empati 3 (modul empati dan motivasi)

51
Dr. ANANDIA PUTRIYUNI 1

Upload: fikri-asyura

Post on 07-Jan-2017

1.004 views

Category:

Education


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Dr. ANANDIA PUTRIYUNI1

Page 2: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

EMPATI DALAM HUBUNGAN

DOKTER - PASIEN2

Page 3: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Komunikasi empati dapat meningkatkan efektivitas terapi seorang dokter terhadap pasiennya.

Kegunaan empati sebagai alat komunikasi dokter – pasien adalah : Memfasilitasi anamnesa pasien Meningkatkan efisiensi dalam mengumpulkan informasi Menghormati pasien.

3

Page 4: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

MENDENGAR AKTIFMendengar secara aktif adalah kemampuan paling penting yang harus digunakan oleh seorang dokter dalam berempati dengan pasiennya.

Sepertinya , lebih sulit mendengar daripada berbicara, mendengar juga bagian yang sulit dalam diskusi. 4

Page 5: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Mendengar secara aktif berarti sikap yang “siap menerima” atau tingkah laku yang penuh perhatian.

Hal ini tidak hanya mendengarkan apa yang diucapkan, tapi juga mengamati nada atau tekanan suaranya.

5

Page 6: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Ada 4 syarat yang berhubungan dengan mendengar aktif :

1.Ketertarikan2.Siap untuk mendengar3.Mampu untuk mendengar4.Hadir secara utuh atau “all there”

6

Page 7: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Juga penting, orang yang sedang saya dengar mengetahui bahwa saya benar – benar mendengarnya.

Ini berarti, pasien perlu diberi tanda bahwa si dokter sedang mendengarnya.

7

Page 8: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Dapat menggunakan tanda non verbal seperti kontak mata, sikap tubuh dan isyarat. Atau dengan ungkapan verbal yang membesarkan hatinya, seperti dengan menggunakan pernyataan atau pertanyaan yang melengkapi atau menjelaskan.

8

Page 9: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

BERSIKAP EMPATI

Emosi yang muncul pada pasien, baik langsung maupun tersirat, akan menciptakan kesempatan seorang dokter untuk memberikan respon empati.

9

Page 10: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Empati kognitif dalam hal mempengaruhi atau meyakinkan pasien tentang penyakit atau pengobatannya.

Sedangkan empati afektif menyangkut konsultasi yang hangat dan dokter mencoba mengurangi kecemasan & ketakutan pasien.

10

Page 11: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Wendy Levinson dkk, meneliti sebanyak 116 kunjungan ke dokter umum dan dokter bedah yang telah direkam, untuk melihat jumlah kesempatan berempati atau ‘petunjuk’.

11

Page 12: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Lebih dari separuh kunjungan dari masing – masing tempat ditemukan satu atau lebih petunjuk.

Dan lebih dari setengah kasus, pasien tidak menyatakan emosinya terus terang tetapi secara halus.

12

Page 13: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Sayangnya, dokter umum yang merespon petunjuk tsb hanya 21 % dan dokter bedah 38 %.

Dan sering kehilangan kesempatan untuk mengenali secara adekuat perasaan pasien.

13

Page 14: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Petunjuk sering tertutupi dalam diskusi tentang masalah pengobatan dan mungkin dengan mudah terlewatkan oleh dokter yang sibuk mencari diagnosis dan terapi biomedis saja.

14

Page 15: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Bahkan, ketika kesempatan berempati tsb terlewatkan oleh seorang dokter, pasien cenderung untuk menunjukkannya kembali, kadang berulang – ulang.

15

Page 16: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Fenomena ini akan berlarut – larut ; terjadi anamnesa yang menimbulkan frustasi bagi pasien, kunjungan yang berulang – ulang tanpa perubahan dan dianggap sebagai ‘doctor shopping’ (dokter yang memilih – milih) oleh pasien yang merasa diabaikan atau merasa asing.

16

Page 17: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Setelah kesempatan berempati muncul, seorang dokter harus menunjukan sikap empati atau pernyataan empati. Pernyataan yang mewakili sikap empati telah dikelompokan atas kalimat permintaan, klarifikasi dan tanggapan.

Contoh : Kalimat Permintaan

“Tolong beritahu saya lebih lanjut tentang.......”“Apa yang terjadi pada anda ......”“Bagaimana perasaan anda tentang hal ini....”

17

Page 18: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Kalimat Klarifikasi“Biarkan saya melihat apakah benar.........”“Beritahu saya lebih lanjut tentang.....” “Saya ingin memastikan bahwa saya

mengerti apa yang anda rasakan.....”

