pelaksanaan pendidikan agama katolik demi … · 2018. 1. 16. · meningkatkan perkembangan iman...

158
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik Oleh: Lidya Putri Herawati NIM: 121124025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

    DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA

    DI SMP YOS SUDARSO PADANG

    S K R I P S I

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Agama Katolik

    Oleh:

    Lidya Putri Herawati

    NIM: 121124025

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2017

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan kepada:

    Tuhan Yesus dan Bunda Maria

    Mama dan Papa (Theresia Prihwati dan Herman Yoseph Ponimin)

    Mamah dan Papah (Maria Corry Saputra dan Iwan Leo)

    Adik-adikku (Leo Agung Priyantomo dan Anita Tri Utami)

    Kekasihku (Stefanus Heri Suseno)

    yang selalu mendukung dan memotivasi dalam studi dan penyusunan skripsi ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    MOTTO

    “Kita dipanggil bukan untuk sukses, melainkan untuk setia”

    (Ibu Teresa dari Kalkuta)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul “PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA

    KATOLIK DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA

    DI SMP YOS SUDARSO PADANG”. Judul ini dipilih berdasarkan kesan

    penulis melalui pengamatan sepintas terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama

    Katolik di SMP Yos Sudarso Padang yang masih perlu ditingkatkan lagi. Dalam

    kenyataannya sebagian besar orang tua yang berada di perkotaan sangat sibuk

    dengan pekerjaannya sehingga pendidikan agama yang didapat oleh anak dalam

    keluarga sangat kurang. Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah

    suatu usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka

    mengembangkan kemampuan siswa untuk memperteguh iman dan ketaqwaan

    terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan

    tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan

    kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat.

    Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah menemukan gambaran sejauh

    mana pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik membantu perkembangan iman

    siswa. Untuk menjawab persoalan tersebut, penulis menggunakan studi pustaka

    dan penelitian. Studi pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber

    yakni Kitab Suci, dokumen Gereja serta pandangan dari beberapa ahli yang

    berkaitan dengan Pendidikan Agama Katolik dan perkembangan iman. Penulis

    melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi, penyebaran

    kuesioner dan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Katolik.

    Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan

    Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso Padang sudah cukup baik. Hasil

    penelitian juga menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Katolik berdampak pada

    perkembangan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang. Untuk menindaklanjuti

    hasil penelitian ini, penulis mengusulkan kegiatan kunjungan ke Panti Asuhan St.

    Leo Padang dan rekoleksi agar dapat membantu siswa dalam memperkembangkan

    iman. Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan semakin cerdas mengolah dan

    menggali pengalaman imannya sehingga menggerakkan mereka untuk semakin

    peka pada sesama yang menderita dan semakin mencintai Yesus Kristus melalui

    sesama. Dengan demikian mereka dapat tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang

    bertanggung jawab serta dewasa dalam iman.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    This thesis entitled “THE IMPLEMENTATION OF CATHOLIC

    RELIGIOUS EDUCATION IN ORDER TO ENHANCING THE

    DEVELOPMENT OF STUDENT FAITH AT YOS SUDARSO PADANG

    JUNIOR HIGH SCHOOL”. This title is chose based on the writer impression

    through a casual observation of the situation of Catholic Religious Education

    implementation at Yos Sudarso Padang Junior High School. Their learning

    processes are these have to still upgrade in future. In reality, most of the parents

    who live in urban area, who are so busy with their work, which leads the lack of

    religious education on children in the family, while they than what they get.

    Chatolic religious education at school is a well-planned and continuous effort to

    develop the students’ ability to confirm their faith and virtue to God based on

    Catholic’s Church tuition, and still concern on respect to other religion in the

    context of religious community harmony in our society.

    The key issue in this thesis is to find a picture of the extent to which the

    implementation of Catholic religious education to assist the student’s faith. To

    answer these problem, the writer used literature study and research. A literature

    study is done by studying various sources, namely the Bible, Church Documents,

    and experts opinions relating to the Catholic Religious Education and

    development of faith. The writer conducted a studying using observation,

    distribute questionnaires and interviews with Catholic Religious Education

    teacher.

    The results shows that the implementation of Catholic Religious Education

    in Yos Sudarso Padang Junior High School is done well. The results also shows

    that the Catholic Religious Education has impact on to the faith development of

    students in the Yos Sudarso Padang Junior High School. To follow up on the

    results of this research, the writer offers recollection at Panti Asuhan Saint Leo

    Padang for a model of guidance to assist the students in improving their faith.

    From this program, the students are expected to be smarter in managing and

    gaining their experience of faith to motivate them to be more sensitive to others

    who are suffering and to love Jesus Christ more through other people. It will lead

    them to grow as responsible persons and mature on their faith.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa atas berkat dan

    kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DEMI

    MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS

    SUDARSO PADANG.

    Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan,

    dukungan, motivasi, doa dan perhatian; yang penulis yakini sebagai uluran tangan

    Tuhan yang memampukan penulis bertahan dengan setia. Pada kesempatan ini,

    penulis mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus kepada:

    1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing

    akademik sekaligus dosen pembimbing utama yang dengan penuh kesabaran

    telah setia membimbing, mengarahkan dan memotivasi penyusunan skripsi

    ini dari awal hingga akhir.

    2. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum., selaku dosen penguji II yang

    telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan

    sehubungan dengan skripsi ini.

    3. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III yang telah

    meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan

    dengan skripsi ini.

    4. Para Dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan

    dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang setia

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    membagikan cinta kasih, pengetahuan dan pengorbanan selama penulis

    menjalani studi.

    5. Staf dan karyawan Prodi PAK yang turut memberi perhatian dan dukungan.

    6. P. Dr. Alexander Irwan Suwandi, Pr., selaku ketua Yayasan Prayoga Padang

    yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

    7. Bapak Mangihut Naibaho S.Kom., selaku kepala sekolah SMP Yos Sudarso

    Padang dan Bapak Budi Santoso S.Pd., selaku guru Pendidikan Agama

    Katolik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

    mengadakan penelitian.

    8. Keluarga tercinta, Mama Theresia Prihwati, Papa Herman Yoseph Ponimin,

    Mamah Maria Corry Saputra, Papah Iwan Leo, Stefanus Heri Suseno, Heppy

    Wulandari, Heni Susanti, Leo Agung Priyantomo dan Anita Tri Utami yang

    senantiasa memberikan cinta, doa, dukungan dan semangat kepada penulis.

    9. Sahabat-sahabat terbaik, Valeria Elisa Eka Putri, Elisabet Dwi Setiani, Clara

    Brigita Sabrina, Erinta Deprina, Wuria Widian Lestari, M.C. Merry Kurnia

    Sari, Christina Lunau Jalung, Florenciana Peni Bungan, Maria Dolorosa

    Tonis, Paskalina Goan Wahafimu, Elisabeth Lita, Putri Kenanga Arum

    Wulandari, Yosefi Dewi Mahanani S, Catarina Prasasti, Brigita Diah, Sesilia,

    Ayu Dian Ningrum, Monica Alusiana Karisa Putri, Sheilla Putri Nur Sagita,

    Heronimus Galih Priyambada, Andreas Sigit Kurniawan dan Ignatius Her

    Dettyanta Nugraha yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada

    penulis dengan caranya masing-masing.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

    MOTTO ............................................................................................................. v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii

    ABSTRAK ......................................................................................................... viii

    ABSTRACT ......................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvii

    DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH....................................................... xviii

    BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8

    C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 8

    D. Manfaat Penulisan .................................................................................... 9

    E. Metode Penulisan ...................................................................................... 9

    F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 10

    BAB II. POKOK-POKOK PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

    DI SEKOLAH ..................................................................................... 12

    A. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah .............................. 13

    1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik ............................................... 13

    2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik .................................................... 17

    a. Demi Terwujudnya Nilai-Nilai Kerajaan Allah: Inti Segala Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah .......... 18

    b. Demi Kedewasaan Iman: Tujuan Formal Jangka Panjang ........... 19

    c. Iman Yang Dihayati: Demi Kebebasan Manusia ......................... 21

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    3. Konteks Pendidikan Agama Katolik .................................................. 23

    a. Pengalaman Siswa ........................................................................ 23

    b. Keadaan Sekolah .......................................................................... 24

    c. Keluarga ........................................................................................ 25

    d. Teman Sebaya ............................................................................... 27

    4. Model-Model Pendidikan Agama Katolik .......................................... 28

    5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik ....................................... 30

    6. Pelaku Pendidikan .............................................................................. 32

    a. Guru .............................................................................................. 32

    b. Siswa ............................................................................................. 36

    B. Gambaran Iman Remaja ......................................................................... 37

    1. Perkembangan Iman ....................................................................... 37

    2. Tahap Perkembangan Iman Remaja .............................................. 39

    C. PAK Demi Meningkatkan Perkembangan Iman Siswa ......................... 40

    BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

    DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS

    SUDARSO PADANG ..................................................................................... 44

    A. Gambaran Umum SMP Yos Sudarso Padang ........................................... 45

    1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Yayasan Prayoga Padang ..... 45

    2. Sejarah Berdirinya SMP Yos Sudarso Padang ................................... 49

    3. Visi-Misi SMP Yos Sudarso Padang .................................................. 50

    4. Situasi Siswa-Siswi SMP Yos Sudarso Padang .................................. 53

    B. Gambaran Pelaksanaan PAK di Sekolah dan Kegiatan Yang Mendukung Perkembangan Iman Siswa di SMP Yos Sudarso Padang ........................ 54

    1. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah ......... 54

    2. Pelaksanaan PAK di SMP Yos Sudarso Padang ................................. 58

    3. Sosok Guru Pendidikan Agama Katolik SMP Yos Sudarso Padang ................................................................... 60

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    C. Penelitian Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik bagi Perkembangan Iman Siswa-Siswi di SMP Yos Sudarso Padang ............. 61

