pedoman penulisan buku non teks pelajaran

Upload: ezms

Post on 10-Jul-2015

1.592 views

Category:

Documents


55 download

TRANSCRIPT

BAB 1 PENDAHULUANA. Pengertian Buku Nonteks Pelajaran Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional tentang buku-buku pendidikan, terdapat empat jenis buku pendidikan yaitu buku teks pelajaran, buku pengayaan, buku referensi, dan buku panduan pendidik (2004: 4). Klasifikasi ini diperkuat lagi oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2008 pasal 6 (2) yang menyatakan bahwa selain buku teks pelajaran, pendidik dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran. Berdasarkan ketentuan di atas maka terdapat empat jenis buku yang digunakan dalam bidang pendidikan, yaitu (1) Buku Teks Pelajaran; (2) Buku Pengayaan; (3) Buku Referensi; dan (4) Buku Panduan Pendidik. Untuk memudahkan dalam memberikan klasifikasi dan pengertian pada buku-buku pendidikan, dilakukan dua pengelompokan buku pendidikan yang ditentukan berdasarkan ruang lingkup kewenangan dalam pengendalian kualitasnya, yaitu (1) Buku Teks Pelajaran dan (2) Buku Nonteks Pelajaran. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa kewenangan untuk melakukan standarisasi buku teks pelajaran adalah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), sedangkan buku pengayaan, referensi, dan panduan pendidik bukan merupakan kewenangan badan ini. Hal di atas dipertegas lagi oleh surat Badan Standar Nasional Pendidikan nomor 0103/BSNP/II/2006 tanggal 22 Februari 2006 yang menegaskan bahwa BSNP hanya akan melaksanakan penilaian untuk Buku Teks Pelajaran dan tidak akan melakukan penilaian atau telaah buku selain buku teks pelajaran. Oleh karena itu kewenangan untuk melakukan standarisasi buku-buku pendidikan, selain buku teks pelajaran adalah Pusat 1Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Struktur Organisasi Pusat-pusat di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam ketentuan tersebut dinyatakan bahwa fungsi Pusat Perbukuan adalah melakukan pengembangan naskah, pengendalian mutu buku, dan melakukan fasilitasi perbukuan, khususnya bagi lembaga pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan pengelompokan di atas maka buku nonteks pelajaran berbeda dengan buku teks pelajaran. Jika dicermati berdasarkan makna leksikal, buku teks pelajaran merupakan buku yang dipakai untuk memelajari atau mendalami suatu subjek pengetahuan dan ilmu serta teknologi atau suatu bidang studi, sehingga mengandung penyajian asas-asas tentang subjek tersebut, termasuk karya kepanditaan (scholarly, literary) terkait subjek yang bersangkutan. Sementara itu, buku nonteks pelajaran merupakan buku-buku yang tidak digunakan secara langsung sebagai buku untuk memelajari salah satu bidang studi pada lembaga pendidikan. Berdasarkan pengelompokan di atas, dapat diidentifikasi ciri-ciri buku nonteks pelajaran, yaitu: (1) Buku-buku yang dapat digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan, namun bukan merupakan buku acuan wajib bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) Buku-buku yang menyajikan materi untuk memerkaya buku teks pelajaran, atau sebagai informasi tentang Ipteks secara dalam dan luas, atau buku panduan bagi pembaca; (3) Buku-buku nonteks pelajaran tidak diterbitkan secara berseri berdasarkan tingkatan kelas atau jenjang pendidikan; (4) Buku-buku nonteks pelajaran berisi materi yang tidak terkait secara langsung dengan sebagian atau salah satu Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Standar Isi, namun memiliki 2Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

keterhubungan dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional; (5) Materi atau isi dari buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan oleh pembaca dari semua jenjang pendidikan dan tingkatan kelas atau lintas pembaca, sehingga materi buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan pula oleh pembaca secara umum; (6) Penyajian buku nonteks pelajaran bersifat longgar, kreatif, dan inovatif sehingga tidak terikat pada ketentuan-ketentuan proses dan sistematika belajar, yang ditetapkan berdasarkan ilmu pendidikan dan pengajaran.

Dengan mengacu pada ciri-ciri buku nonteks pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa buku nonteks pelajaran adalah buku-buku berisi materi pendukung, pelengkap, dan penunjang buku teks pelajaran yang berfungsi sebagai bahan pengayaan, referensi, atau panduan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan menggunakan penyajian yang longgar, kreatif, dan inovatif serta dapat dimanfaatkan oleh pembaca lintas jenjang dan tingkatan kelas atau pembaca umum.

B. Kedudukan dan Fungsi Buku Nonteks Pelajaran Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 maka ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Untuk memenuhi standar tersebut dikembangkan buku teks pelajaran yang isinya sesuai dengan ketentuan Standar Isi. Sementara itu, untuk menunjang pencapaian standar isi perlu dikembangkan buku-buku yang mendukung dan melengkapinya, yaitu buku nonteks pelajaran. Dengan

3Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

demikian, buku nonteks pelajaran memiliki kedudukan sangat strategis dalam mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Buku nonteks pelajaran memiliki kedudukan sebagai buku yang dapat melengkapi pendalaman materi dan penambahan wawasan bagi pembaca dari pembahasan materi yang tidak tersaji secara lengkap dalam buku teks pelajaran. Selain itu, buku nonteks pelajaran memiliki pula kedudukan sebagai buku yang dapat menunjang pengembangan materi atau isi buku teks pelajaran, baik secara filosofis, historis, etimologis, geografis, pedagogis, dan segi lainnya dari materi yang tersaji dalam buku teks pelajaran. Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi kekayaan alam dan budaya Nusantara akan memiliki kedudukan sebagai buku yang dapat mempromosikan kekayaan alam dan budaya bangsa Indonesia. Keberagaman suku bangsa akan memunculkan keanekaragaman budaya sebagai suatu kekayaan Indonesia yang tidak ternilai harganya. Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi ini akan dapat menginformasikan kekayaan bangsa Indonesia yang patut dibanggakan dan diberdayakan oleh bangsanya, bukan sebaliknya hanya dieksploitasi untuk kepentingan bangsa lain. Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni akan memiliki kedudukan sebagai buku yang melestarikan kekayaan Ipteks yang telah dikembangkan. Berbagai penemuan Ipteks, baik yang telah dikembangkan bangsa lain maupun oleh bangsa Indonesia dapat dilestarikan dalam dokumen tertulis, yaitu buku nonteks pelajaran. Buku nonteks pelajaran yang berisi prinsip atau prosedur pembelajaran atau berisikan materi pokok dan model pembelajaran yang dapat digunakan pendidik memiliki kedudukan sebagai buku panduan. Prinsip-prinsip

pembelajaran atau prosedur membelajarkan peserta didik tentang materi pokok dari salah satu mata pelajaran di satuan pendidikan dapat dituangkan dalam buku nonteks sebagai upaya pengembangan kualitas pendidikan. 4Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Sesuai dengan pengertian di atas maka buku nonteks pelajaran berfungsi sebagai bahan pengayaan, rujukan, atau panduan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan fungsinya sebagai bahan pengayaan, buku nonteks pelajaran dapat memperkaya pembaca (termasuk peserta didik) dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Fungsi sebagai referensi, buku nonteks pelajaran dapat menjadi rujukan dan acuan bagi pembaca (termasuk peserta didik) dalam mendapatkan jawaban atau kejelasan tentang sesuatu hal secara rinci dan komprehensif yang dapat dicari dengan cepat. Fungsi sebagai panduan, buku nonteks pelajaran dapat menjadi pemandu dan tuntunan yang dapat digunakan oleh pendidik atau pihak lain yang berkepentingan dalam melaksanakan pendidikan dan proses pembelajaran serta kegiatan pendukung lainnya.

C. Tujuan dan Sasaran Pedoman Penulisan Pedoman penulisan buku nonteks pelajaran ini disusun dengan tujuan sebagai berikut: 1) Mendorong para penulis Indonesia untuk menggali dan melestarikan kekayaan alam dan budaya Indonesia yang dapat dituangkan ke dalam buku pengayaan, buku referensi, atau buku panduan pendidik yang berkualitas; 2) Mengembangkan kualitas literasi Sumber Daya Manusia Indonesia dengan menciptakan bacaan dalam buku nonteks menarik, inovatif, dan memacu penumbuhan kreativitas bangsa Indonesia; 3) Meningkatkan kualitas pembelajaran dengan meyediakan buku-buku yang dapat memerkaya buku teks pelajaran, yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya secara mendalam dan meluas, atau yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam

mengimplementasikan prinsip dan prosedur pembelajaran bagi pendidik;

5Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

4) Meningkatkan kuantitas dan kualitas bahan bacaan yang dapat membuka wawasan pembaca dalam menerima keragaman masukan agar pembaca dapat memperbaiki kualitas diri dalam berkehidupan.

Adapun sasaran pengguna dari pedoman penulisan buku nonteks pelajaran ini adalah para penulis buku, baik sebagai penulis profesional maupun pendidik atau tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan menulis buku. Buku panduan ini dapat pula digunakan oleh pemerhati dan peminat bidang penulisan yang mengarah pada peningkatan kualitas bangsa Indonesia dan memantapkan kebanggaan sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat,

berdemokrasi, dan bangsa yang dapat hidup berdampingan dengan bangsabangsa maju di dunia. Selain itu, pedoman ini dimaksudkan agar dapat dimanfaatkan oleh pengelola penerbitan, termasuk di dalamnya penyunting, penata letak, atau pemadu grafis dari suatu perusahaan penerbitan. Dari pedoman ini diharapkan dapat mendorong penerbitan buku nonteks berkualitas dalam penyuntingan, penataletakan, penggunaan grafika yang dapat meningkatkan minat baca dan budaya baca bangsa Indonesia.

6Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

BAB 2 BUKU NONTEKS PELAJARANA. Ragam Buku Nonteks Pelajaran Berdasarkan fungsinya buku nonteks pelajaran dapat menyajikan materimateri yang dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan, memperkaya keterampilan, serta dapat memperkaya kepribadian peserta didik atau pembaca lain dalam mencermati suatu objek studi tertentu atau salah satu bagian dalam kajian keilmuan. Selain itu, terdapat pula buku nonteks pelajaran yang dapat dijadikan sebagai rujukan atau acuan bagi seseorang dalam memecahkan permasalahan atau meyakinkan tentang sesuatu hal berdasarkan keyakinan keilmuan. Ada pula buku nonteks pelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman, acuan, atau panduan dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran sehingga menghubungkan dimensi-dimensi keilmuan, yaitu ilmu mendidik, ilmu psikologi perkembangan, dan ilmu yang berhubungan dengan bidang studi. Berdasarkan uraian tersebut, buku nonteks pelajaran memiliki keragaman yang longgar. Keragaman ini berhubungan dengan fungsi buku tersebut, sehingga ragam buku nonteks pelajaran terdiri atas buku-buku pengayaan, buku-buku referensi, dan buku-buku panduan pendidik. Keragaman juga dapat ditemukan berdasarkan penyajian buku-buku nonteks pelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga pedoman ini hanya merupakan stimulator bagi pengembangan buku nonteks pelajaran yang lebih baik.

B. Jenis-jenis Buku Nonteks Pelajaran Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa buku nonteks pelajaran jika diklasifikasikan berdasarkan fungsinya terdiri atas jenis buku pengayaan, referensi, dan panduan pendidik. Ketiga jenis buku nonteks pelajaran ini dapat 7Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

dikembangkan kembali ke dalam beberapa karakteristik yang lebih khas, seperti uraian berikut ini.

