pbl blok 4 diabetes mellitus
DESCRIPTION
makalah pbl blok 4 fk ukridaTRANSCRIPT
Reseptor Insulin yang Tidak Bekerja pada Diabetes Mellitus
Ellen Sintia
D3/102012028
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
Abstrak
Diabetes Mellitus (DM), diambil dari bahsa Yunani diabetes berarti banyak urinisasi dan
mellitus yang berarti manis, yang mengacu pada kehadiran gula dalam urin. DM sendiri sering disebut
penyakit gula, atau penyakit kencing manis, diketahui sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh
adanya gangguan menahun terutama pada sistem metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein
dalam tubuh. Diabetes Mellitus dibagi menjadi beberapa bagian antara lain: DM tipe 1 (rusaknya sel β
pancreas), DM tipe 2 (rusaknya reseptor insulin), dan diabetes lainnya (contoh gestasional (intoleransi
karbohidrat pada ibu hamil)). DM juga berkaitan erat dengan insulin, insulin adalah hormon yang
dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang
normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan
sebagai cadangan energi. Insulin dalam memberikan efeknya harus berikatan dengan reseptor insulin.
Reseptor insulin adalah glycoprotein pembentuk membran yang terdiri dua subunit α dan dua subunit
β yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida.
Kata kunci : diabetes mellitus, reseptor insulin.
Abstrack
Diabetes Mellitus (DM), derived from the Greek, diabetes means a lot of urinisasi and mellitus
means sweet, which refers to the presence of sugar in the urine. DM itself is often called sugar
disease, or diabetes, known as a disease that is caused by the presence of disorders of chronic illness
especially in carbohydrate metabolism, fat, and protein in the body also. Diabetes Mellitus is divided
into several sections, there are: type 1 DM (destruction of the pancreas β cell), DM type 2
(destruction of insulin receptors), and another (ex: diabetes gestasional (carbohydrate intolerance in
pregnant women)). DM also closely related to insulin, insulin is a hormone released by the pancreas,
which is responsible for maintaining normal blood sugar levels. Insulin put sugar into the cells that it
can generate energy or stored as energy reserves. Insulin in giving effect must bind to the insulin
receptor. Insulin receptor is a membrane glycoprotein composed two α subunits and two β subunits
Insulin receptor is a membrane glycoprotein composed forming two α subunits and two β subunits
which covalently bound by disulfide bonds.
Keywors: diabetes mellitus, insulin receptor.
Pendahuluan
Diabetes atau yang sering disebut dengan Diabetes Mellitus merupakan penyakit kelainan
metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin, zat yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas.
Bisa pula karena adanya gangguan pada fungsi insulin, meskipun jumlahnya normal.
Banyak yang masih menganggap bahwa penyakit Diabetes merupakan penyakit orang tua,
penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan. Namun sesungguhnya setiap orang dapat
mengidap penyakit Diabetes ini, baik tua maupun muda. Banyak penderita Diabetes yang tidak
menyadari dirinya mengidap penyakit yang sering disebut penyakit Gula atau Kencing manis ini. Hal
ini mungkin disebabkan minimnya informasi di masyarakat tentang penyakit Diabetes terutama gejala
gejalanya.
