peer assessment siswa kelas x sma n 1 purbalinggalib.unnes.ac.id/26867/1/4301412101.pdf · program...

54
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN UNJUK KERJA PADA PRESENTASI TUGAS DENGAN TEKNIK PEER ASSESSMENT SISWA KELAS X SMA N 1 PURBALINGGA Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia oleh Rizkika Sasi Sauma 4301412101 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: lynhi

Post on 08-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN UNJUK

KERJA PADA PRESENTASI TUGAS DENGAN TEKNIK

PEER ASSESSMENT SISWA KELAS X

SMA N 1 PURBALINGGA

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh

Rizkika Sasi Sauma

4301412101

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian

hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, Juli 2016

Rizkika Sasi Sauma

4301412101

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Pengembangan Instrumen Penilaian Unjuk Kerja pada Presentasi Tugas dengan

Teknik Peer Assessment Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Purbalingga.

disusun oleh

Rizkika Sasi Sauma

4301412101

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Universitas

Negeri Semarang pada tanggal 22 Juli 2016

Panitia :

Ketua Sekretaris

Prof. Zaenuri, S.E, M.Si,Akt Dr. Nanik Wijayati, M.Si.

NIP. 196412231988031001 NIP. 196910231996032002

Ketua Penguji

Drs. Kasmui, M.Si.

NIP. 196602271991022001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Endang Susilaningsih M.S Dr. Sri Haryani, M.Si

NIP. 195903181994122001 NIP. 195808081983032002

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Berusaha, berdoa, bersabar dan Allah SWT

akan memberikan yang terbaik.

Taklukkan rasa takut, sehingga kau bisa

melangkah ke depan.

Beranilah berjalan sendiri jika itu baik dan

benar menurut-Nya, berhijrahlah!

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Bapak Haryono dan ibu Sri Juwita yang

selalu mengiringi langkahku dengan

doa-doa dan semua bentuk dukungan,

kakakku yang selalu memotivasi dalam

setiap langkah hidupku, dan seluruh

keluarga besarku.

Semua teman dan sahabatku yang

memberikan dukungan, doa, dan

semangat.

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, kasih,

bimbingan dan tuntunan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

”Pengembangan Instrumen Penilaian Unjuk Kerja pada Presentasi Tugas dengan Teknik

Peer Assessment Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Purbalingga” dengan baik. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kimia

di FMIPA UNNES.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis menyampaikan rasa terima kasih

kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk

menyelesaikan studi strata I Jurusan Kimia FMIPA UNNES.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin untuk

melaksanakan penelitian.

3. Ketua jurusan, dosen dan staf jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang

yang telah membantu kelancaran penyelesaian studi dan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Endang Susilaningsih M.S. sebagai dosen pembimbing I serta Ibu Dr. Sri

Haryani, M.Si sebagai dosen pembimbing II yang telah berkenan memberikan

bimbingan, pengarahan-pengarahan serta bantuan dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Drs. Kasmui, M.Si sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan

saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Kepala sekolah, guru dan staf SMA Negeri 1 Purbalingga yang telah memberikan

ijin dan mendukung proses pelaksanaan penelitian.

7. Bapak, ibu, kakak dan semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan skripsi.

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah berkenan

membaca skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Juli 2016

Penulis

vi

ABSTRAK

Sauma, Rizkika Sasi. 2016. Pengembangan Instrumen Penilaian Unjuk Kerja pada

Presentasi Tugas dengan Teknik Peer Assessment Siswa Kelas X SMA Negeri 1

Purbalingga. Pembimbing Utama Dr. Endang Susilaningsih M.S. dan Pembimbing

Pendamping Dr. Sri Haryani, M.Si.

Kata Kunci : Instrumen penilaian, presentasi tugas, peer assessment, unjuk kerja.

Hasil observasi kelas dan wawancara dengan guru yang dilakukan di SMA

Negeri 1 Purbalingga menunjukkan bahwa proses pembelajaran dan penilaian yang

dilakukan kurang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang diterapkan, yaitu kurikulum

2013. Aspek psikomotor yang dinilai di SMA ini masih bertumpu pada proses

praktikum, dan penilaian yang dilakukan masih terpusat oleh guru. Peraturan yang

mengatur tentang penilaian hasil belajar, selain praktikum guru juga dapat

memberikan tugas unjuk kerja untuk mendapatkan nilai psikomotor. Penilaian yang

dilakukan juga masih berpusat pada guru, sehingga perlu diajarkan teknik penilaian

peer assessment agar siswa mengetahui dari mana asal nilai mereka. Penelitian ini

bertujuan untuk mengembangkan sebuah instrumen penilaian unjuk kerja pada

presentasi tugas dengan teknik peer assessment yang valid dan reliabel sehingga

dapat digunakan oleh guru untuk mendapatkan penilaian pada aspek psikomotor.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode pengembangan Djemari Mardhapi

yang merupakan pengembangan dari metode penelitian Gronlund. Instrumen

penelitian yang dikembangkan diuji keefektifannya sebagai produk pengembangan.

Keefektifan produk pengembangan diketahui dari ketuntasan klasikal hasil belajar

siswa yaitu dari aspek psikomotor. Hasil penelitian menunjukkan ketuntasan klasikal

pada aspek psikomotorik siswa saat implementasi instrumen penilaian adalah sebesar

92,7%, sebagai dampak positif lain ketuntasan klasikal aspek kognitif kelas X MIPA

2 dan X MIPA 5 secara berturut-turut sebesar 84,2% dan 89,4% serta ketuntasan

klasikal aspek afektif adalah sebesar 93,4%. Hasil validasi dari tiga validator

menunjukkan instrumen penilaian yang dikembangkan ini masuk dalam kriteria valid.

Hasil reliabilitas instrumen penilaian yang pertama adalah 0.983, reliabilitas kedua

adalah 0.701 dan reliabilitas ketiga adalah 0.855. Hal ini menunjukkan bahwa

instrumen penilaian unjuk kerja yang dikembangkan layak dan efektif digunakan

sebagai alat penilaian dalam proses pembelajaran.

vii

ABSTRACT

Sauma, Rizkika Sasi. 2016. Pengembangan Instrumen Penilaian Unjuk Kerja pada

Presentasi Tugas dengan Teknik Peer Assessment Siswa Kelas X SMA Negeri 1

Purbalingga. Pembimbing Utama Dr. Endang Susilaningsih M.S. dan Pembimbing

Pendamping Dr. Sri Haryani, M.Si.

Keywords: Assessment instrument, peer assessment, performance, presentation

assignment.

The results of classroom observations and interviews with teachers in Senior Hiigh

School 1 Purbalingga show that the process of learning and assessment is done not in

accordance with the demands of curriculum applied, is curriculum 2013. Aspects of

psychomotor rated in high school still based on lab process, and assessment still done

centrally by the teacher. Regulations governing the assessment of learning outcomes,

in addition to lab teacher can also provide performance tasks to get the value of

psychomotor. Assessment is carried out is still centered on the teacher, so that needs

to be taught a valuation technique peer assessment so that students know where it

came from their value. This research aims to develop a performance assessment

instrument in the presentation assignment with the peer assessment techniques are

valid and reliable so that it can be used by teachers to get an assessment on

psychomotor aspects. The method used is Djemari Mardhapi development method

which is the development of research methods Gronlund. The research instruments

were developed to test for effectiveness as product development. The effectiveness of

product development known from classical completeness student learning outcomes

that of psychomotor aspects. The results showed the classical completeness

psychomotor aspect of students while implementing assessment instruments

amounted to 92.7%, as the positive impact of other classical completeness cognitive

aspects of class X MIPA 2 and X MIPA 5 respectively by 84.2% and 89.4% as well

as classical completeness affective aspect is at 93.4%. Results showed validator

validation of three instruments developed assessment is included in a valid criteria.

Results of the first assessment instrument reliability is 0983, the reliability of both is

0701 and the third reliability is 0855. This indicates that the performance assessment

instruments developed viable and effectively used as an assessment instrument in the

learning process.