1. Buku Pengayaan Buku pengayaan di masyarakat sering dikenal dengan istilah buku bacaan atau buku perpustakaan. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan pengetahuan pembacanya. Buku pengayaan dalam pedoman ini diartikan buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan; membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat pembaca lainnya. Buku pengayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu buku pengayaan pengetahuan, buku pengayaan keterampilan, dan buku pengayaan kepribadian. Buku pengayaan memiliki sifat penyajian yang khas, berbeda dengan buku teks pelajaran. Buku pengayaan dapat disajikan secara bervariasi, baik dengan menggunakan variasi gambar, ilustrasi, atau variasi alur wacana. Buku pengayaan bersifat mengembangkan dan meluaskan kompetensi siswa, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian. a. Buku Pengayaan Pengetahuan Sebelum menulis buku pengayaan pengetahuan seorang penulis seharusnya menetapkan terlebih dahulu konsep dasar pengetahuan yang akan dikembangkan sebagai rencana pengayaan bagi pembaca. Dalam menulis buku pengayaan pengetahuan seorang penulis lebih leluasa dalam mengembangkan isi atau materi buku. Selain itu, penulis buku pengayaan pengetahuan lebih bebas dalam menggunakan strategi, gaya, dan model penuangan gagasan. Konsep dasar pengetahuan yang dikembangkan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara keilmuan, baik dari konsep dasar ilmu maupun 8Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

perkembangan keilmuan yang dirunut. Konsep dasar yang dimaksud harus sistematis, objektif, dan terbuka. Sistematis berarti bahwa materi yang disajikan itu merupakan suatu kesatuan yang bertemali dengan ilmu lain, baik dari sisi isi maupun wilayah garapannya. Objektif berarti bahwa materi yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan secara material. Terbuka berarti bahwa materi itu dapat dijelaskan secara ilmiah. Seorang penulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya

mempersiapkan konsep dasar pengetahuan ini sebagai titik awal penyusunan materi yang akan diperkaya. Materi yang diperkaya ini merupakan materi pengetahuan yang seharusnya diketahui dan dipahami oleh pembelajar atau pembaca pada umumnya dalam bidang tertentu. Bidang yang dimaksud adalah materi-materi pelajaran yang dipelajari di dalam pembelajaran di sekolah, namun belum secara utuh disajikan dalam materi pelajaran. Pengetahuan sangat luas dan beragam seiring dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni. Seorang penulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya dapat menetapkan aspek kognitif yang dipandang perlu dikembangkan. Aspek kognitif yang dikembangkan itu jika ditinjau dari sisi edukasi memiliki nilai positif bagi perluasan kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman pembaca. Sebagaimana diungkapkan dalam Taxonomy Bloom (1979: 7), bahwa domain kognitif itu merupakan kemampuan mengungkapkan kembali atau mengorganisasikan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan. Selanjutnya, Bloom (1991: 18) membagi aspek kognitif ke dalam knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application

(penerapan), analysis (analisis), syntesis (sintesis), evaluation (evaluasi), dan create (berkreasi). Ketujuh klasifikasi kemampuan kognitif ini biasanya digunakan untuk mengukur aspek kognitif dalam pengembangan kemampuan belajar seseorang.

9Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Aspek pengetahuan merupakan kemampuan mengungkapkan kembali sesuatu berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. Aspek pemahaman merupakan kemampuan membedakan sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu hal. Aspek penerapan merupakan kemampuan menerapkan atau menggunakan konsep pengetahuan dalam suatu kegiatan. Aspek analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci. Aspek sintesis merupakan kemampuan meramu atau menggabungkan rincian atau uraian. Aspek evaluasi merupakan kemampuan menilai sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu. Aspek kreasi merupakan kemampuan melakukan suatu kreativitas berdasarkan sesuatu yang telah dikuasainya. Aspek kognitif sebagaimana dinyatakan di muka itu merupakan aspek yang masih perlu dikembangkan. Hal tersebut dilakukan, karena

pengembangan aspek kognitif dalam buku teks pelajaran dibatasi oleh ketentuan dan tuntutan Stanar Isi. Sementara itu, aspek kognitif tersebut masih memerlukan pengembangan dan pendalaman materi. Oleh karena itu, sebelum menulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya ditetapkan terlebih dahulu aspek-aspek kognitif yang masih perlu dikembangkan. Dari pengembangan tersebut, pembaca akan beroleh pengetahuan yang lebih luas, lebih kaya, dan lebih menyeluruh daripada pengembangan kognitif yang terdapat dalam buku teks pelajaran. Apabila pengembangan kognitif tertentu, yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreasi yang terdapat dalam buku teks pelajaran dipandang masih kurang maka buku pengayaan pengetahuan seharusnya melengkapi kekuranglengkapan

kemampuan tersebut. Buku pengayaan pengetahuan adalah buku-buku yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memerkaya pengetahuan dan pemahamannya, baik pengetahuan lahiriyah maupun pengetahuan batiniyah. Buku jenis ini 10Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

merupakan buku-buku yang diperlukan pelajar atau pembaca pada umumnya agar dapat membantu peningkatan kompetensi kognitifnya. Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku-buku yang dapat mengembangkan pengetahuan (knowledge development) pembaca, bukan sebagai science (baik untuk ilmu pengetahuan alam maupun sosial) yang merupakan bidang kajian. Buku pengayaan pengetahuan berfungsi untuk memerkaya wawasan, pemahaman, dan penalaran pembaca. Buku pengayaan pengetahuan bagi pelajar akan berhubungan dengan upaya-upaya memerkaya pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Buku memberikan bersentuhan pengayaan tambahan langsung pengetahuan pengetahuan dengan materi merupakan kepada yang buku yang mampu yang

pembacanya, dipelajari

baik

dalam

lembaga

pendidikan maupun di luar itu. Dalam konteks lembaga pendidikan, buku pengayaan akan memosisikan peserta didik agar beroleh tambahan

pengetahuan dari hasil membaca buku-buku tersebut yang dalam buku teks pelajaran tidak diperoleh informasi pengetahuan yang lebih lengkap dan luas sebagaimana tertuang dalam buku pengayaan. Buku pengayaan pengetahuan di antaranya memiliki fungsi pengaya pengetahuan, yaitu (1) dapat meningkatkan pengetahuan (knowledge) pembaca; dan (2) dapat menambah wawasan pembaca tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Contoh-contoh judul buku yang termasuk ke dalam jenis buku pengayaan pengetahuan di antaranya: Tanaman Obat Penyembuh Ajaib yang ditulis oleh Herminia de Guzman-Ladion. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis yang ditulis oleh Eddy Prahasta. Pemugaran Candi Tikus yang ditulis oleh Sri Sugiyanti, dkk.

11Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

b. Buku Pengayaan Keterampilan Istilah keterampilan seringkali diasosiasiasikan dengan kemampuan psikomotorik, sebagai suatu istilah yang mengarah pada makna penerapan dari kemampuan pengetahuan dan sikap seseorang. Dalam konteks pengembangan kemampuan seseorang terdapat empat bidang kemampuan utama manusia, yakni (l) kemampuan dasar; (2) kemampuan umum; (3) kemampuan vokasional dan (4) kemampuan akademis. Keterampilan merupakan suatu kemampuan dasar dalam melaksanakan tugas. Kemampuan tersebut disebut sebagai keterampilan-keterampilan awal

yang sifatnya esensial yang harus dikuasai sebelum mencapai kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan menghitung, mencari hubungan antara ruang dan waktu; memberikan nama; mengkomunikasikan dengan yang lain adalah contoh kemampuan dasar (Semiawan, l988:17-18). Pada sisi lain istilah keterampilan juga mengarah pada kecakapan vokasional yang ditandai dengan penerimaan dan peningkatan kecakapan yang bersifat praktis. Kecakapan ini berhubungan dengan keterampilan pekerjaan, sekalipun dalam tahapan yang paling awal seperti pra-karya. Namun, lebih jauh kemampuan ini mengarah pada kekhususan atau kejuruan (Saodih: 2004:34). Berdasarkan dua pandangan tersebut, maka dapat dikombinasikan bahwa keterampilan itu adalah suatu kemampuan dasar yang ada dan dikembangkan dari potensi individu untuk diterapkan dalam aktivitas hidup sehari-hari ataupun aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang bersifat praktis, yang melibatkan kemampuan dalam menghitung, memberi nama,

memberikan hubungan antara ruang, dan waktu, dan mengkomunikasikannya pada orang lain. Dalam kaitan ini, yang dimaksud dengan buku pengayaan keterampilan adalah buku-buku yang memuat materi yang dapat memerkaya dan

meningkatkan kemampuan dasar para pembaca dalam rangka meningkatkan 12Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

aktivitas yang praktis dan mandiri. Dalam buku tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan dan memerkaya dalam kemampuan menghitung, memberi nama, menghubungkan, dan mengkomunikasikan kepada orang lain sehingga mendorong untuk berkarya dan bekerja secara praktis. Buku pengayaan keterampilan tersebut dibuat untuk menjadi bahan bacaan bagi seluruh peserta didik, para pendidik, para pengelola pendidikan dan anggota masyarakat lainnya yang meminati dan menginginkan

kemampuan dasarnya menjadi bertambah kaya, khususnya dalam kecakapan praktis yang dibutuhkan dalam hidupnya. Contoh judul buku yang termasuk ke dalam jenis pengayaan keterampilan di antaranya: Membuat Mesin Tetas Elektronik oleh Kelly S, Penerbit Kanius, Tahun l995. Petunjuk Perawatan Anggrek oleh Ir. Hadi Iswanto, Penerbit PT. Agromedia Pustaka, Tahun l998. Cetak Sablon untuk Pemula oleh Guntur Nusantara, Penerbit PT Puspa Swara Tahun 2003; Memperbaiki TV dan Radio oleh Yosalfa, Penerbit PT Puspa Swara Tahun 2000;

c. Buku Pengayaan Kepribadian Sebelum menulis buku pengayaan kepribadian, seorang penulis seharusnya menetapkan terlebih dahulu konsep dasar kepribadian yang akan dikembangkan kepribadian sebagai rencana Konsep pengayaan dasar dan peningkatan yang kualitas

pembaca.

