pay_realitas sosial (ti.02)

7
 NAMA : PA YUMI NIM : 55213120059 KELAS : M. IKOM 406 KONSTRUKSI SOSIAL DAN REALITAS SOSIAL Peter L. Berg er dan Thomas Luckmann merupak an tokoh sosiolo gi yang men ggu nak an sos iol ogi sebaga i ilmu pen get ahuan (socio logy og knowl edge) unt uk men ganali sa bag aimana pro ses ter jadi ny a real ita s sos ial di dal am suatu mas ya raka t. Pet er L. Ber ger merup aka n sosiol og dari  New school for Social  Research, New Yo rk. Sedan gkan Thomas Luckmann merupakan sosiolog dari Univer sity of Frank frut.  Mere ka men jela ska n tentang Kon stru ksi sosi al atas real ita s (Social constructio n of rea lity) sebagai suatu proses sosial yang terjadi melaui tindakan dan interaksi antar setiap individu sehingga individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami secara bersama- sama secara subjekti !Bungin" #$%&' %(&). Muncul ny a ist il ah konstr uksi sosi al ini adal ah berasal da ri il sa at konstruktivisme yang menjelaskan bah*a realitas terjadi karena adanya hubungan sosi al antara indi vi du de ngan li ngkunganny a at au or ang- or ang ya ng ada disekitarnya. Konstruktivisme ada tiga macam !Suparno" %((+' #,) dalam Bungin" #$%&' %() " yait u' konstr uktivi sme radik al, konstr uktivi sme rea lisme hiot esis, dan konst ruk tivi sme !iasa. Konst ruktivisme radik al meng akui bah*a realitas sosial terbentuk akibat dari pengalaman seseorang sehingga hanya mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran manusia dengan mengesampingkan ilmu pengetahuan. Konstruktivisme realisme hipotesis menganggapa bah*a pengetahuan merupakan hip ote sis dar i stru ktu r rea lit as ya ng men dekati kep ada real ita s serta men uju kepada pengetahuan yang hakiki. Sedangkan konstruktivisme biasa mengambil sem ua konsekuensi konstru kt ivisme da n memahami penget ahuan seb agai gambara n dar i suatu real ita s ya ng ada . Ket iga Konst ruktiv isme ter sebu t pad a umumnya memiliki beberapa asumsi yang melatarbelakanginya" yaitu' %. ea lita s meru pak an has il dar i cipt aan manu sia ya ng kre ati . Page | 1

Upload: payumi-yusman

Post on 04-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

realitas sos

TRANSCRIPT

NAMA : PAYUMI

NIM : 55213120059

KELAS : M. IKOM 406KONSTRUKSI SOSIAL DAN REALITAS SOSIALPeter L. Berger dan Thomas Luckmann merupakan tokoh sosiologi yang menggunakan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan (sociology og knowledge) untuk menganalisa bagaimana proses terjadinya realitas sosial di dalam suatu masyarakat. Peter L. Berger merupakan sosiolog dari New school for Social Research, New York. Sedangkan Thomas Luckmann merupakan sosiolog dari University of Frankfrut. Mereka menjelaskan tentang Konstruksi sosial atas realitas (Social construction of reality) sebagai suatu proses sosial yang terjadi melaui tindakan dan interaksi antar setiap individu sehingga individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami secara bersama-sama secara subjektif (Bungin, 2013: 193).Munculnya istilah konstruksi sosial ini adalah berasal dari filsafat konstruktivisme yang menjelaskan bahwa realitas terjadi karena adanya hubungan sosial antara individu dengan lingkungannya atau orang-orang yang ada disekitarnya. Konstruktivisme ada tiga macam (Suparno, 1997: 25) dalam Bungin, 2013: 194), yaitu: konstruktivisme radikal, konstruktivisme realisme hipotesis, dan konstruktivisme biasa. Konstruktivisme radikal mengakui bahwa realitas sosial terbentuk akibat dari pengalaman seseorang sehingga hanya mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran manusia dengan mengesampingkan ilmu pengetahuan. Konstruktivisme realisme hipotesis menganggapa bahwa pengetahuan merupakan hipotesis dari struktur realitas yang mendekati kepada realitas serta menuju kepada pengetahuan yang hakiki. Sedangkan konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari suatu realitas yang ada. Ketiga Konstruktivisme tersebut pada umumnya memiliki beberapa asumsi yang melatarbelakanginya, yaitu:

1. Realitas merupakan hasil dari ciptaan manusia yang kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa realitas itu semata-mata bukanlah ditentukan oleh norma-norma atau kebiasaan yang ada di masyarakat, melainkan juga melalui pemikiran manusia, manusia memiliki kebebasan untuk bertindak serta secara aktif dan jkreatif mengembangkan dirinya.2. Pemikiran sosial dan konteks sosial tempat pemikiran itu bersifat berkembang dan dilembagakan.

