pelaksanaan bimbingan rohani bagi pasien dan...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI
BAGI PASIEN DAN KELUARGA KORBAN NAPZA
PADA SAAT DETOKSIFIKASI DI RUMAH SAKIT MUHAMMAD HUSNI
THAMRIN INTERNASIONAL SALEMBA JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Siti Umayah
NIM: 105052001770
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 01 September 2009
Siti Umayah
ABSTRAK
Pelaksanaan Bimbingan Rohani Bagi Pasien Dan Keluarga Korban Napza Pada
Saat Detoksifikasi Di Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional
Salemba Jakarta
Siti Umayah
Kehidupan yang semakin berkembang pesat merupakan tantangan yang
harus siap dihadapi. Pribadi yang tangguh serta keimanan yang kuat menjadi
senjata diri untuk menghadapi perkembangan zaman ini. Maraknya peredaran
Narkoba di segala penjuru dunia merupakan salah satu tantangan terbesar yang
harus dihadapi oleh setiap bangsa. Bila pernah terjun kedalamnya berusahalah
agar bisa keluar dari jebakan maut yang sangat menyengsarakan hidup tersebut.
Pelaksanaan Bimbingan Rohani menjadi sangat berperan besar bagi proses
pembinaan dan penyembuhan para pemakai narkoba tersebut, Bimbingan rohani
sangat penting dimiliki bagi sebuah tempat rehabilitasi pembinaan narkoba karena
dengan bimbingan rohani yang baiklah maka para korban tersebut dapat dibina
serta diarahkan kembali ke jalan yang benar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana teknik pelaksanaan
bimbingan rohani dan sejauh mana pengaruh proses bimbingan rohani tersebut
terhadap pasien dan keluarga korban NAPZA pada saat masa detoksifikasi di
Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriftif
dengan pendekatan kualitatif yaitu studi tentang suatu penelitian yang berupaya
menghimpun data, mengolah dan menganalisis secara deskriftif dengan
menafsirkan secara kualitatif untuk itu data- data penelitian yang dikumpulkan
adalah dalam bentuk konsep- konsep.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien dan keluarga
korban NAPZA mengalami perubahan sudut pandang, pola pikir, dan kesadaran
diri yang baik setelah di berikan bimbingan rohani. Hal ini tentunya menjadi hal
yang sangat berharga bagi proses pembinaan pasien dan keluarga korban NAPZA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadlirat Allah SWT, Tuhan
semesta Alam yang telah memberikan petunjuk, kasih sayang, karunia keberkatan,
dan rahmat-Nya sehingga hamba-Nya yang penuh dengan kekurangan ini dapat
menyelesaikan proses tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan yang sedang
penulis tempuh (program S1). Dalam proses penulisan skripsi ini penulis
menemukan berbagai hambatan, rintangan dam kesulitan. Namun, berkat Rahnat
Allah dan bimbinganNya penulis akhirnya bisa menyelesaikan slripsi ini dengan
baik. Dan kepedihan, sakit, serta kesedihan yang penulis rasa selama menempuh
pendidikan ini seakan sirna diganti dengan rasa bahagia dan rasa syukur yang
teramat sangat.
Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Bimbingan
dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Bimbingan Rohani
Bagi Pasien Dan Keluarga Korban Napza Pada Saat Detoksifikasi Di Rumah
Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba" ini meneliti dan
menganalisis tentang bagaimana proses yang dilakukan para ustad atau konselor
dalam memberikan bimbingan/pengarahan keagamaan bagi pasien dan keluarga
korban NAPZA di Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional
Salemba Jakarta.
Seperti yang diketahui bahwa proses penyembuhan korban NAPZA adalah
melalui tahap detoksifikasi dan konseling yang berkelanjutan serta menyeluruh,
dalam hal ini proses bimbingan rohani diberikan terhadap pasien dan keluarganya
selama dalam masa detoksifikasi.
Penyelesaian skripsi ini tidak akan pernah tewujud dan tercapai apabila
tidak ada “para pahlawan” yang dengan rela dan ikhlas hati membantu selama
perjalanan penulis menempuh pendidikan ini. Entah dengan kata dan ucapan apa
yang dapat mewakili rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada para
pahlawan tersebut. Untuk itu izinkanlah penulis megucapkan rasa terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah banyak berjasa dalam penyelesaian pendidikan
penulis, dan membantu selama penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
2. Drs. M. Luthfi M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam sekaligus Dosen Pembimbing skripsi. Yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.
3. Dra. Nasichah, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam.
4. Drs. Azwar Chatib, selaku Dosen Penasehat Akademik. Yang telah
membantu penulis dalam menentukan judul yang tepat bagi skripsi
penulis.
5. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya para dosen
BPI yang telah memberikan dan menyampaikan ilmunya kepada penulis,
Para karyawan Bagian Tata Usaha, karyawan Perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi serta Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu proses kelancaran
administrasi dalam pembuatan skripsi ini.
6. Orang tua tercinta. Ayahanda H. Mansyur Kasbari dan Ibunda Hj. Siti
Rochanah yang dengan air mata dan darahnya mereka senantiasa tak
pernah kenal lelah mengasuh, mendidik, menyayangi, menyemangati,
serta membiayai penulis. Semoga darah dan airmata mereka menjadi
aliran sungai yang membawa mereka ke Surga Ilahi nan abadi. Amin.
7. Kakak serta saudara-saudara yang sangat penulis hormati dan sayangi.
Kakanda Siti Umiyati,SE & H.Feriawan SE, Alm. Ma’ruf Effendi,
Hasanudin SE, Siti Rochayah SH, yang selalu menyediakan waktu serta
biaya untuk membimbing dan mendukung adik kecilmu ini, semoga
semuanya menjadi amal ibadah yang akan membawa mereka ke dalan
ridha ilahi. Amin
8. Para malaikat kecil. M. Apri Hidayat & M. Affan Yanuar yang senantiasa
mengobati kesedihan penulis dengan keriangan dan kegembiraan mereka.
Onti sayang kalian.
9. Direktur utama Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional
Salemba Jakarta, beserta segenap direksi dan staff
10. Prof. Dr. Dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, serta jajaran ustad dan
konselor bimbingan rohani di Lantai VI (paviliun OPAL). Ust.
Darmawan, S.Ag, dan Ust. A. Jami Hw, S.Sos.I. Jazakumullahu khairan
katsiran.
11. Ust. Ginanjar Maulana S.S.I, untuk motivasi dan semangat yang tak
pernah henti, juga untuk waktu yang diberikan kepada penulis agar lebih
memahami proses bimbingan rohani.
12. Para sahabat tercinta, Qory, Mulya, Kasmawati, Ade, Wahyu, Madinah.
Semoga kebersamaan kita tetap indah. Teman-teman seperjuangan BPI
2005, tiada kata lelah untuk berjuang. Sukses
13. Teman- teman kosan Griya Kartini: Reni, mbak Desi, mbak Handa, Omi,
Qiqi, Delsi, Ama., Ana, ka Dini, ka Anis. Terimakasih untuk semangat
dalam segala bentuk ledekan nya, dan semua pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan, penulis menghaturkan banyak terimakasih.
Akhirnya penulis ucapkan jazakumullahu khairan katsiraa, semoga Allah
SWT membalas semua kebaikan. Mudah-mudahan sksipsi ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa, konselor serta masyarakat pada umumnya. Khususnya bagi
penulis sendiri.
Wallahu a’lam bisshawab.
Ciputat, 1 September 2009
Siti Umayah
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 8
D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 9
E. Metodologi Penelitan ....................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan....................................................................... 13
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Bimbingan Rohani
1. Pengertian Bimbingan Rohani ................................................. 15
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Rohani .................................... 18
3. Metode Bimbingan Rohani ...................................................... 20
B. NAPZA (NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF)
1. Pengertian ................................................................................ 22
2. Macam-Macam ....................................................................... 27
3. Penyebab Penyalahgunaan NAPZA ........................................ 31
C. Detoksifikasi
1. Pengertian Detoksifikasi .......................................................... 33
2. Proses Detoksifikasi ................................................................ 35
3. Keadaan Mental Pasien saat Detoksifikasi .............................. 37
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba
1. Sejarah dan Latar Belakang Berdiri ......................................... 38
2. Visi dan Misi ........................................................................... 39
3. Sarana dan Prasarana ............................................................... 41
B. Bimbingan Rohani Pasien dan Keluarga Korban Napza
1. Sejarah dan Latar Belakang ..................................................... 45
2. Visi dan Misi ........................................................................... 46
3. Program dan Kegiatan ............................................................. 47
4. Organisasi dan Pengelolaan ..................................................... 47
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Profil Subyek Penelitian ................................................................ 50
B. Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien Korban Napza.......... 54
C. Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Keluarga Korban Napza ..... 57
D. Analisis Hubungan Bimbingan Rohani pada saat Detoksifikasi .... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 65
B. Saran ............................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 69
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di kehidupan modern seperti saat ini banyak hal-hal baru yang lahir
dari kepintaran manusia, mereka mampu menciptakan tekhnologi-tekhnologi
yang mempermudah dalam bidang pekerjaan. Hal ini mengakibatkan
perubahan-perubahan yang berarti, baik dari segi sosial budaya, ekonomi.
Bahkan mengakibatkan terjadinya pergeseran hidup yang semula bercorak
religius menjadi matrealistis. Seiring waktu berjalan kondisi tersebut
mengakibatkan kriminalitas yang tinggi, seperti pencurian, pembunuhan,
kenakalan remaja, bahkan penyalahgunaan narkoba.
Dalam hal ini, narkoba merupakan jaringan peredaran yang semakin
meluas. Bahaya narkoba sudah menjadi momok yang menakutkan bagi
masyarakat. Berbagai kampanye anti narkoba dan penanggulangan terhadap
orang-orang yang ingin sembuh dari ketergantungan narkoba semakin banyak
didengung-dengungkan.
Permasalahan penyalahgunaan zat adiktif di Indonesia muncul pada
tahun 1969. Pada waktu itu didapati seorang penyalahguna zat adiktif berobat
oleh psikiater di Sanatorium Kesehatan Jiwa Dharmawangsa, Jakarta. Sejak
itu bertambah banyak didapati remaja dan dewasa muda yang terlibat
penyalahgunaan zat adiktif. Hingga sekarang belum diperoleh angka pasti
tentang jumlah mereka yang menyalahgunakan zat adikitif. Dari data yang
dikumpulkan diperkirakan ada 5.000 orang penyalahguna zat adiktif. Zat
adiktif yang disalahgunakan di Indonesia dewasa ini tidak terbatas pada jenis
opioida dan ganja saja, melainkan juga jenis sedativa/hipnotika dan alkohol.
Tidak jarang penyalahguna zat adiktif memakai zat adiktif berganti-ganti dan
mencampur satu jenis zat adiktif dengan zat adiktif lain (polydrugs abuser).
Hasil pengamatan yang dilakukan Prof. Dadang Hawari sejak tahun 1969
memberikan gambaran tentang zat adiktif yang disalahgunakan di Indonesia
seperti berikut :
1969-1973 : terbanyak atau hampir seluruhnya morfin dan ganja
1973-1976 : morfin, ganja, barbiturat dan beberapa jenis hipnotika
1976-1079 : ganja, barbiturat, sedativa/hipnotika, sedangkan morfin
menurun
1979-sekarang : ganja, barbiturat, sedativa/hipnotika, alkohol, sedangkan
morfin dan heroin mulai bertambah lagi1.
