pdf bab iii rsu kab tangerang

40
BAB III TINJAUAN KHUSUS A. RSU Kabupaten Tangerang 1. Sejarah Singkat RSU Kabupaten Tangerang RSU Kabupaten Tangerang didirikan pada tahun 1928 berlokasi sebuah ruangan BUI (Penjara) dengan kapasitas perawatan 12 tempat tidur. Pada tahun 1932 pindah ke Jl. Daan Mogot No. 3 dengan 40 kapasitas tempat tidur. Tahun 1943 sampai 1946 dipimpin oleh Dr. J. Leimena kemudian oleh Dr. Gembiro dengan kapasitas 65 tempat tidur. Tahun 1946, rumah sakit dipindahkan ke Balaraja dan selanjutnya dipimpin oleh Dr. Suparno, Dr. Gembiro, Dr. Satrio, Dr. Purwo Sudarmo, Dr. Drajat Prawiranegara dan Dr. Djaka Sutadiwirja. Tahun 1950, rumah sakit kembali ke Jl. Daan Mogot Tangerang bergabung dengan rumah sakit bekas NICA dipimpin oleh Dr. Gusti Hasan dan berfungsi sebagai Rumah Sakit Umum. Tahun 1955 pengelolaan RSU Kabupaten Tangerang diserahkan kepada Pemerintah Swatantra Kabupaten Tangerang. Tahun 1959 mulai direncanakan membangun sebuah rumah sakit baru dilokasi yang sekarang di Jl. A. Yani No. 9 Tangerang. Pada Tanggal 5 Mei 1964 RSU pindah dari Jl. Daan Mogot ke Jl. A. Yani No. 9 menggunakan gedung bekas SDK sebagai tempat perawatan dengan 60 tempat tidur, dan penambahan gedung kantor untuk Tata Usaha, Poliklinik Umum, Poliklinik Bedah, Apotik dan Laboratorium. RSU Tangerang di pimpin oleh Dr. Willy Ranti sebagai direktur, tanggal 5 Mei 1964 ditetapkan sebagai hari jadi RSU Kabupaten Tangerang. Sejak tahun anggaran 1969/1970 RSU Tangerang mulai dikembangkan secara bertahap dengan biaya dari APBD TK. II, APBD TK. I dan APBN sehingga mempunyai kapasitas perawatan 341 tempat tidur. Pada tanggal 22

Upload: ditaedot

Post on 05-Sep-2015

90 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

manajemen rumah sakit daerah kab tangerang

TRANSCRIPT

  • BAB III

    TINJAUAN KHUSUS

    A. RSU Kabupaten Tangerang

    1. Sejarah Singkat RSU Kabupaten Tangerang

    RSU Kabupaten Tangerang didirikan pada tahun 1928 berlokasi sebuah

    ruangan BUI (Penjara) dengan kapasitas perawatan 12 tempat tidur. Pada

    tahun 1932 pindah ke Jl. Daan Mogot No. 3 dengan 40 kapasitas tempat tidur.

    Tahun 1943 sampai 1946 dipimpin oleh Dr. J. Leimena kemudian oleh Dr.

    Gembiro dengan kapasitas 65 tempat tidur. Tahun 1946, rumah sakit

    dipindahkan ke Balaraja dan selanjutnya dipimpin oleh Dr. Suparno, Dr.

    Gembiro, Dr. Satrio, Dr. Purwo Sudarmo, Dr. Drajat Prawiranegara dan Dr.

    Djaka Sutadiwirja.

    Tahun 1950, rumah sakit kembali ke Jl. Daan Mogot Tangerang

    bergabung dengan rumah sakit bekas NICA dipimpin oleh Dr. Gusti Hasan

    dan berfungsi sebagai Rumah Sakit Umum. Tahun 1955 pengelolaan RSU

    Kabupaten Tangerang diserahkan kepada Pemerintah Swatantra Kabupaten

    Tangerang.

    Tahun 1959 mulai direncanakan membangun sebuah rumah sakit baru

    dilokasi yang sekarang di Jl. A. Yani No. 9 Tangerang. Pada Tanggal 5 Mei

    1964 RSU pindah dari Jl. Daan Mogot ke Jl. A. Yani No. 9 menggunakan

    gedung bekas SDK sebagai tempat perawatan dengan 60 tempat tidur, dan

    penambahan gedung kantor untuk Tata Usaha, Poliklinik Umum, Poliklinik

    Bedah, Apotik dan Laboratorium. RSU Tangerang di pimpin oleh Dr. Willy

    Ranti sebagai direktur, tanggal 5 Mei 1964 ditetapkan sebagai hari jadi RSU

    Kabupaten Tangerang.

    Sejak tahun anggaran 1969/1970 RSU Tangerang mulai dikembangkan

    secara bertahap dengan biaya dari APBD TK. II, APBD TK. I dan APBN

    sehingga mempunyai kapasitas perawatan 341 tempat tidur. Pada tanggal 22

  • April 1989, pergantian pimpinan/Direktur RSU Tangerang dari Dr. Willy

    Ranti kepada Dr. H. Syartil Arfan N.SpA.

    Pada tanggal 15 Desember 1993 status RSU Tangerang ditingkatkan dari

    kelas C menjadi kelas B non pendidikan dengan kapasitas pada saat itu

    sebanyak 337 tempat tidur dan melayani 23 jenis keahlian/spesialis.

    Dengan dikeluarkannya PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan

    Keuangan Badan Layanan Umum, maka RSU Kabupaten Tangerang

    berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang No.445/Kep.402-HUK/2005

    tanggal 20 Desember 2005 terhitung mulai tahun 2006 menyelenggarakan

    Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

    Pada tanggal 21 Maret 2007, Pelantikan Dr. H. MJN. Mamahit,

    Sp.OG,MARS oleh Bapak Bupati Tangerang sebagai Direktur RSU

    Kabupaten Tangerang menggantikan Dr. H. Budhi Setiawan, SpP. MARS

    yang memasuki masa pensiun.

    Dengan Keputusan Bupati Tangerang No.445/Kep.113-HUK/2008 RSU

    Kabupaten Tangerang ditetapkan sebagai penyelenggara Pola Pengelola

    Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Kabupaten

    Tangerang dengan status BLUD penuh.

    Setelah dikembangkan secara bertahap saat ini RSU Tangerang

    mempunyai bangunan dengan luas keseluruhan 24.701 m diatas tanah

    41.615 m dan memiliki fasilitas perawatan dengan 383 TT,27 jenis keahlian

    dengan jumlah karyawan 1065 orang.

    Pada tanggal 12 Januari 2012, RSU Kabupaten Tangerang memperoleh

    sertifikat akreditasi pada 16 bidang pelayanan yaitu administrasi dan

    manajemen, keperawatan, rekam medis, pelayanan farmasi K3, pelayanan

    radiologi, pelayanan laboratorium, pelayanan kamar operasi, pelayanan

    pengendalian infeksi, pelayanan perinatal resiko tinggi, pelayanan rehabilitasi

    medik, pelayanan gizi, pelayanan intensif dan pelayanan darah. Pada awal

    Januari tahun 2013, status RSU Kabupaten Tangerang ditingkatkan dari RSU

    kelas B non-pendidikan menjadi kelas B pendidikan (5).

  • 2. Struktur Organisasi RSU Kabupaten Tangerang

    Struktur organisasi RSU Kabupaten Tangerang disusun berdasarkan

    Peraturan Daerah No. 02 Tahun 2008 dimana RSU Kabupaten Tangerang di

    pimpin oleh seorang Direktur, dibantu oleh 3 Wakil direktur (wadir) yaitu

    Wadir Pelayanan, Wadir Pelayanan Penunjang dan Wadir Administrasi dan

    Keuangan, 4 Kepala Bidang, 6 Ka. Sub. Bidang, 9 Ka.Seksi dan 20 Kepala

    Instalasi. Struktur organisasi RSU Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada

    lampiran 1.

    3. Visi, Misi, Motto dan Falsafah RSU Kabupaten Tangerang

    a. Visi RSU Kab Tangerang

    Rumah Sakit Modern, Unggul, dan Terpercaya.

    b. Misi RSU Kab Tangerang

    1) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada semua lini

    pelayanan RS dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan

    perorangan yang profesional, santun dan mempunyai daya saing yang

    tinggi;

    2) Menyediakan bangunan yang atraktif, fungsional dan nyaman yang

    berwawasan lingkungan;

    3) Mengembangkan manajemen modern berbasis informasi teknologi

    melalui sistem informasi Rumah Sakit;

    4) Memberikan pelayanan unggulan yang didukung dengan peralatan

    canggih untuk antisipasi tuntunan lingkungan dan perkembangan

    penyakit di Kabupaten dan Kota Tangerang;

    5) Menyelenggarakan pelayanan pendidikan kedokteran dan pendidikan

    kesehatan lainnya;

    6) Menekan angka kematian ibu dan bayi di RSU dalam rangka peran

    aktif mendukung Millenium Development Goals sesuai dengan

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

    Tangerang.

  • c. Motto RSU Kab Tangerang

    Motto RSU Tangerang adalah "BERTEMU KASIH" (Bersih, Tertib,

    berMutu dan Kasih Sayang).

    d. Falsafah RSU Kab Tangerang

    1) Kesejahteraan karyawan rumah sakit mutlak diperhatikan atau

    ditingkatkan agar terwujud kontribusi pengabdian yang tinggi dalam

    memberikan pelayanan kepada masyarakat.

    2) Kepuasan pelanggan merupakan hal utama yang harus dijadikan

    sebagai dasar orientasi dalam pelayanan rumah sakit.

    3) Keberhasilan misi rumah sakit hanya dapat diwujudkan melalui suatu

    sistem yang dapat menciptakan budaya kebersamaan, keterbukaan,

    disertai profesionalisme yang menjunjung etos kerja yang tinggi.

    4. Profil RSU Kabupaten Tangerang

    a. Fasilitas dan Jenis Pelayanan RSU Kabupaten Tangerang

    Fasilitas pelayanan RSU Kabupaten Tangerang terdiri dari

    Poliklinik-Poliklinik Atau Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat (IGD),

    Medical Check Up Dan Pemeriksaan Kesehatan, Kamar Operasi (OK)

    atau Kamar Bedah, Ruang Bersalin, Hemodialisa, pelayanan penunjang

    seperti Instalasi Radiologi dan Diagnostik Elektromedik, Laboratorium,

    Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Rehabilitasi Medik, Instalasi Sterilisasi

    Sentral (CSSD) dan Laundry, Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dan

    Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Instalasi Pengolahan Limbah

    (IPAL), Pelayanan Pasien Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

    serta pelayanan penunjang lainnya.

    Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat di RSU

    Kabupaten Tangerang maka pihak rumah sakit menyediakan berbagai

    fasilitas pelayanan baik pelayanan medis ataupun pelayanan penunjang.

    Fasilitas pelayanan di RSU Kabupaten Tangerang meliputi:

  • 1) Poliklinik atau Rawat Jalan

    Pelayanan Poliklinik yang terdiri dari : pelayanan penyakit dalam,

    kesehatan anak, bedah (anak, digestiv, onkologi, mulut, orthopedi,

    syaraf, plastik, urologi, dan umum), kebidanan dan penyakit

    kandungan, mata, THT, gigi dan mulut, kulit dan kelamin, jantung,

    syaraf, kesehatan jiwa, gizi, psikologi, rehabilitasi medik, terapi

    wicara, klinik edukator diabetes, paru & DOTS, thalasemi,

    bougenvile (klinik HIV), serta Poli karyawan yang buka tiap hari

    kerja jam 09.00 sampai dengan jam 14.00 WIB.

    2) Pelayanan Rawat Inap

    RSU Kabupaten Tangerang memiliki 20 ruang perawatan yang

    terdiri dari Kelas VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III dan ruang

    perawatan intensif (ICU, NICU), ruang thalasemia. Selain itu

    terdapat pula paviliun khusus dengan kapasitas 41 tempat tidur, yaitu

    Instalasi Khusus Wijaya Kusuma.

    Tabel III.1 Ruangan yang ada di RSU Kabupaten Tangerang

    pada tahun 2011

    No Nama Paviliun Jumlah

    1 Anyelir A 24

    2 Anyelir B 24

    3 Aster 48

    4 Cempaka 32

    5 Dahlia 32

    6 Flamboyan 20

    7 ICU A 4

    8 ICU B 4

    9 Kemuning 22

    10 Kenanga 24

    11 Mawar 24

    12 Melati 4

    13 NICU 3

  • 14 Perinatologi A 21

    15 Perinatologi B 20

    16 Pusat Thalasemia 8

    17 Rawat Gabung Aster 20

    18 Rawat Gabung Anyelir 10

    19 Seruni 24

    20 Soka 27

    Jumlah 395

    Tabel III.2 Kapasitas Instalasi Khusus Wijaya Kusuma Tahun 2011

    No Paviliun Jumlah

    1 Safir 8

    2 Zamrud 8

    3 High Care 1

    4 Topaz 24

    Jumlah 41

    3) Instalasi Gawat Darurat

    Pelayanan Instalasi Gawat Darurat selama 24 jam. Dengan

    kapasitas 20 tempat tidur dan ditangani dokter umum dan

    spesialis yang berjaga secara bergantian,dilengkapi dengan

    pelayanan penunjang seperti apotik yang beroperasi selama 24

    jam.

    4) Medical Check Up dan Pemeriksaan Kesehatan

    Pelayanan medical check up dibuka setiap hari kerja : jam 8.00 -

    14.00. Pemeriksaan medical check up biasanya untuk melamar

    pekerjaan dan untuk pendidikan.

    5) Kamar Operasi atau Kamar Bedah

    Kamar operasi atau kamar bedah RSU Kabupaten Tangerang

    memiliki kapasitas 12 kamar operasi. Tindakan pembedahan atau

    operasi yang dilakukan RSU Kabupaten Tangerang bersifat segera

    (cito) dan terencana (elektif). Untuk operasi cito dilakukan di

  • kamar operasi depan (OKD) dan operasi elektif di kamar operasi

    belakang (OKB).

    6) Kamar Bersalin

    Kamar Bersalin RSU Kabupaten Tangerang mempunyai kapasitas

    sebanyak 21 tempat tidur.

    7) Hemodialisa

    Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang memiliki kapasitas

    sebanyak 18 unit beserta alatnya. Waktu pelayanan setiap hari

    kerja jam 08.00 21.00 WIB.

    8) Thalasemia

    Pelayananan untuk pasien thalasemia di RSU Kabupaten

    Tangerang setiap hari senin dan rabu jam 09.00-14.00 WIB.

    Jumlah tempat tidur adalah sebanyak 8 unit.

    9) Pelayanan Penunjang Medis

    Fasilitas Pelayanan Penunjang Medis yang ada di RSU Tangerang

    dapat di lihat pada tabel III.3.

    Tabel III.3 Jenis dan Waktu Pelayanan Penunjang Medis RSU Kabupaten

    Tangerang Tahun 2011

    No Jenis Pelayanan Waktu

    1 Laboratorium 24 Jam

    2 Patologi Anatomi 08.00-14.00

    3 Rontgen 24 jam

    4 Farmasi 24 jam

    5 Konsultasi Gizi 08.00-14.00

    6 USG 08.00-14.00

    7 EEG 08.00-14.00

    8 EKG 24 jam

    9 Treadmill 08.00-14.00

    10 Spirometri 08.00-14.00

    11 Audiometri 08.00-14.00

    12 CT-Scan 24 Jam

  • 10) Pelayanan pasien Jamkesmas dan BPJS (Badan Penyelenggara

    Jaminan Sosial).

    RSU Kabupaten Tangerang merupakan salah satu rumah sakit

    pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan rujukan medis

    kepada masyarakat miskin, pelayanan ini melalui Program

    Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin dan pada awal tahun 2005,

    melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/Menkes/2004

    menetapkan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan penduduk

    miskin melalui pihak ketiga yaitu PT. ASKES yang sekarang

    semuanya bergabung dalam BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan

    Sosial). Menurut undang-undang BPJS No. 1 Tahun 2014 tentang

    Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan BPJS dibagi menjadi 2, yaitu

    BPJS PBI (penerima biaya iuran) dan Non-PBI.

    11) Pelayanan Penunjang Lainnya

    Pelayanan penunjang lainnya meliputi 6 unit mobil ambulance

    yang diperoleh dari sumbangan dan 9 unit mobil jenazah yang

    dikelola oleh pihak koperasi.

    b. Indikator RSU Kabupaten Tangerang

    Pemanfaatan fasilitas rawat inap RSU Kabupaten Tangerang dapat

    ditunjukan dengan indikator:

    1) Angka penggunaan tempat tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) BOR

    adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu

    tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya

    tingkat pemanfaatan dari tempat tidur di rumah sakit. Angka

    normal/Standar BOR = 60% - 85%. RSU Kabupaten Tangerang pada

    tahun 2011 BOR-nya mencapai 75,89% (Tanpa Paviliun Khusus

    Wijayakusuma) atau 72,64% (dengan Instalasi Khusus

    Wijayakusuma).

  • 2) Rata-rata Lama Perawatan/Lenght Of Stay (LOS)

    LOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini

    memberikan gambaran tingkat efisiensi dan mutu pelayanan rumah

    sakit. Angka normal/standar LOS 4-7 hari. RSU Kabupaten

    Tangerang pada tahun 2011 LOS-nya 3,2 hari (tanpa Paviliun

    Khusus Wijayakusuma) atau 3,2 hari (dengan Paviliun Khusus

    Wijayakusuma) yang berarti masih dalam batas normal dimana rata-

    rata lama perawatan tidak melebihi 7 hari.

    3) Frekuensi Pemakaian Tempat Tidur/Bed Turn Over (BTO)

    BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur rumah sakit, yaitu

    berapa kali dalam 1 tahun tempat tidur tersebut dipakai. Indikator ini

    memberikan indikasi efisiensi pemakaian tempat tidur suatu rumah

    sakit. Angka normal/standar BTO = 40-50 kali. RSU Kabupaten

    Tangerang pada tahun 2011 BTO-nya adalah 97,89 kali (tanpa

    Paviliun Khusus Wijayakusuma) atau 93,81 kali (dengan Paviliun

    Khusus Wijayakusuma) yang berarti frekuensi pemakaian tempat

    tidur RSU Kabupaten Tangerang melebihi nilai standar. Hanya 2

    paviliun yang nilai BTO-nya memenuhi nilai standar yaitu paviliun

    dahlia (35,84 kali) dan cempaka (46,84 kali)

    4) Interval Pemakaian Tempat Tidur/Turn Over Interval (TOI)

    TOI adalah rata-rata jumlah tempat tidur rumah sakit yang tidak

    dipakai dari saat kosong sampai saat terisi berikut. Indikator ini juga

    memberikan pemakaian efisiensi pelayanan rumah sakit. Angka

    normal/standar TOI = 1-3 hari. RSU Kabupaten Tangerang pada

    Tahun 2011 TOI-nya 0,90 hari (tanpa Paviliun Khusus

    Wijayakusuma) atau 1,06 (dengan Paviliun Khusus Wijayakusuma)

    yang berarti waktu kosong tempat tidur diluar standar.

    5) Angka Kematian Netto/Net Death Rate (NDR)

    NDR adalah angka kematian 48 jam pasien rawat inap per 1000

    penderita keluar (hidup atau mati). Indikator ini menilai mutu

    pelayanan rumah sakit. Angka standar/normal NDR adalah kurang

  • dari 25 per 1000 penderita. RSU Kabupaten Tangerang pada tahun

    2011 NDR-nya 14,28 % (tanpa Paviliun Khusus Wijayakusuma)

    atau 14,24 % (dengan Paviliun Khusus Wijayakusuma) yang berarti

    berada diluar nilai standar. Tingginya NDR ini disebabkan karena

    RSU Kabupaten Tangerang merupakan pusat rujukan yang pada

    umumnya menangani kasus-kasus penyakit berat dengan resiko

    kematian tinggi.

    6) Angka Kematian Umum/Gross Death Rate (GDR)

    GDR adalah angka kematian total pasien rawat inap yang keluar

    rumah sakit per 1000 penderita keluar hidup dan mati. Seperti halnya

    NDR, indikator ini memberikan penilaian mutu pelayanan rumah

    sakit secara umum, meskipun GDR dipengaruh oleh angka kematian

    48 jam yang pada umumnya adalah kasus-kasus gawat

    darurat/akut. Angka normal/standar GDR adalah kurang dari 45 per

    1000 penderita keluar.