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................ iv

PRAKATA ................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................. vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................ 7

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 9

2.1 Kajian Teori ......................................................................... 9

2.2 Penelitian Yang Relevan ...................................................... 29

2.3 Kerangka Berfikir ................................................................ 31

2.4 Hipotesis ............................................................................... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN.............................................................. 35

3.1 Model Penelitian .................................................................. 35

3.2 Prosedur Penelitian ............................................................... 35

3.3 Subjek Coba ......................................................................... 40

3.4 Jenis Data ............................................................................. 41

3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 42

3.6 Teknik Analisis Data ............................................................ 43

3.7 Tahap Awal Analisis Hasil Uji Coba Soal ........................... 54

ix

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 59

4.1 Hasil Penelitian .................................................................... 59

4.2 Pembahasan .......................................................................... 73

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 95

5.1 Simpulan .............................................................................. 95

5.2 Saran ..................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 97

LAMPIRAN ............................................................................................... 102

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tingkatan-tingkatan Domain Afektif Menurut Taksonomi Bloom ... 22

2.2 Aspek Psikomotor berdasarkan Harrow ............................................ 25

3.1 Kriteria Daya Beda ............................................................................ 45

3.2 Kriteria Penilaian Indeks Kesukaran ................................................. 45

3.3 Kriteria Penilaian Validitas Instrumen .............................................. 48

3.4 Kriteria Validitas Perangkat Pembelajaran ........................................ 49

3.5 Kriteria Penilaian Respon Siswa dan Guru ....................................... 51

3.6 Ketercapaian Penilaian Afektif Siswa ............................................... 53

3.7 Ketercapaian Penilaian Psikomotor Siswa ........................................ 54

3.8 Analisis Validitas Soal ....................................................................... 56

3.9 Analisis Tingkat Kesukaran Soal....................................................... 56

3.10 Analisis Daya Beda Soal ................................................................... 57

3.11 Hasil Analisis Soal Uji Coba ............................................................. 58

4.1 Hasil Validasi Instrumen Penilaian Unjuk Kerja pada Presentasi

Tugas oleh Validator.......................................................................... 62

4.2 Sebaran Kriteria Siswa pada Unjuk Kerja Tugas 1 ........................... 69

4.3 Sebaran Kriteria Siswa pada Unjuk Kerja Tugas 2 ........................... 69

4.4 Rekapitulasi Nilai Posttest ................................................................. 69

4.5 Sebaran Kriteria Karakter Siswa ....................................................... 70

4.6 Sebaran Data Respon Siswa .............................................................. 72

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berfikir............................................................................................. 33

3.1 Langkah Pengembangan Instrumen Non Tes menurut Mardapi...................... 36

4.1 Ketercapaian Sub Aspek Siswa Kelas X MIPA 2 pada Presentasi Tugas 1 .... 83

4.2 Ketercapaian Sub Aspek Siswa Kelas X MIPA 5 pada Presentasi Tugas 1 .... 83

4.3 Ketercapaian Sub Aspek Siswa Kelas X MIPA 2 dan X MIPA 5 pada

Presentasi Tugas 1 ............................................................................................ 84

4.4 Ketercapaian Sub Aspek Siswa Kelas X MIPA 2 pada Presentasi Tugas 2 .... 85

4.5 Ketercapaian Sub Aspek Siswa Kelas X MIPA 5 pada Presentasi Tugas 2 .... 86

4.6 Ketercapaian Sub Aspek Siswa Kelas X MIPA 2 dan X MIPA 5 pada

Presentasi Tugas 2 ............................................................................................ 86

4.7 Perbandingan Ketercapaian Aspek Unjuk Kerja pada Tugas 1 dan 2 ............. 87

4.8 Ketercapaian Poin Karakter pada Angket Karakter Siswa Kelas

X MIPA 2 ......................................................................................................... 90

4.9 Ketercapaian Poin Karakter pada Angket Karakter Siswa Kelas

X MIPA 5 ......................................................................................................... 91

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket Respon Siswa .......................................................................... 104

2. Angket Tanggapan Guru ...................................................................... 108

3. Lembar Validasi Respon Siswa ........................................................... 111

4. Lembar Validasi Tanggapan Guru ....................................................... 113

5. Rubrik Validasi Respon Siswa dan Tanggapan Guru .......................... 115

6. Kisi-kisis dan Angket Karakter Siswa ................................................. 120

7. Lembar Validasi Angket Karakter Siswa ............................................. 125

8. Rubrik Validasi Angket Karakter Siswa .............................................. 127

9. Lembar Penilaian Unjuk Kerja............................................................. 132

10. Rubrik Peniliaian Unjuk Kerja ............................................................ 133

11. Kisi-kisi Uji Kelayakan ........................................................................ 139

12. Lembar Uji Kelayakan ......................................................................... 140

13. Rubrik Uji Kelayakan .......................................................................... 143

14. Lembar Observasi ................................................................................ 152

15. Rubrik Observasi .................................................................................. 161

16. Lembar Validasi Observasi .................................................................. 167

17. Rubrik Validasi Observasi ................................................................... 169

18. Kisi-kisi Soal ........................................................................................ 174

19. Soal Uji Coba ....................................................................................... 176

20. Lembar Jawab Uji Coba ....................................................................... 188

21. Silabus .................................................................................................. 189

22. Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal ....................................................... 195

23. Hasil Analisis Uji Coba Soal ............................................................... 197

24. Perhitungan Validitas Soal ................................................................... 202

25. Tingkat Kesukaran Soal ....................................................................... 204

26. Reliabilitas Soal ................................................................................... 206

27. Daya Beda Soal .................................................................................... 207

28. Daftar Nilai Uji Coba ........................................................................... 209

29. Daftar Nama Siswa Kelas X MIPA 2 .................................................. 210

30. Daftar Nama Siswa Kelas X MIPA 5 .................................................. 212

31. Analisis Reliabilitas Instrumen Penilaian Sebelum Digunakan .......... 214

32. Analisis Reliabilitas Instrumen Penilaian pada Uji Coba 1 ................. 216

33. Analisis Reliabilitas Instrumen Penilaian pada Implementasi ............. 219

34. Scan Validasi Instrumen Penilaian oleh Pakar..................................... 222

35. Analisis Reliabilitas Lembar Observasi ............................................... 234

36. Rekapitulasi Validasi Lembar Observasi oleh Pakar ........................... 237

37. Analisis Reliabilitas Angket Karakter .................................................. 238

38. Analisis Reliabilitas Angket Respon Siswa ......................................... 244

39. Rekapitulasi Validasi Angket Karakter ................................................ 248

xiii

40. Rekapitulasi Validasi Angket Respon Siswa ....................................... 249

41. Rekapitulasi Validasi Angket Tanggapan Guru ................................... 250

42. Scan Lembar Penilaian Observer Pada Unjuk Kerja Presentasi Tugas 251

43. Akumulasi Nilai Observasi 1 dari Observer ........................................ 287

44. Akumulasi Nilai Observasi 2 dari Observer ........................................ 290

45. Daftar Nilai Psikomotorik 1 ................................................................. 293

46. Daftar Nilai Psikomotorik 2 ................................................................. 296

47. Analisis Karakter Siswa ....................................................................... 299

48. Analisis Respon Siswa ......................................................................... 305

49. Analisis Tanggapan Guru ..................................................................... 311

50. Kisi-kisi soal Posttest dan Kunci Jawaban .......................................... 312

51. Soal Posttest ......................................................................................... 314

52. Lembar Jawab Posttest ......................................................................... 321

53. Daftar Nilai Posttest X MIPA 2 ........................................................... 322

54. Daftar Nilai Posttest X MIPA 5 ........................................................... 324

55. Tugas Presentasi 1 ................................................................................ 326

56. Tugas Presentasi 2 ................................................................................ 328

57. Scan Lembar Penilaian Peer Assessment ............................................. 329

58. Scan Lembar Angket Respon Siswa .................................................... 331

59. Scan Lembar Tanggapan Guru ............................................................ 334

60. Scan Lembar Angket Karakter Siswa .................................................. 337

61. Scan Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 340

62. Scan Surat Bukti Penelitian .................................................................. 341

63. Dokumentasi ........................................................................................ 342

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum yang saat ini diimplementasikan di instansi pendidikan ada dua,

yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 memiliki

persamaan dalam hal pusat proses pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 memposisikan siswa sebagai pusat proses

pembelajaran, sehingga keaktifan siswa sangat berpengaruh dalam proses

pembelajaran. Permendikbud RI nomor 103 tahun 2014 tentang standar proses

pendidikan dasar dan menengah, menyatakan bahwa pembelajaran dilaksanakan

berbasis aktivitas dengan karakteristik: (a) interaktif dan inspiratif; (b)

menyenangkan, manantang, dan memotovasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif;

(c) konstektual dan kolaboratif; (d) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian peserta didik, dan; (e) sesuai bakat, minat, kamapuan,

dan perkambangan fisik serta psikologis peserta didik.

Proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud RI nomor 103 tersebut

mencakup tiga aspek yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor

(keterampilan). Standar Kompetensi Lulusan menjelaskan bahwa sasaran

pembelajaran mencakup pengembangan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan

1

2

yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga aspek tersebut harus dinilai

oleh guru agar dapat diukur perkembangannya. Permendikbud RI nomor 53 tahun

2015 tentang penilaian hasil belajar menerangkan bahwa penilaian hasil belajar oleh

pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil

belajar melalui penugasan dan pengukuran pencapaian satu atau lebih kompetensi

dasar. Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio

dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Praktik yang dilakukan

dapat berupa kecakapan melakukan praktikum dan unjuk kerja. Kurikulum 2013

mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assesment). Penilaian

yang dilakukan dalam proses pembelajaran dapat berupa penilaian terhadap dirinya

sendiri yang selanjutnya disebut self assessment dan penilaian teman sejawat atau

selanjutnya disebut peer assessment.

