pasta gigi

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan peningkatan sumber daya manusia, kualitas hidup, peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Kesehatan yang baik adalah modal utama bagi setiap orang, termasuk kesehatan gigi dan mulut. Dalam upaya membangun kesehatan gigi dan mulut perlu adanya penjagaan terhadap oral hygiene secara mandiri dengan penggunaan pasta gigi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan gigi dan mulut yang relatif bebeda bagi tiap individu. Untuk itu perlu adanya pengetahuan yang luas mengenai pasta gigi termasuk juga oleh para dokter gigi, karena pasta gigi serta kandungan yang terdapat didalamnya sangat mempengaruhi variabel kesehatan gigi pasien. Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak dan langkah awal untuk mencegah karies. Saat ini kontrol plak telah dilengkapi dengan penambahan bahan aktif yang mengandung bahan dasar alami ataupun sintetik sebagai bahan antibakteri yang tersedia dalam bentuk sediaan obat kumur 1

Upload: sipiangin

Post on 08-Feb-2016

423 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pasta Gigi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan. Untuk

mencapai tujuan tersebut diperlukan peningkatan sumber daya manusia, kualitas hidup,

peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta mempertinggi kesadaran

masyarakat akan pentingnya hidup sehat.

Kesehatan yang baik adalah modal utama bagi setiap orang, termasuk kesehatan

gigi dan mulut. Dalam upaya membangun kesehatan gigi dan mulut perlu adanya

penjagaan terhadap oral hygiene secara mandiri dengan penggunaan pasta gigi yang

benar-benar sesuai dengan kebutuhan gigi dan mulut yang relatif bebeda bagi tiap

individu.

Untuk itu perlu adanya pengetahuan yang luas mengenai pasta gigi termasuk juga

oleh para dokter gigi, karena pasta gigi serta kandungan yang terdapat didalamnya sangat

mempengaruhi variabel kesehatan gigi pasien.

Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak dan langkah awal untuk mencegah

karies. Saat ini kontrol plak telah dilengkapi dengan penambahan bahan aktif yang

mengandung bahan dasar alami ataupun sintetik sebagai bahan antibakteri yang tersedia

dalam bentuk sediaan obat kumur dan pasta gigi. Namun demikian kesalahan dalam

memilih komposisi serta dosis kandungan per-bahan pada suatu pasta gigi justru dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan pelindung gigi.

Berikut akan dibahas mengenai komposisi umum dari pasta gigi serta manfaat dan

resiko bahaya dari masing-masing bahan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah kandungan atau komposisi umum yang terdapat pada pasta gigi?

2. Apakah fungsi dari masing-masing komponen yang terkandung dalam pasta gigi?

3. Bahan-bahan apakah yang mengandung potensi bahaya dalam pasta gigi?

1

Page 2: Pasta Gigi

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui kandungan atau komposisi umum yang terdapat pada pasta gigi

2. Mengetahui fungsi dari masing-masing komponen yang terkandung dalam pasta gigi

3. Mengetahui bahan-bahan apakah yang mengandung potensi bahaya dalam pasta gigi

1.4 Manfaat Penulisan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya tentang apa saja yang terkait dengan judul makalah ini yaitu

tentang pasta gigi.

2

Page 3: Pasta Gigi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasta Gigi

Pasta gigi didefinisikan sebagai bahan semi-aqueous yang digunakan bersama-

sama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi. Pasta

gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan

plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi,

menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta

memelihara kesehatan gingiva (Siregar, 2004).

2.1.1 Fungsi Pasta Gigi

1. Fungsi Kosmetik

Menyingkirkan materi alba, plak, sisa makanan dan pewarnaan pada

permukaan gigi serta untuk penyegaran pernafasan (Siregar, 2004).

2. Fungsi Therapeutik

Dengan pemakaian obat-oabatan dalam pasta gigi hasil nya terlihat dalam

pengurangan plak, kalkulus, karies dan penyakit gingiva. Adapun pasta gigi

therapeutik dibagi dalam dua kelompok yaitu pasta gigi therapeutik yang tidak

mengandung fluor seperti pasta gigi yang mengandung klorofil, antibiotik

ammonium dan enzim inhibitor dan pasta gigi therapeutik yang menganndung

fluor untuk mencegah terjadinya karies gigi seperti :

- Sodiun fluoride 0,22%

- Stannous fluoride 0,4%

- Monofloro phospatase 0,76% (Siregar, 2004).

3. Fungsi Kosmetik Therapeutik

Pasta gigi terdiri dari bermacam-macam bahan, dimana masing-masing

bahan mempunyai fungsi khusus (Siregar, 2004).

3

Page 4: Pasta Gigi

2.1.2 Syarat – syarat pasta gigi yang baik (Siregar, 2004)

1. Mempunyai daya abrasif yang minimal tetapi mempunyai daya pembersih

yang maksimal.

2. Dapat mengemulsi kotoran-kotoran yang ada dalam mulut.

3. Harus stabil dalam waktu yang lama.

4. PH hampir netral supaya dapat bereaksi dalam suasana asam basa.

5. Dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri yang ada dalam

mulut.

6. Dapat bereaksi dengan enamel gigi dan membentuk senyawa yang dapat

mempertinggi daya tahan enamel terhadap serangan asam.

7. Tidak beracun.

8. Dapat mengurangi atau menghilangkan bau mulut.

9. Enak rasanya dan memberi kesegaran dalam rongga mulut.

10. Tidak merusak mukosa dalm mulut.

11. Dapat mengurangi sensitivitas dentin.

12. Harganya terjangkau.

2.1.3 Komposisi Pasta Gigi

Hampir semua pasta gigi mengandung lebih dari satu bahan aktif dan hampir

semua dipromosikan dengan beberapa keuntungan bagi pengguna. Umumnya

pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari bahan abrasif,

deterjen dan satu atau lebih bahan terapeutik (Siregar, 2004).

a. Bahan abrasif (20-50%)

Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk bubuk

pembersih yang dapat memolish dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan

jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan

pasta gigi. Contoh bahan abrasif ini antara lain silica atau silica hydrat, sodium

bikarbonat, aluminium oxide, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat (Siregar,

2004)

Pengertian Bahan Abrasif

Bahan yang menyebabkan abrasi; bahan yang digunakan untuk mengikis,

mengasah, dan menggosok (Siregar, 2004).

4

Page 5: Pasta Gigi

Manfaat Bahan Abrasif

Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk

mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi : kesehatan mulut, fungsi, dan

estetika. Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan

kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri

patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi

kekasaran permukaan restorasi (Siregar, 2004).

Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan

tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang

gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua

permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas karat

dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi dipoles dengan

baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles dengan baik

karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan oklusal dan

embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak restorasi

yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun

antagonisnya. Ini khususnya berlaku untuk bahan restorasi seperti keramik yang

mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi dan dentin. Permukaan

yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak yang tinggi yang dapat

menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilisasi antara gigi-gigi

(Siregar, 2004).

Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter gigi menangani

permukaan restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda daripada

permukaan yang sulit dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip cermin

diinginkan demi alasan di atas, jenis permukaan ini mungkin secara estetik

kurang baik karena tidak cocok dengan gigi-gigi di sebelahnya bila berada di

daerah yang mudah kelihatan seperti permukaan labial dari gigi-gigi aterior atas.

Meskipun demikian, permukaan ini tidak terkena tekanan kontak yang tinggi

dan mudah dibersihkan (Siregar, 2004).

Ciri dan corak anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa

mempengaruhi kesehatan maupun fungsi rongga mulut (Siregar, 2004).

5

Page 6: Pasta Gigi

Bahan Abrasif Lain (Polishing) Di Bidang Kedokteran Gigi

Ada beberapa jenis abrasif yang tersedia tetapi hanya yang umum yang

digunakan dalam kedokteran gigi. Abrasif alamiah mencakup batu Arkansas,

kapur, korundum, intan, ampelas, akik, pumice, quartz, pasir, tripoli, dan

zirkonium silikat. Cuttle dan kieselguhr berasal dari sisa organisme hidup.

Abrasif buatan pabrik adalah bahan disintesa yang umumnya lebih disukai

karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat ditebak. Silikan karbid, oksida

aluminium, rouge, dan oksida timah adalah contoh dari abrasif buatan pabrik.

1. Batu Arkansas. Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang

berwarna abu-abu muda dan semitranslusen yang ditambang di

Arkansas. Mengandung quartz mikrokristal dan mempunyai corak

yang padat, keras, serta seragam. Potongan kecil dari mineral ini

dicekatkan pada batang logam dan ditruing ke berbagai bentuk

untuk mengasah email gigi dan logam campur.

2. Kapur. Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur

adalah abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat. Digunakan

sebagai pasta abrasif ringan untuk memoles email gigi, lembaran

emas, amalgam, dan bahan plastik.

3. Korundum. Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya

berwarna putih. Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-

aluminium, yang sudah banyak menggantikan korundum dalam

aplikasi dental. Korundum digunakan terutama untuk mengasah

logam campur dan tersedia dalam bentuk abrasif bonding dengan

bermacam bentuk. Paling umum digunakan pada instrumen yang

disebut white stone.

4. Intan. Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri

atas karbon. Ini adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut

superabrasif karena kemampuannya untuk mengatasi substansi

apapun. Abrasif intan dipasok dalam berbagai bentuk, termasuk

instrumen abrasif yang berputar, ampelas abrasif yang mempunyai

backing logam lentur, dan pasta poles intan. Digunakan pada bahan

keramik dan resin komposit.

6

Page 7: Pasta Gigi

5. Amril. Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang

dibuat dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya

dalam bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran

kekasaran. Dapat digunakan untuk memoles logam campur atau

bahan plastis.

6. Akik. Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang

mempunyai sifat fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah

silika dari aluminium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan.

Abrasif akik yang digunakan dalam kedokteran gigi biasanya

berwarna merah gelap. Akik sangat keras dan jika patah selama

pengasahan, membentuk bidang berbentuk pahat yang tajam,

membuat bahan ini menjadi abrasif yang sangat efektif. Akik

tersedia dalam bentuk disk dan pita punjung. Digunakan untuk

mengasah logam campur dan bahan plastik.

7. Pumis. Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan silika berwarna

abu-abu muda. Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga

dapat ditemukan pada abrasif karet. Kedua bentuk ini digunakan

pada bahan plastik. Tepung pumis adalah derivat batu volakanik

yang sangat halus dari Italia dan digunakan untuk memoles email

gigi, lempeng emas, amalgam gigi, dan resin akrilik.

8. Quartz. Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang

sangat keras, tidak berwarna, dan transparan. Ini adalah bentuk

mineral yang sangat banyak dan tersebar luas. Partikel-partikel

kristalin quatrz dilumatkan untuk membentuk partikel angular yang

tajam yang bermanfaat dalam membuat disk abrasif. Abrasif quartz

digunakan terutama untuk merapikan logam campur dan dapat

digunakan untuk mengasah email gigi.

9. Pasir. Pasir adalah campuran partikel mineral kecil yang terutama

terdiri atas silika. Partikel ini berwarna-warni, membuat abrasif pasir

mempunyai penampilan yang khas. Partikel pasir mempunyai

bentuk bulat atau angular. Diaplikasikan tekanan udara untuk

menghilangkan bahan tanam dari logam campur pengecoran. Juga

dapat dilapiskan pada disk kertas untuk mengasah logam campur

dan bahan plastik.

7

Page 8: Pasta Gigi

10. Tripoli. Abrasif ini berasal dari endapan batu silika yang ringan dan

rapuh. Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Jenis

yang berwarna abu-abu dan merah adalah yang paling sering

digunakan dalam kedokteran gigi. Batu ini digiling menjadi partikel

yang sangat halus dan dibentuk dengan pengikat lunak menjadi

batang-batang senyawa pemoles. Digunakan untuk memoles logam

campur dan beberapa bahan plastik.

11. Zirkonium silikat. Zirkon atau zirkonium silikat dipasok sebagai

mineral berwarna putih kekuningan. Bahan ini digiling menjadi

partikel dengan berbagai ukuran dan digunakan untuk melapisi disk

abrasif serta ampelas. Sering digunakan sebagai komponen pasta

profilaksis gigi.

12. Cuttle. Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum

untuk abrasif ini. Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat

dari bagian dalam rumah kerang laut Mediterania dari genus Sepia.

Tersedia sebagai abrasif lapisan dan digunakan untuk prosedur

abrasi yang halus seperti memoles tepi logam dan restorasi amlgam

gigi.

13. Kieselguhr. Bahan ini terdiri atas sisa-sisa silika dari tanaman laut

kecil yang disebut diatom. Bentuk yang lebih kasar disebut tanah

diatomaceus, yang digunakan sebagai bahan pengisi pada beberapa

bahan gigi seperti bahan cetak hidrokoloid. Merupakan abrasif yang

sangat halus. Risiko silikosis pernapasan karena pemajanan kronis

terhadap partikel bahan ini yang ada di udara cukup besar karena itu

tindakan pencegahan harus selalu dilakukan.

14. Silikon Karbid. Adalah abrasif yang sangat keras dan merupakan

abrasif sintetik yang pertama kali dibuat. Baik yang berwarna hijau

atau hitam-biru mempunyai sifat fisik yang setara. Bentuk hijau

sering lebih disukai karena substrat terlihat lebih nyata di balik

warna hijau tersebut. Silikon karbid sangat keras dan rapuh. Patikel-

partikelnya tajam dan mudah pecah untuk membentuk partikel baru

yang tajam. Ini menghasilkan efisiensi pemotongan yang sangat

tinggi untuk berbagai bahan, termasuk logam campur, keramik, dan

8

Page 9: Pasta Gigi

bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai abrasif pada disk dan

instrumen bonding vitreous serta karet.

