pengaruh ukuran perusahaan, reputasi...
TRANSCRIPT
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, REPUTASI AUDITOR, OPINI
AUDIT, PROFITABILITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP
AUDIT DELAY Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2011
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Heru Setiawan NIM: 109082000167
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
ii
iii
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Heru Setiawan
No. Induk Mahasiswa : 109082000167
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, Juni 2013 Yang Menyatakan, ( Heru Setiawan )
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Heru Setiawan
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 13 Juni 1990
3. Alamat : Jl Sukabakti 3 No. 10 Rt 03/10 Tangerang-
Banten 15118
4. Telepon : 085694006633
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD N 1 Tangerang Tahun 1996-2002
2. SMP N 2 Tangerang Tahun 2002-2005
3. SMA Yuppentek 1 Tangerang Tahun 2005-2008
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. OSIS SMA Yuppentek 1 Tangerang sebagai anggota divisi (2005-2006)
2. Paskibra SMA Yuppentek 1 Tangerang sebagai anggota (2005-2006)
3. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagai anggota
kemahasiswaan (2010-2012)
4. Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi sebagai Ketua Umum (2012-
2013)
vii
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Afrizon
2. Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 21 April 1959
3. Ibu : Marwilis
4. Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 25 Juli 1967
5. Alamat : JL Sukabakti 3 No 10 Rt 03/10
Sukasari - Tangerang, 15118
6. Anak ke/dari : 2 dari 5 bersaudara
viii
INFLUENCE OF FIRM SIZE, AUDITOR’S REPUTATION, AUDITOR’S OPINION, PROFITABILITY, AND SOLVABILITY
TO AUDIT DELAY
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the impact of firm size, auditor’s reputation, auditor’s opinion, profitability, and solvability toward audit delay in financial companies that listed on Indonesia Stock Exchange during 2009-2011. Sampling method that used is judgment sampling and the result are 49 firms as sample. The data used are secondary data, namely the financial statements of companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2009-2011. To prove the hypothesis, performed regression testing the assumptions of panel file test begins. Simultaneous testing concluded that all the independent variables affect the dependent variable at 95 percent. Partial testing results show that there are four of the five factors that influence to audit delay, firm size, reputation auditor’s, profitability, and solvability. Auditor’s opinion not influence to audit delay. Keyword: Audit Delay, Firm Size, Auditor’s Reputation, Auditor’s Opinion,
Profitability, and Solvability.
ix
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, REPUTASI AUDITOR, OPINI AUDIT, PROFITABILITAS, DAN SOLVABILITAS
TERHADAP AUDIT DELAY
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah judgment sampling dan diperoleh sampel sebanyak 49 perusahaan. Data yang dipakai merupakan data sekunder, yaitu laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011. Guna membuktikan hipotesis, dilakukan pengujian regresi berganda dengan diawali dengan regresi data panel. Pengujian secara simultan menyimpulkan bahwa semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 95 persen. Pengujian secara parsial memperlihatkan hasil bahwa ada 4 dari 5 faktor yang berpengaruh terhadap audit delay, yaitu ukuran perusahaan, reputasi auditor, profitabilitas, dan solvabilitas. Opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay. Kata kunci: Audit Delay, Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit,
Profitabilitas, dan Solvabilitas.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit,
Profitabilitas, dan Solvabilitas Terhadap Audit Delay (Pada Perusahaan
Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011)”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayahanda Afrizon dan Ibunda Marwilis tercinta yang selalu mencurahkan
perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Rini SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan SE., Ak., MM. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih
atas bantuan dan saran dari bapak demi terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Dr. Rini SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia memberikan waktunya untuk membimbing penulis selama
menyusun skripsi. Terima kasih atas ilmu yang telah ibu berikan selama ini.
7. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua saran yang ibu berikan selama
selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
xi
8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Keluarga besarku abang Waldi Rahmatulah, adik Afina Zahrah, Ari Affandi,
dan Almarhumah Anggun Amalia Putri yang telah memberikan nasihat dan
menjadi semangat bagi penulis.
10. Teman-teman Akuntansi 2009, terima kasih selama empat tahun perjuangan
bersama kita di kampus demi menempuh gelar sarjana.
11. Teman-teman Akuntansi E 2009, terutama Fadlun, Diogi, Dito, Syarif, Fandi,
Ridho, Vicky, Desi, Melina, Meita, Ryan, Asad, dan Fauzi atas dukungan dan
do’a kepada penulis.
12. Teman-teman di HMJ Akuntansi, terutama Abdul Harits, Bashir, Ummi,
Nunung, dan Ririn yang telah bersama-sama memberikan pelajaran yang
berharga selama di kampus. Kalian luar biasa.
13. Adik-adik Akuntansi angkatan 2010-2012, terutama Tyas, Vania, Inayah,
Caesar, Revan dan Galih yang telah menemani penulis dan memberikan
semangat kepada penulis.
14. Sahabat organisasiku David, Ryan, Bianca, Risty, Putri, Izzah, Yudi, Wika
dan seluruh sahabat-sahabatku yang telah berjuang dalam susah dan senang
dalam menjalankan proses sebagai mahasiswa organisatoris di kampus.
15. Sahabat seperjuangan Randi, Adriansyah, Matuy, Erick, dan Galih terima
kasih atas dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2013
Heru Setiawan
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................ i
Lembar Pengesahan Skripsi ........................................................................... ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ......................................................... iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ..................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. v
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... vi
Abstract .............................................................................................................. viii
Abstrak ......................................................................................................... ix
Kata Pengantar ............................................................................................... x
Daftar Isi .........................................................................................................xii
Daftar Tabel ................................................................................................. .. xv
Daftar Gambar .............................................................................................. xvi
Daftar Lampiran .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................... ...10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................12
A. Tinjauan Literatur ................................................................12
1. Laporan Keuangan ..........................................................12
2. Teori Agensi ..................................................................... .20
xiii
3. Audit ......... ......................................................................23
4. Audit Delay ......... ............................................................29
5. Ukuran Perusahaan .........................................................30
6. Reputasi Auditor ..............................................................32
7. Opini Audit ....................................................................33
8. Profitabilitas ...................................................................37
9. Solvabilitas ....................................................................39
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis .............................40
C. Penelitian Terdahulu ............................................................46
D. Kerangka Pemikiran .............................................................53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................54
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................54
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................55
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................56
D. Metode Analisis Data ...........................................................56
1. Statistik Deskriptif .........................................................56
2. Analisis Regresi Data Panel ...........................................57
3. Estimasi Model Regresi Data Panel ...............................60
4. Pengujian Signifikansi Data Panel .................................63
5. Pemilihan Estimator dengan Struktur Varians
Covarians Residual ............ ............................................65
6. Pengujian Asumsi ..........................................................67
7. Pengujian Keberartian Model Regresi ............................69
xiv
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ....................................72
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN .......................................78
A. Analisis Deskriptif ...............................................................78
B. Hasil Uji Instrumen penelitian ..............................................79
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...........................................79
2. Hasil Uji Analisis Inferensia ...........................................84
C. Pembahasan Hasil Hipotesis ................................................... .89
BAB V PENUTUP ................................................................................94
A. Kesimpulan .........................................................................94
B. Implikasi .............................................................................96
Daftar Pustaka ................................................................................................ 97
Lampiran-Lampiran ....................................................................................... 100
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan ` Halaman
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................. 47
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ........................................ 76
4.1 Statistik Deskriptif Data Audit Delay ..................................... 79
4.2 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Audit Delay ................... 80
4.3 Statistik Deskriptif Data Ukuran Perusahaan .......................... 80
4.4 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Ukuran Perusahaan ........ 81
4.5 Distribusi Kategori Reputasi Auditor ....................................... 81
4.6 Distribusi Kategori Opini audit ................................................. 82
4.7 Statistik Deskriptif Data Profitabilitas ...................................... 82
4.8 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Profitabilitas ................... 83
4.9 Statistik Deskriptif Data Solvabilitas ........................................ 83
4.10 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Solvabilitas ..................... 84
4.11 Hasil Uji Normalitas ................................................................ 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ................................................. 53
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Penelitian .................................................................... 100
2 Hasil Regresi ...................................................................... 104
3 Skema Pemilihan Model Terbaik ......................................... 106
4 Hasil Pengujian Pemilihan Model Terbaik ........................... 107
5 Hasil Model Terbaik ............................................................ 108
6 Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................... 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya dunia usaha di Indonesia menyebabkan
perusahaan-perusahaan besar membutuhkan sumber pendanaan dari luar.
Salah satu sumber tersebut adalah penerbitan saham kepada masyarakat luas,
yang disebut dengan go public. Perusahaan go public wajib menerbitkan
laporan keuangan pada setiap akhir periode akuntansi sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada masyarakat, khususnya investor dan calon
investor.
Informasi keuangan yang nantinya akan dijadikan instrumen untuk
pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders)
merupakan tujuan utama dari perusahaan go public dalam hal pelaporan
keuangan (financial reporting). Agar tujuan tersebut terpenuhi, informasi yang
disajikan harus relevan, wajar, dan didukung dengan pengungkapan yang
memadai.
Menurut Givoly dan Palmon (1982) dalam Rachmawati (2008)
Informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dapat
bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat pada saat dibutuhkan
oleh pemakai laporan keuangan, namun informasi tidak lagi bermanfaat bila
tidak disajikan secara akurat dan tepat waktu. Nilai dari ketepatan waktu
2
pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan
keuangan tersebut.
Chambers dan Penman (1984) dalam Subekti (2005) menunjukkan
bahwa pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns
negatif sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat menyebabkan hal yang
sebaliknya. Keterlambatan pelaporan secara tidak langsung juga diartikan oleh
investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan.
Relevan merupakan salah satu faktor kualitatif yang utama dari laporan
keuangan. Salah satu syarat agar informasi akuntansi dikatakan relevan adalah
ketepatan waktu (timeliness). Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu.
Apabila terjadi penundaan pelaporan, maka dapat mempengaruhi stakeholders
dalam membuat keputusan maupun prediksi.
Menurut Owusu-Ansah (2000) dalam Aryati dan Maria (2005), agar
laporan keuangan lebih bermanfaat selain harus tepat waktu pelaporannya
kepada publik, laporan keuangan juga harus diaudit oleh akuntan publik.
Lamanya waktu penyelesaian audit akan mempengaruhi ketepatwaktuan
publikasi informasi laporan keuangan auditan, disamping faktor spesifik
perusahaan itu sendiri.
Dalam Generally Accepted Auditing Standard (GAAS), khususnya
standar umum ketiga, dinyatakan bahwa auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan
keuangan (SPAP:SA Seksi 230.1). Standar pekerjaan lapangan pertama
mengharuskan auditor merencanakan pekerjaan secara memadai dan
3
mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya (SPAP:SA Seksi 311.1), dan
standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan auditor harus memperoleh
cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar memiliki
dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan
yang diaudit (SPAP:SA Seksi 326.1). Standar tersebut memungkinkan akuntan
publik untuk melakukan penundaan publikasi laporan audit atau laporan
keuangan auditan, sedangkan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mewajibkan perusahaan-perusahaan
publik yang terdaftar (go public) atau emiten yang efeknya tercatat di Bursa
Efek Indonesia untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan dalam
periode tertentu setelah berakhirnya tahun buku.
Di Indonesia sejak 31 Juli 2006 BAPEPAM-LK semakin memperketat
peraturan dengan dikeluarkannya surat keputusan ketua BAPEPAM-LK,
Nomor: Kep-06/BL/2006 yang menyatakan bahwa laporan keuangan disertai
dengan laporan akuntan dengan pendapat lazim harus disampaikan kepada
BAPEPAM paling lambat dalam waktu 90 hari atau akhir bulan ketiga setelah
tahun buku berakhir.
Laporan keuangan auditan adalah laporan keuangan yang telah diaudit
oleh auditor. Laporan keuangan berguna sebagai bentuk pertanggungjawaban
manajemen kepada pemilik saham dan juga bagi pengambilan keputusan. Hal
ini dibutuhkan guna mengetahui posisi keuangan, kinerja perusahaan, dan
perubahan posisi keuangan. Penyusunan laporan keuangan harus sesuai
4
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, persyaratan ini mengacu pada
pasal 69 UU Pasar Modal, peraturan nomor VIII.G.7 dan PSAK nomor 8.
Menurut Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPAM-LK), sebanyak 50 emiten telat melaporkan laporan keuangan dan
diantaranya merupakan perusahaan keuangan di Indonesia. Laporan keuangan
yang terlambat dilaporkan tersebut mencakup laporan realisasi penggunaan
dana, laporan keuangan tengah tahunan, laporan tahunan, dan laporan hasil
pemeringkatan efek. Atas keterlambatan itu, total denda yang langsung
disetorkan ke kas negara senilai mencapai Rp 1 miliar (BAPEPAM, 2006).
Pada 2012, tercatat 54 emiten terlambat menyerahkan laporan
keuangan tahunan buku tahun 2011. Sementara pada 2011 tercatat 62 emiten
terlambat menyerahkan laporan keuangan 2010, sedangkan pada 2010 tercatat
ada sebanyak 68 emiten terlambat menyerahkan laporan keuangan 2009.
Beberapa pelanggaran emiten terkait pelanggaran laporan keuangan antara
lain keterlambatan penyampaian, komponen laporan keuangan tidak lengkap,
terlambat menyampaikan rencana melakukan audit atau penelaahan terbatas
atas laporan keuangan (Idris, 2012). Keterlambatan penyampaian laporan
keuangan bisa disebabkan oleh banyak hal diantaranya proses tutup buku dan
proses audit yang berlangsung lama.
Berdasarkan pantauan BEI, hingga 28 Juni 2013 terdapat tujuh
perusahaan tercatat yang belum menyampaikan laporan keuangan audit per 31
Desember 2012 dan atau belum melakukan pembayaran denda atas
keterlambatan penyampaian laporan keuangan (Bambang, 2013).
5
Tujuh perusahaan itu adalah:
1. PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk (BORN)
2. PT Davomas Abadi Tbk (DAVO)
3. PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA)
4. PT Dayaindo Resources International Tbk (KARK)
5. PT Steady Safe Tbk (SAFE)
6. PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (TRUB)
7. PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA).
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mengenakan sanksi
keterlambatan kepada emiten yang terlambat menyampaikan laporan hasil
audit berupa denda sebesar Rp 1.000.000 per hari dihitung sejak tanggal jatuh
tempo yaitu pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Denda maksimal yang dikenakan untuk emiten yang terlambat menyampaikan
laporan hasil audit adalah Rp 500.000.000, ketentuan ini diatur sesuai dengan
UU R.I No.8/1995 Bab XIV pasal 102 dan diperjelas dalam PP.No.45/1995
Bab XII pasal 63.
Menurut Lawrence dan Bryan (1998) dalam Rustiana (2007)
mendefinisikan Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor
untuk menyelesaikan pekerjaan audit yang diukur dari tanggal penutupan
tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Sedangkan Menurut
Ashton et al. (1987) dalam penelitian Kartika (2009), Audit Delay adalah
lamanya waktu penyelesaian audit dari akhir tahun fiskal perusahaan sampai
tanggal laporan audit dikeluarkan.
6
Perusahaan keuangan merupakan lembaga yang melaksanakan fungsi
utama menyalurkan dana dari yang berlebih kepada mereka yang kekurangan
dana. Adapun jenis-jenis perusahaan keuangan diantaranya Bank Komersial
(Commercial Banks), Perusahaan asuransi, Perusahaan sekuritas dan bank
investasi, Perusahaan Pembiayaan (Finance Companies), dan Reksa dana
(Mutual Funds). Sistem keuangan telah menciptakan cara alternatif dan tidak
langsung kepada investor (pemberi dana) untuk menyalurkan dana kepada
pengguna dana. Ini merupakan transfer dana tidak langsung (indirect transfer)
dana kepada pengguna dana melalui perusahaan keuangan. Perusahaan
keuangan mengurangi biaya monitoring, resiko likuiditas, dan resiko harga
yang dihadapi penyumbang dana dibandingkan ketika mereka berinvestasi
secara langsung pada klaim keuangan (Sitorus, 2008).
Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Kartika (2009) mengenai
ukuran perusahaan, perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu
dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan
keuangannya. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva
perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya.
Hasil penelitian Ashton, Willingham, dan Elliott (1987), Schwartz dan
Soo (1996) dalam penelitian Utami (2006) mengenai reputasi auditor,
menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang
diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Hal ini diasumsikan karena KAP besar
memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien
dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk
7
menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat
untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya.
Opini Audit dikemukakan oleh Asthon et al. (1987) dalam Sulthoni
(2012) menyatakan bahwa perusahaan yang diberikan qualified opinion
cenderung memiliki audit delay yang lebih panjang, karena secara logika
dapat dikatakan bahwa auditor membutuhkan waktu dan usaha untuk mencari
prosedur audit ketika mengkonfirmasi kualifikasi audit. Pendapat unqualified
opinion umumnya diberikan kepada perusahaan yang terdaftar di BEI guna
menunjang pelaporan hasil kinerja perusahaan.
Profitabilitas merupakan kemampuan perseroan untuk menghasilkan
suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang. Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari laporan
laba rugi perseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil
kinerja perseroan.
