pediculosis pubis

17
PEDICULOSIS PUBIS 1. PENDAHULUAN Pedikulosis merupakan infeksi rambut pada manusia yang disebabkan oleh family pediculidae. Pedikulus ini merupakan parasit obligat artinya harus mengisap darah manusia untuk dapat mempertahankan hidup. P. humanus capitis, P.humanus humanus dan Pthirus pubis adalah tiga jenis kutu parasit yang menginfeksi manusia. (1) Pediculosis pubis adalah infeksi di daerah pubis dan di sekitarnya oleh Phthirus pubis yang bentuknya menyerupai kepiting yang melekatkan dirinya pada rambut pubis dan rambut-rambut lainnya dari tubuh manusia.. (1) 2. EPIDEMIOLOGI Penyakit Pediculosis pubis ini biasanya menyerang orang dewasa dan dapat digolongkan dalam penyakit hubungan seksual (PHS) dan diperkirakan sekitar 30% dari penderita Pediculosis pubis dijangkiti dari PHS ini. Selain ini, Pediculosis pubis bisa juga terinfeksi dari pakaian, handuk atau pun tempat tidur yang telah terkontaminasi. (1,2,3) 3. ETIOPATOGENESIS Kutu Pthirus pubis termasuk dalam genus dan spesies yang terpisah dalam keluarga Pthiridae. Kutu ini mempunyai dua jenis kelamin, yang betina lebih besar daripada jantan. Kutu ini ukurannya berkisaran 0,8 – 1,2 mm, dengan penggunaan tepi bergerigi pada cakar pertama, kutu ini dapat bergerak hingga 10 cm/hari. Kutu ini paling 1

Upload: fara-omar

Post on 28-Nov-2015

123 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

referat pedikulosis pubis untuk ilmu penyakit kulit dan kelamin. kedokteran, coass, referat coas, referat kedokteran,

TRANSCRIPT

Page 1: Pediculosis pubis

PEDICULOSIS PUBIS

1. PENDAHULUAN

Pedikulosis merupakan

infeksi rambut pada manusia yang

disebabkan oleh family pediculidae.

Pedikulus ini merupakan parasit

obligat artinya harus mengisap darah

manusia untuk dapat mempertahankan hidup. P. humanus capitis, P.humanus

humanus dan Pthirus pubis adalah tiga jenis kutu parasit yang menginfeksi manusia.(1)

Pediculosis pubis adalah infeksi di daerah pubis dan di sekitarnya oleh

Phthirus pubis yang bentuknya menyerupai kepiting yang melekatkan dirinya pada

rambut pubis dan rambut-rambut lainnya dari tubuh manusia..(1)

2. EPIDEMIOLOGI

Penyakit Pediculosis pubis ini biasanya menyerang orang dewasa dan dapat

digolongkan dalam penyakit hubungan seksual (PHS) dan diperkirakan sekitar 30%

dari penderita Pediculosis pubis dijangkiti dari PHS ini. Selain ini, Pediculosis pubis

bisa juga terinfeksi dari pakaian, handuk atau pun tempat tidur yang telah

terkontaminasi.(1,2,3)

3. ETIOPATOGENESIS

Kutu Pthirus pubis termasuk dalam genus dan spesies yang terpisah dalam

keluarga Pthiridae. Kutu ini mempunyai dua jenis kelamin, yang betina lebih besar

daripada jantan. Kutu ini ukurannya berkisaran 0,8 – 1,2 mm, dengan penggunaan tepi

bergerigi pada cakar pertama, kutu ini dapat bergerak hingga 10 cm/hari. Kutu ini

paling sering ditemukan di rambut kemaluan meskipun pada individu tertentu

berambut pendek. Kutu ini dapat pula tumbuh pada jenggot, kumis, kutu dari bulu

mata dan pinggiran kulit kepala dapat terjadi pada anak-anak, mungkin akibat kontak

dari orang tuanya. Transmisinya melalui kontak fisik (berbagi tempat tidur, dan

pemakaian handuk yang sama), kontak seksual, dan transmisi non seksual(1,2)

1

Page 2: Pediculosis pubis

Gambar 1yaitu Gambar ventral kutu pubis atau crab louse.(3)

Gambar 2yaitu siklus hidup pubic louse.(3)

Pruritus pada pedikulosis merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat.

