pegadaian dan sistem gadai di indonesia

23
Bab I Pendahuluan 1.1 Pengertian Gadai dan Pegadaian 1. Makna gadai secara etimologi / bahasa adalah “tertahan” sebagai mana dalam satu ayat al-Qur’an , “Tiap-tiap jiwa tertahan (untuk mempertanggungjawabkan) atas apa yang telah diperbuatnya (QS. Al-Muddatstsir [74]: 38) Atau bermakna “diam tidak bergerak”, sebagaimana dikatakan para ahli fiqh: “Haram bagai seseorang kencing di air yang rahin, yaitu air yang tidak bergerak” Makna gadai menurut istilah ahli fiqh adalah “barang yang dijadikan sebagai jaminan hutang apabila tidak dapat melunasinya”. (Lihat Fathul Bari 5/173, al-Mughni 6/443, Aunul Ma;bud 9-10 / 319). 2. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor (si berpiutang) atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur (si berutang), atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada kreditor itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada kreditur-kreditur lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan. 1 3. Perusahaan Umum Pegadaian Perusahaan umum pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti yang dimaksud dalam kitab Undang- Undang Hukum Perdata pasal 1150 di atas. 4. Pegadaian adalah sebuah BUMN di Indonesia yang usaha intinya adalah bidang jasa penyaluran kredit kepada masyarakat atas 1 Sumber hukum Pasal 1150 s.d. Pasal 1160 Kitab undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata). 1

Upload: cempzz-dpowpow

Post on 21-Jun-2015

7.344 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

Bab I

Pendahuluan

1.1 Pengertian Gadai dan Pegadaian

1. Makna gadai secara etimologi / bahasa adalah “tertahan” sebagai mana dalam satu

ayat al-Qur’an , “Tiap-tiap jiwa tertahan (untuk mempertanggungjawabkan) atas apa

yang telah diperbuatnya (QS. Al-Muddatstsir [74]: 38) Atau bermakna “diam tidak

bergerak”, sebagaimana dikatakan para ahli fiqh: “Haram bagai seseorang kencing di

air yang rahin, yaitu air yang tidak bergerak” Makna gadai menurut istilah ahli fiqh

adalah “barang yang dijadikan sebagai jaminan hutang apabila tidak dapat

melunasinya”. (Lihat Fathul Bari 5/173, al-Mughni 6/443, Aunul Ma;bud 9-10 / 319).

2. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor (si berpiutang) atas suatu barang

bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur (si berutang), atau oleh seorang

lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada kreditor itu untuk

mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada kreditur-

kreditur lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya

yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-

biaya mana harus didahulukan.1

3. Perusahaan Umum Pegadaian Perusahaan umum pegadaian adalah satu-satunya

badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan

kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke

masyarakat atas dasar hukum gadai seperti yang dimaksud dalam kitab Undang-

Undang Hukum Perdata pasal 1150 di atas.

4. Pegadaian adalah sebuah BUMN di Indonesia yang usaha intinya adalah bidang jasa

penyaluran kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai. Jajaran direksi

Pegadaian saat ini adalah Direktur Utama Chandra Purnama, Direktur Keuangan

Budiyanto, Direktur Pengembangan Usaha Wasis Djuhar, Direktur Operasi Moch. Edy

Prayitno, dan Direktur Umum dan SDM Sumanto Hadi.

1.2 Tentang Pegadaian Di Indonesia

Kegiatan pinjam meminjam berupa uang telah lama beredar dan dikenal oleh

masyarakat Indonesia. Sebelum lembaga Pegadaian dikenal kebanyakan masyarakat yang

memerlukan pinjaman uang mendatangi lintah darat/rentenir dengan memberikan jaminan

yang mereka miliki serta membayar bunga melampaui batas kewajaran dan mencekik leher.

Sehingga tujuan mereka yang utama untuk mengatasi masalah keuangan yang sedang

1 Sumber hukum Pasal 1150 s.d. Pasal 1160 Kitab undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

1

Page 2: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

dihadapi telah meniadi masalah baru karena disamping membayar uang pokok pinjaman

mereka diwajibkan membayar bunga uang yang sangat tinggi. Dalam mengatasi masalah

peminjaman uang ini maka pemerintah membentuk lembaga keuangan perbankan.

