pelaksanaan pendidikan pemustaka pada...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN PENDIDIKAN PEMUSTAKA PADA
PERPUSTAKAAN LAB SCHOOL SMA KORNITA IPB BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Faris Muhammad NIM: 1110025000057
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H. /2014 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2014
Faris Muhammad 1110025000057
i
ABSTRAK
Pelaksanaan Pendidikan Pemustaka pada Lab School SMA Konrita IPB Bogor : Skripsi, Faris Muhammad. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, 79 hal.
Penelitian ini membahas mekanisme pelaksanaan pendidikan pemustaka pada Perpustakaan Lab School SMA Kornita IPB Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang pelaksanaan, tingkat, metode, materi, kendala dan solusi dari kegiatan pendidikan pemustaka pada Perpustakaan Lab School SMA Kornita IPB Bogor. Metode penelitian yang digunakan berjenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan penelitian ini adalah kepala perpustakaan dan bagian kesiswaan. Teknik pengumpulan data melalui observasi, studi dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita IPB Bogor dilaksanakan pada saat MOS (Masa Orientasi Siswa) dan pengajaran guru di perpustakaan. Materi yang diajarkan selama pendidikan pemustaka pada saat MOS adalah materi yang berhubungan dengan segala sesuatu tentang perpustakaan. Sedangkan materi yang diajarkan pada saat guru mengajar adalah materi yang sesuai dengan kurikulum sekolah dan pemberian tugas untuk siswa yang dikerjakan di perpustakaan. Pelaksanaan pendidikan pemustaka ini tidak mempunyai panduan pelaksanaan. Oleh karena itu, Perpustakaan hendaknya mempunyai pedoman dan rencana dalam melaksanakaan pendidikan pemustaka ini.
Kata kunci: Pendidikan pemustaka, user education, pendidikan pemakai, pendidikan pengguna, layanan, perpustakaan sekolah,
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabbil’alamin. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena
atas izin, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pelaksanaan Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan Lab School SMA Kornita
IPB Bogor”. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua tercinta, untuk kasih sayang, doa, nasihat, juga dukungan moril
dan materi yang tiada henti.
2. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS., selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dosen pembimbing, Ibu Fadhilatul Hamdhani, M.Hum., terima kasih atas waktu,
bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis selama ini.
6. Dosen-dosen Fakultas Adab dan Humaniora, khususnya Dosen-dosen jurusan
Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan Ilmu
Pengetahuan dan membuka wawasan baru bagi penulis.
7. Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
8. Kepala Sekolah Lab School SMA Kornita IPB Bogor yang telah mengizinkan
penulis melakukan penelitian di sekolah yang Bapak / Ibu pimpin.
9. Kepala dan Pengelola Perpustakaan Lab School SMA Kornita IPB Bogor
10. My beloved litle brother Danar si spiderman kribo.
11. Teman-teman team futsal "Insya Allah menang" : Ahnjhun, Ari, Babeh, Bayu,
Tama, Awan, Dimas, Rifqi.
12. Teman-teman geng ibu-ibu rempong : Fitri, Husnul, Nita, Nenden, Dea, Putri,
Lona, Ina, Yeni, Nopi, Dita.
13. Rachmatunisa Bayulia yang telah menyemangati penulis.
14. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi perkembangan Ilmu
Perpustakaan. Amiin.
Jakarta, 25 Mei 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Batasan Masalah ............................................................ 4
C. Rumusan Masalah .......................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ........................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ......................................................... 5
F. Metode Penelitian........................................................... 6
G. Teknik Analisis Data ...................................................... 8
H. Sistematika Penulisan ..................................................... 9
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Pengertian Perpustakaan Sekolah ................................... 11
B. Fungsi Perpustakaan Sekolah ......................................... 13
C. Tujuan Perpustakaan Sekolah ......................................... 16
D. Peran Perpustakaan Sekolah dalam Keberaksaraan
Informasi Siswa dan Guru .............................................. 17
E. Upaya Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah ..................... 19
F. Pengertian Pemustaka dan Pendidikan Pemustaka .......... 21
G. Tingkatan Pendidikan Pemustaka ................................... 24
H. Metode Pendidikan Pemustaka ....................................... 30
I. Tujuan Pendidikan Pemustaka ........................................ 36
J. Pelaksanaan Pendidikan Pemustaka ................................ 36
K. Penelitian Terdahulu ...................................................... 37
v
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN LAB SCHOOL SMA
KORNITA IPB BOGOR
A. Sejarah Perpustakaan SMA Kornita ................................ 40
B. Visi dan Misi Perpustakaan SMA Kornita ...................... 42
C. Tugas dan Fungsi Perpustakaan SMA Kornita ................ 42
D. Tata Tertib Perpustakaan SMA Kornita .......................... 43
E. Sumber Daya Manusia, Tugas Pokok dan Struktur
Organisasi Perpustakaan SMA Kornita ........................... 44
F. Layanan dan Fasilitas Perpustakaan SMA Kornita .......... 46
G. Koleksi Perpustakaan SMA Kornita ............................... 48
H. Ruangan Perpustakaan SMA Kornita ............................. 50
I. Pemustaka ...................................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Pendidikan Pemustaka di Perpustakaan
SMA Kornita.................................................................. 52
B. Tujuan dan Sasaran Pendidikan Pemustaka .................... 53
C. Teknis Pelaksanaan Pendidikan Pemustaka .................... 54
D. Tingkatan Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan
SMA Kornita................................................................. 59
E. Metode Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan
SMA Kornita.................................................................. 65
F. Materi Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan
SMA Kornita ................................................................. 69
G. Kendala dan Solusi ......................................................... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... 77
B. Saran .............................................................................. 79
vi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Informan ..................................................................... 7
2. Tabel 2 Perbedaan Pengajaran Bibliografi dengan Literasi
Informasi .................................................................... 30
3. Tabel 3 Sumber Daya Manusia di Perpustakaan SMA Kornita. 44
4. Tabel 4 Pembagian koleksi menurut subyek mata pelajaran ..... 49
5. Tabel 5 Pembagian Koleksi Menurut Jenis .............................. 50
6. Tabel 6 Daftar Peralatan Perpustakaan SMA Kornita ............... 51
7. Tabel 7 Pelaksanaan Pendidikan Pemustaka pada saat MOS .... 55
8. Tabel 8 Pelaksanaan Pendidikan Pemustaka pada saat
Pengajaran ................................................................... 58
9. Tabel 9 Tingkatan Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan
SMA Kornita .............................................................. 60
10. Tabel 10 Metode Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan
SMA Kornita .............................................................. 66
11. Tabel 11 Materi Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan
SMA Kornita .............................................................. 69
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1.Struktur Organisasi Perpustakaan SMA Kornita ....... 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan mempunyai peran dalam menunjang kegiatan pembelajaran
dan mencerdaskan kehidupan bangsa, perpustakaan mempunyai kegiatan dalam
hal pengolahan, penyediaan, dan pelayanan. Hal tersebut tertuang dalam pasal 1
Undang-undang Perpustakaan no.43 tahun 2007 disebutkan bahwa "perpustakaan
adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam
secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.1
Perpustakaan merupakan jantung sebuah institusi termasuk didalamnya
institusi pendidikan, yaitu salah satunya adalah sekolah. Sekolah merupakan
tempat awal bagi masyarakat untuk memperoleh ilmu secara formal, untuk
memperoleh ilmu di sekolah tersebut tentunya perpustakaan ikut berperan sebagai
media dalam menyediakan informasi yang berupa ilmu kepada para siswa di
sekolah dalam bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan tersebut.
Perpustakaan memiliki nilai informasi, maksudnya adalah informasi
tersebut dapat digunakan oleh pemustaka untuk memperoleh kebutuhan
informasinya2. Informasi yang terkandung di dalam perpustakaan sangatlah
berguna bagi para siswa di sekolah tetapi tidak sedikit siswa yang belum mengerti
cara memanfaatkan perpustakaan secara efektif dan efisien. Maka dari itu
1Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2008), h. 2.
2 Wiji Suwarno, Pengetahuan Dasar Kepustakaan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 9.
2
pemustaka harus mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan fasilitas yang
berada di perpustakaan. Jika tidak mempunyai kemampuan tersebut maka siswa
tersebut dapat dikatakan gagal dalam mencapai pendidikan seumur hidupnya,
artinya terampil menggunakan perpustakaan merupakan suatu hal yang perlu
dipelajari untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi tersebut3. Untuk
merumuskan peran perpustakaan kedepan salah satunya adalah membimbing
pemustaka mencari dan memiliki sumber informasi yang sesuai dengan
kebutuhannya. Asumsi yang dipakai adalah tidak semua pencari informasi adalah
pemustaka dan tidak semua pemustaka dapat memenuhi kebutuhan informasinya
sendiri4.
Agar perpustakaan dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien maka
perpustakaan dapat memberikan sebuah layanan kepada para pemustaka dalam hal
ini adalah guru dan siswa, untuk memberikan pelayanan yang baik dan
bermanfaat, maka pustakawan perlu memberikan bimbingan secara optimal
kepada guru dan siswa dalam menggunakan perpustakaan dengan baik.
Kemampuan guru dan siswa dalam menggunakan perpustakaan adalah
dasar yang sangat penting dalam mendukung proses pendidikan. Kemampuan
tersebut dapat berguna dalam memperoleh kebutuhan informasi bagi guru dan
siswa. Pentingnya melakukan pendidikan pemustaka perpustakaan sejak tingkat
sekolah dapat berguna sebelum mereka memasuki perguruan tingggi, agar mereka
3 Ade Abdul Hak, "Pendidikan Pemustaka", dalam Sudarnoto Abdul Hakim, ed.,
Perpustakaan sebagai center for learning society : Gagasan untuk Pembangunan Perpustakaan Madrasah. (Jakarta: FAH UIN Syarif Hidayatulloh, 2006 ), h. 97. 4 Wiji Suwarno, Pengetahuan Dasar Kepustakaan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.
8.
3
mempunyai bekal dalam memanfaatkan sarana perpustakaan secara efektif dan
efesien. Melalui pendidikan pemustaka ini berarti perpustakaan telah dapat dan
secara nyata memberikan sesuatu yang sangat diperlukan oleh Pemustakanya.
Bentuk pelayanan ini belum banyak dilakukan di perpustakaan sekolah
karena keterbatasan petugas dan media yang dimiliki. Keberhasilan kegiatan ini
dipengaruhi oleh sikap petugas yang dapat memahami karakteristik pemustaka.
Pengoperasian peralatan, dan pemanfaatan yang sesuai. Kendalanya adalah
ternyata masih banyak guru dan siswa sekolah yang belum mengerti dalam
menggunakan perpustakaan yang benar. Untuk itu perlu kiranya perpustakaan
sekolah mengadakan sebuah kegiatan pendidikan pemustaka secara rutin dan
berkelanjutan, apalagi ditambah dengan perkembangan teknologi yang semakin
cepat khususnya teknologi yang berada di perpustakaan.
Maka dari itu, para pemustaka dituntut agar mempunyai kemampuan
dalam menelusur informasi dan dapat menggunakan berbagai fasilitas
perpustakaan dengan efektif terlebih dengan adanya ledakan informasi dan
tuntutan kurikulum dari sekolah tersebut.
Penulis merasa perlu untuk meneliti tentang pendidikan pemustaka pada
perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah yang ingin penulis teliti adalah
Perpustakaan Lab School SMA Kornita IPB Bogor. Perpustakaan Lab School
SMA Kornita IPB Bogor yang selanjutnya disebut Perpustakaan SMA Kornita
adalah perpustakaan yang berada di wilayah IPB (Institut Pertanian Bogor). Saat
ini pendidikan pemustaka yang dilakukan perpustakaan SMA Kornita yaitu
dengan menggunakan perpustakaan sebagai ruangan belajar dan ruang diskusi.
4
Sedangkan berdasarkan teori dari beberapa sumber, pendidikan pemustaka
adalah kegiatan yang dilakukan sebuah perpustakaan dalam memperkenalkan
perpustakaan kepada penggunannya. Pengenalan perpustakaan ini terdiri dari
pengenalan perpustakaan secara fisik maupun secara peraturan dan layanan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji
tentang pendidikan pemustaka. Dengan demikian penulis memilih judul :
"Pelaksanaan Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan Lab School SMA
Kornita IPB Bogor"
B. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas maka perlu adanya pembatasan masalah,
pembatasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Pelaksanaan pendidikan pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita
2. Tingkatan, metode dan materi yang dilakukan dalam kegiatan pendidikan
pemustaka
3. Kendala dan solusi dalam melaksanakan pendidikan pemustaka di
Perpustakaan SMA Kornita.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana cara melaksanakan pendidikan pemustaka pada Perpustakan SMA
Kornita?
5
2. Bagaimana tingkatan, metode dan materi yang dilakukan dalam kegiatan
pendidikan pemustaka ini?
3. Apa saja kendala dan solusi pada pelaksanaan pendidikan pemustaka pada
Perpustakaan SMA Kornita?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tentang tatacara pelaksanaan pendidikan pemustaka
2. Mengetahui tingkat, metode dan materi yang dilakukan dalam melaksanakan
pendidikan pemustaka
3. Mengetahui kendala dan solusi dari kegiatan pendidikan pemustaka.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang kegiatan pendidikan
pemustaka.
2. Dapat memberikan feedback tentang pendidikan pemustaka kepada
Perpustakaan SMA Kornita.
3. Sebagai bahan rujukan untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian
tentang pendidikan pemustaka.
6
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif, yaitu jenis
penelitian yang bertujuan menjelaskan sesuatu seperti apa adanya (as it is)
secara mendalam dan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek
yang diteliti5.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Menurut Bog dan dan Taylor seperti yang dikutip Lexy J.Maleong yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati6.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan
tujuan penelitian. Alat atau teknik pengumpulan data pada penelitian ini
adalah :
a. Observasi
Observasi adalah metode penelitian yang pengambilan datanya
bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian.7 Dalam
melakukan observasi, penulis dibantu dengan alat-alat observasi seperti
kamera, buku catatan, telepon genggam dan alat tulis.
5Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian : pengantar teori dan panduan
praktis penelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula (Jakarta : STIA-LAN, 1999), h. 60. 6 Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Ronda Karya,
2005), h. 4. 7Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian : pengantar teori dan panduan praktis
penelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula, h .63.
7
b. Wawancara
Metode wawancara adalah metode yang datanya dikumpulkan
melalui wawancara dengan responden atau informan8. Tipe wawancara
yang penulis gunakan adalah wawancara semi terstruktur, yaitu
wawancara bebas dan terbuka tetapi dipandu dengan pedoman
wawancara9.
Teknik pemilihan informan yang penulis pakai adalah purposive
sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Sedangkan snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data, dengan mencari data dari orang lain sebagai sampel sumber data
melalui rekomendasi sampel pertama10.
Penulis akan mewawancarai Kepala Perpustakaan dan Bagian
Kesiswaan SMA Kornita IPB Bogor. Informan akan diberikan inisial
untuk membedakan antar informan sehingga dapat mengurangi kesalahan
penulisan11. Berikut adalah daftar informan penulis :
Tabel 1. Informan
No Informan Inisial Jabatan
1 Drs. Budiyono, M. Pd. BD Kepala Perpustakaan
2 Eny Kadarti, S. T. EK Kesiswaan
8 Ibid., h. 64. 9 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif : dasar-dasar (Jakarta : Indeks, 2012), h. 47. 10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2012), h. 218-219. 11 Ibid., h. 21.
8
c. Kajian Kepustakaan
Kajian kepustakaan adalah penelitian yang bertumpu pada sumber-
sumber pustaka/dokumentasi sebagai sumber data utamanya12.
G. Teknik Analisa Data
Data akan dianalisa melalui tiga tahapan yaitu :
1. Reduksi data
Pada tahap ini dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya antara data
dengan tujuan penelitian13.
2. Penyajian data
Penyajian data dimaksudkan untuk dapat melihat gambaran keseluruhan
atau bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan14. Pada tahap ini
peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan
pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap subpokok
permasalahan15.
12 Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian , h. 65.
13 Tjutju Soendari, "Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif," artikel diakses pada 5 Maret 2014 darihttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195602141980032TJUTJU_SOENDARI/Power_Point_Perkuliahan/Penelitian_PKKh/Teknik_analisis_dt.kual.ppt_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf. 14 Soendari, "Teknik Analisis Data Kualitatif."
15 Soendari, "Teknik Analisis Data Kualitatif."
9
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dan verifikasi data, kegiatan ini dimaksudkan untuk
mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan,
atau perbedaan16.
H. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis mulai dari
Bab I sampai Bab V dengan rician sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur. Bab ini memuat teori – teori yang berasal dari kajian
kepustakaan yang berkaitan dengan gambaran mengenai pengertian pendidikan
pemustaka dan istilah-istilahnya, teknis pelaksanaan pendidikan pemustaka,
metode pendidikan pemustaka, keterampilan yang perlu diajarkan dalam
pendidikan pemustaka, tujuan pendidikan pemustaka, dan manfaat pendidikan
pemustaka.
Bab III Gambaran Umum Perpustakaan LAB SCHOOL SMA KORNITA
IPB BOGOR. Pada bab ini akan membahas tentang sejarah singkat, struktur
organisasi dan manajemen, visi dan misinya, tugas dan fungsi, tata tertib
perpustakaan, sarana dan prasarana serta fasilitas yang dimiliki oleh Perpustakaan
Lab School SMA Kornita IPB Bogor.
16 Soendari, "Teknik Analisis Data Kualitatif."
10
Bab IV Hasil Penelitian. Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang
berkaitan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan
pemustaka.
Bab V Penutup. Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh
penulis setelah melakukan penelitian di perpustakaan tersebut.
11
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Pengertian Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan merupakan bagian terpenting yang harus dimiliki pada
sebuah lembaga, karena dapat berguna untuk mendukung visi dan misi program
kerja dari lembaga tersebut. Tak terkecuali dengan perpustakaan sekolah,
perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana sarana pendidikan penunjang
kegiatan belajar siswa dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan disekolah17.
