debat untuk menghasilkan keputusan yang lebih matang dalam alokasi sumber daya dan kinerja yang diharapkan. Disebut risiko karena kritik atas penyebab kkegagalan pencapaian target bias menyulitkan manajemen sektor publik. Kadang kala suatu program baru dapat diketahui hasilnya setelah jangka waktu tertentu, sementara pada saat yang sama, masa pelaporan lebih pendek. Dalam kondisi ini, penjelasan tentang dampak rentang waktu yang berbeda harus diungkap dalam Pelaporan Kinerja. Menyajikan Hasil Sesuai dengan Konteksnya Pelaporan kinerja harus menyajikan faktor kontekstual dari institusi atau program yang dilaporkan, termasuk lingkungan di mana organisasi itu beroperasi, faktor krusial keputusan yang dibuat, arah kebijakan, sasaran-sasaran, strategi pelaksanaan, dan hasil yang telah dicapai. Kapasitas organisasi dan risiko yang dihadapi sangat penting dikaji di awal penulisan laporan. Selain itu, sifat dan karakter produk juga sangat mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Pelaporan kinerja bukan hanya berbicara tentang sesuatu yang bersifat masa lampau, tetapi juga harus mengandung dimensi masa depan. Dalam konteks ini, kapasitas merupakan kemampuan yang bersifat terus menerus untuk menghasilkan kinerja yang bagus. Apakah terdapat keterbatasan potensi untuk menghasilkan dan menyajikan hasil? Faktor kontekstual harus dipertimbangkan dalam penentuan tujuan, strategi, investasi, dan kinerja yang diharapkan. Besarnya kapasitas sangat ditentukan oleh akurasi instrument kebijaksanaan, aransemen-aransemen kolaboratif, atau penentuan sumber daya manusia, keuangan, intelektual, dan sumber daya fisik. Dalam kondisi awal, pembangunan kapasitas merupakan hasil yang penting. Pemahaman yang baik tentang kinerja harus diletakkan menurut isu output, di mana pencapaian tujuan jangka pendek merupakan cermin dari kemampuan pencapaian hasil di masa depan. Risiko penyusunan pelaporan kinerja sangat menentukan tujuan instansi dan cara pencapaian tujuan organisasi sektor publik tersebut. Risiko merupakan faktor pertimbangan dalam penentu arah, sasaran, dan strategi dalam keputusan investasi. Dalam hal ini, risiko selalu didampingi oleh pengendalian pelayanan publik. Namun, praktiknya tidak ditemukan

dalam penyusunan pelaporan kinerja di mana kompleksitas pelaporan merupakan risiko yang tidak bisa dihindari. Kekurangan rasa percaya diri dapat menyebabkan risiko dihapus dari pelaporan kinerja. Keengganan untuk memasukkan unsur risiko disebabkan keengganan mengetahui keberadaan risiko. Apabila risiko memang benar adanya, maka proses legitimasi risiko tersebut perlu diketahui secara luas. Ketika organisasimemutuskan untuk menjalankan sesuatu yang telah direncanakan, menentukan strategi pencapaian, dan membuat sasaran-sasaran kinerja, maka manajemen sektor publik hendaklah memasukkan unsur risiko. Realitas atas kandungan risiko harus mulai disosialisasikan dalam pembuatan dan pelaksanaan program pelayanan publik, baik saat tujuan dan sasaran ditetapkan maupun ketika laporan atas pelaksanaannya dibuat. Faktor kontekstual lainnya adalah peran organisasi dalam lingkup yang lebih besar. Masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap misi dan pencapaian tujuan yang diemban organisasi pelayanan publik, selain pemerintah. Organisasi pelayanan publik dan pemerintah tersebut mempunyai tujuan yang sama dengan area kerja yang berbeda. Jika terdapat dua atau lebih organisasi pelayanan publik, pembagian tugas dan sinergi kerja antarorganisasi tersebut perlu dikoordinasikan. Mengaitkan Sumber Daya dengan Hasil Pengambilan keputusan program harus memperhatikan hasil yang ingin dicapai dan sumber daya keuangan yang dibutuhkan. Selain itu, strategi yang ditentukan juga harus meliputi apa yang diterapkan untuk mencapai tingkat hasil tertentu. Penjelasan atas strategi pencapaian tujuan akan meliputi bagaimana organisasi sector publik mencapai sasaran programnya, mengalokasikan sumber daya, dan membantu memahami hubungan sebab akibat serta asumsi-asumsi yang digunakan. Saat ini, beberapa pemerintahan berusaha mensinerjikan hasil, strategi, aktivitas, dan sumber daya yang digunakan dengan beberapa cara seperti: a. membuat perencanaan bisnis yang menghubungkan sumber daya dengan hasil pada semua level organisasi sektor publik; b. memfokuskan pertanggungjawaban manajemen secara langsung dengan dukungan informasi kinerja; c. merekayasa ulang dan mengintegrasi proses internal perencanaan bisnis dan proses pelaporan;

