ti karbunkel

28
KARBUNKEL I. Definisi Furunkel ( boll = bisul ) adalah peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong,kuduk,aksila,badan dan tungkai. Fuwnkel dapat terbentuk pada Iebih dan satu tempat. Jika lebih dan satu disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang,daya tahan tubuh kurang dan infeksi oleh staphylococcus Aureus. Infeksi dimulal dan peradangan pada folikel rambut pada kulit (folikulitis ) yang menyebar ke jaringan sekitarnya. Karbunkel adalah infeksi bakteri pada sekelompok folikel rambut dan jaringan sekitarnya yang berdekatan. Karbunkel terbentuk dari gabungan beberapa furunkel yang berkelompok dan dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan yang padat 7 . Karbunkel merupakan nodul inflamasi pada daerah folikel rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih dalam daripada furunkel.

Upload: xtianto-adjie

Post on 31-Jul-2015

370 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: TI Karbunkel

KARBUNKEL

I. Definisi

Furunkel ( boll = bisul ) adalah peradangan pada folikel rambut pada kulit

dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong,kuduk,aksila,badan

dan tungkai. Fuwnkel dapat terbentuk pada Iebih dan satu tempat. Jika lebih dan

satu disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor

antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang,daya tahan tubuh kurang dan

infeksi oleh staphylococcus Aureus. Infeksi dimulal dan peradangan pada folikel

rambut pada kulit (folikulitis ) yang menyebar ke jaringan sekitarnya.

Karbunkel adalah infeksi bakteri pada sekelompok folikel rambut dan

jaringan sekitarnya yang berdekatan. Karbunkel terbentuk dari gabungan beberapa

furunkel yang berkelompok dan dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari

jaringan subkutan yang padat7. Karbunkel merupakan nodul inflamasi pada daerah

folikel rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih dalam daripada furunkel.

II. Etiologi

A. Bakteri :

stafilokokus aureus, berbentuk bulat (coccus), diameter 0,5-1,5µm,

susunan bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai kapsul, nonmotil,

katalase positif, pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu.

B. Bakteri lain atau jamur

Paling sering ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha dan bokong.

Akan terasa sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung, telinga, atau

jari-jari tangan.

Page 2: TI Karbunkel

III. Faktor Resiko

Setiap orang dapat beresiko terkena karbunkel, namun terdapat beberapa

faktor yang dapat meningkatkan resiko, antara lain:

1. Karier S.aureus kronik (pada hidung, aksila, perineum, vagina).

2. Diabetes. Pada diabetes terjadi gangguan fungsi leukosit sehingga membuat

tubuh sulit untuk melawan infeksi.

3. Higiene yang buruk. Hal ini mempermudah bakteri berkolonisasi di

permukaan kulit, sehingga meningkatkan resiko infeksi.

4. Pakaian yang ketat. Iritasi yang terus menerus dari pakaian yang ketat dapat

menyebabkan luka pada kulit, membuat bakteri mudah untuk masuk

kedalam tubuh.

5. Kondisi kulit tertentu. Karena kerusakan barier protektif kulit, masalah kulit

seperti jerawat, dermatitis, scabies, atau pedukulosis membuat kulit rentan

menjadi furunkel atau karbunkel.

6. Penggunaan kortikosteroid. Hal ini terkait dengan efek kortikosteroid

berupa supresi sistem imun tubuh.

7. Defek fungsi netrofil seperti pada pasien yang mendapatkan obat

kemoterapi atau mendapat obat omeprazole.

8. Penyakit imunodefisiensi primer seperti penyakit granulomatosa kronik,

sindrom Chediak-Higashi, defisiensi C3, hiperkatabolisme C3,

hipogammaglobulinemia transient, timoma dengan imunodefisiensi, dan

sindrom Wiskott-Aldrich.

IV. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi Kulit:

Secara sederhana, kulit dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ; epidermis,

basement membrane dan dermis. Diantara epidermis dan dermis dibatasi oleh

basement membrane yang hanya tampak pada mikroskop elektron. Dibawah

lapisan dermis terdapat lapisan subkutan. Adneksa kulit meliputi kelenjar-kelenjar

kulit, rambut dan kuku.

