pasar terong

Upload: imam-firmansyah

Post on 10-Jul-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pasar Terong : Korban Ambisi Makasar MetropolitanJanuari 19, 2010

Sebenarnya pemerintah sudah mau menolong, tapi mereka (seolah) memindahkan ikan ke atas daratan, begitulah ungkapan Daeng Jama, pedagang asam Pasar Terong dalam tulisan Sejarah Pasar Terong oleh Siswandi peneliti AcSI sebuah LSM Urban di Makasar yang dikutip HOKI di Makasar Minggu (25/10).. Kelihatannya impian para penentu kebijakan di sana ingin menjadikan Kota Makasar sebagai salah satu Kota Metropolitan di Kawasan Timur Indonesia. Rencana ini sebenarnya bukan pekerjaan mudah dan gampang. Langkah langkah yang ditempuh ternyata memakan korban salah satunya adalah Pasar Rakyat di sana yang bernama Pasar Terong. Merobah pasar pasar lokal menjadi sebuah pasar moderen atau semi mall, ternyata secara perlahan dan pasti akan menggusur para pedagang kecil dan mikro. Atas nama ketidak mampuan membeli los dan bermodal dengkul. Cilakanya keberpihakan kepada kelompok pemodal besar cenderung mengabaikan dan meminggirkan pedagang kecil dan mikro di Pasar Terong Maksasar. Ketidak berdayaan ini membuat mereka bangkit dan mencari ruang ruang usaha di tengah hingar bingar konsep Makasar Kota Metropolitan. Bayangkan hampir semua yang berbau tradisional secara perlahan dan pasti hendak digusur atas nama Piala Adipura dan konsep kota kota besar yang menghilangkan nilai nilai lokal. Pasar moderen juga menggusur tenaga tenaga kerja informal yang selama ini terlibat dalam aktivitas ekonomi rakyat baik sebagai tukang beca, tenaga kerja lepas kaum perempuan tua yang melepaskan tangkai lombok/cabai,akar bawang mengiris dan menggulit, mengiris ubi jalar. Aktivitas perempuan tua ini dalam bahasa Makasar disebut Papisi.Ada juga pedagang palapara Selain itu parappung atau orang yang bekerja sejak subuh membantu proses bongkar muat barang dan selanjutnya disalurkan ke pasar pasar di Kota Makasar. Bahkan melalui pasar ini barang barang berupa sayur mayur dan lainya disalurkan ke Ambon, Sorong dan Jayapura. Pasar Terong , yang terletak di jalan Terong, Kelurahan Wajo Baru Distrik Bontoala Kota Makasar merupakan salah satu pasar penyuplai sayur sayuran dan buah buahan terbesar di Kota Makasar. Pasar Terong terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan terutama perubahan menuju pasar moderen atau meminjam pendapat para developer pasar semi mall. Peran para Walikota di Makasar turut berperan dalam perkembangan Pasar Terong antara lain mantan Walikota Makasar Pattompo meresmikan Pasar Terong dan sejak itu pasar ini terus berkembang dan para pembeli terus meningkat sesuai dengan pasar permanen. Awal 1990 an, petugas pasar mulai melarang para pedagang kaki lima berjualan di sekitar jalan masuk ke Pasar Terong. Larangan inilah yang pertama kali menjadi persoalan antara pedagang kaki lima dan Satpol PP Pemkota Makasar. Pasar Terong mulai direnovasi menjadi semi mall sejak 1996-2017 atas kerja sama PT Makasara Putra Perkasa Mandiri (MPM) dengan modal investasi sebesar RP 40 Miliar. PT Makasar Putra Group telah mengelola pasar Terong seluas 1 hektare(ha) sejak 1998 lalu dan akan berakhir pada 2017 mendatang. Direktur PT MPM Ferry Sulisthio mengklaim nilai investasi dalam menata pasar ditaksir sebesar Rp 40 miliar. Jumlah itu belum termasuk renovasi yang ditaksir Rp 22 Miliar dan nilai investasi