Permasalahan NAPZA tidak lepas kaitannya dengan remaja, masa
remaja merupakan masa transisi dari periode anak ke dewasa2. Dalam dunia
kedokteran melaporkan bahwa sekitar 70 persen pelaku penyalahgunaan
narkotika adalah para remaja. Pada masa ini remaja dinamakan masa
kesempurnaan (15-20 tahun) dan merupakan puncak perkembangan emosi,
dalam tahap ini terjadi peubahan dari kecenderungan memperhatikan
kepentingan orang lain dan kecenderungan memperhatikan harga diri3. Oleh
karena itu, bila remaja bergaul dengan orang yang tidak bermoral maka yang
ia dapatkan dalam pembentukan jati diri hanyalah pengetahuan duniawi yang
1 Dadang Hawari, Penyalahgunaan Narkotika & Zat Adiktif, (Jakarta: FKUI, 1991), h. 1. 2 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),
h. 71. 3 Ibid. , h. 23.
sifat kesenangannya semu atau sementara. Penyebab kenakalan remaja yang
paling besar ialah merajalelanya peredaran narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif (NAPZA).
Sebagai peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa, masa
remaja merupakan masa yang penuh dengan kesulitan dan gejola, baik bagi
remaja sendiri maupun bagi orang tuanya. Seringkali karena ketidaktahuan
dari orang tua mengenai keadaan masa remaja tersebut ternyata mampu
menimbulkan bentrokan dan kesalahpahaman antara remaja dengan orang tua
yakni dalam keluarga atau remaja dengan lingkungannya.
Hal tersebut di atas tentunya tidak membantu si remaja untuk melewati
masa ini dengan wajar, sehingga berakibat terjadinya berbagai macam
gangguan tingkah laku seperti penyalahgunaan zat adiktif, atau kenakalan
remaja atau gangguan mental lainnya. Orang tua seringkali dibuat bingung
atau tidak berdaya dalam menghadapi perkembangan anak remajanya dan ini
menambah parahnya gangguan yang diderita oleh anak remajanya.
Untuk menghindari hal tersebut dan mampu menentukan sikap yang
wajar dalam menghadapi anak remaja, kita sekalian diharapkan memahami
perkembangan remajanya beserta ciri-ciri khas yang terdapat pada masa
perkembangan tersebut. Dengan ini diharapkan bahwa kita (yang telah
dewasa) mampu memahami terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri anak dan remaja pada saat ia memasuki masa remajanya. Begitu pula
dengan memahami dan membina anak/remaja agar menjadi individu yang
sehat dalam segi kejiwaan serta mencegah bentuk kenakalan remaja, semua
itu diperlukan pemahaman terhadap proses tumbuh kembangnya dari anak
sampai dewasa.
Agar seseorang atau sekelompok masyarakat mengubah keyakinan,
sikap dan perilakunya sehingga tidak memakai narkoba atau berhenti
memakai narkoba. maka keluarga adalah lingkungan pertama dan utama
dalam membentuk dan mempengaruhi keyakinan, sikap dan perilaku
seseorang terhadap penggunaan narkoba. Peran orangtua sangat penting bagi
pembinaan anak/remaja agar memiliki kepribadian yang matang (mature),
tangguh dan percaya diri. Serta orang tua hendaknya dapat menciptakan
suasana rumah tangga yang penuh kasih sayang. Mengenai peran dan
tanggung jawab orangtua ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari
Muslim, Nabi Muhammad saw bersabda: “Setiap kamu adalah
penanggungjawab (pemimpin) yang akan dimintai pertanggungjawabannya
atas apa yang telah dipercayakan kepadanya. Dan seorang ayah
bertanggungjawab atas kehidupan keluarganya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban atasnya. Dan seorang ibu bertanggungjawab atas harta
dan anak suaminya dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya” (HR.
Bukhari Muslim)4.
Dalam usaha pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba, tokoh-tokoh masyarakat diharapkan pula untuk tampil sebagai aktor
utama dalam menggerakkan masyarakat, terutama para orang tua, para
remaja, sekolah, kelompok masyarakat, dan organisasi-organisasi sosial di
4 Dadang Hawari, Konsep Agama (ISLAM) Menanggulangi NAZA (Narkotika, Alkohol &
Zat Adiktif), (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), h.79-80.
sekitar lingkungan untuk mencegah penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba secara terpadu.
Potensi masyarakat khususnya tokoh masyarakat sesungguhnya
mempunyai kekuatan strategis apabila digerakkan dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Selain itu bila dicermati, cara yang paling tepat dan efektif dalam
menanggulangi narkoba ialah dengan agama. Salah satu penyebab seseorang
terjerumus kedalam narkoba ialah kurangnya pengetahuan dan pemahaman
tentang agama, khususnya agama islam. Oleh karena itu, dalam
menanggulangi NAPZA peran agama sangat dibutuhkan karena komitmen
agama merupakan sebagai suatu kekuatan (spiritual power), agama berperan
sebagai pelindung daripada sebagai penyebab masalah (religion may have
actually been protective rather than problem producing)5.
Upaya bimbingan agama atau rohani memungkinkan untuk merubah
kehidupan manusia dari amoral menjadi manusia yang bermartabat,
bimbingan rohani mempunyai peran penting dalam pembangunan manusia
menjadi lebih baik. Maka perlu diadakan tindakan baik preventif, kuratif dan
rehabilitasi agar generasi muda tidak terjebak dalam peredaran dan
penyalahgunaan narkoba, serta terjalinnya kerja sama yang baik antara orang
tua, masyarakat, penegak hukum, rehabilitasi, rumah sakit dan pemerintah.
Sekarang ini banyak tempat rehabilitasi yang menyediakan program
bimbingan rohani, bahkan terdapat banyak rumah sakit yang turut membantu
para korban NAPZA. Seperti halnya Rumah Sakit Muhammad Husni
5 Dadang Hawari, Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikolog, (Jakarta: FKUI,
2005), Cet. Ke-2, h. 3.
Thamrin Internasional Salemba Jakarta yang menyediakan program
detoksifikasi NAPZA dilantai 6 paviliiun OPAL, serta memiliki kegiatan
dalam memberikan bimbingan rohani bagi korban NAPZA yang bertujuan
untuk membantu pasien agar memiliki pondasi agama yang kokoh,
kepribadian yang baik dan sehat, serta mampu meringankan dan mengurangi
pasien dari ketergantungan obat dan menasihati agar pasien tidak melakukan
perbuatan yang sama.
Banyak kasus membuktikan bahwa dalam membantu mengobati orang
yang sakit, tidak hanya dibutuhkan obat yang mampu mengobati penyakit
secara fisik tetapi dibutuhkan pula obat yang mampu mengobati penyakit
secara psikis yang bersifat spiritual. Dari sudut ilmu kesehatan jiwa, doa dan
dzikir merupakan terapi psikiatrik setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi
psikologik biasa. Hal ini karena agama yang meliputi doa dan dzikir
mengandung unsur kerohanian/keagamaan/ke-Tuhanan yang dapat
membangkitkan harapan (hope), rasa percaya diri (self confidence), dan
keimanan (faith) pada diri seseorang yang sedang sakit, sehingga kekebalan
tubuh meningkat, dan mempercepat proses penyembuhan6.
Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah : 45
❑➔⧫◆
❑◼◆
◆ ◆⬧⬧ ◼⧫
⧫✓➔⬧
6 Dadang Hawari, Integrasi Agama dalam Pelayanan Medik (Doa dan Dzikir sebagai
Pelengkap Terapi Medik), (Jakarta: FKUI, 2008), h.7.
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.”
Atas dasar inilah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
terhadap masalah tersebut yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul
Pelaksanaan Bimbingan Rohani Bagi Pasien Dan Keluarga Korban Napza
Pada Saat Detoksifikasi Di Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin
Internasional Salemba Jakarta.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari peninjauan yang terlalu luas terhadap masalah-
masalah yang akan diteliti, maka penulis melakukan pembatasan terhadap
masalah, proses bimbingan rohani di Rumah Sakit Muhammad Husni
Thamrin Internasional Salemba Jakarta ada untuk semua agama dalam hal
ini penulis hanya memfokuskan pada pelaksanaan bimbingan rohani bagi
orang muslim yang dilakukan pada saat detoksifikasi di Rumah Sakit
Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta pada minggu
pertama.
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini
adalah :
a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pasien dan
keluarga korban NAPZA pada saat detoksifikasi di Rumah Sakit
Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta?
b. Bagaimana materi, teknik, media, tujuan dan pengaruh dalam
pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pasien dan keluarga korban
NAPZA pada saat detoksifikasi di Rumah Sakit Muhammad Husni
Thamrin Internasional Salemba Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui peran agama khususnya agama islam dalam
menanggulangi korban NAPZA.
b. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan rohani terhadap
pasien dan keluarga korban NAPZA pada saat detoksifikasi di Rumah
Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta.
c. Untuk mengetahui serta mengungkapkan metode, teknik, media, tujuan,
dan pengaruh bimbingan rohani bagi pasien dan kelurga korban
NAPZA di Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional
Salemba Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis penilitian ini diharapkan :
1) Dapat memperkaya teori konseling yang digunakan dalam
menghadapi korban NAPZA
2) Bagi penulis khususnya, dapat menambah wawasan pengetahuan
dan pengalaman sehingga lebih dapat mengaplikasikan ilmu yang
telah didapat.
b. Adapun secara praktis penilitian ini diharapkan :
Penelitian ini diharapkan dapat memperjelas peranan agama dalam
menanggulangi korban NAPZA. Dan memberikan gambaran tentang
pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pasien dan keluarga korban
NAPZA.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis sudah melakukan
tinjauan pustaka di perpustakaan.menurut pengamatan penulis dari hasil
observasi yang dilakukan bahwa skripsi yang pernah membahas seputar
bimbingan rohani bagi pasien adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam terhadap Pasien Penyalahgunaan
Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) di Rumah Sakit
Marzuki Mahdi Bogor. Skripsi ini disusun oleh Zezen Siti Zaenab,
mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam fakultas Dakwah
dan Komunikasi dengan NIM 0051019817. Secara garis besar skripsi ini
berisikan tentang bagaimana pasien/residen sebelum dan sesudah masuk
Rumah Sakit Marzuki Mahdi, faktor-faktor penyebab residen
menyalahgunakan NAPZA baik faktor internal dan eksternal, serta
metode yang digunakan dalam bimbingan agama dan pengaruh
bimbingan agama itu sendiri bagi diri pasien.
2. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dalam Menangani Depresi bagi
Penderita Kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Srikpsi ini
disusun pada tahun 2006 oleh Rika Nurhasanah dengan NIM
102052025661 Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah
dan Komunikasi. Skripsi ini berisikan tentang bagaimana pelaksanaan
bimbingan rohani itu sendiri dan apa saja yang diberikan oleh rohaniawan
dalam proses bimbingan rohani.
Adapun penelitian skripsi penulius ini berjudul “Pelaksanaan
Bimbingan Rohani bagi Pasien dan Keluarga Korban NAPZA pada saat
Detoksifikasi di Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional
Salemba. Penulis merasa perlu dilakukan suatu pengkajian dan penelitian
mengenai bentuk bimbingan rohani atau agama yang memiliki nuansa
berbeda dalam membimbing atau membantu para korban NAPZA dan
keluarganya. Dalam skripsi ini, penulis fokus membahas tentang bagaimana
pelaksanaan bimbingan rohani bagi pasien dan keluarga pada saat
detoksifikasi, dan menganalisa hubungan antara bimbingan rohani yang
dilakukan pada saaat detoksifikasi.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif7 dengan deskriptif analisis (analytical descriptive approach),
yaitu suatu metode pendekatan yang memberikan gambaran apa adanya
yang kemudian dilakukan analisa.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit. Muhammad Husni
Thamrin Internasional Salemba yang beralamat di Jl. Salemba Tengah No.