    RSU Kabupaten Tangerang pada tahun 2011 GDR-nya 38,02 %

    (tanpa Paviliun Khusus Wijayakusuma) atau 38,38% (dengan

    Paviliun Khusus Wijayakusuma) yang berarti melebihi angka standar

    (standar 45%). Hal ini disebabkan karena RSU Kabupaten

    Tangerang merupakan pusat rujukan dan menangani kasus-kasus

    yang tidak dapat ditangani oleh rumah sakit lain atau sarana

    pelayanan kesehatan dibawahnya (5).

    B. Instalasi Farmasi RSU Kabupaten Tangerang

    1. Falsafah

    Pelayanan Kefarmasian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

    pelayanan kesehatan rumah sakit, melaksanakan manajemen logistik yang

    mengacu pada Sistem Satu Pintu serta memberikan pelayanan farmasi

    klinik (2).

  • 2. Tujuan Pelayanan Farmasi

    a. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi berdasarkan prosedur

    kefarmasian dan etik profesi

    b. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

    c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dibidang farmasi

    d. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

    formularium rumah sakit (2).

    3. Fungsi

    a. Melaksanakan manajemen farmasi rumah sakit yang meliputi usulan

    perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi

    perbekalan farmasi.

    b. Melakukan kegiatan farmasi klinik yang meliputi visite pasien,

    konseling, pemberian informasi obat dan pencampuran obat kanker

    (handling cytotoxic) (2).

    4. Fasilitas Pelayanan

    a. Lokasi dan waktu pelayanan

    Depo farmasi rawat jalan serta depo-depo farmasi seperti nusa indah dan

    anyelir melayani resep dari jam 07.30-15.30 WIB pada hari

    senin kamis, sedangkan untuk hari jumat pelayanan resep dimulai dari

    jam 07.30-16.00. Berbeda dengan depo farmasi Instalasi Gawat Darurat

    karena depo ini melayani resep selama 24 jam pada hari senin sampai

    dengan minggu dan dapat melayani resep dari depo farmasi lainnya bila

    sudah melewati jam kerja (5).

    b. Depo Farmasi yang Ada di IFRS

    1) Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 Jam

    2) Depo Farmasi Rawat Jalan

    3) Depo Farmasi Kamar Operasi Efektif

    4) Depo Farmasi Kamar Operasi Cito

    5) Depo Farmasi Nusa Indah

  • 6) Depo Farmasi Anyelir

    7) Depo Farmasi Instalasi Khusus Wijaya Kusuma (IKW)

    c. Data Kepegawaian

    Tabel III.4 Data Pegawai Instalasi Farmasi RSU Kanupaten Tangerang

    per Juni 2013

    No Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah

    1 Apoteker + S2 Farmasi Rumah Sakit 1

    2 Apoteker + S2 Farmasi Klinik 2

    3 Apoteker + S2 MARS 1

    4 Apoteker + S2 SDM (fungsional saja) 1

    5 Apoteker 9

    6 Sarjana Farmasi 4

    7 D3 Farmasi 7

    8 Asisten Apoteker 16

    9 Kasir, Admin, Pekarya 18

    Total 58

    5. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

    a. Struktur Organisasi

    Dalam melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memenuhi pelayanan

    kesehatan dan perbekalan farmasi di RSU kabupaten Tangerang.

    Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Tangerang selalu mengutamakan

    kepentingan dan kepuasan konsumen, sehingga instalasi farmasi selalu

    berusaha membuat perkembangan dan perbaikan disegala sisi untuk

    meningkatkan mutu pelayanan.

    b. Sumber Daya Manusia

    Sumber daya manusia di instalasi farmasi RSU Kabupaten Tangerang

    terdiri dari :

    1) Kepala Instalasi Farmasi

    Kepala Instalasi Farmasi adalah seorang Apoteker yang memiliki

    pengetahuan dan pengalaman di rumah sakit dan dibantu langsung

    oleh beberapa Apoteker dalam mengambil keputusan yang

  • berhubungan dengan instalasi farmasi. Sesuai dengan surat keputusan

    Direktur Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang No.

    445/RSU/1998 tentang Prosedur Tetap Pelayanan Farmasi RSU

    Kabupaten Tangerang. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab

    kepada wakil direktur pelayanan penunjang dan membawahi :

    a) Gudang obat dan alat kesehatan

    b) Pelayanan farmasi klinis

    c) Distribusi

    d) Perencanaan dan evaluasi

    e) Pengembangan Farmasi

    f) Tata Usaha Farmasi

    Tugas pokok Kepala Instalasi Farmasi RSU Kabupaten Tangerang

    adalah membuat perencanaan sumber daya dan program kerja,

    memimpin, mengkoordinir, mengawasi, mengendalikan, dan

    mengevaluasi kegiatan pelayanan logistik farmasi maupun farmasi klinik.

    Uraian tugas kepala Instalasi Farmasi RSU Kabupaten Tangerang adalah:

    a) Membuat perencanaan sumber daya, mencakup antara lain :

    i. Rencana kebutuhan tenaga baik Apoteker, Asisten Apoteker, dan

    tenaga administrasi, yang meliputi jumlah dan kualifikasinya.

    ii. Rencana kebutuhan sarana serta kebutuhan anggaran

    pemeliharaannya.

    b) Membuat program kerja, antara lain :

    i. Bersama bidang penunjang, mencakup jenis kegiatan pelayanan

    farmasi, pengendalian mutu pelayanan dan estimasi jumlah item obat.

    ii. Bersama kepala instalasi rawat inap, mencakup penyelenggaraan dan

    pengendalian mutu asuhan kefarmasian.

    c) Membuat prosedur tetap (PROTAP) mencakup, antara lain :

    i. Protap pelayanan resep rawat jalan, rawat inap, askes, perusahaan, dan

    resep karyawan.

    ii. Protap pelayanan konseling pasien rawat jalan dan rawat inap.

    iii. Protap pelayanan unit dose

  • Seluruh prosedur tetap (PROTAP) diketahui/disetujui wakil direktur

    dan direktur.

    d) Membuat uraian tugas koordinator, pelaksanaan pelayanan, kasir,

    pekarya dan petugas lainnya sesuai susunan organisasi instalasi.

    e) Mengadakan koordinasi dalam bentuk pertemuan berkala dengan staf

    instalasi.

    f) Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi terhadap :

    i. Semua aspek pelayanan mencakup proses, produktivitas dan mutu

    pelayanan.

    ii. Realisasi dari Rencana Bisnis Anggaran (RBA).

    iii. Pengelolaan SDM meliputi pembinaan, rotasi, dan mutasi

    iv. dalam rangka penilaian dan peningkatan kinerja.

    v. Pengelolaan sarana meliputi penerimaan, penyimpanan, penggunaan,

    dan pemeliharaan.

    vi. Membuat laporan kegiatan, memberikan saran /usul dan atau

    rekomendasi kepada wakil direktur.

    vii. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan atasan.

    2) Apoteker dan Asisten Apoteker

    Tugas dan tanggung jawab instalasi farmasi adalah menyediakan

    kebutuhan obat pasien rawat inap dan rawat jalan, menyiapkan obat yang

    rasional dan sesuai resep dokter, melakukan interaksi dengan dokter

    perawat-pasien, memberikan pelayanan informasi obat, memeriksa stok

    obat setiap hari dan bertanggung jawab atas pemakaian psikotropika dan

    narkotika. Sedangkan wewenang Asisten Apoteker adalah memberikan

    salinan resep apabila dibutuhkan untuk pasien dan Apoteker memberikan

    konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dan tenaga kesehatan

    lainnya.

    3) Petugas Administrasi

    Petugas Administrasi RSU Kabupaten Tangerang terdiri dari administrasi

    ruangan dan administrasi keuangan. Tugas dan tanggung jawab petugas

    administrasi adalah mengadministrasikan surat masuk, menyiapkan nota

    order (surat pesanan) kebutuhan instalasi farmasi, menyiapkan

  • pertanggungjawaban penggunaan anggaran, menyiapkan laporan

    penggunaan anggaran setiap 3 bulan, membuat laporan keuangan,

    memelihara sarana di Instalasi Farmasi, merekap (dokumentasi)

    penjualan obat dan stok obat setiap hari.

    4) Petugas Kasir

    Instalasi farmasi RSU Kabupaten Tangerang mempunyai petugas kasir

    yang tugas utamanya adalah memasukkan data resep ke komputer,

    menghitung harga obat, menginformasikan harga obat kepada pasien atau

    keluarga pasien, menerima pembayaran obat dari pasien sesuai yang

    tertera pada struk, merekap piutang pasien, menghitung hasil penjualan

    setiap hari, menjaga kebersihan dan kerapihan obat yang tersedia.

    5) Petugas Tenaga Pendukung

    Petugas tenaga pendukung instalasi farmasi RSU Kabupaten Tangerang

    mempunyai tugas membantu kelancaran seluruh kegiatan instalasi

    farmasi (3).

    6. Sistem Manajemen Pendukung IFRS Tangerang

    Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang dikelola instalasi farmasi RSU

    Kabupaten Tangerang dilaksanakan sejak tahun 1997 yang meliputi aspek

    manajemen perbekalan farmasi seperti pembelian, pengelolaan,

    penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan perbekalan farmasi yang ada

    di Instalasi Farmasi. Adapun data-data yang harus di input antara lain:

    a. Data pembelian, barang yang datang dicatat dan dicocokkan dengan surat

    pesanan (SP) kemudian dimasukan ke dalam komputer meliputi jenis

    jumlah, dan nomor faktur. Penyusunan data barang berdasarkan

    penggolongan faktur masing-masing distributor dan direkapitulasi setiap

    akhir bulan sebagai laporan pembelian bulanan.

    b. Data harga baru terprogram khusus dalam komputer untuk pelayanan resep

    dan dilakukan oleh bagian gudang.

    c. Data penyimpanan untuk mengetahui jumlah stok yang ada jika ada barang

    yang telah mengalami penyusutan atau jumlahnya menipis maka dapat

    langsung melakukan pemesanan guna menghindari kekosongan barang.

  • d. Data penjualan dimasukkan langsung oleh kasir dari resep-resep yang

    masuk setiap hari di instalasi farmasi pusat maupun depo-depo farmasi.

    e. Data pengeluaran barang yang berupa bon pengeluaran barang dari gudang

    farmasi menggunakan IR (Internal Request) atau amprahan yang

    disesuaikan dengan jumlah stok barang yang tercatat pada komputer.