15. Oksida Aluminium. Oksida aluminium adalah abrasif sintetik kedua

yang dikembangkan sesudah silikon karbid. Oksida aluminium

sintetik (alumina) dibuat berupa bubuk berwarna putih. Dapat lebih

keras daripada korundum (alumina alami) karena kemurniannya.

Alumina dapat diproses dengan berbagai sifat melalui sedikit

mengubah reaktan pada proses pembuatannya. Ada beberapa jenis

ukuran butiran dan alumina sudah semakin banyak menggantikan

bahan amril untuk abrasif. Oksida aluminium digunakan secara luas

dalam kedokteran gigi. Oksida ini dipakai untuk membuat abrasif

bonding, abrasif berbentuk lapisan, dan abrasif yang dijalankan

dengan motor udara. White stone dibuat dari oksida aluminium yang

disintering dan populer untuk merapikan email gigi, logam campur,

maupun bahan keramik.

Abrasif logam aluminium yang berwarna pink dan merah delima

dibuat dengan menambahkan senyawa kromium pada bahan asli.

Variasi ini dipasarkan dalam bentuk bonding viterous sebagai batu

tidak terkontaminasi untuk preparasi logam campur logam-keramik

sebelum menerima porselen. Sisa-sisa abrasif ini tidak boleh

mengganggu pengikatan porselen ke logam campur. Hasil tinjauan

ulang dari Yamamoto (1985) menunjukkan bahwa bur karbid

merupakan instrumen yang paling efektif untuk merapikan jenis

logam campur ini karena tidak mengkontaminasi permukaan logam

dengan terjebaknya partikel abrasif.

16. Abrasif Intan Sintetik. Intan buatan digunakan khusus sebagai

abrasif dan dibuat lima kali lebih besar dari tingkat abrasif intan

alami. Jenis abrasif ini digunakan pada pembuatan gergaji intan,

roda, dan bur intan. Blok yang ditanami partikel intan digunakan

untuk mengasah jenis abrasif yang lain. Pasta pemoles intan juga

dapat dibuat dari partikel yang diameternya lebih kecil dari 5 μm

dan digunakan untuk memoles bahan keramik. Abrasif intan sintetik

digunakan terutama untuk struktur gigi, bahan keramik, dan bahan

resin komposit.

9

Page 10: Pasta Gigi

17. Rouge. Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna

merah dalam rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan

berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk

memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi.

18. Oksida Timah. Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas

sebagai bahan pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam

mulut. Bahan ini dicampur dengan air, alkohal, atau gliserin untuk

membentuk pasta abrasif ringan.

b. Air (20-40%)

Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut (Siregar, 2004).

c. Humectant atau pelembab (20-35%)

Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga

kelembaban. Misalnya gliserin, alpha hydroxy acids (AHA) dan asam laktat.

Bahan ini digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab (Siregar, 2004).

d. Bahan perekat (1-2%)

Bahan perekat ini dapat mengontrol kekentalan dan memberi bentuk

krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan bahan solid dan liquid pada

suatu pasta gigi. Contohnya glycerol, sorbitol dan polyethylene glycol (PEG)

(Siregar, 2004).

e. Surfectan atau Deterjen (1-3%)

Bahan deterjen yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran

adalah Sodium Lauryl Sulfat (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan

permukaan, mengemulsi (melarutkan lemak) dan memberikan busa sehingga

pembuangan plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih

mudah. SLS ini juga memiliki efek antibakteri (Siregar, 2004).

f. Bahan penambah rasa (0-2%)

Xylitol adalah nama populer senyawa kimia alkohol gula C5H12O5.

Sehari-hari dikenal sebagai gula kayu atau gula birch yang digunakan untuk

pemanis, seperti rekan-rekannya, mannitol, sorbitol, erythritol, maltitol, dan

10

Page 11: Pasta Gigi

lactitol. Disebut gula birch karena pertama kali ditemukan pada abad ke-19

dari serat kayu pohon white birch yang banyak tumbuh di Finlandia dan

Amerika Utara (Darby, 2009).

Xylitol secara alami juga terkandung dalam serat buah dan sayuran,

yaitu dari keluarga beri-berian (rasberi, stroberi), plum, kulit ari jagung,

gandum oat, jamur merang, kembang kol dan bayam (Darby, 2009).

Di abad ke-19 itu, xylitol diperkenalkan di Eropa sebagai pemanis

yang aman bagi penderita diabetes dan pemilik kadar gula darah tinggi, karena

tak berpengaruh pada kadar insulin. Semanis gula sukrosa dari tebu tapi

berkandungan kalori lebih rendah 40%, lebih lambat diserap tubuh hingga

aman bagi penderita diabetes. Satu sendok teh xylitol berisi 9,6 kalori,

bandingkan dengan gula yang 15 kalori. Xylitol juga nirkarbohidrat, sementara

gula berisi 4 g per sendok teh (Darby, 2009).

Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk memberikan

cita rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint, stroberi, kayu manis

bahkan rasa permen karet untuk pasta gigi anak. Tambahan rasa pada pasta

gigi akan membuat menyikat gigi menjadi menyenangkan. ADA tidak

merekomendasikan pasta gigi yang mengandung gula tetapi pasta gigi yang

mengandung pemanis buatan (misalnya saccharin). Bahan pelembab gliserin

dan sorbitol juga memberikan rasa manis pada pasta gigi (Siregar, 2004).

1. mannitol : alkohol gula 6 – karbon dibentuk dengan mereduksi

manosa atau fruktosa dan tersebar luas dalam tanaman,preparat

resmi.

2. maltitol : pati atau rasa yang di berhidrogenasi, sebagian

terhidrolisis dan yang digunakan sebagai pemanis.

3. sorbitol : alkohol gula karbon – 6 yang terbentuk melalui reduksi

gugus karbonin glukosa dan terdapat secara alamiah dalam berbagai

macam buah.

4. erythritol : gula empat karbon yang dibentuk dari eritrosa melalui

gugus karbonin dan ditemukan dalam algae , tanaman liechenes,

rumput rumputan. senyawa ini memberikan rasa manis dua kali lipat

dibandingkan sukrosa.

11

Page 12: Pasta Gigi

5. lactitol : disakarida yang analogllactulosa mempunyai rasa manis

yang kuat yang sebagian besar digunakan sebagai pemanis juga

mempunyai sifat laksatif dan digunakan sebagai pengobatan.

g. Bahan terapeutik (0-2%)

Bahan terapeutik yang terdapat dalam pasta gigi adalah sebagai

berikut (Siregar, 2004) :

1. Fluoride

Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel

dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri

untuk memproduksi asam. Adapun macam- macam fluoride yang terdapat

dalam pasta gigi adalah sebagai berikut (Siregar, 2004):

- Stannous fluoride

Tin fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta

gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif

(kalsium fosfat). Fluor ini bersifat antibakterial namun

kelemahanya dapat membuat stein abu-abu pada gigi.

