pelaksanaan peraturan daerah kabupat en suko … · menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan...

73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PELAKSA NO PEM Disu ANAAN PE OMOR 3 TA MBENTUKA usun dan Dia Derajat Sarj U RIA UN ERATURAN AHUN 2008 AN DINAS Penu ajukan untuk ana dalam I Universitas S A BONUS C NIM FAKU NIVERSITA SU N DAERAH 8 DALAM K DAERAH D ulisan Huku (Skripsi) k Melengkap lmu Hukum Sebelas Mare Oleh : CAHYANIN M : E110512 ULTAS HUK AS SEBELA URAKARTA 2010 H KABUPAT KAITANNY DAN TATA um pi Persyarata m pada Fakult et Surakarta NG UTOMO 22 KUM AS MARET A TEN SUKO YA DENGA A KERJANY an Guna Mer tas Hukum O T OHARJO AN YA raih

Upload: ngothuan

Post on 06-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PELAKSA

NO

PEM

Disu

ANAAN PE

OMOR 3 TA

MBENTUKA

usun dan Dia

Derajat Sarj

U

RIA

UN

ERATURAN

AHUN 2008

AN DINAS

Penu

ajukan untuk

ana dalam I

Universitas S

A BONUS C

NIM

FAKU

NIVERSITA

SU

N DAERAH

8 DALAM K

DAERAH D

ulisan Huku

(Skripsi)

k Melengkap

lmu Hukum

Sebelas Mare

Oleh :

CAHYANIN

M : E110512

ULTAS HUK

AS SEBELA

URAKARTA

2010

H KABUPAT

KAITANNY

DAN TATA

um

pi Persyarata

m pada Fakult

et Surakarta

NG UTOMO

22

KUM

AS MARET

A

TEN SUKO

YA DENGA

A KERJANY

an Guna Mer

tas Hukum

O

T

OHARJO

AN

YA

raih

Page 2: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum ( Skripsi )

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

NOMOR 3 TAHUN 2008 DALAM KAITANNYA DENGAN

PEMBENTUKAN DINAS DAERAH DAN TATA KERJANYA

Disusun oleh :

RIA BONUS CAHYANING UTOMO

NIM : E1105122

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dosen Pembimbing

Suranto, SH. MH

NIP.1956 0812 1986 011001

Page 3: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum ( Skripsi )

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

NOMOR 3 TAHUN 2008 DALAM KAITANNYA DENGAN

PEMBENTUKAN DINAS DAERAH DAN TATA KERJANYA

Disusun oleh :

RIA BONUS CAHYANING UTOMO

NIM : E1105122

Telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas HukumUniversitas Sebelas Maret Surakarta

pada :

Hari : Senin

Tanggal : 28 Februari 2011

DEWAN PENGUJI

1. Sugeng Praptono, S.H.,M.H. ( ................................. ) NIP. 195608121986011001 2. Aminah, S.H,M.H. ( ..................................) NIP. 195105131981032001 3. Suranto, S.H.,M.H. ( ................................. )

NIP. 195608121986011001 MENGETAHUI

Dekan,

Mohammad Jamin, S.H., M.Hum.

NIP.196109301986011001

Page 4: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Ria Bonus Cahyaning Utomo

NIM : E 1105122

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi)

berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

Dalam Kaitannya Dengan Pembentukan Dinas Daerah adalah betul-betul

karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum

(skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum

(skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta,

Penulis yang membuat pernyataan

Ria Bonus Cahyaning Utomo

E 1105122

Page 5: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

RIA BONUS CAHYANING UTOMO. E 1105122. PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMO 3 TAHUN 2008 DALAM KAITANNYA DENGAN DINAS DAERAH DAN TATA KERJANYA. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan Hukum Desember 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008 dalam dalam kaitannya dengan Pembentukan Dinas Daerah dan Tata Kerjanya serta untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pembentukan Dinas Daerah tersebut.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Data yang digunakan berupa data primer yang bersumber dari para pejabat dan staf terkait serta data sekunder yang bersumber dati literatur, dokumen dan peraturan perundang-undangan dari perpustakaan.

Dari hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008 berlangsung secara efektif. Hal tersebut dapat diketahui dari proses pembentukannya telah sesuai dengan dasar hukum, tahapan maupun asas dan prinsip-prinsip dalam pembentukan kelembagaan daerah dengan menerapkan pola minimal sehingga di kabupaten sukoharjo hanya membentuk 12 dinas daerah. Faktor-faktor penghambat dalam pembentukan Dinas daerah di Kabupaten Sukoharjo meliputi faktor internal dan faktor eksternal.

Page 6: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT Ria Bonus Cahyaning Utomo. E 1105122. The implementation of local regulation of Sukoharjo Regency Number 3 of 2008 in relation to the Local Agencies and Work Procedure. Law Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. Law Writing of December 2010.

This research aims to find out the implementation of local regulation of Sukoharjo Regency Number 3 of 2008 in relation to the establishment of Local Agencies and Work Procedure as well as to find out the inhibiting factors in the establishment such Local Agencies.

This study belongs to a descriptive research. The data employed were primary data originating from the officials and related staffs and secondary data originating from literature, document and legislation from library.

From the result of research, it can be concluding that the implementation of local regulation of Sukoharjo Regency Number 3 of 2008 proceeds effectively. It can be seen from its establishment process that has been consistent with the legal foundation, stages or principles in the establishment of local agencies by applying the minimum pattern so that Sukoharjo Regency only establishes 12 local agencies. The inhibiting factors in the establishment such Local Agencies in Sukoharjo Regency include internal and external factors.

Page 7: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Bersyukurlah terhadap nikmat apa yang kamu dapat walaupun sekecil apapun nikmat itu

Setiap cobaan yang kita dapat pasti akan menimbulkan kekuatan baru dalam diri kita

Setiap ilmu yang kita dapat akan bermaanfaat apabila kita amalkan dan kita sampaikan kepada setiap orang

Page 8: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih

dan Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis

dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) dengan judul:

”PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

NOMOR 3 TAHUN 2008 DALAM KAITANNYA DENGAN

PEMBENTUKAN DINAS DAERAH DAN TATA KERJANYA”. Penulisan

skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas akhir sebagai syarat memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya laporan penulisan hukum atau

skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan, baik materil maupun moril

yang diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

dengan rendah hati Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada :

1. Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis

dapat menjalani penulisan skripsi dengan baik.

2. Bapak Mohammad Jamin, S.H, M.H, selaku Dekan Fakultas Hukum UNS

yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi.

3. Bapak Suranto, S.H, M.H, selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, dan pendampingan secara sabar kepada penulis

selama menjalani penulisan skripsi.

4. Ibu Aminah, S.H, M.H selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara yang telah

memberikan izin untuk mengambil penulisan hukum skripsi bagian Hukum

Tata Negara.

5. Bapak Harjono, S.H, M.H selaku Ketua Program yang setia membimbing dan

mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan hukum skripsi

dengan baik dan sesuai harapan.

Page 9: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

6. Bapak Suyono, S.H, M.H selaku Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan

Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan izin penelitian atau survey di

lingkup wilayah kerja dinas Kabupaten Sukoharjo.

7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta atas kerja samanya yang sangat baik dengan penulis selama ini

sehingga penulis dapat menyelesaikan Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

pada Fakultas Hukum Sebelas Maret Surakarta dengan baik

8. Seluruh keluarga di rumah Sragen, PapahKu dr.H.Tjahjo Utomo yang selalu

mendukung, mendoakan, memberi semangat tiada henti – hentinya tanpa

putus asa atas semua langkah penulis baik di bidang moril dan materiil,

KakakKu Rikho Wahyu Prasetyo Utomo, S.H. yang sering ngomel dan

memarahi penulis hingga membuat penulis sering jengkel dan sebal walaupun

demikian ujung – ujungnya tetap akur, Simbah Kakung dan Simbah Putri di

Klaten yang mendoakanku selalu dan menanti kehadiranKu setiap saat,

Keluarga PapahKu Semarang dan Keluarga besar (Almarhumah) MamahKu

Sri Suparti, B.A. yang mendukung dan memberi semangat hidup yang lebih

dan tiada hentinya kepada penulis.Dan something spesial for my mother

Almarhumah Sri Suparti, B.A yang telah mengandung,melahirkan penulis

sehingga penulis dapat menimba dan memperoleh ilmu yang setinggi –

tingginya sampai dengan detik ini,semoga beliau tenang dan bahagia di

sisiNya,Amien ya robb.

9. Seluruh Keluarga AKBP Suharyanto, S.H, M.H terima kasih atas

kesediaannya memberikan tempat,fasilitas dan sebagainya kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan hukum skripsi

selesai dengan baik.

10. Buat terkasih dan tersayang just especially to Iptu Pol Weldi Rozika, S.H, Iptu

Pol Muhammad Luthfi Armanza, Iptu Pol Indra Bima Agung Perdana Putra,

Ipda Pol Arjuna Wijaya, Ipda Pol Imam Mustolih, Nuruz Zaman Hakim, S.H

from me mengucapkan banyak terima kasih atas saran, kritik, inspirasi dan

motivasinya baik dalam bentuk materiil dan moril yang tiada henti – hentinya

Page 10: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

dimana sangat bermanfaat untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan

hukum skripsi.

11. Teman – Teman Fakultas Hukum yang selalu memberi masukkan, saran,

kritik dan semangatnya tidak henti – hentinya baik suka maupun duka.Livia

Ekayani Sukamdi, S.H, Vany na arip, abang”Putri”, S.H, Bonus Tri

Kurniadi,S.H, Dayu Wijanarko, S.H, Yanur, S.H. alias simbah.

12. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada Penulis sehingga

dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini dan semoga dapat Penulis

amalkan dalam kehidupan masa depan nantinya.

13. Teman – teman Rumah Sragen dan Klaten yang selalu memberi saran,

semangat, kesegaran dan warna tersendiri dalam hidup penulis. Hanifah

Louhan,Spd.A, Ita itux Naruto,Spd, Linda Klaten bini na Agus,Mas Hery Lia

dan Mas Heru.

14. Semua pihak yang secara langsung atau tidak telah membantu dan mendukung

penulis dalam menjalani hari-harinya selama penulisan skripsi berlangsung.

15. Dan terakhir kepada sebuah pengharapan entah nyata atau fana yang selalu

membuatku bertahan hidup dan melangkah lebih baik lagi dari hari ke hari.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini terdapat banyak

kekurangan, untuk itu Penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang

membangun, sehingga dapat memperkaya penulisan hukum ini. Semoga karya

tulis ini mampu memberikan manfaat bagi Penulis maupun para pembaca.

Surakarta, Desember 2010

Penulis

RIA BONUS CAHYANING UTOMO

Page 11: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

MOTTO ..................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5

E. Metode Penelitian .................................................................. 5

F. Sistematika Penulisan Hukum ............................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 11

A. Kerangka Teori ...................................................................... 11

1. Tinjauan tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 11

2. Asas-Asas Pemerintahan Daerah ..................................... 19

3. Otonomi Daerah ............................................................. 21

4. Organisasi Pemerintah Daerah ........................................ 29

5. Tinjauan tentang Kelembagaan Daerah ........................... 34

6. Tinjauan tentang Teori Pelaksanaan Hukum (Peraturan

Daerah ............................................................................. 36

B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 43

Page 12: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 44

A. Kondisi Daerah Kabupaten Sukoharjo ................................... 44

B. Ketentuan Pembentukan Dinas Daerah dan Tata Kerjanya

menurut Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah ................................................. 47

C. Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 dalam

Kaitannya dengan Pembentukan Dinas Daerah dan Tata

Kerjanya di Kabupaten Sukoharjo ........................................ 51

D. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pembentukan Dinas

Daerah di Kabupaten Sukoharjo ........................................... 58

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 59

A. Simpulan ................................................................................ 59

B. Saran ....................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Ijin Keterangan Penelitian Pemerintah Kabupaten Sukoharjo

Page 14: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara filosofis ideologis, otonomi dapat dipandang sebagai suatu

mekanisme yang memungkinkan tumbuhnya partisipasi yang luas bagi masyarakat

dan mendorong agar daerah mampu membuat keputusan secara mandiri tanpa

harus bergantung pada kebijakan pemerintah pusat. Secara prinsip, “tujuan utama

otonomi daerah adalah mendekatkan pemerintah kepada masyarakat yang

dilayaninya, sehingga pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih baik dan kontrol

masyarakat kepada pemerintah menjadi lebih kuat dan nyata (Alim Muhammad,

2000 : 1).

Para pakar baik dari bidang hukum maupun dan bidang Administrasi

Negara menengarai bahwa kebijaksanaan Otonomi Daerah terkesan tidak lebih dari

nuansa politis yang melatar belakangi kepentingan pihak-pihak yang berkuasa.

Secara, sekilas gejala tersebut dapat dilihat dari kebijaksanaan desentralisasi yang

ditempakan di Indonesia pada jaman kolonial sampai jaman pemerintahan Orde

Baru. Kesan ini terus membayangi serial produk serta kebijakan yang lahir.