    Kegiatan administrasi dilakukan dengan sistem LAN (Local Area

    Network) secara on-line yang dapat mengakses ke setiap unit atau bagian

    instalasi farmasi RSU Kabupaten Tangerang. Adanya sistem LAN ini dapat

    meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses administrasi serta

    memudahkan pengawasan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada

    pasien. Semua data disimpan untuk selamanya kecuali untuk rekam medik

    pasien karena secara otomatis akan hilang setelah penyimpanan selama 1

    tahun.

    7. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

    Pengelolaan perbekalan farmasi (obat, obat tradisional, reagensia, alat

    kesehatan, bahan radiologi, bahan rontgen, serta gas medis) di Instalasi

    Farmasi RSU Kabupaten Tangerang ditangani oleh Instalasi Farmasi yang

    meliputi kegiatan seleksi, perencanaan, pengadaan (termasuk pembelian,

    produksi, dan hibah), penyimpanan, distribusi hingga penggunaan obat

    pada pasien. Pengelolaan perbekalan farmasi ini diharapkan dapat

    mencapai tujuan, yaitu menyediakan perbekalan farmasi yang berkualitas

    pada saat yang tepat dan sesuai dengan jumlah yang diperlukan. Instalasi

    Farmasi RSU Kabupaten Tangerang melayani permintaan perbekalan

    farmasi semua bagian di rumah sakit, baik laboratorium, klinik dan ruang

    perawatan pasien, hemodialisa, instalasi bedah, maupun pusat sterilisasi

    perlengkapan medis. Alur aktivitas gudang IFRS RSU Kabupaten

    Tangerang dapat dilihat pada lampiran 2.

    a. Tahap Seleksi

    Seleksi merupakan tahap awal dalam siklus manajemen obat yang

    bertujuan untuk menyeleksi perbekalan farmasi yang akan digunakan di

  • Rumah Sakit melalui pedoman pengadaan obat dan alat kesehatan yang

    mengacu pada Formularium RSU Kabupaten Tangerang dan usulan

    Staf Medik Fungsional (SMF).

    Prosedur pembuatan formularium di RSU Kabupaten Tangerang

    dimulai dari KFT mengirim surat ke tiap-tiap SMF. SMF memberi

    usulan obat-obat apa saja yang akan dimasukkan ke dalam

    formularium, dibuat susunan draft daftar obat, pembahasan draft oleh

    KFT, jika draft telah disetujui oleh KFT maka selanjutnya dilakukan

    pengesahan oleh Direktur. Adapun evaluasi untuk menilai keberhasilan

    penerapan formularium, antara lain :

    1) Evaluasi tingkat kepatuhan penulisan resep Daftar Obat Rumah Sakit

    dan Daftar Plavon Harga Obat (DPHO) tiap tahun. DPHO

    merupakan daftar obat-obat generik maupun obat-obat branded yang

    digunakan dalam pelayanan Asuransi Kesehatan (Askes).

    2) Evaluasi tingkat penyediaan.

    3) Evaluasi angka salinan resep keluar rumah sakit (6).

    Pada pelaksanaan tahap seleksi terkadang terdapat hambatan yang

    dihadapi antara lain adanya perbedaan persepsi dan perbedaan

    kepentingan namun hal tersebut dapat diatasi dengan adanya peran KFT

    dan tahapan-tahapan yang harus dilalui sebelum pemesanan barang.

    Dalam tahapan seleksi mahasiswa PKPA tidak dilibatkan secara

    langsung, mahasiswa hanya diberikan penjelasan materi tentang proses

    seleksi yang dilakukan di RSU Kabupaten Tangerang melalui kegiatan

    diskusi.

    b. Tahap Perencanaan

    Tahap perencanaan merupakan suatu tahapan yang penting dalam

    menentukan keberhasilan tahap selanjutnya karena sangat berguna

    untuk menyesuaikan antara kebutuhan pengadaan perbekalan dengan

    dana yang tersedia untuk menunjang pelayanan kesehatan di rumah

    sakit. Pada tahap perencanaan, Instalasi Farmasi RSU Kabupaten

    Tangerang menggunakan kombinasi metode konsumsi dan metode

  • epidemiologi yang kemudian dituangkan dalam bentuk RBA (Rencana

    Bisnis Anggaran) tahunan. RBA ini kemudian di break down dalam

    bentuk SPPB sesuai kebutuhan. Data yang digunakan dalam metode

    konsumsi adalah data pemakaian obat 6 12 bulan yang lalu,

    sedangkan data yang digunakan dalam metode epidemiologi adalah

    data penyakit serta pengobatan yang diberikan. Dalam perencanaan

    perbekalan farmasi, indikator-indikator yang diperhatikan antara lain:

    1) Persentase kesesuaian antara pembelian dengan perencanaan awal

    tahunan.

    2) Persentase dana pembelian dengan perencanaan anggaran.

    3) Persentase kesesuaian perencanaan terhadap formularium.

    Perencanaan di RSU Kabupaten Tangerang bergantung pada

    anggaran yang tersedia dan data penggunaan obat sebelumnya

    dikarenakan pola pengelolaan keuangan di RSU Kabupaten

    Tangerang bersifat Badan Layanan Unit Daerah (BLUD) yang

    artinya RSU Kabupaten Tangerang memiliki kewenangan atau

    fleksibilitas dalam mengelola penghasilannya.

    Pada tahap perencanaan mahasiswa PKPA tidak dilibatkan

    secara langsung, namun mahasiswa hanya diberikan penjelasan

    materi tentang proses seleksi yang dilakukan di RSU Kabupaten

    Tangerang melalui kegiatan diskusi.

    c. Tahap Pengadaan

    Pengadaan merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

    operasional yang telah ditetapkan dalam fungsi perencanaan, penentuan

    kebutuhan, maupun, penganggaran. WHO merekomendasikan bahwa

    usaha pemerintah untuk menyediakan akses obat harus memperhatikan

    4 faktor yang krusial yaitu keuangan yang mendukung, harga yang

    terjangkau, pemilihan dan penggunaan obat yang rasional, dan sistem

    pengadaan obat yang dapat dipercaya. Pengadaan barang di RSU

    Kabupaten Tangerang mengacu pada Perpres No. 70 tahun 2012,

  • dimana didalamnya disebutkan organisasi pengadaan barang/jasa untuk

    pengadaan melalui penyedia barang/jasa terdiri atas :

    1) Pengguna Anggaran (PA)

    Pengguna Anggaran bertanggung jawab terhadap seluruh anggaran

    baik yang diterima maupun yang dikeluarkan untuk proses

    pengadaan.

    2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

    Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab terhadap pemilihan

    metode pengadaan, pembuatan Surat Perintah Kerja (SPK) dan

    pembuatan kontrak.

    3) Pejabat Pengadaan

    Pejabat Pengadaan adalah unit yag bertanggung jawab dalam

    proses pemilihan penyedia barang/jasa dan negosiasi harga dengan

    penyedia barang/jasa.

    4) Panitia Penerima dan Pemeriksa Barang

    Panitia Penerima dan Pemeriksa Barang adalah panitia yang

    bertanggung jawab dalam proses pemeriksaan hasil pekerjaan

    Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum

    dalam Kontrak.

    Pengadaan obat dan alkes di RSU Kabupaten Tangerang dilakukan

    dengan tiga metode, yaitu :

    1) Metode Pembelian

    Metode pembelian obat dan alkes di RSU Kabupaten Tangerang yaitu

    dengan pengadaan langsung dan penunjukan langsung. Metode

    penunjukan langsung dilakukan dengan mengundang satu penyedia

    barang/jasa yang merupakan distributor utama yang dinilai mampu

    memenuhi kualifikasi, metode ini dilakukan dengan negosiasi baik

    teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan

    harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat

    dipertanggungjawabkan. Metode ini biasanya digunakan untuk

    pengadaan obat dan alat kesehatan. Sedangkan pengadaan lansung

  • dilakukan dengan menunjuk beberapa penyedia barang/jasa

    (biasanya tiga). Sama halnya seperti metode penunjukan langsung,

    metode pengadaan langsung ini dilaksanakan dengan negosiasi

    baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai

    dengan harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat

    dipertanggungjawabkan. Metode ini biasanya digunakan untuk alat

    tulis, alat non medis dan lain-lain.

    Pengadaan obat dan alkes di Instalasi Farmasi RSU Kabupaten

    Tangerang mengacu pada Rencana Bisnis Anggaran (RBA), dalam

    hal pengadaan RBA dibreakdown menjadi beberapa SPPB dimana

    satu SPBB maksimal bernilai dua ratus juta rupiah. SPPB yang

    sudah dibuat oleh Kepala Instalasi Farmasi RSU Kabupaten

    Tangerang kemudian diserahkan kepada Bidang Pelayanan

    Penunjang Medik untuk dilakukan pengecekan kesesuaian antara

    SPPB dan RBA, jika SPPB yang dibuat sudah sesuai dengan RBA

    maka akan dibuatkan Bon Permohonan Barang (BPB). Kemudian

    BPB diserahkan ke Sub Bagian Anggaran untuk diverifikasi yang

    selanjutnya akan ditandatangani oleh Kepala Bagian Keuangan.

    Selanjutnya BPB diserahkan ke Direktur untuk mendapatkan

    persetujuan Direktur yang bertanggung jawab atas penggunaan

    anggaran.

    BPB yang telah ditandatangani oleh Direktur kemudian

    diserahkan kepada PPK untuk selanjutnya dianalisa terkait metode

    pengadaan yang akan digunakan. Setelah PPK menentukan metode

    pengadaan yang tepat, maka PPK menyampaikannya kepada

    pejabat pengadaan dan pejabat pengadaan membuat dan

    mengirimkan Surat Permohonan Permintaan Harga (SPPH) kepada

    penyedia barang/jasa yang dituju. Setelah peneyedia barang/jasa

    mengirimkan feedback atas SPPH yang dikirim oleh pejabat

    pengadaan, selanjutnya dilakukan proses negosiasi antara pejabat

    pengadaan dan penyedia barang/jasa, kemudian dibuatkan Berita

  • Acara Negosiasi. Berita Acara Negosiasi diserahkan kepada PPK

    yang selanjutnya akan dibuatkan Surat Perintah Kerja (SPK) dan

    Surat Pesanan Barang (SPB) untuk penyedia barang/jasa ke

    penyedia barang/jasa. Kemudian SPK dan SPB dikirimkan ke

    penyedia barang/jasa untuk proses pengadaan.