kepribadian

dikembangkan

seharusnya dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan, baik dari segi konsep dasar maupun perkembangan keilmuan yang dirunut. Konsep dasar kepribadian yang dimaksud, harus dapat menyentuh nilai-nilai kemanusiaan, baik secara secara personal maupun kolektif. Nilai-nilai kemanusiaan maksudnya bahwa materi yang disajikan dapat membangun dan menguatkan 13Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

mental-emosional pembaca, mendorong kedewasaan pribadi, membangun kewibawaan dan percaya diri, mengembangkan keteladanan, mendorong sikap empati, dan mengembangkan kecakapan hidup. Beberapa ahli menyampaikan pandangan mereka tentang konsep dasar kepribadian. Menurut Crowl, Kamensky, dan Podell (1997) kepribadian adalah the collection of attributes, including attitudes, traits, behavior patterns an values that characterize an individual. Sementara itu, menurut Allport (dalam Sujanto, Lubis dan Hadi, 1999), personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjustment to his environment. Menurut Prince (dalam Sujanto, Lubis dan Hadi, 1999), personality is the sum total of all the biological innate disposition, impulses, tendencies, appetites, instinc of individual and the acquired dispositions and tendencies acquired by experience. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kepribadian itu merupakan suatu kebulatan yang terdiri dari suatu sistem psikofisik (jiwaraga), bersifat kompleks, serta ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam dan luar individu, yang secara keseluruhan tercermin dalam tingkah laku individu yang unik. Konsep dasar kepribadian yang dikembangkan dalam buku-buku pengayaan kepribadian juga mengacu kepada insan Indonesia cerdas dan kompetitif. Tentu saja hal ini harus sesuai dengan lingkungan sosial budaya Indonesia. Dalam konteks ini, insan Indonesia cerdas dan kompetitif merupakan pribadi yang cerdas spiritual dan kematangan beragama, cerdas emosional dan sosial, serta cerdas intelektual. Selain itu, buku yang ditulis juga mendorong kecerdasan kinestetik (karya) dan mampu membangun jiwa produktif dan kompetitif. Buku pengayaan kepribadian merupakan buku-buku yang dapat meningkatkan kualitas kepribadian, sikap, dan pengalaman batin pembaca. Dari perspektif buku pendidikan, buku pengayaan kepribadian diharapkan dapat 14Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Pemaknaan buku pengayaan kepribadian adalah mampu meningkatkan kualitas kepribadian pembaca, selain yang tertuang di dalam tujuan pendidikan. Pada akhirnya, buku pengayaan kepribadian diharapkan juga dapat memosisikan pembaca dalam kerangka pembentukan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan menjadi teladan bagi sesamanya dari hasil membaca bukubuku tersebut yang dalam buku pelajaran tidak diperoleh uraian dan contoh yang lebih lengkap dan luas. Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang dapat memerkaya dan meningkatkan kepribadian atau pengalaman batin pembaca. Buku pengayaan kepribadian berfungsi sebagai bacaan bagi peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lain pada umumnya yang dapat memerkaya dan meningkatkan kepribadian atau pengalaman batin. Contoh-contoh judul buku pengayaan kepribdian di antaranya: Merakit dan Membina Keluarga Bahagia oleh W. Jay Batra dkk. Membangun Kreativitas oleh Anna Craft. Laskar Pelangi oleh Andrea Hirata. Pedang Raja oleh Yaseoulrok.

2. Buku Referensi Buku referensi merupakan buku yang berisi materi yang dapat digunakan untuk mendapatkan jawaban atas kejelasan pengetahuan tentang sesuatu hal. Penyajian materi pada jenis buku ini disusun secara sistematis sehingga pembaca dapat menemukannya secara cepat dan tepat. Buku referensi biasanya memberikan informasi dasar yang menjadi rujukan ketika orang berusaha memahami suatu istilah atau konsep, baik tentang sesuatu yang umum atau sesuatu yang bersifat khusus (dalam suatu bidang keilmuan tertentu). 15Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Jenis buku-buku referensi bermacam-macam. Namun, pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok buku referensi yaitu kamus, ensiklopedia, dan peta atau atlas. Beberapa jenis lainnya seperti standar instalasi kelistrikan dan mesin otomotif, tabel logaritma, kumpulan data-data statistik, dan sebagainya dapat juga dikelompokan sebagai buku referensi. a. Ensiklopedia Seorang penulis buku ensiklopedia harus memahami konsep dasar buku referensi agar kelengkapan dan keakuratan informasi yang disajikan dapat digunakan pembaca secara tepat. Ensiklopedia merupakan suatu karya acuan yang disajikan dalam sebuah (atau beberapa jilid) buku yang berisi keterangan tentang semua atau suatu cabang ilmu pengetahuan, teknologi, seni atau yang merangkum secara komprehensif suatu cabang ilmu dalam serangkaian artikel yang tajuk subjeknya disusun menurut abjad atau alfabetis. Ensiklopedia biasanya terdiri atas sekumpulan artikel tentang subjek secara terpisah dan mandiri. Penyajian tajuk subjek disusun menurut abjad untuk memudahkan penggunaannya. Ensiklopedia disusun berdasarkan klasifikasi subjek, atau gabungan antara klasifikasi subjek dan urutan abjad, terutama pada ensiklopedia khusus. Ensiklopedia yang baik biasanya dilengkapi dengan contoh, foto, gambar atau ilustrasi yang menarik untuk memperjelas pengertian dari suatu lema (entry). Ensiklopedia yang memuat semua cabang pengetahuan disebut

ensiklopedia umum. Ensiklopedia umum merupakan suatu karya universal yang ditujukan untuk menyediakan ringkasan komprehensif semua cabang pengetahuan, ilmu, teknologi, seni dan lainnya. Ensiklopedia yang memuat atau membahas hanya satu aspek atau satu disiplin ilmu disebut ensiklopedia khusus. Ensiklopedia khusus cakupannya dibatasi hanya pada satu bidang ilmu tertentu atau beberapa bidang terkait, misalnya ensiklopedia botani, 16Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

ensiklopedia pendidikan, ensiklopedia arsitektur, ensiklopedia dunia medis, ensiklopedia transportasi, dan sebagainya. Karakteristik dari suatu ensiklopedia di antaranya adalah (1) lema disusun secara alfabetis atau mengikuti suatu sistem tertentu yang logis secara keilmuan; (2) penjelasan lema disertai dengan gambar-gambar yang menarik, relevan dan informatif dengan lema yang dibahas; (3) lema memiliki tingkat kekomplitan yang tinggi atau sangat lengkap; (4) setiap lema dibahas secara komprehensif; (5) seluruh lema yang disajikan konsisten dengan bidang bahasan ensiklopedia tersebut; dan (6) ensiklopedia dilengkapi dengan glosarium,

indeks dan daftar pustaka. Contoh-contoh judul buku ensiklopedia di antaranya: Encyclopedia Americana oleh Americana Corporation Ensiklopedia Botani Ensiklopedia Arsitektur Ensiklopedia Antariksa

b. Kamus Seorang penulis buku jenis kamus perlu memahami hakikat buku jenis ini secara menyeluruh. Kamus merupakan sebuah buku acuan yang berisi kata sebagai lema pokoknya yang disusun menurut abjad dengan disertai keterangan tentang maknanya. Banyak sekali ragam kamus ini, namun yang dimaksud dengan kamus pada umumnya adalah kamus bahasa atau kamus ekabahasa sehingga lema yang disajikan mencakup seluruh kosakata atau ungkapan suatu bahasa, yang dilengkapi dengan keterangan penjelasan tentang bentuk, kelas, pelafalan, fungsi, etimologi, makna, serta pemakaiannya dalam kalimat atau ungkapan. Dengan demikian, penyusunan kamus hampir selalu berpedoman pada kaidah leksikografi sehingga umumnya dimulai dari kata yang menjadi

17Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

lema pokok, kemudian diikuti oleh penggunaannya secara fungsional dan semantik. Lema dalam kamus biasanya dilengkapi dengan sub-lema seperti kata bentukan dari lema pokok dan dilengkapi juga dengan contoh-contoh penggunaan kata tersebut. Penjelasan atas lema biasanya juga diikuti dengan referensi silang (cross reference) untuk kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan makna. Secara umum kamus dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok kamus bahasa dan kelompok kamus istilah. Kata dalam kamus bahasa dijelaskan dengan memerhatikan penggunaannya secara kontekstual, jadi sebagai unsur dalam kalimat atau paragraf. Di samping kamus ekabahasa, terdapat pula bentuk kamus yang menyajikan setiap kosakata dalam suatu bahasa kemudian disajikan padanan dan penjelasannya dalam bahasa lain sebagai bahasa sasaran. Oleh karena menggunakan dua bahasa, kamus jenis seperti itu sering dinamakan kamus dwibahasa. Adakalanya sebuah buku kamus secara khusus hanya memuat senarai kata teknis dalam satu bahasa dan padanan istilahnya dalam bahasa lain tanpa penjelasan apa-apa, sehingga memang lebih tepat disebut senarai istilah. Kamus yang termasuk ke dalam kategori kamus bahasa, misalnya kamus bahasa Indonesia, kamus bahasa Indonesia-daerah, kamus bahasa Indonesiabahasa asing. Sebuah kamus yang baik ditandai oleh tingkat kekomplitan dan banyaknya lema yang dibahas dalam kamus tersebut. Selain itu tentu saja tingkat akurasi kamus dalam menjelaskan lema, dan kelengkapan atau komprehensifnya kamus meliputi sub-lema yang digunakan di masyarakat. Selain kamus bahasa, ada juga kamus istilah yang merupakan kamus khusus yang lema pokoknya hanya terdiri atas sekumpulan istilah. Lema yang disajikan didefinisikan sebagai kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang, dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, 18Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

keadaan, atau sifat yang khas dalam suatu bidang pengetahuan, ilmu, dan teknologi atau seni. Definisi lema sebagai suatu istilah dilengkapi dengan penjelasan teknis. Kamus yang baik biasanya memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) lema disusun secara alfabetis; (2) memiliki jumlah lema yang lengkap dan komplit; (3) mudah untuk digunakan dengan ditandai secara khusus lema awal dan akhir di setiap halaman; (4) menempatkan posisi lema dan font yang mudah digunakan; (5) memiliki akurasi pengertian yang disajikan pada setiap lema. Contoh-contoh judul kamus di antaranya adalah: Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta; Kamus Inggris-Indonesia karangan Jhon Echols dan Hasan Sadili; Kamus Linguistik karangan Harimurti Kridalaksana; Kamus Istilah Politik karangan Tony Rachmadie dkk.

c. Atlas atau Peta Peta merupakan jenis buku referensi yang berisi informasi atau data tentang suatu wilayah yang dilengkapi oleh lambang-lambang lain. Peta dapat berupa peta daerah biasa dengan batas-batas administratif kecamatan, kota/kabupaten atau provinsi tertentu. Pada peta biasanya disajikan peta kontur yang dilengkapi dengan informasi ketinggian lokasi dari permukaan laut. Bentuk lain dari peta di antaranya peta bathimetri, yaitu peta yang berisi informasi tentang kedalaman laut. Selain itu, peta dapat pula berupa tata guna lahan, atau peta GIS (Geographical Information System), serta bentuk peta lainnya. Dalam sebuah peta, biasanya nama kota atau lokasi merupakan lema atau entry yang perlu mendapatkan penjelasan sebagai suatu legenda. Penyajian peta selain dengan menggunakan skala perbandingan juga digunakan pewarnaan dan perlambangan geometri yang sudah baku digunakan.

19Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Kumpulan dari peta yang dibukukan disebut atlas. Peta atau atlas yang baik harus berisi kandungan atau content yang benar, lengkap, up-to-date (terkini) dan digambarkan dengan kriteria geometri yang benar. Peta juga perlu dilengkapi dengan simbol dan keterangannya dalam bentuk legenda. Kriteria peta yang baik di antaranya memenuhi syarat: (1) memiliki keakuratan dan keterkinian penempatan lema; (2) memenuhi kaidah geometri, di antaranya skala dan posisi latitude; (3) memiliki ketepatan penggunaan simbol-simbol yang standar; (4) mencantumkan legenda dan indeks untuk memudahkan pencarian lema. Contoh judul-judul peta atau atlas di antaranya: Atlas Provinsi Jawa Barat Atlas Provinsi Kepulauan Riau Peta Samudra Indonesia

d. Jenis Referensi Khusus Selain ketiga jenis buku referensi di atas, terdapat pula jenis referensi khusus yang merupakan suatu ketentuan yang dibukukan dan mungkin saja dilengkapi dengan penafsiran penulis. Penafsiran ini merupakan hasil berpikir kreatif penulis tentang ketentuan tersebut. Jenis buku referensi ini di antaranya adalah kitab suci dan peraturan perundang-undangan. Kitab suci merupakan jenis buku referensi yang menjadi rujukan bagi pemeluk agama dari kitab suci tersebut. Kitab suci berarti buku yang diyakini suci oleh pemeluknya dan dijadikan sebagai rujukan dalam beribadah. Kitab suci yang kita kenal, di antaranya Al Quran sebagai kitab suci bagi pemeluk agama Islam, Injil kitab bagi pemeluk agama Kristiani, Veda kitab bagi pemeluk agama Hindu, dan kitab Tripitaka bagi pemeluk agama Budha. Kitab suci digunakan sebagai rujukan dalam beribadah oleh para pemeluknya. Kitab suci dijadikan sebagai buku yang sangat berharga oleh pemeluknya sehingga mereka menjaga dan melaksanakan isi kitab tersebut. 20Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Jenis buku referensi yang berisi materi tentang peraturan dan perundangundangan. Buku jenis ini biasanya merupakan penggandaan dari suatu ketentuan atau peraturan yang berlaku. Isi buku ini biasanya menyajikan materi ketentuan hukum dan dilengkapi dengan penjelasannya agar tidak

menimbulkan salah tafsir dari pengguna. Mungkin juga penulis menambahi dengan berbagai hal kreatif dari ketentuan perundangan-undangan tersebut. Jenis buku referensi yang berisi peraturan ini di antaranya, Undangundang Dasar 1945, Undang-undang yang mengatur suatu ketentuan dalam bidang tertentu, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, peraturan daerah, atau keputusan lain yang mengikat suatu komunitas masyarakat. Terdapat pula jenis buku referensi yang dijadikan sebagai rujukan dalam mengatur hukum kehidupan suatu bangsa, misalnya KUHP. Selain itu, terdapat pula buku referensi yang mengatur suatu organisasi atau lembaga berbadan hukum, baik untuk kepentingan aktivitas internal maupun eksternal organisasi itu, misalnya ketentuan tersebut dituangkan dalam bentuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga atau dalam bentuk statuta.

3. Buku Panduan Pendidik Buku panduan pendidik merupakan buku yang memuat prinsip, prosedur, deskripsi materi pokok, atau model pembelajaran yang dapat digunakan oleh para pendidik dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai pendidik. Dalam pengertian yang lebih luas, buku panduan pendidik adalah buku yang materi atau isinya dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pendidik dan/atau tenaga kependidikan. Materi atau isi buku dapat berupa teori-teori yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum, metode pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, penelitian

21Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

pendidikan, atau jenis lain yang terkait dengan tugas profesional pendidik dan/atau tenaga kependidikan. Jenis buku panduan pendidik dapat dikelompokan ke dalam bidangbidang pendidikan dan pembelajaran yang biasanya dilakukan oleh pendidik dan/atau tenaga kependidikan. Oleh karena itu, materi atau isi buku panduan pendidik dapat berupa: 1) Pembahasan materi yang berhubungan dengan pedoman pendidikan dan pembelajaran, yaitu materi atau isi buku berupa panduan dalam pengembangan kurikulum menjadi silabus, rencana proses pembelajaran, atau manajemen pendidikan pada umumnya. 2) Pembahasan materi yang berhubungan dengan metode pembelajaran yaitu materi atau isi yang menjabarkan model, pendekatan, metode, teknik, dan strategi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman atau panduan bagi pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. 3) Pembahasan materi yang berhubungan dengan penggunaan media pembelajaran yaitu materi atau isi buku berupa proses pembuatan atau pemanfaatan media pembelajaran yang dilengkapi model atau teknik pembuatan dan pemanfaatan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran. 4) Pembahasan materi yang berhubungan dengan evaluasi pembelajaran yaitu materi atau isi buku panduan menjabarkan langkah-langkah kegiatan evaluasi pembelajaran atau evaluasi pendidikan sesuai dengan

perkembangan teori pembelajaran dan teori pendidikan terkini. 5) Pembahasan materi yang berhubungan dengan penelitian pendidikan yaitu materi atau isi buku menjabarkan langkah-langkah penelitian, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pelaporan hasil dengan mengemukakan model, pendekatan, metode, dan teknik penelitian yang dapat dilaksanakan di dunia pendidikan.

22Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

a. Pendidikan & Pembelajaran Seorang penulis buku pendidikan dan pembelajaran harus memiliki kompetensi bidang pendidikan dan pembelajaran. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui kegiatan akademik maupun berdasarkan pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran. Konsep dasar tentang pendidikan, baik secara makro maupun secara mikro dapat disajikan sebagai buku panduan pendidik. Sesuai dengan jenis buku panduan, maka deskripsi teoretis yang disajikan dalam jenis buku ini harus dilengkapi pula dengan prosedur atau langkahlangkah yang dapat ditempuh oleh pendidik dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran berdasarkan teori pendidikan dan pembelajaran yang disajikan. Pada dasarnya salah satu proses pendidikan adalah belajar. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dari yang tidak tahu atau tidak bisa menjadi tahu atau bisa. Gagne (1984) menyatakan bahwa belajar merupakan proses suatu organisma (seseorang) berubah prilakunya sebagai akibat dari suatu pengalaman. Perubahan prilaku ini tentu saja memerlukan waktu yang bervariasi setiap individu, sehingga proses belajar seseorang akan memerlukan waktu berbeda dengan yang lainnya dalam suasana yang serupa. Perubahan prilaku berbeda dengan perubahan fisik atau perubahan kematangan psikologis yang bersifat alamiah. Dengan demikian perubahan prilaku yang terjadi karena perubahan fisik atau perubahan kematangan bukan tergolong ke dalam belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang (pendidik) agar terjadi proses belajar dari seseorang (peserta didik). Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan seorang pendidik untuk menyediakan suatu kondisi agar peserta didik melakukan proses belajar. Belajar dan pembelajaran selalu dilakukan oleh peserta didik dan pendidik dalam suatu situasi, baik formal, informal, maupun dalam situasi nonformal. Dengan demikian proses pembelajaran merupakan suatu proses yang sengaja dilakukan 23Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

oleh seseorang agar seseorang dapat melakukan suatu proses belajar. Untuk beroleh kejelasan lebih mendalam tentang belajar diperlukan pemahaman tentang teori-teori belajar. Dengan memahami teori-teori belajar yang dilakukan seseorang pendidik akan dapat melakukan proses pembelajaran berdasarkan konsepsi tentang belajar. Buku-buku panduan pendidik khususnya jenis pendidikan dan

pembelajaran seharusnya menyodorkan implementasi dari konsep teoretis yang dapat diikuti secara nyata oleh para pendidik. Jika buku tentang pendidikan dan pembelajaran tidak dilengkapi dengan model implementasi maka buku tersebut akan menjadi buku pengayaan pengetahuan untuk pendidik. Oleh karena itu, buku jenis pendidikan dan pembelajaran yang baik seharusnya memiliki karakteristik: (1) materi dapat memandu pendidik dalam mempermudah proses pembelajaran; (2) memuat bentuk-bentuk pembelajaran (model, pendekatan, metode, teknik, dan strategi pembelajaran) yang dapat membantu pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran secara efektif; (3) memberikan pedoman yang mengarahkan variasi dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran. Contoh-contoh judul buku pendidikan dan pembelajaran di antaranya: Mendidik Anak dengan Cerita ditulis oleh Abdul Aziz Abdul Majid Pembelajaran Cerpen melalui Dramatisasi Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Sains

b. Media Pembelajaran Penulis buku panduan pendidik dengan gagasan utama yang

berhubungan dengan penggunaan media pembelajaran seharusnya memahami tentang konsep dasar belajar dan pembelajaran. Pada dasarnya belajar

merupakan proses internal dalam diri manusia, sehingga pendidik bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar. 24Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah merupakan proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi atau materi ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata & tulisan) maupun non-verbal. Proses ini dinamakan encoding, sedangkan pemaknaan dan penafsiran atas simbol-simbol komunikasi tersebut oleh peserta didik dinamakan decoding. Dalam melakukan penafsiran bias berhasil atau tidak bergantung pada kemampuan memahami apa yang didengar, dibaca, dilihat atau diamati. Jika dalam pembelajaran banyak verbalisme maka peserta didik akan semakin abstrak dalam pemahaman materi yang diterima. Oleh karena itu, sangat diperlukan kehadiran media pembelajaran. Dalam diagram Cone of Learning dari Edgar Dale (1981) secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pendidikan dan pembelajaran. Media pembelajaran memiliki manfaat untuk (1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis; (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra; (3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara peserta didik dengan sumber belajar; (4) memungkinkan peserta didik untuk belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya; dan (5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama antar peserta didik. Buku tentang media pembelajaran banyak sekali ragamnya, bergantung pada berbagai media pembelajaran dan mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan. Misalnya, media kaset audio, merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing media ini tergolong tepat karena jika secara langsung diberikan tanpa media sering terjadi ketidaktepatan yang akurat dalam pengucapan pengulangan dan sebagainya. Pembuatan media kaset audio ini termasuk mudah, hanya 25Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

membutuhkan alat perekam dan narasumber yang dapat berbahasa asing, sementara itu pemanfaatannya menggunakan alat yang sama pula. Buku tentang media pembelajaran yang baik memiliki karakteristik berikut: (1) memuat tentang proses pembuatan dan/atau pemanfaatan media pembelajaran yang benar dan sesuai dengan perkembangan teori-teori media pembelajaran mutakhir; (2) memuat tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model atau teknik memanfaatkan media yang sesuai dengan kondisi sekolah. Contoh-contoh topik buku jenis ini adalah: Penggunaan Media Audio-Visual dalam Pembelajaran Drama Membuat Media Pembelajaran Sederhana Pemanfaatan Sumber-sumber Lokal dalam Pembelajaran Sosiologi

c. Evaluasi Pembelajaran Seorang penulis buku panduan pendidik yang akan menulis buku evaluasi pembelajaran seharusnya memahami konsep dasar pembelajaran. Dengan merujuk pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan (input), proses dan keluaran atau hasil (output), maka minimal terdapat tiga jenis evaluasi sesuai dengan sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu evaluasi masukan, proses, dan keluaran atau hasil pembelajaran (Jutmini et.all., 2007: 6). Evaluasi atas masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan pendidik, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan pelajaran, serta keadaan lingkungan tempat pembelajaran berlangsung. Evaluasi terhadap proses pembelajaran menekankan pada evalusi pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang 26Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