Solvabilitas merupakan kemampuan perseroan untuk memenuhi
seluruh kewajiban yang terjadi di perusahaan selama satu periode. Solvabilitas
yang diukur dengan membuat perbandingan seluruh kewajiban terhadap
seluruh aktiva dan perbandingan seluruh kewajiban terhadap ekuitas. Proses
pengauditan utang relatif membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
pengauditan ekuitas, khususnya apabila memiliki banyak jumlah debt holder.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, rata-rata audit delay
dari tahun ke tahun mengalami tenggang waktu yang berbeda. Penelitian yang
dilakukan Subekti (2005) rata-rata audit delay tahun 2001 adalah 98,38 hari.
8
Audit delay dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran perusahaan, jenis
perusahaan, opini audit, tingkat profitabilitas, dan ukuran auditor (Kantor
Akuntan Publik). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kelima faktor
tersebut berpengaruh terhadap audit delay.
Menurut Aryati dan Maria (2005) dalam penelitiannya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dan timeliness. Variabel yang
digunakan adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, keberadaan divisi internal
auditor, dan ukuran KAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang
signifikan berpengaruh terhadap audit delay adalah ukuran perusahan
sedangkan variabel profitabilitas, keberadaan divisi internal auditor dan
ukuran KAP tidak signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rustiana (2007) tentang pengaruh
ukuran perusahaan, debt to total asset, hubungan pengumuman laba/rugi,
opini audit, dan ukuran KAP terhadap perbedaan audit delay pada perusahaan-
perusahaan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan dan hubungan pengumuman laba/rugi berpengaruh terhadap
perbedaan audit delay. Sedangkan debt to total asset, opini audit, dan ukuran
KAP tidak berpengaruh terhadap perbedan audit delay.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya yang meneliti tentang faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap audit delay. Perbedaan penelitian terdahulu dengan
penelitian ini yaitu menggunakan tahun penelitian yaitu pada tahun 2009-2011
sehingga perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI sudah semakin banyak,
9
penelitian ini menggunakan sampel yang berbeda yaitu perusahaan-
perusahaan keuangan yang berada di Bursa Efek Indonesia sedangkan
penelitian sebelumnya lebih banyak mengemukakan penelitian pada
perusahaan manufaktur, dan pembahasan audit delay menarik dibahas karena
pada era modern saat ini dengan umumnya penggunaan teknologi dalam
pelaksanaan audit apakah masih terdapat delay dalam audit serta peran dari
perusahaan keuangan yang memiliki peranan penting bagi seluruh aspek yang
berkepentingan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu belum diketahui secara pasti
faktor-faktor yang secara konsisten mempengaruhi audit delay dan mengingat
akan pentingnya ketepatan waktu dan penyelesaian penyajian laporan
keuangan audit oleh auditor independen maka peneliti melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini
Audit, Profitabilitas, dan Solvabilitas Terhadap Audit Delay pada
Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit
delay?
2. Apakah reputasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap audit
delay?
3. Apakah opini audit berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay?
10
4. Apakah profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay?
5. Apakah solvabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay?
6. Apakah ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit, profitabiltas, dan
solvabilitas secara simultan berpengaruh terhadap audit delay?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay.
2. Pengaruh reputasi auditor terhadap audit delay.
3. Pengaruh opini audit terhadap audit delay.
4. Pengaruh profitabilitas terhadap audit delay.
5. Pengaruh solvabilitas terhadap audit delay.
6. Pengaruh secara signifikan ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini
audit, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi praktisi dan
akademis, yaitu:
1. Bagi profesi auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP)
Membantu upaya dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses
audit dengan mengendalikan faktor-faktor seperti ukuran perusahaan,
reputasi auditor, opini audit, profitabilitas, dan solvabilitas yang
mempengaruhi audit delay. Sehingga audit delay dapat ditekan seminimal
11
mungkin dalam usaha memperbaiki ketepatan waktu atau mempercepat
penerbitan laporan keuangan kepada publik.
2. Bagi BAPEPAM-LK dan BEI
Memberikan informasi bagi BAPEPAM-LK tentang lamanya audit delay
perusahaan-perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
BAPEPAM-LK dan BEI dalam upaya mengefektifkan serta membuat
regulasi baru di masa mendatang yang nantinya akan mempengaruhi
proses audit delay perusahaan-perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI.
Dengan demikian, kepercayaan pihak internal (manajemen) dan eksternal
(investor dan masyarakat) yang memiliki kepentingan atas laporan
keuangan juga akan meningkat.
3. Bagi perusahaan keuangan di Indonesia
Memicu perusahaan untuk lebih mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi audit delay sehingga dapat menyajikan laporan keuangan
secara tepat waktu karena perusahaan keuangan cenderung lebih ketat
diawasi oleh para investor dan institusi lain.
4. Mahasiswa jurusan akuntansi
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya
dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli ekonomi :
1) Pengertian laporan keuangan menurut Mulyadi (2002) adalah suatu
penyajian data keuangan termasuk catatan yang dimaksudkan
untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/
atau kewajiban entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva
dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Menurut Apriyono (2008), definisi laporan keuangan adalah
ringkasan dari proses akuntansi selama tahun buku yang
bersangkutan digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap data atau aktivitas perusahaan
tersebut.
13
3) Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (2004) adalah
merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan
ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Laporan
Keuangan adalah :
“Laporan keuangan yang menyediakan informasi menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan perusahaan
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagaian besar
pengguna laporan”. (IAI, 2012)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
Laporan Keuangan adalah:
1) Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan
untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal
dan eksternal.
2) Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja
keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan dalam setiap
kondisi.
3) Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang
diklasifikasikan dalam suatu periode perusahaan dalam kurun
waktu setahun.
4) Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama periode yang bersangkutan.
14
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber
informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi
industri, kondisi perekonomian, pangsa perusahaan, kualitas
manajemen dan lainya. Jadi setiap perusahaan go public diwajibkan
untuk mempublikasikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang telah terdaftar di Badan Pengawasan Pasar Modal
(BAPEPAM). Laporan keuangan terdiri dari:
1) Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah laporan keuangan yang dihasilkan pada suatu
periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan berupa
aktiva, liabilitas, dan ekuitas dari entitas tersebut (IAI, 2012).
Persamaan akuntansi (disebut juga identitas neraca) merupakan
dasar sistem akuntansi. Disisi kiri persamaan ini terkait dengan
sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan, atau aktiva
sumber daya yang merupakan investasi yang diharapkan untuk
menghasilkan laba dimasa depan melalui aktiva operasi sisi kanan
persamaan ini yang mengidentifikasi sumber pendanaan.
Kewajiban (liability) merupakan pendanaan dari kreditor dan
mewakili kewajiban perusahaan, atau klaim kreditor atas aktiva.
Ekuitas atau ekuitas pemegang saham (shareholders equity)
merupakan total dari (1) pendanaan yang menginvestasikan atau
dikontribusi oleh pemilik (modal kontribusi) dan (2) akuntansi laba
15
yang tidak dibagikan kepada pemilik (laba ditahan) sejak
berdirinya perusahaan.
2) Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan
suatu perusahaan atas total pendapatan dikurangi beban, tidak
termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain
(IAI, 2012). Laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan
perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan
aktivitas operasi perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan
rincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk
suatu periode waktu.
3) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang berisi informasi arus
kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk
menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas
dalam kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut
(IAI, 2012). Tujuan pokok laporan arus kas adalah untuk
memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas
perusahaan selama periode tertentu.
b. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Publik
Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
16
keuangan serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan
manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atau
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Menurut Ainun Na’im (1988) tujuan umum laporan keuangan adalah:
1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari
kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
3) Memberikan informasi keuangan yang membantu pemakai laporan
dalam menaksir potensi perusahaan.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses
pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan buku bersangkutan.
Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objectives of Financial
Reporting by Business Enterprises, tujuan laporan keuangan untuk
organisasi pencari laba adalah adalah:
1) Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan
pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional
mengenai investasi, kredit, dan lainnya.
17
2) Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon
investor dan kreditor serta pemakai lainnya dalam menentukan
jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari dividen atau
bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, saham, dan
pinjaman yang jatuh tempo.
3) Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan,
klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan
lain terhadap aktiva dan kewajiban.
4) Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan
selama satu periode.
5) Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan untuk
mendapatkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan
pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal,
termasuk dividen dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dan
solvabilitas perusahaan.
6) Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan
mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik
atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan
kepadanya.
7) Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi
dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik
perusahaan.
18
Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan
bahwa dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan tersebut secara menyeluruh.
Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja,
tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan
perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis
keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.
c. Karakteristik Laporan Keuangan
Laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan
sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data
yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat,
prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi serta
pendapat pribadi. Oleh sebab itu, di dalam penyusunannya laporan
keuangan memiliki karakteristik tersendiri.
Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang
dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK:
2012) adalah:
1) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Untuk
maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
19
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang
wajar.
2) Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi
memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna, dengan membantu mengevaluasi peristiwa
masa lalu, masa kini atau masa depan.
3) Keandalan
Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunaannya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
4) Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan
kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga
harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan
untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan secara relatif.
20
2. Teori Agensi
Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995)
dalam Ma’ruf (2006) adalah hubungan atau kontak antara principal dan
agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk
kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan
keputusan dari principal kepada agent.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Ma’ruf menyatakan bahwa
hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan
pemegang saham (principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang
menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang
terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat
dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan
manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing menginginkan
tujuan mereka terpenuhi, akibat yang terjadi adalah munculnya konflik
kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih
besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan
sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan
pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya
dalam menjalankan perusahaan.
Menurut Scott (1997) dalam Wendy (2010), aplikasi agency theory
dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan
kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan
kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat
21
aturan yang mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang berupa
keuntungan, return maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan
agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu
mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis
memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan
pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke
agen.
Menurut Eisenhardt dalam Wendy (2010) teori agensi
menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya
mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir
terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)
manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Pihak agen termotivasi
untuk memaksimalkan fee kontraktual yang diterima sebagai sarana dalam
pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Sebaliknya, pihak
prinsipal termotivasi untuk mengadakan kontrak atau memaksimalkan
returns dari sumber daya untuk menyejahterakan dirinya dengan
profitabilitas yang selalu meningkat.
Konflik kepentingan ini terus meningkat karena pihak prinsipal
tidak dapat memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa
agent bekerja sesuai dengan keinginan para pemegang saham. Sebaliknya,
agent sendiri memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas
diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang
22
memicu timbulnya ketidakseimbangan informasi antara principal dan
agent. Kondisi ini dinamakan dengan asimetri informasi.
Adanya penyimpangan antara keputusan yang diambil agen dan
keputusan yang akan meningkatkan kesejahteraan prinsipal akan
menimbulkan kerugian atau pengurangan kesejahteraan prinsipal, nilai
uang yang timbul dari adanya penyimpangan tersebut disebut residual loss
Jensen dan Meckling (1976) dalam Wendy (2010). Adanya asimetri
informasi dapat mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa
informasi yang tidak diketahui prinsipal untuk memaksimalkan
keuntungan bagi agen. Agen dapat termotivasi untuk melaporkan
informasi yang tidak sebenarnyakepada prinsipal, terutama jika informasi
tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen.
Menurut Ali (2007) dalam Wendy (2010) mengatakan bahwa
manajer yang telah diberi wewenang untuk mengelola perusahaan
bertanggung jawab untuk memaksimalkan keuntungan prinsipal dan
melaporkan tanggung jawabnya melalui media laporan keuangan. Atas
kinerja manajer tersebut, kompensasi manajemen diberikan sesuai dengan
kontrak yang yang telah disepakati. Dengan demikian terdapat dua
kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Inti dari Agency
Theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk
menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik
kepentingan.
23
3. Audit
a. Definisi Audit
Definisi audit menurut Arens, Elder, Beasley dan Jusuf
(2010) menjelaskan bahwa pengertian auditing adalah:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence
about information to determine and report on the degree of
correspondence between the information and established criteria.
Auditing should be done by a competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti
mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan.
Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Sedangkan pengertian audit menurut Mulyadi (2002):
“Suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mencari
bukti-bukti dengan cara objektif yang berkaitan dengan pernyataan-
peryataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
untuk menentukan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada
pihak yang berkepentingan.”
Auditing menurut Agoes (2004) adalah :
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara
kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangannya.”
24
Berdasarkan definisi dari auditing tersebut, dapat diuraikan 7
elemen yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan audit, yaitu:
1) Proses yang sistematis.
Dalam pelaksanaannya auditing dilakukan berdasarkan
proses-proses rangkaian dan prosedur yang bersifat terstruktur,
terorganisir, dan logis sesuai dengan ketentuannya.
2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif.
Pelaksanaan audit dilakukan dengan menghimpun bukti-
bukti yang mendasari asersi-asersi yang dibuat individu atau
entitas. Auditor kemudian melakukan evaluasi terhadap bukti-bukti
yang diperoleh tersebut. Dalam penghimpunan dan pengevaluasian
bukti-bukti auditor harus bersikap objektif dalam pengungkapan
fakta secara apa adanya, tidak memihak, dan tidak berprasangka
buruk terhadap individu atau entitas yang membuat representasi
tersebut.
3) Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi.
Asersi merupakan pernyataan secara keseluruhan oleh
pihak yang bertanggung jawab atas pernyataan tersebut. Jadi, asersi
atau pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi merupakan
proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi
ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang.
25
4) Menentukan tingkat kesesuaian.
Tingkat kesesuaian tersebut dapat dijelaskan dalam bentuk
kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk kualitatif contohnya
kewajaran laporan keuangan. Penghimpunan dan pengevaluasian
bukti-bukti dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau
sesuai tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
5) Kriteria yang ditentukan.
Kriteria dapat berupa prinsip akuntansi yang berlaku umum
atau standar akuntasi keuangan, dan anggaran atau ukuran lain
kinerja manajemen. Kriteria yang ditentukan merupakan standar-
standar pengukur untuk mempertimbangkan (judgment)
representasi-representasi atau asersi-asersi.
6) Menyampaikan hasil-hasilnya.
Hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis
yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi dan
kriteria yang telah ditentukan. Komunikasi dari hasil audit dapat
memperkuat atau memperlemah kredibilitas atau pernyataan yang
dibuat.
26
7) Para pemakai yang berkepentingan.
Para pemakai yang berkepentingan dari hasil audit
diantaranya, investor maupun calon investor di pasar modal,
pemegang saham, kreditor maupun calon kreditor, badan
pemerintahan, manajemen, dan publik pada umumnya.
b. Jenis-Jenis Audit
Terdapat tiga jenis audit yang dikemukan oleh Boynton (2006)
diantaranya sebagai berikut:
1) Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan
memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan
entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah
laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Secara signifikan, audit laporan keuangan dapat
menurunkan risiko investor dan kreditor dalam membuat berbagai
keputusan investasi dengan tidak menggunakan informasi yang
bermutu rendah.
2) Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan
keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan
persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu. Laporan audit
27
kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang menerbitkan
kriteria tersebut dan dapat terdiri dari (1) ringkasan temuan atau (2)
pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan kriteria
tersebut.
3) Audit Operasional
Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas
kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian
tujuan tertentu.
c. Jenis-Jenis Auditor
Menurut Arens et al. (2010) terdapat beberapa jenis auditor
yang berpraktik sekarang ini, diantaranya: Auditor Independen
(Akuntan Publik), Auditor Pemerintah, dan Auditor Internal (Internal
Auditor).
1) Auditor Independen.
Auditor independen berasal dari Kantor Akuntan Publik
(KAP), bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis
auditeenya. Independen sebagai sikap mental auditor yang
memiliki integritas tinggi, objektif pada permasalahan yang timbul,
dan tidak memihak pada kepentingan manapun.
Perangkat yang harus dipatuhi oleh Auditor Independen
adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Kode Etik
Akuntan Publik, dan Quality Control. Auditor Independen
28
memiliki hubungan profesional dengan manajemen perusahaan,
dewan komisaris dan komite audit, internal auditor dan pemegang
saham dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu melakukan audit
atas laporan keuangan suatu organisasi.
2) Auditor Pemerintah.
Auditor pemerintah berasal dari lembaga pemeriksa
pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggung jawab secara
fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan dan keuangan
negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga
tingkat tertinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) yang ada pada
departemen-departemen pemerintah. Auditor pemerintah memiliki
fungsi melakukan audit atas keuangan negara pada instansi-instansi
atau perusahaan-perusahaan yang sahamnya dimiliki pemerintah.
3) Auditor Internal.
Auditor internal adalah pegawai dari suatu organisasi atau
perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen
perusahaan yang bersangkutan dengan tujuan untuk membantu
manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan para pelaksana
opersasional organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
29
Tugas dari auditor internal sangat beragam, tergantung pada
tugas-tugas yang dibebankan oleh perusahaan kepada auditor.
Tugas auditor internal dapat berupa audit ketaatan, audit
operasional, evaluasi sistem komputer, dan termasuk bidang di luar
akuntansi.
Berdasarkan jenis-jenis auditor tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa semua instansi pemerintah maupun perusahaan
swasta membutuhkan peran auditor untuk mengevaluasi segala
sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan bersifat
operasionalisasi serta materialitas agar sesuai dengan kebijakan dan
standar yang berlaku.
4. Audit Delay
Audit delay mengimplikasikan bahwa laporan keuangan disajikan
pada suatu interval waktu, maksudnya untuk menjelaskan perubahan di
dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pengguna pada waktu
membuat prediksi dan keputusan. Apabila informasi tersebut tidak
disampaikan tepat waktu akan menyebabkan informasi kehilangan nilainya
di dalam mempengaruhi kualitas keputusan.
