pedoman greening mp3ei dalam kerangka redd+

50
PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+ LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGARUSUTAMAAN REDD+ SATUAN TUGAS PERSIAPAN KELEMBAGAAN REDD+ INDONESIA DOKUMEN TIM KERJA PENGARUSUTAMAAN REDD+ KE DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Upload: septianm

Post on 18-Jan-2015

707 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATANPENGARuSuTAmAAN REDD+Satuan tugaS PerSiaPan Kelembagaan reDD+ inDoneSia

DOKUMEN TIM KERJA PENGARUSUTAMAAN REDD+ KE DALAM SISTEM PERENCANAANPEMBANGUNAN

Page 2: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+
Page 3: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

DESEMBER 2013

Page 4: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

Penanggung Jawab:

Lukito Dinarsyah Tuwo, Wakil Menteri PPN/ Wakil Kepala Bappenas sebagai Ketua Tim Kerja Pengarusutamaan REDD+ ke dalam Sistem Perencanaan Pembangunan

Tim Pengarah:

Endah Murniningtyas, Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas, selaku Wakil Ketua Tim Kerja Pengarusutamaan REDD+ ke dalam Sistem Perencanaan Pembangunan

Basah Hernowo, Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air, Bappenas, selaku Sekretaris Tim Kerja Pengarusutamaan REDD+ ke dalam Sistem Perencanaan Pembangunan

Tim Penulis:

Bahruni SaidHaryanto R. PutroMahawan KaruniasaRebekka S. AngelynSudarsono Soedomo

Editor:

Ahmad Bahri R, Dadang Jainal Mutaqin, Medrilzam, Miranti Triana Zulkifli, Mohammad Showam, Nita Kartika, Nur Hygiawati Rahayu, Pungky Widiaryanto

Kontributor Utama:

Hariadi Kartodihardjo, Herry Darwanto, Mesdin C. Simarmata, Syamsidar Thamrin, Wahyuningsih Daradjati

Tata Letak:

AKSARA BUANA

Penerbit:…

Page 5: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

Kata Pengantar

Pedoman Greening MP3EI ini dibuat dengan maksud untuk lebih menambah kepastian bahwa perencanaan dan pelaksanaan pembangunan ekonomi telah memperhatikan isu lingkungan dan isu sosial sehingga hasil pembangunan yang dicapai dapat berkelanjutan. Untuk itu perlu dikembangkan kriteria dan indikator dari setiap isu pembangunan yang harus dipenuhi agar pembangunan yang dilakukan mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk berkelanjutan. Namun, kriteria dan indikator yang disajikan dalam pedoman ini lebih bersifat panduan umum dan minimum, sehingga pengguna pedoman ini dapat melakukan penyesuaian dan penambahan sesuai dengan kebutuhan lokal. Ide sentralnya adalah bahwa keberlanjutan pembangunan sangat tergantung kepada berbagai jenis kapital, sehingga level kapital harus terus dijaga agar tidak mengalami penurunan. Sampai batas tertentu, penurunan level dari satu kapital dapat digantikan dengan peningkatan level dari kapital lainnya.

Secara lebih sempit, pedoman ini memberi panduan bagaimana mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebagaimana tertuang dalam dokumen MP3EI dengan sejauh mungkin menekan deforestasi, yang juga barmakna menekan emisi, khususnya emisi karbon. Oleh karena itu, greening lebih difokuskan kepada sektor-sektor yang berpeluang lebih tinggi bagi terjadinya deforestasi, yakni sektor-sektor yang berbasis lahan seperti kehutanan, pertanian, dan pertambangan. Hal ini sekaligus juga menunjukkan bahwa pedoman ini lebih memfokuskan diri pada emisi jangka pendek, karena menghindari membuka hutan hari ini tidak berarti akan menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dalam jangka panjang, misalnya karena jarak tempuh yang lebih jauh akan membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak.

Sangat disadari bahwa pedoman greening MP3EI ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari siapapun demi perbaikan akan sangat dihargai. Ketidaksempurnaan seharusnya tidak menghalangi kita untuk melangkah ke arah yang lebih baik, betapapun kecilnya langkah tersebut. Jika menunggu sempurna terlebih dahulu sebelum membuat langkah perbaikan, maka tidak akan pernah ada langkah perbaikan yang dilakukan. Semoga pedoman ini bermanfaat.

Page 6: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN 11.1. Latar Belakang 11.2. Tujuan 41.3. Ruang Lingkup Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+ 61.4. Landasan Hukum 9

BAB 2. PRINSIP DAN PENDEKATAN GREENING MP3EI 112.1. Prinsip Dasar Pembangunan Berkelanjutan 112.2. Prinsip, Kriteria dan Indikator Greening MP3EI bidang REDD+ 11

2.2.1. Kriteria dan Indikator Ekonomi 132.2.2. Kriteria dan Indikator Lingkungan 132.2.3. Kriteria dan Indikator Sosial 14

2.3. Pendekatan Greening MP3EI 14

BAB 3. INTEGRASI PEDOMAN GREENING KE DALAM MP3EI 193.1. Perencanaan dan Pelaksanaan MP3EI 193.2. Objek Greening MP3EI 203.3. Pengguna Pedoman Greening MP3EI 203.4. Mekanisme Penggunaan Pedoman Greening MP3EI 21

BAB 4. TAHAPAN PELAKSANAAN GREENING MP3EI 234.1. Kerangka Kerja Pelaksanaan Greening MP3EI 234.2. Pelaksanaan Greening MP3EI 26

4.2.1. Tahap 1: Penapisan Objek Greening MP3EI 264.2.2. Tahap 2: Penapisan Keberlanjutan MP3EI 274.2.3. Tahap 3: Analisis Trade off 29

4.2.3.1. Identifikasi sasaran pembangunan 294.2.3.2. Analisis trade off MP3EI 32

4.3. Pengambilan Keputusan Hasil Greening MP3EI Bidang REDD+ 334.4. Identifikasi Prasyarat Keberlanjutan 35

Page 7: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

BAB 5. DOKUMENTASI PUBLIKASI DAN PENJAMINAN KUALITAS GREENING MP3EI BIDANG REDD+ 37

5.1. Dokumentasi Greening MP3EI 375.2. Akses Publik dalam Greening MP3EI 375.3. Penjaminan Kualitas Greening MP3EI 37

BAB 6. PENUTUP 39

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kebutuhan analisis pada setiap cakupan wilayah greening MP3EIbidang REDD+ 17

Tabel 2. Program dan kegiatan MP3EI terkait bidang REDD+ 26Tabel 3. Penyajian informasi untuk penapisan

keberlanjutan menurut analisis kesesuaian ruang MP3EI 28Tabel 4. Identifikasi potensi keberlanjutan MP3EI menurut

tipologi sensitivitas ruang 28Tabel 5. Target penurunan emisi GRK menurut sektor 31

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Kerja MP3EI 3Gambar 2. Transformasi MP3EI melalui Greening bidang REDD+ 5Gambar 3. Prinsip dasar greening bidang REDD+ 6Gambar 4. Keberlanjutan lingkungan, sosial dan ekonomi

greening bidang REDD+ 8Gambar 5. Keterkaitan MP3EI dan isu REDD+

di dalam rencana pembangunan 9Gambar 6. Perluasan Perhitungan Ekonomi (Cato, 2009) 12Gambar 7. Harmonisasi sasaran pembangunan melalui

Greening MP3EI bidang REDD+ 16Gambar 8. Kerangka tahapan pelaksanaan greening MP3EI 23Gambar 9. Aspirasi pencapaian PDB Indonesia (MP3EI, 2011) 30Gambar 10. Baseline MP3EI dan kemungkinan

kondisi proyeksi indikator greening MP3EI bidang REDD+ di dalam analisis trade off 33

Page 8: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+
Page 9: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

1PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar BelakangIntergovernmental Panel on Climate Change (IPPC) memperkirakan suhu permukaan bumi

telah meningkat sebesar 0,740 C selama periode tahun 1906 – 2005. Kenaikan suhu ini terkait

dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca, khususnya meningkatnya jumlah CO2 di atmosfir,

yaitu dari 280 ppm pada masa revolusi industri tahun 1750 menjadi 383 ppm pada tahun 2007.

Apabila kondisi ini tetap berlangsung atau dalam kondisi business as usual, diperkirakan pada

tahun 2100 suhu permukaan bumi akan meningkat 1,70 C – 4,50 C. Peningkatan ini berpotensi

melampaui batas kenaikan suhu yang dapat diterima untuk keberlanjutan kehidupan manusia

di bumi, yaitu 20 C . Setelah negara-negara yang turut serta dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro,

Brasil tahun 1992 meratifikasi pembentukan United Nation Framework Convention on Climate

Change (UNFCCC), upaya menghadapi perubahan iklim menjadi isu dan aksi global. Dalam

upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia turut aktif dalam berbagai

pembahasan isu maupun aksi lingkungan global tersebut.

Sebagian besar emisi GRK dihasilkan oleh negara maju. Dalam menghadapi kondisi ini,

telah dilakukan beberapa upaya meliputi kebijakan, formulasi, program dan implementasi

proyek, sampai dengan kegiatan percontohan di beberapa tempat. Beberapa upaya tersebut

berdasarkan pada resolusi international yaitu pengurangan emisi dari degradasi hutan dan

deforestasi (REDD+). Sejak Conferences of the Parties (COP) ke 13 United Nation Framework

Convention on Climate Change (UNFCCC) di Bali tahun 2007, mekanisme REDD+ telah dibahas

dalam konteks pelaksanaannya di Indonesia oleh Kementerian Kehutanan.

Page 10: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+2

Pada tanggal 26 Mei 2010, pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah Norwegia telah

menandatangani Letter of Intent (LoI) untuk melakukan kerjasama REDD+ dalam rangka

mengatasi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh degradasi hutan dan deforestasi serta

degradasi lahan gambut di Indonesia. REDD+ memberikan kesempatan kepada negara

berkembang seperti Indonesia untuk melangkah melaksanakan pembangunan karbon rendah

(low carbon development) melalui implementasi REDD+. Sedangkan bagi negara industri seperti

Norwegia, dapat mendukung penanggulangan deforestasi melalui kontribusi pendanaan

untuk pelaksanaan kegiatan tersebut. REDD+ juga memberikan dorongan bagi pemerintah

Indonesia dalam upaya mencapai target Rencana Aksi Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

(RAN GRK) yang merupakan komitmen sukarela pemerintah Indonesia terhadap dunia untuk

mengurangi emisi sebesar 26% pada tahun 2020 dengan skenario business as usual atau

sebesar 41% apabila dengan dukungan internasional.

Tahap pertama dari kerjasama REDD+ adalah membangun kelembagaan yang memiliki

kapasitas manajemen dan implementasi kegiatan awal REDD+ yang akan dilakukan di

beberapa provinsi prioritas dan wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Satuan Tugas (Task

Force) telah dibentuk untuk memfasilitasi pembentukan kelembagaan REDD+. Kelompok

kerja (Working Group) juga telah dibentuk untuk membantu pengembangan landasan hukum

lembaga, mendisain mekanisme finansial, serta pengembangan infrastruktur untuk mengukur,

memonitor, pelaporan dan verifikasi stok karbon dan perubahan stok karbon. Kelompok

Kerja (Working Group) lainnya juga dibentuk untuk mendukung pengembangan komunikasi,

pelibatan pemegang kepentingan untuk mendukung pelaksanaan REDD+ (learning by

doing) di beberapa areal percontohan dan provinsi prioritas, selain itu Kelompok Kerja untuk

harmonisasi REDD+ kedalam pembangunan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Implementasi REDD+ akan menjadi langkah penting untuk pengembangan ekonomi rendah

karbon (low emission development) di Indonesia yang memiliki hutan tropis dengan berbagai

kekayaan hayatinya serta sebagai suatu peluang untuk pemerintah Indonesia untuk melakukan

perbaikan tata kelola pengelolaan hutan dan lahan gambut di Indonesia.