Page 3: TI Karbunkel

1. Lapisan Epidermis

a. Stratum korneum ( horny layer )

Lapisan terluar dari kulit yang terdiri atas sel-sel pipih yang mati,

tidak berinti dan protoplasmanya berubah menjadi zat tanduk (keratin).

Dibawah lapisan ini terdapat lapisan lusidum yang juga memiliki sel

gepeng tanpa inti, namun protoplasmanya berubah menjadi protein

(eleidin).

b. Stratum granulosum

Lapisan yang terdiri dari dua sampai tiga lapis sel pipih dengan

sitoplasma berbutir kasar (keratohialin) dan terdapat inti diantaranya.

c. Stratum Spinosum

Terdiri dari beberapa lapis sel poligonal yang dengan ukuran

beragam akibat proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena mengandung

banyak glikogen dengan inti ditengah. Diantara sel-sel tersebut terdapat

banyak sel Langerhans.

d. Stratum Basale

Lapisan terbawah dari epidermis yang memiliki sel kubus yang aktif

bermitosis dan sel pembentuk melanin.

2. Lapisan Dermis

a. Pars papilare

Bagian yang berada di bawah epidermis terdiri atas ujung serabut

syaraf dan pembuluh darah.

b. Pars Retikulare

Terdiri atas serabut kolagen, elastin dan retikulin. Serabut kolagen

terbentuk dari fibroblast yang membentuk ikatan helix dan mengandung

Page 4: TI Karbunkel

hidroksiprolin dan hidroksisilin. Serabut elastik memiliki banyak cabang

protein yang reversibel terhadap tekanan. Substansi dasar terdiri dari

glikosaminoglikan, asam hialuronat, heparin sulfat, dermatan sulfat dan

kondroitin sulfat.

3. Lapisan Subkutis

Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel lemak. Pada lapisan

ini terdapat ujung syaraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Vaskularisasi

diatur oleh dua pleksus yang beranastomosis, yaitu pleksus superficial di dermis

dan plexus profunda di subkutis.

4. Adneksa Kulit

a. Glandula Sudorifera

Terdiri dari dua kelenjar yaitu apokrin dan ekrin. Kelenjar apokrin

terletak di aksila, saluran telinga luar, aerola mammae, pubis dan labia

minora. Kelenjar ekrin berbentuk spiral bermuara langsung ke permukaan

kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit terutama di telapak tangan dan

kaki, dahi dan aksila.

b. Glandula Sebasea

Terdapat di seluruh permukaan kulit kecuali telapak tangan dan

kaki. Kelenjar ini disebut holokrin karena tidak berlumen dan bermuara

lumen akar rambut.

c. Kuku

Merupakan bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian

kukui yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail root), bagian

yang terbuka di atas jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku

(nail plate) dan paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kulit yang

ditutupi bagian kuku yang bebas disebut hiponikium dan kulit yang

menutupi kuku bagian proksimal disebut eponikium.

d. Rambut

Terdiri atas dua bagian, yaitu akar rambut yang terbenam dalam

kulit dan batang rambut yang berada diluar kulit. Terdapat duam macam

tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus tidak berpigmen

Page 5: TI Karbunkel

dan rambut terminal yang lebih kasar dan berpigmen. Rambut halus di dahi

dan bagian badan disebut velus.

Fisiologi Kulit :

1. Fungsi Proteksi

Kulit memiliki sel-sel yang berfungsi sebagai barier. Keratinosit

sebagai barier mekanik, melanosit sebagai barier terhadap radiasi dan sel

Langerhans sebagai barier imunologi. Proses keratinisasi berperan sebagai

barier mekanis karena sel-sel yang mati melepaskan diri secara teratur. Sifat

impermeabel dari stratum korneum dan lapisan keasaman kulit menjadi

pelindung dari kontak zat kimia dan air. Ekskresi kelenjar sudorifera dan

sebasea menyebabkan pH kulit berkisar 5-6.5 sebagai perlindungan kimiawi

terhadap infeksi jamur dan bakteri.

