pbl 1 tibia

5
Patofisiologi Gastritis 1. Gastritis Akut Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan (Price dan Wilson, 2008). 2. Gastritis Kronis

Upload: tibia-yudisa

Post on 09-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jkh

TRANSCRIPT

Patofisiologi Gastritis

1. Gastritis AkutGastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan (Price dan Wilson, 2008).

2. Gastritis KronisInflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory ) Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut sebagai gastritis autoimun diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung. (Smeltzer dan Bare, 2009).

Pemeriksaan penunjang AVM

1. CT scan kepala, merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan dalam keadaan emergensi, dapat mendeteksi adanya perdarahan intrakranial dengan cepat dan sudah mulai banyak tersedia2. CT Angiography, merupakan pemeriksaan yang lebih detail dari pada MRI atau Magnetic Resonance Angiography untuk memperlihatkan vaskular, telah banyak digunakan di ruang emergensi dan merupakan pemeriksaan alternative yang non-invasif sebelum dilakukan cerebral angiography.3. MRI, merupakan suatu pilihan pemeriksaan imaging non emergensi pertama yang dapat memperlihatkan resolusi yang lebih besar dan meningkatkan flexibilitas diagnosis. Meskipun MRI tidak sebaik CT Angiography dan Cerebral Angiography dalam memperlihatkan struktur vaskular, MRI dapat saling melengkapi dua pemeriksaan tersebut terutama dalam memperlihatkan struktur otak yang mengalami kerusakan.4. Cerebral Angiography, merupakan suatu pemeriksaan yang memperlihatkan shunt dari arteri dan vena. Bagaimanapun, cerebral angiography merupakan suatu pemeriksaan yang invasive dan tidak dilakukan saat keadaan emergensi. Dengan cerebral angiography kita dapat melakukan grading dari AVM yang akan klasifikasikan dengan kriteria Spetzler dan Martin (Jasmin, 2012).Kriteria Spletzer dan Martin adalah sebagai berikut:1. Ukuran dari nidus2. Lokasi3. Aliran Vena

-kecil (6 cm): 3-Non-Eloquent: 0-Eloquent: 1

-Superfisial: 0-Profundus: 1

*Lokasi Non-Eloquent: Lobus frontal dan temporal, Hemisfer Cerebellum;Lokasi Eloquent: Cortex sensoris, motoris, visual dan bahasa, hipotalamus, thalamus,batang otak, nuclei cerebellar,atau area-area yang berdekatan dengan struktur tersebut; Aliran vena dikatakan superficial selama aliran pembuluh darah melalui sistem aliran kortikal (Spetzler & Martin, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2008.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGCSpetzler, R., & Martin, N. 2006. A proposed grading system for arteriovenous malformations. Journal For Neurosurgery , 476-483.Jasmin, L. (2012). Arteriovenous Malformation - Cerebral. Retrieved Agustus 12, 2014, from Medline Plus: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000779.htmSmeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2009.Keperawatan Medikal Bedah2,Edisi 8. Jakarta : EGC