Page 11: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

3PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

Dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

(RPJPN) dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing

perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya masterplan percepatan dan

perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang

tepat, fokus dan terukur. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pemerintah menetapkan

Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Substansi dari Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 adalah pengembangan koridor

ekonomi Indonesia menggunakan tiga strategi utama yaitu pengembangan potensi ekonomi,

penguatan konektivitas nasional dan penguatan kemampuan sumber daya manusia dan iptek

(ilmu pengetahuan dan teknologi) nasional, ditunjukkan pada Gambar 1.

KERANGKA KERJA MP3EI

“Mewujudkan masyarakat Indonesia yang

Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”1. Mendorong realisasi Investasi skala besar di 22 kegiatan ekonomi utama2. Sinkronisasi rencana aksi nasional untuk merevitalisasi kinerja sektor riil

3. Pengembangan center of excellence di setiap koridor ekonomi

PENGEMBANGANPOTENSI EKONOMIMELALUI KORIDOR

EKONOMI

PENGUATANKONEKTIVITAS

NASIONAL

PENGUATANKEMAMPUAN

SDM DAN IPTEKNASIONAL

PRINSIP DASAR DAN PRASYARAT KEBERHASILANPERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI

PRINSIPDASARMP3EI

STRATEGIUTAMAMP3EI

InisiatifStrategis

MP3EI

VISIINDONESIA

2025

Sumber : Kementerian Koordinator Dalam Kerangka Perekonomian. 2011. MP3EI 2011-2025

Gambar 1 Kerangka Kerja MP3EI

MP3EI adalah bagian dari Pembangunan Nasional, dengan pembangunan berkelanjutan

sebagai salah satu prinsip dasar MP3EI. Untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan MP3EI,

dibutuhkan beberapa prasyarat keberhasilan, yaitu peran pemerintah dan dunia usaha,

reformasi kebijakan keuanga Negara, reformasi birokrasi, penciptaan konektivitas antar

wilayah, kebijakan ketahanan pangan, air dan energi, serta jaminan sosial dan penanggulangan

Page 12: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+4

kemiskinan. Selain berpedoman pada prinsip dasar dan terpenuhinya prasyarat keberhasilan,

dengan adanya komitmen nasional untuk pengurangan gas rumah kaca untuk menghadapi

perubahan iklim, MP3EI juga perlu dirumuskan dengan memperhatikan RAN GRK.

Sebagai bagian integral dan komplementer Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-

2025, MP3EI menyesuaikan dengan sistem perencanaan pembangunan nasional maupun

prasyarat yang dibutuhkan untuk keberhasilan pelaksanaannya. Berdasarkan Undang-Undang

No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, kunci keberhasilan

integrasi MP3EI dalam perencanaan pembangunan berada pada tahapan proses perencanaan

pembangunan, yang terdiri dari empat tahapan, yaitu (1) penyusunan rancangan awal

rencana pembangunan, (2) penyiapan rancangan rencana kerja, (3) musyawarah perencanaan

pembangunan dan (4) penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

Untuk mendukung upaya reduksi emisi GRK dalam MP3EI, diperlukan upaya integrasi MP3EI

dalam perencanaan pembangunan dengan mempertimbangkan RAN GRK yang telah

ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah melalui Peraturan Presiden No 61 tahun 2011.

Melalui Kepres No 19 tahun 2010 dan Kepres No 25 tahun 2011 tentang Satgas Persiapan

Kelembagaan REDD+, implementasi REDD+ di Indonesia dapat menjadi langkah utama

integrasi RAN GRK dalam pembangunan yang akan menghasilkan pembangunan rendah

karbon. Mempertimbangkan pentingnya peran implementasi REDD+ yang menjadi bagian

RAN GRK dalam pembangunan rendah karbon, selain perlunya mainstreaming REDD+ dalam

perencanaan pembangunan, integrasi MP3EI dalam perencanaan pembangunan perlu disertai

dengan pertimbangan implementasi REDD+. Untuk itu dibutuhkan adanya suatu pedoman

Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+ atau pedoman integrasi MP3EI dalam perencanaan

pembangunan yang mempertimbangkan implementasi REDD+, agar percepatan dan

perluasan ekonomi yang menjadi tujuan MP3EI dengan tetap mempertimbangkan aspek

pembangunan rendah karbon, khususnya dalam Kerangka REDD+. Implementasi REDD+

dalam MP3EI untuk pembangunan rendah karbon, telah sesuai dengan salah satu prinsip

dasar MP3EI yaitu pembangunan berkelanjutan.

1.2 TujuanTujuan Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+ adalah mewujudkan pembangunan berkelanjutan sebagai prinsip dasar MP3EI melalui pembangunan rendah karbon dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia dengan mengintegrasikan implementasi REDD+ yang meliputi aspek lingkungan, sosial dan ekonomi sebagai bagian yang tidak terpisah dari komitmen penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 26% atas tindakan sendiri berbasis Nationally Appropriate Mitigation Actions (NAMAs), dan 41% dengan

Page 13: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

5PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

dukungan internasional (international supported NAMAs), ataupun sasaran program REDD+ lainnya.

Tujuan penyusunan Pedoman Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+ adalah memberikan pedoman integrasi prinsip, kriteria dan indikator pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek lingkungan, sosial dan ekonomi ke dalam kegiatan MP3EI yang akan dituangkan dalam perencanaan pembangunan di tingkat nasional maupun daerah.

MP3EI sebagai kebijakan pembangunan ekonomi dinyatakan sebagai not business as usual atau kebijakan pembangunan yang memiliki perubahan mendasar, khususnya perubahan perilaku dan pengembangan konektivitas pusat-pusat pertumbuhan melalui pembangunan infrastruktur dan pengembangan kegiatan ekonomi dengan skala investasi besar. Meskipun dinyatakan MP3EI memperhatikan keberlanjutan tetapi yang lebih tampak adalah sasaran pembangunan ekonomi, sehingga menimbulkan tidak terpenuhinya prinsip keberlanjutan. Greening dilakukan untuk mengarahkan pemenuhan prinsip keberlanjutan yang selaras dengan sasaran program REDD+. Gambar sederhana dari potensi tidak berkelanjutan menuju keberlanjutan disajikan pada Gambar 2.

NOT BUSINESS AS USUAL(SUSTAINABLE)

GREENING

NOT BUSINESS AS USUAL(NOT SUSTAINABLE)

Gambar 2. Transformasi MP3EI melalui Greening dalam Kerangka REDD+

Page 14: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+6

1.3 Ruang Lingkup Greening MP3EI Yang Terkait Dengan REDD+ Ruang lingkup meliputi ruang lingkup Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+ dan ruang

lingkup pedoman Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+.

1. Ruang lingkup Greening MP3EI Yang Terkait Dengan REDD+

Pelingkupan Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+ didasarkan pada tujuannya yaitu

untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan sebagai prinsip dasar MP3EI melalui

pembangunan rendah karbon dalam percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi Indonesia dengan mengintegrasikan implementasi REDD+ yang meliputi aspek

lingkungan, sosial dan ekonomi. Ruang lingkup Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+

berdasarkan pendekatan substansi tujuan yang akan dicapai yaitu sebagai berikut:

Evaluasi terhadap dokumen/draft/presentasi dokumen SRAP REDD+ yang telah disiapkan

oleh kelompok kerja di 11 Provinsi prioritas menunjukkan ragam format dan substansi

yang dituangkan ke dalam dokumen. Dalam perspektif sistem perencanaan, proses

pengarus-utamaan dinilai akan mengalami kendala akibat berbagai faktor berikut:

a. Pembangunan Berkelanjutan sebagai prinsip dasar Greening MP3EI

Ruang lingkup Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+ berada dalam kerangka pikir

pembangunan berkelanjutan dengan tiga pilar utamanya, yaitu lingkungan, sosial

dan ekonomi. Berdasarkan kerangka pikir pembangunan berkelanjutan ini, maka

upaya integrasi implementasi REDD+ dalam MP3EI selain mempertimbangkan aspek

lingkungan dan sosial juga tetap menjaga upaya percepatan dan perluasan dalam

Kerangka ekonomi yang akan dicapai.

PRINSIP DASAR GREENING MP3EI:PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

ECONOMIC

ENVIRONMENT

SOCIAL

SUSTAINABLEDEVELOPMENT

Gambar 3 Prinsip dasar greening dalam Kerangka REDD+

Page 15: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

7PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

b. Kebijakan pembangunan rendah karbon sebagai pedoman Greening MP3EI

RAN GRK adalah sebuah rencana aksi untuk mewujudkan pembangunan rendah

karbon. Ruang lingkup Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+ adalah implementasi

REDD+ yang merupakan bagian dari RAN GRK. Lingkup RAN GRK meliputi kegiatan

inti dan kegiatan pendukung. Dalam RAN GRK kegiatan inti terdiri dari pertanian,

kehutanan dan lahan gambut, energi dan transportasi, industri, pengolahan limbah.

Untuk kegiatan dalam Kerangka REDD+ ruang lingkupnya meliputi kegiatan

pertanian, kehutanan dan lahan gambut, serta kegiatan berbasis lahan lainnya.

Muatan MP3EI terdiri atas kegiatan ekonomi utama dan kegiatan ekonomi lainnya

di setiap koridor, lokasi kegiatan dan skala berupa volume produksi atau luas

areal pembangunan, regulasi dan kebijakan, infrastruktur (konektivitas), dan

pengembangan SDM serta teknologi untuk mendukung pelaksanaan setiap jenis

kegiatan ekonomi utama itu di masing-masing koridor ekonomi (MP3EI 2011-2025)

c. Aspek lingkungan, sosial dan ekonomi implementasi REDD+ sebagai pedoman

penyusunan kriteria dan indikator Greening MP3EI

Berdasarkan prinsip dan ruang lingkup implementasi REDD+ dalam Strategi

Nasional (Stranas) REDD+ serta kriteria dan indikator mainstreaming REDD+ dalam

perencanaan pembangunan, terdapat tiga aspek penting yang menjadi prinsip

dasar Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+, yaitu prinsip lingkungan, sosial dan

ekonomi. Prinsip ini selaras dengan tiga pilar pembangunan berkelanjutan yang

menjadi prinsip dasar MP3EI. Tiga prinsip Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+

ini dioperasionalisasikan dalam perencanaan pembangunan yang mengintegrasikan

kegiatan MP3EI untuk menjamin bahwa percepatan dan perluasan pembangunan

menjamin keberlanjutan lingkungan, sosial dan ekonomi.