24-28 Jakarta Pusat 10440. Telp. +62 21 390442 (hunting), Fax: +62 21
3107816. E-mail: [email protected]. Website:
7 Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Gunung Mulia, 2007), h.
2-7.
WWW.thamrinhospital.com. Sedangkan dari segi waktu, penelitian ini
dialaksanakan pada bulan Juli sampai bulan September 2009.
Peneliti merasa tertarik melakukan penelitian di Rumah Sakit
Muhammad Husni Thamrin Internasional Jakarta karena Rumah Sakit
Muhammad Husni Thamrin Internasional Jakarta ini merupakan salah satu
rumah sakit bertaraf internasional yang memiliki bimbingan rohani bagi
pasiennya walaupun baru sebatas pasien korban NAPZA saja.
3. Subyek dan Obyek
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah para pelaksana,
pasien dan keluarga. Yang terdiri dari 3 ustad, 3 pasien beserta
keluarganya. Serta obyek penelitian adalah pelaksanaan bimbingan rohani
tersebut.
Dengan pendekatan kualitatif maka dalam pengambilan sample,
penulis menggunakan purposive sample atau sampel bertujuan8.
4. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk mempermudah mengumpulkan data yang dibutuhkan
dalam penelitian maka teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
ialah:
a) Observasi
Pengamatan secara sistematis dan analisa yang memegang peranan
penting untuk meramalkan tingkah laku sosial, sehingga hubungan
antara satu peristiwa dengan yang lainnya menjadi jelas9.
8 Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Gunung Mulia, 2007), h.
224. 9 Nurul Hidayati, Metodelogi Penelitian Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.
8.
Dimana dalam hal ini penulis langsung mengamati pelaksanaan
bimbingan rohani yang ada di Rumah Sakit Internasional Thamrin bagi
pasien dan keluarga korban NAPZA.
b) Wawancara
Merupakan salah satu cara untuk memperoleh data melalui
informasi yang didengarnya dengan panca indera pendengaran yang
sebelumnya ditanyakan terbih dahulu kepada informan10.
Dimana penulis melakukan wawancara dengan para informan, dan
yang menjadi informan dalam melakukan wawancara terdiri dari para
pelaksana, pasien dan keluarga.
c) Dokumentasi
Penulis membaca sumber-sumber kepustakaan yang menunjang
penelitian yang dilakukan, serta dokumentasi yang tersedia di bagian
bimbingan rohani di Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin
Internasional Salemba.
5. Teknik Analisa Data
Yaitu suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan kedalam
pola, kategori, dan satu uraian dasar kemudian dianalisa agar mendapatkan
hasil berdasarkan data yang ada.
Data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dikelompokkan
sesuai dengan masalah penelitian dan kemudian dilakukan analisis.
10 Ibid. , H. 39.
6. Pedoman Teknik Penulisan
Adapun penulisan skripsi ini menggunakan buku pedoman
penelitian skripsi, tesis, disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan dijadikan sebagi acuan maka
penulis membaginya dalam lima bab meliputi :
Dalam bab I berisikan tentang: Latar belakang masalah, perumusan
dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi
penelitian, serta sistematika penulisan.
Dalam bab II penulis menjelaskan tentang: Penjelasan teoritis
pelaksanaan bimbingan rohani bagi pasien dan keluarga korban NAPZA pada
saat detoksifikasi di Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional
Salemba Jakarta, meliputi pengertian tentang bimbingan rohani, detoksifikasi,
dan pengertian NAPZA(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif).
Dalam bab III memberikan gambaran umum yang meliputi : profil
Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta dan
profil bimbingan rohani yang ada di Rumah Sakit tersebut.
Dalam bab IV penulis menjelaskan tentang: temuan dan analisa
data dalam pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pasien dan keluarga
korban NAPZA pada saat detoksifikasi di Rumah Sakit Muhammad Husni
Thamrin Internasional Salemba Jakarta, meliputi : pelaksanaan bimbingan
rohani bagi pasien korban NAPZA, pelaksanaan bimbingan rohani bagi
keluarga korban NAPZA, serta analisis hubungan bimbingan rohani pada saat
detotsifikasi.
Dalam bab V yang merupakan akhir dari penulisan maka penulis
menguraikan: kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Bimbingan Rohani
1. Pengertian Bimbingan Rohani
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bimbingan berasal dari kata
bimbing yang berarti petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu;
tuntunan; pimpinan11. Bimbingan juga merupakan terjemahan dari
“guidance”, secara etimologis “guidance” dari akar kata “guide” yang
berarti mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to
manage), dan menyetir (to steer). Sesuai dengan istilahnya, maka secara
umum bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan.
Banyak juga para ahli yang mengemukakan pengertian bimbingan,
seperti yang dikemukakan dalam Year’s Book of Education 1955, yang
menyatakan bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui
usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya
agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Selanjutnya Stoops dan Waquist mendefinisikan bimbingan adalah
proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk
mencapai kemampuannya secara maksimum dan mengarahkan manfaat
yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat12.
Sementara menurut Rochman Natawidjaya mengartikan bahwa
bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
11 KBBI ( Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, ed. 3, h. 152. 12 Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet.
Ke-1, h. 3-4.
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya13.
Adapun pengertian yang lebih formulatif adalah bantuan yang
diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri sendiri secara optimal dengan jalan memahami diri,
memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana
masa depan yang lebih baik14.
Rohani berasal dari kata “roh” yang berarti 1) sesuatu (unsur) yang
ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup
(kehidupan): nyawa; jika sudah berpisah dari badan, berakhirlah
kehidupan seseorang; 2). Makhluk hidup yang tidak berjasad, tetapi
berpikiran dan berperasaan (malaikat, jin, setan, dsb); 3). Semangat, spirit,
kedamaian bagi seluruh warga sesuai dengan islam15.
Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa ruh merupakan kesempurnaan
dan kekuasaan terhadap penciptaan manusia supaya menjadikan manusia
tunduk kepada Allah, dijelaskan dalam surah As-Shaad(38) ayat 72:
⬧⬧ ▪❑
→⧫◆
13 Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, h. 6. 14 M Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: Pustaka Setia, 2001), Cet.
Ke-2, h. 9. 15 KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, ed. 3, h. 960.
❑➔⬧⬧ ⬧ ⧫
“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan
bersujud kepadanya".
Dalam firman Allah yang lain,yakni dalam surah Al- Isra (17) ayat 85:
⧫❑➔⧫◆ ⧫
➔
◼◆ ⧫◆
➔
⬧
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit".
Menurut firman tersebut dijelaskan bahwa sebagai manusia kita
hanya diberikan sedikit informasi tentang masalah ruh, misalnya gejala-
gejalannya. Dan selebihnya merupakan urusan Allah.
Nabi SAW bersabda yang mengatakan: “Ruh-ruh adalah
himpunan yang terorganisasi, yang saling mengenal akan bergabung dan
yang tidak saling mengenal akan saling berselisih.”16.
Menurut imam Al-Ghazali yang dikutip oleh Jamaluddin Kafie,
roh mempunyai dua pengertian yaitu roh jasmani dan roh rohani. Yang
16 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2004), h. 58-59.
dimaksud roh jasmani ialah zat halus yang berpusat di ruangan hati dan
menjalar ke seluruh tubuh, karenanya manusia dapat bergerak (hidup) dan
dapat merasakan perasaan serta dapat berfikir atau mempunyai kegiatan-
kegiatan hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohani ialah sebagian dari yang
ghaib. Dengan roh ini manusia dapat mengenal dirinya sendiri dan
mengenal tuhan serta menyadari keberadaan orang lain (berkepribadian
dan berketuhanan), serta bertanggung jawab atas segala tingkah laku17.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan
rohani adalah suatu proses yang dilakukan secara terus menerus dalam
membantu individu baik lahiriah maupun batiniah agar dapat menggali
potensi, membentuk, memelihara, mengembangkan, serta meningkatkan
kondisi keadaan rohani seseorang agar senantiasa sadar sebagai makhluk
ciptaan Tuhan.
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Rohani
Setiap layanan bimbingan rohani yang dilaksanakan haruslah
secara langsung mengacu kepada satu atau lebih dari fungsi-fungsi
bimbingan rohani yang ada agar hasil yang hendak dicapai jelas dan dapat
diindetifikasi serta dievaluasi. Adapun fungsi tersebut ialah:
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan rohani yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu
sesuai dengan kepentingan pengembangan individu. Yang diharapkan
para individu tersebut mampu mengembangkan potensi dirinya secara
17 Jamaluddin Kaffie, Psikologi Dakwah (Surabaya: Indah, 1993), h. 15.
optimal, dan dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara
dinamis dan konstruktif.
b. Fungsi Pencegahan (preventif), yaitu fungsi bimbingan rohani yang
akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya individu dari
berbagai permasalahan yang mungkin timbul dan akan dapat
menganggu, menghambat, atapun menimbulkan kesulitan serta
kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi Pengentasan (kuratif), yaitu fungsi bimbingan rohani yang
akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami oleh diri individu.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan
rohani yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangnya
berbagai potensi dan kondisi positif diri individu dalam rangka
perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.
e. Fungsi Advokasi, yaitu fungsi bimbingan rohani yang akan
menghasilkan teradvokasinya atau pembelaan terhadap individu dalam
rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal18.
Adapun tujuan diadakannya layanan bimbingan rohani ialah agar individu
dapat:
1) Memahami dan melaksanakan ajaran islam dengan benar, sesuai
dengan ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya19
18 Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet.
Ke-1, h. 59-62. 19 Lutfi M, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah,2008), h. 98.
2) Merencanakan kegitan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupannya di masa yang akan datang.
3) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki individu
seoptimal mungkin
4) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya
5) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun
lingkungan kerja.
3. Metode Bimbingan Rohani
Dalam bimbingan rohani, metode-metode yang digunakan ialah
sebagai berikut:
a. Metode wawancara, yaitu salah satu cara untuk memperoleh fakta-
fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang
bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan klien pada saat tertentu yang
memerlukan bantuan
b. Metode “group guidance” (bimbingan kelompok), bimbingan
kelmpok ialah cara pengungkapan jiwa atau batin yang dilakukan
konselor atau pembimbing melalui kegiatan kelompok seperti:
ceramah, diskusi, seminar, dll.
c. Metode non directif (cara yang mengarah), meliputi
• “client centered”, yaitu suatu cara pengungkapan tekanan batin
yang dirasakan menjadi penghambat klien dengan sistem
pancingan yang berupa pertanyaan terarah.
• “metode edukatif”, yaitu cara pengungkapan tekanan perasaan
yang menghambat perkembangan klien dengan mengorek sampai
tuntas perasaan yang menyebabkan hambatan dan ketegangan
dengan cara “client centered” yang diperdalam dengan pertanyaan
yang motivatif dan persuasif (mengajak) untuk mengingat,
mendorong agar berani mengungkapkan perasaan tertekan sampai
ke akar-akarnya.
d. Metode psikoanalisa (penganalisaan jiwa), metode ini berasal dari
psikoanalisa yang dipergunakan untuk mengungkapkan segala tekanan
perasaan yang sudah tidak lagi disadari.
e. Metode direktif (yang bersifat mengarahkan), metode ini bersifat
mengarahkan kepada klien untuk berusaha mengatasi kesulitannya
(problem) yang berpengaruh kepada ketenangan berpikir. Pada
metode ini konselor atau pembimbing memberiakn sarana-sarana
pandangan dan nasihat bagaiman sebaikanya ia bersikap dalam
menghadapi problemnya20.
f. Observasi (survey), ialah suatu cara yang digunakan untuk mengamati
secara langsung sikap dan perilaku yang tampak pada saat-saat
tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari kondisi
mental/kejiwaannya.
g. Tes (kuisioner), merupakan metode yang menggunakan serangkaian
pertanyaan-pertanyaan berikut disiapkan bebrapa alternative jawaban
(pilihan) sesuai dengan lingkup masalah yang ingin diungkapkan.
