pbl campak

12

Click here to load reader

Upload: amandashn96

Post on 03-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SKENARIO CAMPAK

TRANSCRIPT

Page 1: PBL Campak

Amanda Putri1102014017

LI. 1. MM virus campakLO 1.1 MorfologiLO 1.2 KlasifikasiLO 1.3 Transmisi

LI. 2. MM campakLO 2.1 DefinisiLO 2.2 EtiologiLO 2.3 EpidemiologiLO 2.4 PatofisiologiLO 2.5 ManifestasiLO 2.6 Diagnosis dan diagnosis bandingLO 2.7 TatalaksanaLO 2.8 PencegahanLO 2.9 KomplikasiLO 2.10 Prognosis

LO 1.1 Morfologi

Virus campak atau morbilli adalah virus RNA anggota family paramyxoviridae. Secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan virus lain anggota family paramyxoviridae. Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang dikelilingi oleh selubung virus. Virionnya bulat, pleomorphic (dapat merubah bentuk / ukuran sesuai dengan kondisi lingkungan), diameternya 150nm. Virus campak mempunyai 6 protein struktural, 3 diantaranya tergabungdengan RNA dan membentuk nukleokapsid yaitu; Pospoprotein (P), protein ukuran besar (L) dan nukleoprotein (N). Tiga protein lainnya tergabungdengan selubung virus yaitu; protein fusi (F), protein hemaglutinin (H) dan protein matrix (M). Paramyxoviridae adalah jenis virus RNA, yang merupakan penyebab berbagai penyakit diantaranya campak, gondong, parainfluenza, dan virus RSV. Virus dalam family ini berantai tunggal, tidak bersegmen, struktur molekul linier dengan simetri heliks. Paramyxoviruses memiliki kemampuan untuk menyebabkan sel-sel fusi, menciptakan sel-sel berinti besar yang disebut syncytia.

LO 1.2 Klasifikasi

Virus morbili berasal dari famili Paramyxoviridae. Famili ini semdiri pecah menjadi 2 subfamili dan 6 genus. 6 diantaranya patogen pada manusia:

a.Paramyxoviridae-Respirovirus-Rubelavirus

b.Pneumoviridae-Morbilivirus-Pneumovirus

Page 2: PBL Campak

-Metapneumovirus-Henipavirus

LO 1.3 Transmisi

Virus campak berada dalam lendir di hidung dan tenggorokan orang yang terinfeksi. Penularan campak dapat terjadi ketika bersin atau batuk. Lendir yang terinfeksi dapat mendarat di hidung orang lain atau tenggorokan ketika mereka bernapas atau memasukkan jari-jari mereka di dalam mulut atau hidung setelah menyentuh permukaan yang terinfeksi. Virus tetap aktif dan menular pada permukaan yang terinfeksi sampai 2 jam. Transmisi campak terjadi begitu mudah kepada siapa pun yang tidak di imunisasi campak. virus campak ada di dalam percikan cairan yang dikeluarkan saat mereka bersin dan batuk. Virus campak akan menulari siapa pun yang menghirup percikan cairan ini.

Virus campak bisa bertahan di permukaan selama beberapa jam, akibatnya, virus ini bisa bertahan menempel pada benda-benda. Saat kita menyentuh benda yang sudah terkena percikan virus campak, lalu menempelkan tangan ke hidung atau mulut, kita bisa ikut terinfeksi.

Campak lebih sering menimpa anak-anak berusia di bawah lima tahun. Tapi pada dasarnya semua orang bisa terinfeksi virus ini, terutama yang belum pernah terkena campak atau yang belum mendapat vaksinasi campak.

LO 2.1 Definisi

Campak adalah suatu penyakit akut menular, ditandai oleh tiga stadium: (1) stadium inkubasi sekitar 10-12 hari dengan sedikit, jika ada, tanda-tanda atau gejala-gejala; (2) stadium prodromal dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk yang semakin berat; dan (3) stadium akhir dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh, lengan, dan kaki dan disertai oleh demam tinggi Campak adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus.

Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles.(Penyakit Tropis, Erlangga edisi ke 2)

LO 2.2 Etiologi

Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dandarah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus tetap aktif min 34 jam pada temperature kamar, 15 minggu di pengawetan beku , beberapa hari pada suhu 0 derajat. Virus ini tdk aktif pada pH rendah. Di luar tubuh manusia virus ini mudah mati. Pada suhu kamar sekalipun, virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari. Virus campak mudah hancur oleh sinar ultraviolet.

Page 3: PBL Campak

LO 2.3 Epidemiologi

Campak adalah endemik pada sebagian besar dunia.Dahulu, epidemi cenderung terjadi secara irreguler, tampak pada musim semi di kota-kota besar dengan interval 2 sampai 4 tahun ketika kelompok anak yang rentan terpajan.Campak sangat menular, sekitar 90% kontak keluarga yang rentan mendapat penyakit.Campak jarang subklinis.Sebelum penggunaan vaksin campak, puncak insiden pada umur 5-10 tahun; kebanyakan orang dewasa imun.Sekarang di Amerika Serikat, campak terjadi paling sering pada anak umur sekolah yang belum diimunisasi dan pada remaja dan orang dewasa muda yang telah diimunisasi.Epidemi telah terjadi di sekolah menengah atas dan universitas dimana tingkat imunisasi tinggi.Epidemi ini diduga terutama karena kegagalan vaksin

LO 2.4 Patofisiologi

Morbili virus masuk kedalam tubuh hospes melalui droplet dan menyerang selinangnya dengan menempel pada reseptor spesifik di permukaan sel inang. Lalu virus bereplikasi dibagian sitoplasma sel inang dan memperbanyak diri dan akhirnya matang, lalu virus yang sudah matang ini akan merusak sel inangnya untuk keluar dari dalam sel dan mulai menginfeksi sel lainnya yang ada di tubuh hospes. Pada saat banyak sel yang di infeksi virus, maka akan terjadi eksudat yang serius. Karena ada eksudat, maka sistem imun kita bekerja dengan adanya reaksi inflamasi yaitu demam (suhu meningkat). Lalu virus ini akan menyebar ke berbagai organ melalui hematogen (aliran darah).

-Jika mengenai saluran cerna maka akan menyebabkan diarekarena ada bercak koplik, nafsu makan menurun, dan nutrisi kurang dari kebutuhan. -Jika mengenai saluran napas, bisa menyebabkan pilek dan batuk . -Jika mengenai konjungtiva radang bisa menyebabkan konjungtivitis. -Jika virus menyebar di kulit dan sekitar sebasea dan folikel rambut akan membentuk makulapapular di kulit

Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi, dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama.Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiktrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan, dan pendarahan yang tersebar pada otak.Kolonisasi penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah dan demam yang makin lama makin tinggi.Gejala panas, batuk, pilek makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler berwarna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encephalitis.Setelah masa konvelesenpada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam makin gelap, berubah menjadi

Page 4: PBL Campak

desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.LO 2.5 Manifestasi

Demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis, dan koriza. Gejala khas (patognomonik) adalah timbulnya bercak koplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi oleh eritema, dan berada dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Ruam eritematosa yang berbentuk makulopapula disertai meningkatnya suhu badan. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian atas lateraltengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka bengkak. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang, splenomegali, diare, dan muntah. Variasi lain adalah black measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus. 1. stadium masa inkubasi: 10-12 hari 2. stadium masa prodromal: demam ringan sampai sedang batuk makin berat,coryza dan konjungtivitas. Biasanya koplik spot (di mukosa pipi) muncul 2-4 hari setelahnya 3. stadium akhir: demam tinggi, ruam dari belakng telinga, lalu ke leher, muka,tubuhdan ekstremitas. Meskipun demikian menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak smeua manifestasinya sama dan jelas. Contohnya: pasien mengidap gizi kurang, ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan pasien sudah meninggal sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat terjadi diare yang berkelanjutan. Gejala klinis terdiri dai 3 stadium, yaitu:

Stadium prodromal, berlangsung selama 2-4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti dengan batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak koplik.

Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas.

Stadium penyembuhan (konvalens), setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.

LO 2.6 Diagnosis dan diagnosis banding

DiagnosisIni biasanya dibuat dari gambaran klinis khas; konfirmasi laboratorium

jarang diperlukan.Selama stadium prodromal sel raksasa multinuklear dapat diperagakan pada pulasan mukosa hidung.Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan, dan diagnostic naik pada titer antibody dapat dideteksi antara serum akut dan konvalesen.Angka sel darah putih cenderung rendah dengan

Page 5: PBL Campak

limfositosis relatif.Fungsi lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit.Kadar glukosa normal.

Diagnosis ditetapkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan serologic atau virologik yang positif yaitu bila terdapat demam tinggi terus menerus 38,5⁰C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau karena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tingg dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodormal, sel raksasa multinuklear dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan. Angka leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Pungsi lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit.Kadar glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah patognomonis untuk rubeola/campak.

Diagnosis bandingDiagnosis banding penyakit campak yang perlu dipertimbangkan adalah

campak jerman, infeksi enterovirus, eksantema subitum, meningokoksemia, demam skarlantina, penyakit riketsia dan ruam kulit akibat obat, dapat dibedakan dengan ruam kulit pada penyakit campak.

Campak Jerman/Rubella . Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.

Eksantema subitum. Perbedaan dengan penyakit campak, ruam akan timbul vila suhu badan menurun.

Infeksi enterovirus. Ruam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan campak. Sesuai dengan derajat demam dan berat penyakitnya.

Penyakit riketsia. Disertai dengan batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai wajah yang secara khas terlihat pada penyakit campak.

Meningokoksemia. Disertai ruam kulit yang mirip dengan campak, tetapi biasanya tidak dijumpai batuk dan konjungtivitas.

Ruam kulit akibat obat. Ruam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul setelah riwayat penyuntikan atau menelan obat.

Demam skarlantina. Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu dengan tekstur seperti kulit angsa secara jelas terdapat didaerah abdomen yang relatif mudah dibedakan dengan campak.

Page 6: PBL Campak

LO 2.7 Tatalaksana

Tidak ada pengobatan antivirus yang spesifik untuk penyakit campak. Pengobatan hanya terdiri dari terapi penunjang keadaan umum, seperti asupan cairan yang cukup dan penggunaan antipiretik untuk menurunkan demam. Dikarenakan infeksi sekunder oleh bakteri merupakan penyebab utama kematian pada penyakit campak, maka diperlukan penanganan kasus yang tepat seperti pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik sebagai pencegahan dapat menurunkan angka kematian.

Pemberian vitamin A merupakan pengobatan yang efektif pada penyakit campak. Vitamin A dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang disebabkan virus morbili ini. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memberikan rekomendasi pemberian vitamin A dengan dosis 200.000 IU (international unit) sekali dalam 1 hari selama 2 hari berturut-turut. Rekomendasi ini berlaku untuk anak usia 12 bulan. Untuk anak usia 6-12 bulan diberikan dosis yang lebih kecil, yaitu 100.000 IU sehari. Sementara anak dengan usia dibawah 6 bulan mendapat dosis 50.000 IU sehari. Dosis ketiga vitamin A diberikan 2-4 minggu kemudian pada anak dengan defisiensi vitamin A. Vitamin A dapat diberikan melalui mulut ataupun suntikan langsung ke pembuluh darah.

Isolasi pada pasien tidak efektif karena pasien datang umumnya saat sudah muncul bintik-bintik kemerahan, sementara penularan terjadi pada saat fase prodormal. Kebersihan dari pasien harus diperhatikan, termasuk kebersihan kulit, mulut, dan mata untuk mencegah infeksi sekunder.