Perpustakaan sekolah berada pada lingkungan sekolah, penanggung
jawabnya adalah Kepala Sekolah. Sedangkan pemustakanya adalah para pelajar
dan guru-guru. Tugas pokok perpustakaan sekolah adalah menunjang proses
pendidikan dengan menyediakan bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan
kurikulum sekolah dan ilmu pengetahuan tambahan lain, agar proses pendidikan
dapat berlangsung lancar dan berhasil baik18.
Keberadaan perpustakaan sekolah berguna untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dan harus mampu dalam meningkatkan kualitas bangsa. Selain itu,
Keberadaan perpustakaan sekolah diharapkan berfungsi sebagai media
pendidikan, tempat belajar, penelitian sederhana, pemanfaatan teknologi
17 Darmono, Perpustakaan Sekolah: pendekatan aspek manajemen dan tata kerja (Jakarta: Grasindo, 2007), h 1. 18 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: suatu pendekatan praktik (Jakarta: Sasmita Media Utama, 2004), h 31-32.
12
informasi, kelas alternatif, dan sumber informasi19. Mengenai keberadaan
perpustakaan sekolah.
"Mblu seperti yang dikutip oleh Darmono menyatakan bahwa perpustakaan sekolah sangat diperlukan keberadaannya dengan pertimbangan bahwa:
1.Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar dilingkungan sekolah, 2.Perpustakaan sekolah merupakan salah satu komponen sistem
pengajaran, 3.Perpustakaan sekolah merupakan sumber untuk menunjang kualitas
pendidikan dan pengajaran, 4.Perpustakaan sekolah sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan
peserta didik dapat mempertajam dan memperluas kemampuan untuk membaca, menulis, berpikir dan berkomunikasi."20
Perpustakaan sekolah dan pendidikan memiliki hubungan yang saling
terkait. Menurut UU no. 2 Tahun 1989 pasal 35 dijelaskan bahwa setiap satuan
pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat,
harus menyediakan sumber belajar21. Pada Penjelasan pasal tersebut diterangkan
bahwa salah satu sumber belajar yang penting bukan satu-satunya, adalah
perpustakaan yang memungkinkan para tenaga pendidik, dan para peserta didik
memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan ilmu
pengetahuan yang diperlukan22.
Perpustakaan sekolah merupakan bagian dari program sekolah secara
keseluruhan, dimana bersama-sama dengan pendidikan lainnya turut menentukan
keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran23. Melalui penyediaan
19 Lasa Hs, Manajemen Perpustakaan Sekolah (Yogyakarta: Pinus Book, 2007), h 12-13. 20 Darmono, Perpustakaan Sekolah, h 3. 21 Lasa Hs, Manajemen Perpustakaan Sekolah, h 11. 22 Ibid., h. 12. 23 Darmono, Perpustakaan Sekolah, h 3.
13
perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung baik secara fisik
maupun mental dalam proses belajar24.
B. Fungsi Perpustakaan Sekolah
Menurut Lasa Hs dan Darmono. Perpustakaan sekolah mempunyai
beberapa fungsi yaitu:
1. Sumber Informasi
Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan
tercetak, maupun koleksi lainnya agar pengguna perpustakaan dapat
memperoleh informasi yang tersedia untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat25.
Sumber-sumber informasi bisa didapat melalui kamus, ensiklopedia,
handbook, almanak, indeks, sumber geografi, bibliografi, buku tahunan, dan
internet26.
1. Fungsi Pendidikan
Perpustakaan menyediakan berbagai informasi melalui koleksi yang
dimiliki, sebagai sarana untuk menerapkan tujuan pendidikan.
"Melalui fungsi ini manfaat yang diperoleh adalah: a. agar pemustaka mendapat kesempatan untuk mendidik diri sendiri
secara berkesinambungan. b. untuk membangkitkan dan mengembangkan minat yang telah dimiliki
pemustaka yaitu dengan mempertinggi kreativitas dan kegiatan intelektual,
c. mempertinggi sikap sosial dan menciptakan masyarakat yang demokratis,
24 Ibid., h. 3. 25 Ibid., h. 4. 26 Lasa Hs, Manajemen Perpustakaan Sekolah, h 14.
14
d. mempercepat penguasaan dalam bidang pengetahuan dan teknologi baru."27
Selain itu, para guru dapat memanfaatkan perpustakaan untuk memperoleh
materi yang disampaikan kepada siswa. Para siswa pun bisa memperoleh
bacaan sebagai bentuk pengembangan diri. Mereka dapat memilih bacaan-
bacaan yang disukai."28
2. Fungsi Kebudayaan
Perpustakaan dapat berperan dalam menambah wawasan kebudayaan
pemustaka.
"Melalui koleki yang dimiliki oleh perpustakaan yang dapat bermanfaat untuk: a. meningkatkan mutu kehidupan dengan memanfaatkan berbagai informasi
sebagai rekaman budaya bangsa untuk meningkatkan taraf hidup dan mutu kehidupan manusia secara individu maupun kelompok,
b. membangkitkan minat terhadap kesenian dan keindahan, yang merupakan selah satu kebutuhan manusia terhadap cita rasa seni,
c. mendorong tumbuhnya kreativitas dalam berkesenian, d. mengembangkan sikap dan sifat hubungan manusia yang positif serta
menunjang kehidupan antar budaya secara harmonis, e. menumbuhkan budaya baca di kalangan pemustaka sebagai bekal
penguasaan ahli teknologi."29
3. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan dapat juga berperan sebagai tempat rekreasi guru dan siswa,
yang dapat bermanfaat untuk:
a. menciptakan kehidupan yang seimbang antara jasmani dan rohani,
27 Darmono, Perpustakaan Sekolah, h 4. 28 Lasa Hs, Manajemen perpustakaan Sekolah, h 13 29 Darmono, Perpustakaan Sekolah, h 4-5.
15
b. mengembangkan minat rekreasi pemustaka melalui berbagai bacaan dan
pemanfaatan waktu senggang,
c. menunjang berbagai kegiatan kreatif serta hiburan yang positif30.
Melalui perpustakaan, guru dan siswa dapat menghibur diri mereka dengan
membaca bacaan yang menarik dan unik, selain dapat terhibur, mereka juga
mendapatkan wawasan yang luas dengan membaca.
4. Penelitian Sederhana
Sebagai fungsi penelitian perpustakaan menyediakan berbagai informasi
untuk menunjang kegiatan penelitian. Informasi yang disajikan meliputi
berbagai jenis dan bentuk informasi, sesuai dengan kebutuhan lembaga31.
Melalui perpustakaan, para siswa dan guru dapat menyiapkan dan
melaksanakan penelitian sederhana. Para siswa diarahkan untuk mencari tema-
tema penelitian melalui sumber-sumber informasi di perpustakan. Disana juga
dapat dilakukan kajian dan penelitian literatur pada topik-topik tertentu32.
5. Tempat belajar
Pada perpustakaan sekolah, para siswa dapat melakukan kegiatan belajar
mandiri atau belajar kelompok. Mereka dapat membentuk grup-grup diskusi.
Untuk itu, di perpustakaan sekolah disediakan ruang untuk diskusi
kelompok33.
Selain itu, dalam penataan ruangan perpustakaan sekolah perlu adanya
ruangan yang difungsikan sebagai ruang kelas. Ruang ini dapat digunakan
30 Ibid., h. 5. 31 Ibid., h. 5. 32 Lasa Hs, Manajemen Perpustakaan Sekolah, h 13. 33 Ibid., h 13.
16
sebagai ruang baca, ruang pertemuan, maupun ruang kelas cadangan untuk
mata pelajaran tertentu34.
6. Pemanfaatan teknologi informasi
Perpustakaan dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran tentang
perkembangan teknologi dan penerapannya. Perpustakaan sekolah perlu
menyediakan internet, pangkalan data dalam bentuk CD, penyediaan buku
elektronik (e-books), jurnal elektronik (e-journal), ensiklopedia elektronik,
dan lainnya.35
C. Tujuan Perpustakaan Sekolah.
"Menurut Lasa Hs tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut : 1. Menumbuhkembangkan minat baca tulis guru dan siswa
Para siswa dan guru dapat memanfaatkan waktu untuk mendapatkan informasi di perpustakaan. Kebiasaan ini mampu meningkatkan minat baca mereka. Kemudian dari banyak membaca dan kualitas bacaan yang pada akhirnya dapat menimbulkan minat tulis.
2. Mengenalkan teknologi informasi Perkembangan teknologi informasi harus terus diikuti oleh guru dan siswa. Untuk itu, perlu proses pengenalan dan penerapan teknologi informasi dari perpustakaan. Sudah saatnya sekolah-sekolah meyediakan fasilitas internet dengan bimbingan dan pengawasan yang proposional.
3. Membiasakan akses informasi secara mandiri Para siswa perlu didorong dan diarahkan untuk memiliki rasa percaya diri dan mandiri untuk mengakses informasi. Hanya orang yang percaya diri dan mandirilah yang mampu mencapai tujuan.
4. Memupuk bakat dan minat Perpustakaan dapat menumbuhkan minat dan bakat seseorang melalui bacaan, tayangan gambar, dan musik yang dimiliki oleh perpustakaan. Melalui pengembangan minat dan bakat dapat membuat seseorang mencapai keberhasilan."36
34 Ibid., h. 14. 35 Ibid., h. 14. 36 Ibid., h. 14-15.
17
"Menurut manifesto perpustakaan sekolah IFLA/UNESCO. Tujuan Perpustakaan Sekolah adalah: a. mendukung dan memperluas sasaran pendidikan sebagaimana digariskan
dalam misi dan kurikulum sekolah; b. mengembangkan dan mempertahankan kelanjutan anak dalam kebiasaan
dan keceriaan membaca dan belajar, serta menggunakan perpustakaan sepanjang hayat mereka;
c. memberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam menciptakan dan menggunakan informasi untuk pengetahuan,
pemahaman, daya pikir dan keceriaan; d. mendukung semua murid dalam pembelajaran dan praktek keterampilan
mengevaluasi dan menggunakan informasi, tanpa memandang bentuk, format atau media, termasuk kepekaan modus berkomunikasi di komunitas;
e. menyediakan akses ke sumber daya lokal, regional, nasional dan global dan kesempatan pembelajar menyingkap ide, pengalaman dan opini yang beraneka ragam;
f. mengorganisasi aktivitas yang mendorong kesadaran serta kepekaan budaya dan sosial;
g. bekerja dengan murid, guru, administrator dan orangtua untuk mencapai misi sekolah;
h. menyatakan bahwa konsep kebebasan intelektual dan akses informasi merupakan hal penting bagi terciptanya warga negara yang bertanggung jawab dan efektif serta partisipasi di alam demokrasi;
i. promosi membaca dan sumber daya serta jasa perpustakaan sekolah kepada seluruh komunitas sekolah dan masyarakat luas."37
D. Peran Perpustakaan Sekolah dalam Keberaksaraan Informasi Siswa dan
Guru
Keberaksaraan informasi adalah keterampilan seseorang dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya. Istilah keberaksaraan informasi dapat
disebut dengan literasi informasi. Di lingkungan sekolah, literasi informasi adalah
keterampilan siswa untuk mengidetifikasi, malacak dan menemukan informasi
berkaitan dengan tugas-tugas dan pelajaran di sekolah.
37 Darmono, Perpustakaan Sekolah, h. 21-22.
18
"Secara keseluruhan kemampuan tersebut mencakup: 1. Kemampuan untuk mengenal kapan informasi itu diperlukan. 2. Kemampuan untuk mengidentifikasi informasi yang diperlukan. 3. Kemampuan untuk menemukan informasi secara efisien dan efektif. 4. Kemampuan untuk mengakses informasi secara eifisien dan efektif. 5. Kemampuan untuk mengevaluasi secara kritis. 6. Kemampuan untuk menggunakan informasi secara etis dan legal."38
Ada beberapa model literasi informasi yang dapat dimanfaatkan saat ini,
salah satu model literasi informasi tersebut bernama Empowering 8 (E-8).
Empowering 8 merupakan sebuah model dalam mengidentifikasi permasalahan
dan penentuan informasi yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah
berdasarkan sumber-sumber pembelajaran.
"Unsur-unsur yang tercakup dalam E-8 adalah: 1. Mengidentifikasi
Menentukan siapa target pendengar untuk mengidentifikasi kata kunci dalam merencanakan sebuah strategi penelusuran, kemudian mengidentifikasi jenis-jenis sumber informasi dan mencari lokasi informasi dapat ditemukan
2. Menyeleksi Mencari sumber-sumber yang tepat dan sesuai dengan topik yang
sudah dipilih, kemudian mendapatkan informasi yang sesuai dengan topik yang sudah dipilih, setelah itu melaksanakan wawancara atau penelitian di luar sekolah.
3. Mengeksplorasi Memilih informasi yang relevan kemudian memutuskan mana
informasi yang terlalu mudah, terlalu sulit atau yang biasa setelah itu mencatat informasi yang relevan dengan membuat catatan
4. Mengorganisir Kegiatan menyortir informasi membedakan antara fakta, opini, dan
fiksi kemudian memeriksa sumber-sumber yang didapat dan menyusun informasi dalam susunan yang logis
5. Membuat Menyiapkan informasi dalam bahasa yang dibuat sendiri dan merevisi
atau mengedit informasi yang didapat
38 Ibid., h. 9-12
19
6. Mempresentasi Melakukan latihan untuk mempresentasikan hasil karya penelitian kemudian membagikan informasi kepada pendengar setelah itu mendisplay informasi dalam bentuk yang tepat sesuai dengan pendegar
7. Menilai Menerima masukan dari pendengar dan merefleksikan sudah seberapa
baiknya penelitian ini dilakukan dan memperhatikan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dengan lebih baik lagi diwaktu mendatang.
8. Mengaplikasikan Mengulas masukan dan penilaian yang telah diberikan dengan
menggunakan masukan dan penilaian untuk tugas belajar selanjutnya dan mengusahakan untuk menggunakan pengetahuan baru yang diperoleh didalam situasi yang beragam."39
Model literasi yang sudah dijelaskan diatas, diharapkan dapat membantu
siswa dan guru dalam memiliki kemapuan untuk mengolah informasi yang
mereka dapatkan. Perpustakaan berperan aktif dalam penyediaan informasi
bagi guru dan siswa dalam menunjang kualitas pendidikan.
E. Upaya pemanfaatan perpustakaan sekolah
Agar perpustakaan sekolah dapat dimanfaatkan secara optimal, perlu
kiranya untuk mengupayakan sesuatu yang bermanfaat bagi guru dan siswa dalam
memanfaatkan perpustakaan. Upaya-upaya tersebut tertuang dalam kebijakan-
kebijakan.
"Menurut Darmono ada beberapa kebijakan dalam memanfaatkan perpustakaan sekolah yaitu :
1. Perlu adanya pemberdayaan sarana dan prasarana perpustakaan sekolah, sehingga dapat menarik minat siswa untuk memanfaatkanya, misal: a. mudah diakses keberadaanya; b. mengatur ruangan menjadi nayaman;
39 Ibid., h. 9-12.
20
c. menambah jam buka; d. menambah koleksi buku; e. membuat kartu anggota yang menarik; f. membuat kartu pengingat yang menarik untuk mengembalikan buku; g. siswa boleh aktif melayani sendiri; dan h. mengalokasikan dana untuk kebutuhan perpustakaan.
2. Perlu adanya pemberdayaan pengelola perpustakaan (pustakawan perpustakaan sekolah), misal: a. mengadakan acara mengenal perpustakaan; b. menerbitkan daftar buku (koleksi perpustakaan) secara berkala c. bekerja sama dengan para guru untuk mengadakan kegiatan
promosi minat baca, seperti membentuk kelompok pecinta buku, lomba minat baca;
d. menjalin kerjasama antar perpustakaan sekolah, kerja sama dengan penerbit, organisasi-organisasi sosial dan agama, serta pemerintah daerah untuk menyumbang koleksi perpustakaan;
e. menerbitkan majalah dinding/majalah sekolah dan mendistribusikan kepada siswa untuk dibaca;
f. menyelenggarakan jam cerita, pemutaran film pendidikan, film ilmu pengetahuan, film olahraga, film sains kepada siswa secara periodik.
3. Perlu pemberdayaan guru dan siswa dalam pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar, misal: a. memilih siswa teladan yang telah membaca buku terbanyak dan
dapat menceritakan isinya; b. melaksanakan program wajib baca pada siswa; c. memberikan tugas baca kepada siswa dan kemudian diminta untuk
membuat abstrak/sinopsis dari buku yang telah dibaca; d. menceritakan orang-orang yang sukses sebagai hasil membaca; e. menugaskan/memotivasi siswa untuk membaca di perpustakaan
bila ada waktu luang; f. mengubah sistem belajar mengajar, yang dapat mendorong siswa
banyak membaca (memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar)
g. memberikan waktu khusus kepada siswa untuk membaca di perpustakaan;
h. memberi tugas membaca buku tertentu kepada siswa di rumah; i. memberikan bimbingan membaca pada para siswa.40
40 Ibid., h. 7-9
21
Upaya-upaya diatas diharapkan mampu menjadikan perpustakaan sebagai
sumber belajar. Sehingga perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh para siswa
dan guru, untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan mereka.
F. Pengertian pemustaka dan pendidikan pemustaka
1. Pemustaka
Pemustaka menurut Undang-undang perpustakaan nomor 43 tahun 2007
adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang,
masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.
Sebelum istilah pemustaka, masyarakat sering menyebut dengan isitlah
pengguna atau pemakai perpustakaan.41
Pemustaka bertujuan untuk memakai jasa perpustakaan. Pada perpustakaan
sekolah yang dimaksud dengan pemustaka adalah para siswa dan guru yang
memanfaatkan jasa perpustakaan.
Dari penjelasan tentang pemustaka diatas dapat disimpulkan, bahwa yang
dimaksud pemustaka adalah orang atau sekolompok orang atau lembaga yang
memanfaatkan perpustakaan, untuk memperoleh kebutuhan informasi mereka
dengan menggunakan sumber informasi, berupa koleksi tercetak maupun non
tercetak yang dimiliki oleh perpustakaan.
