pelabuhan pariwisata internasional ·  · 2016-06-08studi kasus perancangan turnaround cruise port...

17
PELABUHAN PARIWISATA INTERNASIONAL Studi Kasus Perancangan Turnaround Cruise Port pada Pelabuhan Benoa, Bali Tesis Desain Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister Oleh: I Made Suprana Wibawa NIM: 25205007 Program Magister Rancang Kota Sekolah Arsitektur, Perencanaan & Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2007

Upload: buidung

Post on 21-May-2018

224 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

PELABUHAN PARIWISATA INTERNASIONAL

Studi Kasus Perancangan Turnaround Cruise Port

pada Pelabuhan Benoa, Bali

Tesis Desain

Karya tulis sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar magister

Oleh:

I Made Suprana Wibawa

NIM: 25205007

Program Magister Rancang Kota

Sekolah Arsitektur, Perencanaan & Pengembangan Kebijakan

Institut Teknologi Bandung

2007

LEMBAR PENGESAHAN

PELABUHAN PARIWISATA INTERNASIONAL

Studi Kasus Perancangan Turnaround Cruise Port

pada Pelabuhan Benoa, Bali

Oleh

I Made Suprana Wibawa

NIM : 25205007

Program Magister Rancang Kota

Sekolah Arsitektur, Perencanaan & Pengembangan Kebijakan

Institut Teknologi Bandung

Menyetujui

Nopember 2007

Pembimbing I Pembimbing II

M. Ridwan Kamil, ST. MUD.

Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo

Abstrak

Pelabuhan Pariwisata Internasional

Munculnya tren perjalanan pariwisata internasional menggunakan kapal pesiar merupakan peluang yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pariwisata Indonesia. Bali yang merupakan tempat persinggahan pelayaran pariwisata internasional tersebut, sampai saat ini belum memiliki fasilitas pendukung yang layak. Pemerintah kemudian berniat menjadikan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan pariwisata internasional (turnaround cruise port). Kebijakan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III, selaku pengelola Pelabuhan Benoa, mengharuskan agar pelabuhan pariwisata internasional dapat beroperasi tanpa menghilangkan kegiatan eksisting pelabuhan, seperti pelabuhan barang, pelabuhan ikan dan penyaluran BBM. Penambahan fungsi sebagai pelabuhan pariwisata internasional, mengharuskan Pelabuhan Benoa menambah fungsi-fungsi baru seperti: hotel resor, retail, komersial, dan hiburan. Isu yang paling menonjol dari perancangan pelabuhan pariwisata internasional di Pelabuhan Benoa ini adalah mengenai sense of place. Sense of place tidak hanya mengenai material bangunan atau langgam arsitektur tapi juga menyangkut kehidupan sosial-budaya masyarakat setempat. Pada perancangannya sense of place ini meliputi semua komponen perancangan kota, mulai dari tata guna lahan, tata bangunan, sampai aktivitas pendukung yang melibatkan masyarakat setempat. Sense of place tersebut akan dicapai dengan memadukan (simbiosis) antara kaidah-kaidah tata ruang tradisional Bali dengan teori rancang kota. Simbiosis antara tradisional dan modern tersebut akan saling melengkapi sehingga menghasilkan kawasan resor urban yang terintegrasi dan efisien sekaligus memiliki sense of place Bali yang kuat. Tesis ini membuktikan bahwa tata ruang tradisional Bali dapat diaplikasikan ke dalam kawasan pelabuhan yang merupakan kawasan urban yang berfungsi sebagai pelabuhan pariwisata internasional. Kata Kunci: Pelabuhan Pariwisata Internasional, Sense of Place, Tata Ruang Tradisional Bali, Teori Rancang Kota, Simbiosis.

Abstract

International Tourism Port

The growth of international traveling by cruise ship represents the

opportunity which must be called into service by Indonesian tourism. Bali which is represent the sojourn of international cruisers, until now Bali doesn’t have the appropriate supporting facilities. The Indonesian government later intends to make the Benoa Port as an international tourism port (turnaround cruise port). The policy of PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III, as the authority of Benoa Port, obliging that international tourism port must be operate without eliminating port existing activities, like container port, fish processing and channeling petroleum. Functional addition as international tourism port, considerate Port Benoa to add new function such as: hotel resort, retail, commercial, and entertainment amusement. Most uppermost issue from international tourism port scheme in Benoa Port is the sense of place. The sense of place does not only about building material or architecture style but also concerning local socio-cultural society life. The design scheme of this sense of place cover all urban design component, start from land use, mass and form of building, until supporting activity entangling local society. The sense of place will be reached by combining (symbiosis) between traditional space arrangements of Bali and the urban design theory. The symbiosis of the modern and traditional will equipping each other so that yield the efficient and integrated area urban resort at the same time own the strong Bali’s sense of place. This thesis proves that traditional space arrangements of Bali can be applied into a port area which is representing the urban area as an international tourism port. Keyword: International Tourism Port, Sense of Place, Traditional Space Arrangements of Bali, Urban Design Theory