    Barang/jasa yang datang dari penyedia selanjutnya diperiksa

    oleh panitia penerima dan pemeriksa barang. Kegiatan penerimaan

    dan pemeriksaan barang/jasa tersebut meliputi pengecekan

    kesesuaian antara SPB dengan Faktur, Faktur dengan fisik barang,

    expired date barang dan lain-lain. Setelah pemeriksaan selesai

    maka dibuatkan Berita Acara Serah Terima barang yang kemudian

    diserahkan ke PPK. Setelah PPK menerima Berita Acara Serah

    Terima Barang, selanjutnya PPK mengumpulkan seluruh dokumen,

    yaitu SPPB, BPB, SPPH, Penawaran Harga, SPB/SPK, Surat Jalan,

    Faktur, Kuitansi, SSP, dan Berita Acara Serah Terima. Setelah

    semua dokumen lengkap kemudian PPK menyerahkannya ke Sub

    Bagian Akuntansi untuk diverifikasi, apakah sudah dapat dibayar

    atau ditunda (jika berkas belum lengkap). Bila verifikasi telah

    selesai Sub Bagian Akuntansi memberikan berkas-berkas tersebut

    kepada sub Bagian Pembendaharaan yang selanjutnya dilakukan

    proses pembayaran kepada penyedia barang/jasa. Bagan alur

    pengadaan barang RSU Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada

    lampiran 3.

    2) Metode Produksi

    Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan

    pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk

    memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

    Kriteria sediaan farmasi yang diproduksi di RSU Kabupaten

    Tangerang, meliputi sediaan farmasi dengan formula khusus,

    sediaan farmasi yang jika diproduksi sendiri dapat lebih murah

    (contoh : handsrub), repacking sediaan feriprox untuk thalasemia.

  • 3) Metode Sumbangan

    Metode sumbangan ini dilakukan untuk obat obat tertentu, seperti

    obat obat rutin HIV, vaksin, IUD. Permintaan obat rutin HIV

    dilakukan dengan membuat laporan penggunaan obat dan sisa stok

    obat kepada Kemenkes. Sedangkan permintaan vaksin ke Dinkes

    Kabupaten Tangerang dilakukan dengan membuat surat

    permohonan permintaan vaksin ke Dinkes kabupaten Tangerang

    dengan mencantumkan sisa stok obat dan jumlah yang diminta.

    d. Tahap Penyimpanan

    Instalasi gudang perbekalan farmasi merupakan bagian instalasi farmasi

    di rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pengelolaan obat, bahan

    baku, AMHP (Alat Medis Habis Pakai) dan BMHP (Bahan Medis

    Habis Pakai). Data pengeluaran barang juga dicatat pada kartu stok dan

    komputer dengan sistem LAN (Local Area Network) sehingga gudang

    dapat mengetahui sisa stok yang ada dalam depo-depo farmasi dan

    mempermudah kontrol pemakaian obat untuk dapat dijadikan patokan

    dalam perencanaan pembelian yang akan datang. Gudang instalasi

    farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker yang dibantu oleh Asisten

    apoteker. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di gudang perbekalan

    farmasi meliputi perencanaan dan penyusunan kebutuhan,penerimaan,

    pemeriksaan barang, pengiriman barang ke depo-depo farmasi, ruang

    perawatan dan poliklinik.

    Perbekalan farmasi di gudang disimpan dengan sistem FIFO (First

    In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Barang yang baru

    datang diletakkan di belakang barang yang sudah lama berada di

    gudang. Untuk barang yang mendekati tanggal kadaluarsa maka harus

    diletakkan paling depan supaya cepat didistribusikan kepada pasien.

    Untuk obat-obat slow moving ditempatkan tersendiri untuk

    dikembalikan kepada PBF sesuai perjanjian pembelian dengan PBF.

    Sistem penyimpanan FIFO dan FEFO ini dapat menghindari kerusakan

  • barang akibat penyimpanan yang terlalu lama selain itu juga dapat

    menghindari menumpuknya stok barang yang sudah kadaluarsa.

    Penyimpanan barang di gudang farmasi dilakukan dengan sistem

    penggolongan berdasarkan:

    1) Jenis (obat dan alat kesehatan), bentuk sediaannya (padat, semi padat,

    sirup dan injeksi), alfabetis, tanggal kadaluarsa.

    2) Suhu berdasarkan suhu kamar, sejuk dan suhu kurang dari 2 8C,

    misalnya suppositoria dan injeksi tertentu ataupun vaksin.

    3) Obat-obat narkotika disimpan tersendiri sesuai peraturan

    perundangundangan.

    Penanggung-jawab gudang mempunyai tugas dan fungsi sebagai

    berikut:

    1) Memeriksa jumlah dan jenis barang yang masuk dari distributor

    berdasarkan faktur pembelian kemudian dicatat pada kartu stok

    barang di gudang.

    2) Menyimpan dan menjaga kualitas serta kuantitas barang di gudang.

    3) Mendistribusikan obat, alat kesehatan ke bagian yang membutuhkan

    seperti depo-depo rawat jalan, rawat inap, ruang perawatan dan

    poliklinik.

    e. Tahap Distribusi

    Pendistribusian perbekalan farmasi di Rumah Sakit merupakan rangkaian

    kegiatan penyerahan atau penyaluran perbekalan farmasi untuk individu

    pasien dalam proses terapi atau untuk menunjang pelayanan kesehatan di

    Rumah Sakit. Pendistribusian perbekalan farmasi bertujuan untuk

    menyediakan, menyiapkan dan menyalurkan perbekalan farmasi kepada

    pasien atau unit penunjang secara tepat, aman dan cepat sesuai kebutuhan

    pasien. Salah satu tahap dalam proses penggunaan obat adalah

    penyampaian sediaan obat dari IFRS sampai ke pasien untuk digunakan.

    Proses penyampain obat kepada pasien rawat inap di RSU Kabupaten

    Tangerang tidak dilakukan secara langsung oleh Apoteker (kecuali

    IKW), Apoteker dan Asisten Apoteker hanya menyiapkan obat-obat yang

  • diperlukan yang kemudian diserahkan kepada perawat ruangan dan

    perawat ruangan yang selanjutnya memberikan obat kepada pasien sesuai

    aturan pakai. Sedangkan penyampaian obat kepada pasien rawat jalan

    dilakukan langsung oleh Apoteker disertai informasi obat yang cukup.

    Bentuk distribusi perbekalan farmasi pada setiap rumah sakit dapat

    berbeda dan dipilih yang paling efisien sesuai dengan kondisi dan

    kapasitas tempat tidur rumah sakit. Bentuk pelayanan distribusi obat

    RSU Kabupaten Tangerang dilakukan secara desentralisasi yang artinya

    penyiapan order dan pendistribusian obat dari IFRS ke depo-depo

    farmasi yang berlokasi dekat ruang perawatan pasien, seperti Depo

    Anyelir, Nusa Indah, IGD. Pelayanan desentralisasi dapat dipilih untuk

    memaksimalkan komunikasi dan kontribusi farmasi dengan tenaga

    kesehatan lain dan juga pasien. Pelayanan desentralisai diharapkan dapat

    mengefisienkan penggunaan obat dan mengurangi masalah terkait obat.

    Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan

    bervariasi tergantung rumah sakit, kondisi, keberadaaan fasilitas fisik,

    personel dan tata ruang rumah sakit. Sistem distribusi perbekalan farmasi

    atau obat RSU Kabupaten Tangerang mencakup skrining intruksi

    pengobatan, penyiapan obat dan pemberian etiket, penyerahan obat,

    pengkajian obat dan pengawasan obat di ruang perawatan pasien. Sistem

    distribusi obat RSU Kabupaten Tangerang meliputi :

    1) Distribusi Rawat Inap

    RSU Kabupaten Tangerang menerapkan 4 sistem distribusi

    berdasarkan depo yang ada di RSU Kabupaten Tangerang dalam

    melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan bagi pasien rawat inap,

    yaitu:

    a) Depo Instalasi Khusus Wijaya Kusuma

    Sistem distribusi UDD RSU Kabupaten Tangerang diterapkan di

    Depo Farmasi Instalasi Khusus Wijayakusuma (IKW). Obat dosis

    unit merupakan obat yang dipesan oleh dokter untuk pasien yang

    terdiri atas satu atau beberapa jenis obat yang masing-masing

  • dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang

    cukup untuk 1 kali pemakaian. Penderita hanya membayar obat

    yang dikonsumsi saja. Alur pelayanan resep sistem distribusi UDD

    dapat dilihat pada lampiran 4.

    b) Depo Rawat Inap Nusa Indah

    Sistem distribusi ini digunakan di Depo Farmasi Rawat Inap Nusa

    Indah yang melayani ruang perawatan Mawar, Kenanga, Seruni,

    Flamboyan, Kemuning, Cempaka, Dahlia dan Soka. Sistem

    distribusi ODD merupakan modifikasi dari sistem UDD. Sistem

    distribusi ODD dilakukan untuk memberikan obat kepada pasien

    untuk satu hari dalam kemasan yang berbeda pada setiap waktu

    pemakaian dalam 24 jam dan pembagian obat dilakukan oleh

    Apoteker. Alur pelayanan resep sistem distribusi ODD dapat dilihat

    pada lampiran 5.

    c) Depo Anyelir

    Sistem distribusi resep individual ini memberikan pelayanan

    kepada pasien secara individual dan cara ini memudahkan

    penarikan pembayaran atas obat yang diberikan kepada pasien.

    Sistem ini diterapkan karena adanya Dokter yang melakukan visite

    namun tidak mengikuti jadwal visite rumah sakit sehingga

    penyediaan obat tidak dapat langsung ditangani petugas depo

    farmasi. Sistem resep individual merupakan sistem distribusi obat

    dan alat kesehatan kepada pasien secara individual dengan

    menggunakan resep. Pada rawat inap sistem distribusi ini

    digunakan khususnya di ruang perawatan anyelir.