dilaksanakan, dan minat, sikap serta cara belajar peserta didik. Evaluasi terhadap hasil pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan instrumen evaluasi untuk melakukan pengukuran hasil belajar sebagai hasil belajar atau penguasaan kompetensi setiap peserta didik. Terkait dengan ketiga jenis evaluasi pembelajaran tersebut, dalam praktik pembelajaran secara umum pelaksanaan evaluasi pembelajaran menekankan pada evaluasi proses pembelajaran atau evaluasi manajerial, dan evaluasi hasil belajar atau evaluasi substansial. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kedua jenis evaluasi tersebut merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting. Evaluasi kedua jenis komponen ini dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Selanjutnya, informasi tentang kekuatan dan kelemahan pembelajaran dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam memperbaiki kualitas proses pembelajaran dan kualitas hasil pembelajaran. Berdasarkan karakteristik di atas, maka dalam menulis buku evaluasi pembelajaran seharusnya terpenuhi karakteristik: (1) memuat langkah-langkah evaluasi yang benar dan sesuai dengan perkembangan teori evaluasi; (2) berisi model-model evaluasi yang dapat diterapkan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran, baik terhadap masukan, proses, maupun hasil pembelajaran. Contoh-contoh topik buku jenis ini: Merancang Instrumen Evaluasi Belajar Menerapkan Evaluasi Proses Pembelajaran Mengevaluasi Hasil Belajar Memvalidasi Evaluasi Hasil Belajar

d. Penelitian Pendidikan Seorang penulis buku panduan pendidik, khususnya yang berhubungan dengan penelitian pendidikan perlu memahami konsep penelitian dan konsep 27Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

pendidikan dan pembelajaran. Penelitian bagi pendidik akan sangat berguna dalam mencari jawaban atas persoalan atau kesulitan yang dialami selama melaksanakan pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan pendidik akan sangat berguna bagi perbaikan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya sebagai bentuk perbaikan yang terus-menerus. Berkaitan dengan jenis buku panduan pendidik, maka jenis-jenis penelitian pendidikan yang sesuai sebagai panduan bagi pendidik adalah penelitian tindakan kelas, penelitian deskriptif analistis, dan penelitian kuasi eksperimen atau eksperimen semu. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan pendidik untuk mengintervensi dunianya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas merupakan jenis penelitian yang dilakukan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya (Suwarsih Madya, 2007). Dengan demikian penelitian tindakan kelas dilakukan pendidik dalam proses pembelajaran yang alamiah di kelas sesuai dengan jadwal pelajaran, bersifat situasional, kontekstual, relevan dengan fungsi pendidik. Oleh karena situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang dinamis pula, maka peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika sekolah. Penelitian tindakan kelas menggunakan peserta didik sebagai subjek penelitian dan untuk menjaga objektivitas dapat menggunakan guru sejenis untuk berkolaborasi. Penelitian pendidikan sebenarnya suatu proses untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar-konsep yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian. Hubungan antar-konsep itu ditunjukkan dalam sebuah hubungan. Setiap konsep yang kembangkan sebagai variabel penelitian harus dapat menunjukkan beberapa indikator empirik yang ada di lapangan (Agus Salim, 2007). Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat menggunakan indikator (a) kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran di dalam kelas (b) penguasaan materi belajar pada mata pelajaran tertentu di kelas, 28Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

dan (c) kemampuan guru mengadakan asosiasi beberapa mata pelajaran tertentu di kelas. Penelitian lain yang berhubungan dengan tugas mengajar adalah penelitian yang memiliki dampak terhadap pengembangan profesi pendidik dan peningkatan mutu pembelajaran. Penelitian ini dapat mengkaji penggunaan metode pembelajaran yang baru, metode penilaian atau upaya lain dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi pendidik atau dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran (Sulipan, 2007). Kegiatan penelitian seperti itu dapat disebut penelitian deskriptif analitis yang berorientasi pemecahan masalah pembelajaran atau dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. Penelitian sejenis yang berhubungan dengan tugas pendidik adalah eksperimen semu (Quasy Experimental Research). Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan, tindakan, atau treatment pendidikan terhadap tingkah laku peserta didik atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain (Supardi, 2007). Dengan demikian tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan berbeda. Berdasarkan karakteristik penelitian yang dapat dilakukan pendidik di atas, maka buku panduan pendidik untuk jenis penelitian pendidikan seharusnya memenuhi kriteria: (1) berisi panduan atau langkah-langkah dalam melakukan penelitian tindakan, deskriptif (analiatik dan verifikatif), dan penelitian kuasi eksperimen yang benar dan sesuai dengan perkembangan konsep penelitian; (2) petunjuk tentang model, pendekatan, metode, teknik penelitian yang sesuai dengan kontekstual. Contoh-contoh topik yang dapat ditulis menjadi buku panduan penelitian pendidikan misalnya:

29Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Menerapkan Penelitian Tindakan Kelas Melaksanakan Penelitian Kuasi Eksperimen Merancang dan Melaksanakan Penelitian Deskriptif Prosedur Pelaksanaan Penelitian sambil Mengajar

C. Bentuk Buku Nonteks Pelajaran Bentuk tulisan untuk buku nonteks pelajaran dapat berupa tulisan orisinal, terjemahan, atau saduran. Tulisan orisinal dapat disusun atas dasar pengalaman, penelitian, atau pengamatan tentang sesuatu hal. Untuk melengkapi tulisan bentuk ini seorang penulis harus memiliki kompetensi dan kemampuan diri mengolah potensi yang dimiliki atau kepemilikan berbagai referensi yang sangat mendukung bagi kelengkapan tulisan buku nonteks pelajaran. Bentuk tulisan terjemahan merupakan bentuk penulisan buku yang mengalihbahasakan dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Ketentuan tentang penerjemahan ini diatur dalam bentuk pengalihan hak cipta (copy right) oleh penerbit. Biasanya, penerbit yang berkeinginan untuk menerjemahkan suatu buku menyampaikan permohonan terlebih dahulu kepada penerbit asing. Berdasarkan kesepakatan di antara keduanya maka terciptalah bentuk tulisan buku nonteks pelajaran sebagai hasil terjemahan. Selain bentuk tulisan terjemahan, terdapat pula bentuk buku saduran. Bentuk ini lebih kontekstual karena beberapa hal yang diangkat dari buku aslinya dilakukan penyesuaian dengan kondisi atau kebutuhan penerbitan buku tersebut. Bentuk tulisan saduran ini dikembangkan berdasarkan ketentuan penerbitan yang disepakati. Materi atau isi buku saduran mengalami penyuntingan khusus, baik untuk mengurangi hal-hal yang kurang sesuai dengan kondisi Indonesia maupun menambah beberapa bagian yang dianggap sangat penting dalam melengkapi penerbitan buku tersebut. 30Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Berdasarkan penyajian suatu tulisan, penulis buku nonteks pelajaran dapat menggunakan penyajian bentuk kisahan, bahasan, alasan, lukisan, atau cakapan. Hal ini sejalan dengan ungkapan Yus Rusyana (1984:135, 210) yang menyatakan bahwa jika dilihat dari penyajiannya terdapat bacaan atau karangan berjenis kisahan, lukisan, cakapan, bahasan, dan alasan. Dalam bacaan kisahan atau sering disebut narasi terdapat rangkaian peristiwa yang mengandung pelaku, perilaku, dan latar. Dari segi keterjadiannya dalam ruang dan waktu, bentuk tulisan kisahan dibedakan atas yang faktual dan rekaan. Penyajian bentuk tulisan ini bergantung pada jenis buku yang ditulis dan tujuan penulisan buku nonteks pelajaran. Bentuk pengisahan dapat dipilih penulis jika akan menyajikan tulisan berupa buku pengayaan kepribadian, misalnya jika akan menulis novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, drama, atau biografi dan autobiografi. Bentuk bahasan dapat dipilih penulis jika bermaksud menulis buku pengayaan pengetahuan. Namun demikian, dalam suatu buku yang ditulis tidak mungkin hanya digunakan satu bentuk tulisan melainkan menggunakan bentuk lainnya, tetapi yang dominan digunakan mungkin hanya salah satu bentuk tulisan.

31Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

BAB 3 BAHAN DAN MATERIBanyak bahan yang dapat dijadikan sebagai gagasan awal untuk menulis buku nonteks pelajaran. Bahan yang berhubungan dengan bidang keilmuan, misalnya ilmu pertanian, kesehatan, pendidikan, hukum, sains, humaniora, keagamaan, rekayasa, sastra, ekonomi, psikologi, seni dan budaya. Bahan yang berhubungan dengan mata pelajaran di satuan pendidikan, misalnya agama, kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa asing, matematika, biologi, fisika, kimia, sosiologi dan antropologi, geografi, ekonomi, sejarah, olahraga dan kesehatan, keterampilan, dan kesenian. Bahan yang berhubungan dengan pengembangan kompetensi peserta didik, pendidikan dan pengajaran,

implementasi teori pembelajaran dan teori belajar, proses belajar, manajemen kelas, media pembelajaran, dan evaluasi pendidikan dan pembelajaran. Bahanbahan tersebut dapat digunakan sebagai gagasan awal dalam menulis buku nonteks pelajaran. Dalam mengangkat bahan-bahan tersebut menjadi buku nonteks pelajaran selayaknya penulis bersungguh-sungguh berlandaskan pada konteks ke-Indonesia-an sehingga dapat memperkokoh nasionalisme dan memperkuat karakter bangsa Indonesia. Bahan tulisan buku nonteks pelajaran dapat dikemas penulis dengan tetap mempertahankan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia bukan untuk melemahkan kekayaan budaya dan alam Indonesia. Kekayaan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran, kebaikan, keindahan, keimanan dan ketaqwaan, kemuliaan dan keadilan, kesabaran, dan keuletan merupakan bagian yang harus melandasi bahan-bahan yang ditulis menjadi buku nonteks pelajaran. Selain itu, bahan-bahan tulisan sebagaimana di atas selayaknya dihubungkan dengan alam hayati, alam fisik, masyarakat, budaya, dan 32Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

kegiatan-kegiatan yang berharga dari karakter bangsa Indonesia. Kondisi alam fisik, hayati, masyarakat, dan budaya itu selayaknya benar-benar disajikan secara aktual dengan berlandaskan pada kebanggaan dan rasa cinta tanah air. Kekayaan alam Indonesia itu seharusnya menjadi dasar dalam memantapkan nasionalisme para penulis buku nonteks pelajaran, sehingga dapat memberi warna pada tulisan yang dihasilkannya. Konteks Indonesia selain digunakan sebagai latar dalam mengemas bahan penulisan buku nonteks pelajaran, dapat pula bahan-bahan tersebut diangkat menjadi sumber inspirasi. Nilai-nilai luhur yang bersifat universal, kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai positif, potensi sumber daya Indonesia, pemikiran positif tentang belajar, atau bahkan hal-hal yang berhubungan dengan hakikat tujuan hidup dapat digunakan sebagai bahan tulisan buku nonteks pelajaran. Bahan-bahan tulisan itu diharapkan dapat memerkaya, menjadi referensi, atau dapat digunakan sebagai panduan bagi pembacanya.

