pasca seminar proposal tgl 21 mei 2010

23
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Subsektor peternakan termasuk usaha yang mengalami kerusakan akibat musibah gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada akhir tahun 2004. Kerusakan meliputi hilang dan matinya ternak, kerusakan kandang dan lahan pemeliharaan sehingga memupuskan sumber pendapatan rumah tangga. Sebelum tsunami, usaha peternakan ayam potong, ayam petelur, dan itik memiliki prospek cukup baik. Hal ini terkait dengan tingginya permintaan daging ayam dan terlur di berbagai kota di NAD. Usaha peternakan ayam di Provinsi NAD berdasarkan Kepres No. 20/1990 (Yusdja et al., 2004) dapat dikategorikan dalam sistem usaha peternakan komersial mandiri skala kecil (SPUK) dengan jumlah ternak ayam antara 1.000 ekor sampai 5.000 ekor dan sistem backyard poultry farm (BF). Komposisi terbesar dari usaha tersebut adalah sistem BF yang berfungsi untuk menopang pendapatan 1

Upload: aldi-des-sagitarius

Post on 30-Jun-2015

194 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Subsektor peternakan termasuk usaha yang mengalami kerusakan akibat

musibah gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam (NAD) pada akhir tahun 2004. Kerusakan meliputi hilang dan matinya

ternak, kerusakan kandang dan lahan pemeliharaan sehingga memupuskan sumber

pendapatan rumah tangga. Sebelum tsunami, usaha peternakan ayam potong, ayam

petelur, dan itik memiliki prospek cukup baik. Hal ini terkait dengan tingginya

permintaan daging ayam dan terlur di berbagai kota di NAD. Usaha peternakan ayam

di Provinsi NAD berdasarkan Kepres No. 20/1990 (Yusdja et al., 2004) dapat

dikategorikan dalam sistem usaha peternakan komersial mandiri skala kecil (SPUK)

dengan jumlah ternak ayam antara 1.000 ekor sampai 5.000 ekor dan sistem

backyard poultry farm (BF). Komposisi terbesar dari usaha tersebut adalah sistem BF

yang berfungsi untuk menopang pendapatan rumah tangga. Sementara itu, jumlah

usaha peternakan SPUK diseluruh wilayah NAD diperkirakan kurang dari 200 unit.

Pada tahun 2004 jumlah ternak unggas di NAD tercatat: 18.106.995 ekor

ayam buras, 80.657 ekor ayam petelur, 865.185 ekor ayam pedaging dan 3.272.276

ekor itik yang tersebar di 21 kabupaten/kota (Dinas Peternakan Provinsi NAD,

2004). Konsumsi daging ayam masyarakat Aceh adalah 60 g/kapita/hari dan telur 0,5

butir/kapita/hari. Peluang pasar dari sisi konsumsi bagi industri peternakan ayam di

NAD masih terbuka lebar. Perkiraan jumlah kematian/kehilangan unggas karena

1

Page 2: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

2

musibah tsunami mencapai 1.138.388 ekor ayam dan 538.652 ekor itik (Dinas

Peternakan Provinsi NAD, 2005).

Pada akhir tahun 2005 sampai awal tahun 2006, usaha peternakan ayam di

NAD yang sedang bangkit terancam oleh kasus flu burung, karena terjadi kematian

ayam secara mendadak diberbagai wilayah Provinsi NAD (FAO, 2006). Berdasarkan

pemantauan instansi terkait menunjukkan bahwa tidak semua ayam tersebut mati

diakibatkan terinfeksi Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI), sebagian

disebabkan penyakit Newcastle Diseases (Dinas Peternakan Provinsi NAD, 2006).