Diabetes mellitus
Diabetes Mellitus (DM), diambil dari bahasa Yunani diabetes berarti banyak urinisasi dan
mellitus yang berarti manis, yang mengacu pada kehadiran gula dalam urin. DM sendiri sering disebut
penyakit gula, atau penyakit kencing manis, diketahui sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh
adanya gangguan menahun terutama pada sistem metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein
dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan kurangnya produksi hormon insuli, yang
diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta sintesis lemak . Kondisi ini
mengakibatkan terjadinya hiperglikemia, yaitu meningkatnya kadar gula dalam darah atau terdapatnya
kandungan gula dalam air kencing dan zat-zat keton dan asam yang berlebihan ini menyebabkan
terjadinya rasa haus yang terus menerus, banyak kencing, penurunan beratt badan meskipun selera
makan tetap baik, penurunan daya tahan tubuh (tubuh lemah dan mudah sakit).1
Seseorang dikatakan menderita Diabetes jika kadar glukosa dalam darahnya di atas 120mg/dl
(dalam kondisi berpuasa) dan diatas 200mg/dl (dua jam setelah makan). Tanda utama lain seseorang
menderita Diabetes adalah air seninya mengandung gula. Karena itu, penyakit ini disebut juga
penyakit Gula atau Kencing manis, dan penderita Diabetes disebut Diabetesi. Kadar gula darah yang
normal cenderung meningkat secara ringan tetapi bertahap setelah usia 50 tahun, pada orang orang
yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar gula dalam darah setelah makan atau minum
merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang
lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Diabetes terjadi jika tubuh
tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau
jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin.
Diabetes mellitus, kemungkinan merupakan gangguan endokrin yang paling baik diketahui,
disebabkan oleh defisiensi insulin atau hilangnya respon terhadap insulin pada jaringan terget,
hasilnya adalah glukosa darah yang tinggi-bahkan sedemikian tingginya, sehingga ginjal orang yang
menderita daibetes mengekresikan glukosa, yang menjelaskan mengapa kehadiran gula dalam urin
merupakan salah satu uji untuk diabetes. Semakin banyak gula terkondensasi dalam urin, semakin
banyak air yang diekskresikan bersamanya, yang menyebabkan urin dengan volume berlebih dan rasa
haus yang terus menerus. Karena glukosa menjadi tidak tersedia bagi sebagian besar sel tubuh
sebagai sumber bahan bakar utama bagi penderita diabetes, maka lemak harus berfungsi sebagai
substrat utama untuk respirasi seluler. Pada kasus diabetes yang serius, metabilit bersifat asam yang
terbentuk selama perombakan lemak akan menumpuk dalam darah, yang mengancam jiwa karena
meneurunkan PH darah.2
Diabetes mellitus dibagi menjadi beberapa tipe. Pada DM tipe I, terjadi kelainan sekresi insulin
oleh sel β pankreas. penurunan kadar insulin disebabkan oleh destruksi sel β. Pasien diabetes tipe ini
mewarisi kerentatan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel β pankreas.
Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri. Pasien DM tipe I memerlukan insulin untuk tetap bertahan hidup. Tanpa adanya
insulin dari luar, pasien tersebut akan mengalami ketoasidosis, koma, dan kematian.3,4
DM tipe II merupakan bentuk DM yang paling sering ditemukan dan ditandai oleh gangguan
pada sekresi serta kerja insulin. Kedua defek ini terjadi pada DM klinis. Penyebabnya , jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa
masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa masul dalam darah meningkat. DM tipe II juga memiliki
perubahan multifaktorial. Mayoritas pasien DM tidak bergantung pada insulin dan kebanyakan di
antara mereka menderita diabetes pada usia dewasa. Pada DM tipe 2 sering terdapat resistensi insulin
dengan insulinopenia relatif yang kadang-kadang pada saat-saat stres memerlukan insulin. Obesitas
dan obesitas pada bagian perut umumnya terlihat pada pasien-pasien DM tipe 2. Ketonasidosis jarang
ditemukan dan jika terlihat, keadaan ini berhubungan dengan stress atau penyakit lain yang
menjangkit pasien DM. Pasien DM juga cenderung mengalami komplikasi mikrovaskuler dan
makrovaskuler. 3,4
DM gestasional merupakan intoleransi karbohidrat yang megakibatkan hiperglikema dengan
keparahan yang beragam dan onset atau deteksi pertama kali pada saat hamil. Definisi ini berlaku
tanpa memandang apakah hormon insulin digunakan atau tidak dalam penaganan ataukah keadaan
tersebut tetap bertahan setelah kehamilan berakhir. Intoleransi glukosa dapat mendahulu kehamilan
tetapi keadaan ini tidak diketahui sebelumnya. 3
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggung jawab dalam
mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa
menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.