A. Nilai-nilai Luhur Bahan yang berhubungan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dapat dijadikan sebagai bahan tulisan buku nonteks pelajaran. Penulis menyuguhkan gagasan untuk menjunjung nilai-nilai luhur yang bersifat universal. Bahan ini dapat dikemas menjadi buku pengayaan, baik pengayaan pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian. Selain itu, bahan tulisan ini dapat pula digunakan sebagai bahan buku panduan pendidik dalam menerapkan nilai-nilai luhur kepada peserta didik. 1. Keimanan dan Kataqwaan Nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan merupakan nilai yang melekat dengan kehidupan religious bangsa Indonesia. Pelaksanaan kedua nilai ini merupakan implementasi dari ajaran kehidupan beragama. Orang yang 33Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

bertaqwa diyakini karena ia mengimani Maha Pencipta, sehingga ia melaksanakan perintah dan menghindari yang dilarang oleh Maha Pemurah. Topik tentang nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan ini sangat menarik untuk diangkat menjadi bahan tulisan buku nonteks pelajaran, misalnya sebagai buku pengayaan kepribadian. 2. Kemuliaan dan Keadilan Nilai kemuliaan merupakan nilai yang dimiliki oleh pihak yang dihormati atau dimuliakan oleh orang lain. Biasanya nilai kemuliaan itu melekat pada sifat, karakter, kedudukan, atau jabatan seseorang. Nilai ini cenderung menjadi yang didambakan semua orang. Nilai kemuliaan ini dapat dijadikan sebagai bahan tulisan buku pengayaan kepribadian atau buku panduan pendidik. Nilai kemuliaan cenderung dekat dengan nilai keadilan. Seseorang yang memiliki kemuliaan akan dihormati orang dan mampu menjaga nilai-nilai keadilan. Nilai-nilai keadilan merupakan nilai yang menjadi harapan dan dambaan banyak orang. Nilai keadilan dilakukan oleh penguasa dan didambakan banyak orang. Kedua nilai ini, kemuliaan dan keadilan sebagai nilai-nilai luhur yang patut menjadi topik dalam menulis buku nonteks pelajaran, misalnya untuk buku pengayaan pengetahuan atau kepribadian. 3. Kebenaran Nilai-nilai kebenaran merupakan nilai hakiki yang diakui oleh semua orang, dirindukan semua orang, namun sering dipandang sesuatu yang sulit dilakukan oleh seseorang yang berpikiran kerdil. Kebenaran merupakan karakter dasar manusia yang diturunkan dari contoh perilaku malaikat, sedangkan lawannya adalah kesalahan sebagai perilaku yang diwariskan

34Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

syetan. Kebenaran selalu menjadi tumpuan manusia ketika disadari bahwa kesalahan tidak memberikan harapan kehidupan. Nilai-nilai kebenaran ini dapat menjadi bahan atau materi tulisan buku nonteks pengayaan. Dalam mengangkat topik kebenaran ini dapat dilakukan dengan menggunakan penokohan fiksional maupun tokoh-tokoh simbolis melalui cerita binatang (fabel). 4. Kebaikan Nilai-nilai kebaikan dapat diangkat dari karakter manusia dan dapat pula diangkat dari warisan budaya pendahulu kita. Nilai kebaikan ini merupakan karakter yang diharapkan dan menjadi idaman semua pihak. Perbuatan yang baik diyakini akan beroleh balasan yang baik, demikian pula sebaliknya perbuatan yang jelek akan beroleh imbalan setimpal dengan perbuatan itu. Nilai kebaikan merupakan nilai yang diyakini sebagai nilai universal dari manusia, ia dicintai, diharapkan, dan dibutuhkan setiap manusia. Nilai-nilai ini dapat diangkat menjadi bahan tulisan buku pengayaan kepribadian, baik dalam bentuk fiksi maupun bentuk fabel. 5. Keindahan Nilai-nilai keindahan, baik indah secara fisik maupun nonfisik sebagai sesuatu yang dapat diangkat menjadi bahan tulisan buku nonteks pelajaran. Jika segala sesuatu yang indah merupakan alternatif dalam menyelesaikan persoalan atau permasalahan maka topik tentang keindahan seharusnya menjadi bahan tulisan penulisan buku nonteks pelajaran. Misalnya, penulis mengangkat topik tulisan tentang betapa sangat indah jika menyelesaikan sebuah konflik tidak dengan kekerasan melainkan dengan berdialog atau bersilaturahim.

35Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

6. Kesabaran Nilai kesabaran merupakan nilai yang sangat baik. Seseorang bersabar jika mendapat cobaan, bersabar jika dihujat orang, bersabar dalam

menyelesaikan masalah, bersabar jika mengalami kesulitan. Kesabaran ini sebagai obat penangkal sementara jika seseorang mengalami masalah atau cobaan agar tidak mengatasinya dengan tidak baik. Bersabar tidak berarti diam melainkan terus berusaha tidak pantang menyerah. Nilai-nilai ini dapat dijadikan sebagai bahan penulisan buku nonteks pelajaran, misalnya buku pengayaan pengetahuan atau kepribadian. 7. Keuletan Nilai keuletan merupakan sikap seseorang yang tidak pantang meyerah dalam berusaha atau menyelesaikan persoalan. Sekalipun yang telah diusahakan masih belum beroleh hasil yang memuaskan ia tetap melakukan kegiatan itu, secara sungguh-sungguh baik siang maupun malam. Nilai keuletan ini merupakan nilai yang sangat baik untuk diangkat menjadi bahan penulisan buku nonteks pelajaran, baik dalam bentuk buku pengayaan pengetahuan, keterampilan, atau kepribadian. 8. Kejujuran Nilai-nilai kejujuran merupakan nilai luhur yang sering didambakan orang. Kejujuran adalah modal bermasyarakat yang sangat bernilai harganya. Jika seseorang terbiasa berkata jujur, maka sepanjang hidupnya tidak akan menanggung beban yang sangat berat. Kejujuran biasanya dijadikan criteria dalam memilih orang. Bahkan pada Negara industry yang sudah maju, nilai kejujuran ini merupakan karakter dalam bekerja. Demikian hebatnya nilai kejujuran sebagai nilai-nilai luhur maka nilai ini sangat tepat jika diangkat

36Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

menjadi bahan buku nonteks pelajaran, misalnya buku pengayaan pengetahuan dan kepribadian.

B. Konteks Keindonesiaan Banyak bahan tulisan yang berhubungan dengan konteks keindonesiaan, baik yang berhubungan dengan kehidupan beragama, tentang alam fisik, alam hayati, masyarakat, atau nilai-nilai budaya. Bahan yang ditulis dapat hal-hal yang ada pada saat ini atau visi Indonesia di masa yang akan datang, baik berdasarkan pemikiran logis maupun memprediksi perkembangan yang akan datang berdasarkan perkembangan saat ini. 1. Kehidupan Beragama Seorang penulis dapat menjadikan kehidupan beragama yang ada di Indonesia menjadi bahan tulisan. Kehidupan beragama itu berhubungan dengan agama-agama yang disyahkan oleh pemerintah. Berikut ini contoh kehidupan beragama yang dapat digunakan sebagai bahan tulisan. a. Tradisi Beribadah Penulis dapat menggunakan bahan tadisi beribadah agama tertentu menjadi sebuah tulisan yang menarik. Misalnya, bahan tulisan berupa tradisi di daerah pesantren menjelang bulan suci Rhamadhan, atau tradisi di daerah keraton Cirebon pada saat malam 17 Robiul Awal, atau tradisi agama Hindu di Bali dalam acara Ngaben, serta tradisi-tradisi lainnya. Jika penulis bermaksud hanya memberitahukan kepada pihak lain tentang tradisi beribadah ini maka buku yang ditulisnya dapat berupa buku pengayaan pengetahuan. Namun, jika penulis mengangkat tradisi beribadah itu dengan tujuan pembaca dapat meningkatkan kadar pelaksanaan

37Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

beribadah ke arah yang lebih baik maka mungkin buku yang ditulis itu buku pengayaan kepribadian. b. Peningkatan Ketaqwaan Banyak cara yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan ketaqwaan, baik yang terhadap dirinya maupun kepada orang lain. Upaya ini dapat diangkat berdasarkan pengalaman diri atau orang lain dalam meningkatkan ketaqwaan atau berdasarkan pemikiran logis dikaitkan dengan ilmu ahlaq. Peningkatan ketaqwaan merupakan salah satu contoh dari kehidupan beragama yang menjadi karakteristik masyarakat agamis. Kehidupan beragama ini merupakan sesuatu yang menarik untuk ditulis, baik sebagai buku pengayaan pengetahuan tentang bagaimana seseorang meningkatkan ketaqwaannya, maupun sebagai buku pengayaan kepribadian dan panduan pendidik tentang upaya menciptakan kepribadian yang diharapkan atau panduan cara meningkatkan ketaqwaan kepada peserta didik. c. Pengalaman Beribadah Hal lain yang dapat dijadikan sebagai bahan penulisan buku nonteks pelajaran adalah tentang pengalaman seseorang dalam beribadah.

Pengalaman ini dapat disampaikan kepada pembaca lain sebagai buku pengayaan pengetahuan atau kepribadian. Pengalaman beribadah

merupakan pengalaman unik dan bersifat individual karena merupakan komunikasi antara mahluk dengan Pencipta. Kadang-kadang komunikasi dalam pengamalan beribadah seseorang berbeda dengan yang lain sehingga khas dan unik. Penulis dapat mengangkat topik ini sebagai upaya berbagi pengalaman dalam beribadah, baik yang dialami penulis atau dialami pihak lain yang digali oleh penulis.

38Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

2. Alam Fisik Keadaan alam fisik Indonesia merupakan alam yang sangat elok. Orang menyebutkan sebagai zamrud katulistiwa. Banyak kondisi alam Indonesia yang masih orisinal belum dituangkan menjadi tulisan buku nonteks pelajaran. Banyak keadaan alam yang sangat indah, elok, dan menawan yang dapat diangkat menjadi bahan tulisan buku nonteks pelajaran. Kondisi alam fisik Indonesia yang sangat beragam dan berharga tersebut patut dibanggakan oleh peserta didik sebagai bentuk cinta tanah air. Peserta didik harus merasa memiliki alam fisik Indonesia sehingga tak akan rela sejengkal pun jika jatuh kepada penguasaan pihak asing. Rasa memiliki ini selanjutnya diharapkan tumbuh rasa untuk menjaga dan melestarikan kekayaan alam fisik tersebut. a. Tanah Banyak hal yang dapat ditulis dari tanah air Indonesia, yang menarik, unik, dan perlu diketahui pembaca, khususnya peserta didik Indonesia. Bahan tulisan yang berhubungan dengan tanah ini harus diarahkan pada kebanggaan memiliki tanah air Indonesia, mulai dari Tanah Aceh hingga Papua sebagai suatu kesatuan Indonesia Raya. Hal lain yang berhubungan dengan tanah, selain jenis tanah, pasir, bebatuan, pegunungan, gunung, lembah, bukit, dan sumber alam fisik lain yang berhubungan dengan tanah akan menjadi sesuatu hal yang memantapkan keyakinan betapa Indonesia sebagai tanah kelahiran pembaca memiliki potensi yang sangat beragam yang patut dibanggakan. Indonesia memiliki kekayaan pesisir yang terpanjang di dunia maka di atas sumber alam ini terdapat keanekaragaman sumber daya alam, seperti kekayaan (1) sumber daya pulih (perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang); dan (2) sumber daya tidak dapat pulih (minyak bumi, gas, mineral, bahan tambang mas, besi, timah, dan lain-lain). Seorang penulis buku teks misalnya akan 39Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

berpemikiran bahwa sumber daya ini harus diketahui, dimanfaatkan, dan dijaga kelestariannya. Contoh kekayaan tanah yang khas Indonesia, misalnya di Kabupaten Indragiri Hilir yang tanahnya didominasi oleh perkebunan seluas 7.180 hektar atau52% dari luas kabupaten tersebut, yang lokasinya menyebar di setiap kecamatan. Selain itu, juga memiliki hutan rawa seluas 11.283 hektar. Penggunaan tanah lain adalah semak belukar, hutan, mangrove, lahan terbuka, kebun kelapa, tegalan, sawah, dan tambak. Contoh lain, misalnya daerah Lampung terbagi dalam 5 unit topografi

