pbl_komunikasi empati

21
Kata Pengatar Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah membimbing saya dari awal hingga akhir dalam pembuatan makalah ini. Dan tak lupa saya mengucapkan terimakasih terhadap dosen yang telah membimbing saya dalam pembuatan makalah ini, serta kepada teman-teman saya yang telah mendukung saya dalam pembuatan makalah ini. Semoga apa yang telah saya buat dalam makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat menambah pengetahuannya lagi. Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya meminta Saudara-saudara sekalian untuk meminta kritik dan saran dari Anda. Akhir kata saya mengucakan terimakasih atas perhatiannya dan selamat membaca. Jakarta, 22 Oktober 2010 Levina Septembera

Upload: levina-septembera-chung

Post on 31-Jul-2015

81 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PBL_komunikasi empati

Kata Pengatar

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah

membimbing saya dari awal hingga akhir dalam pembuatan makalah ini. Dan tak lupa saya

mengucapkan terimakasih terhadap dosen yang telah membimbing saya dalam pembuatan makalah

ini, serta kepada teman-teman saya yang telah mendukung saya dalam pembuatan makalah ini.

Semoga apa yang telah saya buat dalam makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat

menambah pengetahuannya lagi.

Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu

saya meminta Saudara-saudara sekalian untuk meminta kritik dan saran dari Anda.

Akhir kata saya mengucakan terimakasih atas perhatiannya dan selamat membaca.

Jakarta, 22 Oktober 2010

Levina Septembera

Page 2: PBL_komunikasi empati

Pendahuluan• Latar Belakang Masalah

Perilaku adalah hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang

diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap, tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang

antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. (Lewit)

Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lngkungan yang mempengaruhi kesehatan

individu, kelompok, atau masyarakat .(Blum, 1974)

Perlakuan seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di dalam

diri seseorang, dan berdasarkan penelitian yang serta literatur, didapatkan bahwa perilaku

masyarakat yang erat kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat yang terbentuk

melalui kegiatan yang disebut pendidikan kesehatan.

Perilaku (manusia) adalah semua tindakan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung

maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

• Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini agar kita dapat lebih mengetahui dan

mengenal tentang perilaku sehat, teori perubahan perilaku (Prekontemplasi,

Kontemplasi, Persiapan, Tindakan, Pemeliharaan) dan juga pola hidup yang

sehat.

Page 3: PBL_komunikasi empati

ISIA. Perilaku

Dalam kehidupan masyarakat ada yang dinamakan pola perilaku. Pola perilaku adalah suatu cara

masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus di ikuti oleh semua anggota

masyarakat tersebut.

Pengertian

Perilaku adalah hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang diwujudkan

dalam bentuk pengetahuan, sikap, tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan

pendorong dan kekuatan penahan. (Lewit)

Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lngkungan yang mempengaruhi kesehatan

individu, kelompok, atau masyarakat .(Blum, 1974)

Perlakuan seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di dalam

diri seseorang, dan berdasarkan penelitian yang serta literatur, didapatkan bahwa perilaku

masyarakat yang erat kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat yang terbentuk

melalui kegiatan yang disebut pendidikan kesehatan.

Pengertian perilaku dilihat dari Segi Biologis

Perilaku (manusia) adalah semua tindakan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati

langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Pengertian perilaku dilihat dari Segi Psikologis

Menurut Skiner (1938), perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Pengertian itu dikenal dengan teori S-O-R (stimulus-organisme-respons).

Skinner membedakan respons menjadi dua jenis, yaitu respondent response (reflexive) dan

Operant response atau instrumental response.

1. Respondent response atau reflexive

Respondent response merupakan tanggapan yang ditimbulkan oleh rangsangan stimulus tertentu.

Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation, yang bisa menimbulkan respons atau tanggapan

yang relatif tetap, contohnya : ketika seseorang berkeinginan untuk makan karena melihat makanan

Page 4: PBL_komunikasi empati

yang lezat, dan cahaya yang menyilaukan menyebabkan mata tertutup. Respons ini juga merupakan

respons emosi atau perilaku emosional, contohnya : ketika kita mendengar musibah, kita akan

merasa sedih atau ketika kita lulus ujian kita akan merasa gembira. Tetapi kemungkinan dari respon

ini sangatlah kecil.

2. Operant response atau instrumental rseponse

Operant response merupakan tanggapan yang berjalan dengan timbul dan berkembang, kemudian

diikuti dengan stimulus tertentu atau perangsang tertentu. Sebagai contoh : seorang mahasiswa

belajar dengan tekun (respon tanggungjawab) sehingga mahasiswa tersebut mendapatkan nilai yang

bagus (stimulus baru), dan menghasilkan ia mendapatkan beasiswa dan ia akan tambah giat dalam

belajar. Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response. Oleh karena itu untuk

membentuk jenis respons atau perilaku perlu diciptakan suatu kondisi yang disebut operant

conditioning, yaitu dengan menggunakan urutan-urutan komponen penguat berupa hadiah.

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut Skiner

(Notoatmodjo, 2003;Sunaryo;2004) antara lain sebagai berikut.

Langkah pertama: melakukan pengenalan terhadap sesuatu penguat, berupa

hadiah atau reward.

Langkah kedua: melakukan analisis untuk mengindentifikasi bagian-bagian

kecil pembentuk perilaku yang diinginkan, selanjutnya disusun dalam urutan

yang tepat menuju perilaku yang diinginkan.

Langkah ketiga: menggunakan bagian-bagian kecil perilaku, yaitu sebagai

berikut.

Bagian-bagian perilaku disusun secara urut dan dipakai sebagai tujuan

sementara.

Mengenal penguat atau hadiah untuk masing-masing bagian

Membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang telah tersusun tersebut.

Jika bagian perilaku pertama telah dilakukan, hadiah akan diberikan sehingga

tindakan tersebut sering dilakukan

Akhirnya akan dibentuk perilaku kedua dan seterusnya sampai terbentuk

perilaku yang diharapkan.

Pembagian perilaku dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus

Perilaku tertutup(convert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus sifatnya masih tertutup. Respon ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan

sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut (misalnya

mengetahui bahaya rokok, tetapi ia masih merokok, mahasiswa mengatahui

Page 5: PBL_komunikasi empati

pentingnya belajar untuk kepentingan kuliahnya).

2. Perilaku terbuka(overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam bentuk tindakan

nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain misalnya

membaca buku pelajaran membaca buku pelajaran, rajin belajar, berhenti

merokok, dan selalu memeriksa kehamilan bagi ibu hamil.

Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Masing-

masing unsur dalam perilaku kesehatan tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut

• Unsur-unsur dalam perilaku kesehatan

1. Perilaku terhadap sakit dan penyakit

Perilaku terhadap sakit dan penyakit merupakan respon internal dan eksternal

seseorang dalam menanggapi rasa sakit dan penyakit baik dalam bentuk

respon tertutup (sikap, pengetahuan) maupun dalam bentuk respon terbuka

(tindakan nyata).

2. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

Perilaku seseorang untuk memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh

terhadap masalah kesehatan. Sebagai contoh, melakukan senam pagi setiap

hari jumat bagi pegawai negeri, kebiasaan sarapan pagi, makan makanan

bergizi seimbang, dan melakukan meditasi.

3. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)

Segala tindakan yang dilakukan seseorang agar dirinya terhindar dari penyakit,

misalnya imunisasi pada balita, melakukan 3M, dan pendekatan spiritual untuk

mencegah seks bebas pada remaja

4. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita

penyakit atau kecelakaan, mulai dari mengobati sendiri sampai mencari

bantuan ahli. Contohya, individu pergi kepelayanan kesahatan saat sakit,

membeli obat dari warung atau toko obat, berobat kepelayanan traisional.

Page 6: PBL_komunikasi empati

5. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

Perilaku ini merupakan respon individu terhadap sistim pelayanan kesehatan,

perilaku terhadap petugas, dan respon terhadap pemberian obat-obatan.