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS

Tesis Program Magister (S-2) tidak dipublikasikan. Terdaftar dan tersedia

di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung serta terbuka untuk umum dengan

ketentuan bahwa hak cipta ada pada penulis. Referensi kepustakaan

diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau rangkuman hanya dapat dilakukan

dengan seizin penulis dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk

menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak serta menerbitkan sebagian atau seluruh tesis ini harus

seizin Direktur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung. Perpustakaan

yang meminjam tesis ini untuk keperluan anggotanya harus mengisi nama dan

tanda tangan peminjam serta tanggal peminjaman.

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, karena

dapat menyelesaikan tesis desain ini dengan baik. Penulisan tesis mengenai

Perancangan Pelabuhan Pariwisata Internasional di Pelabuhan Benoa Bali ini

diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan dan

pemahaman serta panduan dalam bidang perancangan kota.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini terwujud atas bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis desain ini. Dengan segala kerendahan

hati dan rasa hormat, Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

sebesar-besarnya kepada:

(1) M. Ridwan Kamil, ST. MUD., sebagai pembimbing pertama yang

dengan sabar, sangat banyak memberikan arahan, masukan, bimbingan serta

bantuan kepada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

(2) Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo, sebagai pembimbing kedua yang

telah memberikan arahan, masukan, bimbingan serta bantuan kepada Penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

(3) Ir. Denny Zulkaidi, MUP, sebagai dosen penguji yang telah memberikan

kritik dan saran serta masukan membangun yang sangat berarti untuk

penyempurnaan tesis ini.

(4) Ir. Budi Faisal, MAUD, MLA. sebagai dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran serta masukan yang membangun yang sangat

berarti untuk penyempurnaaan tesis ini.

(5) Ir. Prasetiyo E. Yassin, M.Arch., MAUD, sebagai dosen wali yang telah

memberikan arahan dan bimbingan selama Penulis melakukan studi.

(6) Mahasiswa Program Magister Rancang Kota Institut Teknologi Bandung

angkatan 2005: Dian Kusuma Wardhani, Fahdiana Yuniasih, Herajeng

Gustiayu, Risma Viantara, Sri Risnawati, Wati Masrul dan Tammi Lasmini

atas diskusi dan masukan serta kebersamaannya selama masa perkuliahan.

(6) Bapak Nyoman Nuarta dan seluruh karyawan Studio Nyoman Nuarta,

atas dukungannya selama Penulis mengikuti perkuliahan.

(7) Kedua orang tua tercinta, Bapak I Nyoman Gurit dan Ibu Ni Ketut

Sukarni, atas seluruh bantuan baik moril maupun materil, dorongan, doa,

cinta dan kasih sayang yang tulus selama ini.

(8) Haroko Hermawan Mariyono, ST. ME, atas persahabatan dan semua

bantuannya.

(9) Agus Cahya DHT, atas bantuannya pada detik-detik terakhir penulisan

tesis ini.

Dengan segala keterbatasan semoga tesis desain ini dapat bermanfaat bagi

dunia akademik, praktisi serta siapapun yang membacanya untuk memperkaya

wawasan dalam bidang perancangan kota. Penulis menyadari bahwa tesis desain

ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran serta masukan akan

Penulis terima dengan tangan terbuka.