Dampak signifikan dari kasus itu adalah permintaan ayam dan produk unggas

merosot tajam. Omzet penjualan daging ayam dan telur ayam sejak akhir Desember

2005 hingga Februari 2006 turun sekitar 50 persen. Harga ayam potong hanya sekitar

Rp. 6.000 sampai Rp. 8.000 untuk satu ekor ayam (1,5 kg). Dengan harga pasar

seperti itu dan biaya produksi yang tinggi, maka sebagian besar pengusaha ayam

lokal menutup usahanya. Jika konsumsi daging ayam dan telur di Provinsi NAD

dalam jangka pendek pulih kembali, maka ketergantungan konsumen NAD terhadap

daging ayam dan telur dari Sumatera Utara semakin besar. Fakta ini terjadi karena

kemampuan usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur lokal untuk

memenuhi permintaan konsumen di NAD, sangat terbatas. Oleh sebab itu revitalisasi

usaha peternakan ayam di NAD mempunyai arti strategis untuk mendorong

pemulihan lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat.

Berkenaan dengan hal itu, maka pengembangan usaha ayam potong dapat

lebih ditingkatkan agar dapat membuka lapangan kerja. Namun masih banyak

kendala yang dihadapi para pelaku usaha pada komoditas ini. Akhir-akhir ini

Page 3: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

3

kenaikan bahan baku menyebabkan tingkat keuntungan pelaku usaha semakin

berkurang meski efisiensi biaya produksi telah dilakukan, sementara jika harga

dinaikkan dengan kondisi daya beli masyarakat yang makin lemah membuat

kehidupan masyarakat kian sulit. Untuk itu perlu dilakukan kajian yang mendalam

baik dari aspek produksi, pemasaran dan keuangan dalam mengukur tingkat

kelayakan sekaligus melihat peluang dan hambatan pada industri ini. Apalagi

ditambah dengan kondisi merebaknya penyakit flu burung yang menjadikan

permintaan terhadap daging ayam merosot tajam.

Di sejumlah daerah mengaku kesulitan mendapatkan ayam potong atau ayam

broiller. Hal itu dikarenakan adanya kenaikan harga yang tajam. Misalnya di Propinsi

Aceh, harga ayam potong meningkat tajam dari harga sebelumnya. Ayam seberat 2,5

kg, hanya Rp33.000/ekor, kini telah mencapai Rp40.000 hingga Rp42.000/ekor.

Salah seorang pedagang bibit ayam broiler ini mengaku, harga pakan ia jual

Rp250 ribu/zak dan bila membeli eceran Rp6.000/kg. DI beberapa Pasar yang

merupakan penyerap hasil unggas, pada awal Juni harga broiler cenderung kuat,

namun tidak diikuti penguatan harga broiler di daerah. Tercatat di beberapa harga

ayam broiler ex-farm untuk ukuran 1,6 – 1,8 kg/ekor menguat dari Rp 9.400 menjadi

Rp 9.600/kg, dalam seminggu (2-9 Juni).

Kenaikan harga ayam broiler atau ayam potong di berbagai daerah

disebabkan oleh biaya transportasi atau biaya angkut yang lemah. Para pedagang

mengaku kesulitan dalam memasok ayam potong dikarenakan tidak terstruktur

dengan baik dari segi mendapatkan ayam potong tersebut. Biaya transportasi yang

sangat mahal dari luar daerah menyebabkan para pedagang merugi dari segi

Page 4: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

4

penjualan. Dan hal itu juga menyebabkan melemahnya pasokan telur. Dan harga telur

semakin naik.

Kecamatan Ulee Kareng merupakan salah satu sentra produksi ayam potong

di Kota Banda Aceh, hal ini dapat dilihat dari adanya usaha ternak ayam potong.