Kurikulum 2013 yang diterapkan di instansi pendidikan terutama di Sekolah

Menengah Atas (SMA) mendorong keaktifan dan kreatifitas dari pendidik dan siswa.

Pendidik, dalam hal ini adalah seorang guru, dituntut untuk menerapkan metode-

metode pengajaran yang lebih kreatif agar siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa

juga dituntut aktif dalam pembelajaran, baik itu dalam mengamati, menanya,

mengumpulkan data, mengasosiasi, maupun mempublikasikan. Tuntutan tersebut

membuat model unjuk kerja presentasi dan unjuk kerja produk sering diterapkan

dalam pembelajaran. Kurikulum 2013 juga mendorong siswa melakukan self

assessment dan peer assessment dalam unjuk kerja.

3

Peer assessment adalah penilaian yang dilakukan seorang siswa untuk

temannya. Peer assessment dapat dilakukan untuk penilaian praktikum, penilaian

produk, maupun penilaian unjuk kerja presentasi. Cho & Wilson (2006:821) dalam

jurnalnya validity and reliability of scaffolded peer assessment of writing from

instructor and student perspectives menjelaskan bahwa selain mengurangi beban

kerja instruktur, peer assessment juga akan membantu siswa (a) mengembangkan

keterampilan evaluasi yang biasanya diabaikan dalam pendidikan formal, (b)

mengembangkan tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sediri dan (c) belajar

bagaimana menulis.

Self assessment dan peer assessment dapat diterapkan dalam pembelajaran

untuk penilaian ketiga aspek yang disebutkan dalam Permen RI nomor 13 tahun 2015

tentang standar nasional pendidikan pasal 1 ayat 5 menerangkan bahwa standar

kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kamampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ayat sebelumnya yaitu ayat 4

menerangkan bahwa seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik setelah mempelajari suatu muatan

pembelajaran, menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan pendidikan

tertentu. Sebagaimana yang kita tahu, sikap dapat juga disebut aspek afektif,

pengetahuan dapat disebut aspek kognotif dan keterampilan dapat disebut aspek

psikomotor. Anwar (2013), menyatakan bahwa komponen afektif menyangkut

masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen

4

kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang

benar bagi objek sikap. Wicaksono (2011), menjelaskan bawa:

(a) Aspek kognitif memuat perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,

seperti pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan berpikir,

(b) Aspek afektif memuat tentang perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek

perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan penyesuaian diri, dan

(c) Aspek psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan

motorik seperti menari, menggambar, menggunakan komputer, dan

mengoperasikan mesin.

Penilaian aspek kognitif bertujuan untuk mengukur pengembangan

penalaran. Pengukuran aspek afektif akan mengukur sikap, sehubungan dengan

tujuan penilaiannya maka yang menjadi sasaran penilaian kawasan afektif adalah

perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Pengukuran aspek psikomotor dilakukan

terhadap hasil-hasil belajar berupa penampilan (Arikunto, 2012:193-198). Penilaian

aspek afektif siswa dilakukan dengan cara mengamati sikap siswa selama proses

pembelajaran. Penilaian aspek kognitif dapat dilakukan dengan cara melakukan

ulangan harian dalam proses pembelajaran. Penialaian psikomotor pada siswa dapat

dilakukan pada saat siswa melakukan praktikum yaitu keterampilan praktikum siswa.

Model pembelajaran yang dapat mengukur keterampilan siswa contohnya

adalah unjuk kerja, praktikum, portofolio, dan yang lainnya seperti yang diungkapkan

oleh Astuti dkk (2012:40) dalam penelitiannya mengenai pengembangan instrumen

asesmen autentik berbasis literasi sains pada materi sistem ekskresi mengatakan

5

bahwa “alternatif yang dapat dilakukan adalah menggunakan asesmen autentik, jenis

asesmen yang dikembangkan adalah peer assessment, portofolio, unjuk kerja, proyek,

sikap, dan tes yang masing-masing dikembangkan berbasis literasi sains”. Penilaian

kinerja merupakan salah satu bentuk penilaian alternatif yang menuntut siswa untuk

aktif menunjukkan kinerjanya karena yang dinilai tidak hanya hasil akhir tetapi juga

proses atau keterampilan, sehingga dapat diketahui pengetahuan dan kemampuan

siswa (Meutia, 2013). Penilaian kinerja seperti unjuk kerja presentasi tugas kita dapat

menilai ketiga aspek yang ada yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

SMA Negeri 1 Purbalingga merupakan salah satu SMA yang menerapkan

kurikulum 2013. Observasi yang dilakukan di kelas X MIPA 4 SMA Negeri 1

Purbalingga menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang terjadi telah sesuai

dengan kurikulum 2013 yang menuntut siswanya aktif. Model pembelajaran yang

diterapkan berupa praktikum, unjuk kerja presentasi dan unjuk kerja produk telah

diterapkan untuk bab materi tertentu berdasarkan wawancara dengan salah satu guru

SMA tersebut. Model pembelajaran ini tidak hanya diterapkan di pelajaran kimia,

namun hampir di semua mata pelajaran. Model pembelajaran yang sering diterapkan

ini membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Nilai akademik siswa

kelas X MIPA 4 SMA Negeri 1 Purbalingga Tahun Ajaran 2014/205 untuk ulangan

harian menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal hasil belajar siswa masih dibawah

standar yaitu 69%.

Nilai ulangan siswa kelas X MIIA 4 tersebut menunjukkan ketuntasan klasikal

masih belum dicapai, masih terdapat 31% siswa memiliki nilai dibawah KKM.

6

Beberapa siswa mendapatkan nilai di atas KKM pada ulangan harian tersebut

menandakan bahwa siswa mampu memahami konsep atau materi yang diajarkan.

Kurikulum 2013 mendorong siswa melakukan penilaian diri sendiri (peer

assessment) dan penilaian teman sejawat (peer assessment) dalam proses

pembelajaran. Penilaian ini bedasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru kimia

di SMA Negeri 1 Purbalingga belum dapat dilaksanakan secara efektif. Penilaian

yang diterapkan sekarang adalah penilaian yang perpusat pada guru.

Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa adanya permasalahan pada

sistem penilaian yang belum sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Penilaian diri

dan teman sejawat akan membuat siswa mengetahui nilai yang siswa peroleh dari

proses pembelajaran. Pemahaman siswa akan proses pemerolehan nilai siswa akan

membuat siswa lebih terpacu untuk mengikuti atau menyesuaiakan dirinya untuk

memperoleh nilai sempurna. Sistem penilaian yang diterapkan di SMA Negeri 1

Purbalingga masih berpusat pada guru yang menyebabkan siswa tidak tahu asal mula

nilai yang mereka dapatkan. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada mata

pelajaran lain ada yang mempresentasikan hasil dari tugas yang guru berikan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian

dengan judul “Pengembangan instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas

dengan teknik peer assessment siswa kelas X SMA N 1 Purbalingga”.

7

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas dengan teknik

peer assessment layak digunakan pada mata pelajaran kimia SMA?

2. Apakah instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas dengan teknik

peer assessment efektif untuk penilaian yang diterapkan pada mata pelajaran

kimia SMA?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kelayakan instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas

dengan teknik peer assessment yang digunakan pada mata pelajaran kimia

SMA.

2. Mengetahui keefektifan instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas

dengan teknik peer assessment untuk penilaian yang diterapkan pada mata

pelajaran kimia SMA.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritik

Mengembangkan instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas

dengan teknik peer assessment siswa kelas X SMA N 1 Purbalingga

1.4.2 Manfaat praktis

1.4.2.1 Manfaat bagi peneliti

Mengembangkan instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas

dengan teknik peer assessment untuk mempermudah kinerja guru

8

1.4.2.2 Manfaat bagi guru

Mempermudah sistem penilaian guru terhadap peserta didik dengan

mempertimbangkan hasil penilaian peer assessment dari siswa.

1.4.2.3 Manfaat bagi siswa

Manfaat penelitian ini untuk siswa adalah :

1. Mengenalkan siswa dengan penilaian peer assessment yang akan

membuat siswa mengerti cara penilaian yang dilakukan oleh guru.

2. Mengajarkan tanggung jawab mengenai penilaian teman sejawat.

1.4.2.4 Manfaat bagi sekolah

Mengembangkan instrumen penilaian kinerja sebagai referensi penilaian

siswa.

1.4.2.5 Manfaat bagi peneliti lain

Menjadi bahan referensi bagi penelitian yang sejenis.

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Sains (Kimia)

Pembelajaran memiliki beberapa pengertian, pembelajaran dapat diartikan

sebagai sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu. Permendikbud nomor 103 tahun

2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah

menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi

dan pembangunan karakter setiap siswa sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan

yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi mereka menjadi

kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan

sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan

untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat

manusia. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan,

menantang, inspiratif, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Istilah “sains” berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan.