Sasaran penurunan GRK ataupun REDD+ secara rinci menurut Strategi Nasional

REDD+ adalah :

a. Penurunan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan ataupun

lahan gambut sebesar 26% atas tindakan sendiri, dan 41% dengan dukungan

internasional

b. Pemeliharaan dan peningkatan cadangan karbon melalui konservasi,

pengelolaan hutan lestari, rehabilitasi dan restorasi kawasan yang rusak

c. Peningkatan manfaat karbon melalui :

c.1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal

c.2. Peningkatan kelestarian keanekaragaman hayati

c.3. Peningkatan kelestarian produksi jasa ekosistem hutan

Page 16: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+8

KONSEP KEBERLANJUTANLINGKUNGAN, SOSIAL DAN EKONOMI

SOSIAL

EKONOMI

LINGKUNGAN

Gambar 4. Keberlanjutan lingkungan, sosial dan ekonomi greening dalam Kerangka REDD+

2. Ruang Lingkup Pedoman Greening MP3EI Yang Terkait Dengan REDD+

Ruang lingkup Pedoman Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+ terdiri dari (1)

Konsep dasar greening, yang berlandaskan pada salah satu prinsip dasar MP3EI

yaitu pembangunan berkelanjutan, (2) Prinsip, kriteria dan indikator greening yang

dikembangkan dari tiga pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu meliputi aspek

lingkungan, sosial dan ekonomi, (3) Mekanisme greening yaitu merupakan proses yang

terdiri dari tahapan Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+.

Page 17: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

9PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

Dinamika Perubahan

• Lingkungan global (krisis 2008, BRICS, dll)

• Komitmen internasional (G20, APEC, FTA, ASEAN, Climate Change)

• Perkembangan sosial-economi domestik

Sistem Perencanaan dan Penganggaran

UU 25/2004-UU 17/2003

RPJPN 2005-2025

RPJMN2010-2014

RKP/RAPBN

Tuntutan untukmempercepat transformasi

ekonomi nasional

Masterplan Percepatan &Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia

Rencana Aksi/Proyek

RAN-GRK REDD

RTRWN

InvestasiSwasta dan PPP

1

Gambar 5. Keterkaitan MP3EI dan isu REDD+ di dalam rencana pembangunan

Isi Pedoman Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+ meliputi (1) Pendahuluan, (2)

Prinsip dan pendekatan greening MP3EI, (3) Integrasi pedoman greening ke dalam

MP3EI, (4) Tahapan pelaksanaan greening kegiatan MP3EI dalam Kerangka REDD+, (5)

Dokumentasi, publikasi dan penjaminan kualitas greening MP3EI (6) Penutup.

1.4 Landasan HukumLandasan hukum yang mendasari Pedoman Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+ yaitu

sebagai berikut:

• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

dan Ekosistemnya

• Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nation Framework

Convention on Climate Change

• Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan

• Undang-Undang Nomor 17 tahun 2004 tentang Pengesahan Protokol Kyoto

• Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional

Page 18: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+10

• Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

• Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

2005-2025

• Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah jo no UU no 32

tahun 2004

• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

• Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

• Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/

Kota

• Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

• Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025

• Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi

Gas Rumah Kaca (RAN GRK)

• Keputusan Presiden Nomor 25 tahun 2011 tentang Satuan Tugas Persiapan Kelembagaan

REDD+

Page 19: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

11PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

BAB 2

Prinsip dan Pendekatan Greening MP3EI

2.1 Prinsip Dasar Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan digunakan sebagai prinsip dasar greening berdasarkan pada

MP3EI yang menempatkan pembangunan berkelanjutan sebagai salah satu prinsip dasar,

selain itu juga sesuai UU nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup bahwa pembangunan suatu wilayah dan atau kebijakan, program serta

kegiatan berdasarkan pada pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek

lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin

keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu generasi

masa kini dan generasi masa depan. Pembangunan berkelanjutan merupakan implementasi

konsep sustainability (keberlanjutan). Keberlanjutan didefinisikan sebagai kemampuan

berbagai sistem dan sub sistem pendukung kehidupan yang ada di bumi, termasuk sistem sosial

(budaya dan ekonomi) untuk dapat bertahan dan menyesuaikan diri menghadapi perubahan

kondisi lingkungan secara terus menerus. Keberlanjutan adalah konsep dasar permasalahan

lingkungan. Permasalahan lingkungan akan muncul apabila terdapat gangguan keberlanjutan.

Implikasi dari prinsip dasar pembangunan berkelanjutan dalam greening MP3EI adalah

mengarusutamakan konsep keberlanjutan dalam greening MP3EI baik keberlanjutan sistem

lingkungan (ekosistem) dan sistem sosial dan sistem ekonomi. Berdasarkan prinsip dasar

pembangunan berkelanjutan, Greening MP3EI akan menghasilkan keberlanjutan pembangunan

ekonomi, sosial dan lingkungan di Indonesia.

2.2 Prinsip, Kriteria dan Indikator Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

Pedoman Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+ memiliki prinsip, kriteria dan indikator yang merupakan penjabaran secara lebih operasional dari konsep pembangunan berkelanjutan. Prinsip adalah fundamental yang menjadi dasar suatu kebijakan, yang pada umumnya dinyatakan sebagai suatu yang ideal dan menjadi payung dari kriteria dan indikator. Kriteria adalah standar untuk mengetahui atau menilai apakah suatu pelaksanaan kebijakan dapat memenuhi prinsip-prinsip yang ditetapkan, biasanya dinyatakan sebagai sesuatu yang harus terjadi atau harus dilaksanakan. Indikator adalah sesuatu yang dapat mengindikasikan suatu kondisi yang diperlukan oleh kriteria.

Page 20: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+12

Percepatan pembangunan dapat diterima sejauh tidak mengorbankan keberlanjutan dari sistem yang kita bangun dalam jangka panjang. Untuk itu, pelaksanaan MP3EI perlu dipandu oleh beberapa prinsip agar tujuan dari MP3EI dapat tercapai, sementara resiko yang mengancam keberlanjutan ekonomi dalam jangka panjang dapat dikendalikan sejauh mungkin. Beberapa prinsip tersebut diturunkan dari pandangan dan keyakinan bahwa ekonomi konvensional berada dan bekerja di dalam ekonomi sumberdaya sosial dan ekonomi sumberdaya sosial berada dan bekerja di dalam ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan (Gambar 6). Tiga prinsip yang perlu diperhatikan adalah:1) Pelaksanaan MP3EI harus hemat dalam menggunakan natural capital, tetapi pada saat yang

sama meningkatkan human capital, physical capital, dan financial capital ekonomi setempat (prinsip ekonomi);

2) Pelaksanaan MP3EI tidak boleh melampaui daya dukung lingkungan (prinsip lingkungan). Salah satu titik kritis penerapan prinsip ini adalah batas dari lingkungan yang dimaksud. Daerah Aliran Sungai merupakan salah satu alternatif batas lingkungan yang layak dipertimbangkan;

3) Pelaksanaan MP3EI harus semakin memperkuat kapital sosial (prinsip sosial). Kapital sosial sering terabaikan dalam pembangunan sehingga timbul konflik yang dapat mengancam capaian pembangunan itu sendiri.

Atas dasar prinsip ini, kriteria dan indikator dikembangkan untuk tiga dalam Kerangka, yakni ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Gambar 6. Perluasan Perhitungan Ekonomi (Cato, 2009)

NATURAL RESOURCES ECONOMY

SOCIAL RESOURCES ECONOMY

Absorption of waste

Common culturalinheritance

(arts and skills)

All forms ofsocial cooperation

Production ofminerals

Production ofenergy

Subsistenceagriculture

Unpaid labour inhousehold,

parenting andcommunity service

Reproduction of plantand animal life

THE FORMAL ECONOMYIncomes

Households Business

Consumerspending

Businessreceipts

Goods and services

Land, la

bour, capital

Page 21: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

13PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

2.2.1. Kriteria dan Indikator EkonomiKriteria ekonomi yang digunakan adalah (1) pengembangan potensi ekonomi wilayah, terdiri atas 4 indikator dan (2) peningkatan konektivitas nasional, terdiri atas 3 indikator. Adapun indikator yang digunakan untuk setiap kriteria adalah sebagai berikut:

1). Pengembangan potensi ekonomi wilayah dengan indikatora) PDRB. Ini merupakan indikator kegiatan ekonomi yang paling banyak

digunakan dan datanya paling tersedia.b) Stok sumberdaya alam. Pada dasarnya, semua kegiatan ekonomi diawali

dari sumberdaya alam. Stok sumberdaya alam yang lebih tinggi memberi peluang yang lebih tinggi bagi ekonomi untuk berkembang.

c) Nisbah anggaran pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan terhadap nilai sumberdaya alam yang tereksploitasi dari daerah yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh stok dari kapital, baik berupa kapital buatan, kapital alam, kapital manusia, maupun kapital sosial. Indikator ini dimaksudkan untuk menangkap bagaimana pengurangan satu jenis kapital diimbangi dengan reinvestasi untuk memupuk kapital lainnya.

2). Peningkatan konektivitas nasional dengan indikatora) Stok kapital buatan (jembatan, jalan, pelabuhan) per kapita. Konektivitas

sangat ditentukan oleh ketersediaan kapital buatan. Stok kapital buatan per kapita akan menentukan tingkat keterlayanan atau kemudahan yang dinikmati oleh seseorang. Harapannya, stok kapital buatan per kapita meningkat dengan waktu hingga mencapai steady state.

b) Arus barang dan orang per satuan waktu. Melalui pembangunan, arus barang dan orang per satuan waktu diharapkan dapat meningkat secara signifikan.

2.2.2. Kriteria dan Indikator LingkunganKriteria lingkungan terdiri dari:1. Keberlanjutan fungsi pengaturan dengan indikator stok karbon/emisi, tata air,

biodiversitas, dan habitat.2. Keberlanjutan fungsi penyediaan dengan indikator ketahanan pangan

ketersediaan hasil hutan. 3. Keberlanjutan fungsi kultural dengan indikator terjaganya situs-situs yang

berperan dalam kegiatan ritual dan kultural.

Page 22: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+14

2.2.3. Kriteria dan Indikator SosialKriteria sosial mencakup 1) peningkatan kapital sosial, terdiri atas 6 indikator sosial, 2) peningkatan keadilan sosial, terdiri atas 4 indikator.1). Peningkatan kapital sosial dengan indikator. Kapital sosial sebenarnya masih

menjadi perdebatan dan tingkat akumulasinya paling sullit diukur. Indikator berikut diharapkan dapat mencerminkan tingkat akumulasi kapital sosial, meskipun beberapa indikator sebenarnya lebih tepat disebut sebagai indikator kapital manusia.(a) Konflik di masyarakat.(b) Tingkat partisipasi dalam kegiatan bersama.(c) Indeks pembangunan manusia (IPM/HDI) (d) Laju pertumbuhan penduduk.

2). Peningkatan keadilan sosial dengan indikator. Keadilan sosial merupakan isu sentral dari pembangunan. Tidak jarang kegagalan pembangunan bersumber dari kegagalan dalam melakukan pemerataan hasil pembangunan yang dipacu pada laju pertumbuhan yang sangat tinggi.(a) Perimbangan pembagian hasil dari sumberdaya alam, baik langsung

maupun tidak langsung, antara pusat dan daerah. Banyak daerah merasa tidak puas dengan perimbangan pembagian hasil dari sumberdaya alam yang dieksploitasi di wilayahnya. Semakin kecil bagian daerah semakin eksploitatif pemanfaatan sumberdaya alam yang terjadi dan berimplikasi semakin jauh dari prinsip kelestarian.