Selain hewan ternak lainnya. Adapun perkembangan usaha ternak di Kota Banda

Aceh dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Perkembangan Hewan Ternak di Kota Banda Aceh, Tahun 2005 – 2009

NO. JENIS TERNAK TAHUN (Ekor/Tahun) PERTUM

BUHAN (R%)2005 2006 2007 2008 2009

1 Sapi Perah 0 0 0 0 0 0,002 Sapi Potong 4.407 4.410 4.419 4.413 4.423 0,093 Kerbau 390 395 397 393 395 0,314 Kuda 0 0 0 0 0 0,005 Kambing 6.207 6.218 6.296 6.303 6.383 0,706 Domba 2.047 2.055 2.073 2.070 2.089 0,517 Babi 0 0 0 0 0 0,008 Ayam Buras 859.074 869.380 939.800 939.805 1.015.929 4,049 Ayam Ras Petelur 19.442 2.600 2.445 2.293 2.403 0,0010 Ayam Ras Pedaging 97.759 99.156 100.573 100.589 102.028 1,0611 Itik 24.646 24.814 24.980 24.982 25.149 0,50

Sumber: Anonymous, Tahun 2010.

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah ayam ras pedaging

setiap tahunnya mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,06% per tahun.

Sedangkan jumlah daging dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

Page 5: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

5

Tabel 2. Perkembangan Produksi Daging Hewan Ternak di Kota Banda Aceh, Tahun 2005 – 2009

NO. JENIS TERNAK TAHUN (Kg/Tahun) PERTUMB

UHAN (R%)2005 2006 2007 2008 2009

1 Sapi 370.600 386.960 396.358 397.403 607.944 10,372 Kerbau 300.446 300.446 317.530 317.530 335.007 2,613 Kambing 19.930 19.615 20.493 20.414 21.270 1,584 Domba 6.540 6.826 6.858 6.964 7.007 1,705 Babi 0 0 0 0 0 0,006 Ayam Buras 764.694 860.753 892.600 892.616 925.585 4,577 Ayam Ras Petelur 13.575 0 0 0 0 0,008 Ayam Ras Pedaging 191.008 194.387 197.866 197.855 201.397 1,319 Itik 12.985 12.593 13.172 13.174 13.780 1,42

TOTAL 1.679.778 1.781.580 1.844.879 1.845.957 2.111.990 5,45

Sumber: Anonymous, Tahun 2010.

Jika dilihat dari produksi ayam potong, maka produksi daging ayam ras setiap

tahunnya sebesar 1,31%. Lebih rendah dibandingkan hewan ternak lainnya atau

ayam buras.

Adapun permasalahan yang banyak dihadapi oleh para peternak adalah

tentang bagaimana peluang dalam pengembangan usaha ternak ayam potong itu

sendiri, hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terdapat dalam usaha ternak

ayam potong seperti pakan ternak yang sering putus, kemudian bibit ayam potong,

kondisi ini tentunya akan membuat para pengusaha ragu dalam mengembangkan

usaha ayam ternak potong tersebut.

Jika dilihat dari skala usaha ayam potong, maka saat ini skala usaha ayam

potong dalam skala besar masih sangat sedikit dibandingkan skala usaha kecil dan

menengah, salah satunya adalah usaha ayam potong Mitra Mandiri yang terdapat di

Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh yang bisa dikatakan skala menengah

kebawah. Minimnya pengembangan usaha ayam potong dalam skala besar lebih

Page 6: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

6

disebabkan adanya ketakutan dari para pengusaha yaitu tidak layaknya usaha yang

dibangun dibandingkan profit yang diterima.

Berdasarkan paparan tersebut maka dalam kajian ini akan dirancang analisis

kelayakan ekonomi yang terdiri dari analisis marketing, produksi dan sumberdaya

manusia dan analisis finansial untuk melihat kelayakan usaha ternak ayam potong di

Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian di atas, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

Apakah usaha peternakan ayam potong Mitra Mandiri di Ulee Kareng Kota Banda

Aceh layak diusahakan secara analisis finansial ?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis peternakan ayam

potong Mitra Mandiri di Ulee Kareng Kota Banda Aceh layak diusahakan secara

analisis finansial

4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi untuk memenuhi

salah satu syarat menyelesaikan pendidikan keserjanaan di Fakultas Pertanian

Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh. Penelitian ini diharapkan dapat

berguna bagi peneliti sendiri dalam upaya mengembangkan dan memperdalam

pengetahuan di bidang Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian khususnya dan ilmu-ilmu

Page 7: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

7

pertanian umumnya. penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan

informasi dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah dan Dinas Pertanian Khususnya

dan instansi-instansi yang terkait umumnya.