Liliana & Tawil (2014:7) menyatakan bahwa sains tidak hanya berisi tentang

9

10

pengetahuan yang bersifat ilmiah, melainkan ada dimensi-dimensi ilmiah yang

menjadi bagian dari sains. Dimensi-dimensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Muatan sains berisi berbagai fakta, konsep, hukum dan teori-teori. Dimensi ini

yang objek kajian ilmiah manusia.

2) Proses dalam melakukan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah dari aktivis sains.

Proses dalam melakukan aktivitas yang terkait dengan sains dinamakan

keterampilan proses sains. Keterampilan proses inilah yang digunakan setiap

ilmuan ketika mengerjakan aktivitas-aktivitas sains.

3) Keingintahuan seseorang dan besarnya daya imajinasi seseorang juga antusiasme

yang tinggi untuk mengajukan pertanyaan dan memecahkan permasalahan. Sikap

lain yang harus dimiliki seorang ilmuan adalah sikap menghargai terhadap

metode-metode dan nilai-nilai di dalam sains.

Ilmu kimia yang merupakan salah satu cabang dari ilmu IPA memiliki

pengertian ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang meliputi

struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang meyertainya.

Wikipedia (2015) juga menerangkan bahwa kimia adalah ilmu yang mempelajari

mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga

molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk

materi yang ditemukan sehari-hari.

Tujuan pembelajaran kimia di SMA/MA menurut BSNP (2006) secaa umum

adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

11

1) Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari bahwa keteraturan

dan keindahan alam merupakan kegagungan dan kebesaran Tuhan Yang Maha

Esa

2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat

bekerjasama dengan orang lain

3) Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan

atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis dengan

merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan

dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis

4) Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga

merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari

pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan

masyarakat

5) Memahami konsep-prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya

dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari

dan teknologi.

Pembelajaran sains pada mata pembelajaran kimia dapat berupa pembelajaran

konsep dan penerapan konsep dalam praktikum. Pembelajaran konsep dan penerapan

konsep yang diterapkan sedemikian rupa untuk memperoleh kompetensi kognitif,

afektif dan psikomotor. Wicaksono (2011:112-113) mendefinisikan ketiga

kompetensi tersebut, (a) kompetensi kognitif memuat perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan

12

berpikir, (b) kompetensi afektif memuat tentang perilaku-perilaku yang menekankan

pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan penyesuaian diri,

dan (c) kompetensi psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek

keterampilan motorik seperti menari, menggambar, menggunakan komputer, dan

mengoperasikan mesin.

2.1.2 Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian terdiri atas kata instrumen dan penilaian. Instrumen

adalah seperangkat alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Penilaian

merupakan proses mengukur sesuatu yang menghasilkan sebuah harga dari sesuatu

tesebut. Penilaian sering terjadi disekitar kita, menentukan baik tidaknya suatu hal

termasuk dalam penilaian. Penilaian sangat erat kaitannya dengan pendidikan.

Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan

pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui

peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Sistem penilaian

yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik

dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik (Mardapi, 2008:5).

Penilaian memiliki makna yang erat dalam dunia pendidikan, khususnya dunia

persekolahan. Makna penilaian dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu makna bagi

siswa, makna bagi guru dan makna bagi sekolah.

1. Makna bagi siswa

Penilaian yang dilakukan akan membuat siswa mengetahui sejauh mana telah

berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil penilaian yag

13

diperoleh siswa memiliki dua kemungkinan, yaitu: memuaskan dan tidak

memusakan.

2. Makna bagi guru

Hasil penilaian siswa yang didapatkan akan membuat guru mengetahui siswa

yang memahami materi dan yang belum memahami materi. Hasil penilaian juga

dapat digunakan sebagai tolak ukur metode yang digunakan tepat atau tidak

untuk diterapkan.

3. Makna bagi sekolah

Hasil penilaian dapat mencerminkan kondisi pembelajaran yang diciptakan oleh

sekolah sudah sesuai harapan atau belum. Kurikulum juga akan ditentukan

dengan hasil penilaian siswa, jika penilaian siswa baik maka kurikulum dapat

dipertahankan atau ditingkatkan.

Instrumen penilaian dapat disebut alat evaluasi terdiri atas dua suku kata yang

memiliki arti berbeda. Arikunto (2012: 39-40) mendefinisikan alat sebagai sesuatu

yang dapat dipergunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas

atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien, sedangkan evaluasi adalah

kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai.

Instrumen penilaian atau alat evaluasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang

dipergunakan untuk mempermudah pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana

tujuan tercapai. Permendikbud RI No 104 Tahun 2013 menjelaskan bahwa instrumen

penilaian merupakan alat yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran peserta

didik, misalnya: tes dan skala sikap sedangkan bentuk penilaian yang dapat dilakukan

14

dalam proses pembelajaran untuk peserta didik dapat berupa: penilaian unjuk kerja,

penilaian proyek, dan penilaian tertulis. Instrumen yang digunakan untuk mengukur

antara satu aspek dengan aspek yang lainnya berbeda.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur antara satu aspek dengan aspek

yang lainnya berbeda. Penilaian memiliki beberapa prinsip menurut Kusaeri (2014),

diantaranya:

1. Proses penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses

pembelajaran. Penilaian digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan

seseorang. Pengukuran kemampuan seseorang yang terjadi ketika seseorang

melakukan proses pembelajaran adalah mengukur pengetahuan, keterampilan,

dan sikap.

2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah

3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai

dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. Sebelum melakukan

penilaian, kita harus memilih ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan

karakteristik dan esensi pengalaman belajar agar kita dapat mendapatkan hasil

yang tepat untuk penilaian tersebut. Penyesuaian penilaian dengan karakteristik

ini akan menghasilkan hasil penilaian yang baik.

4. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan

pembelajaran (baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan). Pembelajaran

yang dilakukan mengarahkan kita memperoleh tiga aspek pengetahuan yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor.

15

Kusaeri (2014: 19-23) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu

diketahui dan dikuasai oleh seorang guru terkait penilaian. Pertama, guru harus

mampu memilih prosedur penilaian yang tepat untuk membuat keputusan

pembelajaran. Kedua, guru perlu memiliki kemampuan mengembangkan prosedur

penilaian yang tepat guna membuat keputusan pembelajaran. Ketiga, guru harus

memiliki kemampuan dalam melakukan penskoran, dan menafsirkan hasil penilaian

yang telah dibuat. Keempat, guru harus memiliki kemampuan menggunakan hasil-

hasil penilaian untuk membuat keputusan-keputusan di bidang pendidikan. Kelima,

guru harus memiliki kemampuan mengembangkan teknik penilaian yang valid dan

menggunakan informasi penilaian. Keenam, guru harus memiliki kemampuan

mengomunikasikan hasil-hasil penilaian.

Teknik penilaian yang dipilih oleh guru harus mempertimbangkan beberapa

prinsip agar penilaian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Pertama, tujuan

pembelajaran (dalam konteks sekarang dalam bentuk kompetensi dasar dan dirinci

menjadi indikator) yang akan dinilai harus jelas. Kedua, teknik penilaian yang dipilih

harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ketiga, teknik penilaian yang dipilih harus

sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Keempat, dalam

menginterpretasikan hasil penilaian, guru harus mempertimbangkan kelemahan setiap

teknik penilaian.

2.1.3 Peer Assessment

Peer Assessment terdiri atas dua kata, yaitu : peer dan assessment. Kata peer

dapat diartikan sebagai sesama, sedangkan kata assessment dapat diartikan sebagai

16

penilaian. Peer assessment, berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat diartikan

sebagai penilaian sesama, atau dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai

penilaian teman sejawat. Peer assessement dalam sistem penilaian termasuk dalam

penilaian diri. Hidayat dkk (2012) menyatakan bahwa penilaian (assessment) adalah

proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil

belajar peserta didik. Penilaian pendidikan harus mengacu pada standar penilaian.

Permendikbud RI No. 53 tahun 2015 menyatakan bahwa penilaian hasil belajar

peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-

prinsip sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh, berkesinambungan,

sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel.

Peer assessment dapat dilakukan untuk penilaian praktikum, penilaian produk,

maupun penilaian unjuk kerja presentasi. Cho & Wilson (2006:821) dalam jurnalnya

validity and reliability of scaffolded peer assessment of writing from instructor and

student perspectives mengatakan bahwa selain mengurangi beban kerja instruktur,

peer assessment juga akan membantu siswa (a) mengembangkan keterampilan

evaluasi yang biasanya diabaikan dalam pendidikan formal, (b) mengembangkan

tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sediri dan (c) belajar bagaimana menulis.