itu belum kembali dan saya menata dengan merenovasi karena saat ini terlihat kumuh,ujar Ferry kepada Antara News ,Selasa , 9 Juni 2009. PT Makasar Putra Perkasa (MPM) tetap selama 25 tahun tanpa adendum. Pelaksana Direktur Utama PD Pasar Makasar Raya Djamaludin Yunus mengajak investor untuk melakukan perbaikan terkait dengan kondisi Pasar Terong. Tidak ada adendum dan sifatnya hanya mengajak investor,ujar Djamaludin Yunus.Menurut dia bangunan berlantai tiga ini dirancang dengan nilai investasi sebesar Rp 22 miliar (Makasar Terkini, Info Komunitas Kawasan Makasar Senin, 12 Oktober 2009). Pasar tradisional Terong pada 2009 akan direnovasi menjadi bangunan semi mall, bagian lantai dua akan menjadi lahan parkir dan pedagang khusus pecah belah. Komisaris PT Makasar Putra Perkasa Group Ferry Soelisthio menegaskan pihaknya menata kondisi Pasar Terong yang saat ini dinilainya semrawut. Dalam renovasi atau pembangunan senilai Rp 22 Miliar itu pedagang yang selama ini berada di sekitar bangunan akan digeser dari lokasi semula. Yang menarik dalam biaya renovasi Pasar Terong ada sejumlah besar dana untuk membangun kembali, pemberintaan Tribun Timur, Jumat (24/10) menyebutkan nilai renovasi Rp 16 Miliar dan Ferry Direktur MPM menyebut Rp 22 M .Sebelumnya dalam Antara News Selasa , 9 Juni 2009 Direktur Utama PD Makasar Raya Khadir Halid menyebutkan Perusahaan Daerah (PD) Makasar Raya targetkan renovasi Pasar Terong selesai akhir 2009 dengan dana anggaran sebesar Rp 17 miliar. Bagian dalam pasar terdapat sekitar 1000 tempat berdagang (los) hanya 440 pedagang yang terisi, sebanyak 1500 lainya masih kosong. Menurut Khadir Halid, Pasar Terong adalah salah satu pasar di Kota Makasar yang pengelolaannya semakin buruk. Pasar Sentral, Pasar Butung, Pasar Raya , Pasar Baru juga termasuk dalam kategori pengelolaan buruk. Direktur MPM Ferry Soelisthio mengakatan,Kami tidak menggusur tapi menata PKL, seperti yang berada di sebelah Selatan saya geser lima meter ke belakang untuk jalan masuk. Nantinya ada jalan yang mengitari bangunan sehingga kendaraan bisa berputar. Peruntukan bangunan tersebut terdiri dari berbagai macam jualan. Menurut dia lantai basement dilakukan kepada PKL,pedagang campuran, pedagang ikan,ayam,daging, penggilingan, pedagang beras dan sayur mayur. Lantai dua dalam parkir dan tempat berdagang pedagang pecah bela dan lantai tiga developer menyediakan untuk jajanan atau food court dan arena bermain bola seperti billiard. Modelnya semi mall tapi kami tetap memprioritaskan PKL dengan membuat lapak yang bersih dan atap yang terbuat dari fiber,ujar Ferry Soelisthio seraya menambahkan jumlah kios yang dibuat sebanyak 8oo kios dengan ukuran 23 dan 34. Jatah kepada PKL sebanyak 115 unit Minimnya ruang dialog yang disediakan Pemerintah Kota/PD Pasar kepada pedagang dalam merumuskan kebijakan tentang pasar, membuat pedagang sangat resah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa pernyataan pedagang yang merasa kurang didengar masukanmasukannya terkait tata kelola pasar, tempat mereka berjualan. Misalnya saja Daeng Jama yang menganggap pemerintah tidak adil terhadap pedagang kecil seperti dia, Suara kita ni tidak didengar karena kita cuma pedagang kecil, ungkap Daeng Jama kepada HOKI di Pasar Terong, Rabu (22/10). Daeng Jama mengaku sudah lebih 30 tahun berjualan di Pasar Terong dan sangat mengenal lingkungan pasar ini.Masukan-masukan dari pedagang juga bisa didengar,ujar Daeng Jama. Begitupula ungkapan Daeng Ida penjual kopi, aduh mahal beli los dan tidak ada pembeli yang

mau belanja di dalam gedung Pasar Terong. Mendingan kaki lima saja enak dan bisa menjual sambil enggo enggo (sembunyi kalau ada petugas Satpol PP),ujar Daeng Ida kepada HOKI yang tergabung dalam Tim Peneliti Infid Pasar Terong Makasar. Menyikapi ambisi Makasar Kota Metropolitan, Dr George J Aditjondro fasilitator latihan penelitian Infid di Makasar, 11-25 Oktober mengatakan mestinya pihak pemerintah harus mencontohi pembangunan di Singapura. Biarpun ada pusat perbelanjaan modern tetapi masih ada ruang bagi PKL,ujar Aditjondro dalam mengkaji hasil penelitian lapangan kelompok Peneliti Infid di Pasar Terong, Makasar. Ishak Salim Direktur AcSi Makasar menyebutkan masuknya pasar modern yang juga menjual barang barang dagangan seperti Pasar Terong dan juga pasar rakyat lainnya justru mematikan pasar lokal khas rakyat di Makasar. Tampaknya semakin lama ruang masyarakat kecil dan tak bermodal tentunya akan tergusur. Apalagi jumlah investasi bagi pembangunan pasar modern menelan biaya puluhan miliar rupiah dan tentunya memberikan harga jual yang mahal. Sulit bagi pedagang mikro bermodal dengkul memiliki los pasar seharga puluhan hingga ratusan juta. Selamat datang pasar moderen selamat tinggal pasar lokal alias pasar rakyat.http://mampioper.wordpress.com/ selasa, 25 OKt 2011 18:59 Wita