Respon ini terwujud dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, dan

penggunaan fasilitas, sikap, terhadap petugas, dan obat-obatan

6. Perilaku terhadap makanan

Perilaku ini meliputi pengetahuan, sikap dan praktik terhadap makanan serta

unsur-unsur yang terkandung didalamnya (gizi, vitamin) dan pengolahan

makanan. Dari beberapa literatur, perilaku terhadap makanan menjadi bagian

dari kesehatan lingkungan.

7. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan

Perilaku ini merupakan upaya seseorang merespon lingkungan sebagai

determinan agar tidak mempengaruhi kesehatannya misalnya, bagaimana

mengelola pembuangan tinja, air minum,tempat pembuangan sampah,

pembuangan libah, rumah sehat dan pembersihan sarang-sarang.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat

Perilaku sehat dimotivasi oleh faktor-faktor seperti berikut :

1. Persepsi tentang kerentanan : Derajat risiko yang dirasakan seseorang

terhadap masalah kesehatan

2. Persepsi tentang keparahan penyakit : Tingkat kepercayaan seseorang

bahwa konsekuensi masalah kesehatan yang akan menjadi semakin parah

3. Persepsi tentang manfaat suatu tindakan : Hasil positif yang dipercaya

seseorang sebagai hasil dari tindakan

4. Persepsi tentang hambatan : Hasil negatif yang dipercayai sebagai hasil dari

tindakan

5. Petunjuk untuk bertindak : Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang

untuk bertindak

6. Etifikasi diri : Kepercayaan seseorang akan kemampuannya dalam

melakukan tindakan.

Page 7: PBL_komunikasi empati

Klasifikasi hidup sehat

Menurut Becker (1979) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan diklasifisikan sebagai

berikut :

1. Perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Seperti : tidak merokok,

minum-minuman keras, istirahat cukup.

2. Perilaku sakit

Perilaku sakit adalah respons dari seseorang terhadap sakit dan penyakit,

persepsi akit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan

penyakit, dan usaha-usaha untuk mencegah penyakit.

3. Perilaku peran sakit

Perilaku peran sakit adalah segala aktivitas individu yang menderita sakit

untuk memperoleh kesembuhan. Dari segi sosiologis, orang sakit mempunyai

peran yang meliputi hak dan keawjiban orang sakit. Perilaku peran sakit

meliputi hal-hal berikut :

A. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

B. Mengenal atau mengetahui fasilitas sarana pelayanan atau penyembuhan

penyakit yang layak.

C. Mengetahui hak (memperoleh perawatan) dan kewajiban orang sakit

(memberi penjelasan kepada dokter.

Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rasangan dari luar organisme (orang), tetapi dalam memberikan respon sangat

bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama, tetapi respon

setiap orang akan berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap

stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku

Page 8: PBL_komunikasi empati

dibedakan menjadi 2 yaitu eksternal dan internal. Determinan faktor internal

merupakan karakteristik dari orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan

contohnya ras, sifat fisik, sifat kepribadian(pemalu, pemarah, dan penakut),

bakat bawaan, tingkat kecerdasan dan kelamin. Determinan atau faktor

eksternal seperti lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

Benyamin Bloon (1908) membagi perilaku manusia dalam tiga domain,

yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Sementara itu menurut Ki Hajar

Dewantara, perilaku manusia terdiri atas Cipta (kognisi), rasa (emosi) dan

karsa (konasi). Urutan pembentukan perilaku baru khususnya pada orang

dewasa diawali dengan domain kognitif. Individu terlebih dahulu mengetahui

stimulus untuk menimbulkan pengetahuan, selanjutnya timbul domain afektif

dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya. Pada akhirnya, setelah

objek yang diketahuimya. Pada akhirnya, setelah objek diketahui dan disadari

sepenuhnya, timbul respons berupa tindakan atau keterampilan (domain

psikomotor). Tetapi pada kenyataannya perilaku baru yang terbentuk tidak

selalu mengikuti urutan tersebut. Tindakan individu tidak harus didasari

pengetahuan dan sikap.