Kalimat Tanggapan“Kelihatannya anda seperti.......” “Saya membayangkan bahwa.............”“Saya memahami bahwa apa yang

membuat anda merasa........” 18

Page 19: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Idealnya, setelah mendapatkan pernyatan empati dari dokter, pasien menyatakan persetujuan atau konfirmasi.

Contoh : “Anda dapat mengetahuinya, dokter” atau

“Ya, begitulah perasaan saya”.19

Page 20: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Apabila kita tidak memahami perasaan pasien secara tepat, seorang dokter harus mengizinkan pasien memperbaiki persepsi kita.

20

Page 21: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Menggunakan hipotesa - Test – Feedback Loop memungkinkan pasien untuk menjelaskan perasaan / pengalamannya sehingga dokter dapat mengulangi pernyataan empati yang awalnya terlewatkan.

21

Page 22: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Berikut ini contoh Hipotesa – Tes - Feedback Loop antara dokter – pasien :

Pasien : Saya bosan hidup dengan sakit kepala ini. Tidak seorangpun yang dapat membantu saya dan tidak ada obat yang ampuh.

Dokter (pernyataan hipotesa):Saya bisa melihat anda putus asa

dengan gejala penyakit anda yang tidak berkurang. 22

Page 23: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Pasien (memberikan umpan balik) : Ya, saya benar – benar khawatir akan

suatu penyakit yang mungkin saya derita.

Dokter (memperbaiki hipotesa) :Jadi, kelihatannya anda benar – benar

khawatir bahwa sesuatu yg lebih serius menyebabkan sakit kepala anda.

Pasien (penutup empati loop) :Ya, tepat sekali. 23

Page 24: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Pada contoh ini, dokter membuat pernyataan empati (hipotesa) tentang apa yang dialami pasien : putus asa dalam sakit kepala yang tidak sembuh.

Ketika hipotesa dites, pasien menerangkan bahwa walaupun putus asa, tapi ia khawatir dengan penyakitnya.

Dengan umpan balik (feedback), si dokter menyatakan kembali hipotesanya kepada pasien sehingga memungkinkan pasien mengetahui bahwa dokter telah mengetahuinya dengan tepat. 24

Page 25: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

HAMBATAN DALAM BEREMPATI1. Tidak cukup waktu selama kunjungan untuk

berempati.2. Dianggap tidak relevan & terlalu sibuk

memusatkan perhatian pada masalah medis.3. Berempati dianggap sebagai emosi yang

melelahkan.4. Merasa belum cukup pelatihan dalam

komunikasi empati.5. Merasa khawatir jika berempati penuh dalam

pekerjaannya, tidak akan menyisakan apapun untuk keluarganya. 25

Page 26: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Pernyataan atau sikap berempati hanya berlangsung sebentar dan lebih jauh dapat meningkatkan hubungan, membangun hubungan yang positif, dan bahkan dapat memperbaiki hubungan yang sulit.

Empati dapat menghemat waktu & biaya dan seringkali menjadi suatu metoda biaya efektif dalam diagnosa dini dan penanganan yang tepat. 26

Page 27: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Bersikap empati tidaklah aneh ataupun membutuhkan emosi yang melelahkan. Tidak seperti simpati, berempati tidak memerlukan usaha dalam melaksanakan tugas sebagai seorang dokter.

27

Page 28: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

PERBEDAAN DENGAN SIKAPSIMPATI SEORANG DOKTER

Empati digunakan seorang dokter dalam meningkatkan komunikasi dan memberikan perawatan, sedangkan simpati dapat memberatkan dan melelahkan secara emosi.

28

Page 29: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Menunjukan simpati dengan penderita seolah – olah penderitaan milik bersama

berarti

kita bersimpati dengan orang lain ketika melihat penderitaan orang lain dan berbagi dengan orang tsb.

29

Page 30: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Oleh karena itu, menderita bersama antar dokter – pasien tidak pernah ada, kalau ada, dokter akan berbagi dalam kesedihan pasien dan tidak akan dapat membantu.

Dalam empati, kita ‘meminjam’ perasaan orang lain untuk mengamati, merasakan dan memahaminya.

Tetapi bukan untuk membawanya masuk ke dalam diri kita.

30

Page 31: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

MENGAJARKAN EMPATI DI FAKULTAS KEDOKTERAN

Awalnya, empati mengacu pada ‘bedside manner’ (langsung berhadapan dengan pasien).

