partisipasi paguyuban masyarakat kenanga dalam...
TRANSCRIPT
PARTISIPASI PAGUYUBAN MASYARAKAT KENANGA DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK DI RW 02 KELURAHAN
KENANGA KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Diya Urrohman
1112054000025
PROGRAM STUDI
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
LEMBAR PERhIYATAAN
B i s mi I I a?t i rr o hm anir o o him
Dengan ini saya menyatakan bah*a :
1.
2.
3.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaky di Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jika dikemudia hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
didalam terdapat plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi
berdasarkan undang - undang yang berlaku di Llniversitas Isiam Negri
Syarif Hidayatullah .l akarta.
Diya Urrohman
i
ABSTRAK
Diya Urrohman
Partisipasi Paguyuban Masyarakat Kenanga Dalam Pengelolaan Sampah
Anorganik di Rw 02 Kelurahan Kenanga Kecamatan Cipondoh Kota
Tangerang
Permasalahan sampah berjalan seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan perubahan pola hidup masyarakat. Salah satu masalah yaitu,
sampah anorganik. Banyak upaya yang dilkakukan untuk menangani sampah,
salah satunya kegiatan kegiatan pengelolaan sampah anorganik yang dilaksanakan
oleh Paguyuban Masyarakat Kenanga melalui Konsep Kampung Bersih.
Paguyuban Masyarakat Kenanga ini menekankan partisipasi masyarakat dalam
proses pemberdayaan dengan tujuan perubahan sikap dan perilaku.
Pada penelitian ini, penilitian memfokuskan masalah penilitian pada tahap-
tahap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah anorganik yang
dilaksanakan oleh Paguyuban Masyarakat Kenanga. Rumusan masalah pada
penilitian ini, Pertama bagaimana tahap perencanaan Paguyuban Masyarakat
Kenanga dalam pengelolaan sampah anorganik? Kedua, bagaimana tahap
pelaksanaan Paguyuban Masyarakat Kenanga dalam pengelolaan sampah
anorganik? Ketiga, bagaimana tahap pelembagaan program Paguyuban
Masyarakat Kenanga dalam pengelolaan sampah anorganik? Keempat, bagaimana
tahap monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan sampah aorganik? Untuk
mengetahui hal tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori tahapan-tahapan pemberdayaan
dalam tingkat partisipasi masyarakat dari Tantan Hermansyah dan Muhtadi dalam
buku Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa partisipasi pengelolaan sampah
anorganik yang dilaksanakan oleh Paguyuban Masyarakat Kenanga (PMK) dari
tiap tahapnya memiliki bentuk tipe partisipasi yang berbeda-beda. Dari tahap
perencanaan, bentuk partisipasi masyarakat berada pada tipe partisipasi
fungsional, masyarakat membentuk kelompok untuk mencapai tujuan.
Pembentukan kelompok setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati.
Tahap pelaksanaan, bentuk partisipasi masyarakat Kelurahan Kenanga Rw 02
pada bentuk/tipe partisipasi insentif, masyarakat memberikan jasa atau upah
kepada pengurus PMK tetapi masyarakat tidak dilibatkan dalam proses
pembelajaran atau eksperimen-eksperimen yang dilakukan. Masyarakat juga tidak
memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah insentif dihentikan.
Tahap pelembagaan program, termasuk dalam bentuk/tipe partisipasi self
mobilization (mandiri), karena ditahapan pelembagaan ini PMK mengembangkan
kontak dengan lembaga lain, seperti DKP Kota Tangerang untuk mendapatkan
bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang diperlukan. Tahap monitoring dan
evaluasi, termasuk bentuk partisipasi pada tipe interkatif, karena ditahap
pengawasan ini masyarakat memiliki peran untuk mengontrol/mengawasi
pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh petugas PMK,
ii
seperti memberikan teguran kepada petugas PMK jika lalai atau terlambat untuk
mengangkut sampah mereka.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan Syukur selalu panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkat, rahmat, taufik dan hidayah- Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Partisipasi
Paguyuban Masyarakat Kenanga Dalam Pengelolaan Sampah Anorganik Di Rw 02
Kelurahan Kenanga Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang” dapat diselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga selalu tercuar limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah merubah zaman kejahiliyahan menjadi zaman penuh ilmu
pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami
kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah
dari Allah SWT sehingga kendala- kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk
itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Wati
Nilamsari, M,Si. selaku pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan
saran - saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan penuh sadar dan
ketulusan pula kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam, pembimbing akademik dan sekaligus sebagai pembimbing skripsi serta
Bapak Drs. M. Hudri. M.Ag, selaku Seketaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, terima kasih atas segala ilmu dan motivasi yang telah
diberikan selama masa studi di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
3. Segenap dosen jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dan seluruh Civitas
Akademik yang telah memberi wawasan keilmuan dan membimbing penulis
selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
4. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah memberi fasilitas berupa buku-buku dan
referensi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
5. Papa dan Mama, yang selalu tulus ikhlas mendoakan penulis sehingga
lancar dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap doa dan
pengorbanan mendapat belasan berlipat dari Allah SWT. Amiin.
6. Bang Fahru Rozi serta Bang Kenjo selaku Pendiri dan Ketua Paguyuban
Masyarakat Kenanga yang telah memberi izin dan informasi. Semoga
kengurusan abang selalu diberkahi Allah SWT.
7. Kawan- kawan Seperjuangan Mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam angkatan 2012 dan Kakak serta Adik kelas semua yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti
perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
8. Kepada Darma Husniyah yang selalu memberi motivasi dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan - kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta
Penulis
Diya Urrohman
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Batasan Masalah .......................................................................... 9
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 10
E. Metode Penelitian ........................................................................ 11
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 19
G. Sistematika Penulisan .................................................................. 22
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Partisipasi Masyarakat Sebagai Proses Pemberdayaan
1. Pengertian Partisipasi ......................................................... 24
2. Tujuan Partisipasi .............................................................. 27
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi ................ 28
4. Tahapan-Tahapan Partisipasi ............................................. 28
5. Bentuk Partisipasi .............................................................. 31
6. Syarat Tumbuh dan Kembang Partisipasi .......................... 34
7. Tingkatan Partisipasi Masyarakat ...................................... 38
B. Sampah
1. Pembagian Jenis Sampah ................................................... 41
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Sampah ........ 43
3. Sumber Sampah ................................................................. 45
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Rw 02 Kelurahan Kenanga ............................................... 48
B. Profil Paguyuban Masyarakat Kenanga
1. Latar Belakang Paguyuban Masyarakat Kenanga ............. 49
2. Penerapan Konsep Kampung Bersih ................................. 50
3. Visi dan Misi Paguyuban Masyarakat Kenanga ................ 51
4. Struktur Kepengurusan Paguyuban Masyarakat
Kenanga ............................................................................. 51
5. Data Partisipan Paguyuban Masyarakat Kenanga ............. 52
6. Iuran Sampah Paguyuban Masyarakat Kenanga ............... 54
7. Perolehan Sampah Paguyuban Masyarakat Kenanga ........ 54
v
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Tahap Perencanaan ...................................................................... 55
1. Musyawarah (rapat)............................................................... 56
2. Sosialisasi .............................................................................. 59
3. Kerja Bakti ............................................................................ 61
B. Tahap Pelaksanaan ...................................................................... 63
1. Pengangkutan Sampah .......................................................... 63
2. Pemilahan Sampah ................................................................ 67
3. Pemasaran (penjualan) .......................................................... 68
C. Tahap Pelembagaan Program ...................................................... 69
D. Tahap Monitoring dan Evaluasi Program ................................... 73
1. Monitoring ............................................................................. 74
2. Evaluasi ................................................................................. 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 77
B. Saran ............................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 80
LAMPIRAN .................................................................................................. 83
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Informan .................................................................................. 13
Tabel 2 Tinjauan Pustaka ............................................................................... 19
Tabel 3 Tipologi Partisipasi ........................................................................... 31
Tabel 4 Partisipan PMK Warga Rw 02 Per Rumah ....................................... 48
Tabel 5 Partisipan PMK Masyarakat Kenanga Per Rumah ........................... 53
Tabel 6 Perolehan Sampah Paguyuban Masyarakat Kenanga ....................... 54
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Area Pelayanan Pengangkutan Sampah Oleh PMK ...................... 53
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah lingkungan sekarang ini bukan hanya tanggung jawab
sekelompok orang, tetapi sudah menjadi tugas dan kewajiban semua orang
untuk menjaga dan memeliharanya agar tetap asri. Lingkungan yang asri
akan mendatangkan manfaat bagi umat manusia di bumi. Tumbuh-
tumbuhan, ternak dan segala ciptaan Tuhan akan berkembang baik, di
lingkungan yang asri guna kepentingan manusia. Sayangnya lingkungan
yang asri sudah banyak yang rusak oleh tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab, sehingga bencana terjadi dimana-mana. Allah berfirman
pada ayat suci al-Qur’an:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Surat Ar-
Ruum ayat 41).1
Ayat tersebut menjelaskan dua hal pokok yang menjadi dasar
pandangan Islam dalam isu pencemaran lingkungan. Pertama, Islam
1 Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan, Malang: IKIP
Universitas Negri Malang, 2011, h.95.
2
menyadari telah dan akan terjadi kerusakan lingkungan baik di daratan dan
lautan yang berakibat pada turunnya kualitas lingkungan untuk mendukung
hidup manusia. Kedua, Islam memandang manusia sebagai penyebab utama
kerusakan dan sekaligus pencegah terjadinya kerusakan tersebut. Oleh
karena itu, ajaran Islam secara tegas mengajak manusia melestarikan bumi
dan sekaligus secara tegas melarang manusia membuat kerusakan di bumi.
Namun sayangnya sebagian besar masyarakat belum cukup menyadari
dampak akibat kerusakan lingkungan.
Salah satu faktor permasalahan lingkungan yaitu, pencemaran
lingkungan, secara umum pencemaran lingkungan dapat dikategorikan
sebagai sumber pencemaran langsung dan tidak langsung. Sumber
pencemaran langsung meliputi buangan yang keluar dari industri, Tempat
Pembuangan Akhir (TPA), dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu
bahan pencemar yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau
atmosfer berupa hujan.2
Permasalahan lingkungan hidup cukup kompleks. Penebangan hutan
yang menyebabkan banjir, pencemaran terhadap air oleh limbah-limbah
industri, pembuangan sampah ke dalam sungai (termasuk sampah rumah
tangga), pencemaran terhadap tanah dan sebagainya merupakan ancaman
bagi kehidupan manusia.
Masalah sampah tidak hanya sekedar bagaimana mengolah atau
mengelola sampah saja, tetapi juga terkait dengan masalah budaya/perilaku
2 Fahrudin, Bioteknologi Lingkungan Edisi Revisi, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.1-2
3
masyarakat. Masyarakat Indonesia umumnya tidak peduli tentang sampah.
Masyarakat seringkali membuang sampah sembaranag dan cenderung
mementingkan diri sendiri. Perilaku ini merupakan salah satu penyebab
kenapa semakin banyaknya program untuk mengatasi jumlah sampah yang
tidak terkontrol yang tidak berjalan dengan baik. Merubah perilaku
masyarakat tersebut menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari
upaya-upaya penanganan sampah terpadu.3
Masalah sampah sampai saat ini tak kunjung usai, sampah memang
tidak bisa dihindari dan dijauhkan, namun kita pula harus memikirkan
bagaimana sampah dapat terkendali dan terkelola dengan baik, karena
sampah adalah aksesoris sebagian hidup kita, misalnya dengan kita
memakan, memakai dan membeli pasti akan ada limbah yang akan
dibuangnya seperti plastik dan sisa makanannya.
Permasalahan sampah merupakan masalah umum semua Negara.
Terutama Negara berkembang yang mengalami pertambahan penduduk
yang diikuti oleh proses urbanisasi dan perubahan pola konsumsi dari bahan
alami kebahan buatan manusia dan teknologi. Semula, komposisi sampah
adalah lebih dari 50 % bahan organik yang bisa dikembalikan ke alam dan
kurang dari 50 % berupa kimia buatan dari bahan mineral, kimia dan lain-
lain. Namun di kota, peranan bahan organis, kimia dan mineral cenderung
meningkat. Hal ini disebabkan karena masyarakat kota semakin banyak
mengkonsumsi non program. Sampah organik terdiri dari bahan organik
3 Isroi, Merubah ParadigmaMasyarakat Tentang Sampah, artikel diakses pada 11 April
2016 dari http://isroi.com/2009/03/26/merubah-paradigma-masyarakat-tentang-sampah/
4
sehingga masih bisa digunakan kembali memperkaya dan mempersubur
alam.4
Salah satu cara kongkret mencegah polusi limbah rumah tangga
terhadap lingkungan adalah memisah-misahkan sampah yang dapat hancur
oleh alam seperti kertas, karton dan sisa makanan dari berbagai sampah
yang tidak hancur seperi kaca, plastik dan metal atau memisahkan sampah-
sampah yang dapat diolah kembali dari sampah yang tidak dapat diolah
kembali.5
Kunci keberhasilan program pembangunan dibidang lingkungan hidup
ada ditangan manusia dan masyarakat, karena itu sangatlah penting untuk
menumbuhkan pengertian, kesadaran, motivasi dan penghayatan dikalangan
masyarakat untuk berperan serta dalam pasal UULH yang menyatakan:
“pemerintah berkewajiban menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran
masyarakat akan tanggung jawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup
melalui penyuluhan, bimbingan, pendidikan dan penelitian tentang
lingkungan hidup.”6
Diakhir abad ke-20, timbul berbagai gerakan kesadaran masyarakat
yang menaruh perihatin terhadap keadaan lingkungan. Ini berkaitan dengan
kesadaran untuk menjaga planet tempat tinggal manusia menjadi bersih,
sehat dan hijau. Berbagai organisasi lingkungan hidup bermunculan serta
barang-barang recycled menjadi kecenderungan gaya hidup orang-orang
4 Emil Salim, Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, (Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2010), h.224. 5 Meth Kusumahadi, Warga Berdaya, (Yogyakarta: Satunama,2007).. Cet-1, h. 222
6 Koesnadi Hardjasoemantri, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press, 1986). h. 19
5
kota dan bahkan dalam berliburan ada kegiatan yang kemudian dikenal
dengan sebutan ekoturisme. Anak-anak pun sejak dini diberi pendidikan
lingkungan hidup, diajari menyanyi binatang dan lingkungannya, dan
memberi perhatian pada binatang-binatang langka.7
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu gerakan yang dirancang guna
meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif
dan inisiatif dari masyarakat.8 Pemberdayaan masyarakat harus selalu
berupaya untuk memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan membuat setiap
orang dalam masyarakat terlibat secara aktif dalam proses-proses dan
kegiatan masyarakat, serta untuk menciptakan kembali masa depan
masyarakat dan individu. Dengan demikian, partisipasi merupakan suatu
bagian penting dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran. Semakin
banyak orang yang menjadi peserta aktif dan semakin lengkap
partisipasinya, semakin ideal kepemilikan dan proses masyarakat serta
proses-proses inklusif yang akan diwujudkan.9
Pemberdayaan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk perilaku
yang didasarkan pada kebutuhan atas kondisi lingkungan yang bersih.
Perubahan bentuk perilaku masyarakat bisa terwujud, jika ada usaha
membangkitkan masyarakat, dengan mengubah kebiasaan sikap dan
perilaku bahwa kebersihan/sampah tidak lagi di dasarkan kepada
kewajibannya, tetapi lebih didasarkan kepada nilai kebutuhan.
7 Koesnadi Hardjasoemantri, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press, 1986). h. 111 8 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas. (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 137 9 Jim lfe & Frank Tesoriero, Community Developmant: Sebagai Alternatif Pengembangan
Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2006), Cet: ke-3, h.285
6
Konkretnya, peran serta masyarakat dapat dimulai dari skala individual
rumah tangga, dengan mereduksi timbunan sampah di masing-masing
rumah tangga. Teknik reduksi sampah ini dikenal dengan metode 3R
(reduce, reuse, recycle). Dalam konteks reduce, untuk membiasakan tidak
meminta bungkusan ganda saat membeli sejumlah produk. Dalam konteks
reuse, untuk menghindari pemakaian produk sekali pakai. Sedangkan
dalam recycle, untuk membiasakan memisahkan sampah basah
(organik, sampah dapur, sayur, sisa makanan) dengan sampah kering
(anorganik, kertas, plastik, botol).10
Pengelolaan sampah anorganik menjadi suatu barang yang bernilai
ekonomis merupakan alternatif untuk mengurangi sampah masyarakat yang
dihasilkan tiap hari nya. Pemberdayaan mengutamakan usaha sendiri dari
orang yang diberdayakan untuk meraih keberdayaannya. Payne
mengemukakan bahwa suatu proses pemberdayaan pada intinya ditujukan
guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan
dan menentukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan
kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia
miliki.11
Di dalam Undang-Undang juga sudah jelas sekali bahwa
mengelola sampah berarti mengurangi sampah yang ada, hal tersebut
tercantum dalam undang-undang tentang pengelolaan sampah Bab 1 Pasal 2
10
Alfiandra, “Kajian Partisipasi Masyarakat Yang Melakukan Pengelolaan Persampahan 3R di Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur Kota Semarang”, h.17.
11 Isbandi Rukmito Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
komunitas, (Jakarta: FEUI, 2001), h. 32.
7
adalah pengelolaan sampah bertujuan untuk mengurangi dan menangani
sampah yang berwawasan lingkungan agar tercipta lingkungan hidup yang
baik, bersih dan sehat.12
Pengelolaan sampah perlu didukung melalui partisipasi masyarakat
sebagai produsen sampah. Peran serta masyarakat dalam menangani
masalah sampah kota menjadi sangat dominan, dan sudah seharusnya
tingkat partisipasi ini menjadi barometer utama dalam pengelolaan sampah
di masa mendatang.
Sebagaimana diketahui, dalam al-Qur’an dinyatakan bermusyawaralah
dengan mereka dalam urusan itu, sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah
al-Imron ayat 159 berikut :
ي
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS.al-Imron :159)”
12
Rancangan Undang-undang Republik Indonesia, Tentang Pengelolaan Sampah,
(Kementrian Negara Lingkungan Hidup: 2008), h.2-3.
8
Permasalahan sampah juga terjadi di Kota Tangerang, termasuk di
Kelurahan Kenanga Kecamatan Cipondoh. Untuk menangani masalah
sampah tersebut, masyarakat Kelurahan Kenanga Kota Tangerang
membentuk komunitas Paguyuban Masyarakat Kenanga (PMK) yang
tugasnya sebagai pengelolaan sampah yang berada di sekitar kelurahan
kenanga. Komunitas Paguyuban Masyarakat Kenanga (PMK) berdiri atas
dasar ingin menyikapi dan bergerak untuk mengelola sampah dan menjaga
lingkungan agar tetap nyaman untuk masyarakat Kelurahan Kenanga.
Komunitas pemuda peduli sampah dan lingkungan PMK ini berdiri sejak 09
februari 2014, berdiri diatas lahan yang sebelumnya menjadi tempat
pembuangan sampah liar warga di Kelurahan Kenanga.
Karena masyarakat tidak memiliki tempat pembuangan sampah
sementara yang disediakan oleh pemerintah, masyarakat menjadikan lahan-
lahan kosong yang ada disekitar mereka untuk membuang sampah sehingga
menjadi tempat pembuangan sampah liar, terdapat 7 sampai 8 titik tempat
pembuangan sampah liar yang terdapat di sekitar Kelurahan Kenanga. Pada
tanggal 09 Februari 2014 sampah-sampah yang terdapat di pembuangan
sampah liar tersebut di gempur atau dikumpulin semua, setelah terkumpul
sampah tersebut di buang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Setelah
melakukan pengumpulan sampah yang berada di pembuangan sampah liar,
pengurus PMK dan perwakilan RW, RT, serta Warga bermusyawarah untuk
memfokuskan pembuangan sampah di satu titik yaitu di RT 04 / RW 02
Kelurahan Kenanga, karena di titik tersebut memiliki lahan yang cukup luas
dan berada di tengah – tengah Kelurahan Kenanga. Setelah itu bang Fahru
Rozi dkk, memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan melakukan
sistem home to home atau dari rumah ke rumah untuk pengangkutan sampah
agar masyrakat tidak melakukan pembuangan sampah sembarangan lagi.
Kini Gunungan Sampah warga yang berada di lahan seluas 600m2, di
ubah menjadi lokasi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST), serta
pembibitan pohon, semua ini hasil keinginan dan kerja keras temen-temen
muda di Kelurahan Kenanga, warga tak perlu lelah jalan untuk membuang
9
sampah yang akhirnya banyak menimbulkan bakteri dan penyakit yang di
timbulkan sampah.13
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas,
maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Partisipasi Paguyuban
Masyarakat Kenanga (PMK) Dalam Pengelolaan Sampah Anorganik Di
Kelurahan Kenanga Kota Tangerang”
B. Pembatasan Masalah
Seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang masalah bahwa
begitu luasnya ruang lingkup pada penilitian partisipasi komunitas PMK
dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Kenanga, maka penulis
memfokuskan pada tahapan – tahapan partisipasi komunitas PMK dalam
pengelolaan sampah Anorganik di Rw 02 Kelurahan Kennga saja agar dapat
menghasilkan pembahasan yang sitematis, terarah, jelas dan fokus.
C. Rumusan Masalah
Pertanyaan penilitian ini secara umum adalah tentang teori tahapan –
tahapan partispasi. Maka pertnayaan penilitian ini saya pecah dari sub-sub
teori tahapan partispasi, yaitu:
1. Bagaimana tahap perencanaan Paguyuban Masyarakat Kenanga
dalam pengelolaan sampah anorganik?
2. Bagaimana tahap pelaksanaan Paguyuban Masyarakat Kenanga
dalam pengelolaan sampah anorganik?
13
Wawancara pribadi dengan bpk. Fahru Rozi, selaku ketua komunitas Paguyuban
Masyarakat Kenanga, Hari Minggu 4 Desember 2016, pukul 16.00.
10
3. Bagaimana tahap pelembagaan program Paguyuban Masyarakat
Kenanga dalam pengelolaan sampah anorganik?
4. Bagaimana tahap evaluasi Paguyuban Masyarakat Kenanga
dalam pengelolaan sampah anoganik?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap masalah tentu mempunyai
tujuan tertentu. Penelitian dengan judul Partisipasi Komunitas Masyarakat
Puri Permata Pecinta Sampah Dalam Pengelolaan Sampah Anorganik di
Kecamatan Cipondoh makmur, Kota Tangerang, mempunyai tujuan dan
manfaat sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui tahap perencanaan Paguyuban
Masyarakat Kenanga dalam pengelolaan sampah
anorganik.
b. Untuk mengetahui tahap pelaksanaan Paguyuban
Masyarakat Kenanga dalam pengelolaan sampah
anorganik.
c. Untuk mengetahui tahap pelembagaan program
Paguyuban Masyarakat Kenanga dalam pengelolaan
sampah anorganik.
11
d. Untuk mengetahui tahap evaluasi Paguyuban Masyarakat
Kenanga dalam pengelolaan sampah anorganik.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pengetahuan dan pemikiran bagi ilmu-ilmu
kemasyarakatan, lingkungan dan dapat dijadikan referensi
maupun rujukan dalam kajian pemberdayaan masyarakat
yang memfokuskan dibidang lingkungan.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian yang diharapkan dapat menambah
wawasan, kreativitas, pengetahuan dan pengalaman bagi
penulis secara langsung di lapangan. Bagi masyarakat,
penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan dan
motivasi tentang pentingnya mengelola sampah.
E. Metode Penelitian
Metodelogi penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek
penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran
atau pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan
kualitatif. Sebagaimana menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya Lexy.
J. Moleong mendefinisikan metodelogi penelitian kualitatif adalah prosedur
12
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.14
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong
menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.15
Jadi, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif
karena lebih tepat dengan subjek yang diamati oleh penulis, dimana
penulis tidak hanya meneliti bentuk partisiapasi subjek tetapi
penulis juga meneliti perilaku subjek terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Teknik Pemilihan Subjek Penilitian
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teknik
purposive sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti
dalam menyelesaikan informan yang sesuai dengan tujuan
penelitian.16
Peneliti mewawancari 15 informan untuk memperoleh sample
berdasarkan susunan masing-masing jabatan. Dari 15 informan
14
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya,2012),cet. Ke-30. h. 4 15
Moh.Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta: UIN Maliki
Press, 2008). h.175. 16
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya,2012),cet. Ke-30. h. 180
13
tersebut 4 diantaranya dari pengurus PMK, dan 11 lainnya dari
masyarakat Rw 02 Kelurahan Kenanga. Untuk memperoleh data
sejarah serta latar belakang PMK, peneliti mewawancarai pelopor
serta ketua PMK, sedangkan untuk tahapan pengelolaan sampah
peneliti mewawancarai petugas sampah di PMK. Peneliti juga
mewawancarai Masyarakat Rw 02 Kelurahan Kenanga untuk
memperoleh data hasil dari kegiatan pengelolaan sampah yang
dilakukan oleh PMK tersebut, sedangkan untuk memperoleh data
monitoring dan evaluasi peneliti mewawancarai Rw dan Rt setempat
yang di tugaskan oleh pengurus PMK untuk meminta uang iuran
bulanan kepada masyarakat sekaligus melakukan monitor kegiatan
petugas sampah PMK.