5. Kerangka Pemikiran

Tinggi rendahnya pendapatan yang diperoleh peternak sangat tergantung pada

teknik pemasarannya. Seperti diketahui harga jual ayam potong berfluktuasi dari

waktu ke waktu akibat panjangnya rantai pemasaran. Untuk mengatasi krisis

demikian, maka peternak harus memilih jalur pemasaran yang pendek dengan

langsung ke konsumen, sehingga lebih efisien serta menguntungkan bagi peternak.

Definisi harga menurut Swastha, (1987 : 89) adalah jumlah yang dibayarkan

oleh pembeli yakni jumlah uang yang dibutuhkan mendapatkan sejumlah kombinasi

dari barang beserta pelayanannya.

Untuk mengetahui kelayakan usaha ternak ayam potong, maka diperlukan

analisis biaya dan manfaat. Dengan demikian akan diketahui keuntungan usaha

ternak terhadap parameter kelayakan, titik impas usaha, tingkat kelayakan, tingkat

efisiensi modal dan tingkat pengembalian modal (Cahyono, 2001: 82 )

Dari berbagai yang telah dikemukan di atas maka yang menjadi tolak ukur

metode penelitian dipergunakan pendekatan kriteria investasi sebagai alat untuk

mengukur apakah suatu proyek layak untuk dilaksanakan atau tidak layak untuk

dilaksanakan.

Analisis biaya dan manfaat digunakan untuk mengetahui perkembangan

usaha ternak ayam potong ini dimasa yang akan datang apakah usahanya layak atau

Page 8: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

8

tidak layak dilaksanakan serta untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.

Keberhasilan usaha ternak ayam potong dapat dilihat dari keuntungan yang diperoleh

dan besarnya biaya yang dikeluarkan.penilaian biaya dan manfaat terhadap

keuntungan terdapat beberapa kriteria dan tolak ukur. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Kadariah (1978 : 28), “dalam mencari ukuran menyeluruh baik

tidaknya suatu proyek telah dikembangkan berbagai macam indeks (Invesmet

Criteria) yaitu : 1. Net Present Value (NPV), 2. Net Benefit Cost Rasio (Net B/C), 3.

Internal Rate of Return (IRR)”, 4. Break Event Point (BEP).

Berdasarkan ukuran dan tolak ukur yang telah diuraikan diatas, maka metode

yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan analisis biaya dan manfaat

dengan empat kriteria, yaitu :

A. Net Present Value ( NPV )

Net Present Value adalah selisih nilai sekarang dari penerimaan atau manfaat

yang diterima dari nilai sekarang pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan selama

umur ekonomis usaha ternak ayam potong.

Jadi suatu usaha ternak ayam potong dikatakan layak untuk dilaksanakan jika

NPV lebih besar dari nol, sebaliknya apabila NPV lebih kecil dari nol maka usaha

tersebut tidak layak diusahakan. Dan jika diketemukan NPV sama dengan nol berarti

biaya yang dikeluarkan oleh peternak sama dengan biaya penerimaan yang akan

diterima usaha tersebut (Kadariah 1978 : 30).

B. Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C )

Net B/C merupakan perbandingan antara Net Present Value positif dengan

Net Present Value Negative. Jika Net B/C pada usaha ternak ayam potong lebih besar

Page 9: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

9

dari 1 (Net B/C > 1) maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan, dan apabila Net

B/C lebih kecil pada suatu proyek dibandingkan manfaatnya maka usaha tersebut

tidak layak dijalankan serta menunjukkan bahwa penerimaan yang diterima oleh

peternak sama dengan biaya yang dikeluarkan (Kadariah 1978 : 32).