Biasanya perkembangannya terjadi pada 2 – 6 minggu setelah paparan untuk pertama

kali, dan episode pruritus timbul pada 1 – 2 hari setelah paparan. Kelainan kulit yang

timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal. Kerana ada garukan,

maka terjadi erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder (ada pus dan krusta).(4)

4. GEJALA KLINIS

Gejala utama adalah rasa gatal, terutama pada sore dan malam hari. Apabila

dilakukan inspeksi secara dekat pada daerah yang terinfeksi biasanya ditemukan

bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut sebagai macula

serulae.(5) Kutu ini bisa dilhat dengan mata biasa dan susah untuk dilepaskan karena

kepalanya dimasukkan ke dalam muara folikel rambut. Apabila kutu pubis ditemukan

di daerah pubis, tubuh badan lain yang mempunyai rambut halus juga harus diperiksa,

karena kutu ini bisa membentuk koloni di alis dan bulu mata, jenggot, dan axilla.(5, 6)

Biasanya pada lesi primer, daerah yang terinfeksi jarang kelihatan karena

perubahan sekunder yang menyebabkan rasa gatal. Pada daerah kepala atau pubis,

telur biasanya dijumpai pada rambut, tetapi kutu jarang ditemui. Tetapi jika terinfeksi

pada daerah badan, telur dan kutu biasa dijumpai jika dicari dengan teliti.(7)

Pada lesi sekunder, pada daerah kepala, kulit akan berwarna agak kemerahan

dan terdapat ekskoriasi, karena sudah terinfeksi dengan bakteri sekunder. Pada

sebagian besar kasus, rambut akan bergumpal dengan krusta, yang akan menyebabkan

2

Page 3: Pediculosis pubis

bau yang busuk. Pada kasus infeksi lama biasanya akan mucul ruam morbiliformis

pada tubuh. Pada daerah pubis, eksoriasi sekunder mendominasi dan akan

menginfeksi daerah lain yang mempunyai rambut.(7)

Kutu (Lice) muncul sebagai bintik abu-abu kecoklatan di daerah yang

berambut yang kelihatan di kulit. Kutu tidak bergerak selama berhari-hari dengan

bagian mulut yang tertanam ke dalam kulit dan cakar yang memegang rambut di

kedua sisi. Biasanya kutu ditemui sedikit jumlahnya. Telur (nits) melekat di rambut

muncul sebagai bintik kecil berwarna putih abu-abu yang dapat di temukan beberapa

telur saja atau banyak telur. Telur yang ditemukan di perbatasan rambut-kulit

menunjukkan infestasi aktif.(9)

Gambar 3. Pediculosis pubis. Beberapa crab lice dan nits seperti dot yang melekat pada poros rambut

dapat dilihat di daerah kemaluan pasien ini. (Courtesy of DA Burns, MD.)(10)

Bersifat papular urtikaria (papula erythematous kecil) di tempat gigitan, terutama

periumbilical ditemui lecet. Perubahan sekunder berupa likenifikasi, ekskoriasi.

Makula seruleae (taches bleues) berwarna abu-abu atau abu-abu kebiruan dengan

ukuran macula 0,5-1 cm diameter, berbentuk tidak teratur, tidak pucat. Taches bleues

adalah pigmen yang dihasilkan disebabkan oleh perubahan heme saat terkena air liur

dari kutu. Kutu dan telur (nits) bisa ditemukan, kadang-kadang ditemui edema

kelopak mata dengan infestasi berat.(11)

3

Page 4: Pediculosis pubis

Gambar 4. Pediculosis pubis. Bulu mata di infestasi dengan Pthirus pubis. Nit dapat dilihat melekat

pada bulu mata. (Courtesy of DA Burns, MD.)(10)

