pbl2modul2(revision)

22
Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Tinjauan Pustaka No. Telp (021) 5694-2061 Analisis Terhadap Adanya Permasalahan Gizi Buruk pada Balita di Posyandu Melati Rionaldo Sanjaya P 102012022 D2 [email protected] Pendahuluan Permasalahan yang dialami oleh pemerintah Indonesia masih sangat banyak, seperti kemiskinan, distribusi yang belum merata,gizi buruk, korupsi, pembunuhan dan penebangan liar, dan masih banyak lagi. Kondisi gizi buruk merupakan salah satu masalah tersebut, masih terdapat 900 ribu balita (4.5%) yang mengalami gizi buruk pada tahun 2012. Namun, permasalahan ini sudah mulai membaik disbanding tahun – tahun sebelumnya walaupun masih belum tuntas. Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekuranganasupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk apabila berat 1

Upload: rionaldo-sanjaya

Post on 26-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Tinjauan PustakaNo. Telp (021) 5694-2061

Analisis Terhadap Adanya Permasalahan Gizi Buruk pada Balita di Posyandu MelatiRionaldo Sanjaya P [email protected]

PendahuluanPermasalahan yang dialami oleh pemerintah Indonesia masih sangat banyak, seperti kemiskinan, distribusi yang belum merata,gizi buruk, korupsi, pembunuhan dan penebangan liar, dan masih banyak lagi. Kondisi gizi buruk merupakan salah satu masalah tersebut, masih terdapat 900 ribu balita (4.5%) yang mengalami gizi buruk pada tahun 2012. Namun, permasalahan ini sudah mulai membaik disbanding tahun tahun sebelumnya walaupun masih belum tuntas.Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekuranganasupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anakdisebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3bulan berturut-turut tidak naik) dan tidak disertai tanda-tanda bahaya. Gizi buruk dapat disebabkan karena kurangya asupan energy dan protein dalam makanan yang biasanya akibat dari perekonomian yang rendah, sanitasi dan higienis yang kurang, serta kesadaran akan pentingnya gizi yang seimbang yang belum memadai. Akibat dari gizi buruk ini yaitu perkembangan mental dan pertumbuhan anak terganggu dan mudah terserang penyakit diare. Sehingga perlu tindakan tindakan untuk pencegahan dengan memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Dalam makalah ini, penulis akan membahas dengan analisis mengenai masalah gizi buruk dan aspek aspek yang mempengaruhi serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah dan mengobati gizi buruk ini.Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar kita tahu apa saja aspek aspek yang mempengaruhi masalah ini juga pemecahan masalahnya.Rumusan masalahAdanya laporan balita bergizi buruk di posyandu melatiMind map

Gambar 1. Mind Map Masalah KesehatanHipotesisKurangnya upaya promotif dan preventif kesehatan di wilayah posyandu melati.

KasusKepala Puskesmas mendapatkan laporan tahunan dari kadernya di Posyandu Melati gambaran SKDN-nya sebagai berikut: S=850, K=750, D=450, N=411. Iapun mengerto melihat balok SKDN tersebut. Bahkan ada sejumlah 8 orang Balita yang dilaporkan sebagai BGM dan mendapatkan PMT pemulihan. Ia berjanji akan segera mengatasi masalah ini dengan bekerja sama dengan sector terkait lainnya. Gizi BurukGizi buruk adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mendapatkan gizi yang cukup dari makanan yang dikonsumsi, sehingga pertumbuhan mereka akan terganggu juga mudah terserang penyakit.1Penyebab langsung yang menyebabkan gizi buruk yakni konsumsi makanan yang buruk dan adanya penyakit. Bahkan anatara asupan gizi dan penyakit/infeksi terjadi interaksi saling menguatkan untuk memperburuk keadaan. Interaksi ini dapat berakibat fatal penyebab kematian dini pada anak anak. Penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi buruk adalah akses mendapatkan yang kurang, perawatan dan pola asuh anak kurang, dan pelayanan kesehatan serta lingkungan buruk atau tidak mendukung kesehatan anak-anak. Penyebab mendasar terjadinya gizi buruk terdari dua hal, yakni factor sumber daya potensial dan factor sumber daya potensial dan factor yang menyangkut sumber daya manusia (pengawasan, ekonomi, dan organisasi). Pengelolaan sumber daya potensial sangat erat kaitannya dengan politk dan ideology, suprastruktur, dan struktur ekonomi. Sedangkan factor sumber daya berkaitan erat dengan kurangnya pendikikan rakyat. Pemberdayaan rakyat melalui pendidikan sangat penting artinya untuk mengatasi penyebab tidak langsung gizi buruk.2