Berikut ini adalah tabel informan dan objek yang terpilih dalam
pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.
Tabel I
Tabel Informan
No Informasi Yang Dicari Informan Jumlah
1 Sejarah serta latar
belakang berdirinya PMK,
pembuatan Mesin
pengelolaan sampah
Anorganik.
Pelopor PMK dan
Ketua Pecinta
Sampah Kota
Tangerang
1
2 Sejarah serta latar
belakang berdirinya pmk,
tahapan-tahapan
pengelolaan sampah
anorganik, pelembagaan
program, dan monitoring
Ketua PMK 1
14
dan evaluasi program.
3 Tahapan pengelolaan
sampah
Petugas Sampah dan
pengurus PMK
2
4 Hasil dari kegiatan
pengelolaan sampah yang
dilakukan oleh PMK
Masyarakat Rw 02
Kenanga
5
5 Monitoring dan evaluasi
program
RT dan RW serta
pengurus PMK
6
Jumlah 15
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Adapun waktu penulisan untuk mengadakan penelitian selama 5
Bulan, sejak Bulan Desember 2016 hingga Bulan April 2017.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Jl. KH. Masjid Gang H. Sabar
RT 04/RW 02, Kel. Kenanga, Kec. Cipondoh, Kota Tangerang.
Alasan peneliti mangambil di daerah tersebut karena pada dasarnya di
wilayah Kota Tangerang sudah banyak Tempat Penampungan Sampah
Terpadu (TPST) yang sudah berjalan, namun belum banyak TPST
yang melakukan kegiatan daur ulang sampah, baik sampah orgnaik
maupun sampah anorganik. Salah satu TPST yang melakukan
kegiatan daur ulang sampah anorganik yang sedang berjalan yaitu di
Paguyuban Masyarakat Kenanga
4. Sumber Data
a. Data Primer adalah data atau informasi yang didapat langsung
pada saat penelitian berlangsung
15
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan
atau dokumen yang berkaitan dengan sumber data penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis yang
mampu mengarahkan penelitian kepada hasil yang objektif. Teknik
pengumpulan data-data dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi Lapangan
Observasi mensyaratkan pencatatan dan perekaman
sistematis mengenai sebuah peristiwa dan perilaku-perilaku
informan yang terjadi dalam situasi tertentu, bukan seperti yang
belakngan mereka ingat, diceritakan kembali, dan
digeneralisasikan oleh partisipan itu sendiri. Metode-metode
observasi jarang digunakan sendiri, tapi sering dikaitkan dengan
wawancara.17
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode observasi
untuk mengamati semua hal yang berhubungan dengan subjek
penelitian lapangan yaitu Paguyuban Masyarakat Kenanga.
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara
tanya jawab baik langsung maupun dengan alat bantu media
17
Rhenald Kasali, Metode-metode Riset Kualitatif, cetakan ke 1 (Yogyakarta : PT
Bentang Pustaka,2008), h. 321.
16
tertentu. Teknik pencatatan data menggunakan catatan lapangan
yaitu berupa hasil wawancara selama observasi berlangsung
dengan menggunakan bahasa yang obyektif.18
Adapun yang menjadi sasaran yang di wawancarai adalah
Bang Fahru Rozi, selaku pelopor Paguyuban Masyarakat
Kenanga. Kemudian peneliti mewawancarai Bang Kenjo
sebagai Ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, serta penulis
mewawancarai Mang Dede selaku petugas pemilah sampah di
Paguyuban Masyarakat Kenanga. Untuk mengetahui dampah
dari kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
Paguyuban Masyarakat Kenanga, penulis mewawancarai
Masyarakat Kenanga sebagai penerima pemanfaatan hasil
program pengelolaan sampah. Hal ini dilakukan guna untuk
memperoleh data dan informasi tentang Paguyuban Masyarakat
Kenanga terhadap masalah yang diteliti. Peneliti mengadakan
Tanya jawab mengenai tahapan – tahapan partisipasi Paguyuban
Masyarakat Kenanga dalam pengelolaan sampah anorganik.
c. Dokumentasi
Merupakan catatan yang telah berlalu. Dokumentasi
bertujuan untuk membaca dan mempelajari berbagai bentuk data
tertulis.19 Bisa berbentuk tulisan serta gambar-gambar kegiatan.
18
Rahayu, et. Al, Observasi dan Wawancara, ( Malang: Bayumedia Publishing, 2004), h.
63.
17
Dalam dokumentasi ini peneliti mengumpulkan informasi
dengan dua bentuk yaitu dokumentasi pribadi dan dokumentasi
resmi. Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan
seseorang secara tertulis tentang tindakan dan pengalaman.
Maksud mengumpulkan dokumntasi pribadi untuk memperoleh
kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor
disekitar subjek penelitian.20
Dokumentasi resmi yang
digunakan penulis adalah dokumentasi dari Paguyuban
Masyarakat Kenanga berupa foto, catatan-catatan program, dll.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data, menurut Patton dalam Lexy J. Meleong (2012),
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data.21
Mengacu pada pemaparan di atas maka penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif. Pada saat menganalisa data hasil
observasi peneliti menginterpresatikan catatan lapangan yang
kemudian disimpulkan. Setelah itu, diolah kembali hasilnya untuk
kemudian ditulis peneliti. Data yang telah terkumpul dari hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi maka selanjutnya dianalisa.
19
Lexy. J Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, cetakan ke 26 edisi revisi
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 186. 20
Lexy. J Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 217. 21
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 280
18
Data-data itu disusun secara sistematis untuk kemudian dianalisa
sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
7. Teknik Keabsahan Data
Seperti yang telah dijelaskan oleh Lexy J. Meolong dalam
bukunya Metodologi Kualitatif. Untuk menentukan keabsahan data
adalah dengan melakukan triangulasi adalah teknik pemeriksan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data
itu.22
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data sekaligus menguji krebilitas data, yaitu mengecek
kreabilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data.23
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi
dengan cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh
dengan kenyataan yang ada saat penelitian berlangsung.
22
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330 23
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet-2, h.24.
19
8. Teknik Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid
Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta Cetakan I, Januari 2007.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, sebelumnya telah ada beberapa karya
ilmiah yang membahas mengenai partisipasi dan kegiatan daur ulang
sampah yang penulis temukan, yang pembahasannya hampir menyerupai
dengan judul penelitian yang penulis angkat. Oleh karena itu, untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti menduplikat hasil karya
orang lain, maka penulis sangat perlu untuk mempertegas perbedaan antara
masing-masing judul dan masalah yang dibahas dari beberapa skripsi yang
dibuat sebelumnya. Berikut tabel yang menjelaskan tentang skripsi yang
pembahasannya hampir menyerupai dengan judul penelitian yang penulis
angkat:
Tabel 2
Tinjauan Pustaka
NO NAMA PENULIS JUDUL SKRIPSI HASIL PENILITIAN
1 Ummu Salammah
(Mahasiswa
Jurusan
Pengembangan
Faktor Yang
Mempengaruhi
Partisipasi Ibu
Rumah Tangga
bentuk partisipasi yang ada di
dalam masyarakat Villa Inti
Persada terhadap kegiatan daur
ulang sampah anorganik
20
Masyarakat Islam,
Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun
2014)
Dalam
Pemberdayaan
Lingkungan
Melalui Kegiatan
Daur Ulang
Sampah Anorganik
(Studi Kasus: Di
Villa Inti Persada
RT 06, Pamulang
Timur, Tangerang
Selatan)
merupakan partisipasi nyata
dan abstrak, mulai dari
penyumbangan fikiran dan ide,
waktu, tenaga, biaya, barang
sampai kepada proses
pelaksanaan kegiatan.
Partispasi tersebut untuk
memperlancarnya pelaksanaan
kegiatan hingga ketahap
pemasaran produksi. Disadari
karena para partisipan
merupakan beberapa kelompok
sosial (Majlis Ta’lim dan
arisan-arisan) dan memiliki
jiwa sosial yang tinggi untuk
lingkungan.
2 Syifa Toyyibah
(Mahasiswa
Jurusan
Pengembangan
Masyarakat Islam,
Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun
2014)
Partisipasi
Masyarakat Dalam
Pengelolaan
Sampah Organik
Di Kelurahan
Bojongsari Baru,
Sawangan, Kota
Depok
bentuk partisipasi masyarakat
RT 02 yang terlibat aktif dalam
kegiatan pengelolaan sampah
seperti tokoh masyarakat,
pengurus RT, dan RW dan
masyarakat yang terlibat aktif
dalam kegiatan-kegiatan sosial,
seperti pengurus bank sampah,
Ibu-Ibu pengajian, Ibu-Ibu
PKK dan Posyandu berada
pada bentuk partisipasi yang
tumbuh karena motivasi
intrinstik berupa pemahaman,
penghayatan dan keyakinannya
sendiri terhadap pengelolaan
sampah yang partisipatif. Dan
sebagian masyarakat yang
terlibat kurang aktif pada
kegiatan sosial di
lingkungannya berada pada
tipe partisipasi pasif, karena
masyarakat ikut peran serta
dalam kegiatan pengelolaan
sampah karena adanya
motivasi ekstrinsik berupa
bujukan, pengaruh dan
dorongan dari luar.
3 Abdul Rozak
(Mahasiswa
Perbankan Syariah
Peran Bank
Sampah Warga
Peduli Lingkungan
Peran Bank Sampah Warga
Peduli Lingkungan (WPL)
tidak terlalu signifikan dalam
21
Program Studi
Muammalat
(Ekonomi Islam),
Fakultas Syariah
dan Hukum, UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun
2014)
(WPL) Dalam
Pemberdayaan
Perekonomian
Nasabah
meningkatkan perekonomian
nasabah. Pola pemberdayaan
Bank Sampah Warga Peduli
Lingkungan dengan
melibatkan potensi masyarakat
dalam mengelola sampah dan
menjalankan program bank
sampah. selain memberikan
dampak bagi ekonomi nasabah,
adanya bank sampah ini
meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat dan
menciptakan lingkungan yang
bersih.
4 Aan Nuryani
(Mahasiswa
Program Studi
Pendidikan
Ekonomi, Fakultas
Ekonomi,
Universitas Negri
Yogyakarta, tahun
2012)
Peranan Bank
Sampah Gemah
Ripah Terhadap
Kesempatan Kerja
dan Pendapatan
Keluarga Di
Kecamatan Bantul
Kabupaten Bantul
Daerah Istimewa
Yogyakarta
Peranan Bank Sampah Gemah
Rimpah terhadap kesempatan
kerja di Kecamatan Bantul,
Kabupaten Bantul Daerah
Istimewa Yogyakarta masih
kecil yaitu 1,02 %. Peranan
Bank Sampah Gemah Ripah
terhadap pendapatan keluarga
di Kecamatan Bantul,
Kabupaten Bantul Daerah
Istimewa Yogyakarta juga
masih kecil, 0,90 %. Faktor
penghambat dalam
perkembangan Bank Sampah
Gemah Ripah adalah
manajemen Bank Sampah yang
belum baik.
5 Alfrianda
(Mahasiswa Teknik
Pembangunan
Wilayah dan Kota,
Universitas
Diponogoro
Semarang, tahun
2009)
Kajian Partisipasi
Masyarakat yang
melakukan
pengelolaan
persampahan 3R di
Kelurahan
Ngaliyan dan
Kalipancur, Kota
Semarang
Menurut karya ilmiah tersebut
sistem pengelolaan
persampahan sangat
dibutuhkan partsipasi
masyarakat yang merupakan
salah satu sumber sampah dan
dengan partisipasi masyarakat
maka pengelolaan sampah
dapat terjadi dari awal sumber
sampah
22
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian ini,
penulis berusaha membuat sistematika khusus dengan jalan
menggelopokkan berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan
Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Berisi beberapa pengertian dan penjelasan, yaitu: Partisipasi, meliputi
Pengertian Partisipasi, Tujuan Partisipasi, Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Partisipasi, Tahapan-Tahapan Partisipasi, Bentuk
Partisipasi, Syarat Tumbuh dan Kembang Partisipasi, dan Tingkatan
Partisipasi Masyarakat. Sampah, meliputi pembagian Jenis Sampah, Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Sampah, dan Sumber Sampah.
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Dalam bab ini yang akan dipaparkan mengenai profil Tempat
Penampungan Sampah Terpadu meliputi: Letak, Luas dan sejarah
berdirinya Tempat Penampungan Sampah Terpadu.
BAB VI TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS HASIL
PENELITIAN
23
Meliputi: tahapan - tahapan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah anorganik.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran penulis.
24
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Partisipasi Masyarakat Sebagai Proses Pemberdayaan
Sebagai proses, pemberdayaan merujuk pada kemampuan untuk
berpartisipasi, memperoleh kesempatan dan mengakses seumberdaya dan
layanan yang diperlukan, guna memperbaiki mutu hidupnya, baik secara
individual dan kelompok. Dengan pemahaman seperti itu, pemberdayaan
dapat diartikan sebagai proses terencana guna meningkatkan skala/upgrade
utilitas dari obyek yang diberdayakan.1
1. Pengertian Partisipasi
Partisipasi sebagai suatu konsep dalam pengembangan
masyarakat, digunakan secara umum dan luas. Didalam kamus besar
bahasa Indonesia partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam
suatu kegiatan (keikutsertaan).2 Sedangkan dalam kamus sosiologi
partisipasi adalah setiap proses identifikasi atau menjadi peserta suatu
proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial
tertentu.3
Dalam kamus sosiologi disebutkan bahwa, partisipasi
merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk
mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau
profesinya sendiri. Keikutsertaan tersebut dilakukan sebagai akibat
dari terjadinya interaksi sosial antara individu yang bersangkutan
dengan anggota masyarakat lainnya.
1 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.61 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 831 3 Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 355
25
Partisipasi sering diberi makna keterlibatan seseorang secara
sukarela tanpa tekanan dan jauh dari perintah. Partisipasi pada
dasarnya adalah kerelaan, tetapi bagaimana dapat menyalurkan
kerelaan tersebut apabila salurannya sendiri tidak jelas.4
Partisipasi didefinisikan baik deskriptif maupun normative,
terutama harus menekankan bahwa segala perkembangan masyarakat
dan pembangunan masyarakat merupaka proses yang hanya berhasil
jika dijalankan bukan saja bagi tetapi juga bersama dan dengan oleh
rakyat sendiri.5
Dalam program pengembangan masyarakat partisipasi sangat
penting. Karena partisipasi ini akan menentukan keberhasilan suatu
program pengembangan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat
itu haruslah bersifat substansi yakni, emerka benar-benar
berpartisipasi mulaai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
monitoring serta evaluasi program terebut. Sehingga masyarakat
memiliki tanggung jawab yang besar karena sejak awal sudah tertlibat
dalam program tersebut. Partisipasi dapat diartikan juga sebagai sikap
keterbukaan pada persepsi dan perasaan pihak lain; partisipasi berarti,
perhatian mendalam mengenai perbedaan atau perubahan yang akan
dihasilkan suatu proyek sehubungan dengan kehidupan masyarakat;
partisipasi kesadaran mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh
pihak-pihak lain untuk suatu kegiatan.6
Menurut pandangan penulis partisipasi adalah alat dan juga
tujuan untuk terlaksananya setiap program yang ada dimasyarakat.
Karena tanpa adanya partisipasi masyarakat, program kegiatan tidak
akan berjalan lancar dalam jangka waktu yang lama.
4 Hetifah Sj Sumarto, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa inovatif
dan Partisipatif di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), Cet. Ke-2 h. 188-189 5 Johannes Muller, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2006), h. 256 6 Tantan Hermansyah dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, h. 32
26
Terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian partisipasi
menurut Mikkelsen dalam Soetomo, ada enam tafsiran dan makna
yang berbeda tentang partisipasi. Pertama, partisipasi adalah
kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut seta
dalan pengambilan keputusan. Kedua partisipasi adalah usaha
membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan
menerima dan kemampuan menanggapi proyek-proyek pembangunan.
Ketiga, partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti
bahwa orang atau kelompok terkait dalam mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. Keempat,
partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat
denga para satf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan
monitoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai konteks
lokal dan dampak-dampa sosial. Kelima, partisipasi adalah
keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri. Keenam, partisipasi adalah keterlibatan
masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan
mereka.7
Dari beberapa pengertian partisipasi yang telah dipaparkan oleh
para ahli, sedangkan partisipasi menurut penulis adalah sebuah
sukarelawan atau kerjasama masyarakat terhadap suatu kegiatan,
untuk meningkatkan kemampuan dan mengembangkan potensi diri.
Dalam hal ini komunitas masyarakat puri permata pecinta sampah
melakukan kegiatan pengelolaan sampah anorganik tanpa adanya
paksaan.
Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat yang dimaksudkan adalah
partisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari
pengambilan keputusan dalam identifikasi masalah dan kebutuhan,
7 Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), h. 438
27
perencanaan program, pelaksanaan program serta dalam evaluasi dan
menikmati hasil.8
2. Tujuan Partisipasi
Dalam proses kegiatan ada beberapa tujuan yang diharapkan
dalam berpartisipasi, diantaranya:
a. Berupa memberdayakan rakyat untuk berpatisipasi dalam
pembangunan mereka sendiri secara lebih berarti.
b. Berupa untuk menjamin peningkatan peran rakyyat dalam
inisiatif – inisiatif pembangunan.
c. Fokus pada peningkatan kemampuan rakyat untuk
berpartisipasi bukan sekedar mencapai tujuan-tujuan
proyek yang sudah diterapkan sebelumnya.
d. Partisipasi dipandang sebagai suatu proses jangka panjang.
e. Partisipasi sebagai tujuan relative lebih aktif dan dinamis.9
f. Melibatkan masyarakat dalam mendisain proses
pengambilan keputusan dan sebagai hasilnya
mengingkatkan kepercayaan mereka, sehingga masyarakat
dapat menerima keputusan dan menggunakan dalam
sistem yang ada ketika mereka menghadapi suatu
problem-problem dibidang kemasyarakatan.
g. Menyalurkan dan menfasilitasi masyarakat dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan guna
meningkatkan rasa kebersamaan dengan mengajak
masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.10
8 Ibid, h. 440
9 Jim Ife & Frank Tesoriero, Community Development: Sebagai Alternatif Pengembangan
Masyarakat Di Era Globalisasi, h. 296 10
Tantan Hermansyah dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, h.33
28
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
Ada bermacam – macam faktor yang mendorong kerelaan untuk
terlibat, bisa karena kepentingan bisa karena solidaritas. Menurut Jife
dan Frank Tesorier, kondisi-kondisi yang mendorong partisipasi
adalah, sebagai berikut:
a. Orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa
isu atau aktivitas tersebut penting.
b. Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat
perubahan.
c. Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai.
d. Orang harus bisa berpartisipasi dan didukung dalam
partisipasinya.
e. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan.11
Mendorong dan mendukung partisipasi adalah suatu proses yang
membutuhkan keterampilan dan melibatkan pemantauan terus-
menerus tentang dampaknya terhadap rakyat mengenai partisipasi dala
kegiatan-kegiatan pemgembangan masyarakat. Partisipasi harus
meghasilkan keluaran positif, baik dari segi membangun kepercayaan
pribadi dan dalam segi kontrol terhadap lingkungan sesorang dan
kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang akan memberi
dampak pada kehidupan orang. Hal-hal tersebut bukanlah keluaran
yang secara otomatis mengalir dari partisipasi.12
4. Tahapan-tahapan Partisipasi
Dalam penilitian ini penulis menggunakan tahapan-tahapan
partisipasi pemberdayaan, karena dalam penilitian ini masyarakat
berpartisipasi dalam pemberdayaan lingkungan. Menurut Tantan
11
Jim Ife & Frank Tesoriero, Community Development: Sebagai Alternatif
Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, h. 310-312 12
Ibid. h. 313
29
Hermansyah M,Si dan Muhtadi M.Si dalam buku dasar-dasar
pengembangan masyarakat islam, tahap-tahapan pemberdayaan itu
terbagi menjadi empat, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap pelembagaan program, dan tahap monitoring dan evaluasi.
a. Tahap Perencanaan
Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan
dalam pemberdayaan, indikatonya dapat dilihat, pada
keikutsertaan anggota masyarakat dalam musyawarah
penentuan program, identifikasi dan masalah, ataupun
pembuatan formula kegiatan/ program kemasyarakatan
tersebut.
b. Tahap Pelaksanaan
Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat
adalah ikut serta dalam pelaksanaan program yang telah
direncanakan sebelumnya. Rangkaian kegiatan dalam
pelaksanaan diikuti secara seksama dan cermat. Warga
masyarakat aktif sebagai pelaksana maupun pemanfat
program.
c. Tahap Pelembagaan Program
Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat ikut
serta merumuskan keberlanjutan atau pelembagaan
program. Langkah partisipasinya, masyarakat ikut serta
dalam merumuskan dan membuat model-model
pendanaan program, penguat lembaga-lembaga pengelola
program dan melakukan pengkaderan anggota masyarakat
sebagai pengatur SDM bagi program tersebut. Partisipasi
pada tahap ini memiliki makna penting, karena masyarakat
yang akan melanjutkan program ini perlu dipersiapkan
agar mereka dapat berbuat, berkarya dan bekerja bagi
30
kesinambungan program tersebut. Dengan demikian,
masyarakat dapat terbiasa dan sudah memiliki kapasitas
serta jaringan dalam melakukan operasionalisasinya.
d. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Pada tahap monitoring dan evaluasi, masyarakat ikut
serta mengawasi pelaksanaan program. Pengawasan ini
menjadi penting agar program pemberdayaan tersebut
dapat memiliki kinerja administrasi artinya tata
pelaksanaan dapat dipertanggungjawabkan dengan
dokumen-dokumen pelaporan yang semestinya berlaku
atau sesuai dengan perundang-undangan.13
Terdapat empat tahapan dalam partisipasi, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, pelembagaan dan monitoring dan evaluasi
program, dari keempat tahap tersebut saling berkaitan dan harus
beraturan, karena dalam tahapan masing-masing memiliki fungsi yang
berbeda. Dalam tahap perencanaan awal, menjelaskan bagaimana
masyarakat dalam mengambil keputusan, yang diwujudakn dengan
keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Pada tahap pelaksanaan
program, tahap ini merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata
partisipasi pada tahap ini seperti partisipasi dalam bentuk sumbangan
pemikiran, materi, serta keterlibatan anggota dala melaksanakan
program. Lalu tahap pelembagaan, pada tahap ini anggota masyarakat
ikut serta merumuskan keberlanjutan atau pelembagaan program.
Selanjutnya yang terakhir tahap MONEV, tahap ini dianggap penting
sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini sebagai umpan balik yang
dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek
selanjutnya.
13
Tantan Hermansyah dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, h.43-46.
31
5. Bentuk Partisipasi
Raharjo dalam buku Totok Mardikanto mengemukakan adanya
tiga variasi bentuk partisipasi, yaitu:
a. Partisipasi Terbatas, yaitu partisipasi yang hanya
digerakkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu demi
tercapainya tujuan pembangunan, tetapi untuk kegiatan
tertentu yang dianggap menimbulkan kerawanan bagi
stabilitas nasional dan kalangan pembangunan, sulit
diatasi.
b. Partisipasi Penuh (full scale participation), artinya
partisipasi seluas-luasnya dalam segala aspek kegiatan
pembangunan.
c. Mobilisasi tanpa partisipasi, artinya partisipasi yang
dibangkitkan pemeintah (pengusaha), tetapi masyarakat
sama sekali tidak diberi kesempatan untuk turut
mengajukan tuntutan maupun mempengaruhi jalannya
kebijakan pemerintah.14
Sejalan dengan pemikiran-pemikiran diatas, Bass
mengidentifikasikan adanya 7 (tujuh) tipe partisipasi :
Tabel 3
Tipologi Partisipasi
No Tipologi Karakteristik
1 Partisipasi
Pasif/Manipulatif
a. Masyarakat diberitahu apa yang
sedang atau telah terjadi.
b. Pengumuman sepihak oleh pelaksana
proyek tanpa memperhatikan
14
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta, 2013) h.61
32
tanggapan masyarakat.
c. Informasi yang dipertukarkan terbatas
pada kalangan profesional di luar
kelompok sasaran.
2 Partisipasi Informatif
a. Masyarakat menjawab pertanyaan-
pertanyaan penilitian.
b. Masyarakat tidak diberi kesempatan
untuk terlibat dan mempengaruhi
proses penilitian.
c. Akurasi hasil penelitian tidak dibahas
masyarakat.
3 Partisipasi Konsultatif
a. Masyarakat berpartispasi dengan cara
berkonsultasi.
b. Orang luar mendengarkan,
menganalisis masalah dan
pemecahannya.
c. Tidak ada peluang untuk pembuatan
keputusan bersama
d. Para profesional tidak berkewajiban
untuk mengajukan pandangan.
e. Masyarakat (sebagai masukan) untuk
ditindak lanjuti.