Sejarah pegadaian penuh warna. Berawal dari Bank Van Leening yang didirikan VOC

pada tanggal 20 Agustus 1746 di Batavia. Voc dibubarkan bersama Bank Van Leening,

kemudian dibentuk pegadaian yang dikelola swasta. Karena aktivitasnya malah

menyusahkan rakyat maka pegadaian diambil alih kembali sebagai monopoli pemerintah

untuk membantu kehidupan buruh tani dan nelayan kecil. Lalu berdasarkan Staatblad 1901

No. 131 tanggal 12 Maret 1901, didirikan pegadaian milik pemerintah yang pertama di

Sukabumi. Dalam perjalanannya, pegadaian beberapa kali mengalami perubahan bentuk.

Dengan Staatblad 1930 No. 266, lembaga ini berubah menjadi jawatan pegadaian berstatus

lembaga resmi pemerintah. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 178 tahun

1961, bentuk lembaga diubah lagi menjadi Perusahaan Jawatan ( Perjan ) Pegadaian melalui

Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 11 Maret 1969. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

No.10 tahun 1990, Perjan Pegadaian diubah menjadi perusahaan umum Pegadaian, dengan

status PERUM Pegadaian diharapkan mampu megelola usahanya secara profesional,

berwawasan bisnis oriental tanpa meninggalkan misinya yaitu pertama turut melaksanakan

dan menunjang pelaksanaan dan kebijaksanaan dan program pemeritah dibidang ekonomi

dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar

hukum gadai, kedua mencegah timbulnya praktek ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman

tidak wajar lainnya. Tujuan Perum Pegadaian kembali dipertegas dalam Peraturan

Pemerintah RI No. 103 Tahun 2001. Yakni, meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

terutama golongan menengah kebawah, melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai.

Juga menjadi penyedia jasa di bidang keuangan lainnya, berdasarkan ketentuan perundang –

undangan yang berlaku, serta menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan

pinjaman tidak wajar lainnya.

1.3 Bentuk Hukum Pegadaian

Perjanjian gadai itu dibenarkan oleh Islam, berdasarkan Al-Qur’an dalam surat Al-

Baqarah ayat 283, Artinya : “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara

tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang

tanggungan yang dipegang (oleh penggadai). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai

sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya)

dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan ijma ulama atas hukum pegadaian

ialah mubah (boleh) perjanjian gadai. Perjanjian mereka sedikit berbeda pendapat tentang :

“apakah gadai itu hanya dibolehkan dalam keadaan berpergian saja, atau bisa dilakukan

2

Page 3: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

dimana saja dan kapan saja?” madzhab Dzahiri, Mujahid dan Al-Dhahak hanya boleh gadai

pada berpergian saja, berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 283 diatas, sedangkan jumhur

(kebanyakan ulama) membolehkan gadai pada waktu berpergian dan juga berada ditempat

tinggalnya. Berdasarkan praktek Nabi sendiri yang melakukan gadai pada waktu nabi berada

di Madinah, sedangkan ayat yang mengaitkan gadai dengan berpergian itu tidak

dimaksudkan sebagai syarat sahnya gadai, melainkan hanya menunjukkan bahwa gadai itu

pada umumnya dilakukan pada waktu sedang berpergian (pada waktu itu)

Pegadaian sebagai BUMN berbentuk Perusahaan Umum (PERUM) mempunyai

kedudukan strategis dalam membangun perekonomian masyarakat kecil/menengah, yaitu

membantu Pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil/menengah melalui jasa

penyaluran kredit atas dasar hukum gadai dan usaha lain yang menguntungkan (pasal 7

P.P.103/2000) hal ini sebagai pelaksanaan dari ketentuan pasal 36 U.U.No.19/2003 tentang

BUMN bahwa maksud dan tujuan PERUM adalah "Menyelenggarakan usaha yang bertujuan

untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan jasa barangdan/atau jasa yang berkuallitas

dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan

yang sehat" .