Kelebihan dari sistem peer assessment menurut Amo & Jenero (2011:45)

dalam proses pembelajaran antara lain adalah (1) siswa lebih termotivasi untuk

terlibat dalam pekerjaan mereka, (2) siswa menjadi pengamat pekerjaan sendiri dan

pekerjaan orang lain dan siswa belajar dari proses pengamatan ini, (3) siswa

berpartisipasi dalam proses evaluasi mereka dan mereka bertanggung jawab atas

17

proses penilaian ini (untuk diri mereka dan teman mereka), (4) sikap kritis mereka

berkembang. Kekurangan dari peer assessment ini juga dapat diidentifikasi, seperti :

(1) siswa berfikir bahwa evaluasi seharusnya tanggung jawab guru dan pelaksanaan

peer assessment guru bertujuan menghindari penilaian, (2) siswa tidak suka menilai

teman mereka, (3) siswa terlalu kritis, (4) siswa melakukan penilaian tidak sesuai

dengan indikator kadang terlalu rendah dan kadang terlalu tinggi.

Pelibatan siswa dalam proses penilaian merupkan suatu yang sangat penting.

Pelibatan siswa diharapkan dapat melihat perkembangan hasil belajarnya. Guru juga

dapat mengetahui dan memperoleh umpan balik kegiatan pembelajaran yang telah

silaksanakan. Peer assessment dapat dilakukan untuk penilaian kognitif, penilaian

karakter dan penilaian psikomotor. Teknik peer assessment ini memerlukan

keterampilan reflektif dan metakognitif. Reflektif merupakan tindakan untuk

membuat penilaian tentang apa yang telah terjadi, sehingga siswa mengetahui apa

saja yang sesuai dengan aspek penilaian. Metakognitif merupakan kepekaan dan

keterampilan yang dimiliki oleh seorang siswa tentang proses berfikirnya sendiri dan

strategi-trategi yang telah dilakukan dan kemampuannya untuk mengevaluasi serta

mengatur proses berfikirnya sendiri (Kusaeri, 2014).

2.1.4 Unjuk Kerja

Penilaian unjuk kerja (performance assessment) merupakan cara penilaian

yang dilakukan dengan mengamati dan menilai aktifitas siswa yang melakukan atau

menunjukkan kinerja tertentu. Permendikbud RI No 66 tahun 2013 tentang standar

penilaian pendidikan menerangkan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik

18

mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara

berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta

didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Pendidik menilai kompetensi

keterampilan melalui penilaian kinerja yaitu penilaian yang menuntut peserta didik

mendemonstrasikan suatu kompetensi dengan menggunakan tes praktik, projek, dan

penilaian portofolio. Unjuk kerja merupakan salah satu contoh dari penilaian kinerja

peserta didik.

Penilaian unjuk kerja adalah proses pengumpulan data dengan cara

pengamatan yang sistematik untuk membuat keputusan secara individu. Penilaian

unjuk kerja digunakan terhadap suatu tugas yang membuutuhkan respon nonverbal.

Penilaian unjuk kerja dalam dunia pendidikan sudah banyak digunakan terutama

untuk bidang studi teknologi, ilmu-ilmu alam, matematika, ekonomi, dan bahasa.

Melalui penilaian ini akan diperoleh informasi tentang apa yang sudah dicapai dan

yang belum dicapai (Mardapi, 2008)

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati

kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Objek penilaian kinerja adalah tercapainya

kompetensi belajar siswa yang mampu menunjukkan unjuk kerja (performance)

tertentu yang dapat diamati, spesifik, dan terukur. Unjuk kerja yang dapat diamati

antara lain adalah melakukan presentasi, menggunakan peralatan laboratorium,

membuat proyek dan sebagainya. Penilaian unjuk kerja tidak dilakukan dengan tes

tertulis atau wawancara, melainkan dengan mengamati perilaku secara langsung yang

mempresentasikan unjuk kerja tersebut. Secara garis besar penilaian pembelajaran

19

yang mencakup penilaian unjuk kerja dapat dilakukan terhadap dua hal, yaitu : (1)

proses pelaksanaan pekerjaan, yang mencakup : langkah kerja dan aspek personal;

dan (2) produk atau hasil pekerjaan. Aspek panilaian dalam unjuk kerja pada

presentasi tugas berupa proses pelaksanaan unjuk kerja presentasi dan hasil media

yang mereka buat dan mereka gunakan.

Karakterisitik penilaian kinerja menurut Kusaeri (2014:143) adalah sebagai

berikut:

1. Authenticity, tugas yang diberikan kepada siswa sesuai dengan apa yang

dihadapinya dalam praktik kehidupan sehari-hari.

2. Multiple foci, yaitu tugas yang diberikan kepada siswa sudah mengukur lebih

dari satu kemampuan yang diinginkan.

3. Fairness, tugas yang diberikan harus adil unuk semua siswa. Tidak “bias” jenis

kelamin, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi sekelompok siswa.

4. Feasibility, tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian kinerja memungkinkan

untuk dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa faktor.

5. Scorability, tugas yang diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliabel.

6. Teachability, tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya semakin baik

akibat adanya proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas.

7. Generability, kemampuan siswa dalam mendemonstrasikan tugas yang diberikan

guru dapatkah digeneralisasikan dengantugas-tugas yang lain.

Implementasi Kurikulum 2013 sangat menganjurkan agar guru lebih

mengutamakan penilaian untuk kerja. Siswa diamati dan dinilai bagaimana mereka

20

dapat bergaul, bagaimana mereka dapat bersosialisasi di masyarakat, dan bagaimana

mereka menerapkan pembelajaran dikelas dalam kehidupan sehari-hari. Proses unjuk

kerja juga memungkinkan guru untuk mengukur ketiga aspek pengetahuan siswa

yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam proses unjuk kerja pada presentasi

tugas.

2.1.5 Aspek Kognitif

Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berfikir, mengetahui, dan

memecahkan masalah. Taksonomi bloom menjelaskan bahwa aspek kognitif berisi

perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,

pengertian dan keterampilan. Aspek kognitif diklasifikasikan menjadi enam jenjang

proses berfikir, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan

evaluasi. Gunawan & Palupi (2008:26-29) penjelasan dari ke enam tingkatan

taksonomi bloom pada aspek kognitif :

1) Mengingat (remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori

atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang

sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting

dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan

pemecahan masalah (problem solving).

2) Memahami/mengarti (understand)

Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari

berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti

21

berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan

membandingkan (comparing).

3) Menerapkan (apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan

suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan

permasalahan. Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing)

dan mengimplementasikan (implementing).

4) Menganalisis (Analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan

tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiaptiap bagian

tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan

permasalahan.

5) Evaluasi (Evaluate)

Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek

mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan

dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir

merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada

penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik.

6) Menciptakan (create)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara

bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa

22

untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa

unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya

2.1.6 Aspek Afektif

Aspek afektif berkaitan dengan sikap yang ditrapkan oleh seseorang. Anwar

(2013), menyatakan komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif

seseorang terhadap suatu objek sikap. Taksonomi Bloom mengklasifikasikan aspek

afektif menjadi beberapa tingkatan, yaitu : receiving (attending), responding, valuing,

organizing, dan characterization by a value atau value complex. Tingkatan-tingkatan

domain afektif menurut Taksonomi Bloom dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tingkatan-tingkatan Domain Afektif menurut Taksonomi Bloom

Tingkatan Sub-tingkatan

receiving (attending)

Responding

Valuing

Organization

Characterization by

value (value complex)

Awareness

Willing to receive

Controlled (selection attention)

Acquiescence in responding

Willingness to respond

Satisfaction in response

Penerimaan terhadap nilai-nilai yang dianut

Preferensi nilai

Komitmen

Conceptualization of a value

Organization of a value system

Generalized set

Characterization

Wicaksono (2011 : 113)

Tingkatan receiving (attending), fokus pembelajaran adalah pada asumsi,

artinya pada saat pembelajar diberi penjelasan tentang sebuah fenomena atau diberi

stimulus, maka pembelajar akan mau menerima keberadaan fenomena atau stimulus

23

tersebut. Terdapat tiga sub tingkatan, yaitu kesadaran (awareness), kemauan untuk

menerima (willingness to receive), dan perhatian tertentu (selected attention).

Kesadaran sedikit berbeda dengan perilaku kognitif, terutama pada saat

merespon sebuah stimulus. Perilaku kognitif, pembelajar dapat mengungkapkan

respon atas sebuah stimulus, sedangkan di sub level ini pembelajar hanya menerima

stimulus tersebut tanpa ada kewajiban untuk menyatakan sebuah respon. Contohnya

pembelajar hanya memperhatikan lingkungan sekitar yang dianggap menarik seperti

perabot kelas, bangunan sekolah tanpa memberikan komentar.

Tingkatan menanggapi (responding), fokus pembelajaran adalah pada respon

individu terhadap suatu fenomena, jadi lebih dari hanya sekadar memperhatikan.