Menyajikan Informasi yang Bersifat Komparatif Selain pembandingan realisasi dan anggaran, ada dua factor pambanding yang dapat dipertimbangkan, yaitu: a. Hasil Kegiatan Sebelumnya Penyajian informasi pembandingan yang telah dihasilkan dalam periode sebelumnya, akan dapat membantu analisis tujuan jangka panjang, seperti konsistensi dan stabilitas kinerja yang dilaporkan b. Hasil Kegiatan dari Organisasi Sejenis Penyusunan Pelaporan Kinerja dapat membandingkan kinerjanya dengan organisasi sejenis yang dianggap terbaik dibidangnya (proses benchmarking), atau membandingkannya dengan sekelompok organisasi sejenis (industri). Proses benchmarking hanya dapat melibatkan aktivitas utama (core activities) organisasi sektor publik untuk mengidentifikasi strategi peningkatan kinerja. Mempertimbangkan Faktor Keandalan/Reabilitas Faktor yang menentukan reabilitas Pelaporan Kinerja adalah kinerja organisasi pelayanan publik, pilihan metode pengukuran kinerja yang dipakai, dan analisis cost effectiveness dari pendekatan alternatif yang tersedia. Informasi tentang reabilitas yangtinggi tidak selalu tersedia akibat kompleksitas dan ketidakpastian yang meleka pada suatu kegiatan/program pelayanan publik. Salah satu aspek kinerja dapat diukur secara tepat, namun aspek lainnya hanya diukur dengan hasil yang dicapainya dan, secara tidak langsung (bukan dengan bukti absolut). Pelaporan Kinerja hendaklah menyajikan pembahasan atas ukuran yang dipakai, sehingga tingkat reabilitas laporan tetap tinggi. 2.1.3. Fungsi Pelaporan Kinerja Unit kerja organisasi sektor publik menghadapi beberapa persaingan peningkatan hasil dan penyediaan pelayanan yang lebih efektif dan efisien. Pertama, kekurangan kompetensi yang sebenarnya. Kedua, sulit mengukur, mengkomunikasikan, dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan program pelayanan publik. Ketiga, organisasi sektor publik membatasi substansi pelayanan untuk mencapai hasil yang lebih optimum. Pelaporan Kinerja sebagai Motivator untuk Meningkatkan Kinerja Halangan yang paling substansial dalam mengefektifkan manajemen dan penyampaian pelayanan dalam sektor publik adalah rendahnya tingkat persaingan. Pada

sektor swasta (dan banyak usaha lainnya dalam kehidupan, seperti atletik, seni, dan bahkan pencapaian akademik), kompetisi memacu inovasi produk atau peningkatan pelayanan. Organisasi swasta memacu kualitas dan harga. Di sisi lain, pemakai layanan menentukan produk mana yang menyediakan nilai terbaik, kualitas terbaik, dan harga terbaik. Pemilihan produk ini didasarkan pada nilai terbaik dari pemakai layanan. Motivasi kemajuan pelayanan publik akan sulit dicapai tanpa kompetisi, karena unit kerja organisasi publik hanya dapat ditingkatkan dengan pemeliharaan keunggulan secara konsisten. Namun, di beberapa unit yang lain, peningkatan kinerja juga hanya bisa dicapai melalui swastanisasi. Dengan informasi tentang pembanding pengukuran kinerja, kemampuan barang-barang sektor perseorangan dan publik akan mendapatkan tekanan persaingan. Pelaporan Kinerja juga dapat disediakan untuk memotivasi kinerja seseorang. Misalnya, pegawai sektor publik, seperti banyak orang, dapat termotivasi oleh adanya kompetisis. Akan tetapi, jauh lebih sulit untuk mengkomunikasikannya dengan kepentingan pegawai unit kerja organisasi, tingkat penyelesaian, dan kinerja. Perbandingan pengukuran kinerja dapat kinerja dapat membantu menampilkan seberapa baik kinerja pegawai dibandingkan dengan pegawai lainnya. Faktanya, perbandingan antara kinerja unit kerja organisasidengan unit kerja organisasi lainnya dapat dijadikan sebagai dasar pemahaman karakter unit kerja organisasi tersebut. Selain itu, fakta pembandingan juga bisa dijadikan pencetus kompetensi pada pegawai unit kerja organisasi untuk bersaing dengan unit kerja organisasi lainnya. Ini berarti bahwa perbandingan pengukuran kinerja juga bisa sangat efektif dalam mengidentifikasi isu atau hambatan untuk peningkatan kinerja, dan mengkomunikasikan dengan pegawai pemberi layanan. Pelaporan Kinerja sebagai Alat Akuntabilitas Hambatan substansi lainnya dalam mengefektifkan manajemen sektor publik dan pelaksanaan pelayanan adalah kesulitan pengukuran, mengkomunikasikan apa yang telah selesai dilakukan, dan seberapa baik hasil dari pekerjaan itu. Hambatan ini sangat menentukan tingkat kepercayaan aparat dan para pembayar pajak, dan secara langsung, akan mempengaruhi kesinambungan kualitas pelayanan pemerintah. Secara tidak langsung, akuntabilitas sektor publik adalah baik. Penerima layanan dapat mengindikasikan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan melalui pemilihan umum secara langsung. Namun, konsepsi pemilihan umum ini merupakan mekanisme tidak langsung bagi perbaikan kinerja unit layanan maupun entitas layanan lainnya. Keputusan yang bisa dilakukan dalam konsepsi makro tidak akan langsung mampu memaksa kinerja unit kerja