Beberapa pengertian mengenai audit delay atau ketepatwaktuan
pelaporan keuangan sebagai berikut:
Menurut Subekti (2005) bahwa perbedaan waktu antara tanggal
laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan
yang mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang
30
dilakukan oleh auditor. Perbedaan inilah yang sering dinamai dengan audit
delay.
Menurut Utami (2006) Audit Delay adalah lamanya waktu
penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga
tanggal diselesaikannya laporan audit independen. Aryati dan Maria
(2005) mendefinisikan audit delay adalah rentang waktu penyelesaian
pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya
hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas
audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup tahun
buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada
laporan auditor independen.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengertian audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit
yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal tutup tahun buku
perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tercantum pada
laporan audit independen.
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana
dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara
lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain.
Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan
perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah
badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar,
31
sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya
diatas seratus milyar.
Menurut Rochimawati (2008) ukuran perusahaan adalah suatu
ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran
perusahaan ditandai dengan beberapa ukuran antara lain total penjualan,
total asset, log size, jumlah pegawai, nilai pasar perusahaan, dan nilai buku
perusahaan. Penelitian ini menggunakan log total aset yang dimiliki
perusahaan sebagai ukuran perusahaan.
Aryati dan Maria (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
ukuran perusahaan yang diukur dengan total assets memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan
semakin besar nilai aktiva suatu perusahaan maka semakin pendek audit
delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses
auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar
cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan
perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor,
pengawas modal dan pemerintah.
Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset
yang dimiliki oleh perusahaan. Keadaan yang dikehendaki oleh
perusahaan adalah perolehan laba bersih sesudah pajak karena bersifat
menambah modal sendiri. Perusahaan yang berukuran lebih besar
cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi
32
dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Public demand akan
informasi yang tinggi terhadap perusahaan memungkinkan tumbuhnya
kepercayaan akan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Kepercayaan tersebut dapat meningkatkan tingkat keberlangsungan usaha
dari perusahaan tersebut. Semakin bagus ukuran perusahaan akan
diproksikan dengan semakin tinggi total assets yang dimiliki oleh suatu
entitas, akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menggunakan
jasa KAP the big four.
6. Reputasi Auditor
Hasil penelitian Ashton et al. Schwartz dan Soo (dalam Utami,
2006), menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan
yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Beberapa penelitian
membuktikan kesesuaian dengan hipotesis reputasi yang berargumen
bahwa KAP besar memiliki insentif lebih besar untuk mengaudit lebih
akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan spesifik dengan
klien yang akan hilang jika mereka memberikan laporan yang tidak akurat.
Selain itu karena KAP besar memiliki sumber daya yang lebih besar
dibandingkan dengan KAP kecil, sehingga mereka memiliki resiko
terancam (exposed) oleh tuntutan hukum pihak ketiga yang lebih besar bila
menghasilkan laporan audit yang tidak akurat dan keliru. Hal ini
diasumsikan karena KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang
besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang
fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat
33
waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan
auditnya lebih cepat, guna menjaga reputasinya.
Menurut Yuliana dan Aloysia (2004) Kantor Akuntan Publik di
Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik
non the big four. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi
dengan The Big Four di Indonesia, yaitu:
1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP
Tanudiredja, Wibisana & Rekan.
2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama
dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
3) KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono,
Suherman dan Surja.
4) KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP
Osman Bing Satrio.
Keempat KAP the big four diatas dianggap memiliki reputasi yang
lebih baik dibandingkan dengan KAP-KAP lain di Indonesia (KAP non-
big four). Sehingga keempat KAP tersebut diatas diberi label KAP the big
four. Hal tersebut juga didasarkan pada ukuran dan reputasi KAP tersebut
dalam memberikan jasa audit.
6. Opini Audit
Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam
mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pendapat auditor sangatlah
34
penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang membutuhkan
hasil dari laporan keuangan auditan.
Opini audit yang diberikan auditor melalui beberapa tahap audit
yang dilakukan dapat memberikan beberapa simpulan atas opini yang
harus diberikan terhadap laporan keuangan yang diauditnya. Dengan
demikian, auditor di dalam memberikan opini sudah didasarkan pada
keyakinan profesionalnya.
Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat auditor independen
(Mulyadi, 2002) yaitu:
a) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi
keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia jika memenuhi kondisi
berikut ini:
1) Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan
untuk menyusun laporan keuangan.
2) Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah
digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan
keuangan, sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
35
b) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa
penjelasan (Unqualified Opinion Report With Explanatory Language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun
laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan klien, auditor dapat menambahkan laporan hasil
auditnya dengan bahasa penjelas. Berbagai penyebab paling penting
adanya tambahan bahasa penjelas (Arens, 1995):
1) Adanya ketidakpastian yang material.
2) Adanya keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan.
3) Auditor setuju dengan penyimpangan terhadap prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
c) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh
auditor jika dijumpai hal-hal sebagai berikut:
1) Lingkup audit dibatasi oleh klien.
2) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak
dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang
berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.
3) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
4) Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara
konsisten.
36
d) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas
perusahaan klien. Selain auditor memberikan pendapat tidak wajar jika
tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga auditor dapat mengumpulkan
bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika
laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi yang
disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat
dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk
pengambilan keputusan.
e) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa
pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak
memberikan pendapat adalah:
1) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
2) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan
pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam
keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan
37
keuangan pendapat karena ia tidak cukup memperoleh bukti
mengenai kewajaran laporan keuangan yang diaudit.
Jadi, Opini audit merupakan ukuran atas pendapat yang
diberikan oleh auditor terhadap hasil laporan keuangan perusahaan
yang dipublikasikan. Semakin memperoleh pendapat unqualified
opinion perusahaan tersebut dipandang semakin baik.
7. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan
suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang (Supranoto, 1990). Profitabilitas perseroan
biasanya dilihat dari laporan laba rugi perseroan (income statement) yang
menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan. Profitabilitas merupakan
suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola
kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara
garis besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan
investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan akan mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (profitabilitas) baik dari tingkat penjualan,
asset, modal maupun saham tertentu. Dalam rasio Profitabilitas ini dapat
dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen
dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Profitabilitas merupakan
hasil dari sejumlah besar kebijakan dan keputusan manajemen dalam
menggunakan sumber dana perusahaan.
38
Penelitian ini melakukan perhitungan Profitabilitas dengan Return
On Asset Rasio (ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba berdasarkan tingkat asset tertentu. Profitabilitas
mempengaruhi perusahaan yang mengumumkan rugi atau profitabilitas
yang rendah. Ini berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan oleh
pasar terhadap pengumuman rugi tersebut bagi perusahaan.
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang
menjadi tolak ukur tingkat profitabilitas yaitu Return On Asset Rasio
(ROA) yang diperoleh dengan persamaan berikut:
ROA = 𝐿𝐴𝐵𝐴 𝐵𝐸𝑅𝑆𝐼𝐻
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐴𝑆𝑆𝐸𝑇
Keterangan :
Return on Asset (ROA) : Rasio Tingkat Profitabilitas
Laba Bersih : Jumlah laba bersih perusahaan
Total Asset : Jumlah asset yang dimiliki perusahaan
Berdasarkan persamaan diatas, maka ROA merupakan
perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan terhadap asset yang
digunakan, sehingga menunjukan sejumlah perusahaan mampu untuk
menghasilkan laba dari sumber daya (asset) yang dimiliki. Dengan
demikian kemungkinan Profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset
dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit.
39
8. Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perseroan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya, yang diukur dengan membuat perbandingan seluruh
kewajiban terhadap seluruh aktiva dan perbandingan seluruh kewajiban
terhadap ekuitas (Kasmir, 2008).
Supranoto (1990) dalam Prayogi (2009) mengemukakan bahwa
solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. Analisis solvabilitas
difokuskan terutama pada reaksi dalam neraca yang menunjukan
kemampuan untuk melunasi utang lancar dan utang tidak lancar.
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang
menjadi tolak ukur Solvabilitas diukur dengan rasio total debt to total asset
(TDTA) yang membandingkan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun
jangka panjang) dengan jumlah aktiva (total asset). Dari hasil pengukuran,
apabila rasionya tinggi maka pendanaan dengan utang semakin banyak
sehingga semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi
utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya
rendah maka semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir,
2008). Perhitungan solvabilitas dengan rasio total debt to total asset
(TDTA) sendiri di hitung dengan rumus:
TDTA = 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑈𝑇𝐴𝑁𝐺
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐴𝐾𝑇𝐼𝑉𝐴
40
Penelitian Carlaw dan Kaplan (1991) dalam Rachmawati (2008),
menemukan pengaruh yang signifikan antara solvabilitas yang diukur dari
rasio total debt to total assets (TDTA) terhadap Audit Delay untuk
perusahaan sampelnya tahun 1988. Alasan yang dapat mendukung
hubungan antara debt to assets ratio adalah pertama, bahwa total debt to
total assets ratio mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi
total debt to total assets ratio yang tinggi akan meningkatkan kegagalan
perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada
kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Kedua,
mengaudit hutang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan mengaudit modal.
Biasanya mengaudit utang lebih melibatkan banyak staf dan lebih
rumit dibandingkan mengaudit modal. Dengan demikian solvabilitas yang
di ukur dengan total debt to total assets ratio dapat mempengaruhi waktu
penyelesaian audit.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Interaksi antara ukuran perusahaan dengan audit delay
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa faktor
ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.
Hasil penelitian Subekti (2005) terhadap 72 sampel yang diteliti,
menyatakan bahwa ukuran perusahaan dengan indikator total assets
berpengaruh signifikan terhadap variabel audit delay. Aryati dan Maria
(2005) dalam penelitiannya terhadap 50 perusahaan go public yang
41
terdaftar di BEJ, menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang diukur
dengan total assets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit
delay.
Rachmawati (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Terkait
dengan ketepatwaktuan laporan keuangan tahunan, ukuran perusahaan
juga merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan.
Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka
hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut:
H1: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
2. Interaksi antara reputasi auditor dengan audit delay
Kualitas auditan berpengaruh terhadap kredibilitas laporan
keuangan ketika perusahaan go public. Oleh karena itu, underwritter yang
memiliki reputasi tinggi, menginginkan emiten yang dijaminnya, memakai
auditor yang mempunyai reputasi tinggi pula. Auditor yang memiliki
reputasi tinggi, akan menggunakan auditor yang memiliki reputasi,
keduanya akan mengurangi underpricing.
Subekti (2005) menunjukkan bahwa kantor akuntan publik
internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai the big four
membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit,
karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih
efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi
untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya.
42
Menurut Utami (2006) bahwa reputasi auditor berpengaruh secara
simultan terhadap audit delay. Di samping itu KAP besar memperoleh
insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih
cepat dibanding KAP lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga
merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan reputasinya. Selain itu,
KAP besar memiliki jumlah auditor yang banyak dan mereka sering
mendapatkan pelatihan.
H2: Reputasi auditor berpengaruh terhadap audit delay.
3. Interaksi antara opini audit dengan audit delay
Pada umumnya opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) merupakan opini yang tidak diharapkan oleh semua manajemen.
Semakin tidak baik opini yang diterima oleh perusahaan maka semakin
lama laporan keuangan auditan dipublikasikan. Laporan keuangan yang
disampaikan tidak tepat waktu mencerminkan ketidakpatuhan perusahaan
terhadap peraturan yang ada.
Menurut Subekti (2005) dalam penelitiannya mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia, menyimpulkan bahwa
opini audit secara signifikan memiliki pengaruh terhadap proses audit
delay. Utami (2006) berpendapat bahwa opini audit memiliki pengaruh
secara simultan terhadap audit delay.
43
Subekti (2005) berpendapat bahwa audit delay yang lebih panjang
dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified
opinion. Hal ini dikarenakan proses pemberian pendapat selain unqualified
opinion tersebut melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan
partner audit yang lebih senior atau staf teknis dan perluasan lingkup audit,
sedangkan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion
merupakan suatu berita yang baik bagi perusahaan. Perusahaan yang
menerima pendapat unqualified opinion akan melaporkan laporan
keuangan tepat waktu. Opini audit yang baik (unqualified opinion) harus
mengemukakan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit sesuai dengan
ketentuan standar akuntansi keuangan dan tidak ada penyimpangan
material yang dapat mempengaruhi pengambilan suatu keputusan.
H3: Opini audit berpengaruh terhadap audit delay.
4. Interaksi antara profitabilitas dengan audit delay
Untuk menilai tingkat profitabilitas perusahaan dilihat dari EBIT
(laba bersih sesudah pajak). Perusahaan yang mengumumkan rugi atau
tingkat profitabilitas yang rendah, maka akan membawa reaksi negatif
terhadap pasar dan turunnya penilaian atas kinerja perusahaannya.
Sedangkan, perusahaan yang mengumumkan laba yang tinggi akan
berdampak positif terhadap penilaian pihak lain atas kinerja
perusahaannya. Sedangkan, perusahaan yang mengumumkan laba yang
tinggi akan berdampak positif terhadap penilaian pihak lain atas kinerja
perusahaannya.
44
Rachmawati (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan pengaruh
profitabilitas perusahaan terhadap audit delay. Kartika (2009) pun
mengungkapkan penelitiannya bahwa profitabilitas memiliki pengaruh
terhadap audit delay.
Ada beberapa alasan yang mendorong terjadinya kemunduran
laporan publikasi yaitu pelaporan laba atau rugi sebagai indikator good
news atau bad news atas kinerja menejerial perusahaan dalam setahun.
Serta berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan pasar terhadap
pengumuman tersebut.
H4: Profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
5. Interaksi antara solvabilitas dengan audit delay
Alasan yang dapat mendukung hubungan antara debt to assets ratio
adalah pertama, bahwa total debt to total assets ratio mengindikasikan
kesehatan dari perusahaan. Proporsi total debt to total assets ratio yang
tinggi akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan
meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan
kurang dapat dipercaya. Kedua, mengaudit utang memerlukan waktu yang
lebih lama dibandingkan dengan mengaudit modal. Biasanya mengaudit
utang lebih melibatkan banyak staf dan lebih rumit dibandingkan
mengaudit modal. Dalam hal ini perusahaan akan mengurangi resiko
dengan mengundurkan publikasi laporan keuangannya dan mengulur
waktu dalam laporan auditnya. Ini memberikan tanda ke pasar bahwa
perusahaan dalam tingkat resiko yang tinggi.
45
Dalam beberapa penelitian solvabilitas berpengaruh secara
signifikan terhadap audit delay. Supranoto (1990:198) mengemukakan
bahwa solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. Analisis
solvabilitas difokuskan terutama pada reaksi dalam neraca yang
menunjukan kemampuan untuk melunasi utang lancar dan utang tidak
lancar. Sedangkan menurut Prayogi (2009) dalam penelitiannya
mengungkapkan solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap audit
delay.
H5: Solvabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
6. Interaksi antara ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit,
profitabilitas, dan sovabilitas terhadap audit delay
Menurut Aryati dan Maria (2005) dalam penelitiannya terhadap 50
perusahaan go public yang terdaftar di BEJ, menyatakan bahwa ukuran
perusahaan yang diukur dengan total assets memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap audit delay. Subekti (2005) menunjukkan bahwa
kantor akuntan publik internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia
sebagai the big four membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam
menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan
audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu
yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya.
46
Utami (2006) berpendapat bahwa opini audit memiliki pengaruh
secara simultan terhadap audit delay. Rachmawati (2008) dalam
penelitiannya mengungkapkan pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap
audit delay. Utami (2006) dalam penelitiannya mengemukakan solvabilitas
berpengaruh terhadap audit delay.
Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis
penelitian dinyatakan sebagai berikut:
H6: ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit, profitabilitas, dan
solvabilitas berpengaruh secara signifikan dan simultan terhadap audit
delay.
C. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai audit delay dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit,
profitabilitas, dan solvabilitas telah banyak diteliti oleh penelitian-penelitian
sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut telah banyak memberikan masukan
serta kontribusi tambahan bagi auditor untuk menganalisis faktor-faktor yang
dapat memperlambat audit delay. Tabel 2.1 menunjukkan hasil penelitian-
penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.
47
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya Mengenai Ukuran Perusahaan (X1), Reputasi Auditor (X2), Opini Audit (X3), Profitabilitas (X4),
dan Solvabilitas (X5) terhadap Audit Delay (Y)
No. Peneliti Terdahulu
(Judul & Tahun) Metodologi
Variabel – Variabel Hasil
Penelitian
X1 X2 X3 X4 X5 Y
1. Aryati dan Maria
“Faktor-Faktor yang
mempengaruhi audit
delay dan timeliness”
(2005)
Sampel :
Perusahaan manufaktur
dari tahun 2002-2004.
Sebanyak 50 perusahaan.
Variabel lain :
Ukuran KAP, divisi
internal audit.
√
-
-
√
-
√
1. Variabel yang signifikan mempengaruhi audit
delay hanya ukuran perusahaan. Sedangkan
variabel profitabilitas, internal auditor, dan
ukuran KAP tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap audit delay.
2.
2. Imam Subekti
“Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Audit
Delay di Indonesia”
(2005)
Sampel :
Perusahaan manufaktur
dan finansial pada tahun
2001. Sebanyak 72
perusahaan.
Variabel lain :
Jenis industri, ukuran
KAP.
√
-
√
√
-
√
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
kelima variabel tingkat provitabilitas, ukuran
perusahaan, jenis industri, opini auditor dan
ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap
variabel audit delay.