C. Internal Rate of Return ( IRR )

Internal Rate of Return merupakan nilai tingkat bunga sosial dimana

keberadaan NPV pada suatu proyek sama dengan nol atau dengan perkataan lain

tingkat pengembalian modal usaha sama dengan biaya investasi.

Jika IRR pada usaha peternakan pada proyek sama dengan nilai yang berlaku

pada discount rate maka NPV proyek tersebut adalah nol. Dan IRR lebih kecil

daripada sosial discount rate, berarti NPV lebih kecil dari nol. Maka apabila nilai

IRR yang lebih besar atau sama dengan discount rate menyatakan tanda go sebagai

proyek tersebut layak dikerjakan. Dan jika IRR kurang dari Discount rate maka

menandakan no go untuk suatu proyek artinya tidak layak dilaksanakan (Kadariah

1978 : 35).

D. Break Even Point( BEP )

Kriteria BEP ini mengambarkan kondisi perusahaan dimana penghasilan total

(total revenue) sama dengan pembiayaan total (total cost) berarti suatu usaha yang

dijalankan seimbang artinya tidak mendatangkan untung dan tidak mengalami

kerugian. Jika biaya total lebih besar dari penghasilan total maka usaha tersebut

mengalami kerugian, sebaliknya apabila kondisi penghasilan total perusahaan

melebihi pembiayaan total berarti perusahaan bersangkutan mengalami keuntungan

(Kadariah 1978 : 37).

Page 10: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

10

6. Hipotesis

Hipotesis yang diturunkan dalam penelitian ini adalah pengembangan usaha

peternakan ayam potong Mitra Mandiri di Ulee Kareng Kota Banda Aceh layak

diusahakan secara analisis finansial.

Page 11: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

BAB II

METODE PENELITIAN

1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup

Penelitian ini dilaksanakan pada Usaha Ternak Ayam Potong Mitra Mandiri

Desa Pango Deah Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Objek penelitian ini

adalah usaha Mitra Mandiri yang mempunyai usaha ternak ayam potong dengan

ruang lingkup penelitian yaitu : yang berhubungan dengan investasi usaha ayam

potong

2. Metode Penelitian dan Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.

Dimana penelitian ini dilakukan pada usaha ternak ayam potong Mitra Mandiri yang

terdapat di Daerah Pango Deah Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh

3. Tehnik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh langsung dari peternak yang mengusahakan ternak

ayam potong yang terpilih sebagai sampel, melalui wawancara dengan menggunakan

daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder

diperoleh dari studi perpustakaan, publikasi ilmiah, dan instansi terkait yang

berhubungan dengan penelitian ini.

11

Page 12: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

12

4. Operasional dan Pengukuran Variabel

Adapun definisi dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Ayam potong adalah ayam yang di ternakkan mulai dari umur 1 minggu. Ayam

potong tersebut merupakan ayam yang telah diternakan khusus untuk ayam

pendaging. Ayam potong yang diproduksi adalah ayam dewasa yang berumur 1

bulan lebih

2. Biaya Investasi adalah jumlah biaya yang digunakan peternak untuk

pengembangan usaha ternak ayam potong. Biaya ini terdiri dari biaya lahan,

kandang, dan peralatan produksi, serta diukur dalam satuan rupiah.

a. Kandang adalah bangunan yang digunakan untuk usaha ternak ayam potong

dan dihitung dalam satuan Rp/tahun

b. Peralatan-peralatan adalah peralatan-peralatan yang digunakan dalam usaha

ternak ayam potong dan dihitung dalam satuan Rp/tahun

3. Biaya Operasional adalah jumlah biaya yang yang digunakan dalam pemeliharan

usaha ternak ayam potong. Biaya ini terdiri dari biaya sarana produksi ternak,

tenaga kerja, penyusutan kandang dan penyusutan alat produksi, serta diukur

dalam satuan rupiah.

a. Pakan ternak adalah jumlah campuran makanan buatan yang dibeli dari toko,

diukur dalam satuan kg/hari.

b. Obat ternak adalah jumlah obat yang digunakan pada ayam potong untuk

merawat penyakit, diukur dalam satuan Kg atau liter per bulan.