organisasi publik, unit organisasi swasta, dan individu penyedia layanan. Jadi, konflik kepentingan antarpemakai layanan, antarpenyedia layanan, dan antarpenyedia-pemakai layanan, seringkali tak dopecahkan. Pelaporan kinerja yang diterbitkan secara regular akan menjadi langkah maju dalam mendemontrasikan proses akuntabilitas. Perbandingan pengukuran kinerja dapat dibangun atas pengukuran kinerja dan menambah dimensi lainnya untuk akuntabilitas-perbandingan dengan unit kerja organisasi lain yang serupa. Dengan berfokus pada hasil, pelaporan kinerja dapat membantu mengkomunikasikan kepada publik tentang tingkat penyelesaian unit kerja organisasi dan perbandingan kinerja dengan unit kerja organisasi yang serupa lainnya. Lebih jauh lagi, melalui pengembangan pertanyaan umum kepada pengguna layanan dan kelengkapannya, perbandingan pengukuran kinerja dapat digunakan untuk membandingkan tingkat kepuasan warga atau pengguna layanan atas pelayanan yang diberikan oleh beberapa unit kerja organisasi. Pelaporan Kinerja sebagai Alat untuk Menentukan Latihan Terbaik Fakta menunjukkan bahwa perbandingan pengukuran kinerja adalah alat yang baik untuk mengindikasikan program yang berjalan dan program yang tidak berjalan. Peningkatan kinerja industry merupakan contoh yang terbaik bagi praktik profesionalisme. Perbandingan pengukuran kinerja dapat menyediakan informasi dasar yang siap dianalisis. Ketika uji substantif dilakukan pada kinerja pelayanan unit kerja organisasi yang serupa, kesamaan dan perbedaan antarorganisasi yang terlibat bisa diketahui.

2.2. Pelaporan Kinerja Organisasi Sektor Publik2.2.1. Format Pelaporan Kinerja Format laporan harus dapat mengakomodasi informasi penting. Laporan kinerja yang disajikan untuk manajer, pekerja yang lain, dan masyarakat seharusnya berisi perbandingan antara program dan kinerja yang dihasilkan.tabel-tabel yang ada dalam laporan kinerja biasanya dibangun berdasarkan kebutuhan program dan didukung data hipotesis. Jadi, laporan kinerja dapat digunakan untuk pelaporan internal maupun eksternal.

Table 2.1 membandingkan hasil actual dengan target pada periode yang lalu dan saat ini Indikator Hasil Target Persentase anakanak yang kembali ke rumah dalam 12 bulan Persentase anakanak yang mempunyai lebih dari 2 penempatan dalam 12 bulan Persentase anakanak yang tingkat penyesuaiannya meningkat selama 12 bulan terakhir Persentase masyarakat yang melaporkan kepuasan dalam pengaturan hidupnya Menyatukan temuan dan data dalam satu halaman dapat memperingan proses analisis dan tabulasi data. Presentasi berbentuk grafik juga dapat lebih bermakna, khususnya untuk konsumsi eksternal. Model grafiknya dapat mencakup (1) grafik garis, yaitu presentasi dari indicator hasil individual, khususnya penunjukkan tren-nilai indicator berdasarkan waktu seperti tiap triwulan, (2) grafik batang, yang merupakan cara terbaik dalam menunjukkan perbandingan, dan (3) peta, yang merupakan cara dramatis untuk menampilkan data 80 70 -10 80 85 5 50 30 -20 50 35 -15 20 20 0 15 18 3 35 Periode yang Lalu Aktual Perbedaan 25 -10 Periode saat Ini Aktual Perbedaan 30 -5