- Sodium fluoride

NaF merupakan fluor yang paling sering ditambahkan dalam pasta

gigi, tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasif.

- Sodium monofluorafosfat

Di Indonesia, pasta gigi mengandung fluoride mulai muncul

sekitar tahun 70-an. Fluoride yang banyak digunakan jenis Sodium

Monofluoro Fosfat atau Sodium Fluoride, dengan kadar yang 250

hingga 800 ppm. Secara detail, fluor merupakan salah satu bahan

pasta gigi berfungsi memberikan efek deterjen sebagai satu dari

tiga bahan utamanya disamping bahan abrasi sebagai pembersih

mekanik permukaan gigi dan pemberi rasa segar pada mulut,

sementara bahan lainnya sodium bikarbonat dan baking soda

sebagai alkalin untuk mengurangi keasaman plak dan mencegah

12

Page 13: Pasta Gigi

pembusukan, sedangkan pemutih, pemberi rasa dan sebagainya

merupakan bahan tambahan pada racikan pasta tersebut.

Dengan efek tersebut, fluoride berfungsi melapisi struktur gigi dan

ketahanannya terhadap proses pembusukan serta pemicu proses mineralisasi.

Unsur kimia dalam zat ini mengeraskan email gigi pada persenyawaannya.

Begitupun, sejak dulu efek kerugiannya juga sudah dipublikasikan secara luas

yakni bahayanya bila tertelan dan karena itu juga kita tidak diajarkan menelan

pasta gigi (Siregar, 2004).

Pasta gigi yang beredar di pasaran umumnya mengandung fluor

dalam bentuk Natrium fluoride (NaF), Stanium Fluorida (SnF) dan Sodium

monofluorofosfat (NaMNF).12 Fluoride bekerja untuk mengontrol karies dini

dengan beberapa cara. Fluor dapat menghambat demineralisasi enamel dan

meningkatkan remineralisasi. Bakteri kariogenik metabolisme karbohidrat dan

menghasilkan asam sehingga pH rongga mulut menjadi asam dan dapat

mengubah struktur enamel. Fluor dapat menguatkan gigi dengan

meningkatkan proses remineralisasi sehingga enamel resisten terhadap asam.

Fluor dapat menghambat karies dengan cara menghambat aktivitas

metabolisme bakteri kariogenik dalam memetabolisme karbohidrat untuk

menghasilkan asam dan polisakarida adhesif yang diperlukan untuk

berkolonisasi pada permukaan gigi. Kelebihan fluor dalam jangka panjang

dapat menyebabkan fluorosis (Siregar, 2004).

Bahaya Fluoride

Dari sejumlah berita yang beredar beberapa waktu lalu fluoride

disinyalir sebagai salah satu bahan yang digunakan pada pembuatan bom

atom. Efek racun kimiawi yang dipaparkan lewat penemuan ini mendorong

para peneliti semakin kritis melakukan riset tentang bahaya flouride pada pasta

gigi, kemudian banyak berita mempublikasikan efek samping dan bahaya

fluoride dalam memicu osteoporosis dan kerusakan sistem saraf terutama pada

penggunaan yang salah (Dea, 2011).

Sekitar awal tahun 2000‚ pemerintah Belgia menjadi pihak pertama

melarang peredaran tablet dan permen mengandung fluoride yang selama ini

13

Page 14: Pasta Gigi

dianjurkan pemberiannya pada anak-anak untuk menguatkan gigi mereka.

Riset lain dari Swedia menyorot kecenderungan anak untuk menelan pasta gigi

secara tak sengaja melalui air ludah bekas sikat gigi yang kerap memicu kasus

overdosis fluoride dan menimbulkan gangguan seperti banyaknya pengeluaran

ludah, tumpulnya indera perasa di sekitar mulut sampai ke gangguan

pernafasan bahkan kanker (Dea, 2011).

Keadaan terhambatnya penyerapan kalsium sebagai salah satu

manifestasi efek sampingnya juga dikenal dengan istilah fluorosis yang bisa

berakibat lanjut pada penurunan IQ, gangguan sistem saraf dan kekebalan

tubuh serta kerapuhan tulang dan terhambatnya pertumbuhan (Dea, 2011).

Di beberapa negara, anjuran penggunaannya sudah dibatasi untuk usia

diatas 5 tahun. Di Indonesia telah dihimbau penggunaannya dalam tiap tube

pasta gigi tidak lebih dari 500 ppm (parts per million) dari sebelumnya sekitar

1000-1500 ppm dan mengikuti antisipasinya untuk mengurangi penambah rasa

sebagai pencegah anak-anak agar tak menelan pasta gigi tersebut (Dea, 2011).

Di luar kemungkinan pemberitaan efek fluoride ini sebagai fakta,

mungkin tak perlu buru-buru menjadi terlalu resah dan was-was menggunakan

produk pasta gigi yang mengan-dung fluoride sejauh kadarnya masih di bawah

ambang batas yang dianjurkan. Kesadaran konsumen untuk memilih produk

masih tetap bisa dilaksanakan, paling tidak untuk memilih pasta gigi dengan

kadar fluoride rendah, dan mungkin, dengan adanya pro dan kontra ini salah

satu antisipasi terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mengawasi

penggunaannya (Dea, 2011).

Efek biologis Fluoride (dlm buku Flouride the Aging Factor-Dr. John

Yiamouyiannis):

1. Gigi Fluorosis (keropos) merupakan tanda pertama kontaminasi

fluoride.

2. Kerusakan gigi (pada stadium lanjut-gigi bergaris-garis gelap

terlihat seperti lubang) dan gigi tanggal.

3. Penelitian di Cina, pemberian fluoride dg dosis rendah pun telah

menyebabkan berkurangnya kecerdasan pada anak-anak

4. Penuaan Dini

14

Page 15: Pasta Gigi

5. Aborsi Spontan

6. Tulang yang rapuh

7. Kanker, Fluoride bersifat Carcinogenic (penyebab kanker)

8. Kerusakan pada sistem berpikir.

9. Kemandulan

10. Kerusakan otak

11. Penurunan IQ

2. Bahan desensitisasi

Yang dimaksud dengan bahan desensitisasi (desensitizing agents)

adalah bahan yang digunakan untuk perawatan hipersensitivitas dentin/

hipersensitivitas akar gigi (dentin/root hypersensitivity). Hipersensitivitas akar

bisa terjadi secara spontan apabila akar gigi tersingkap karena resesinya

gingiva atau karena pembentukan saku periodontal. Namun hipersensitivitas

ini bisa pula terjadi setelah dilakukannya prosedur penskeleran dan penyerutan

akar maupun prosedur bedah periodontal. Keadaan ini dimanifestasikan oleh

nyeri sakit yang timbul bila terkena rangsangan dingin atau panas (lebih sering

dingin), buah-buahan yang asam, manis, atau karena kontak dengan sikat gigi

atau alat dental (Mozartha, 2010).