(b) Gini ratio. Ini merupakan indikator pembagian pendapatan yang umum digunakan. Bila ketimpangan distribusi pendapatan berlangsung lama, maka kemungkinan akan terjadi ketimpangan akumulasi kapital dan selanjutnya akan semakin memperparah distribusi pendapatan. Jadi, gini ratio merupakan peringatan dini kinerja suatu ekonomi.

(c) Tingkat pengangguran/ penyerapan tenaga kerja. Ini merupakan indikator ekonomi yang sering menimbulkan masalah sosial. Masyarakat dengan tingkat pengangguran yang tinggi secara umum menghadapi problem sosial yang lebih berat dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat pengangguran lebih rendah.

(d) Partisipasi/ akses masyarakat lokal/ adat di dalam kegiatan ekonomi/ pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan yang penting merupakan memupuk kapital sosial yang akan berdampak pada kinerja ekonomi.

2.3 Pendekatan Greening MP3EIMP3EI dinyatakan sebagai not business as usual dalam pengertian adanya cara baru untuk memperluas dan mempercepat pembangunan ekonomi. Cara baru tersebut adalah membangun infrastruktur untuk konektivitas pusat-pusat pertumbuhan wilayah di enam

Page 23: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

15PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

koridor ekonomi. Konektivitas itu menjadi sarana perluasan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Percepatan pembangunan ekonomi dilakukan dengan cara pengembangan kegiatan ekonomi utama di setiap koridor atau pusat pertumbuhan, yang saling terkoneksi, sehingga diharapkan perluasan dan percepatan pembangunan ekonomi dapat terwujud.

Di pihak lain, ada program REDD+ yang juga menuntut not business as usual, tetapi kedua hal ini memiliki makna yang berbeda. Not business as usual pada MP3EI bernuansa eksploitatif terhadap sumberdaya alam dan lingkungan untuk pertumbuhan ekonomi, sedangkan pada REDD+ bernuansa sebaliknya, mengurangi eksploitasi sumberdaya alam, khususnya hutan dan lahan gambut.

Greening MP3EI dilakukan pada berbagai tingkat, yaitu tingkat makro setara kegiatan ekonomi atau investasi pada wilayah nasional atau koridor ekonomi, tingkat mezo setara wilayah pusat pertumbuhan, tingkat provinsi atau daerah aliran sungai, tingkat mikro setara tingkat kegiatan ekonomi/investasi pada wilayah kabupaten. MP3EI merupakan rencana pembangunan ekonomi yang telah dituangkan di dalam Perpres No. 32 Tahun 2011. Pelaksanaan greening pada kebijakan MP3EI nasional yaitu 6 koridor dilakukan melalui proses integrasi greening pada dokumen MP3EI. Hasil greening berupa rekomendasi terhadap MP3EI yang sudah ada tersebut, untuk disesuaikan menjadi rencana MP3EI yang memenuhi prinsip keberlanjutan. Rencana lebih detil MP3EI (operasional) berupa rencana kegiatan ekonomi atau investasi pada wilayah pusat pertumbuhan, provinsi atau kabupaten belum disusun. Greening pada rencana kegiatan ekonomi atau investasi pada tingkat provinsi atau pada tingkat kabupaten dilakukan secara bersama-sama dengan proses perencanaan kegiatan MP3EI di wilayah itu. Hasil greening adalah dokumen rencana MP3EI yang sudah memenuhi prinsip keberlanjutan (sustainable development). Secara umum greening rencana kegiatan ekonomi atau investasi disajikan pada Gambar 7 di bawah ini.

Pendekatan greening menyangkut metode pelaksanaan pada setiap tingkatan wilayah tersebut di atas, yaitu menggunakan pendekatan kerangka pikir Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam Kerangka REDD+, kebutuhan tingkat kedalaman analisis di setiap tingkatan rencana pelaksanaan MP3EI, cakupan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial di dalam analisis trade off dan adaptasi di setiap alternative kegiatan ekonomi. Atas dasar ini greening MP3EI adalah wujud pelaksanaan KLHS dengan pengembangan pendekatan sesuai kebutuhan REDD+ (metode greening).

Page 24: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+16

MP3EIKegiatan Ekonomi

Kegiatan Infrastuktur

Wilayah:Koridor Ekonomi

Provinsi, Kabupaten

Sasaran Pembangunan

Program Utama & Kegiatan(8/22)

Berbasis Lahan/Berpengaruhterhadap Lahan:

1. Pertanian2. Pertambangan3. Energi4. Transportasi5. Kawasan

Prog

ram

Str

ateg

is R

EDD

+

Pertanian,Kehutanan &Pertambangan

Konservasi &Rehabilitasi

PengelolaanBentang AlamBerkelanjutan

1. R

eduk

si em

isi2.

Pen

ingk

atan

cad

anga

n ka

rbon

3. K

eane

kara

gam

an H

ayat

i & ja

sa li

ngku

ngan

3. P

ertu

mbu

han

Ekon

omi

1. P

ertu

mbu

han

Ekon

omi

2. P

enye

rapa

n te

naga

ker

ja

Gambar 7. Harmonisasi sasaran pembangunan melalui Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

Metode greening sebagai pengembangan kerangka pikir atau kerangka kerja KLHS terletak pada :a) Tahapan pelaksanaan penapisan greening MP3EI terkait dengan menjawab pertanyaan

apakah kegiatan MP3EI berada di ruang yang sesuai dengan RTRW ataupun di dalam area program REDD+.

b) Penggunaan analisis trade off terhadap setiap alternatif yang direncanakan untuk mengharmoniskan sasaran MP3EI dengan sasaran REDD+, menggunakan bukan saja indikator lingkungan hidup (isu strategis lingkungan hidup) tetapi juga aspek ekonomi dan sosial.

c) Tingkat kedalaman analisis trade off untuk setiap tingkat wilayah, pada tingkat nasional/koridor ekonomi analisis kualitatif tren perubahan sumberdaya dan lingkungan jangka panjang, di rencana atau program tingkat wilayah provinsi atau kabupaten analisis kualitatif dan kuantitatif.

d) Proses greening sebagai bagian proses perencanaan secara terpadu, hasilnya menjadi

Page 25: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

17PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

dokumen rencana pembangunan (renstra, RPJMN, RPJMD) yang memenuhi prinsip keberlanjutan.

Pendekatan greening pada setiap tingkat wilayah membutuhkan tingkat kedalaman yang berbeda. Gambaran kedalaman analisis disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan analisis pada setiap cakupan wilayah greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

No Pendekatan Greening

Wilayah

Nasional, Koridor Ekonomi

Provinsi, Pusat Pertumbuhan, DAS

Kabupaten

1 Fokus analisis • Prinsip keberlanjutan ekonomi lingkungan & sosial

• Kondisi semua pemungkin/ prasyarat

• Prinsip keberlanjutan ekonomi (termasuk sumberdaya), lingkungan, sosial

• Kondisi prasyarat (tata ruang, tenurial)

• Prinsip keberlanjutan ekonomi (termasuk sumberdaya), lingkungan, sosial

• Kondisi prasyarat (tata ruang, tenurial)

2 Kedalaman & metode analisis keberlanjutan

• Analisis kualitatif• Nilai Finansial

• Analisis kualitatif/kuantitatif

• Nilai ekonomi total (ekonomi lingkungan)

• Analisis kualitatif/kuantitatif

• Nilai ekonomi total (ekonomi lingkungan)

Page 26: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+18

Page 27: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

19PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

BAB 3

Integrasi Pedoman Greening ke Dalam MP3EI

3.1. Perencanaan dan Pelaksanaan MP3EI

Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Dalam Kerangka Perekonomian Nomor PER-06/M.EKON/08/2011 tentang organisasi dan tata kerja KP3EI 2011-2025, tugas KP3EI adalah (1) melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan MP3EI, (2) melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan MP3EI dan (3) menetapkan langkah-langkah da kebijakan dalam rangka penyelesaian penyelesaian dan hambatan pelaksanaan MP3EI. Selain itu, KP3EI dilengkapi dengan perangkat organisasi antara lain tim kerja, yang terdiri dari (1) tim kerja regulasi, (2) tim kerja konektivitas dan (3) tim kerja sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses perencanaan dan pelaksanaan MP3EI di masing-masing tim kerja adalah sebagai uraian berikut.

Proses perencanaan dan pelaksanaan MP3EI untuk Tim Kerja Regulasi:• Proses kajian dan identifikasi kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang

menghambat pelaksanaan MP3EI• Proses penyusunan rekomendasi dan langkah-langkah strategis penyelesaian

permasalahan dan hambatan kebijakan dan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan MP3EI

• Proses sinkronisasi kebijakan dan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan MP3EI

• Proses pemantauan pelaksanaan kebijakan dan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan MP3EI

Proses perencanaan dan pelaksanaan MP3EI untuk Tim Kerja Konektivitas:• Proses kajian dan identifikasi kebutuhan dan ketersediaan infrastruktur untuk mendukung

peningkatan konektivitas dalam pelaksanaan MP3EI• Proses penyusunan rekomendasi dan langkah-langkah strategis dalam rangka sinkronisasi

penyediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan konektivitas dalam pelaksanaan MP3EI

• Proses sinkronisasi kebijakan penyediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan konektivitas dalam pelaksanaan MP3EI

Proses perencanaan dan pelaksanaan MP3EI untuk Tim Kerja sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi:• Proses kajian dan identifikasi kebutuhan dan ketersediaan sumber daya manusia dan ilmu

pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pelaksanaan MP3EI• Proses penyusunan rekomendasi dan langkah-langkah strategis dalam rangka sinkronisasi

penyediaan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pelaksanaan MP3EI

• Proses sinkronisasi kebijakan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pelaksanaan MP3EI

Page 28: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+20

Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan MP3EI, tim kerja juga didukung oleh tim kerja koridor ekonomi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, serta koridor ekonomi Papua dan Maluku.

3.2. Objek Greening MP3EI

Dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) pasal 15 bahwa pemerintah wajib memastikan bahwa pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program. MP3EI adalah dokumen perencanaan yang telah ditetapkan menjadi kebijakan pemerintah melalui Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011. MP3EI telah menempatkan pembangunan berkelanjutan sebagai salah satu prinsip MP3EI.

Selain menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan, MP3EI juga mempertimbangkan RAN GRK sebagai implementasi kebijakan atas komitmen Indonesia terhadap dunia internasional untuk melakukan upaya reduksi emisi gas rumah kaca. Kebijakan RAN GRK telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011 yang terdiri dari lima kegiatan utama dan satu kegiatan pendukung. Lima kegiatan utama yaitu dalam Kerangka Pertanian, Kehutanan dan Lahan Gambut, Energi dan Transportasi, Industri serta Pengolahan Limbah. RAN GRK dimaksudkan untuk mendorong pembangunan rendah karbon.

Satgas Persiapan Kelembagaan REDD+ yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2011 memiliki tugas antara lain mengkoordinasikan penyusunan strategi nasional REDD+. Meskipun belum ditetapkan menjadi suatu peraturan perundangan, Strategi Nasional REDD+ adalah pedoman implementasi REDD+ di Indonesia. Strategi Nasional REDD+ mentapkan ruang lingkup implementasi REDD+, yaitu di lahan berhutan dan lahan bergambut baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan atau Areal Penggunaan Lain (APL). Implementasi REDD+ sebagai isu strategis dalam Greening MP3EI memberikan batasan atau ruang lingkup kegiatan yang menjadi objek Greening MP3EI yaitu kegiatan pertanian dan kehutanan serta kegiatan RAN GRK lainnya yang memberikan dampak signifikan terhadap perubahan penutupan lahan di lahan berhutan dan lahan bergambut baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan atau Areal Penggunaan Lain (APL). Kegiatan-kegiatan yang menjadi objek Greening MP3EI tersebut selanjutnya disebut sebagai kegiatan MP3EI berbasis lahan.