41 Rosa Widyawan, Pelayanan Referensi: berawal dari senyuman (Bandung: Bahtera Ilmu, 2012), h. 21.
22
2. Pendidikan Pemustaka
Pendidikan pemustaka merupakan kegiatan pengenalan perpustakaan dan
tata cara penggunaannya42. Pendidikan pemustaka dalam istilah ilmu
perpustakaan dan informasi disebut dengan bimbingan pemustaka, library
instruction (pengajaran perpustakaan), library orientation (orientasi
perpustakaan), bibiliographic instruction (pengajaran bibliografi) dan user
education (pendidikan pengguna)43. Adapun pengertian lainnya sebagai
berikut :
a. Menurut Sutarno NS pendidikan pemustaka adalah kegiatan yang
dilakukan oleh petugas layanan untuk menjelaskan tentang seluk-beluk
perpustakaan yang dapat bermanfaat memberikan pengetahuan dan
keterampilan pemustaka dalam memanfaatkan perpustakaan, secara cepat
dan tepat tanpa banyak menghadapi kesulitan44.
b. Menurut Pawit M Yusuf pendidikan pemustaka adalah sebuah layanan
yang meliputi kegiatan petugas perpustakaan dalam upaya membantu para
siswa untuk mendayagunakan semua koleksi yang dimiliki perpustakaan45.
c. Menurut Leonard Montague pendidikan pemustaka adalah "...a
programme of information provided by libraries to users, to enable them
to make more efficient, independent use of the library's stock and services.
42 Rizal Saiful Haq, dkk., Perpustakaan dan Pendidikan: pemetaan peran serta perpustakaan dalam proses belajar mengajar (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN jakarta, 2007), h. 51. 43 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 165. 44 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Sagung Seto), h. 113. 45 Pawit M Yusuf dan Yaya Suhendar, Pedoman Penyelenggaran Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Kencana, 2007), h. 81
23
A programme of user education might include tours, lectures, exercises
and the provision of support materials. Also termed library instruction and
library orientation..."46, yaitu Sebuah program informasi yang diberikan
oleh perpustakaan kepada pengguna, yang memungkinkan mereka untuk
menggunakan jasa perpustakaan secara lebih efisien. Sebuah program
pendidikan pengguna mungkin dapat dilakukan dengan tour, kuliah,
latihan dan penyediaan bahan-bahan pendukung.
d. Menurut manifesto perpustakaan sekolah IFLA/UNESCO pendidikan
pemustaka adalah kursus dan program berbasis perpustakaan yang
ditujukan pada murid dan guru tentang bagaimana cara menggunakan
perpustakaan47.
e. Menurut Joan M. Reitz dalam ODLIS (Online Dictionary for Library and
Information Science) pendidikan pemustaka adalah"...all the activities
involved in teaching users how to make the best possible use of library
resources, services, and facilities, including formal and informal
instruction delivered by a librarian or other staff member one-on-one or in
a group. Also includes online tutorials, audiovisual materials, and printed
guides..."48, yaitu semua kegiatan yang terlibat dalam mengajar pengguna
bagaimana memanfaatkan sebaik mungkin sumber daya perpustakaan,
layanan, dan fasilitas, termasuk instruksi formal dan informal disampaikan
46 Leonard Montague, Harrod. Harrod's Librarians Glossary : 9000 Terms Used In Information Management Library Science Publishing The book Trades And Archive Management, (England : Gower Publishing Company Limited., 1995), h. 665. 47 IFLA/UNESCO, "Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO," artikel diakses pada 11 Maret 2014 dari http://www.ifla.org/VII/s11/pubs/school-guidelines.htm 48 Joan M. Reitz, "Online Dictionary for Library and Information Science," artikel diakses pada 12 Maret 2014 dari http://www.abc-clio.com/ODLIS/odlis_u.aspx
24
oleh seorang pustakawan atau anggota staf lain satu-satu atau dalam
kelompok. Juga termasuk tutorial online, bahan-bahan audiovisual, dan
panduan tercetak.
"Bentuk layanan pendidikan pemustaka di perpustakaan sekolah antara lain adalah : a. Menerangkan kepada pengunjung atau pembaca bagaimana cara
menggunakan perpustakaan dengan baik, seperti: 1) Memperkenalkan tata tertib dan peraturan perpustakaan; 2) Cara menggunakan katalog perpustakaan; 3) Cara membaca yang baik; 4) Cara menggunakan dan memperlakukan buku dengan baik di dalam
dan di luar perpustakaan; 5) Cara mencari dan menelusur untuk menemukan buku pada rak; dan 6) Cara meminjam dan mengembalikan buku tepat waktu
b. Para petugas perpustakaan harus bersifat ramah dalam membantu siswa dalam mencari informasi yang mereka butuhkan di perpustakaan, sebagai pendukung kehidupan siswa di lingkungan sekolah."49
Jadi kesimpulannya adalah pendidikan pemustaka merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan mana saja, yang bertujuan untuk
memperkenalkan perpustakaan kepada pemustaka/penggunanya. Pengenalan
perpustakaan ini terdiri dari pengenalan fisik, layanan dan peraturan
perpustakaan.
G. Tingkatan Pendidikan Pemustaka
Dalam melakukan pendidikan pemustaka, ada beberapa tingkatan yang
harus dilalui dan dicapai. James Rice dalam buku Teaching Library Use
menyebutkan beberapa tingkatan pendidikan pemustaka yaitu:
49 Pawit M Yusuf dan Yaya Suhendar, Pedoman Penyelenggaran Perpustakaan Sekolah, h. 82.
25
1. Orientasi Perpustakaan
Orientasi Perpustakaan (library orientation) adalah program pendidikan
pengguna tingkat dasar. Hal ini mengacu pada pengenalan dasar layanan
perpustakaan dan sumber daya yang diberikan kepada siswa atau staf baru50.
Orientasi perpustakaan terdiri atas kegiatan untuk menyambut dan
memperkenalkan pemustaka potensial pada pelayanan, sumber daya, koleksi,
tata ruang perpustakaan, dan penyusunan bahan perpustakaan. Orientasi
perpustakaan termasuk memperkenalkan pemustaka pada fisik gedung, staf
dan kebijakan perpustakaan. Diharapkan pemustaka dapat mengembangkan
keterampilan penelusuran dan meningkatkan kenyamanan pemustaka51.
Menurut Rice yang dikutip oleh Ade Abdul Hak, orientasi perpustakaan
berupa pengenalan terhadap perpustakaan secara umum, biasanya diberikan
ketika siswa/mahasiswa baru memasuki suatu lembaga pendidikan
bersangkutan, materi yang diajarkan pada orientasi perpustakaan adalah:
a. Pengenalan gedung perpustakaan
b. Pengenalan katalog dan alat penelusuran lainnya
c. Pengenalan beberapa sumber bacaan termasuk bahan-bahan rujukan
dasar52
d. Pengenalan terhadap staf bagian pelayanan
50 Susan Umeozor, " Human resources, user education marketing strategy, and students' use of library services in some Nigerian Federal universities," artikel diakses pada 13 Maret 2014 dari http://www.uidaho.edu/~mbolin/lp&p.htm 51 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 172. 52 Ade Abdul Hak, "Pendidikan Pemakai:perubahan perilaku pada siswa madrasah dalam sistem pembelajaran berbasis perpustakaan," dalam Sudarnoto Abdul Hakim, ed., Perpustakaan Sebagai Center for Learning Society: gagasan untuk pengembangan perpustakaan madrasah (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 103
26
e. Pengenalan mengenai peraturan perpustakaan.53
"Sedangkan tujuan yang dicapai dari orientasi perpustakaan adalah: 1. Mengenal fasilitas-fasilitas fisik gedung perpustakaan itu sendiri 2. Mengenal bagian-bagian layanan dan staf dari tiap bagian secara tepat 3. Mengenal layanan-layanan khusus seperti penelusuran melalui
komputer, layanan peminjaman. 4. Mengenal kebijakan-kebijakan perpustakaan seperti prosedur menjadi
anggota, jam-jam layanan perpustakan. 5. Mengenal pengorganisasian koleksi dengan tujuan untuk mengurangi
kebingungan pemustaka dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan. 6. Termotivasi untuk datang kembali dan menggunakan sumber-sumber
yang ada di perpustakaan. 7. Terjalinnya komunikasi yang akrab antara pemustaka dengan
pustakawan."54
2. Pengajaran perpustakaan
Pengajaran perpustakaan (library instruction) merupakan kegiatan yang
fokus kepada penjelasan yang mendalam terhadap bahan perpustakaan,
mengosentrasikan pada peralatan dan mekanisme, teknik penggunaan indeks
jurnal, sumber-sumber referensi, dan penggunaan katalog kartu dan online55.
Materi yang diajarkan pada pengajaran perpustakaan adalah:
a. Teknik penggunaan indeks, katalog, bahan-bahan rujukan, dan alat-alat
bibliografi.
b. Penggunaan bahan atau sumber pustaka sesuai dengan subyek.
c. Melaksanakan teknik-teknik penelusuran informasi dalam sebuah tugas
penelitian atau pembuatan karya ilmiah lainnya.56
53 James Rice, Teaching Library Use : A Guide for Library Instruction (London: Greenwood Press, 1981) h. 49. 54 Ibid., h. 5. 55 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 172. 56 Hak, "Pendidikan Pemakai," h. 103.
27
"Tujuan yang dicapai dari pengajaran perpustakaan adalah: a. Dapat menggunakan alat rujukan khsusus seperti Ensiklopedia,
Almanak, Bibliografi dll. b. Menemukan koleksi visual dan dapat menggunakannya. c. Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di perpustakaan lain dan
dapat melakukan permintaan peminjaman. d. Dapat menggunakan pedoman pembaca untuk mencari bahan-bahan
artikel. e. Dapat menemukan buku-buku yang berhubungan dengan subyek
khusus melalui katalog f. Dapat menggunakan bentuk mikro dan alat-alat baca lainnya secara
tepat. g. Melakukan suatu penelusuran dalam layanan pengindeksan seperti
pada Pusat Innformasi Sumber Pendidikan dan dapat menemukan dan menggunakan hasil-hasil sitasi."57
3. Pengajaran bibliografi
Pengajaran bibliografi (bibliographic instruction) merujuk pada kegiatan
pendidikan yang dirancang untuk mengajar peserta ajar mencari dan
menemukan informasi58. Menurut Leonard Montague pegajaran bibliogarafi
adalah"... the process whereby library staff help users to gain access to
information, both by formal instructional methods and training on the spot. A
variety of techniques will be used, including multimedia and interactive
systems..."59. Yaitu sebuah proses dimana staf perpustakaan membantu
pengguna untuk mendapatkan akses informasi, baik dengan metode
pembelajaran formal, maupun pelatihan di perpustakaan dengan berbagai
teknik yang akan digunakan, termasuk dengan menggunakan sistem
multimedia dan sistem interaktif.
57 Rice, Teaching Library Use, h. 6. 58 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 173 59 Leonard Montague, Harrod. Harrod's Librarians Glossary : 9000 Terms Used In Information Management Library Science Publishing The book Trades And Archive Management, h. 61.
28
Materi yang diajarkan lebih condong sebagai langkah persiapan
mengadakan atau sebagai dasar penelitian dalam rangka menyusun karya
akhir. Pada level ketiga ini bisa ditawarkan melalui mata ajar formal sebagai
bagian dari kurikulum muatan lokal (Mulok).60
"Materi yang ingin dicapai antara lain: a. Informasi dan pengorganisasiannya. b. Tajuk subyek, "Vocabulary Control" dalam penelitian, dan definisi
suatu topik karya ilmiah. c. Macam-macam sumber untuk penelitian. d. Membuat kerangka teknik dan perencanaan suatu karya ilmiah. e. Teknik-teknik membuat catatan dalam karya ilmiah f. Gaya, catatan kaki, rujukan dan sumber bahan bacaan g. Strategi penelitian, kesempurnaan dalam penelitian, dan pemakaian
layanan koleksi yang tepat yang diberikan perpustakaan. h. Membuat/menulis karya ilmiah."61
Pendekatan yang lebih konseptual terhadap pengajaran bibliografi
memfokuskan pada prinsip-prinsip pengajaran, misalnya tentang konsep siklus
penerbitan ilmiah daripada penelusuran pada pangkalan data tertentu.
Bimbingan seperti ini menekankan pada penggunaan dan pengembangan
strategi penelusuran, pendekatan sistematis terhadap identitas, memperoleh
dan penilaian informasi.62
4. Bimbingan literasi informasi
Tingkatan ini berasal dari buku Pelayanan Referensi yang ditulis oleh Rosa
Widyawan. Tingkatan ini terjadi karena pengaruh perkembangan informasi
yang semakin meluas. Literasi informasi menurut Rosa Widyawan adalah
60 Hak,"Pendidikan Pemakai," h. 104 61 Ibid., h. 104-105. 62 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 173.
29
kemampuan untuk menenggarai informasi yang dibutuhkan, memahami
bagaimana informasi itu disusun, menenggarai sumber paling cocok pada
kebutuhannya itu, mampu mendapatkan informasi yang diperlukan,
mengevaluasi sumber yang didapatkan secara kritis, dan berbagi informasi."63
Menurut Diao Ai Lien, dkk literasi informasi (information literacy) adalah
kemampuan untuk melakukan manajemen pengetahuan dan kemampuan untuk
belajar terus menerus.64
"Secara terperinci, kemampuan literasi informasi adalah: a. Kemampuan untuk menyadari kebutuhan informasi; b.Kemampuan mengidentifikasi informasi; c. Kemampuan menemukan lokasi informasi; d.Kemampuan mengevaluasi informasi secara kritis; e. Kemampuan mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi ke dalam pengetahuan yang sudah ada; f. Kemampuan memanfaatkan serta mengkomunikasikan informasi secara efektif, legal, dan etis."65
Jadi literasi informasi adalah kemampuan seseorang dalam memilih dan
memilah informasi secara tepat dan bermnafaat sesuai kebutuhan informasi
mereka. Literasi informasi terjadi karena pengaruh perkembangan informasi
yang semakin meluas, dan dari berbagai sumber yang belum tentu benar
kebenaran informasinya.
63 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 166. 64Diao Ai Lien, dkk., Literasi Informasi: tujuh langkah knowledge management (Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2010), h. 2. 65 Ibid., h. 2.
30
Berikut ini adalah perbedaan antara pengajaran bibliografi dengan literasi
informasi:
Tabel 2. Perbedaan pengajaran bibliografi dengan literasi informasi
Sumber : Data dari literatur66.
H. Metode pendidikan pemustaka
Pengertian metode menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan. Metode yang digunakan dalam pendidikan
pemustaka adalah metode yang bersifat pengajaran dan pembelajaran
66 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 181.
No Aspek Pembeda Pengajaran Bibliografi Literasi Informasi
1 Tanggung jawab Pustakawan Tanggung jawab bersama
2 Penempatan dalam kurikulum
Pembelajaran tersendiri
Menyatu dalam kurikulum
3 Fokus isi Sarana, penelusuran antarmuka
Konsep, pemikiran kritis, proses, standar berpikir
4 Metode pengajaran Kendali pustakawan
Pustakawan/dosen/guru berperan sebagai pemandu/fasilitator
5 Kaitan dengan tempat
Fokus pada perpustakaan tertentu
Fokus pada dunia informasi yang tidak terbatas
31
(instructional). Beberapa jenis pembelajaran berdasarkan metodenya dibedakan
menjadi 2, yaitu:
1. Pembelajaran secara perorangan (one to one instruction)
Pembelajaran ini membantu pemustaka untuk mengetahui dan
menggunakan koleksi Perpustakaan secara perorangan sudah biasa dilakukan
di Perpustakaan. Dan ini juga merupakan interaksi yang biasa terjadi antara
pustakawan referensi dengan pemustaka. Contoh: membantu pengguna yang
pertama kali berkunjung ke Perpustakaan, membantu menggunakan katalog
atau koleksi perpustakaan.
2. Pembelajaran secara berkelompok (group instruction)
Pembelajaran ini membantu pemustaka untuk mengetahui perpustakaan
secara berkelompok, Contoh: program tour perpustakaan, ceramah di kelas,
permainan (games)67.
"Menurut IFLA sebelum melakukan pendidikan pemustaka, tenaga pendidik atau pustakawan sekolah harus mempunyai kemampuan sebagai berikut : a. Pengetahuan mengenai perpustakaan; apa tujuannya, berbagai jasa yang tersedia, bagaimana diorganisasi serta sumberdaya apa saja yang tersedia b.Keterampilan mencari dan menggunakan informasi c. Motivasi untuk mendayagunakan perpustakaan untuk belajar pembelajaran secara formal maupun informal."68 Pada perpustakaan sekolah perlu mempertimbangkan bahwa pembelajaran
mengenai perpustakaan sebagai bagian penting dari pendidikan. Mereka bisa
mengadakan pengajaran formal maupun informal untuk mengajari murid
menggunakan perpustakaan sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan 67 Dian Wulandari, "Layanan Referensi Perpustakaan Pada Era Informasi : Menjalankan Fungsi Pendidik pada Perpustakaan Perguruan Tinggi," Visi Pustaka, no. 1 (April 2007): h. 6. 68 IFLA/UNESCO, "Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO,"2006.
32
bacaanya sendiri. Beberapa pengetahuan dasar seperti menggunakan OPAC dan
bagaimana menelusur informasi69.
"Kosterman seperti yang dikutip oleh Ade Abdul Hak menyarankan ciri-ciri suatu metode yang digunakan untuk melakukan pengajaran sebagai berikut:
1. dapat mengkomunikasikan tujuan-tujuan yang telah dibuat. 2. dapat membuat siswa tertarik untuk memperhatikan dan memotivasi
mereka untuk perhatian penuh terhadap apa yang sedang diajarkan. 3. dapat mendorong siswa untuk ambil bagian dengan menolongnya
mempersiapkan pelajaran-pelajaran. 4. dapat mendorong siswa untuk ambil bagian dengan menolongnya
mempersiapkan pelajaran-pelajaran. 5. dapat ditindaklanjuti 6. dapat memberikan umpan balik untuk menguji efektivitas metode
tersebut melalui indikator-indikator yang jelas."70
Selanjutnya, James Rice, dkk menyebutkan beberapa metode yang
digunakan dalam pendidikan pemustaka adalah sebagai berikut:
1. Ceramah/kuliah di kelas
Pelaksanaan pendidikan pemustaka dapat diberikan secara ceramah yaitu
dengan mengumpulkan beberapa kelompok belajar dikelas lalu pustakawan
menjelaskan tentang perpustakaan didepan kelompok belajar tersebut.