20 H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta:
Golden Terayon Press, 1994), cet. Ke-5, h. 44.
Adapun digunakan tekhnik ini ialah untuk mengetahui fakta atau
fenomena kejiwaan yang tidak bisa diperoleh melalui teknik
wawancara atau observasi.
h. Rasional-Emotif, dalam istilah lain teknik ini disebut “rasional-emotif
therapy” yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis (ahli psikologi
klinis). Dalam metode ini dimaksudkan untuk mengatasi pikiran-
pikiran yang tidak logis (tidak rasional) yang disebakan dorongan
emosinya yang tidak stabil.
i. Konseling klinikal, teknik yang menitik beratkan pada pengembangan
skill klien sesuai dengan latar belakang dan kemampuan yang
dimilikinya21.
B. NAPZA (NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, dan ZAT ADIKTIF)
1. Pengertian
Narkotika adalah narkotik: obat untuk menenangkan saraf,
menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk, atau merangsang
(seperti: opium, ganja)22.
Narkoba atau NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi
kondisi kejiwaan/psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta
dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk
dalam NAPZA adalah: Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
Menurut UU RI No 22/1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
21 M Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah,2008), h.123-137. 22 KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, Ed. 3, h. 774.
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan :
a. Golongan I: Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: heroin, kokain, ganja.
b. Golongan II: Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin,
petidin.
c. Golongan III: Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengebangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: codein.
Menurut UU RI No 5/1997, Psikotropika adalah: zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia psikotropika adalah: 1)
segala yang dapat mempengaruhi aktifitas pikiran, 2) zat atau obat baik
alamiah maupun sintesis dan bukan narkotika yang dapat menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku: obat yang
mempengaruhi mengubah cara berbicara ataupun tingkah laku seseorang23.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
a. Golongan I: Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: ekstasi.
b. Golongan II: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalan terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: amphetamine.
c. Golongan III: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: phenobarbital.
d. Golongan IV: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam, nitrazepam (bk,
dum).
Sedangkan yang dimaksud zat adiktif lainnya adalah: bahan/zat
yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi:
23 KBBI, (Jakarta; Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, Ed.3, h. 901.
1. Minuman Alkohol: mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari - hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan
bersamaan dengan narkotika atau psikotropika akan memperkuat
pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
beralkohol :
a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % (Bir).
b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % (Berbagai minuman anggur)
c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker).
2. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan
rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering
disalahgunakan adalah: lem, tiner, penghapus cat kuku, bensin.
3. Tembakau. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tembaku ialah; 1.
Tumbuhan berdaun lebar, daunnya diracik halus dan dikeringkan untuk
bahan rokok, cerutu, dsb; 2. Racikan daun tembakau yang sudah kering
untuk rokok, sugi, dsb24. Pemakaian tembakau yang mengandung
nikotin sangat luas di masyarakat. Dalam upaya penanggulangan
NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada
remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan
alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang
berbahaya.
24 Ibid,. h. 1165.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari
NAPZA maka NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
1. Golongan Depresan (Downer).
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas
fungsional tubuh dan mengurangi responsivitasnya. Jenis ini membuat
pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak
sadarkan diri. Contohnya: opiat-opium dan berbagai derivatnya seperti:
morfin, heroin, codein, dan harbiturat serta penenang (sedative) sintetis,
seperti sekobarbital (seconal) dan diazepam (valium).
2. Golongan Stimulan (Upper).
Adalah jenis NAPZA yang berasal dari obat yang bekerja didalam
otak dan sistem saraf simpatetik meningkatkan keterjagaan dan aktifitas
motorik. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Contoh: amphetamine (shabu, ekstasi), kokain.
3. Golongan Halusinogen.
Adalah jenis NAPZA yang berasal dari suatu obat atau zat kimia
yang efeknya dapat menimbulkan halusinasi yang bersifat merubah
perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang
berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. mencakup Contoh :
kanabis (ganja)25.
25 Gerald C. Davidson, dkk., Psikologi Abnormal (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 519-532.
2. Macam-macam
Adapun macam-macam narkoba ialah:
1. Opiada
terdapat 3 golongan besar;
a. Opioda alamiah (opiat): morfin, opium, codein.
b. Opioda semisintetik: heroin/putauw, hidromorfin.
c. Opioda sintetik: metadon.
Nama jalanan dari Putauw ialah ptw, black heroin, brown sugar.
Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak
murni berwarna putih keabuan.
Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan
proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi
morfin. Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih
kuat dari morfin, codein. Methadon adalah zat yang digunakan oleh
dokter sebagai penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada
opreasi, penderita cancer. Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang
kemudian menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati
efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan
percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi.
Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa
lingkungannya menjadi musuh.
2. Kokain
Berasal dari stimulan alamiah yang diekstak dari daun koka yang
berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut. Efek
pemakain kokain pemakai akan merasa segar, menghilangkan rasa
sakit, menimbulkan euforia, meningkatkan hasrat seksual,
meningkatkan kekuatan mental, dan dalam dosis besar menyebabkan
paranoia dan halusinasi26. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kokain ialah: 1. Far zata dari daun koka. Dipakai sebagai obat
pembiusan setempat sehingga tidak terasa sakit, 2. Kim zat tanpa
warna sangat sukar larut dalam air, larut dalam 10 bagian ethanol
diperoleh dari daun koka, frythroxylium coca dan erythroxylium
troxillense; C17 H21 NO427. Nama jalanan: koka, coke, happy dust,
chalie, srepet, snow/salju. Cara pemakainnya: membagi setumpuk
kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca
atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan
menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar
bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan
beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.
3. Kanabis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kanabis merupakan sediaan
kimiawi yang berasal dari getah rami dan dapat mempengaruhi akal
dan perilaku28. Nama jalanan: cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana,
grass, bhang. Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.
Cara penggunaan: dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok
atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek rasa dari kanabis
tergolong cepat, pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira
26 Ibid., h. 931. 27 KBBI, (Jakarta; Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, Ed.3, h. 579. 28 Ibid., h. 499.
berlebihan (euphoria), sering berfantasi/menghayal, aktif
berkomunikasi selera makan tinggi, sensitive, kering pada mulut dan
tenggorokan.
4. Amphetamine
Merupakan sekelompok obat perangsang yang mengakibatkan
peningkatan kadar energi dan dalam dosis yang besar, kecemasan,
tidak dapat tidur, serta waham paranoid29. Nama jalanan: seed, meth,
crystal, whiz. Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan
keabuan dan juga tablet. Cara penggunaan: dengan cara dihirup.
Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air.
Ada 2 jenis Amphetamine :
a. MDMA (Methylene Dioxy Methamphetamine). Nama jalanan:
inex, xtc. Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul.
b. Metamphetamine ice. Nama jalanan: shabu, SS, ice. Cara
pengunaan dibakar dengan mengunakan alumunium foil dan
asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca
yang dirancang khusus (boong).
5. LSD (Lysergic Acid Diethylamide).
Suatu obat yang disintesis pada tahun 1938 dan tanpa sengaja
diketahui termasuk halusinogen pada tahun 194330. Halusinogen yang
paling terkenal, merupakan narkotika sintesis yang disarikan dari
jamur kering (ergot) yang tumbuh pada rumput gandum31. Nama
29 Gerald C. Davidson, dkk., Psikologi Abnormal (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 919. 30 Ibid., h. 933. 31 Kamus Istilah Narkoba, Sadar Aware & care, no. 21/II/2008, h.27.
jalanan: acid, trips, tabs, kertas. Bentuk biasa didapatkan dalam bentuk
kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam
banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul.
Cara penggunaan: meletakan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi
setelah 30 - 60 menit kemudian, menghilang setelah 8 – 12 jam. Efek
rasa: terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu sehingga timbul
obsesi yang sangat indah dan bahkan menyeramkan dan lama – lama
menjadikan penggunaanya paranoid.
6. Sedatif – Hipnotik (Benzodiazepin)
Termasuk golongan zat sedative (obat penenang) dan hipnotika
(obat tidur). Nama jalanan benzodiazepin: bk, dum, lexo, mg, rohyp.
Cara pemakaian: dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan lewat
anus. Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang
mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur.
7. Solvent/Inhalasi
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya:
aerosol, lem, isi korek api gas, tiner, cairan untuk dry cleaning, uap
bensin. Biasanya digunakan dengan cara coba–coba oleh anak di
bawah umur, pada golongan yang kurang mampu. Efek yang
ditimbulkan: pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah,
gangguan fungsi paru, jantung dan hati.
8. Alkohol
Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi–
umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %,
setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar
alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia alkohol ialah; 1. Cairan tidak berwarna yang mudah
menguap, mudah terbakar, dipakai dalam industri dan pengobatan,
merupakan unsur ramuan yang memabukkan dalam kebanyakan
minuman keras, C2H5OH: etanol; 2. Senyawa organik OH pada atom
karbon jenuh32. Nama jalanan: booze, drink. Efek yang ditimbulkan:
euphoria, bahkan penurunan kesadaran33.
3. Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah suatu kondisi yang dapat
dikonseptualisasikan sebagai suatu gangguan jiwa, sehingga penyalah
guna NAPZA tidak lagi mampu berpungsi secara wajar dalam masyarakat,
dan menunjukan prilaku maladiktif kondisi demikian dapat dilihat pada
hendaya (impairment) dalam fungsi sosial, pekerjaan atau sekolah,
ketidakmampuan untuk mengendalikan diri dan menghentikan pemakaian
NAPZA, dan yang dapat menimbulkan gejala putus NAPZA (withdrawal
sympoton) jika pemakaian NAPZA itu dihentikan.
Sumber lain menyebutkan penyalahgunaan narkoba adalah suatu
pemakaian non medical atau ilegal barang haram yang dinamakan narkotik
dan obat-obatan adiktif yang dapat merusak kesehatan dan kehidupan
produktif manusia pemakainya34.
32 KBBI, (Jakarta; Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, Ed.3, h. 32. 33 Artikel diakses pada tanggal 21 mei 2009 dari: http://www.bnn.go.id/konten.php. 34 Artikel ini diakses pada tanggal 03 juni 2009 dari:
http://www.sadarnarkoba.com/?p=65.
Seseorang akan terlibat penyalahguna NAPZA dan dapat sampai
pada ketergantungan NAPZA apabila pada orang tersebut sudah ada faktor
predisposisi, faktor kontribusi, dan faktor pencetus.
a. Faktor predisposisi, yaitu faktor yang membuat seseorang cenderung
menyalahgunakan NAPZA. Yang termasuk dalam faktor ini adalah
gangguan kejiwaan yaitu gangguan kepribadian (anti sosial),
kecemasan, depresi, yang ditandai dengan perasaan tidak puas dengan
dampak perilakunya terhadap orang lain. Serta individu ini tidak
mampu berfungsi secara wajar dan efektif di rumah, di sekolah, atau
ditempat kerja.
b. Faktor kontribusi. Seseorang yang berada dalam kondisi keluarga yang
tidak baik (disfungsi sosial) akan merasa tertekan, dan ketertekannya itu
dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat penyalahgunaan
NAPZA. Adapun disfungsi keluarga itu ialah:1) keluarga tidak utuh
(salah seorang dari orang tua meninggal, perceraian atau berpisah), 2)
kesibukan orang tua (kedua orang tua terlalu sibuk dengan aktifitas
sehingga waktu dengan anak kurang), 3) hubungan interpersonal yang
tidak baik (tidak terjadinya kehangatan antara anggota keluarga)
c. Faktor pencetus, faktor ini merupakan pengaruh teman kelompok
sebaya dan NAZA itu sendiri35.