Insulin adalah hormon yang akan membantu kita untuk mendapatkan energy dari makanan
yang kita makan. Aliran darah kemudia membawa glukosa dan insulin ke sel-sel tubuh yang
membutuhkan. Insulin berperan untuk memungkinkan agar glukosa bisa masuk ke sel dan dapat
digunakan sebagai energi. Dengan masuknya glukosa ke dalam sel maka gula dalam darah akan turun.
Namun bila gula darah turun terlalu banyak maka organ hati akan melepaskan gulanya untuk
membuat keseimbangan. Hal ini juga akan membuat pancreas melepaskan insulin lagi untuk
mengimbangi kadar gula darah yang naik. Insulin ini berguna untuk memasukkan glukosa dalam sel.
Hal ini terus menerus berlangsung untuk menjaga kadar gula darah dalam jumlah yang optimal. Kadar
gula darah yang optimal akan membuat fungsi tubuh berjalan dengan baik.
Reseptor Insulin
Insulin dalam memberikan efeknya harus berikatan dengan reseptor insulin. Reseptor insulin
adalah glycoprotein pembentuk membran yang terdiri dua subunit α dan dua subunit β yang terikat
secara kovalen oleh ikatan disulfida. Seteleh insulin terikat pada subunit α, kompleks insulin reseptor
memasuki sel, di mana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin
reseptor mendasari down regulation reseptor yang dihasilkan oleh kadar insulin tinggi (misalnya pada
pasien obesitas). Ikatan insulin pada reseptor mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit β dan
memulai suatu rantai komples reaksi yang menyebabkan efek insulin.5
Gen yang mengkode reseptor insulin terletak pada lengan pendek dari kromosom 19. Insulin
berikatan dengan subunit α ekstraseluler, yang mengakibatkan perubahan bentuk sehingga
mengakibatkan ikatan ATP pada komponen intraseluler dari sub unit β. Ikatan ATP akan memicu
fosforilasi dari subunitβ melalui enzim tyrosine kinase. Fosforilase tyrosine pada substrat intraselular
ini disebut sebagai (IRS). IRS dapat mengikat molekul molekul sinyal yang lain, yang dapat
mengaktivasi insulin.6
Terdapat 4 jenis protein IRS. IRS 1 merupakan IRS terbesar di otot rangka. IRS 2 merupakan
IRS penting di liver, yang berfungsi dalam aktivitas perifer dari insulin dan pertumbuhan dari sel β
pankreas. IRS 3 ditemukan hanya pada jaringan adiposa, sel β, dan liver. Sedangkan IRS 4 ditemukan
di timus, otak, dan ginjal. IRS yang telah terfosforilasi akan mengikat src-homology-2 domain protein
(SH2) yang spesifik. Yang meliputi enzim penting seperti phosphatidylinositol-3-kinase (PI 3-kinase)
dan phosphotyrosine phosphatase SPHPTP2 (atau Syp), dan protein lain yang bukan enzim tapi dapat
menghubungkan IRS-1 dengan sistem sinyal intraselular yang laim (grb2 yang menghubungkan
dengan jalur RAS (rat sarcoma protein)).6
PI 3-kinase akan mengakibatkan translokasi dari protein glukosa transporter, glikogen, lipid
dan sintesis protein, anti-lipolisis, serta mengatur glukoneogenesis di liver. PI 3-kinase bekerja
melalui kinase serine dan threonine seperti Akt/protein kinase B (PKB), protein kinase C (PKC) dan
PI depentdent protein kinase 1&2 (PIPD 1&2), lihat gambar dibawah.6
Gambar 1. Skema Jalur Sinyal Insulin
Sintesa Protein 7,8
Secara garis besar, DNA sebagai bahan genetis mengendalikan sifat individu melalui proses
sintesis protein. Ada dua kelompok protein yang dibuat DNA, yaitu protein struktural dan protein
katalis. Protein struktural akan membentuk sel, jaringan, dan organ hingga penampakan fisik suatu
individu. Inilah yang menyebabkan ciri fisik tiap orang berbeda satu sama lain. Protein katalis akan
membentuk enzim dan hormon yang berpengaruh besar terhadap proses metabolisme, dan akhirnya
berpengaruh terhadap sifat psikis, emosi, kepribadian, atau kecerdasan seseorang.