Mekanisme Hipersensitivitas Dentin

Untuk dapat memahami mekanisme kerja bahan desensitisasi, perlu

dipahami lebih dulu mekanisme terjadinya hipersensitivitas akar. Dari sekian

banyak teori yang dikemukakan, untuk sementara ini mekanisme kerja bahan

desensitisasi yang diproduksi hanya dikaitkan dengan dua teori saja: (1) teori

hidrodinamik dan (2) teori neural (Armilia, 2006).

Teori Hidrodinamik

15

Page 16: Pasta Gigi

Menurut teori yang dikemukakan oleh Brannstrom ini, stimulus atau

perangsang dari permukaan luar dentin dihantar oleh mekanisme hidrodinamik

berupa pergerakan cairan yang cepat didalam tubulus dentin sampai ke

processus odontoblast yang menjorok ke tubulus dentin, untuk kemudian

diteruskan ke ujung saraf pada pulpa gigi. Arah gerakan cairan tubulus dentin

tergantung perangsangnya. Perangsang dingin menyebabkan cairan menyusut

sehingga cairan bergerak ke arah pulpa, sebaliknya perangsang panas

menyebabkan cairan ekspansi ke arah permukaan luar. Cairan dengan tekanan

osmotis yang lebih tinggi daripada tekanan osmotis cairan tubulus dentin

(misalnya gula) akan menarik cairan tubulus dentin ke arah cairan dengan

tekanan osmotis yang lebih tinggi (Armilia, 2006).

Teori neural

Menurut teori neural dentin mengandung saraf-saraf interdentin yang

merupakan saraf aferen yang terlibat dalam timbulnya nyeri sakit. Terjadinya

hipersensitivitas akar adalah disebabkan meningkatnya eksitabilitas saraf-saraf

interdentin (Armilia, 2006).

Mekanisme Desensitisasi

Dengan mengacu pada kedua teori yang dikemukakan diatas,

mekanisme desensitisasi yang dikenal sekarang ini ada dua, yaitu dengan: (1)

menyumbat atau memperkecil diameter tubulus dentin, dan (2) mengurangi

eksitabilitas saraf-saraf interdentin (Mozartha, 2011).

Memperkecil Diameter Tubulus Dentin

- Dengan disumbat atau diperkecilnya diameter tubulus dentin, gerakan

cairan tubulus dentin akibat perangsang akan dihambat sehingga

hipersensitivitas berkurang. Penyumbatan atau pengecilan diameter

tubulus dentin oleh bahan desensitisasi yang digunakan bisa karena salah

satu meknisme berikut:

1. Pembentukan dentin sekunder di sepanjang dinding tubulus dentin.

2. Pengendapan protein pada dinding tubulus dentin.

3. Pembentukan kristal-kristal pada dinding tubulus dentin (Mozartha,

2011).

16

Page 17: Pasta Gigi

Mengurangi Eksitabilitas Saraf-Saraf Interdentin

- Dengan dikuranginya eksitabilitas saraf interdentin, kepekaan saraf

tersebut terhadap perangsang akan berkurang. Bahan desensitisasi

dengan kerja yang demikian mempengaruhi saraf-saraf interdentin

secara langsung maupun tidak langsung (Mozartha, 2010).

Bahan-Bahan Desensitisasi

Berdasarkan siapa yang menggunakan, bahan desensitisasi dibedakan

atas (1) bahan yang digunakan oleh dokter gigi di klinik/praktek dan (2) bahan

yang digunakan oleh pasien di rumah. Sedangkan berdasarkan mekanisme

kerjanya bahan desensitisasi dibedakan atas: (1) bahan yang kerjanya

menyumbat atau memperkecil diameter tubulus dentin dan (2) bahan yang

menurunkan eksitabilitas saraf-saraf interdentin (Mozartha, 2010).

Bahan Desensitisasi Untuk Pemakaian Di Klinik (Mozartha, 2010)

- Untuk desensitisasi di klinik, bahan yang paling banyak digunakan

adalah fluorida yang aksi kerjanya menyumbat tubulus dentin. Pasta

yang bisa digunakan adalah campuran sama banyak natrium fluorida,

kaolin dan gliserin. Untuk pemakaiannya, permukaan gigi terlebih dulu

diisolasi dan dikeringkan. Pasta kemudian digosok-gosokkan dengan

bantuan alat dental, misalnya burnisher, selama 1 - 2 menit ke

permukaan akar gigi yang sensitif. Setelah itu, permukaan gigi dibilas

dengan air hangat.

- Ada juga cara desensitisasi dengan jalan iontoforesis untuk

mengendapkan natrium fluorida ke struktur gigi.

- Bahan lain dengan mekanisme kerja yang sama yang bisa digunakan di

klinik adalah kalium oksalat. Bahan desensitisasi siap pakai yang

mengandung preparat fluorida telah pula diproduksi. Sebagai contoh

Duraphat® yang berbentuk pernis yang mengandung 50 mg natrium

fluorida, dan Fluocal® berupa cairan yang mengandung 1 gr natrium

fluorida.

17

Page 18: Pasta Gigi

- Desensitisasi di klinik bisa juga dilakukan dengan kalsium hidroksida

yamg efeknya mengurangi eksitabilitas saraf. Kalsium hidroksida

diaplikasikan ke permukaan akar gigi yang hipersensitif, kemudian

ditutup dengan pembalut periodontal selama satu minggu.

Bahan Desensitisasi Untuk Dipakai Pasien Di Rumah (Mozartha,

2010).

- Bahan desensitisasi untuk dipakai oleh pasien sehari-hari di rumah

adalah berupa pasta gigi khusus, yang bisa berupa:

1. Pasta gigi dengan aksi kerja menyumbat tubulus dentin.

- Beberapa pasta gigi khusus telah dipasarkan untuk

desensitisasi oleh pasien sendiri. Bahan desensitisasi yang

terkandung dalam pasta tersebut ada berupa stronsium

klorida, natrium monofluoroposfat dan formaldehid.

2. Pasta gigi dengan aksi kerja mengurangi eksitabilitas saraf.

- Pasta gigi khusus dengan aksi kerja mengurangi

eksitabilitas saraf mengandung kalium nitrat.

3. Pasta gigi dengan aksi ganda.

- Karena seringnya desensitisasi dengan bahan yang

mempunyai aksi tunggal (menyumbat tubulus dentin saja

atau mengurangi eksitabilitas saraf saja) tidak berhasil

mengurangi hipersensitivitas, belakangan ini dipasarkan

pula pasta desensitisasi dengan aksi ganda. Salah satu pasta

dengan aksi ganda mengandung kalium nitrat dan natrium

monofluoroposfat.

3. Bahan anti-tartar

Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium dan magnesium

dalam saliva sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada permukaan gigi.

Contohnya Tetrasodium pyrophospate (Siregar, 2004).