Sebagai gambaran sejak merdekanya bangsa kita pada tahun 1945 sudah

lebih enam buah Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah ditambah dengan

sebuah Penetapan Presiden (Penpres) telah ditetapkan. Masing-masing mempunyai

substansi dan pendekatan yang berbeda satu dengan lainnya. Akan tetapi

pengalaman menunjukkan bahwa setelah beberapa waktu dijalankan, serntia

perairan tersebut harus diganti dengan dasar ketidakpuasan terhadap peraturan-

peraturan tersebut, serta anggapan substansi dari peraturan-peraturan tersebut

sudah tidak mampu mengakomodasikan perkembangan zaman. (Ahi Suyudi,

1999:1)

Perubahan undang-undang Pemerintahan Daerah yang telah lebih enam

kali dilakukan tersebut dapat dilihat sebagai kondisi ketidakstabilan politik

perundang-undangan di bidang otonomi daerah. Namun demikian, hal ini bukan

berarti bahwa tiap peraturan perundang-undangan harus selalu “everlasting” dan

Page 15: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

 

sudut keberlakuannya. Berkaitan dengan hal ini, Harun Alrasid mengatakan bahwa,

Undang-undang sebagai suatu produk hukum adalah “subject to change”. Artirya,

apabila dirasakan setelah tidak sesuai dan tidak lagi mampu untuk

mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan riil yang hidup di masyarakat, maka

suatu Undang-undang dapat segera diamandemenkan, bahkan kalau perlu

amandemen tersebut dapat dilakukan sesering mungkin. Hal ini secara positif dapat

dilihat sebagai pencerminan adanya lembaga Legislatif yang responsive terhadap

perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. (Harun Alrasid, 1999:1)

Frekuensi perubahan Undang-undang ini memang cukup tinggi, bahkan

dapat dikatakan memegang “rekor” dalam hal kuantitas perubahan. Perkembangan

ini jika ditinjau dan sisi positif mungkin menandakan bahwa diskusus mengenai

Otomotif Daerah terus berkembang dan berusaha memenuhi perkembangan yang

terjadi. Akan tetapi apabila substansi perubahan tersebut dikaji lebih lanjut maka

akan timbul pertanyaan, “apakah nilai-nilai normatif dan empiris yang ada selama

ini tidak cukup memberikan pedoman yang jelas bagi kebijakan Otonomi Daerah.

Sehingga nuansa politis selalu dapat memegang peranan penting dibandingkan

dengan nuansa teoritis nonnative, dan menimbulkan efek bahwa Indonesia tenis

berada dalam pencarian bentuk ideal dalam rangka hubungan pusat dan Daerah.

(Moh.Mahfud MD, 1999:1971).

Seiring dengan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 ditegaskan bahwa

otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah

diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar

yang menjadi Urusan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah memiliki

kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan

peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada

peningakatan kesejahteraan rakyat.

Dalam kontek ini, penyelenggaraan desentralisasi, mensyaratkan

pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah

Daerah. Pembagian urusan Pemerintahan tersebut diadakan pada pemikiran bahwa

selalu terdapat berbagai urusan Pemerintahan tersebut didasarkan pada pemikiran

Page 16: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

 

bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya/ tetap

menjadi kewenangan Pemerintah. Urusan Pemerintahan tersebut menyangkut

terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan.

Secara eksplisit, dalam Pasal 10 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004

disebutkan bahwa, “Pemerintahan daerah menyelenggarakon urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan Pemerintahan yang

oleh Undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah”. Dalam pasal

yang sama ayat (3) dinyatakan “Urusan pemerintahan yang menjadi urusan

Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat : (1) meliputi : a. polilik luar negeri;

b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi; e. Moneter dan fiscal nasional, f agama”.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kewenangan

Pemerintah Daerah adalah sisa kewenangan Pemerintah Pusat atau recidual power

(Hanif Nurcholis, 2005: 88). Secara konkret Pemerintah Daerah memiliki

kewenangan sebagai mana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004,

sedangkan dalam Pasal yang sama ayat (2) dinyatakan, “Urusan pemerintahan

kabupaten kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara

nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai

dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan”.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa urusan yang menjadi

kewenangan Daerah meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan

pemerintahan wajib adalah suatu urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan

pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup

minimal, prasarana lingkungan dasar, sedangkan urusan pemerintahan yang

bersifat pilihan berkaitan dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.

Agar Pemerintah Daerah dapat menjalankan tugas dan kewenangannya

dengan baik maka dibutuhkan penataan lembaga daerah terutama dinas daerah

sebagai tangan penyangga. Pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah

secara luas, nyata dan bertanggung jawab.

Berdasarkan konsekuensi kewenangan yang dimiliki oleh daerah tersebut,

maka dituntut adanya lembaga Pemerintahan daerah yang berbentuk dinas-dinas

Page 17: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

 

daerah yang merupakan lembaga daerah yang efisien dan rnempunyai kewenangan

yang tepat. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya

mempertimbangkan faktor keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang

meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas,

luaswilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potellsi

daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, sarana. dan. prasarana

penunjang tugas. Oleh karena itu kebutuhan akan organisasi perangkat dacrah bagi

masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam (Penjelasan Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007).

Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo yang merupakan salah

satu daerah otonom di Indonesia. Dengan mengambil judul “Pelaksanaan Perda

Kabupaten Sukoharjo No. 3 Tahun 2006 dalam kaitannya dengan Pembentukan

Dinas Daerah dan Tata Kerjanya”.

B. Perumusan Masalah

Masalah dapat diartikan sebagai suatu informasi yang mengandung

pertanyaan atau yang dapat dipertanyakan, mengandung kejelasan atau

ketidakpastian (Taliziduhu Ndraha, 199T 30-31). Setiap penelitian yang akan

dilakukan selalu berangkat dari masalah (Sugiyono, 2004: 25). Rumusan masalah

dimaksudkan untuk penegasan, masalah-masalah yang akan diteliti sehingga

memudahkan dalam pekerjaan serta pencapaian sasaran, Adapun beberapa

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Pelaksanaan Penataan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 3

Tahun 2008 dalam kaitannya dengan Pembentukan Dinas Daerah dan Tata

Kerjanya?

2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat Pemerintah Kabupaten Sukoharjo

dalam Pembentukan Dinas Daerah?

Page 18: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

 

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh gambaran tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Daerah

Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008 dalam kaitannya dengan

Pembentukan Dinas Daerah dan Tata Kerjanya.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam

pembentukan dinas daerah di Kabupaten Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Dalam hal ini penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan

pertimbangan dan rekomendasi bagi aparatur pemerintah daerah dari Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dalam melakukan proses legislasi daerah dalam

pembentukan Organisasi Perangkat Daerah.

2. Manfaat Teoritis

Dalam hal ini manfaat teoritis dari penelitlan ini diharapkan mencapai

hasil sebagai berikut:

a. Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada

umumnya dan hukum pemerintahan daerah pada khususnya.

b. Semakin memperkaya konsep-konsep dan teori-teori tentang pelaksanaan

otonomi daerah.

c. Dapat dipakai sebagai respon terhadap penelitian-penelitian sejenis untuk

tahap berikutnya.

E. Metode Penelitian

Suatu penelitian dapat dikatakan mencapai hasil yang diharapkan atau

tidak sangat tergantung pada metode penelitian yang digunakan. Metode penelitian

ini dapat mengemukakan teknis, tata kerja dari sebuah penelitian. Dalam penelitian

ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:

Page 19: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

 

1. Jenis Penelitian

Penelitian penulisan hukum ini termasuk jenis penelitian yuridis empiris,

yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti data sekunder pada awalnya

untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan

atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto, 1986: 52).

2. Sifat Penelitian

Ditinjau dari sifatnya, penelitian hukum ini termasuk dalam penditian

diskriptif evaluatif Menurut Soerjono Soekanto penelitian diskriptif adalah

penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin

tentang manusia, keadaan atau gejala lainnya. Maksud dari penelitian diskriptif

ini adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat

membantu di dalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka

menyusun teori-teori baru. Sedangkan penelitian evaluatif pada umumnya

dilakukan, apabila seseorang ingin menilai program-program yang dijalankan

(Soerjono Soekanto, 1986: 10).

3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Bagian Hukum dan

Pertanahan Kabupaten Sukoharjo Lokasi tersebut dipilih berdasarkan hasil pra

penelitian bahwa di Kabupaten Sukoharjo sudah dilakukan evaluasi produk

hukum daerah Sukoharjo.

4. Pendekatan Penelitian

Penelitian hukum ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks kbusus yang alamiah dan dengan

memanfhatkan berbagai metode alamiah (Lexy J. Moleong, 2007:6). Menurut

Soerjono Soekanto pendekatan kualitatif adalah merupakan tata cara penelitian

Page 20: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

 

yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan responden secara

tertulis atau lisan dan perilaku nyata.

5. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini terdiri dari

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber

pertama, atau melalui penelitian di lapangan. Data primer diperoleh dari

para pejabat dan staf pada bagian hukum, Bagian pemerintahan dan bagian

Organisasi Sekretariat Pemerintah Kabupaten Sukoharjo berkompeten

untuk memberikan keterangan yang berhubungan dengan penggunaan

metode dalam evaluasi produk hukum daerah.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang penulis peroleh dari studi kepustakaan.

Data sekunder diperoleh dari kepustakaan berupa bahan hukum primer,

sekunder, tersier, bahan-bahan kepustakaan dan beberapa buku-buku

referensi, artikel-artikel dari beberapa jurnal, arsip, hasil penelitan ilmiah,

dokumen, internet, peraturan perundang-undangan meliputi UUD 1945,

UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 41 Tahun 2007, bahan-bahan

kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendukung, penelitian ini

adalah:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

tersebut dilakukan dengan dua orang pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J.

Moleong. 2007: 186). Wawancara sangat diperlukan untuk memperoleh

data yang sebenarnya dan yang diberi pertanyaan adalah orang-orang yang

Page 21: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

 

terkait dengan penelitian. Wawancara yang dimaksud diatas dilakukan

penulis dengan para pejabat dan staf dari Bagian Hukum, Bagian

Pemerintahan dan Bagian Organisasi Sekretagriat Pemerintahan Kabupaten

Sukoharjo.

b. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah suatu teknik pengumpulan data dengan

mencari data-data sekunder yang terdiri dari bahan-bahan pustaka berupa

buku-buku literatur dan peraturan perundang-undangan maupun

dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

analisis kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data, mengkualifikasikannya

kemudian menghubung-hubungkannya dengan teori yang berhubungan dengan

masalahnya dan akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasilnya.

Dalam proses analisis terdapat tiga komponen utama yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang

merupakan proses seleksi pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data

dari fieldnote. Proses ini berlangsung tetus sepanjang pelaksanaan

penelitian (HB Sutopo, 1988:34).

b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi deskriptif

dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat

dilakukan. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat

meliputi berbagai jenis matriks, gambar/ skema, jaringan kerja kaitan

kegiatan dan juga tabel sebagai pendukung narasinya.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses

pengumpulan data berakhir. Kesimpulan tersebut perlu diverifikasi agar

mantap dan benar-benar bisa dipertanggung jawabkan.

Page 22: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

 

Berdasarkan uraian di atas dalam penelittan ini penulis

menggunakan model analisis interaktif, yang dapat digambarkan sebagai

berikut.

Model analisis interaktif ini menunjukkan, reduksi dan sajian data

yang disusun pada waktu peneliti sudah memperoleh unit data dari sejumlah

unit yang diperlukan dalam penelitian pada waktu pengurnpulan data sudah

berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan

verifikasinya berdasarkan pada semua hal yang terdapat dalam reduksi

maupun sajian datanya. Jika kesimpulan dirasa kurang mantap karena

kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti

dapat kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus

untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman

data (HB. Sutopo, 2002:96).

Pengumpulan Data

Sajian Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan

Page 23: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

 

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika

penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan yang baru dalam penulisan karya

ilmiah maka penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun

sistematika penulisan hukum terdiri dari 4 (empat) bab yaitu pendahuluan, tinjauan

pustaka, pembahasan dan penutup, ditambah dengan lampiran-lampiran dan daftar

pustaka, apabila, disusun dengan sistematis adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab I Penulisan Hukum berisi latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan hukum untuk memberikan pemahaman terhadap

isi penelitian secara garis besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II Penulisan Hukum berisi tinjauan pustaka, yang berisi kerangka

teori dan kerangka pemikiran. Kerangka, teori berisi tinjauan tentang

Pemerintahan Daerah, tinjauan tentang produk hukum daerah, tinjauan

tentang evaluasi kebijakan publik.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab III menguraikan tentang deskripsi lokasi penelitian, implementasi

serta, faktor pendukung dan penghambat Pelaksanaan Perda, No. 3 tahun

2008 dalam Kaitannya, dengan Pembentukan Dinas Daerah di

Kabupaten Sukoharjo.

BAB IV PENUTUP

Penutup berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban

singkat dan jelas dari permasalahan yang diteliti, serta saran yang

diajukan dari masalah yang ditemukan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 24: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pemerintah daerah adalah hal yang universal karena dapat ditemukan

baik pada negara yang berbentuk federal maupun negara kesatuan (Rod Hague

dan Martin Harrop, 2001: 211). Keterkaitan bentuk negara federal dan negara

kesatuan dengan pemerintah daerah adalah sehubungan dengan adanya

pembagian kekuasaan negara yang bersifat vertikal (Soehino). Menurut

Juanda (2005:43), penerapan pembagian, kekuasaan di dalam negara yang

berbentuk federal dimulai dari pembagian kekuasaan antara pemerintah

negara, federal (nasional) dengan pemerintah negara bagian. Pembagian

kekuasaan itu diatur di dalam konstitusi.

Sementara itu, dalam negara, kesatuan pembagian semacam itu tidak

dijumpai karena pada asasnya seluruh kekuasaan dalam negara berada

ditangan pemerintah pusat. Walaupun demikian hal itu tidak berarti bahwa

seluruh kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat, karena ada

kemungkinan mengadakan dekonsentrasi kekuasaan ke daerah lain dan hal ini

tidak diatur di dalam konstitusi. Lain halnya dengan negara kesatuan yang

bersistem desentralisasi. Dalam konstitusinya terdapat suatu ketentuan

mengenai pemencaran, kekuasaan tersebut (Sri Soemantri, 1987:65).