(1) daerah berbukit sampai bergunung; (2) berombak dan bergelombang; (3) dataran alluvial; (4) daerah rawa dan pasang surut; (5) daerah river basin. Berdasarkan kekayaan tanah ini, seorang penulis dapat memanfaatkannya sebagai bahan tulisan buku nonteks, baik dalam bentuk pengayaan pengetahuan maupun buku referensi (peta potensi alam suatu daerah). b. Air Potensi alam fisik lain yang sangat luas adalah air. Para ahli banyak menyebutkan bahwa Negara Indonesia sepertiganya adalah air atau lautan. Samudra Indonesia yang menyatukan pulau-pulau besar dan kecil menjadi satu kesatuan Nusantara menjadi perekat persatuan dan kesatuan. Air menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi kehidupan manusia, baik untuk dikonsumsi, dimafaatkan untuk penggerak turbin, dimafaatkan untuk berhubungan antarsuku antar-pulau dan kepulauan, dibuat menjadi garam, digunakan untuk peternakan ikan dan sejenisnya, dimanfaatkan untuk pertanian, serta manfaatmanfaat besar lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar dunia. Oleh karena itu Indonesia memiliki ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun (sea grass) yang luas dan beragam. 40Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

Seorang

penulis

buku

nonteks

pelajaran dapat memandang makna air dari berbagai perspektif yang diangkat dari kekayaan alam fisik Indonesia. Bahkan, dapat menjadikan bahan tulisan buku nonteks hal-hal yang berkaitan dengan upaya menjaga kelangsungan sumber daya air yangKeragaman mangrove sebagai kekayaan Pesisir Indonesia

dapat dimafaatkan bukan saja untuk masa sekarang melainkan untuk diwariskan kepada anak cucu. Mungkin juga penulis buku nonteks memandang perlunya suatu uapaya yang serius atas fenomena pembangunan yang mengarah ke indutrialisasi. Dalam era indistrialisasi, wilayah pesisir dan lautan termasuk prioritas utama sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agrobisnis, agroindustri, pemukiman, transportasi dan pelabuhan. Kondisi ini

menyebabkan banyak kota yang terletak di wilayah pesisir terus dikembangkan. Perlunya suatu pemikiran yang visioner tentang upaya melakukan

penyeimbangan antara fenomena pembangunan dengan upaya pelestarian. c. Udara Kekayaan Indonesia lainnya adalah udara. Dalam era kesejagatan, udara merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dunia memiliki kepedulian terhadap udara, karena pengaruh industrialisasi yang menghasilkan carbondioksida sehingga diperlukan ketersediaan oksigen yang sangat banyak maka menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penyumbangnya. Udara juga merupakan kekayaan negara yang menjadi batas-batas suatu negara. Dalam beberapa kejadian, Indonesia sering merasa bahwa batas-batas 41Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

kekayaan udara yang dimiliki malah dijamah oleh pihak luar. Upaya menjaga lintas batas udara ini sangat penting sebagai suatu kesatuan kekayaan alam fisik Indonesia yang harus dipelihara, dijaga, dan dibanggakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Persoalan udara yang demikian serius ini, kiranya patut ditopang oleh berbagai pemikiran yang dapat dituangkan dalam bentuk buku nonteks. Berbagai upaya yang perlu ditempuh untuk menjaga kemurniaan udara yang setiap saat dihirup oleh semua mahluk hidup di dunia ini perlu dituangkan dalam bentuk buku nonteks. Pemahaman yang sangat mendalam tentang

kesatuan kekayaan alam Indonesia yang termasuk pula kekayaan udara yang dimiliki kiranya perlu dimantapkan dan ditumbuhkan rasa cinta rakyat terhadap tanah airnya. Buku nonteks kiranya perlu menyajikan tentang reka cipta bangsa Indoensia dalam menjaga, melestarikan, dan memurnikan udara, baik sebagai sumber daya alam maupun sebagai batas-batas kewilayahan. d. Cahaya Kekayaan alam fisik lainnya adalah cahaya. Kekayaan ini berhubungan dengan potensi geografis Negara Indonesia. Cahaya merupakan sumber kehidupan bagi mahluk hidup. Sumber utama cahaya adalah matahari. Potensi geografis Indonesia dalam mendapatkan sumber pencahayaan dari matahari membuat negeri ini memiliki durasi perolehan cahaya separuh hari, sehingga diperlukan penyediaan sumber caya buatan. Pemikiran tentang pemanfaatan sumber cahaya dan berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam menjaga sumber alam cahaya kiranya perlu dituangkan dalam sebuah buku nonteks. Para penulis buku nonteks dapat menjadikan kekayaan sumber cahaya yang kurang mendapat perhatian ini menjadi sesuatu yang mendapat perhatian. Upaya memahamkan pentingnya sumber alam ini dapat disajikan dalam buku pengayaan pengetahuan atau keterampilan. 42Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

e. Angkasa Potensi alam yang juga memiliki peranan sangat penting adalah angkasa. Banyak ahli astronomi yang telah melakukan kajian berdasarkan kekayaan angkasa raya. Memang kekayaan angkasa merupakan kekayaan semua umat manusia, termasuk pula masyarakat Indonesia. Perhatian terhadap potensi angkasa ini perlu ditanamkan kepada rakyat Indonesia sehingga akan lahir pemikiran-pemikiran yang visioner tentang pemanfaatan angkasa bagi kelangsungan hidup dan penghidupan rakyat Indonesia. Amerika Serikat secara khusus memiliki NASA sebagai lembaga yang secara khusus melakukan kajian dan pemanfaatan angkasa bagi masyarakatnya. Langkah tersebut diikuti oleh China yang telah mempersiapkan kajian untuk memanfaatkan angkasa sejak tahun 1957 sehingga pada tahun 2007 China telah berhasil meluncurkan pesawat yang menjelajah ruang angkasa. Tampaknya upaya yang dilakukan oleh Amerika dan China dalam memanfaatkan sumber alam angkasa bukan tanpa pemahaman yang mendalam tentang pentingnya sumber alam ini kepada rakyatnya. Oleh karena itu, kiranya para penulis buku nonteks dapat menggunakan kekayaan alam angkasa ini sebagai bahan penulisan. Selain itu, perlu kiranya dipahamkan kepada pembaca Indonesia tentang potensi ini dan kemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat. 3. Alam Hayati Selain alam fisik, Indonesia juga memiliki alam hayati yang sangat kaya, baik tumbuhan maupun binatang. Kekayaan alam hayati yang beraneka ragam ini bahkan menjadi daya tarik khusus bagi para peneliti dan penulis dari negeri lain. Kekayaan alam hayati yang dimiliki Indonesia sangat beranekaragam dan unik ini jika dibiarkan tanpa upaya pemahaman tentang kemanfaatannya bagi penghidupan maka seiring dengan waktu akan semakin berkurang dan 43Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

akhirnya akan punah. Untuk itu perlu upaya yang dilakukan penulis buku nonteks untuk menginformasikan atau melakukan pelestarian agar

keanekaragaman hayati milik Indonesia dapat dilestarikan. Penulis buku nonteks kiranya dapat memanfaatkan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia menjadi bahan tulisan. Peserta didik harus merasa memiliki kekayaan alam hayati Indonesia sehingga perlu menjaga dan melestarikan. Rasa memiliki ini selanjutnya diharapkan akan tumbuh rasa bangga untuk menjaga dan melestarikan kenekaragaman hayati tersebut. Buku nonteks yang dapat dipilih dapat berupa pengayaan pengetahuan,

keterampilan, kepribadian, ensiklopedia, atau peta. Bahkan, jika penulis memiliki keahlian khusus dapat menjadikannya sebagai panduan bagi pendidik. a. Tumbuhan Indonesia memiliki jutaan jenis tumbuhan yang khas sebagai ekosistem suatu daerah. Jenis-jenis tumbuhan tersebut tumbuh subur di alam Indonesia sesuai dengan karakteristik daerah, mulai dari Sabang sampai dengan Merauke. Tumbuh-tumbuhan tersebut pada umumnya bermanfaat bagi penghidupan dan kehidupan bangsa Indonesia. Berdasarkan sejarah, nenek moyang kita telah memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk pemenuhan kebutuhan dasar

manusia, mulai dari kebutuhan pemenuhan pangan, papan, dan sandang. Keberagaman tumbuhan tersebut kiranya dapat menjadi bahan tulisan bagi penulis buku nonteks. Sudut pandang yang dapat digunakan, misalnya mengangkat hal-hal yang berhubungan dengan: (1) jenis tumbuhan khas Indonesia atau khas suatu daerah di Indonesia; (2) fungsi tumbuhan tersebut terhadap lingkungan dan penggunaannya bagi manusia; (3) keadaan tumbuhan tersebut pada masa lalu dan saat ini berdasarkan jumlah varian, luas, kualitas, atau dari perspektif lain; (4) kondisi yang mengancam pada kelangsungan kehidupan tumbuhan tersebut; atau (5) perlunya masyarakat turut serta dalam 44Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

pengelolaan dan pemanfaatan tumbuhan yang seimbang agar terpelihara kelestariannya. Misalnya, penulis buku nonteks tertarik untuk mengangkat topik tentang manfaat tumbuhan yang sangat berguna bagi masyarakat di pesisir pantai, yaitu mangrove. Tanaman mangrove berfungsi antara lain sebagi tempat pemijahan ikan, kepiting, dan udang. Selain itu mangrove berfungsi untuk menahan air laut agar tidak terjadi abrasi atau pengikisan pantai, dan juga dapat mencegah banjir. Selain itu, tumbuhan mangrove merupakan tempat berlindungnya burung-burung dan berbagai macam binatang lainnya. Manusia juga dapat memanfaatkan pohon mangrove sebagai bahan baku untuk industri kertas (chip), kayu bakar, arang, cerucuk untuk fondasi rumah, atau tiang-tiang jembatan. b. Binatang Seperti halnya tumbuhan, Indonesia juga memiliki kekayaan fauna (binatang) yang sangat beranekaragam. Banyak jenis fauna yang dimiliki Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain, bahkan banyak pula jenis fauna yang semakin punah keberadaannya karena tergeser oleh perkembangan masyarakat Indonesia. Kita sering menyaksikan keindahan fauna yang memiliki

karakteristik hidup di alam Indonesia, bahkan jenis binatang yang sudah sangat langka. Penulis buku nonteks dapat menjadikan binatang dan kehidupannya sebagai bahan tulisan berdasarkan karakteristik suatu daerah, misalnya (1) berbagai jenis satwa yang dapat ditemui di suatu daerah; (2) tempat hidup (habitat), dan kebiasaan atau perilaku fauna tersebut (tempat bertelur berkembang biak, musim kawin dan sebagainya); (3) kondisi keberadaan fauna tersebut pada masa sekarang; (4) berbagai aktivitas manusia atau sifat alam yang dapat mengancam

45Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

kelangsungan hidup fauna tersebut; atau (5) tindakan-tindakan yang dapat diperbuat manusia untuk menjaga keberadaan fauna tersebut. Dengan demikian penulis buku nonteks dapat mengangkat kehidupan suatu fauna di suatu daerah, misalnya fauna yang hidup di habitat pesisir, seperti: Bango Tongtong,