Tertera juga seperti pada penjelasan di atas PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 178 TAHUN 1961 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA

PEGADAIAN2

1.4 Pegadaian Syariah

Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal

kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi yang

harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga

terbitnya PP103/2000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian

sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa

MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep syariah

meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan

itu. Berkat Rahmat Alloh SWT dan setelah melalui kajian panjang, akhirnya disusunlah suatu

konsep pendirian unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi

khusus yang menangani kegiatan usaha syariah.

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern yaitu

azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam. Fungsi

operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang Pegadaian

Syariah/ Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi di bawah binaan

2 Lihat Materi Tentang Pegadaian di Indonesia

3

Page 4: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan unit bisnis mandiri yang secara

struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai konvensional. Pegadaian Syariah

pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang

Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003. Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya,

Makasar, Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September

2003. Masih di tahun yang sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi

menjadi Pegadaian Syariah. Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka

landasan konsep pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber

dari Al Quran dan Hadist Nabi SAW. Adapun landasan konsep yang dipakai adalah :

1. Quran Surat Al Baqarah 283 :

“ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu

tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang

dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai

sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya

(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu

(para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang

menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

2. Hadist :

Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda : Rasulullah membeli makanan dari seorang

yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi. HR Bukhari dan Muslim

3. Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda : Tidak terlepas kepemilikan barang gadai

dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung

risikonya. HR Asy’Syafii, al Daraquthni dan Ibnu Majah

4. Nabi Bersabda : Tunggangan ( kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan

menanggung biayanya dan bintanag ternak yang digadaikan dapat diperah susunya

dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan kendaraan dan memerah

susu wajib menyediakan biaya perawatan dan pemeliharaan. HR Jamaah, kecuali

Muslim dan An Nasai

5. Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Apabila ada ternak digadaikan, maka

punggungnya boleh dinaiki ( oleh yang menerima gadai), karena ia telah

mengeluarkan biaya ( menjaga)nya. Apabila ternak itu digadaikan, maka air susunya

yang deras boleh diminum (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah

mengeluarkan biaya (menjaga)nya. Kepada orang yang naik dan minum, maka ia

harus mengeluarkan biaya (perawatan)nya. HR Jemaah kecuali Muslim dan Nasai-

Bukhar

4

Page 5: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

Bab II

Pembahasan

2.1 Tujuan Pegadaian :

Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program

pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui

penyaluran pinjaman uang pinjaman atas dasar hukum gadai.

Pencegahan praktek ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.

2.2 Manfaat Pegadaian :

Bagi Nasabah

Prosedur yang relatif lebih sederhana dan dalam waktu yang lebih cepat terutama

apabila dibandingkan dengan kredit perbankan.

Disamping itu, mengingat jasa-jasa yang ditawarkan perum pegadaian maka manfat lain

yang dapat diperoleh nasabah adalah:

- Penaksiran nilai suatu barang bergerak dari suatu institusi yang telah

berpengalaman dan dapat dipercaya.

- Penitipan suatun barang bergerak pada tempat yang aman dan dapat dipercaya.

Bagi Perum Pegadaian

- Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam dana.

- Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah yang

memperoleh jasa tertentu dari perum pegadaian

- Pelaksanaan misi perum pegadaian sebagai suatu badan usaha milik negara yang

bergerak dalam bidang pembiayaan berupa pemberian bantuan kepada masyarakat

yang memerlukan dana dengan prosedur dan cara yang relatif sederhana.

2.3 Kegiatan Usaha

Penghimpunan dana

- Pinjaman jangka pendek dari perbankan

- Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya (utang kepada rekanan, utang kepada

nasabah, utang pajak, dan biaya yang masih harus dibayar, pendapatan diterima di

muka, dll)

- Penerbitan obligasi.

Perum pegadaian sudah 2 kali menerbitkan obligasi, yang jangka waktunya masing-

masing 5 tahun. Tahun 1993 → rp. 25 milyar, tahun 1994 → rp. 25 milyar.