4. Bahan antimikroba

18

Page 19: Pasta Gigi

Bahan ini digunakan untuk untuk membunuh dan menghambat

pertumbuhan bakteri. Contoh bahan ini adalah Enzim Amiloglucosidase dan

Ez Glukosidase, Trikolsan (bakterisidal), Zinc citrate atau Zinc phosphate

(bakteriostatik). Selain itu ada beberapa herbal yang ditambahkan sebagai anti

mikroba dalam pasta gigi contohnya ekstrak daun sirih dan siwak. Penyakit

infeksi merupakan penyakit yang sering terjadi baik yang menginfeksi

anggota tubuh bagian luar, organ-organ dalam, maupun pada rongga mulut

(Siregar, 2004).

Di dalam rongga mulut terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang

merupakan flora normal. Keadaan ini disebabkan karena rongga mulut

merupakan pintu gerbang penghubung antara lingkungan luar tubuh dan

lingkungan dalam tubuh, sehingga mikoorganisme dapat masuk dan

berkembang biak dalam tubuh manusia (Siregar, 2004).

Oleh sebab harus dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya

infeksi dalam rongga mulut. Mikroorganisme yang menetap hidup dan

berkembang biak dalam rongga mulut dapat menimbulkan penyakit, bila

mekanisme pertahanan tubuh menurun yang disebut infeksi oportunistik.

Karies gigi dan penyakit periodontal adalah penyakit yang disebabkan oleh

aktifitas kuman flora mulut yang tidak dapat diatasi oleh mekanisme

pertahanan tubuh (Siregar, 2004).

Kuman yang berperan untuk penyakit karies gigi adalah

Streptococcus mutans, dilaporkan juga Streptococcus mutans berperan pada

penyakit periodontal. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyakit

dalam rongga mulut seperti penyakit karies gigi dan penyakit periodontal

adalah dengan mengendalikan populasi mikroorganisme rongga mulut di

dalam plak gigi dan saliva, antara lain dengan cara kumur dengan obat kumur

dan menyikat gigi dengan teratur dengan menggunakan pasta gigi (Siregar,

2004).

Selama ini kita telah mengenal berbagai macam obat kumur dan pasta

gigi, yang banyak sekali beredar dipasaran dengan berbagai macam merek dan

dengan berbagai macam kegunaannya. Kumur dengan obat kumur dan

penyikatan gigi dengan menggunakan pasta gigi dapat mengurangi populasi

mikroorganisme flora rongga mulut jauh lebih besar dibandingkan tanpa

menggunakan obat kumur dan pasta gigi (Siregar, 2004).

19

Page 20: Pasta Gigi

Faktor daya hambat yang terkandung di dalam pasta gigi mempunyai

peranan penting terhadap pertumbuhan kuman flora mulut maupun kuman

penyebab penyakit karies gigi dan penyakit periodontal. Efek daya hambat

pasta menurunkan populasi mikroorganisme rongga mulut yaitu, didalam plak

gigi dan saliva dan akan mencegah penyakit gigi dan mulut (Siregar, 2004).

Setelah menyikat gigi sering dilupakan merawat sikat giginya

sehingga tercemar oleh kuman rongga mulut dan dari luar tubuh. Kuman yang

dapat mencemari, merupakan hasil berbagai tindakan sterilisasi dan

penyimpanan alat-alat, hal tersebut sangat penting dalam menunjang faktor

kontaminan (Siregar, 2004).

Pasta Gigi Yang Mengandung Enzim

Penelitian menyatakan bahwa sikat gigi dengan pasta gigi dalam

waktu tiga minggu terdapat muatan kuman kontaminan dari berbagai Colony

Forming Units Staphylococcus spp, Streptococcus spp, E. coli, Candida,

Lactobacillus spp, Corynebacterium spp , bakteri Black pigmented sedangkan

Streptococcus mutans tidak ditemukan pada sikat gigi (Gunawan dkk, 2010).

Penelitian tersebut menunjang hasil penelitian ini hal mana angka-

angka penelitian kami bahwa total muatan kuman kontaminan Streptococcus

mutans menunjukan angka yang tinggi dan kuman Streptococcus mutans

tersebut terdeksi (Gunawan dkk, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa penyikatan gigi

dengan menggunakan pasta gigi Ez tetap menunjukan adanya muatan kuman

kontaminan rongga muiut pada sikat gigi. Hanya didapatkan perbedaan dalam

jumlah CFU, akan tetapi penggunanan pasta Ez menunjukan adanya

penurunan populasi CFU kuman Streptococcus mutans setelah penyikatan gigi

selama tiga minggu (Gunawan dkk, 2010).

Dikatakan bahwa penyakit infeksi gigi dan mulut pada saat ini

merupakan tantangan bagi profesi kedokteran gigi . Kuman kontaminan pada

sikat gigi ini menunjang timbulnya penyakit infeksi pada rongga mulut dan

pada organ tubuh lainnya (Gunawan dkk, 2010).

Peran Ekstrak Daun Sirih dalam Pasta Gigi

20

Page 21: Pasta Gigi

Sirih merupakan tanaman menjalar menyerupai tanaman lada.

Daunnya berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling,

bertangkai, teksturnya agak kasar jika diraba dan mengeluarkan bau yang

sedap (aromatis) jika diremas. Panjang daun 6-17,5 dan lebar 3,5-10 cm.

Warna daun sirih bervariasi dari kuning, hijau sampai hijau tua (Dea, 2011).

Di kawasan Asia Tenggara, Piper betle L. (Sirih) merupakan salah

satu tanaman yang telah dikaitkan dalam pengendalian karies, penyakit

periodontal dan mengontrol halitosis. Ekstrak daun sirih menunjukkan

aktivitas antibakteri terhadap S. mitis, S.sanguis dan A.Viscosus, beberapa

koloni bakteri lain dari plak gigi (Dea, 2011).

Secara umum ekstrak daun sirih mengandung bahan kimia seperti

minyak atsiri, hydroxychavicol, kavibetol, allypyrokatekol karvakol, eugenol,

eugenolmethylester, pcymene, cineol, estragiol, caryophyline, cadinene, gula,

pati, terpeneme, suskuitterpenene, fenil propana dan tanindiastase (Dea,

2011).

Sirih telah diakui memiliki efek farmakologis yaitu sebagai

antimikroba, antioksidan, antimutagenik, antikarsinogenik dan antiinflamasi.

Ekstrak daun sirih mengandung asam lemak (asam stearat dan palmitat) dan

asam lemak hidroksi ester (ester hidroksi dari stearat, palmitat dan asam

miristat) dan hydroxychavicol sebagai komponen utama. Hydroxychavicol

merupakan turuan senyawa fenol yang memiliki daya antibakteri (bakterisid)

lima kali lebih kuat daripada fenol biasa dengan target struktur, fungsi dinding

dan membran sel bakteri. Adanya hydroxychavicol yang merupakan senyawa

toksik mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu dan terbuka

menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen.

Hal ini mengakibatkan protein berubah sifat, sehingga aktivitas biologisnya

menjadi rusak dan protein tidak dapat melakukan fungsinya (Dea, 2011).