Bandung, Nopember 2007

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK

ABSTRACT

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

Bab I. Pendahuluan 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 5

1.3. Permasalahan Perancangan 5

1.4. Lingkup Kajian dan Perancangan 5

1.4.1. Lingkup Kajian 5

1.4.2. Lingkup Perancangan 6

1.4.3. Batasan Objek Perancangan 7

1.5. Metodologi Perancangan 8

1.5.1. Metoda Pembahasan 8

1.5.2. Pendekatan Perancangan 8

1.5.3. Kerangka Pemikiran 9

1.6. Sistematika Pembahasan 10

Bab II. Sense of Place yang Berciri Bali pada Pelabuhan Pariwisata Internasional 12

2.1. Sense of Place yang Berciri Bali 12

2.1.1. Sense of Place 12

2.1.2. Kaidah Tata Ruang Tradisional Bali 15

2.1.3. Simbiosis Tata Ruang Tradisional Bali dengan Teori Rancang Kota 26

2.2. Pelabuhan Pariwisata Internasional 33

2.2.1. Interpretasi Kasus 33

2.2.2. Tipologi Pelabuhan Pariwisata 35

2.2.3. Kegiatan pada Cruise Port 36

2.2.4. Pariwisata Kapal Pesiar 40

2.2.5. Pengembangan Kawasan Tepi Air 41

2.3. Kajian Kasus 46

2.3.1. Darling Harbour, Sydney 46

2.3.2. San Francisco Waterfront 49

2.3.3. Yokohama Ferry Terminal 51

2.3.4. Sky City, Hongkong Internasional Airport 52

2.3.5. Temuan Kajian Kasus 54

2.4. Prinsip Perancangan Normatif 56

Bab III. Tinjauan Umum Dan Analisis Pelabuhan Benoa 59

3.1. Tinjauan Umum Kawasan Teluk Benoa (Lingkup Makro) 59

3.1.1. Kondisi Fisik 60

3.1.2. Ekosistem 62

3.1.3. Jumlah dan Perkembangan Penduduk 62

3.1.4. Kondisi Sistem Transportasi 62

3.1.5. Kebijakan Pembangunan Terkait 63

3.2. Tinjauan Umum Pelabuhan Benoa (Lingkup Mezo) 67

3.2.1. Kebijakan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesai III 68

3.2.2. Pemanfaatan dan Kondisi Lahan 69

3.2.3. Aksesibilitas dan Sirkulasi Kendaraan 73

3.2.4. Infrastruktur Pelabuhan 75

3.3. Tinjauan Area Perancangan (Lingkup Mikro) 77

3.4. Analisis Perancangan 79

3.4.1. Analisis SWOT 79

3.4.2. Analisis Tapak 81

3.4.3. Analisi Pengembangan Fungsi Prospektif 96

3.4.4. Analisis Kaidah Tata Ruang Tradisional Bali 97

3.5. Kesimpulan Analisis 99

Bab IV. Simulasi Perancangan Pelabuhan Pariwisata 104

4.1. Asumsi dan Skenario 104

4.2. Strategi Pengembangan 105

4.3. Prinsip Perancangan 109

4.3.1. Prinsip Perancangan Tapak Lingkup Mezo 111

4.3.2. Prinsip Perancangan Tapak Lingkup Mikro 114

4.4. Konsep Perancangan 116

4.4.1. Konsep Tata Ruang Tradisional Bali 116

4.4.2. Konsep Perancangan Tapak 121

4.4.3. Konsep Elemen Pendukung Perancangan 146

4.4.4. Konsep Pelayanan Utilitas 149

4.5. Gambar-gambar Perancangan 150

Bab V. Kesimpulan 162

DAFTAR PUSTAKA 166

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Lingkup makro kajian yaitu Kawasan Teluk Benoa yang strategis 2

Gambar 1.2. Batas area perancangan 7Gambar 1.3. Langkah-langkah metoda synoptic 8Gambar 1.4. Bagan kerangka pemikiran 10Gambar 2.1. Konsep tata ruang antar desa 15

Gambar 2.2. Tiga pola tipikal desa di Pulau Bali 17

Gambar 2.3. Sanga Mandala pada tipikal rumah adat Bali 18Gambar 2.4. Konsep Gunung – Segara (laut) 22Gambar 2.5. Perpaduan konsep Pempatan Agung dengan Sanga

Mandala 24Gambar 2.6. Diagram konsep Karang Bengang 25

Gambar 2.7. Queen Elizabeth II Cruise Terminal - Berth 38/39, Southampton Inggris 35

Gambar 2.8. Layout tipikal pelabuhan kapal pesiar 36

Gambar 2.9. Pola pergerakan penumpang saat kedatangan pada terminal penumpang 37

Gambar 2.10. Pola pergerakan penumpang saat kekeberangkatan pada terminal penumpang 37