Gizi Buruk IndonesiaMenteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan saat ini Indonesia berada di peringkat kelima negara dengan kekurangan gizi sedunia. Ia menyebutkan jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia.Untuk menyelesaikan masalah ini Menteri Kesehatan mengajak seluruh pemangku kepentingan dari pemerintah, lembaga internasional, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, dan masyarakat untuk mengutamakan perbaikan pangan dan gizi dalam setiap kebijakan. Endang juga mengaku akan berkoordinasi dengan kementerian lain mengatasi masalah ini. Menteri Kesehatan akan meminta Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat untuk mengumpulkan kementerian-kementerian terkait (Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Kelautan) dengan masalah pangan agar dapat bersinergi dan bekerja sama menyelesaikan masalah gizi buruk.3

Konsep SehatUU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial danekonomi.4Menurut Henrik L. Blum, kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu, factor lingkungan, factor genetika, factor perilaku, dan factor pelayanan kesehatan (Gambar 1).

Gambar 1. Skema Derajat Kesehatan Menurut Henrik L. BlumSumber: Sudarma M5Berdasarkan peta pemikiran tersebut, dapat dilihat bahwa Blum meyakini bahwa perilaku individu memiliki pengaruh lebih besar disbandingkan pelayanan kesehatan. Sementara factor genetis hanya berpengaruh sebesar 5%. Teori ini menegaskan bahwa layanan kesehata hanya factor yang kurang berpengaruh dalam meningkatkan derajat kesehatan seseorang. Sedangkan factor perilaku dan lingkungan merupakan factor yang sangat besar dalam mendukung derajat kesehatan seseorang.Pada konteks inilah, pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan memiliki pernan penting dalam mendukung angka partisipasi kesehatan masyarakat atau dalam mendukung akselerasi kualitas kesehatan masyarakat. Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ini adalah perubahan perilaku individu dan budaya masyarakat sehingga mampu menunjukkan perilaku dan budaya yang sehat.5

Konsep SakitPengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkanoleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia.4Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya ketidakseimbangan antara agen atau penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host, dan factor lingkungan yang mendukung. Agen penyebab penyakit adalah sesuatu yang ada ataupun tidak dapat menimbulkan penyakit. Agen terbagi menjadi agen biotis dan abiotis. Agen biotis yaitu virus, bakteri, jamur, ricketsia,metazoa, dan protozoa. Agen yang bersifat abiotis yaitu nutrient agent, mechanical agent, physical agent, dan chemical agent. Pejamu atau host memiliki factor factor yang mempengaruhi timbulnya penyakit yaitu, Genetik / keturunan, umur, jenis kelamin, keadaan fisiologi, kekebalan, penyakit yang diderita sebelumnya, dan sifat sifat manusia.Faktor lingkungan bisa dibagi menjadi 3 bagian yaitu, lingkungan fisik, biologis, dan lingkungan social ekonomi. Lingkungan fisik yaitu factor geografik dan keadaan musim, misalnya Negara yang beriklim tropis mempunyai pola penyakit yang berbeda degan negara yang beriklim dingin atau subtropis. Lingkungan biologis ialah semua makhluk hidup yang berada di sekitar manusia, misalnya lingkungan yang kumuh dengan sanitasi yang buruk memiliki bakteri dan virus yang lebih tinggi dibandingkan lingkungan dengan sanitasi yang baik. Lingkungan social ekonomi termasuk pekerjaan ( seorang pekerja yang bekerja pada bidang radioaktif akan lebih mudah terkena penyakit akibat radioaksi dari zat zat tertentu disbanding pekerja kantor ), urbanisasi ( perpindahan penduduk yang tinggi sehingga timbul kepadatan suatu daerah akan menimbulkan tingginya jumlah sampah pada daerah tersebut ), perkembangan ekonomi ( perkembangan ekonomi yang tinggi membuat orang dengan ekonomi tinggi yang cenderung memakan makanan yang mengandung kolestrol akan memudahkan timbulnya penyakit kolestrol dan jantung ).6