4 Partisipasi Insentif
a. Masyarakat memberikan
korbanan/jasanya untuk imbalan
berupa insentif/upah.
b. Masyarakat tidak dilibatkan dalam
proses pembelajaran atau eksperimen-
eksperimen yang dilakukan.
c. Masyarakat tidak memiliki andil
untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan
setelah insentif dihentikan
5 Partisipasi Fungsional
a. Masyarakat membentuk kelompok
untuk mencapai tujuan proyek.
b. Pembentukan kelompok (biasanya)
setelah ada keputusan-keputusan
utama yang disepakati.
c. Pada tahap awal, masyarakat
33
tergantung kepada pihak luar, tetapi
secara bertahap menunjukkan
kemandiriannya.
6 Partisipasi Interaktif
a. Masyarakat berperan dalam analisis
untuk perencanaan kegiatan dan
pembentukan atau penguatan
kelembagaan.
b. Cenderung melibatkan metode
interdisipliner yang mencari
keragaman perspektif dalam proses
belajar yang terstruktur dan
sistematik.
c. Masyarakat memiliki peran untuk
mengontrol atas (pelaksanaan)
keputusan-keputusan mereka,
sehingga memiliki andil dalam
keseluruhan proses kegiatan.
7 Mandiri (Self
Mobilization)
a. Masyarakat mengambil inisiatif
sendiri secara bebas (tidak
dipengaruhi oleh pihak luar) untuk
mengubah sistem atau nilai-nilai yang
mereka miliki.
b. Masyarakat mengembangkan kontak
dengan lembaga-lembaga lain untuk
mendapatkan bantuan-bantuan teknis
dan sumberdaya yang diperlukan.
Dilihat dari tabel 1 tipologi partisipasi diatas yang dikemukakan
Bass, menunjukkan bahwa tipe-tipe partisipasi masyarakat dalam
suatu kegiatan berbeda-beda. Dimulai dari tipe partisipatif pasif yang
mana masyarakat tidak ikut serta dalam pengambilan keputusan/tidak
memegang kendali, sampai pada tipe self mobilization/ mandiri, yang
mana masyarakat tidak dipengaruhi oleh orang lain untuk melibatkan
diri dalam suatu kegiatan, karena ia inisiatif sendiri untuk mengikuti
kegiatan tersebut untuk merubah keadaaan dilingkungan nya menjadi
baik.
34
Dusseldrop, mengidentifikasi beragam bentuk-bentuk kegiatan
partisipasi yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat dapat berupa:
a. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat.
b. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok.
c. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk
menggerakkan partisipasi masyarakat lain.
d. Menggerakkan sumber daya masyarakat.
e. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.
f. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan
masyarakatnya.15
Dalam penilitian ini bentuk partisipasi yang digunakan penulis
didalam analisis yaitu bentuk partisiaspi dari Raharjo dan
menggunakan tipologi partisipasi dari BASS.
6. Syarat Tumbuh dan Kembang Partisipasi
Pemberdayaan pada hakekatnya adalah untuk menyiapkan
masyarakat agar mereka mampu dan mau secara aktif berpartisipasi
dalam setiap program dan kegiatan pembangunan yang bertujuan
untuk meperbaiki mutu hidup kesejahteraan masyarakat, baik dalam
pengertian ekonomi, fisik, meaupun mental. Meskipin masyarakat
merupakan suatu yang harus ditumbuhkembangkan dalam proses
pembangunan, namun di dalam praktiknya, tidak selalu diupayakan
sungguh-sungguh. Dipihak lain tumbuh dan kembangnya partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan, mensyaratkan adanya
kepercayaan dan kesempatan yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat untuk terlibat secara aktif didalam proses pembangunan.
15
Ibid. h. 84-90
35
Artinya tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat,
memberikan indikasi adanya pengakuan pemerintah bahwa
masyarakat bukanlah sekedar obyek ataupun penikmat hasil
pembangunan, melainkan subyek atau pelaku pembangunan yang
memiliki kemampuan dan kemauan yang dapat diandalkan sejak
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfataan hasil-hasil
pembangunan.16
Slamet menyatakan bahwa syarat dan tumbuh berkembangnya
partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh 3
(tiga) unsur pokok, yaitu:
1. Kesempatan Untuk Berpartisipasi
Dalam kenyataan, banyak program pembangunan
yang kurang memperoleh partisipasi masyarakat karena
kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat
untuk berpasrisipasi. Bberapa kesempatan yang dimaksud
disini adalah:
a. Kemauan politik dari penguasa untuk melibat
masyarakat dalam pembangunan, baik dalam
pengambil keputusan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi,
pemeliharaan, dan pemanfaatan pembangunan.
b. Kesempatan untuk memperoleh informasi
pembangunan.
c. Kesempatan memanfaatkan dan mobilisasi
sumberdaya (alam dan manusia) untuk
pelaksaan pembangunan.
16
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebito, Pembangunan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik, h. 88
36
d. Kesempatan untuk memperoleh dan
menggunakan teknologi yang tepat, termasuk
peralatan/perlengkapan penunjangnya.
e. Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk
untuk memperoeh dan menggunakan
peraturan, perijinan dan prosedur kegiatan
yang harus dilaksanakan.
f. Kesempatan mengembangkan kepemimpinan
yang mampu menumbuhkan, menggerakkan,
dan mengembangkan serta memelihara
partisipasi masyarakat.
2. Kemampuan Untuk Berpartisipasi
Perlu disadari bahwa adanya kesempatan –
kesempatan yang disediakan / ditumbuhkan untuk
menggerakan pasrtisipasi masyarakat akan tidak banyak
berarti, jika masyarakatnya tidak memiliki kemampuan
untuk berpartisipasi. Yang dimaksud dengan kemampuan
adalah:
a. Kemampuan untuk memnemukan dan
memahami kesempatan – kesempatan utnuk
memabngun, atau pengetahuan tentang
peluang untuk membangun.
b. Kemampaun untuk melaksanakan
pembangunan, yang diperoleh oleh tingkat –
tingkat pendidikan dan keterampilan yang
dimiliki.
c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dengan menggunakan sumberdaya
37
dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia
secara optimal.
3. Kemauan Untuk Berpartisipasi
Kemauan berartisipasi, utamnya ditentukan oleh
sikap mental yang dimiliki masyarakat untuk membangun
atau memperbaiki kehidupannya, yang menyangkut :
a. Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang
menghambat pembangunan.
b. Sikap terhadap penguasa atau pelaksana
pembangunan pada umumnya.
c. Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu
hidup dan tidak cepat puas diri.
d. Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan
masalah, dan tercapainya tujuan
pembangunan.
e. Sikap kemandirian atau percaya diri atas
kemampuannya untuk memperbaiki mutu
hidupnya.
Berdasarkan pada konsep-konsep diatas, maka tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan
dapat diupayakan melalui:
1. Pemberian kesempatan yang dilandasi oleh pemahaman
bahwa masyarakat memilki kemampuan dan kearifan
tradisional kaitannya dengan pelastarian sumberdaya alam
dan lingkungan hidupnya, dan bukannya pemberian
kesempatan yang dilandasi oleh prasangka buruk agar
mereka tidak melakukan perusakan.
38
2. Penyuluhan yang intensif dan berkelanjutan, yang tidak
saja berupa penyampaian informasi tentang adanya
kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, melainkan
juga dibarengi dengan dorongan dan harapan-harapan agar
masyarakat mau berpartisipasi, serta upaya yang terus
menerus untuk meningkatkan kemampuannya untuk
berpartisipasi.
3. Berkaitan dengan dorongan dan harapan yang
disampaikan, perlu adanya penjelasan kepada masyarakat
tentang besarnya manfaat ekonomi maupun non ekonomi
yang dapat secara langsung atau tak langsung dinikmati
olh generasi mendatang. Dilain pihak, perlunya ada
perubahan pemahaman, bahwa pengembangan partsipasi
masyarakat dalam pembangunan pertanian bukanlah biaya
sosial (social cost) yang merupakan pemborosan, tetapi
merupakan investasi sosial (social investment) yang akan
memberikan manfaat untuk jangka waktu yang tidak
terbatas.17
7. Tingkatan Partisipasi Masyarakat
Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi diperlukan suatu
keterampilan dan pengetahuan agar dapat mencapai berbagai
tingkatannya, dan untuk itu selalu ditemukan titik tolaknya untuk
mengawalinya. Maka pada dasarnya nampak adanya tiga tingkatan,
yaitu:
a. Tingkat saling mengerti, tujuannya adalah untuk
membantu para anggota kelompok agar memahami
masing-masing fungsi dan sikap, sehingga dapat
mengembangkan kerjasama yang baik.
17
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebito, Pembangunan Masyarakat Dalam Perspektif
Kebijakan Publik, h. 92-94.
39
b. Tingkat penasihat/sugesti, yang dibangun atas dasar saling
mengerti, oleh karena para anggota kelompok pada
hakekatnya sudah cenderung siap untuk memberikan suatu
usul/saran kalau telah memahami masalah ataupun situasi
yang dihadapkan kepada masyarakat.
c. Tingkat otoritas, otoritas pada dasarnya memberikan
kepada kelopok suatu wewenang untuk memantapkan
keputusannya.18
Berkaitan dengan tingkat sukarelaan masyarakat untuk
berpartisipasi, Dusseldrop membedakan adanya beberapa jenjang
kesekarelaan sebagai berikut :
a. Partisipasi Spontan, yaitu peran serta yang tumbuh karena
motivasi intrinstik berupa pemahaman, penghayatan dan
keyakinannya sendiri.
b. Partisipasi Terinduksi, yaitu peran serta yang tumbuh
karena terinduksi oleh adanya motivasi ekstrinstik (berupa
bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar, meskipun yang
bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk
berpartisipasi.
c. Partisipasi Tertekan Oleh Kebiasaan, yaitu peran serta
tumbuh karena adanya tekanan yang dirasakan
sebagaimana layaknya warga masyarakat pada umumnya,
atau peran serta yang dilakukan untuk mematuhi
kebiasaan, nilai-nilai atau norma-norma yang dianut oleh
masyarakat setempat. Jika tidak berperan serta, khawatir
akan tersisih atau dikucilkan masyarakat.
d. Partisipasi Tertekan Oleh alasan Sosial-Ekonomi, yaitu
peran serta yang dilakukan karena takut akan kehilangan
18
Sastopoetro, Sansoto R.A “Partispasi, Komunikasi, Persuasif dan Disiplin Dalam
Pembangunan Nasional”, (Bandung: Alumni,1986),h.49
40
status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh
bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.
e. Partisipasi Tertekan Oleh Peraturan, yaitu peran serta yang
dilakukan karena takut menerima hukuman dari
peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan.19
Tingkat partisipasi untuk setiap anggota masyarakat berlainan
satu sama lain sesuai dengan kemampuan masing-masing, dan yang
lebih penting adalah dorongan untuk berpartisipasi, yaitu berdasarkan
atas motivasi, cita-cita dan kebutuhan individu yang kemudian
diwujudkan secara bersama-sama. Partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaannya terdapat tingkatan-tingkatan sebagai berikut:
a. Partisipasi Inisiasi, merupakan tingkatan partisipasi
tertinggi. Masyarakat dalam tingkatan partisipasi ini dapat
menentukan dan mengusulkan segala sesuatu rencana
yang akan dilaksanakan dan benar-benar merupakan
inisiatif murni mereka. Peran masyarakat disini adalah
sebagai subjek kegiatan (pembangunan).
b. Partisipasi Legitimasi, yaitu partisipasi pada tingkat
pembicaraan atau perundingan kesepakatan pada suatu
proses pembangunan. Peran masyarakat pada tingkat ini
cukup besar, yaitu masyarakat dapat memberi usulan dan
turut aktif dalam pembicaraan dan musyawarah dalam
pelaksanaan pembangunan.
c. Partisipasi Eksekusi, yaitu partisipasi dalam tingkat
pelaksanaan kegiatan dan mereka tidak mulai dari awal
19
Totok Mardikanto Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif
Kebijakan Publik, h.87
41
(pada tahap perencanaan) dan tidak turut
mengambil/menentukan keputusan.20
Untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dapat dilakukan
dengan mengukur tikat partisipasi individu atau keterlibatan individu
dalam kegiatan bersama yang dapat diukur dengan skla yang
dikemukakan Chapin dan Golhamer dalam tesis Alfiandra, tentang
kajian partisipasi masyarakat yang melakukan pengelolaan
persampahan 3R Di Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur Chapin
mengungkapkan bahwa skala partisipasi dapat diperoleh dari
penilaian-penilaian terhadap kriteria-kriteria tingkat partisipasi sosial,
yaitu:
a. Keanggotaan dalam organisasi atau lembaga-lembaga
sosial.
b. Kehadiran dalam pertemuan.
c. Membayar iuran/sumbangan.
d. Keanggotaan didalam kepengurusan.
e. Kedudukan anggota didalam kepengurusan.
B. Sampah
1. Pembagian Jenis Sampah.
Menurut definisi (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal
dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.
1) Organik : sisa makanan, daun, sayur dan buah.
20
Alfiandra, Kajian Partisipasi Masyarakat Yang Melakukan Pengelolaan Persampahan
3R Di Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur, (Tesis S2 Magister Teknik Pembangunan wilayah dan
Kota, Universitas Diponegoro Semarang, 2009), h. 40
42
2) Anorganik : logam, pecah-belah, abu-abu dan lain-
lain.
b. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.
1) Mudah Terbakar : kertas plastik, daun kering dan
kayu.
2) Tidak Mudah Terbakar : kaleng, besi, gelas dan lain-
lain.
c. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.
1) Mudah Membusuk : sisa makanan, potongan daging
dan sebagainya.
2) Tidak Mudah Membusuk : plastik, karet, kaleng dan
sebagainya.
d. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah.
1) Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk
dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca
panas. Proses pembusukan seringkali menimbulkan
bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di
tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit,
pasar dan sebagainya.
2) Rubbish, terbagi menjadi dua : Rubbish mudah
terbakar terdiri atas zat-zat organik, seperti kertas,
kayu, karet, daun kering dan sebagainya. Rubbish
tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik,
seperti kaca, kaleng dan sebagainya.
3) Ashes, semua jenis sisa pembakaran industri.
4) Street Sweeping, sampah dari jalan atau trotoar
akibat aktivitas mesin atau manusia.
43
5) Dead Nimal, bangkai binatang besar (anjing, kucing
dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau
secara alami.
6) House Hold Refuse, atau sampah campuran, seperti
sampah garbage, ashes, rubbish yang berasal dai
perumahan.
7) Abandoned Vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.
8) Demolision Waste, berasal dari hasil sisa-sisa
pembangunan gedung.
9) Sampah Industri, berasal dari pertanian, perkebunan
dan industri.
10) Santage Solid, terdiri atas benda-benda solid atau
kasar yang biasanya berupa zat organik, pada pintu
masuk pusat pengelolaan sampah limbah cair.
11) Sampah Khusus, atau sampah yang memerlukan
penanganan khusus seperti kaleng dan zat
radioaktif.21
Jenis – jenis sampah yang ada di daerah Kelurahan Kenanga
yaitu jenis sampah yang mudah membusuk, seperti sampah-sampah
sisa makanan, sayuran, ataupun sisa masakan. Selain itu juga terdapat
jenis sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik, bungkus
makanan, karet dan lain sebagainya.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Sampah
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan
penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin
21
Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: EGC, 2006), h.111-112
44
menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung sampah
kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang
dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas
pembangunan, perdagangan, industri dan sebagainya.
b. Sistem Pengumpulan atau Pembuangan Sampah Yang Dipakai
Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih
lambat jika dibandingkan dengan truk.
c. Pengambilan Bahan-Bahan Yang Ada Pada Sampah Untuk
Dipakai Kembali
Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih
memiliki nilai ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi
pengambilan dipengaruhi oleh keadaan.
d. Faktor Geografis
Lokasi tempat pembuangan, apakah didaerah pegunungan,
lembah, pantai atau didaerah rendah.
e. Faktor Waktu
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan atau
tahunan jumlah sampah perhari nervariasi menurut waktu.
f. Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya
Contoh adat istiadat dan taraf hdup mental masyarakat.
g. Pada Musim Hujan
Sampah mungkin akan tersangkut pada selokan, pintu air
atau penyaringan limbah.
h. Kebiasaan Masyarakat
45
Contoh, jika seseorang suka mengonsumsi satu jenis
makanan atau tanaman, sampah makanan itu akan meningkat.
i. Kemajuan Teknologi
Akbiat kemjuan teknologi, jumlah sampah dapat
meningkat. Contoh plastik, kardus, roongsokan, AC, TV dan
sebagainya.
j. Jenis Sampah
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat,
semakin kompleks pula macam dan jenis sampahnya.22
Faktor yang mempengaruhi jumlah sampah di Kelurahan
Kenanga yaitu, faktor pertama karena jumlah penduduk di Kelurahan
Kenanga yang padat bahkan sudah mencapai lima belas ribu jiwa
kurang lebih. Dengan penduduk yang padat tersebut masyarakat
Kenanga menghasilkan sampah sebelas ton per-harinya. Faktor kedua
adalah dari kebiasaan masyarakatnya yang mengkonsumsi banyak
jenis makanan dan membuangnya sembarangan, sehingga
menimbulkan 6 (enam) buah titik pembuangan sampah liar yang
terdapat di Kelurahan Kenanga tersebut. Faktor ketiga karena sistem
pengambilan atau pembuangan sampah yang lambat, yang pada
akhirnya menyebabkan penumukan sampah di 6 (enam) pembuangan
sampah liar.
3. Sumber Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari
beberapa sumber berikut :
a. Pemukiman Penduduk
Sampah disuatu pemukiman biasanya dihasilkan
oleh sutu atau beberapa kelauarga yang tinggal dalam
22
Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan , h. 113
46
suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau
kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan
dan bahan sisa proses pengelolahan makan atau sampah
basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau
sampah sisa tumbuhan.
b. Tempat Umum dan Tempat Perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan
banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan,
termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang
dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa
makanan, sampah kering, abu, sisa bahan bangunan,
sampah khusus dan terkadang sampah berbahaya.
c. Sarana Layanan Masyarakat Milik Peerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini
antara lain tempat hiburan dan umum, jalanan umum,
tempat parkir, tempat layanan kesehatan, kompleks militer
dan sarana pemerintah yang lain. Tempat tersebut
biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah
kering.
d. Industri Berat dan Ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan
minuman, industri kayu, industri kimia dan kegiatan
industri lainnya, baik yang sifat nya distributif atau
memproses bahan mentah saja. Sampah yang biasanya
dihasilkan tempat ini adalah sampah basah, sampah
kering, sisa bangunan, sampah khusus dan sampah
berbahaya.
47
e. Pertanian
Sampah yang dihasilkan dari tanaman atau binatang.
Lokasi pertanian seperti kebun, ladang, ataupun sawah
menghasilkan samph berupa bahan-bahan makanan yang
telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan
pembasmi serangga tanaman.23
Sumber sampah yang terdapat di Kelurahan Kenanga,
bersumber dari pemukiman penduduk, karena pemukimannya yang
padat.
Teori yang digunakan untuk menganalisis hasil didalam penilitian ini yaitu
menggunakan teori tahapan-tahapan pemberdayaan dalam tingkat partisipasi
masyarakat dari Tantan Hermansyah dan Muhtadi dalam buku Dasar-Dasar
Pengembangan Masyarakat Islam.
23
Budiman Chandra, Pengangtar Kesehatan Lingkungan, h.114
48
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Rw 02 Kelurahan Kenanga
Rw 02 Kelurahan Kenanga adalah bagian dari wilayah Kelurahan
Kenanga yang ada di Kota Tangerang yang letaknya berbatasan dengan
Kelurahan Gondrong. Berdasarkan wilayah administrasi, Rw 02 terdiri dari
5 Rukun Tetangga (RT), dari 5 RT tersebut terdapat 354 Kartu Keluarga
KK) dan 425 rumah yang terdata berpartisipasi di Paguyuban Masyarakat
Kenanga. Dari 425 rumah tersebut, terdiri dari warga asli Kenanga dan
warga pendatang atau warga yang mengontrak disekitar Kelurahan
Kenanga. Berikut data warga Rw 02 yang berpartisipan di Paguyuban
Masyarakat Kenanga:
Tabel 4
Partisipan PMK Warga RW 02 Per Rumah
RT Jumah
1 100
2 90
3 73
4 80
5 82
Jumlah 425
Sumber: hasil wawancara penulis dengan Ketua RT
49
B. Profil Paguyuban Masyarakat Kenanga
1. Latar Belakang Paguyuban Masyarakat Kenanga
Komunitas Paguyuban Masyarakat Kenanga (PMK) berdiri atas
dasar ingin menyikapi dan bergerak untuk mengelola sampah dan
menjaga lingkungan agar tetap nyaman untuk masyarakat Kelurahan
Kenanga. Komunitas pemuda peduli sampah dan lingkungan PMK ini
berdiri sejak 09 februari 2014, berdiri diatas lahan yang sebelumnya di
penuhi gunungan sampah warga di Kelurahan Kenanga.
Tapi kini Gunungan Sampah warga yang berada di lahan seluas
600m2, di ubah menjadi lokasi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu
(TPST), serta pembibitan pohon, semua ini hasil kemauan dan kerja
keras temen-temen muda di Kelurahan Kenanga. Warga tak perlu
lelah berjalan untuk membuang sampah yang akhirnya banyak
menimbulkan bakteri dan penyakit yang di timbulkan sampah.
Komunitas PMK terbentuk atas dasar keresahan bang Fahru
Rozi (ketua komunitas pecinta sampah se-Kota Tangerang) terhadap
kinerja pemerintah yang tidak serius dalam mengelola sampah di
kelurahan mereka. Menurut Bang Fahru Rozi, pemerintah hanya
sekedar melakukan penilaian saja tanpa melakukan program yang
berkelanjutan, buktinya sampah yang dibiarkan menumpuk di tempat
pembuangan sampah liar dan diangkut yang sekadarnya, seolah olah
itu hanya untuk menggugurkan kewajiban mereka terhadap rakyat
saja. Padahal anggaran dana yang dikucurkan untuk pengelolaan
sampah itu mencapai setengah triliyun rupiah atau lima ratus juta
rupiah, tetapi tidak ada hasil yang signifikan untuk pengelolaan
sampah, buktinya saja tidak ada sistem atau pola yang dilakukan
pemerintah untuk mengurangi sampah yang terdapat di TPA atau di
hulu, dan di hilirnya tidak ada satupun peran pemerintah yang ikut
mengayomi masyarakat bagaimana cara masyarakat untuk mengelola
sampah yang terdapat di sumber. Bank sampah yang infonya sampai
50
1000 (seribu) titik yang terdapat di indonesia itu bohong, hanya
terdapat 35 bank sampah yang tercatat itupun bank sampah sd
maksudnya bank sampah tersebut tidak sesungguhnya masyarakat
yang bergerak untuk mengelola bank sampah tersebut. Oleh sebab itu
bang Fahru Rozi membuat kajian untuk memberikan masukan kepada
pemerintah jika peran serta masyarakat itu sangat diharapkan sekali
sesuai dengan kajian Undang-Undang no 18 tahun 2008 dalam
pengelolaan sampah bahwa penyelesaian sampah itu di sumber bukan
di TPA, di hilir bukan di hulu.1
Atas dasar permasalahan yang sudah dijelaskan di atas, bang
Fahru Rozi membentuk komunitas Paguyuban Masyarakat Kenanga
sebagai bentuk pembuktian kepada pemerintah untuk memberikan
pelayanan langsung kepada masyarakat dalam pengelolaan sampah.
2. Penerapan Konsep Kampung Bersih
Komunitas Paguyuban Masyarakat Kenanga memiliki tujuan
untuk menerapkan konsep kampung bersih di sekitar Kelurahan
Kenanga, konsep ini bertujuan untuk merubah pola pikir masyarakat
agar tidak membuang sampah sembarangan dan menjadikan kampung
kenangan menjadi kampung yang bersih, selain itu tujuan dari
penerapan konsep kampung bersih ini untuk mengurangi bobot
sampah yang berada di Tempat Penampungan Akhir (TPA). Adapun
penerapan konsep kampung bersih tersebut yaitu:
a. PMK memberikan pelayanan pengangkutan sampah door
to door terhadap masyarakat.
b. Berkoordinasi dengan pihak Kelurahan, kecamatan serta
Dinas Kebersihan Pemeintah (DKP).
1 Wawancara pribadi dengan bpk. Fahru Rozi, selaku pelopor komunitas Paguyuban
Masyarakat Kenanga, Hari Minggu 4 Desember 2016, pukul 16.00.
51
c. Mengupayakan pengelolaan sampah di lokasi sentralisasi
sampah (penerapan konsep bank sampah dengan proses
pemilahan sampah yang ekonomis).2
3. Visi dan Misi Paguyuban Masyarakat Kenanga
Demi mewujudkan kampung yang bersih dan menciptakan
penghijauan di Masyarakat Kenanga, Paguyuban Masyarakat Kenanga
memiliki visi dan misi “Kebersihan adalah cermin dari kehidupan
masyarakatnya, menciptakan hidup bersih sebagai bagian dari gaya
hidup”.