3. Kehidupan masyarakat dikonstruksi secara terus menerus.

Proses konstruksi itu akan berlangsung secara terus-menerus seiring dengan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.

4. Membedakan antara realitas dan pengetahuan.

Realitas yang dimaksud adalah kualitas dari realitas-realitas yang diakui secara universal (tidak tergantung oleh kehendak diri suatu individu) dan memiliki keberadaannya (being). Sedangkan yang dimaksud dengan pengetahuan adalah kepastian yang dibuktikan melaui proses berpikir setiap individu untuk mencari tahu kebenaran dari suatu realitas (real) dan memiliki karakteristik yang sangat spesifik.Realitas sosial menurut Petter L. Berger dan Thomas Luckman (dalam Bungin, 2013:196) terbentuk secara sosial. Realitas sosial tersebut adalah pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat, seperti konsep, kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari konstruksi sosial. Realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran seseorang baik dalam maupun luar realitas tersebut. Realitas mempunyai makna saat realitas tersebut di konstruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh orang lain sehingga memantapkan realitas tersebut secara objektif. Manusia merupakan instrument dalam menciptakan realitas sosial yang objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia mempengaruhinya melalui proses internalisai. Seperti yang telah disebutkan di atas tentang pembetukan realitas sosial menurut Berger dan Lukman (dalam Bungin, 2013: 196) bahwa manusia adalah instrument yang mengkonstruksi realitas sosial melaui proses objektifikasi, eksternalisasi, dan internalisasi. Ketiga proses tersebut dikenal dengan istilah dialektika yang pada akhirnya akan memunculkan suatu proses konstruksi soaial yang merupakan hasil dari proses berpikir manusia melalui interaksi inter-subjektif. Berikut penjelasan tentang masing-masing proses tersebut. Proses Eksternalisasi

Realitas sosial itu ditarik ke luar dari individu. Di dalam proses ini, realitas sosial berupa proses adaptasi dengan teks-teks suci, kesepakan ulama, hukum, norma, nilai dan sebagainya yang hal itu berada di luar diri manusia, sehingga dalam proses kontruksi sosial melibatkan proses adaptasi diri atau diadaptasikan antara teks tersebut dengan dunia sosio-kultural. Adaptasi tersebut dapat melalui bahasa, tindakan dan pentradisian yang dalam kazanah ilmu sosial disebut sebagai interpretasi atas teks atau dogma. Karena adaptasi merupakan proses penyesuaian berdasar atas penafsiran, maka sangat dimungkinkan terjadinya variasi-variasi adaptasi dan hasil adaptasi atau tindakan pada masing-masing individu. Dalam hal ini dapat diambil contoh pada proses eksternalisasi masyarakat bangsawan, saat mereka melakukan identifikasi diri dengan adaptasi dari nilai-nilai kraton dan simbol-simbol kebangsawanan dalam interaksi kehidupan sehari-hari. Demikian simbol-simbol yang secara umum dikenal oleh masyarakat, seperti pemakaman yang khusus untuk orang-orang bangsawan adalah salah satu ciri kesepakatan norma sebelumnya. Pada masyarakat bangsawan memiliki tradisi-tradisi lokal tersendiri dalam kehidupannya sehari-hari seperti cara makan, sopan santun prilakunya, bahasanya, adat perkawinan, caranya menghiasi rumah dan gelar-gelar kebangsawanannya. Proses Objektifikasi