Pelaksanaan metode ini selayaknya dapat dilakukan dengan metode wisata
perpustakaan, agar peserta lebih memahami dan akrab dengan dunia
perpustakaan yang sebenarnya71. Kegiatan ini selain dirancang untuk
memberikan pandangan mengenai perpustakaan, juga dirancang untuk
mengenalkan sumber-sumber subjek tertentu. Pada kuliah ini rancanglah
beberapa sesi kegiatan yang berbeda dan menarik, seperti menggunakan video,
diskusi kelompok, atau menggunakan metode lainnya. 69 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 178. 70 Hak, "Pendidikan Pemakai," h. 105. 71 Ibid., h. 106.
33
"Materi yang diberikan dalam kuliah antara lain: a. Pendahuluan Pendahuluan dapat berupa pengenalan tentang latar belakang
perpustakaan, dan biodata instruktur. b. Demonstrasi oleh instruktur Instruktur menjelaskan dan memperagakan bagaimana cara
menggunakan perpustakaan dengan baik dan benar c. Handouts (panduan) Handouts dapat berisi garis besar materi, definisi istilah, daftar
pangkalan data, daftar perintah atau fitur, contoh penelusuran yang akan didiskusikan dalam kelas
d. Waktu untuk menelusur dengan instruktur yang siap membantu Para siswa diberikan waktu untuk mencoba menelusur dengan
pangakalan data perpustakaan yang ada di komputer. e. Review Mengkaji keseluruhan sesi yang telah dipelajari secara bersama-sama,
tujuannya adalah untuk mengingatkan kembali tentang materi yang telah disampaikan oleh intruktur.
f. Evaluasi Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui bahwa kuliah yang
diberikan dapat memenuhi kebutuhan siswa. Evaluasi dapat dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada siswa."72
2. Wisata Perpustakaan
Kegiatan wisata perpustakaan adalah sebuah kegiatan memandu
pemustaka dalam memperkenal perpustakaan dengan cara berkunjung ke
perpustakaan dan mempelajari hal-hal yang berada di perpustakaan.
"Beberapa teknik yang bisa dilakukan dalam memandu wisata perpustakaan, antara lain:
a. Menciptakan suasana yang bersahabat dan informal serta terbuka untuk beberapa pertanyaan.
b. Usahakan berbicara tidak terlalu cepat dan sensitif terhadap kebingungan yang dialami pemustaka.
c. Gunakan sarana pembantu untuk memperjelas sesuatu yang didiskusikan, misal: penggunaan katalog.
d. Buatlah para peserta berperan aktif untuk mencoba menggunakan fasilitas yang ada.
e. Waktu yang digunakan tidak terlalu lama, maksimal 45 menit.
72 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 180.
34
f. Sediakan buku panduan yang dapat membantu mereka selama mengikuti wisata perpustakaan tersebut."73
3. Penggunaaan Audio Visual
Penggunaan audio visual dalam mengenalkan perpustakaan adalah salah
satu cara mengenalkan perpustakaan dengan menggunakan bantuan alat bantu
elektronik. Pustakawan menggunakan alat elektronik tersebut dengan cara
merekam suara atau menampilkan beberapa data perpustakaan pada alat
elektronik tersebut.
Teknik ini biasanya menggunakan kaset, televisi, slide, dll. Slide dapat
digunakan dalam menerangkan lokasi, fasilitas dan pelayanan perpustakaan
dengan memberikan keterangan-keterangan yang diberikan oleh pemandu atau
rekaman suara74.
4. Permainan dan tugas mandiri
Metode ini merupakan salah satu cara yang cukup efektif dalam
mengajarkan bagaimana cara menemukan informasi yang dibutuhkan.
Biasanya lebih sesuai diterapkan untuk pemustaka usia anak Sekolah Dasar
dan Menengah.
Permainan sangat berguna dalam meningkatkan kemampuan anak
sehingga mereka lebih dapat menikmati penggunaan perpustakaan. Biasanya
metode ini dilakukan untuk menghilangkan kejenuhan yang mungkin ada
ketika proses pembelajaran dengan metode lain yang berlangsung.75
73 Hak, "Pendidikan Pemakai", h. 106. 74 Ibid., h. 106-107. 75 Ibid., h. 107.
35
Pilihlah permainan yang bertujuan untuk mendorong pemustaka dalam
mengenal dan memanfaatkan perpustakaan. Jika perlu, pihak perpustakaan
memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi mereka terhadap perpustakaan.
5. Penggunaan Buku Pedoman atau Pamflet
Penggunaan buku pedoman atau pamflet ini bertujuan untuk membuat
pemustaka mandiri dalam mengenalkan perpustakaan. Selain itu, pemustaka
dapat membawa pulang buku pedoman tersebut untuk dipelajari sendiri. Buku
pedoman ini juga dapat berguna sebagai pemandu pemustaka dalam
melakukan wisata perpustakaan.
"Ada beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan ketika membuat buku pedoman atau pamflet untuk keperluan pendidikan pemustaka ini, antara lain:
a. Buatlah bahan tersebut sesingkat mungkin. b. Harus membuat pemustaka jelas dalam melakukan hal yang berkenaan
dengan penggunaan perpustakaan. c. Membuat pemustaka kreatif d. Membuat langkah yang sederhana, dengan demikian pemustaka dapat
selangkah demi selangkah mencoba untuk mempraktekannya di perpustakaan."76
6. Membuat Website User Education
Pada era pembelajaran jarak jauh (distance learning) seperti saat ini,:
pembuatan website yang dapat mendukung proses belajar mengajar jarak jauh
wajib disediakan oleh Perpustakaan.
"Beberapa jenis materi yang dapat ditampilkan pada website user education, seperti a. Informasi alamat situs online untuk keperluan pendidikan b. Informasi tentang fasilitas perpustakaan c. Penyediaan katalog perpustakaan secara online lengkap dengan
panduan penelusuran
76 Ibid., h. 107-108.
36
d. Panduan atau handouts pembelajaran yang dapat diakses secara online e. Informasi tentang bahan-bahan belajar mengajar f. Panduan/handouts tentang information literacy/melek informasi."77
I. Tujuan Pendidikan Pemustaka
Tujuan utama dari pendidikan pemustaka adalah untuk membantu
pemustaka agar dapat memanfaatkan semua bentuk sarana layanan perpustakaan
dengan mudah78.
"Secara lebih rinci tujuan dilaksanakannya pendidikan pemustaka adalah : 1.Memperkenalkan siswa kepada perpustakaan sebagai sumber pendukung
belajar. 2.Memberi penjelasan akan konsep perpustakaan 3.Menjelaskan cara menggunakan perpustakaan 4.Menjelaskan layanan yang disediakan perpustakaan. 5.Menjelaskan sistem dan peran staff perpustakaan dalam membantu
mereka mengadakan penelusuran."79
J. Pelaksanaan pendidikan pemustaka
Pada umumnya pelaksanaan pendidikan pemustaka dilakukan terhadap
anggota baru. Di lingkungan sekolah pemberian pendidikan pemustaka ini
dilakukan pada saat masa orientasi siswa80.
Penulis berpendapat bahwa pelaksanaan pendidikan pemustaka tidak
hanya dilaksanakan ketika masa orientasi siswa saja, tetapi harus diberikan secara
berkala dengan metode dan materi yang berkembang, agar perpustakaan menjadi
tempat favorit siswa dalam mencari dan menemukan informasi.
77 Wulandari, "Layanan Referensi di era informasi," h. 7-8 78 Darmono, Perpustakaan Sekolah, h. 199. 79 ,"Mengajarkan library skills di sekolah," artikel diakses pada 10 Maret 2014 dari http://teacherlibrarian.wordpress.com/2007/05/10/mengajarkan-library-skills-di-sekolah/ 80 Darmono, Perpustakaan Sekolah, h. 199.
37
Untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan pemustaka yang harus
diperhatikan adalah perencanaan yang matang, baik berkenaan dengan materi,
metode dan alokasi waktu, Apa dasar penyelenggaran, siapa yang bertanggung
jawab, bagaimana strategi, pengadaan dana, personel dan tempat juga harus
menjadi perhatian. Tujuan dan sasaran dari pendidikan pemakai harus jelas,
program yang di desain sesuai dengan kebutuhan pemustaka dan berdasar pada
kurikulum sekolah yang bersangkutan.81
K. Penelitian Terdahulu
Topik mengenai pendidikan pemustaka ini sudah pernah dilakukan oleh
peneliti terdahulu. Berdasarkan hasil penelusuran penulis terdapat 2 penelitian
sejenis. Penelitian pertama berjudul "Pendidikan Pemakai dan Manfaatnya bagi
Mahasiswa dalam menggunakan Perpustakaan Institut Pertanian Bogor".
Penelitian ini berbentuk skripsi yang diteliti oleh Salappudin mahasiswa UIN
Jakarta jurusan Ilmu Perpustakaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang
pelaksanaan program pendidikan pemustaka dan manfaatnya bagi mahasiswa
dalam menggunakan perpustakaan serta untuk mengetahui sejauh mana respon
dari mahasiswa terhadap perlunya pengembangan program pendidikan pemustaka.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif Metode
81 Sri Rahayu, "Pendidikan pemakai: studi kasus di Perpustakaan SMP/SMU Islam Al-Izhar Pondok labu jakarta," (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2002), h. 29.
38
yang digunakan penulis untuk mendapatkan data-data atau informasi dalam
penelitian ini ialah studi kepustakaan dan penelitian lapangan.
Hasil peneltian mengindikasikan bahwa mayoritas sebagian besar
mahasiswa baru merasa bahwa pengetahuan mereka terhadap kemampuan dalam
menggunakan perpustakaan dengan efektif belum cukup.
Peneltian yang kedua adalah penelitian yang berjudul "Pendidikan
Pemakai : Studi Kasus di Perpustakaan SMP/SMU Islam Al-Izhar Pondok Labu
Jakarta". Peneltian ini berbentuk skripsi yang diteliti oleh Sri Rahayu mahasiswi
UI jurusan Ilmu Perpustakaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pentingnya pendidikan
pemakai bagi siswa untuk menunjang kemampuan mereka dalam penelusuran
informasi yang efektif dan efisien.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan teknik
pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, obesrvasi dan wawancara
dari nara sumber yang ada di Perpustakaan SMP/SMU Islam Al-Izhar.
Hasil penelitian yang dilakukan berupa kesimpulan perlunya kesadaran
dari pihak perguruan tentang manfaat pendidikan pemakai bagi para siswa dan
dukungan dari unit-unit sekolah dalam menunjang peningkatan kualitas dari
pendidikan pemakai. Perpustakaan juga harus meningkatkan metode, media, dan
materi yang diberikan dalam pendidikan pemakai agar dalam pelaksanaan di
kemudian hari menjadi berkualitas.
Dari hasil beberapa penelitian diatas, terdapat perbedaan dan persamaan
dengan penelitian penulis. Perbedaannya adalah dari segi cakupan, yaitu penulis
39
hanya mencakup tentang masalah teknis tata cara pelaksanaan pendidikan
pemustaka, sedangkan beberapa penelitian terdahulu tersebut mencakup manfaat
pendidikan pemustaka untuk peserta didik. Sedangkan persamaannya adalah ingin
mengetahui aspek-aspek apa saja yang mencakup pendidikan pemustaka disuatu
perpustakaan dalam lingkup lingkungan pendidikaan.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN LAB SCHOOL
SMA KORNITA IPB BOGOR
A. Sejarah Perpustakaan SMA Kornita
Pada tahun 1987 Perpustakaan SMA Kornita dibangun sejalan dengan
dibentuknya SMA Kornita. SMA Kornita berada dibawah binaan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB (FMIPA-IPB). Perpustakaan SMA
Kornita terletak di wilayah IPB tepatnya di jalan Tanjung kampus IPB darmaga,
desa babakan, kecamatan Darmaga, kabupaten Bogor.
Perpustakaan pertama kali digagas oleh bapak Prof. Dr. Ir. H.Surdiding
Ruhendi selaku kepala sekolah pertama SMA Kornita. Beliau menganggap
penting keberadaan suatu perpustakaan dilingkungan sekolah. Saat ini akreditasi
SMA Kornita mendapat nilai "A" dengan nilai (89,04). Perpustakaan SMA
Kornita dibangun atas dasar motto "knowledge is power" yang diberikan oleh
bapak Prof. Dr. Andi Hakim Nasution selaku rektor IPB dan pendiri SMA
Kornita82.
Selanjutnya pada tahun 1987-1989 kepengurusan Perpustakaan dibawah
tanggung jawab bapak Drs.H.Rohman selaku kepala sekolah yang baru,
menggantikan bapak Prof.Dr.Ir.H.Surdiding Ruhendi yang menjadi guru besar di
fakultas FMIPA IPB. Pada kepengurusan bapak Drs.H.Rohman, pengadaan buku
perpustakaan berasal dari Diknas, buku-buku tersebut berupa buku paket mata 82 Wawancara pribadi dengan Budiyono, Bogor, 12 April 2014.
41
pelajaran dan beberapa buku referensi. Selain itu pengadaan buku juga didapat
dari sumbangan guru dan siswa.83
Setelah itu pada tahun 1989-1993 kepengurusan berpindah kepada ibu
Hj.Sulijati Harjadi sebagai kepala sekolah, pada kepengurusan beliau, petugas
perpustakaan ditugaskan untuk mengikuti pelatihan perpustakaan di Perpustakaan
Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pada tahun 2011-sekarang dibawah kepengurusan bapak Ir. Tri Heru
Widarto, M. Sc. selaku Kepala Sekolah, perpustakaan dikoordinir oleh bapak Drs.
Budiyono, M.Pd. Beliau adalah guru yang memiliki pengalaman di bidang
perpustakaan, pengalaman beliau dibidang perpustakaan adalah pernah mengikuti
seminar pembukaan Perpustakaan program Diploma IPB dan bertindak sebagai
pembicara. Beliau bersama bapak Rizkal, S. Kom. mempunyai sebuah program
yaitu, mengusahakan pembuatan perpustakaan digital, tujuannya adalah agar
mudah diakses oleh sivitas akademika SMA Kornita melalui gadget mereka.
Selain itu, Perpustakaan SMA Kornita melakukan kerjasama dengan
Perpustakaan IPB dalam bentuk penggunaan fasilitas Perpustakaan IPB. Langkah
tersebut dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ruang dan koleksi yang dimiliki
oleh Perpustakaan SMA Kornita .84
Saat ini Perpustakaan SMA Kornita dimanfaatkan siswa sebagai sarana
belajar dan diskusi. Perpustakaan SMA Kornita beberapa kali juga digunakan
sebagai ruang kelas. Bapak Budiyono yang juga sebagai guru bahasa indonesia,
beberapa kali mengajak anak muridnya untuk belajar di Perpustakaan. Hal ini
83 Wawancara pribadi dengan Budiyono. 84 Wawancara pribadi dengan Budiyono, Bogor, 12 April 2014.
42
dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk mengenalkan Perpustakaan kepada
para siswa.
B. Visi dan Misi Perpustakaan SMA Kornita
1. Visi Perpustakaan SMA Kornita
"Memberikan pelayanan informasi dan pengetahuan yang efektif, efisien,
cepat dan tepat, sehingga mampu menjadi penopang keberhasilan proses
pendidikan di sekolah"
2. Misi Perpustakaan SMA Kornita
a. Meningkatkan pelayanan kepada pemustaka dalam bentuk memberikan
pelayanan yang mudah.
b. Meningkatkan sarana penunjang untuk pelayanan pemustaka.
c. Meningkatkan sumber daya manusia dengan mengikutsertakan pengelola
dalam setiap even kegiatan Perpustakaan
d. Menyediakan sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang dapat
menunjang proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah.
C. Tugas dan Fungsi Perpustakaan SMA Kornita
1. Tugas Perpustakaan SMA Kornita
Tugas Perpustakaan SMA Kornita adalah memfasilitasi kebutuhan
informasi para siswa SMA Kornita dengan koleksi-koleksi yang dimiliki oleh
Perpustakaan, sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi
siswa serta dapat menyerap mata pelajaran disekolah dengan lebih mudah.
43
2. Fungsi Perpustakaan SMA Kornita adalah sebagai berikut:
a. Sebagai penunjang pendidikan disekolah dengan menyediakan bahan
informasi bagi guru dan siswa dalam bentuk koleksi yang dikelola oleh
Perpustakaan.
b. Sebagai tempat belajar dan diskusi para siswa, mereka dapat melakukan
kegiatan belajar mandiri atau kelompok di Perpustakaan.
c. Sebagai ruang kelas alternatif pengganti ruangan kelas, agar siswa dapat
mendapatkan suasana belajar yang baru diluar kelas.
D. Tata Tertib Perpustakaan SMA Kornita
a. Memasuki Perpustakaan dengan tertib.
b. Wajib mengisi daftar hadir melalui buku pengunjung,saat hadir di
Perpustakaan.
c. Wajib menjaga barang bawaan dengan baik, segala kehilangan di dalam ruang
Perpustakaan bukan menjadi tanggung jawab petugas Perpustakaan.
d. Pemustaka wajib berpakaian rapi, (baju dimasukkan pada rok/celana dan
tidak memakai kaos oblong/tanpa kerah).
e. Turut menjaga kebersihan dan keberadaan fasilitas serta semua koleksi
perpustakaan.
f. Turut menjaga ketenangan suasana.
g. Bersikap sopan dan saling menghargai kepada petugas dan sesama pemustaka.
44
E. Sumber Daya Manusia, Tugas Pokok dan Struktur Organisasi Perpustakaan
SMA Kornita
1. Sumber Daya Manusia
Perpustakaan SMA Kornita memiliki sumber daya manusia dalam
menunjang dan menjalankan kegiatan Perpustakaan. Berikut sumber daya
manusia di Perpustakaan SMA Kornita .