2. Fungsi Ekskresi

Kelenjar-kelenjar di kulit mengeluarkan sisa metabolisme berupa

keringat dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia. Sebum

yang di produksi berfungsi untuk memberikan kelembapan untuk menahan

evaporasi air yang berlebihan.

3. Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutis. Rangsangan tekanan Rangsangan terhadap panas oleh badan

Ruffini di dermis dan subkutis. Rangsangan terhadap dingin oleh Badan

Krause di dermis. Rangsangan terhadap perabaan oleh badan Meissner di

papila dermis dan badan Merkel Ranvier di epidermis. Rangsangan

terhadap tekanan oleh badan Paccini di epidermis.

4. Fungsi Termoregulasi

Termoregulasi kulit melalui pengeluaran keringat dan kontraksi otot

pembuluh darah kulit.

5. Fungsi Pembentukan Pigmen dan Vitamin D

Sel melanosit merupakan sel pembentuk pigmen kulit. Densitas

melanosit mempengaruhi warna kulit seseorang. Pajanan matahari

mempengaruhi produksi melanosome yang dibentuk dari tirosine dan

sistein1. Fungsi pembentukan vitamin D dengan pengubahan 7-dihidroksi

kolesterol oleh sinar matahari.

Page 6: TI Karbunkel

V. Gejala klinis

a. Pada permulaan infeksi terasa sangat nyeri dan tampak benjolan merah,

permukaan halus, bentuk seperti kubah dan lunak.

b. Beberapa hari ukuran membesar 3 – 10 cm.

c. Supurasi terjadi setelah 5 – 7 hari dan pus keluar dari banyak lubang fistel.

d. Setelah nekrosis tampak modul yang menggaung atau luka yang dalam

dengan dasar yang purulen

VI. Patofisiologi

Bakteri stafilokokus aureus umumnya masuk melalui luka, goresan atau

robekan pada kulit. Respon primer host terhadap infeksi stafilokokus aureus adalah

mengerahkan sel PMN ketempat masuknya kuman tersebut untuk melawan infeksi

yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ketempat infeksi oleh komponen bakteri seperti

formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokolin TNF (tumor necrosis factor)

dan IL (interleukin) yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofak yang

teraktivasi, hal tersebut menyebabkan inflamasi dan terbentuklah pus (gab sel darah

putih, bakteri, dan sel kulit mati).

VII. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan karbunkel meliputi pembedahan untuk mengeluarkan pus,

pemberian antibiotic sistemik dan terapi adjuvans.

1. Pembedahan

Terapi adekuat dari karbunkel adalah insisi dan drainase pus.

Persetujuan tindakan medis diperlukan sebelum melakukan tindakan.

Selanjutnya semua perlengkapan operasi disiapkan. Pertama disinfeksi area

karbunkel dan sekitarnya didisinfeksi dan dibatasi dengan duk steril..

Anastesi lokal yang umumnya digunakan adalah lidokain 1%. Scalpel

dipegang menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk membuat initial

entry. insisi dilakukan langsung ke pusat abses. Insisi dibuat searah dengan

skin-tension line. Insisi dilebarkan untuk membuat ruang yang cukup

memadai sehingga semua pus dapat keluar. Hal ini dapat mencegah

terjadinya rekurensi. Pengambilan pus utuk kultur dapat menggunakan

hapusan atau spuit ke dalam ruang abses. Setelah pus mengalir spontan.

Page 7: TI Karbunkel

klem yang berujung bengkok untuk membuka seluruh ruang abses. Klem

dimasukkan ke dalam ruang abses ke dalam sampai menyentuh jaringan

yang sehat, kemudian ujung klem dibuka dan digerakkan melingkar untuk

mengeksplorasi memisahkan jaringan sehat dan ruang abses. Selanjutnya

dilakukan irigasi menggunakan spuit tanpa jarum dengan normal saline

sampai cairan irigasi yang keluar dari ruang abses jernih. Wound-packing

material ukuran seperempat atau setengan inchi dimasukkan dalam ruang

abses. Kemudian tutup luka dengan kasa steril dan plester. Penderita follow-

up setelah 2-3 hari, jika tidak ada pus, wound-packing material di ambil

2. Antibiotik Sistemik

Antibiotik sistemik mempercepat resolusi penyembuhan dan wajib

diberikan pada seseorang yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik

diberikan selama empat sampai tujuh hari.