Pada moment Objektifikasi ada proses pembedaan antara dua realitas sosial, yaitu realitas diri individu dan realitas sosial lain yang berada diluarnya, sehingga realitas sosial itu menjadi sesuatu yang objektif. Dalam proses kontruksi sosial, moment ini disebut sebagai interaksi sosial melalui pelembagaan dan legitimasi. Dalam pelembagaan dan legitimasi tersebut, agen bertugas untuk menarik dunia subjektifitasnya menjadi dunia objektif melalui interaksi sosial yang dibangun secara bersama. Pelembagaan akan terjadi manakala terjadi kesepahaman intersubjektif atau hubungan subjek-subjek. Di dalam moment ini terdapatlah realitas sosial pembeda (Stratifikasi) dari realitas lainnya. Objektifikasi ini terjadi karena adanya proses eksternalisasi. Ketika dalam proses eksternalisasi semua ciri-ciri dan simbol-simbol masyarakat bangsawan diadaptasikan dan dikenal masayarakat umum maka terdapatlah pembeda (stratifikasi) dan terjadilah legitimasi bahwa ini adalah masyarakat bangsawan, masyarakat kampung Arab, masyarakat nelayan dan masyarakat biasa dan lain-lain. Satu kasus yang khusus tetapi sangat penting dari objektivasi adalah signifikasi, yakni pembuatan tanda-tanda oleh manusia. Sebuah tanda dapat dibedakan dari objektifikasi lainnya, karena tujunnya yang eksplesit untuk digunakan sebagai tanda, isyarat atau indeks bagi maknamakna subjektif. Memang benar bahwa semua objektifikasi dapat digunakan sebagai tanda meskipun mereka semula tidak dibuat untuk itu. Di dalam proses ini agen-agen pelembagaan adalah tokoh-tokoh adat kalangan bangswan, masyarakat dan lembaga lokal (Kraton). Proses InternalisasiPada proses internalisasi, dunia realitas sosial yang objektif tersebut ditarik kembali ke dalam diri individu. Proses penarikan ke dalam ini melibatkan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam masyarakat seperti lembaga pendidikan, hukum, agama, sosial, politik, ekonomi dan lain sebagainya atau melibatkan organisasi sosial tempat individu tersebut berada. Untuk melestarikan identifikasi tersebut maka di gunakanlah sosialisasi. Berger dan Luckmann menguraikan tentang sosialisasi. Berger dan Lukman mengidentifikasikan proses sosialisasi sebagai berikut (dalam Bungin, 2006: 202-205):1. Sosialisasi Primer

Sosialisasi ini adalah sosialisasi pertama yang terjadi pada diri setiap individu pada saat masa anak-anak karena pada masa itu anak-anak disaat diperkenalkan dengan dunia sosial objektif. Dalam proses sosialisasi ini setiap individu terlibat dengan dunia sosial lebih dari sekedar belajar secara kognitif semata-mata (Bungin, 2006: 203). Pada tahap ini setiap individu akan berhadapan dengan orang lain yang dapat memberikan pengaruh terhadap mereka (Significant Others). Orang tua atau orang-orang terdekat pengganti orang tua memiliki tanggung jawab terhadap sosialisasi anak. Pada hakekatnya proses menjadi manusia itu berlangsung dalam hubungan timbal balik dengan lingkungannya baik lingkugan alam maupun lingkungan manusia. Artinya seorang anak akan menginternalisasikan dan menjadikan peran orang-orang disekitar mereka dan sikap orang tua sebagai sikap dari diri mereka sendiri sehingga anak mampu mengidentifikasikan sesuatu terhadap dirinya sendiri. Berger dan Luckmann (dalam Bungin, 2006: 203) mengatakan bahwa jika konsep tentang orang lain pada umumnya dan segala sesuatu yang menyertainya sudah terbentuk dan tertanam dalam kesadaran individu, maka sosialisasi primer akan berhenti pada diri individu tersebut. 2. Sosialisasi Skunder

Internalisasi sejumlah "Subdunia" kelembagaan atau yang berlandaskan lembaga. Dengan kata lain sosialisasi sekunder adalah proses memperoleh pengetahuan khusus sesuai dengan peranannya (Role-specific knowledge), dimana peranan-peranan secara langsung atau tidak langsug berakar dalam pembagian kerja. Berdasarkan proses konstruksi yang dijelaskan di atas, Berger dan Luckmann (dalam Bungin, 2006: 196) mengelompokkan realitas sosial menjadi tiga, yaitu realitas objektif, realitas simbolis, dan realitas subjektif.

1. Realitas objektif, realitas ini merupakan realitas yang dibentuk di luar diri setiap individu yang merupakan tindakan dan tingkah laku sehari-hari sehingga realitas ini dianggap sebagai fakta. 2. Realitas simbolis, realitas ini merupakan simbol dari realitas objektif dalam berbagi bentuk, misalnya berupa benda, teks sebagai produksi industri media, gambar, berita dari berbagai media elektronik, dan film. 3. Realitas subjektif, realitas yang terbentuk dari dalam diri individu melalui proses berpikir dalam diri setiap individu melaui proses internalisasi sehingga realitas subjektif menurut setiap individu berbeda-beda tergantung dengan pengetahuan yang dimiliki oleh individu tersebut.DAFTAR PUSTAKA:Bungin, Burhan. 2013. Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media GroupPage | 4