Tiga faktor diatas merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan,
dengan berkumpulnya ketiga faktor tersebut dalam diri individu akan
35 Dadang Hawari, Penyalahgunan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol,Zat
Adiktif) (Jakarta: FKUI, 2006) h. 23-29.
mengakibatkan seseorang mempunyai resiko lebih besar untuk terlibat
penyalahgunaan narkoba.
Walaupun faktor pencetus atau faktor yang berasal dari pengaruh
teman sebaya atau kelompok memiliki andil yang lebih besar dalam
penyalahgunaan narkoba tetapi rasa ingin tahu dan coba-coba terhadap
narkoba itu sendiri, dan cara mendapatkan NAZA itu sendiri pun mudah
maka setiap individu pun bisa saja terjerumus dalam dunia hitam narkoba.
C. Detoksifikasi
1. Pengertian Detoksifikasi
Detoks berasal dari kata ‘detoxification’ yang tak lain adalah
pembersihan diri atau cara membuang timbunan sampah atau racun
(toksik) yang berlebih di dalam tubuh. Toksik adalah bahan kimia atau
racun yang berbahaya bagi tubuh yang berasal dari air atau makanan yang
kita makan. Biasanya kata detoksifikasi lebih dikenal di dunia kedokteran
dan kesehatan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia detoksifikasi berarti
penawar atau penetralan toksin didalam tubuh36.
Detoksifikasi disebut juga sebagai program yang diawasi media
untuk pengguna narkoba waktu mereka disapih dari ketergantungan
narkobanya. Dan dapat dilaksanakan dalam lembaga, sebagai pasien rawat
inap, dalam komunitas atau dirumah37.
Pendapat yang lain menyebutkan detoksifikasi adalah proses
menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari tubuh dengan
36 KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, Ed. 3, h. 259. 37 Kamus Istilah Narkoba, Sadar Aware & care, no. 18/II/2008, h. 27.
cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang dipakai atau
dengan penurunan dosis obat pengganti. Detoksifikasi bisa dilakukan
dengan berobat jalan atau dirawat di rumah sakit. Biasanya proses
detoksifikasi dilakukan terus menerus selama satu sampai tiga minggu,
hingga hasil tes urin menjadi negatif dari zat adiktif38.
Selanjutnya dijelaskan bahwa detoksifikasi atau pengeluaran toksin
atau racun merupakan upaya menghilangkan pengaruh zat aktif sehingga
lepas dari ketergantungan fisik. Sederhananya, tidak mengkonsumsi
kembali dalam waktu tertentu39.
Sumber lain menyebutkan detoksifikasi ialah tahap awal dalam
melepaskan seseorang dari kecanduan suatu obat; melibatkan pengawasan
medis atau kondisi putus zat yang kadang menyakitkan40.
Detoksifikasi metode Prof. Dr Dadang Hawari adalah bentuk
terapi untuk menghilangkan racun (toksin) dari tubuh pasien
penyalahguna dan ketergantungan narkoba.
2. Proses Detoksifikasi
Proses yang dilakukan oleh Prof. Dadang Hawari di rumah sakit
ialah dengan cara blok total (abstentia totalis), artinya pasien tidak boleh
lagi menggunakan NAPZA. Untuk menghilangkan gejala putus zat
38 Artikel diakses pada 13 mei 2009 dari http://yosefw.wordpress.com/2008/05/15/terapi-
detoksifikasi/. 39 Artikel daskses pada tanggal 13 Mei 2009 dari
http://72.14.235.132/search?q=cache:uGXafdegi6kJ:www.bnpjabar.or.id/index.php/Penanggulang
an/Detoksifikasi-/. 40 Gerald C. Davidson, dkk., Psikologi Abnormal (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 922.
(withdrawal symptoms/sakaw) digunakan obat-obat penawar, bukan
pengganti.
Metode detoksifikasi ini berlaku tidak hanya untuk opiate
(heroin/’putaw’) saja, melainkan juga berlaku untuk zat-zat lainnya sepeti
cannabis (ganja), kokain, alcohol (minuman keras), amphetamine (shabu-
shabu, ekstasi, inex) dan zat adiktif lainnya.
Terapi yang diberikan sifatnya holistic yang meliputi terapi medic,
terapi psikiatri/psikologik, social dan agama (bio-psiko-sosial-
spiritual/BPSS, WHO 1984), yaitu:
a. Terapi medik
- Diberikan jenis obat anti psikotik yang ditujukan terhadap
gangguan system neuro-transmitter susunan saraf pusat (otak).
- Diberikan obat anti depressant yang sifatnya non adiktif
- Diberikan obat analgetika (anti nyeri) yang sifatnya non adiktif dan
tidak mengandung unsure opiate atau turunannya
- Diberikan terapi somatic, yaitu obat-obatan bila ditemukan
kelainan fisik/komplikasi (terutama kelainan paru-paru dan lever)
b. Terapi psikiatrik/psikologik
Selain diberikan golongan anti psikotik dan anti depresi juga
diberikan konsultasi psikiatrik/psikologik kepada yang bersangkutan
dan keluarganya.
c. Terapi sosial
Menjaga lingkungan dan pergaulan social
d. Terapi agama
Diberikan sesuai dengan keimanan masing-masing untuk
menyadarkan bahwa NAZA/NAPZA haram hukumnya dari segi agama
maupun UU41.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka proses detoksifikasi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
a. Dengan terapi diatas pasien akan lebih banyak ditidurkan.
b. Gejala mental dalam bentuk disorientasi akan muncul bila pasien
bangun, misalnya mengigau, mencari-cari/ngeratak, bicara cedal dan
tidak nyambung dan sejenisnya.
c. Gejala putus zat atau “sakaw” akan hilang pada hari pertama atau
kedua, gejala disorientasi akan hilang pada hari ketiga atau keempat.
d. Kesadaran penuh dicapai pada hari kelima atau keenam.
e. Hasil tes urin akan bersih dari NAZA pada hari ketujuh atau bisa lebih
tergantung dari dosis, jenis atau kombinasi narkoba yang dipakai.
f. Bila tes urin negatif maka proses detoksifikasi selesai, akan
dilanjutkan berobat jalan. Lamanya perawatan untuk terapi
detoksifikasi selama satu minggu, sedangkan perawatan lanjutan
41 Dadang Hawari, Petunjuk Praktis Terapi (Detoksifikasi) Narkoba / Naza (Narkotika,
Alkohol & Zat Adiktif tanpa Anestesi dan Substitusi (Methadon, Subutex, & sejenisnya) & HIV /
AIDS, (Jakarta, FKUI, 2008), h. 32-34.
merupakan terapi untuk pemantapan lamanya dua minggu di
rumah42.
3. Keadaan Mental Pasien pada saat Detoksifikasi
Keadaan mental pasien pada saat detoksifikasi biasanya dalam
bentuk disorientasi yang akan muncul bila pasien bangun, misalnya
mengigau, mencari-cari/ngeratak, bicara cedal dan tidak nyambung dan
sejenisnya. Bahkan para pasien akan menggambarkan tingkah laku atau
aktvitas yang biasanya ia lakukan pada saat menggunakan narkoba.
42 Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir (Sistem
Terpadu) Pasien “NAZA” (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif lain, (Jakarta: UI Press, 1999), h.
3-5.
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta
1. Sejarah dan Latar Belakang Berdiri
Yayasan Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional
Salemba Jakarta didirikan pada tahun 1979 oleh Dr. H. Abdul Radjak,
DSOG dengan cikal bakal sebuah klinik pelayanan kesehatan yang berada
di Jl. Tegalan, kawasan Matraman, Jakarta Timur. Pada tahun 1981,
Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta
berdiri dengan bentuk awal sebuah klinik 24 jam dan praktek dokter
spesialis di Jl. Salemba Tengah No. 24-28, Jakarta Pusat.
Seiring dengan tuntutan zaman dan semakin meningkatnya jumlah
konsumen, Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional
Salemba Jakarta berkembang menjadi Rumah Sakit berskala menengah ke
atas yang menyediakan pelayanan rawat inap. Pada awal tahun 1997
dimulailah pembangunan gedung baru di lokasi yang sama dan pada bulan
Mei 1998 Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba
Jakarta telah menempati gedung baru yang berkapasitas 188 tempat tidur
dengan dilengkapi helipad untuk ambulan udara.
Gedung dengan konsep desain modern & contemporary pop art ini
dapat menampung segala fasilitas dan berkesan high-end. Gedung ini juga
merupakan masterpiece dalam konsep pelayanan kesehatan, yaitu hotel-
styled hospital yang saat ini berkembang sesuai tuntutan konsumen.
Seiring dengan ditampilkannya wajah baru Rumah Sakit
Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta, mengusung
motto "CARE & TRUST" sebagai upaya segenap staf Rumah Sakit
Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta untuk bersikap
profesional dalam memberikan pelayanan terbaik demi kepuasan
konsumen.
Profil
• Luas Tanah : 3.000 M2
• Luas Bangunan : 12.000 M2
• Jenis Badan Usaha : Yayasan sesuai dengan akte notaris No.37
NELLY ELSYE TAHAMATA. SH di
Jakarta
• Perizinan : Rumah Sakit sesuai dengan SK Menkes
No. YM.02.04.3.5.3487
• NPWP : 1.387.574.5-02
2. Visi, Misi dan Tujuan
Visi
Menciptakan rumah sakit Indonesia yang bertaraf Internasional
Misi
a. Menjadi pusat rujukan regional dan pusat pengembangan kelompok
industri kesehatan MH Thamrin.
b. Menggalang kemitraan regional dan internasional dengan industri lain
untuk bersama-sama mengembangkan pelayanan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.
c. Membangun Tim Manajemen yang tangguh, peka terhadap tuntutan
perubahan lingkungan.
d. Mengembangkan sumber daya yang berkualitas sesuai standar
pelayanan yang bertaraf internasional serta mampu mengantisipasi
perkembangan ilmu dan teknologi sehingga dapat memberikan
kepuasan maksimal kepada pelanggan.
e. Mengembangkan sinergi dengan bidang Pendidikan Tenaga
Kesehatan, PT. Jamkesindo (Jaminan Kesehatan Indonesia), dan PT.
Alkeslab Primatama (Alat Kesehatan) yang merupakan bagian MH
Thamrin Health Care Group.
TUJUAN
a. Menyediakan produk jasa kesehatan umum, spesialistik dan sub
speliatstik, pelayanan penunjang medik untuk masyarakat umum
termasuk pasien dan keluarga perusahaan dan asuransi dengan standar
internasional dan berorientasi pada kebutuhan pelanggan
b. Menyediakan pelayanan medis dan keperawatan intensif dewasa dan
anak serta tindakan diagnostik dan terapeutik khusus yang selalu
berorientasi pada standar pelayanan internasional serta perkembangan
ilmu dan teknologi kedokteran terbaru
c. Menjadi rumah sakit yang dikelola secara profesional dan berorientasi
kepada kewirausahaan.
3. Sarana dan Prasarana
Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba
Jakarta adalah sebuah rumah sakit berkonsep general hospital dalam
memberikan layanannya, artinya tidak mengkhususnya diri pada satu atau
beberapa bidang layanan kesehatan tertentu. Berikut merupakan beberapa
produk yang menjadi unggulan Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin
Internasional Salemba Jakarta:
a. Unit Luka Bakar
b. Endoscopy
c. Kamar perawatan VVIP dan VIP
d. Pavilliun OPAL43
e. Perawatan Intensif ( ICU/ICCU)
f. Perawatan Intensif Bayi dan Anak (NICU/PICU)
g. Perinatologi
h. Traumatic Neoru Surgery Centre
i. Cath Lab
j. Aesthetic Clinic
k. Ambulan EMS (Emergency Medical Service) dan
l. Ambulan Udara HEMES (Helicopter Emergency Medical Evacuation
Service.)