.Tabel 1 Antibiotik Sistemik3

Antimicrobial Agent Dosing (PO Unless Indicated), Usually For 7 to 14 Days

Natural penicillins   

  Penicillin V 250–500 mg tid/qid for 10 days

  Penicillin G 600,000–1.2 million U IM qd for 7 days

  Benzathine penicillin G 600,000 U IM in children 6 years, 1.2 million units if 7 years, if compliance is a problem

Penicillinase-resistant penicillins   

  Cloxacillin 250–500 mg (adults) qid for 10 days

  Dicloxacillin (drug of choice) 250–500 mg (adults) qid for 10 days

  Nafcillin 1.0–2.0 g IV q4h

  Oxacillin 1.0–2.0 g IV q4h

Aminopenicillins   

  Amoxicillin 500 mg tid or 875 mg q12h

  Amoxicillin plus clavulanic acid (Betha-lactamase inhibitor)

875/125 mg bid; 20 mg/kg per day tid for 10 days

  Ampicillin 250–500 mg qid for 7–10 days

Cephalosporins   

  Cephalexin (drug of choice) 250-500 mg (adults) qid for 10 days; 40–50 mg/kg per day (children) for 10 days

  Cephradine 250–500 mg (adults) qid for 10 days; 40–50 mg/kg per day (children) for 10 days

Page 8: TI Karbunkel

  Cefaclor 250–500 mg q8h

  Cefprozil 250–500 mg q12h

  Cefuroxime axetil 125–500 mg q12h

  Cefixime 200–400 mg q12–24h

Erythromycin group   

  Erythromycin ethylsuccinate 250–500 mg (adults) qid for 10 days; 40 mg/kg per day (children) qid for 10 days

  Clarithromycin 500 mg bid for 10 days

  Azithromycin Azithromycin: 500 mg on day 1, then 250 mg qd days 2–5

Clindamycin  150-300 mg (adults) qid for 10 days; 15 mg/kg per day (children) qid for 10 days

Tetracylines   

  Minocycline 100 mg bid for 10 days

  Doxycycline 100 mg bid

  Tetracycline 250–500 mg qid

Miscellaneous agents   

  Trimethoprim-sulfamethoxazole 160 mg TMP + 800 mg SMX bid

  Metronidazole 500 mg qid

  Ciprofloxacin 500 mg bid for 7 days

Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus

(MRSA) dapat diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam7. Pilihan

lain adalah tetrasiklin, namun obat ini berbahaya untuk anak-anak13. Terapi

pilihan untuk golongan penicilinase-resistant penicillin adalah dicloxacilin

Pada penderita yang alergi terhadap penisilin dapat dipilih golongan

eritromisin. Pada orang yang alegi terhadap β-lactam antibiotic dapat

diberikan vancomisin.

Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti

inflamasi berkurang. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah

autoinokulasi. Pasien dengan karbunkel yang berulang memerlukan

evaluasi dan penanganan lebih komplek.

Tabel 2. Manajemen furunkulosis atau karbunkel rekuren3,8,11

Evaluasi penyebab yang mendasari dengan teliti

- Proses sistemik

Page 9: TI Karbunkel

- Faktor-faktor predisposisi yang terlokalisasi spesifik: paparan zat industri (zat kimia,

minyak).

- higiene yang buruk.

- Sumber kontak Staphylococcus: infeksi piogenik dalam keluarga, olahraga kontak seperti

gulat, autoinokulasi.

- Stahphylococcus aureus dari hidung : disini tempat dimana penyebaran organisme ke tempat

tubuh yang lain.terjadi. Frekuensi dari bawaan nasal bervariasi : 10%-15% pada balita 1

tahun, 38% pada mahasiswa, 50% pada dokter RS dan siswa militer.