    1. Desain Penelitian ................................................................................ 61

    a. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 61

    b. Tujuan Penelitian .......................................................................... 63

    c. Definisi Operasional ..................................................................... 63

    d. Jenis Penelitian ............................................................................. 64

    e. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 65

    f. Responden Penelitian .................................................................... 66

    g. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 67

    h. Variabel Penelitian ........................................................................ 67

    i. Kisi-Kisi Kuesioner ....................................................................... 68

    2. Laporan Hasil Penelitian Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik bagi Perkembangan Iman Siswa-Siswi di SMP Yos Sudarso Padang ....... 69

    a. Laporan Hasil Penelitian Berdasarkan Kuesioner ........................ 69

    b. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Kuesioner .................. 76

    c. Laporan Hasil Penelitian Berdasarkan Wawancara dengan Guru PAK ......................................................................... 79

    d. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Wawancara dengan Guru PAK ......................................................................... 82

    e. Kesimpulan Hasil Penelitian ......................................................... 87

    BAB IV. USULAN KEGIATAN SEBAGAI USAHA MEMBANTU

    PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG ..... 90

    A. Latar Belakang Kegiatan .......................................................................... 90

    B. Tujuan Kegiatan ........................................................................................ 93

    C. Usulan dan Bentuk Kegiatan .................................................................... 93

    1. Kunjungan Panti Asuhan St. Leo ...................................................... 94

    2. Rekoleksi Sebagai Pemaknaan Kunjungan ....................................... 98

    a. Tema ................................................................................................... 98

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    b. Tujuan ................................................................................................. 98

    c. Peserta ................................................................................................. 98

    d. Tempat dan Waktu .............................................................................. 99

    e. Bentuk Rekoleksi ................................................................................ 99

    f. Sumber Bahan ..................................................................................... 99

    g. Metode Rekoleksi ............................................................................... 99

    h. Sarana ................................................................................................. 100

    i. Susunan Acara .................................................................................... 100

    j. Contoh Persiapan Rekoleksi ............................................................... 100

    BAB V. PENUTUP ............................................................................................ 109

    A. Kesimpulan ............................................................................................... 109

    B. Saran ......................................................................................................... 111

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 113

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 115

    Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian Untuk Kepala Sekolah .......... (1)

    Lampiran 2: Surat Permohonan Izin Penelitian Untuk Yayasan Prayoga ....... (2)

    Lampiran 3: Surat Izin Penelitian Dari Yayasan Prayoga Padang ................... (3)

    Lampiran 4: Surat Keterangan Bukti Selesai Penelitian .................................. (4)

    Lampiran 5: Daftar Pertanyaan Kuesioner/Angket .......................................... (5)

    Lampiran 6: Contoh Jawaban Responden ........................................................ (8)

    Lampiran 7: Panduan Pertanyaan Wawancara Guru PAK ..............................(14)

    Lampiran 8: Transkrip Hasil Wawancara Guru PAK ......................................(15)

    Lampiran 9: Daftar Nama Siswa Kelas VII T.A 2017/2018 ............................(17)

    Lampiran 10: Daftar Nama Siswa Kelas VIII T.A 2017/2018 ..........................(18)

    Lampiran 11: Daftar Nama Siswa Kelas IX T.A 2017/2018 .............................(19)

    Lampiran 12: Foto Hasil Penelitian ...................................................................(20)

    Lampiran 13: Bacaan Kitab Suci dan Lagu Rekoleksi ......................................(21)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Data Agama Siswa SMP Yos Sudarso Padang .................................... 58

    Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Pelaksanaan PAK di Sekolah ............................... 23

    Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Perkembangan Iman Siswa .................................. 24

    Tabel 4. Pelaksanaan PAK di Sekolah Menurut Pandangan Siswa ................... 25

    Tabel 5. Pengaruh PAK Terhadap Perkembangan Siswa .................................. 27

    Tabel 6. Faktor Pendukung dan Penghambat Menurut Siswa ........................... 28

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR SINGKATAN

    A. Singkatan Kitab Suci

    Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

    Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga

    Alkitab Indonesia.

    Flp : Filipi

    Kej : Kejadian

    Luk : Lukas

    Mat : Matius

    Yoh : Yohanes

    B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

    GE : Gravissimum Educationis, Dokumen Konsili Vatikan II tentang

    Pendidikan Kristen, diresmikan oleh Paus Paulus VI pada 28 Oktober

    1965.

    KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

    LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

    Gereja, diresmikan oleh Paus Paulus VI pada 21 November 1964.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    C. Singkatan Lain

    ABA/STBA : Akademi Bahasa Asing/Sekolah Tinggi Bahasa Asing

    AKFAR : Akademi Farmasi

    Art : Artikel

    Bdk : Berdasarkan

    GOR : Gedung Olah Raga

    HUT RI : Hari Ulang Tahun Republik Indonesia

    HP : Handphone

    IPA : Ilmu Pengetahuan Alam

    IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial

    KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal

    KODYA : Kota Madya

    KOMKAT : Komisi Kateketik

    OMK : Orang Muda Katolik

    PAK : Pendidikan Agama Katolik

    PIA : Pendampingan Iman Anak

    PIR : Pendampingan Iman Remaja

    RI : Republik Indonesia

    RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    SD : Sekolah Dasar

    SEKAMI : Serikat Kepausan Anak Misioner

    SGA : Sekolah Guru Agama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xx

    SMA : Sekolah Menengah Atas

    SMF : Sekolah Menengah Farmasi

    SMP : Sekolah Menengah Pertama

    SPG : Sekolah Pendidikan Guru

    St : Santo

    TK : Taman Kanak-kanak

    UU : Undang-Undang

    D. Istilah

    Hakikat : Hal yang mendasar

    Konteks : Ruang lingkup

    Model : Pendekatan atau pola

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Salah satu dokumen Konsili Vatikan II, yaitu Gravissimum Educationis

    art.1 tentang Pendidikan Kristen menggarisbawahi betapa pentingnya pendidikan

    untuk siapa saja, khususnya bagi generasi muda yang masih harus berkembang,

    tapi juga bagi orang dewasa dalam arti pendidikan seumur hidup. Ditegaskan

    bahwa pendidikan merupakan hak azasi setiap orang, karena siapa saja berhak

    memperkembangkan dan menyempurnakan hidup menuju kepada kepenuhannya.

    Pendidikan juga merupakan cara bagi manusia untuk menemukan dan

    memantabkan identitas atau jati dirinya di tengah-tengah perubahan atau

    perkembangan zaman. Dengan begitu, manusia diharapkan dapat lebih berperan

    secara aktif di dalam kehidupan sosial dengan mengusahakan kesejahteraan

    bersama.

    Heryatno (2008: 14) berpendapat bahwa Pendidikan Agama Katolik

    harus bervisi spiritual. Yang dimaksud spiritual di sini adalah hal-hal yang

    berhubungan dengan inti hidup manusia. Maka bervisi spiritual berarti Pendidikan

    Agama Katolik secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman

    hidup siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Pendidikan

    Agama Katolik juga berusaha membantu siswa memperkembangkan jiwa dan

    interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan tempat di mana Allah bersemayam dan

    karena itu membuat manusia merasa rindu kepada-Nya dan peduli kepada hidup

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    sesamanya. Sedangkan interioritas berhubungan dengan kesadaran, kedalaman

    dan nilai hidup yang dipegang dan diwujudkan. Karena itu, Pendidikan Agama

    Katolik tidak hanya mengejar prestasi akademis, tetapi juga memperkembangkan

    kejujuran, kepekaan, kebijaksanaan dan hati nurani siswa.

    Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (2016: 1)

    menyatakan bahwa melalui Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti siswa

    dibantu dan dibimbing agar semakin mampu memperteguh iman terhadap Tuhan

    sesuai dengan ajaran Agama Katolik dengan tetap memperhatikan dan

    mengusahakan penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain. Hal ini

    dimaksudkan untuk menciptakan hubungan antar-umat beragama yang harmonis

    dalam masyarakat Indonesia yang majemuk demi terwujudnya persatuan nasional.

    Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan agar siswa memiliki

    pengetahuan, keterampilan dan sikap membangun hidup yang semakin beriman.

    Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas: mengetahui, memahami,

    menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Keterampilan diperoleh

    melalui aktivitas-aktivitas: mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan

    mencipta. Sikap dibentuk melalui kemampuan: menerima, menjalankan,

    menghargai, menghayati dan mengamalkan.

    Gereja menggarisbawahi dua tujuan pendidikan: pertama,

    memperkembangkan pribadi manusia dan kedua, memperjuangkan kesejahteraan

    umum. Gereja sangat menyetujui arah pendidikan yaitu demi

    memperkembangkan dan menyempurnakan hidup manusia di dalam segala

    aspeknya. Dengan pendidikan manusia diharapkan menyadari kemandiriannya,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    hak-hak azasinya, misal haknya untuk berpikir, mempertimbangkan, memilih dan

    memutuskan secara bebas nilai hidup yang diyakini. Hal tersebut berarti, orang

    akan semakin menjadi dirinya sendiri kalau ia secara terbuka dan tulus

    berkomunikasi dengan hidup sesamanya. Semakin ia membuka diri, jalan untuk

    dirinya sendiri semakin terbuka. Yang jelas, siapa saja berhak untuk hidup

    bahagia dan menyempurnakan kehidupannya sesuai dengan maksud ia diciptakan

    serta dengan sukarela ikut mengusahakan peningkatan kesejahteraan umum.

