pedoman rs

14
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perludilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan biasanya merupakan indikator pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalik nosokomial. Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Li olmes melalui praktek!praktek hygiene dan penggunaan antiseptik. "antangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epi rumah sakit. #erugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat men$apai jumlah yang besa khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan obat!o serta peralatan medis dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif berkurang, penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi ster dipatuhi dengan ketat. "ekanan!tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergese resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistem dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya #omite Pengendalian I profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah!langkah pengendalian infeksi yang terpadu. #eberhasilan p pengendalian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh efekti%itas proses komunikasi u menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh k rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat maup berobat jalan serta para pengunjung rumah sakit Panti Rahayu Purwodadi. &paya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit karitas bersifat multidisiplin, hal!hal yang perlu diperhatikan'

Upload: clarita

Post on 02-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pedoman rs

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar BelakangDalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan biasanya merupakan indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial.Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit.Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistematik dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya Komite Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat maupun berobat jalan serta para pengunjung rumah sakit Panti Rahayu Purwodadi.Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit karitas bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain.2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh terhadap resiko penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya pakaian pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain.B. Tujuan .1. Tujuan umum .Meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit Panti Rahayu melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan meliputi kualitas pelayanan,management resiko,clinical governace,serta kesehatan dan keselamatan kerja .2. Tujuan Khusus Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab secara jelas. Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lain secara efektif dan efisien. Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS Panti Rahayu Purwodadi.

C. Ruang lingkupRuang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi : Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi Pelayanan surveilens PPI Hand Higiene sebagai bariier protection. Penggunaan APD Pelayanan CSSD Pelayanan Linen Pelayanan Kesehatan karyawan Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan IPSRS. Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan Pelayanan management resiko PPI Antibiogram dan pola kuman RS Panti Rahayu Penggunaan bahan single use yang di re-use D. Batasan operasional.Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :I. Konsep dasar penyakit Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk indonesia ,ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari( Community acquaired infection)atau berasal dari( Hospital Acquired infektion). Karena seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal infeksi maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured infeksi) diganti (HAIs) yaitu healthcare assosiated infections dengan arti lebih luas tidak hanya terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas yang didapat saat melakukan tindakan medis atau perawatan . Batasana. Kolonisasi:merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi,dimana organisme tersebut hidup,tumbuh dan berkembang biak,namun tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinis.Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam keadaan suspectibel pasien dan petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan kuman patogen tanpa mengalami rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang lain (sebagai carrier).b. InfeksiMerupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme dimana terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik.c. Penyakit infeksi Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.d. Penyakit menularAdalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain secara langsung maupun tidak langsung.e. InflamasiMerupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya dolor,kalor,rubor ,tumor dan fungsiolesa.f. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma).Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan respon tubuh (imflamasi) yang bersefat sitemik.kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia sesuai usia,(3) takipneu sesuai usia,(4) leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda (batang ) lebih dari 10 %.SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi seperti luka bakar, pankreatitis,atau gangguan metabolik.SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.Rantai penularan .Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai penularan,apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia ,dapat berupa bakteri,virus,riketsia,jamur, dan parasit.ada 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : virulensi,patogenesis,jumlah dosis obat.b. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup,tumbuh,berkembang biak dan siap ditularkan pada orang lain,reservoir yang paling umum adalah manusia,binatang,tumbuhan,tanah,air dan bahan bahan organik.pada manusia sehat permukaan kulit,selaput lendir saluran napas,pencernaan dan vagina meripakan reservoir yang umum.c. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir ,pintu keluar meliputi saluran napas,pencernaan,saluran kemih dan kelamin,kulit,membran mukosa,trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.d. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1) kontak; langsung dan tidak langsung,(2) droplet ,(3) airborne ,(4) Vehicle ;makan,minuman,darah,(5) vektor biasanya bnatang pengerat dan serangga.e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu (yang supectibel) dapat melalui saluran pernapsan,pencernaan.perkemihan atau luka.f. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi ,faktor yang mempengaruhi umur,usia,status gisi,ekonomi,pekerjaan,gaya hidup,terpasang barrier (kateter,implantasi ),dilakukan tindakan operasi.Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi.

a. Peningkatan daya tahan pejamu.Dengan pemberian imunisasi(vaksin Hepatitis B),promosi kesehatan nutrisi yang adekuat.b. Inaktivasi agen penyebab infeksi.Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan pasteurisasi atau sterilisasi ataupun memasak makanan hingga matang.kalau kimia dengan pemberian clorin pada air dan desinfeksi .c. Memutus rantai penularan.Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan kewaspadaan isolasi dan kewaspadaan transmisid. Tindakan pencegahan paska pajanan.Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya hepatitis B,C dan HIV.