Gambar 2.11. Potongan tipikal pelabuhan kapal pesiar 38

Gambar 2.12. Kapal Pesiar yang sedang berlabuh di Yokohama Ferry Terminal 39

Gambar 2.13. Darling Harbour yang menjadi katalis bagi perkembangan kawasan disekitarnya 45

Gambar 2.14. Peta Darling Harbour 46

Gambar 2.15. Salah satu tenant pada Darling Harbour yang menghadap perairan pelabuhan 47

Gambar 2.16. Garis pantai San Francisco merupakan water front promenade yang menerus 48

Gambar 2.17. Jembatan Golden Gate dikejauhan dan terminal penumpang kapal pesiar 48

Gambar 2.18. Transpotasi publik yang baik mengurangi pengunaan kendaraan bermotor 49

Gambar 2.19. Stadion olah raga yang merupakan core utama kawasan sebagai tempat rekreasi 49

Gambar 2.20. Bangunan tunggal terminal yang menyatu dengan lanskap kota 50

Gambar 2.21. Bagian atap terminal yang berfungsi sebagai waving gallery 51

Gambar 2.22. SkyCity, Hong Kong International Airport 52

Gambar 2.23. Pertemuan transportasi darat, laut dan udara 53

Gambar 3.1. Lokasi Pelabuhan Benoa terhadap Pulau Bali 59

Gambar 3.2. Kondisi fisik kawasan Teluk Benoa 60

Gambar 3.3. Rencana pengembangan pada kawasan Teluk Benoa 67

Gambar 3.4. Foto udara Pelabuhan Benoa tahun 2006 68

Gambar 3.5. Tata guna lahan eksisting 70

Gambar 3.6. Mercusuar pada Pelabuhan Benoa 71

Gambar 3.7. Kapal ikan yang menurunkan tangkapan ikan tuna 71

Gambar 3.8. Kapal ikan yang sedang berlabuh 72

Gambar 3.9. Yatch pada marina 72

Gambar 3.10 Perkantoran pada Pelabuhan Benoa 73

Gambar 3.11. Pintu masuk area terminal penumpang dan lapangan petikemas 73

Gambar 3.12. Pola sirkulasi kendaraan dan parkir eksisting 74

Gambar 3.13. Demaga pada Pelabuhan Benoa 75

Gambar 3.14. Kapal ferry yang sedang berlabuh pada dermaga timur 76

Gambar 3.15. Suasana dermaga selatan dengan gudang yang menghadap ke dermaga 76

Gambar 3.16. Pelabuhan ikan yang bersebelahan dengan pengolahan ikan 77

Gambar 3.17. Area perancangan memiliki kondisi jalan baik dan sebagain besar lahan kosong 77

Gambar 3.18. Area perancangan pada Pelabuhan Benoa 78

Gambar 3.19. Terminal penumpang dengan lanskap yang tidak terawat 78

Gambar 3.20. Area perkantoran yang belum dimanfaatkan dengan baik 79

Gambar 3.21. Marina yang menghalangi akses publik ke badan air 79

Gambar 3.22. Analisis kawasan disekitar Pelabuhan Benoa 81

Gambar 3.23. Pintu gerbang kawasan Pelabuhan Benoa 82

Gambar 3.24. Pandangan ke arah jembatan yang menghubungkan Pulau Serangan dengan Pulau Bali 82

Gambar 3.25. Pandangan ke arah Pulau Serangan 83

Gambar 3.26. Pandangan ke arah mulut Teluk Benoa, lokasi rencana jembatan penghubung Pulau Serangan dengan Tanjung Benoa 83

Gambar 3.27. Pandangan ke arah Tanjung Benoa 83

Gambar 3.28. Pandangan ke arah tengah Teluk Benoa, dengan kawasan Bukit dikejauhan 83

Gambar 3.29. Pandangan ke arah barat Teluk Benoa, dengan kegiatan pelabuhan ikan dan skyline hijau dikejauhan 84

Gambar 3.30. Pandangan kerah hutan bakau disebelah barat laut pelabuhan, lokasi rencana jalan penghubung Pelabuhan Benoa dengan Airport Ngurah Rai. 84

Gambar 3.31. Analisis Tata Guna Lahan 85

Gambar 3.32. Ruang-ruang peralihan yang tidak ditata memberi kesan ditinggalkan 86