3.3. Pengguna Pedoman Greening MP3EI

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Perpres MP3EI) menetapkan bahwa MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun

Page 29: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

21PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan. Perpres MP3EI juga menetapkan fungsi MP3EI adalah sebagai berikut:(1) Acuan bagi menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non kementrian untuk

menetapkan kebijakan sektoral dalam rangka pelaksanaan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia di dalam Kerangka tugas masing-masing, yang dituangkan dalam dokumen rencana strategis masing-masing kementrian/lembaga pemerintah non kementrian sebagai bagian dari dokumen perencanaan pembangunan.

(2) Acuan penyusunan kebijakan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota terkait.

Berdasarkan Perpres MP3EI pasal 4 ayat (2), Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (KP3EI) memiliki tugas antara lain melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan MP3EI. Mempertimbangkan peran KP3EI dan fungsi MP3EI, maka pengguna Pedoman Greening MP3EI yaitu: (1) Para menteri, pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian dan penyusun dokumen

rencana strategis masing-masing kementerian/lembaga pemerintah nonkementrian. (2) KP3EI, para gubernur, bupati, walikota dan penyusun dokumen rencana percepatan

dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

3.4. Mekanisme Penggunaan Pedoman Greening MP3EI

Berdasarkan pengguna Pedoman Greening MP3EI, mekanisme penggunaan terdiri dari (1) Penggunaan Pedoman Greening MP3EI untuk penyusunan dokumen rencana strategis kementrian/lembaga pemerintah nonkementrian dan (2) Penggunaan Pedoman Greening MP3EI untuk penyusunan dokumen rencana percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

(1) Penggunaan Pedoman Greening MP3EI untuk penyusunan dokumen rencana strategis kementrian/lembaga pemerintah non kementrian/pemda

Penggunaan Pedoman Greening MP3EI untuk penyusunan dokumen rencana strategis kementerian/lembaga pemerintah nonkementrian mengikuti mekanisme penyusunan dokumen rencana strategis kementerian/lembaga pemerintah nonkementrian berdasarkan pasal 9 Undang-Undang No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menjelaskan bahwa Penyusunan RPJM Nasional dan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Nonkementrian (Renstra K/L) dilakukan melalui urutan kegiatan sebagai berikut:a. Penyiapan rancangan awal Renstra K/Lb. Penyiapan rancangan rencana kerja

Page 30: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+22

c. Musyawarah perencanaan pembangunand. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan

Pedoman Greening MP3EI digunakan pada setiap tahapan penyusunan Renstra K/L. Penggunaan Pedoman Greening MP3EI pada tahapan tersebut menjamin bahwa proses greening terjadi pada setiap tahapan penyusunan Renstra K/L tersebut dan sebelum Renstra K/L tersusun.

(2) Penggunaan Pedoman Greening MP3EI untuk penyusunan dokumen rencana percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota

Mekanisme kerja KP3EI tertuang dalam Peraturan Menteri Koordinator Dalam Kerangka Perekonomian Nomor PER-06/M.EKON/08/2011 tentang organisasi dan tata kerja KP3EI 2011-2025, dengan mekanisme kerja utama adalah sebagai berikut:a. Penyusunan arah kebijakan dan strategi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi MP3EIb. Penyusunan rencana aksi MP3EIc. Pelaksanaan rencana aksid. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan aksi

Berdasarkan mekanisme kerja utama tersebut, Pedoman Greening MP3EI digunakan pada tahapan (a) penyusunan arah kebijakan dan strategi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi MP3EI serta (b) penyusunan rencana aksi MP3EI.

Page 31: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

23PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

BAB 4

Tahapan Pelaksanaan Greening MP3EI

4.1. Kerangka Kerja Pelaksanaan Greening MP3EI

Kerangka tahapan kerja greening menggambarkan proses yang dilakukan sampai mencapai rencana MP3EI melewati penapisan dengan indikator Redd+, pembangunan berkelanjutan dan keberlanjutan. Kerangka kerja ini akan diuraikan pada setiap tahap pelaksanaan greening secara lebih rinci. Kerangka tahapan kerja greening ditunjukan pada Gambar 8 bagan alir berikut ini.

KEGIATANMP3EI

TIDAK STOP:MP3EI BUKAN OBJEK

GREENING KEGIATANREDD+

MP3EIOBJEK

GREENING?

RTRW, SRAP,AREAL REDD+

TIDAK

YA

YA

I/1

I/2

I/5

I/6

I/7

I/8I/4

II/3

II/2

I/3

APAKAH MP3EIBERKELANJUTAN

?

PENILAIAN C/IKEGIATAN REDD+

PENILAIAN C/IMP3EI -1

(BERKELANJUTAN)

• KONDISI RUANG• STAKEHOLDERS

ANALISIS GREENING:• ALTERNATIF LOKASI• MUATAN MP3EI• ADAPTASI/ MITIGASI

ANALISISTRADE OFF -1

ANALISIS PRASYARAT

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

STOP: MP3EI “NOT GREEN”

MP3EI“GREEN”

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

OPTIMALREDD+ VS MP3EI

ANALISISTRADE OFF -2

PENILAIAN C/IMP3EI-1a

(TANPA GREENING)

PENILAIAN C/IMP3EI-1b

(DENGAN GREENING)

PRINSIP KEBERLA

NJU

TAN

:C&

I EKON

OM

I-LING

KUN

GA

N-SO

SIAL

Gambar 8. Kerangka tahapan pelaksanaan greening MP3EI

Page 32: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+24

Kerangka kerja greening dapat dipilih satu proses keputusan MP3EI berkelanjutan (proses greening MP3EI) atau dapat dilanjutkan dengan proses keputusan pemilihan alternative kegiatan pembangunan optimal (proses pengoptimalan). Proses yang kedua ini dilakukan jika stakeholders sepakat menginginkan bahwa perlu memperoleh rencana penggunaan ruang terbaik dari alternative MP3EI atau REDD+. Kedua proses diuraikan di bawah ini. 1. Pengambilan keputusan MP3EI berkelanjutan. Proses ini MP3EI melalui adopsi kerangka

kerja KLHS untuk menjadikan kegiatan MP3EI keberlanjutan. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa kebijakan/rencana/program MP3EI di areal REDD+ merupakan kegiatan pembangunan yang harus dilakukan. Yang diperlukan adalah menjadikan kegiatan MP3EI itu memenuhi syarat keberlanjutan. Dengan demikian yang semula di lokasi tersebut untuk kegiatan REDD+ dipergunakan oleh kegiatan MP3EI yang berkelanjutan.

Kegiatan pelaksanaan proses greening MP3EI pada Gambar 8 bagan alir di atas ditandai dengan kode I/1 sampai I/8, dengan tanda garis penuh/utuh.

2. Pengambilan keputusan penggunaan ruang optimal diantara alternative MP3EI dan Redd+. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa kegiatan REDD+ atau MP3EI harus memenuhi keberlanjutan, dan kedua alternative kegiatan itu adalah bebas dipilih untuk dilaksanakan di lokasi tersebut. Yang diperlukan adalah membuat keputusan penggunaan ruang yang optimal diantara kedua alternative kegiatan pembangunan tersebut.

Kegiatan pelaksanaan proses optimalisasi pada Gambar 8 bagan alir di atas ditandai dengan kode II dengan kegiatan 1 sampai 3 (ditulis II/1 sampai dengan II/3), dengan tanda garis putus-putus.

Dari delapan kegiatan pelaksanaan greening MP3EI dalam Kerangka REDD+ dapat dikelompokkan menjadi 3 Tahap Kegiatan Utama Greening MP3EI, sebagai berikut:Tahap ke-1:

Penapisan Objek Greening MP3EI, yaitu penapisan lingkup kegiatan MP3EI yang menjadi objek greening dalam Kerangka REDD+. Input yang diperlukan adalah RTRW, SRAP khususnya peta lokasi dan kegiatan REDD+ serta kegiatan MP3EI. Hasil penapisan, yang menjadi objek greening adalah MP3EI yang berada di areal (rencana) REDD+.

Tahap ke-2: Penapisan Keberlanjutan MP3EI, yaitu untuk menjawab apakah MP3EI berkelanjutan? Ini proses mengidentifikasi kesesuaian ruang pada areal REDD+ tersebut untuk kegiatan MP3EI, berdasarkan kondisi biofisik, sosial budaya & peraturan perundangan. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan matriks untuk identifikasi kondisi ruang dan kegiatan MP3EI yang memiliki potensi tinggi atau rendah menimbulkan kerusakan atau dampak negative terhadap sumberdaya atau lingkungan dan sosial budaya. Keluaran dari tahap ini adalah MP3EI potensial tidak berkelanjutan atau berkelanjutan.Analisis Greening dilakukan terhadap kegiatan MP3EI yang potensial tidak berkelanjutan, yaitu alternative tindakan yang diperlukan untuk menjadikan kegiatan MP3EI memenuhi prinsip keberlanjutan. Hasil kegiatan ini adalah rencana kegiatan MP3EI yang memenuhi keberlanjutan.

Page 33: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

25PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

Tahap ke-3 :Analisis Trade Off terhadap kegiatan MP3EI yang potensial tidak berkelanjutan, yaitu antara kegiatan MP3EI awal (“MP3EI tanpa greening”) dan “MP3EI dengan greening”. Analisis trade off dapat dilakukan melalui penilaian indikator ekonomi, lingkungan dan sosial secara kualitatif atau kuantitatif sesuai kedalaman analisis yang diperlukan menurut tingkat wilayah greening MP3EI (sesuai dengan uraian pada Tabel 1), ataupun disesuaiakan dengan efisiensi (ketersediaan data, waktu, biaya dll). Hasil analisis trade off menunjukkan adakah perbaikan kinerja kegiatan MP3EI dengan greening tersebut dibandingkan kegiatan semula. Informasi analisis trade off menjadi input proses pengambilan keputusan.

Tahap ke-4 : Pengambilan Keputusan greening MP3EI, sehingga diperoleh rencana MP3EI yang berkelanjutan, mengharmoniskan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial. MP3EI yang memiliki keberlanjutan dihasilkan pada tahap ke-2 langsung masuk tahap ke-4, sedangkan yang keberlanjutannya tidak terpenuhi melalui tahap ke-3 baru ke tahap ke-4. Pengambilan keputusan ini memerlukan input hasil penilaian C/I dari kegiatan MP3EI semula (tanpa greening) dan kegiatan yang sudah ada upaya greening, serta analisis trade off antara keduanya. Hasil proses keputusan apakah kegiatan MP3EI itu dapat diterima diimplimentasikan di areal REDD+ itu, atau ditolak karena tidak memenuhi keberlanjutan.

Hasilnya menjadi dokumen rencana pembangunan dengan isi kegiatan MP3EI memenuhi syarat keberlanjutan, sasaran pembangunan yang akan dicapai (ukuran C/I), prasyarat/ kondisi pemungkin yang harus dipenuhi agar sasaran dapat dicapai.