Asam lemak yang terdapat dalam ekstrak daun sirih dapat bekerja

sebagai permukaan anion, antibakteri dan anti jamur pada pH yang rendah

(Dea, 2011).

Sehubungan dengan hal ini penelitian Intzar Ali, Farrah G Khan,

Krishan, Naresh, Prabhu, Farhat et. all, memperlihatkan bahwa dari beberapa

jamur yang diteliti ternyata ekstrak daun sirih sangat efektif untuk

menghambat pertumbuhan Candida albicans (Dea, 2011).

21

Page 22: Pasta Gigi

Penelitian Nalina dan Rahim memperlihatkan bahwa ekstrak daun

sirih dapat menghambat produksi asam yang dihasilkan oleh S. mutans. Hal ini

sehubungan dengan pengurangan jumlah Streptococcus mutan sebagai bakteri

penghasil asam (acidogenic). Dengan berkurangnya asam diharapkan proses

terjadinya karies dapat dihambat (Dea, 2011).

h. Bahan pemutih (0,05-0,5%)

Ada macam-macam bahan pemutih yang digunakan antara lain

Sodium bicarbonate, Hidrogen peroksida, Citroxane, dan Sodium

hexametaphosphate (Siregar, 2004).

- sodium bikarbonat : garam monosodium dari asam karbonik NaHCO3.

digunakan sebagai pelengkap elektrolit dan pengalkali sistemik.

- nitrogen pedroksida : cairan desinfektan pembersih dan pemutih yang

kuat, digunakan dalam larutan encer dalam air terutama sebagai

semprotan dan pencuci (Siregar, 2004).

i. Bahan pengawet (0,05-0,5%)

Bahan pengawet berfungsi untuk mencegah pertumbuhan

mikroorganisme dalam pasta gigi. Umumya bahan pengawet yang

ditambahkan dalam pasta gigi adalah Sodium benzoate, Methylparaben dan

Ethylparaben (Siregar, 2004).

22

Page 23: Pasta Gigi

BAB III

CONSEPTUAL MAPPING

23

Page 24: Pasta Gigi

BAB IVPEMBAHASAN

Pasta gigi adalah sejenis pasta yang digunakan untuk membersihkan gigi,

biasanya dengan sikat gigi di Indonesia pasta gigi sering juga disebut Odol, yaitu

salah satu merek pasta gigi. Walaupun merek ini sudah berpuluh-puluh tahun tidak

lagi dijual di Indonesia, nama Odol telah menjadi nama generik. Odol pertama kali

diproduksi di Jerman oleh Dresden chemical laboratory Lingner, yang sekarang

dikenal sebagai Lingner Werke AG pada tahun 1892 sebagai cairan pencuci

mulut/mouthwash. Odol moutwash pada tahun 1900 an adalah merk ternama dan

yang paling luas penggunaannya di hampir seluruh daratan Eropa.

Adalah Karl August Lingner yang pertama menciptakan Odol moutwash dan

dia adalah orang yang giat mengkampanyekan Hidup Higienis. Dia juga dikenal

sebagai orang pertama yang mengadakan International Hygiene Exhibition pada tahun

1911 Dia mendirikan Musium The German Hygyene Museum di Dresden.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya

kebersihan gigi membuat produsen pasta gigi

hampir setiap tahun mengeluarkan jenis

pasta gigi baru. Rasa yang tersedia, dari rasa mint segar, buah-buahan, hingga herbal

seperti daun sirih dan siwak. Selain itu kandungan tambahan seperti baking soda dan

pemutih, yang membuat rasa pasta gigi lebih dapat diterima.

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan para ahli menemukan, pemakaian

deterjen lebih banyak memiliki efek negatif. Penelitian yang dilakukan Bente

Brokstad Herlofson dan Barkvoll dari Department of Oral Surgery and Oral Medicine,

24

Page 25: Pasta Gigi

Dental Faculty, University of Oslo, Norwegia, membandingkan efek penggunaan

pasta gigi dengan deterjen dan bebas deterjen.

Tujuan penelitian klinis tersebut untuk meneliti efek dari jenis pasta gigi yang

menggunakan deterjen dengan kandungan sodium lauryl sulfate (SLS) dan

cocoamidopropylbetaine (CAPB) dibandingkan dengan pasta gigi bebas deterjen pada

30 pasien yang mengalami recurrent aphthous mouth ulcers (RAU) atau luka seperti

bisul yang terus-menerus.

Penelitian tersebut selama enam minggu. Pada periode tersebut, pasien

diminta untuk menggosok gigi dua kali sehari dengan dua jenis pasta gigi berbeda.

Dari hasil penelitian tersebut dapat dinilai lokasi dan jumlah dari luka bisul yang

terlihat.

Frekuensi yang lebih tinggi secara signifikan dari penampakan luka pada

mulut ditunjukkan ketika pasien menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung

sodium sulfate lauryl sulfate (SLS), dibandingkan dengan pasta gigi yang

mengandung cocoamidopropyl betaine (CAPB) atau pasta gigi bebas deterjen.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa efek dari SDS yang membuat

lapisan musin dalam mulut tidak berfungsi secara alami yaitu dengan membuka

lapisan dasar epitelium, ternyata memengaruhi timbulnya peningkatan RAU.

Penambahan fluorida dalam pasta gigi yang beredar di Indonesia dimulai pada

tahun 1979 oleh salah satu pioneeer produsen pasta gigi indonesia, saat ini seluruh

pasta gigi yang diproduksi oleh produsen yang tergabung dalam Asosiasi Industri

Pasta Gigi Indonesia (AIPI) seluruhnya meiliki kandungan fluorida.

Menurut Standar Nasional Indonesia kadar fluor yang dipersyaratkan dalam

pasta gigi untuk orang dewasa adalah 800-1500 ppm (SNI 12-3524-1995) sedangkan

bagi pasta gigi anak adalah 500-1000 ppm (SNI 16-4767-1998). Berdasarkan Pera-

turan Menteri Kesehatan No. 445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34 disebutkan

bahwa batas maksimum garam fluorida dan turunannya dalam sediaan higiene mulut

adalah 0,15 % (setara dengan 1500 ppm), jumlah ini sesuai dengan aturan Asean

Cosmetic Directive 76/768/EEC Annex III Bagian 1, aturan FDA Amerika Serikat,

serta ISO 11609.

Penelitian yang dilakukan oleh Public Interest Research and Advocacy Center

Lembaga Konsumen Jakarta (KKJ PIRAC) pada 9 merek pasta gigi anak menunjukan

bahwa hanya 1 merek yang kandungan fluor-nya dibawah atau sama dengan SNI

(maksimal 1000 ppm), sisanya diatas standar. Oleh karena itu disimpulkan bahwa

25

Page 26: Pasta Gigi

kadar fluor dalam pasta gigi untuk anak di Indonesia membahayakan karena di atas

standar, lembaga ini menyarankan agar SNI menurunkan syarat kandungan fluor

dalam pasta gigi anak menjadi 250-500 ppm.