II. Penyakit Menular.I. AIDSPengertianAdalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena terinfeksi HIV( human Imunodefisiency Virus).PenyebabVirus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2)KLASIFIKASI INFEKSI AIDS1. Infeksi Akut.a. Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.b. pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6 minggu setelah kontak.c. patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi imunitas terhadap masuknya HIV.Saat ini pemeriksaaan terhadap antibodi terhadap virus HIV masih ( - ) tetapi pemeriksaan Ag p24 sudah (+) sangat infeksius.2. INFEKSI KRONIK ASIMTOMATIKa. Lamanya dapat bertahun tahun .b. Tanpa gejala ,kemungkinan tubuh masih dapat mengkompensasi 3. PGL( PERSISTREN GENERALIZED LYMPHADENOPATHY)Terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang semetris.sering terjadi pembesaran limpa di leher posterior dan anterior.Kelompok ini berkembang menjadi AIDS kira2 10-30 % dalam jangka waktu 24- 60 bulan.a. CARA PENULARAN HIV.1) Penularan melalui hubungan seksual2) Penularan melalui darah.3) Penularan secara perinatal. Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu; Cairan vagina. ASI. Air mata. Air liur. Air seni. Air ketuban. Dan cairan cerebrospinal.b. Gejala dan tanda Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam waktu 5 sampai 10 tahun ,Setelah terjadi penurunan sel CD 4 secara bermakna baru AIDS mulai berkembang dan menunjukan gejala gejala spt : Diare yang berkelanjutan . Penuunan berat badan secara drastic. Pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak. Batuk terus menerus.2. Flu burung. Dibagi menjadi 4 sbb :a. Seseorang dalam penyelidikan b. Kasus suspek.c. Kasus probabeld. Kasus konfirmasi1. Seseorang dalam penyelidikan Diputuskan oleh pejabat berwenang untuk dilakukanpenyelidikan epidemiologi kemungkinan terinfeksi H5N1,mis orang sehat namun kontak erat dengan kasus atau penduduk sehat namun tinggal didaerah flu burung ,adapun gejala yang ditimbulkan : Batuk Sakit tenggorokan Pilek Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :1. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti merawat,berbicara atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak 1 meter.2. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti memasak,menyembelih atau membersihkan bulu ).3. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti membersihkan kotoran ,bahan atau produk lain.4. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna.5. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) memegang atau menangani sampel hewan atau manusia yang dicurigai mengandung H5N1.6. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) atau binatang selain unggas yang terinfeksi (babi atau kucing.)7. Ditemukan leukopeni.8. Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A tanpa subtipe.9. Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk pada serial foto. Infeksi selaput mata Diare atau gangguan pencernaan. Fatigue

Kasus probabel flu burung.Dengan kriteria. :1. Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.2. Hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik H5dalam spesimen serum tunggal )menggunakan uji netralisasi(dikirim kelab rujukan Kasus Flu burung terkonfirmasi.Dengan kriteria :1. Isolasi virus H5N1 positif2. Hasil PCR H5N1 positif.3. Peningkatan 4 x lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen.4. Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil 7 hari setelah awitan gejala penyakit) dan titer antibodi metralisasi konvalesen harus pula 1/80 .5. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke stelah awitan disertai hasil positif uji serologi lain,mis titer HI sel darah merah kuda 1/160 atau western blot spesifik H5 positif.Pencegahan :1. Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau burung terinfeksi.2. Menghindari peternakan unggas.3. Hati hati ketika menangani unggas.4. Memasak ddengan suhu 60C selama 30 menit,atau 80C selama 1 menit)5. Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan : Setelah memgang unggas. Setelah memegang daging unggas. Setelah memasak. Sebelum memasak

Pengobatan.Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga mengurangi gejala dan komplikasi yang terinfeksi.Macam obat :1. Amantadine.2. Rimatadine3. Oseltamivir(tamiflu)4. Zanavir(relenza)