Pembentukan organisasi pemerintah di daerah atau pemerintah tidak

sama dengan pembentukan negara, bagian seperti dalam negara federal.

Kedudukan pemerintah daerah dalam sistem negara Kesatuan adalah subdivisi

pemerintahan nasional. Pemerintah daerah tidak memiliki kedaulatan sendiri

sebagaimana negara bagian dalam negara federal. Hubungan pemerintah

daerah dengan pemerintah pusat adalah dependent dan subordinat sedangkan

hubungan negara bagian dengan negara federal/ pusat dalam negara, federal

adalah independent dan koordinatif (Hanif Nurcholis, 2005: 6). Sehubungan

dengan sifat keuniversalan pemerintahan daerah (local self government di

Page 25: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

 

beberapa negara terkandung di dalamnya ciri-ciri sebagai berikut (S.H.

Sarudanjang, 1999:27) :

a. Segala urusan yang diselenggarakan merupakan urusan yang sudah

dijadikan urusan-urusan rumah tangga sendiri sehingga urusan-urusannya

perlu ditegaskan secara rinci;

b. Penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan oleh alat-alat perlengkapan

yang seluruhnya bukan terdiri dan para pejabat pusat akan tetapi pegawai

pemerintah daerah;

c. Penanganan segala urusan itu seluruhnya, diselenggarakan atas dasar

inisiatif atau kebijaksanaan sendiri;

d. Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang menguras rumah

tangga sendiri adalah hubungan pengawasan;

e. Seluruh penyelenggaraannya pada dasarnya dibiayai dari sumber keuangan

sendiri.

Menurut Bhenyamin Hossein (2001:3), keseluruhan prinsip di atas

menunjukkan pengertian pemerintah daerah sebagai suatu daerah otonom.

Lebih lanjut Nurcholis Hanif (2005: 19-20) menguraikan bahwa dalam

pengertian ini, pemerintah daerah berkedudukan sebagai subdivisi politik

nasional yang diatur oleh hukum dan secara substansi mempunyai kontrol atas

urusan-urusan lokal. Badan pemerintah ini secara keseluruhan dipilih atau

ditunjuk secara lokal. Dalam pengertian ini, pemerintah daerah mempunyai

Otonomi lokal yaitu mempunyai kewenangan mengajar (rules making) dan

mengurus (rules aplication) kepentingan masyarak.at menurut prakarsa

sendiri.

Pernyataan selanjutnya seberapa besar batas kepentingan masyarakat

yang dapat diatur dan diurus oleh pemerintah daerah? Dalam hal ini berarti

mendiskusikan tentang cara penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Penyerahan tersebut dapat

dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu Ultra vires doctrine dan general

compelence (Hanif Nurcholis, 2005: 75-76).

Page 26: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

 

Cara ultra vires doctrine menunjukkan cara di mana pemerintah pusat

menyerahkan wewenang pemerintahan kepada daerah otonom dengan cara

merinci satu per satu. Daerah Otonom hanya boleh menyelenggarakan

wewenang yang diserahkan tersebut. Sisa wewenang dan wewenang yang

diserahkan kepada daerah Otonom secara terperinci, tersebut tetap menjadi

wewenang pusat.

Dalam general competence, daerah Otonom boleh menyelengarakan

semua urusan di luar yang dimiliki oleh pemerintah pusat. Artinya, pusat

menyerahkan kewenangan pemerintahan kepada daerah otonom untuk

menyelenggarakan berdasarkan kebutuhan dan misalnya sendiri di luar

kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah pusat. Di sini pusat tidak

menjelaskan secara spesifik kewenangan apa saja yang diserahkan kepada

daerah.

Adanya pemerintah daerah dimulai dan kebijakan desentralisasi.

Dengan mengutip pendapat Henry Maddick, Hanif Nurcholis (2005: 9)

menjelaskan desentralisasi adalah penyerahan kekuasaan secara hukum untuk

menangani bidang-bidang atau fungsi-fungsi tertentu kepada daerah otonom.

Selanjutnya, Bhenyamin Hossem dengan mengubah pendapat Rondinelli,

Nellis, dan Chema menegaskan bahwa desentralisasi merupakan penciptaan

atau penguatan kerangan maupun hukum pada unit-unit pemerintahan

subnasional yang penyelenggarannya secara substansial di luar kontrol

langsung pemerintah pusat (Bhenyamin Hossein, 2000: 10). Secara umum,

desentralisasi mencakup kepada (empat) bentuk, yaitu dekonsentrasi, devousi,

pelimpahan pada lembaga semi otonom, dan privatisasi. (Hanif Nurcholis,

2005: 9-11) Dekonsentrasi merupakan penyerahan beban kerja dari

kementerian pusat kepada pejabat-pejabatnya yang berada di wilayah.

Penyerahan ini tidak diikuti oleh kewenangan membuat keputusan dan

diskresi untuk melaksanakannya. Selanjutnya, devolusi merupakan pelepasan

fungsi tertentu dari pemerintah pusat untuk membuat satuan pemerintahan

baru yang tidak dikontrol secara langsung. Tujuan devoklusi adalah untuk

memperkuat satuan pemerintahan di bawah pemerintah pusat dengan cara

Page 27: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

 

mendelegasikan kewenangan dan fungsi.

Selain dalam bentuk dekonsentrasi dan devolusi, desentralisasi juga

dilakukan dengan cara pendelegasian pembuatan keputusan dan kewenangan

administratif kepada organisasi-organisasi yang masuk di fungsi-fungsi

tertentu yang tidak di bawah pengawasan kementerian pusat. Pendelegasian

tersebut menyebabkan pernindahan atau penciptaan kewenangan, yang lebih

luas kepada suatu organisasi yang secara teknis dan administratif mampu

menanganinya, baik dalam merencanakan maupun melaksanakan.

Sementara itu, privatisasi menunjuk kepada penyerahan fungsi-fungsi

tertentu dari pemerintah pusat kepada lembaga non-pemerintah atau lembaga

swadaya masyarakat.

Menurut, Bhenyamin Hoessein (2000:10) bahwa dalam rangka

desentralisasi, daerah otonom berada di luar hirarki organisasi pemerintah

pusat. Sedangkan dalam rangka dekonsentrasi wilayah administrasi (field

administration) dalam hirarki organisasi pemerintah pusat desentralisasi

menunjukkan hubungan kekuasaan antar organisasi. Sedangkan dekonsetrasi

menunjukkan model hubungan kekuasaan intra organisasi.

Dalam praktik di Indonesia selama ini, di samping desentralisasi dan

dekonsentrasi, juga dikenal adanya tugas pembantuan (medebewind). Di

Belanda medebewind diartikan sebagai pembantu penyelenggaraan

kepentingan-kepentingan dari pusat atau daerah-daerah yang tingkatannya.

lebih atas oleh perangkat daerah yang lebih bawah. Menurut Bagir Manan

(1994:85), tugas pembantuan diberikan oleh pemerintah pusat atau pemerintah

lebih atas kepada pemerintah daerah di bawahnya berdasarkan

undang-undang. Oleh karena itu, medebewind sering disebut sebagai tantra/

tugas, pembantuan. Karena tugas pembantuan pada dasarnya adalah

melaksanakan kewenangan pemerintah pusat atau pemerintah di atasnya,

maka sumber biaya dari pemerintah yang memberikan penugasan. Sumber

biaya bisa berasal dari APBN atau APBD pemerintah daerah yang lebih

tinggi.

Page 28: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

 

Menurut Moh. Mahfud M.D. (1998:93-95), dalam konteks hubungan

antara pemerintah pusat dengan daerah maka ketiga asas tersebut yaitu asas

desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas-asas pembantuan, secara

bersama-sama menjadi asas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di

Indonesia. Ditambahkan bahwa pelaksanaan hubungan kekuasaan antara pusat

dan daerah melahirkan adanya 2 (dua) macam organ, yaitu pemerintah daerah

dan pemerintah wilayah Pemerintah daerah adalah organ daerah Otonom yang

berhak mengurusi rumah tangganya sendiri dalam rangka desentralisasi,

sedangkan pemerintah wilayah adalah organ pemerintah pusat di

wilayah-wilayah administratif dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi yang

terwujud dalam bentuk propinsi dan ibukota negara, kabupaten, kotamadya,

kota administratif, dan Kecamatan.

Berbicara tentang hukum sebagai instrument untuk melaksanakan

kebijakan publik maka pengkajian tentang penyelenggaraan pemerintahan

daerah di Indonesia dewasa ini harus diawali dari ketentuan, yang terdapat di

dalam UUD 1945. Ketentuan dimaksud terdapat di dalam Pasal 18, 18A, dan

Pasal 188 Perubahan Kedua UUD 1945 (2000). Perubahan tersebut

berimplikasi kepada Penjelasannya, karena selama ini Penjelasan dianggap

sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan batang tubuh dan

seringkali dijadikan acuan dan dasar dalam mengkaji sistem pemerintahan

daerah (Djuanda, 2005: 237). Di dalam Pasal 18 yang baru tersebut

terkandung paradigma baru. dan arah politik pemerintahan daerah, yaitu

(Bagir Manan, 2001: 7-17):

a. Pasal 1-8 ayat (2) mengandung prinsip daerah mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Pasal 18 lama tidak menegaskan pemerintahan daerah sebagai satuan

pemerintahan tertentu sebagai urusan rumah tangganya;

b. Pasal 18 ayat (5) mengandung prinsip menjalankan otonomi seluas

luasnya Prinsip ini sebenarnya sewaktu BPUPKI menyusun rancangan

UUD hal itu telah nampak dan pidato Ratulangi yang menyebutkan supaya

daerah diberikan hak seluas-luasnya untuk mengurus keperluannya sendiri.

Page 29: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

 

Kehendak ini juga ditegaskan dalam UUDS 1950 Pasal 131 ayat (2);

c. Pasal 18A ayat (1) mengandung prinsip kekhususan dan keberagantan

daerah;

d. Pasal 18B ayat (2) mengandung prinsip mengakui dan menghormati

kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya,

e. Pasal 18B ayat (1) mengandung prinsip mengakui dan menghormati

pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan istimewa;

f. Pasal 18 ayat (3) mengandung prinsip badan perwakilan dipilih langsung

dalam suatu pemilihan umum;

g. Pasal 18 A ayat (2) mengandung prinsip hubungan pusat dan daerah harus

dilaksanakan secara selaras dan adil.

Selain prinsip-prinsip tersebut, yang tidak kalah pentingnya juga

penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah isi Pasal 18 ayat (4) yang

mengandung prinsip demokrasi di dalam menetapkan seorang pemimpin

daerah. Dalam UUD 1945, sengaja menggunakan kata “Gubernur, Bupati, dan

Walikota dipilih secara demokratis” di dalam pasal tersebut untuk

memberikan alternatif ke depan bahwa pemilihan Kepala Daerah lain dapat

dilakukan melalui DPRD juga dapat dilakukan oleh rakyat secara langsung.

Perumusan yang demikian dapat dipahami karena, secara historis Pasal 18

ayat (4) tersebut dibuat sebelum adanya perubahan terhadap Pasal 6

khususnya penambahan Pasal 6A ayat (1) UUD 1945 tentang “Pemilihan

Presiden dan Wakil Presiden dipilili dalam satu pasangan secara langsung oleh

rakyat (Djuanda, 2005: 239).

Kemudian berkaitan dengan pembagian kekuasaan secara vertical maka

UUD 1945 baik sebelum maupun sesudah perubahan tetap dilandasi dengan

bentuk negara kesatuan. Sebagai negara kesatuan Indonesia mengenal 2 (dua)

tingkat pemerintahan yaitu pemerintah nasional (pusat) dan pemerintahan

daerah (Juanda,2005: 46). Implikasi dari ketentuan tersebut maka berdasarkan

UUD 1945 sebelum perubahan Indonesia membagi negaranya ke dalam

daerah-daerah otonom dan wilayah administrative. Konsekuensi dari adanya

daerah Otonom dan administrasi melahirkan pemerintah daerah otonom dan

Page 30: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

 

pemerintah wilayah administratif, Kedua pemerintah tersebut sebelumnya

merupakan pengejawantahan dari pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan

yang digariskan oleh pemerintah pusat. Adanya pelimpahan wewenang dari

pemerintah pusat kepada daerah-daerah otonom bukanlah hal itu diatur di

dalam konstitusi, tetapi karena masalah itu adalah merupakan hakikat dari

negara kesatuan (Sri Soemantri, 1998: 53).

Ketentuan lebih lanjut dalam rangka penyelenggamn pemerintahan

daerah diatur melalui undang-undang. Dewasa ini Undang-undang yang

berlaku adalah UU.No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Ada 4

(empat) prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam undang-undang

tersebut, yaitu:

a. Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Asas

otonomi menunjuk kepada hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Sementara itu tugas pembantuan merupakan

penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/ atau desa dari pemerintah

provinsi kepada kabupaten/ kota dan/ atau desa serta dari pemerintah

kabupaten/ kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu;

b. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran

serta masyarakat, sehingga mampu meningkatkan daya saing dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan,

dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia;

c. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan otonomi daerah perlu memperhatikan hubungan antara

susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan

keanekaragaman daerah dengan memperhatikan peluang dan tantangan

Page 31: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

 

dalam persaingan global dengan memanfaatkan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi; dan

d. Pemerintahan daerah dilaksanakan dengan asas desentralisasi dan asas

dekonsentrasi dengan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan

pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam

kesatuan sistem penyelenggaraan, pemerintahan negara.