48
No. Peneliti
(Tahun)
Metodologi Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian X1 X2 X3 X4 X5 Y
3. Wiwik Utami
“Analisis
Determinan Audit
Delay Kajian
Empiris di Bursa
Efek Jakarta”
(2006)
Sampel :
Emiten keuangan dan
non keuangan pada tahun
2000-2002. Sebanyak 90
perusahaan.
Variabel lain :
Jenis industri, lama jadi
klien KAP, laba/rugi, dan
rasio hutang.
√
√
√
-
-
√
Secara simultan jenis opini auditor, laba/rugi
emiten, lamanya emiten menjadi klien KAP,
ukuran perusahaan, reputasi auditor, rasio
hutang terhadap ekuitas dan jenis industri
berpengaruh terhadap audit delay.
Secara empiris determinan audit delay
meliputi faktor lamanya emiten menjadi klien
sebuah kantor akuntan publik, emiten
mengalami kerugian dalam tahun berjalan, dan
laporan keuangan emiten mendapat opini selain
unqualified dari akuntan publik.
4. Jeane Deart dan
Rustiana
“Beberapa Faktor
yang Berdampak
pada Perbedaan
Audit Delay
(Studi Empiris Pada
Perusahaan-
Perusahaan
Keuangan yang
Terdaftar di BEJ)”
(2007)
Sampel :
Perusahaan di industri
keuangan dari tahun
2002-2004. Sebanyak 37
perusahaan.
Variabel lain :
Laba/rugi, ukuran KAP.
√
-
√
√
-
√
Variabel total revenue dan laba/rugi usaha
mempengaruhi dalam perbedaan audit delay,
variabel debt to assets ratio dan ukuran KAP
tidak mempengaruhi perbedaan dalam audit
delay.
49
No. Peneliti
(Tahun)
Metodologi Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian X1 X2 X3 X4 X5 Y
5. Sistya Rachmawati
“Pengaruh Faktor
Internal dan Faktor
Eksternal Perusahaan
Terhadap Audit Delay
dan Timeliness”
(2008)
Sampel :
Perusahaan
manufaktur dari tahun
2003-2005.
Variabel lain :
Internal auditor,
ukuran KAP.
√
-
-
√
√
√
1. Faktor internal yang mempengaruhi audit delay
adalah ukuran perusahaan dan faktor eksternal
yang mempengaruhi audit delay adalah ukuran
KAP. Sedangkan variabel profitabilitas,
solvabilitas dan internal auditor tidak
mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
2. Faktor internal yang mempunyai pengaruh
terhadap timeliness adalah ukuran perusahaan
dan solvabilitas, sedangkan faktor ekstenal
yang mempengaruhi timeliness adalah ukuran
KAP.
3. Profitabilitas, solvabilitas, dan internal auditor
tidak memiliki pengaruh terhadap timeliness.
Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti
profitabilitas, solvabilitas, internal auditor,
ukuran perusahaan dan ukuran KAP secara
bersama-sama memiliki pengaruh signifikan
baik terhadap audit delay maupun timeliness.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
50
6. Rochimawati
“Analisis Diskriminan
Audit Delay pada
Industri Keuangan di
Bursa Efek Indonesia
(BEI)”
(2008)
Sampel :
Perusahaan keuangan
dari tahun 2008-2009.
Variabel lain :
Reputasi auditor.
√
-
√
√
√
√
Variabel yang berpengaruh secara signifikan
terhadap audit delay hanya ROA
(profitabilitas), variabel ukuran perusahaan,
solvabilitas, dan opini audit tidak berpengaruh
terhadap audit delay.
7. Andi Kartika
“Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Audit
Delay di Indonesia
(Studi Empiris Pada
Perusahaan-Perusahaan
LQ 45 Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Jakarta)”
(2009)
Sampel :
Perusahaan LQ 45
pada tahun 2001-
2005.
Variabel lain :
Laba/rugi, operasi
perusahaan.
√
√
√
√
-
√
Variabel total asset, laba rugi operasi,
mempunyai pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap audit delay perusahaan.
Opini dari auditor punya pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap audit delay perusahaan.
Faktor profitabilitas dan reputasi auditor tidak
mempunyai pengaruh terhadap audit delay
perusahaan.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
51
No. Peneliti
(Tahun)
Metodologi Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian X1 X2 X3 X4 X5 Y
8. Prayogi
“ Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap
Audit Delay”
(Studi Empiris pada
Perusahaan
Telekomunikasi yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada Tahun
2009-2011)”
(2009)
Sampel :
Perusahaan
telekomunikasi dari
tahun 2009-2011.
Sebanyak 5
perusahaan.
Variabel lain :
Ukuran KAP.
√
-
√
√
√
√
variabel ukuran perusahaan, opini audit,
solvabilitas, profitabilitas, ukuran kantor
akuntan publik secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Secara parsial hanya variabel opini audit yang
berpengaruh signifikan negatif terhadap audit
delay.
Variabel lainnya seperti ukuran perusahaan,
solvabilitas, profitabilitas dan ukuran kantor
akuntan publik tidak berpengaruh signifikan
terhadap audit delay.
9. Mohamad Naim,
Rohami Shafie and Wan
Nordin Wan-Hussin
“Corporate Governance
and Audit report Lag In
Malaysia”
(2010)
Sampel :
Perusahaan non
financial di malaysia
pada tahun 2002.
Sebanyak 89
perusahaan.
Variabel lain :
Jumlah anggota
komite audit, proporsi
direktur independen,
frekuensi pertemuan
komite audit, jumlah
dewan direktur
-
-
-
-
-
√
4. Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan
dengan anggota lebih dalam audit komite dan
pertemuan komite audit yang lebih sering lebih
cenderung untuk menghasilkan audit delay
secara tepat waktu.
Studi ini juga menunjukkan bahwa dewan
direktur variabel yang tidak berpengaruh
sebagai komite audit dalam menentukan audit
delay. Semua variabel independen kecuali
variabel tahun tutup buku, secara simultan
mempengaruhi audit delay
Tabel 2.1 (Lanjutan)
52
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
No. Peneliti
(Tahun)
Metodologi Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian X1 X2 X3 X4 X5 Y
10. Mina Pizzini, Shu Lin,
Mark Vargus
“The Impact of Internal
Audit Function Quality
and Contribution on
Audit Delays”
(2011)
Sampel :
Perusahaan yang
terdaftar di TSE.
Sebanyak 62
perusahaan.
Variabel lain :
Kontribusi internal
audit, kualitas internal
audit.
-
-
-
-
-
√
5. Variabel kualitas internal audit secara
signifikan mempengaruhi audit delay.
Sedangkan variabel kontribusi internal audit
tidak mempengaruhi audit delay.
11. M. Shultoni
“Determinan Audit
Delay Dan
Pengaruhnya Terhadap
Reaksi Investor (Studi
Empiris pada
Perusahaan yang
Listing di BEI Tahun
2007-2008)”
(2012)
Sampel :
Perusahaan yang
menerbitkan laporan
keuangan dari tahun
2007-2008. Sebanyak
243 perusahaan.
Variabel lain :
Jenis Industri, kinerja
keuangan, ukuran
KAP, rasio utang.
√
-
√
-
-
√
Variabel jenis industri, kinerja keuangan, dan
ukuran KAP. Hasil penelitian ini tidak berhasil
menemukan pengaruh ukuran perusahaan,
opini auditor, dan rasio utang terhadap audit
delay. Audit delay berpengaruh terhadap reaksi
investor baik yang diproksikan dengan
abnormal return maupun trading volume
activity. Hasil pengujian ini merefleksikan
bahwa investor merespon audit delay dengan
baik.
53
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1.
Gambar. 2.1.
Skema Kerangka Pemikiran
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit,
Profitabilitas, dan Solvabilitas Terhadap Audit Delay
Adanya Keterlambatan Perusahaan-Perusahaan keuangan Go Public
di dalam Menyampaikan Laporan Keuangan ke BAPEPAM-LK
Basis Teori: Teori Akuntansi Keuangan dan Teori-Teori Auditing
Ukuran Perusahaan (X1)
Reputasi Auditor (X2)
Opini Audit (X3)
Profitabilitas (X4)
Solvabilitas (X5)
Audit Delay (Y)
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Implikasi
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian
dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua
variabel atau lebih. Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian ex post
facto, yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya
suatu fakta atau peristiwa (Indriantoro dan Supomo, 1999). Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penekanan pada
pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan
melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Penelitian ini meliputi audit delay pada perusahaan-perusahaan
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai
dengan 2011. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
hipotesis untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, reputasi auditor,
opini audit, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuasalitas yaitu bentuk penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
55
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yaitu kumpulan pengukuran atau data pengamatan yang
dilakukan terhadap orang, benda atau tempat, sedangkan sampel yaitu
sebagian dari populasi atau dalam istilah matematik dapat disebut sebagai
himpunan bagian atau subset dari populasi.
Metode penelitian sampel yang digunakan adalah Judgment Sampling,
yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh
dengan menggunakan pertimbangan tertentu, umumnya disesuaikan dengan
tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Bambang, 2002).
Sampel untuk penelitian ini adalah semua perusahaan dalam industri
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009
sampai 2011 dengan pertimbangan bahwa perusahaan keuangan/finansial
dijadikan salah satu alternatif bagi masyarakat untuk berinvestasi selain
berinvestasi di pasar modal ataupun reksadana. Kriteria yang diperlukan
adalah:
1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan auditan selama tiga tahun
berturut-turut, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
2. Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember.
3. Perusahaan yang tidak melakukan Initial Public Offering (IPO) dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2011.
56
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder
sehingga peneliti menggunakan metode dokumenter yaitu suatu metode
pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap semua catatan dan
dokumen yang dimiliki oleh organisasi yang terpilih sebagai objek penelitian,
atau data dari individu sebagai objek penelitian (Sujoko, 2004). Data diperoleh
dari:
1. Laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan keuangan tahun 2009
sampai dengan 2011.
2. IDX Fact Books tahun 2009 sampai dengan 2011 atau diakses di website
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan
yaitu dengan cara membaca, mempelajari literatur dan publikasi yang
berhubungan dengan penelitian.
D. Metode Analisis
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi
klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian
dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam
bentuk tabel numerik dan grafik (Indriantoro dan Bambang, 2002).
57
Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis
kuantitatif yang bersifat deskriptif yang menjabarkan data yang diperoleh
dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk menggambarkan
fenomena atau karakteristik dari data, yaitu dengan memberikan gambaran
tentang pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Metode
analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer program
Eviews 7 dan SPSS 19.
2. Analisis Regresi Data Panel
Analisis inferensia pada data penelitian ini menggunakan regresi
data panel dengan bantuan program E-Views 7. Data panel merupakan data
yang terbentuk dari gabungan data time series dan data cross section. Pada
data cross section, nilai-nilai dari variabel dikumpulkan untuk beberapa
sampel unit pada satu titik waktu tertentu. Kaitannya dengan data panel,
data cross section tersebut diteliti selama kurun waktu tertentu. Secara
singkat, dapat dikatakan data panel diperoleh dengan menggabungkan data
cross section dan time series. Jika kita memiliki T periode waktu (t =
1,2,...,T) dan n jumlah individu (i = 1,2,...,n) maka dengan data panel kita
akan memiliki total unit observasi sebanyak nT. Jika jumlah unit waktu
sama untuk setiap individu maka data disebut balanced panel, jika
sebaliknya, yakni jumlah unit waktu berbeda untuk setiap individu maka
disebut unbalanced panel.
58
Analisis regresi data panel mempunyai beberapa keuntungan.
Menurut Baltagi (2005), beberapa keuntungan tersebut adalah:
a. Dengan menggabungkan data time series dan cross section, data panel
menyediakan data yang lebih banyak dan dengan menggabungkan data
time series dan cross section, panel menyediakan data yang lebih
banyak dan informasi yang lebih lengkap serta bervariasi. Dengan
demikian akan dihasilkan degress of freedom (derajat bebas) yang
lebih besar dan mampu meningkatkan presisi dari estimasi yang
dilakukan.
b. Data panel mampu mengakomodasi tingkat heterogenitas individu-
individu yang tidak diobservasi namun dapat mempengaruhi hasil dari
permodelan (individual heterogenity). Hal ini tidak dapat dilakukan
oleh studi time series maupun cross section sehingga dapat
menyebabkan hasil yang diperoleh melalui kedua study ini akan
menjadi bias.
c. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari kedinamisan data.
Artinya dapat digunakan untuk memperoleh informasi bagaimana
kondisi individu-individu pada waktu tertentu dibandingkan pada
kondisinya pada waktu yang lainnya.
d. Data panel dapat mengidentifikasikan dan mengukur efek yang tidak
dapat ditangkap oleh data cross section murni maupun data time series
murni.
59
e. Data panel memungkinkan untuk membangun dan menguji model
yang bersifat lebih rumit dibandingkan data cross section murni
maupun data time series murni.
f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi
individu karena unit observasi terlalu banyak.
Gujarati (2004) menjelaskan model regresi data panel secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽1 + 𝛽2𝑋2𝑖𝑡 + 𝛽3𝑋3𝑖𝑡 + ⋯+ 𝛽𝑘𝑖𝑋𝑘𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡
𝑖 = 1,2, … 𝑛; 𝑡 = 1,2… , 𝑇
Dimana n adalah jumlah cross section (perusahaan), dan T adalah
jumlah tahun penelitian.
𝐸(𝜀𝑖𝑡) = 0; 𝐸(𝜀𝑖𝑡2 ) = 𝜎2 ∀𝑖; 𝐸(𝜀𝑖𝑡𝜀𝑗𝑡−𝑠) = 0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠 ≠ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑖 ≠ 𝑗.
Di dalam model regresi klasik, gangguan (error) selalu dinyatakan
homoskedastis dan serial uncorrelate. Implikasinya, penggunaan OLS
akan menghasilkan penduga yang bersifat Best Linier Unbiased Estimator
(BLUE). Asumsi tersebut tidak dapat diterapkan untuk model data panel
karena disusun dari beberapa individu untuk beberapa periode yang
membawa masalah baru dalam sistem gangguan. Hal ini dikarenakan
bertambahnya gangguan (disturbances) yang kini menjadi 3 macam, yaitu:
gangguan antar waktu (time series related disturbances), gangguan antar
individu (cross section disturbance) dan gangguan keduanya. (Pindyck &
Rubinfeld, 1998).
60
3. Estimasi Model Regresi Data Panel
Dalam mengestimasi model regresi data panel terdapat tiga
spesifikasi model yang mungkin digunakan yakni model common effect,
fixed effect, dan random effect. Pada dasarnya, keberadaan efek spesifik
individu dan korelasinya dengan variabel penjelas yang teramati Xit sangat
menentukan spesifikasi model yang akan digunakan.
a. Model Common Effect atau pooled regression
Model ini merupakan pendekatan data panel yang paling
sederhana, yakni hanya dengan mengkombinasikan data time series
dan data cross section dalam bentuk pool, dan teknik estimasinya
menggunakan pendekatan kuadrat terkecil (pooled least squares)
(Pindyck & Rubinfeld, 1998). Model ini tidak memperhatikan dimensi
individu maupun waktu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar
individu sama dalam berbagai kurun waktu. Model regresi untuk
common effect dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽 + 𝛽1𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2𝑋2𝑖𝑡 + ⋯+ 𝛽𝑘𝑖𝑋𝑘𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡
𝑖 = 1,2, … 𝑛; 𝑡 = 1,2… , 𝑇
Dimana n adalah jumlah unit cross section (individu) dan T
adalah jumlah periode waktu.
b. Model Fixed Effect
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu
dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Gujarati (2004)
menjelaskan bahwa model fixed effect (FEM) merupakan salah satu
61
cara untuk mendapatkan nilai yang berbeda dari setiap unit individu di
cross section dengan membiarkan intersept bervariasi untuk setiap
individu tetapi koefisien slope bernilai konstan untuk setiap individu.
Secara umum persamaan modelnya adalah sebagai berikut:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽 𝑖 + 𝛽1𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2𝑋2𝑖𝑡 + ⋯+ 𝛽𝑘𝑖𝑋𝑘𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡
𝑖 = 1,2, … 𝑛; 𝑡 = 1,2… , 𝑇
Terdapat tiga versi model fixed effect, yakni model LSDV
(Least Square Dummy Variables), within-groups regression, dan first
differences regression. Kekurangan mendasar dalam model LSDV
adalah berkurangnya derajat bebas, sebagai akibat dari bertambahnya
jumlah parameter yang harus diestimasi (koefisien dari variabel
dummy), jika terdapat k koefisien variabel dummy maka derajat bebas
juga akan berkurang sebanyak k. Kondisi ini mengakibatkan
berkurangnya efisiensi penduga parameter, dan sebagai solusi akan hal
ini dapat digunakan model within-groups regression, dan first
differences regression yang mengeliminasi komponen spesifik
individu dari model.
Berdasarkan asumsi struktur matriks varians-covarians residual,
maka pada model fixed effects, terdapat 3 metode estimasi yang dapat
digunakan, yaitu:
1) Ordinary Least Square (OLS/LSDV), jika struktur matriks varians-
covarians residualnya diasumsikan bersifat homoskedastik dan
tidak ada cross sectional correlation.
62
2) Weighted Least Square (WLS), jika struktur matriks varians-
covarians residualnya diasumsikan bersifat heteroskedastik dan
tidak ada cross sectional correlation.