    Di Indonesia, agama dalam kehidupan masyarakat sangat berperan

    penting. Agama diyakini dapat membantu manusia agar mempunyai tujuan hidup

    yang jelas, oleh sebab itu setiap orang beriman bebas menentukan pilihan dalam

    memeluk agamanya. Manusia secara umum memang tidak bisa tanpa menganut

    agama, karena agama dipercaya agar setiap orang bisa berkomunikasi dengan

    Tuhan. Di dalam agama Katolik misalnya, ada banyak hal yang perlu dilakukan

    agar iman umat berkembang, antara lain: mengikuti doa bersama pada bulan

    Rosario dan bulan Maria, mengikuti pendalaman iman umat di lingkungan,

    mengunjungi tempat ziarah seperti Gua Maria, mengikuti misa di Gereja serta

    memberi kesaksian. Manusia hidup berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada

    Tuhan, oleh sebab itu agama akan mengantar manusia agar sampai kepada Tuhan.

    Tuhan memang tidak kelihatan, tetapi melalui kepercayaannya manusia dapat

    merasakan kehadiran Tuhan melalui cinta kasih terhadap sesama. Cinta kasih

    terhadap sesama seringkali dirasakan manusia melalui kebersamaan dalam hidup

    sehari-hari antar umat beragama serta mendorong umat manusia agar saling

    menghargai dan menghormati satu sama lain.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat di Sumatera Barat,

    khususnya kota Padang, di mana masyarakat aslinya adalah suku Minangkabau

    yang mayoritas beragama Islam. Pada akhirnya banyak masyarakat yang berasal

    dari luar antara lain: pulau Jawa, Sumatera Utara, Flores, Papua dan masyarakat

    keturunan Tionghoa yang menetap dan mencoba peruntungan di kota Padang.

    Selain masyarakat tersebut, banyak misionaris terutama yang datang dari luar

    negeri untuk menyebarkan agama Katolik. Setelah adanya misionaris yang

    menyebarkan agama Katolik di Padang dan sekitarnya, banyak perubahan positif

    yang terjadi terutama dalam kehidupan menggereja. Masyarakat bergotong-

    royong membangun Gereja dan mengadakan banyak kegiatan pada momen

    tertentu seperti Natal dan Paskah serta Imlek sehingga rasa persaudaraan semakin

    terjalin di antara masyarakat Padang, Sumatera Barat. Selain itu, para misionaris

    juga membangun biara, paroki, stasi dan gedung untuk pertemuan OMK, PIA dan

    PIR agar membantu perkembangan iman anak sejak dini dan sebagai generasi

    penerus Gereja di masa mendatang.

    Siswa Sekolah Menengah Pertama dapat dikelompokkan sebagai usia

    tahap remaja, di mana pada tahap remaja sangat rentan dipengaruhi oleh teman

    sebayanya. Pada masa remaja ini siswa akan bertumbuh baik fisik maupun

    mental. Melalui teman sebayanya, siswa akan mendapat banyak tantangan baik

    dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Misalnya siswa tersebut melakukan

    hal-hal atau perbuatan di luar kehendak dirinya agar dapat diakui oleh teman-

    teman dalam kelompoknya. Tantangan ini merupakan proses perjalanan hidup

    serta berpengaruh pada perkembangan iman. Jika seorang siswa mempunyai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    kepercayaan yang kuat maka tidak akan mudah goyah dan akan terus dipupuk

    dalam pertumbuhan imannya. Tahap remaja juga berkaitan erat dengan kenakalan

    remaja karena pada masa remaja inilah seorang siswa ingin dirinya mempunyai

    pengaruh bagi orang lain.

    Oleh sebab itu, guru Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso

    Padang secara rutin melibatkan siswa dalam kegiatan Gereja antara lain: bertugas

    koor, lektor, mazmur, dirigen dan misdinar pada hari minggu. Kegiatan ini

    diharapkan dapat membantu siswa semakin aktif dalam kegiatan menggereja serta

    menambah pengalaman siswa sehingga siswa dapat berinteraksi secara positif

    dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Pengalaman yang telah dilalui

    membantu iman siswa akan terus berkembang. Iman yang berkembang tidak akan

    terbentuk tanpa adanya bimbingan dari orang tua dan sekolah serta masyarakat

    luas. Siswa belajar dari pengalamannya dan akan terus dikembangkan baik fisik

    maupun mentalnya. Dalam kehidupan menggereja, iman yang berkembang sangat

    berguna bagi pertumbuhan Gereja, karena di dalam kehidupan menggereja

    umatlah yang menjadi pusat utama Gereja. Tanpa umat, Gereja tidak akan

    berkembang. Supaya siswa dapat menjadi generasi penerus Gereja, maka sangat

    pentinglah perkembangan iman setiap siswa agar Gereja terus berkembang.

    Iman siswa dapat dilihat dari perbuatannya. Perbuatan tersebut akan terus

    dilakukan selagi mengandung hal yang positif dan tidak merugikan orang yang

    berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, manusia merupakan makhluk yang saling

    membutuhkan. Melalui perbuatan yang dilakukan oleh siswa di tengah keluarga,

    sekolah, Gereja dan masyarakat, iman akan menjadi penopang hidupnya. Agama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    yang dianut dan dipercayai oleh siswa akan terus digunakan selama hidupnya

    mengarah kepada Tuhan. Siswa juga merasa terbantu dengan Pendidikan Agama

    Katolik yang telah diberikan orang tua di rumah dan guru di sekolah. Setiap siswa

    mempunyai peranannya masing-masing, sehingga perkembangan iman siswa juga

    berdasarkan pemahaman dari pribadi siswa, bukan pengendalian dari orang lain di

    sekitarnya.

    Buku Iman Katolik (1996: 129) mengatakan bahwa dalam iman, manusia

    menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak-terbatas berkenan memasuki

    hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman berarti

    jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai

    manusia secara pribadi juga. Dalam iman manusia menyerahkan diri kepada Sang

    Pemberi Hidup. Pengalaman religius memang merupakan pengalaman dasar,

    kendati belum berarti pertemuan dengan Allah dalam arti penuh. Di atas

    pengalaman dasar itulah dibangun iman, penyerahan kepada Allah, pertemuan

    dengan Allah. Manusia dari dirinya sendiri tak mungkin mengenal Allah. Umat

    Kristen mengenal Allah secara pribadi sebagai Bapa, melalui Yesus. “Tidak ada

    seorang pun mengenal Bapa, selain Anak dan orang yang berkenan kepadanya

    Anak berkenan menyatakan-Nya” (Mat 11: 27).

    Selain keluarga dan sekolah serta masyarakat, Gereja juga berperan

    penting dalam perkembangan iman remaja. Gereja memperkembangkan iman

    remaja melalui Pendampingan Iman Remaja (PIR). Dengan adanya

    Pendampingan Iman Remaja (PIR) ini, para remaja Katolik akan terlibat aktif di

    dalam kegiatan Gereja, misalnya mengikuti koor, lektor, pemazmur, dirigen,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    misdinar, pendamping PIA serta menjadi panitia Natal dan Paskah. Kegiatan

    tersebut secara langsung akan membentuk iman para remaja menjadi berkembang

    karena para remaja mempunyai kepercayaan yang ada di dalam dirinya melalui

    pengaruh yang positif dari Gereja. Remaja yang bergabung dalam PIR merupakan

    generasi penerus Gereja di masa yang akan datang. Generasi ini berawal dari bayi

    yang baru dibaptis. Melalui baptisan tersebut anak menjadi Katolik. Ketika

    memasuki usia anak-anak, Gereja membina mereka melalui PIA. Hingga

    sampailah pada masa remajanya, anak dibina dan diteguhkan imannya dengan

    menyambut komuni pertama dan krisma (penguatan). Komuni pertama dan

    krisma akan mengantar para remaja sampai pada pemahaman akan iman Katolik

    yang sesungguhnya, sehingga para remaja semakin percaya kepada Tuhan dan

    dikuatkan dalam iman.

    Berdasarkan visi-misinya, SMP Yos Sudarso mengusahakan komunitas

    pendidikan yang peduli pada iman, kaum lemah, budaya dan lingkungan serta

    mendampingi para siswa agar berkembang menjadi pribadi yang cerdas dari segi

    intelektual, emosional dan spiritual. SMP Yos Sudarso mengusahakan pendidikan

    yang utuh dan berkesinambungan demi memperkembangkan seluruh aspek hidup

    manusia terutama yang berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan serta

    mewujudkan prinsip dasar pendidikan bukan hanya mempersiapkan para siswa

    untuk mendapatkan pekerjaan melainkan untuk memperkembangkan kehidupan.

    Dari pengamatan penulis, ada kesan bahwa para siswa perlu dibantu untuk

    memperkembangkan imannya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis

    tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “PELAKSANAAN PENDIDIKAN

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    AGAMA KATOLIK DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN

    SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG”.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah

    pokok dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Apa itu pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah?

    2. Sejauh mana pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik telah membantu

    memperkembangkan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang?

    3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk memperkembangkan iman siswa?

    C. TUJUAN PENULISAN

    Penulisan skripsi ini bertujuan untuk:

    1. Mendeskripsikan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah.

    2. Menyampaikan gambaran pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik sejauh

    mana telah membantu memperkembangkan iman siswa di SMP Yos Sudarso

    Padang.

    3. Mengemukakan usaha konkret yang dapat dilakukan sebagai sumbangan

    pemikiran yang tepat untuk meningkatkan perkembangan iman siswa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    D. MANFAAT PENULISAN

    Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya:

    1. Bagi Siswa

    Diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dalam memperkembangkan imannya

    baik secara kognitif, afektif dan praksis.

    2. Bagi Guru PAK

    Dengan memberikan teladan dan pengarahan yang baik kepada siswa dalam

    usaha memperkembangkan imannya baik secara kognitif, afektif dan praksis.

    3. Bagi Penulis

    Dengan mengadakan penelitian ini, diharapkan penulis dapat lebih

    berkembang dalam pemahaman dan pengetahuan tentang Pendidikan Agama

    Katolik dalam meningkatkan perkembangan iman siswa serta menjadi bekal

    ketika kelak sudah menjadi Guru.

    E. METODE PENULISAN

    Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu

    menggambarkan Pendidikan Agama Katolik dan mengungkap keadaan iman

    siswa. Permasalahan pertama didalami dengan menggunakan studi pustaka.