Cara penyerahan kewenangan dilaksanakan menurut general

competence. Dalam undang-undang ditentukan bahwa Kewenangan

Pemerintah pusat mencakup urusan-urusan: politik luar negeri, pertahanan,

Keamanan, yustisi, mononter dan fiskal nasional, dan agama. Sedangkan

urusan pemerintahan yang kewenangan provinsi dan kabupaten kota adalah di

luar yang ditentukan untuk pemerintah pusat mencakup:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan

b. Perencanaan, pengawasan, dan pemanfaatan tata ruang;

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. Penanganan di bidang kesehatan;

f. Penyelenggaraan bidang pendidikan dan alokasi sumber daya manusia;

g. Pepanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;

h. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha, kecil, dan menengah;

i. Pengendalian lingkungan hidup;

j. Pelayanan pertanahan;

k. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;

l. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;

m. Pelayanan administrasi penanaman modal;

n. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya,

o. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

undangan.

Dalam UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa pemerintah provinsi

menganut asas dekonsentrasi sekaligus desentralisasi. Berdasarkan asas

dekonsentrasi maka provinsi merupakan wilayah administrasi (local state

Page 32: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

 

goverment).

Keberadaan wilayah administrasi merupakan implikasi logis dan

penerapan asas dekonsentrasi. Dalam hal ini dekonsentrasi merupakan

pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubenur

sebagai, wakil pemerintah dan/ atau kepada instansi vertikal di wilayah

tertentu. Karena yang diserahkan kepada gubernur selaku wakil pemerintah

pusat hanya kewenangan administrasi maka terjadi hubungan hirarki antara

pemerintah pusat dengan wilayah administrasi. Dengan demikian, wilayah

administrasi profinsi adalah bawahan subordinat dan pemerintah pusat dan

posisinya tergantung dari pemerintahan pusat. Provinsi di samping menganut

asas dekonsentrasi juga menganut asas desentralisasi sehingga ia juga

merupakan daerah otonom (local seff government) Sebagai daerah otonom,

provinsi mempunyai wewenang mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan aspirasinya.

Sebagai wilayah administrasi, provinsi dikepalai oleh kepala wilayah

administrasi sebagai wakil pemerintah pusat. Oleh karena itu ia bertanggung

jawab kepada pemerintah pusat. Sementara itu, sebagai daerah otonom,

provinsi dikepalai oleh kepala daerah otonom yang bertanggung jawab kepada

DPRD, Dalam hal ini, gubernur memangku kedua fungsi tersebut.

2. Asas-asas Pemerintahan Daerah

Dalam pelaksanaan pemerintah daerah harus berdasarkan asas-asas

penyelenggaraan pemerintah, yaitu:

a. Asas desentralisasi

Asas desentralisasi adalah asas yang menyatakan penyerahan

sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah pusat atau dari pemerintah

daerah yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah tingkat yang lebih

rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. Dengan

demikian, prakarsa, wewenang, dan tanggung jawab mengenai

urusan-urusan tadi sepenuhnya menjadi tanggung jawab daerah itu, baik

mengenai, politik kebijaksanaan, perencanaan, dan pelaksanaannya

Page 33: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

 

maupun mengenai segi-segi pembiayaannya. Perangkat pelaksanaannya

adalah perangkat daerah sendiri (CST. Kansil, 2001: 3). Asas

desentralisasi menurut Pasal 1 butir 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa desentralisasi

adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Asas dekonsentrusi

Asas dekonsentrasi adalah asas yang menyatakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal yang lebih tinggi kepada pejabat-pejabatnya di daerah. Baik perencanaan dan pelaksanaannya maupup pembiayaannya tetap, menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Unsur pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala daerah dalam kedudukannya selaku wakil pemerintah pusat. Latar belakang diadakannya sistem dekonsentrasi ialah bahwa tidak semua urusan pemerintah pusat dapat diserahkan kepada pemerintah daerah menurut asas disentralisasi (CST. Kansil, 2oOl:, 4). Asas dekonsentrasi menurut Pasal 1 butir 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/ atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

c. Asas Tugas pembantuan Asas tugas pembantuan adalah asas yang menyatakan tugas turut

serta dalam pelaksanaan urusan wajib pemerintah yang ditugaskan kepada pemerintah daerah dengan kewajiban mempertanggungjawabkannya kepada yang memberi tugas. Misalnya, kotamadya menarik pajak-pajak tertentu seperti pajak kendaraan, yang sebenarnya menjadi hak dan urusan pemerintah pusat (CST. Kansil, 2001: 4). Asas tugas pembantuan menurut Pasal 1 butir 9 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/ atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta pemerintah kabupaten/ kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Page 34: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

 

3. Otonomi Daerah

Dalam literatur Belanda otonomi berarti pemerintahan sendiri

(zelfregering) yang oleh Van Vollenhoven dibagi atas zelfwetgeving

(membuat undang-undang sendiri), zelfuitvoering (melaksanakan sendiri),

zelfrechtspraak (mengadili sendiri) dan zelfpolitie (menindaki sendiri). Namun

demikian, walaupun otonomi itu sebagai self government, self sufficiency dan

actual independency, keotonomian tersebut tetap berada pada batas yang tidak

melampaui wewenang pemerintah pusat yang menyerahkan urusan kepada

daerah. Secara etimologis, otonomi daerah berasal dari bahasa latin autos

artinya sendiri dan nomos artinya aturan. Pendapat lain memberi arti otonomi

sebagai zel welgeving atau pengundangan sendiri, mengatur dan memerintah

sendiri.

S. Pamudji menyebutkan bahwa otonomi daerah dalam pengertiannya

lebih cenderung pada pendekatan politik, yaitu keterbatasan luas wilayah,

pengelompokan etnis, jumlah penduduk dan lebih potensi sumber daya pada

daerah kabupaten/kota telah menempatkannya sebagai suatu lingkungan

pemerintahan yang secara mutlak tidak memiliki potensi separatis dan tidak

membuka peluang bagi berkembangnya federalisme.

Perkembangan otonomi yang secara bertahap, mengarah pada

kemandirian dan peningkatan kualitas partisipasi politik masyarakat, akan

dapat tetap terkendali di dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Tahun 1945, sehingga masalah otonomi mempunyai makna kebebasan dan

kemandirian tetapi bukan kemerdekaan.

Pengertian otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah juncto Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah juncto Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Page 35: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

 

tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa daerah berwenang mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

memberikan landasan yang kuat untuk menyelenggarakan otonomi dengan

memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada

daerah. Hal tersebut diperkuat dengan Ketetapan MPR RI Nomor

XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan,

Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan serta

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999  tentang Pemerintahan Daerah juncto Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa pengaturan,

pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menyatakan bahwa dasar pembentukan dan pengakuan bagi

daerah otonom, yaitu satuan pemerintahan territorial lebih rendah dari negara

mempunyai hak mengatur dan mengurus urusan pemerintahan tertentu sebagai

urusan rumah tangganya (straatrehtelijke decentralisatie). Berdasarkan Pasal

18 beserta paham yang terkandung di dalamnya, maka penjelasan yang

memuat keterangan atau bersifat daerah administratif belaka, merupakan

sesuatu yang berlebihan. Menyadari makna dan maksud dari Pasal 18, maka

semua Undang-Undang tentang atau berkaitan dengan pemerintahan daerah

hanya mengatur mengenai pemerintahan otonomi/daerah otonom.

Mengacu ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan

yang dalam penyelenggaraan pemerintah menganut asas desentralisasi dengan

memberikan kesempatan dan keleluasaan daerah menyelenggarakan otonomi

daerah. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan

Page 36: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

 

landasan kuat untuk menyelenggarakan otonomi dengan kewenangan yang

luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah.

Sebagai realisasi Pasal 18 UUD 1945, maka dalam Sidang Umum

Majelis Permusyaratan Rakyat pada tanggal 7 Mei 1999 telah membentuk

Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi

Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional

Yang Berkeadilan Serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam

Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketetapan MPR Nomor

XV/MPR/1998 sebagaimana dimaksud lebih lanjut dalam Undang-Undang

Nomor 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Tahun

1999 Nomor 60, Tambahan lembaran Negara Nomor 3839) juncto Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan

dasar hukum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah. Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun

1974 Nomor 38, Tambahan lembaran Negara Nomor 3037) yang tidak sesuai

lagi dengan prinsip penyelenggaraan otonomi daerah dan perkembangan

keadaan.  

Sebagaimana diketahui prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan

otonomi daerah adalah dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan

yang tersebar di seluruh pelosok negara dan dalam membina kestabilan politik

serta kesatuan bangsa, maka hubungan yang serasi antara pemerintahan pusat

dan daerah atas dasar keutuhan negara kesatuan, diarahkan pada pelaksanaan

otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab yang dapat menjamin

perkembangan dan pembangunan daerah dan dilaksanakan bersarna-sama

dengan asas dekonsentrasi. 

Memperhatikan pengalaman penyelenggaraan otonomi daerah pada

masa lampau yang meganut prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung

jawab dengan penekanan pada otonomi yang lebih merupakan kewajiban dari

pada hak, maka dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Page 37: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

 

Pemerintahan Daerah juncto Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, pemberian otonomi kepada daerah kabupaten dan

daerah kota berdasarkan kepada asas desentralisasi dalam wujud otonomi

yang luas, nyata dan bertanggungjawab.

Kewenangan otonomi luas dalam Penjelasan Umum Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah juncto Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah keleluasaan

daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan

semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri,

pertahanan, keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta

kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Di samping itu, keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang

utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Makna otonomi nyata

seperti tersebut dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah adalah keleluasaan daerah untuk

menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara

nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang di daerah.  

Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab

dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah juncto Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai

konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam tugas dan

kewajiban yang harus di pikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi daerah, berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat

yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan

pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

serta dalam rangka menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bagir Manan menyebutkan bahwa penyelenggaraan negara

mempunyai peranan penting dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa,

oleh karena itu dalam Penjelasan Undang-Undang Negara Republik Indonesia

Page 38: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

 

Tahun 1995 yang menyatakan bahwa yang sangat penting dalam

pemerintahan dan hidupnya negara adalah semangat penyelenggaraan negara

tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal sehingga

penyelenggaraan negara tidak dapat berjalan semestinya. Hal ini terjadi

selama hampir 33 (tiga puluh tiga) tahun yaitu adanya pemusatan kekuasaan,

wewenang Presiden sebagai mandataris MPR dalam pemerintahan Orde Baru

yang non demokratis. Pemusatan kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab

tidak hanya berdampak negatif di bidang politik, namun juga di bidang

otonomi dan moneter yaitu telah terjadinya penyelenggaraan negara yang

menguntungkan kelompok tertentu yang memberi peluang tumbuhnya

korupsi, kolusi dan nepotisme. Korupsi, kolusi dan nepotisme itu tidak hanya

dilakukan oleh penyelenggara negara saja, tetapi antar penyelenggara negara

dengan pihak lain, seperti keluarga kroni-kroninya dan para penguasa

sehingga merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara yang

akhirnya akan membahayakan negara.  

Dari tuntutan reformasi diperlukan kesamaan visi, misi dan persepsi

dari seluruh penyelenggaraan negara. Kesamaan visi, misi dan persepsi

tersebut harus sejalan dengan tuntutan hati nurani rakyat yang menghendaki

terwujudnya penyelenggaraan negara yang mampu menjalankan fungsi

dengan penuh tanggung jawab yang dilaksanakan secara efektif dan efisien

bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme sebagaimana diamanatkan dalam

Ketetapan MPR Republik Indonesia Nomor XV/MPR/1998 tentang

Penyelenggaraan otonomi Daerah, pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan

Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat

dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.  

Untuk terselenggaranya negara yang bersih dari korupsi, kolusi dan

nepotisme sebagaimana dirumuskan dalam Ketetapan MPR Republik

Indonesia Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan otonomi Daerah,

pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang

Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia tersebut berkaitan langsung atau tidak

Page 39: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

 

langsung dengan penegakan hukum terhadap pelaku korupsi, kolusi dan

nepotisme terutama yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan

pejabat lain yang memiliki fungsi strategis. Dalam kaitannya dengan tujuan

tersebut, maka dikeluarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

penyelenggaraan negara Yang Bersih dan bebas Dari Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme pada tanggal 18 Mei 1999 (Lembaran negara Tahun 1999 Nomor

75 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851). Adapun sasaran pokok dalam

Undang-Undang tersebut adalah para penyelenggara negara yang meliputi

pejabat negara dan/atau pejabat lain yang memiliki fungsi strategis.  

Undang-Undang tersebut mengatur pula kewajiban para penyelenggara

negara antara lain mengumumkan dan melaporkan harta kekayaan sebelum

dan setelah menjabat. Sedangkan ketentuan sanksi dalam Undang-Undang

tersebut berlaku bagi penyelenggara negara, masyarakat dan komisi pemeriksa

sebagai upaya preventif dan represif serta berfungsi sebagai jaminan atas

diatasinya asas-asas umum penyelenggaraan negara, hak dan kewajiban

penyelenggara negara dan ketentuan lain, sehingga dapat ditentukan

memperkuat kelembagaan, moralitas, individu dan sosial.  