3) Seemingly Uncorrelated Regression (SUR), jika struktur matriks
varians-covarians residualnya diasumsikan bersifat heteroskedastik
dan ada cross sectional correlation.
c. Model Random Effect
Gujarati (2004) menjelaskan model random effects memiliki
residual yang mungkin berhubungan antar waktu dan individu. Model
ini mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki perbedaan intersep
yang merupakan variabel random atau stokastik. Dengan demikian,
dalam model ini terdapat dua komponen residual, yaitu residual secara
menyeluruh 𝜀𝑖𝑡, yang merupakan kombinasi residual time series dan
cross section. Residual yang lainnya adalah residual cross section atau
residual individu 𝑢𝑖. Persamaan dasar model random effect dapat
dituliskan sebagai berikut :
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽 𝑖 + 𝛽1𝑖𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2𝑖𝑋2𝑖𝑡 + ⋯+ 𝛽𝑘𝑖𝑋𝑘𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡
𝑖 = 1,2, . . . , 𝑛 ; 𝑡 = 1,2, . . . , 𝑇 dimana
𝛽 𝑖 = 𝛽 + 𝑢𝑖 ; 𝑖 = 1,2, . . . , 𝑛
𝛽 merupakan nilai tengah untuk intersep
63
4. Pengujian Signifikansi Model Regresi Data Panel
Untuk memilih model regresi data panel terbaik, maka diperlukan
pengujian terhadap ketiga model yang telah dijelaskan sebelumnya.
Terdapat tiga pengujian yang digunakan untuk memilih model regresi data
penel terbaik, yaitu uji F yang digunakan untuk memilih antara model
Common Effect atau Fixed Effect; uji Hausman untuk memilih antara
model Fixed Effect atau Random Effect; dan uji Lagrange Multiplier (LM)
untuk memilih antara Common Effect atau Random Effect.
a. Pengujian Signifikansi Fixed Effect
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model Fixed Effect
lebih baik daripada model common Effect, yaitu dengan melihat nilai
Sum squared Residual (SSR). Hipotesis yang digunakan dalam uji F
adalah
H0 : 𝛽1 = 𝛽2 = ⋯ = 𝛽𝑛 (Model common effect)
H1 : minimal ada satu 𝛽i≠ 𝛽𝑛 (Model fixed effect)
Nilai F statistik dapat dihitung dengan rumus:
=( − ) ( −1)
( − −𝑘)
Dengan n: jumlah individu; T: jumlah periode waktu; k:
banyaknya parameter dalam model Fixed effect; RSS1: residual sum of
squares model common effect; RSS2: residual sum of squares model
fixed effect. Nilai Statistik F hitung mengikuti distribusi statistik F
dengan derajat bebas (v1) sebanyak n-1 dan (v2) sebanyak nT-n-k.
Hipotesis nol ditolak jika nilai statistik F hitung lebih besar daripada F
64
tabel pada tingkat signifikansi tertentu. Hal ini berarti asumsi intersep
dan slope adalah sama tidak terpenuhi, sehingga model regresi data
panel dengan fixed Effect lebih baik daripada model common effect.
b. Pengujian Signifikansi Random Effect
Untuk mengetahui apakah model Random effect lebih baik
daripada model common effect maka dapat menggunakan uji Lagrange
Multiplier (LM) yang dikembangkan oleh Breusch-Pagan. Pengujian
ini didasarkan pada nilai residual dari model common effect.
Hipotesis yang digunakan dalam uji LM adalah sebagai berikut:
H0 : 𝜎𝑢2
= 0 H1 : 𝜎𝑢
2≠ 0
Nilai statistik LM dapat diperoleh berdasarkan formula sebagai
berikut:
𝐿𝑀 =
2( −1) (
∑ (∑ 𝑒𝑖𝑡)𝑇𝑖=
𝑛𝑖−
∑ ∑ 𝑒𝑖𝑡 𝑇
𝑖= 𝑛𝑖=
− 1)2
𝐿𝑀 =
2( −1)(
∑ ( ��𝑖) 𝑛
𝑖=
∑ ∑ 𝑒𝑖𝑡 𝑇
𝑡= 𝑛𝑖=
− 1)2
Dimana n: jumlah individu; T: jumlah periode waktu; 𝑒𝑖𝑡:
residual model common effect. Uji LM ini didasarkan pada distribusi
chi-square dengan derajat bebas satu. Hipotesis nol akan ditolak jika
nilai statistik LM lebih besar dari nilai kritis statistik chi-square, yang
berarti model random effect lebih baik daripada common effect.
c. Pengujian Signifikansi Fixed Effect atau Random Effect
Untuk mengetahui model yang lebih baik antara model Fixed
Effect atau Random Effect, maka uji Hausman dapat digunakan
(Greene, 2000). Uji signifikansi Haussman menggunakan hipotesis non
65
residual persamaan panel yang tidak berkorelasi dengan variabel
bebasnya yang berarti random effect lebih baik dari fixed effect.
H0 : 𝐶𝑜𝑣(𝑢𝑖, 𝑥𝑖𝑡) = 0
H1 : 𝐶𝑜𝑣(𝑢𝑖 , 𝑥𝑖𝑡) ≠ 0
Unsur penting untuk metode ini adalah matriks kovarians dari
perbedaan vektor. Statistik uji Hausman ini mengikuti distribusi
statistik chi-square dengan derajat bebas sebanyak k, dimana k adalah
jumlah variabel independen. Jika nilai statistik uji Hausman lebih besar
daripada nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis nul akan
ditolak, yang berarti estimasi yang tepat untuk regresi data panel
adalah model fixed effect daripada model random effect.
5. Pemilihan Estimator dengan Struktur Varians Covarians Residual
Asumsi pada struktur matriks varians-covarians residual terdiri dari
homoskedastik, heteroskedastik dan tidak ada cross sectional correlation,
heteroskedastik dan ada cross sectional correlation (Seemingly
Uncorrelated Regression/SUR), dan adanya autokorelasi antar waktu pada
error term. Pengujian asumsi diatas berbeda dengan pengujian dalam
persamaan tunggal, dimana dalam analisis persamaan tunggal, dilakukan
pengujian apakah terjadi gejala heteroskedastik ataukah autokorelasi untuk
satu individu.
Selanjutnya, dari hasil pengujian tersebut, dilakukan perbaikan
model agar didapatkan estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator). Namun, dalam analisis data panel pengujian dilakukan untuk
menentukan estimator manakah yang lebih baik untuk melakukan estimasi.
66
Estimator tersebut disesuaikan dengan kondisi matriks varians-covarians
residual.
a. Pemilihan Estimator Struktur Homoskedastisitas atau
Heteroskedastisitas dengan Uji Lagrange Multiplier (LM)
Pada pengujian ini hipotesis yang digunakan adalah:
H 0 :i 2(struktur homoskedastik)
H1 : minimal ada satu i 2 (struktur heteroskedastik)
Statistik uji yang digunakan adalah:
𝐿𝑀 =
2∑
𝑖
− 1 2 𝑖 1
Dimana T adalah jumlah periode waktu, n adalah jumlah
individu, ��𝑖2 adalah varians residual persamaan ke-i pada kondisi
homoskedastik, dan ��2 adalah sum square residual persamaan system
pada kondisi homoskedastik.
Statistik uji LM ini mengikuti distribusi chi-square dengan
derajat bebas n-1. Jika nilai statistik LM lebih besar dari nilai kritis
statistik chi-square, maka hipotesis nul akan ditolak, yang artinya
bahwa struktur varians-covarians residual bersifat heteroskedastik.
b. Pemilihan Estimator Struktur Heteroskedastisitas dan Tidak Ada Cross
Sectional Correlation atau SUR dengan uji LM
Pengujian ini dilakukan jika hasil pengujian LM pada poin 1
menunjukkan bahwa struktur varians-covarians residual bersifat
heteroskedastik. Pada pengujian ini:
H0: off diagonal=0 (struktur varians-covarians residual bersifat
heteroskedastik dan tidak ada cross sectional correlation).
67
H1: minimal satu off diagonal ≠ 0 (struktur varians-covarians
residual bersifat heteroskedastik dan ada cross sectional correlation
(Seemingly Uncorrelated Regression/SUR).
Perhitungan nilai statistiknya didasarkan pada formula:
= 𝑇 ∑ ∑ 𝑖𝑗2𝑖−1
𝑗 1 𝑖 2
Dimana T adalah jumlah periode waktu, n adalah jumlah
individu, dan rij adalah residual correlation coefficient antara
persamaan ke-i dan ke-j. Statistik uji ini mengikuti distribusi chi-
square dengan derajat bebas sebanyak n(n-1)/2. Jika nilai lebih
besar dari nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis nul akan
ditolak, sehingga kesimpulannya struktur varians-covarians residual
bersifat heteroskedastik dan ada cross sectional correlation (Seemingly
Uncorrelated Regression/SUR).
6. Pengujian Asumsi
Terdapat beberapa asumsi-asumsi yang digunakan, yaitu:
a. Asumsi Normalitas
Asumsi ini mensyaratkan bahwa nilai kesalahan dari penduga
menyebar normal dengan rata-rata 0 dan varian σ2. Pengujian asumsi
ini dapat dilakukan dengan melihat plot dari probabilitas normal atau
dengan uji formal yaitu uji Kolmogorof Smirnov atau dengan uji
Jarque-Bera. Jika plot probabilitas mengikuti garis diagonal atau uji
Kolmogorofnya tidak signifikan, maka asumsi normalitas terpenuhi.
68
Namun uji formal yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji
Jaque-Bera. Hipotesis yang digunakan adalah:
𝜀𝑖𝑡 𝑒 𝑑𝑖𝑠𝑡 𝑖 𝑢𝑠𝑖 𝑛𝑜 𝑎 1 𝜀𝑖𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑒 𝑑𝑖𝑠𝑡 𝑖 𝑢𝑠𝑖 𝑛𝑜 𝑎 Sementara statistik uji yang digunakan
= 𝑛 [
+
( −3)
2 ]
Dimana n = jumlah sampel; S = koefisien skewness ; K =
koefisien kurtosis. JB statistik mengikuti distribusi chi-square dengan
derajat bebas 2. Jika nilai JBstat lebih kecil dari nilai chi-square tabel
maka asumsi normal terpenuhi. Atau jika p-value lebih dari α maka
asumsi normal terpenuhi.
b. Asumsi Non Autokorelasi
Asumsi ini mensyaratkan tidak ada korelasi serial antar variabel
ei untuk setiap observasi. Secara umum, asumsi ini dapat ditulis dalam
bentuk:
E(ei, ej)=0; i≠j
Pengujian terhadap asumsi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan statistik uji Durbin Watson. Hipotesis nul yang
digunakan adalah bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif,
sedangkan hipotesis alternatifnya adalah sebaliknya. Statistik Uji
Durbin Watson dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai
berikut:
𝑑 =∑ (𝑒𝑡−𝑒𝑡− ) 𝑛𝑇
𝑡=
∑ 𝑒𝑡 𝑛𝑇
𝑡=
69
Keputusan:
d<dL : H0 ditolak
d>4-dL : H0 ditolak
dL ≤ d ≤ dU : Tidak bisa disimpulkan
4-dU ≤ d ≤ 4-dL : Tidak bisa disimpulkan
dU ≤ d ≤ 4-dU : Tidak bisa disimpulkan
c. Asumsi Non Multikolinearitas
Syarat model regresi yang baik adalah tidak adanya
multikolinieritas. Multikolinieritas merupakan kondisi adanya
hubungan linier diantara variabel independen dalam model. Menurut
Gujarati (2004), konsekuensi yang dapat ditimbulkan akibat adanya
pelanggaran terhadap asumsi ini:
1) Estimator masih BLUE tetapi mempunyai varians dan covarians
yang besar, sehingga sulit mendapatkan estimasi yang tepat.
2) Akibat dari poin 1, selang kepercayaan akan cenderung lebih besar
dan nilai statistik hitung uji t akan lebih kecil. Hal ini membuat
variabel independen secara statistik tidak signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
3) Meskipun statistik hitung uji t untuk satu atau lebih variabel tidak
signifikan secara statistik, R2 dapat sangat tinggi.
4) Standar error sangat sensitif terhadap perubahan kecil pada data.
Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat
nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF lebih kecil dari 10
maka tidak terjadi multikolinearitas (Neter, 1989). Nilai VIF dapat
dihitung dengan:
70
𝑗 =1
1− , dimana 𝑗 = 1,2, . . , 𝑘
7. Pengujian Keberartian Model Regresi
Untuk mengetahui keberartian model regresi yang dihasilkan
digunakan kriteria berikut:
a. Koefisien determinasi (R2)
Uji R2 digunakan untuk mengukur kebaikan atau kesesuaian
suatu model persamaan regresi. Besaran R2
dihitung dengan rumus:
2 =∑( 𝑖− )
∑( 𝑖− ) =
= 1 −
Adjusted R2 dihitung dengan rumus:
𝑗2 = 1 − (1 − 2)
−1
− −𝑘
dimana:
SSR : jumlah kuadrat yang dijelaskan
SSres : jumlah kuadrat kesalahan
SST : jumlah kuadrat total
n : jumlah individu
T : jumlah periode
k : banyaknya variabel bebas
Adjusted R2 digunakan karena sudah menghilangkan pengaruh
penambahan variabel bebas dalam model.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel tidak
bebasnya.
Hipotesis pengujian:
H0 : β1 = β2 = ... = βk = 0
H1 : paling sedikit ada satu nilai βj≠0, dengan j=1,2,..., k
71
Statistik uji F dihitung dengan formula sebagai berikut:
(𝑘−1, − −𝑘) =
𝑘−1⁄
(1− )( − −𝑘)⁄
R2 adalah koefisien determinasi pada model terpilih, k adalah
jumlah parameter tanpa intersep, n adalah jumlah individu, dan T
adalah jumlah periode waktu.
Hipotesis nul ditolak jika Fhitung > Fα;(n+k-1,nT-n-k), yang berarti
bahwa terdapat minimal satu variabel bebas yang signifikan
berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.
c. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel tak
bebasnya.
Hipotesis pengujian:
H0 : βj = 0
H1 : βj ≠ 0, dengan j=1,2,….,k
Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji t-student.
Formula statistik uji t-student adalah sebagai berikut:
𝑡 𝑖𝑡𝑢 =
𝑠𝑒( )
��𝑗 adalah nilai penduga parameter ke-j, se(��𝑗) adalah
simpangan dari nilai penduga parameter ke-j. Hipotesis nul akan
ditolak jika |thitung| > 𝑡
;( − −𝑘). Hal ini berarti secara parsial variabel
bebas ke-j signifikan mempengaruhi variabel tidak bebasnya dengan
tingkat kepercayaan sebesar (1-α) 100%.
72
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Menurut Indriantoro (2002:89) variabel adalah construct yang diukur
dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata
mengenai fenomena-fenomena. Pengukuran construct merupakan masalah
yang kompleks, karena berkaitan dengan fungsi variabel untuk memberi
gambaran yang lebih kongkret mengenai abstraksi construct yang diwakilinya.
Operasionalisasi variabel penelitian adalah penentuan construct
sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasionalisasi
menjelaskan cara tertentu yang digunakan dalam suatu penelitian dalam
mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan penelitian lain
untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik. Pada bagian ini
akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut
dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Audit Delay (Y)
Audit delay yaitu lama waktu penyelesaian audit diukur
berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk laporan auditor
independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal
tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang
tertera pada laporan auditor independen (Aryati dan Maria, 2005).
Variabel ini diukur dengan menghitung jumlah hari dari tanggal
tutup tahun buku perusahaan sampai tanggal yang tertera pada laporan
auditor independen.
73
2. Ukuran Perusahaan (X1)
Variabel ukuran perusahan dapat diukur dengan logaritma jumlah
total aktiva yang dimiliki oleh setiap sampel (Rachmawati, 2008). Total
aktiva menunjukkan total sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang
akan memberikan manfaat ekonomis di masa yang akan datang. Ukuran
perusahaan diukur dengan menggunakan skala rasio.
Dyer dan Mc Hugh dalam Aryati (2005) menyatakan bahwa
manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi
penundaan audit dan penundaan pelaporan laporan keuangan yang
disebabkan oleh karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat
oleh para investor, asosiasi perdagangan, dan agen regulator.
3. Reputasi Auditor (X2)
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi
akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam
praktek akuntan publik (Rachmawati, 2008). Reputasi Auditor dapat
dilihat dari KAP dimana auditor berada sehingga memberikan reputasi
bagi auditor dan KAP tersebut. KAP diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
KAP Big Four atau non big four. KAP yang berafiliasi dengan KAP Big
Four diberi kode 1, sedangkan untuk KAP non big four diberi kode 0.
74
4. Opini Audit (X3)
Variabel opini audit merupakan variabel dummy dimana terdiri
dari qualified opinion (pendapat wajar dengan pengecualian) dan
unqualified opinion (pendapat wajar tanpa pengecualian). Jika terdapat
pendapat tidak wajar dan pernyataan tidak memberikan pendapat
dikategorikan dalam qualified opinion. Sedangkan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku dikategorikan dalam
unqualified opinion. Variabel opini audit diberi nilai 1 jika jenis pendapat
akuntan publik adalah qualified opinion dan nilai 0 jika unqualified
opinion.
Diduga perusahaan yang mendapat opini selain unqualified opinion
akan mengalami audit delay yang lebih lama, dibandingkan dengan
perusahaan yang mendapatkan opini unqualified opinion.
5. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba. Profitabilitas diukur dengan rasio return on asset (ROA) yang hitung
berdasarkan laba bersih dibagi dengan total aktiva (Rachmawati, 2008).