Tabel 3.sumber daya manusia di Perpustakaan SMA Kornita
No Nama Jabatan Pendidikan Terakhir
1 Ir. Tri Heru Widarto, M. Sc. Kepala Sekolah S2 Pendidikan Sains
2 Drs. Budiyono, M. Pd. Kepala Perpustakaan
S2 Manajemen Pendidikan
3 Rizkal, S. Kom. Bagian Teknis Sarana
S1 Teknik Informatika
4 Haniah Bagian Pelayanan Informasi SMA
2. Tugas pokok semua bidang
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah mempunyai tugas sebagai pelindung pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh Perpustakaan SMA Kornita .
b. Kepala Perpustakaan
Kepala Perpustakaan mempunyai tugas sebagai penanggung jawab
pelaksanaan kegiataan yang dilakukan oleh Perpustakaan SMA Kornita
45
dan sebagai pengambil kebijakan yang menyangkut dengan Perpustakaan
SMA Kornita
c. Bagian Teknis Sarana
Bagian teknis mempunyai tugas untuk melakukan hal-hal yang
berhubungan dengan sarana Perpustakaan SMA Kornita .
d. Bagian Pelayanan Informasi
Bagian pelayanan informasi ini mempunyai tugas yang berhubungan
dengan pelayanan informasi kepada sivitas akademika SMA Kornita .
Pelayanan informasi Perpustakaan SMA Kornita mencakup sirkulasi
fotocopy dan referensi.
3. Struktur Organisasi
Perpustakaan SMA Kornita memiliki struktur organisasi yang terdiri dari
4 bidang yaitu, kepala sekolah, kepala Perpustakaan, bagian teknis sarana dan
bagian pelayanan informasi. Berikut ini adalah bentuk struktur organisasi dari
Perpustakaan SMA Kornita :
Gambar 1. Struktur Organisasi Perpustakaan SMA Kornita
Kepala Sekolah
Ir. Tri Heru Widarto, M. Sc.
Kepala Perpustakaan
Drs. Budiyono, M. Pd.
Bagian Teknis Sarana
Rizkal, S. Kom
Bagian Pelayanan Informasi
Haniah
46
Sumber : Data primer yang diolah85
F. Layanan dan Fasilitas Perpustakaan SMA Kornita
Jam buka Perpustakaan SMA Kornita :
Senin – Selasa : 07.00 – 16.00 WIB
Rabu : 07.00 – 15.00 WIB
Kamis – Jumat : 07.00 – 16.00 WIB
Sabtu : 07.00 – 14.00 WIB
Perpustakaan SMA Kornita memiliki beberapa layanan yang diberikan
kepada pemustakanya. Layanan yang terdapat pada Perpustakaan SMA Kornita
adalah sebagai berikut:
1. Layanan Keanggotaan
Layanan ini adalah layanan pendaftaran anggota dan pembuatan kartu
anggota Perpustakaan SMA Kornita. Anggota Perpustakaan SMA Kornita
adalah sivitas akademika SMA Kornita . Sivitas akademika SMA Kornita
terdiri dari guru, siswa dan pegawai SMA Kornita .
2. Layanan Sirkulasi
Layanan ini menyediakan peminjaman, pengembalian dan perpanjang
koleksi bagi sivitas akademika di SMA Kornita. Adapun peraturan
peminjaman koleksi Perpustakaan SMA Kornita adalah :
85 Dokumen Perpustakaan SMA Kornita
47
a. Peminjam harus mempunyai kartu anggota Perpustakaan, untuk
kepentingan peminjaman koleksi, kartu anggota tidak boleh dipinjamkan/
dipergunakan orang lain/ diwakilkan.
b. Siswa berhak meminjam sebanyak 2(dua) eksemplar selama satu minggu.
c. Pegawai selain guru berhak meminjam sebanyak 2 (dua) eksemplar selama
1 (satu) minggu.
d. Guru berhak meminjam sebanyak 5 (lima) eksemplar selama 2 (dua)
minggu.
e. Perpanjangan waktu peminjaman dapat dilakukan sebanyak 1 (satu) kali,
sesuai situasi dan kondisi.
f. Peminjam wajib mengembalikan koleksi yang dipinjam tepat pada
waktunya atau sebelum batas waktu habis.
g. Peminjam wajib menjaga agar koleksi yang dipinjam tetap bersih dan
utuh, tidak membuat coretan-coretan
h. Koleksi yang hilang atau rusak karena kelalaian peminjam, peminjam
wajib mengganti dengan koleksi yang sama atau dengan uang seharga
koleksi yang berlaku terakhir.
i. Proses peminjaman dan pengembalian koleksi dilakukan dengan
komputer, maka data yang diberlakukan/diakui adalah data dari komputer.
Berikut ini adalah jam buka layanan sirkulasi Perpustakaan SMA Kornita :
a. Senin – Selasa : 07.00 – 14.30 WIB
b. Rabu : 07.00 – 15.00 WIB
c. Kamis – Jumat : 07.00 – 15.00 WIB
48
d. Sabtu : 07.00 – 13.00 WIB
3. Layanan Fotokopi.
Layanan ini untuk koleksi referensi dan koleksi khusus yang tidak bisa
dipinjam keluar.
4. Fasilitas Ruang Baca
Fasilitas yang diperuntukkan untuk membaca buku bagi pemustaka SMA
Kornita. Ruang baca tersebut dapat juga berfungsi sebagai ruang kelas.
5. Fasilitas Ruang Koleksi
Fasilitas ini berisikan buku-buku Perpustakaan SMA Kornita yang
dijajarkan didalam rak buku.
6. Fasilitas Ruang Referensi
Fasilitas ini diberisikan buku-buku referensi yang terdiri dari kamus,
ensiklopedia, almanak, direktori, dll. Buku-buku referensi tersebut tidak dapat
dipinjam dan hanya diperbolehkan untuk difotocopy.
G. Koleksi Perpustakaan SMA Kornita
Koleksi yang diadakan oleh Perpustakaan SMA Kornita berasal dari
pembelian, sumbangan diknas kabupaten Bogor, guru dan murid. Pembagian
koleksi yang didata oleh Perpustakaan SMA Kornita dibagi menurut subyek dan
jenis.
Berikut ini adalah tabel pembagian koleksi perpustakaan menurut subyek
sebagai berikut :
49
Tabel 4. Pembagian koleksi menurut subyek mata pelajaran
No
Subyek Pembagian buku pelajaran
Pegangan Guru Teks Siswa Penunjang
Jumlah Judul
Jumlah Exemplar
Jumlah Judul
Jumlah Exemplar
Jumlah Judul
Jumlah Exemplar
1 PKn 3 3 3 420 18 142 2 PAI 3 3 3 420 - 227
3 Bahasa dan Sastra 3 3 3 420 - 790
4 Bahasa Inggris 3 3 3 420 - 872
5 Sejarah dan Umum 3 3 3 420 - 504
6 Pendidikan Jasmani 3 3 3 420 - 120
7 Matematika 6 6 6 420 - 983 8 Fisika 3 3 3 255 - 9 Biologi 3 3 3 255 18 426
10 Kimia 5 5 5 685 15 496 11 Ekonomi 5 5 5 294 17 211 12 Sosiologi 3 3 3 294 15 217 13 Geografi 3 3 3 294 20 465
14 Sejarah Budaya - - - - - -
15 Tata Negara - - - - - - 16 Antropologi - - - - - -
17 Pendidikan Seni 3 3 3 420 3 21
18 Bahasa Asing Lainnya
6 6 6 840 10 284
19 Muatan Lokal 6 6 6 420 3 40
50
Sumber : Data primer yang diolah86
Sedangkan tabel pembagian koleksi perpustakaan SMA Kornita
berdasarkan jenis koleksi sebagai berikut :
Tabel 5. Pembagian koleksi menurut jenis
Sumber : Data primer yang diolah87
H. Ruangan Perpustakaan SMA Kornita
Ruangan Perpustakaan SMA Kornita saat ini berukuran 308 meter persegi
dengan rasio 1,13 meter persegi per-siswa. Kondisi ruangan perpustakaan saat ini
cukup baik untuk melakukan beberapa kegiatan diperpustakaan. Peralatan yang
terdapat pada perpustakaan dapat menunjang kegiatan yang dilakukan oleh
Perpustakaan. Adapun peralatan perpustakaan dapat dilihat pada tabel berikut :
86 Dokumen Perpustakaan SMA Kornita 87 Dokumen Perpustakaan SMA Kornita
20 Bimbingan dan penyuluhan
- - - - 2 142
21 Kerajinan dan Kesenian - - - - - -
No Jenis Jumlah Eksemplar Keadaaan
1 Buku Teks Pelajaran 5940 Baik 2 Buku Panduan Guru 128 Baik 3 Buku Pengayaan 250 Baik 4 Buku Referensi 31 Baik 5 Sumber Belajar lain 245 Baik
51
Tabel 6. Daftar peralatan Perpustakaan SMA Kornita
No Jenis Rasio Jumlah Keadaan
1 Rak Buku 1 set/sekolah 10 buah Baik
2 Rak Majalah 1 buah/sekolah 1 buah Baik
3 Rak Surat Kabar 1 buah/sekolah 1 buah Baik
4 Meja Baca (lesehan) 15 buah/sekolah 20 buah Baik
5 Kursi Baca 15 buah/sekolah 15 buah Baik
6 Kursi Kerja 1 buah/petugas 3 buah Baik
7 Meja Sirkulasi 1 buah/petugas 1 buah Baik
8 Lemari Katalog 1 buah/sekolah 1 buah Baik
9 Lemari 1 buah/sekolah 2 buah Baik
10 Papan Pengumuman 1 buah/sekolah 1 buah Baik
11 Meja Multimedia 1 buah/sekolah 1 buah Baik
12 Peralatan Multimedia 1 buah/sekolah 1 buah Baik
13 Wi-Fi 1 buah/sekolah 1 buah Baik
14 Buku Inventaris 1 buah/sekolah 3 buah Baik
15 Tempat Sampah 1 buah/ruang 1 buah Baik
16 Jam dinding 1 buah/ruang 1 buah Baik
17 Rak Sepatu 1 buah/ruang 1 buah Baik
I. Pemustaka
Pemustaka potensial pada Perpustakaan SMA Kornita adalah siswa, guru
dan karyawan. Pemustaka yang paling banyak berasal dari siswa SMA Kornita.
Pemustaka dari luar Perpustakaan SMA Kornita yang ingin mengunjungi
Perpustakaan, harus meminta ijin terlebih dahulu kepada pihak sekolah.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan
metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk
menjelaskan secara rinci semua keadaan objek yang diteliti. Pada bab ini penulis
akan menjelaskan tentang hasil observasi dan wawancara penulis dengan
informan di Perpustakaan SMA Kornita. Informan terdiri dari Kepala
Perpustakaan dan bidang kesiswaan. Pemilihan informan ini juga berdasarkan
pengetahuan mereka mengenai pelaksanaan pendidikan pemustaka di
perpustakaan sekolah, termasuk kendala dan solusi yang dijalankan untuk
kegiatan ini. Penelitian ini dilakukan selama 1 Bulan sejak tanggal 07 April
hingga 07 Mei 2014 dengan disertai wawancara dengan informan.
Bab ini akan menampilkan hasil wawancara penulis dengan informan
dalam bentuk table dan narasi secara jelas dan rinci tentang pelaksanaan
pendidikan pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita.
A. Latar Belakang Pendidikan Pemustaka di Perpustakaan SMA Kornita.
Penyelenggaraan pendidikan pemustaka di Perpustakaan SMA Kornita
didasari oleh salah satu misi SMA Kornita yaitu membentuk manusia-manusia
yang berakhlak mulia, cerdas, disiplin, gemar membaca dan menuntut ilmu,
menghargai karya sendiri dan orang lain, serta memiliki toleransi dan kepekaan
sosial yang tinggi.
53
Menurut BD selaku Kepala Perpustakaan, pelaksanaan pendidikan
pemustaka ini dilatar belakangi oleh upaya dalam memberikan informasi tentang
penggunaan perpustakaan yang baik dan benar. Jika mereka mengerti cara
menggunakan perpustakaan, maka informasi yang mereka butuhkan dapat
diperoleh dengan mudah dan cepat melalui perpustakaan. Sehingga dapat
menciptakan perpustakaan sebagai lembaga yang memberikan layanan informasi
yang cepat, terdokumentasi, dan berkelanjutan, maka dari itu perpustakaan perlu
memberikan pemahaman tentang penggunaan perpustakaan kepada civitas
akademika terutama pada guru dan siswa88.
BD juga menambahkan bahwa pengenalan perpustakaan ini sebagai proses
meng-update informasi terbaru untuk siswa SMA Kornita. Pendidikan pemustaka
pada perpustakaan SMA Kornita disebut dengan pendidikan perpustakaan89.
Jadi latar belakang pendidikan pemustaka pada Perpustakaan SMA
Kornita adalah sebagai upaya menjalankan misi SMA Kornita dan menciptakan
perpustakaan sebagai sebuah layanan yang dapat memberikan kemudahan dan
kecepatan dalam memenuhi kebutuhan informasi civitas akademika SMA Kornita.
B. Tujuan dan Sasaran Pendidikan Pemustaka
Tujuan pendidikan pemustaka pada perpustakaan SMA Kornita adalah
mengenalkan perpustakaan kepada sivitas akademika SMA Kornita dan
memberikan kemudahan dalam memanfaatkan perpustakaan.
88 Wawancara pribadi dengan Budiyono, Bogor, 12 April 2014 89 Wawancara pribadi dengan Budiyono.
54
Tujuan tersebut sesuai dengan tujuan utama dari pendidikan pemustaka
yang dikemukakan oleh Darmono, yaitu "untuk membantu pemustaka agar dapat
memanfaatkan semua bentuk sarana layanan perpustakaan dengan mudah."90
Tujuan ini secara tidak langsung untuk mempromosikan perpustakaan di
lingkungan SMA Kornita. Sehingga perpustakaan dapat dimanfaatkan secara baik
dan benar oleh sivitas akademika terutama guru dan siswa SMA Kornita.
Sasaran utama dalam pendidikan pemustaka ini adalah siswa SMA
Kornita, khususnya siswa baru SMA Kornita. Pemilihan siswa baru sebagai
sasaran utama dikarenakan mereka belum mengetahui Perpustakaan SMA
Kornita.
C. Teknis Pelaksanaan Pendidikan Pemustaka
Pelaksanaan pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita dibagi menjadi 2
periode yaitu periode pada saat Masa Orientasi Siswa yang selanjutnya disebut
MOS dan periode pada saat guru mengajar.
1. Masa Orientasi Siswa (MOS)
MOS adalah suatu kegiatan yang diperuntukkan untuk siswa baru dalam
mengenal lingkungan sekolah mereka. Menurut EK pada saat MOS para siswa
baru dikenalkan kepada fasilitas sekolah termasuk pengenalan terhadap
perpustakaan91.
90 Darmono, Perpustakaan Sekolah, h. 199 91 Wawancara pribadi dengan Eny Kadarti, Bogor, 21 April 2014
55
Berikut ini hasil penelitian penulis dalam membuat tabel pelaksanaan
pendidikan pemustaka pada saat MOS :
Tabel 7. Pelaksanaan Pendidikan Pemustaka pada saat MOS
No Alur Analisa
1 Perencanaan
Kegiatan awal ini adalah kegiatan pertemuan antara OSIS dengan bidangKesiswaan untuk merencanakan kegiatan MOS
2 Pembentukkan Panitia
Setelah rapat OSIS kemudian pembentukkan panitia MOS yang telah disetujui oleh Kepala Sekolah dengan dikeluarkannya Surat Keputusan dari Kepala Sekolah.
3 Penetapan jadwal dan koordinator
Kegiatan ini bertujuan untuk menetapkan jadwal kegiatan beserta penanggung jawab dari masing-masing kegiatan pada saat MOS.
4 Simulasi
Seminggu sebelum pelaksanaan MOS, diadakan simulasi kegiatan yang dikontrol langsung oleh bidang kesiswaan
5 Pembentukkan kelompok peserta
Pada hari pertama MOS, panitia membentuk kelompok peserta agar mudah untuk dikoordinasikan. 1 kelompok terdiri dari 15-20 peserta
6 Pemberitahuan kepada masing-masing kelompok
Panitia MOS mengumumkan bahwa hari ini adalah saatnya kegiatan untuk mengenal fasilitas sekolah.
56
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan
pemustaka untuk siswa baru sepenuhnya dilakukan oleh panitia MOS. Panitia
MOS ini biasanya berisikan siswa dari tingkat 2-3 SMA.
7 Kelompok masuk ke perpustakaan
Kelompok masuk ke perpustakaan secara bergantian. Masing-masing fasilitas hanya dapat dimasuki oleh 1 kelompok saja.
8 Berada di Perpustakaan
Setaelah 1 kelompok masuk, kemudian koordinator mengatur duduk mereka. Setelah itu koordinator menjelaskan didepan peserta mengenai seluk beluk perpustakaan.
9 Materi yang diperkenalkan
Materi yang dijelaskan meliputi peraturan perpustakaan, petugas perpustakaan, layanan perpustakaan, tata cara peminjaman dan pengembalian koleksi, jam buka perpustakaan, koleksi yang boleh dan tidak boleh dipinjam, grafik perkembangan perpustakaan dengan menggunakan slide.
10 Tour perpustakaan
Sebelum kelompok meninggalkan perpustakaan, koordinator membimbing mereka untuk melihat-lihat apa saja yang berada di perpustakaan mereka.
11 Selesai Kemudian selesai dan bergantian dengan kelompok selanjutnya
57
Sedangkan menurut teori Joan M.Reitz dalam ODLIS (Online Dictionary
for Library and Information Science) adalah "semua kegiatan yang terlibat dalam
mengajar pengguna bagaimana memanfaatkan sebaik mungkin sumber daya
perpustakaan, layanan, dan fasilitas, termasuk instruksi formal dan informal
disampaikan oleh seorang pustakawan"92
Seharusnya pendidikan pemustaka pada saat MOS dilakukan oleh pihak
perpustakaan yang berlatar belakang pustakawan. Karena pustakawan mengetahui
segala tentang perpustakaan secara mendalam
2. Melakukan Pengajaran di Perpustakaan
Pelaksanaan pendidikan pemustaka pada teknik ini adalah dengan cara
memanfaatkan profesi Kepala Perpustakaan yang juga sebagai guru bahasa
indonesia. Beliau (BD) melakukan kegiatan mengajar di perpustakaan,
sehingga secara tidak langsung beliau melaksanakan pendidikan pemustaka
kepada para siswa. Selain itu beberapa guru mata pelajaran lain juga beberapa
kali menugaskan siswa untuk belajar dan mengerjakan tugas di perpustakaan.