Sintesa protein dikendalikan dari nukleus oleh DNA. DNA menentukan spesifikasi struktur
semua molekul protein, terutama enzim, yang mengkatalis seluruh aktivitas selular termasuk sintesa
Sumber: aulanni UB Malang
Gambar 2. Mekanisme Intraseluler Kerja Insulin
DNA itu sendiri. Peristiwa sintesis protein, sering disebut sebagai dogma sentral biologi molekular,
dapat dijelaskan dengan diagram berikut:
DNA RNA Protein
Transkripsi translasi
Bagian bagian dari rangkaian nukleotida DNA disalin dalam RNA, suatu asam nukleat yang
secara kimia dan fungsional berbeda. Perbedaan antara DNA dan RNA adalah seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan DNA dan RNA
Proses sintesis protein dapat dibedakan menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah transkripsi
yaitu pencetakan RNAd oleh DNA yang berlangsung di dalam inti sel. RNAd inilah yang akan
membawa kode genetik dari DNA. Tahap kedua adalah translasi yaitu penerjemahan kode genetik
yang dibawa RNAd oleh RNAt, dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Proses Sintesis Protein
Transkripsi
DNA RNA
Ribosa Deoksiribosa
Timin Urasil
Berantai dobel heliks Molekul berantai tunggal
Molekul lebih panjang Molekul lebih pendek
DNA 3 jenis (mRNA, tRNA, rRNA)
Transkripsi adalah proses menyalin data yang terdapat pada rantai sense (3′–>5″) DNA.
Rantai DNA terbuka dan salah satu rantai berfungsi sebagai pola untuk produksi rantai mRNA. Untuk
melakukan transkripsi dibutuhkan RNA polimerase, yang bertugas memasang basa-basa baru, dan
protein pengatur gen yang terikat pada rangkaian basa khusus pada molekul DNA dan menentuksan
segmen DNA yang harus disalin. Segera setelah salinan mRNA lengkap, rantai dobel heliks DNA asli
terbentuk kembali dan melepas mRNA. mRNA keluar dari nukleus melalui pori-pori membran
nukleus dan bergerak ke sitoplasma. Pesan yang ditulis pada mRNA berbentuk kode genetik. Setiap
kata pada kode terdiri dari tiga nukleotida yang berdekatan, atau triplet basa, yang membentuk kodon.
Tripet menentukan satu dari 20 jenis asam amino yang lazim ditemukan dalam protein.
Misalnya, jika kodon berupa GAG. Maka kode tersebut mewakili asam amino asam glutamat.
(Nukleotida pasangan yang terdapat dalam DNA adalah CTC). Karena ada empat jenis nukleotida,
maka kemungkinan ada 43 atau 64 triplet kodon, dan jenis asam amino yang dikodekan hanya ada 20.
Suatu kode dikatakan berdegenerasi jika banyaknya sam smino yang tersusun lebih dari satu kodon.
Kode yang disebut universal jika kodon yang sama emngandung asam-asam amino yang sama pada
seluruh makhluk hidup.
Gambar 4. Pemindahan Kode Dari 3′-5′-DNA Ke mRNA
Translasi
Translasi adalah proses proses penerjemahan kodon menjadi asam amino dan
menyambungkan setiap asam amino yang sesuai kodon dengan ikatan peptida menjadi protein.