Pada beberapa kasus, penyakit campak memerlukan perawatan di rumah sakit. Beberapa gejala yang menandakan bahwa pasien harus mendapat penanganan di rumah sakit antara lain kejang, sesak nafas, nyeri pada mata, penglihatan kabur, dehidrasi, diare hebat, diare darah, atau luka pada mulut yang berat.

LO 2.8 Pencegahan

Penyakit campak dapat dicegah melalui 2 cara:

1. Imunisasi pasif, yaitu pemberian imunoglobulin segera setelah terpapar virus morbili. Imunoglobulin terutama diperuntukan untuk mereka yang rentan mengalami campak yang berat seperti anak usia dibawah 1 tahun, orang dengan daya tahan tubuh rendah (termasuk pasien dengan HIV), dan ibu hamil. Bila ada ibu yang terkena campak, maka seluruh anak di rumah yang belum terimunisasi harus diberikan imunoglobulin.

2. Imunisasi aktif, yaitu dengan memberikan vaksin berupa virus hidup yang telah dilemahkan. Ada 2 macam vaksin yang tersedia, yaitu vaksin campak dan vaksin MMR (measles, mumps, rubella). Di Indonesia, kedua jenis vaksin diberikan. Untuk vaksin campak, usia yang direkomendasikan adalah usia 9 bulan dan suntikan kedua dilakukan saat berusia 6 tahun. Sementara vaksin MMR, diberikan saat usia 15 bulan dan usia 5-6 tahun untuk suntikan kedua.

Page 7: PBL Campak

Vaksin untuk penyakit campak direkomendasikan untuk semua anak, pekerja kesehatan, dan mereka yang akan bepergian ke tempat dimana kasus campak banyak terjadi. Larangan untuk dilakukan vaksinasi adalah pada pasien yang sedan hamil, memiliki riwayat alergi terhadap telur dan antibiotik neomisin, pasien dengan daya tahan tubuh rendah (kecuali akibat infeksi HIV), dan pemberian imunoglobulin baru-baru ini. Vaksinasi MMR adalah vaksin gabungan untuk campak, gondongan, dan campak Jerman. Vaksinasi MMR diberikan dua kali. Pertama diberikan ketika anak berusia 15 bulan dan dosis vaksin MMR berikutnya diberikan saat mereka berusia 5-6 tahun atau sebelum memasuki masa sekolah dasar. Vaksin memiliki fungsi yang cukup penting dalam mencegah campak.

LO 2.9 Komplikasi

Komplikasi dari campak bisa sangat berbahaya. Meski jumlah penderita komplikasi campak cukup sedikit, penyakit ini harus tetap diwaspadai. Contoh komplikasi akibat campak adalah radang pada telinga, bronkitis, infeksi paru-paru (pneumonia) dan infeksi otak (ensefalitis). Gangrene muncul dimana-mana tampak merupakan akibat purpura fulminant atau koagulasi intravascular tersebar.

a. Otitis Media. Otitis media mungkin merupakan komplikasi sekunder tersering dan harus diterapi sesuai dengan bakteri pathogen yang diduga.

b. Pneumonia. Pneumonia suatu komplikasi kedua yang terlazim tetapi penyebab kematian utama bagi pasien morbili.

c. Ensefalitis, suatu komplikasi yang jarang terjadi pada kira-kira 1-2 kasus per 1000.

Penyakit campak terjadi pada ibu yang sedang hamil beresiko untuk melahirkan premature atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

LO 2.10 Prognosis

Prognosis buruk mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh komplikasi yang terjadi. Komplikasi campak jarang terjadi, akan tetapi dapat menjadi serius apabila bersamaan dengan munculnya diare, pneumonia, dan encephalitis. Komplikasi hebat biasanya terjadi pada orang dewasa.

Page 8: PBL Campak

Daftar Pustaka

Widoyono.(2011). Penyakit Tropis. Edisi II. Jakarta : Erlangga

Ilmu Kesehatan Anak, Nelson Edisi 15

http://www.kerjanya.net/faq/3879-campak.html

http://www.alodokter.com/campak/

http://www.scribd.com/doc/190892030/campak#scribd