Perusahaan yang memiliki Profitabilitas tinggi diduga waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan auditnya akan lebih pendek dibandingkan
perusahaan dengan profitabilitas rendah. Profitabilitas dapat dirumuskan
sebagai berikut:
ROA = 𝐴𝐵𝐴 𝐵𝐸 𝐼𝐻
𝑂 𝐴 𝐴 𝐸
75
6. Solvabilitas
Solvabilitas perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan
membandingkan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka
panjang) dengan jumlah aktiva (Rachmawati, 2008). Angka perbandingan
tersebut dinyatakan dalam total debt to total asset rasio. Perhitungan
Solvabilitas atau disebut juga dengan leverage ratio dirumuskan sebagai
berikut:
TDTA = 𝑂 𝐴 𝑈 𝐴𝑁𝐺
𝑂 𝐴 𝐴 𝐼𝑉𝐴
76
Tabel 3.1
Tabel Operasionalisasi Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Pengukuran
Ukuran Perusahaan (X1)
Sumber: Subekti (2005),
Aryati (2005), Utami
(2006), Rustiana (2007),
Rachmawati (2008),
Rochimawati (2008),
Kartika (2009), dan
Prayogi (2009)
Ukuran
Perusahaan
Total asset perusahaan Skala Rasio
Reputasi Auditor (X2)
Sumber: Utami (2006),
Kartika (2009).
Reputasi
Auditor
Variabel Dummy
(1 untuk KAP big four
dan 0 untuk non big
four)
Skala
Nominal
Opini Audit (X3)
Sumber: Subekti (2005),
Utami (2006), Rustiana
(2007), Rochimawati
(2007), dan Kartika
(2009).
Opini audit Variabel Dummy
(1 untuk opini
qualified opinion. 0
untuk unqualified
opinion)
Skala
Nominal
Profitabilitas (X4)
Sumber: Subekti (2005),
Aryati (2005),
Rachmawati (2008), dan
Profitabilitas Dihitung dengan rasio
Return On Asset
(ROA)
Skala Rasio
77
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
Kartika (2009).
Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Pengukuran
Solvabilitas (X5)
Sumber: Rachmawati
(2008), Prayogi (2009).
Solvabilitas Dihitung dengan rasio
total debt to total asset
Skala Rasio
Audit Delay (Y)
Sumber: Subekti (2005),
Aryati (2005), Utami
(2006), Rustiana (2007),
Rachmawati (2008), dan
Ajiha (2011)
Audit Delay Jumlah hari terhitung
dari tanggal laporan
keuangan sampai
dengan tanggal
laporan audit
Skala Rasio
78
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
Perkembangan perusahaan go public di pasar modal setiap tahun
semakin bertambah yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok
berdasarkan industri dan bidang usahanya. Seiring dengan aktifnya kembali
pasar modal Indonesia yaitu tahun 1997 dalam hal ini adalah Bursa Efek
Jakarta (BEJ) yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2007, maka semenjak itulah industri-industri yang ada di indonesia mulai
diperdagangkan kembali dijantung bursa.
Subjek penelitian dalam penelitian kali ini adalah perusahaan
keuangan go public yang berada di Indonesia dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2009-2011. Pemilihan perusahaan yang terdaftar di BEI
sebagai sampel penelitian disebabkan karena perusahaan tersebut adalah
perusahaan yang menggunakan jasa auditor yang laporan keuangan auditan
dan laporan auditnya dipublikasikan kepada masyarakat.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009 sampai
dengan tahun 2011 sejumlah 49 perusahaan dan sampel yang digunakan di
penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Perusahaan yang dijadikan
objek dalam penelitian ini adalah perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, perusahaan yang
mempunyai tahun tutup buku per 31 Desember, perusahaan yang termasuk
79
kedalam kategori perusahaan keuangan, dan perusahaan yang mengeluarkan
laporan keuangan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Perusahaan
keuangan yang menjadi kriteria diantaranya perusahaan asuransi, perkreditan,
dan perbankan yang terdaftar di BEI. Rincian sampel perusahaan yang
terdaftar di BEI diuraikan pada lampiran.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah
data informasi keuangan berupa laporan audit dan laporan keuangan
perusahaan keuangan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
a. Audit Delay
Variabel dependen yang digunakan adalah lamanya proses
audit yang dihitung dari tanggal tutup buku yaitu 31 Desember hingga
diterbitkannya laporan audit (audit delay). Berdasarkan data mengenai
audit delay yang berhasil dihimpun dari perusahaan keuangan
menunjukan bahwa waktu pelaksanaan audit minimal adalah 19 hari
dan jangka waktu paling lama adalah 137 hari dengan rata-rata audit
delay 72 hari. Selengkapnya dapat dilihat di tabel berikut:
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Data Audit Delay
Variabel Minimal Maksimal Rata-rata
Audit Delay 19 137 72
80
Sesuai dengan tabel diperoleh informasi nilai untuk jangkauan
(137-19) hari = 118. Apabila angka tersebut dibagi menjadi 4 kategori,
maka diperoleh angka 29,5 untuk setiap lebar kategorinya. Berikut
tabel selengkapnya:
Tabel 4.2
Distribusi Kecenderungan Frekuensi Audit Delay
No Skor Frekuensi Persentase Kategori
1
2
3
4
19,0 – 48,5
48,6 – 78,1
78,2 – 107,7
107,8 – 137,3
21
64
59
3
14,3
43,5
40,1
2,1
Sangat Cepat
Cepat
Lambat
Sangat Lambat
Jumlah 147 100
Sesuai dengan tabel, maka dapat diperoleh informasi bahwa
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI untuk periode 2009-2011
memiliki audit delay dengan kategori cepat (Yulianti, 2011).
b. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dihitung dari banyaknya aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan pada perusahaan
keuangan memiliki nilai minimal 1,35 dan nilai maksimal sebesar 5,74
dengan nilai rata-rata 3,65. Selengkapnya dapat dilihat ditabel berikut:
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Data Ukuran Perusahaan
Variabel Minimal Maksimal Rata-rata
Ukuran Perusahaan 1,35 5,74 3,65
81
Berdasarkan informasi tabel diperoleh rentang ukuran
perusahaan adalah (5,74 – 1,35) = 4,39. Apabila dibagi 4 kategori,
maka diperoleh angka 1,09 untuk setiap lebar kategorinya. Berikut
tabel selengkapnya:
Tabel 4.4
Distribusi Kecenderungan Frekuensi Ukuran Perusahaan
No Skor Frekuensi Persentase Kategori
1
2
3
4
1,35 – 2,44
2,45 – 3,54
3,55 – 4,64
4,65 – 5,74
22
48
41
36
14,9
32,6
27,9
24,6
Sangat Besar
Besar
Kecil
Sangat Kecil
Jumlah 147 100
Sesuai dengan tabel, maka dapat diperoleh informasi bahwa
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI untuk periode 2009-2011
memiliki ukuran perusahaan dengan kategori besar (Yulianti, 2011).
c. Reputasi Auditor
Reputasi auditor dibedakan menjadi kategori the big four dan
non the big four. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata yang masuk
dalam the big four sebanyak 42,8%, sedangkan yang tidak masuk
dalam the big four ada 57,2%. Hal ini menandakan bahwa auditor KAP
di BEI untuk perusahaan keuangan adalah sebagian besar masuk
kategori non the big four. Berikut tabel selengkapnya:
Tabel 4.5
Distribusi Kategori Reputasi Auditor
No Kategori Frekuensi Persentase
1
2
The Big Four
Non The Big Four
63
84
42,8
57,2
147 100
82
d. Opini Audit
Opini audit dibedakan menjadi kategori unqualified opinion
dan qualified opinion. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata yang
termasuk unqualified opinion sebanyak 97,9%, sedangkan yang
termasuk qualified opinion sebanyak 2,1%. Hal ini menandakan bahwa
laporan keuangan dari perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI
memiliki pendapat auditor sebagian besar yakni unqualified opinion.
Berikut tabel selengkapnya:
Tabel 4.6
Distribusi Kategori Opini Audit
No Kategori Frekuensi Persentase
1
2
Unqualified Opinion
Qualified Opinion
144
3
97,9
2,1
147 100
e. Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI tahun
2009-2011 memiliki nilai minimal - 0,11 dan nilai maksimal 1,74
dengan nilai rata-rata sebesar 0,35. Berikut data selengkapnya:
Tabel 4.7
Statistik Deskriptif Data Profitabilitas
Variabel Minimal Maksimal Rata-rata
Profitabilitas -0,11 1,74 0,35
Berdasarkan informasi tabel diatas, maka rentang profitabilitas
adalah (1,74 – (-0,11)) = 1,85. Apabila dibagi dalam 4 kategori, maka
lebar kelas menjadi 0,46 untuk setiap kategorinya. Berikut tabel
selengkapnya:
83
Tabel 4.8
Distribusi Kecenderungan Frekuensi Profitabilitas
No Skor Frekuensi Persentase Kategori
1
2
3
4
-0,11 – 0,35
0,36 – 0.82
0,83 – 1,29
1,30 – 1,76
107
17
18
5
72,8
11,6
12,2
3,4
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
147 100
Sesuai dengan tabel diatas, maka dapat diperoleh informasi
bahwa perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI untuk periode 2009-
2011 memiliki profitabilitas sangat tinggi (Yulianti, 2011).
f. Solvabilitas
Solvabilitas perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI tahun
2009-2011 memiliki nilai minimal 0,03 dan nilai maksimal 1,03
dengan nilai rata-rata sebesar 0,66. Berikut tabel selengkapnya:
Tabel 4.9
Statistik Deskriptif Data Solvabilitas
Variabel Minimal Maksimal Rata-rata
Solvabilitas 0,01 1,03 0,66
Berdasarkan informasi tabel diatas, maka rentang solvabilitas
adalah (1,03 – 0,01) = 1,02. Apabila dibagi dalam 4 kategori, maka
lebar kelas menjadi 0,25 untuk setiap kategorinya. Berikut tabel
selengkapnya:
84
Tabel 4.10
Distribusi Kecenderungan Frekuensi Solvabilitas
No Skor Frekuensi Persentase Kategori
1
2
3
4
0,01 – 0,26
0,27 – 0,52
0,53 – 0,78
0,79 – 1,04
9
27
38
73
6,1
18,4
25,8
49,7
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
147 100
Sesuai dengan tabel diatas, maka dapat diperoleh informasi
bahwa perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI untuk periode 2009-
2011 memiliki solvabilitas sangat rendah (Yulianti, 2011).
2. Analisis Inferensia
a. Estimasi Model Regresi Data Panel
Model regresi data panel dapat dilakukan melalui tiga model
estimasi, yaitu common effects, fixed effects, dan random effects yang
memiliki asumsi berbeda terhadap intersepnya. Model common effects
mengasumsikan bahwa dalam berbagai kurun waktu, audit delay dari
setiap perusahaan adalah sama. Berbeda dengan model fixed effects
mengasumsikan bahwa dalam berbagai kurun waktu, audit delay dari
setiap perusahaan berbeda. Bisa dikatakan bahwa nilai intersep pada
model estimasi yang berbeda untuk setiap perusahaan. Sama halnya
dengan model fixed effects, model random effects juga mengasumsikan
bahwa dalam berbagai kurun waktu, audit delay dari setiap perusahaan
berbeda. Namun terdapat perbedaan dalam sifat intersepnya, pada
model fixed effects intersep bersifat tetap (non-stochastic) sedangkan
pada model random effects intersep diasumsikan bersifat acak
(stochastic).
85
Pemilihan model estimasi terbaik akan dilakukan terhadap
ketiga jenis model tersebut. Untuk menentukkan model estimasi
terbaik tersebut akan dilakukan beberapa prosedur pengujian formal,
yaitu: uji statistik F untuk memilih antara model common effects atau
fixed effects; uji Langrange Multiplier (LM) untuk memilih antara
common effects atau random effects; uji Hausman untuk memilih
antara model fixed effects atau random effects. Selanjutnya, untuk
model estimasi data panel terpilih akan dilakukan pengujian untuk
memilih estimator dengan struktur varians-kovarians residual yang
lebih baik.
b. Pemilihan Model Terbaik
Awal pemilihan model regresi terbaik adalah pengujian
signifikansi model fixed effects. Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah model estimasi fixed effects lebih baik dari model
regresi common effects. Berdasarkan output uji signifikansi model
fixed effect, ternyata diperoleh p-value sebesar 0,000. Dengan
demikian hipotesis null ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada alpha lima persen, intersep untuk setiap variabel adalah berbeda,
yang artinya bahwa model fixed effects lebih baik dari common effects.
Menurut Baltagi dalam alur pemilihan model terbaik, langsung
dilakukan pengujian signifikansi random effect terhadap fixed effect.
Pengujian itu dilakukan dengan tes Haussman. Setelah dilakukan
pengujian, ternyata memberikan hasil yang invalid dikarenakan
statistic hitungnya bernilai negatif. Nilai negatif ini kemudian
86
dijadikan nol dengan probability chi square menjadi 1. Pengujian
Hausman yang invalid ini mendorong peneliti untuk memutuskan tidak
memakai random effects sebagai model terbaik. Keputusan ini juga
didukung oleh alasan-alasan lain berkaitan dengan ukuran statistik
yang dihasilkan oleh metode random effects yang tidak mendukung
hipotesis penelitian. Sehingga model yang dipakai dalam penelitian ini
adalah persamaan regresi data panel dengan teknik fixed effects.
Setelah fixed effects terpilih, selanjutnya dilakukan identifikasi
struktur matriks residual varian-kovarian. Penyesuaian model regresi
berdasarkan matriks varians kovarians bertujuan untuk menghindari
model fixed effects yang bias bila terdapat heteroskedastisitas. Statistik
uji yang digunakan adalah statistik tes LM (Langrange Multiplier).
Hasil penghitungan pengujian LM menunjukkan hasil yang signifikan,
diperoleh nilai LM-statistic = 72,52 yang lebih besar dari wilayah
kritis
= 66,34. Hal ini memutuskan bahwa hipotesis null
ditolak, yang berarti bahwa pada alpha lima persen model estimasi
fixed effects dengan struktur varians kovarians yang bersifat
heteroskedastik lebih baik untuk digunakan dibandingkan dengan
model estimasi fixed effects dengan struktur varians kovarians yang
bersifat homoskedastik.
Hasil pengujian struktur matriks varians-covarians
heteroskedastik dan cross sectional correlation didapat nilai
ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1729,10 yang lebih dari wilayah kritis (0,05;105) =
1256,89 sehingga kita memutuskan untuk menolak H0 yang berarti
87
bahwa struktur varians-covarians residual bersifat heteroskedastik dan
ada cross sectional correlation. Untuk mengakomodir terjadinya
heteroskedastisitas dan cross sectional correlation maka digunakan
FGLS sebagai metode estimasinya, sehingga estimator yang dihasilkan
tetap memiliki sifat BLUE.
c. Pengujian Asumsi Klasik
Setelah didapatkan hasil estimasi yang terbaik, maka langkah
selanjutnya adalah uji normalitas. Hasil pengujiannya memperlihatkan
bahwa asumsi normalitas dari residual telah terpenuhi. Hal ini ditandai
dari signifikansi uji Jarque-Bera yang menunjukkan probability lebih besar
dari tingkat signifikansi sebesar lima persen. Oleh karena itu, hipotesis nul
tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual
berdistribusi normal.
Akan tetapi pada asumsi non autokorelasi, hasilnya belum bisa
ditarik kesimpulan. Hal ini dapat diidentifikasi dari model memiliki nilai
Durbin Watson sebesar 2,44. Hal ini dikarenakan nilai DW berada di
wilayah keputusan tidak bisa disimpulkan. Yaitu dimana nilai DW kurang
dari sama dengan 4-DL dan lebih dari sama dengan 4-DU.
Asumsi non multikolinieritas juga telah terpenuhi. Nilai variance
inflation factor (VIF) seluruh variabel independen lebih kecil dari 10. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi hubungan linier (non
multikolinieritas) di antara variabel independen.
88
Tabel 4.11
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
SOL .737 1.357
PROF .986 1.014
UP .652 1.534
REPU .801 1.248
OA .956 1.047
a. Dependent Variable: lnad
Nilai VIF di atas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai VIF < 10. Hal
ini mengindikasikan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas di dalam
model. Dengan demikian diharapkan semua variabel independen dapat
memberikan pengaruh yang murni terhadap variabel dependen
d. Hasil Model Terbaik
Serangkaian uji yang telah dilakukan diatas didapat model terbaik
adalah model regresi fixed effect cross sectional weigth. Model yang
didapat adalah sebagai berikut:
𝑛 𝑖𝑡
p-value (0,0255) (0,0000) (0,0084) (0,0000) (0,7268)
𝑡 𝑡𝑖 𝑡𝑖 𝑡 𝑡𝑖 𝑡𝑖
𝑢 0,9930 𝑢 𝑡 𝑢
89
Nilai R-Squared adalah 0,9930 yang berarti bahwa 99 persen
variasi elastisitas penerimaan audit delay dapat dijelaskan secara bersama-
sama oleh variasi profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, reputasi
perusahaan, dan opini auditor. Nilai Prob(F-statistic)= 0,0000 artinya
bahwa secara simultan semua variabel bebas signifikan mempengaruhi
variabel tak bebasnya dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Jika dilihat
secara parsial t-statistic, solvabilitas, ukuran perusahaan, reputasi auditor,
dan opini audit signifikan mempengaruhi variabel tak bebasnya dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
C. Pembahasan Hasil Hipotesis
Hipotesis 1: Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay
Pada variabel ukuran perusahaan dapat dilihat bahwa nilai p-value uji t
kurang dari alpha 5 persen yaitu 0,0084. Hal ini mengindikasikan bahwa
cukup bukti untuk menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap audit delay. Koefisien variabel ukuran perusahaan
menunjukkan nilai 0,0825 artinya bahwa kenaikan ukuran perusahaan sebesar
1 satuan akan menaikkan audit delay sebesar 0,0825 persen (variabel lainnya
dianggap cateris paribus).