Gambar 3.33. Kantor Satuan Polisi Air Pelabuhan Benoa 86

Gambar 3.34. Pergudangan pada dermaga selatan 87

Gambar 3.35. Pergudangan pada zona perikanan 87

Gambar 3.36. Penyimpanan BBM milik Petamina 88

Gambar 3.37. Terminal penumpang domestik dengan atap bergaya arsitektur tradisional 88

Gambar 3.38. Bangunan semi permanen pada zona marina 89

Gambar 3.39. Parkir truk-truk pengangkut petikemas dan olahan ikan 89

Gambar 3.40. Analisis sirkulasi kendaraan dan potensi konflik pada kawasan 90

Gambar 3.41. Lahan parkir pada terminal penumpang 90

Gambar 3.42. Kendaraan pengangkut ikan ke pengolahan 91

Gambar 3.43. Trotoar pada terminal penumpang 91

Gambar 3.44. Analisis sirkulasi pejalan kaki dan potensinya pada kawasan 92

Gambar 3.45. Area parkir dan jalur pedestrian yang tidak terkoordinasi. 92

Gambar 3.46. Analisis titik transit dengan waktu tempuh 5 menit berjalan kaki 93

Gambar 3.47. Lahan kosong yang belum dimanfaatkan 94

Gambar 3.48. Ruang terbuka hijau pada area boulevard. 94

Gambar 3.49. Kapal pengangkut petikemas yang sedang menaikkan muatannya 95

Gambar 3.50. Analisis view dan kebisingan pada pelabuhan 95 Gambar 3.51. Pempatan agung dan orientasi pada kawasan Pelabuhan

Benoa 98Gambar 3.52. Penerapan konsep sanga mandala dan analogi gunung

segara (laut) 98

Gambar 4.1. Analogi Pulau Bali pada Pelabuhan Benoa 110

Gambar 4.2. Arah orientasi dan analogi gunung – laut pada kawasan Pelabuhan Benoa 117

Gambar 4.3. Analogi gunung – laut diwujudkan pada hirarki massa 118

Gambar 4.4. Konsep Sanga Mandal pada Pelabuhan Benoa 119

Gambar 4.5. Penyesuaian konsep Sanga Mandal pada fungsi Pelabuhan Benoa 120

Gambar 4.6. Pempatan Agung menghubungkan sisi timur dan barat pelabuhan 121

Gambar 4.7. Konsep Gunung – Segara (laut) dan hirarki tata ruang tri mandala 122

Gambar 4.8. Konsep Pempatan Agung pada area perancangan 122

Gambar 4.9. Reklamasi tambahan untuk fungsi marina dan aquarium 123

Gambar 4.10. Pembagian kawasan Pelabuhan Benoa dengan konsep Sanga Mandala 124

Gambar 4.11. Usulan tata guna lahan pada kawasan Pelabuhan Benoa 125

Gambar 4.12. Pembagian Blok pada area perancangan 126

Gambar 4.13. Prosentase berbagai fungsi pada area perancangan 128

Gambar 4.14. Skyline melintang menunjukkan hirarki tata bangunan yang semakin rendah ke arah badan air 129

Gambar 4.15. Konsep Natah dan orientasi fasade bangunan 129

Gambar 4.16. Tata massa yang membentuk natah (ruang positif) Konsep tata masa yang dinamis 130

Gambar 4.17. Skyline memanjang pada area perancangan 131

Gambar 4.18. Sinergi konsep Triangga dengan fungsi campuran pada bangunan 131

Gambar 4.19. Sense of arrival dan tata massa yang membentuk vista 132

Gambar 4.20. Tiga core utama pada area perancangan 133

Gambar 4.21. Rencana jalan eksisting dan baru pada kawasan pelabuhan 134

Gambar 4.22. Pemisahan transportasi pengunjung dengan petikemas 135

Gambar 4.23. Pola sirkulasi kendaraan dan parkir pada kawasan pelabuhan 136

Gambar 4.24. Pola sirkulasi kendaraan dan parkir pada area perancangan 137

Gambar 4.25. Parkir pada podium dengan natah diatasnya 138

Gambar 4.26. Parkir pada basement dengan natah diatasnya 138

Gambar 4.27. Jalur pejalan kaki yang menerus menghubungkan berbagai pusat aktivitas 139

Gambar 4.28. Waterfront promenade menerus, menghubungkan berbagai area pada pelabuhan 140

Gambar 4.29. Tiga core yang membangkitkan pergerakan pengunjung 141

Gambar 4.30. Jalur pejalan kaki dan arcade pada area perancangan 142

Gambar 4.31. Jaringan ruang terbuka hijau sebagai penghubung fungsi-fungsi yang berbeda 143