Kondisi ini akan lebih berbahaya bila penelitian Prof. Dirk Vanden Berghe

dari Universitas Antwerpen Swedia terbukti juga di Indonesia yaitu bahwa 30-40 %

pasta gigi ditelan oleh anak-anak pada saat menyikat gigi, ini terjadi terutama pada

pasta gigi yang diberi rasa buah.

Untuk mengatasi efek negatif fluor pada konsumen anak agaknya pengawasan

penerapan SNI pada produk pasta gigi anak perlu diawasi karena ternyata ada

perbedaan antara nilai yang dicantumkan dengan nilai yang sebenarnya terkandung

didalam pasta gigi.

Ada beragam penyebab gigi sering terasa ngilu bila terkena rangsangan suhu

atau rasa. Diantaranya karena terjadi abrasi pada leher gigi atau turunnya gusi (retaksi

gingiva) yang menyebabkan akar gigi terbuka.

Gigi sensitif bisa pula akibat terkikisnya email karena memakai pasta gigi

yang mengandung bahan bersifat terlalu abrasif. Karena email tererosi, dentin menjadi

terbuka, tidak terlindung. Akibatnya, gigi menjadi sensitif bila terkena rangsangan.

Usia tua juga bisa menyebabkan gigi sensitif, gara-gara retraksi (penurunan)

gusi yang terjadi secara fisiologis. Gigi sensitif bisa pula timbul setelah dilakukan

scaling. Pada saat itu akar gigi terekspos, sehingga peka terhadap rangsangan. Namun,

pada kasus ini biasanya rasa ngilu akan hilang dengan sendirinya begitu gusi menutup

kembali.

Biasanya, pasta gigi khusus untuk gigi sensitif mengandung sodium

monofluorofosfat atau strontium klorida. Menurut penelitian, kedua bahan itu akan

membantu menutup pori-pori dentin yang terbuka sehingga melindungi jaringan saraf

dari rangsangan suhu atau rasa. Efeknya baru terasa setelah beberapa saat pemakaian

dihentikan. Maka pemakaian teratur pasta gigi khusus untuk gigi sensitif ini sangat

dianjurkan.

Makanan yang bersifat asam, seperti minuman bersoda dan makanan masam,

sebaiknya dihindari. Kandungan asam akan turut meningkatkan suasana asam yang

akan mengikis bahan pelindung yang menutup pori-pori dentin.

Bau mulut merupakan hasil metabolisme kuman rongga mulut dan sisa-sisa

makanan, yang berupa gas yang disebut Volatile Sulfur compound (VSCs). Gas ini

terdiri atas zat hidrogen Sulfid, metil mercaptan, demetil disulfid, dan dimetil sulfid.

26

Page 27: Pasta Gigi

Zat-zat tersebut selalu dihasilkan dalam proses metabolisme dari bakteri atau flora

rongga mulut. Jadi VSCs dalam keadaan normal pasti ada pada rongga mulut semua

orang.

Namun, hal ini akan menjadi masalah ketika terjadi peningkatan kadar VSCs

didalam mulut, yakni ketika ada peningkatan aktivitas bakteri anaerob didalam mulut

yang menyebabkan bau dari VSCs ini akan tercium oleh indera penciuman.

Peningkatan aktivitas itu bisa karena rendahnya kadar oksigen di dalam rongga mulut

yaitu saat produksi saliva atau air liur menurun, bisa juga karena adanya karang gigi

atau gigi berlubang (karies).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

27

Page 28: Pasta Gigi

1. Pasta gigi memiliki tiga fungsi dasar yaitu kosmetik, terapeutik dan kosmetik-

terapeutik.

2. Ketiga fungsi ini ditentukan oleh keberadaan dan persentase komposisi bahan

yang menyusunnya, yang dapat dikelompokkan sebagai bahan abrasif, bahan

pelarut, bahan pengikat, bahan pelembab, bahan pengawet, bahan perasa,

detergent, bahan terapi serta bahan pemutih.

3. Keseluruhan bahan yang terkandung dalam pasta gigi relatif aman bila digunakan

sesuai dengan anjuran dosis atau persentase maksimum yang diperbolehkan.

4. Bahan-bahan herbal yang dianggap bermanfaat seringkali ditambahkan ke dalam

pasta gigi oleh produsen pasta gigi sebagai pengganti bahan-bahan kontroversif

yang belum benar-benar diakui keamanannya.

5.2 Saran

Pengetahuan tentang kandungan umum serta dampak positif dan negatif dari

pasta gigi sangat diperlukan oleh seorang penyedia layanan kesehatan gigi dan

mulut. Dengan mengetahui pasta gigi dengan komposisi yang paling ideal, dokter

gigi dapat merekomendasikan suatu jenis pasta gigi kepada pasiennya.

Dalam memilih atau merekomendasikan suatu produk, hendaknya dokter

gigi tidak berkesan mempromosikan suatu merk dagang atau menunjukkan sikap

apriori terhadap jenis produk yang dianggapnya kurang baik di depan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar, magdalena. 2004. Pengaruh Pemakaian Baking Soda Dalam Pasta Gigi Terhadap pH Saliva. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8402 REDIRECTING:

28

Page 29: Pasta Gigi

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8402/1/990600061.pdf , pada tanggal 10 Januari 2011.

2. Mozartha, martha. 2010. Mengatasi Gigi Sensitif. Diunduh dari http://www.klikdokter.com/gigimulut/read/2010/07/05/66/mengatasi-gigi-hipersensitif, pada tanggal 12 Januari 2011.

3. Darby, Sharise M. 2009. Xylitol Joining Fluoride As Cavity Fighter. Diunduh dari www.ajc.com/health/xylitol-joining-fluoride-as-97112.html pada tanggal 12 Januari 2011.

4. Gunawan, A harun. dkk. 2010. Pengaruh Pasta Gigi Yang Mengandung Enzim Amiloglucosidase Dan Glucosidase Terhadap Kuman Kontaminan P Ada Sikat Gigi. Di Unduh dari staff.ui.ac.id/internal/130366445/publikasi/PengaruhpastagigiyangmengandungenzimAmiloglucosidasedanGlucosidaseterhadapkumankontaminanpadasikatgigi.pdf, pada tanggal 13 Januari 2011.

5. Dea, hasim. 2011. Daun Sirih sebagai Antibakteri Pasta Gigi. Diunduh dari www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=594&Itemid=1, pada tanggal 13 Januari 2011.

6. Armilia, milly. 2006. Upaya Mencegah Dentin Hipersensitif Akibat Asam Dengan Semen Dasar Glass Ionomer. Diunduh dari Http://www. resources.unpad.ac.id/unpad- content/uploads/publikasi_dosen/UPAYA%20MENCEGAH%20DENTIN%20HIPERSENSITIF.pdf pada tanggal 13 Januari 2011.

29