Wilayah Kerja PuskesmasPuskesmas merupakan salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah umum dan akrab bagi masyarakat selain rumah sakit. Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.Puskesmas sebagai salah satu institusi kesehatan dasar yang paling dekat dengan masyarakat, keberadaanya memang sangat vital dan memiliki peran strategis dalam memperkuat derajat kesehatan masyarakat, apalagi berdasarkan tingkat pemanfaatan masyarakat khususnya di wilayah perkotaan terhadap layanan kesehatan seperti puskesmas sebagai tempat pelayanan pengobatan dan pemeriksaan kesehata cenderung lebih rendah, masyarakat lebih memilih layanan klinik medis, praktik dokter spesialis, dan rumah sakit swasta daripada puskesmas. Pada umumnya, sebagian masyarakat terutama menengah ke bawah tak memiliki pilihan lain dalam memperoleh pelayanan kesehatan termasuk tindakan pengobatan, meski kualitas pengobatan di puskesmas masih relative lebih rendah disbanding tempat lain. Masyarakat memilih puskesmas sebagai tempat berobat karena pertimbangan ekonomi dan factor jarak yang dekat terhadap lokasi tempat tinggal.7,8Wilayah kerja puskesmas bisa satu kecamatan atau sebagian dari wilayahkecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dankeadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menetukanwilayah kerja puskesmas.Luas wilayah kerja yang masih efektif bagi sebuah puskesmas di daerahpedesaan adalah suatu area dengan jari-jari 5 km, sedangkan luas wilayah kerjayang dipandang optimal adalah area dengan jari-jari 3km.Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerjapuskesmas ditetapkan oleh Bupati/Walikota, mendengarsaran teknis dari Kepala Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya/Kepala DinasKesehatan Dati II yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah DepartemenKesehatan Provinsi.Lokasi wilayah kerja puskesmas bisa beradadia, daerah pedesaan, daerah perkotaan, daerah industry, daerah perbatasan, daerah masyarakat terasing, daerah transmigrasi/pemukiman baru, daerah gugus kepulauanVariasi lingkungan lokasi wilayah kerja puskesmas perlu mendapatkanperhatian dalam upaya menjangkau dan memenuhi kebutuhan penduduk wilayah kerjanya. Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat masing-masinglokasi yang spesifik, tentunya puskesmas pada lokasi tertentu mempunyai coraktersendiri, baik jenis pelayanannya, maupun strategi untuk menjangkaumasyarakat seluas mungkin serta cara melindungi kesehatan masyarakat wilayahkerjanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya.8

Promosi KesehatanPromosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Promosi kesehatan meliputi dan merangkum pengertian dari istilah pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, komunikasi, informasi dan komunikasi.9

Komunikasi, informasi, dan edukasiIstilah ini sering kali digunakan pada kegiatan kependudukan dan keluarga berencana. Pendidikan diberikan secara lebih sistematis, yaitu dimulai kegiatan komunikasi, dilanjutkan dengan infromasi, dan akhirnya edukasi. Hal ini dilakukan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat, tentu diperlukan upaya untuk membuka jalur komunikasi, yang selanjutnya diisi dengan penyampaian dan dimantapkan dengan edukasi.