Pada tingkatan ini seorang pengajar dapat melihat secara langsung ketertarikan si

pembelajar pada materi yang sedang diajarkan pada saat itu. Pada tingkatan ini,

terdapat tiga sub tingkatan, yaitu: acquiescence in responding, willingness to

respond, dan satisfaction in response.

Tingkatan valuing, pembelajar akan menunjukkan komitmennya berdasarkan

nilai yang dianutnya yang selanjutnya akan menuntun perilaku pembelajar. Kondisi

ini sangat berbeda dengan konsep motivasi eksternal yang hanya mengarah kepada

kepatuhan. Terdapat tiga sub tingkatan valuing, yaitu penerimaan terhadap nilai-nilai

yang dianut (acceptance of value), preferensi nilai, dan komitmen.

Tingkatan organisasi (organization), pembelajar sudah sampai pada tahapan

mempercayai nilai-nilai tertentu, selanjutnya ia akan dihadapkan pada lebih dari satu

nilai atau beberapa nilai yang harus dipercayainya. Pada tingkatan ini, pembelajar

24

mulai mengorganisasi nilai-nilai tersebut dan mencari hubungan antara satu nilai

dengan nilai yang lain, dan selanjutnya berusaha menemukan nilai yang menurutnya

paling dominan. Organization memiliki dua sub tingkatan, yaitu: conceptualization of

a value dan organization of a value system.

Tingkatan yang terakhir yaitu characterization by value set atau value

complex, pembelajar dianggap telah memiliki nilai yang kuat di dalam dirinya, maka

dia akan berusaha melakukan generalisasi terhadap perilakunya dan

mengintegrasikan keyakinan, ide dan tingkah laku menjadi sebuah filosofi hidup.

Terdapat dua sub level yaitu: generalized set dan characterization.

Kemendiknas (2011), telah diidentifikasi 18 nilai karakter yang perlu

ditanamkan kepada peserta didik yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan

tujuan pendidikan nasional. Kedelapan belas nilai tersebut adalah: 1) religius, 2)

jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9)

rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai

prestasi, 13) bersahabat/komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16)

peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) tanggungjawab. Implementasi nilai-nilai

karakter yang akan dikembangkan dapat dimulai dari nilai-nilai yang esensial,

sederhana, dan mudah dilaksanakan

2.1.7 Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor adalah kemampuan yang dihasilkan dari fungsi motorik

manusia yaitu berupa keterampilan melakukan sesuatu. Keterampilan melakukan

sesuatu tersebut meliputi keteranpilan motorik, keterampilan intelektual, dan

25

keterampilan sosial. Keterampilan yang diterapkan dalam pembelajaran antara lain

dapat dilakukan pada saat pelaksanaan praktikum, pembuatan proyek, presentasi

tugas.

Aspek Psikomotorik berdasarkan Harrow dalam Thomas yang sesuai untuk

unjuk kerja dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Aspek Psikomotor berdasarkan Harrow yang sesuai untuk unjuk kerja

No Tingkatan Uraian dan contoh

1. Skilled movements Gerakan-gerakan yang memerlukan belajar

misalkan gerakan dalam menari, olehraga dan

rekreasi

5.1 simple adaptive

skills

Setiap adaptasi yang berhubungan dengan

gerakan dasar gerakan dinamais di dalam

ruangan yang bertumpu pada suatu sumber

tertentu .

5.2 compound adaptive

skills

Gerakan kombinasi untuk menggunakan alat-

alat seperti raket, parang, dan sebagainya

5.3 complex adaptive

skills

Menguasai mekanisme seluruh gerakan tubuh

seperti dalam senam

2. Nondiscoursive

communication

Kemampuan untuk berkomunikasi dengan

menggunakan gerakan misalnya ekspresi

wajah, postur, dan sebagainya.

6.1 expressive

movements

Gerakan-gerakan yang digunakan dalam

kehidupan sehari-hari seperti sikap dan gerak

tubuh, insyarat, ekspresi wajah

6.2 interpretive

movements

Gerakan sebagai bahan dari bentuk seni

termasuk gerakan estetis, gerakan-gerakan

greatif (improvisasi) dan sebagainya.

(Arikunto, 2013)

Klasifikasi aspek psikomotor selain diklasifiksikan oleh Harrow juga

diklsifikasikan oleh Simpson dalam Thomas. Penjabaran klasifikasi menurut Simpson

adalah :

26

1. Persepsi adalah pengguanaan alat indra untuk menjadi pegangan dalam

membantu gerakan. Persepsi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan

diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan

ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini

dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran aka hadirnya

rangsangan dan perbadaan antara seluruh rangsangan yang ada

2. Kesiapan meliputi kesiapan fisik, mental, dan emosiaonal untuk melakukan pan

gerakan. Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam

keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini

dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan rohani.

3. Guided respons merupakan tahap awal dalam mampelajaro keterampilan

kompleks, termasuk didalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.

4. Mekanisme adalah membiasakan gerakan-gerakan yang telash dipelajari

sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Ini mencakup kemampuan untuk

melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar karena sudah dilatih

secukupnya tanpa memperhatikan contoh yang diberikan.

5. Respon tampak kompleks merupakan gerakan motoris yang terampil yang

didalamnya terdiri dari pola gerakan yang kompleks. Gerakan kompleks

mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas

beberapa komponen dengan lancar, tepat dan efisien. Kemampuan ini dinyatakan

dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa

sub keterampilan demjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur.

27

6. Penyesuaian dilakukan untuk menyesuaiakan semua keterampilan yang sudah

berkembang dalam berbagai situasi. Peyesuaian ini mencakup kemampuan untuk

menyesuaiakan pola gerak dengan kondisi setempat dengan menunjukkan taraf

keterampilan yang mencapai kemahiran.

7. Penciptaan adalah membuat pola gerakan baru yang disesuaiakan dengan situasi

atau permasalahan tertentu. Penciptaan mencakup kemampuan untuk melahirkan

aneka pola gerak-gerik yang baru dan itu merupakan atas dasar kreativitas

sendiri.

Melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada beberapa

langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan hasil yang

optimal. Mills (2014) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik

adalah (a) menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (b) menganalisis keterampilan

secara rinci dan berutan, (c) mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan

penjelasan singkat dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk

kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian

yang sukar, (d) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba melakukan

praktik dengan pengawasan dan bimbingan, (e) memberikan penilaian terhadap usaha

peserta didik.

2.1.8 Prosedur Pelaksanaan Peer Assessment

Falchikov dalam Teaching Bioscience Enhancing Learning Series (Orsmond,

2004: 3), prosedur pelaksanaan peer assessment dapat dibagi ke dalam empat tahapan

yaitu persiapan, implementasi, follow up, dan replikasi.

28

2.1.8.1 Persiapan

Falchikov menerangkan bahwa langkah persiapan dalam pelaksanaan peer

assessment ini adalah penyusunan desain pembelajaran yang mengandung kegiatan

peer assessment di dalam pelaksanaannya. Pendidik pada tahap selanjutnya

melakukan sosialisasi desain pembelajaran beserta prosedur penilaiannya ke siswa

agar seluruh siswa memahami apa yang harus mereka lakukan pada saat

pembelajaran.

Pendidik yang melakukan sosialisasi selain menjelaskan prosedur atau

langkah pembelajaran, juga menjelaskan makna, tujuan, manfaat bagi siswa jika

melakukan peer assessment. Penjelasan tersebut dilakukan agar siswa memahami dan

dapat melakukan peer assessment dengan sungguh-sungguh.

Falchikov menyatakan bahwa dalam tahap persiapan juga dilaksanakan

penjelasan kriteria penilaian pada siswa. Pendidik menjelaskan kepada mahasiswa

mengenai apa yang harus dinilai dari teman sekelompoknya dan bagaimana cara

memberikan nilainya. Hal ini penting untuk menyamakan persepsi siswa tentang apa

saja yang harus dinilai dari temannya. Proses pelaksanaan peer assessment, siswa

akan dilatih meningkatkan kepercayaan diri dan nantinya akan lebih berkompeten

dalam hal ini. Kriteria dalam proses peer assessment harus dibicarakan dengan siswa

agar terdapat persamaan persepsi diantara siswa.

2.1.8.2 Implemetasi

Implementasi peer assessment dilaksanakan setelah tahap persiapan selesai

dengan bahan akhirnya berupa instrumen penilaian. Implementasi ini dilakukan pada

29

saat proses pembelajaran memasuki tahap penilaian seperti desain pembelajaran

yang telah disepakati. Siswa akan melakukan peer assessment kepada teman

sejawatnya dalam proses pembelajaran tersebut.