    Alur pelayanan resep sistem distribusi resep individual dapat dilihat

    pada lampiran 6.

    d) Depo farmasi Kamar Operasi (Depan dan Belakang)

    Sistem WFS (Ward Floor Stock) menyediakan seluruh persediaan

    obat kebutuhan pasien yang disimpan di ruang perawatan dan

    pengelolaannya menjadi tanggung jawab perawat. Kebutuhan obat

  • pasien dapat langsung dilayani oleh perawat di ruang perawatan

    sehingga farmasis tidak terlibat dalam proses pengkajian resep

    sebelum obat disiapkan. Sistem ini digunakan untuk memudahkan

    pelayanan ruangan-ruangan perawatan pada kondisi emergency

    yang memerlukan penanganan cepat dan segera. Persediaannya

    berupa obat atau alkes dalam jumlah dan jenis yang terbatas sesuai

    dengan kebutuhan di setiap ruang perawatan di RSU Kabupaten

    Tangerang, obat yang disediakan dengan sistem WFS (Ward Floor

    Stock) adalah obat-obatan untuk syok anafilaktik. Obat-obatan ini

    dikemas dalam suatu wadah yang diberi check list macam-macam

    obat yang ada disertai dosis dan jumlahnya. Hal ini dilakukan

    untuk memantau penggunaan obat-obatan tersebut. Selain itu ada

    juga catatan farmasis dan perawat tentang penggunaan obat

    tersebut sehingga dapat diketahui dengan tepat untuk siapa dan

    berapa jumlah obat yang digunakan. Apabila ada obat yang sudah

    digunakan maka farmasis akan melaporkan pada petugas gudang

    untuk mengganti obat yang sudah dipakai sehingga tidak terjadi

    kekosongan obat tersebut di ruangan. Penggunaan obat-obatan

    dengan sistem persediaan ruangan juga dikontrol oleh seorang

    petugas yang akan mendatangi setiap bangsal dan mengecek secara

    langsung jenis dan jumlah obat yang ada. Hal ini dilakukan untuk

    mencegah kebocoran penggunaan obat dengan sistem persediaan

    lengkap di ruang rawat. Selain diruang-ruang perawatan sistem

    distribusi ini juga digunakan di Depo Farmasi Kamar Operasi, baik

    OK depan maupun OK belakang dan yang membedakan sistem

    WFS (Ward Floor Stock) di Depo Farmasi Kamar Operasi dengan

    ruang perawatan lainnya yaitu keberadaan seorang Asisten

    Apoteker yang bertugas mengontrol persediaan perbekalan farmasi.

    Alur pelayanan resep sistem Ward floor Stock dapat dilihat pada

    lampiran 7.

  • 2) Distribusi Rawat Jalan

    Distribusi rawat jalan bertujuan untuk mendistribusikan atau

    menyalurkan obat dan perbekalan farmasi kepada pasien yang

    melakukan pengobatan di poliklinik RSU Kabupaten Tangerang.

    Depo farmasi rawat jalan melakukan pelayanan selama jam kerja yaitu

    pukul 07.30-15.30 WIB pada hari seninkamis dan pukul 07.30-16.00

    WIB pada hari jumat. Distribusi resep rawat jalan dilakukan dengan

    resep individual yang diberikan langsung oleh dokter kepada pasien.

    Alur pelayanan resep sistem distribusi rawat jalan dapat dilihat pada

    lampiran 8.

    3) Distribusi Instalasi Gawat Darurat (IGD) Depo IGD bertugas untuk melayani permintaan obat atau alat

    kesehatan dari IGD, ICU, HCU. Obat-obatan dan alat kesehatan yang

    disediakan di Depo IGD ini digunakan untuk keperluan pertolongan

    utama. Depo IGD pada dasarnya sama dengan pelayanan di bagian

    rawat inap atau rawat jalan namun obat-obatan dan alat kesehatan

    yang disediakan lebih difokuskan pada kebutuhan kegawat daruratan.

    Sistem distribusi yang diterapkan di Depo IGD adalah distribusi obat

    dengan resep individual yang diberikan langsung oleh Dokter kepada

    pasien atau keluarga pasien. Alur pelayanan resep sistem distribusi

    Instalasi Gawat Darurat dapat dilihat pada lampiran 9.

    f. Tahap Use (pemakaian)

    Pada tahap ini sangat diperlukan peran serta farmasis untuk

    menyampaikan informasi obat agar pasien benar-benar memahami dosis

    dan cara penggunaan obat sehingga dapat diperoleh hasil terapi yang

    optimal. Di RSU Kabupaten Tangerang, penyerahan obat kepada pasien,

    baik pasien rawat jalan ataupun rawat inap dilakukan oleh seorang

    farmasis. Pada pasien rawat jalan, obat diberikan pada pasien disertai

    informasi obat (seperti indikasi, cara pakai, aturan pakai, penyimpanan

    obat) dan konseling pada pasien-pasien yang mendapat obat dengan cara

    pemberian khusus (seperti inhaler, suppositoria, obat tetes hidung, obat

  • tetes telinga), obat yang diminum dalam jangka waktu lama (seperti obat-

    obat diabetes mellitus, jantung, hipertensi, TB paru), obat-obat dengan

    indeks terapi sempit (seperti digoksin, phenobarbital) dan juga pada

    pasien yang baru pertama kali mendapat terapi obat TB paru. Hal ini

    dilakukan untuk menjamin kesadaran dan kepatuhan pasien dalam

    meminum obat sehingga dapat diperoleh hasil terapi yang optimal. Pada

    pasien rawat inap dilakukan juga praktek pelayanan farmasi klinik

    dengan menerjunkan langsung Apoteker di bangsal untuk melakukan

    visite ke pasien yaitu pada bangsal Kenanga, Seruni, Flamboyan, Dahlia,

    Soka, Cempaka dan IKW (Instalasi Khusus Wijayakusuma). Di bangsal

    IKW pasien mendapat obat dengan metode distribusi UDD sehingga

    akan mempermudah farmasis dalam memantau kepatuhan minum obat

    pasien dan memantau efek samping obat serta hasil terapi yang

    diinginkan.

    8. Pelayanan Farmasi Klinik

    Kegiatan pelayanan farmasi klinis yang sudah berjalan di RSU Kabupaten

    Tangerang saat ini meliputi safe handling cytotoxic, pelayanan informasi

    obat, konseling (rawat inap dan rawat jalan) dan visite ruangan dan

    pemantauan terapi obat.

    a. Safe handling cytotoxic

    Safe handling cytotoxic RSU Kabupaten Tangerang mulai berjalan April

    2007. Ruangan Safe handling cytotoxic sudah diatur sedemikian rupa,

    dimana terdapat area labeling, area cuci, area ganti pakaian, pass box

    dan area pencampuran atau rekonstitusi yang dilengkapi dengan BSC

    tipe II (Biological Safe Cabinet). Tidak semua farmasis dapat

    melakukan kegiatan ini karena petugas harus memiliki pengetahuan

    tentang obat kanker, telah mengikuti pelatihan tentang teknik

    rekonstitusi obat kanker yang aman dan hasil medical check-up

    menunjukkan petugas dalam keadaan sehat. Pelaksanaan Safe handling

    cytotoxic di RSU Kabupaten Tangerang didasarkan pada standar

  • operasional yang telah disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi dan

    disahkan oleh direktur RSU Kabupaten Tangerang. Prosedur standar

    operasional safety handling cytotoxic RSU Kabupaten Tangerang

    meliputi :

    1) Standar prosedur pemeriksaan laboratorium

    2) Standar prosedur kebersihan ruang pencampuran sitotoksik

    3) Standar prosedur kebersihan clean room

    4) Standar prosedur permintaan pencampuran obat sitotoksik

    5) Standar prosedur persiapan pencampuran obat sitotoksik

    6) Standar prosedur pencampuran obat sitotoksik

    7) Standar prosedur pengiriman obat sitotoksik ke ruangan perawatan

    8) Standar prosedur mencuci tangan

    9) Standar prosedur dekontaminasi Biological Safety Cabinet ( BSC )

    10) Standar prosedur disinfeksi Biological Safety Cabinet

    11) Standar prosedur memasang dan menanggalkan pakaian pelindung.

    12) Standar prosedur menarik larutan dari ampul dan menyuntikan ke

    dalam large volume.

    13) Standar prosedur mengambil larutan dari vial dan menyiapkan syringe

    untuk pengiriman.

    14) Standar prosedur pertolongan kontak langsung kulit/mata dengan obat

    sitotoksik.

    15) Standar prosedur memasang dan menanggalkan pakaian pelindung saat

    membersihkan tumpahan dan menyiapkan obat sitotoksik diluar BSC,

    dengan tujuan melindungi petugas dari paparan obat sitotoksik

    16) Standar prosedur membersihkan tumpahan obat sitotoksik diluar BSC

    Standar ini dibuat dengan tujuan melindungi petugas dan lingkungan

    terhadap paparan obat sitotoksik

    17) Standar prosedur pelatihan petugas penanganan obat sitotoksik.

    18) Standar prosedur pembuangan obat sitotoksik

  • b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

    Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat berupa :

    1) Penyajian informasi obat pada saat penyerahan dan pada saat

    kunjungan ke ruangan, informasi tersebut dapat berupa: sediaan

    obat, nama generik, bentuk, dosis, cara pemakaian, interval, waktu

    pemberian, efek samping obat, dll.

    2) Mampu menyulusuri sumber-sumber informasi yang diperlukan

    secara cepat dan tepat.

    3) Dapat menyediakan informasi baik lisan maupun tertulis.

    4) Menjaga serta memperbaharui pengetahuan atau informasi tentang

    terapi obat dengan cara terus menerus mengevaluasi literatur.

    5) Komunikasi dengan penderita, dilakukan di depo rawat jalan dengan

    mengkhususkan pada pasien dengan penyakit kronis.

    6) Menjawab pertanyaan secara langsung atau melalui telepon. Kegiatan

    PIO (Pelayanan Informasi Obat) dilaksanakan di rawat jalan dan

    rawat inap, PIO yang dilaksanakan dirawat jalan terbagi menjadi dua

    yaitu PKMRS (Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit) yaitu

    berupa penyuluhan kepada masyarakat terkait penyakit dan obat dan

    yang kedua pemberian informasi terkait obat oleh Apoteker ke

    pasien pada saat penyerahan obat atau dapat juga memberikan

    informasi terkait obat kepada dokter atau perawat yang bertugas

    dipoliklinik. Sama halnya seperti PIO yang dilaksanakan di rawat

    jalan, PIO yang dilaksanakan di rawat inap tidak terbatas pada

    pasien, informasi terkait obat dapat juga diberikan kepada dokter,

    perawat, asisten apoteker dan rekan sejawat apoteker.

    c. Visite

    Kegiatan visite apoteker di RSU Kabupaten Tangerang belum

    dilaksanakan diseluruh ruangan rawat inap. Saat ini kegiatan visite

    apoteker pada pasien rawat inap baru dilaksanakan di ruangan Seruni,

    Kenanga, Dahlia, Soka, Kemuning, Cempaka, Flamboyan dan ICU.