Perawatan kulit secara umum: tujuannya adalah mengurangi jumlah S.aureus pada kulit.

Perawatan kulit pada kedua tangan dan tubuh dengan air dan sabun adalah penting. Sabun

antimikrobial yang mengandung providone iodine atau benzoyl peroxide atau klorheksidin 4%

dapat digunakan untuk mengurangi kolonisasi stafilokokus pada kulit.. Handuk yang terpisah

harus digunakan dan secara hati-hari dicuci dengan air panas sebelum digunakan.

Jenis Pakaian : pakaian yang menyerap keringat, ringan dan longgar harus digunakan sesering

mungkin. Sejumlah besar stafilokokus sering berada pada seprai dan pakaian dalam pasien dengan

furunkulosis atau karbunkel dan dapat menyebabkan reinfeksi pada pasien dan infeksi pada

anggota keluarganya. Pakaian secara terpisah dicuci dalam air hangat dan diganti tiap hari.

Pertimbangan umum : beberapa pasien tetap memiliki siklus lesi rekuren. Kadang-kadang,

masalah dapat diperbaiki atau dihilangkan dengan menyuruh pasien agar tidak melakukan

pekerjaan rutin regular. Terutama pada individu dengan stres emosional dan kelelahan fisik.

Liburan selama beberapa minggu, idealnya pada iklim sejuk atau kering akan membantu dengan

cara menyediakan istirahat dan juga menyisihkan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan

program perawatan kulit.

Pertimbangkan hal yang bertujuan eliminasi S.aureus (yang `peka methicillin maupun yang

resisten methicillin) dari hidung (dan kulit) :

- Penggunaan salep lokal pada vestibulum nasalis mengurangi S.aureus pada hidung dan secara

sekunder mengurangi sekelompok organisme pada kulit, sebuah proses yang menyebabkan

furunkulosis rekuren. Pemakaian secara intranasal dari salep mupirocin calcium 2% dalam

base paraffin yang putih dan lembut selama 5 hari dapat mengeliminasi S.aureus pada hidung

sekitar 70% pada individu yang sehat selama 3 bulan. Resistensi stafilokokus terhadap

mupirocin hanya didapatkan pada 1 dari 17 pasien. Profilaksis dengan salep asam fusidat

yang dioleskan pada hidung dua kali sehari setiap minggu keempat pada pasien dan anggota

keluarganya yang merupakan karier strain infeksius S.aureus pada hidung (bersamaan dengan

pemberian antibiotik anti-stafilokokus peroral selama 10-14 hari pada pasien) telah terbukti

dengan beberapa keberhasilan.

- Antibiotik oral (misalnya rifampin 600 mg PO tiap hari selama 10 hari) efektif dalam

mengeradikasi S.aureus untuk kebanyakan nasal carrier selama periode lebih dari 12 minggu.

Penggunaan rifampin dalam jangka waktu tertentu untuk mengeradikasi S.aureus pada hidung

dan menghentikan siklus berkelanjutan dari furunkulosis rekuren adalah beralasan pada

pasien yang dengan pengobatan lain gagal. Namun, strain yang resisten rifampin dapat

Page 10: TI Karbunkel

muncul dengan cepat pada terapi seperti itu. Penambahan obat kedua (dikloxacillin bagi

S.aureus yang peka methicillin; trimethoprim-sulfametaxole, siprofloksasin, atau minoksiklin

bagi S.aureus yang resisten methicillin) telah digunakan untuk mengurangi resistensi rifampin

dan untuk mengobati furunkulosis rekuren.