    Sedangkan permasalahan kedua didalami dengan menggunakan penelitian

    kualitatif. Untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik demi

    meningkatkan perkembangan iman siswa, penulis melakukan pengamatan,

    menyebarkan kuesioner kepada siswa dan melakukan wawancara dengan 1 orang

    guru Pendidikan Agama Katolik. Data-data yang dihasilkan akan dianalisis guna

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik demi meningkatkan

    perkembangan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang.

    F. SISTEMATIKA PENULISAN

    Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai skripsi ini,

    penulis akan menyampaikan pokok-pokok uraian sebagai berikut:

    Bab I memaparkan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,

    rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan

    sistematika penulisan.

    Bab II berisi kajian pustaka mengenai pokok-pokok Pendidikan Agama

    Katolik di sekolah yang meliputi: pengertian pendidikan agama Katolik, tujuan

    pendidikan agama Katolik, konteks pendidikan agama Katolik, model-model

    pendidikan agama Katolik, ruang lingkup pendidikan agama Katolik dan pelaku

    pendidikan serta gambaran iman remaja yang meliputi: perkembangan iman dan

    tahap perkembangan iman remaja serta pendidikan agama Katolik demi

    meningkatkan perkembangan iman siswa.

    Bab III mengemukakan gambaran faktual berisi gambaran umum

    mengenai SMP Yos Sudarso Padang. Pada bab ini penulis akan membahas

    tentang sejarah dan latar belakang berdirinya Yayasan Prayoga Padang, sejarah

    berdirinya SMP Yos Sudarso Padang, visi-misi dan situasi siswa-siswi. Pokok

    yang kedua penulis akan membahas mengenai: gambaran pelaksanaan pendidikan

    agama Katolik di sekolah serta kegiatan yang mendukung perkembangan iman

    siswa. Sedangkan pada bagian akhir, penulis akan menguraikan tentang penelitian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    mengenai pelaksanaan pendidikan agama Katolik bagi perkembangan iman siswa-

    siswi di SMP Yos Sudarso Padang, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil

    penelitian, dan kesimpulan hasil penelitian.

    Bab IV membahas sumbangan pemikiran penulis sebagai tindak lanjut dari

    BAB II dan III dalam upaya untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Agama

    Katolik membantu memperkembangkan iman siswa. Sumbangan pemikiran

    tersebut berbentuk kegiatan sosial yaitu kunjungan ke Panti Asuhan yang

    dilanjutkan dengan rekoleksi siswa, yang mencakup: latar belakang kegiatan,

    tujuan kegiatan, usulan dan bentuk kegiatan serta satuan persiapan kegiatan.

    Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama

    menyampaikan kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, tujuan

    penulisan skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan

    saran guna meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah

    sehingga iman siswa semakin bertumbuh dan berkembang.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB II

    POKOK-POKOK PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH

    Bab sebelumnya sudah disampaikan tentang latar belakang penulisan,

    rumusan masalah penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode

    penulisan dan sistematika penulisan yang digunakan sebagai salah satu acuan

    pengembangan tulisan ini. Pada bab II ini penulis membahas dan mendalami

    pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik yang dibagi ke dalam dua bagian, yang

    meliputi: pengertian Pendidikan Agama Katolik, tujuan Pendidikan Agama

    Katolik, konteks Pendidikan Agama Katolik, model-model Pendidikan Agama

    Katolik, ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik dan Pelaku Pendidikan, serta

    iman remaja yang meliputi: perkembangan iman, tahap perkembangan iman

    remaja dan pendidikan agama Katolik demi meningkatkan perkembangan iman

    siswa.

    Pada bab ini penulis memaparkan kajian pustaka yang didapat dari

    berbagai sumber yang berhubungan erat dengan pokok-pokok Pendidikan Agama

    Katolik. Pembahasan yang pertama berisi pengertian Pendidikan Agama Katolik.

    Pembahasan kedua berisi tujuan Pendidikan Agama Katolik demi terwujudnya

    nilai-nilai Kerajaan Allah: inti segala tujuan Pendidikan Agama Katolik di

    sekolah, demi kedewasaan iman: tujuan formal jangka panjang dan iman yang

    dihayati: demi kebebasan manusia. Pembahasan ketiga berisi konteks Pendidikan

    Agama Katolik yang meliputi: pengalaman siswa, keadaan sekolah, keluarga dan

    teman sebaya. Pembahasan keempat berisi model-model Pendidikan Agama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Katolik, Pembahasan kelima berisi ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik.

    Pembahasan keenam berisi pelaku pendidikan yaitu guru dan siswa. Pembahasan

    terakhir berisi gambaran iman remaja yang meliputi: perkembangan iman dan

    tahap perkembangan iman remaja serta pendidikan agama Katolik demi

    meningkatkan perkembangan iman siswa.

    Berikut ini penulis akan menguraikan secara lengkap mengenai pokok-

    pokok bahasan di atas.

    A. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

    1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik

    Pada bagian ini penulis menyampaikan pengertian Pendidikan Agama

    Katolik menurut pendapat para ahli. Heryatno (2008: 23) menyatakan bahwa

    Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang

    diselenggarakan oleh sekolah, bekerja sama dengan keluarga, Gereja dan

    kelompok jemaat lainnya untuk membantu siswa supaya semakin beriman kepada

    Tuhan Yesus Kristus, sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah dapat sungguh terwujud

    di tengah-tengah mereka.

    Untuk memperkaya pendapatnya tersebut, Heryatno (2008: 15)

    menegaskan kembali pendapat Mangunwijaya yang menyatakan bahwa “hakikat

    dasar Pendidikan Agama Katolik sebagai komunikasi iman, bukan pengajaran

    agama”. Ia membedakan antara beragama atau punya agama (having religion)

    dengan beriman (being religious). Agama berkaitan dengan hukum, peraturan,

    ritus, kebiasaan dan lambang-lambang atau simbol-simbol. Agama merupakan

    jalan dan sarana menuju kepenuhan dan kesejahteraan hidup, jalan manusia

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    menuju kesatuannya dengan Tuhan. Komunikasi iman dapat

    menumbuhkembangkan kepercayaan dalam diri manusia, sedangkan pengajaran

    agama hanya sebagai pengetahuan manusia serta membantu manusia untuk

    menerapkannya.

    Heryatno (2008: 16) mengungkapkan bahwa sebagai komunikasi iman,

    Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis, artinya

    bermula dari pengalaman penghayatan iman, melalui refleksi dan komunikasi

    menuju kepada penghayatan iman baru yang lebih baik. Bersifat praktis juga

    berarti Pendidikan Agama Katolik lebih menekankan tindakan (kehidupan)

    daripada konsep atau teori. Dengan sifatnya yang praktis, Pendidikan Agama

    Katolik menjadi mediasi transformasi iman yang berlangsung secara terus-

    menerus. Tentunya komunikasi semacam ini akan sangat membantu, yaitu dengan

    saling memperkaya dan meneguhkan, serta memperkembangkan iman para

    pesertanya. Yang ditekankan dalam Pendidikan Agama Katolik bukan pengajaran

    agama, tetapi proses perkembangan dan pendewasaan iman, peneguhan

    pengharapan dan perwujudan cinta kasih. Pendidikan Agama Katolik mendorong

    peserta didik untuk meningkatkan persaudaraan, persatuan, kerukunan dan

    perjumpaan demi terwujudnya kesejahteraan hidup bersama. Oleh sebab itu,

    Pendidikan Agama Katolik adalah pendidikan yang memanusiakan manusia, yang

    mengusahakan terciptanya suasana kesalingan, kebersamaan dan menghargai

    masing-masing pribadi.

    Heryatno (2008: 14) menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik harus

    bervisi spiritual. Yang dimaksud spiritual disini adalah hal-hal yang berhubungan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    dengan inti hidup manusia. Maka, bervisi spiritual berarti Pendidikan Agama

    Katolik secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup

    siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Dengan membantu

    siswa memperkembangkan jiwa dan interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan

    tempat di mana Allah bersemayam, sehingga membuat manusia merasa rindu

    kepada-Nya dan peduli kepada hidup sesamanya. Sedangkan interioritas

    berhubungan dengan kesadaran, kedalaman dan nilai hidup yang dipegang dan

    diwujudkan. Karena itu, Pendidikan Agama Katolik tidak hanya mengejar prestasi

    akademis, tetapi juga memperkembangkan kejujuran, kepekaan, kebijaksanaan

    dan hati nurani siswa.

    Groome (2010: 37) mendefinisikan Pendidikan Agama Katolik sebagai

    “kegiatan politis bersama para peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama

    mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada Cerita

    komunitas iman Kristen, dan Visi Kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir di

    antara kita”. Pendidikan Agama Katolik, seperti semua pendidikan, adalah

    kegiatan yang kompleks. Kekhususan mengenai apa yang para pendidik lakukan

    berasal dari cerita-cerita komunitas Kristen, dengan ekspresinya yang paling awal

    dalam Yesus Kristus dan Visi Kerajaan Allah yang sempurna yang ditimbulkan

    oleh cerita. Akan tetapi hal yang paling penting untuk dilakukan adalah bahwa

    pendidikan Agama Katolik ikut ambil bagian dalam hakikat pendidikan yang

    bersifat politis secara umum. Setiap jenis kegiatan pendidikan, cepat atau lambat

    mempengaruhi orang-orang dalam cara mereka menjalani kehidupan mereka di

    masyarakat. Setiap jenis pendidikan tidak pernah dapat hanya memiliki

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    konsekuensi-konsekuensi yang bersifat pribadi karena individu dan warga negara

    adalah orang yang sama.

    Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (2016: 1)

    menegaskan bahwa salah satu bentuk dan pelaksanaan pendidikan iman adalah

    pendidikan iman secara formal di sekolah yaitu Mata Pelajaran Pendidikan

    Agama Katolik dan Budi Pekerti. Pendidikan Agama Katolik di sekolah

    merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai kedudukan yang sama

    dengan mata pelajaran lainnya seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa,

    Matematika, IPA, IPS dan lain-lain. Maka, Pendidikan Agama Katolik di sekolah

    terikat pada kurikulum dan waktu yang tersedia serta taat akan aturan sekolah.

    Dengan demikian, Pendidikan Agama Katolik tidak hanya berhenti pada

    agama atau hal-hal lahiriah melainkan Pendidikan Agama Katolik mampu

    menghantar siswa sampai kepada iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

    serta penuh persaudaraan dengan semua orang. Dengan kata lain, Pendidikan

    Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan oleh sekolah secara terencana dan

    berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa untuk

    memperteguh iman dan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai

    dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan

    terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar-umat beragama dalam

    masyarakat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik

    Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (2016: 1)

    menegaskan bahwa Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan agar

    siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan membangun hidup yang

    semakin beriman. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas: mengetahui,

    memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Sikap

    dibentuk melalui kemampuan: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati

    dan mengamalkan. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas:

    mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta.

    Heryatno (2008: 23) membahasakan kembali pandangan Groome tentang

    tujuan Pendidikan Agama Katolik bahwa “tujuan Pendidikan Agama Katolik

    memperhatikan kondisi kerinduan hati dan kehidupan konkret siswa, artinya

    digali dari kebutuhan dan kepentingan mereka harus bersifat holistik. Bersifat

    holistik artinya, sesuai dengan kepentingan hidup siswa, tujuan Pendidikan

    Agama Katolik di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi dan praksis”. Segi

    kognitif (pikiran), afeksi (perasaan) dan praksis (tindakan) tidak dapat dipisahkan

    karena saling mendukung dan membantu untuk memperkembangkan iman siswa,

    sehingga ketiganya diberikan secara seimbang oleh guru Pendidikan Agama

    Katolik kepada masing-masing siswa. Berikut ini disampaikan tiga tujuan

    Pendidikan Agama Katolik yaitu a) demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah:

    inti segala tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah, b) demi kedewasaan

    iman: tujuan formal jangka panjang, c) iman yang dihayati: demi kebebasan

    manusia.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    a. Demi Terwujudnya Nilai-Nilai Kerajaan Allah: Inti Segala Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

    Heryatno (2008: 25) mengatakan bahwa:

    Sifat holistik tujuan Pendidikan Agama Katolik dapat lebih konkret pada

    inti dari segala tujuan proses penyelenggaraannya, yang sering disebut

    metapurpose yaitu untuk memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai

    Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus di dalam sabda,

    karya dan seluruh hidupnya mempunyai keprihatinan pokok mewartakan

    serta mewujudkan Kerajaan Allah. Dapat juga dikatakan bahwa Yesus

    adalah Kerajaan Allah.

    Kerajaan Allah adalah rencana Allah bagi ciptaan. Kerajaan Allah adalah

    tema dan tujuan utama dalam pemberitaan dan kehidupan Yesus Kristus. Yang

    dimaksud dengan metapurpose di sini adalah tujuan pokok atau mendasar dalam

    Pendidikan Agama Katolik. Dalam konteks sekolah, terwujudnya nilai-nilai

    Kerajaan Allah dikatakan sebagai puncak/pokok/inti dari segala tujuan Pendidikan

    Agama Katolik karena memang sungguh dirindukan oleh siswa. Oleh karena itu

    kegiatan pendidikan dimaksudkan untuk mengantar orang-orang ke arah iman

    Kristiani. Tujuan utama pendidikan yang demikian adalah Kerajaan Allah di

    dalam Yesus Kristus sendiri (Groome 2010: 69).

    Yesus telah bersabda dalam hidup manusia. Yesus diutus oleh Allah ke

    dunia dengan sabda, karya dan rela menyerahkan seluruh hidupnya untuk

    manusia. Nilai-nilai Kerajaan Allah yang ditanamkan Yesus kepada manusia

    adalah nilai-nilai kebaikan, cinta kasih, saling menghargai serta melayani sesama.

    Selama hidup di tengah dunia, Yesus berusaha mewujudkan nilai-nilai Kerajaan

    Allah, melalui sabda dan karya-Nya. Guru Pendidikan Agama Katolik

    mengenalkan tentang karya Yesus di dunia agar siswa semakin mengenal dan

    mencintai Yesus. Tujuan Pendidikan Agama Katolik dalam proses

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    penyelenggaraannya dimaksudkan tidak hanya sebatas untuk mengetahui dan

    memahami saja tetapi dengan melakukan tindakan nyata merupakan salah satu

    cara untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia. Dalam konteks

    di sekolah misalnya seluruh warga sekolah mampu mewujudnyatakan kerukunan,

    perdamian, persaudaraan, cinta kasih, peka dan peduli terhadap yang mengalami

    kesusahan, tidak rela melihat temannya bersedih hati, saling menghargai dan

    menghormati yang berbeda suku, agama dan kepercayaan dan lain sebagainya.

    Semua hal tersebut digerakkan oleh iman kepada Yesus Kristus melalui Roh

    Kudus. Dengan kata lain, Pendidikan iman sungguh berhasil kalau nilai-nilai

    Kerajaan Allah sungguh dialami secara nyata oleh seluruh manusia.

    b. Demi Kedewasaan Iman: Tujuan Formal Jangka Panjang

    Heryatno (2008: 29) mengatakan bahwa “iman yang dewasa juga diartikan

    sebagai iman yang berkembang semakin matang secara penuh dan bersifat holistik

    karena mencakup segi pemikiran, hati dan praksis”. Iman Kristiani mencakup

    tindakan meyakini (believing), mempercayai (trusting) dan melakukan kehendak

    Allah (doing God’s will). Pendidikan dalam iman di sekolah, sebagai proses

    pendewasaan iman diharapkan membantu memperkembangkan iman siswa secara

    seimbang ketiga aspek iman tersebut. Iman Kristiani memiliki aspek kognitif,

    yaitu suatu tindakan meyakini (believing). Iman bukan suatu ilusi; iman juga

    bukan merupakan tindakan yang semena-mena dan tidak masuk akal. Menjadi

    tugas pendidik di satu pihak untuk mengkomunikasikan seluruh tradisi kekayaan

    iman Gereja dan di lain pihak untuk membantu siswa agar mereka dipermudah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    untuk memahami dan meyakininya. Hal tersebut sesuai dengan ciri dasar manusia

    sebagai makhluk rasional. Salah satu segi iman sebagai tanggapan manusia

    terhadap rahmat Allah juga dapat dipahami dengan rasio, juga masuk akal.

    Di samping segi kognitif, iman Kristiani juga memiliki segi afektif

    (dimensi trusting). Iman Kristiani merupakan suatu undangan untuk menjalin

    relasi dari hati ke hati, manusia dengan Allah dan antar manusia itu sendiri. Iman

    berarti menaruh hati pada Tuhan yang dipercayai. Semakin kita berserah diri, kita

    semakin beriman. Berserah diri artinya dengan penuh kesetiaan dan kepercayaan

    kita menanggapi tindakan Allah yang dalam Putera-Nya melalui Roh-Nya

    senantiasa hadir dan berkarya menyelamatkan kita. Inilah relasi kesetiaan yang

    juga membentuk cara kita berelasi dengan sesama.

    Satu dimensi pokok iman yang terakhir adalah tindakan konkret (doing).

    Supaya makin matang, iman menuntut perwujudan konkret dari siswa di dalam

    hidupnya sehari-hari. Perwujudan iman perlu dipahami sebagai tanggapan

    terhadap rahmat dan kehendak-Nya. Di sini iman dimengerti sebagai jalan dan

    cara hidup. Dengan sungguh dihayati dan diwujudkan, siswa semakin menyadari

    relevansi imannya di dalam hidupnya yang akan mendatangkan nilai-nilai positif,

    seperti kegembiraan, perdamaian dan persaudaraan. Untuk itu, proses

    pembelajaran Pendidikan Agama Katolik diharapkan agar membantu siswa

    supaya semakin giat dan bersemangat di dalam menghayati imannya. Dengan

    demikian tindakan manusia dipahami sebagai tanggapan manusia untuk

    mengambil bagian di dalam memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Allah. Tindakan konkret menjadi salah satu unsur penting di dalam proses

    pendewasaan iman.

    Pendewasaan iman sebagai tujuan formal pendidikan iman merupakan

    proses seumur hidup. Manusia berdasar rahmat-Nya diundang untuk senantiasa

    memperkembangkan hidupnya menuju pada kesempurnaannya. Dalam

    pendidikan iman, pendewasaan iman tidak dapat dipisahkan dari pendewasaan

    kepribadian seseorang. Yang menjadi salah satu fokus pendidikan iman adalah

    perkembangan manusia secara utuh. Maka, kepenuhan dan kelimpahan hidup

    merupakan arah dari iman yang sungguh dihayati dan diwujudkan. Kalau kita

    menghayati dan mewujudkan iman kita maka kita mengalami keselamatan yang

    dianugerahkan oleh-Nya.

    c. Iman Yang Dihayati: Demi Kebebasan Manusia

    Heryatno (2008: 33-34) mengatakan bahwa “kebebasan merupakan

    kondisi utama bagi manusia untuk menghayati dan memperkembangkan imannya.

    Hanya di dalam suasana hati yang bebas manusia dapat sungguh menghayati dan

    mewujudkan imannya”. Dengan kata lain, iman yang dewasa dapat diwujudkan

    hanya oleh orang-orang yang benar-benar bebas dan bertindak beriman atas dasar

    kebebasan hatinya. Melakukan pekerjaan tanpa adanya paksaan dari orang lain

    sangat menyenangkan bagi manusia, hal inilah yang dimaksud dengan kebebasan.