Sebagai Rumah Sakit yang bertaraf Internasional, Rumah Sakit
Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta dilengkapi
43 Artikel ini diakses pada tanggal 03 juni 2009 dari
http://www.thamrinhospital.com/index.php?p=home
dengan fasilitas dan peralatan yang modern dan mutakhir. Kami
mengembangkan konsep high-end health care service untuk fasilitas-
fasilitas pelayanan kesehatan. Adapun fasilitas pendukung Rumah Sakit
Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta adalah sebagai
berikut :
a. Penunjang medik / diagnostik
Radiologi yang meliputi ruang CT-Scan, ruang Usg, ruang
radiologi konvensional I dan dental Unit, ruang radiologi konvensional
II dan Fluroscopi, ruang radiologi panoramic dan mammografi.
b. Laboratorium
c. Rehabilitasi medik
d. Hemodialisa
Melayani pasien dan keluarga dengan gagal akut/kronis yang
memerlukan cuci darah baik dari rawat inap maupun rawat jalan
dengan dilyani oleh perwat yang bersetifikat dan tindakan hemodialisa
yang dilakukan dan diawasi secara langsung berdasarkan program oleh
dokter ahli efrologi / ginjal.
Kebutuhan akan layanan medis yang professional merupakan
tuntutan masyarakat, sehingga peningkatan mutu pelayanan serta fasilitas
kesehatan adalah mutlak diperlukan. Rumah Sakit Muhammad Husni
Thamrin Internasional Salemba Jakarta menempati gedung megah
berlantai sepuluh dan parkir basement, berlokasi di pusat kota Jakarta,
dekat dengan Center of Excellence Medicine: FKUI, senantiasa berusaha
untuk mengantisipasi hal tersebut.
Sebagai rumah sakit modern dengan konsep hotel-styled hospital,
menyiapkan tenaga - tenaga medis yang handal dan professional, didukung
dengan peralatan - peralatan medis yang canggih dan modern untuk
memberikan pelayanan medis yang memuaskan.
Fasilitas Pelayanan (Jumlah Tempat Tidur) : 184 Tempat Tidur
Rawat Jalan :
a. UGD
b. Farmasi
c. Ambulan
d. Pendaftaran rawat inap
e. Rawat jalan
f. Pelayanan echocardiography
g. Pelayanan EEG barin mapping
h. Medical check – up
i. Rawat inap
j. Rawat jalan, meliputi:
Poli
Umum
Poli Spesialis
Spesialis Penyakit Anak
Spesialis Penyakit Kandungan
dan Kebidanan
Spesialis Penyakit Dalam
Spesialis Penyakit Paru
Spesialis Penyakit Saraf
Spesialis Mata
Spesialis THT
Spesialis Kulit dan Kelamin
Spesialis Kesehatan Jiwa
Spesialis Ginjal
Spesialis Jantung dan Pembuluh
Darah
Spesialis Rehabilitasi Medik
Spesialis Bedah Umum
Spesialis Bedah Anak
Spesialis Bedah Saluran Cerna
Spesialis Bedah Tulang
Spesialis Bedah Tumor
Spesialis Bedah Saraf
Spesialis Bedah Plastik dan
Luka Bakar
Spesialis Gizi
Klinik Tumbuh Kembang
Poli Spesialis Gigi
Bedah Mulut
Orthodonti
Dental Radiografi
Panoramic
Cephalometric
Akupuntur
f. Tenaga Medik/Non Medik
• Dokter Umum (6 tetap dan 6 tidak tetap)
• Dokter Spesialis (58 jenis spesialisasi, 6 dokter tetap, dan 100 dokter
tidak tetap)
• Dokter Sub Spesialis (25 jenis sub spesialisasi dan 20 dokter tidak
tetap)
• Perawat (140 tetap dan 105 tidak tetap)
• Tenaga Non Medik (161 tetap dan 56 tidak tetap)44 .
B. Bimbingan Rohani Pasien dan keluarga Korban Napza
1. Sejarah dan Latar Belakang Berdiri
Proses bimbingan rohani Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin
Internasional Salemba Jakarta mulai diadakan, berkaitan dengan dibukanya
Pavilliun OPAL dan ditugaskannya Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari,
Psikiater sebagai dokter di paviliun OPAL, Rumah Sakit Muhammad Husni
Thamrin Internasional Salemba Jakarta mengandalkan program
detoksifikasi pasien NAPZA, bekerja sama dengan Prof. DR. dr. H. Dadang
Hawari, Psikiater dan Rekan.
Adapun, Paviliun OPAL yang dimiliki Rumah Sakit Muhammad
Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta ini, cukup eksklusif untuk
para pasien. Fasilitas yang dimiliki sangat lengkap, serasa di kamar hotel
saja. Satu kamar untuk satu pasien plus seorang pendamping (termasuk
44 Brosur Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba.
makan), dilengkapi dengan AC, TV plus parabola, kulkas, kamar mandi
lengkap, kursi santai, dan ruang tunggu yang luas. Fasilitas lainnya adalah
kunjungan rutin tim medis ahli NAPZA termasuk pada hari Ahad dan
siraman rohani untuk semua agama45.
Karena metode Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater inilah
maka diadakan proses bimbingan rohani sebagai pelengkap terapi medik.
Metode Prof. Dadang sendiri adalah BPSS (Bio, Psiko, social, spiritual)
yaitu dari segi biologic diberikan obat-obatan, dari segi psikologik
diberikan obat-obatan kejiwaan dan konseling, dari segi social diberikan
petunjuk-petunjuk untuk meperbaiki lingkungan sosialnya, dari segi
spiritual diberikan tuntunan untuk memperkuat iman dan taqwanya.46
Mengacu kepada proses pengobatan dari segi spiritual inilah maka
diadakan bimbingan rohani. Pada tanggal 12 Maret 2000 di bentuklah
modul bimbingan rohani dengan mengacu kepada buku-buku terapi religi
diantaranya buku terapi dzikir dan doa Prof. Dadang Hawari.
2. Visi, Misi dan tujuan
• Visi
Menyelamatkan dan mengembalikan masa depan dan citra diri
keluarga, masyarakat dan bangsa, serta meningkatkan kualitas hidup
menjadi lebih baik.
• Misi
Adalah melaksanakan usaha pencegahan melalui penyuluhan,
bimbingan, pembinaan dan konsultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan
45 Artikel diakses pada tanggal 30 agustus 2009 dari www.pdpersi.com. 46 Dadang Hawari, Terapi Detoksifikasi Dan Rehabilitasi Pasien NAZA (Jakarta: UI-
Press, 2002), h. viii.
dari penyalahgunaan NAPZA, maupun mengobati serta meningkatkan
kualitas hidup korban NAPZA dan penderita skizofrenia sehingga dapat
kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar.
• Tujuan
Tujuan diadakannya bimbingan rohani adalah sebagai pelengkap
terapi medik, juga ditujukan untuk memberi motivasi serta kekuatan
ruhani kepada pasien dan keluarga dan keluarga pasien dan keluarga.
3. Program dan Kegiatan
Secara garis besar program dan kegiatan bimbingan rohani pasien
dan keluarga NAPZA di Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin
Internasional Salemba Jakarta adalah sebagai berikut :
a. Memberikan bimbingan rohani pasien dan keluarga pada saat
detoksifikasi
b. Memberikan bimbingan rohani di rumah pasien dan keluarga untuk
keluarga
c. Muhasabah
Muhasabah ini dilaksanakan pada saat pasien setelah masa
detoksifikasi, dilaksanakan ditempat rehabilitasi apabila pasien
memutuskan melanjutkan proses penyembuhan dengan rehabilitasi di
wisma rehabilitasi atau dirumah pasien. muhasabah meliputi mandi
taubat, dzikir, serta refleksi dan intropeksi diri.
4. Organisasi dan Pengelolaan
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan fungsi yang paling penting untuk
mencapai tujuan bersama. Dimana struktur itu adalah sebuah mekanisme
dalam suatu organisasi yang disusun atau dibangun secara teratur,
sedangkan organisasi adalah sarana atau alat untuk mencapai tujuan, karena
organisasi merupakan sekumpulan orang-orang di dalamnya mempunyai
tujuan yang sama dan saling bekerja sama serta terikat secara format dalam
kelembagaan. Adapun keberadaan bimbingan rohani pasien ada di bawah
paviliun OPAL yang di pegang oleh Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari,
Psikiater. (Struktur terlampir)
b. Pengelolaan
Kebutuhan akan layanan medis yang profesional merupakan
tuntutan masyarakat, sehingga peningkatan mutu pelayanan serta fasilitas
kesehatan adalah mutlak diperlukan. Rumah Sakit Muhammad Husni
Thamrin Internasional Salemba Jakarta menempati gedung megah berlantai
sepuluh dan parkir basement, berlokasi di pusat kota Jakarta, dekat dengan
Center of Excellence Medicine: FKUI, senantiasa berusaha untuk
mengantisipasi hal tersebut.
Sebagai rumah sakit modern dengan konsep hotel-styled hospital,
menyiapkan tenaga - tenaga medis yang handal dan professional, didukung
dengan peralatan - peralatan medis yang canggih dan modern untuk
memberikan pelayanan medis yang memuaskan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya diperlukan pengelolaan
secara profeisonal, diantaranya Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin
Internasional Salemba Jakarta mempunyai falsafah CARE (Competence
Active Responsive Empathy) & TRUST (Technology Rreliable Urgent
Special Talented). Dimana mengandung makna sangat PEDULI (CARE)
dengan pelanggan sehingga mampu mewujudkan pelayanan yang sangat
dipercaya (TRUST). Untuk selanjutnya, falsafah Care and Trust serta janji
karyawan dijadikan sebagai budaya organisasi yang harus dipegang teguh
atau tidak dilanggar. Untuk mencapainya diperlukan pengerahan segala
potensi dan dilaksanakan dengan bijaksana, yaitu:
1. CARE (Competence Active Responsive Empathy), meliputi sikap dan
perilaku karyawan yang selalu peduli serta berupaya terhadap
peningkatan kecakapan / kemampuan dalam pelaksanaan tugas, giat /
bersemangat, menerima saran dan kritik, serta turut merasakan
penderitaan pasien.
2. TRUST (Technology Rreliable Urgent Special Talented), meliputi
pelayanan dengan teknologi yang dapat diandalkan, professional dan
mendahulukan kepentingan pasien.
3. Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, jujur, disiplin, taat
aturan, memegang teguh rahasia perusahaan, melaksanakan perintah
atasan, bekerjasama demi kelancaran tugas, menjunjung tinggi nama
baik perusahaan, menjalankan tugas dengan cara terhormat.
Pengelolaan Bimbingan rohani itu sendiri ada di bawah naungan
Pavilliun OPAL, sebagai pelengkap terapi non medis dari metode
pengobatan Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater. (Susunan
kepengurusan terlampir)
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Prinsip terapi adalah berobat dan bertobat. Dalam hal ini berobat
artinya membersihkan “NAPZA” dari tubuh pasien atau detoksifikasi.
Bertobat artinya pasien memohon ampun kepada Allah SWT berjanji tidak
mengulanginya dan memohon kekuatan iman agar tidak lagi tergoda untuk
mengkonsumsi NAPZA. Mengapa harus bertobat ? karena dari sudut
agama maupun UU (Negara) NAPZA haram hukumnya; artinya bila
NAPZA dikonsumsi akan berdosa dan dapat ditangkap oleh polisi
(pelanggaran UU). Untuk itu selain terapi medis, maka diperlukan juga
terapi religi dalam hal ini bimbingan rohani yang meliputi sholat, doa, dan
dzikir.47 Firman Allah SWT dalam surat Asy Syuara ayat 80 yang artinya:
“ Dan apabila aku sakit Dia-lah yang menyembuhkan”.