Target 35

goegrafis. Area geografis dapat dibagi ke dalam wilayah kabupaten, kota, dan negara, misalnya: persentase pengguna layanan yang telah mendapat pekerjaan, sehat, puas terhadap pelayanan tertentu, mempunyai rasa aman jika berjalan di lingkungan rumahnya pada malam hari, dan lain-lain. Saran terakhir dalam format laporan, nilai hasil yang paling membutuhkan perhatian harus diperjelas dengan diberi lingkaran, cetak tebal, atau diwarnai pada poin yang bersangkutan. Menyediakan hal-hal yang Penting, termasuk informasi penjelas dalam membuat laporan Informasi penjelas memberikan penjelasan tentang hasil program secara signifikan, seperti nilai indicator yang lebih buruk atau lebih baik dari yang diharapkan. Berikut ini adalah ringkasan saran: 1. 2. 3. hasil. 4. 5. 6. Ringkasan hal-hal kecil membantu pemakai laporan dalam mencari hal yang Laporan harus diidentifikasi sebagai laporan hasil. Informasi di dalam laporan kinerja harus jelas, langsung, dan ringkas. sesuai dengan kepentingannya. informasi dapat menjadi kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi dari keduanya. penjelasan tentang nilai hasil kinerja yang tidak diharapkan. penjalasan faktor internal dan eksternal, di mana faktor internal mempengaruhi

Penggabungan berbagai data dan informasi harus diuji menurut rancangan analisis program dan pencapaiannya. Seperti pengumpulan fakta, pembanding kinerja merupakan proses pengukuran hasil. 2.2.2. Diseminasi Laporan Kinerja Laporan kinerja seharusnya disebarkan kepada setiap orang secepat mungkin. Setiap personel program harus mampu memperjelas infosmasi yang relevan di dalam laporan kinerja. Jadi pemahaman yang mendalam tentang laporan kinerja akanmenjadi seluruh anggota program terlibat secara emosional dalam pencapaian tujuan. Laporan kinerja mencakup hal-hal seperti data,penjelasan informasi dan titik berat atau catatan, seharusnya untuk kalangan luar program. Sebuah pertanyaan kunci untuk dipertimbangkan adalahbagaimana memberikan data secara detail bagi kalangan di luar program. Data yang detail ini berguna untuk mempermudah pemahaman pembaca di luar

program. Selain itu, pemilihan indicator juga akan lebih menarik bagi pihak di luar kalangan program. Breakout data juga disediakan secara selektif untuk menghindari terlalu banyaknya angka yang tak relevan, sehingga breakout dapat mempertimbangkan manfaat bagi kebanyakan pengguna laporan. Misalnya, penyajian nilai berdasarkan karakteristik demografi pengguna layanan seperti etnis. Breakout lebihnya secara detail dapat ditampilkan dalam laporan. Peluncuran berita secara khusus, distribusi melalui perpustakaan, dan penyebaran informasi melalui kolom khusus surat kabar serta internet merupakan cara penyebarluasan materi kinerja. Tampilan kinerja yang dilaporkan merupakan keputusan tentang bagaimana melayani kelompok kepentingan secara detail. Penjelasan atas informasi dan pernyataan tindakan perbaikan direncanakan untuk mengurangi reaksi negative atas kinerja yang lemah. Laporan pengukuran kinerja eksternal merupakan apresiasi laporan kinerja yang dilampirkan pada media massa, di mana tujuannya adalah menyediakan makna data maupun batasan data. Setelah selang waktu penerbitan laporan kinerja, media dan pemakai laporan kinerja dapat menganalisis data. Hasil analisis data itu merupakan pertaruhan kredibilitas organisasi. Catatan atas laporan kinerja tahunan merupakan cara yang efektif dalam berkomunikasi dengan ramah, tepat waktu, dan wajar, sehingga masyarakat memberikan kredibilitas publik bagi organisasi terkait.

2.3. Analisis Informasi Laporan KinerjaPengukuran kinerja merupakan wujud akuntabilitas, di mana penilaian yang lebih tinggi menjadi tuntutan yang harus dipenuhi. Data pengukuran kinerja seharusnya dapat digunakan untuk peningkatan program. Setelah sebuah organisasi mengumpulkan seluruh data, pengujian dan analisis data lalu dilakukan untuk mengidentifikasi kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan. Bagian ini membicarakan tentang berbagai cara untuk menganalisis data bagi organisasi, agar organisasi itu dapat menganalisis dan membuat peningkatan dari analisis tersebut. 2.3.1. Bagaimana Laporan Kinerja Dapat Membantu Analisis data dari system pengukuran kinerja yang baik dapat membantu organisasi dalam: a. Mengidentifikasi kondisi pelaksanaan program yang mendorong perbaikan program