VIII. Pemeriksaan penunjang

Karbunkel biasanya menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan histologis

darikarbunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis

danlemak subkutan. Pada karbunkel, abses multipel yang dipisahkan oleh

trabekula jaringan ikat menyusup dermis dan melewati sepanjang pinggir folikel

rambut,mencapai permukaan melalui lubang pada epidermis yang terkikis.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang

dikonfirmasidengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram S.aureus

akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif) bergerombol

sepertianggur, tidak bergerak . Kultur pada medium agar MSA (Manitot Salt Agar )

selektif untuk S.aureus. Bakteri ini dapat mefermentasikan manitol sehingga

terjadi perubahan medium agar dari warna merah menjadi kuning. Pada kultur S.

aureus pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar (6-8 mm),

permukaan halus,sedikit cembung, dan warna kuning keemasan. Uji sensitivitas

antibiotik diperlukanuntuk penggunaan antibiotik secara tepat

IX. Komplikasi

Invasi bakteri kedalam aliran darah biasanya terjadi kapan saja, tidak dapat

ditentukan. Prevalensi infeksi metastasis selama bakteremia diperkirakan sekitar

30% dan menyebabkan komplikasi endokarditis, osteomyelitis, septic arthritis,

perinephric abses, meningitis dan sepsis. Manipulasi pada lesi dapat memfasilitasi

penyebaran infeksi melalui aliran darah.

Endokarditis merupakan akibat tersering dari bakteremia akibat S.aureus.

Insidensi endokarditis disebabkan S.aureus meningkat selama 20 tahun terakhir

dan sekarang menjadi penyebab utama endokarditis di seluruh dunia, terhitung

sekitar 25-30% kasus. Komplikasi berat seperti sepsis, memberikan tanda dan

gejala awal menggigil, demam, gelisah, takikardi dan takipnea.

Page 11: TI Karbunkel

Komplikasi lainnya yang jarang yaitu trombosis sinus kavernosus. Lesi

pada bibir dan hidung juga dapat menyebabkan bakteremia melalui vena-vena

emisaria wajah dan sudut bibir yang menuju sinus kavernosus.

X. Prognosis

Umumnya pasien mengalami resolusi, setelah mendapatkan terapi insisi dan

drainase pus serta antibiotic sistemik. Beberapa pasien mengalami komplikasi

bakteremia dan bermetastasis ke organ lain. Beberapa pasien mengalami rekurensi,

terutama pada penderita dengan penurunan kekebalan tubuh.

XI. Epidemiologi

Karbunkel memiliki prevalensi yang kecil. Umumnya terjadi pada anak-

anak, remaja sampai dewasa muda. Berdasarkan statistik Departemen Kesehatan

Inggris, pada tahun 2002 dan 2003 terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita

yang berobat ke Rumah Sakit Inggris dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan

karbunkel. Dari 24.525 pasien tersebut terdapat 90% yang memerlukan rawat inap.

54% dari pasien yang berobat tersebut adalah laki-laki dan 46% pasien adalah

perempuan. Usia rata-rata dari pasien yang berobat adalah 37 tahun. 72% berusia

15-59 tahun dan 6% berusia diatas 75 tahun.

XII. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Data subyektif :

Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-

gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu

dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang

penyakitnya.

Data obyektif :

Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah

meeringis, menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup

diri/menarik diri, porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka,

mual-muntah, pasien bertanya tentang penyakitnya.

Page 12: TI Karbunkel

B. Diagnosa Keperawatan

1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi

barier kulit

2) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi kulit

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus

4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang

tidak baik

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang perawatan kulit dan cara menangani kelainan kulit

6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

7) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Page 13: TI Karbunkel

Diagnosa Keperawatan Rencana KeperawatanTujuan dan Kriteria

HasilIntervensi Rasional

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

pasien dapat mempertahankan integritas kulit

Kaji/catat ukuran atau warna, kedalaman luka dan kondisi sekitar luka

Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2 kali

Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi

Kolaborasi dalam pemberian obat topical

Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi

Menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi

Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan kelainan primer

Mencegah atau mengontrol infeksi

Nyeri akut/kronis

berhubungan dengan lesi

kulit

nyeri terkontrol/teratasi Kaji skala nyeri

Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri

Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, massage, guiding imajenery

Perubahan karakter, lokasi, intensitas nyeri dapt mengindikasikan komplikasi

Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping

Memfokuskan kembali pehatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa control yang dapat menurunkan

Page 14: TI Karbunkel

Berikan aktivitas terapeutik tepat sesuai dengan kondisi dan usia pasien

Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

ketergantungan farmakologis

Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang dialami dan memfokuskan kembali perhatian