Hasil penelitian ilmiah membuktikan bahwa terapi medis saja tanpa
doa dan dzikir tidak lengkap; sebaliknya doa dan dzikir saja tanpa terapi
medis tidak efektif.48
Bahwa faktor agama penting bagi kelengkapan proses
penyembuhan diungkapkan oleh Kaplan dan Sadock dalam Synopsis of
psychiatri, behavioral sciences and clinical psychiatri, antara lain tertulis :
dalam wawancara psikiatrik, dokter hendaknya dapat menggali latar
47 Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir (Sistem
Terpadu) Pasien “NAZA” (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif lain, (Jakarta: UI Press, 1999), h.
3. 48 Snyderman, R, Religious Approach in the Medical Treatment, Faculty of Medicine,
Duke University, 1996.
belakang kehidupan beragama dari pasien dan kedua orangtuanya, serta
secara rinci mengeksplorasi sejauh mana mereka mengamalkan agama
yang dianutnya .49
Berdasarkan hal tersebut, penulis mendapatkan kesimpulan dari
hasil penelitian ini, bahwa :
1. Pelaksanaan bimbingan rohani dilakukan setiap hari selama program
detoksifikasi di Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional
Salemba Jakarta, adapun program detokifikasi itu selama 7 hari. Waktu
bimbingan berkisar 30 menit sampai 2 jam.
2. Pasien dan keluarga pasien merasakan ketenangan, semangat, dan
kekuatan tambahan yang terbukti sangat membantu dalam proses
penyembuhan, setelah mereka mendapatkan bimbingan rohani atau
terapi religi
3. Proses bimbingan rohani yang dilakukan pada saat masa detoksifikasi
bagi si pasien merupakan salah satu hal tepat dalam proses
penyembuhan korban NAPZA, merujuk salah satu hadis Nabi
Muhammad SAW, yang artinya : “ Setiap penyakit ada obatnya. Jika
obat itu tepat mengenai sasarannya maka dengan izin Allah, penyakit
itu akan sembuh”. (H.R. Muslim dan Ahmad).
4. Ada dua bentuk pelayanan bimbingan rohani :
a. Pelayanan bimbingan rohani terhadap pasien
b. Pelayanan bimbingan rohani terhadap keluarga pasien
49 Kaplan,H.I.,Sadock,B.J. : “Religion,Clinical Examination Of The Psuchiatric
Patients”. Synopsis of Psychiatri, Behavioral Sciences and Clinical Psychiatri. ( Williams &
Wilkins,1991), h. 193-204.
5. Kegiatan bimbingan rohani yang dilakukan di Rumah Sakit
Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta
menggunakan dua metode, pertama, metode directif, yang meliputi:
wawancara,ceramah,diskusi atau tanya jawab. Kedua, metode non
directif, seperti memberikan buku-buku agama, buku-buku do’a dan
dzikir, serta seperangkat alat shalat. Dari segi materi , materi yang
disampaikan adalah materi yang berkaitan dengan nilai-nilai islam
seperti taubat, shalat, doa dan dzikir. Sedangkan pendekatan yang
dilakukan adalah pendekatan secara kekeluargaan.
B. SARAN
Setelah penelitian yang penulis lakukan ada beberapa saran yang
dengan segala hormat penulis ingin sampaikan, yaitu :
1. Diharapkan Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional
Salemba Jakarta mengadakan layanan bimbingan rohani (khususnya
bimbingan rohani islam) bagi semua pasien, tidak hanya terbatas pada
pasien korban NAPZA saja.
2. Proses bimbingan rohani ini hendaknya diteruskan terhadap keluarga
walaupun proses detoksifikasi di rumah sakit sudah selesai, karena
menurut hemat penulis, keluarga korban NAPZA masih sering merasa
cemas dan khawatir, serta ketakutan terjadi kekambuhan terhadap
anaknya karena kurangnya informasi tentang narkoba dan minimnya
ilmu agama.
3. Kepada pihak Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional
Salemba Jakarta, hendaknya manajemen pengelolaan bimbingan
rohani ini dikelola lebih professional, mengingat perannya yang
penting dalam proses penyembuhan pasien.
4. Mengingat peran layanan bimbingan rohani pasien dan keluarga sangat
penting, hendaknya manajemen Rumah Sakit Muhammad Husni
Thamrin Internasional Salemba Jakarta menjadikan layanan bimbingan
rohani bagi pasien dan keluarga ini sebagai program resmi Rumah
Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
A, Hallen. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Jakarta: Ciputat Pers, Cet. Ke-
1, 2002.
Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:
Golden Terayon Press, cet. Ke-5, 1994.
Davidson C, Gerald. dkk. Psikologi Abnormal. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006.
Hawari, Dadang. Petunjuk praktis Terapi (Detoksifikasi) Narkoba / NAZA
(Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif tanpa Anestesi dan Substitusi (Methadon,
Subutex, & sejenisnya) & HIV / AIDS. Jakarta: FKUI, 2008.
. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 2004.
. Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI, 2005.
. Integrasi Agama dalam Pelayanan Medik (Doa dan Dzikir sebagai
Pelengkap Terapi Medik). Jakarta: FKUI, 2008.
. Konsep Agama (ISLAM) Menaggulangi NAZA (Narkotika, Alkohol
& Zat Adiktif). Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2002.
. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 1991.
. Penyalahgunan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol ,Zat
Adiktif). Jakarta: FKUI, 2006.
. Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir
(Sistem Terpadu) Pasien “NAZA” (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif .
Jakarta: UI Press, 1999.
Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitaif.
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Kaffie, Jamaluddin. Psikologi Dakwah. Surabaya: Indah, 1993.
Kaplan, H. I, Sadock, B. J. “Religion,Clinical Examination of The Psuchiatric
Patients”. Synopsis of Psychiatri, Behavioral Sciences and Clinical Psychiatri.
Williams & Wilkins, 1991.
KBBI. Jakarta: Balai Pustaka. Cet. Ke-4, ed. 3, 2007.
Lutfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. Jakarta:
Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah,2008.
Moleong, J, lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007.
Sukardi, Dewa Ketut. Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Bina Aksara, Cet. Ke-1,
1998.
Shaleh Abdul Rahman dan Wahab Muhbib Abdul. Psikologi Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana, 2004.
Snyderman, R. Religious Approach in the Medical Treatment”. Faculty of
Medicine, Duke University, 1996.
Umar M dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Yusuf Syamsu dan Nurihsan Juntika. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-2, 2006.
HTTP://YOSEFW.WORDPRESS.COM//
HTTP://WWW.BNPJABAR.OR.ID//
HTTP://WWW.BNN.GO.ID//
Kamus Istilah Narkoba. Sadar Aware & Care, no. 18/II/2008.
Kamus Istilah Narkoba. Sadar Aware & Care, no. 21/II/2008.
Hasil Wawancara
Nama : Bunga (pasien)
Umur : 23 tahun
Tanggal : Senin, 3 Agustus 2009
Waktu dan tempat : Jam 13.00, Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin
Internasional Salemba Jakarta lantai 6
Tanya : Apa saja yang dilakukan Ustad dalam menyampaikan materi ( saat awal,
penyampaian isi, penutup)?
Jawab : Pada awal mula kedatangan, setelah memperkenalkan diri. Ustad nanyain
kondisi aku, pada saat itu aku masih setengah sadar karena masih dalam
proses proses detoksifikasi. Tapi aku inget waktu ustad ngasih materi
motivasi, sama bahaya akibat dari apa yang pernah aku konsumsi dulu.
Terus Ustadnya ngasih cerita-cerita, pengalaman-pengalaman orang
yang pernah ngalamin apa yang aku alamin, lumayan sih nambah tahu
dan ngerti dengan kondisi aku sekarang. Terus Ustadnya ngasih gimana
baiknya aku kedepan, ngasih motivasi, doa dan dzikir biar aku kuat.
Tanya : Apa Ustad menggunakan media dalam penyampaian materi?
Jawab : Sampai sekarang ada dua ustad yang memberikan bimbingan rohani ke
aku, ada Ustad Darmawan ma Ustad Ginanjar. Kalo Ustad Dar kadang
bawa buku-buku doa dan dzikir, tapi kalo Ustad Gyn lebih suka ngasih
aku motivasi lewat kisah-kisah inspiratif dan ngajak aku untuk
ngungkapin apa yang aku rasa, jadi kaya sharing gitu.
Tanya : Meliputi apa saja materi yang Ustad sampaikan?
Jawab: Materinya tentang bahaya narkoba, cerita-cerita inspiratif, kadang juga
doa dan dzikir biar tambah tenang dan kuat.
Tanya : Bagaimana perasaan anda setelah mendapatkan bimbingan rohani?
Jawab : Aku ngerasa jadi punya temen buat ngobrol, sharing karena selama ini
aku ga punya tempat untuk berbagi. Aku jadi tambah tenang juga dan
jadi tahu aku ini kenapa, trus tahu bahayanya gimana kalo make lagi dan
jadi nambah percaya diri ngejalanin kedepannya.
Tanya : Apa pengaruh yang anda rasakan setelah bimbingan rohani?
Jawab : Sebelumnya aku ga tahu kalo aku di bawa di Rumah Sakit untuk
detoksifikasi karena pada saat itu aku ga sadar diri akibat pengaruh obat.
Setelah disini dan diberi bimbingan rohani pikiran aku ke buka jadi lebih
tahu apa yang aku alami dan apa maksud orangtua aku bawa aku kesini.
Aku jadi lebih percaya diri dan ngerasa malu sama orangtua dan Tuhan.
Pasien
Bunga
Hasil Wawancara
Nama : DS
Tanggal : Kamis, 27 Agustus 2009
Waktu dan tempat : Jam 14.00, Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin
Internasional Salemba Jakarta lantai 6
Tanya : Apa saja yang dilakukan Ustad dalam menyampaikan materi ( saat awal,
penyampaian isi, penutup)?
Jawab : Pertama kali saya ke Rumah sakit, anak saya dalam kondisi tidak sadar.
Ada seorang ustad yang mendekati saya, setelah salaman menanyakan
kondisi anak saya, lalu memberikan masukan-masukan
Tanya : Apa Ustad menggunakan media dalam penyampaian materi?
Jawab : Yang saya lihat ustadnya bawa buku, semacam buku doa
Tanya : Meliputi apa saja materi yang Ustad sampaikan?
Jawab : Waktu itu ustad menjelaskan apa yang sedang dialami anak saya, terus
terang saya tidak tahu sama sekali tenyang narkoba. Selain itu, ustad
ngasih masukan tentang apa saja yang harus kami lakukan sebagai orang
tua, kami disarankan berdoa, sabar dan ikhlas.
Tanya : Bagaimana perasaan anda setelah mendapatkan bimbingan rohani?
Jawab : Jujur, jadi merasa lebih tenang karena tahu apa yang terjadi pada anak
saya. Dan saya merasa menyesal dengan diri saya yang kurang peka
terhadap perkembangan dan pergaulan anak saya
Tanya : Apa pengaruh yang anda rasakan setelah bimbingan rohani?
Jawab : Saya jadi lebih memperhatikan anak saya, mengurangi emosi saya saat
bicara dengan anak saya.
Keluarga pasien
DS
HASIL WAWANCARA
Nama : Darmawan S.Ag
Jabatan : Ustad/konselor
Tanggal : Rabu, 22 juli 2009
Waktu dan tempat : jam 11.20 WIB, kantor Madani Mental Health Care
Tanya : Apa visi dan misi diadakannya bimbingan rohani ini?