3. TUBERKULOSIS (TBC)Penyebab TBC disebabkan oleh kuman /basil tahan asam(BTA) yakni micobactpi derium tuberkulosis.Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa hari ditempat yang lembab dan gelap.Beberapa jenis micobakterium lainjuga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik).Hampir semua oirgan tubuh dapat terserang bakteri ini seperti kulit,otak,ginjal,tulang dan paling sering paru.EpidemiologiIndonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB setelah India dan Cina,diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb secara laten.Di indonesia diperkirakan terdapat 583 000 kasus baru dengan 140 000 kematian setiap tahun.Faktor resiko TB ; HIV,DM,Gisi kurang,kebiasaan merokok.Cara penularan.Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak.Masa InkubasiSejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes tuberculosis positif memerlukan waktu antara 2 -10 minggu .Resiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmuner progresif infeksi primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan kedua.Infeksi laten bisa terjadi seumur hidup.Pada pasien dengan imun defisiensi seperti HIV masa inkubasi bisa lebih pendek.Masa penularan Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya mengandung BTA,penularan berkurang apabila pasien menjalani pengobatan adekuat selama min 2 minggu,sebaliknya pasien yang tidak diobati secara adekuat dan pasien dengan persisten AFB positif dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama.Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan,virulensi kuman,terjadinya aerosolisasi waktu batuk/bersin,dan tindakan medis beresiko tinggi seperti intubasi dan bronkoskopiGejala klinis : Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih. Batuk berdahak sesak napas nyeri dada Sering demam nafsu makan menurun. penurunan berat badan . BTA (+)

Pengobatan : Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT) dengan metoda DOTS (directly observed treatment shourtcore ) diawasi poleh pengawas minum obat.Untuk pasien baru TB BTA (+) ,WHO menganjurkan pemberian 4 macam obat setiap hari selama 2 bulan berturut terdiri rif ,inh,pza,dan etambutol diikuti inh dan rif 3 kali seminggu selama 4 bulan.Pencegahan. Penemuan dan pengobatan TB Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi. Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi.

4. MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcuc Aereus)Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan pada kulit dan hidung dan kebal terhadap antibiotika.jumlah kematian MRSA lebih banyak dibandingkan AIDS Saat ini ada 2 tipe :1. Health care asosiated (HA MRSA)Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah sakit..2. Community asosiated (CA-MRSA)Yang baru ini ditemukan ditempat tempat umum,fitness,loker-loker,sekolah dan perabotan rumah tangga.Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya lemah,jika daya tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala .Bakteri yang dibawa sipasien menyebar dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak kulit dan menyentuh barang yang terkontaminasi . Stapylococcus menimbulkan gejala seperti infeksi kulit,jerawat,bisul,abses atau gigitan serangga,ini biasa menyebabkan bengkak,merah dan nyeri.bakteri ini dapat menembus kulit sampai dengan menimbulkan infeksi ditulang,sendi,aliran darah,jantung dan paru yang bias mengancam jiwa.Penyebaran MRSA.1. Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA2. Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan rumah tangga yang MRSA3. Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih4. Menyentuh hidung dari penderita MRSATanda dan gejala :1. Infeksi luka2. Bisul3. Folikel rambut yang terinfeksi4. Impetigo 5. Kulit yang sakit seperti digigit seranggaDiagnose : Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laborat dan dikultur untuk S aureus. Juka S aureus yang diisolasi (tumbuh dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian terkena antibiatikyang berbeda termasuk Meticilin dan S aureus tumbuh dengan baik di Meticilindalam kultur yang disebut MRSA. Prosedur ayng sama juga dilakukan untuk menentukan apakah seseorang merupakan pembawa MRSA(Screning untuk carrier) tetapi sample kulit atauselaput lender hanya diswab tidak dibiopsi

Pengobatan MRSA :Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi serius seperti menyebar infeksi kejaringan sekitar darah, tulang dan jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap antibiotic banyak akan sulit untuk mengobati namun beberapa antibiotic berhasil mengendalikan infeksi tapi jarang.Tindakan pencegahan :1. Kebersihan tangansesering mungkin terutama setelah menyentuh hidung anda.2. Bila batuk terapkan etika batuk3. Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi dengan ditutup kain kasa, ganti ferban sesering mungkin terutama jika basah.4. Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juda melalui feces dan urine5. Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk penderita MRSA.6. Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi yang lainnya.7. Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien dengansabun dan clorin 0,5%.