- Modal sendiri

Modal awal → kekayaan negara di luar apbn sebesar rp. 205 milyar

Penyertaan modal pemerintah

5

Page 6: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

Barang Jaminan

Uang Pinjaman

NASABAH

PETUGASPENAKSIR

KASIR

Penetapan uang Pinjaman:84 % - 89 % x Nilai Taksir

Laba ditahan.

Penggunaan dana

- Uang kas dan dana likuid lain

→ untuk kewajiban yang jatuh tempo, penyaluran dana, biaya operasional,

pembayaran pajak.

- Pembelian dan pengadaan berbagai macam bentuk aktiva tetap dan inventaris

→ Tanah, bangunan, kendaraan, meubel. Dll

- Pendanaan kegiatan operasional

→ Gaji pegawai, honor, perawatan peralatan.

- Penyaluran dana

→ Lebih dari 50 % dana yang dihimpun oleh perum pegadaian tertanam dalam aktiva

ini, karena ini merupakan kegiatan utama untuk memperoleh pendapatan, disamping

sumber-sumber lainnya ( surat berharga dan lelang)

- Investasi lain.

Kelebihan dana (idle fund) ini dapat digunakan untuk investasi jangka pendek dan

jangka menengah. Ex: investasi di bidang properti

2.4 Produk dan Jasa Perum Pegadaian

a. Pemberian Pinjaman Atas Dasar Hukum Gadai

Yaitu mengsyaratkan pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang bergerak oleh

penerima pinjaman. Sehingga nilai pinjaman yang diberikan dipengaruhi oleh nilai barang

bergerak yang akan digadaikan.

Prosedur Pemberian Dan Pelunasan Pinjaman

Pengajuan pinjaman/kredit

- Calon nasabah datang langsung ke loket penaksir dan menyerahkan barang yang

akan dijaminkan dengan menunjukkan KTP atau surat kuasa apabila pemilik barang

tidak bisa datang sendiri.

- Barang jaminan tersebut diteliti kualitasnya untuk menaksir dan menetapkan harganya,

dan dapat ditentukan besarnya pinjaman yang dapat diterima nasabah.

Barang yang dapat digadaikan: perhiasan, kendaraan, barang elektronik, barang

rumah tangga, mesin-mesin, tekstil, barang-barang yang dianggap bernilai oleh perum

pegadaian.

- Selanjutnya, pembayaran uang pinjaman dilakukan oleh kasir tanpa ada potongan

biaya apapun kecuali potongan premi asuransi.

6

Page 7: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

Pelunasan Pinjaman

- Uang pinjaman dapat dilunasi setiap saat tanpa harus menunggu selesainya jangka

waktu

- Nasabah membayar kembali pinjaman + sewa modal (bunga) langsung kepada kasir

disertai bukti surat gadai

- Barang dikeluarkan oleh petugas penyimpanan barang jaminan.

- Barang yang digadaikan dikembalikan kepada nasabah.

b. Penaksiran Nilai Barang

Barang-barang yang akan ditaksir pada dasarnya meliputi semua barang semua barang

bergerak yang bisa digadaikan , terutama emas, berlian, dan intan. Atas jasa pegadaian

ini perum pegadaian memperoleh penerimaan dari pemilik barang berupa ongkos

penaksiran.

c. Penitipan Barang

Perum pegadaian dapat melakukan jasa tersenut karena perum pegadaian mempunyai

tempat yang memadai. Masyarakat biasanya menitipkan barang di pegadaian pada

dasarnya karena alasan keamanan penyimpanan, terutama bagi masyarakat yang akan

meninggalkan rumahnya untuk jangka waktu yang lama. Nasabah dikenakan ongkos

penitipan.

d. Jasa lain

Perum pegadaian dapat juga menawarkan jasa-jasa lain seperti kredit pada pegawai,

tempat penjualan emas, dll.

2.5 Pelelangan

Pelelangan dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut:

a. Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak bisa menebus barang

yang digadaikan dan membayar kewajiban lainnya karena berbagai alasan.

b. Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak memperpanjang batas

waktu pinjamannya karena berbagai alasan.