Sintesis protein berdasarkan translasi informasi rangkaian basa yang ada dalam kodon mRNA.
Translasi memerlukan keterlibatan tRNA dan rRNA. Molekul tRNA berukuran kecil, panjangnya
hanya sekitar 70 sampai 90 nukleotida, dan berada dalam sitoplasma. Setiap molekul tRNA berbentuk
seperti daun semnaggi tiga dimensi. Salah satu ujung daun semnagi berisi antikodon, triplet basa
nukleotida yang merupakan pelengkap dari kodon mRNA. Ujung lainnya berisi salah satu dari 20
jenis asam amino (ditemukan bebas dalam sitoplasma), yang secara enzimatis telah terikat pada ikatan
berenergi tinggi (ATP).
Molekul rRNA memebentuk inti struktural ribosom komples yang terdiri dari rRNA dan
hampir 100 jenis protein. Ribosom berfungsi sebagai sisi biokimia tempat molekul tRNA berada
untuk membaca pesan berbentuk kode pada mRNA.
Gambar 5. t-RNA
Gambar 6. Pemindahan Kode Dari 5′-3′-mRNA Menjadi Protein
Triplet anti-kodon terdapat pada t-RNA. Triplet ini akan berpasangan dengan triplet kodon
sambil membawa sebuah asam amino. misal GUA akan membawa asama amino valin, UAA akan
membawa asama amino tirosin. Dan dengan bantuan ribosom asama amino-asama amino tersebut
akan digabungkan dengan ikatan peptida menjadi protein.
Gambar 7. Tabel Triplet Kodon
Contoh : berikut ini adalah kode Rantai DNA pada kedua rantai.
5′ TAC AGT TGA GGG TTT TCC GTA ACT 3′
3′ ATG TCA ACT CCC AAA AGG CAT TGA 5′
–>yang dipakai adalah rantai sense atau rantai 3′-5′, jadi data yang digunakan adalah kode berikut :
3′ ATG TCA ACT CCC AAA AGG CAT TGA 5‘ –> sense
Setelah proses transkripsi selesai maka akan diperoleh kodon seperti berikut ini:
5′ UAC AGU GGG UUU UCC GUA ACU UGA 3′ –> mRNA
Kemudian terjadi proses translasi yang akan menghasilkan protein yang tersusun atas asama
amino- asam amino sebagai berikut (gunakan tabel triplet kodon pada gambar 3 dengan
menggunakan kode pada m-RNA):
UAC AGU GGG UUU UCC GUA ACU UGA
tirosin-serin-glisin-fenilalanin-serin-valin-threonin-stop
Ketika diterjemahkan stop(UGA) maka proses translasi akan berhenti secara otomatis dan
proses sintesis protein akan berhenti.