Paling sering ditemukan pada daerah kemaluan, ketiak, perineum, paha, kaki,

terutama periumbilical. Pada laki-laki yang memiliki rambut di dada dapat juga

ditemukan didaerah puting, tetapi jarang pada pergelangan tangan dan juga jarang di

daerah kumis dan janggut. Pada anak-anak, bulu mata dan alis dapat terkena

walaupun tidak menyerang kemaluan. Macula serulae paling umum pada bagian

bawah dinding perut, pantat dan paha bagian atas.(9, 10)

Gambar 5. Pediculosis pubis. Makula bewarna abu-abu atau biru-abu-abu makula, terlihat pada

bokong. (Courtesy of DA Burns, MD.)(10)

5. DIAGNOSIS

Kriteria diagnosis adalah dengan identifikasi Pediculosis pubis (crab lice).(14)

Diagnosis biasanya didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan

penunjang. Pada Pediculosis pubis, kaca pembesar dapat digunakan untuk melihat

kutu hidup atau telur (nit) hidup pada rambut selama pemeriksaan dan dapat dilihat di

bawah mikroskop cahaya. Jika hanya ditemukan telur saja, ini tidak bermakna

4

Page 5: Pediculosis pubis

infestasi aktif karena telur kutu bisa menetap dalam beberapa bulan setelah terapi

selesai. Makula abu-abu kebiruan kadang-kadang terjadi pada perut, pantat, atau paha

di lokasi gigitan. Biasanya kondisi ini diperoleh melalui aktivitas seksual. Anamnesis

tentang riwayat hubungan seksual sebelumnya harus dilakukan dan pasien juga

diperiksa jika ada infeksi seksual menular lainnya.(8, 9)

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kutu dan telur (nits) dapat dilihat dengan mudah di bawah mikroskop. Kutu hidup

bisa dilihat dan dapat dideteksi dengan mudah oleh pemeriksaan lampu Wood. Telur

(Nits) yang berisi telur mempunyai effloresensi putih apabila telur (nits) yang kosong

memberikan effloresensinya abu-abu.(11) Pemeriksaan adanya kutu atau telur pada

batang rambut menggunakan mikroskop. Telur berukuran sekitar 0,5-mm oval,

bewarna keputih-putihan. Telur tidak menunjukkan adanya embrio atau operulum.

Kutu adalah serangga dengan enam kaki, panjangnya 1-2 mm, bersayap, berwarna

translusen keabu-abuan, tubuh akan menjadi merah ketika menghisap darah.(12)

Gambar 6. Pedikulosis pubis. Pandangan

mikroskopis kutu wanita dewasa yang

mengandung telur. (Courtesy of DA Burns,

MD.)(10)

Gambar 7. Pedikulosis pubis. Pandangan

mikroskopis telur, berisi kutu yang belum

menetas, yang melekat pada batang rambut.

(Courtesy of DA Burns, MD.)(10)

Dermoskopi rambut terinfeksi menunjukkan telur yang mengandung nimfa yang

belum menetas dan yang tembus pandang, serta Pthirus pubis.(13)

5

Page 6: Pediculosis pubis

Gambar 8. a. Telur kutu dengan nimfa yang melekat pada batang rambut kemaluan. b. Phthirus pubis

hidup dilihat di bawah dermoscopeyaitu penampilan tipika ‘crab-like’ dengan tubuh oval pendek dan

cakarnya yang menonjol.(13)

Pemeriksaan kultur bakteri jika ditemukan ekskoriasi seperti lapisan impetigo.

Pemerikasaan serologi dilakukan untuk memeriksa jika ada penyakit menular seksual

yang lain.(11)

7. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding yang paling mungkin bagi Pediculosis pubis adalah

infestasi scabies dan kontak dermatitis. Pada infestasi skabies terdapat rasa gatal

terutama pada malam hari dengan kelainan kulit yang dimulai dengan papula, vesikel.