b. Membantu pengembangan dan peningkatan strategi pelayanan c. Menyediakan petunjuk permasalahan dan apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan hasil d. Membantu penilaian tindakan perbaikan yang telah dilakukan Hamper seluruh data kinerja mempunyai batasan pokok, di mana batasan tersebut mewakili apa yang menyebabkan hasil akhir. Dalam kondisi ini, evaluasi program dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kontribusi program secara nyata, sehingga perencanaan system pengukuran kinerja masa mendatang dapat dilakukan. Sebagai catatan, informasi tentang hasil tidak menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan dalam peningkatan program. 2.3.2. Analisis Data Laporan Kinerja Hasil kajian literature yang mendalam dapat terlihat dalam rancangan prosedur analisis dan evaluasi program. Di masa lalu, proses analisis dan evaluasi dilakukan secara serampangan. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang disarankan untuk pengujian secara sistematis: 1. Pengujian perubahan sepanjang waktu Setelah informasi kinerja tersedia lebih dari satu periode pelaporan, berbagai analisis temuan antarperiode dapat diperbandingkan. Jadi berbagai kecenderungan dan perubahan lainnya yang signifikan dapat dideteksi. Apabila data menunjukkan kemunduran, manajemen sebaiknya mengidentifikasi penyebabnya. Berikut ini adalah beberapa pertanyaan bantuan untuk mengidentifikasi perubahan:a. Apakah faktor eksternal mempengaruhi hasil secara signifikan?

b. Apakah selama periode pelaporan terdapat peristiwa khusus yang mempengaruhi hasil secara signifikan? c. Apakah sumber daya yang mempengaruhi hasil mengalami penurunan atau peningkatan? d. Apakah terjadi perubahan keputusan legislative dalam penentuan kualitas dan hasil program? e. Apakah staf melakukan perubahan strategi pencapaian hasil? Dalam pengumpulan data, kegunaan data berlebih akan mampu menunjukkan pola penurunan hasil, apabila terjadi, yang ternyata telah mampu mendorong manajemen untuk memodifikasi program. Misalnya, apabila jumlah kematian dan kerugian harta benda meningkat dalam beberapa tahun terakhir, maka manajemen

harus tanggap menganalisis penyebab kebakaran dan teknik pencegahannya, seperti peningkataninspeksiatau penguatan kode kebakaran.2. Pengujian breakout hasil bagi setiap indicator hasil perlu dilakukan untuk menilai di

mana kinerja dilakukan secara baik dan adil, atau buruk. Berbagai breakout seperti karakteristik pengguna layanan, unit organisasi, kesulitan beban kerja, serta tipe dan jumlah layanan merupakan dasar bagi perbandingan hasil. Dalam tampilan laporan satu halaman, identifikasi kategori kinerja dapat dilakukan dalam bentuk kategori baik dan kategori buruk. Apabila sebuah subentitas termasuk dalam kategori yang kinerjanya buruk, maka manajemenharus mencari penyebabnya dan merumuskan tindakan yang diperlukan. Untuk sub kelompok yang kinerjanya baik, manajemen mengembangkan metode diseminasi produk yang berhasil ke organisasi lain. Perbandingan breakout lintas unit organisasi menunjukkan kebutuhan akan pelatihan dan pendampingan bagi unit yang mempunyai hasil lemah. Agar perbandingan tersebut membawa banyak arti dan adil bagi unit organisasi, analisis seharusnya menguji penyebaran hasil setiap unit dengan berbagai karakteristik breakout yang relevan, seperti karaktiristik demografi pengguna layanan dan kesulitan beban kerja. Analisis statistik dapat membantu pengujian dengan (a) memprakirakan kemungkinan perbedaan dalam pengamatan peluang dan (b) memprakirakan lebih lanjut hasil pelayanan khusus. Perbedaan pengamatan dapat terjadi sebagai perbedaan hasil pengamatan dan realisasi sesungguhnya. Apabila penilaian perbedaan dilakukan pada jumlah unit yang besar, maka perbedaan pengamatan sangat sulit dilakukan. Apabila jumlah pengamatan diturunkan, maka perbedaan peluang yang diamati dapat memberikan ukuran perbedaan yang sesungguhnya. 3. Membandingkan hasil program dengan hasil-hasil program serupa di organisasi yang berbeda.4. Menggunakan prinsip pengecualian, yaitu toleransi melalui penjelasan hasil indikator

kinerja di luar jangkauan target. 5. Mendapatkan dan menguji penjelasan informasi Sistem pengukuran kinerja baik di sektor publik maupun swasta harus secara eksplisit menyajikan penjelasan informasi tentang tingkat efisiensi proses produksi. Informasi tersebut penting untuk mengetahui apakah data hasil terbaru lebih buruk atau lebih baik dari prakiraannya.