Pendidikan KesehatanSecara umurm, Tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan ( WHO ). Secara terperinci, tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai ( berharga ), menolong individu atau kelompok untuk mencapai tujuan hidup sehat, dan mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Penyuluhan KesehatanPenyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanmkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang beruhubungan dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan dalam promosi kesehatan diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran, di samping pengetahuan sikap dan perbuatan. Oleh karena itu, tentu diperlukan upaya penyediaan dan penyampain informasi yang merupakan bagian dari penyuluhan kesehatan. Kesimpulannya penyuluhan adalah pemberian penerangan dan informasi.9

Visi Indonesia Sehat 2010Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai dituangkan kedalam visi yang dirumuskan sebagai Indonesia Sehat 2010. Ditandai oleh penduduk hidup dalam lingkungan sehat ( lingkungan yang kondusif bagi terlaksananya keadaan sehat ) dan perilaku sehat ( perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan ), memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.Untuk mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010, ditetakan misi pembangunan kesehatan sebagai berikut, menggerakan pembangnan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan mengaktifkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkunganya.10

PosyanduPosyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice). Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare.Tujuan umum dibentuknya Posyandu adalah Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Tujuan khusus dibentuknya posyandu adalah Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA. Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya: Bayi, Anak balita , Ibu hamil, ibu bersalin dan ibu menyusui, serta Pasangan Usia Subur (PUS).Manfaat Posyandu bagi masyarakat adalah Memperoleh kemudahan untuk mendapatkaninformasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA. Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan pelayanan sosial dasar sektor lain terkait. Manfaat Posyandu bagi kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat adalah mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA. Manfaat Posyandu bagi Puskesmas adalah optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.Lokasi Posyandu berada di setiap desa/kelurahan atau sebutan lainnya yang sesuai. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun, atau sebutan lainnya yang sesuai.Kegiatan Utama dari posyandu, 1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) a. Ibu Hamil Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup: Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk PerencanaanPersalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelas Ibu Hamil antara lain sebagai berikut, Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi. Perawatan payudara dan pemberian ASI. Peragaan pola makan ibu hamil. Peragaan perawatan bayi baru lahir. Senam ibu hamil. b. Ibu Nifas dan Menyusui Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup: Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi. Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama). - Perawatan payudara. - Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas. c. Bayi dan Anak balita Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan,anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orangtua di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup: - Penimbangan berat badan - Penentuan status pertumbuhan - Penyuluhan dan konseling - Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

2. Keluarga Berencana (KB) Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant. 3. Imunisasi Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil. 4. Gizi Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikanmeliputi penimbangan badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes. 5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.11