Mutasi Gen
Secara umum, yang dimaskdus dengan mutasi adalah perubahan apapaun dalam bahan
genetik. Perubahan bahan genetik ini pada dasarnya disebabkan oleh tiga hal, yaitu (i) mutasi noktah
yang meliputi perubahan-perubahan pada kodon-kodon tunggal, (ii) aberasi kromosom yang
meyebabkan perubahan bagian besar kromosom seperti inversi, translokasi dan duplikasi, dan (iii)
perubahan dalam jumlah kromosom. Namun secara lebih terbatas, mutasi lebih menunjukka ke
perubahan dalam gen (intragenik). Dlama mutasi semacam ini ada dua kelompok besar, yaitu
penggantian basa dan mutasi geseran rangka. Dilihat dari sudut penyebabnya, mutasi sering
dikelompokkkan menjadi dua jenis, yaitu mutasi spontan dan mutasi terimbas. Mutasi spontan adalah
mutasi yang terjadi pada kondisi alami selama replikasi, perbaikan dan rekombinasi DNA, sedangkan
mutasi terimbas adalah mutasi yang disebebkan oleh agen-agen lingkungan spesifik.9
Mutasi dalam gen merupakan faktor penentu timbulnya keanekaragaman genetik yang
berakibat pada timbulnya keanekaragaman dalam kehidupan. Pada mutasi penggantian basa dapat
terjadi keadaan yang disebut transisi dan transversi. Mutasi transisi yaitu penggantian purin yang satu
menjadi purin yang lain atau pirimidin yang satu menjadi pirimidin yang lain, dan umumnya terjadi
selama replikasi DNA karena tautomerisme. Pada peristiwa ini terjadi pergeseran elektron yang
menyebabkan bentuk molekul menjadi sedikit berubah. Pergeseran tautomer pada basa DNA
mengubah sidat pasangan basa sehingga A dapat berpasangan dengan C, dan T dengan G. Mutasi
transversi yaitu penggantian basa purin menjadi pirimidin atau sebaliknya. Umumnya penyebab
transversi berbeda dengan penyebab transisi karena transversi tidak terjadi selama replikasi DNA
melainkan terkait dengan sistem reparasi DNA yang rentan terhadap kesalahan, lihat pada gambar 7. 9
sumber: google
Gambar 8. Proses Transisi dan Transversi
Akibat adanya mutasi transisi dan transversi dapat terjadi mutasi missense, mutasi nonsens,
ataupun mutasi bisu (silent). Mutasi missense, asam amino pada rantai polipeptida yang disintesis
digantikan oleh asam amino lainpada kodon sense. Pada mutasi nonsens, kodon yang menyandi suatu
asam amino berubah menjadi kodon henti sehingga sisntesis rantai polipeptida berhenti sebelum
waktunya. Mutasi bisu adalah perubahan dalam sekuens kodon yang tidak mengubah asam amino
yang dikodekan. 9
Mutasi pergeseran kerangka-basa (frameshift mutation) terjadi akibat adanya insersi atau
delesi basa atau nukleotida di salam daerah pengkode pada suatu gen. Kode genetik ini akan
ditranslasi ileh aparatus sintesa protein dengan membaca kelompok-kelompok tiga basa berurutan
yang membentuk kodon, dimulai dari kodon start. Jika satu basa telah ditambahkan atau
dihilangkakn, maka seluruh kodon dari titik tersebut akan berubah. Protein yang dihasilkan dapat
terpenggal jika kodon bermutasi menjadi salah satu kodon stop. 10
Kesimpulan
Diabetes atau yang sering disebut dengan Diabetes Mellitus merupakan penyakit kelainan
metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin, zat yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas.
Pada kasus DM tipe 2 terjadi kerusakan pada reseptor insulin.
Daftar Pustaka
1. Lanywati E. Diabetes mellitus, penyakit kencing manis. Yogyakarta. Penerbit Kanisius; 2011: h
7-8.
2. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biology jilid 3. Ed.5.Jakarta; Erlangga:2004.h.143.
3. Minasdiarly. Diabetes mellitus: ulcer, gangren, infeksi. Jakarta; Pustaka Populer Obor:
2006.h.59.
4. Gibney MJ. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2009.h.407-
9.
5. Neal MJ. Farmakologi medis at a glance. Ed.5. Jakarta; Erlangga: 2006.h.79.
6. Prabawati RK. Mekanisme selular dan molekular resistensi insulin. Malang. 2012.
7. Yuwono T. Biologi molekuler. Jakarta; Erlangga: 2010.h.216.
8. Slonane E. Anantomi dan fisiologi untuk pemula.Ed.1. Jakarta; Penerbit Buku EGC:2001.h.52.
9. Salam A. Keanekaragaman genetik. Ed.1. Yogyakarta; Andi Offset. 1994. h.30-.
10. Stansfield WD, Colonne JS, Cano RJ. Schaum’s easy outlines molecular and cell biology. Ed.
7. Jakarta; Erlangga: 2009.h.59.