Hasil pelelangan akan digunakan untuk melunasi seluruh kewajiban nasabah kepada perum

pegadaian yang terdiri dari:

Pokok pinjaman

Sewa modal atau bunga

Biaya lelang

Tidak Laku/lebih rendah dari taksiran dibeli pemerintah, kerugian ditanggung perum

pegadaian.

7

Page 8: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

2.6 Lain-lain Tentang Sistem Pegadaian Di Indonesia

Unsur-unsur :

1. gadai diberikan hanya atas benda bergerak;

2. jaminan gadai harus dikeluarkan dari penguasaan Pemberi Gadai (Debitor), adanya

penyerahan benda gadai secara fisik (lavering);

3. gadai memberikan hak kepada kreditor untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu

atas piutang kreditur (droit de preference);

4. gadai memberikan kewenangan kepada kreditor untuk mengambil sendiri pelunasan

secara mendahului.

Sifat :

1. Gadai merupakan perjanjian yang bersifat assesoir (tambahan) terhadap perikatan

pokok, yang tanpa adanya keberadaan dari utang pokok, maka hak atas benda yang

digadaikan tidak pernah ada. Gadai diberikan setelah adanya perjanjian pokok;

2. Bersifat memaksa, berkaitan dengan adanya penyerahan secara fisik benda gadai dari

Debitur/Pemberi Gadai kepada Kreditur/Penerima Gadai;

3. Dapat beralih atau dipindahkan, benda gadai dapat dialihkan atau dipindahkan oleh

Penerima Gadai kepada Kreditur lain namun dengan persetujuan dari Pemberi Gadai;

4. Bersifat individualiteit, sesuai Pasal 1160 KUH Perdata, bahwa benda gadai melekat

secara utuh pada utangnya meskipun karena meninggalnya debitur atau kreditur

diwariskan secara terbagi-bagi, namun hak gadai atas benda yang digadaikan tidak

dapat hapus dengan begitu saja hingga seluruh utang telah dilunasi;

5. Bersifat menyeluruh (totaliteit), berarti hak kebendaan atas gadai mengikuti segala

ikutannya yang melekat dan menjadi satu kesatuan dengan benda terhadap mana hak

kebendaan diberikan;

6. Tidak dapat dipisah-pisahkan (Onsplitsbaarheid), berarti pemberian gadai hanya dapat

diberikan untuk keseluruhan benda yang dijadikan jaminan dan tidak mungkin hanya

sebagian saja;

7. Mengikuti bendanya (Droit de suite), pemegang hak gadai dilindungi hak

kebendaannya, ke tangan siapapun kebendaan yang dimiliki dengan hak kebendaan

tersebut beralih, pemilik berhak untuk menuntut kembali dengan atau tanpa disertai

ganti rugi;

8. Bersifat mendahulu (droit de preference), bahwa Penerima Gadai mempunyai hak

yang didahulukan terhadap kreditur lainnya untuk mengambil pelunasan piutangnya

atas hasil eksekusi benda gadai;

9. Sebagai Jura in re Aliena (yang terbatas), gadai hanya semata-mata ditujukan bagi

pelunasan utang. Gadai tidaklah memberikan hak kepada Pemegang Gadai/Penerima

8

Page 9: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

Gadai untuk memanfaatkan benda yang digadaikan, terlebih lagi mengalihkan atau

memindahkan penguasaan atas benda yang digadaikan tanpa izin dari Pemberi

Gadai.

Subyek :

1. Dari segi individu (person), yang menjadi subyek gadai adalah setiap orang

sebagaimana dimaksud Pasal 1329 KUH Perdata;

2. Para Pihak, yang menjadi subyek gadai adalah :

a.Pemberi Gadai atau Debitur;

b.Penerima Gadai atau Kreditur;

c.Pihak Ketiga yaitu orang yang disetujui oleh Pemberi Gadai dan Penerima

Gadai untuk memegang benda gadai sehingga disebut Pemegang Gadai.

Objek :

Benda bergerak baik bertubuh maupun tidak bertubuh. Barang Yang Boleh Digadaikan.

1. Emas.

Emas tersebut ditaksirkan berdasarkan karatase emas tersebut.

2. Barang elektronik.

Barang elektronik ditaksir berdasarkan kualitas barang elektronik tersebut.