PembahasanBerdasarkan data gizi buruk pada tahun 2010 menurut menkokesra angka gizi buruk yang terjadi di Indonesia sebanyak 4,9% dan pada tahun 2012 menurut kementrian kesehatan diperkirakan angka gizi buruk yang terjadi di Indonesia sebanyak 4,5% . Walaupun, angka gizi buruk tidak cukup tinggi namun pengurangan prevalensi gizi buruk tidak banyak setiap tahunnya. Sama halnya dengan kasus yang diberikan dari 450 balita yang ditimbang hanya 8 balita yang mengalami gizi buruk atau berat badan di bawah garis merah. Sehingga diperlukan tindakan untuk mengurangi angka gizi buruk seminimal mungkin sehingga hasilnya optimal. Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa tindakan salah satunya Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima dengan kegiatan Kampanye nasional untuk perubahan persepsi dan peningkatan pengetahuan dan perilaku masyarakat,Advokasi dan sosialisasi lintas sektor dan lintas lembaga untuk penggalangan dukungan pada Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima, Dialog untuk menggalang kerjasama dan kontribusi Gerakan Nasional Sadar Gizi, Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan partisipasi masyarakat untuk pengembangan dan pengaktifan norma-norma social, Diskusi dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat dan pengembangan norma-norma sosial. Pemerintah juga telah menyebarluaskan informasi kesehatan melalui Billboard berisi pesan-pesan terkait perilaku hidup bersih dan sehat, cuci tangan dengan sabun, gerakan sadar gizi dan lainnya. Pemerintah juga mendidik masyarakat untuk berpartisipasi dalam posyandu untuk melakukan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat lain. Pemerintah melalui program di posyandu memberikan pelayanan dengan pemantauan status gizi, pemberian pil besi, vitamin A, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, dan bila ada kasus kronis yang termasuk didalamnya BGM posyandu perlu melaporkan kepada puskesmas. Tindakan- tindakan yang yelah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah kesehatan ini dinilai belum cukup optimal ini dibuktikan dengan penurunan angka prevalensi yang rendah. Sehingga diperlukan tindakan promotif dan preventif sehingga masyarakat akan tahu dan sadar untuk merubah perilakunya melalui penyuluhan dan pendidikan kesehatan. Diperlukan adanya penyuluhan atau pemberitahuan terhadap masyarakat untuk turut serta memperbaiki gizi di Indonesia dengan pergi ke posyandu khususnya mereka yang menjadi sasaran dari posyandu yaitu bayi, balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, dan wanita usia subur.untuk menimbang bayi mereka dan menyatakan program program dari posyandu yang sangat menguntungkan mereka karena secara gratis. Ini dilihat dari kasus bahwa tidak semua balita ditimbang di posyandu hanya sebagian saja sehingga perlu tindakan tersebut. Program KB juga diperlukan dalam penyuluhan posyandu agar wanita usia subur mengikuti program KB sehingga angka kelahiran tidak semakin tinggi, dan ekonomi Negara juga tidak semakin buruk. Penyuluhan akan gizi yang seimbang juga diperlukan, sehingga prevalensi gizi buruk dapat berkurang dengan konsumsi makanan yang tidak mahal seperti susu yang murah, telur, tempe, tahu, ikan yang mengandung protein ditambah dengan nasi atau ubi yang memiliki kandungan karbohidrat. Perilaku bersih dan sehat juga penting didalam pencegahan gizi buruk, contohnya dengan pemberian ASI eksklusif, makanan yang bergizi dan beragam, dan sebagainya. Berdasarkan kasus yang telah diberikan, visi Indonesia sehat 2010 belum tercapai secara optimal ini dibuktikan dengan perilaku sehat ( perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan ) yang belum optimal sehingga timbulnya balita dengan gizi buruk, tidak semua masyarakat mampu menjangkau pelayanan kesehatan ini dibuktikan dengan hanya setengah masyarakat yang menjangkau pelayanan kesehatan.

KesimpulanAngka gizi buruk yang diketahui melalui kasus tidak tinggi ini menunjukkan bahwa tindakan yang telah dilakukan oleh posyandu sudah cukup baik namun kurang optimal, sehingga masih ditemukan kasus gizi buruk tesebut. Terlebih lagi posyandu perlu melakukan tindakan promotif dan preventif yang lebih lagi dengan menggalakan program KB, penimbangan balita, perilaku hidup bersih dan sehat, serta penjelasan mengenai program program posyandu yang menguntungkan masyarakat juga untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya bidang gizi dan tercapainya MDGs.

Daftar Pustaka1. World Food Programe. What is malnutrition. 2012. Diunduh dari www.wfp.org, 22 November 2012.2. Aritonang I, Priharsiwi E. Busung Lapar. Potret buram anak Indonesia di era otonomi daerah. Yogyakarta: Media Pressindo; 2006.h. 45-6.3. Putra AH. RI negara di urutan ke 5 yang warganya kurang gizi. 18 Januri 2012. Diunduh dari www.tempo.co, 22 November 2012.4. Budiarto E, Anggraeni D. Epidemiologi. Jakarta: EGC; 2002.h. 12-3.5. Sudarma M. Sosiologi untuk kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h. 52-3.6. Soejoeti SZ. Konsep sehat, sakit, dan penyakit dalam konteks social budaya. Maret 2008. Diunduh dari http://yuniawan.blog.unair.ac.id/files/2008/03/sehatsakit.pdf, 22 November 2012.7. Solikhah, Murtini, Hartini SM. Hubungan sikap masyarakat wilayah kerja puskesmas dengan pemanfaatan pelayanan rawat inap di puskesmas mergangsan kota Yogyakarta. Kes Mas September 2008;2(3):151.8. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penilaian kinerja puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2006.h.10-1.9. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.h.11-4.10. Daldiyono. Bagaimana dokter berpikir dan bekerja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2006.h.420.11. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman umum pengelolaan posyandu. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2011.h.11-28.14