Setelah hasil greening MP3EI diperoleh dilakukan Proses Optimalisasi. Meskipun proses optimalisasi bersifat pilihan (optional) sesuai kebutuhan dan kesepakatan stakeholders,tetapi sebaiknya dilakukan, untuk memperoleh penggunaaan/ pembangunan yang optimal. Ada 3 tahapan proses optimalisasi, yaitu :Tahap ke-1:

Penilaian kriteria / indikator (C/I) pada aspek lingkungan, ekonomi dan sosial, yang ditimbulkan oleh kegiatan REDD+ yang lokasinya direncanakan juga untuk kegiatan MP3EI.

Tahap ke-2:Analisis trade off antara REDD+ dengan MP3EI. Instrumen yang dipakai adalah hasil penilaian C/I kegiatan REDD+ dan MP3EI.

Tahap ke-3 :Proses pengambilan keputusan atas dasar hasil analisis trade off. Pengambilan keputusan melalui proses partisipasi stakeholders (termasuk pihak yang potensial terkena dampak). Mekanisme pengambilan keputusan disertai dengan informasi/ penjelasan yang cukup tentang makna hasil trade off dan implikasi keputusan yang diambil.

Page 34: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+26

4.2. Pelaksanaan Greening MP3EI

4.2.1. Tahap 1: Penapisan Objek Greening MP3EI

Penapisan Areal REDD+ ini diperlukan informasi yaitu a) muatan atau kegiatan MP3EI dan b) tata ruang wilayah atau kawasan hutan tetap atau areal berhutan di luar kawasan hutan yang ditujukan untuk program REDD+ tingkat nasional, provinsi atau kabupaten, 11 daerah provinsi prioritas telah menyusun SRAP, yang memuat skenario ruang dan kegiatan yang diproyeksikan untuk jangka panjang sampai 2020, untuk komitmen reduksi emisi karbon Kebutuhan informasi ruang disesuaikan menurut wilayah yang menjadi objek greening MP3EI. Kegiatan melalui superimpose peta RTRW, peta rencana areal REDD+ dengan peta MP3EI menurut koridor ekonomi ataupun peta lokasi kegiatan ekonomi utama dan ekonomi lainnya, lokasi infrastruktur konektivitas. Hasil penapisan hanya MP3EI yang berada di areal REDD+ yang menjadi objek greening, sedangkan yang berada di luar areal REDD+ bukan objek greening dalam Kerangka REDD+.MP3EI yang terkait dengan REDD+ adalah kegiatan yang berbasis lahan, atau yang mempengaruhi hutan dan lahan. Dari 8 program MP3EI diidentifikasi 5 dalam Kerangka yang terkait program REDD+,ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Program dan kegiatan MP3EI terkait dalam Kerangka REDD+

No Program & KegiatanKoridor Ekonomi

1 2 3 4 5 6

1 Pertanian:

a Kelapa sawit

b Karet

c Kakao

d Perkayuan

e Peternakan

f Perikanan (tambak)

g Tanaman Pangan

2 Pertambangan

a Besi Baja

b Nikel

c Tembaga

d Bauksit

3 Energi

a Batu Bara

Page 35: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

27PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

b Migas

4 Perhubungan/ Transportasi

a Pelabuhan

b Jalan mobil atau jalan kereta api

5 Kawasan KSN SelatSunda, Jabodetabek

1= Sumatera; 2= Jawa; 3= Kalimantan; 4= Sulawesi & Maluku Utara; 5= Bali & Nusa Tenggara; 6= Papua & Kep Maluku

Identifikasi kegiatan MP3EI di setiap koridor ekonomi terdiri atas:a. Kegiatan ekonomi utamab. Kegiatan ekonomi lainnyac. Kegiatan pembangunan infrastruktur untuk konektivitasd. Kebijakan atau regulasi untuk mendukung kegiatan ekonomi ataupun konektivitase. Pengembangan sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi

4.2.2. Tahap 2 : Penapisan Keberlanjutan MP3EI.

Program MP3EI yang terkait dalam Kerangka REDD+ dan menjadi objek greening (MP3EI di dalam areal REDD+) dikaji potensi keberlanjutannya menurut kesesuaian ruang lokasi kegiatan MP3EI. Kesesuaian ruang ini berpengaruh terhadap pemenuhan prinsip keberlanjutan pembangunan. Ruang pembangunan yang juga merupakan ruang komponen ekosistem dan berlangsungnya proses-proses ekologis, sehingga menentukan kelestarian fungsi ekosistem. Fungsi ekosistem ini mencakup fungsi penyediaan hasil hutan (kayu dan non kayu); penyediaan pangan; fungsi pengaturan (melalui proses ekologis) berupa penyerapan atau emisi GRK, tata air, biodiversitas, habitat satwaliar, iklim mikro dan lain-lain; fungsi kultural yaitu terbentuknya budaya lokal, pengetahuan masyarakat lokal di dalam pengelolaan atau pemanfaatan sumberdaya alam.

Untuk penapisan keberlanjutan MP3EI melalui analisis kesesuaian ruang maka informasi kondisi biofisik sosial budaya dan aspek legal lokasi kegiatan MP3EI disajikan. Dari data/ informasi dianalisis derajat sensitivitasnya untuk setiap data kondisi ekosistem tersebut. Contoh penyajian informasi disajikan pada Tabel 3.

Hubungan kegiatan pembangunan dengan kelestarian fungsi ekosistem ataupun sebaliknya penurunannya akan berpengaruh secara signifikan terhadap aspek ekonomi dan sosial. Prinsip pembangunan berkelanjutan didalam operasionalisasi Penapisan Keberlanjutan MP3EI dianalisis menggunakan matriks tipologi sensitivitas/resiko ruang

Page 36: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+28

(derajat sensitivitas/resiko) pada aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Secara umum dapat digambarkan matriks tipologi potensi keberlanjutan atau tidak keberlanjutan MP3EI pada kondisi biofisik dan sosial ekonomi pada ruang kegiatan MP3EI itu.

Tabel 3. Penyajian informasi untuk penapisan keberlanjutan menurut analisis kesesuaian ruang MP3EI

Korid

or E

kono

mi

No Program &Kegiatan

MP3EIKesesuaian Ruang (ha)

KL KB DAS Gbt IL IH FHt TA HS

1 Pertanian

2 Pertambangan

3 Energi

4 Perhubungan

5 Kawasan

Ket: Kl: kws lindung; Kb: kws budidaya; DAS: daerah aliran sungai; Gbt : tanah gambut; TL: tutupan lahan; TH=tipe hutan; FHt : fungsi hutan (HK, HL, HP, HPK); TA: tanah adat/ulayat; REDD+: kws hutan dan non kws htn untuk areal REDD+; HS: habitat satwa

Tabel 4. Identifikasi potensi keberlanjutan MP3EI menurut tipologi sensitivitas ruang

AspekDerajat Risiko Ketidakberlanjutan Menurut Kondisi Ruang

Kondisi -1 Kondisi -2 Kondisi -3

Lingkungan Risiko Tinggi Risiko sedang Risiko rendah

Sosial Budaya Risiko Tinggi Risiko sedang Risiko rendah

Berdasarkan Gambar 8 hasil penapisan keberlanjutan ada dua kemungkinan, yaitu a) jika “ya” berarti kegiatan MP3EI potensial berkelanjutan, b) jika “tidak” berarti kegiatan MP3EI potensial tidak memenuhi prinsip keberlanjutan. Jika hasil analisis “MP3EI potensial berkelanjutan”, selanjutnya dilakukan Penilaian kriteria atau indikator (C/I) lingkungan, ekonomi, dan sosial, pada Gambar 8 ditunjukan penilaian C/I MP3EI-1 (berkelanjutan). Setelah penilaian MP3EI-1 (berkelanjutan), kemudian masuk pada proses Pengambilan Keputusan MP3EI keberlanjutan. Pada MP3EI potensial tidak berkelanjutan perlu dilakukan proses greening MP3EI melalui Analisis Greening dengan berbagai alternative, misal penerapan teknologi adaptasi atau mitigasi kerusakan atau resiko lingkungan itu. Hasil berupa penyesuaian rencana kegiatan MP3EI, yang selanjutnya dilakukan proses Penilaian C/I aspek ekonomi, lingkungan, sosial budaya pada “MP3EI dengan greening”. Proses greening MP3EI dapat dilakukan secara berulang-ulang (iterative) terhadap alternative-alternatif yang diajukan. Dengan demikian hasil penilaian MP3EI “dengan greening” dapat terdiri atas beberapa nilai untuk setiap alternative yang dipilih/disimulasikan. Disisi lain diperlukan penilaian C/I kegiatan MP3EI awal, pada Gambar 8 Penilaian C/I MP3EI-1a (tanpa greening).

Page 37: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

29PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

4.2.3. Tahap 3: Analisis Trade off

Analisis trade off dilakukan dengan masukan hasil penilaian pencapaian prinsip keberlanjutan melalui indikator-indikator ketiga aspek tersebut. Penilaian C/I keberlanjutan dapat dipilih beberapa metode yaitu check list dampak, bagan alir dampak, matriks dampak keberlanjutan, ataupun valuasi nilai ekonomi total (nilai ekonomi ekologi). Untuk keperluan analisis trade off dibutuhkan hasil penilaian kriteria dan indikator keberlajutan yang cukup memungkinkan dilakukan komparasi antara MP3EI tanpa greening dan MP3EI dengan greening. Untuk itu cukup memadai dengan pendekatan matriks, dilakukan identifikasi sifat dampak (positif atau negative) yang ditimbulkannya terhadap aspek ekonomi, lingkungan dan sosial. Matriks identifikasi ini juga menyajikan besar dampak menurut skala, misal skala 1 sampai 5.

Di samping penilaian indikator ketika MP3EI “tanpa greening” maupun “dengan greening”, diperlukan identifikasi sasaran pembangunan yang menjadi aspirasi para pihak (stakeholders), mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial. Hasil penapisan trade off dan sasaran pembangunan menjadi input di dalam proses pengambilan Keputusan. Hal ini penting untuk evaluasi terhadap keberhasilan mencapai sasaran pembangunan pada MP3EI, setelah implementasi investasi dilakukan.

4.2.3.1. Identifikasi sasaran pembangunan

a. Pertumbuhan ekonomi di atas 7-9% per tahun untuk sektor yang menyerap banyak tenaga kerja, seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Secara umum, pertumbuhan sektor ekonomi yang banyak menyerap tenaga kerja tersebut jauh di bawah laju pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak dirasakan oleh rakyat banyak. Kecenderungan ini tidak boleh diteruskan karena akan membahayakan kehidupan sosial yang sangat kurang mendapat perhatian di dalam MP3EI. Strategi ini juga akan lebih efektif dalam mengurangi jumlah orang miskin.

Page 38: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+30

2010

2025

2045

POB: USD 700 Miliar Pendapatan/ kapitaUSD 3.000

POB: “USD 4,0 - 4,5 triliunPendapatan/kapitadiperkirakan” USD14.250 - 15.500 (negaraberpendapatan tinggi

POB: “USD 15,0 -17,5 triliunPendapatan/kapitadiperkirakan” USD44.500 - 49.000

Note: Untuk mencapai target itu perlu pertumbuhan ekonomi riil 6,4-7,5% & inflasi 6,5% periode 2011-2014, pertumbuhan ekonomi 8,0-9,0% & inflasi menjadi 3% periode 2015-2025.