2.1.8.3 Tahap Follow-up dan Evaluasi

Pendidik mengumpulkan feedback yang didapatkan dari hasil penilaian peer

assessment, kemudian hasil penilaian ini dianalisis oleh pendidik untuk

mengidentifikasi masalah terhadap penilaian siswa tersebut. Masalah yang

diidentifikasi berupa masalah mekanisme penilaian, masalah dalam proses

pembelajaran, dan juga masalah dalam lingkup pemahaman materi. Hasil analisis

tersebut memberikan gambaran apakah metode penilaian membutuhkan perubahan

terhadap waktu penilaian ataupun kriteria yang digunakan dalam penilaian.

2.1.8.4 Tahap Replikasi

Penilaian dengan menggunakan peer assessment baik untuk dilakukan secara

berkelanjutan. Kenaikan intensitas siswa melakukan penilaian akan membuat siswa

lebih terbiasa melakukan penilaian dan feedback yang didapatkan siswa akan

membuat siswa dapat lebih mengetahui cara memperolah hasil terbaik. Siswa

diajarkan untuk lebih bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan dalam penilaian

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini adalah :

1) Berdasarkan penelitian yang dilakukan Cho dkk (2006: 891) menyimpulkan

bahwa pelaksanaan peer assessment seharusnya tidak perlu terlalu

30

menghawatirkan reliabilitas dan validitas karena hasil yang didapat dalam

penelitian ini dapat dikatakan baik walaupun nilai dari kedua aspek tersebut tidak

terlalu tinggi dan menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar mencari metode

agar dapat meningkatkan nilai reliabilitas dan validitas.

2) Noonan dan Duncan (2005) menjelaskan bahwa penggunaan penerapan peer

assessment dan self assessment dapat diterapkan di SMA pada umumnya.

Noonan dan Ducncan dalam penelitiannya menyarankan dalam pelaksanaan peer

assessment dan self assessment di dalam pembelajaran perlu bimbingan lebih

lanjut agar dapat dilakukan dengan lebih tepat.

3) Meutia dkk (2013: 63) memberikan saran agar guru maupun calon guru

diharapkan sering melakukan penialaian kinerja untuk menilai hasil belajar siswa

agar terbiasa dalam membuat dan menggunakan rubrik penilaian.

4) Pelaksanaan peer assessment masih menunjukkan bahwa siswa yang

melakukannya masih ragu dalam memberikan nilai ke teman mereka, hal ini

dikarenakan adanya keraguan mareka atas kemampuan mereka dalam hal

keadilan selama melakukan penilaian, hal ini diungkapkan oleh Cetcuti dan

Cutajar (2014 : 3101).

5) Pengembangan instrumen yang dilakukan oleh Astuti dkk (2012: 39) dikatakan

reliabel dan valid dengan nilai yang tinggi, keefektifan instrumen yang

dikembangkan ini ditunjukkan dengan kenaikan hasil belajar siswa setelah

menggunakan instrumen ini.

31

6) Thomas dkk (2011) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa

pelaksanaan peer assessment memberikan dampak positif salah satunya adalah

meningkatkan rasa kepemimpinan.

7) Admiraal dkk (2014: 119) dalam penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan

hasil penelitiannya terdapat perbedaan nilai ujian pada siswa yang menerapkan

peer assessment dan tidak, dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

penerapan peer assessment dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

2.3 Kerangka Berfikir

Penilaian merupakan hal yang harus dilakukan pada proses pembelajaran.

Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah

dilakukan oleh pendidik terhadap siswa. Pembelajaran sains yang dilakukan

melibatkan keterampilan siswa agar mampu menggali kemampuannya secara optimal

tidak hanya belajar pada konsep teori pada pembelajarannya. Pembelajaran yang

dilakukan harus memenuhi tiga aspek aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik secara efektif. Ketiga aspek ini dapat dicapai dengan unjuk kerja pada

presentasi tugas.

Penilaian keterampilan siswa memerlukan suatu teknik penilaian yang dapat

digunakan untuk menilai kinerja siswa dalam memahami sebuah materi dan

membantu mempermudah penilai dalam melakukan pengamatan. Terdapat beberapa

macam jenis authenthic assessment yang dapat mengungkap aspek kinerja siswa.

32

Diantaranya yaitu self dan peer assessment, penilaian ini memberikan kesempatan

bagi siswa untuk tidak hanya dijadikan objek penilaian dengan melibatkan siswa

secara langsung dalam proses penilaian. Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang

standar penilaian menyatakan bahwa untuk menunjang keaktifan siswa, penilaian

yang dilakukan adalah termasuk di dalamnya berupa penilaian teman sejawat.

Self dan peer assessment merupakan teknik penilaian dimana mahasiswa

diberi kesempatan untuk menilai dirinya dan temannya berkaitan dengan keunggulan

dan kelemahannya (Wahyuni, 2012). Peer assessment dapat memberi tahu siswa

tentang aspek yang akan dinilai dalam proses pembelajaran, dengan demikian siswa

dapat mempersiapkan diri jika dirinya akan dinilai oleh temannya. Peer assessment

ini juga mendorong siswa menjadi lebih baik dalam proses pembelajaran sehingga

hasil belajar siswa akan mengalami peningkatan.

Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Purbalingga menerangkan

bahwa belum maksimalnya penilaian self ataupun peer assessment. Penilaian yang

dilakukan masih didominasi oleh penilaian yang dilakukan oleh guru. Kecanggihan

teknologi yang ada juga sudah diikuti oleh siswa sekolah tersebut. Proses

pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru yang menerangkan dengan

metode ceramah dan latihan soal. Beberapa hasil pengamatan ini yang mendasari

melakukan penelitian ini. Kerangka berfikir dapat dilihat pada Gambar 2.1.

33

Gambar 2.1 Kerangka berfikir

Hasil observasi di

Sekolah

Pembelajaran di sekolah

masih ada yang dilakukan

secara ceramah sehingga

belum melibatkan

keaktifan siswa dan sistem

peilaian masih berpusat

pada guru

Standar Penilaian

Pendidikan

Penilaian yang

dilakukan berupa

penilaian otentik,

penilaian diri,

penilaian berbasis

portofolio, dll

Kurikulum 2013

Kurikulum yang

menekankan pada

perkembangan

sikap, keterampilan,

dan pengetahuan

Perlu diadakan

pembelajaran untuk

mengukur keterampilan

siswa sehingga siswa pro

aktif dalam pembelajaran

dan mengembangkan

penilaian yang melibatkan

siswa.

Penilaian yang dapat

dilakukan oleh siswa

yang sesuai dengan

standar penilaian

pendidikan adalah

peer dan self

assessment.

Aspek keterampilan

siswa akan

mempengaruhi

kemampuan siswa.

Contoh dari

keterampilan siswa

adalah keterampilan

praktikum,

keterampilan

pembuatan proyek,

keterampilan unjuk

kerja, dll

Pengembangan instrumen

penilaian untuk mengukur

keterampilan siswa

Instrumen penilaian yang

dikembangkan

menggunakan teknik peer

assessment

Pengembangan instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas dengan teknik

peer assessment.

34

2.4 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas dengan teknik peer

assessment produk pengembangan valid dan reliabel untuk menilai unjuk kerja

pada presentasi tugas siswa.

2. Instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas dengan teknik peer

assessment merupakan produk pengembangan yang efektif untuk menilai unjuk

kerja pada presentasi tugas siswa.

97

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Purbalingga menghasilkan

simpulan:

1. Instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas dengan teknik peer

assessment dinyatakan valid untuk mengukur kemampuan unjuk kerja siswa.

Validitas ini diperoleh dari validasi oleh ahli / pakar instrumen.

2. Instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas dengan teknik peer

assessment dinyatakan reliabel untuk mengukur kemampuan unjuk kerja siswa

dengan nilai reliabilitas pertama sebesar 0.983, reliabilitas kedua sebesar 0.701

dan reliabilitas ketiga sebesar 0.855. Perhitungan reliabilitas ini menggunakan

rumus inter rater reliability dengan tiga rater pada perhitungan reliabilitas

pertama dan lima rater pada perhitungan reliabilitas kedua dan reliabilitas ketiga.

3. Instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas dengan teknik peer

assessment dinyatakan efektif dikarenakan ketuntasan klasikal pada psikomotorik

siswa pada saat implementasi instrumen penilaian adalah sebesar 92,7%.

Instrumen penilaian ini juga memberikan dampak positif pada aspek kognitif dan

afektif, ketuntasan klasikal aspek kognitif yaitu ≥ 80% yaitu sebanyak 84,2% di

kelas X MIPA 2 dan 89,4% di kelas X MIPA 5 serta siswa yang dikategorikan

97

98

memiliki karakter yang minimal baik sebanyak 93,4%, hasil ini didapat dari

lembar angket yang dibagikan kepada siswa.

4. Instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas dengan teknik peer

assessment mendapat respon yang positif dari siswa dan guru. Persentase siswa

yang memberikan respon minimal baik untuk instrumen penilaian yang

dikembangkan ini sebanyak 97,4% dan respon guru dikatagorikan dalam kriteria

sangat baik.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah :

1. Instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas dengan teknik peer

assessment yang dikembangkan masih memiliki beberapa sub aspek yang masih

berada di bawah ketuntasan klasikal sehingga perlu perbaikan beberapa

indikator.

2. Instrumen penilaian unjuk kerja pada presentasi tugas dengan teknik peer

assessment dapat diaplikasikan tidak hanya untuk mata pelajaran kimia namun

dapat juga di mata pelajaran lain karena instrumen ini bersifat umum.

3. Penerapan penilaian dengan teknik peer assessment dinilai memberikan dampak

yang positif sehingga guru diharapkan sering menerapkannya kepada siswa

sehingga siswa akan lebih mengetahui komponen penilaian dan membuat mereka

memiliki kemampuan yang lebih baik.

99

DAFTAR PUSTAKA

Admiraal, W., B. Huisman, & M. V. D. Ven. 2014. Self-and Peer-Assessment in

Masive Open Online Courses. International Journal in Higher Education.

3(3) : 119-128.

Alias, M., A. Masek, & H. H. M. Salleh. 2015. Self, Peer and Teacher Assessments in

Problem Based Learning: Are They in Agreements?. Social and Behavioral

Sciences. 204 : 309-317

Anonim, 2015. Wikipedia. [Online] tersedia di : http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia

[diakses 19-4-2015]

Anwar, S. 2013. Sikao Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Amo, A. & F. Jereno. Self, Peer and Teacher Assessment as Active Learning

Methods. Research Journal of Internatıonal Studıes. 18 : 42-47.

Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Astuti, W. P., A. P. B. Prasetyo, & E. S. Rahayu. 2012. Pengembangan Instrumen

Asesmen Autentik Berbasis Literasi Sains pada Materi Sistem Ekskresi.

Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan. 41(1): 39-43.

Azwar, Saiffudin. 2013. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cetcuti, D. & C. Cutajar. 2014. Implementing Peer Assessment in a Post Secondary

(16-18) Physic Clasroom. International Journal of Science Education.

36(18): 3101–3124.

Cho, K., C.D. Schunn, & R. W. Wilson. 2006. Validity and Reliability of Scaffolded

Peer Assessment of Writing From Instructor and Student Perspectives.

Jurnal of Education Psychology. 98(4): 891-901.

Dominguez, C., A. Jaime, A. Sanchez, J. M. Blanco, & J. Heras. 2016. A

Comparative Analysis of the Consistency and Difference Among Online

Self-, Peer-, External- and Instructor-Assessments: The Competitive Effect.

Computers in Human Behavior. 112-120.

100

Farra, S., S. Smith, D. French, & G. Gillespie. 2015. Development of an Assessment

Instrument to Evaluate Performance of the Skill of Decontamination. Nurse

Education Today. 1016-1022.

Fitriyani, R. Jaenudin, & S. Fatimah. 2013. Pengaruh Penilaian Unjuk Kerja terhadap

Sikap Peserta Didik pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Srijaya Negara

Palembang. Jurnal Pendidikan & Kajian Sejarah. 3(4): 23-28.

Gaol, P. L. 2014. Pengembangan Instrumen Penilaian Karakter Pada Mata Pelajaran

Matematika Sekolah Menengah Pertama. Seminar Nasional Evaluasi

Pendidikan. 871-882.

Gunawan, I. & A. R. Palupi. 2015. Taksonomi Bloom-Revisi Tanah Kognitif:

Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian.

[Online] tersedia di : http://www.ikippgrimadiun.ac.id. [diakses 6-1-2016]

Hidayat, S., Festiyed, & A. Fauzi. 2012. Pengaruh Pemberian Assessment Essay

Terhadap Pencapaian Kompetensi Siswa Dalam Pembelajaran Fisika

Menggunakan Pendekatan Ekspositori Dan Inkuiri Di Kelas XI IA SMA N

1 Kecamatan Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota. Jurnal Penelitian

Pembelajaran Fisika 1. 1-14.

Hobri. 2009. Developmental Research. [Online] tersedia di :

http://hobri.blog.unej.ac.id/ [diakses 8-1-2016]

Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Badan Penelitian

dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan : Jakarta.

Kusaeri. 2014. Acuan & Teknik Penilaian Proses & Hasil Belajar dalam Kurikulum

2013.Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Liliana & M. Tawil. 2014. Keterampilan-keterampilan Sains dan Implementasinya

dalam Pembelajaran IPA. Makasar : Badan Penerbit UNM.

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyususnan Instrumen Tes dan Nontes. Yogjakarta:

Mitra Cendikia.

Mardhapi, 2013. Penilaian Pendidikan Karakter. [Online] tersedia di :

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Penilaian_karakter.pdf [diakses

7-6-2015]

101

Meutia, H., R. Johar, & A. Ahmad. 2013. Kemampuan Mahasiswa Calon Guru

Menerapkan Penilaian Kinerja untuk Menilai Hasil Belajar Siswa dalam

Pembelajaran Matematika. Jurnal Peluang. 1(2):61-70.

Muliartini, N. W. S., N. D. M. S. Adnyawati, & D. S. Wahyuni. 2013. Penerapan

Model Pembelajaran PDEODE (Predict Discuss Explain Observe Discuss

Explain) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi Informasi dan

Komunika. Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika.

2(6): 703-708

Noonan, B., & C. R. Duncan. 2005. Peer and Self Assessment in High School.

Practical Assessment Research & Evaluation. 10(17): 1-8. Diakses 24-4-

2015.

Orsmond, P. 2004. Self and Peer-Assessment: Guidance on Practice in the

Biosciences. [Online] tersedia di :

http://www.bioscience.heacademy.ac.uk/Teachingguides/fulltext.pdf

Diakses 28-12-2015]

Permendikbud RI No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses.

Permendikbud RI No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian

Permendikbud RI No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan

Dasar dan Pendidikan Menengah.

Permendikbud RI No.104 Tahun 2014 tentang Standar Penilaian

Permendikbud RI No. 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik

dan Satuan Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Permen RI No.13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Rifa‟i, A. & T. A. Catharina. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang : Universitas

Negeri Semarang.

Rochmiyati. 2013. Model Peer Assessment pada Pembelajaran Kolaboratif Elaborasi

IPS Terpadu di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Penelitian dan Evaluasi

Pendidikan. 17(2): 333-346.

102

Rukmini. 2015. Penggunaan Model Pembelajaran Pemberian Tugas Dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Seni Budaya Siswa

Kelas Xi Sman 10 Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah, Budaya dan

Sosial. 6(15): 78-94.

Sari, L. P. & A. Wiyarsi. 2011. Efektifitas Penerapan Performance Assessment

Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Siswa SMA di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Unesa 2011. 128-137.

Siswaningsih, W.,G. Dwiyanti, & C. Gumilar. 2013. Penerapan Peer Assessment dan

Self Assessment pada Tes Formatif Hidrokarbon untuk Feedback Siswa

SMA Kelas X. Jurnal Pengajaran MIPA. 18(1): 107-115.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Supahar. 2015. Pengembangan Instrumen Penilaian Kinerja Penyusunan Laporan

Praktikum Fisika SMP Berbasis Inkuiri. Jurnal Pendidikan Matematika dan

Sains Tahun III. 1: 23-29.

Sutijan, M. Makhfud, L. Lestari & Chumdari. 2015. Pengembangan Instrumen

Penilaian Pendidikan Karekter Terpadu. Jurnal Paedagogia. 18(2): 1-9.

Thomas, G., D. Martin, & K. Pleasants. 2011. Using Self- and Peer-Assessment to

enhance students‟ future-learning in higher education. Journal of University

Teaching & Learning Practice. 8(1): 1-17.

Thomas, K. 2004. Learning Taxonomies in The Cognitive, Affective, and

Psychomotor Domains. [Online] tersedia di :

www.rockymountainalchemy.com/whitePapers/rma-wp-learning-

taxonomies.pdf [diakses 5-1-2016]

Topping, K. 1998. Peer Assessment Between Student in Colleges and Universities.

American Educational Research Association. 68(3): 249-276.

Tsivitanidou, O.E. & C. P. Constantinou. 2016. A Study of Students‟ Heuristics and

Strategy Patterns in Web-based Reciprocal Peer Assessment for Sience

Learning. Internet and Higher Education. 29: 12-22

Umaha, S., S. Wahyuni & Subiki. 2013. Pengembangan Instrumen Penilaian Proyek

pada Pokok Bahasan Perpindahan Kalor di SMA. Jurnal Pendidikan Fisika.

2(3):309-314.

103

Wahyuni, S. & S. Ibrahim. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: Refika

Aditama.

Wicaksono, S. R. 2011. Strategi Penerapan Domain Afektif Di Lingkup Perguruan

Tinggi. Jurnal Pendidikan, 12(2):112-119.