3. Kendaraan bermotor dan mobil.

Kendaraan bermotor dan mobil ditaksir berdasarkan kualitas barang

tersebut. Untuk persyaratan menggadaikan kendaraan bermotor dan mobil

adalah BPKB, STNK, Fotocopy KTP.

Barang yang tidak boleh digadaikan.

1. Bahan pakaian, kain dan pakaian.

2. Peralatan rumah tangga misalnya panci, kompor, wajan dan lain – lain. Bahan

pakaian, kain dan pakaian dan peralatan rumah tangga boleh digadaikan hanya

dicabang pegadaian di daerah – daerah pedesaan .

Pembebanan Benda Jaminan :

1) Benda gadai tidak dapat dibebankan berkali-kali kepada kreditur yang berbeda;

2) Tidak ada aturan untuk mendaftarkan benda jaminan yang menjadi obyek gadai.

Kedudukan Benda Jaminan :

Benda jaminan secara fisik berada di bawah penguasaan Kreditur/Penerima Gadai atau

pihak ketiga yang telah disetujui kedua belah pihak.

Kewajiban dan Tanggung Jawab :

1) Penerima Gadai/Kreditur :

a. bertanggung jawab untuk hilangnya atau kemerosotan barangnya sekedar itu telah

terjadi karena kelalaiannya;

9

Page 10: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

b. harus memberitahukan Pemberi Gadai, jika benda gadai dijual;

c. bertanggung jawab terhadap penjualan benda gadai.

2) Pemberi Gadai diwajibkan mengganti kepada kreditur segala biaya yang berguna dan

perlu, yang telah dikeluarkan oleh pihak yang tersebut belakangan guna keselamatan

barang gadainya.

Hak :

1) Penerima Gadai mempunyai hak:

a. penguasaan benda gadai, namun tidak mempunyai hak untuk memiliki benda

gadai;

b. dalam hal debitur wanprestasi, untuk menjual dengan kekuasaan sendiri (parate

eksekusi), sehingga hak untuk penjualan benda gadai tidak diperlukan adanya

titel eksekutorial. Penerima Gadai/ Pemegang Gadai dapat melaksanakan

penjualan tanpa adanya penetapan Pengadilan, tanpa perlu adanya juru sita

ataupun mendahului dengan penyitaan;

c. menjual benda gadai dengan perantaraan hakim, dimana kreditur dapat

memohon pada hakim untuk menentukan cara penjualan benda gadai;

d. mendapat ganti rugi berupa biaya yang perlu dan berguna yang telah

dikeluarkan guna keselamatan barang gadai;

e. retensi (menahan) benda gadai, bilamana selama hutang pokok, bunga, dan

ongkos-ongkos yang menjadi tanggungan belum dilunasi maka si

berhutang/debitur maka debitur tidak berkuasa menuntut pengembalian benda

gadai;

f. untuk didahulukan (kreditur preferen) pelunasan piutangnya terhadap kreditur

lainnya, hal tersebut diwujudkan melalui parate eksekusi ataupun dengan

permohonan kepada Hakim dalam cara bentuk penjualan barang gadai.

2) Pemberi Gadai tetap mempunyai hak milik atas Benda Gadai.

Larangan :

Penerima Gadai atau kreditur tidak diperkenankan untuk memiliki atau menjadi pemilik atas

benda yang digadaikan.

Eksekusi :

Apabila debitur atau Pemberi Gadai cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi

obyek Jaminan Gadai dapat dilakukan :

1. Kreditur diberikan hak untuk menyuruh jual benda gadai manakala debitur ingkar janji,

sebelum kreditur menyuruh jual benda yang digadaikan maka ia harus

memberitahukan terlebih dahulu mengenai maksudnya tersebut kepada debitur atau

Pemberi Gadai;

10

Page 11: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

2. Suatu penjualan benda gadai oleh kreditur berdasarkan perintah pengadilan, maka

kreditur wajib segera memberitahukan kepada Pemberi Gadai.