Penjelasan informasi dapat disajikan dalam beberapa bentuk. Pertama, penilaian kualitatif merupakan penjelasan atas hasil analisis statistic yang ada. Kedua, beberapa penilaian lainnya, seperti interpretif dan kuantitatif, sering dijerumuskan sebagai rasionalisasi hasil. Namun, manajemen berkewajiban untuk mengungkapkan informasi sesungguhnya, sehingga dapat memastikan kualitas evaluasi program secara mendalam, baik melalui proses statistic maupun kualitatif, untuk mengungkapkanakar permasalahan organisasi. Pemecahan masalah yang mengikuti bisa diidentifikasikan sebagai berikut: a. Perubahan staf dan/atau keuangan, misalnya, rasionalisasi karyawan. b. Kebutuhan regulasi yang telah berubah atau sudah using. c. Pelaksanaan yang lemah, akibat pelatihan yang kurang memadai, pengalaman yang minimal, atau kurangnya motivasi staf. d. Faktor eksternal di luar batas atau kendali program. e. Permasalahan pelaksanaan dan kebijakan program. Sumber lain untuk menjelaskan informasi adalah hasil survey pengguna layanan. Sebuah organisasi melakukan survey sebagai bagian dari proses pengukuran kinerja organisasi, di mana jawaban atas kuesioner yang dikirimkan akan dijadikan alas an bagi program perbaikan pelayanan. 6. Menentukan apakah data pada banyak tipe indicator kinerja adalah konsisten 7. Fokus pada setiap individu yang berada di rentang indicator hasil 8. Menguji hasil ganda bersama untuk mendapatkan perspektif yang lebih menyeluruh atas kinerja secara keseluruhan 9. Penggunaan data kinerja yang lalu untuk tindakan yang cepat bagi prosedur baru untuk membantu mengevaluasi keberhasilan program 2.3.3. Apa yang Terjadi Jika Laporan Kinerja Memberitakan Hasil yang Buruk Setiap laporan kinerja akan menampilkan hasil yang diharapkan secara signifikan. Sementara itu, setiap system pengukuran kinerja bermaksud menelusuri permasalahan hasil, sehingga manajemen dapat menilai apakah tindakan koreksi dapat dilakukan untuk meraih hasil yang diinginkan.

2.3.4. Analisis Masalah Khusus untuk Program yang Memerlukan Kombinasi Data Hasil dari Banyak Sumber Organisasi dapat mengambil data untuk beberapa indicator hasil dari berbagai organisasi lain, seperti beberapa perwakilan pemerintah. Proses pengembangan data dapat digambarkan seperti berikut ini: 1. Data harus didapat dari setiap tempat desentralisasi 2. Prosedur mendapatkan data dan spesifikasi definisi yang digunakan harus diuji untuk memastikan apakah cakupan data dari setiap tempat dapat diperbandingkan 3. Pengumpulan harus dalam beberapa bentuk, termasuk di bawah ini: a. perhitungan persentase pelajar yang mempunyai nilai pada atau di bawah X b. jumlah Negara di mana setidaknya X persen dari pelajar mempunyai nilai sekitar Y persen atau di bawahnya. 4. Laporan yang menampilkan data ini harus menunjukkan secara jelas batasan prosedur 2.3.5. Rekomendasi Analisis Data Laporan Kinerja Berdasarkan pencarian dari prosedur seperti telah dibahas sebelumnya, analis harus bias merekomendasikan satu atau lebih tipe-tipe tindakan berikut: a. Prosedur perbaikan khusus. b. Sebuah avaluasi yang mendalam untuk mengidentifikasi penyebab dan tindakan perbaikan apa yang harus dilakukan c. Pengujian atas aktivitas program yang menjelaskan informasi, akan menunjukkan penyebab permasalahan d. Sebuah pengalaman untuk menguji prosedur baru sedang berlangsung Strategi wait-and-see dalam dugaan terhadap hasil yang tidak diharapkan merupakan penyimpangan, sementara koreksi terhadap prakiraan selalu diusahakan dari waktu ke waktu.