Berikut ini hasil penelitian penulis yang dijelaskan pada tabel kegiatan
pendidikan pemustaka pada saat pengajaran :
92 Joan M. Reitz, "Online Dictionary for Library and Information Science,"
58
Tabel 8. Pelaksanaan pendidikan pemustaka pada saat pengajaran
No Alur Analisa
1 Kegiatan mengajar
Kepala Perpustakaan yang juga guru Bahasa Indonesia dan juga guru mata pelajaran lain melakukan kegiatan pengajaran
2 Tempat pengajaran
Tempat pengajaran beberapa kali dilakukan di perpustakaan dengan tujuan mengganti suasana baru sekaligus memperkenalkan siswa kepada perpustakaan.
3 Materi ajar
Materi ajar yang disampaikan salah satunya adalah tentang pemanfaatan sumber-sumber informasi di perpustakaan. Salah satu sumber informasinya yaitu kamus.
4 Pemberian tugas
Setelah selesai memberikan pengajaran, kemudian guru menyuruh siswa untuk mengerjakan tugas dengan menggunakan sumber-sumber di perpustakaan. Pemberian tugas dapat dilakukan secara kelompok maupun individu.
5 Presentasi Setelah siswa mengerjakan tugas, kemudian mereka mempresentasikan tugas mereka didepan siswa yang lainnya
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengajaran yang
dilakukan di perpustakaan secara tidak langsung memperkenalkan siswa kepada
perpustakaan. Perpustakaan dapat digunakan sebagai ruang belajar alternatif.
59
Hal ini sesuai dengan teori Lasa HS yaitu " dalam penataan ruangan
perpustakaan sekolah perlu adanya ruangan yang difungsikan sebagai ruang kelas.
Ruang ini dapat digunakan sebagai ruang baca, ruang pertemuan, maupun ruang
kelas cadangan untuk mata pelajaran tertentu93.
Menurut penilaian penulis, seharusnya mata pelajaran tentang
perpustakaan dimasukkan didalam kurikulum muatan lokal, karena mata pelajaran
tersebut dapat berguna bagi siswa untuk membantu mereka mengerjakan tugas
sekolah.
D. Tingkatan Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita
Tingkatan atau level pengajaran pendidikan pemustaka pada Perpustakaan
SMA Kornita terdiri dari orientasi perpustakaan, pengajaran perpustakaan,
pengajaran bibliografi dan bimbingan literasi informasi. Tingkatan orientasi
perpustakaan dilaksanakan setiap MOS, sedangkan untuk tingkatan pengajaran
perpustakaan, pengajaran bibliografi dan bimbingan literasi informasi
dilaksanakan pada saat guru mengajar di perpustakaan. Berikut ini tabel hasil
penelitian mengenai pendidikan pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita :
93 Lasa Hs, Manajemen Perpustakaan Sekolah, h 14.
60
Tabel 9. Tingkatan pendidikan pemustaka pada Perpustakaan SMA
Kornita
No Informan Tingkatan Hasil Penelitian Teori 1 BD Orientasi
Perpustakaan Mengenalkan perpustakaan secara fisik dan layanannya
Orientasi perpustakaan berupa pengenalan terhadap perpustakaan secara umum, biasanya diberikan ketika siswa/mahasiswa baru memasuki suatu lembaga pendidikan
2 BD Pengajaran Perpustakaan
Kepala Perpustakaan yang juga sebagai guru, mengajarkan siswa bagaimana cara menggunakan sumber informasi yang dimiliki perpustakaan, contohnya mengajarkan cara menggunakan kamus.
Pengajaran perpustakaan merupakan kegiatan yang fokus kepada penjelasan yang mendalam terhadap bahan perpustakaan
61
3 BD Pengajaran Bibliografi
Kepala Perpustakaan yang juga sebagai guru, mengajarkan siswanya untuk mengerjakan tugas melalui sumber-sumber informasi yang relevan, baik di perpustakaan maupun diluar perpustakaan.
Pengajaran bibliografi (bibliographic instruction) merujuk pada kegiatan pendidikan yang dirancang untuk mengajar peserta ajar mencari dan menemukan informasi
4 BD Bimbingan Literasi Informasi
Kepala Perpustakaan mengajarkan cara memanfaatkan informasi dengan baik dan benar serta dilakukan secara ilmiah
Literasi informasi merupakan kemampuan untuk menenggarai informasi yang dibutuhkan, memahami bagaimana informasi itu disusun, menenggarai sumber paling cocok pada kebutuhannya itu, mampu mendapatkan informasi yang diperlukan, mengevaluasi sumber yang didapatkan secara kritis, dan berbagi informasi
1. Orientasi Perpustakaan
Tingkatan dasar dari pedidikan pemustaka yaitu orientasi perpustakaan.
Berdasarkan tabel tingkatan pendidikan pemustaka, orientasi perpustakaan
62
pada Perpustakaan SMA Kornita adalah mengenalkan perpustakaan secara
fisik baik dari segi gedung maupun layanan pada saat pelaksanaan MOS.
Hal ini sependapat dengan teori Rice yang menyebutkan bahwa "Orientasi
perpustakaan berupa pengenalan terhadap perpustakaan secara umum,
biasanya diberikan ketika siswa/mahasiswa baru memasuki suatu lembaga
pendidikan."94
Orientasi perpustakaan ini juga dikemukakan oleh Susan Umeozor yaitu ”
Orientasi Perpustakaan (library orientation) adalah program pendidikan
pengguna tingkat dasar. Hal ini mengacu pada pengenalan dasar layanan
perpustakaan dan sumber daya yang diberikan kepada siswa atau staf baru95.
Selain itu Widyawan mengungkapkan bahwa "orientasi perpustakaan
merupakan kegiatan memperkenalkan pemustaka pada fisik gedung, staf dan
kebijakan perpustakaan. Diharapkan pemustaka dapat mengembangkan
keterampilan penelusuran dan meningkatkan kenyamanan pemustaka96.
Jadi, pada tingkatan orientasi perpustakaan ini, SMA Kornita telah
melaksanakannya sesuai dengan teori yang ada.
2. Pengajaran Perpustakaan
Tingkatan selanjutnya yaitu pengajaran perpustakaan. Berdasarkan hasil
penelitian, pengajaran perpustakaan pada perpustakaan SMA Kornita yaitu
Kepala Perpustakaan yang juga sebagai guru, mengajarkan siswa bagaimana
94 Rice, Teaching Library Use, h. 49. 95 Susan Umeozor, " Human resources, user education marketing strategy, and students' use of library services in some Nigerian Federal universities." 96 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 172.
63
cara menggunakan sumber informasi yang dimiliki perpustakaan, contohnya
mengajarkan cara menggunakan kamus.
Hal ini sependapat dengan teori Widyawan yaitu "Pengajaran
perpustakaan merupakan kegiatan yang fokus kepada penjelasan yang
mendalam terhadap bahan perpustakaan.97" Salah satu bahan perpustakaan
yang digunakan untuk mengajarkan siswa adalah kamus.
Widyawan juga menjelaskan bahwa "pengajaran perpustakaan ini
mengosentrasikan pada peralatan dan mekanisme, teknik penggunaan indeks
jurnal, sumber-sumber referensi, dan penggunaan katalog kartu dan online.98"
Menurut teori Rice menyebutkan bahwa "pengajaran perpustakaan ini
bertujuan untuk menjelaskan penggunaan sumber informasi yang berada di
perpustakaan."99
Jadi, pengajaran perpustakaan ini adalah suatu bentuk pengajaran yang
bertujuan untuk menjelaskan teknik penggunaan sumber-sumber informasi
yang berada diperpustakaan.
3. Pengajaran Bibliografi
Pada tingkatan pengajaran bibliografi ini yang dilakukan oleh
Perpustakaan SMA Kornita adalah Kepala Perpustakaan yang juga sebagai
guru, mengajarkan siswanya untuk mengerjakan tugas melalui sumber-sumber
informasi yang relevan, baik di perpuistakaan maupun di luar perpustakaan.
97 Ibid, h. 172. 98 Ibid., h. 172. 99 Rice, Teaching Library Use, h. 6.
64
Hal ini sesuai dengan teori Widyawan yaitu "pengajaran bibliografi
merupakan sebuah kegiatan yang merujuk pada kegiatan pendidikan yang
dirancang untuk mengajar peserta ajar mencari dan menemukan informasi."100
Perbedaan pengajaran perpustakaan dengan pengajaran bibliografi adalah
pengajaran perpustakaan lebih terfokus kepada teknik penggunaan sumber-
sumber perpustakaan, sedangkan pengajaran bibliografi menekankan pada
penggunaan dan pengembangan strategi penelusuran untuk menemukan
sumber informasi yang relevan.
Pada Perpustakaan SMA Kornita, pengajaran bibliografi lebih
menekankan pada pengajaran guru kepada murid untuk megerjakan tugas-
tugas dengan menggunakan sumber yang relevan.
4. Bimbingan Literasi Informasi
Pada tingkatan bimbingan literasi informasi ini Kepala Perpustakaan
menggabungkan tingkatan ini dengan materi ajar beliau. Dalam memberikan
bimbingan literasi informasi ini beliau mengajarkan kepada siswanya untuk
memanfaatkan informasi dengan baik dan benar serta dilakukan secara ilmiah,
kemudian hasil pemanfaatan informasi tersebut dapat di bagikan kepada
teman-temannya.
Hal ini tentu saja sesuai dengan konsep literasi informasi yang
dikemukakan oleh Widyawan yaitu "Literasi informasi merupakan
kemampuan untuk menenggarai informasi yang dibutuhkan, memahami
bagaimana informasi itu disusun, menenggarai sumber paling cocok pada
100 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 173
65
kebutuhannya itu, mampu mendapatkan informasi yang diperlukan,
mengevaluasi sumber yang didapatkan secara kritis, dan berbagi informasi".101
Selain itu, Diao Ai Lien, dkk juga mengatakan bahwa "kemampuan literasi
informasi itu mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi informasi,
menemukan informasi, mengevaluasi informasi, mengorganisasikan informasi,
memanfaatkan dan mengkomuikasi informasi secara efektif."102
Menurut penulis, bimbingan seperti ini harus dikembangkan lagi dengan
konsep-konsep yang telah terdapat dalam teori, agar siswa dapat menemukan
dan memanfaatkan informasi dengan baik dan benar.
Dari keempat tingkatan diatas, seluruh tingkatan telah dilaksanakan oleh
Perpustakaan SMA Kornita. Tetapi hanya tingkatan orientasi saja yang
dilaksanakan secara pasti. Karena tingkatan tersebut telah termasuk ke dalam
agenda dari MOS. Sedangkan tingkatan lainnya terlaksana apabila ada pengajaran
diperpustakaan.
E. Metode Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita
Metode pendidikan pemustaka yang dilakukan adalah dengan berbagai cara
yaitu dengan metode ceramah, wisata perpustakaan, penggunaan audio visual.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan
perpustakaan SMA Kornita dalam melakukan pendidikan pemustaka:
101 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 166. 102 Diao Ai Lien, dkk., Literasi Informasi: tujuh langkah knowledge management, h. 2.
66
Tabel 10. Metode Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita
No Informan Metode Hasil Penelitian Teori
1 BD Ceramah Pada saat masa orientasi siswa, cara pertama yang dilakukan dalam pengenalan perpustakaan adalah dengan melakukan penjelasan di depan para siswa baru mengenai ruang perpustakaan beserta staf dan layanannya.
Penjelasan mengenai pengenalan dan pelayanan perpustakaan dapat diberikan dikelas dengan cara memberikan ceramah secara umum atau melalui demonstrasi
2 BD Wisata Perpustakaan
Para siswa dibebaskan untuk melakukan observasi dan melihat-melihat serta mencoba fasilitas perpustakaan dengan dipandu oleh panitia MOS.
Kegiatan wisata perpustakaan merupakan kegiatan memandu pemustaka dalam memperkenal perpustakaan dengan cara berkunjung ke perpustakaan dan mempelajari hal-hal yang berada di perpustakaan
3 BD Penggunaan Audio Visual (slide, kaset, televisi, dll)
Selain itu pengenalan perpustakaan dilakukan dengan cara menampilkan slide-slide yang berisi grafik perkembangan yang dialami oleh Perpustakaan SMA Kornita, yang akan dijelaskan oleh Kepala Perpustakaan.
Slide dapat digunakan dalam menerangkan tentang perpustakaan dengan memberikan keterangan-keterangan yang diberikan oleh pemandu atau
67
rekaman suara
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode awal yang digunakan oleh Perpustakaan
SMA Kornita dalam mengenalkan perpustakaan. Konsep metode ini adalah
dengan cara menjelaskan secara langsung didepan para siswa mengenai ruang
perpustakaan berserta staf dan layananya. Metode ini dilakukan pada saat
MOS (Masa Orientasi Siswa) dan pengajaran perpustakaan.
Hal tersebut sesuai dengan teori Rice yang dikutip oleh Ade Abdul Hak
yaitu "penjelasan mengenai pengenalan dan pelayanan perpustakaan dapat
diberikan di kelas dengan cara memberikan ceramah secara umum atau
melalui demonstrasi"103.
Selain itu mengenai metode ceramah, menurut manifesto perpustakaan
sekolah IFLA/UNESCO "salah satu kemampuan tenaga pendidik dalam
pengenalan perpustakaan adalah dapat memotivasi pemustaka dalam
mendayagunakan perpustakaan untuk belajar secara formal maupun
informasl."104
2. Metode Wisata Perpustakaan.
Setelah melakukan penjelasan mengenai perpustakaan. Kemudian para
siswa baru tersebut dipersilahkan untuk melihat-melihat fasilitas yang dimiliki
103 Hak, "Pendidikan Pemakai," h. 105. 104 IFLA/UNESCO, "Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO,"
68
oleh perpustakaan. Metode ini perlu didampingi oleh seorang yang
mengetahui perpustakaan secara umum, dalam hal ini adalah panitia MOS.
Metode ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rice yang
dikutip oleh Ade Abdul Hak yaitu "kegiatan wisata perpustakaan merupakan
sebuah kegiatan memandu pemustaka dalam memperkenal perpustakaan
dengan cara berkunjung ke perpustakaan dan mempelajari hal-hal yang berada
di perpustakaan".105
3. Metode Penggunaan Audio Visual
Pendidikan pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita memerlukan
bantuan alat audio visual berupa slide-slide untuk menampilkan grafik
perkembangan perpustakaan SMA Kornita. Materi yang ditampilkan pada
slide berupa materi tentang data perkembangan perpustakaan.
Metode ini sesuai dengan teori Rice yang dikutip oleh Ade Abdul Hak
yaitu "slide dapat digunakan dalam menerangkan lokasi, fasilitas dan
pelayanan perpustakaan dengan memberikan keterangan-keterangan yang
diberikan oleh pemandu atau rekaman suara".106
Dari ketiga metode di atas dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan
pemustaka yang digunakan masih sedikit yang sesuai dengan teori, karena masih
kurangya pengetahuan pihak perpustakaan tentang metode pendidikan pemustaka.
Maka dari itu, sebaiknya pendidikan pemustaka dikendalikan langsung oleh
seorang yang berlatar belakang pendidikan perpustakaan. 105 Hak, "Pendidikan Pemakai," h. 106. 106 Ibid., h. 106-107
69
F. Materi Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita
Materi yang disampaikan dalam pelaksanaan pendidikan pemustaka
merupakan upaya perpustakaan dalam meningkatkan minta siswa dalam
berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan.
Berikut ini akan dijelaskan secara rinci materi pendidikan pemustaka pada
Perpustakaan SMA Kornita :
Tabel 11. Materi Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita
No Informan Materi
Hasil Penelitian Teori
1 BD/EK Menjelaskan tentang letak ruang perpustakaan
Materi yang diajarkan pada orientasi perpustakaan adalah: Pengenalan gedung
perpustakaan Pengenalan katalog
dan alat penelusuran lainnya
Pengenalan beberapa sumber bacaan termasuk bahan-bahan rujukan dasar
Pengenalan terhadap staf bagian pelayanan
Pengenalan mengenai peraturan perpustakaan
2 BD/EK Menjelaskan tentang jam pelayanan perpustakaan
3 BD/EK Menjelaskan tentang peraturan perpustakaan
4 BD/EK Menjelaskan tentang petugas perpustakaan
5 BD/EK Menjelaskan proses peminjaman buku
6 BD/EK Menjelaskan proses pengembalian buku
7 BD/EK Menjelaskan tentang syarat menjadi anggota perpustakaan
70
8 BD Menjelaskan tentang teknik penggunaan bahan referensi
Materi yang diajarkan pada pengajaran perpustakaan adalah: Teknik penggunaan
indeks, katalog, bahan-bahan rujukan, dan alat-alat bibliografi.
Penggunaan bahan atau sumber pustaka sesuai dengan subyek.
9 BD Membuat tugas ilmiah Salah satu materi yang
diajarkan pada saat pengajaran bibliografi adalah membuat siswa dapat mengerjakan tugas ilmiah mereka melalui sumber yang relevan
10 BD Melakukan pembelajaran tentang informasi di perpustakaan
Bimbingan literasi adalah kemampuan untuk melakukan manajemen pengetahuan dan kemampuan untuk belajar terus menerus
11 BD Melakukan wisata perpustakaan dengan melihat-lihat dan mencoba fasilitas perpustakaan secara langsung
Kegiatan memandu pemustaka dalam memperkenalkan perpustakaan dengan cara berkunjung ke perpustakaan
71
12 BD Menunjukkan grafik perkembangan perpustakaan dengan menggunakan slide
Slide dapat digunakan dalam menerangkan lokasi, fasilitas dan pelayanan perpustakaan dengan memberikan keterangan-keterangan yang diberikan oleh pemandu atau rekaman suara
1. Mengenal perpustakaan secara umum
Materi ini adalah materi pembuka dalam pendidikan pemustaka. Materi
yang diberikan pada saat pengenalan perpustakaan adalah menjelaskan tentang
letak ruang perpustakaan, menjelaskan tentang jam pelayanan perpustakaan,
menjelaskan tentang peraturan perpustakaan, menjelaskan tentang petugas
perpustakaan, menjelaskan proses peminjaman buku, menjelaskan proses
pengembalian buku, menjelaskan tentang syarat menjadi anggota
perpustakaan.