Prinsip penyelenggaraan otonomi daerah menggunakan asas

desentralisasi, dekonsentrasi dan asas tugas pembantuan. Asas desentralisasi

secara utuh dan bulat dilaksanakan di kabupaten dan kota. Ketentuan asas

desentralisasi di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat dilaksanakan

sesuai dengan Pasal 1 huruf d dan e Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah juncto Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah adalah penyelenggara

pemerintahan daerah otonom oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut

asas desentralisasi, sedangkan asas desentralisasi adalah penyerahan

wewenang pemerintah oleh pemerintah daerah kepada daerah otonom dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 40: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

 

Dapat dilihat bahwa tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah

untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan

di daerah terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan pada

masyarakat, serta untuk meningkatkan stabilitas politik  tampak adanya

keserasian antara kepentingan-kepentingan teknis administratif dengan

kepentingan-kepentingan politik yang melekat pada otonomi daerah. Otonomi

daerah memberi wewenang daerah untuk mengatur daerahnya berdasarkan

prakarsa sendiri yang ditetapkan atas dasar aspirasi masyarakat daerah yang

bersangkutan.

Atas dasar pemikiran tentang otonomi yang luas, nyata dan

bertanggungjawab, maka prinsip-prinsip otonomi daerah yang terdapat dalam

Penjelasan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah juncto Undang-Undang Nomor 32 tentang  Pemerintahan Daerah

terdapat 8 (delapan) yaitu :

a) Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan

aspek demokrasi, keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah;

b) Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan

bertanggungjawab;

c) Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah

kabupaten dan kota, sedangkan otonomi daerah propinsi merupakan

otonomi terbatas;

d) Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara,

sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

serta antar daerah;

e) Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian

daerah otonom, dan karenanya daerah kabupaten dan kota tidak ada lagi

wilayah administratif. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang

dibuat oleh pihak pemerintah atau pihak lain seperti badan otorita kawasan

pelabuhan, kawasan perumahan, kawasan industrri, kawasan perkebunan,

kawasan pertambangan, kawasan pariwisata dan semacamnya berlaku

ketentuan peraturan daerah otonom;

Page 41: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

 

f) Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi

badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawasan

maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintahan;

g) Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam

kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan

kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur;

h) Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari

pemerintahan dan kepala daerah, tetapi juga pemerintah dan daerah kepada

desa yang disertai dengan pembiayaan sarana dan prasarana serta sumber

daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan

mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.

Prinsip otonomi yang seluas-luasnya memberikan arti bahwa daerah

diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengatur semua urusan

pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah pusat yaitu politik luar

negeri, pertahanan dan keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional serta

agama. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk

memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan

masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab berarti identik

dengan adanya suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan,

dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya

yang telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai

dengan potensi dan kekhasan daerah. Adapun yang dimaksud dengan otonomi

yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya

harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi

daerah yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dan tujuan

nasional.

Sebagai bagian dari salah satu penyelenggaraan pemerintahan daerah,

Pemerintah Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat dalam penyelenggaraan

otonomi daerah memanfaatkan potensi dan kekayaan daerah yang dimilikinya

Page 42: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

 

dengan menerbitkan Keputusan Bupati Kuningan Nomor: 430/KPTS.213-

DISPARBUD/209 tanggal 7 Juli 2009 tentang Penunjukkan Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan sebagai Pengelola Objek dan Daya

Tarik Wisata (OTDW) Talagaremis, Paniis, Bumi Perkemahan dan Jalur

Pendakian Palutungan, Bumi Perkemahan dan Jalur Pendakian Cibunar,

Balongdalem, dan Bumi Perkemahan Cibeureum Dalam Kabupaten

Kuningan.

4. Organisasi Pemerintah Daerah

Mengingat negara adalah suatu organisasi raksasa yang juga harus

tunduk pada falsafah dan mekanisme organisasi, maka merupakan

konsekuensi logis apabila penataan organisasi negara dibagi dalam

tingkatan-tingkatan sesuai dengan besar kecilnya organisasi tersebut. (BN.

Marbun, 1991 : 6). Dengan meninjau pada Undang-Undang Dasar 1945 dan

sistem ketatanegaraan Indonesia, digambarkan struktur pola organisasi

pemerintah daerah yang dalam banyak hal merupakan penjabaran dari struktur

organisasi negara Republik Indonesia. Pemerintah daerah adalah suatu

keharusan dalam struktur negara Republik Indonesia.

Pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Secara umum perangkat

daerah terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan

koordinasi, diwadahi dalam lembaga sekretariat; unsur pendukung tugas

kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang

bersifat spesifik, diwadahi dalam lembaga teknis daerah; serta unsur

pelaksana, daerah yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah. Dasar utama

penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah urusan

pemerintahan yang perlu ditangani.

Besaran organisasi perangkat dacrah sekurang-kurangnya

mempertimbangkan faktor kemampuan, keuangan; kebutuhan daerah; cakupan

tugas meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dari banyaknya

tugas; luas wilayah kerja dan kondisi geografis; jumlah dan kepadatan

Page 43: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

 

penduduk; potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani;

sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu kebutuhan akan

organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama

atau seragam.

a. Kepala daerah

Kedudukan dan peran kepala daerah sangat strategis dalam sistem

pemerintahan sehingga dengan kepemimpinan yang efektif kepala daerah

diharapkan dapat menerapkan dan menyesuaikan dengan paradigma baru

otonomi daerah. Paradigma baru otonomi daerah harus diterjemahkan

kepala daerah sebagai upaya untuk mengatur kewenangan pemerintahan

sehingga serasi dan fokus pada tuntutan kebutuhan masyarakat, karena

otonomi daerah bukanlah tujuan, melainkan suatu instrumen untuk

mencapai tujuan (J. Kaloh, 2003: 15). Unwk mewujudkan tujuan tersebut,

tugas dan fungsi kepala daerah, yang apabila diidentifikasi terdapat 2 (dua)

kriteria tugas yaitu tugas administrasi manajerial dan tugas manajer publik.

Tugas administrasi managerial yaitu menggerakkan, mengarahkan,

mengendalikan, dan mengawasi jalannya organisasi ke arah pencapaian

tujuan, sedangkan tugas manajer publik yaitu menggerakkan partisipasi

masyarakat, membimbing, dan membina kehidupan masyarakat sehingga

masyarakat ikut serta secara aktif dalam pembangunan. Di samping itu,

juga sebagai pelindung warga masyarakat, menjaga keselarasan dan

keseimbangan kepentingan seluruh lapisan masyarakat (J. Kaloh, 2003 ;

47 - 48).

Pasal 25 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyebutkan

bahwa kepala daerah mempunyai tugas dan wewenang:

1) memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD,

2) mengajukan rancangan Perda;

3) menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

4) menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada

DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;

Page 44: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

 

5) mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;

6) mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat

menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, dan

7) melaksanakan lugas dan wewenang lain sesuai dengan Peraturaa

perundang-undangan.

Berdasarkan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,

kepala daerah mempunyai kewajiban:

1) memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia TahUn 1945 serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

2) meningkatkan kesejahteraan rakyat;

3) memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

4) melaksanakan kehidupan demokrasi;

5) menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undang,

6) menjaga etika dan norma dalam penydenggaraan pemerintahan daerah;

7) memajukan dan mengembangkan daya saing daerah;

8) melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik,

9) melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan

daerah;

10) menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah dan

semua perangkat daerah;

11) menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan pemerintahan

daerah di hadapan Rapat Paripurna DPRD;

12) memberikan laporati penydenggaraan pemerintahan daerah kepada

pemerintah, memberikan laporan keteratigari pertanggungjawaban

kepada DPRD, dan menginformasikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan daerah kepada masyarakat.

Page 45: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

 

b. Wakil Kepala Daerah

Menurut Pasal 24 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, setiap

daerah dipimpin oleh seorang kepala pemerintah daerah yang disebut

kepala daerah yang dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah. Pasal 26

Undang-Undang Nomor : 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa wakil

kepala daerah mempunyai tugas:

1) Membantu kepala daerah dalam melaksanakan meneyelenggarakan

pemerintahan daerah;

2) membantu kepala daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi

vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan dan/ atau temuan hasil

pengawasan aparat pengawasan melaksanakan pemberdayaan

perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan

pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup,

3) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan

kabupaten dan kota bagi waktu kepala daerah provinsi;

4) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di

wilayah kecamatan, kelurahan dan/ atau desa bagi wakil kepala daerah

kabupaten/ kota;

5) memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam

penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah;

6) melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang

diberikan oleh kepala daerah; dan

7) melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala

daerah berhalangan.

Wakil kepala daerah juga mempunyai kewajiban yang sama

dengan kepala daerah seperti yang telah disebutkan di atas kecuali pada

huruf (1), yaitu kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan daerah kepada pemerintah, memberikan laporan keterangan

pertanggungjawaban kepada DPRD, dan menginformasikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.

Page 46: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

 

c. Sekretariat Daerah

Pasal 121 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2064 menyebutkan

bahwa:

1) Sekretariat daerah dipimpin oleh sekretaris daerah.

2) Sekretaris daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai

tugas dan kewajiban membantu kepala daerah dalam menyusun

kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis

daerah.

3) Dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) untuk kabupaten/ kota diangkat dan diberhentikan oleh

Gubernur atas usul Bupati/ Walikota sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

4) Apabila sekretaris daerah berhalangan melaksanakan tugasnya, tugas

sekretaris daerah dilaksanakan oleb pejabat yang ditunjuk oleh kepala

daerah.

d. Dinas Daerah

Pasal 124 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2004, menyebutkan bahwa:

1) Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah.

2) Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan

diberhentikan oleh kepala daerah dari Pegawai Negeri Sipil yang

memenuhi syarat atas usul sekretaris daerah.

3) Kepala dinas daerah bertanggungjawab kepada kepala daerah melalui

sekretaris daerah.

e. Lembaga Teknis Daerah

Pasal 125 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, menyebutkan bahwa:

1) Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala.

daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang

bersifat spesifik berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum

daerah.

Page 47: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

 

2) Badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah sebagaimana dimakud

pada ayat (1) dipimpin oleh kepala badan, kepala kantor, atau kepala

rumah sakit umum daerah yang diangkat oleh kepala daerah dari

Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat atas usul sekretaris

daerah.

3) Kepala badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) bertanggungjawab kepada kepala daerah

melalui sekretaris daerah.

f. Kecamatan

Kecamatan merupakan wilayah kerja camat sebagai perangkat

daerah kabupaten dan daerah kota. Camat mempunyai tugas melaksanakan

kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/ walikota untuk

menangani sebagian urusan otonomi daerah. Kecamatan dipimpin oleh

camat. Kecamatan terdiri dari sekretariat, paling banyak 5 seksi, dan

sekretariat membawahkan paling banyak 3 sub bagian.

g. Kelurahan

Kelurahan merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah

kabupaten/ kota dalam wilayah kecamatan. Kelurahan dipimpin oleh lurah

yang membawahi sekretariat dan paling banyak 4 seksi.

Selain organisasi perangkat daerah di atas, ada beberapa lembaga yang

dapat dibentuk oleh daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

5. Tinjauan tentang Kelembagaan Daerah

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu

oleh perangkat daerah yang terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan

kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam sekretariat, unsur pengawas yang

diwadahi dalam bentuk inspektorat, unsur perencana yang diwadahi dalam

bentuk badan, unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam lembaga

teknis daerah, serta unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam dinas

Page 48: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

 

daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu

organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, namun tidak berarti

bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam

organisasi tersendiri. Dengan perubahan terminologi pembagian urusan

pemerintah yang bersifat konkuren berdasarkan Undang-Undmg Nomor 32

Tahun 2004, maka dalam implementasi kelembagaan setidaknya terwadahi

fungsi-fungsi pemerintahan tersebut pada masing-masing tingkatan

pemerintahan.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib,

diselenggarakan oleh seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, sedangkan

penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan hanya dapat

diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi unggulan dan kekhasan

daerah, yang dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan otonomi

daerah. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi dan memunculkan sektor

unggulan masing-masing daerah sebagai upaya optimalisasi pemanfaatan

sumber daya daerah dalam rangka mempercepat proses peningkatan

kesejahteraan rakyat.

Asas yang dipergunakan dalam penyusunan dan pengembangan

kelembagaan daerah adalah:

a. Asas efesiensi; dan

b. Asas efektivitas (Asisten Administrasi Sekda Propinsi Jawa Tengah,

2004).

Dalam penyusunan dan penataan organisasi perlu diperhatikan prinsip-

prinsip penataan organisasi sebagai berikut:

a. Ramping struktur kaya fungsi;

b. Kejelasan tujuan organisasi dan visi yang akan diwujudkan;

c. Pembagian dan perumusan tugas yang jelas antara satuan-satuan

organisasi yang akan dibentuk, sehingga tidak terjadi tugas dan fungsi

yang tumpang tindih

Page 49: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

 

d. Mempertegas fungsi lini dan staff

e. Menyusun pola organisasi sesuai kebutuhan nyata;

f. Menyusun pengembangan jabatan fungsional, sehingga dapat mengatasi

kekurangan pada jabatan structural

g. Kejelasan beban tugas masing-masing satuan organisasi dan mewadahi

fungsi yang berkembang; dan

h. Memperjelas tata laksana atau mekanisme kerja dan lain-lain (Asisten

Administrasi Propinsi Jawa Tengah, 2000: 5).

6. Tinjauan Tentang Teori Pelaksanaan Hukum (Peraturan Daerah)

Hukum merupakan salah satu sarana untuk menciptakan ketentraman

dan ketertiban dalam hidup bersama warga masyarakat di dalam masyarakat.