2.4. Perbandingan Pengukuran Kinerja2.4.1. Pengertian dan Pentingnya Perbandingan Pengukuran Kinerja Perbandingan pengukuran kinerja dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan operasi dari unit kerja organisasi khusus, atau fungsinya, untuk meningkatkan hasil kebijakan dan alokasi pusat keputusan, dan mengkomunikasikannya kepada public apa yang telah diselesaikan dan apa yang masyarakat butuhkan, harus menjadi tujuan. Secara khusus, perbandingan pengukuran kinerja meliputi:

a. Mengukur kinerja dari perwakilan, hak-hak hokum, atau wilayah yang menjadi perhatian b. Memperoleh informasi tentang kinerja dari perwakilan lain atau hak-hak hokum c. Membandingkan kinerja para wakil, operasi, atau hak-hak hukum d. Mengidentifikasi perbedaan kinerja dan alas an perbedaannya e. Belajar dari perbedaan mengapa kinerja dapat ditingkatkan, dan f. Menerapkan apa yang telah dipelajari 2.4.2. Pencarian Benchmark Pembanding dalam Menilai Laporan Kinerja Kebanyakan tipe benchmark digunakan untuk menilai kinerja laporan periode khusus, seperti: a. Kinerja pada periode sebelumnya b. Kinerja dari unit organisasi atau area geografis serupa c. Hasil untuk beban kerja atau kelompok pengguna layanan yang berbeda d. Standar umum yang dikenal e. Kinerja dari jurisdiksi lain atau sektor privat f. Perbedaan pelaksanaan penyedia pelayanan g. Sasaran yang ditentukan pada awal periode Kinerja dalam Periode yang Lalu Metode perbandingan ini selalu relevan dan penting. Perbandingan kinerja sebelumnya dengan kinerja saat ini adalah tipe yang paling umum dan dapat diaplikasikan kepada seluruh program dengan baik. Perbandingan ini membantu staf organisasi untuk menilai kinerja yang telah diperbaiki atau memburuk. Perbandingan ini juga dapat digunakan untuk membantu menilai dampak dari prosedur baru yang digunakan. Frekuensi. Banyak organisasi mempersiapkan program laporan internal, terutama dasar proses dan indikator output secara triwulan. Demikian juga, untuk data hasil. Data yang sudah tercatat dalam administrasi akan lebih cepat dicapai dengan biaya yang minimal. Apabila survey data yang diinginkan per triwulan, dapat disediakan untuk mengumpulkan seperempat data tahunan yang diharapkan, maka data triwulan akan kurang tepat daripada survei keseluruhan responden. Namun, ketepatan yang diharapkan akan dapat dicapai melalui pengamatan per triwulan dikombinasikan dengan prakiraan tahunan. Periode Perbandingan. Perbandingan periode 12 bulan yang khusus dengan periode 12 bulan sebelumnya biasanya selalu tepat. Namun, data triwulan harus dibandingkan dengan

data dari triwulan sebelumnya atau data dari triwulan yang sama dalam tahun sebelumnya. Hasil program ini akan memiliki dampak yang signifikan terhadap factor musiman, jika pembandingan data dilakukan dari beberapa bagian triwulan dengan data triwulan pada tahun yang sama. Kinerja Unit Organisasi Terkait atau Area Geografi Manfaat penting breakout oleh unit organisasi atau wilayah adalah pembandingan hasil untuk menyediakan pelayanan yang sesuai dengan berbagai tipe pemakai layanannya. Beberapa perbandingan menunjukkan unit atau area yang menyelenggarakan dengan baik dan kurang baik. Unit yang mungkin diperbandingkan adalah: a. Kantor b. Distrik layanan c. Fasilitas d. Wilayah Hasil untuk Beban Kerja atau Kelompok Pengguna Layanan yang Berbeda Dalam breakout sebuah beban kerja dan pengguna layanan yang sesuai, pembandingan dapat dilakukan agar manajer focus pada kebutuhan tindakan khusus. Dengan kata lain, pembandingan dapat mengindikasikan apakah program lebih sukses atau tidak, sesuai kategori layanan dan beban kerja unit pelayanan. Pengenalan Standar Umum Ketika tingkatan pemerintahan yang lain atau asosiasi professional telah mengembangkan standar indicator hasil, standar ini telah digunakan untuk menilai kinerja. Kinerja Hukum atau Sektor Swasta yang Berbeda Untuk beberapa indikator hasil, perbandingan data hasil dapat tersedia dari bidang hukum atau dari sektor swasta lainnya. Tipe perbandingan ini dapat digunakan sepanjang (a) aktivitas dari bidang hukum atau perusahaan swasta serupa dengan program yang sedang dievaluasi, dan (b) data yang sesuai dengan indikator tersedia tepat pada waktunya. Usaha swasta bias menyediakan pelayanan sejenis dengan pelayanan publik. Usaha tersebut mempunyai hasil yang dapat dijadikan pembanding-contohnya perusahaan bis swasta, perusahaan pengumpulan sampah padat, bengkel perbaikan kendaraan, dan