    Kegiatan visite dilakukan pada pagi hingga siang hari. Apoteker

  • bersama dengan Dokter dan Perawat memantau perkembangan

    kesehatan pasien dan hasil visite yang dilakukan ditulis dalam buku

    visite yang dipegang oleh Apoteker yang bertanggung jawab dalam

    ruangan perawatan masing-masing. Hal-hal yang ditulis dalam buku

    visite Apoteker yaitu tanggal dilakukannya visite, perkembangan

    kesehatan pasien, terapi obat yang digunakan, ditambahkan ataupun

    terapi obat yang dihentikan.

    d. Konseling

    Kegiatan konseling terbagi menjadi dua, yaitu konseling rawat inap dan

    konseling rawat jalan. Konseling yang dilakukan di rawat inap ini

    dilakukan pada saat pertama kali pasien mendapatkan obat peroral dan

    pada saat penyerahan obat pulang kepada pasien. Sedangkan konseling

    pasien rawat jalan dilakukan diruangan khusus konseling di Depo

    Farmasi Rawat Jalan.

    Hal-hal yang dilakukan pada tahap konseling yaitu :

    a) Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.

    b) Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan ole

    Dokter kepada pasien dengan jenis pertanyaan open-ended question

    atau dengan metode three prime question:

    1) Apa yang dikatakan Dokter mengenai obat

    2) Bagaimana cara pemakaian obat

    3) Efek apa yang diharapkan dari obat tersebut

    c) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat

    d) Verifikasi akhir: mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi

    dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara

    penggunaan obat, untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

    e. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

    Sebelum melakukan PTO terlebih dahulu dilakukan penetapan prioritas

    pasien karena kebanyakan rumah sakit tidak memiliki cukup Apoteker

    untuk dapat memantau setiap pasien yang menerima obat. Seleksi pasien

    dapat dilakukan berdasarkan status penyakit atau berdasarkan terapi

  • obat, namun RSU Kabupaten Tangerang belum memiliki ketetapan

    khusus terkait status penyakit pasien dan jenis terapi obat tertentu yang

    akan dilakukan pemantauan terapi obat. Kegiatan pemantauan terapi

    obat yang sudah berjalan selama ini hanya berdasarkan perkiraan, kasus

    mana yang memiliki banyak permasalahan terkait obat yang sekiranya

    menarik untuk dilakukan pemantauan terapi obat. Seleksi pasien

    berdasarkan status penyakit terbagi atas:

    a) Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi status penyakit atau

    mungkin beresiko tinggi mengalami masalah yang berkaitan dengan

    obat.

    b) Pasien dengan masalah memerlukan zat terapi yang toksik

    c) Pasien dengan kerusakan jantung atau ginjalyang signifikan atau pasien

    dengan gangguan fungsi hati.

    d) Pasien lanjut usia atau pasien sangat muda usia

    Seleksi pasien berdasarkan terapi obat :

    a) Pasien yang menerima obat dengan resiko tinggi reaksi toksisitas,

    contohnya pasien mengkonsumsi antikoagulan, obat untuk

    kardiovaskular, antibiotika, antikonvulsan dan antineoplastik.

    b) Pasien dengan multi masalah dan pasien yang diobati dengan

    polifarmasi.

    Setelah pasien dan obat telah diidentifikasi, maka proses pengkajian

    dan pemantauan dapat dimulai. Proses pemantauan terapi obat terdiri

    dari:

    a) Pengumpulan data pasien

    b) Menghubungkan terapi obat dengan masalah tertentu atau status

    penyakit

    c) Mengembangkan sasaran terapi tertentu

    d) Mendesain rencana pemantaun terapi obat

    i. Pengembangan parameter pemantauan tertentu

    ii. Penetapan titik akhir farmakoterapi

    iii. Penetapan frekuensi pemantauan

  • e) Mengidentifikasi masalah dan atau kemungkinan ROM (Reaksi Obat

    Merugikan)

    f) Pengembangan alternatif atau solusi masalah. Proses pengambilan

    keputusan

    g) Pendekatan intervensi dan tindak lanjut

    h) Mengkomunikasikan temuan dan rekomendasi, jika perlu ke Dokter

    atau Professional kesehatan lainnya untuk mendapatkan solusi atau

    alternatif terhadap masalah yang telah diidentifikasi (3).

    C. Komite Farmasi dan Terapi (KFT)

    Komite Farmasi dan Terapi RSU Kabupaten Tangerang yaitu sebuah komite yang

    secara fungsional membantu direktur untuk memberikan masukan mengenai

    masalah-masalah yang muncul secara profesional dan berada di bawah Direktur

    RSU Tangerang. KFT RSU Tangerang diketuai oleh seorang Dokter Spesialis

    Penyakit Dalam dengan sekretaris seorang Apoteker dan beranggotakan semua

    Staf Medik Fungsional (SMF) namun tidak termasuk perawat.

    Formularium digunakan sebagai acuan dalam perencanaan pengadaan obat dan

    perbekalan farmasi oleh instalasi farmasi untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.

    Dalam hal perumusan formularium, KFT melakukan evaluasi formularium setiap

    tiga tahun namun formularium yang digunakan RSU Tangerang saat ini masih

    formularium tahun 2009. Formularium selanjutnya seharusnya sudah terbit pada

    tahun 2012, tetapi hingga saat ini formularium tersebut belum dapat diterapkan di

    RSU Kabupaten Tangerang. Walaupun masih menggunakan formularium tahun

    2009 namun formularium ini selalu dilakukan revisi setiap tahunnya. Dalam rapat

    yang membicarakan revisi formularium juga dibahas laporan kekosongan obat,

    obat yang tidak terpenuhi, evaluasi suplier, kelancaran distribusi obat, evaluasi

    kecepatan pelayanan keluhan dan pelayanan pasien. Tujuan utama pembuatan

    formularium RSU Tangerang adalah menyediakan :

    1. Informasi tentang obat yang telah disetujui penggunaannya oleh Komite

    Farmasi dan Terapi.

    2. Informasi pengobatan dasar dari setiap obat yang telah disetujui.

  • 3. Informasi tentang kebijaksanaan dan prosedur rumah sakit yang mengatu

    penggunaan obat-obatan. Informasi yang khusus seperti peraturan dosis obat

    dan singkatan-singkatan yang biasa digunakan rumah sakit.

    D. Central Sterilization Supply Department (CSSD)

    Unit Sterilisasi Sentral atau CSSD (Central Sterilization Supply Departement)

    merupakan suatu unit pelayanan yang menyediakan bahan dan alat steril kepada

    unit-unit yang melakukan tindakan aseptis, pembedahan, tindakan penyakit

    menular. Penyediaan barang atau alat steril dimulai dari proses perencanaan,

    pengadaan, pencucian atau dekontaminasi, pengemasan dan pemberian tanda,

    sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusian serta memberikan jaminan mutu

    kualitas sterilitasnya (8).

    Tujuan didirikannya instalasi sterilisasi sentral dan laundry di RS Kabupaten

    Tangerang untuk membebaskan bahan-bahan dari kuman dan sporanya,

    membunuh kuman-kuman atau mikroorganisme, mencegah terjadinya infeksi

    nosokomial (INOS), serta mencegah timbulnya luka infeksi operasi/tindakan

    medis lainnya. Pada awalnya instalasi sterilisasi sentral merupakan bagian dari

    kamar operasi yang dikelola oleh petugas kamar operasi dengan penggunaan

    sebatas penyeterilan alat-alat, baik itu instrumen, linen, dan bahan habis pakai

    lainnya menurut kebutuhan kamar operasi. Sesuai Surat Keputusan Bupati

    Tangerang No.81 tahun 2004 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit

    Umum, maka Instalasi Sterilisasi Sentral berubah menjadi Instalasi Sterilisasi

    Sentral dan Laundry.

    a. Struktur Organisasi

    Instalasi Sterilisasi Sentral dan Laundry di RSU Kabupaten Tangerang

    merupakan suatu instalasi dibawah bidang pelayanan penunjang medik.

    b. Kegiatan CSSD (Central Sterilization Supply Department)

    Pada awalnya pelayanan diberikan hanya kepada IBS (Instalasi Bedah

    Sentral) dan OK IGD atau CITO tetapi kemudian seiring dengan

    perkembangan rumah sakit dan kebutuhan akan pelayanan jasa penyeterilan

    maka Instalasi Sterilisasi Sentral mulai memberikan pelayanan kepada

  • ruangan lain secara bertahap. CSSD menerima permintaan sterilisasi

    instrumen, linen dan bahan-bahan habis pakai setiap hari kerja dari semua

    instalasi di RSU Kabupaten Tangerang. Kegiatan pelayanan Instalasi

    Sterilisasi Sentral dan Laundry dibagi menjadi 2 shift yaitu shift I dimulai

    pukul 07.30-14.00 WIB dan shift II dimulai pukul 14.00-21.00 WIB. Selain

    permintaan penyeterilan instrumen, linen, dan bahan lainnya, instalasi

    sterilisasi sentral juga memproses atau membuat bahan-bahan steril habis

    pakai terutama yang diperlukan oleh Instalasi Bedah Sentral, Kamar

    Bersalin dan OK IGD atau CITO. Adapun bahan-bahan steril habis pakai

    yang diproduksi atau diproses oleh instalasi sterilisasi sentral meliputi big

    gaas, gaas, dapper, roll gaas, kassa GV (Ganti Verban) dan bola tampon.

    Metode sterilisasi yang digunakan dalam proses sterilisasi di CSSD RSU

    Kabupaten Tangerang terdiri dari dua metode, yaitu sterilisasi dengan mesin

    sterilisasi uap dan sterilisasi menggunakan plasma.

    1. Mesin Sterilisasi Uap

    Pada dasarnya ada dua jenis mesin uap sterilisasi uap, yaitu mesin

    sterilisasi uap tipe gravitasi dan mesin sterilisasi tipe prevakum. Jenis

    mesin sterilisasi uap yang digunakan di CSSD RSU Kabupaten

    Tangerang adalah mesin sterilisasi tipe prevakum, dimana udara

    dikeluarkan dari chamber oleh suatu pompa vakum. Proses sterilisasi

    menggunakan alat ini dapat berlangsung lebih cepat karena efikasi dan

    kecepatan pengeluaran udara berjalan dengan baik. Alat sterilisasi suhu

    tinggi (Gething) dapat digunakan untuk sterilisasi instrumen dan linen

    pada suhu 121C dan 134C selama kurang lebih 15 menit. Sterilisasi

    pada suhu 121C digunakan untuk sterilisasi linen sedangkan suhu

    134C digunakan untuk sterilisasi instrumen.