Sekarang, telah disadari bahwa komunikasi empati dapat diajarkan, suatu kemampuan yang dapat dipelajari dan ternyata bermanfaat bagi dokter dan pasiennya. 31

Page 32: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Empati dapat diajarkan sampai tingkat empati kognitif daripada tingkat empati afektif.

Sangat penting dipelajari terutama selama kepaniteraan klinik (ko ass) melakukan suatu anamnesa yang dapat mendorong pasien menjelaskan kecemasannya.

32

Page 33: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Dibandingkan anamnesa yang mengarah ke penyakit (disease centered interview), lebih baik mengajarkan anamnesa mengarah pada pasien (patient centered interview).

33

Page 34: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Cara yang diajarkan dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa kedokteran mendapatkan perasaan, penderitaan dan keprihatinan pasien :Pastikan adanya kebebasan pribadi / privacy ketika menganamnesa pasien.

34

Page 35: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Cairkan suasana dengan menunjukan rasa hormat dan perhatian secara menyeluruh, seperti mempertahankan kontak mata dan sikap tubuh yang cendrung menghadap ke depan. Dengarkan pasien tentang riwayat penyakitnya dan jangan menyela / interupsi selama sedikitnya 2 menit. 35

Page 36: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Mendorong pasien bercerita secara spontan dengan mengangguk tanda setuju.Perhatikan tanda verbal dan non verbal dari perasaan pasien.

36

Page 37: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Beri respon yang sesuai dan pengakuan secara eksplisit perasaan, penderitaan & keprihatinan pasien. Mendorong pasien berbicara tidak hanya tentang gejala penyakitnya, tetapi juga tentang diri, perasaan dan keluarganya.

37

Page 38: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Menjelang akhir anamnesa, jika sesuai, tanya satu atau lebih pertanyaan berikut :@ Dari semua masalah anda, mana yang paling membuat anda cemas ?@ Apakah anda mempunyai pilihan tentang bagaimana cara

mengatasinya ? 38

Page 39: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

@ Apakah anda mempunyai petunjuk tentang penyebab sakit anda ?@ Apa rencana anda untuk di masa

yang akan datang ?@ Bagaimana perasaanmu terhadap

semua masalah ini ?@ Bagaimana perasaan anda / keluarga saat diberitahu mengenai penyakit anda ?

39

Page 40: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Mendorong pasien untuk bertanya tentang penyakit & kecemasannya, dengan pertanyaan : “Apakah anda mempunyai pertanyaan mengenai penyakit / kondisi anda sekarang ?”

40

Page 41: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

41

SIMPATI PADA BINATANG

Page 42: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Para peneliti prilaku hewan menyatakan bahwa simpati tidak terbatas pada manusia. Contohnya lumba – lumba menyelamatkan manusia saat tenggelam atau dari serangan ikan hiu & banyak prilaku kera yang telah diamati, baik yang berada dalam kandang maupun yang hidup bebas (liar). 42

Page 43: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Tikus juga menunjukan prilaku simpati terhadap pasangan sekandangnya (bukan antar tikus yang tidak saling kenal) dalam kesakitan.

43

Page 44: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Selain itu, manusia dapat bersimpati terhadap binatang.

Seperti : pemikiran yang menjadi kekuatan psikologis dibelakang gerakan yang menyuarakan ‘hak binatang’.

44

Page 45: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

KASUS 1 Anda seorang dokter anak yang sedang merawat seorang pasien anak berusia 7 tahun yang menderita leukemia (kanker darah). Pasien merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri yg baru mendapatkan anak setelah 10 tahun usia perkawinan mereka. 45

Page 46: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Saat ini pasien demam, pucat karena anemia dan terbaring lemah dengan selang oksigen serta infus terpasang. Sedangkan orang tua pasien duduk disamping pasien sambil menatap anaknya & tanpa disadari air mata mereka menetes.

46

Page 47: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Kemudian mereka mencoba bertanya penyakit apa yg diderita anaknya kepada Anda. Anda pun menjelaskan bahwa penyakit yg diderita anak mereka sangat parah & angka kesembuhannya sangat kecil.

47

Page 48: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

Setelah mendengar keterangan dari Anda, orang tua pasien pun menangis berlinangan air mata meratapi nasib anaknya yg malang tersebut.Bagaimana sikap anda sebagai dokter yang berempati ?ATAUSimpati yang muncul ?

48

Page 49: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

KASUS 2

49

Page 50: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

50

Page 51: Empati 3 (modul empati dan motivasi)

51