Kontak dermatitis adalah peradangan kulit yang timbul setelah kontak dengan alergen

melalui proses toksis atau sensitisasi menimbulkan gejala eritema, papul, vesikel dan

erosi. Penderita juga sering mengeluh gatal.(6)

Gambar 9. Scabies(10) Gambar 10. Dermatits Kontak(10)

8. PENATALAKSANAAN

6

a b

Page 7: Pediculosis pubis

Penatalaksanaan yang diberikan terhadap kasus pediculosis pubis umumnya sama

dengan penatalaksanaan terhadap kasus pedikulosis capitis.(2) Sama seperti

penatalaksanaan pedikulosis capitis yaitu diberikan insektisida topikal dengan

penggunaan jarak 1 minggu diantaranya, untuk memastikan pendekatan terapi yang

tepat untuk telur yang sudah menetas. Selain itu, semua daerah tubuh yang berambut

harus diperiksa untuk keberadaan kutu dan kemudian dirawat jika ada.(2,14) Perawatan

untuk pediculosis pubis pada daerah yang terinfeksi terutama pada daerah pubis,

perianal, dan daerah berambut yang berdekatan dengan tempat infeksii.(2)

Pedikulosis pubis diobati dengan aplikasi salep malathion (0,5%), permetrin (1%

krim bilas), phenothrin (0,2%), atau carbaryl (0,5-1%) untuk semua daerah yang

berambut kecuali kulit kepala termasuk kumis dan janggut.(8) Ketika infeksi terjadi

pada bulu mata, salep mata sulfacetamide diberi 2 kali per hari untuk 5 hari sangat

aman dan efektif.(7)

Kebanyakan pengkajian klinis menggunakan zat yang bekerja melalui neurotoksik

melalui produk-produk topikal seperti shampo lindane 1%, lotion permetrin 1%,

pyrethrins 0.3% atau shampo piperonyl butoxide 4%, lotion malathion 0,5% dan lain-

lain. Permetrin direkomendasikan sebagai pengobatan pertama untuk pedikulosis.

Terapi pada pedikulosis pubis ini bisa diberikan seacara topikal dan

sistemik(2,4,9,15)yaitu

1) Pengobatan Topikal

a. Permethrin

Merupakan terapi pertama yang diberikan akibat infeksi yang berat dari kutu

yang terdapat pada kepala, pubis, dan badan. Permethrin efektif untuk

membunuh kutu pada anak maupun pada dewasa namun tidak untuk telur

kutu. Mekanisme kerja yaitu permethrin bekerja sebagai suatu neurotoksin

dengan merusak depolarisasi saraf kanal sodium membran sel dari parasit.

Depolarisasi yang lambat akan menyebabkan paralisis nerves pada otot-otot

pernapasan yang akan mengakibatkan suatu kematian. ADME (absorbtion or

administration,distribution,metabolism and excretion) digunakan secara

topikal selama 10 menit pada rambut yang basah dan kering, kemudian dibilas

dengan menggunakan air panas,. Kontra-indikasi yaitu Hipersensitivitas dan

7

Page 8: Pediculosis pubis

kehamilan. Efek samping yaitu sedikit merasa terbakar, rasa menyengat, rasa

geli atau mati rasa dan pruritus.

b. Pyrethrin dan piperonyl butoxide (PBO)

Pyrethrins adalah ekstrak dari chrysanthemums. PBO adalah sinergis kepada

pyrethrin, pengunaan topikal dengan membunuh kutu dan telur. Obat ada

dalam sediaan cairan, gel dan shampo. ADME yaitu pegunaan obat diaplikasi

secara topikal selama 10 menit dan dibilas, obat bertindak dengan menghalang

repolarisasi Na+. Kontra-indikasi pada yang alergi terhadap tumbuhan

chrysanthemums, ragweed, dan jenis tumbuhan yang berkaitan.