Hal tersebut sesuai dengan teori Rice yaitu "materi yang diajarkan pada
orientasi perpustakaan adalah pengenalan gedung perpustakaan, pengenalan
katalog dan alat penelusuran lainnya, pengenalan beberapa sumber bacaan
termasuk bahan-bahan rujukan dasar, pengenalan terhadap staf bagian
pelayanan, pengenalan mengenai peraturan perpustakaan".107
Pengenalan perpustakaan ini termasuk kedalam pembelajaran secara
kelompok yang sesuai dengan pernyataan Wulandari yaitu "pembelajaran
kelompok (group instruction) membantu pemustaka untuk mengetahui
107 Rice, Teaching Library Use, h. 49
72
perpustakaan secara berkelompok, Contoh: program tour perpustakaan,
ceramah di kelas, permainan (games)108.
2. Menjelaskan cara menggunakan sumber informasi di perpustakaan
Bentuk pemberian materi dalam pendidikan pemustaka pada Perpustakaan
SMA Kornita adalah tentang bagaimana cara menggunakan bahan-bahan
informasi yang dimiliki perpustakaan. Kegiatan ini bersifat teknis. Bahan
Informasi yang digunakan adalah kamus. Pemberian materi ini diberikan pada
saat Kepala Perpustakaan melakukan tugas mengajar.
Hal ini sesuai dengan teori Rice yang dikutip oleh Ade Abdul Hak yaitu
"salah satu materi yang diajarkan pada pengajaran perpustakaan adalah teknik
penggunaan indeks, katalog, bahan-bahan rujukan, dan alat-alat bibliografi".109
3. Memberikan tugas ilmiah kepada siswa
Pemberian materi ini adalah lanjutan dari teknik penggunaan bahan
informasi perpustakaan. Bentuknya adalah dengan memberikan tugas
membuat karya ilmiah yang sumbernya berasal dari sumber yang relevan.
Menurut Kepala Perpustakaan dengan cara ini siswa dapat terlatih dalam
menemukan informasi yang relevan.
Hal ini sesuai dengan teori Rice yang dikutip oleh Ade Abdul Hak yaitu
"salah satu materi yang diajarkan pada saat pengajaran bibliografi adalah
membuat siswa dapat mengerjakan tugas ilmiah".110 108 Dian Wulandari, "Layanan Referensi Perpustakaan Pada Era Informasi : Menjalankan Fungsi Pendidik pada Perpustakaan Perguruan Tinggi," h. 6. 109 Hak, "Pendidikan Pemakai," h. 103.
73
Selain itu, Widyawan menambahkan "Bimbingan bibliogarfi lebih
menekankan pada penggunaan dan pengembangan strategi penelusuran
informasi".111
4. Memberikan materi tentang literasi informasi
Pemberian materi ini bertujuan untuk mengajarkan siswa dalam
memanfaatkan informasi dengan baik dan benar. Materi ini disampaikan pada
saat Kepala Perpustakaan mengajar sebagai guru.
Hal ini sesuai dengan teori Diao Ai Lien yaitu "bimbingan literasi
merupakan kemampuan untuk melakukan manajemen pengetahuan dan
kemampuan untuk belajar terus menerus".112
Materi yang dimaksud adalah cara memanfaatkan setiap informasi yang
diterima harus dikelola dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Kepala
Perpustakaan beberapa kali mengaplikasikannya dalam bentuk pemberian
tugas.
5. Mengunjungi perpustakaan
Pemberian materi ini adalah salah bentuk metode dalam wisata
perpustakaan. Kegiatan yang dilakukan adalah memandu siswa baru dalam
berkeliling ruang perpustakaan dan untuk melihat secara langsung fasilitas
perpustakaan SMA Kornita. Kegiatan ini didampingi oleh panitia OSIS.
110 Ibid., h. 105.
111 Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 173. 112 Diao Ai Lien, dkk., Literasi Informasi, h. 2.
74
Namun panitia tidak mempersilahkan para siswa baru untuk praktek cara
menggunakan perpustakaan, karena keterbatasan waktu.
Hal ini sesuai dengan teori Rice yang dikutip oleh Ade Abdul Hak yaitu
"kegiatan wisata perpustakaan adalah sebuah kegiatan memandu pemustaka
dalam memperkenal perpustakaan dengan cara berkunjung ke
perpustakaan".113
6. Menampilkan slide tentang grafik perkembangan perpustakaan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi terbaru tentang
perkembangan Perpustakaan SMA Kornita. Agar siswa dapat memahami
perkembangan yang terjadi pada perpustakaan mereka. Kegiatan ini
menggunakan bantuan alat audio visual yaitu laptop dan proyektor. Materi ini
disampaikan ketika siswa baru melakukan pengenalan perpustakaan pada
masa orientasi siswa.
Hal ini sesuai dengan teori Rice yang dikutip oleh Ade Abdul Hak yaitu "
slide dapat digunakan dalam menerangkan lokasi, fasilitas dan pelayanan
perpustakaan dengan memberikan keterangan-keterangan yang diberikan oleh
pemandu atau rekaman suara".114
Berdasarkan penjelasan tentang materi pendidikan pemustaka di atas, materi
yang digunakan sudah sesuai dengan teori yang ada. Namun penggunaan materi
dirasa masih belum dapat meningkatkan semangat siswa untuk mengetahui
perpustakaan secara mendalam. Hal tersebut dikarenakan tidak dimasukkannya
113 Hak, "Pendidikan Pemakai," h. 106 114 Ibid., h. 107
75
permainan disetiap pemberian materi. Permainan yang dimaksud dapat berupa
kuis, lomba, dll.
G. Kendala dan Solusi
1. Kendala
Pelaksanaan pendidikan pemustaka memiliki beberapa tantangan dalam
melaksanakan kegiatan penegenalan perpustakaan. Menurut EK kendala yang
dihadapi adalah kurangnya minat siswa baru terhadap perpustakaan, hal ini
disebabkan oleh koordinator yang memberikan materi kurang terampil dalam
orientasi perpustakaan115. Kendala berikutnya adalah waktu 20 menit yang
diberikan panitia tidak cukup untuk menjelaskan perpustakaan secara lebih
rinci. Kendala selanjutnya menurut BD adalah masih kurangnya sarana akses
internet untuk pengenalan perpustakaan digital dan teknik penelusuran
informasi116.
2. Solusi
Solusi saat ini yang sudah dijalankan untuk menumbuhkan minat siswa
adalah melakukan evaluasi panitia pelaksana MOS, untuk dapat lebih kreatif
lagi dalam membangun minat siswa baru untuk mengetahui betapa
menyenangkannya belajar diperpustakaan.
Solusi untuk mengatasi masalah waktu adalah dengan melakukan evaluasi
terkait jadwal acara MOS. Solusi untuk mengatasi tentang pengenalan
115 Wawancara pribadi dengan Eny Kadarti. 116 Wawancara pribadi dengan Budiyono.
76
perpustakaan digital adalah dengan mengajak siswa baru berkunjung ke
Perpustakaan IPB untuk belajar menggunakan perpustakaan dengan fasilitas
yang lengkap.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian mengenai pendidikan
pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita adalah :
1. Tatacara pelaksanaan pendidikan pemustaka.
Pelaksanaan pendidikan pemustaka dilaksanakan oleh panitia MOS dan
Kepala Perpustakaan yang juga sebagai guru Bahasa Indonesia dan guru-guru
mata pelajaran lain. Pendidikan pemustaka diadakan setiap MOS dan pada
waktu guru mengajar di Perpustakaan.
Persiapan yang dilakukan oleh panitia MOS dalam melaksanakan
pendidikan pemustaka adalah dengan melakukan rapat OSIS, menentukkan
koordinator lapangan, melakukan simulasi seminggu sebelum pelaksanaan.
Pada saat pelaksanaan, dibentuk kelompok yang terdiri dari 10 orang setiap
kelompok, kemudian setiap kelompok memasuki perpustakaan secara
bergantian dengan durasi waktu 20 menit.
Pelaksanaan pendidikan pemustaka pada saat guru mengajar di
perpustakaan sebernarnya secara tidak langsung mengajarkan siswa untuk
mengenal dan memanfaatkan perpustakaan.
Pelaksanaan pendidikan pemustaka ini belum mempunyai pedoman dan
belum dikendalikan langsung oleh pihak perpustakaan.
78
2. Tingkatan, metode dan materi pendidikan pemustaka
a. Tingkatan pendidikan pemustaka pada Perpustakaan SMA Kornita adalah
orientasi perpustakaan, pengajaran perpustakaan, pengajaran bibliografi
dan bimbingan literasi. Namun untuk pengajaran bibliografi dan
bimbingan literasi dilakukan sesuai dengan materi ajar yang dilakukan
oleh guru-guru. Jadi, beberapa tingkatan tidak dilakukan secara maksimal.
b. Metode yang digunakan dalam melakukan pendidikan pemustaka pada
Perpustakaan SMA Kornita adalah dengan metode ceramah, wisata
perpustakaan dan penggunaan audio visual. Namun untuk metode wisata
perpustakaan, para siswa baru tidak diberikan kesempatan untuk mencoba
mempraktekan secara langsung tatacara menggunakan fasilitas
perpustakaan karena keterbatasan waktu.
c. Materi yang disampaikan pendidikan pemustaka pada Perpustakaan SMA
Kornita adalah menjelaskan tentang aspek-aspek perpustakaan,
menjelaskan tentang penggunaan sumber informasi di perpustakaan,
melakukaan pembelajaran di perpustakaan.
3. Kendala dan Solusi
a. Kendala yang dialami pada saat pendidikan pemustaka adalah :
1) Kurang terampilnya panitia MOS dalam menumbuhkan minat siswa
baru tentang perpustakaan.
2) Waktu yang diberikan kurang cukup untuk menjelaskan perpustakaan
secara lebih rinci.
79
3) Masih kurangnya sarana akses internet untuk pengenalan perpustakaan
digital dan teknik penelurusan informasi.
b. Solusi yang dijalankan untuk mengatasi kendala tersebut adalah :
1) Melakukan evaluasi panitia pelaksana MOS, untuk dapat lebih kreatif
lagi dalam membangun minat siswa baru untuk mengetahui betapa
menyenangkannya belajar diperpustakaan.
2) Melakukan evaluasi terkait jadwal acara MOS.
3) Mengajak siswa baru berkunjung ke perpustakaan IPB untuk belajar
menggunakan perpustakaan dengan fasilitas yang lengkap.
B. Saran
1. Kegiatan pendidikan pemustaka ini sebaiknya dikendalikan langsung oleh
pihak perpustakaan yang berlatar belakang pendidikan perpustakaan, agar
pemberian metode dan materi lebih terarah dan bervariasi.
2. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan pemustaka sebaiknya
dibuat lebih menarik dan bervariasi, seperti diadakan permainan mengenal
perpustakaan.
3. Materi yang disampaikan sebaiknya dikembangkan lagi agar penyampaian
materi lebih berkualitas. Materi ini dapat ditemukan di buku-buku
perpustakaan dan situs internet.
4. Perpustakaan sebaiknya membuat pedoman tertulis dalam menjalankan
pendidikan pemustaka.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Abdul Hak, "Pendidikan Pemustaka", dalam Sudarnoto Abdul Hakim, ed. Perpustakaan sebagai center for learning society : Gagasan untuk Pembangunan Perpustakaan Madrasah. Jakarta: FAH UIN Syarif Hidayatulloh, 2006 : h. 96-108.
Darmono. Perpustakaan Sekolah: pendekatan aspek manajemen dan tata kerja. Jakarta: Grasindo, 2007.
Dian Wulandari, "Layanan Referensi Perpustakaan Pada Era Informasi : Menjalankan Fungsi Pendidik pada Perpustakaan Perguruan Tinggi," Visi Pustaka, no. 1 (April 2007): h. 1-11.
Diao Ai Lien, dkk., Literasi Informasi: tujuh langkah knowledge management (Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2010.
Dokumen Perpustakaan Labschool SMA Kornita
IFLA/UNESCO, "Pedoman Perpustakaan Sekolah " artikel diakses pada 11 Maret 2014 dari http://www.ifla.org/VII/s11/pubs/school-guidelines.htm
Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2008.
Lexy J. Maleong. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.versi elektronik. melalui http://KBBI pustaka- ilman.co.cc.
"Mengajarkan library skills di sekolah," artikel diakses pada 10 Maret 2014 dari http://teacherlibrarian.wordpress.com/2007/05/10/mengajarkan-library-skills-di-sekolah/
Montague, Leonard. Harrod. Harrod's Librarians Glossary : 9000 Terms Used In Information Management Library Science Publishing The book Trades And Archive Management. England : Gower Publishing Company Limited., 1995.
Pawit M Yusuf dan Yaya Suhendar. Pedoman Penyelenggaran Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana, 2007.
Pedoman Akademik Program Strata 1 2013/2014. Jakarta: UIN Jakarta, 2013
Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian : pengantar teori dan panduan praktis penelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula. Jakarta : STIA-LAN, 1999
Reitz, Joan M. "Online Dictionary for Library and Information Science," artikel diakses pada 12 Maret 2014 dari http://www.abc clio.com/ODLIS/odlis_u.aspx
Rice, James. Teaching Library Use : A Guide for Library Instruction. London: Greenwood Press, 1981.
Rizal Saiful Haq. dkk. Perpustakaan dan Pendidikan: pemetaan peran serta perpustakaan dalam proses belajar mengajar. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN jakarta, 2007.
Rosa Widyawan. Pelayanan Referensi: berawal dari senyuman. Bandung: Bahtera Ilmu, 2012.
Salapuddin. "pendidikan pemakai dan manfaatnya bagi mahasiswa dalam menggunakan perpustakaan di Institut Pertanian Bogor." Skripsi S1 Fakukltas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Samiaji Sarosa. Penelitian Kualitatif : dasar-dasar. Jakarta : Indeks, 2012.
Sri Rahayu, "Pendidikan pemakai: studi kasus di Perpustakaan SMP/SMU Islam Al-Izhar Pondok labu jakarta," Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2002.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta, 2012
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Sasmita Media Utama, 2004.
Tjutju Soendari. "Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif," artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195602141980032TJUTJU_SOENDARI/Power_Point_Perkuliahan/Penelitian_PKKh/Teknik_analisis_dt.kual.ppt_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf.
Umeozor, Susan, " Human resources, user education marketing strategy, and students' use of library services in some Nigerian Federal universities," artikel diakses pada 13 Maret 2014 dari http://www.uidaho.edu/~mbolin/lp&p.htm
Wawancara Pribadi dengan Budiyono. Bogor, 12 April 2014
Wawancara Pribadi dengan Eny Kadarti. Bogor, 21 April 2014
Wiji Suwarno. Pengetahuan Dasar Kepustakaan. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
Telp. (021) 7443329, Fax. (021) 7493364 Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Jakarta, Indonesia
Nomor : Un.01/F2/PP.009.2/ /2014 Ciputat, 3 April 2014
Lamp. : 1 lampiran proposal
Hal : Izin Penelitian
Kepada Yth. Kepala Lab school SMA Kornita - IPB Bogor
Di
Tempat
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan Hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Faris Muhammad
NIM : 1110025000057
Fakultas/Jurusan : Adab dan Humaniora/ Ilmu Perpustakaan
Semester : VIII/ Tahun akademik 2013/2014
Alamat :Perumahan Nuansa Asri Laladon, Blok B, No 3, RT 01,
RW 11, Kel. Laladon, Kec. Ciomas, Kab. Bogor
No. Handphone : 081519194798
Email : [email protected]
Adalah mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Jurusan Ilmu Perpustakaan, yang sedang menyusun skripsi
berjudul “Pelaksanaan Pendidikan Pemustaka pada Perpustakaan Lab School SMA Kornita - IPB Bogor ”. Mahasiswa tersebut memerlukan data
untuk penulisan skripsi. Oleh sebab itu, kami mohon Bapak/Ibu dapat
memberikan izin untuk melakukan penelitian di lembaga yang Bapak/Ibu
Pimpin.
Demikian atas bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu, kami ucapkan terima
kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Dekan,
Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag
NIP. 19560817 198603 1 006
SURAT KEPUTUSAN KEPALA LABSCHOOL SMA KORNITA IPB DARMAGA
Nomor : 800/198–Kepegawaian
TENTANGPENGANGKATAN PANITIA MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK (MOPD) PADA LABSCHOOL SMA KORNITA IPB DARMAGA
KEPALA LABSCHOOL SMA KORNITA
Memperhatikan : Hasil Rapat Pengurus Yayasan Dharma Institut Pertanian Bogor Menimbang : 1. Dalam rangka memperlancar proses Kegiatan Belajar Mengajar dipandang perlu untuk mengangkat panitia Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD). 2. Berdasarkan evaluasi prestasi dan pengalaman kerja selama menjadi guru.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Mengangkat nama – nama dalam daftar lampiran Surat Keputusan ini yang dipandang perlu untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai panitia Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD)di Labschool SMA Kornita IPBDarmaga Bogor. Kedua : Keputusan ini terhitung mulai tanggal 10 Juli 2013. Ketiga : Memberikan tunjangan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Yayasan Dharma Institut Pertanian Bogor Keempat : Jika dikemudian hari terdapat kekeliruan, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di: Bogor Pada tanggal : 10 Juli 2013
KepalaSMA Kornita, Ir. TRI HERU WIDARTO, M. Sc.
Tembusan : Kepada Yth.
1. Ketua Yayasan Dharma Institut Pertanian Bogor 2. Komite Labschool Sekolah SMA Kornita 3. Yang bersangkutan
Lampiran Surat Keputusan Nomor : 800/198- Kepegawaian
TENTANGPENGANGKATAN PANITIA MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK (MOPD)
TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PADA LABSCHOOL SMA KORNITA IPB DARMAGA
No.