    Kebebasan merupakan kondisi utama bagi manusia untuk menghayati dan

    memperkembangkan imannya. Hal ini dimaksudkan bahwa suasana hati yang

    bebas sangat dibutuhkan oleh semua orang karena manusia melakukan sesuatu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    berdasarkan kehendak dari diri sendiri dan bukan karena adanya paksaan dari

    orang lain. Tentu saja bebas tidak diartikan secara individualitas karena bebas

    yang dimaksud di sini adalah bebas untuk mengasihi, menghargai dan

    menghormati sesama, bebas untuk menanggapi cinta kasih Allah, serta bebas

    untuk melaksanakan nilai-nilai Kerajaan Allah. Iman manusia akan berkembang

    dengan lebih baik karena adanya kebebasan.

    Dasar kebebasan manusia adalah jati dirinya yang diciptakan oleh Allah

    menurut kehendak-Nya yang bebas. Manusia diciptakan oleh Allah menurut

    gambar dan rupa Allah sendiri. Ini berarti manusia memiliki martabat hidup yang

    sangat mulia. Ia juga memiliki peran, tugas hidup yang sangat penting yaitu

    membangun dunia supaya menjadi lebih baik. Karena itu, manusia memiliki

    potensi atau peluang untuk sungguh-sungguh menjadi bebas. Maka, bebas kepada

    Allah membuat kita bebas kepada diri kita sendiri dan dengan jalan tersebut kita

    pun bebas untuk berbuat baik kepada sesama. Manusia bebas kalau bersatu

    dengan Allah. Manusia dapat bersatu dengan Allah karena rahmat-Nya yang

    berkarya di dalamnya dan karena Allah yang mendatangi manusia, mengundang

    serta memampukan manusia dapat tinggal di dalam-Nya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    3. Konteks Pendidikan Agama Katolik

    a. Pengalaman Siswa

    Heryatno (2008: 59) mengatakan bahwa pengalaman hidup siswa meliputi

    segala kegiatan rohani mereka seperti hidup doa, perayaan iman dan devosi-

    devosi mereka. Di samping pengalaman siswa juga mencakup kesulitan,

    keprihatinan dan persoalan hidup yang menekan seperti kekhawatiran, ketakutan

    dan kebingungan tetapi juga kegembiraan, kebahagiaan, kesuksesan, cita-cita serta

    pengharapan mereka. Dengan kata lain, pengalaman hidup mencakup seluruh

    kenyataan hidup siswa. Kehidupan konkret yang menjadi salah satu unsur

    pendikan iman menggarisbawahi pengertian dasar pendidikan iman sebagai

    komunikasi pengalaman atau penghayatan iman bukan lebih-lebih sebagai

    pengajaran agama.

    Kehidupan konkret menjadi titik tolak dan sekaligus medan bagi siswa untuk

    menghayati imannya. Melalui refleksi terhadap pengalaman hidupnya, siswa

    mengenali kehadiran Allah yang menyatakan diri dan mengundang mereka untuk

    menanggapinya. Melalui refleksi, siswa dibantu menemukan makna dari

    pergulatan hidupnya dan dibantu juga untuk menempatkan iman di dalam

    pergulatan hidup sehari-hari. Pengalaman hidup dapat menjadi medan perjumpaan

    antara rahmat Allah dan tanggapan manusia. Dengan bertitik tolak dari

    pengalaman hidup siswa, kegiatan pendidikan iman menjadi relevan karena

    menanggapi kenyataan hidup dan kebutuhan siswa serta menyentuh kehidupan

    siswa. Setiap siswa tentu memiliki pengalamannya sendiri yang diyakini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    maknanya dan dipahami sebagai suatu bagian penting dari rangkaian perjalanan

    hidupnya.

    b. Keadaan Sekolah

    Heryatno (2008: 16) juga menegaskan kembali pandangan Deklarasi

    Pendidikan Kristen Gravissimum Educationis bahwa salah satu pokok pusat

    perhatian mereka adalah menciptakan suasana sekolah yang sungguh-sungguh

    Katolik. Sekolah Katolik mengusahakan suatu suasana sekolah yang dijiwai oleh

    Roh Cinta Kasih dan Kebebebasan Injili, suasana sekolah yang diresapi oleh

    semangat dan sikap hidup Yesus sendiri. Suasana sekolah semacam ini akan

    membuat para siswa merasa martabatnya dihormati, permasalahan hidupnya

    dipahami, pertanyaan dan keluhannya diperhatikan. Mereka juga dibantu untuk

    menemukan identitas dan perannya di dalam kehidupan bersama. Maka dari itu,

    sekolah Katolik diharapkan menjadi kaya akan nilai-nilai manusiawi dan nilai-

    nilai rohani. Sekolah Katolik perlu mengusahakan agar suasana kekeluargaan

    antara guru dengan siswa, orang tua dengan para guru dan sekolah, lebih-lebih

    antar siswa sendiri sungguh tercipta. Yang dimaksud dengan kekeluargaan dalam

    sekolah adalah suasana pendidikan yang membantu para siswa merasa aman,

    krasan, diterima, menyenangkan karena semua pihak saling memperhatikan dan

    membantu.

    Untuk mewujudkan harapan itu sekolah-sekolah Katolik telah berusaha

    untuk merubah gambaran dirinya dari sekolah sebagai lembaga menjadi sekolah

    sebagai komunitas. Usaha ini sesuai dengan hakikat dan wajah Gereja seperti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    yang ditegaskan oleh Konsili Vatikan II di dalam Konstitusi Dogmatis Lumen

    Gentium tentang Gereja sebagai umat Allah yang mengutamakan segi komunio

    (communio: persekutuan). Gambaran sekolah sebagai komunitas adalah model

    kehidupan bersama yang menekankan persaudaraan, kesatuan (solidaritas),

    kemitraan, keterbukaan dan kepercayaan dari semua pihak tanpa harus

    mengabaikan kekhususan masing-masing. Untuk itu, sekolah Katolik menekankan

    pentingnya dibangun kerja sama antara sekolah, orang tua, Gereja, masyarakat

    dan kelompok-kelompok yang mengusahakan pendidikan bagi kaum muda.

    c. Keluarga

    Afra Siauwarjaya & Huber, Th. (1987: 80) mengatakan bahwa pendidikan

    merupakan cermin dan syarat pembangunan masyarakat. Selain sekolah,

    perkembangan iman anak juga dilakukan di dalam keluarga. Dalam hal ini orang

    tua juga memegang peranan penting dalam memperkembangkan iman anaknya.

    Tidak mungkin mereka menghayati warta Kristus terlepas dari usaha

    menumbuhkan, mendidik dan memperkembangkan iman anak-anak mereka. Iman

    dapat tumbuh dan berkembang berkat adanya dorongan Roh Kudus dan usaha

    untuk mengolah dari dalam diri orang tersebut. Sekolah, keluarga, teman sebaya,

    pemerintah, masyarakat dan Gereja berperan membantu dalam usaha mendidik

    dan memperkembangkan iman anak-anak mereka.

    Orang tua diharapkan menciptakan suasana yang memungkinkan anak-

    anak merasa “krasan”, menemukan, mengalami kehangatan, persahabatan,

    perhatian dan cinta dalam keluarga. Demikianlah diharapkan keluarga nantinya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    dapat menampilkan generasi muda yang potensial dan berkepribadian tangguh

    dalam masyarakat. Orang tua Kristen percaya bahwa mereka diundang Allah

    untuk saling menyempurnakan menurut teladan Kristus dalam hidup berkeluarga.

    Maka orang tua wajib membantu anak-anak mereka menghayati hidup konkret

    mereka sebagai jawaban atas undangan Allah. Hal tersebut diwujudkan dengan

    mengajak anak-anak menyadari kebaikan Tuhan yang mereka alami bersama dan

    bersyukur kepada Allah. Dengan usaha konkret terus menerus, orang tua melatih

    anaknya bersikap peka terhadap kehadiran Allah dalam berbagai situasi yang

    mereka alami bersama.

    Terutama dengan contoh dan teladan orang tua membimbing anak untuk

    peka dan prihatin terhadap keadilan dan penderitaan sesama. Tentunya sikap

    tersebut akan diingat oleh anak. Semua yang diingat oleh anak akan menjadi

    warisan yang sangat mempengaruhi perilaku anak selanjutnya. Maka, dengan

    teladan baik dari orang tua anak sedini mungkin dilatih menjadi pribadi yang tidak

    hanya merasa kasihan terhadap sesama yang miskin dan menderita, tetapi yang

    mampu berbuat sesuatu bagi mereka. Pada umumnya teladan yang baik lebih

    mempengaruhi anak daripada banyak nasihat dan perkataan. Santo Don Bosco

    mengatakan “Jangan bicara banyak pada anak mengenai Tuhan, akan tetapi

    bicaralah banyak pada Tuhan mengenai anak” (Afra Siauwarjaya & Huber, Th.,

    1987: 81). Dalam seluruh usaha menumbuhkan dan memperkembangkan iman

    anak, selain berkat adanya dorongan Roh Kudus dan usaha untuk mengolah dari

    dalam diri anak itu sendiri, contoh dan teladan orang tua menjadi salah satu pokok

    terpenting.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    d. Teman Sebaya

    Agoes Dariyo (2004: 13) menjelaskan bahwa teman sebaya lebih

    ditekankan kepada kesamaan tingkah laku atau interaksi individu pada anak-anak

    atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang

    relatif besar diantara kelompoknya. Hubungan yang baik antara teman sebaya

    akan sangat membantu aspek sosial remaja secara normal.

    Pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku remaja. Pengaruh

    tersebut dapat berupa pengaruh positif dan dapat pula berupa pengaruh negatif.

    Pengaruh positif yang dimaksud adalah ketika remaja bersama teman-teman

    sebayanya melakukan aktivitas yang bermanfaat seperti membentuk kelompok

    belajar, mengikuti kegiatan rohani dan patuh pada norma-norma dalam

    masyarakat. Sedangkan pengaruh negatif yang dimaksudkan dapat berupa

    pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan pada lingkungan sekolah berupa

    pelanggaran terhadap aturan sekolah.