4. Struktur Kepengurusan Paguyuban Masyarakat Kenanga
Paguyuban Masyarakat kenanga memilki struktur kepengurusan
agar semua program-program yang terdapat di Paguyuban Masyarakat
Kenanga berjalan dengan baik. Struktur Paguyuban Masyarakat
Kenanga terdiri dari: ketua, sekretaris, bendahara, bagian
pengangkutan dan bagian pemilahan.
2 Data Profil Paguyuban Masyarakat Kenanga.
52
Struktur Kepengurusan Paguyuban Masyarakat Kenanga
*Sumber: Profil Paguyuban Masyarakat Kenanga
5. Data Partisipan Paguyuban Masyarakat Kenanga
Dari total 6 Rw yang terdapat di Kelurahan Kenanga, 5 Rw
terdaftar sebagai partisipan yang sampahnya di kelola oleh Paguyuban
Masyarakat Kenanga. Berikut data partisipan Paguyuban Masyarakat
Kenanga per rumah:
Ketua
Bang Kenjo
Sekretasris
Bunga dan Supriyadi
Bendahara
Nurullah dan Rere
Bag. Pengangkutan
1. Maulana
2. Sandy
3. Jawir
4. Pirlo
5. Dadang
6. Bram
7. Bambang
Bag. Pemilahan
1. Mang Dede
2. Mang Ocoy
53
Tabel 5
Partisipan Paguyuban Masyarakat Kenanga per Rumah
RW Jumlah
Rw 2 425
Rw 3 290
Rw 4 266
Rw 5 257
Rw 6 270
Total 1.508
Sumber: Profil Paguyuban Masyarakat Kenanga
Sejauh ini hanya Rw 2 sampai Rw 6 yang baru terkelola
sampahnya oleh Paguyuban Masyarakat Kenanga, karena kekurangan
sarana dan prasana untuk sementara Rw 1 tidak dikelolah sampahnya
oleh Paguyuban Masyarakat Kenanga. Berikut gambar area pelayanan
pengangkutan sampah oleh PMK.
Gambar 1
Area Pelayanan Pengangkutan Sampah Oleh Pmk
54
6. Iuran Sampah Paguyuban Masyarakat Kenanga
Iuran sampah Paguyuban Masyarakat Kenanga adalah iuran
yang dikenakan kepada Masyarakat Kenanga untuk pengelolaan
sampah yang dilakukan oleh Paguyuban Masyarakat Kenanga. Dalam
penentuan tarif iuran sampah, Paguyuban Masyarakat Kenanga
membagi dua jenis masyrakat yaitu jenis rumahan (tempat tinggal)
dan jenis usaha (warung, toko, industri rumahan). Jenis rumahan
dikenakan biaya sebesar Rp. 10.000, sedangkan untuk yang jenis
usaha dikenakan biaya sebesar Rp. 15.000.
7. Perolehan Sampah Paguyuban Masyarakat Kenanga
Perolehan sampah masyarakat Kelurahan Kenanga dari Rw 2
sampai Rw 6 yang di kelola oleh Paguyuban Masyarakat Kenanga
adalah 4 Ton kurang lebih per harinya. Berikut tabel perolehan
sampah Paguyuban Masyarakat Kenanga.
Tabel 6
Perolehan Sampah Paguyuban Masyarakat Kenanga
NO Jenis Sampah Perolehan /hari Presentase
1 Anorganik 0,5 Ton 12,5 %
2 Organik 3,5 Ton 87,5 %
Jumlah 4 Ton 100 %
Sumber: Profil Paguyuban Masyarakat Kenanga
55
55
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Permasalahan mengenai sampah merupakan hal yang sangat membutuhkan perhatian
khusus, karena sampah menjadi permasalahan dunia. Kegagalan dalam pengelolaan sampah
berimbas pada menurunnya kualitas kesehatan warga masyarakat, merusak estetika kota dan
dalam jangka panjang dapat mempengaruhi investor ke daerah.
Penanganan masalah sampah dapat dimulai dari masyarakat untuk mengelola sampah
dan mengkomunikasikannya kepada pemerintah untuk merumuskan teknik yang perlu
diambil dalam penanggulangannya. Salah satu penanganan masalah sampah yaitu,
pengelolaan sampah yang partisipatif yang dilaksanakan oleh Paguyuban Masyarakat
Kenanga (PMK) yang memiliki Tempat Penampungan Sampah Terpadu (TPST).
Pengelolaan sampah yang partisipatif adalah bagian dari pemberdayaan masyarakat,
yaitu bisa merubah paradigma masyarakat terhadap sampah serta mengubah pola pikir
masyarakat yang mengatakan sampah sebagai bahan menjijikan dan tidak bisa dimanfaatkan.
Dalam penilitan ini, penulis fokus terhadap tahapan-tahapan partisipasi yang dilakukan
oleh Paguyuban Masyarakat Kenanga dalam pengelolaan sampah Anorganik di Masyarakat
RW 02 Kelurahan Kenanga. Dikarenakan mesin-mesin yang dibuat oleh Paguyuban
Masyarakat Kenanga sedang tahap Renovasi, oleh karena itu peneliti hanya fokus ke sampai
tahap penjualan sampah saja. Menurut Tantan Hermansyah M.Si dan Muhtadi M.Si dalam
buku Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam, tahapan-tahapan partisipasi menjadi 4
tahapan yaitu tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan, tahapan pelembagaan program dan
tahapan monitoring dan evaluasi.
A. Tahapan Perencanaan
Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan dalam pemberdayaan,
indikatornya dapat dilihat pada keikutsertaan anggota masyarakat dalam
musyawarah penentuan program, identifikasi dan masalah, ataupun pembuatan
formula kegiatan/program kemasyarakatan tersebut.
56
Dalam tahap perencanaan awal di PMK melalui 3 tahap yaitu Musyawarah,
sosialisasi dan kerja bakti.
1. Musyawarah (rapat)
Sumber: Dokumentasi Paguyuban Masyarakat Kenanga
Pada tahap musyawarah ini dilakukan oleh perwakilan dari DKP Kota
Tangerang, Rt dan Rw yang berada di Kelurahan Kenanga, Bapak Lurah
Kenanga, dan bang Fahru Rozi beserta anak – anak muda yang serius ingin
menangani masalah sampah di lingkungan mereka. musyawarah tersebut
membicarakan tentang bagaimana cara menangani sampah yang mulai
tinggi tumpukannya di lingkungan Kelurahan Kenanga. Di musyawarah
tersebut Bang Fahru Rozi mengeluarkan semua keluhannya dan ide-ide
bagaimana cara menangani sampah di Kenanga:
“oh tentu saja iya, di musyawarah tersebut pertama-tama saya keluarkan
keluhan saya tentang kondisi sampah di kenanga ini tepatnya di Rw 02 ini,
lalu saya keluarkan ide – ide atau cara bagaimana mengatasi sampah yag
ada disini yaitu dengan cara konsep kampung bersih. Apa itu konsep
kampung bersih? Konsep kampung bersih ini cara kerjanya pertama itu
kita melayani masyarakat dengan cara door to door atau dari pintu ke
pintu untuk pengangkutan sampahnya, jadi warga tinggal mengumpulkan
sampahnya masi-masing lalu petugas kami yang mengangkutnya. Cara
kerja yang kedua dalam konsep ini yaitu kita berkordinasi langsung dengan
pemerintah pusat yaitu Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Tangerang
untuk mengangkut sampah yang sudah kita kumpulkan, waktu itu kita minta
kepada pemerintah untuk disediakan khusus truk sampah yang stay di sini
buat membuang sampah organik ke TPA. Setelah kita berkordinasi dengan
57
pemerintah, konsep yang ketiga itu kita melakukan sentralisasi sampah
agar tidak banyak lagi tumpukan sampah liar yang ada di kenanga sini,
kita fokuskan pembuangan sampah itu di satu tempat.”1
Konsep kampung bersih yang di sampaikan oleh Bang Fahru Rozi
tersebut juga di dukung oleh Bang Kenjo yang disampaikan langsung ketika
musyawarah tersebut:
“iya waktu itu saya mengeluarkan pendapat saya tentang bagaimana cara
mengatasi masalah sampah disini, pendapat saya si waktu itu tida jauh
berbeda dengan solusi yang dikeluarkan oleh bang Fahru Rozi, waktu itu
saya mengeluarkan pendapat bahwa cara mengatasi masalah sampah
disini itu harus dilakukan dengan cara melayani masyarakat secara
langsung melalui rumah ke rumah, atau diambil sampah warganya
langsung ke rumah agar warga tidak buang sampahnya lagi sembarangan,
kurang lebihnya si begitu saya waktu itu ngeluarin idenya”2
Setelah mendengarkan keluhan dan pendapat dari warga setempat,
akhirnya perwakilan Dinas serta Bapak Lurah sepakat bahwa permasalahan
sampah di Kenanga harus di bentuk sebuah komunitas yang fokus untuk
menangani sampah di Kelurahan Kenanga. Terbentuklah sebuah komunitas
yang dinamakan Paguyuban Masyarakat Kenanga yang bertugas fokus
menangani sampah di Lingkungan Masyarakat Kenanga. Hal ini
diungkapkan oleh bang Fahru Rozi :
“Hasil dari musyawarah ini, setelah kita mengeluarkan ide – ide kita
pemerintah dalam hal ini itu dinas serta lurah memberikan solusi bahwa
penangan untuk masalah sampah di Kenanga itu harus dibuat sebuah
komunitas ata sebuah paguyuban yang fokus dalam permasalahan sampah,
nah barulah muncul Paguyuban Masyarakat Kenanga yang di resmikan
oleh pa Lurah.”3
Selain Bang Fahru Rozi, penjelasan mengenai hasil musyawarah diatas
juga di ungkapkan oleh ketua PMK yaitu Bang Kenjo:
“Hasil dari musyawarahnya itu pemerintah sepakat bahwa pengelolaan
sampah di Kenanga itu harus dibentuk sebuah badan, atau komunitas. Nah
1 Wawancara pribadi dengan Bang Fahru Rozi, selaku pelopor komunitas Paguyuban Masyarakat
Kenanga, 4 Desember 2016. 2 Wawancara pribadi dengan Bang Kenjo selaku Ketua komunitas Paguyuban Masyarakat Kenanga, 02
Februari 2017. 3 Wawancara pribadi dengan Bang Fahru Rozi, selaku pelopor komunitas Paguyuban Masyarakat
Kenanga, 4 Desember 2016.
58
barulah timbul Paguyuban Masyarakat Kenanga, yang diresmikan
langsung oleh Pa Lurah”4
Penulis juga menanyakan hasil musyawarah tersebut kepada Ketua Rw
02 yang pada saat itu juga hadir. Penjelasan Ketua Rw tersebut juga
ternyata tidak jauh berbeda dari penjelasan Bang Fahru Rozi serta Bang
Kenjo:
“Tujuan dari kegiatan musyawarah itu kan untuk mencari solusi dalm
menangani masalah sampah disini. Nah solusinya pemerintah
menganjurkan untuk dibentuk sebuah komunitas yang kegiatannya
mengelola sampah yang ada disini, lalu terbentuklah komunitas yang
berbentuk Paguyuban Masyarakat Kenanga.”5
Berdasarkan yang penulis amati, Bang Fahru Rozi serta Bang kenjo
termasuk masyarakat yang menjadi partisipasi aktif karena mereka
memberikan pendapat yang kritis serta konstruktif bagi perenecanaan
program pengelolaan sampah didaerah Kenanga.
Selain bang Fahru Rozi dan Bang Kenjo, penulis juga mewawancarai
Ketua Rt dan Rw setempat untuk menanyakan apakah benar mereka terlibat
dalam musyawarah yang di lakukan tersebut. Setelah penulis
mewawancarai Ketua Rt serta Rw setempat, penulis melihat ketua Rt serta
Rw setempat hanya sebagai anggota masyarakat yang berpartisipasi pasif,
karena mereka hanya sekedar hadir dan menyetujui hasil dari musyawarah
tersebut tanpa mengeluarkan dan memberikan pendapat untuk perencanaan
pengelolaan sampah di PMK. hal tersebut di ungkapkan oleh Ketua Rw 02
Bapak Ko’ang:
“kalo ngeluarin ide si waktu itu saya kaga ngeluarin, waktu itu saya cuma
ngomongin kondisi lingkungan masyarakat saya yang udah tinggi
tumpukan sampahnya”.6
4 Wawancara pribadi dengan Bang Kenjo selaku Ketua komunitas Paguyuban Masyarakat Kenanga, 02
Februari 2017. 5 Wawancara pribadi dengan Bapak Ko’ang selaku Ketua Rw 02, 26 April 2017.
6 Wawancara pribadi dengan Bapak Ko’ang selaku Ketua Rw 02, 26 April 2017.
59
Selain Ketua Rw 02, Ketua-ketua Rt 02 juga mengungkapkan hal yang
sama bahwa mereka hanya menjadi pendengar di musyawarah tersebut,
mereka menganggap apa yang sudah Bang Fahru Rozi ungkapkan itu sudah
cukup untuk menjelaskan keadaan lingkugan di masyarakat Rw 02. Hal ini
di ungkapkan oleh salah satu ketua Rt di Rw 02 yaitu ketua Rt 04, Bapak
Ganung :
“tidak, saya cuma jadi pendengar aja waktu itu tidak mengeluarkan ide-ide
apapun, karena waktu itu penjelasan dari si Rozi menurut saya sudah
cukup untuk menjelaskan kondisi lingkungan di masyarakat kita”.7
Tidak jauh berbeda dengan Ketua Rt 04, Ketua Rt 02 Bapak Amroni
juga tidak mengeluarkan ide – ide apapun, beliau hanya mengutarakan
keluhannya saja tentang kondisi lingkungan di warganya:
“kalo ngeluarin ide kaga ya, Cuma pas musyawarah tersebut saya jelaskan
saja kalo memang benar tumpukan sampah yang berada di Rt saya itu
sudah tinggi tumpukannya, jadi bau”.8
Penulis juga merasakan bahwa ketua – ketua Rt setempat sepertinya
sudah merasa yakin terhadap Bang Fahru Rozi dkk. dengan konsep dan ide
– ide yang dikeluarkan olehnya untuk menangani sampah yang terdapat di
lingkungan mereka. Oleh karena itu ketua – ketua Rt setempat tidak
mengeluarkan idenya melainkan hanya menyetujui konsep yang sudah
diberikan oleh Bang Fahru Rozi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
ketua Rt 03, Bapak Muslih:
“emm jadi waktu itu kan pas musyawarah yang pertama kali bicara itu si
rozi dan kawan – kawannya yah, nah penjelasan mereka itu sudah
menjelaskan keadaan lingkungan disini, mereka juga mengelurakan ide
mereka. Menurut saya ide – ide mereka itu sudah cocok dan bagus jadi
saya hanya menyetujui saja apa yang mereka keluarkan idenya”.9
2. Sosialisasi
Setelah melakukan musyawarah dan terbentuknya Paguyuban
Masyarakat Kenanga (PMK), tahap selanjutnya itu melakukan sosialisasi
kepada masyarakat untuk memperkenalkan program PMK. Para pengurus
7 Wawancara pribadi dengan Bapak Ganung selaku Ketua Rt 04, 27 April 2017
8 Wawancara pribadi dengan Bapak Amroni selaku Ketua Rt 02, 27 April 2017
9 Wawancara pribadi dengan Bapak Muslih selaku ketua Rt 03, 28 April 2017
60
bekerja sama dengan Ketua Rt setempat untuk mensosialisasikannya ke
warga dengan memberikan selembaran brosur beserta formulir pendaftaran
jika ingin berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah di PMK. Di
selemberan tersebut berisikan tentang tanngal sekian akan ada penagmbilan
sampah oleh petugas PMK, bagi yang ingin sampahnya di angkut oleh
petugas PMK, diharapkan mengisi formulir yang sudah diberikan oleh
Ketua Rt, setelah itu formulir tersebut dikembalikan ke Ketua Rt kembali.
Hal tersebut di ungkapkan oleh Bang Fahru Rozi:
“Kalo pengenalan PMK ke masyarakat itu kita bekerja sama dengan para
RT setempat buat sosialisaikan ke warganya lewat selembaran yang kita
kasih. Hal ini kita lakukan untuk menghormati tokoh masyrakat disini, jadi
kita tidak lancang asal ngasih info ke warga dengan kita – kita saja. Nanti
selembaran itu dibalikkan ke RT bagi yang minat sampahnya untuk di
ambil oleh PMK.”10
Pernyataan Bang Fahru Rozi tersebut selaras dengan apa yang
dinyatakan oleh Ketua Rt setempat, seluruh Ketua Rt di Rw 02 menyatakan
hal yang demikian, bahwa pengenalan PMK ke masyarakat itu dilakukan
dengan cara menyebarkan selemberan sejenis brosur. Hal ini seperti
diungkapkan oleh salah satu Ketua Rt di Rw 02 yaitu Bapak Amroni Ketua
Rt 02:
“waktu itu saya sama ketua Rt disini ditugaskan sama PMK untuk nyebari
brosur tentang PMK, di brosur tersebut isinya tanggal berapa tu waktu itu
saya lupa bakalan ada pengangkutan sampah warga oleh PMK sama
formulir pendaftaran bagi warga yang sampahnya ingin di angkut. Brosur
tersebut dibalikan lagi ke Rt kalo yang sampahnya pengen di angkut”11
Hal demikian juga di ungkapkan oleh Ketua Rt 01 Bapak Nurhasan
Agung :
“caranya dengan nyebarin brosur yang sudah dibuat sama PMK, disitu
juga terdapat formulir pendaftaran bagi yang sampahnya mau diangkut
sama PMK, nanti formulir tersebut dikumpulkan lagi ke Rt untuk di data
dan diserahkan ke PMK”12
10
Wawancara pribadi dengan Bang Fahru Rozi, selaku pelopor komunitas Paguyuban Masyarakat
Kenanga, 4 Desember 2016. 11
Wawancara pribadi dengan Bapak Amroni, selaku Ketua Rt 02, 27 April 2017 12
Wawancara pribadi dengan Bapak Nurhasan Agung, selaku ketua Rt 01, 27 April 2017
61
Salah satu warga Rt 04 yaitu Ibu Reni juga membetulkan bahwa waktu
itu dirinya mengetau PMK dari selembaran brosur yang diberikan oleh
Ketua Rt:
“Dari sebaran kaya brosur gitu dari pa RT.”13
Cara sosialisasi seperti ini ternyata sangat efektif, terbukti semua
warga yang terdapat di Rw 02 berpartisipasi dalam kegiatan program PMK,
warga asli maupun warga yang mengontrak semuanya setuju jika
sampahnya dikelola oleh PMK.
3. Kerja Bakti
Sumber : Dokumentasi Paguyuban Masyarakat kenanga
Salah satu hambatan yang dihadapi PMK dalam tahap perencanaan
pengelolaan sampah adalah lahan. PMK belum mempunyai lahan yang
akan mereka pakai untuk dijadikan sentralisai sampah, atau lahan tempat
penampungan sampah sementara. Hal ini di ungkapkan oleh Bang Fahru
Rozi:
“Hambatan awal kita dari segi modal, sarana dan prasarana, sama
lahan. Masyarakat modalnya dari mana? Kan kita bukan lembaga
pemerintah dan lembaga swadaya yang pertama kali berdiri dari sebuah
gerakan masyarakat murni, hanya sebatas keinginan semangatnya saja.
Mankanya kita pelan – pelan aja dan seakan-akan ada sebuah perjuangan
yang panjang untuk bagaimana mewujudkan tujuan kita dengan baik,
13
Wawancara pribadi dengan Ibu Reni, Warga Rt 04, 25 April 2017
62
walaupun kita akui sampai saati ini kita belom 100 % mutlak yang kita
harapkan. Kita kan harapkan masyrakat buang keluar jadi prodak gitu kan,
atau masyarakat bisa menikmati hasil dari apa yang kita lakukan, itulah
harapan kita.”14
Setelah melakukan musyawarah dan meberikan selembaran terhadap
Rt – Rt setempat, di saat bersamaan pengurus PMK mengadakan rapat
untuk menentukan lahan yang akan di tempatkan oleh PMK untuk kegiatan
pengelolaan sampah. Dalam jangka waktu seminggu pengurus PMK belum
menemukan lahan mana yang akan mereka pakai, mereka juga sudah
menanyakan ke Lurah tentang apakah masih ada lahan fasilitas umum yang
bisa dipakai untak mereka, ternyata setelah di cek oleh pa Lurah sudah tidak
terdapat lahan fasilitas umum yang kosong. Setelah dalam jangka waktu
seminggu belum dapat lahan, disaat itu ada kegiatan kerja bakti rutin yang
dilakukan oleh Rt setempat. Disinilah pengurus PMK mempunyai ide atau
pikiran untuk memakai lahan tempat penampungan sampah liar warga. Di
saat kerja bakti tersebut pengurus PMK beserta warga setempat melakukan
pengumpulan sampah-sampah di Rw 2 lalu dikumpulkan di lahan
pembuangan sampah liar yang berada di rt 4, setelah terkumpul sampah
tersebut di angkut oleh DKP. Lahan bekas tempat pembuangan sampah liar
inilah yang akhirnya dipakai oleh PMK untuk kegiatan pengelolaan sampah
mereka. Hal ini di ungkapkan oleh Bang Kenjo:
“awal kita mau bergerak ngelolah sampah itu kita mau nyari lahan dulu
buat kita melakukan kegiatan pengelolaan sampah. abis musyawarh kita
kumpul terus tiap malem, kita nyari – nyari ke lurah maksudnya lahan yang
kita mau pake mana nih, tempat penampungan sampah kan harus ada
lahan. Kita kordinasi ke lurah semua buat nyari tempat, lama butuh
waktunya waktu itu, hampir seminggu kali belum dapet juga. Karena dari
lurah juga liat peta dulu,tanah – tanah fasum (fasilitas umum) mana nih
dikenanga yang masih bisa dipake, ternyata udah kaga ada, ada juga deket
makam anak – anak kaga mau. Nah waktu itu pas banget ada kegiatan
kerja bakti rutin dari rt, semua sampah dibuang kemari, sambil di rapihin
diratain, nah temu idenya disitu kenapa enggak lahan ini aja yang kita
pake.15
14
Wawancara pribadi dengan Bang Fahru Rozi, selaku pelopor komunitas Paguyuban Masyarakat
Kenanga, 4 Desember 2016. 15
Wawancara pribadi dengan ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang Kenjo di Kantor PMK, 2
Februari 2017.
63
Setelah menentukan lahan yang PMK ingin pakai untuk dijadikan
tempat penampungan sampah sementara, langkah selanjutnya adalah
meminta ijin kepada yang punya lahan tersebut, agar petugas PMK bisa
langsung bergerak untuk merapihkan lahan tersebut agar bisa digunakan
langsung pada saat tanggal yang sudah di tentukan dilembaran brosur yang
diberikan ke warga. Hal ini diungkapkan oleh Bang Kenjo:
“langkah selanjutnya kita minta ijin dulu ke yang punya lahan,
alhamdulillah waktu itu yang punya lahan setuju kalo lahannya mau dipake
sama kita. Setelah dapet ijin keesokan harinya kita langsung dah tuh kita
gerak, kita urug semua kita ratain.”16
Berdasarakan penjelasan diatas dilihat dari tahap perencanaan, bentuk
patisipasi masyarakat berada pada tipe partisipasi fungsional, masyarakat
membentuk kelompok untuk mencapai tujuan. Pembentukan kelompok setelah
ada keputusan-keputusan utama yang disepakati.
B. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini yang merupakan tahap terpenting dalam suatu program, sebab inti
dari program adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini
seperti partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, materi, serta keterlibatan
anggota dalam melaksanakan program. Pada tahap pelaksanaan dalam kegiatan
daur ulang sampah anorganik, pengurus membagi-bagi tugas dari pengangkutan
sampah, pemilahan sampah, sampai ke pemasaran.
1. Pengangkutan Sampah
Pada tahap awal – awal pelaksanaan pengangkutan sampah,
petugas PMK di hadapi dengan permasalahan yang cukup sulit.
Dikarenakan waktu itu lahan yang mereka ingin pakai untuk tempat
penampungan sampah masih dalam tahap pengecoran, sedangkan
warga sudah pada kebingungan karena tempat pembuangan sampah
16
Wawancara pribadi dengan ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang Kenjo di Kantor PMK, 2
Februari 2017.