Jawab: Visi dan misi, intinya bimbingan rohani ini mencoba menempatkn
kembali manusia kepada Tuhan. Agar mereka tidak melupakan
yang namanya kita sebagai manusia itu harus berpegang kepada
amanat Allah.
Tanya : Bagaimana cara ustad untuk memulai proses bimbingan rohani?
Jawab: Pertama kita mulai dengan mengucapkan assalammualaikum, kita
tanya kabar hari ini, meskipun mereka selalu bilang dalam
keadaan baik padahal tidak.
Tanya : Bagaimana cara ustad ketika akan masuk ke materi?
Jawab: Setelah mengetahui kondisi pasien dan keluarga dan tahu apa
yang dibutuhkan baru kita masuk dalam materi yang sifatnya
memberikan motivasi.
Tanya : Apa yang ustad lakukan pada akhir proses bimbingan rohani?
Jawab : Setelah meteri disampaikan, dan waktu bimbingan pun selesai
saya permisi untuk menyudahi penyampaian materi dan bilang
besok kita lanjutkan kembali.
Tanya: Materi apa saja yang ustad berikan ketika proses bimbingan rohani
berlangsung?
Jawab: Materi bersifat agama dn umum. Untuk materi yang umum kita
selipkan unsur-unsur agama. Biasanya juga para pasien dan
keluarga minta sentuhan qalbu, serta kita juga memakai ayat-ayat
yang berkenaan dengan materi yang disampaikan.
Tanya:Teknik seperti apa yang digunakan dalam proses bimbingan
rohani?
Jawab : Kita mengunakan pendekatan kekeluargaan
Tanya : Apa terdapat media yang ustad gunakan dalam penyampaian
materi ketika bimbingan rohani berlangsung?
Jawab : Media yang digunakan bisa berupa modul, kertas dan pulpen.
Tanya : Apa tujuan diadakannya bimbingan rohani ini?
Jawab: Tujuan dari bimbingan rohani ini tetntunya memberikan motifasi,
arahan, agar para orang tua dan pasien menerima segala bentuk
ujian dari allah SWT.
Tanya : Apa ada pengaruhnya setelah pasien mendapatkan bimbingan
rohani? Baik dari segi kognifif, afektif, dan psikomotorik?
Jawab: Pengaruhnya mereka mempunyai keyakinan bahwa mereka
sedang diuji, dan tidak lagi menyalahkan orang lain
Ustad/konselor
Ust, Darmawan
Hasil Wawancara
Nama : Jami Hadi Wibowo S.Sos.I
Jabatan : Ustad/konselor
Tanggal : Rabu, 22 juli 2009
Waktu dan Tempat : Kantor Madani Mental Health Care, jam 11.00 wib
Tanya: Bagaimana cara ustad untuk memulai proses bimbingan rohani?
Jawab: Kalau saya mengawali pembimbingan rohani di Rumah Sakit Thamrin,
pasiennya kan pastinya dalam kondisi medis, kalau terlalu formal juga
jadinya tidak terlalu fokus. Saya pribadi cukup mengucapkan salam,
kalau dari salam saja responnya bagus itu artinya pasien atau keluarga
korban fokus untuk masuk ke materi, selanjutnya bersholawat.
Tanya: Bagaimana cara ustad ketika akan masuk ke materi?
Jawab: Setelah mendapatkan feedback, saya masuk inti materi dengan arah cerita
kita minta domainnya apa, kalau dia mintanya bagaimana cara
menguatkan emosi atau meminta saran untuk membuka usaha kita
berikan. Jadi saya melihat apa yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga
dalam menyampaikan materi.
Tanya: Apa yang ustad lakukan pada akhir proses bimbingan rohani?
Jawab: Kalau kita sudah enak ngobrol, panjang lebar dan waktu sudah habis juga,
saya tutup dengan meminta maaf, mengucapkan terimakasih telah
mengobrol dengan saya. Dan tetap saya sisipkan motifasi agar pasien
semangat dalam menyelesaikan perawatan ini dan terakhir mengucapkan
salam.
Tanya: Materi apa saja yang ustad berikan ketika proses bimbingan rohani
berlangsung?
Jawab: Materi yang diberikan bersifat membawa atau motifasi. Materi yang bisa
memberikan mereka ketenangan, kenyamanan, dan membuat pasien bisa
menerima kalau dirinya sakit dan butuh bantuan. Serta saya berikan
lafadz-lafadz yang dapat membuat hati menjadi tenang
Tanya: Teknik seperti apa yang digunakan dalam proses bimbingan rohani?
Jawab: Pendekatan yang dilakukan persuasif bersifat kekeluargaan. Kita ingin
dianggap teman oleh mereka.
Tanya: Apa terdapat media yang ustad gunakan dalam penyampaian materi
ketika bimbingan rohani berlangsung?
Jawab: Untuk saat ini, saya pribadi tidak menggunakan media. Tetapi sebelum
memulai bimbingan rohani saya menggunakan buku Prof. Dadang
Hawari.
Tanya: Apa tujuan diadakannya bimbingan rohani ini?
Jawab: Tujuan bimbingan rohani lebih kepada penyadaran rohani dengan bentuk
memberikan motivasi hidup bagi pasien dan keluarga korban.
Tanya: Apa ada pengaruhnya setelah pasien mendapatkan bimbingan rohani?
Baik dari segi kognifif, afektif, dan psikomotorik?
Jawab: Bimbingan rohani memberikan pengaruh yang besar sekali. Telah diakui
bahwa spiritual sangat mempengaruhi penyembuhan pasien selain
pengaruh obat dalam tubuh manusia. Setelah mendapatkan bimbingan
sang anak akan berpikir kalau ternyata dia butuh perawatan medis dan
ternyata orangtuannya sayang dengan dia. Dari pihak keluarga, mereka
akan mengubah sikap mereka untuk tidak menyalahkan anak mereka dan
menyalahkan orang lain, seta mereka lebih sabar dalam menerima ujian
dan cobaan.
Ustad/konselor
Jami Hadi Wibowo S.Sos.I
Hasil Wawancara
Nama : Adit (Pasien)
Tanggal : Rabu, 19 Agustus 2009
Waktu dan tempat : jam 16.00, Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin
Internasional Salemba lantai 6
Tanya : Apa saja yang dilakukan Ustad dalam menyampaikan materi ( saat awal,
penyampaian isi, penutup)?
Jawab : Sebelum nyampein materi Ustadnya perkenalan dulu, nyebutin namanya
siapa, terus bilang mau nyampein apa ke Saya. Setelah itu Ustad
nyampein bimbingannya.
Tanya : Apa Ustad menggunakan media dalam penyampaian materi?
Jawab : Media yang digunakan Ustad, buku-buku tentang bahaya narkoba terus
terlampir juga gambar-gambarnya. Jadi Saya itu lebih tahu bahaya-
bahaya narkoba baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
Tanya : Meliputi apa saja materi yang Ustad sampaikan?
Jawab: Yang disampaikan ustad itu isinya memberikan semangat untuk stop
pemakaian narkoba dan tidak terjerumus lagi nantinya. Terkadang juga
Ustadnya mengambil materi-materi dari hadis, jadi ke Saya juga lebih
tahu kalau dalam islam tuh bener yang Saya lakuin tuh salah.
Tanya : Bagaimana perasaan anda setelah mendapatkan bimbingan rohani?
Jawab : Perasaan Saya jadi mendapatkan semangat baru untuk hidup, untuk
menjalani kehidupan denagan baik, dan berlaku dengan baik. Jadi, Saya
lebih semangat aja karena tadinya terjerumus dan semangat ngedrop.
Dan Ustadnya juga menyemangati bahwa Saya bisa lebih berpotensi dari
pada orang yang bukan pemakai, dan ternyata banyak juga para ex user
yang berprestasi.
Tanya : Apa pengaruh yang anda rasakan setelah bimbingan rohani?
Jawab : Setelah mendapatkan bimbingan rohani, lama kelamaan Saya menjadi
sadar bahwa penyalahgunaan narkoba itu tidak baik, yah untuk tubuh
Saya sendiri, keluarga dan orang lain. Karena kesadaran itu Saya ingin
sembuh total dan bertekad untuk tidak mencoba lagi.
Pasien
Adit
Hasil Wawancara
Nama : Pak Zarkasit
Umur : 60 tahun
Tanggal : Rabu, 26 Agustus 2009
Waktu dan tempat : Jam 16.00, Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin
Internasional Salemba lantai 6 kamar 606
Tanya : Apa saja yang dilakukan Ustad dalam menyampaikan materi ( saat awal,
penyampaian isi, penutup)?
Jawab : Awalnya saya kurang begitu jelas dengan keberadaan ustad di Rumah
Sakit, namun setelah dijelaskan saya jadi paham. Waktu itu ustad
bertanya tentang perasaan saya dan kelurga, dan apa saja yang telah
kami lakukan sebelum berobat kesini. Selanjutnya ustad memberikan
masukan-masukan buat saya dan istri saya.
Tanya : Apa Ustad menggunakan media dalam penyampaian materi?
Jawab : Langsung ngobrol aja tidak pakai media
Tanya : Meliputi apa saja materi yang Ustad sampaikan?
Jawab: Yang saya ingat tentang bahaya narkoba, menjelaskan kondisi anak saja,
efek, akibat dan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi pada korban narkoba.
Memberi masukan apa saja yang harus kami lakukan, selain tentunya
kami dianjurkan senantiasa berdoa dan ikhlas
Tanya : Bagaimana perasaan anda setelah mendapatkan bimbingan rohani?
Jawab : Merasa lebih tenang, karena jadi tahu apa saja yang menimpa pada anak
kami dan apa yang harus kami lakukan kedepan jadi lebih jelas
Tanya : Apa pengaruh yang anda rasakan setelah bimbingan rohani?
Jawab : Saya lebih paham kondisi kejiwaan dan mental anak saya, jadi saya yang
dulunya jujur saja karena sibuk kerja saya cuek dengan anak saya, dan
sekarang saya jadi lebih peduli dan perhatian sama anak
Keluarga pasien
Pak Zarkasit
Hasil Wawancara
Nama : Ucup (pasien)
Umur : 24 tahun
Tanggal : rabu, 26 Agustus 2009
Waktu dan tempat : jam 15.30, Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin
Internasional Salemba Jakarta lantai 6 kamar 606
Tanya : Apa saja yang dilakukan Ustad dalam menyampaikan materi ( saat awal,
penyampaian isi, penutup)?
Jawab : Awalnya kenalan dulu kan tak kenal maka tak sayang trus ustadnya bilang
mau nyampein apa, jadi dari hati ke hati kalo ngomong dulu biar lebih
dekat
Tanya : Apa Ustad menggunakan media dalam penyampaian materi?
Jawab : Tidak bawa buku, pernah al-qur an dibawa kalo sesuai sama materi yang
di sampaikan. Tapi dari awal ga pernah bawa media.
Tanya : Meliputi apa saja materi yang Ustad sampaikan?
Jawab: Materinya campur-campur tentang apa yang saya alamin, bahaya narkoba
yang itungannya dia mengerti dan saya mengerti dengan materi yang
disampaikan
Tanya : Bagaimana perasaan anda setelah mendapatkan bimbingan rohani?
Jawab : Lebih sabar menghadapi cobaan
Tanya : Apa pengaruh yang anda rasakan setelah bimbingan rohani?
Jawab : Pengaruhnya saya yang tadinya tidak tahu jadi tahu nambah ilmu juga
Pasien
Ucup
Hasil Wawancara
Nama : Ginanjar Maulana Fathurrahman S.S.I
Jabatan : Ustad/konselor
Tanggal : Rabu, 22 juli 2009
Waktu dan Tempat : Via email, jam 17.37
Ustad / Konselor
Ginanjar Maulana Faturahman S.S,I