Teori Perubahan Perilaku

Kerangka perubahan memiliki tahapan, dan dibutuhkan teori-teori

perubahan sesuai dengan tahapannya, model Prochaska dan

DiClemente disebut sebagai model Transtheoretical(kadang disingkat

menjadi tahapan perubahan).

Seseorang bisa memasuki rangkaian tahap ini di tahap manapun, tanpa harus

dimulai dari awal.

Tahap-tahapan proses perubahan perilaku :

- Tahap Satu : Prakontemplasi : Seseorang tidak berniat melakukan tindakan.

Barangkali karena sekedar tidak tahu bahwa ada masalah terkait perbuatannya

(Contoh : makan makanan tinggi lemak dan tidak berolahraga) atau karena

tidak tertarik atau terdorong untuk berubah karena berbagai alasan.

- Tahap Dua : Kontemplasi : Seseorang berpikir tentang merubah suatu di

bulan yang akan datang(perencanaan) dan menimbang pro dan kontra

tindakannya tersebut. Proses ini tidak terjadi secara instant atau segera. Dalam

tahapan ini, orang belum siap melakukan tindakan. Proses menimbang pro dan

Page 9: PBL_komunikasi empati

kontra ini dikenal sebagai keseimbangan keputusan. Proses inilah yang akan

menentukan apakah seseorang akan terus bergerak ke arah perubahan.

- Tahap Tiga : Persiapan : Seseorang siap melakukan sesuatu. Mereka berniat

untuk bertindak segera dan memiliki rencana atas gagasan tentang apa yang

akan mereka perbuat. Dalam tahap ini, program yang menyediakan langkah

tindakan adalah tepat(cotoh : diet untuk menurunkan berat badan, Program

kebugaran, dll).

- Tahap Empat : Tindakan : Seseorang sudah melakukan tindakan dan

mengarah ke perubahan. Tetapi tidak semua tindakan dapat diperhitungkan,

hanya tindakan-tindakan yang diketahui sebagai langkah untuk mencegah atau

mengurangi risiko masalah kesehatan yang dilakukan.

- Tahap Lima : Pemeliharaan : Sudah terjadi perubahan yang

bermakna/signifikan pada perilaku seseorang dalam hal risiko kesehatan dan

sekarang diarahkan pada mempertahankan perubahan perilaku tersebut agar

tetap berjalan dan tidak kembali ke kebiasaan yang buruk di masa lampau.

Tahap ini membutuhkan tekad dan upaya yang sungguh-sungguh. Contoh :

Perokok berat yang sudah berhenti merokok akan menghadapi tantangan

untuk menolak untuk menjadi perokok lagi.

- Tahap Enam : Terminasi : Seseorang di tahap ini sudah benar-benar telah

menyelesaikan proses perubahan perilakunya. Kebiasaan buruknya sudah tidak

menjadi bagian dari perilaku orang tersebut sama sekali, seakan-akan mereka

tidak pernah mempunyai kebiasaan yang buruk tersebut. Untuk mencapai

tahap ini tidaklah mudah, kebanyakan orang hanya sampai ke tahap

pemeliharaan. Elemen kunci di tahap ini adalah efektivitas diri. Efektivitas diri

adalah keyakinan seseorang bahwa ia mampu melakukan suatu perilaku.

Ketika mencapai tahap terminasi, seseorang harus memiliki efektivitas diri.

Page 10: PBL_komunikasi empati

• Faktor-Faktor Perubah Perilaku Individu

Faktor individu :

- Kesadaran dan pengetahuan (tentang risiko kesehatan, cara mencegah

masalah kesehatan, dsb.)

- Karakteristik biofisik (misal : genertik, kerentanan sistemik).

- Sikap dan motivasi personal

- Tahap-tahap perkembangan

- Sosialiasi perilaku/kebiasaan(dari orangtua/keluarga).