Page 13: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

13

c. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga yang berusia 15 tahun ke atas, baik dalam

keluarga maupun luar keluarga untuk melakukan pekerjaan rutin sehari-hari

di kandang dalam mengelola usaha ternak ayam potong diukur dalam satuan

hari kerja pria (HKP).

d. Biaya produksi adalah hasil perjumlahan antara biaya investasi dengan biaya

operasional, diukur dalam satuan rupiah.

e. Harga jual adalah nilai penjualan ayam potong, diukur dalam satuan Rp/Kg.

f. Asumsi : harga yang berlaku adalah harga tetap, suku bunga 18%

5. Model Analisis dan Pengujian Hipotesis

Untuk menganalisis serta mengevaluasi pengembangan usaha ternak ayam

potong digunakan formula melalui pendekatan kriteria investasi sebagai berikut :

Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio(Net B/C),Internal Rate of Return

(IRR), dan Break Event Point (BEP).

a. Net Present Value (NPV)

NPV = ………………………………. (Gray, 1992:66)

Dimana: Bt = Benefit pada tahun ke-t

Ct = Biaya pada tahun ke-t

i = Tingkat bunga yang berlaku.

Jika NPV > 0, maka usaha ternak ayam potong layak untuk diusahakan

dan menguntungkan petani.

Jika NPV < 0, maka usaha ternak ayam potong tidak layak diusahakan.

Page 14: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

14

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C = ………………………. (Ibrahim, 1998:151)

Dimana: Bt = Benefit pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t

i = Tingkat bunga yang berlaku.

n = Umur ekonomis dari proyek.

Jika Net B/C > 1, berarti usaha ternak ayam potong layak diusahakan.

Jika Net B/C < 1, berarti usaha ternak ayam potong tidak layak diusahakan.

c. .Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross B/C =

B = Benefit C = Costi = Tingkat Bunga n = Periode waktu tahun ke n

Jika Gross B/C > 1, berarti usaha ternak ayam potong layak diusahakan.

Jika Gross B/C < 1, berarti usaha ternak ayam potong tidak layak diusahakan.

d. Internal Rate of Return (IRR)

IRR = i1 (i2- i1) …………………… (Ibrahim, 1998:147)

Dimana: i1 = Discount factor (tingkat bunga) pertama dimana diperoleh NPV

positif.

Page 15: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

15

i2 = Discount factor (tingkat bunga) kedua dimana diperoleh NPV

negatif.

Jika IRR > 18% maka usaha ternak ayam potong layak diusahakan.

Jika IRR < 18% maka usaha ternak ayam potong tidak layak diusahakan.

e. Break Event Point (BEP)

BEP = Tp-1+ …………………… (Ibrahim, 1998:156)

Dimana: Tp-1 = Tahun sebelum terdapat BEP. ___

TCi = Jumlah total cost yang telah didiscount. _

Bicp-1 = Jumlah benefit kotor yang telah didiscount sebelum BEP. _ Bp = Jumlah benefit BEP berada.

f. Analisis Sensitivitas 1. Jika Benefit Tetap Cost Turun 10%2. Jika Benefit Naik 10% cost tetap 3. Jika Benefit Naik 10% dan Cost turun

Page 16: Pasca Seminar PRoposal tgl 21 Mei 2010

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Laporan Perkembangan Usaha Peternakan. Dinas Peternakan Provinsi NAD.

Cahyono, 2001. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Daniel, 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta.

Ibrahim, Yacob, 1998. Studi Kelayakan Bisnis, Rineka Cipta. Jakarta.

Indo Yama Nasarudin. 2010. Analisis Kelayakan Ekonomi Dan Finansial Usaha Ternak Ayam Potong Di Wilayah Parung Hijau. www.gudangupil.com. Diakses pada tanggal 2 Februari 2010.

Kadariah; Lien Karlina; Cliver Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.