c. Lindane

Disebut juga sebagai hexachloride gama benzene, penggunaan secara topikal

dan merupakan agen efektif sebagai terapi terhadap pedikulosis kapitis,

korporis, pubik, maupun skabies. ADME yaitu shampo lindane 1%

diaplikasikan selama 5 menit sebelum dibilas dengan air. Obat

menstimulasikan sistem saraf dari parasit sehingga menyebabkan kejang dan

kematian. Kontra-indikasi pada bayi, anak-anak, wanita hamil, wanita yang

sedang menyusui, orang lanjut usia, seseorang dengan HIV, gangguan kejang,

kulit yang sangat iritasi dan luka pada saat memakai lindane. Efek samping

adalah anemia aplastik, konvulsi, dermatitis, pusing, sakit kepala, iritasi pada

mata dan membran mukosa, kerusakan ginjal dan hepar, neurotoksisitas,

kemerahan pada kulit, mual dan muntah.

d. Malathion

Direkomendasikan untuk terapi pada pedikulosis kapitis. Mekanisme

kerja :yaitu dengan menghambat irreversibilitas dari kolinesterase, bertindak

sebagai ovicidal dan pediculicidal. ADME (absorbtion or

administration,distribution,metabolism and excretion) digunakan pada rambut

yang kering lalu didiamkan selama 8-12 jam, dibilas, dan diulangi dalam 7

hari. Dosisnya lotion 0.5% dan 1%. Efek samping dari malathion adalah

hipersensitivitas..

8

Page 9: Pediculosis pubis

e. Carbary

Merupakan anti-kolinesterase irreversibel, ester N-methyl carbamat, efektif

melawan kutu yang terdapat pada kepala, badan dan pubis. Dosis aqueous dan

alcoholis solutions diberikan tiap malam dan diulangi setelah 1 minggu. Efek

samping obat adalah karsinogenik dan iritasi pada kulit.

f. Mercuric oxide

Salep mercuric oxide 1% merupakan obat pilihan pada Phthirus palpebrarum,

kutu yang mengelompok pada bulu mata, kontrol kelopak matanya, dan

hilangkan telur kutunya secara mekanik. Efek sampingnya dari mercuric

oxide hipersensitivitas, dermatitis kontak, eritema, nyeri dan edema.

g. Isopropyl myristate

Merupakan suatu obat yang mengandung non-insecticide, komposisi dari obat

ini biasanya lebih sering digunakan dalam kosmetik. Mekanisme kerjanya

yaitu dengan suatu proses mekanik dengan melemahkan dinding lilin pada

kutu, yang mengakibatkan kehilangan cairan internal dan dehidrasi.

h. Benzyl alcohol

Benzyl alkohol menghambat kutu dengan menutup spirakel respiratorinya,

membiarkan losion menyumbat spirakel, sehingga akan mengakibatkan

asfiksia. Sediaan lotion benzyl alkohol 5%.

i. Spinosad

Menyebabkan eksitasi neuronal, paralisis dan kematian pada serangga. Obat

ini merupakan rekomendasi untuk terapi topikal terhadap kelompok kutu di

kepala. Sediaan suspense spinosad 0.9%.

2) Sistemik

9

Page 10: Pediculosis pubis

a. Ivermectin

Merupakan suatu obat semisintetik yang sangat poten, didapatkan dari

streptomyces avermitilis dan merupakan obat pilihan untuk terapi dari kasus

filariasis, skabies, dan gigitan dari pedikulosis kapitis. Mekanisme kerja

adalah mematikan dan membuat paralisis tonus akibat hiperpolarisasi, karena

peningkatan permeabilitas ion melalui pintu kanal glutamat klorid terhadap

otot dan saraf dari parasit. ADME (absorbtion or

administration,distribution,metabolism and excretion) diabsorpsi dengan baik

pada lambung yang kosong, distribusinya luas, terkosentrasi dalam hepar dan

lemak, waktu paruh 48-60 jam, metabolisme di hepar, dan dieksresi pada

feses. Kontra-indikasi pada wanita hamil dan anak-anak dibawah 5 tahun.