Hasil ini sesuai dengan penelitian Rachmawati (2008) yang
menunjukkan pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan terhadap audit
delay dengan tingkat signifikasi 0,000. Total aset yang dimiliki oleh
perusahaan ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap rentang
waktu penyampaian laporan audit atas laporan keuangan. Hal ini dikarenakan
semakin besar perusahaan, maka perusahaan itu memiliki sistem pengendalian
90
internal yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan sehingga memudahkan auditor dalam melakukan
pengauditan atas laporan keuangan.
Hipotesis 2 : Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Audit Delay
Pada variabel reputasi auditor dapat dilihat bahwa nilai p-value uji t
kurang dari alpha 5 persen yaitu 0,0000. Hal ini mengindikasikan bahwa
cukup bukti untuk menyatakan bahwa reputasi auditor memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap audit delay. Ditilik dari nilai koefisien variabelnya
yaitu 0,1081. Apabila diinterpretasikan maka sistem akuntansi yang dikelola
oleh auditor yang memiliki karakteristik tergabung dalam KAP big four akan
meningkatkan audit delay sebesar 0, 1081 persen. Hal ini mengindikasikan
bahwa penyerahan audit keuangan kepada auditor yang berasal dari KAP big
four pada penelitian ini malah memperlama proses audit delay. Fenomena ini
bisa terjadi terkait dengan prediksi perusahaan bahwa laporan keuangan
perusahaan tahun ini akan sedikit sulit, sehingga membutuhkan orang-orang
yang lebih professional untuk menyelesaikan laporan keuangannya. Namun,
untuk menyelesaikan laporan keuangan yang baik dengan masalah yang lebih
kompleks tentu dibutuhkan waktu yang tidak singkat.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Subekti (2005) yang menunjukkan
pengaruh signifikan antara reputasi auditor terhadap audit delay. KAP yang
masuk dalam big four ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap jangka waktu penyampaian laporan audit. Hal ini dikarenakan KAP
yang masuk big four dengan yang non big four memiliki karakteristik yang
berbeda. KAP yang masuk big four akan bekerja lebih profesional dari pada
91
yang non the big four. KAP big four akan bekerja lebih efektif dan efisien
sehingga akan lebih cepat dalam penyampaian laporan auditan.
Hipotesis 3 : Pengaruh Opini Audit Terhadap Audit Delay
Pada variable opini audit dapat dilihat bahwa nilai p-value uji t lebih
dari alpha 5 persen yaitu 0,7268. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak cukup
bukti untuk menyatakan bahwa opini audit memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap audit delay. Bisa dikatakan bahwa secara statistik dalam penelitian
ini opini auditor ini tidak memiliki pengaruh yang tampak nyata terhadap
audit delay.
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Prayogi (2009) yang
menunjukkan pengaruh signifikan antara opini audit terhadap audit delay pada
perusahaan telekomunikasi pada tahun 2009-20011. Hal ini terjadi karena
jenis pendapat auditor merupakan goodnews atau badnews atas kinerja
manajerial perusahaan dalam setahun bukan merupakan faktor penentu dalam
ketepatan waktu pelaporan audit.
Hipotesis 4 : Pengaruh Profitabilitas Terhadap Audit Delay
Pada variabel profitabilitas, dapat dilihat bahwa nilai p-value uji t
kurang dari alpha 5 persen yaitu 0,0000. Hal ini mengindikasikan bahwa
cukup bukti untuk menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap audit delay. Koefisien profitabilitas adalah 0,0154 yang
berarti bahwa kenaikan profitabilitas sebesar 1 satuan akan menaikkan
profitabilitas sebesar 0,0154 persen (ceteris paribus).
92
Hasil ini sesuai dengan penelitian Subekti (2005) yang menunjukkan
pengaruh signifikan antara profitabilitas terhadap audit delay. Hal ini berarti
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba berdasarkan aktiva yang
dimiliki mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap jangka waktu
penyampaian laporan keuangan auditan. Jika perusahaan menghasilkan tingkat
profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay akan lebih pendek
dibandingkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang lebih rendah.
Hipotesis 5 : Pengaruh Solvabilitas Terhadap Audit Delay
Pada variabel solvabilitas, dapat dilihat bahwa nilai p-value uji t
kurang dari alpha 5 persen yaitu 0,0255. Hal ini mengindikasikan bahwa
cukup bukti untuk menyatakan bahwa solvabilitas memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap audit delay. Koefisien regresi untuk variabel solvabilitas
menunjukkan nilai 0,1573 artinya bahwa peningkatan solvabilitas sebesar 1
satuan akan meningkatkan audit delay sebesar 0,1573 persen (variabel lainnya
dianggap cateris paribus). Tingkat besar kecilnya utang yang dimiliki
perusahaan akan menyebabkan pemeriksaan dan pelaporan terhadap
pemeriksaan utang perusahaan semakin lama sehingga memperlambat proses
pelaporan audit oleh auditor.
Hasil ini berlawanan terhadap penelitian Rahmawaty (2008) yang
menunjukkan pengaruh tidak signifikan antara solvabilitas dengan audit delay
berdasarkan dengan kualitas standar pekerjaan auditor seperti yang telah diatur
dalam SPAP melaksanakan prosedur audit perusahaan baik yang memiliki
total utang besar dengan jumlah debtholder yang banyak atau perusahaan
dengan utang yang kecil dan jumlah debtholder yang sedikit tidak akan
93
mempengaruhi proses penyelesaian audit laporan keuangan, karena auditor
yang ditunjuk pasti telah menyediakan waktu sesuai dengan kebutuhan jangka
waktu untuk menyelesaikan proses pengauditan utang.
94
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap audit delay pada
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011. Hal ini
dibuktikan dengan nilai p-value uji t kurang dari alfa 5 persen yaitu
0,0084. Dengan hasil tersebut, maka ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap audit delay.
2. Variabel reputasi auditor memiliki pengaruh terhadap audit delay pada
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011. Hal ini
dibuktikan dengan nilai p-value uji t kurang dari alfa 5 persen yaitu
0,0000. Dengan hasil tersebut, maka reputasi auditor berpengaruh
signifikan terhadap audit delay.
3. Variabel opini audit tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay paa
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011. Hal ini
dibuktikan dengan nilai p-value uji t lebih dari alfa 5 persen yaitu 0,7268.
Dengan hasil tersebut, maka opini audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap audit delay.
95
4. Variabel profitabilitas memiliki pengaruh terhadap audit delay pada
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011. Hal ini
dibuktikan dengan nilai p-value uji t kurang dari alfa 5 persen yaitu
0,0000. Dengan hasil tersebut, maka profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap audit delay.
5. Variabel solvabilitas memiliki pengaruh terhadap audit delay pada
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011. Hal ini
dibuktikan dengan nilai p-value uji t kurang dari alfa 5 persen yaitu
0,0255. Dengan hasil tersebut, maka solvabilitas berpengaruh signifikan
terhadap audit delay.
6. Secara simultan (bersama-sama) dengan tingkat kepercayaan sebesar 95
persen, semua variabel independen berpengaruh terhadap audit delay.
Secara parsial dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen, semua
variabel independent berpengaruh terhadap variabel audit delay kecuali
untuk variabel opini audit yang tidak signifikan secara statistik terhadap
audit delay.
96
B. IMPLIKASI
Penelitian ini memiliki implikasi bagi auditor yaitu auditor sebaiknya
membuat program pemeriksaan agar pemeriksaan dapat berjalan dengan
waktu yang lebih cepat, auditor melakukan pemeriksaan secara sistematis,
auditor mengumpulkan dan memeriksa berkas – berkas dan data – data sesuai
dengan yang dibutuhkan, dan auditor sebaiknya memiliki target waktu
pemeriksaan sehingga pelaporan hasil audit dapat disampaikan lebih cepat dan
akurat.
Penelitian ini memiliki implikasi bagi pemerintah atau Bapepam yaitu
pemerintah dapat mempertegas peraturan pelaporan audit dari perusahaan
kepada pemerintah, memberikan peringatan dan sanksi kepada perusahaan
yang sering mengalami keterlambatan pelaporan, dan memberikan imbauan
baik kepada auditor dan perusahaan atas peraturan yang berlaku.
Penelitian ini memiliki implikasi bagi perusahaan yaitu perusahaan
sebaiknya dapat menyediakan data - data yang dibutuhkan auditor dengan
lengkap sehingga auditor tidak kesulitan selama pemeriksaan, perusahaan
tidak mempersulit auditor selama pemeriksaan laporan keuangan, dan
perusahaan memberikan kebebasan dan kebebasan bagi auditor selama
pemeriksaan sehingga tidak menimbulkan keterlambatan pelaporan oleh
auditor dan terbebas dari sanksi yang ditentukan apabila terjadi keterlambatan
pelaporan.
97
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2007. “Auditing”. Edisi Ketiga, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta.
Ainun Na’im. 1988. ”Akuntansi Keuangan I”, Yogyakarta, BPFE.
Apriyono, Soemarso. 2008. “Akuntansi Suatu Pengantar”, Edisi ke-4, Rineka Cipta, Jakarta.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2010. “Auditing and Assurance Services
An Integrated Approach”,13th
edition, Pearson Education Inc, Upper Saddle River,
New Jersey.
Arens, Lobbecke. 1995. Auditing. Terjemahan: Amir Abadi Jusuf Auditing Pendekatan
Terpadu. Jakarta, Salemba Empat.
Aryati, Titik dan Maria Theresia. 2005. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan
Timeliness”, Media Riset Akuntansi, Volume 5, No 3 Desember Hal 271-287.
Baltagi, Badi H. 2005. Econometric Analysis of Panel Data 3rd
ed. Chichester: John Wiley &
Sons Lt.
Bapepam. “Kewajiban Penyampaian Laporan Berkala Oleh Perusahaan Efek”, Juli, Kep-
06/BL/2006.
Bapepam.go.id. 2006. Peraturan BAPEPAM.
Baridwan, Zaki. 2004. “Intermediate Accounting”. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Boynton, William C. Raymond N. Johnson. 2006. “Modern Auditing: Assurance Services and
The Integrityof Financial Reporting ”, 8th
edition, John Wiley & Sons Inc, United
States of America. Edisi Terjemahan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Efferin, Sujoko. 2004. “Metode Penelitian Untuk Akuntansi”, Bayumedia Publishing,
Malang.
Endrianto, Wendi. 2010. “Analisis Faktor-Faktor dalam Good Corporate Governance”.
Greene, William. 2000. Econometric Analysis: second edition. United State of America:
Prentice Hall.
Gujarati, Damodar, N. 2004. Basic Econometrics: fourth edition. USA: Mc.Graw Hill.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. “Metodologi Penelitian Bisnis”, Edisi
Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
98
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008. Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada.
Kartika, Andi. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia”, Jurnal
Bisnis dan Ekonomi, Volume 16, No 1, Hal 1-7.
Ma’ruf. Muhamad. 2006. “Pengaruh Faktor-Faktor dalam Corporate Governance”, Jurnal
Bisnis dan Ekonomi USU.
Mulyadi. ”Auditing (Pengauditan)”. 2002. Buku I Edisi Ke Enam, PT. Salemba Empat.
Nur Indriantoro dan Bambang Supeno. 1999. “Metode Penelitian Bisnis”, Edisi I,
Yogyakarta: BPFE.
Pindyck, R. S dan D.L. Rubinfield. (1998). Econometric Models and Economic Forecast.
New York: McGraw-Hill International.
Prayogi. 2009. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay” (Studi Empiris
pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
Tahun 2009-2011).”
Priyo Jatmiko, Bambang. 2013. “Emiten terlambat dalam pelaporan keuangan.”
http://www.bisniskeuangan.kompas.com. Tanggal diakses : 26 Juli 2013
Rachmawati, Sistya. 2008. “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap
Audit Delay dan Timeliness”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 10, No 1 Mei
Hal 1-10.
Rochimawati. 2008. “Analisis Diskriminan Audit Delay Pada Industri Keuangan Di Bursa
Efek Indonesia (BEI).”
Rusadi Putra, Idris. 2012. “54 Emiten terlambat sampaikan laporan keuangan 2012.”
http://www.m.merdeka.com. Tanggal diakses : 26 Juli 2013
Rustiana, Prabandari, Jeane Deart Meity. 2007. “Beberapa Faktor yang Berdampak pada
Perbedaan Audit delay (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan keuangan
yang terdaftar di BEJ)”, Kinerja, Volume 11, No 1, Hal 27-39.
Santoso, Singgih. 2000. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Sitorus Romora Edward. 2008. Analisis keuangan. wikipedia.org/wiki/Analisis_keuangan.
Tanggal diakses : 5 Februari 2013.
Subekti, Imam. 2005 “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia”,
Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Volume 6, No 1 Februari Hal 47-54.
99
Sulthoni, Moch. 2012. “Determinan Audit Delay Dan Pengaruhnya Terhadap Reaksi Investor
(Studi Empiris pada Perusahaan yang Listing di BEI Tahun 2007-2008)”, Jurnal
Akuntansi dan Ekonomi Bisnis Vol. 1 No. 1.
Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis,Yogyakarta, Media Pressindo.
Supranoto. 1990. “Prinsip-Prinsip Akuntansi”. Edisi 14, cetakan ketiga. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Utami, Wiwik. 2006. “Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris Di Bursa Efek
Jakarta”, Buletin Penelitian No.09.
Yuliana dan Aloysia Yanti Ardianti. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di
Indonesia. Modus, Vol 16 (2): 135-146.
Yulianti, Ani. 2011. “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun
2007 - 2008).”