Gambar 9. Aspirasi pencapaian PDB Indonesia (MP3EI, 2011)

b. Lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana diamanatkan oleh UU 41 tahun 2009 harus segera diwujudkan agar konversi ke penggunaan lain segera dapat dihentikan. Penyediaan pangan secara berdaulat merupakan langkah strategis bagi kepentingan jangka panjang yang tidak dapat ditunda tanpa menimbulkan masalah di kemudian hari. Konversi lahan beririgasi harus dapat dicegah karena meskipun lahan yang bersangkutan milik pribadi tetapi investasi publik bagi lahan tersebut sangat besar.

c. Penggunaan dan pencemaran air untuk setiap unit output harus dapat diturunkan secara signifikan. Secara umum, sumber air di Indonesia sangat melimpah, tetapi banyak banyak penduduk yang belum memiliki akses ke air bersih. Sementara itu, perluasan pencemaran air berjalan sangat cepat.

d. Kekayaan keanekaragaman hayati harus dapat dijaga agar tidak berkurang. Untuk itu, sebagai langkah awal adalah melakukan inventarisasi keanekaragaman hayati yang kita miliki. Pengrusakan keanekaragaman hayati terjadi karena kerusakan hutan, sehingga perlu perlindungan atau konservasi keanekaragaman hayati yang dalam jangka panjang potensi sebagai sumber pangan dan produk inovatif lainnya (perlindungan nilai harapan masa akan datang).

e. Pelestarian satwaliar dan sekaligus perlindungan dan perbaikan kualitas habitatnya. Kepunahan satwaliar langka dan endemic sangat ini cukup mengkhawatirkan, maka perlu perlindungan atau konservasi satwaliar dan habitatnya.

Page 39: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

31PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

f. Laju pertumbuhan penduduk nol persen harus segera ditetapkan kapan hendak dicapai. Isu sangat penting ini tidak sekalipun disebutkan dalam dokumen MP3EI. Saat ini laju pertumbuhan penduduk Indonesia masih di atas 1,0% per tahun. Angka ini harus dapat diturunkan terus hingga mencapai nol persen. Dalam jangka waktu 25 hingga 50 tahun pertumbuhan penduduk nol persen per tahun harus dapat dicapai.

g. Konflik sosial atas sumberdaya alam terselesaikan secara tuntas. Klaim negara secara sepihak atas tanah milik masyarakat dihentikan. Kepastian hak akses atau aset segera diberikan agar masyarakat terdorong untuk melakukan investasi jangka panjang pada tanah yang dikuasainya.

h. Penurunan emisi karbon dari degradasi dan deforestasi 26% dan 41% pada tahun 2020. Target REDD+ dalam penurunan emisi disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Target penurunan emisi GRK menurut sector

Sektor Rencana PenurunanEmisi (Giga Ton CO2e) Rencana Aksi K/L Pelaksana

26% 41%

Kehutanan &Lahan Gambut

0,7672 1,039 Pengendalian kebakaran hutan & lahan; Pengelolaan sistem jaringan & tata air; Rehabilitasi hutan & lahan, HTI; Pemberantasan illegal logging; Pencegahan deforestasi; Pemberdayaan masyarakat

Kemenhut, KLH, Kemen PU Kementan

Pertanian 0,008 0,011 Introduksi varitas padi rendah emisi, efisiensi air irigasi, penggunaan pupuk organik

Kementan, KLH, Kemen PU

Energi & Transportasi

0,038 0,056 Penggunaan biofuel, mesin dengan standar efisiensi BBM lebih tinggi, memperbaiki TDM, kualitas transportasi umum dan jalan, demand side management, efisiensi energi, pengembangan renewable energy

Kemenhub, Kemen ESDM, Kemen PU, KLH

Industri 0,001 0,005 Efisiensi energi, penggunaan renewable energy, dll

Kemenperin, KLH

Limbah 0,046 0,076 Pembangunan TPA, pengelolaan sampah dengan 3R, dan pengelolaan air limbah terpadu di perkotaan

Kemen PU, KLH

0,767 1,189

Sumber : Bappenas, 2011. Pedoman pelaksanaan rencana aksi penurunan emisi gas rumah kaca

Page 40: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+32

4.2.3.2. Analisis trade off MP3EI

Analisis trade off mencakup komparasi nilai indikator keberlanjutan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial antara MP3EI “tanpa greening” (base line) terhadap MP3EI “dengan greening”. Analisis trade off diperlukan untuk mengevaluasi apakah greening MP3EI yang dilakukan cukup efektif untuk mencapai harmonisasi kondisi ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Analisis trade off secara lebih detil dan komprehensif kuantitatif adalah analisis dengan valuasi nilai ekonomi ekologi (nilai ekonomi total). Nilai ekonomi total ini terdiri atas :a) Nilai guna langsung dari fungsi penyediaan ekosistem berupa hasil hutanb) Nilai guna tidak langsung dari fungsi pengaturan ekosistem berupa jasa ekologis,

seperti penyerapan karbon, wisata alam, pengendalian banjir, pengaturan air dan lain-lain

c) Nilai harapan penggunaan di masa akan datang, dari kegiatan perlindungan/konservasi keanekaragaman hayati dan habitat yang dilakukan saat ini.

d) Nilai eksistensi ekosistem, dari perlindungan/konservasi ekosistem secara keseluruhan.

Analisis trade off menggunakan matriks pada greening MP3EI lebih memberikan kepraktisan pada greening MP3EI tingkat nasional, koridor, DAS atau provinsi. Sedangkan greening MP3EI di tingkat kabupaten, satu unit kegiatan investasi dapat menggunakan analisisi kuantitatif, seperti aspek ekonomi dengan nilai ekonomi konvensional maupun nilai ekonomi total.

Berdasarkan basis informasi kegiatan MP3EI diproyeksi nilai indikator ekonomi, lingkungan dan sosial budaya ke masa depan. Dalam konsep MP3EI, program ini dipandang sebagai not business as usual untuk mencapai tujuan ekonomi, dibandingkan dengan business as usual pada RPJM. Di sisi lain, dalam konteks emisi, MP3EI ini sebagai business as usual, seperti program pembangunan lainnya yang kurang memperhatikan aspek lingkungan, antara lain hal emisi karbon. Jadi dalam konteks greening MP3EI, baseline MP3EI “tanpa greening” adalah business as usual dan MP3EI “dengan greening” sebagai not business as usual selama periode waktu tertentu (sampai 2020 atau 2045).

Hasil analisis trade off menunjukkan berapa pencapaian sasaran pembangunan, misalkan besar pertumbuhan ekonomi MP3EI dan pendapatan masyarakat bisa tercapai seperti yang ditargetkan pada MP3EI, setelah MP3EI disesuaikan dengan kepentingan lingkungan dan sosial (MP3EI hijau). Pada konteks REDD+ dapat diidentifikasi atau proyeksi reduksi emisi karbon dari MP3EI.

Page 41: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

33PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

2010 2011 2014 2020 2025 2045 Waktu

Krite

ria &

Indi

kato

r :Ek

onom

i, Li

ngku

ngan

, Sos

ial

Greening MP3EI (2)

Baseline MP3EI (BAU)

Greening MP3EI (3)

Greening MP3EI (1)

Gambar 10. Baseline MP3EI dan kemungkinan kondisi proyeksi indikator greening MP3EI dalam Kerangka REDD+ di dalam analisis trade off

4.3. Pengambilan Keputusan Hasil Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+

Hal krusial dalam pengambilan keputusan disini adalah mengantisipasi dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang mungkin terjadi dari kebijakan pembangunan yang direncanakan. Intinya adalah bagaimana mengintegrasikan Pembangunan Berkelanjutan ke dalam proses pengambilan keputusan oleh lembaga pemerintah yang berwenang. Pengambilan keputusan dalam pembangunan berkelanjutan pastilah melibatkan tujuan dan kriteria ganda. Pembuatan prioritas atau bobot dari masing-masing tujuan sebaiknya diserahkan kepada daerah masing-masing, mengingat preferensi satu daerah belum tentu sama dengan preferensi daerah lainnya.

Pengambilan keputusan tetap menggunakan pendekatan rasional meskipun terbatas (bounded rational). Pendekatan ini mengharuskan pengambil keputusan untuk: (1) mengidentifikasi tindakan, rencana, atau program alternatif yang mungkin, (2) menentukan criteria yang relevan untuk menilai kinerjanya, (3) bila perlu memberi bobot pada criteria sesuai dengan derajat kepentingannya, (4) menguji berbagai alternatif dengan berpatokan pada kriteria, (5) mengurutkan berbagai alternatif tersebut sesuai dengan kemanfaatannya secara umum, dan (6) memilih alternatif terbaik, atau mengulang proses dari awal. Keterbatasan sumberdaya, informasi, dan juga kognitif merupakan halangan utama digunakannya pendekatan rasional secara penuh.

Page 42: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+34

Ada tiga model yang umum digunakan dalam pengambilan keputusan pembangunan berkelanjutan yang termasuk dalam ilmu ekonomi arus utama, yaitu:

1. Model macro-ekonometrika. Model ini telah digunakan secara intensif selama kurang lebih 25 tahun untuk melakukan simulasi ekonomi nasional dalam membuat prakiraan profil jangka pendek dan menengah dan untuk menilai kebijakan ekonomi. Model ini merupakan suatu system simulasi yang terdiri dari persamaan simultan yang divalidasi melalui prosedur statistic pada data time-series atau cross-section. Model ini telah diperluas dengan memasukkan unsur lingkungan.

2. Model Computable General Equilibrium (CGE). Model ini didasarkan pada teori ekonomi neoklasik. Ekonomi nasional digambarkan sebagai sistem pasar yang saling terkait dalam keseimbangan dan harga menjamin keseimbangan permintaan dan penawaran di setiap pasar. Saling keterkaitan antara sektor produktif dinyatakan dalam bentuk matrk Input-Output. Tidak seperti model makro-ekonometrik yang divalidasi secara empiric, model CGE dikalibrasi. Model CGE berorientasi jangka panjang dan tujuan utamanya adalah analisis kebijakan, bukan prakiraan.

3. Model optimisasi. Model ini paling banyak digunakan dalam pengambilan keputusan alokasi sumberdaya yang terbatas secara optimal. Model ini memerlukan fungsi tujuan dan fungsi kendala.

Tiga model lain yang juga banyak digunakan, tetapi tidak sepopuler tiga model sebelumnya, adalah model dinamika sistem, model jaringan Bayesian, dan model simulasi agen ganda.

1. Model dinamika sistem. Model ini didasarkan pada teori sistem umum. Kabanyakan model sistem dinyatakan dalam level, laju, dan auxiliaries. Pendekatan dinamika sistem lebih populer dalam ilmu lingkungan ketimbang ilmu ekonomi atau ilmu politik dimana model dinamika sistem ini mengalami reputasi yang buruk karena aplikasi terdahulu yang tidak memuaskan.

2. Model jaringan Bayesian. Model ini pada dasarnya adalah model penilaian resiko yang didasarkan pada diagram pengaruh dan teori peluang. Campuran representasi grafis rangkaian sebab-akibat antara kejadian atau variabel dan mekanisme inferensia yang memungkinkan pengolahan informasi dari kemungkinan sebab ke kemungkinan akibat menjadikan model ini sebagai alat yang mudah digunakan untuk berbagai pekerjaan, seperti peringatan dini, diagnosis, prediksi, dan simulasi yang melibatkan peluang.