Elang Kepala Abu, Kowak Malam, Burung Raja Udang, Burung Raja Udang Biru, Penyu, Burung Rawa,

Kepiting Bakau, Monyet, Biawak, dan lain-lain. Selain itu, satwa langka dijumpai di Pantai LampungRaja Udang Merah & Biru

yang

dapat

misalnya: tiga

jenis penyu yang telah semakin langka, yaitu Penyu Hijau (Chelonia Midas), Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata), dan Penyu Belimbing (Dermochylis Cariacea). 4. Masyarakat Indonesia juga memiliki potensi keragaman masyarakat yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai bahan tulisan buku nonteks. Keragaman ini berhubungan dengan banyaknya suku bangsa yang tinggal di tanah air Indonesia. Banyak hal yang dapat diangkat menjadi bahan penulisan buku pengayaan pengetahuan, kepribadian, atau ensiklopedia. a. Individu Manusia Bahan tulisan yang berhubungan dengan individu manusia Indonesia, baik menyangkut jiwa maupun raga akan sangat menarik untuk disajikan. Karakteristik bangsa Indonesia yang memiliki ciri religius dan berkepribadian sebagai orang Timur sangat penting untuk disajikan dalam tulisan. Bahan tulisan yang mengangkat cirri dan karakter manusia Indonesia diharapkan akan 46Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

menjadi gambaran bagi peserta didik untuk berperilaku sebagaimana karakter bangsa Indonesia. Banyak tokoh Indonesia yang berjasa bagi negeri ini atau telah berprestasi membawa nama Indonesia dalam kancah internasional perlu disajikan dalam buku nonteks agar peserta didik dapat meneladani perilaku dan perjuangan tokoh-tokoh tersebut. Kebangkitan Indonesia yang sering digemborkan para tokoh politik sebaiknya dilengkapi dengan keberadaan buku nonteks yang dapat mengangkat peri kehidupan yang baik agar betul-betul bangsa kita segera bangkit meniru upaya kebangkitan pada tokoh pendahulu atau tokoh-tokoh yang telah sukses. Jenis tulisan yang dapat dipilih dapat berupa buku pengayaan pengetahuan atau kepribadian dalam bentuk biografi atau autobiografi. b. Masyarakat dan Komunitas Banyak hal yang sangat menarik untuk diangkat menjadi bahan penulisan buku nonteks dari kondisi masyarakat Indonesia. Keberagaman suku bangsa Indonesia mulai dari suku terbesar hingga suku terkecil memiliki keunikan dan karakteristik yang menarik untuk dijadikan sebagai bahan tulisan buku nonteks. Kehidupan suatu masyarakat tertentu, mulai dari aktivitas yang berhubungan dengan keseharian hingga aktivitas yang sakral dari suatu masyarakat dapat diangkat menjadi bahan tulisan buku pengayaan pengetahuan, kepribadian, atau referensi. Misalnya, kehidupan masyarakat Minang mulai dari hal yang yang berkaitan dengan kelahiran anggota baru, adat perkawinan, hingga pemakaman merupakan bahan tulisan buku nonteks. Pada saat ini aktivitas manusia semakin beragam, bahkan dengan memiliki kesadaran diri untuk bereksistensi sehingga mereka membuat komunitas tertentu di masyarakat. Komunitas-komunitas tersebut bahkan cenderung bersifat hegemoni dan primordial, namun dari sudut pandang studi perubahan 47Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

masyarakat hal tersebut merupakan sesuatu yang menarik untuk diangkat menjadi bahan tulisan buku nonteks. c. Tatanan Masyarakat Keberagaman potensi masyarakat akan melahirkan tatanan yang mengatur kehidupannya. Semakin beragam potensi masyarakat maka semakin beragam pula tatanannya. Tatanan ini mungkin sudah tertulis atau mungkin juga tidak tertulis tetapi dipatuhi oleh masyarakat sebagai tatanan. Misalnya, tatanan di suku Sunda dalam bertata krama, sopan santun, yang tercermin dalam peri kehidupan masyarakat. Tatanan masyarakat ini dapat digunakan sebagai bahan tulisan buku nonteks pelajaran. d. Aturan dan Sanksi Banyak hal yang mengatur hubungan antar-masyarakat yang hidup dalam satu lingkup daerah, suku, atau budaya. Aturan itu dimaksudkan untuk menyelaraskan tata kehidupan suatu masyarakat, dalam berkomunikasi dengan anggota masyarakat lain. Biasanya, suatu aturan disertai pula dengan sanksi yang harus diperoleh jika suatu aturan dilanggar. Hal-hal yang berhubungan dengan aturan dan sanksi ini dapat dijadikan sebagai bahan tulisan buku nonteks, jenis pengayaan pengetahuan, kepribadian, atau referensi. e. Persatuan dan Perjuangan Indonesia merupakan bangsa yang memiliki beragam suku bangsa dan beragam budaya yang merupakan karakteristik suatu daerah. Untuk

menyatukan keberagaman suku bangsa dan daerah itu diperlukan suatu kekuatan yang dapat menyatukan keragaman tersebut. Banyak hal yang telah dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. Demikian pula dengan perjuangan yang telah dilakukan oleh para pendahulu, baik yang 48Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

dilakukan oleh para pejuang di suatu daerah untuk mempertahankan daerah dari pengaruh dan penguasaan asing, maupun upaya yang dilakukan para tokoh suatu daerah dalam memertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam konteks otonomi daerah. Hal-hal yang berhubungan dengan persatuan dan perjuangan tersebut dapat diangkat menjadi bahan tulisan buku nonteks. f. Kelangsungan Hidup Masalah yang berhubungan dengan masyarakat Indonesia khususnya tentang kelangsungan hidup sangat beragam. Banyak hal menarik dari kelangsungan hidup masyarakat Indonesia pada umumnya atau masyarakat suatu daerah tertentu. Upaya yang bersifat kreatif, konstruktif, dan kemandirian sebagai usaha yang sungguh-sungguh untuk memertahankan kelangsungan hidup yang dilakukan bangsa Indonesia sangat bervariasi. Seorang nenek di daerah Tasikmalaya, misalnya, berusaha membuat terowongan saluran air agar lahan pesawahan miliknya dan masyarakat lain mendapatkan aliran air dari sumber air yang potensial. Hal-hal yang berhubungan dengan semua jenis pekerjaan dalam kaitannya untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai bahan tulisan buku nonteks pelajaran. 5. Budaya Sesuai dengan keragaman suku bangsa yang dimiliki, Indonesia juga memiliki keragaman budaya yang patut dibanggakan dan dilestarikan. Keragaman itu berhubungan dengan bahasa, kesastraan, sistem pengetahuan, keorganisasian, peralatan dan teknologi, pencaharian, dan kesenian. Kekayaan budaya yang sangat beragam itu dapat menjadi bahan tulisan bagi penulis buku

49Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

nonteks, baik jenis pengayaan pengetahuan, keterampilan, kepribadian, ensiklopedia, kamus, atau bahkan panduan pendidik. a. Bahasa dan Sastra Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antar-anggota masyarakat dalam suku tersebut. Sampai saat ini diketahui bahwa di Indonesia terdapat banyak sekali bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi antar-anggota masyarakat dalam lingkup daerah tertentu. Hampir setiap suku di Indonesia memiliki bahasa daerah sebagai alat komunikasi di antara mereka. Keragaman bahasa dan perkembangan bahasa dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik dari bahasa-bahasa daerah sangat menarik untuk diangkat menjadi buku nonteks. Perkembangan bahasa tersebut biasanya diiringi dengan perkembangan kesusastraan yang berhubungan dengan bahasa daerah tertentu. Keberagaman bahasa yang dimiliki bangsa Indonesia dapat mengangkat perilaku budaya dan karakter pengguna bahasa bahkan pemikiran-pemikiran imajinatif, baik berupa sastra lisan maupun yang tertulis dalam bahasa daerah. Kekayaan bahasa dan sastra yang dimiliki para penggunanya merupakan suatu bahan yang dapat dijadikan sebagai sumber penulisan buku nonteks pelajaran. b. Sistem Pengetahuan Sistem pengetahuan akan berhubungan dengan perkembangan penguasaan manusia terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju pemikiran manusia maka semakin beragam pula sistem pengetahuan yang dimiliki. Kemajuan sistem pengetahuan ini merupakan bahan yang sangat penting untuk ditulis menjadi buku nonteks. Sistem pengetahuan ini berkaitan erat dengan bidang-bidang keilmuan. Keragaman sistem pengetahuan ini merupakan bahan tulisan yang sangat kaya untuk diangkat menjadi buku nonteks pelajaran. 50Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

c. Organisasi Sosial Organisasi sosial berhubungan dengan perkembangan suatu masyarakat. Kompleksitas keperluan manusia mendorong tumbuh berkembangnya

organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat. Keberadaan organisasi ini mendorong tumbuhnya kekuatan civil society yang sekarang sedang menjadi alternatif kepercayaan masyarakat. Keragaman organisasi sosial yang ada di Indonesia ini dapat dijadikan sebagai bahan tulisan buku nonteks pelajaran. d. Peralatan Hidup dan Teknologi Peralatan yang digunakan manusia untuk menjalani hidup sejak manusia ada hingga saat ini sudah banyak dan beragam. Peralatan itu berhubungan dengan peri kehidupan manusia, mulai dari peralatan sederhana hingga peralatan dengan teknologi tinggi yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan kehidupan. Hal-hal yang berhubungan dengan peralatan hidup dan teknologi ini dapat digunakan sebagai bahan tulisan buku nonteks, baik pengayaan pengetahuan maupun pengayaan keterampilan. e. Pencaharian Manusia hidup di dunia akan berhubungan dengan mata pencaharian. Jenisjenis pencaharian ini berhubungan dengan profesi. Misalnya, profesi petani, peternak, pedagang, nelayan, buruh, guru, dokter, akuntan, dan sebagainya merupakan aktivitas bangsa Indonesia yang berhubungan dengan pencaharian. Berbagai hal yang berhubungan dengan keberagaman profesi tersebut sebagai ciri khas bangsa Indonesia dapat diangkat menjadi bahan tulisan buku nonteks pelajaran.

51Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

f. Kesenian Hubungan antara manusia dengan dengan manusia lain atau lingkungan sekitar menciptakan keberagaman dan perkembangan kesenian. Berbagai kreativitas manusia Indonesia dalam berhubungan dengan manusia lain atau dengan alam melahirkan keberagaman kesenian. Misalnya, di Ponorogo dikenal dengan kesenian Reog, di Subang dikenal dengan kesenian Sisingaan, di daerah Sunda dikenal kesenian angklung, calung, seni tari, dan sebagainya. Kreativitas bangsa Indonesia yang menciptakan beragam kesenian tersebut dapat diangkat menjadi bahan penulisan buku nonteks pelajaran. 6. Indonesia dalam Tatanan Budaya Bangsa-bangsa Lain Konteks kehidupan beragama, alam fisik, alam hayati, masyarakat, atau nilai-nilai budaya bangsa Indonesia di antara bangsa-bangsa lain di dunia dapat dijadikan sebagai bahan tulisan. Dalam konteks global hampir tidak mungkin suatu bangsa luput dari tatanan budaya bangsa-bangsa lain, baik dalam keterpengaruhan atau kebersinggungan antar-tatan