perusahaan penyedia bahan makanan. Data perincian pelayanan, waktu tanggapan dan/atau unit biaya merupakan breakout data pembanding. Berbagai upaya formal pembanding pengukuran kinerja agen publik telah dimulai, khususnya pembandingan agen pemerintah. Permasalahan yang terjadi di sini adalah apakah data hasilnya tepat waktu. Laporan rutin menyediakan data internal organisasi yang tidak disediakan secara bulanan. Program organisasi memperpendek ketertinggalan tersebut dengan mengatur pembagian data, sebelum disiarkan ke publik. Perbedaan Praktik Penyediaan Layanan Proses pengukuran hasil dapat digunakan untuk membantu program penilaian hasil, seperti: a. Prosedur operasi yang berbeda b. Perbedaan teknologi c. Perbedaan penyususnan staf d. Perbedaan jumlah atau tingkatan penyedia layanan untuk pengguna layanan individu e. Perbedaan penyedia layanan (seperti kontraktor swasta) Prinsip pendekatan yang digunakan dalam proses pengukuran hasil dapat diperbandingkan dengan kebijakan alternative, proses, atau prosedur yang sedang berjalan berikut: a. Memperkenalkan praktik baru lintas dewan untuk mengganti praktik lama b. Memperkenalkan praktik baru ke dalam sebuah atau bagian dari operasi, praktik yang sedang berjalanan, dan praktik baru sedikit demi sedikit dalam periode waktu tertentu Penentuan Sasaran pada awal Periode Kinerja Sasaran setiap indicator hasil untuk kinerja periode mendatang merupakan alat manajemen. Kinerja pemerintah membutuhkan program untuk mencapai sasaran setiap tahunnya. Pengalaman dengan indikator adalah penting untuk mengatur target perusahaan. Apabila indikator hasilnya baru, penangguhan penentuan sasaran merupakan kebijaksanaan yang perlu dilakukan. Jadi, data pelaksanaan program dapat dijadikan sebagai area simulasi dari indicator baru. Alternatif lain, program dapat menentukan target pada awal periode pengumpulan data dan, dalam pelaksanaannya, indikator kinerja baru. Perbedaan tujuan seharusnya ditentukan untuk setiap indikator hasil pada setiap kategori breakout. Kriteria pemilihan tujuan adalah sebagai berikut: 1. sebuah tujuan tidak mempunyai nilai tunggal

2. pertimbangan kinerja sebelumnya 3. pertimbangan benchmarking 4. jika benchmarking diperkirakan akan memenangkan persaingan, maka kinerja ratarata untuk semua unit digunakan sebagai dasar 5. pertimbangan hasil yang dicapai dalam menggunakan layanan atau kategori beban kerja yang berbeda 6. pertimbangan pencapaian level kinerja oleh perusahaan swasta dengan aktivitas yang serupa atau komposisi pengguna layanan yang sama 7. pastikan tujuan yang dipilih dicapai sesuai dengan anggaran dan perencanaan program dalam satu tahun 8. identifikasi pengembangan baru-baik internal maupun eksternal-akan memberikan hasil yang diinginkan 2.4.3. Batasan Potensial Perbandingan Pengukuran Kinerja Batas pertama, fakta mengindikasikan bahwa tidak ada jurisdiksi atau organisasi yang dapat dibandingkan secara keseluruhan. Batasan kedua adalah bahwa perbandingan pengukuran kinerja, seperti alat lain, dapat disalahgunakan. Batasan keempat adalah indikator proses penentuan perbandingan kinerja yang dilakukan dengan mengidentifikasi unit kerja organisasi yang dapat dibandingkan; mengumpulkan dan memeriksa informasi kinerja; dan menganalisis serta melaporkanperbandingan informasi yang memerlukan waktu yang substantive, usaha, dan biaya. Batasan keempat adalah data perbandingan pengukuran kinerja, seperti pengukuran data kinerja, tidak menjelaskan mengapa terjadi perbedaan dalam kinerja; mengapa hasilnya bias tinggi atau rendah, baik atau buruk; dan mengapa tergantung pada organisasi lainnya. Batasan terakhir adalah kinerja buruk unit organisasi yang diidentifikasi dan dilaporkan, akan mendorong keengganan berbagai organisasi serupa untuk mengukur dan melaporkan kinerja.

Referensi1. Akuntansi sektor Publik by : Indra Bastian.Erlangga:Jakarta. http://books.google.co.id/books? id=HKarXQgrf_oC&pg=PA303&dq=pelaporan+kinerja+organisasi+sektor+publik&hl=id#v =onepage&q=pelaporan%20kinerja%20organisasi%20sektor%20publik&f=false (Senin, 25 April 2011) http://www.google.co.id/search? q=laporan+kinerja+akuntansi+sektor+publik&btnG=Telusuri&hl=id&tbo=1&tbm=bks&sa=2 http://books.google.co.id/books? id=HKarXQgrf_oC&dq=laporan+kinerja+akuntansi+sektor+publik&sitesec=reviews