Nama
Jabatan
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Eny Kadarti, S. T.
Artik Isnaeni, A. Md.
Tarmi Imiyati, S.Pd.
Marda Ismulyadi, S. PdI
Dina Rostianah, S. Pd
Salikan, S. Pd
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Sie. Sarana Prasarana
Sie. Kegiatan
Sie. Keamanan
Bogor, 10 Juli 2013
Kepala Labschool SMA Kornita,
Ir. TRI HERU WIDARTO, M. Sc.
PEDOMAN WAWANCARA
Topik : Sejarah perpustakaan dan Pendidikan Pemustaka
Informan : Bpk. Budiyono, M. Pd.
Jabatan : Kepala Perpustakaan SMA Kornita dan Guru Bahasa Indonesia.
Pertanyaan :
1. Bagaimana sejarah perpustakaan SMA Kornita ini?
2. Apa saja tugas dan fungsi perpustakaan SMA Kornita ini?
3. Apakah perpustakaan ini pernah melaksanakan pendidikan pemustaka?
4. Apa latar belakang pelaksanaan pendidikan pemustaka di perpustakaan
SMA Kornita?
5. Apa tujuan dan sasaran dari program pendidikan pemustaka?
6. Kapan saja pendidikan pemustaka dilaksanakan?
7. Bagaimana tata cara pelaksanaan pendidikan pemustaka?
8. Metode apa yang digunakan dalam pendidikan pemustaka?
9. Materi apa saja yang diberikan selama pendidikan pemustaka?
10. Fasilitas dan peralatan pendukung apa yang digunakan dalam menunjang
pendidikan pemustaka?
11. Apa saja latar belakang pendidikan staf perpustakaan?
12. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pendidikan pemustaka ini?
13. Apakah ada kendala dalam melaksanakan pendidikan pemustaka ini?
14. Kendala seperti apa yang terjadi didalam pelaksanaan pendidikan
pemustaka ini?
15. Apa solusi yang sudah dijalankan untuk mengatasi kendala tersebut?
DRAFT WAWANCARA
BD : Budiyono
P: Peneliti
P : Sebenarnya nama asli sekolah ini SMA Kornita atau Labschool SMA Kornita sih pak? BD : Semenjak Kepala Sekolah Pak Heru, SMA Kornita berubah menjadi Labschool SMA Kornita P : Jadi kalo mau nulis-nulis laporan harus Labschool SMA Kornita gitu pak? (sambil memperagakan gerakan menulis) BD : Tentunyaaaa harus menyesuaikan dengan Kepala Sekolah yang baru, Kepala
Sekolah memberikan nama labschool yaaa, gunakan labschool, sehingga nanti apaaa, biar nyambung,,,hehehe
P : Atas dasar apa sih pak perubahan nama itu? BD : Perubahan nama atas dasaaar kebijakan dari FAMIPA IPB setelah diberi
mandat oleh bisnis dan kemitraaan untuk melanjutkan pengelolaan SMA Kornita, waktu itu memang dibawahi yayasan tapi yayasan dharma IPB menyerahkan kepada Rektor, kemudian Rektor memberikan kewenangan kepada bisnis dan kemitraan, ketika masih dipegang Pak maiga.
P : Siapa Pak maiga itu? BD : Pak maiga itu Wakil Rektor bidang bisnis dan kemitraan, ketika itu dirintis
kemudian rintisannya itu mengarah kepada eee apa, mempercayakan ke FAMIPA
P : FAMIPA yang mengelola ya pak? BD : Iya, Kemudian diberilah nama Labschool SMA Kornita (terdengar suara mobil) P : Saya ingin mengetahui sejarah Perpustakaan SMA Kornita ini Pak, sejarah dan perkembangannya lah pak? BD : SMA Kornita berdiri pada tahun 1987, SMA Kornita sejak berdiri sudah
memprioritaskan adanya perpustakaan, sejak Kepala Sekolah pertama Pak Surdiding yang mendirikan kemudian karena dia sibuk menjadi guru besar di fakultas lantas diserahkan kepada Pak rohman sebagai Kepala Sekolah kedua, inilah yang memang benar-benar memahami kebutuhan siswa untuk bisa belajar dia tidak hanya mengandalkan materi yang diberikan oleh guru dan murid harus menggunakan semacam bahan sumber, diantaranya harus banyak membaca,
P : Hmmm
BD : apalagi waktu itu Pak Andi Hakim sebagai pendiri SMA Kornita benar-benar memberikan semacam motto "Knowledge is power".
P : Ooo.....Pak Andi Hakim BD : Pak Andi berharap agar murid-murid SMA Kornita banyak menggali ilmu
tidak hanya dari guru-guru saja tetapi dari buku. Oleh Pak Rohman untuk pengadaan buku rajin ke diknas untuk mendapatkan berbagai macam buku yang dibutuhkan, seperti buku Paket, buku referensi. selain itu mendapatkan sumbangan dari dosen dan guru atau dari murid. Selanjutnya pergantian Kepala Sekolah kepada bu Haryanti, petugas perpustakaan sekolah waktu itu diprogram atau dilatih di LSI ,
P : Oooo... BD : Kemudian didalam perjalanan mengalami penurunan jumlah siswa sementara
buku-buku yang sudah tidak layak kemudian disumbangkan ke sekolah yang membutuhkan. Untuk mengatasi agar anak-anak memiliki semangat baca yang tinggi akhirnya ketika saya (Pak budiono) ditugasi sebagai koordinator, saya dengan Pak rizcal mencoba untuk merancang bagaimana perpustakaan SMA Kornita itu bisa online agar mudah diakses melalui gadget mereka, tetapi karena lain hal usaha tersebut belum tercapai. Tapi untuk membantu hal tersebut perpus SMA Kornita (Sambil ada motor lewat), melakukan kerjasama dengan LSI dalam mengakses perpustakaan dengan cara membuat kartu anggota terlebih dahulu. Sehingga guru dan murid dapat mengakses LSI, tetapi tidak bisa meminjam buku, hanya diperbolehkan membaca dan mengerjakan tugas sekolah.
P : Peran guru juga ya pak...? BD : Iya guru-guru yang lain kadang mengajak anak muridnya untuk ke Perpustakaan P : Oia, LSI Itu apa sih itu pak? apa itu lembaga? BD : LSI Itu Perpustakaan IPB P : Kepanjangaanya apa pak? BD : Kepanjangaannyaaa...library apa ya itu, pokoknya itu Perpustakaan IPB, P : Ooo Perpustakaan IPB BD : Iya, deket kok dari sini sekitar 200 meter, nanti mas Faris bisa ketika pulang
lewat belakang deket kantin ada kok. Sabtu buka kok P : Sekarang, tugas dan fungsi perpustakaan SMA Kornita ini apa sih pak? BD : Tujuannya adalah memberikan kemudahan akses perpustakaan kepada siswa,
guru, pegawai, kemudian ada juga siswa Kornita misalnya tiba-tiba datang ingin membuat bahan seminar tentang perpustakaan. Orientasinya kepada kebutuhan warga kornita.
P : Pak sebelumnya pernah mengenal istilah pendidikan pemakai atau user education? BD : yaa ,,, (Terdengar suara SMS masuk)
P : yang tujuannya itu untuk mengenal perpustakaan dari segi gedung, layanan dan segala aspeknya, nah, apakah perpustakaan pernah mengadakan kegiatan seperti itu?
BD : yaa pernah, tepatnya itu pendidikan perpustakaan, Setiap ada orientasi siswa baru, ketika masa orientasi anak-anak itu diperkenalkan tentang wawasan wiyata mandala, bukan hanya perpustakaan saja tetapi semua layanan yang bisa didapatkan siswa, kalau anak itu mengikuti proses pembelajaran di SMA Kornita, disamping pengenalan terhadap laboratorium, fasilitas olahraga juga perpustakan SMA Kornita. Pengenalan perpustakaan tersebut mencakup tentang lokasi perpustakaan, tata tertib perpustakaan, petugas perpustakaan, jam layanan perpustakaan, serta di jelaskan bahwa perpustakaan bisa juga digunakan sebagai tempat untuk rekreasi.
P : Latar belakang pendidikan staff nya apa sih pak? BD : Untuk saat ini menggunakan tenaga yang ada, dulu waktu jaman Bu Nenah
dia memang ditraining, kalau sekarang belum ditraining, jadi latar belakang para pustakawannya adalah SMA
P : Kalo bapak sendiri apa? BD : Kalo sayaaaaa..guru P : Apakah Pak pernah mengikuti program pelatihan gitu Pak? BD : Kalo pelatihan belum, tapi pernah terlibat didalam membuka program
perpustakaan diploma, diundang untuk berbicara tentang bagaimana membuka program perpustakaan, dan saya juga termasuk pengunjung aktif ketika kuliah.
P : Balik lagi ke pendidikan pemakai Pak, latar belakang dilaksanakannya pendidikan pemustaka itu apasih pak?
BD : yang pertama ya memang menganggap butuh ya bahwa perpustakaan itu memang dibutuhkan oleh publik di SMA kornita, bukan hanya murid tetapi guru-guru juga membutuhkan dan diharapkan dapat memberikan layanan yang cepat, layanan yang terdokumentasi, layanan yang berkelanjutan, sehingga perpustakaan itu perlu, disamping itu kan juga didalam memberikan fasilitas itukan harus diupdate terus, bukan berhenti pada titik masa tertentu, dengan pendidikan perpustakaan juga meruPakan proses meng-update.
P : Tujuan dan sasaran program tersebut apa pak? BD : Tujuannya adalah memberikan kemudahan akses perpustakaan kepada siswa,
guru, pegawai, kemudian ada juga siswa kornita misalnya tiba2 datang ingin membuat bahan seminar tentang perpustakaan. Orientasinya kepada kebutuhan warga kornita
P : Itu waktunya hanya sebatas MOS saja atau ada waktu lainnya pak? BD : Biasanya pada saat orientasi siswa, tetapi saya juga seringkali mengajar anak- anak di perpustakaan P : Trus, saya mau tahu cara atau teknis dalam melaksanakan pendidikan pemustaka ini apa pak?
BD : oo kalo teknis, kita disini menyebutnya layanan pustakawan kepada murid, yaa teknisnya kita lebih familiar yaa,,,bagaimana sivitas akdemika yang mau menggunakan perpustakaan kita beri layanan tapi tetap untuk meminjam harus mengisi buku peminjaman, untuk penempatan buku rata2 murid sudah tahu.
P : Kalo metode yang digunakan dalam mengenalkan perpustakaan seperti apasih pak? apakah ada ceramah, atau ada games-games tertentu gitu pak? BD : dalam memperkenalkan perpustakaan melakukan metode observasi, yaitu
datang, melihat-lihat P : Apakah pernah gitu pak anak-anak muridnya dikumpulkan di perpustakaan kemudian staff-nya menjelaskan tentang penggunaan perpustakaan? BD : ooo kalau orientasi ini tidak melalui guru ya,,tp melalui OSIS yaa tentunya
sebelumnya sudah diberikan pengarahan secara umum tentang segala aspek perpustakaan. tapi sebelum mengarah pada observasi, kita tampilkan slide- slide tentang grafik perpustakaan.
P : oooo..jadi peran OSIS ya pak? BD : Iya betul, saya juga sebagai guru bahasa indonesia secara tidak langsung
mengajak anak-anak murid untuk belajar di perpustakaan yaa, hehehe...lalu setelah itu saya berikan tugas untuk membaca dan membuka buku diperpustakaan setelah itu saya suruh presentasi di depan teman-teman mereka.
P : Trus, ada gak sih pak kendala dalam memperkenalkan perpustakaan ini? BD : Mungkin kendala kita pada mengakses internet memang kita belum untuk
mengenalkan perpustakaan digital,,,hehehehe, tapi untuk mengatasinya kita ajak mereka berkunjung ke LSI untuk belajar menggunakan perpustakaan dengan fasilitas yang lengkap.
P : oke pak mungkin segitu dulu pertanyaan yang saya ajukan, nanti kalo ada yang kurang saya hubungi bapak lagi ya BD : oke mas, lewat SMS juga gapapa kok mas,,hehehe P : oh iya pak, makasih banyak ya Pak atas waktunya P : saya pamit dulu pak, maaf jadi ngerepotin nih pak,,hehehe (sambil berjabat tangan) BD : aah gapapa kok.
PEDOMAN WAWANCARA
Topik : Teknis Pelaksanaan Pendidikan Pemustaka
Informan : Ibu. Eny Kadarta, S. T.
Jabatan : Bagian Kesiswaan SMA Kornita
Pertanyaan:
1. Berapa hari kegiatan MOS di tersebut dilaksanakan?
2. Apakah ada materi pengenalan perpustakaan pada saat MOS?
3. Pada hari keberapa pengenalan perpustakaan dilakukan?
4. Mengapa pada hari tersebut?
5. Mengapa pengenalan perpustakaan dilaksanakan pada saat MOS?
6. Bagaiman proses pelaksanaan pendidikan pemustaka itu terjadi?
7. Materi apasaja yang diperkenalkan diperpustakaan?
8. Bagaimana cara panitia MOS menyampaikan materi tersebut?
9. Berapa menit waktu yang dibutuhkan pada saat pengenalan perpustakaan?
10. Bagaimana cara panitia mos membawa para siswa baru ke perpustakaan?
11. Apakah para siswa baru di suruh praktek untuk menggunakan
perpustakaan pada saat MOS?
12. Kendala apa yang dihadapi dalam pengenalan perpustakaan?
13. Bagaimana solusi untuk menghadapi kendala tersebut?
DRAFT WAWANCARA
P : Penulis
EK: Eny Kadarta
P : Berapa hari kegiatan MOS di tersebut dilaksanakan? EK: Umumnya kami mengadakan MOS 5-6 hari, khusus bulan puasa kami padatkan menjadi 3 hari P : Apakah ada materi pengenalan perpustakaan pada saat MOS? EK: Ada, itu bagian dari pengenalan fasilitas sekolah P : Pada hari keberapa pengenalan perpustakaan dilakukan? EK: Hari ke-2, setelah pengenalan sekolah P : Mengapa pada hari tersebut? EK: Karena merupakan kelanjutan dari pengenalan sekolah pada hari pertama P : Mengapa pengenalan perpustakaan dilaksanakan pada saat MOS? EK: Karena untuk mengenalkan siswa baru kepada lingkungan sekolah mereka P : Bagaiman proses pelaksanaan pendidikan pemustaka itu terjadi? EK: Rapat OSIS dengan saya, kemudian lalu disetujui oleh kepsek,
kemudian, pembentukkan panitia dan memilih penanggung jawab setiap kegiatan, lalu seminggu sebelum hari H, diadakan simulasi oleh seluruh panitia MOS, kemudian pada hari H, panitia memberikan penjelasan tentang perpustakaan didepan siswa baru. Setelah itu melihat-melihat perpustakaan.
P : Materi apasaja yang diperkenalkan di Perpustakaan? EK: Ya seperti pada umumnya ya, pengenalan letak ruangan
perpustakaan, jam layanan perpustakaan, petugas perpustakaan, tata cara peminjaman dan pengembalian, buku-buku apa saja yang boleh dan tidak boleh dipinjam
P : Bagaimana cara panitia MOS menyampaikan materi tersebut? EK: Panitia memberikan penjelasan tentang perpustakaan di depan siswa baru. Kemudian dilanjutkan dengan sesi melihat-lihat perpustakaan" P : Berapa menit waktu yang dibutuhkan pada saat pengenalan perpustakaan? EK: Kurang lebih sekitar 30menit per-kelompok, 1 kelompok terdiri dari 20 orang dan siswa baru kami rata-rata berjumlah 90 siswa" P : Bagaimana cara panitia mos membawa para siswa baru ke perpustakaan?
EK: ya pertama kita kumpulkan berdasarkan kelompoknya terlebih dahulu, setelah itu panitia akan mengumumkan bahwa hari ini akan ada kegiatan pengenalan fasilitas sekolah, nah pada saat itu masing-masing kelompok berpencar kebeberapa fasilitas sekolah antara lain laboratorium, perpustakaan, dll. Setelah itu masing-masing kelompok diberi waktu 20 menit untuk melihat-lihat dan mencoba fasilitas sekolah secara bergantian dengan kelompok lain, termasuk perpustakaan.
P : Apakah para siswa baru di suruh praktek untuk menggunakan perpustakaan pada saat MOS? EK: Ohya, belum ada tuh mas...mungkin nanti untuk evaluasi MOS tahun depan" P : Kendala apa yang dihadapi dalam pengenalan perpustakaan? EK: Kurangnya antusias siswa dalam mengetahui perpustakaan dan
kadang faktor panitia yang kurang membangkitkan semangat bertanya para siswa baru.
P : Bagaimana solusi untuk menghadapi kendala tersebut? EK: Melakukan evaluasi materi dan memberikan arahan kepada panitia untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi itu"
DOKUMENTASI
Foto 1. Perpustakaan SMA Kornita
Foto 2. Suasana kegiatan pengajaran di Perpustakaan SMA Kornita
Foto 3. Kepala Perpustakaan SMA Kornita Budiyono (BD)
Foto 4. Wakasek Bidang Kesiswaan Eny Kadarty (EK)
Foto 5. Suasana pada saat MOS di Perpustakaan
Foto 6. Suasana pada saat MOS di Perpustakaan
Foto 7. Kegiatan Pembelajaran di Perpustakaan
PROFIL PENULIS DATA PRIBADI
Nama : Faris Muhammad
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Mei 1991
Agama : Islam
Status pernikahan : Belum menikah
DATA KONTAK
Alamat Rumah : Perumahan Nuansa Asri Laladon Blok B no 3, Rt 01, Rw 011,
Kec. Ciomas, Kel. Laladon, Kab. Bogor, Kode pos 16610
Email : [email protected]
No. Telepon : 081519194798
PENDIDIKAN FORMAL
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : Ilmu Perpustakaan 2010-2014,
SMAS Persada Bekasi : 2006-2009
SMPS Pondok Ungu Permai Bekasi : 2003-2006
SDIT Gemanurani Bekasi : Tahun lulus 1997-2003