64
liar mereka yang sudah di urug. Hal ini diungkapkan oleh Bang
Kenjo:
“waktu itu disini setalah kita kerja bakti kan abis diurug belom rapih
sama masih ada pohon pisang, pengecoran juga belom rapih. Kita
kan juga sudah nentuin tanggal ke masyarakat, jadi setelah tanggal
yang sudah kita tentuin tadi di selembaran, kita berangkat semua
ambil sampah – sampahnya supir dari dinas juga sudah standby
disini langsung dibuang kemari. Jadi gini ya, waktu kita ngurug
tempat pembuangan sampah disini kan warga jadi kebingungan mau
buang sampah kemana, jadi kita ga butuh waktu lama buat
bergerak,warga juga udah pada teriak pada kebingungan mau buang
sampahnya kemana, mau buang kedepan jalannya jauh. jadi kita
ambil aja sampahnya. bahkan mobil aja mendem itu ban nya karena
belom kering corrannya.”17
Walupun lahan yang PMK masih belum rapih, tetapi petugas
PMK dibantu oleh DKP Kota Tangerang tetap melanjutkan kegiatan
pengangkutan sampah warga pada saat itu, karena memang sudah
jatuh ditanggal yang sudah PMK tentukan untuk pengangkutan
sampah warganya.
Pada awal - awal pelaksanaan pengangkutan sampah di
Paguyuban Sampah Kenanga hanya dilakukan pagi hari saja oleh 4
orang petugas karena hanya mengangkut sampah Rw 02 dan Rw 06
saja, dikarenakan lahan yang di tempatkan sebagai penampungan
sampah masih dalam tahap pengecoran. Setelah pengecoran itu
selesai, dan lahan yang PMK pakai sudah rapih, barulah PMK
mengadakan perluasan wilyah pengangkutan, mulai dari Rw 3, lalu
Rw 4 dan terakhir Rw 5. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bang
Kenjo:
“untuk awal-awal si kita pagi doang sama 4 orang petugas kita.
entar jam 12 diangkut sama dinas ke TPA karena belom banyak yang
diangkut masih dua Rw doang, setelah ada perluasan wilayah baru
kita dua kali sehari ngangkut sampahnya. jadi gini proses perluasan
wilayahnya, ini wilayah kenanga, ini perbatasan cipondoh misalnya,
kita kaper sampe sini nih, ini dia pengen lagi karena emang
wilayahnya masih nyatu akhirnya dia minta ke Rt untuk sampahnya
17
Wawancara pribadi dengan ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang Kenjo di Kantor PMK, 2
Februari 2017.
65
diambil, Rt laporan ke kita kalo warganya juga pengen di angkut
sampahnya. ada juga Rt nya yang berinisiatif untuk ngundang
warganya biar ikut bergabung sama kita karena dia lihat
pengelolaan sampah kita disini itu bagus, akhirnya kan nambah lagi
tuh sampahnya, udah nambah sampahnya nambah gangnya nambah
waktu juga, jadi pengen diambil sekalian karena memang disebelah
sana kaga ada pengangkutan. Jadi emang harus serentak kalo
sampah itu diambil. Nah pas perluasan wilayah baru kita dua kali
ngangkut sampahnya, petugas kita juga bertambah jadi 7 orang
dibagi jadi dua bagian.”18
Karena luasnya wilayah yang sampahnya akan diangkut oleh
petugas, oleh karena itu petugas ditambah menjadi 7 orang dan waktu
pengangkut sampahnya pun bertambah menjadi pada pagi hari dan
siang hari, pagi hari petugas berangkat jam 08.00 sampai jam 11.00
siang. Setelah sampah-sampah yang sudah diangkut tadi pagi di
turunin atau sudah di pilah oleh petugas pemilah sampah, petugas
pengangkut sampah tersebut berangkat lagi jam 13.00 siang hingga
jam 16.00 sore. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh bang Sandi
selaku petugas pengangkut sampah :
“kita si biasanya kalo berangkat keliling ngangkut sampah itu jam 8
pagi udah jalan ngangkutin sampah Rw 02, selesainya si biasanya
jam 11 siang, ya paling lambatnya jam 12an lah itu juga kalo kita
jalannya kesiangan. Nah ntar siangnya kita jalan lagi tuh ke Rw 06
kalo sampah yang di mobil udh diturunin, biasanya jam satuan kita
jalan lagi, kelarnya jam 4an sore kurang lebih”19
Pada awal – awal kegiatan pengangkutan sampah, PMK sudah
menyiapkan tempat pembuangan sampah di setiap Rt masing-masing.
Namun karena banyaknya orang yang setiap melintas membuang
sampah ke tempat sampah tersebut yang menyebabkan tempat
sampah tersebut penuh bukan karena sampah warga setempat,
sehingga pola tersebut tidak dilanjutkan lagi, tempat pembuangan
sampah tersebut akhirnya di rapihkan lagi oleh petugas PMK. Hal
tersebut di ungkapkan oleh Bang Kenjo:
18
Wawancara pribadi dengan ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang Kenjo di Kantor PMK, 2
Februari 2017. 19
Wawancara pribadi dengan petugas pengangkut sampah Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang
Sandi di Jalan Mandala IV, 24 Februari 2017.
66
“Awalnya si dari sini juga kita nyiapin radius sekitar 20 meter itu
ada satu tong sampah gede, ternyata itu ga efektif. Ga efektifnya
begini kadang-kadang ada beberapa orang yang gamau diangkut
sampahnya tapi dia diem-diem buang sampahnya kesitu, nyuri-nyuri
kalo kata orang mah. Kadang-kadang masyarakat dari mana sambil
lewat buang sampah buaang aja kesitu, dia pikir mumpung nih
kesempatan entar diambil. Masyarakat kita kan begitu liat ada
tumpukin sampah aja dijalan, besok penuh aja udah. Akhirnya itu
kurang efektif, dianjurin untuk punya tempat masah samping-
samping, cara begini juga kendalanya di kita, disininya terlalu
banyak ga yang harus diambil, jadi jalan sono ngambil sini, kalo di
awal kan waktu masih ada tong sampah gede itu orang kan pada
buang kesitu semua, orang belakang kan juga pada buang kedepan
semua, tapi karena itu kurang efektif akhirnya di kasih solusi tiap
rumah aja diambilin terlalu jauh juga, tapi lebih aman begitu udah
ampe sekaraang. Kadang-kadang si 5 rumah 6 rumah gabung aja
jadi satu dia punya tempat sendiri. Jadi lebih efisian dalam
pengangkutan sampah.”.20
Setelah pola pengangkutan sampah dengan menyediakan
pembuangan sampah di cabut, ketua PMK menyerahkan ke setiap
warga masing-masing untuk mengumpulkan sampahnya masing-
masing di depan rumah mereka. Sebelum petugas berkeliling untuk
mengangkut sampah, warga sudah mengumpulkan sampahnya di
depan rumahnya masing-masing, ada yang menggunkan tempat
sampah, adapula yang mengumpulkan sampahnya didalam plastik
lalu di ikatkan di pager rumahnya atau di letakkan di halaman
rumahnya.
Salah satu warga di Rt 02 yang bernama ibu weni
mengungkapkan hal demikian:
“Dulu si waktu awal – awal itu disiapin tempat buang
sampahnya sama PMK nya, tapi karena kurang efektif kata
petugasnya, ydh sekarang tinggal taro aja di depan rumah make
plastik nanti di angkut sama petugas PMK nya”.21
Hambatan dari tahap pengangkutan sampah ini terdapat di alat
transportasinya yang sering rusak. Dua mobil dan satu bentor yang
20
Wawancara pribadi dengan ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang Kenjo di Kantor PMK, 2
Februari 2017. 21
Wawancara pribadi dengan Masyarakat Kenanga Rt 02, Ibu Weni, di halaman rumah Ibu Weni, 27
April 2017.
67
terdapat di PMK sering mogok sehingga terhambat dalam
pengangkutan sampah. selain itu hambatannya juga terdapat di Dinas
Kebersihan dan Pertanaman (DKP) Kota Tangerang yang sering
terlambat untuk mengangkut sampah yang sudah numpuk di PMK.
Hal tersebut di ungkapkan oleh bang Kenjo:
“hambatan kita disini itu dari segi sarana dan prasarananya, mobil
sama bentor kita sering rusak karena sampah-sampah itu jahat-jahat
aer nya, jadi gampang rusak dah mobil nya.. rem nya lah yang rusak,
kadang-kadang kaga nyala mobilnya, jadi tersendat ngangkutnya,
kadang-kadang juga kalo lagi kaga rusak mobilnya dari Dinas nya
yang telat ngangkut sampah basahnya yaudah jadi numpuk disini,
kalo udh numpuk dimari ydh terpaksa kita kaga ngangkut ke warga
dulu karena kaga ada tempat lagi”22
Hal tersebut juga di keluhkan oleh warga Rt 02 yang bernama
Ibu Weni:
“cuman terkadang lama di angkutnya bisa dua hari atau tiga hari
baru dingakut, aturannya kan jadwalnya setiap hari di angkut, gatau
dah tu kenapa kalo lagi terlambat gitu”23
Salah satu warga Rt 5 yaitu Bapak Ahmad juga mengeluhkan
sering lambat sampah miliknya diangkut:
“ya puas, paling kekurangannya itu sering lambat aja ngambilnya.
Kata petugasnya mah sering rusak mobilnya jadi telat
ngambilnya.”24
2. Pemilahan Sampah
Dalam tahap pemilahan sampah ini dilakukan menjadi tiga
tahap. Pertama, sampah yang sudah dikumpulkan oleh petugas
pengangkut sampah di mobil maupun di bentor langsung di pilah di
atas mobil. Sampah kering di buang ke bak, sedangkan sampah basah
di buang ke truk sampah. Kedua, setelah sampah kering dan sampah
basah terpisah, sampah kering di pilah – pilah lagi menjadi 9 jenis
22
Wawancara pribadi dengan ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang Kenjo di Kantor PMK, 2
Februari 2017. 23
Wawancara pribadi dengan Masyarakat Kenanga Rt 02, Ibu Weni di Ruang Tamu Rumah Ibu Weni,
25 April 2017. 24
Wawancara pribadi dengan Masyarakat Kenanga Rt 05, Bapak Ahmad di Halaman Rumah Bapak
Ahmad , 27 April 2017.
68
yaitu botol aqua, gelas aqua, ale-ale (aqua yang berwarna), kaleng
aluminum, kardus, kaleng, emberan, naso dan botol / kaca. Ketiga,
sampah – sampah kering yang sudah dibagi menjadi 9 bagian tersebut
di bawa ke dalam ruangan untuk di cuci atau di bersihkan. Hal
tersebut di ungkapkan oleh Mang dede:
“kalo mobil sampah udah pada dateng kesini langsung kita
pilah dari mobil pisahin sampah basah sama sampah keringnya, yang
sampah kering taro di bak yang sampah basah buang ke truk sampah.
abis itu kalo udh kepisah, yang sampah keringnya di bagi-bagi lagi
ke karung ada yang jenis botol aqua, gelas aqua, ale-ale (aqua yang
berwarna), kaleng alumunium, kardus, kaleng, emberan, naso sama
botol/kaca. Kalo udah di bagi bagi semua di bawa ke dalem buat di
bersihin.25
Hal serupa juga diungkapkan oleh Ketua PMK, Bang Kenjo:
“setelah diangkut sampahnya di angkut sama petugas sampah-
sampah itu langsung dipilah di mobil yang sampah basah di buang ke
truk sampah yang sampah kering taro di bak, abis itu dipilah lagi
dibawah yang sampah keringnya kita bagi bagi lagi ke setiap
jenisnya, sesudah itu sampah yang sudah dipilah sesuai jenisnya tadi
kita bawa kedalam untuk dibersihkan, setelah dibersihkan sampah
tersebut dijual.
3. Pemasaran (penjualan)
Karena mesin-mesin pencacah dan daur ulang sampah yang di
bentuk oleh petugas PMK sedang dalam tahap renovasi, untuk
sementara pemasarannya itu langsung ke pengepul sampah. Penjualan
sampah biasanya di akhir bulan, hal tersebut untuk mengurangi beban
pengurus PMK dalam memberi gaji petugas PMK. Hal tersebut
diungkapkan oleh Bang Kenjo:
“karena mesin-mesin yang disini lagi pada di renov, jadi untuk
sementara pengelolaan sampah kita di sini baru sampai ke penjualan
langsung ke madura atau ke pengepul sampah,biasanya itu kita
jualnya di akhir bulan, sebelum kita gaji petugas kita jual dulu
sampah”.26
25
Wawancara pribadi dengan petugas pemilah sampah Paguyuban Masyarakat Kenanga, Mang Dede
di Halaman PMK, 24 Februari 2017. 26
Wawancara pribadi dengan ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang Kenjo di Kantor PMK, 24
Februari 2017.
69
Dari penjelasan di atas, di tahap pelaksanaan bentuk partisipasi masyarakat
Kelurahan Kenanga Rw 02 pada bentuk/tipe partisipasi insentif, masyarakat
memberikan jasa atau upah kepada pengurus PMK tetapi masyarakat tidak
dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen-ekperimen yang
dilakukan. Masyarakat juga tidak memiliki andil untuk melanjtkan kegiatan-
kegiatan setelah insentif dihentikan.
C. Tahap Pelembagaan Program
Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat ikut serta merumuskan
keberlanjutan atau pelembagaan program. Langkah partisipasinya, masyarakat
ikut serta dalam merumuskan dan membuat model-model pendanaan program,
penguat lembaga-lembaga pengelola program dan melakukan pengkaderan
kepada anggota baru agar program tetap tetap berkelanjutan.
Dalam tahap ini, pengurus PMK dibantu oleh tokoh masyarakat (RT)
setempat dalam melakukan perluasan wilayah yang sampahnya akan dikelola
oleh PMK demi keberlanjutannya program yang sudah dibuat oleh PMK. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Bang Kenjo:
“untuk awal-awal si kita pagi doang sama 4 orang petugas kita. entar jam 12
diangkut sama dinas ke TPA karena belom banyak yang diangkut masih dua Rw
doang, setelah ada perluasan wilayah baru kita dua kali sehari ngangkut
sampahnya. jadi gini proses perluasan wilayahnya, ini wilayah kenanga, ini
perbatasan cipondoh misalnya, kita kaper sampe sini nih, ini dia pengen lagi
karena emang wilayahnya masih nyatu akhirnya dia minta ke Rt untuk
sampahnya diambil, Rt laporan ke kita kalo warganya juga pengen di angkut
sampahnya. ada juga Rt nya yang berinisiatif untuk ngundang warganya biar
ikut bergabung sama kita karena dia lihat pengelolaan sampah kita disini itu
bagus, akhirnya kan nambah lagi tuh sampahnya, udah nambah sampahnya
nambah gangnya nambah waktu juga, jadi pengen diambil sekalian karena
memang disebelah sana kaga ada pengangkutan. Jadi emang harus serentak kalo
sampah itu diambil. Nah pas perluasan wilayah baru kita dua kali ngangkut
sampahnya, petugas kita juga bertambah jadi 7 orang dibagi jadi dua bagian.”27
Dari segi medaptakan modal, PMK melakukan kontak dengan pemerintah
untuk meminta bantuan dalam bentuk uang maupun alat transportasi. Dalam hal
ini PMK tidak mudah untuk mendapat bantuan dari pemerintah, butuh waktu 6
27
Wawancara pribadi dengan ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang Kenjo di Kantor PMK, 24
Februari 2017.
70
bulan, pemerintah baru memberikan bantuan berbentuk alat transportasi yaitu 2
buah bentor untuk mengangkut sampah warga dan 1 slot gaji untuk pengurus
PMK. Hal ini di ungkapkan oleh Bang Fahru Rozi:
“Iya ada, bantuan itu juga setelah kita berjalan selama 6 bulan baru pemerintah
mau bantu. Bantuannya dalam bentuk bentor dua buah, sama gaji ketua itu
dibantu oleh pemerintah.”28
Lebih jelasnya lagi Bang Kenjo menjelaskan bantuan pemerintah itu
melalui tahap dan proses yang cukup lama sebelum akhirnya pemerintah
memberikan bantuan dalam bentuk gaji petugas serta bantuan alat untuk
mengangkut sampah. Sebelum pemerintah ingin memberi bantuan bentor, pada
awalnya pemerintah hanya ingin memberikan bantuan ke PMK dalam bentuk
gerobak sampah. Namun hal ini ditolak oleh pengurus PMK, karena menurutnya
gerobak sampah itu kurang efektif dan efisien untuk mengangkut sampah satu
kampung. Bang kenjo juga menjelaskan pemerintah pada awalnya hanya
memberikan satu slot gaji saja untuk PMK, pemerintah hanya memberikan gaji
untuk ketua PMK saja, menurut Bang Kenjo di setiap TPST binaan pemerintah
itu terdapat 4 slot gaji untuk setiap pengurus TPST. Akhirnya Bang Kenjo
mendesak pemerintah untuk memberikan tambahan slot gaji untuk petugas PMK
yang mengurus sampah untuk satu kampung. Hal ini di ungkapkan oleh Bang
Kenjo:
“pada awal – awal kegiatan mah pemerintah kaga ngasih bantuan sama sekali,
palingan Cuma nyediain satu truk sampah daong buat ngangkut sampah
organiknya yang selalu standby dimari, udah kaya sopir pibadi jadinya disini.
Nah setelah 6 bulan berjalan pemerintah baru mau membantu dalam bentuk
gaji,waktu itu satu orang ketua di gaji sama pemerintah, kan udah dpet
tambahan itu ya, itu juga kita bagi – bagi lagi untuk anggota, terus kita
mendesak terus ke peerintah karena emang di setiap TPST binaan pemerintah
itu, di satu tempat tu ada yang dapet 4 slop maksudnya itu 4 orang buat gaji,
sedangkan disini yang benar-benar ngurus satu kampung Cuma dapet satu, kan
kita protes lagi, akhirnya dapet satu lagi, proses sih. Kalo kita liat TPST binaan
pemerintah itu berapa si paling banyak yang diambil, itu paling banyak 1 rw di
bangga-banggakan segala macem, tapi kan kita disini ngurus 1 kelurahan, masa
pemerintah kaga ada sumbangsihnya sih, ini buat mereka juga, kalo bagus kan
nama mereka juga yang bagus. Selain itu pemerintah juga pengen ngasih
28
Wawancara pribadi dengan Bang Fahru Rozi, selaku pelopor komunitas Paguyuban Masyarakat
Kenanga, 4 Desember 2016.
71
bantuan ke kita niatnya pengen ngasih kita bantuan gerobak sampah, tapi kita
tolak. Karena seberapa efesiennya si gerobak untuk keliling satu kampung, butuh
waktu berapa putarannya untuk keliling satu kampung, berapa besar volumenya
kan gitu, kita minta bantuan ke pemerintah itu bentor (bentor itu motor viar),
akhirnya pemerintah setuju ngasih kita bentor sebanyak 2 bentor. Namun
seharusnya gini yah, pemerintah kalo mau ngasih fasilitas segal macem itu dia
juga harus mendukung sperpatnya sekaligus teknisinya. Disini ada kerusakan,
masyarakat teriak sampahnya belom diangkut kita nelpon ke pemerintah kadang-
kadang disananya belom siap. Karena untuk perawatannya itu butuh tenanga
ekstra, karena cairan dari sampah itu licinnya itu bikin keropos semua itu, acnur.
mulai dari remnya yang kaga bisa diinjeklah kena karat, haduh macem – macem
dah.”29
Partisipasi dalam tahap ini juga tidak lepas dari hasil pelaksanaan program
yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas. Dari
segi kualitas, dapat dilihat dari peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas
dapat dilihat seberapa besar presentase keberhasilan program.
Jika dilihat dari segi keberhasilan program untuk mengubah pola pikir
masyarakat Kelurahan Kenanga, Paguyuban Masyarakat Kenanga bisa dikatakan
berhasil. Karena dapat dilihat sudah tidak ada lagi tumpukan pembuangan
sampah liar yang terdapat di sekitar lingkungan Kelurahan Kenanga, selain itu
juga sudah tidak terlihat lagi warga yang membakar langsung sampahnya. Hal
tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bang Fahru Rozi:
“Sebelum adanya PMK kita dihadapi oleh pola pikir masyarakat yang suka
buang sampah sembarangan, adapula yang sukanya bakar sampah, jadi
lingkungan kita itu berantakan, sampah pada numpuk dimana-mana. Ini lahan
yang kita tempatkan sekarang ini saja bekas tumpukan sampah liar dari waga
dahulu. Nah setelah ada PMK kita mampu merubah pola pikir masyarakat yang
biasanya mereka buang sampah sembarangan, dengan adanya kita disini
akhirnya mereka mencoba untuk meruba pola pikir untuk membuang sampah
pada tempatnya. Ini kan perubahan pola pikir yang tidak mudah gitu, kenapa?
Mereka sudah turun menurunloh, bayangkan ketika jaman mereka dulu masih
muda mereka buang sampah dimana, dilahan-lahan kosong. Terbukti ketika, kita
lihat lahan yang kita tempatin sekarang ini adalah lahan tempat pembuangan
sampah liar, artinya dimana ada lahan kosong disitulah mereka tempat buang
sampah, nah disitu kita bisa merubah bahwa masyarakat tidak lagi membuang
sampah di tempat – tempat liar, di lahan-lahan kosong milik orang. Tapi cukup
29
Wawancara pribadi dengan ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang Kenjo di Kantor PMK, 24
Februari 2017.
72
mereka taro di tempat sampah, di tong-tong sampah mereka nanti petugas kami
yang akan ambil angkut setiap hari.”30
Lebih lanjut lagi Bang Fahru Rozi juga mengungkapkan kenapa PMK bisa
dikatakan berhasil merubah pola pikir masyarakat yang tadinya membuang
sampah sembarangan menjadi membuang sampah pada tempatnya, karena
menurut Bang Fahru Rozi masyarakat kita itu masyarakat yang memiliki pikiran
praktis dan dinamis, artinya masyarakat itu jika dilayani dengan benar maka
masyrakat bisa merubah pola pikirnya. Hal ini diungkapkan langsung oleh Bang
Fahru Rozi:
“Sangat tinggi ya, karena masyarakat kita itu adalah masyarakat yang cara
berpikirnya praktis, dinamis gitu kan. Gua mah kalo dilayanin udah selesai, jadi
ga usah mikir gimana caranya biar sampah ini biar cepet selesai.”31
Tahap pelembagaan program di Paguyuban Masyarakat Kenanga sejauh ini
dari segi pengelolaan sampah baru sampai ke penjualan sampah ke pengepul
sampah. Hal tersebut karena mesin yang dibuat oleh pengurus PMK masih dalam
tahap renovasi, jika mesin-mesin tersebut sudah selesai di renovasi, sampah-
sampah anorganik akan dijadikan Bahan Bakar Minyak (BBM), dan adapula yang
dijadikan gas dengan pola bio gas.
Sampah – sampah yang di jual ke pengepul sampah itu berjenis botol aqua,
gelas aqua, ale-ale (aqua yang berwarna), kaleng aluminum, kardus, kaleng,
emberan, naso dan botol / kaca. Berikut tabel jenis – jenis penjualan sampah
PMK berdasarkan harga:
Tabel 9
Jenis Penjualan Sampah PMK Berdasarkan Harga
Jenis Sampah Harga per Kg
Botol Aqua Rp. 35.000
Gelas Aqua Rp. 5.000
30
Wawancara pribadi dengan Bang Fahru Rozi, selaku pelopor komunitas Paguyuban Masyarakat
Kenanga, 4 Desember 2016. 31
Wawancara pribadi dengan Bang Fahru Rozi, selaku pelopor komunitas Paguyuban Masyarakat
Kenanga, 4 Desember 2016.
73
Ale-Ale (aqua berwarna) Rp. 3.000
Kaleng Almunium Rp. 12.000
Kardus Rp. 15.000
Kaleng Rp. 15.000
Emberan Rp. 2.000
Naso Rp. 7.000
Botol/kaca Rp. 1.000
Sumber: Profil Paguyuban Masyarakat Kenanga
Penjualan sampah yang dilaksanakan Paguyuban Masyarakat Kenanga
pada setiap bulannya, jenis emberanlah yang paling banyak terkumpul. Setiap
bulannya kurang lebih 5 kwintal sampah kering yang terkumpul oleh Paguyuban
Masyarakat Kenanga, dari 5 Kwintal tersebut jenis emberan yang paling banyak
terkumpul kurang lebih 40 % dari 5 kwintal tersebut berjenis sampah emberan,
sedangkan yang paling sedikit itu jenis naso sama kaleng almunium. Hal tersebut
seperti yang diungkapkan oleh Bang Kenjo:
“penjualan sampah disini biasanya tiap bulan itu kita kurang lebih menjual
5 kwintal sampah ke pengepul, dari 5 kwintal tersebut jenis emberan yang paling
banyak, 40 % lah kira kira jenis emberan di setiap bulannya. Kalo yang paling
dikit itu jenis naso sama kaleng almunium, ya paling cuma 2 sampai 5 %
doang.32
Berdasarkan penjelasan diatas, tahapan pelembagaan program termasuk
dalam bentuk/tipe partispasi self mobilization (mandiri), karena ditahapan
pelembagaan ini PMK mengembangkan kontak dengan lembaga lain, seperti
DKP kota Tangerang untuk mendapatkan bantuan – bantuan teknis dan
sumberdaya yang diperlukan.
D. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Tahap yang terakhir adalah tahap monitoring dan evaluasi. Tahap ini
dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini sebagai umpan
32
Wawancara pribadi dengan ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang Kenjo di Kantor PMK, 24
Februari 2017.