Hukum akan tumbuh dan berkembang bila masyarakat menyadari makna

kehidupan hukum dalam kehidupan. Sedangkan tujuan hukum sendiri adalah

untuk mencapai kedamaian didalam masyarakat (Soerjono Soekanto,1986:13),

Disamping itu, hukum juga dituntut untuk memenuhi nilai-nilai dasar hukum

yang meliputi keadilan, kegunaan/ kemanfaatan dan kepastian hukum (Gustav

Radbragh dalam Satjipto Rahardjo, 1982: 20-21). Hukum dalam pemahaman

ini merupakan peraturan perundang-undangan termasuk didalamnya adalah

peraturan daerah tentu saja dituntut pula untuk memenuhi nilai keadilan,

kemanfaatan, dan kepastian hukum walaupun kadang-kadang bila salah satu

nilai tersebut tercapai nilai yang lain menjadi terabaikan.

Agar hukum (termasuk didalamnya peraturan daerah) dapat mencapai

tujuan tersebut maka hukum tersebut harus dapat berproses secara fungsional

dalam masyarakat.

Menyangkut berfungsinya hukum dalam masyarakat maka hukum

(Perda) tersebut harus benar-benar dapat berlaku secara efiektif. Berkaitan

dengan kebijakan disentralisasi yang syarat dengan kepentingan politik lokal

saat ini maka peraturan daerah sebagai produk kebijakan publik dan sebagai

instruman yuridis dalam penyelenggaraan otonomi daerah agar

pelaksanaannya dapat berlaku secara efektif perlu dilakukan kajian secara

Page 50: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

 

akademik dalam rangka menemukan format maupun formulasi yang tepat

khususnya berkaian dengan penegakan hukumnya.

Hukum merupakan bagian dari sistem sosial oleh sebab itu agar hukum

(termasuk didalamnya peraturan daerah) harus benar-benar dapat berlaku dan

didayagunakan oleh warga masyarakat dalam arti hukum peraturan daerah

tersebut benar-benar berlaku secara yuridis yaitu benar-benar telah mememuhi

persyratan yuridis kemudian berlaku pula secara filosofis yang berarti hukum/

peraturan daerah tersebut sesuai dengan pandangan hidup atau nilai-nilai

masyarakat yang bersangutan. Disamping itu hukum juga dituntut untuk dapat

berlaku secara sosiologis dalam arti dapat diberlakukan dan benar-benar

berlaku dimasyarakat.

Untuk dapat bekerjanya sistem hukum sebagaii suatu proses, maka

semua komponen harus berada di dalam proses interaksi satu sama lain dan

dengan demikian membentuk totalitas yang dinamakan sistem hukum

komponen-komponen sistem hukum itu menurut Friedman adalah komponen

struktural, kultural dan substantif (L.H. Friedman, 1969: 1003-1004)

Komponen struktural, ialah kelembagaan vang diciptakan oleh sistem

hukum itu dalam berbagai macam fungsinya dalam rangka mendukung

bekerjanya sistem hukum tersebut. Salah satu dari lembaga-lembaga semacam

itu adalah peradilan. Dari komponen struktural ini kita dapat mengenai jenis-

jenis pengadilan yang diciptakan oleh sistem hukum, seperti pengadilan

negeri, pengadilan administratif, pengadilan militer dan pengadilan agama.

Komponen kultural, ialah nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan

pengikat sistem itu serta menentukan tempat sistem itu ditengah-tengah kultur

bangsa sebagai keseluruhan. Komponen kultural misalnya akan menentukan

kapan dan mengapa serta dimana rakyat itu datang kepada hukum atau

pemerintah atau pergi menghindar dari keduanya. Kultur hukum ini sering

pula disebut sebagi bensinya motor keadilan.

Page 51: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

 

Komponen substantif, ialah semua output dari sistem hukum. Kedalam

pengertian ini dimasukkan norma-norma atau peraturan-peraturan doktrin-

doktrin, keputusan-keputusan, sejauh mana semua itu digunakan baik oleh

pihak yang mengatur maupun yang diatur.

Proses bekerjanya hukum di masyarakat ialah dengan membentuk

struktur pilihan-pillhan pada subyek hukum, melalui aturan-aturan serta

sarana-sarana untuk rnengusahakan konformitas. Proses berjalan dengan cara.

menetapkan kaidah yang harus dipatuhi dan perumusan tugas-tugas penegak

hukum untuk melakukan tindakan-tindakan positif dan negatif sesuai dengan

apakah ada keputusan atau pelanggaran terhadap kaidah-kaidah hukum.

Berdasarkan fungsi hukum baik sebagai sarana rekayasa sosial maupun

sebagai kontrol sosial, maka setiap peraturan yang dibuat, diciptakan adalah

dijalankan sesuai dengan tujuan dan makna yang dikandungnya. Warga

masyarakat atau individu sebagai pihak yang dituju oleh suatu peraturan wajib

mentaati (Satjipto Rahardjo, 1977: 118). Hukum sebagai sarana institusional

untuk menegakkan tertib masyarakat, maka hukum selalu berupaya

mempositifkan kaedah-kaedah dan menyiarkannya agar diketahui oleh umum

serta berupaya pula mengembangkan sarana-sarana pemaksa (sanksi dan

aparat pelaksananya) guna menjamin ditaatinya kaedah-kaedah positif. Hal ini

berkaitan dengan keefektipan hukum.

Efektifitas hukum bila dilakukan dengan badan-badan penegak

hukumnya, maka menurut G.G. Howards dan R.S. Surnmers ada beberapa

faktor yang mempengaruhinya, yaitu (G.G. Howards dan R.S. Summers,

1965:46-47)

a. Undang-undnag harus dicanangkan dengan baik Kaedah-kaedah yang bekerja mematuhi tingkah laku itu harus ditulis dengan jelas dan dapat dipahami dengan penuh kepastian

b. Mereka bekerja sebagai pelaksanaan hukum harus menunaikan tugasnya dengan baik dan harus menafsirkan peraturan tersebut secara seragam dan sedapat mungkin senafas dengan bunyi penafsiran yang mungkin dicoba dilakukan oleh warga masyarakat yang terkena.

c. Aparat penegak hukum harus bekerja tanpa jemu untuk menyidik dan menuntut pelanggar-pelanggar

Page 52: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

 

Dalam kaitannya fungsi hukum sebagai saran rekayasa sosial maka

hukum-hukum sebagai produk kebijakan publik, harus bisa menentukan corak

hidup masyarakat. Namun ini bukanlah hal yang mudah, sebab banyak faktor

yang mempengaruhinya di samping bahwa dalam setiap individu tersebut

akan tergantung pada pilihan-pilihan secara rasional untuk taat atau tidak taat

kepada ketentuan hukum yang berlaku (Peraturan Daerah). Mereka akan

selalu memilih aktivitas yang menguntungkan baginya di dalam “arena of

choice” menurut tingkah laku rasional yang paling baik. Perilaku rasional ini

paling tidak bisa berorientasi pada perilaku kebiasaan (habitual behavior)

nilai-nilai etnik dan kebutuhan-kebutuhan individu (periksa Weeber dalam

Graham Kinlock, tanpa tahun: 139-141)

Agar hukum (Perda) bisa berfungsi sebagaimana sarana rekayasa sosial

bagi masyarakat maka dapat dipakai pula pendekatan dengan mengambil teori

Robert Seldman (1978) yang menyatakan bahwa bekerjanya hukum dalam

masyarakat itu melibatkan tiga komponen dasar yakni pembuat bukti/

Undang-undang birokrat pelaksana dan pemegang peran Teori Seidman Hil

dapat digambarkan sebagai berikut:

Dari garnbar tersebut dapat diketahui bahwa setiap anggota masyarakat

sebagai pemegang peran perilakunya ditentukan pola peranan yang diharapkan

daripadanya. Namun, bekerjanya harapan itu tidak saja ditentukan oleh

peraturan saja melainkan juga ditentukan oleh faktor-faktor lainnya termasuk

faktor yang ikut menentukan bagaimana respon yang diberikan oleh

Kekuatan Pengaruh

Pembuat Undang-Undang (PERDA)

Pelaksana

Kekuatan Pengaruh

Pemegang Peran

Kekuatan Pengaruh

Page 53: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

 

pernegang peran ialah:

a. Sanksi-sanksi yang terdapat di dalamnya

b. Aktivitas dari lembaga-lembaga/ badan-badan pelaksana hukum

c. Seluruh kekuatan sosial politik dan lainnya yang bekerja atas diri

pemegang peran.

Perilaku individu yang diatur dalam Perda tentu saja tidak juga lepas

dari tingkat pengetahuan, sikapnya terhadap Peraturan Daerah, sehingga

kemudian menimbulkan niat untuk berperilaku. Felshboen dan Ajzen telah

menggambarkan model hubungan antara pengetahuan sikap niat dan perilaku

sebagai berikut:

Penjelasan konsep dalarn kotak-kotak tersebut adalah sebagai beriku. :

Keyakinan akan akibat perilaku adalah komponen yang berisikan aspek

pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud di sini tidak sama dengan fakta

sebenarnya. Jadi yang dimaksud adalah opini tentang sesuatu hal yang belum

tentu sesuai dengan kenyataan.

Sikap terhadap perilaku adalah setiap yang berbentuk apakah positif atau

negatif tergantung pada segi positif atau negatifnya komponen pengetahuan.

Keyakinan normatif akan akibat perilaku adalah komponen pengetahuan

tentang sesuatu yang merupakan pandangan orang-orang yang berpengaruh

terhadap kehidupan seseorang.

Norma subyektif tentang perilaku adalah berisi yang dibuat individu

setelah mempertimbangkan pandanggan orang-orang yang berpengaruh yang

mempengaruhi normatif tentang perilaku.

Keyakinan akan perilaku

Sikap terhadap perilaku

Keyakinan normative akan akibat perilaku

Norma subyektif

tentang perilaku

Niat untuk melakukan perilaku

Page 54: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

 

Niat untuk melakukan perilaku adalah berisikan niat untuk melakukan

suatu perilaku. Secara teoritis terbentuknya niat tersebut ditentukan oleh

interaksi antara kedua komponen yang mendahuluinya yaitu sikap terhadap

perilaku dan norma subyektif tentang perilaku individu (Feisbhein dan Ajzen,

1975: 33)

Tingkat kepatuhan hukum seseorang dalam arti kapan seseorang

berperilaku menurut hukum atau tidak, apakah orang itu menyadari atau

kurang menyadari akan perbuatannya yang melanggar hukum banyak pula

ditentukan oleh kondisi-kondisi tertentu. adalah tidak mudah untuk

mengatakan atau mengukur bahwa seseorang itu tidak taat hukum. Pada saat

tertentu orang berperilaku sesuai dengn apa yang diyakininya sebagai hal yang

wajar, seakan-akan dia mempunyai cara tersendiri untuk membuat perilaku

yang masuk akan.

Menurut H. Obbes dan Freud bahwa pada dasarnya perilaku individu

manusia dalah egositis dan karenanya cenderung memuaskan kepentingannya

snediri (Jangkung Karyanto, 19989: 2) Akibat dari sifat manusia yang

cederung ingin memuaskan kepentingannya sendiri maka ia sering

menimbulkan benturan-benturan dengan pihak lain yang apabila hal ini

dibiarkan terus berlangsung akan menciptakan penyimpangan sosial.

Dalam hal ini pernama huukm (perda) sebagai upaya pembentukan

perilaku sosial dalam diri seseorang untuk mampu berbagi kepentingan

denganorang lain diperlukan.

Apabila perilaku individu manusia yang cederung untuk mementingkan

diri sendiri tersebutn terlepas dari pengendalian hukum dengan mengambil

sebagai bentuk deviasi yang “Sosially disapproved”, maka tindakan-tindakan

tersebut jelas akan menganggu integrasi sosial secara keseluruhan. Menurut

Paul Scholten kepatuhan hukum adalah keadaan atau nilai-nilai yang terdapat

dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau hukum yang diharapkan ada.

Dalam hal ini yang ditekankan adalah nilai-nilai yang terdapat dalam diri

manusia tentang fungsi hukum, apa yang hendak dijalankan oleh hukum di

dalam masyarakat (Paul Scholten, 1982: 28)

Page 55: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

 

Ketaatan yang rendah terhadap hukum juga dimungkinkan karena warga

masyarakat tidak mengetahui atau kurang memahami norma-norma tersebut,

sehingga mereka sama sekali tidak mengetahui akan manfaatnya untuk

mematuhi norma tersebut. Menurut pendapat Gastra van Loon efektifnya

suatu perundang-undangan secara sederhana berarti tujuannya tercapai. Hal ini

sangat bergantung berbagai faktor, antara lain tingkat pengetahuan tersebut

akan pelembagaan dari undang-undang pada bagian-bagian masyarakat sesuai

dengan ruang lingkup undang-undang tadi (Soerjono Soekanto, 1989: 84)

Untuk mengukur tingkat ketaatan hukum bagi masyarakat dpaat

dikemukakan indicator yang dikemukakan oleh B. Kutchinskt (1993) yaitu

sebagai berikut : (Soerjono Soekanto, 1982: 32)

a. Pengetahuan tentang peraturan (law awareness)

b. Pengetahuan tentang isi peraturan (law acquations)

c. Sikap cukum (law attitude)

d. Perilaku hukum (lehal behavior)

Berdasarkan teori dimuka dapat dikatakan bahwa seseorang anggota

masyarakat patuh atau tidak terhadap kebijakan Pemerintah yang ditungkan

dalam Peraturan Daerah bergantung dari keempat faktor tersebut. Pengkajian

tentang kaitan antara pengetahuan, sikap dan perilaku telah banyak dilakukan

oleh para ahli sosial. Para ahli yang mengkaji antara sikap, pengetahuan dan

perilaku tersebut dalam, satu kegiatan lazimnya sebagai sebagai berikut :

Adanya pengetahuan manfaat suatu hal akan menyebabkan orang mempunyai

sikap positif hal tersebut. Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat

untuk ikut serta dalam kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Adanya

niat untuk melakukan sesueatu kegiatan akhirnya akan sangat menentukan

apakah kegiatan tersebut betul-betul dilakukan, kegiatan yang sudah dilakukan

itu disebut perilaku.