    2. Sterilisasi menggunakan Plasma.

    Plasma didefinisikan sebagai gas terdiri dari elektron ion-ion, maupun

    partikel-partikel neutral. Pada plasma yang terbentuk dari hidrogen

    peroksida, proses pembentukan plasma mengalami dua fase yaitu fase

    difusi hidrogen peroksida dan fase plasma. Pembentukan plasma

  • dimulai setelah pemvakuman chamber, uap hidrogen peroksida yang

    dihasilkan dari larutan 58% hidrogen peroksida masuk ke dalam

    chamber melalui mekanisme difusi. Alat atau bahan yang akan

    disterilkan kemudian terpapar oleh uap hidrogen peroksida selam 50

    menit pada konsentrasi 6 mg/L. Hidrogen peroksida pada dasarnya

    memiliki aktivitas mematika mikroorganisme, pada pembentukan

    plasma berfungsi mematika mikroorganisme. Fase plasma ini

    berlangsung selama 15 menit pada 40 watt. Setelah fase plasma selesai

    setiap spesies reaktif akan bergabun kembali membentuk senyawa

    stabil berupa air dan oksigen. Metod sterilisasi menggunakan plasma ini

    dilakukan untuk peralatan yang tida tahan terhadap pemanasan tinggi

    seperti selang ventilator, alat endoskop dan lain-lain (8).

    Mutu sterilisasi dapat dinilai dengan tiga indikator, yaitu indikator

    mekanik, indikator kimia dan indikator biologi.

    1. Indikator mekanik

    Indikator mekanik adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi

    seperti gauge, tabel dan indikator suhu maupun tekanan yang

    menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik.

    Pengukuran temperatur dan tekanan merupakan fungsi penting dari

    sistem monitoring sterilisasi, maka bila indikator mekanik bekerja

    dengan baik akan memberikan informasi segera mengenai

    temperatur, tekanan, waktu dan fungs mekanik lainnya dari alat dan

    memberikan indikasi adanya masalah apabila alat rusak dan

    memerlukan perbaikan. Indikator mekanik tidak menunjukkan

    bahwa keadaan steril sudah terpenuhi, melainkan hanya memberikan

    informasi secara cepat tentang fungsi dari alat sterilisasi. Karena

    bersifat mekanis, maka tidak dilakukan kalibrasi alat dengan tepat.

    2. Indikator kimia

    Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan

    sterilisasi (misalnya: uap panas) pada banyak objek yang disterilkan,

    dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia memeberikan

  • informasi tercapainya kondisi steril pada setiap kemasan, sehingga

    selain digunakan diluar, ada juga yang diletakkan didalam kemasan.

    1) Indikator Internal

    Indikator internal ini berupa tip yang dimasukkan pada

    pembungkus alkes yang akan disterilisasi dimana tip akan

    berubah warna menjadi hitam pada proses sterilisasi suhu tinggi.

    Indikator ini menunjukkan bahwa benda pada kemasan telah

    melewat proses sterilisasi. Indikator internal ini baru dilakukan

    pada paket kamar operasi.

    2) Indikator Eksternal

    Indikator eksternal ini berupa autoclave tape, yaitu indikator

    yang ditempelkan pada luar kemasan, dengan terjadinya

    perubahan warna (menjadi hitam saat terpapar panas setelah

    proses sterilisasi), indikator ini memberikan informasi bahwa

    bagian luar kemasan benda yang diterilkan telah melewati

    proses sterilisasi. Alat yang dibungkus dengan pouches,

    indikator ini dapat terlihat pada pinggir pouches yang juga

    berubah warna menjadi hitam setelah proses sterilisasi

    dilakukan.

    3) Indikator untuk Bowie Dick Test

    Uji ini dilakukan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada alat

    sterilisasi dan untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam

    ruang sterilisasi. Uji ini hanya digunakan pada metode sterilisasi

    uap panas yang menggunakan sistem vakum untuk melihat

    efisiensi pompa vakum pada alat sterilisasi serta untuk

    mengetahui adanya kebocoran udara dalam ruang sterilisasi.

    Adapun tahapan yang dilakukan dalam uji Bowie Dick indikator

    kimia dimasukkan kedalam alat sterilisasi yang kosong dan

    disterilisasi pada suhu 1340C selama 3,5 menit. Setelah itu

    indikator kimia dievaluasi dengan melihat perubahan warna dari

    kuning menjadi hitam yang menandakan bahwa pompa vakum

  • pada alat berjalan dengan baik. Uji ini dilakukan setiap hari

    sebelum proses sterilisasi alat dilakukan.

    3. Indikator Biologi

    Indikator biologi ini merupakan indikator yang menggunakan bakteri

    Bacillus Stearothermophylus dimana bakteri ini merupakan bakteri

    tahan panas sehingga proses sterilisasi pada suhu 1210C bakteri ini

    tidak mati. Indikator biologi yang digunakan di RSU Kabupaten

    Tangerang adalah berbentuk vial tertutup yang mengandung strip

    spora berisi media pertumbuhan yang mengandung zat warna.

    Setelah sterilisasi selesai indikator dimasukkan dalam inkubator

    selama 24 jam. Bila selama proses sterilisasi spora terbunuh, maka

    tidak akan terjadi perubahan warna. Sebaliknya apabila spora dapat

    bertahan, maka dalam media pertumbuhan akan terjadi perbentukan

    asam yang dapat mengakibatkan perubahan warna. Pengujian

    dengan indikator biologi dilakukan setiap satu minggu sekali.

    E. Instalasi Pengelolaan Limbah/sanitasi

    Instalasi pengolahan limbah RSU Kabupaten Tangerang merupakan bagian dari

    pelayanan penunjang non medis. Jenis limbah yang ditangani Instalasi Pengolahan

    Limbah RSU Kabupaten Tangerang meliputi limbah padat dan limbah cair.

    Sistem pengolahan limbah yang diterapkan adalah sistem terpusat artinya limbah

    yang berasal dari seluruh ruangan dipompa ke bak pengumpul. Limbah

    merupakan sisa proses yang keberadaannya perlu dikelola dengan pembakuan

    yang dipersyaratkan. Limbah rumah sakit yang mengandung unsur kimia, fisika,

    dan mikroba sangat berpotensi menimbulkan dampak negatif atau penyakit

    terhadap lingkungan.

    1. Limbah Padat Instalasi sanitasi di RSU Kabupaten Tangerang mengelola limbah padat yang

    bersumber dari RSU maupun luar RSU. Adapun jenis limbah padat adalah

    benda tajam, jarum infus, kassa, verban, botol selang infuse, sisa jaringan

    tubuh. Langkah pertama pada pengolahan limbah padat adalah

  • mengumpulkan sampah dari seluruh ruangan, lalu dipisahkan berdasarkan

    sampah medis dan non medis. Sampah non medis ditempatkan pada plastik

    hitam dan dikumpulkan pada suatu tempat yang selanjutnya akan diangkut

    oleh Dinas Kebersihan. Untuk sampah medis dimasukkan dalam plastik

    kuning diangkut ke ruang mesin dimana dilakukan pemilihan antara benda

    tajam dan benda tidak tajam. Untuk sampah sitostatika tidak dibedakan

    dengan sampah medis sehingga penangannya tidak berbeda dengan sampah

    lainnya, hal ini dikarenakan sulitnya mencari plastik yang berwarna ungu

    yang menandakan bahwa sampah tersebut merupakan sampah sitostatika dan

    untuk sampah kadaluarsa ditempatkan di plastik berwarna coklat (missal

    obat-obatan). Limbah B3 kemudian diangkut kembali ke tempat pengolahan

    akhir oleh pihak ke 3.

    2. Limbah Cair

    Pengelolaan limbah cair dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah

    (IPAL) bantuan pemerintah Austria. IPAL RSU Kabupaten Tangerang

    menggunakan system SBR (Sequencing Batch Reactor) tipe W3 yang

    merupakan proses modifikasi dari proses pengelolaan lumpur aktif

    konvensional. Dimana unit pengelolaan secara biologi serta pemisahan air

    limbah terolah dengan lumpur (sedimentasi) dilakukan dengan reaktor/tangki

    SBR selama waktu siklus yang ditentukan. Terdapat 5 proses yang harus

    dilalui dalam SBR yaitu filling, mixing, aerasi, sedimentasi dan decanting.

    a. Filling merupakan proses memasukkan ke dalam SBR.

    b. Mixing merupakan proses pencampuran antara air dengan limbah yang

    akan diolah.

    c. Aerasi merupakan pemberian O2 ke dalam SBR

    d. Sedimentasi merupakan proses pengendapan hasil pengolahan limbah

    dari tahap sebelumnya.

    e. Decanting merupakan pengeluaran hasil pengolahan limbah yang berupa

    air dari SBR.

    Hasil limbah yang berupa air dimasukkan ke dalam kontainer kemudian

    dilakukan desinfeksi dengan kaporit. Selanjutnya hasil desinfeksi dimasukkan

  • ke dalam bak penampungan untuk dilakukan uji kualitas air setiap 1 bulan

    sekali. Waktu yang diperlukan hingga proses ini kurang lebih 4 jam. Hasil

    limbah yang berupa lumpur dimasukkan ke sludge holding tank (bak penahan

    lumpur) dan diberi polielektrolit agar terjadi penggumpalan.

    Instalasi ini juga melakukan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan sarana

    dan prasarana IPAL serta melakukan pemeriksaan kualitas air limbah di

    inflow (sebelum limbah cair diolah) maupun effluent (setelah limbah cair

    diolah) dengan hasil pemeriksaan disesuaikan dengan baku mutu limbah cair

    rumah sakit yaitu Kep.58/Men.LH/12/1995. Selain pengolahan limbah padat

    dan cair rumah sakit, yang harus diperhatikan dalam program sanitasi antara

    lain pengelolaan kebersihan bangunan, penyediaan dan pengawasan air

    bersih, pembuatan makan dan minuman yang bersih dan sehat. Pengendalian

    serangga dan binatang pengganggu, pemeliharaan taman dan kesehatan

    lingkungan.