Faktor sosial/budaya/kelompok :

- Pola hidup kelompok sosial/sebaya

- Sikap/kepercayaan kultural (dan implikasinya terhadap kesehatan)

- Tingkat dukungan sosial

Faktor sosioekonomi dan struktural :

- Kemiskinan

- Pendidikan

- Akses ke layanan kesehatan dan pencegahan/informasi

- Tekanan sosial

- Akses terhadap air bersih

Faktor politik :

- Kebijakan dan pendanaan untuk program promosi kesehatan

- Asuransi kesehatan

- Perundang-undangan yang berdampak pada risiko kesehatan(misal : larangan

menjual rokok ke anak yang di bawah umur).

Faktor lingkungan :

- Adanya risiko di lingkungan

Page 11: PBL_komunikasi empati

- Bencana alam

- Kondisi yang memungkinkan penyebaran penyakit menular

Faktor-faktor ini cenderung bekerja bersama-sama

• Pola Hidup Sehat

Pola hidup sehat bisa dimulai dan ditinjau dari berbagai aspek :

- Pola makan yang seimbang

Komposisi zat gizi nya minimal :

Karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%, kolestrol <300mg/hari,

serat 25g/hari, garam sesuai anjuran untuk orang normal, pemanis

secukupnya.

- Pengaturan berat badan

Penentuan status gizi bisa dilakukan dengan rumus Brocca yaitu :

1. Berat badan idaman : (Tinggi badan-100) - 10%

2. Berat badan kurang : <90 % Berat Badan idaman

3. Berat badan normal: 90-110 % Berat Badan idaman

4. Berat badan lebih: 110-120 % Berat Badan idaman

5. Gemuk: > 120 % Berat Badan idaman

- Cukup asupan kalsium meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan

dengan cara mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan

tambahan vitamin D setiap hari, dapat membantu meningkatkan kepadatan

tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup

kalsium.

Penting adanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium setiap harinya. Adapun

dosis harian yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per

hari, sementara untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari.

- Olahraga beban selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan

sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan

kepadatan tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga

tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.

Page 12: PBL_komunikasi empati

• Pola Hidup Sehat

Pola hidup sehat memiliki hubungan erat dengan konsep sehat. Sehat adalah

kondisi terbebabasnya tubuh dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar

seseorang. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak

dari keberhasilan mengatasi stresor (pusat strees). Sehat juga berarti keadaan

di mana seseorang ketika diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan

ataupun tidak terdapat tanda – tanda penyakit.

Sehat terbagi menjadi 2 bagian yaitu sehat mental dan sehat sosial. Sehat

mental adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,

intelektual, dan emosional seseorang menjadi optimal. Sehat sosial adalah

perikehidupan dalam masyarakat sehingga setiap orang memiliki cukup

kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan seseorang sehingga

memungkinkan untuk bekerja, beristirahat, dan menikmati hiburan pada

waktunya.

Banyak keluhan kesehatan yang dikarenakan pola / gaya hidup, yaitu pola

pikir, pola makanan dan minuman, pola gerak / aktivitas, olahraga dan

pakaian.

A. Pikiran

Salah satu memiliki pola hidup sehat adalah dengan memiliki pikiran positif.

Pikiran positif adalah pikiran yang tidak bertentangan dengan norma – norma

kehidupan. Dan usahakan mengabaikan apa yang memicu timbulna pikiran

negatif.

B. Makanan dan minuman

Hindari mengkonsumsi makanan dan minuman olahan dan berpengawet,

seperti sosis, bakso, dan makanan kaleng. Perbanyak makanan dan minuman

Page 13: PBL_komunikasi empati

sehat serta vitamin. Meminum air putih sangat dianjurkan. Makanan olahan

akan menyebabkan terjadinya pengapuran yang melapisi sistem saraf di tubuh

kita.