74
balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program
selanjutnya.
1. Monitoring
Monitoring adalah pemantauan secara terus menerus proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, monitoring juga diartikan
sebagai proses pengumpulan informasi mengenai apa yang
sebenarnya terjadi selama proses implementasi atau penerapan
program.33
Pada tahap monitoring ini pengurus PMK dibagi menjadi dua
tugas, Bang Fahru Rozi memonitoring pembuatan mesin, sedangkan
untuk memonitoring kegiatan pengangkutan sampah dan pemilahan
sampah di tugaskan kepada Bang Kenjo. Hal tersebut diungkapkan
oleh Bang Fahru Rozi:
“Tiap hari saya lakuin monitoring, kalo saya fokus untuk memantau
kelanjutan mesin – mesin disini. Kalo untuk masalah dilapangan itu
tugasnya si Kenjo, kita bagi-bagi tugas.”34
Pada tahap monitoring pengurus Paguyuban Masyarakat
Kenanga bekerja sama dengan para RT untuk mengawasi kegiatan
pengelolaan sampah di masyarakat. Para RT mengawasi kegiatan
pengangkutan sampah yang dilakukan oleh petugas PMK agar tidak
ada yang terlewati sampah masyarakat oleh petugas pengangkut
sampah. Selain bekerja sama dengan para RT, masyarakat juga ikut
mengawasi petugas PMK jika ada petugas yang malas atau lalai
dalam bekerja akan mereka laporkan ke Rt maupun langsung ke
kantor PMK. Pak Rt juga yang mengumpulkan iuran bulanan sampah
dari masyarakat ke PMK, sehingga ketika ada keluhan dari
masyarakat langsung dilaporkan ke ketua Rt tersebut. Seperti yang
diungkapan oleh Bang Kenjo:
33
Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung : PT Rafika
Aditama, 2005), h.118. 34
Wawancara pribadi dengan Bang Fahru Rozi, selaku pelopor komunitas Paguyuban Masyarakat
Kenanga, 4 Desember 2016.
75
“Ya tentu saja saya ikut memonitoring dan evaluasi juga, tapi kalo
dilapangan si yang memonitoring itu Rt, setiap ada keluhan dari
warga pasti dikeluhkan ke Rt, karena Rt yang mengambil iuran
sampah per bulannya.”
Hal ini juga diungkapkan oleh Ketua Rt 03, Bapak Muslih:
“iya saya liatin, iya liatin aja gitu. Kan warga pada ngumpulin
sampahnya didepan rumahnya. Jadi saya liatin tuh sekitaran jam 10
atau jam 11 itu sampah masih didepan rumah warga apa udah
diangkut”35
2. Evaluasi
Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan dan kegagalan
atau rencana kegiatan program.36
Pada awal-awal kegiatan di PMK, hampir tiap hari dilkakukan
evaluasi, dan setiap akhir bulannya sudah terjadwal untuk kegiatan
evaluasi. Sedangkan setelah berjalan sampai sekarang, evaluasi
dilakukan ketika ada keluhan dari masyarakat saja diadakannya
evaluasi. Hal tersebut di ungkapkan oleh Bang Kenjo :
“dulu sih waktu awal-awal kita hampir setiap hari ngadain evaluasi,
dan yang terjadwal itu akhir setiap akhir bulan kita pasti ngadain
evaluasi bersama para Rt. yang kita evaluasi itu mulai dari evaluasi
pengangkutan, seefektif mana terus evaluasi dari rute perjalanan,
evaluasi retribusi, kadang-kadang flukuatif retribusi ko bisa naik
turun, dari pengangkutan yang biasanya jam segini udah nyampe ko
ini belum ada ada, kadang-kadang begitu kita evaluasi terus anak-
anak. Di sini kan sistem kerjanya maju bersama sukses bersama,
kaga ada yang ketua kaga ada yang pekerja jadi sama sama aja, jadi
kadang-kadang waktunya semaunya aja dia ngangkutnya, udah
waktu jam 10 setengah 11 yang biasanya udah nyampe ko ini belom,
ada yang laporan lagi pada tiduran noh disono istirahat kali mungkin
cape, jadi kita evaluasi waktu bagaimana biar supaya cepet dia
sampe disini dia juga bisa istirahat. Untuk sekarang – sekarang kalo
lagi ada keluhan dibawah aja baru kita pada ketemu buat
evaluasi”.37
35
Wawancara pribadi dengang Ketua Rt 03, Bapak Muslih, 28 April 2017 36
Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung : PT Rafika
Aditama, 2005), h.119. 37
Wawancara pribadi dengan ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang Kenjo di Kantor PMK, 24
Februari 2017.
76
Hal demikian juga dibetulkan oleh para RT setempat, salah
satunya diungkapkan oleh Bapak Ganung (ketua Rt 4):
“Iya saya ikut ngevaluasi juga, dulu si waktu awal awal yah sering
saya sama si kenjo ngadain evaluasi di saung PMK, sekarang –
sekarang sih kalo lagi ada aduan dari warga aja saya laporin ke
PMK abis itu baru evaluasi. Yang di evaluasi biasanya itu dari
petugas pengangkutnya dulu waktu awal – awal mah sering lambat
ngangkutnya, entah itu dia kecapean apa gimana saya juga gatau,
jadi evaluasi lagi kinerjanya”38
Berdasarkan penjelasan diatas, pada tahap Monev ini termasuk bentuk
partisipasi pada tipe interaktif, karena di tahap pengawasan ini masyarakat
memiliki peran untuk mengontrol/mengawasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan
sampah yang dilakukan oleh petugas PMK, seperti memberikan teguran kepada
petugas PMK jika lalai atau terlambat untuk mengangkut sampah mereka.
38
Wawancara pribadi dengan Ketua Rt 4, Bapak Ganung di Rumah Bapak Ganung, 27 April
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penilitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan pengelolaan sampah anorganik yang dilakukan oleh Paguyban
Masyarakat Kenanga termasuk dalam tipe Partisipasi Insentif, dikarenakan
masyrakat tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen –
eksperimen yang dilakukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
tahapan-tahapan partisipasi pemberdayaan, karena dalam penilitian ini
masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan lingkungan. Menurut Tantan
Hermansah M.Si dan Muhtadi M.Si dalam buku dasar-dasar pengembangan
Masyrakat Islam, tahapan-tahapan partisipasi itu terbagi menjadi empat
yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pelembagaan dan tahap
monitoring dan evaluasi.
1. Tahap Perencaan
Dalam tahap ini penulis menyimpulkan bahwa peran serta
masyarakat cukup tinggi, dapat dilihat dari partispasi
masyarakat dalam menyikapi tumpukan sampah liar dalam
kegiatan kerja bakti yang dilaksanakan oleh Paguyuban
Masyarakat Kenanga. Selain itu peran serta Rt maupun Rw juga
bagus, bahkan antusian dalam merancang program-program
pengelolaan sampah di lingkungan mereka
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini penulis menyimpulkan pelaksanaan
pengeloaan sampah yang dilaksanakan oleh petugas Paguyuban
Masyarakat Kenanga masih kurang maximal, hal ini dapat
dilihat masih banyaknya sampah yang dikirim ke Tempat
Pembuangan Akhir oleh Dinas Kebersihan Pusat (DKP). Hal ini
78
tidak dapat dipungkiri karena penulis melihat Paguyuban
Masyarakat Kenanga masih dalam tahap pembuatan mesin-
mesin pencacah dan daur sampah yang mereka buat sendiri.
3. Tahap Pelembagaan Program
Dalam Tahap ini penulis menyimpulkan masih kurang
maximal, hal ini dikaranekan dari tahap pelaksanaannya yang
masih tersendat oleh belom jadinya mesin-mesin yang mereka
buat, oelh karena itu untuk sementara mereka hanya sampai di
tahap penjualan sampah tanpa mendaur ulangnya.
4. Tahap Monitoring dan Evaluasi Program
Dalam tahap ini penulis menyimpulkan cukup bagus,
karena penulis melihat partisipasi masyrakat serta Rt dan Rw
sangat dominan dalam memonitoring kegiatan pengelolaan
sampah yang dilaksanakan oleh Paguyuban Masyarakat
Kenanga.
B. Saran
Dari hasil penelitian di atas, peneliti mencoba memberi masukan dan
saran kepada Paguyuban Masyarakat Kenanga (PMK) maupun kepada
Masyarakat Kenanga dalam tahapan pengelolaan sampah anorganik:
1. Dalam tahap perencanaan, peneliti memberikan saran kepada
Masyarakat Kenanga agar lebih aktif dalam mengeluarkan ide-
idenya untuk membuat perencanaan program.
2. Dalam tahap pelaksanaan, pengelolaan sampah yang dilakukan
oleh petugas Paguyuban Masyarakat Kenanga (PMK) masih
kurang maximal dikarenakan mesin pencacah yang dibuat oleh
PMK masih dalam tahap renovasi. Oleh karena itu, peneliti
menyarankan agar PMK lebih cepat lagi kinerjanta dalam
merenovasi mesin pencacah untuk memaximalkan kinerja PMK
dalam pengelolaan sampah di Masyarakat Kenanga.
79
3. Dalam tahap pelembagaan program ini tidak jauh berbeda
dengan tahap pelaksanaan yang masih kurang maximal karena
mesin pencacah yang masih dalam tahap renovasi, oleh karena
itu saran peneliti tidak berbeda dari tahap pelaksanaan yaitu agar
dipercepat dalam pelaksanaan merenovasi mesin pencacah.
4. Tahap monitoring dan evaluasi, peneliti menyarankan agar
dilaksanakan kegiatan evaluasinya setiap bulan, agar lebih
teratur program yang dilaksanakan.
80
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas. (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2001).
Alfiandra, Kajian Partisipasi Masyarakat Yang Melakukan Pengelolaan
Persampahan 3R Di Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur, (Tesis S2
Magister Teknik Pembangunan wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro
Semarang, 2009).
Chandra, Budiman, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: EGC, 2006).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai
Pustaka, 2005).
Fahrudin, Bioteknologi Lingkungan Edisi Revisi, (Bandung: Alfabeta, 2014).
Hardjasoemantri Koesnadi, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas
Press, 1986).
Hermansyah, Tantan dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam.
Kasali, Rhenald, Metode-metode Riset Kualitatif, cetakan ke 1 (Yogyakarta : PT
Bentang Pustaka,2008).
Kasiram, Moh, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta: UIN
Maliki Press, 2008).
Kusumahadi Meth, Warga Berdaya, (Yogyakarta: Satunama,2007).
Laporan Bulanan Umum dan Kependudukan Kelurahan Kenanga Kecamatan
Cipondoh Kota Tangerang Bulan Agustus 2016
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya,2012).
lfe, Jim & Tesoriero, Frank, Community Developmant: Sebagai Alternatif
Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2006).
Mardikanto, Totok dan Soebiato, Poerwoko, Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta, 2013).
81
Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan,
Malang: IKIP Universitas Negri Malang, 2011.
Muller, Johannes, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2006).
Rancangan Undang-undang Republik Indonesia, Tentang Pengelolaan Sampah,
(Kementrian Negara Lingkungan Hidup: 2008).
Salim, Emil, Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, (Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2010).
Sastopoetro, Sansoto R.A “Partispasi, Komunikasi, Persuasif dan Disiplin Dalam
Pembangunan Nasional”, (Bandung: Alumni,1986).
Sj Sumarto, Hetifah, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa
inovatif dan Partisipatif di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2004), Cet. Ke-2.
Soekanto, Soejono, Kamus Sosiologi(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993).
Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006).
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet-2.
Suharto, Edi Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung :
PT Rafika Aditama, 2005)
Sumber Wawancara
Wawancara pribadi dengan pelopor komunitas Paguyuban Masyarakat Kenanga,
Bang Fahru Rozi
Wawancara pribadi dengan ketua Paguyuban Masyarakat Kenanga, Bang Kenjo.
Wawancara pribadi dengan petugas pengangkut sampah Paguyuban Masyarakat
Kenanga, Bang Shandi.
Wawancara pribadi dengan petugas pemilah sampah Paguyuban Masyarakat Kenanga,
Mang Dede.
Wawancara pribadi dengan Warga Rt 2 Rw 2 Kelurahan Kenanga, Ibu Weni.
Wawancara pribadi dengan Warga Rt 4 Rw 2 Kelurahan Kenanga, Ibu Rina.
Wawancara pribadi dengan Warga Rt 1 Rw 2 Kelurahan Kenanga, Iyandi.
Wawancara pribadi dengan Warga Rt 5 Rw 2 Kelurahan Kenanga, Pa Ahmad.
Wawancara pribadi dengan Warga Rt 3 Rw 2 Kelurahan Kenanga, Ibu Salbiah.
82
Wawancara pribadi dengan ketua Rw 2 Kelurahan Kenanga, Bapak Ko’ang.
Wawancara pribadi dengan ketua Rt 4 Rw 2 Kelurahan Kenanga, Bapak Ganung.
Wawancara pribadi dengan ketua Rt 2 Rw 2 Kelurahan Kenanga, Bapak Amroni.
Wawancara pribadi dengan ketua Rt 1 Rw 2 Kelurahan Kenanga, Bapak Nurhasan
Agung.
Wawancara pribadi dengan ketua Rt 3 Rw 2 Kelurahan Kenanga, Bapak Muslih.
Wawancara pribadi dengan ketua Rt 5 Rw 2 Kelurahan Kenanga, Bapak Saroni.
Sumber Internet
Isroi, Merubah ParadigmaMasyarakat Tentang Sampah, artikel diakses pada 11
April 2016 dari http://isroi.com/2009/03/26/merubah-paradigma-
masyarakat-tentang-sampah/
PEDOMAN WAWANCARA
A. Ketua dan Pelopor PMK
1. Bagaimana Sejarah Berdirinya PMK?
a. Apa saja hambatannya?
2. bagaimana tahapan pengenalan program PMK terhadap masyarakat kenanga?
a. Adakah musyawarahnya? Jika ada berapa orang yang hadir? Siapa saja
yang hadir?
b. Apakah anda mengeluarkan pendapat atau ide-ide dalam musyawarah
tersebut?
c. Apa saja hasil musyawarahnya?
3. Sudah berapa orang yang terdaftar dan tergabung dalam pengelolaan sampah di
PMK?
a. Adakah warga yang menolak untuk bergabung? Jika ada, alasannya apa?
4. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat sebelum dan sesudah berdirinya PMK?
5. Seberapa tinggi pertisipasi masy. terhadap pendiriannya kegiatan PMK?
6. Apa saja kegiatan PMK dalam pengelolaan sampah?
a. Siapa saja yang melakukan kegiatan tersebut?
b. Waktunya kapan?
7. Bagaimana tahap pengelolaan sampah di PMK?
8. Jenis sampah apa saja yang dikelola di PMK?
9. Berapakah biaya yang di anjurkan PMK kepada masyarakat dalam pengelolaan
sampah?
a. Untuk apa saja biaya tersebut?
10. Apakah ada bantuan dari pemerintah setempat?
a. Jika ada, dalam bentuk apa bantuannya?
11. Apakah anda ikut memonitoring program ini? Kalau iya, bagaimana cara
memonitoringnya?
a. Diadakan berapa kali monitoring tersebut?
12. Apa saja evaluasi disetiap monitoring program?
a. Apakah ada perubahan di setiap evaluasi?
B. Pemilah Sampah
1. Sebagai apa anda di PMK?
2. Sudah berapa lama anda menjadi bagian di PMK?
3. Jenis sampah apa saja yang anda pilah?
4. Bagaimana cara anda memilah sampah-sampah rumah tangga di PMK?
5. Jam berapa anda memulai memilah sampah?
6. Sesudah di pilah, sampah-sampah tersebut dikemanakan saja?
C. Pengangkut Sampah
1. Sebagai apa anda di PMK?
2. Sudah berapa lama anda menjadi bagian di PMK?
3. Jenis sampah apa saja yang anda pilah?
4. Bagaimana cara anda memilah sampah-sampah rumah tangga di PMK?
5. Jam berapa anda memulai memilah sampah?
6. Sesudah di pilah, sampah-sampah tersebut dikemanakan saja?
D. Masyarakat Kenanga
1. Apakah anda mengetahui PMK?
a. Dari mana anda mengetahui PMK?
2. Apakah anda terdaftar di PMK dalam pengelolaan sampah?
a. Jika iya, sudah berapa lama?
b. Apa alasan anda mau terdaftar di PMK?
3. Berapakah biaya yang di anjurkan oleh PMK?
4. Apakah masih ada sampah yang berserakan di lingkungan rumah anda?
5. Sebelum ada PMK, dimana anda membuang sampah?
6. Sesudah ada PMK bagaimana anda membuang sampah?
7. Apakah anda puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PMK?
E. Tokoh Masyarakat
1. Apakah anda mengetahui PMK?
a. Apakah benar ada kegiatan musyawarah yang dilaksanakan oleh PMK
pada awal perencanaan kegiatan?
b. Apakah bapak hadir?
c. Apakah Bapak memberikan pendapat atau mengeluarkan ide-ide dalam
musyawarah tersebut?
d. Apa hasil dari kegiatan musyawarah tersebut?
2. Apakah anda ikut memonitoring program ini? Kalau iya, bagaimana cara
memonitoringnya?
a. Diadakan berapa kali monitoring tersebut?
3. Apakah anda ikut mengevaluasi program ini? Kalau iya, bagaimana cara
mengevaluasinya?
Nama Responden : Bang Fahru rozi (Bang Arul)
Tempat : Kantor PMK
Waktu : 04 Desember 2016 jam 16.00
1. Bagaimana Sejarah Berdirinya PMK?
“PMK ini berdiri dari permasalahan yang ada dilingkungan Kenanga, bahkan sudah
sampai di koondisi yang kritis dalam persoalan sampah .karena usia TPA kita, TPA
Rawa Kucing itu hanya berkisar sskitar 5 tahun lagi, debit sampah yang masuk itu
setiap harinya kurang lebih 1000 ton. Kalo tidak ditangani di sumber mengacu pada
UU 18 tahun 2008 usia TPA kita itu paling hebat banget 4 sampai 5 tahun lagi, berarti
kita sudah tidak memiliki TPA lagi. Kondisi saat ini saja TPA kita ini sudah tidak ada
tempat lagi untuk bermanuver, artinya terjadi timbulan, antrian kendaraan untuk
menuju ke tempat pembuanagan. Ini penyebab karena menumpuknya sampah di TPA
karena tidak ditangani di sumber, pemerintah hanya sekedar melakukan penilaian saja
tanpa melakukan program yang berkelanjutan, buktinya sampah yang dibiarkan
menumpuk di tempat pembuangan sampah liar dan diangkut yang sekadarnya, seolah
olah itu hanya untuk menggugurkan kewajiban mereka terhadap rakyat saja. Padahal
anggaran dana yang dikucurkan untuk pengelolaan sampah itu mencapai setengah
triliyun rupiah atau lima ratus juta rupiah, tetapi tidak ada hasil yang signifikan untuk
pengelolaan sampah, buktinya saja tidak ada sistem atau pola yang dilakukan
pemerintah untuk mengurangi sampah yang terdapat di TPA atau di hulu, dan di
hilirnya tidak ada satupun peran pemerintah yang ikut mengayomi masyarakat
bagaimana cara masyarakat untuk mengelola sampah yang terdapat di sumber. Bank
sampah yang infonya sampai 1000 (seribu) titik yang terdapat di indonesia itu bohong,
hanya terdapat 35 bank sampah yang tercatat itupun bank sampah sd maksudnya bank
sampah tersebut tidak sesungguhnya masyarakat yang bergerak untuk mengelola bank
sampah tersebut. Oleh sebab itu bang Fahru Rozi membuat kajian untuk memberikan
masukan kepada pemerintah jika peran serta masyarakat itu sangat diharapkan sekali
sesuai dengan kajian Undang-Undang no 18 tahun 2008 dalam pengelolaan sampah
bahwa penyelesaian sampah itu di sumber bukan di TPA, di hilir bukan di hulu. Peran
masyarakat dalam hal ini kita, mencoba memberikan solusi mencarikan jalan keluar
bagaimana kita mampu mencoba menahan debit sampah yang menuju ke TPA dengan
melakukan pemilahan, pernyotiran, pendaur ulangan sampai ketingkatan produksi.
Persoalannya adalah sekarang tingkat antusiasme masyarakat untuk mencoba
menyelesaikan persoalan sampahnya di sumber atau menyelesaikn persoalan
sampahnya sendiri di wilayahnya masing-masing itu cukup tinggi, namun pemerinah
dalam hal ini saya katakan tidak pernah serius dalam menangani persoalan sampah.
kenapa, kalo mereka serius mereka sudah bisa menyelesaikan persoalan sampah sejak
dulu kala mestinya, karena DKP dibuat sebelum masyarakat punya minat, tingkatan
aminenya rendah gitu ya mereka sudah dibuat itu, namanya mulai dari bidang, dari
dinas, sampai sekarang dilebur lagi jadi lingkungan hidup. Mestinya mereka sudah
menemukan cara atau teknik bagaimana sampah itu tidak menuju ke TPA begitu cepat
atau bisa ditangani masyarakat di sumber, karena tidak seriusnya pemerintah dan
akhirnya rasa apatis masyrakat terhadap tingkat kepedulian itu abai itu sudah semua.
Kenapa wong kita peduli pemereimtahnya ga peduli mau napain gitu kan, katanya
pemerintah pelayan masyarakat, lah sekarang masa masyarakat yang melayani
pemerintah ga tebalik? Nah inilah pola-pola kenapa kami mencoba menerobos gitu ya,
mencoba bermanuver yang sekiranya kita anggap ini penting mulai dari penangan,
pengolahan, pemilahan kita lakukan semua disini untuk mengurangi debit sampah yang
menuju ke TPA. Bahkan tabib kita bisa sampai ke tingkat jairwice artinya kita
selesaikan cukup sampai disini dan tidak memberatkan TPA.”
A. Apa saja hambatannya?
“Hambatan awal kita dari segi modal, sarana dan prasarana, sama lahan.
Masyarakat modalnya dari mana? Kan kita bukan lembaga pemerintah dan
lembaga swadaya yang pertama kali berdiri dari sebuah gerakan masyarakat
murni, hanya sebatas keinginan semangatnya saja. Mankanya kita pelan – pelan
aja dan seakan-akan ada sebuah perjuangan yang panjang untuk bagaimana
mewujudkan tujuan kita dengan baik, walaupun kita akui sampai saati ini kita
belom 100 % mutlak yang kita harapkan. Kita kan harapkan masyrakat buang
keluar jadi prodak gitu kan, atau masyarakat bisa menikmati hasil dari apa yang
kita lakukan, itulah harapan kita.”
2. Bagaimana tahapan pengenalan program PMK terhadap masyarakat kenanga?
“Kalo pengenalan PMK ke masyarakat itu kita bekerja sama dengan para RT setempat
buat sosialisaikan ke warganya lewat selembaran yang kita kasih. Hal ini kita lakukan
untuk menghormati tokoh masyrakat disini, jadi kita tidak lancang asal ngasih info ke
warga dengan kita – kita saja. Nanti selembaran itu dibalikkan ke RT bagi yang minat
sampahnya untuk di ambil oleh PMK.”
A. Adakah musyawarahnya? Jika ada berapa orang yang hadir? Siapa saja yang
hadir?
“Ada, RT / RW, perwakilan dari warga, Bapa Lurah juga hadir, sama
perwakilan dari Dinas pusat.”
B. Apakah anda mengeluarkan pendapat atau ide-ide dalam musyawarah tersebut?
“oh tentu saja iya, di musyawarah tersebut pertama-tama saya keluarkan
keluhan saya tentang kondisi sampah di kenanga ini tepatnya di Rw 02 ini, lalu
saya keluarkan ide – ide atau cara bagaimana mengatasi sampah yag ada disini
yaitu dengan cara konsep kampung bersih. Apa itu konsep kampung bersih?
Konsep kampung bersih ini cara kerjanya pertama itu kita melayani masyarakat
dengan cara door to door atau dari pintu ke pintu untuk pengangkutan
sampahnya, jadi warga tinggal mengumpulkan sampahnya masi-masing lalu
petugas kami yang mengangkutnya. Cara kerja yang kedua dalam konsep ini
yaitu kita berkordinasi langsung dengan pemerintah pusat yaitu Dinas
Kebersihan dan Pertanaman Kota Tangerang untuk mengangkut sampah yang
sudah kita kumpulkan, waktu itu kita minta kepada pemerintah untuk disediakan
khusus truk sampah yang stay di sini buat membuang sampah organik ke TPA.
Setelah kita berkordinasi dengan pemerintah, konsep yang ketiga itu kita
melakukan sentralisasi sampah agar tidak banyak lagi tumpukan sampah liar
yang ada di kenanga sini, kita fokuskan pembuangan sampah itu di satu tempat.”