Dosisnya yaitu 200-250 µg/kg/oral. Efek samping berupa nyeri perut,

arthralgia, bronkospasme, konstipasi, sakit kepala, demam, letargi, hipotensi,

myalgia, pruritis, kemerahan, mual dan muntah.

b. Cotrimoxazole

Secara normal digunakan sebagai terapi pada kasus infeksi Pneumocystis

carinii, akne dan toksoplasmosis. Cotrimoxazole juga direkomendasikan

sebagai suatu profilaksis untuk melawan UTI(urinary tract infection) dan juga

efektif terhadap pedikulosis. Dosisnya 7-10 mg/kg/oral/ selama 7 hari. Efek

sampingnya hipersensitivitas, anemia megaloblastik karena defisiensi folat,

serta kemerahan pada kulit.

Salep yang dioleskan ke daerah yang terinfeksi didiamkan selama 24 jam

sebelum dibersihkan. Biasanya satu kali aplikasi sudah mencukupi, tetapi untuk

infestasi berat akan membutuhkan pengobatan lebih lanjut dalam waktu 7-10 hari

untuk membunuh kutu yang baru menetas.(2,8) Kutu bisa menginfestasi lewat kontak

langsung, sebaiknya disarankan pasangan seksual diperiksa dan diobati jika perlu.(8)

Pakaian harus dicuci sebaiknya pada suhu 122°F (50°C) dikeringkan dan diseterika.(4,

12)

6. PROGNOSIS

10

Page 11: Pediculosis pubis

Umumnya prognosis baik, kasus sembuh dengan perawatan yang tepat dan

bisa kambuh. Jika tidak diobati, pedikulosis pubis mungkin bertahan selama bertahun-

tahun.(2,15)

7. KOMPLIKASI

Infeksi sekunder dari bakteri dapat terjadi akibat garukan penderita untuk

mengatasi rasa gatal yang timbul.(2)

j.

11

Page 12: Pediculosis pubis

DAFTAR PUSTAKA

1. Ko C, Elston DM. Tropical Dermatology. Tyring SK, Lupi O, Hengge UR, editors. Philadephiayaitu Elsevier Inc; 2006.2. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 7 ed. Wolff K, A.Goldsmith L, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. USAyaitu The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2008.3. Diaz JH. Principles and Practice of Infectious Diseases. 7 ed. Mandell GL, Bennett JE, Dolin R, editors. Philadelphiayaitu Elsevier Inc; 2010.4. Gunning K, Pippitt K, Kiraly B, Sayler M. Pediculosis and Scabiesyaitu A Treatment Update. Am Fam Physician. 2012;86(6)yaitu535-41.5. Burns DA. Rook's Textbook of Dermatology 8ed. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Oxfordyaitu Wiley-Blackwell Publication; 2010.6. Hunter J, Savin J, Dahl M. Clinical Dermatology. 3 ed. Hunter J, Savin J, Dahl M, editors. Oxfordyaitu Blackwell Publishing Company; 2003.7. Hall JC. Sauer's Manual of Skin Diseases. Hall JC, Seigafuse S, Ferran A, Winter N, Brown K, Dougherty B, et al., editors. Kansasyaitu Lippincott Williams & Wilkins; 2006.8. Adler M. ABC of Sexually Transmitted Infections. 5 ed. Adler M, Cowan F, French P, Mitchell H, Richens J, editors. Londonyaitu BMJ Publishing Group Ltd; 2004.9. Habif TP. Clinical Dermatologyyaitu A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4 ed. Habif TP, Hodgson S, editors. Chileyaitu Mosby, Inc.; 2003.10. Stone SP. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 6 ed. Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, editors. New Yorkyaitu McGraw-Hill Companies; 2003.11. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick's The Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 5 ed. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, editors. USAyaitu The McGraw-Hill Companies; 2007.12. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6 ed. Wolff K, Johnson RA, editors. USAyaitu The McGraw-Hill Companies; 2009.13. Budimčić D. Pediculosis Pubis and Dermoscopy. Acta Dermatovenerol Croat. 2009;17(1)yaitu77-8.14. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP. Dermatology. 2 ed. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors. Spainyaitu Elsevier Inc; 2008.15. Parish LC. Field Guide to Clinical Dermatology. 2 ed. Frankel DH, Seigafuse S, Winter N, Harper J, Brown K, Zinner S, et al., editors. New Yorkyaitu Lippincott Williams & Wilkins; 2006.

12