Gambar 4.32. Perpaduan ruang terbuka hijau dengan waterscape 144

Gambar 4.33. Aktivitas pendukung diantara ketiga core utama 146

Gambar 4.34. Waterscape dengan dasar bergelombang 147

Gambar 4.35. Tepi pelabuhan eksisting 147

Gambar 4.36. Tepi pelabuhan yang dilengkapi dengan jetty atau ponton 147

Gambar 4.37. Konsep jaringan utilitas pada kawasan pelabuhan 149

Gambar 4.38. Bentuk melengkung pada marina menambah kesan dinamis kawasan 150

Gambar 4.39. Tiga core utama memberi karakter yang kuat pada pelabuhan 150

Gambar 4.40. Site plan kawasan Pelabuhan Benoa (lingkup mezo) 151

Gambar 4.41. Site plan area perancangan (lingkup mikro) 152

Gambar 4.42. Potongan koridor jalan, dengan aktivitas penunjang pada kanan kiri jalan 153

Gambar 4.43. Jalan yang memiliki dua jalur dengan lebar 10 meter 153

Gambar 4.44. Set-back bangunan untuk parkir dan mengurangi dampak kebisingan jalan 154

Gambar 4.45. Potongan koridor pedestrian mall dengan arkade dan aktivitas penunjang 154

Gambar 4.46. Pintu masuk area perancangan didesain lebih formal terlihat pada median jalannya 154

Gambar 4.47. Terminal penumpang yang bersebelahan dengan dermaga kapal pesiar, menjadi titik tolak perancangan. 155

Gambar 4.48. Titik transit pada terminal penumpang melayani bus-bus dengan sistem kiss and ride 155

Gambar 4.49. Korodor jalan dibentuk oleh tata bangunan yang memiliki vista berupa aquarium di kejauhan 156

Gambar 4.50. Rangkaian jetty pada marina yang menyambut kedatangan kapal pesiar 156

Gambar 4.51. Ruang terbuka positif (natah) yang menjadi tempat berinteraksi antara pengunjung dan masyarakt setempat. 157

Gambar 4.52. Hirarki tata massa dan lanskap yang alami memberi nuansa santai, seperti yang diinginkan oleh para wisatawan 157

Gambar 4.53. Proses pencapaian ke badan air dengan terlebih dahulu memperkenalkan pada pengunjung tepi air dari kolam penampung air hujan

158

Gambar 4.54. Bangunan aquarium yang merupakan landmark kawasan terletak pada lahan reklamasi, yang juga dimanfaatkan sebagai tempat pemancingan ikan (fisherman wharf) bagi pengunjung yang memiliki hobi memancing 158

Gambar 4.55. Suasana Pempatan Agung yang merupakan pertemuan aksis-aksis utama area perancangan 159

Gambar 4.56. Kolam penampungan air hujan pada koridor utama yang menghubungkan terminal penumpang dengan hotel resor 159

Gambar 4.57. Perkir pada terminal penumpang yang menyatu dengan lanskap dan bagian dari jaringan ruang terbuka hijau 160

Gambar 4.58. Hotel resor yang menyambut kedatangan calon penumpang kapal pesiar yang datang dari arah bandar udara Ngurah Rai 160

Gambar 4.59. Aktivitas penunjang berupa outdoor cafe merupakan tempat yang nyaman bagi pengunjung untuk menikmati aktivitas yang terjadi pada badan air 161

Gambar 4.60. Atap bangunan terminal penumpang merupakan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai waving gallery sekaligus tempat untuk menikmati pemandangan Teluk Benoa 161

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komponen perencanaan lingkungan yang berpengaruh di Bali 14

Tabel 2.2. Dualisme antara desa adat dan desa dinas 20Tabel 2.3. Konsepsi Tri Loka dan Tri Angga dalam manifestasi

fisiknya 23 Tabel 2.4. Simbiosis antara kaidah-kaidah tata ruang tradisional

Bali dengan konsep rancang kota 32Tabel 2.5. Temuan kajian kasus berdasarkan komponen

perancangan 54Tabel 3.1. Analisis SWOT Kawasan Pelabuhan Benoa 80

Tabel 4.1. Luasan blok dan lantai pada area perancangan 127Tabel 4.2. Kebutuhan parkir untuk masing-masing fungsi 137