Page 56: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

 

B. Kerangka Pemikiran

1. Bagan

2. Penjelasan Bagan

Penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana diamanatkan oleh

UU no. 32 Tahun 2004 menerapkan prinsip otonomi daerah secara luas, nyata

dan bertanggung jawab. Untuk mendukung prinsip otonomi daerah tersebut

diperlukan dukungan dan kesiapan perangkat daerah terutama dinas daerah

sebagai tangan panjang pemerintah daerah guna memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Oleh sebab itu pembentukan dinas daerah menajdi sangat

urgen dan strategis dalam pencapaian penyelenggaraan pemerintahan daerah.

UU No. 32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tentang Organisasi

Perangkat Daerah

Peraturan Daerah Berkaitan dengan (Perda Kab Daerah Sukoharjo No. 3 Tahun 2005

PEMBENTUKAN

Page 57: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Daerah Kabupaten Sukoharjo

1. Keadaan Geografis

Luas Area : 444, 666 km2

Letak : 7o 32’17” - 7 o 49’32” Lintang Selatan

110 o 42’06, 79” - 110 o 57’33,7” Bujur Timur

Ketinggian : 80 m - 125 m diatas permukaan laut

2. Batas Wilayah

Sebelah Utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DlY dan Kabupaten

Wonogiri

Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten

3. Kecamatan dan Kelurahan / Desa di Kabupaten Sukoharjo

Grogol (14 Desa) : Desa Banaran, Desa Cemani, Desa Manang, Desa

Sanggrahan, Desa Kwarasan, Desa Gedangan, Desa. Madegondo, Desa Grogol,

Desa Langenharjo, Desa Pondok, Desa Parangjoro, Desa Telukan, Desa

Pandeyan, Desa Kadokan.

Kartasura (10 Desa dan 2 Kelurahan) : Desa Kertonatan, Desa Wirogunan,

Pesa Pucangan, Kelurahan Kartasura, Desa Ngabeyan, Desa Singopuran, Desa

Gonilan, Kelurahan Ngadirejo, Desa Gumpang, Desa Makamhaji, Desa

Pabelan, Desa Ngemplak.

Gatak (15 Desa) : Desa Krajan, Desa Trangsan, Desa Mayang, Desa Blimbing,

Desa Jati, DesaTrosemi, Desa Luwang, Desa Sraten, Desa Wirogunan, Desa

Wironanggan, Desa Klaseman, Desa Kagokan, Desa Tempel, Desa Geneng,

Desa Sanggung.

Page 58: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

 

Baki (15 Desa) : Desa Gedongan, Desa Ngrombo, Desa Mancasan, Desa

Bentakan, Desa Menuran, Desa Jetis, Desa Kudu, Desa Bakipandeyan, Desa

Kadilangu, Desa Duwet, Desa Siwal, Desa Waru, Desa Gentan, Desa Purbayan.

Sukoharjo (14 Kelurahan) : Kelurahan Sukoharjo, Kelurahan Gayam,

Kelurahan Jetis, Kelurahan Joho, Kelurahan Mandan, Kelurahan Begajah,

Kelurahan Banmati, Kelurahan Kenep, Kelurahan Combongan, Kelurahan

Dukuh, Kelurahan Kriwin, Kelurahan Bulakan, Kelurahan Sonorejo, Kelurahan

Bulakrejo.

Tawangsari (12 Desa) : Desa Kateguhan, Desa Lorog, Desa Pundungrejo,

Desa Dalangan, Desa Pojok, Desa Tangkisan, Desa Tambakboyo, Desa

Majasto, Desa Grajegan, Desa Ponowaren, Desa Watubonang, Desa

Kedungjambal.

Weru (13 Desa) : Desa Jatingaiang, Desa Karanganyar, Desa Alasombo, Desa

Karakan, Desa Tegalsari, Desa Karangtengah, Desa Grogol, Desa Tawang,

Desa Karangwuni, Desa Karangmojo, Desa Weni, Desa Ngreco, Desa Krajan.

Bulu (12 Desa) : Desa Bulu, Desa Ngasinan, Desa Karangasem, Desa Tiyaran,

Desa Kedungsono, Desa Gentan, Desa Kamal, Desa Puron, Desa Sanggang,

Desa Kunden, Desa Malangan, Desa Lengking.

Nguter (16 Desa) : Desa Nguter, Desa Baran, Desa Lawu, Desa Daleman, Desa

Tanjung, Desa Pondok, Desa Kepuh, Desa Kedungwinong, Desa Plesan, Desa

Celep, Desa Juron, Desa Serut, Desa Tanjungrejo, Desa Jangglengan, Desa

Pengkol, Desa Gupit.

Mojoloban (15 Desa) : Desa Joho, Desa Klumprit, Desa Laban, Desa Sapen,

Desa Plumbon, Desa Tegalmade, Desa Demakan, Desa Palur, Desa Kragilan,

Desa Bekonang, Desa Wirun, Desa Triyagan, Desa Gadingan, Desa Dukuh,

Desa Cangkol.

Polokarto (17 Desa) : Desa Kenokorejo, Desa Tepisari, Desa Bulu, Desa

Wonorejo, Desa Rejosari, Desa Kemasan, Desa Mranggen, Desa Polokarto,

Desa Genengsari, Desa Kayuapak, Desa Jatisobo, Desa Bakalan, Desa Godog,.

Desa Ngombakan, Desa Karangwuni, Desa Bugel Desa Pranan.

Bendosari (13 Desa dan 1 kelurahan) : Kelurahan Jombor, Desa Manisha&,

Page 59: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

 

Desa Cabeyan, Desa Mojorejo, Desa Puhgogor, Desa Paluhombo, Desa

Bendosari, Desa Mulur, Desa Toriyo, Desa Sugihan, Desa Sidorejo, Desa

Gentan, Desa Mertan, Desa Jagan.

(hgp://www.sukoharjokab.go.id/suko/~ndex.php?option-com content

&task;=view&id= 12&ltemid=29, Keadaan Umum,11 Oktober 2009,14.00)

4. Jumlah Penduduk

Statistik Penduduk

Jumlah Pria 403,403 Jiwa

Jumlah wanita 410,254 Jiwa

Jumlah total 813,657 Jiwa

Pertumbuhan penduduk - %

Kepadatan penduduk 1,743,58 Per km2

(biLtp://regionalinvestment.com/sipid/id/demografipendudukjkel.php?ia=331

1&is=37, Jumlah Penduduk Berdasarkan.Jenis Kelamin di Kabupaten

Sukoharjo, 1 Oktober200,14.15)

5. Wilayah

Pembangunan di Kabupaten Sukoharjo dilaksanakan secara terpola dan terpadu

dengan mengelompokkan sub wilayah pembanguan.

a. Sub Wilayah Pembangunan I

Meliputi vvilayah Keeamatan Kartasura dan Keearnatan Gatak dengan

pusat pengembangan di Kecamatan Kartasura.

Potemi pengembangan pertanian tanaman pangan, industri, perdagangan,

perhubungan, pemukiman/ penunahan dan pariwisata.

b. Sub Wilayah Pembangunan II

Meliputi wilayah Kecamatan Grogol dan Kecamatan Baki dengan pusat

pengembangan di Keeamatan Grogol

Potensi pengembangan pertanian, tanaman pangan, industri, perdagangan,

pemukiman /perumahan dan pariwisata.

Page 60: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

 

c. Sub Wilayah Pembangunan III

Meliputi wilayah Keeamatan Mojolaban, Kecamatan Polokarto dan

Kecamatan Bendosari bagian utara, selatan dan timur dengan pusat

pengembangan di Kota Mojolaban.

Potensi pengembangan : pertanian tanaman pangan, perikanan,

perkebunan, petemakan, industri, perdagangan, perhubungan, pemukiman/

perumahan dan pariwisata.

d. Sub Wilayah Pembangunan V

Meliputi wilayah Kecamatan Sukoharjo dan Keeamatan Bendosari bagian

barat dengan pusat pengembangan di Kota Sukoharjo.

Potensi pepgembangan : pertanian tandinan pangan, perikanan,

perdagangan, pemerintahan, pemukiman/ perumahan dan pariwisata,

industri, pariwisata dan pendidikan.

e. Sub Wilayah Pembangunan V

Meliputi wilayah Kecamatan Nguter dengan pusat pengambangan di Kota

Nguter.

Potensi pengembangan : industri, pertanian tanaman pangan, peternakan

dan perdagangan.

f. Sub Wilayah Pembangunan VI

Meliputi wilayah Kecamatan Tawangsari, Kecamatan Bulu dan Kecamatan

Weru dengan pusat pengembangan di kota Tawangsari.

Potensi pengembangan : pertanian tanaman pangan, perikanan, petemakan,

perkebunan, perdagangan, perhubungan, pcrtambangan/ bahan galian,

indistri kecil dan pariwisata

(ho://www.sukohgjokab.go.id/suko/index.php?option=comcontent

&task=viwed=l 3&Itemid=30 ,1 Oktober 2009, 14.20).

B. Ketentuan Pembentukan Dinas Daerah dan Tata Kerjanya menurut

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Dalam hal pertama kelembagaan perangkat daerah agar kelembagaan

tersebut efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan harus memperhatikan:

Page 61: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

 

1. Urusan wajib dan pilihan yang dimiliki oleh pemerintah daerah.

2. Karakteristik, potensi, dan kebutuhan daerah..

3. Kemampuan keuangan daerah.

4. Ketersediaan sumber daya aparatur.

5. Pengembangan pola kbrjasaina antar daerah atau dengan pihak ketiga.

Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah termasuk didalamnya tentang dinas daerah menjelaskan untuk

kota di daerah dipakai indikator sebagai berikut :

1. Jumlah Penduduk, diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kota dengan penduduk kurang dari 100.000 jiwa diberi nilai 4.

b. Kota dengan penduduk antara 100. 001 - 200.000 jiwa diberi nilai 16.

c. Kota dengan penduduk antara 200.001 - 300. 000 diberi nilai 24.

d. Kota dengan penduduk antara 300. 001 - 400. 000 diberi nilai 32.

e. Kota dengan penduduk lebih dari 400. 000 diberi nilai 40.

2. Luas Wilayah diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kota dengan luas wilayah kurang dari 50 KM2 diberi skor 7.

b. Kota dengan luas wilayah antara 51 - 100 KM2 diberi skor 14.

c. Kota dengan luas wilayah antara 101 - 150 KM2 diberi skor 21.

d. Kota dengan luas wilayah antara 151 - 200 KM2 diberi skor 28.

e. Kota dengan luas wilayah lebih dari 200 KM2 diberi skor 35.

3. Jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diklasifikasikan sebagai

berikut:

a. Kota dengan jumlah APBD kurang dari 200 miliar diberi nilai 5.

b. Kota dengan jumlah APD antara 200.000.000.001, 00 - 400 miliar diberi

skor 10.

c. Kota dengan jumlah APBD antara 400.000.000.001 - 600 miliar diberi skor

15.

d. Kota dengan jumlah APBD antara 600.000.000.001 - 800 miliar diberi skor

20

e. Kota dengan jumlah APBD lebih dari 800 miliar diberi skor 25.

Kategori A, B, C ditentukan. dengan mengacu pada Pasal 21 Peraturan

Page 62: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

 

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, yaitu:

1. Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai kurang dari 40, masuk

kategori A, terdiri dari:

a. Sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 3 asisten.

b. Sekretariat DPRD.

c. Dinas daerah paling banyak 12 buah.

d. Lembaga, teknis daerah paling banyak 8 buah.

e. Kecamatan.

f. Kelurahan.

2. Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai antara 40 simpai dengan. 70,

masuk kategori B terdiri dari:

a. Sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 3 asisten.

b. Sekretariat DPRD.

c. Dinas daerah banyak 15 buah.

d. Lembaga, teknis daerah paling banyak 10 buah.

e. Kecamatan.

f. Kelurahan.

3. Besaran organisasi perangkat daerah, dengan nilai lebih dari 70, masuk kategori

C, terdiri dari:

a. Sekretariat Dinas, terdiri dari paling banyak 4 asisten.

b. Dinas daerah paling banyak 18 buah.

c. Lembaga teknis daerah paling banyak 12 buah.

d. Keeamatan.

e. Kelurahan.