C. Apa saja hasil musyawarahnya?
“Hasil dari musyawarah ini, setelah kita mengeluarkan ide – ide kita pemerintah
dalam hal ini itu dinas serta lurah memberikan solusi bahwa penangan untuk
masalah sampah di Kenanga itu harus dibuat sebuah komunitas ata sebuah
paguyuban yang fokus dalam permasalahan sampah, nah barulah muncul
Paguyuban Masyarakat Kenanga yang di resmikan oleh pa Lurah.”
3. Sudah berapa orang yang terdaftar dan tergabung dalam pengelolaan sampah di PMK?
“Kalo untuk ini tanya aja ke Bang Kenjo, kalo saya lebih fokus ke masalah mesin.”
4. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat sebelum dan sesudah berdirinya PMK?
“Sebelum adanya PMK kita dihadapi oleh pola pikir masyarakat yang suka buang
sampah sembarangan, adapula yang sukanya bakar sampah, jadi lingkungan kita itu
berantakan, sampah pada numpuk dimana-mana. Ini lahan yang kita tempatkan
sekarang ini saja bekas tumpukan sampah liar dari waga dahulu. Nah setelah ada
PMK kita mampu merubah pola pikir masyarakat yang biasanya mereka buang
sampah sembarangan, dengan adanya kita disini akhirnya mereka mencoba untuk
meruba pola pikir untuk membuang sampah pada tempatnya. Ini kan perubahan pola
pikir yang tidak mudah gitu, kenapa? Mereka sudah turun menurunloh, bayangkan
ketika jaman mereka dulu masih muda mereka buang sampah dimana, dilahan-lahan
kosong. Terbukti ketika, kita lihat lahan yang kita tempatin sekarang ini adalah lahan
tempat pembuangan sampah liar, artinya dimana ada lahan kosong disitulah mereka
tempat buang sampah, nah disitu kita bisa merubah bahwa masyarakat tidak lagi
membuang sampah di tempat – tempat liar, di lahan-lahan kosong milik orang. Tapi
cukup mereka taro di tempat sampah, di tong-tong sampah mereka nanti petugas kami
yang akan ambil angkut setiap hari.”
5. Seberapa tinggi pertisipasi masy. terhadap pendiriannya kegiatan PMK?
“Sangat tinggi ya, karena masyarakat kita itu adalah masyarakat yang cara
berpikirnya praktis, dinamis gitu kan. Gua mah kalo dilayanin udah selesai, jadi ga
usah mikir gimana caranya biar sampah ini biar cepet selesai.”
6. Apa saja kegiatan PMK dalam pengelolaan sampah?
“Kita melakukan pelayanan ke masyarakat dengan ngangkutin sampahnya dari pintu
ke pintu, lalu melakukan pemilahan, pernyotiran sampai ke tahap daur ulang.”
A. Siapa saja yang melakukan kegiatan tersebut?
“Masyarakat kita sendiri yang melakukan, dari pengurus sampai petugas di
lapangan itu masyarakat kenanga yang melakukan.”
B. Waktunya kapan?
“Dari pagi sampe sore”
7. Bagaimana tahapan pengelolaan sampah di PMK?
“Tahapannya, angkut sampah dari masyarakat, lalu dipilah, sortir terakhir kita daur
ulang. Dikarenakan mesin untuk mendaur sampah kita ini masih dalam tahap
penyelesaian, untuk sementara sampah warga yang sudah kita sortir kita jual ke
madura”
8. Jenis sampah apa saja yang dikelola di PMK?
“Kita berniat semua jenis sampah kita kelola disini, agar tidak kirim lagi ke TPA.
Namun untuk saat ini kita baru mampu kelola sampah keringnya saja, sampah basanya
kita masih kirim ket TPA karena masalah sarana dan pra sarana kita yang masih
belom terpenuhi.”
9. Berapakah biaya yang di anjurkan PMK kepada masyarakat dalam pengelolaan
sampah?
“Ada dua jenis ya, kalo untuk rumah tangga itu 10.000, kalo yang kaya warung, toko
sama industri rumahan itu kita bedain dikit jadi 15.000.”
A. Untuk apa saja biaya tersebut?
“Untuk gaji petugas-petugas kita sama operasional PMK.”
10. Apakah ada bantuan dari pemerintah setempat?
“Iya ada, bantuan itu juga setelah kita berjalan selama 6 bulan baru pemerintah mau
bantu.”
A. Jika ada, dalam bentuk apa bantuannya?
“Bantuannya dalam bentuk bentor dua buah, sama gaji ketua itu dibantu oleh
pemerintah.”
11. Apakah anda ikut memonitoring program ini? Kalau iya, bagaimana cara
memonitoringnya?
“Iyalah saya memantau langsung kegiatan di PMK.”
A. Diadakan berapa kali monitoring tersebut?
“Tiap hari saya lakuin monitoring, kalo saya fokus untuk memantau kelanjutan
mesin – mesin disini. Kalo untuk masalah dilapangan itu tugasnya si Kenjo, kita
bagi-bagi tugas.”
12. Apakah anda ikut mengevaluasi program ini? Kalau iya, bagaimana cara
mengevaluasinya?
“Kalo untuk masalah teknologi tiap hari saya evaluasi.”
A. Apakah ada perubahan di setiap evaluasi?
“Tentu saja ada, buktinya mesin kita sudah hampir selesai itu renovasinya.”
Nama Responden : Bang Kenjo (Ketua PMK)
Tempat : Halaman PMK
Waktu : 02 Februari 2017
13. Bagaimana Sejarah Berdirinya PMK?
“Dulu awal terbentuknya PMK itu dari si Fahru Rozi yang gerakin masyarakat untuk buat
menangani sampah yang ada disini, dia ngajak saya serta komunitas pecinta sampah buat
bantu menangani sampah di Kenanga. Dia melihat banyak banget tumpukan pembuangan
sampah liar yang ada di sini, oleh sebab itu dia pengen rapihin ni kampung agar lebih terlihat
bersih dan tidak banyak tumpukan pembuangan sampah liar lagi. Selain itu fahru rozi juga
katanya pengen buat PMK ini gara – gara kesal dengan pemerintah yang katanya kurang
becus atau kurang peduli dengan sampah yang ada disini, buktinya pengangkutan sampah
yang dilakuin sama DKP itu jarang sekali jadi pada numpuk sampahnya. Jadi fahru rozji atau
arul serta saya dengan masyarakat sepakat ingin bersihin kampung ini dari tumpukan
pembuangan sampah liar.”
A. Apa saja hambatannya?
“Hambatannya itu pertama kita itu lahan, dulu karena ga ada lahan sampe lama
kita mikir mau tempat mana yang pengen kita pake untuk penampungn sampah.
terus hambatan yang kedua itu warga kita bukan warga perkotaan tapi warga
perdesaan yang biasa buang sampah itu dibakar sendiri, jadi ketika kita
kordinasi ke warga untuk mengadakan pengelolaan sampah dia bilang saya mah
jangan diambil sampah saya lahan saya masih luas sampah saya saya bakar,
kalo per hari kan dia bakar dikit gitu.”
14. Bagaimana tahapan pengenalan program PMK terhadap masyarakat kenanga?
Kalo teknisnya si awalnya, sebelum kita berbuat ke masyarakat kita bikin masyarakat
tau dulu kalo disini ada PMK yang nantinya akan mengelola sampah masyarakat
melalui RT – RT dan selembaranan awalnya, setelah itu kita bikin selembaran
kemasyarakat tanggal sekian nanti sampahnya akan diambil oleh petugas sampah dari
PMK itu setalah Rt berkordinasi dengan warganya kita kan gamau ngelahkahin Rt
maksudnya maen ambil ambil aja sampah masyarakatnya, jadi kita berkordinasi
dengan RT, Rt berkordinasi dengan masyarakatnya bahwa sampahnya nanti akan
diambil. Setelah tanggal sudah ditetapkan akhirnya kita mulai berjalan. Terus akhirnya
masyarakat mulai terbiasa.
A. Adakah musyawarahnya? Jika ada berapa orang yang hadir? Siapa saja yang
hadir?
Tentu saja ada, kita undang waktu itu kita undang Lurah, orang DKP, terus
tokoh-tokoh masyarakat kumpul dan kita anak-anak muda mengadakan
musyawarah untuk menentukan bagaimana cara pengelolaan sampah di
Kenanga selanjutnya.
B. Apakah anda mengeluarkan pendapat atau ide-ide dalam musyawarah tersebut?
“iya waktu itu saya mengeluarkan pendapat saya tentang bagaimana cara
mengatasi masalah sampah disini, pendapat saya si waktu itu tida jauh berbeda
dengan solusi yang dikeluarkan oleh bang Fahru Rozi, waktu itu saya
mengeluarkan pendapat bahwa cara mengatasi masalah sampah disini itu harus
dilakukan dengan cara melayani masyarakat secara langsung melalui rumah ke
rumah, atau diambil sampah warganya langsung ke rumah agar warga tidak
buang sampahnya lagi sembarangan, kurang lebihnya si begitu saya waktu itu
ngeluarin idenya”
C. Apa saja hasil musyawarahnya?
“Hasil dari musyawarahnya itu pemerintah sepakat bahwa pengelolaan sampah
di Kenanga itu harus dibentuk sebuah badan, atau komunitas. Nah barulah
timbul Paguyuban Masyarakat Kenanga, yang diresmikan langsung oleh Pa
Lurah”
15. Sudah berapa orang yang terdaftar dan tergabung di warga Rw 02 dalam pengelolaan
sampah di PMK?
“Emm disini kurang lebih yang sudah bergabung dengan kami per Rt nya itu ada 250
rumah yang udah terdaftar, kalo untuk detailnya si ada di laptop saya ga terlalu inget
kalo detailnya.”
A. Adakah warga yang menolak untuk bergabung? Jika ada, alasannya apa?
“kalo untuk di Rw 02 alhamdulillah kaga ada yang menolak. Tapi kalo di Rw
yang lain iya ada yang menolak ketika kita melakukan perluasan wilayah, mereka
kira kita ini hanya untuk bisnis, padahal kalo mereka cek keuangan disini setiap
bulannya itu kita mines dan kita terbuka kalo mereka pengen liat laporan
bulanan keuangan kami. Nah setelah dijelaskan sama pengurus kami dibantu
oleh Ketua Rt akhirnya mereka jadi mau ikut bergabung”
16. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat sebelum dan sesudah berdirinya PMK?
“dulu mah sebelum ada PMK itu, tumpukan sampah pada dimana-mana, ada lahan kosong
dikit aja udah numpuk disitu sampah, dibakar dah abis itu. Ini aja lahan yang kita tempatin
kita sekarang itu tempat pembuangan sampah liar dulunya. Ada 6 titik pembuangan sampah
liar yang terdapat di Kelurahan Kenanga. Setelah ada PMK 5 titik pembuangan sampah liar
tadi sudah ga ada lagi, sudah kita uruk semuanya perlahan demi perlahan. Awalnya kita pas
kerja bakti kita urug pembuagan sapah liar di rw 2 saja, 4 titik selanjutnya itu pas udah
berjalan kita urug biar warga pada mau sampahnya kita angkut. 4 Titik pembuangan sampah
liar tadi itu kita tanemin pohon biar ga jadi pembuangan sampah liar lagi, nah yang 1 lagi kita
jadiin tempat penampungan sampah disini yang kita tempatin sekarang. 1 titik lagi itu adanya
di Rw 1, disitu tempatnya sempit.. Cuma buat satu motor doang jalannya, jadi untuk sementara
baru 5 titik saja yang kita tanganin”
17. Seberapa tinggi pertisipasi masy. terhadap pendiriannya kegiatan PMK?
“wah sangat tinggi ya, soalnya waktu itu aja pas kerja bakti itu banyak yang berpartisipasi, ini
juga berkat Rt serta Rw juga yang semangat dalam pengurusan sampah di lingkungan mereka”
18. Apa saja kegiatan PMK dalam pengelolaan sampah?
“ya kegiatannya sekitar pengelolaan sampah saja, dari pengangkutan sampah sampai ke daur
ulang sampah. dulu si waktu awal-awal terbentuknya PMK kita sudah sampai membuat
kompos, lalu kemaren-kemaren juga sudah buat sampah kering kita menjadi bahan bakar
minyak, tapi karena minyak tersebut belum di uji jenisnya premiun, solar atau pertamax jadi
belum kita jual. Tapi untuk sekarang kita pengelolaan sampahnya cuma sampai ke penjualan
ke madura saja, karena mesin – mesin kita sedang tahap renovasi, sejauh ini sudah sekitar
80% mesin – mesin yang kita buat. Jika mesin-mesin tersebut sudah kelar, kita bertujuan
sampah-sampah di lingkungan kita itu akan kita habisin disinii tanpa kita kirim lagi ke TPA,
hal ini bertujuan untuk mengurangi bobot di TPA Rawa kucing”.
A. Siapa saja yang melakukan kegiatan tersebut?
“Yang melaksanakan kegiatan disini ya masyarakat kenanga juga, dari
pengangkut sampah dan pemilah sampah itu dilakuin oleh masyarakat Kenanga
sendiri yang di bertugas di PMK.”
B. Waktunya kapan?
“untuk awal-awal si kita pagi doang sama 4 orang petugas kita. entar jam 12
diangkut sama dinas ke TPA karena belom banyak yang diangkut masih dua Rw
doang, setelah ada perluasan wilayah baru kita dua kali sehari ngangkut
sampahnya. jadi gini proses perluasan wilayahnya, ini wilayah kenanga, ini
perbatasan cipondoh misalnya, kita kaper sampe sini nih, ini dia pengen lagi
karena emang wilayahnya masih nyatu akhirnya dia minta ke Rt untuk
sampahnya diambil, Rt laporan ke kita kalo warganya juga pengen di angkut
sampahnya. ada juga Rt nya yang berinisiatif untuk ngundang warganya biar
ikut bergabung sama kita karena dia lihat pengelolaan sampah kita disini itu
bagus, akhirnya kan nambah lagi tuh sampahnya, udah nambah sampahnya
nambah gangnya nambah waktu juga, jadi pengen diambil sekalian karena
memang disebelah sana kaga ada pengangkutan. Jadi emang harus serentak kalo
sampah itu diambil. Nah pas perluasan wilayah baru kita dua kali ngangkut
sampahnya, petugas kita juga bertambah jadi 7 orang dibagi jadi dua bagian.”
19. Bagaimana tahapan pengelolaan sampah di PMK?
“awal kita mau bergerak ngelolah sampah itu kita mau nyari lahan dulu buat kita
melakukan kegiatan pengelolaan sampah. abis musyawarh kita kumpul terus tiap
malem, kita nyari – nyari ke lurah maksudnya lahan yang kita mau pake mana nih,
tempat penampungan sampah kan harus ada lahan. Kita kordinasi ke lurah semua buat
nyari tempat, lama butuh waktunya waktu itu, hampir seminggu kali belum dapet juga.
Karena dari lurah juga liat peta dulu,tanah – tanah fasum (fasilitas umum) mana nih
dikenanga yang masih bisa dipake, ternyata udah kaga ada, ada juga deket makam
anak – anak kaga mau. Nah waktu itu pas banget ada kegiatan kerja bakti rutin dari rt,
semua sampah dibuang kemari, sambil di rapihin diratain, nah temu idenya disitu
kenapa enggak lahan ini aja yang kita pake. Pas kerja bakti itu sampah sampah yang
udah terkumpul itu di angkut sama DKP, langkah selanjutnya kita minta ijin dulu ke
yang punya lahan, alhamdulillah waktu itu yang punya lahan setuju kalo lahannya mau
dipake sama kita. Setelah dapet ijin keesokan harinya kita langsung dah tuh kita gerak,
kita urug semua kita ratain. waktu itu disini setalah kita kerja bakti kan abis diurug
belom rapih sama masih ada pohon pisang, pengecoran juga belom rapih. Kita kan
juga sudah nentuin tanggal ke masyarakat, jadi setelah tanggal yang sudah kita tentuin
tadi di selembaran, kita berangkat semua ambil sampah – sampahnya supir dari dinas
juga sudah standby disini langsung dibuang kemari. Jadi gini ya, waktu kita ngurug
tempat pembuangan sampah disini kan warga jadi kebingungan mau buang sampah
kemana, jadi kita ga butuh waktu lama buat bergerak,warga juga udah pada teriak
pada kebingungan mau buang sampahnya kemana, mau buang kedepan jalannya jauh.
jadi kita ambil aja sampahnya. bahkan mobil aja mendem itu ban nya karena belom
kering corrannya. Terus disini didalem rapih didepan depan masih banyak sampah -
sampah di pinggir – pinggir jalan, biasanya kalo didepan itu ada kan coran coran bak
buat penampungan sampah, supaya masyarakat mau buang sampah ke kita jadi itu kita
harus ancurin, tapi kita kaga bisa ancurin karena itu punya dinas, kordinasi sama
dinas, dinas tolong bak – bak yang ada di depan tolong di ancurin, pas di ancurin,
warga kebingungan juga jadi mau buang sampah kemana, kita kasih sosialisasi lagi
selembaran, kita kasih alternatif bahwa sampah itu nanti diambil dibuang kemari,
terus beberapa tempat kita ancurin lagi waga kebingungan lagi gitu, kalo itu ga
diancurin warga tetep buang disitu karena kaga bayar tetep pemerintah yang amabil,
terus fungsi kita disini gimana, kita mau ngerapihin satu kampung nih semaunya udah
gitu. Akhirnya masalahnya gitu rapih rapih diancurin warga terima, dia juga bilang
jadi kaga repot ga perlu jalan lagi buang sampah di ambil didepan rumah langsung
kan enak.”
A. Jadi warga Cuma nyediain tempat sampah didepan rumah saja?
“Awalnya si dari sini juga kita nyiapin radius sekitar 20 meter itu ada satu tong
sampah gede, ternyata itu ga efektif. Ga efektifnya begini kadang-kadang ada
beberapa orang yang gamau diangkut sampahnya tapi dia diem-diem buang
sampahnya kesitu, nyuri-nyuri kalo kata orang mah. Kadang-kadang masyarakat
dari mana sambil lewat buang sampah buaang aja kesitu, dia pikir mumpung nih
kesempatan entar diambil. Masyarakat kita kan begitu liat ada tumpukin sampah
aja dijalan, besok penuh aja udah. Akhirnya itu kurang efektif, dianjurin untuk
punya tempat masah samping-samping, cara begini juga kendalanya di kita,
disininya terlalu banyak ga yang harus diambil, jadi jalan sono ngambil sini,
kalo di awal kan waktu masih ada tong sampah gede itu orang kan pada buang
kesitu semua, orang belakang kan juga pada buang kedepan semua, tapi karena
itu kurang efektif akhirnya di kasih solusi tiap rumah aja diambilin terlalu jauh
juga, tapi lebih aman begitu udah ampe sekaraang. Kadang-kadang si 5 rumah 6
rumah gabung aja jadi satu dia punya tempat sendiri. Jadi lebih efisian dalam
pengangkutan sampah. setelah diangkut sampahnya di angkut sama petugas
sampah-sampah itu langsung dipilah di mobil yang sampah basah di buang ke
truk sampah yang sampah kering tao di bak, abis itu dipilah lagi dibawah yang
sampah keringnya kita bagi bagi lagi ke setiap jenisnya, sesudah itu sampah
yang sudah dipilah sesuai jenisnya tadi kita bawa kedalam untuk dibersihkan,
setelah dibersihkan sampah tersebut dijual. penjualan sampah disini biasanya
tiap bulan itu kita kurang lebih menjual 5 kwintal sampah ke pengepul, dari 5
kwintal tersebut jenis emberan yang paling banyak, 40 % lah kira kira jenis
emberan di setiap bulannya. Kalo yang paling dikit itu jenis naso sama kaleng
almunium, ya paling cuma 2 sampai 5 % doang.”
B. Apa saja Hambatan dari pengangkutan sampah tersebut?
“hambatan kita disini itu dari segi sarana dan prasarananya, mobil sama bentor
kita sering rusak karena sampah-sampah itu jahat-jahat aer nya, jadi gampang
rusak dah mobil nya.. rem nya lah yang rusak, kadang-kadang kaga nyala
mobilnya, jadi tersendat ngangkutnya, kadang-kadang juga kalo lagi kaga rusak
mobilnya dari Dinas nya yang telat ngangkut sampah basahnya yaudah jadi
numpuk disini, kalo udh numpuk dimari ydh terpaksa kita kaga ngangkut ke
warga dulu karena kaga ada tempat lagi”
20. Jenis sampah apa saja yang dikelola di PMK?
“untuk sementara kita masih kelola sampah kering doang, yang sampah basahnya
diangkut sama dinas ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).”
21. Berapakah biaya yang di anjurkan PMK kepada masyarakat dalam pengelolaan
sampah?
“biya yang kita anjurkan ke masyarakat itu ada yang 10.000 ada juga yang 15.000,
yang 10.000 itu buat yang jenis rumah tangga attau rumah tinggal doang, kalo yang 15
itu buat yang jenis tempat usaha kaya toko, warung, sama rumah industri.”
A. Untuk apa saja biaya tersebut?
“biaya tersebut pertama buat gaji petugas kita, abis itu juga buat renovasi mesin,
buat operasional, buat benerin alat – alat transportasi kita, buat kepengurusan
PMK sisanya.”
22. Apakah ada bantuan dari pemerintah setempat?
“iya pemerintah juga ngasih bantuan”
A. Jika ada, dalam bentuk apa bantuannya?
“pada awal – awal kegiatan mah pemerintah kaga ngasih bantuan sama sekali,
palingan Cuma nyediain satu truk sampah daong buat ngangkut sampah
organiknya yang selalu standby dimari, udah kaya sopir pibadi jadinya disini.
Nah setelah 6 bulan berjalan pemerintah baru mau membantu dalam bentuk
gaji,waktu itu satu orang ketua di gaji sama pemerintah, kan udah dpet
tambahan itu ya, itu juga kita bagi – bagi lagi untuk anggota, terus kita
mendesak terus ke peerintah karena emang di setiap TPST binaan pemerintah
itu, di satu tempat tu ada yang dapet 4 slop maksudnya itu 4 orang buat gaji,
sedangkan disini yang benar-benar ngurus satu kampung Cuma dapet satu, kan
kita protes lagi, akhirnya dapet satu lagi, proses sih. Kalo kita liat TPST binaan
pemerintah itu berapa si paling banyak yang diambil, itu paling banyak 1 rw di
bangga-banggakan segala macem, tapi kan kita disini ngurus 1 kelurahan, masa
pemerintah kaga ada sumbangsihnya sih, ini buat mereka juga, kalo bagus kan
nama mereka juga yang bagus. Selain itu pemerintah juga pengen ngasih
bantuan ke kita niatnya pengen ngasih kita bantuan gerobak sampah, tapi kita
tolak. Karena seberapa efesiennya si gerobak untuk keliling satu kampung, butuh
waktu berapa putarannya untuk keliling satu kampung, berapa besar volumenya
kan gitu, kita minta bantuan ke pemerintah itu bentor (bentor itu motor viar),
akhirnya pemerintah setuju ngasih kita bentor sebanyak 2 bentor. Namun
seharusnya gini yah, pemerintah kalo mau ngasih fasilitas segal macem itu dia
juga harus mendukung sperpatnya sekaligus teknisinya. Disini ada kerusakan,
masyarakat teriak sampahnya belom diangkut kita nelpon ke pemerintah kadang-
kadang disananya belom siap. Karena untuk perawatannya itu butuh tenanga
ekstra, karena cairan dari sampah itu licinnya itu bikin keropos semua itu, acnur.
mulai dari remnya yang kaga bisa diinjeklah kena karat, haduh macem – macem
dah.”
23. Apakah anda ikut memonitoring program ini? Kalau iya, bagaimana cara
memonitoringnya?
“Ya tentu saja saya ikut memonitoring dan evaluasi juga, tapi kalo dilapangan si yang
memonitoring itu Rt, setiap ada keluhan dari warga pasti dikeluhkan ke Rt, karena Rt
yang mengambil iuran sampah per bulannya.”
A. Diadakan berapa kali monitoring tersebut?
“Kalo monitoring mah tiap hari kita monitoring, di bantu juga sama pa Rt buat
ngawasin petugas pengangkut sampah kita”
24. Apakah anda ikut mengevaluasi program ini? Kalau iya, bagaimana cara
mengevaluasinya?
“pasti saya ikut evaluasi, dulu sih waktu awal-awal kita hampir setiap hari ngadain
evaluasi, dan yang terjadwal itu akhir setiap akhir bulan kita pasti ngadain evaluasi
bersama para Rt. yang kita evaluasi itu mulai dari evaluasi pengangkutan, seefektif
mana terus evaluasi dari rute perjalanan, evaluasi retribusi, kadang-kadang flukuatif
retribusi ko bisa naik turun, dari pengangkutan yang biasanya jam segini udah nyampe
ko ini belum ada ada, kadang-kadang begitu kita evaluasi terus anak-anak. Di sini kan
sistem kerjanya maju bersama sukses bersama, kaga ada yang ketua kaga ada yang
pekerja jadi sama sama aja, jadi kadang-kadang waktunya semaunya aja dia
ngangkutnya, udah waktu jam 10 setengah 11 yang biasanya udah nyampe ko ini
belom, ada yang laporan lagi pada tiduran noh disono istirahat kali mungkin cape,
jadi kita evaluasi waktu bagaimana biar suoaya cepet dia sampe disini dia juga bisa
istirahat. Untuk sekarang – sekarang kalo lagi ada keluhan dibawah aja baru kita pada
ketemu buat evaluasi.”