C. Kelakuan atau aktivitas

Perilaku sangat berpengaruh pada pola hidup sehat. Berperilaku buruk

terutama tidak menjaga panca indra akan menyebabkan penyakit. Penyakit –

penyakit yang timbul atas perilaku buruk biasanya sulit disembuhkan atau

membutuhkan waktu lama dalam terapi penyembuhannya, karena selain terapi

fisik, orang tersebut juga harus diterapkan mental.

D. Olahraga

Olahraga dapat berpengaruh pada kerja sistem saraf dan membantu

memperbaiki sistem tubuh. Sebagai contohnya adalah senam energomik.

Senam energomik sangat baik untuk mengaktifkan sistem saraf, sistem

pemanas tubuh, dan sistem biolistrik pada tubuh manusia. Dengan senam

maka tubuh akan sehat dan bugar.

E. Pakaian

Sebaiknya tidak menggunakan pakaian – pakaian atau hiasan yang menekan

titik – titik saraf karena akan berpengaruh pada organ tubuh. Misalanya jam

yang talinya mencengkeram tangan dengan sangat lama akan membuat

kepala terasa pusing, karena aliran darah tidak berjalan dengan lancar akibat

cengkraman jam tangan yang begitu kuat.

Page 14: PBL_komunikasi empati

Daftar Isi

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

BAB I : Pendahuluan3

A. Latar Belakang Masalah 3

B. Tujuan 3

BAB II : Pembahasan Masalah 4

A. Definisi Perilaku Sehat 4

B. Definisi perilaku sehat dilihat dari segi psikologis 4

C. Perilaku kesehatan5

D. Unsur-unsur dalam perilaku kesehatan6

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sehat7

F. Klasifikasi hidup sehat 7

Page 15: PBL_komunikasi empati

G. Domain Perilaku8

H. Teori perubahan perilaku8 I.Faktor-faktor perubahan perilaku individu10

J. Pola Hidup Sehat11

BAB III : Penutup 13

A. Kesimpulan 13

B. Saran 13

Daftar Pustaka 14

Penutup

• Kesimpulan

Setelah mempelajari ilmu perubahan tingkah yaitu melewati enam tahap

perubahan perilaku, prekontemplasi, kontemplasi, persiapan, tindakan,

pemeliharaan dan terminasi serta pola perilaku hidup sehat dapat

mempengaruhi tingkat kesehatan. Maka dari itu, dari hipotesis “ Perubahan

perilaku yang memerlukan tahapan-tahapan” adalah benar adanya. Dari mulai,

seseorang belum siap untuk memiliki konsekuensi dalam perubahan yang akan

orang tersebut jalani, sampai pada proses yang siap, kemudian melakukan

tindakan dan akhirnya menjaga agar perubahan itu tetap berlangsung tahan

lama.

• Saran

Lakukanlah pola hidup sehat dan bertekadlah untuk melakukan perubahan-

perubahan tingkah laku, agar kelak tingkat kesehatan kita dapa meningkat.

Page 16: PBL_komunikasi empati

Daftar Pustaka1. Maulana DJ, Heri. Promosi kesehatan. Konsep perilaku dan perilaku

kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. h.185-

6;190-2

2. Edberg M. Buku ajar kesehatan masyarakat : teori sosial dan perilaku.Teori

perilaku kesehatan individu. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.

h.52-5; 66-7

3. Edberg M. Buku ajar kesehatan masyarakat : teori sosial dan perilaku.Teori

sosial, budaya, dan lingkungan(bagian 1). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Page 17: PBL_komunikasi empati

EGC; 2010. h.80

4. Edberg M. Buku ajar kesehatan masyarakat : teori sosial dan perilaku.

Pendahuluan: keterkaitan antara kesehatan dan perilaku. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2010. h.8

5. Waspadji S, Sukardji K, Octarina M. Pedoman diet diabetes melitus. Jakarta:

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. h.6;15

6. Syamsu dan Nasrudin AM. 10 Agustus 2010. Pola hidup sehat. 20 Oktober

2010, dari HYPERLINK

"http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/2010/08/10/15031113/pola-

hidup-sehat-" http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/