Perubahan metode untuk penghilangan nyeri

Gangguan pola tidur

berhubungan dengan

pruritus

kebutuhan tidur pasien terpenuhi

Kaji tingkat tidur pasien

Anjurkan pasien untuk menghindari minuman yang mengandung cafein menjelang tidur malam hari

Anjurkan pasien untuk melakukan gerak badan secara teratur

Kolaborasi pemberian obat antihistamin

Untuk mengetahui kualitas tidur pasien

Cafein memiliki efek puncak 2-4 jam sesudah dikonsumsi

Memberikan efek yang

menguntungkan untuk tidur jika

dilakukan pada sore hari

Memberikan obat diharapkan

pasien dapat tidur

Page 15: TI Karbunkel
Page 16: TI Karbunkel

XIII. Peran Advokasi perawat

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam

meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain

khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan

kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien

yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya,

hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti

rugi akibat kelalaian.

XIV. ASPEK LEGAL ETIS

1. Autonomy (penentu pilihan)

Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil

keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari

keunikan induvidu secara holistik.

2. Non Maleficence (do no harm)

Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya

bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan.

Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan

bahaya yang tidak disengaja.

3. Beneficence (do good) 

Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk

melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan

klien dan keluarga.

4. Justice (perlakuan adil) 

Perawat sering mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan. 

5. Fidelity (setia)

Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh

seseorang.

Page 17: TI Karbunkel

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema   : Penyakit Karbunkel

Sub Tema  : Pencegahan Karbunkel

Waktu Pertemuan  : 60 menit

Hari, Tanggal : Kamis, 24 Mei 2012

Pukul   : 08.00 WIB- 09.00 WIB

Sasaran   : Ny .Toni

Tempat   : Bangsal

I. Tujuan Instruksional Umum :

Setelah malakukan penyuluhan diharapkan Ny.Toni dapat mengerti tentang Pencegahan Karbunkel

II.                 Tujuan Instruksional Khusus :

1. Ny.Toni mengetahui definisi Karbunkel dengan benar

2. Ny.Toni jelas terhadap penyebab Karbunkel dengan benar

3. Ny.Toni dapat memahami pencegahan Karbunkel dengan benar

4. Ny.Toni dapat mengetahui cara perawatan Karbunkel dengan benar

III.               Pokok materi

1. Definisi Karbunkel

2. Penyebab Karbunkel

3. Pencegahan Karbunkel

4. Cara perawatan Karbunkel

IV.           Metode : Ceramah dan tanya jawab

V.              Kegiatan penyuluhan :

No. Penyuluh Sasaran waktu1. Pendahuluan :

a. Memberikan salam

b. Memperkenalkan diri

c. Memberikan apersepsi

Menjawab salamMemperhatikanMemperhatikanMemperhatikan

10 Menit

Page 18: TI Karbunkel

d. Menjelaskan tujuan

2. Kegiatan Inti :a. Memberikan materi tentang :

Definisi Kraniostenosis

Penyebab Kraniostenosis

Pencegahan Kraniostenosis

Kraniostenosis

Cara perawatan Kraniostenosis

b. Memberikan kesempatan keluarga

untuk bertanya

c. Menjawab pertanyaan

Memperhatikan

BertanyaMemperhatikan

35 Menit

3. Penutup: a. Menyimpulkan materi penyuluhan

b. Memberikan evaluasi dengan pertanyaan

lisan

c. Memberikan salam penutup

MemperhatikanMemperhatikan

Menjawab salam

15 menit

 VI.            Media                    : Power Point

VII.    Sumber/Referensi   :

a. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC :

Jakarta.

b. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

c. FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.

d. Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.

VIII.              Evaluasi : Memberikan pertanyaan kepada Ny.Toni secara lisan:

1. Bagaimana pencegahan Karbunkel?

2. Bagaimana cara perawatan penyakit Karbunkel ?

Yogyakarta, 24 Mei 2012Mahasiswa

( Christiyanto Aji N.)