Berdasarkan indicator tersebut selanjutnya pembentukan dinas daerah dan

tata kerjanya yang merupakan bagian dari kelembagaan daerah di Kabupaten

Sukoharjo adalah sebagai berikut:

1. Dasar Hukum

a. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota

Page 63: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

 

b. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah

c. Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor I Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah

Kabupaten Sukoharjo

d. Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 2 Tahun 2008 tentang

Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sukoharjo

e. Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Sukoharjo

2. Mekanisme atau Tahapan Pembentukan Organisasi Dinas Daerah di

Kabupaten Sukoharjo

a. Tahap persiapan

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data pendukung dan

pengidentifikasian peraturan perundang-undangan baik itu UndangUndang

maupun Peraturan Pemerintah yang melibatkan Bagian Organisasi dengan

Bagian terkait lainnya.

b. Melakukan analisis kondisi lokal (internal daerah). Hal ini dilakukan guna

mengukur maupun menetapkan secara umum kapasitas kewenangan yang

ada di Kabupaten Sukoharjo untuk selannjutnya melakukan penilaian

kelayakan untuk pembentukan dinas daerah, badan atau kantor.

c. Melakukan persandingan kelembagaan daerah yang diperlukan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah.

d. Melakukan penyusunan draf Rancangan Peraturan Daerah yang

sebelumnya telah dilakukan koreksi oleh Bagian Hukum.

e. Proses Pengajuan Rancangan Peraturan Daerah oleh Bagian hukum ke

DPRD untuk mendapatkan tanggapan dari fraksi-fraksi

f. Jawaban Bupati atas tanggapan dari fraksi-fraksi.

g. Tahap pernbahasan Rancangan Peraturan Daerah oleh panitia khusus

(pansus) DPRD

Page 64: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

 

h. Tahap evaluasi Rancangan Peraturan Daerah oleh Gubernur

i. Tetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Organisasi Perangkat

C. Pelaksanaan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2008 dalam Kaitannya

dengan Pembentukan Dinas Daerah dan Tata Kerjanya

di Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan pada Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka besaran scoring organisasi perangkat

daerah Kabupaten Sukoharjo nilainya 95 berdasarkan skor tersebut masuk tipe C

(skore lebih dari 70), dengan perhitungan sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk 403,403 jiwa : skore 40

2. Luas wilayah 444, 666 km2 : skore 35

3. Jumlah APBD Rp. 664.265.550.000,00 : skore 20

Besaran organisasi perangkat daerah Kabupaten Sukoharjo sesuai variabel

nilainya 95, sehingga masuk tipe C yang terdiri dari:

1. Sekretariat Dinas, terdiri dari paling banyak 4 asisten

2. Dinas daerah paling banyak 18 buah.

3. Lembaga teknis daerah paling banyak 12 buah.

4. Kecamatan.

5. Kelurahan.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi

adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri

dari urusan wajib dan urusan pilihan dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Urusan wajib yang menjadi

kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/ kota merupakan urusan yang

berskala kabupaten/ kota meliputi: perencanaan dan pengendalian pembangunan;

perencanaan, pemanfaatan,, dan pengawasan tata ruang; penyelenggaraan

ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan prasarana

umum; penanganan bidang kesehatan; penyelenggaraan pendidikan;

penanggulangan masalah sosial; pelayanan bidang ketenagakerjaan; fasilitasi

Page 65: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

 

pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; pengendalian lingkungan

hidup; pelayanan pertanahan; pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

pelayanan administrasi umum pemerintahan; pelayanan administrasi penanaman

modal; penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan urusan pemerintahan

kabupaten/ kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara

nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai

dengan kondisi, kekhasan, dan potensi, unggulan daerah yang bersangkutan.

Namun tidak berarti bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan

tersebut harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Dengan perubahan

teknologi pembagian urusan pemerintah yang bersifat konkuren berdasarkan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka dalam implementasi kelembagaan

setidaknya terwadahi fungsi-fungsi pemerintahan tersebut pada masing-masing

tingkatan pemerintahan. Urusan pemerintahan yang bersifat wajib, diselenggarakan

oleh seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, sedangkan urusan pemerintahan yang

bersifat pilihan hanya dapat diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi

unggulan dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan dalam rangka

pengembangan otonomi daerah. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi dan

memunculkan sektor unggulan masing masing daerah sebagai upaya optimalisasi

pemanfaatan sumber daya daerah dalam rangka mempercepat proses peningkatan

kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan hasil nilai variabel penetapan besaran organisasi perangkat

daerah, Kabupaten Sukoharjo termasuk daerah, yang dapat menerapkan pola,

maksimal, sehingga dimungkinkan dapat membentuk dinas daerah sampai dengan

18, tetapi dalam rangka efisiensi, efektivitas don rasionalitas sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan daerah, maka dengan mengutamakan prinsip

koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi antar perangkat daerah,

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo tidak memaksimalkan besaran dinas daerah

tersebut merupakan penerapan asas yang dipergunakan dalam penyusunan dan

pengembangan kelembagaan daerah yaitu asas efesiensi dan asas efektivitas.

Page 66: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

 

Perubahan yang terjadi dalam pembentukan Dinas daerah dan organisasi

tata kerjanya antara lain :

1. Perubahan nomenklatur Kepala bagian Tata Usaha menjadi Sekretaris;

2. Perubahan nomenklatur Kepala Sub Dinas menjadi Kepala Bidang dan

sekaligus penurunan eselon pada Kepala Bidang, yang semula eselon IIIa

menjadi eselon IIIb

Namun demikian, untuk mewujudkan iklim sejuk di kalangan pejabat yang

menduduki jabatan Kepala Sub Dinas, maka diatur sebagai berikut:

1. Kepala Bidang pada Dinas Daerah/ Lembaga Teknis Daerah yang telah

menduduki jabatan struktural sebelum Peraturan. Daerah baru diundangkan

tetap diberikan hak kepegawaian dan hak administrasi lainnya dalam jabatan

struktural eselon IIIa.

2. Kepala Bidang pada Dinas Daerah/ Lembaga Teknis Daerah yang telah

menduduki jabatan struktural eselon IIIa apabila dimutasikan menjadi Kepala

Bidang pada Dinas Daerah/ Badan pada Perangkat Daerah tetap diberikan hak

kepegawaian dan hak administrasi lainnya dalam jabatan structural eselon IIIa.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip penataan organisasi sebagai berikut

ramping struktur kaya fungsi; kejelasan tujuan organisasi dan visi yang akan

diwujudkan; pembagian dan perumusan tugas yang jelas antara satuan-satuan

organisasi yang akan dibentuk untuk mencegah terjadinya tugas dan fungsi yang

tumpang tindih; mempertegas fungsi lini dan staff; menyusun pola organisasi

sesuai kebutuhan nyata; menyusun pengembangan jabatan fungsional untuk

mengatasi kekurangan pada jabatan struktural; kejelasan beban tugas

masing-masing satuan organisasi dan mewadahi fungsi yang berkembang; dan

memperjelas tata laksana atau mekanisme kerja dan lain-lain maka pembentukan

dan organisasi tata kerja Dinas daerah Kabupaten Sukoharjo terdiri dari :

1. Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan

daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang pendidikan.

Untuk melaksanakan tugas pokok Dinas Pendidikan menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dibidang pendidikan

Page 67: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

 

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

pendidikan

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pendidikan.

2. Dinas Pemuda dan OlahRaga, Pariwisata dan Kebudayaan

Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan mempunyai tugas

pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi

dan tugas pembantuan dibidang pemuda, olahraga, kepariwisataan dan

kebudayaan. Untuk melaksanakan Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan

Kebudayaan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis dibidang pemuda, olahraga, pariwisata, dan

kebudayaan;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

pemuda, olahraga, pariwisata, dan kebudayaan

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pemuda, olahraga, pariwisata,

dan kebudayaan.

3. Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan

daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang kesehatan.

Untuk melaksanakan tugas Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi

a. perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

kesehatan

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kesehatan.

4. Dinas Sosial

Dinas Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan

daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang sosial. Untuk

melaksanakan tugas pokok Dinas Sosial menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dibidang sosial:

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

sosial

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang sosial.

Page 68: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

 

5. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugas pokok melaksanakan

urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan

dibidang tenaga kerja, dan transmigrasi. Untuk melaksanakan tugas pokok

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dibidang tenaga kerja dan transmigrasi;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

tenaga kerja dan transmigrasi;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang tenaga kerja dan transmigrasi.

6. Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi.

Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi mempunyai tugas pokok

melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan dibidang perhubungan, informatika dan komunikasi. Untuk

melaksanakan tugas pokok Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi

menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dibidang perhubungan, informatika dan

komunikasi

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

perhubungan, informatika dan komunikasi;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perhubungan, informatika dan

komunikasi.

7. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai tugas pokok

melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan dibidang kependudukan dan pencatatan sipil. Untuk melaksanakan

tugas pokok Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil menyelenggarakan

fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dibidang kependudukan dan pencatatan sipil;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

kependudukan dan pencatatan sipil

Page 69: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

 

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kependudukan dan pencatatan

sipil.

8. Dinas Pekejaan Umum

Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan

pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang

pekerjaan umum untuk melaksanakan tugas pokok Dinas Pekerjaan Umum

menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dibidang pekerjaan umum;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

pekerjaan umum;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pekerjaan umum.

9. Dinas Pertanian

Dinas Pertanian mempunyai tugas pokok rnelaksanakan urusan pemerintahan

daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang pertanian.

Untuk melaksanakan tugas pokok Dinas Pertanian menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dibidang pertanian;

b. penyelenggaraan urusan pemerintaban dan pelayanan umum dibidang

pertanian;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pertanian.

10. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mempunyai tugas

pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi

dan tugas pembantuan dibidang koperasi dan usaha mikro, keeil dan menengah.

Untuk melaksanakan tugas pokok Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah menyelenggarqkan fungsi:

a. perumusan kebijakan telcnis dibidang koperasi dan usaha mikro, kecil dan

menengah;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang koperasi dan usaha mikro, kecil

dan menengah.

Page 70: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

 

11. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan mempunyai tugas pokok melaksanakan

urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan

dibidang perindustrian dan perdagangan. Untuk melaksanakan tugas pokok

Dinas Perindustrian dan Perdagangan menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dibidang perindustrian dan perdagangan;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

perindustrian dan perdagangan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perindustrian dan perdagangan.

12. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas

pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi

dan tugas pembantuan dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset

daerah. Untuk melaksanakan tugas pokok Dinas Pcndapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan

dan aset daerah;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pendapatan, pengelolaan

keuangan dan aset daerah.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan peraturan daerah

nomor 3 tahun 2008 dalam kaitannya dengan pembentukan dinas daerah di

Kabupaten Sukoharjo telah sejalan dengan asas efisiensi dan efektifitas. Hal

tersebut ditunjukkan dari peluang Kabupaten Sukoharjo berdasarkan criteria yang

ada sebenarnya dapat membentuk dinas daerah sejumlah 18 (delapan belas), namun

hanya ditetapkan sejumlah 12 (dua belas) saja sehingga dapat ditekan terjadinya

pemborosan dan inefisiensi anggaran daerah.

Selanjutnya jika dilihat dari tata kerjanya menunjukkan bahwa tata kerja

dinas daerah di Kabupaten Sukoharjo melalui peraturan daerah Nomor 3 tahun

2008 telah sejalan dengan prinsip samping struktur kaya fungsi dengan

Page 71: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

 

mendasarkan pola visi dan kejelasan tujuan, mempertegas gungsi. Staff serta

menyusun pola organisasi sesuai dengan kebutuhan yang nyata. Dengan demikian

secara tegas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan peraturan daerah Kabupaten

Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008 dapat berjalan secara efektif karena mekanisme

pembentukannya telah sesuai dengan asas, prinsip, tujuan maupun peraturan

perundang-undangan yang mendasarinya.

D. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pembentukan Dinas Daerah

di Kabupaten Sukoharjo

Beberapa faktor penghambat dalam pembentukan Dinas Daerah di

Kabupaten Sukoharjo meliputi :

1. Adanya kemauan pejabat eksekutif daerah yang cenderung untuk

memaksimalkan dalam membentuk lembaga daerah. Untuk mengatasi

permasalahan ini, DPRD senantiasa menggunakan fungsi kontrolnya guna

mengingatkan kepada para pejabat eksekutif.

2. Kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri mengenai

Pembentukan lembaga Daerah tidak sesuai dengan kondisi daerah, sehingga

terpaksa dilakukan penyederhanaan yang seharusnya berbentuk Dinas Daerah

kemudian diturunkan menjadi Kantor.

3. Adapya keeenderungan pemerintah daerah untuk tetap mempertahankan Dinas

daerah dengan menggunakan pola lama. Hal ini dikarenakan peraturan yang

baru dianggap kurang bisa menampung kebutuhan daerah.

4. Urusan pernerintahan yang diserahkan kepada daerah terlalu banyak, sehingga

dirasakan memberatkan bagi daerah.

Page 72: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan dimuka disimpulkan

sebagai berikut:

1. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 dalam kaitannya dengan

Pembentukan Dinas Daerah dan tata kerjanya di Kabupaten Sukoharjo telah

sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah serta telah sejalan dengan asas ramping struktur

kaya fungsi dan prinsip efisiensi, efiktitas. Pembentukan dinas daerah di

Kabupaten Sukoharjo disesuaikan juga dengan nasionalitas, kebutuhan dan

prinsip integritas, sinkronisasi antar perangkat daerah, Kabupaten Sukoharjo

tidak menerapkan pola maksimal sehingga besaran Dinas daerah yang

mestinya mencapai 18 dinas tetapi saat ini hanya dibentuk 12 Dinas daerah.

2. Beberapa hambatan yang timbul dalam pembentukan Dinas daerah di

Kabupaten Sukoharjo meliputi hambatan internal maupun eksternal.

Hambatan internal berupa kecenderungan aparat untuk memaksimalkan

jumlah jabatan dengan pola lama, sedangkan hambatan eksternal berupa

beratnya beban yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri serta terlalu

banyaknya urusan yang diserahkan kepada daerah.

B. Saran

Atas dasar analisis pembahasan dan kesimpulan dimuka diajukan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlunya sosialisasi dan pembinaan yang lebih intensif terhadap aparat daerah

dalam memahami dan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sehingga

mereka tidak sekedar menuntut hak jabatan tetapi lebih mendahulukan

kewajibannya.

Page 73: PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPAT EN SUKO … · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: Pelaksanaan Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

2. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo perlu segera melakukan evaluasi terhadap

peraturan-peraturan daerah di lingkungan Dinas daerah seiring dengan

perkembangan dan perubahan perundang-undangan di tingkat pusat dalam

rangka pelaksanaan otonomi daerah missal peraturan daerah tentang pajak

daerah dan retribusi daerah.