    Dari teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan

    mereka. Remaja cenderung mengikuti pendapat dari kelompoknya dan

    menganggap bahwa kelompoknya itu selalu benar. Teman sebaya menuntut nilai

    kebersamaan, kekerabatan, kemanusiaan serta persaudaraan. Namun, jika perilaku

    dalam kelompok didominasi oleh pencurian, tawuran serta tindak kriminal maka

    akan berpengaruh negatif pada perkembangan remaja.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    4. Model-Model Pendidikan Agama Katolik

    Heryatno (2008: 58) mengungkapkan bahwa “istilah model perlu

    dimengerti sebagai suatu pendekatan tertentu yang memiliki suatu kerangka yang

    tertentu pula untuk suatu proses kegiatan penyelenggaraan pendidikan dalam iman

    dengan langkah-langkah yang kurang lebih tetap”. Pendidikan Agama Katolik di

    sekolah menempatkan siswa sebagai subjek dan guru sebagai fasilitator. Model

    perlu dimengerti sebagai suatu pendekatan, hal ini dimaksudkan bahwa ada

    banyak cara atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru agar siswanya

    dapat memahami apa yang disampaikan guru di kelas sehingga membantu siswa

    untuk berkembang, perkembangan tersebut tentu saja berasal dari dorongan yang

    ada dalam diri siswa sehingga guru dengan berbagai cara pula membantu dan

    mengarahkan siswanya dalam bertindak.

    a. Model Transmisi/Transfer

    Heryatno (2008: 63) mengungkapkan bahwa “model ini berpusat pada guru

    yang mentransfer (mengoper) seluruh pengetahuannya pada siswa dengan

    menerapkan relasi guru dengan siswa”. Model transmisi/transfer merupakan cara

    lama yang digunakan para guru dalam mengajar. Model ini kurang efektif karena

    tidak melibatkan siswa dalam kegiatan mengajar/memberikan materi. Dalam

    mengikuti pelajaran di kelas ada jarak antara guru dan siswa sehingga guru tidak

    kreatif dalam menyampaikan materi dan siswa kurang aktif mengikuti pelajaran di

    kelas. Hal ini tidak membantu perkembangan siswa baik secara kognitif maupun

    dalam iman karena guru tidak memberikan apa yang menjadi kebutuhan siswa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    b. Model yang Berpusat pada Hidup Peserta

    Heryatno (2008: 65) mengungkapkan bahwa “model yang berpusat pada

    hidup peserta ini merupakan reaksi yang ekstrem terhadap model pendidikan yang

    bersifat dogmatis”. Pada zaman era globalisasi seperti saat ini, para guru

    Pendidikan Agama Katolik di sekolah hanya sebagai fasilitator yang berpusat

    pada hidup peserta/siswa. Model ini diyakini mampu memperkembangkan

    pengetahuan dan iman siswa secara utuh. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan

    pengajaran di kelas dengan cara tanya jawab dan kerja kelompok/sharing

    pengalaman, pada akhir pelajaran siswa diajak untuk merefleksikan pengalaman

    mereka selama mengikuti pelajaran di kelas berkaitan dengan pengalaman hidup

    mereka secara konkret.

    Kedua model di atas masing-masing mempunyai kekurangan dan

    kelebihan, oleh sebab itu kedua model di atas saling melengkapi. Guru Pendidikan

    Agama Katolik di sekolah bukan hanya sebagai fasilitator tetapi guru juga

    memberikan pengetahuan/informasi sehingga membantu perkembangan kognitif

    siswa dan memfasilitasi siswa agar siswa terlibat aktif di kelas serta membantu

    perkembangan iman mereka.

    c. Model Shared Christian Praxis/Model Praksis

    Heryatno (2008: 70) mengungkapkan bahwa “model Shared Christian

    Praxis atau model praksis ini hendak menekankan pentingnya partisipasi aktif

    para peserta. Peran peserta sebagai subjek dalam proses penyelenggaraan

    pendidikan sangat digarisbawahi”. Partisipasi itu berdasarkan pada pengalaman

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis sehingga

    ditemukan nilainya dan dapat diteguhkan visi dasarnya. Hasil dari refleksi kritis

    tersebut kemudian didialogkan dengan visi dan tradisi Kristiani. Dengan dialog

    tersebut diharapkan peserta dapat meneguhkan sikap hidupnya yang sudah positif

    dan mempertanyakan pokok-pokok yang negatif dan yang lebih penting adalah

    menemukan kesadaran dan nilai-nilai baru yang akan mendasari pengambilan

    keputusan konkret sebagai salah satu pusat model ini. Model ini bergerak dari

    praksis yang direfleksikan menuju praksis baru. Tentu saja yang dimaksudkan

    bukan sekedar aksi tanpa visi tetapi praksis baru yang digali berdasarkan

    pengalaman masa lampau, yang telah diinterpretasikan berdasarkan visi dan

    tradisi Kristiani. Tujuan praksis baru tidak lain adalah memperjuangkan

    terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus di tengah-tengah

    hidup manusia.

    5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik

    Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (2016: 4)

    mengungkapkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik mencakup

    empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Keempat aspek

    yang dibahas secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan pemahaman

    siswa adalah:

    1) Pribadi siswa: Ruang lingkup ini membahas tentang diri sebagai laki-laki atau

    perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    kekurangan, yang dipanggil untuk membangun relasi dengan sesama serta

    lingkungannya sesuai dengan Tradisi Katolik.

    2) Yesus Kristus: Ruang lingkup ini membahas tentang pribadi Yesus Kristus

    yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap dalam

    Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, agar siswa berelasi dengan

    Yesus Kristus dan meneladani-Nya.

    3) Gereja: Ruang lingkup ini membahas tentang makna Gereja agar siswa mampu

    mewujudkan kehidupan menggereja.

    4) Masyarakat: Ruang lingkup ini membahas tentang perwujudan iman dalam

    hidup bersama di tengah masyarakat sesuai dengan Tradisi Katolik.

    Siswa menyadari dan mensyukuri diri sebagai citra Allah, baik sebagai

    laki-laki atau perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, untuk

    mengembangkan diri melalui peran keluarga, sekolah, teman, masyarakat dan

    Gereja dengan meneladani pribadi Yesus Kristus, sehingga terpanggil untuk

    mengungkapkan imannya dalam kehidupan menggereja melalui kebiasaan doa,

    perayaan sakramen dan terlibat secara aktif di dalam kehidupan menggereja serta

    hidup bermasyarakat dengan melaksanakan hak dan kewajiban, mewujudnyatakan

    sikap toleran dan penghormatan terhadap martabat manusia.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    6. Pelaku Pendidikan

    a. Guru

    UU No. 14 Tahun 2005, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah

    pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

    mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik. Sedangkan Mintara (2010:

    57) menyatakan bahwa pendidik adalah jabatan atau profesi yang membutuhkan

    keahlian khusus. Mintara (2010: 57) juga menegaskan bahwa di dalam

    pendidikan, guru mempunyai tiga tugas pokok yang bisa dilaksanakan di

    antaranya: pertama, tugas profesional yaitu tugas yang berhubungan dengan

    profesinya yang meliputi tugas untuk mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik

    berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti

    meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi sedangkan

    melatih berarti mengembangkan keterampilan. Kedua, tugas kemasyarakatan yaitu

    tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang berfungsi sebagai

    pencipta masa depan dan penggerak kemampuan. Keberadaan guru menjadi faktor

    penentu yang tidak dapat digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan

    bangsa sejak dahulu. Ketiga, tugas manusiawi yaitu tugas sebagai seorang

    manusia. Guru harus bisa menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua bagi siswa.

    Guru harus bisa menarik simpati dari siswa melalui teladan hidup dan mempunyai

    relasi yang harmonis sebagai “bapa-anak”, sehingga ia menjadi idola bagi para

    siswa.

    Dari pemaparan di atas dapat dinyatakan bahwa tugas seorang pendidik

    atau guru adalah mengantar keluar dengan selamat para siswa dari berbagai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    rintangan menuju padang rumput yang hijau. Sama halnya seperti seorang

    gembala, guru dipanggil untuk menggembalakan siswa-siswanya, mengenal

    pribadi dan karakter masing-masing serta membantu mereka dalam

    mengembangkan diri.

    Groome (2010: 389) mengatakan bahwa pendidik memiliki tugas yang

    khusus dalam komunitas Kristiani. Artinya, pendidik agama Kristiani harus

    mampu menghadirkan pribadi Yesus Kristus ketika melayani para siswa. Groome

    menekankan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik antara

    lain: pertama, jabatan mengajar adalah sebuah bentuk pelayanan atas nama Yesus

    Kristus. Kedua, jelas dari Gereja mula-mula jabatan pengajar adalah menjadi

    pelayan firman. Maka, dapat dikatakan bahwa jabatan pengajar memiliki

    kesamaan dengan para pelayan firman atau pemberita-pemberita Injil Tuhan.

    Mintara (2010: 218) mengatakan bahwa guru yang profesional harus

    secara efektif memberikan perhatian pada para siswa sehingga siswa merasa dekat

    dengannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa guru yang penuh perhatian pada siswa

    akan lebih memberikan peneguhan dan dorongan semangat seperti: kesabaran,

    kepercayaan, kejujuran dan keberanian; juga mendengarkan dengan empati,

    memahami, mengenal masing-masing siswa secara individu, hangat, penyemangat

    dan yang paling penting mencintai pribadi siswanya.

    Heryatno menegaskan kembali pandangan Miller (2008: 71) bahwa guru

    harus memiliki visi ke depan bagi perkembangan setiap siswanya. Visi yang

    dimaksudkan adalah agar siswa dapat mencapai tahap perkembangan kognitif,

    emosi, moral dan iman. Oleh karena itu, guru harus menjadi sahabat dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    pendamping bagi perkembangan pribadi siswa sehingga visi di atas dapat tercapai.