A. Apakah ada perubahan di setiap evaluasi?
“Ya ada si perubahannya, kita langsung temui orang yang bersangkutan yang
kita evaluasi tersebut”
Nama responden : Ibu Weni (RT 2)
Tempat : Di halaman rumah Ibu Weni
Waktu : 25 April 2017 jam 16.00
1. Apakah anda mengetahui PMK?
“Iya tau.”
A. Dari mana anda mengetahui PMK?
“Dari pa RT waktu itu yang ngasih tau kalo bakal ada pengelolaan sampah sama
PMK.”
2. Apakah anda terdaftar di PMK dalam pengelolaan sampah?
“Iya daftar.”
A. Jika iya, sudah berapa lama?
“Udah dari dulu semenjak PMK dimulai.”
B. Apa alasan anda mau terdaftar di PMK?
“Waktu itu di suruh pa RT, katanya sampah mau di angkut sama PMK yaudah
saya mah ikut aja.”
3. Berapakah biaya yang di anjurkan oleh PMK?
“Rp. 10.000.”
4. Apakah masih ada sampah yang berserakan di lingkungan rumah anda?
“Alhamdulillah sih udh kaga ada lagi engga kaya dulu lagi sekarang mah udh engga
berantakan lagi sampahnya.”
5. Sebelum ada PMK, dimana anda membuang sampah?
“Di buang ke depan jalan sana deket kelurahan, ntar abis itu sampahnya di angkut
sama dinas.”
6. Sesudah ada PMK bagaimana anda membuang sampah?
“Dulu si waktu awal – awal itu disiapin tempat buang sampahnya sama PMK nya, tapi
karena kurang efektif kata petugasnya, ydh sekarang tinggal taro aja di depan rumah
make plastik nanti di angkut sama petugas PMK nya.”
7. Apakah anda puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PMK?
“Ya puas si, cuman terkadang lama di angkutnya bisa dua hari atau tiga hari baru
dingakut, aturannya kan jadwalnya setiap hari di angkut, gatau dah tu kenapa kalo
lagi terlambat gitu.”
Nama responden : Ibu Rina (RT 4)
Tempat : Di halaman rumah Ibu reni
Waktu : 25 April 2017 jam 12.00
1. Apakah anda mengetahui PMK?
“Iya tau.”
a. Dari mana anda mengetahui PMK?
“Dari sebaran kaya brosur gitu dari pa RT.”
2. Apakah anda terdaftar di PMK dalam pengelolaan sampah?
“Iya saya ikut mendaftar.”
A. Jika iya, sudah berapa lama?
“Udah dari dulu semenjak PMK dimulai.”
B. Apa alasan anda mau terdaftar di PMK?
“Ya saya pengen ikut karena biar gampang aja saya buang sampahnya.”
3. Berapakah biaya yang di anjurkan oleh PMK?
“Rp. 10.000”
4. Apakah masih ada sampah yang berserakan di lingkungan rumah anda?
“Udah kaga ada.”
5. Sebelum ada PMK, dimana anda membuang sampah?
“Di tanah kosong situ dulu buangnya sebelum di tananemin pohon.”
6. Sesudah ada PMK bagaimana anda membuang sampah?
“saya kumpulin terus saya iket di pager rumah, ntar di ambil sama petugas PMK nya.”
7. Apakah anda puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PMK?
“Ya puas.”
Nama Responden : Iyandi (RT 1)
Tempat : Di ruang tamu rumah Iyandi
Waktu : 26 April jam 15.00
1. Apakah anda mengetahui PMK?
“Iya tau.”
A. Dari mana anda mengetahui PMK?
“Dari sebaran brosur.”
2. Apakah anda terdaftar di PMK dalam pengelolaan sampah?
“Iya”
A. Jika iya, sudah berapa lama?
“Udah lama, udh 2 tahunan dah kurang lebih.”
B. Apa alasan anda mau terdaftar di PMK?
“Biar gampang aja gua mah, ga ribet bakar – bakar sampah lagi”
3. Berapakah biaya yang di anjurkan oleh PMK?
“Rp. 10.000”
4. Apakah masih ada sampah yang berserakan di lingkungan rumah anda?
“Kaga ada.”
5. Sebelum ada PMK, dimana anda membuang sampah?
“Di depan rumah aja situ, ntar gua bakar dah.”
6. Sesudah ada PMK bagaimana anda membuang sampah?
“gua taro aja di pohon situ, entar juga siangan ada yang ngambilin.”
7. Apakah anda puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PMK?
“Ya sejauh ini si puas, Cuma kadang-kadang lama di ambilnya sampahnya.”
Nama Responden : Pa Ahmad (RT 5)
Tempat : Di halaman rumah Pa Ahmad
Waktu : 27 April jam 10.00
1. Apakah anda mengetahui PMK?
“Iya tau.”
a. Dari mana anda mengetahui PMK?
“Waktu itu ada yang ngasih selembaran tentang PMK.”
2. Apakah anda terdaftar di PMK dalam pengelolaan sampah?
“Iya.”
a. Jika iya, sudah berapa lama?
“Udah lama banget dari 2015 kalo ga salah.”
b. Apa alasan anda mau terdaftar di PMK?
“Ya biar enak aja kaga usah jauh jauh lagi saya buang sampah.”
3. Berapakah biaya yang di anjurkan oleh PMK?
“Rp. 10.000”
4. Apakah masih ada sampah yang berserakan di lingkungan rumah anda?
“Udah bersih sekarang mah”
5. Sebelum ada PMK, dimana anda membuang sampah?
“Waduh lumayan jauh saya buangnya ke pinggir kali sana”
6. Sesudah ada PMK bagaimana anda membuang sampah?
“Saya buang ke tempat sampah saya di depan rumah, nanti diangkut sama petugas
PMK nya sampahnya.”
7. Apakah anda puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PMK?
“ya puas, paling kekurangannya itu sering lambat aja ngambilnya. Kata petugasnya
mah sering rusak mobilnya jadi telat ngambilnya.”
Nama Responden : Ibu Salbiah (RT 3)
Tempat : Di warung Ibu Salbiah
Waktu : 27 April jam 13.00
1. Apakah anda mengetahui PMK?
“Iya tau.”
A. Dari mana anda mengetahui PMK?
Dari selembaran kaya brosur gitu
2. Apakah anda terdaftar di PMK dalam pengelolaan sampah?
“Iya saya terdaftar.”
A. Jika iya, sudah berapa lama?
“Udah dua tahun lebih kayanya.”
B. Apa alasan anda mau terdaftar di PMK?
“Ya biar ga repot aja saya buang sampah ke sana sini lagi.”
3. Berapakah biaya yang di anjurkan oleh PMK?
“Rp. 15.000”
4. Apakah masih ada sampah yang berserakan di lingkungan rumah anda?
“Udah kaga ada.”
5. Sebelum ada PMK, dimana anda membuang sampah?
“Kaga nentu ya, kadang-kadang saya bakar sampahnya, kadang-kadang saya buang
ke pinggir kali sana.”
6. Sesudah ada PMK bagaimana anda membuang sampah?
“Saya kumpulin di tong sampah situ, entar ada yang ngangkutin tuh setiap pagi sama
petugas PMK.”
7. Apakah anda puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PMK?
“Sejauh ini si puas puas aja.”
Nama Responden : Mang Dede (Pemilah Sampah PMK)
Tempat : Tempat Penampungan Sampah PMK
Waktu : 24 Februari 2017 jam 09.00
1. Sebagai apa anda di PMK?
Sebagai pemilah sampah
2. Berapa lama anda menjadi bagian di PMK?
Dari awal berdirinya PMK
3. Jenis sampah apa saja yang anda pilah?
Kalo disini sih, jenis sampah kering aja yang di pilah pilah lagi, kalo sampah basahnya
di buang ke truk dinas buat di buang ke rawa kucing
4. Bagaimana cara anda memilah sampah-sampah rumah tangga di PMK?
kalo mobil sampah udah pada dateng kesini langsung kita pilah dari mobil pisahin
sampah basah sama sampah keringnya, yang sampah kering taro di bak, yang sampah
basah buang ke truk sampah. abis itu kalo udh kepisah, yang sampah keringnya di
bagi-bagi lagi ke karung ada yang jenis botol aqua, gelas aqua, ale-ale (aqua yang
berwarna), kaleng alumunium, kardus, kaleng, emberan, naso sama botol/kaca. Kalo
udah di bagi bagi semua di bawa ke dalem buat di bersihin.
5. Jam berapa anda memulai memilah sampah?
Tergantung tukang angkutnya dateng kemarinya, biasanya sih jam 11an tuh tukang
angkut udah pada kelar keliling. Nah kalo dia udah nyampe sini langsung saya pilah
6. Sesudah di pilah, sampah-sampah tersebut dikemanakan saja?
Di jual ke madura setiap akhir bulan.
Nama Responden : Bang Sandi (Pengangkut Sampah PMK)
Tempat : Di Jalan Mandala IV Kelurahan Kenanga
Waktu : 24 Februari 2017 jam 14.00
1. Sebagai apa anda di PMK?
“Sebagai pengangkut sampah.”
2. Sudah berapa lama anda menjadi bagian di PMK?
“Dari awal berdirinya PMK.”
3. Jenis sampah apa saja yang anda angkut?
“Jenis apa aja ada, dari sampah basah sampe sampah kering.”
4. Bagaimana cara anda mengangkut sampah-sampah rumah tangga di Kenanga?
“ya tinggal angkut aja, kan warga udah pada disiapin sampahnya, ada yang make
tong, ada yang diiket di pager rumahnya, ada yang di iket di pohon. Pokoknya sampah
yang ada didepan rumah warga saya angkut aja udah”
5. Jam berapa anda memulai mengangkut sampah warga di Rw 02?
“kita si biasanya kalo berangkat keliling ngangkut sampah itu jam 8 pagi udah jalan
ngangkutin sampah Rw 02, selesainya si biasanya jam 11 siang, ya paling lambatnya
jam 12an lah itu juga kalo kita jalannya kesiangan. Nah ntar siangnya kita jalan lagi
tuh ke Rw 06 kalo sampah yang di mobil udh diturunin, biasanya jam satuan kita jalan
lagi, kelarnya jam 4an sore kurang lebih.”
6. Sesudah di angkut, sampah-sampah tersebut dikemanakan saja?
“kalo saya udah kelar ngangkut, saya balik ke PMK nanti disana di pilah sampahnya
sama petugas pilah.”
Nama Responden : Bapak Ko’ang ( Ketua RW 2 )
Tempat : Di teras rumah Bapak Ko’ang
Waktu : 26 April jam 20.00
1. Apakah anda mengetahui PMK?
“Iya tau.”
A. Apakah benar ada kegiatan musyawarah yang dilaksanakan oleh PMK pada awal
perencanaan kegiatan?
“Iya betul ada.”
B. Apakah Bapak hadir?
“Iya saya hadir, bersama Rt – Rt di sini, ada bapa Lurah juga waktu itu.”
C. Apakah Bapak memberikan pendapat atau mengeluarkan ide-ide dalam
musyawarah tersebut?
“kalo ngeluarin ide si waktu itu saya kaga ngeluarin, waktu itu saya cuma
ngomongin kondisi lingkungan masyarakat saya yang udah tinggi tumpukan
sampahnya”
D. Apa hasil dari kegiatan musyawarah tersebut?
“Tujuan dari kegiatan musyawarah itu kan untuk mencari solusi dalm
menangani masalah sampah disini. Nah solusinya pemerintah menganjurkan
untuk dibentuk sebuah komunitas yang kegiatannya mengelola sampah yang ada
disini, lalu terbentuklah komunitas yang berbentuk Paguyuban Masyarakat
Kenanga.”
2. Apakah anda ikut memonitoring program ini? Kalau iya, bagaimana cara
memonitoringnya?
“Iya tentu saja saya memonitoring kegiatan PMK, terutama kegiatan pengangkutan
sampahnya.”
A. Diadakan berapa kali monitoring tersebut?
“Setiap hari saya memonitoring petugas – petugas pengangkutan sampah dari
PMK, saya liatin sampahnya benar-benar diangkut semua atau ada yang dia
lewatin atau gimana.”
3. Apakah anda ikut mengevaluasi program ini? Kalau iya, bagaimana cara
mengevaluasinya?
“Kalo untu evaluasi itu palingan bapa – bapa rt sini yang melakukan bersama
pengurus pmk nya, karena rt yang langsung terjun ke warga.”
Nama Responden : Bapak Ganung (Ketua Rt 4)
Tempat : Di rumah Bapak Ganung
Waktu : 27 April jam 10.00
1. Apakah anda mengetahui PMK?
“Iya tau.”
A. Apakah benar ada kegiatan musyawarah yang dilaksanakan oleh PMK pada awal
perencanaan kegiatan?
“Iyah benar, saya diundang sama anak muda disini.”
B. Apakah Bapak hadir?
“Hadir.”
C. Apakah Bapak memberikan pendapat atau mengeluarkan ide-ide dalam
musyawarah tersebut?
“tidak, saya cuma jadi pendengar aja waktu itu tidak mengeluarkan ide-ide
apapun, karena waktu itu penjelasan dari si Rozi menurut saya sudah cukup
untuk menjelaskan kondisi lingkungan di masyarakat kita”
D. Apa hasil dari kegiatan musyawarah tersebut?
“Ya itu hasilnya pa lurah bentuk sebuah Paguyuban Masyarakat Kenanga buat
ngolah sampah disini.”
2. Bagaimana cara anda mensosialisasikan tentang PMK kepada warga anda?
“cara sosialisasinya dengan nyebarin brosur dari PMK waktu itu, nah bagi yang
sampahnya mau di angkut sama PMK, brosur itu dibalikan ke saya sekaligus di isi
datanya”
A. Berapakah jumlah warga bapak yang sampahnya di kelola oleh PMK?
“alhamdulillah semuanya warga saya sampahnya diangkut, ada 80 rumah yang
terdata sampahnya di angkut sama PMK, 80 itu 15 diantara termasuk warga
yang ngontrak alias pendatang.”
3. Apakah anda ikut memonitoring program ini? Kalau iya, bagaimana cara
memonitoringnya?
“Iya saya memantau kegiatan PMK dari segi pengangkutan sampahnya.”
A. Diadakan berapa kali monitoring tersebut?
“sering saya monitor mah, hampir tiap hari saya liatin petugasnya bener
ngangkut warga saya apa kaga”
4. Apakah anda ikut mengevaluasi program ini? Kalau iya, bagaimana cara
mengevaluasinya?
“Iya saya ikut ngevaluasi juga, dulu si waktu awal awal yah sering saya sama si kenjo
ngadain evaluasi di saung PMK, sekarang – sekarang sih kalo lagi ada aduan dari
warga aja saya laporin ke PMK abis itu baru evaluasi. Yang di evaluasi biasanya itu
dari petugas pengangkutnya dulu waktu awal – awal mah sering lambat ngangkutnya,
entah itu dia kecapean apa gimana saya juga gatau, jadi evaluasi lagi kinerjanya”
Nama Responden : Bapak Amroni (Ketua Rt 2)
Tempat : Di Rumah Bapak Amroni
Waktu : 27 April jam 12.00
1. Apakah anda mengetahui PMK?
“Iya tau.”
A. Apakah benar ada kegiatan musyawarah yang dilaksanakan oleh PMK pada awal
perencanaan kegiatan?
“Iya ada.”
B. Apakah Bapak hadir?
“Iya saya hadir.”
C. Apakah Bapak memberikan pendapat atau mengeluarkan ide-ide dalam
musyawarah tersebut?
“kalo ngeluarin ide kaga ya, Cuma pas musyawarah tersebut saya jelaskan saja
kalo memang benar tumpukan sampah yang berada di Rt saya itu sudah tinggi
tumpukannya, jadi bau”
D. Apa hasil dari kegiatan musyawarah tersebut?
“Hasilnya itu solusi dari persoalan sampah disini yaitu dibentuk sebuah
kelompok atau komunitas buat ngurus sampah, atau buat ngolah sampah, nah
kelompok itu yang dinamakan Paguyuban Masyarakat Kenanga.”
2. Bagaimana cara anda mensosialisasikan PMK kepada warga anda?
“waktu itu saya sama ketua Rt disini ditugaskan sama PMK untuk nyebari brosur
tentang PMK, di brosur tersebut isinya tanggal berapa tu waktu itu saya lupa bakalan
ada pengangkutan sampah warga oleh PMK sama formulir pendaftaran bagi warga
yang sampahnya ingin di angkut. Brosur tersebut dibalikan lagi ke Rt kalo yang
sampahnya pengen di angkut”
A. Berapakah jumlah warga bapak yang sampahnya di kelola oleh PMK?
“semuanya warga saya sampahnya di kelola oleh PMK, dari yang warga asli
sampe yang ngontrak itu dikelola sampahnya sama PMK. jumlahnya itu ada 90
rumah, yang warga asli Kenangaya 69 sisanya yang ngontrak”
3. Apakah anda ikut memonitoring program ini? Kalau iya, bagaimana cara
memonitoringnya?
“iya saya pantau setiap mau berangkat kerja, saya liatin dulu masih ada ga sampah
didepan rumah warga”
A. Diadakan berapa kali monitoring tersebut?
“Setiap hari saya memonitoringnya”
4. Apakah anda ikut mengevaluasi program ini? Kalau iya, bagaimana cara
mengevaluasinya?
“iya saya ikut, tapi kalo sekarang kaga sesering awal-awal dulu evaluasinya. Waktu
awal-awal mah hampir tiap hari kita ngadain evaluasi. Kalo sekarang mah kalo lagi
ada aduan dari warga aja baru kita evaluasi”
Nama Responden : Bapak Nurhasan Agung (Ketua Rt 1)
Tempat : Di Rumah Bapak Nurhasan Agung
Waktu : 27 April jam 16.00
1. Apakah anda mengetahui PMK?
“oh PMK, iya saya tau.”
A. Apakah benar ada kegiatan musyawarah yang dilaksanakan oleh PMK pada awal
perencanaan kegiatan?
“iya benar ada”
B. Apakah Bapak hadir?
“Iya saya hadir.”
C. Apakah Bapak memberikan ide atau mengeluarkan ide – ide dalam musyawarah
tersebut?
“saya hanya diam saja waktu itu, soalnya saya bingung apa yang ingin saya
omongin”
D. Apa hasil dari kegiatan musyawarah tersebut?
“intinya dari hasil musyawarah tersebut yang saya ingat ya, waktu itu Bapak
Lurah memutuskan untuk membentuk sebuah organisasi atau kelompok yang
tugasnya ngurusin sampah, nah barulah waktu itu terbentuk yang namanya
Paguyuban Masyarakat Kenanga.”
2. Bagaimana cara anda mensosialisasikan PMK kepada warga anda?
“caranya dengan nyebarin brosur yang sudah dibuat sama PMK, disitu juga terdapat
formulir pendaftaran bagi yang sampahnya mau diangkut sama PMK, nanti formulir
tersebut dikumpulkan lagi ke Rt untuk di data dan diserahkan ke PMK”
A. Berapakah jumlah warga bapak yang sampahnya di kelola oleh PMK?
“warga saya semuanya pengen diangkut sampahnya, pada seneng pas ada
kegiatan PMK disini. Jumlahnya itu ada 100, terdiri dari 85 warga sini, 15 nya
lagi warga pendatang”
3. Apakah anda ikut memonitoring program ini? Kalau iya, bagaimana cara
memonitoringnya?
“iya saya liatin, setiap saya pengen ke sawah saya liatin dulu rumah warga saya
sampahnya masih ada atau sudah diangkut”
B. Diadakan berapa kali monitoring tersebut?
“Setiap hari saya liatinnya”
4. Apakah anda ikut mengevaluasi program ini? Kalau iya, bagaimana cara
mengevaluasinya?
“iya ikut, dulu mah waktu awal – awal berdiri ada jadwalnya. Kalo sekarang –
sekarang mah udah jarang.”
Nama Responden : Bapak Muslih (Ketua Rt 3)
Tempat : Di Rumah Bapak Muslih
Waktu : 28 April jam 17.00
1. Apakah anda mengetahui PMK?
“iya saya tau.”
A. Apakah benar ada kegiatan musyawarah yang dilaksanakan oleh PMK pada awal
perencanaan kegiatan?
“iya benar ada”
B. Apakah Bapak hadir?
“Iya waktu itu saya hadir.”
C. Apakah Bapak memberikan pendapat atau mengeluarkan ide-ide dalam
musyawarah tersebut?
“emm jadi waktu itu kan pas musyawarah yang pertama kali bicara itu si rozi
dan kawan – kawannya yah, nah penjelasan mereka itu sudah menjelaskan
keadaan lingkungan disini, mereka juga mengelurakan ide mereka. Menurut saya
ide – ide mereka itu sudah cocok dan bagus jadi saya hanya menyetujui saja apa
yang mereka keluarkan idenya”
D. Apa hasil dari kegiatan musyawarah tersebut?
“emm, bentar ya saya agak lupa soalnya udah lama itu. Kalo ga salah sih waktu
itu musyawarahnya pengen bentuk komunitas yang khusus nanganin sampah
disini”
2. Bagaimana cara anda mensosialisasikan PMK kepada warga anda?
“make selembaran kaya brosur waktu itu yang di buat PMK, brosur itu menjelaskan
kalo tanggal sekian sampah warga bakalan diangkut oleh PMK dan formulir
pendaftaran warga yang sampahnya mau dikelola oleh PMK”
A. Berapakah jumlah warga bapak yang sampahnya di kelola oleh PMK?
“alhamdulillah semua warga saya pengen sampahnya diangkut, dari data saya
sih jumlah yang ngikut itu ada 73 rumah, yang 60 warga asli saya, yang 13 nya
lagi itu yg ngontrak”
B. Apakah anda ikut memonitoring program ini? Kalau iya, bagaimana cara
memonitoringnya?
“iya saya liatin, iya liatin aja gitu. Kan warga pada ngumpulin sampahnya didepan
rumahnya. Jadi saya liatin tuh sekitaran jam 10 atau jam 11 itu sampah masih didepan
rumah warga apa udah diangkut”
A. Diadakan berapa kali monitoring tersebut?
“Sehari sekali saya liatinnya”
C. Apakah anda ikut mengevaluasi program ini? Kalau iya, bagaimana cara
mengevaluasinya?
“iya ikut, ya cara ngevaluasinya saya dan para Rt dengan pengurus PMK ngumpul tuh
di PMK ngomongin apa yang kurang dari kegiatan ini.”
Nama Responden : Bapak Saroni (Ketua Rt 5)
Tempat : Di Rumah Bapak Saroni
Waktu : 28 April jam 19.00
1. Apakah anda mengetahui PMK?
“iya tau.”
A. Apakah benar ada kegiatan musyawarah yang dilaksanakan oleh PMK pada awal
perencanaan kegiatan?
“iya benar”
B. Apakah Bapak hadir?
“kalo ga salah waktu itu saya hadir”
C. Apakah Bapak memberikan pendapat atau mengeluarkan ide-ide dalam
musyawarah tersebut?
“saya cuma dengerin aja waktu itu”
D. Apa hasil dari kegiatan musyawarah tersebut?
“waduh saya lupa de, soalnya udah lama itu. Udah 3 apa 4 tahun yang lalu itu
jadi saya lupa”
2. Bagaimana cara anda mensosialisasikan PMK kepada warga anda?
“oh waktu itu PMK ngasih brosur kepada RT – RT buat ngumumin ke warga kalo
bakalan ada pengelolaan sampah disini yang dilakuin sama PMK”
A. Berapakah jumlah warga bapak yang sampahnya di kelola oleh PMK?
“semuanya warga saya antusias pengen sampahnya diangkut, dari data saya
jumlah yang ngikut itu ada 82 rumah, yang 75 warga asli saya, yang 7 nya lagi
itu yg ngontrak”
B. Apakah anda ikut memonitoring program ini? Kalau iya, bagaimana cara
memonitoringnya?
“monitoringnya saya cukup liatin aja sampah warga saya diangkut tiap hari atau tidak
gitu aja paling”
A. Diadakan berapa kali monitoring tersebut?
“Setiap hari saya liatinnya”
C. Apakah anda ikut mengevaluasi program ini? Kalau iya, bagaimana cara
mengevaluasinya?
“dulu si sering ya saya sama pengurus dan para rt ngadain evaluasi, kalo sekarang
mah udah jarang”
Kondisi sebelum berdirinya PMK
Kerja bakti membersihkan tumpukan sampah liar di lingkungan Masyarakat Kenanga
Tahap pengangkutan sampah
Hasil sampah di Rw 02 Kelurahan Kenanga
Tahap pemilahan sampah
Sampah organik yang akan di buang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
Hasil sampah yang sudah dipilah
Sampah yang sudah siap di jual ke pengepul
Mesin daur ulang sampah di Paguyuban Masyarakat Kenanga