Hapusnya Gadai :

1. Apabila benda gadai dikeluarkan dari kekuasaan Penerima Gadai dan kembali ke

tangan Pemberi Gadai;

2. Manakala perikatan pokok telah dilunasi atau jika utang pokok telah dilunasi semuanya

atau telah hapus;

3. Hilangnya atau dicurinya benda gadai dari penguasaan Pemegang Gadai/Penerima

Gadai (musnahnya benda gadai);

4. Dilepaskannya benda gadai secara sukarela oleh Pemegang/Penerima Gadai.

2.7 Bentuk Jasa Lain Pegadaian

Perum Pegadaian juga menyediakan jasa lain di luar jasa gadai, yaitu meliputi jasa

titipan dan jasa taksiran. Jasa titipan menyangkut layanan penitipan barang berharga seperti

perhiasan, surat berharga atau brang lain. Tarif yang dibebankan untuk layanan ini adalah

Rp. 2,500/item. Sedangkan jasa taksiran, meliputi layanan dalam bentuk jasa penilaian

terhadap barang berharga, terutama emas dan berlian, khususnya dalam hal penilaian

kualitas, kuantitas maupun spesifikasi lain yang sangat bermanfaat bagi masyarakat yang

awam dalam hal ini. Melihat semakin berkembangnya pola bisnis berbasis syariah, Perum

Pegadaian tertarik untuk menerapkan pola ini, walau nantinya tidak hanya menjadi pegadaian

syariah akan tetapi memberikan pilihan lebih kepada masyarakat, mau memilih pegadaian

konvensional atau pegadaian syariah. Dengan pola pegadaian syariah, memungkinkan

perusahaan untuk proaktif dan lebih produktif menghasilkan berbagai produk jasa keuangan

modern seperti jasa anjak piutang dan jasa sewa beli. Pegadaian konvensional lebih

memposisikan perusahaan sebagai pihak yang pasif tidak terlibat dengan aktifitas bisnis

nasabah. Tapi dalam sisitem syariah, untuk produk-produk tertentu mengharuskan

perusahaan untuk terlibat dalam menelaah usaha produktif yang ditekuni nasabah.

Selain jasa pegadaian diatas, jasa lain yang juga ditawarkan oleh pegadaian adalah

penjualan Koin Emas ONH. Koin Emas ONH adalah emas yang berbentuk koin yang bisa

digunakan untuk tujuan persiapan dana pergi haji bagi pembelinya. Anda tinggal membeli

sejumlah koin emas ONH (yang tersedia dalam berbagai pilihan berat), baik sekali saja

maupun secara rutin. Setelah koin emas ONH Anda dianggap mencukupi (biasanya sekitar

250-300 gram), maka secara otomatis Anda akan didaftarkan sebagai calon jemaah haji

melalui Sistem Haji Terpadu (Siskoat). Selain untuk haji, namanya juga emas, Anda juga bisa

membeli emas untuk tujuan investasi lain, dan tidak harus selalu untuk haji.

11

Page 12: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

2.8 Tentang Pegadaian Syariah

Operasionalisasi Pegadaian

Syariah Implementasi operasi Pegadaian Syariah hampir bermiripan dengan

Pegadaian konvensional. Seperti halnya Pegadaian konvensional , Pegadaian Syariah juga

menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak.Prosedur untuk memperoleh

kredit gadai syariah sangat sederhana, masyarakat hanya menunjukkan bukti identitas diri

dan barang bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang

tidak relatif lama ( kurang lebih 15 menit saja ). Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah

cukup dengan menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses

yang juga singkat. Di samping beberapa kemiripandari beberapa segi, jika ditinjau dari aspek

landasan konsep; teknik transaksi; dan pendanaan, Pegadaian Syariah memilki ciri tersendiri

yang implementasinya sangat berbeda dengan Pegadaian konvensional. Lebih jauh tentang

ketiga aspek tersebut, dipaparkan dalam uraian berikut.

Landasan ini kemudian diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional no 25/DSN-

MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan

barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai

berikut.

a. Ketentuan Umum :

1. Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun ( barang ) sampai

semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya marhun tidak

boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai

marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan

perawatannya.

3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin,

namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan

penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.

4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman.

5. Penjualan marhun :

Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya.

Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual

paksa/dieksekusi.

Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan

dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

12

Page 13: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin.

b. Ketentuan Penutup

Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan

diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbritase

Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Fatwa ini berlaku sejak

tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah

dan disempurnakan sebagai mana mestinya.

Teknik Transaksi

Sesuai dengan landasan konsep yang ada, pada dasarnya Pegadaian Syariah

berjalan di atas dua akad transaksi Syariah yaitu.

1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai

jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan

untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini

Pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.

2. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui

pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas

barangnya sendri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa

atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad rukun

dari akad transaksi tersebut meliputi :

Orang yang berakad : 1) Yang berhutang (rahin) dan 2) Yang berpiutang

(murtahin).

Sighat ( ijab qabul)

Harta yang dirahnkan (marhun)

Pinjaman (marhun bih)

Dari landasan Syariah tersebut maka mekanisme operasional Pegadaian Syariah

dapat digambarkan sebagai berikut : Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang

bergerak dan kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah

disediakan oleh Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya

biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan

keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan

biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang

dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

13

Page 14: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

pinjaman.. Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai

‘lipstick’ yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian.

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi :

1. Akad. Akad tidak mengandung syarat fasik/bathil seperti murtahin mensyaratkan

barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas.

2. Marhun Bih ( Pinjaman). Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada

murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut. Serta, pinjaman itu

jelas dan tertentu.

3. Marhun (barang yang dirahnkan). Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang dengan

pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya,milik sah penuh dari rahin, tidak terkait

dengan hak orang lain, dan bisa diserahkan baik materi maupun manfaatnya.

4. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta jangka

waktu rahn ditetapkan dalam prosedur.

5. Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa: biaya asuransi,biaya

penyimpanan,biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta administrasi.

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah, masyarakat hanya cukup

menyerahkan harta geraknya ( emas, berlian, kendaraan, dan lain-lain) untuk dititipkan

disertai dengan copy tanda pengenal. Kemudian staf Penaksir akan menentukan nilai

taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan perhitungan

pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang pinjaman yang dapat diberikan.

Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan

oleh Perum Pegadaian. Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90%

dari nilai taksiran barang.

Setelah melalui tahapan ini, Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad dengan

kesepakatan :

1. Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan .

2. Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90,- ( sembilan puluh rupiah )

dari kelipatan taksiran Rp 10.000,- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman.

3. Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman.

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk :

melakukan penebusan barang/pelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka

waktu empat bulan,

14

Page 15: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan

yang sudah berjalan ditambah bea administrasi,

atau hanya membayar jasa simpannya saja terlebih dahulu jika pada saat jatuh

tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman uangnya.

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan, maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara dijual,

selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman, jasa simpan dan pajak merupakan

uang kelebihan yang menjadi hak nasabah. Nasabah diberi kesempatan selama satu tahun

untuk mengambil Uang kelebihan, dan jika dalam satu tahun ternyata nasabah tidak

mengambil uang tersebut, Pegadaian Syariah akan menyerahkan uang kelebihan kepada

Badan Amil Zakat sebagai ZIS.

Pendanaan

Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayaan

kegiatan dan pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber yang benar-benar

terbebas dari unsur riba. Dalam hal ini, seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana

yang kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari modal sendiri ditambah dana

pihak ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya, ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up modal

kerja.

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik transaksi

Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional, yaitu

1. Di Pegadaian konvensional, tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang disebut

sebagai sewa modal, dihitung dari nilai pinjaman.

2. Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian : hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum konvensional,

keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir, sehingga Pegadaian

konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau dengan kata lain

melakukan praktik fidusia. Berbeda dengan Pegadaian syariah yang mensyaratkan

secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan penarikan bea jasa

simpanan.

15

Page 16: Pegadaian Dan Sistem Gadai Di Indonesia

Tugas Hukum Komersil

Pegadaian Dan Sistem Gadai Di

Indonesia

Disusun oleh

Angger Reno : 0610210015

Cipto Hadi Tri S : 061021302

Universitas Brawijaya

Fakultas Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Malang

16