    Pendidikan Agama Katolik sungguh-sungguh perlu menekankan interaksi dan

    komunikasi yang fasilitatif dan kondusif bagi siswa supaya secara terus menerus

    berkembang ke tahap berikutnya. Komunikasi sangat penting dalam tingkat

    perkembangan kognitif, emosi, moral dan iman siswa.

    Heryatno (2008: 103-107) sikap dasar dan semangat para guru harus

    diwujudkan dalam tugasnya, yaitu:

    a) Meneguhkan Pribadi dan Jati Diri

    Para guru diharapkan menghormati harkat dan martabat para siswa yang

    mulia, menghargai segala talenta dan keunikan serta memahami

    kemampuan mereka sebagai titik tolak dari seluruh kegiatan pendidikan

    mereka. Guru juga membantu para siswa yang lemah, nakal dan

    bermasalah agar mereka memiliki peluang dan kesempatan yang sama

    dengan teman-temannya yang lain, sehingga mereka pun dapat

    berkembang menjadi lebih baik.

    b) Tetap Yakin dan Penuh Harap

    Sebagai pendidik guru harus memiliki harapan dan keyakinan bahwa

    semua siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat-bakat yang mereka

    terima dari Tuhan. Guru juga harus yakin bahwa semua siswa dapat

    sampai pada kelimpahan dan kepenuhan hidup karena kebaikan dan

    kemurahan hati Tuhan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    c) Mengasihi

    Sikap yang tidak kalah penting dari para guru adalah mengasihi siswa.

    Beriman, berharap dan mengasihi hidup para siswa itulah yang menjadi

    sikap, tekad dan kesadaran yang wajib diwujudkan dalam melaksanakan

    tugas panggilan mereka sebagai pendidik. Dengan kasih yang rela

    berkorban seperti Yesus dari para pendidik sungguh dapat mengubah

    sikap dan perilaku siswa sekaligus memberikan hasil yang baik dan

    menyenangkan.

    d) Menghormati Siswa sebagai Subjek

    Siswa adalah subjek pendidikan. Maka, guru harus memperlakukan dan

    menghormati siswa sebagai subjek pendidikan. Dengan memperlakukan

    siswa sebagai subjek/pelaku utama, dalam proses pembelajaran guru

    mewujudkan relasi antara pendidik dan peserta didik bukan relasi subjek

    dengan objek melainkan subjek dengan subjek. Dalam relasi tersebut

    yang diharapkan oleh siswa bukan semata-mata materi pelajaran tetapi

    inspirasi dan teladan hidup. Dengan memperlakukan siswa sebagai

    subjek, para guru akan memberdayakan mereka sebagai pelaku

    pendidikan yang aktif, kreatif dan realistis. Para guru harus mampu

    menciptakan suasana yang kondusif yaitu suasana yang akrab, saling

    menerima dan menghargai serta suasana kebersamaan yang sungguh

    menghormati inspirasi, aspirasi dan gagasan siswa. Dengan suasana ini,

    diharapkan bahwa guru dapat memperkembangkan kepribadian siswa

    secara utuh. Maksudnya adalah bukan hanya intelektual tetapi juga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    perasaan, emosi, hati dan perilaku mereka. Hal ini perlu diusahakan agar

    pendidikan menjadi proses perkembangan diri mereka secara utuh dan

    seimbang.

    e) Menghormati Kebebasan, Hak dan Tanggung Jawab

    Kebebasan akan terwujud jika guru menghormati hidup siswa sebagai

    pribadi dan mendorong mereka untuk bersikap serta bertindak

    berdasarkan hati nuraninya. Dengan menghormati kebebasan dan semua

    hak siswa, para guru diharapkan menyelenggarakan proses pendidikan

    yang bersifat sungguh membebaskan.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu hal penting yang

    dituntut dari seorang guru adalah mengasihi para siswa. Dengan mengasihi siswa,

    seorang guru dapat mengantar mereka kepada kebenaran yang telah Allah

    letakkan pada inti hidup mereka dan membantu mereka menjadi orang-orang yang

    bebas. Dengan demikian, mereka dapat mengambil bagian di dalam perjuangan

    mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan mereka.

    b. Siswa

    Groome (2010: 386-388) mengatakan bahwa siswa dipanggil sebagai

    pelaku sejarah (cerita) dan mampu menjadi para pelaku sejarah (visi). Mereka

    dibentuk oleh sejarah, tetapi mereka juga dapat membentuk sejarah. Yang

    dimaksud pelaku di sini adalah siswa sendiri. Sebagai pelaku, mereka yang

    menentukan sendiri sesuai dengan minat dan kata hati. Mereka bukan objek

    melainkan subjek yang bisa menentukan sendiri dan tidak ditentukan. Mereka

    dapat membuat pilihan-pilihan dan bertindak untuk mempengaruhi masa depan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Sebagai siswa, mereka juga dapat membuat pilihan-pilihan dan bertindak dalam

    kehidupan mereka (dunia) untuk mempengaruhi masa depan. Dalam konteks

    pembentukan iman Kristiani, ini berarti bahwa siswa terlibat di dunia untuk

    menghadirkan Kerajaan Allah yang telah ada yang merupakan tanggung jawab

    bersama baik dari guru maupun dari siswa. Dalam membangun dan

    mewujudnyatakan Kerajaan Allah diperlukan kerjasama dengan orang lain bukan

    hanya oleh diri sendiri karena Kerajaan Allah adalah anugerah dari Allah sendiri

    untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.

    Lebih lanjut Groome (2010: 33) mengatakan bahwa siswa harus

    diperlakukan sebagai subjek-subjek bukan dari kemurahan hati kita atau jasa

    mereka, melainkan karena seluruh manusia diciptakan menurut gambar dan rupa

    Allah (bdk. Kejadian 1: 26-27). Mereka memiliki hak untuk menyampaikan iman

    mereka dan mengungkapkan iman itu dalam hidup sehari-hari. Siswa sama seperti

    guru yang dipanggil untuk menjadi para pelaku sejarah dan mampu menjadi para

    pelaku sejarah. Artinya, siswa dibentuk oleh sejarah tetapi juga dapat membuat

    sejarah. Dalam konteks iman Kristen, siswa harus terlibat dalam dunia untuk

    menghadirkan Kerajaan Allah yang penuh dengan kedamaian, sukacita dan cinta

    kasih.

    B. Gambaran Iman Remaja

    1. Perkembangan Iman

    Heryatno (2008: 76) menegaskan pandangan Fowler tentang

    perkembangan iman. Fowler melihat iman sebagai poros/pusat kehidupan yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    memuat visi dan nilai hidup yang menggerakkan seseorang untuk menanggapi

    realitas yang transenden. Artinya, dengan beriman seseorang menyerahkan diri

    secara utuh kepada-Nya melalui pertobatan hati yang jujur dan berusaha semakin

    mengenal Dia yang menjadi tumpuan kepercayaanNya.

    Heryatno (2008: 70) menegaskan kembali pandangan Miller bahwa di

    dalam konteks Pendidikan Agama Katolik, perkembangan iman tidak hanya

    mencakup dimensi personal melainkan juga merupakan interaksi antara individu

    dengan peristiwa hidup yang bersifat komunal dan perkembangan iman terjadi

    karena rahmat Allah. Hal tersebut senada dengan pandangan Groome (2010: 80)

    yang menyatakan bahwa iman adalah anugerah dari Allah dan Roh Kudus yang

    memberi pertumbuhan.

    Dalam lingkungan sekolah, pendidikan iman tidak terlepas dari pendidikan

    agama itu sendiri dimana warga sekolah harus membagikan iman yang hidup dan

    membuat tradisi iman yang ada di lingkungan sekolah mudah didapat. Para siswa

    yang baru juga harus diperkenalkan pada tradisi iman yang ada di lingkungan

    sekolah dan para anggota yang lama mendukung perjalanan iman mereka ke arah

    iman yang dewasa dan terus menerus lebih beriman. Maka, dapat dikatakan

    bahwa iman merupakan pemberian dari Allah dan sebagai orang beriman,

    manusia menanggapinya dengan percaya dan mengamalkannya dalam hidup

    sehari-hari.

    Heryatno (2008: 37) menyatakan iman Kristiani yang matang dan dewasa

    yang dihayati di dalam kebebasan menjadi salah satu tujuan mendasar dari

    pendidikan dan perkembangan iman. Iman yang dewasa dapat diwujudnyatakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    melalui pertobatan integral yang terus menerus diperbaharui. Pertobatan personal

    yang bersifat integral tidak dapat dipisahkan dari transformasi hidup masyarakat.

    Dengan demikian tiga orientasi Pendidikan Agama Katolik yaitu demi Kerajaan

    Allah, demi kedewasaan iman dan demi kebebasan iman dapat disatukan dan

    diwujudkan secara bersama-sama.

    2. Tahap Perkembangan Iman Remaja

    Groome (2010: 102) menegaskan pandangan Fowler tentang tahap

    perkembangan iman. Tahap perkembangan iman yang ketiga yaitu tahap iman

    sintetis-konvensional. Tahap ini biasanya dimulai pada usia sebelas atau dua belas

    tahun yang dikenal sebagai masa remaja. Pada tahap tersebut pengalaman

    seseorang diperluas melampaui kelompok sosial primer dan keluarga. Setelah

    mampu berpikir abstrak, remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan)

    dan komitmen terhadap ideal-ideal tertentu.

    Di masa ini mereka mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan

    pribadi dengan Tuhan. Namun, identitas mereka belum benar-benar terbentuk,

    sehingga mereka juga masih melihat orang lain (biasanya teman sebaya) untuk

    panduan moral. Iman mereka tidak dapat dipertanyakan dan sesuai dengan standar

    masyarakat, karena terlalu tergantung pada penilaian tokoh, komunitas atau

    kelompok, maka otoritas bukan berada pada dirinya melainkan p