3. Model simulasi agen ganda. Model ini merupakan pendekatan baru dalam dunia pemodelan. Berbeda dengan model yang lain, model ini tidak diekspresikan dalam variabel, fungsi atau persamaan tetapi dalam bentuk agen, obyek, dan lingkungan. Blok penyusun model ini adalah entitas otonom yang berinteraksi dengan yang lain dan dengan lingkungan buatan. Model agen ganda sering ditampilkan sebagai masyarakat buatan atau ekosistem buatan.

Page 43: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

35PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

4.4. Identifikasi Prasyarat Keberlanjutan

Identifikasi dan penyiapan kondisi prasyarat atau kondisi pemungkin dibutuhkan untuk memberikan kepastian hukum bagi Pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat dalam pelaksanaan MP3EI.

a. Tata ruang yang definitif dan legitimate. Tata ruang harus segera dirumuskan secara partisipatif dan mempunyai legitimasi kuat. Semua pihak harus menghormati dengan penegakan hukum yang ketat.

b. Kebijakan fiskal yang efisien dan adil. Dukungan fiskal terhadap kegiatan yang menimbulkan emisi karbon sebaiknya segera dikurangi dan kemudian dialihkan untuk mendukung kegiatan yang membantu menyerap karbon atau mengurangi emisi karbon. Nilai barang dan jasa dari ekosistem hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi tidak tercatat di pasar sangat tinggi. Politik fiskal pemerintah merupakan andalan utama, bila bukan satu-satunya, bagi terpeliharanya aliran barang dan jasa dari ekosistem hutan tersebut.

c. Kehadiran pengelola kawasan yang efektif di lapangan. Kawasan tanpa kehadiran pengelola di lapangan sering dipandang sebagai sumberdaya yang open access, sehingga siapapun dapat memanfaatkannya tanpa menanggung konsekuensi apapun. Bukti empirik menunjukkan bahwa sumberdaya yang open access akan mengalami kerusakan dan tidak lestari.

d. Kapasitas kelembagaan. Daerah harus berperan aktif dalam merancang dan merencanakan pembangunan daerahnya. Oleh karena itu, kapasitas perencana di daerah perlu ditingkatkan agar mampu membuat rencana pembangunan yang berwawasan lingkungan dan sesuai dengan kebutuhan setempat.

e. Zona REDD+ harus segera ditunjuk, ditetapkan, dan dipetakan. Peta ini sebagai bahan rujukan implementasi pembangunan yang berbasis lahan. Peta ini juga memberikan indikasi kemungkinan dilakukan land swap.

Page 44: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+36

Page 45: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

37PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

BAB 5

Dokumentasi Publikasi dan Penjaminan Kualitas Greening MP3EI Dalam Kerangka REDD+

5.1. Dokumentasi Greening MP3EI

Dokumentasi pelaksanaan Greening MP3EI terdiri dari:1. Hasil penapisan2. Hasil identifikasi pemangku kepentingan (stakeholders)3. Hasil identifikas isu strategis keberlanjutan4. Hasil identifikasi muatan MP3EI yang tidak berkelanjutan5. Hasil identifikasi sasaran pembangunan6. Hasil identifikasi prasyarat tercapainya keberlanjutan lingkungan, sosial dan ekonomi7. Hasil identifikasi alternatif trade off8. Rumusan trade off untuk penyempurnaan MP3EI9. Rumusan penyempurnaan sasaran pembangunan MP3EI10. Rumusan penyempurnaan prasyarat MP3EI11. Rumusan penyempurnaan muatan MP3EI

5.2. Akses Publik dalam Greening MP3EI

Hasil Greening MP3EI adalah dokumen public, sehingga dapat diakses oleh semua pihak, baik instansi pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat. Untuk memudahkan akses public terhadap Hasil Greening MP3EI perlu dilakukan sosialisasi dan publikasi. Keberatan publik atas Hasil Greening MP3EI wajib ditanggapi oleh penyusun dan pengguna Pedoman Greening MP3EI.

5.3. Penjaminan Kualitas Greening MP3EI

Penjaminan kualitas Greening MP3EI adalah upaya untuk memastikan bahwa proses Greening sudah dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Greening MP3EI. Pelaksanaan penjaminan kualitas menjadi tanggungjawab pelaksana Greening MP3EI.Secara umum, hal utama yang dapat diperhatikan untuk menilai kualitas pelaksanaan Greening MP3EI yaitu sebagai berikut:1. Kejelasan muatan MP3EI yang menyebabkan gangguan kebelanjutan lingkungan dan

sosial 2. Kejelasan isu strategis MP3EI yang menjadi indikator terganggunya keberlanjutan

lingkungan dan sosial3. Kejelasan sasaran pembangunan untuk keberlanjutan lingkungan, sosial dan ekonomi4. Kejelasan prasyarat tercapainya keberlanjutan lingkungan, sosial dan ekonomi

Page 46: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+38

5. Kejelasan trade off yang dapat menjaga keberlanjutan lingkungan, sosial dan ekonomi6. Kelengkapan dokumentasi7. Kemudahan aksesibilitas public terhadap hasil Greening MP3EI.

Pengendalian atas pelaksanaan kegiatan MP3EI yang telah didasarkan pada Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+ dapat dilakukan oleh KP3EI sebagai pengawas dan pembuat kebijakan MP3EI, Kementerian Lingkungan Hidup, Bappenas sebagai Kementerian yang memegang kendali atas pelaksanaan dari RAN GRK maupun RAD GRK. Selain itu, pengendalian kegiatan MP3EI yang berkelanjutan juga dapat dilakukan dengan melakukan kontrol berkala terhadap kesesuaian pengambilan keputusan dengan penetapan tata ruang provinsi maupun kabupaten dan dokumen-dokumen pengendalian pengelolaan lingkungan hidup seperti rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (RPPLH) yang diamanatkan oleh Undang-undang Lingkungan Hidup.

Page 47: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

39PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

BAB 6

Penutup

Pembangunan Indonesia mempunyai tujuan untuk menyejahterakan bangsa Indonesia, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Prinsip dasar yang melandasi pembangunan ini adalah keadilan pembangunan itu sendiri, sehingga sudah sewajarnya pembangunan itu terjadi menyebar secara merata di seluruh kepulauan Indonesia, dan merata menjangkau segenap lapisan masyarakat Indonesia. Prinsip dasar berkelanjutan harus diwujudkan untuk menjamin keadilan pembangunan antar generasi dan untuk menjamin kesejahteraan secara utuh, bukan saja dari sisi ekonomi tetapi juga dari hubungan ketergantungan dengan alam di sekitarnya.

Perluasan dan percepatan pembangunan ekonomi Indonesia diarahkan untuk membuka pintu-pintu investasi bagi para pelaku usaha dan untuk menyeimbangkan pembangunan di wilayah timur Indonesia dengan pembangunan yang selama ini terfokus di wilayah barat Indonesia. Rancangan pembukaan koridor maupun pusat kegiatan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia perlu diimbangi pula dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan beriringan dengan rencana pembangunan berdasarkan rancangan MP3EI yang ada. Prinsip pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari prinsip ekonomi, sosial, dan lingkungan berfungsi sebagai rambu-rambu dalam perencanaan pembangunan berdasarkan MP3EI yang mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam yang efisien, menjaga keseimbangan lingkungan, dan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat. Dengan integrasi prinsip pembangunan berkelanjutan ini ke dalam pembuatan maupun kebijakan MP3EI, maka hasil pembangunan MP3EI akan dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Panduan greening MP3EI dalam Kerangka REDD+ ini menjadi alat yang memberikan dasar perencanaan pembangunan yang melibatkan kepentingan para pihak agar dapat diharmoniskan. Keselarasan pembangunan berkelanjutan yang mencakup dimensi ekonomi, lingkungan hidup, dan nilai-nilai sosial masyarakat. Pedoman greening MP3EI memberikan panduan bagi para pelaksana MP3EI untuk mempertimbangkan opsi-opsi dalam pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan dampak positif maupun negatif dari pembangunan secara holistik. Perencanaan yang didasarkan pada pedoman greening MP3EI dalam Kerangka REDD+ ini mempertimbangkan pengambilan keputusan mulai dari isu strategis, seperti kesesuaian pembangunan dengan tata ruang, kesesuaian pembangunan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, hingga memberikan opsi-opsi yang berupa alternative trade off untuk memberikan hasil pembangunan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat secara umum. Selain itu, pedoman greening MP3EI juga memberikan panduan untuk dapat menghitung manfaat ekonomi, manfaat lingkungan, dan manfaat sosial berdasarkan pada hasil analisis perbandingan peta baseline kegiatan MP3EI dengan proyeksi MP3EI yang berdasarkan pada prinsip, kriteria dan indikator greening MP3EI dalam Kerangka REDD+ khususnya. Dengan demikian, dengan diterapkanya prinsip, kriteria, dan indikator greening MP3EI dalam Kerangka REDD+, keputusan yang diambil oleh pembuat kebijakan akan dapat dipertanggungjawabkan.

Page 48: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+40

Keputusan yang diambil terkait dengan pelaksanaan MP3EI hendaknya sejalan dengan komitmen penurunan emisi Indonesia sebesar 26% dan 41% dengan bantuan internasional. Dengan harmonisasi antara komitmen penurunan emisi dengan pelaksanaan MP3EI, khususnya dalam Kerangka REDD+, maka Indonesia akan menjadi negara pionir dalam menerapkan green economy.

Page 49: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

41PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+

REFERENCES

Boyce MS, Haney A., editor. 1997. Ecosystem Management. Application for Sustainable Forest and Wildlife Resources. New Haven and London : Yale University Press.

Cato MS. 2009. Green Economics: An Introduction to Theory, Policy and Practice. Earthscan, London.

Costanza R (editor). 1991. Ecological Economic : The Science and Management of Sustainability. New York: Columbia University Press.

Daly HE. 1992. Steady State Economics : Concept, Questions, Policies. Bristol (UK) Schumacher Lectures On Re-Visioning Society : Linking Economics, Ecology and Spiritual Values.

Field BC. 1994. Environmental Economics. An Introduction. New York. Mc Graw-Hill, Inc.

Kementerian Koordinator Dalam Kerangka Perekonomian. 2011. Master Plan Perluasan dan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Jakarta.

Kementerian LH & IPB. 2010. Pengembangan Pedoman Evaluasi Pemanfaatan Ruang. Penyempurnaan Lampiran Permen LH 17/2009. Kerjasama antara Deputi Dalam Kerangka Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dengan Pusat Pengkajian Perencanaan Pengembangan Wilayah IPB. Bogor.

Kementerian Kehutanan. 2010. Cadangan Karbon pada Berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Kementerian Kehutanan. Bogor.

Kementerian LH. 2010. Pedoman Penggunaan Kriteria dan Standar untuk Aplikasi Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup dalam Pengendalian Perkembangan Wilayah. Deputi Dalam Kerangka Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Norton BG & Toman MA. 1997. Sustainability: Ecological and economic perspectives. Land Economics, 73(4):pp. 553–568.

Satgas REDD+. 2012. Strategi Nasional REDD+. Satuan Tugas Persiapan Kelembagaan REDD+ Indonesia. Jakarta.

Turner, R.K. 1993. Sustainable Environmental Economics and Management : Principle and Practice. London : Belhaven Press.

Page 50: Pedoman Greening MP3EI dalam Kerangka REDD+

PEDOMAN GREENING MP3EI DALAM KERANGKA REDD+42