100
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari 49 perusahaan dalam
kurun waktu 2009-2011. Data tersebut dilampirkan sbb:
No. Perusahaan Tahun SOL PROF UP REPU OA AD
1 _ABDA 2009 0.7607 0.05 2.71 0 0 88
2010 0.7664 0.05 2.93 0 0 63
2011 0.6339 0.94 3.04 0 0 75
2 _ADMF 2009 0.3873 0.00 3.64 1 0 32
2010 0.5006 0.00 3.88 1 0 32
2011 0.7382 0.09 4.23 1 0 34
3 _AHAP 2009 0.4756 0.07 2.00 0 0 74
2010 0.5375 0.07 2.10 0 0 84
2011 0.5148 0.96 2.16 0 0 82
4 _AKSI 2009 0.2389 0.02 1.98 0 1 19
2010 0.4835 0.02 2.00 0 1 41
2011 0.2860 0.95 1.92 0 0 66
5 _APIC 2009 0.1560 0.02 2.25 0 0 71
2010 0.1672 0.05 2.27 0 0 80
2011 0.0327 0.48 2.68 0 0 86
6 _ARTA 2009 0.3037 0.03 2.29 0 0 76
2010 0.2928 0.01 2.28 0 0 73
2011 0.2967 0.04 2.58 0 0 82
7 _ASBI 2009 0.5144 0.02 2.27 0 0 84
2010 0.5968 0.01 2.39 0 0 77
2011 0.5801 1.32 2.39 0 0 82
8 _ASDM 2009 0.5701 0.03 2.42 1 0 46
2010 0.5790 0.05 2.49 1 0 48
2011 0.5570 0.63 2.52 1 0 59
9 _ASJT 2009 0.4391 0.05 2.25 0 0 74
2010 0.4208 0.07 2.26 0 0 74
2011 0.5076 0.78 2.21 0 0 87
10 _ASRM 2009 0.6514 0.06 2.56 0 0 78
2010 0.6899 0.05 2.66 0 0 80
2011 0.7233 1.14 2.78 0 0 87
11 _BBLD 2009 0.3629 0.03 3.14 1 0 70
2010 0.4079 0.04 3.20 1 0 80
2011 0.6717 0.78 3.46 1 0 79
12 _BCAP 2009 0.6401 0.01 3.02 0 0 67
2010 0.6116 0.08 3.08 0 0 77
101
2011 0.3442 0.09 3.18 0 0 81
13 _BFIN 2009 0.3589 0.13 3.38 0 0 55
2010 0.4984 0.09 3.59 0 0 70
2011 0.5539 1.35 3.72 0 0 61
14 _BTPN 2009 0.7072 0.02 1.35 1 0 53
2010 0.6753 0.02 1.54 1 0 53
2011 0.6502 0.79 1.67 1 0 58
15 _CFIN 2009 0.2592 0.08 3.25 1 0 76
2010 0.4501 0.07 3.43 1 0 80
2011 0.5457 1.14 3.68 1 0 72
16 _GSMF 2009 0.6766 0.01 3.21 1 0 77
2010 0.7291 0.02 3.33 1 0 75
2011 0.7231 0.53 3.36 0 0 75
17 _LPPS 2009 0.3941 0.07 2.63 0 0 82
2010 0.2994 0.23 2.77 0 0 67
2011 0.0063 0.30 2.79 0 0 72
18 _MTFN 2009 0.8897 0.01 2.34 0 0 81
2010 0.7118 0.01 2.72 0 0 88
2011 0.7879 0.01 2.81 0 1 124
19 _PANS 2009 0.5762 0.14 3.01 0 0 64
2010 0.5489 0.17 3.15 0 0 47
2011 0.4977 0.85 3.19 0 0 72
20 _PNIN 2009 0.3031 0.05 3.91 0 0 88
2010 0.2861 0.06 3.98 0 0 90
2011 0.3042 0.79 4.06 0 0 95
21 _PNLF 2009 0.3173 0.07 3.86 0 0 85
2010 0.3042 0.09 3.92 0 0 89
2011 0.3153 0.75 4.02 0 0 76
22 _TRIM 2009 0.6141 0.02 2.97 0 0 79
2010 0.5720 0.02 2.93 1 0 85
2011 0.4599 1.20 2.83 1 0 90
23 _TRUS 2009 0.3591 0.09 2.28 0 0 80
2010 0.4459 0.07 2.42 0 0 81
2011 0.5812 0.05 2.60 0 0 86
24 _INPC 2009 0.7118 0.00 4.19 0 0 70
2010 0.6551 0.00 4.23 0 0 61
2011 0.6984 0.55 4.28 0 0 67
25 _BNBA 2009 0.8274 0.01 3.38 1 0 84
2010 0.9846 0.01 3.43 1 0 88
2011 0.8393 1.16 3.47 1 0 88
26 _BACA 2009 0.8541 0.01 3.54 0 0 77
2010 0.8763 0.01 3.64 0 0 74
2011 0.8703 1.20 3.67 0 0 76
27 _BBKP 2009 0.6618 0.01 4.57 1 0 81
102
2010 0.6353 0.01 4.68 1 0 73
2011 0.7125 0.94 4.76 1 0 80
28 _BBCA 2009 0.9013 0.02 5.45 1 0 81
2010 0.8934 0.03 5.51 1 0 77
2011 0.8880 0.92 5.58 1 0 87
29 _BNGA 2009 0.8947 0.01 5.03 1 0 46
2010 0.9036 0.02 5.16 1 0 47
2011 0.8898 0.83 5.22 1 0 47
30 _BDMN 2009 0.8384 0.02 4.99 1 0 41
2010 0.8425 0.02 5.07 1 0 35
2011 0.8179 0.64 5.15 1 0 38
31 _SDRA 2009 0.8944 0.01 3.38 0 0 70
2010 0.8787 0.02 3.51 0 0 77
2011 0.9069 0.80 3.71 0 0 65
32 _BABP 2009 0.9257 0.00 3.85 1 0 64
2010 0.9191 0.00 3.94 1 0 80
2011 0.9146 0.51 3.86 1 0 82
33 _BNII 2009 0.9109 0.00 4.79 1 0 71
2010 0.9007 0.01 4.88 1 0 88
2011 0.9162 -0.11 4.98 1 0 52
34 _BKSW 2009 0.9239 0.00 3.37 0 0 81
2010 0.9311 0.00 3.41 0 0 81
2011 0.7516 0.01 3.56 1 0 89
35 _BMRI 2009 0.9105 0.02 5.60 0 0 53
2010 0.8503 0.02 5.65 1 0 89
2011 0.8178 0.88 5.74 1 0 67
36 _BAEK 2009 0.4015 0.02 4.33 1 0 78
2010 0.5343 0.01 4.33 1 0 65
2011 0.5830 1.12 4.38 1 0 73
37 _MAYA 2009 0.8697 0.01 3.88 0 0 78
2010 0.8531 0.01 4.00 0 0 80
2011 0.8715 0.71 4.11 0 0 89
38 _MEGA 2009 0.9142 0.01 4.60 1 0 82
2010 0.9153 0.02 4.71 1 0 88
2011 0.9212 0.73 4.79 1 0 72
39 _BCIC 2009 0.1344 0.04 3.88 0 0 120
2010 0.1028 0.02 4.03 0 0 104
2011 0.0704 1.74 4.12 0 0 137
40 _BBNI 2009 0.9157 0.01 5.36 0 0 40
2010 0.8631 0.02 5.40 0 0 53
2011 0.8734 0.66 5.48 0 0 44
41 _BBNP 2009 0.9050 0.01 3.59 0 0 84
2010 0.9016 0.01 3.72 0 0 60
2011 0.9113 0.84 3.82 0 0 69
103
42 _NISP 2009 0.8789 0.01 4.62 1 0 27
2010 0.8837 0.01 4.70 1 0 26
2011 0.8898 1.64 4.78 1 0 30
43 _PNBN 2009 0.8485 0.01 4.89 1 0 84
2010 0.8761 0.01 5.04 1 0 88
2011 0.8726 1.04 5.10 1 0 75
44 _BNLI 2009 0.9120 0.01 4.75 1 0 46
2010 0.8914 0.01 4.87 1 0 49
2011 0.9098 0.65 5.01 1 0 51
45 _BBRI 2009 0.9140 0.02 5.50 1 0 83
2010 0.9092 0.03 5.61 1 0 88
2011 0.8475 0.81 5.67 1 0 58
46 _BSWD 2009 0.9096 0.02 3.19 1 0 83
2010 0.7970 0.02 3.20 1 0 88
2011 0.8334 1.08 3.32 0 0 76
47 _BVIC 2009 0.9144 0.01 3.87 0 0 78
2010 0.9279 0.01 4.01 0 0 88
2011 0.8972 0.61 4.07 0 0 86
48 _BEKS 2009 1.0326 -0.09 3.15 0 0 98
2010 0.8357 -0.06 3.19 0 0 77
2011 0.9226 1.67 3.78 0 0 78
49 _MCOR 2009 0.8928 0.01 3.45 0 0 46
2010 0.8802 0.01 3.64 0 0 74
2011 0.9135 0.89 3.81 0 0 88
104
Lampiran 2. Hasil regresi dengan asumsi common effect, fixed effect, dan random
effect
1. Common Effect
Dependent Variable: LNAD?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/01/13 Time: 06:50
Sample: 2009 2011
Included observations: 3
Cross-sections included: 49
Total pool (balanced) observations: 147
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
SOL? 1.580817 0.426535 3.706182 0.0003
PROF? 0.327433 0.133846 2.446351 0.0157
UP? 0.833573 0.084153 9.905495 0.0000
REPU? -0.631267 0.209696 -3.010389 0.0031
OA? 1.138788 0.670541 1.698311 0.0916
R-squared -12.517273 Mean dependent var 4.239292
Adjusted R-squared -12.898041 S.D. dependent var 0.308224
S.E. of regression 1.149062 Akaike info criterion 3.149191
Sum squared resid 187.4889 Schwarz criterion 3.250907
Log likelihood -226.4656 Hannan-Quinn criter. 3.190519
Durbin-Watson stat 0.188533
2. Fixed Effect
Dependent Variable: LNAD?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/01/13 Time: 06:51
Sample: 2009 2011
Included observations: 3
Cross-sections included: 49
Total pool (balanced) observations: 147
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.805217 0.507694 7.495103 0.0000
SOL? 0.167206 0.207327 0.806487 0.4220
PROF? 0.018597 0.023972 0.775797 0.4398
UP? 0.071252 0.140956 0.505490 0.6144
REPU? 0.141228 0.083339 1.694626 0.0935
OA? -0.247212 0.131935 -1.873741 0.0641
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.853487 Mean dependent var 4.239292
Adjusted R-squared 0.769990 S.D. dependent var 0.308224
S.E. of regression 0.147822 Akaike info criterion -0.708749
Sum squared resid 2.032186 Schwarz criterion 0.389777
Log likelihood 106.0931 Hannan-Quinn criter. -0.262406
105
F-statistic 10.22179 Durbin-Watson stat 2.538058
Prob(F-statistic) 0.000000
3. Random Effect
Dependent Variable: LNAD?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/01/13 Time: 06:53
Sample: 2009 2011
Included observations: 3
Cross-sections included: 49
Total pool (balanced) observations: 147
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.394452 0.140138 31.35799 0.0000
SOL? 7.68E-05 0.139264 0.000551 0.9996
PROF? 0.034610 0.019530 1.772169 0.0785
UP? -0.042590 0.040867 -1.042162 0.2991
REPU? -0.014849 0.060545 -0.245251 0.8066
OA? -0.265852 0.121379 -2.190258 0.0301
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.256932 0.7513
Idiosyncratic random 0.147822 0.2487
Weighted Statistics
R-squared 0.060687 Mean dependent var 1.336373
Adjusted R-squared 0.027378 S.D. dependent var 0.152368
S.E. of regression 0.150268 Sum squared resid 3.183836
F-statistic 1.821954 Durbin-Watson stat 1.719799
Prob(F-statistic) 0.112273
Unweighted Statistics
R-squared 0.083147 Mean dependent var 4.239292
Sum squared resid 12.71704 Durbin-Watson stat 0.430569
106
Lampiran 3. Skema Pemilihan Model Terbaik
Uji Signifikansi
Fixed Effects vs Common Effects
Fixed Effects
Signifikan?
Random
Effects
Uji Signifikansi
Fixed Effects vs Random Effects
ANALISIS REGRESI
DATA PANEL
Pemilihan Teknik
Estimasi Terbaik
KESIMPULAN
Model
Common Effects
Model
Random Effects
Model
Fixed Effects
Estimasi Regresi Data Panel dengan Metode:
Common Effects, Fixed Effects atau Random Effects
Y
a
T
Y
a
Y
a
Uji Signifikansi Random Effects
vs Common Effects
T
Random
Effects
T
107
Lampiran 4. Hasil pengujian pemilihan model terbaik
1) Uji Chao (uji signifikansi model fixed effects)
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: HERU
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 9.524621 (48,93) 0.0000
Cross-section Chi-square 261.314441 48 0.0000
H0 : 𝛼1 = 𝛼2 = ⋯ = 𝛼𝑛 (Model common effect)
H1 : 𝛼1 ≠ 𝛼2 ≠ ⋯ ≠ 𝛼𝑛 (Model fixed effect)
atau
Ho: nilai intersep sama untuk setiap individu (model common effect lebih
baik dari model fixed effect)
Ha: nilai intersep berbeda untuk setiap individu (model fixed effect lebih
baik dari model common effect)
Keputusan: Tolak Ho ( probabilitas kurang dari alpha = 5 %)
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, telah cukup bukti untuk
mengatakan bahwa nilai intersep berbeda untuk setiap individu
atau dengan kata lain Model Fixed Effect lebih baik
dibandingkan Common Effect.
2) Uji signifikansi Haussman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: HERU
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 5 1.0000
H0 : 𝐶𝑜𝑣(𝑣𝑖 , 𝑥𝑖𝑡 ) = 0
H1 : 𝐶𝑜𝑣(𝑣𝑖 , 𝑥𝑖𝑡 ) ≠ 0
atau
108
Ho: Model Random Effect lebih baik daripada model Fixed Effect
Ha: Model Fixed Effect lebih baik daripada model Random Effect
Keputusan : Tolak Ho
Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, telah cukup bukti untuk
mengatakan bahwa model Fixed Effect lebih baik daripada model Random Effect
Sehingga bisa disimpulkan bahwa dengan berbagai uji tersebut, model fixed effect
dipilih sebagai model terbaik dan akan digunakan untuk pengujian dan analisis selanjutnya.
Lampiran 5. Hasil model terbaik
Dependent Variable: LNAD?
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 04/30/13 Time: 22:19
Sample: 2009 2011
Included observations: 3
Cross-sections included: 49
Total pool (balanced) observations: 147
Linear estimation after one-step weighting matrix
Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)
WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.781807 0.065585 57.66310 0.0000
SOL? 0.157300 0.069309 2.269558 0.0255
PROF? 0.015442 0.003395 4.548989 0.0000
UP? 0.082523 0.030634 2.693817 0.0084
REPU? 0.108111 0.021036 5.139431 0.0000
OA? -0.042871 0.122324 -0.350474 0.7268
Fixed Effects (Cross)
_ABDA--C 0.173217
_ADMF--C -0.812772
_AHAP--C 0.340534
_AKSI--C -0.357514
_APIC--C 0.364942
_ARTA--C 0.286422
_ASBI--C 0.319964
_ASDM--C -0.261557
_ASJT--C 0.314910
_ASRM--C 0.284772
_BBLD--C 0.094004
_BCAP--C 0.192715
_BFIN--C -0.035723
_BTPN--C -0.125660
_CFIN--C 0.082460
_GSMF--C 0.085479
_LPPS--C 0.249172
_MTFN--C 0.454642
_PANS--C -0.035064
109
_PNIN--C 0.348299
_PNLF--C 0.260489
_TRIM--C 0.250289
_TRUS--C 0.353985
_INPC--C -0.054410
_BNBA--C 0.144113
_BACA--C 0.103208
_BBKP--C -0.029813
_BBCA--C -0.089293
_BNGA--C -0.616182
_BDMN--C -0.807559
_SDRA--C 0.037382
_BABP--C -0.041731
_BNII--C -0.204669
_BKSW--C 0.167950
_BMRI--C -0.240023
_BAEK--C -0.060587
_MAYA--C 0.157498
_MEGA--C -0.039131
_BCIC--C 0.645892
_BBNI--C -0.556374
_BBNP--C 0.018176
_NISP--C -1.106874
_PNBN--C -0.036373
_BNLI--C -0.553769
_BBRI--C -0.177104
_BSWD--C 0.149254
_BVIC--C 0.172035
_BEKS--C 0.214013
_MCOR--C -0.023634
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared 0.993050 Mean dependent var 12.16437
Adjusted R-squared 0.989089 S.D. dependent var 13.74293
S.E. of regression 0.146059 Sum squared resid 1.984003
F-statistic 250.7115
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.849034 Mean dependent var 4.239292
Sum squared resid 2.093946 Durbin-Watson stat 2.443590
110
Lampiran 6. Uji asumsi klasik
1. NORMALITAS
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
Jika dilihat dari semua observasi, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Perusahaan Jarque-Bera Probability
RESID_ABDA 0.28174 0.86860
RESID_ADMF 0.48975 0.78280
RESID_AHAP 0.33514 0.84572
RESID_AKSI 0.31829 0.85287
RESID_APIC 0.36659 0.83252
RESID_ARTA 0.52747 0.76818
RESID_ASBI 0.34652 0.84092
RESID_ASDM 0.48952 0.78289
RESID_ASJT 0.53097 0.76683
RESID_ASRM 0.47284 0.78945
RESID_BBLD 0.39360 0.82135
RESID_BCAP 0.32128 0.85160
RESID_BFIN 0.50226 0.77792
RESID_BTPN 0.48889 0.78314
RESID_CFIN 0.52836 0.76783
RESID_GSMF 0.28874 0.86557
RESID_LPPS 0.29694 0.86203
RESID_MTFN 0.47265 0.78952
RESID_PANS 0.42217 0.80970
RESID_PNIN 0.32926 0.84821
RESID_PNLF 0.42921 0.80686
RESID_TRIM 0.31753 0.85320
RESID_TRUS 0.28309 0.86802
RESID_INPC 0.29254 0.86393
RESID_BNBA 0.52323 0.76981
RESID_BACA 0.49963 0.77894
RESID_BBKP 0.28553 0.86696
RESID_BBCA 0.28341 0.86788
RESID_BNGA 0.31468 0.85441
RESID_BDMN 0.29833 0.86143
RESID_SDRA 0.29544 0.86267
RESID_BABP 0.51355 0.77354
RESID_BNII 0.31551 0.85406
RESID_BKSW 0.52010 0.77101
RESID_BMRI 0.39792 0.81958
111
RESID_BAEK 0.29578 0.86253
RESID_MAYA 0.47498 0.78861
RESID_MEGA 0.39802 0.81954
RESID_BCIC 0.31568 0.85399
RESID_BBNI 0.39107 0.82239
RESID_BBNP 0.34987 0.83951
RESID_NISP 0.30480 0.85864
RESID_PNBN 0.47975 0.78673
RESID_BNLI 0.44322 0.80123
RESID_BBRI 0.50550 0.77666
RESID_BSWD 0.52389 0.76955
RESID_BVIC 0.37794 0.82781
RESID_BEKS 0.41183 0.81390
RESID_MCOR 0.43379 0.80502
Keputusan : Terima H0
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dapat dikatakan residual berdistribusi
normal
2. NON AUTOKORELASI
DW observasi = 2,44
Nilai Tabel
DL= 1,3258
DU= 1,7716
4-DL= 2,6742
4-DU= 2,2284
Keputusan:
dw<dL : ada autokorelasi positif
dL ≤ dw ≤ dU : Tidak bisa disimpulkan
dU ≤ dw ≤ 4-dU : Tidak ada autokorelasi
4-dU ≤ dw ≤ 4-dL : Tidak bisa disimpulkan
dw>4-dL : ada autokorelasi negatif
112
Nilai berada di antara DU dan 4-DU.
Keputusan : Tidak bisa disimpulkan
Kesimpulan : Gejala autokorelasi adalah salah pertanda adanya hubungan antara
observasi ke t dan t-1. Namun mengingat data yang digunakan adalah
data panel dengan periode yang sedikit, dan memiliki banyak unit
cross section. Maka nilai uji DW tersebut dicurigai tidak akan terlalu
repesentatif.
3. MULTIKOLINIERITAS
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
SOL .737 1.357
PROF .986 1.014
UP .652 1.534
REPU .801 1.248
OA .956 1.047
a. Dependent Variable: lnad
Dari nilai VIF di atas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai VIF < 10. Hal ini mengindikasikan
bahwa tidak ada gejala multikolinearitas di dalam model. Dengan demikian diharapkan
semua variabel independen dapat memberikan pengaruh yang murni terhadap variabel
dependen.