partisipasi masyarakat dalam pengelolaan...

15
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 230 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANK SAMPAH PITOE JAMBANGAN KOTA SURABAYA Fransiska Tanuwijaya Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga Abstract This research aims to discover the community participation and factors that affect the community participation on waste management in Bank Sampah PITOE Jambangan. The reason behind the emergence of this research is waste problem in Surabaya. To resolve this problem, Surabaya Government with private sector through Green and Clean program, involving community participation on waste management, among others by the establishment of waste banks. One kampung in Surabaya that got many rewards for good waste management is RW III, Kelurahan Jambangan, where up to 2015 won ten awards. One of the best waste banks on this region is Bank Sampah PITOE Jambangan. The results of this research shows from participation’s shapes, communit y participate in decision making, implementation, and the utilization of waste management activities in Bank Sampah PITOE Jambangan. However, community did not participate in the evaluation process. While from degree of participation, shows community participation is on interactive degree related to decision making, is on self-mobilization degree related to implementation and enjoy the results, and is on consultative degree related to evaluation process. The results of this research also shows the factors that affect community participation, i.e., economic motive, social motive for creating harmony, pscyhology motive for achievement of residence and self-satisfaction as the environment becomes clean, motivation and support from local government, motivation and support from the staff of Bank Sampah PITOE Jambangan, motivation and support from environmental cadres, the communication with community that going smoothly, and citizen forum is routinely performed. Keywords: Community Participation, Waste Management, Waste Bank. Pendahuluan Pertambahan jumlah penduduk yang semakin pesat tidak hanya menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan permasalahan seperti persaingan diantara masyarakat semakin ketat ataupun urbanisasi dari desa ke kota semakin tinggi saja, tetapi juga menjadi penyebab limbah buangan yang disebut sebagai sampah semakin bertambah jumlahnya. Salah satu negara di dunia yang mengalami permasalahan ini sebagai dampak dari bertambahnya jumlah penduduk adalah negara Indonesia. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup padat dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia menjadi negara dengan penduduk terbesar ke 4 didunia pada tahun 2010 setelah China (1,341 milyar), India (1,225 milyar), dan Amerika Serikat (310 juta) (dalam Widjajanti, et al. 2014:2). Data mengenai perkembangan jumlah penduduk di Indonesia berdasarkan provinsi tahun 2010 2015 tertera pada tabel berikut: Tabel 1. Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Provinsi Tahun 2010 2015 Sumber: Statistik Indonesia Tahun 2015 oleh BPS, Proyeksi Penduduk Indonesia Umur Tertentu dan Umur Satu Tahunan 2010 2025 oleh BPS, Suara KPU Desember 2012, Rekapitulasi Data Kependudukan Per Provinsi (Edisi 31 Desember 2013) oleh Kemendagri, Penduduk Indonesia Hasil Survey Penduduk Antar Sensus 2015 oleh BPS, diolah.

Upload: trinhkhanh

Post on 20-May-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

230

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

DI BANK SAMPAH PITOE JAMBANGAN

KOTA SURABAYA

Fransiska Tanuwijaya

Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga

AbstractThis research aims to discover the community participation and factors that affect the community participation on waste

management in Bank Sampah PITOE Jambangan. The reason behind the emergence of this research is waste problem in Surabaya.

To resolve this problem, Surabaya Government with private sector through Green and Clean program, involving community

participation on waste management, among others by the establishment of waste banks. One kampung in Surabaya that got many

rewards for good waste management is RW III, Kelurahan Jambangan, where up to 2015 won ten awards. One of the best waste

banks on this region is Bank Sampah PITOE Jambangan. The results of this research shows from participation’s shapes, community

participate in decision making, implementation, and the utilization of waste management activities in Bank Sampah PITOE

Jambangan. However, community did not participate in the evaluation process. While from degree of participation, shows

community participation is on interactive degree related to decision making, is on self-mobilization degree related to implementation

and enjoy the results, and is on consultative degree related to evaluation process. The results of this research also shows the factors

that affect community participation, i.e., economic motive, social motive for creating harmony, pscyhology motive for achievement of

residence and self-satisfaction as the environment becomes clean, motivation and support from local government, motivation and

support from the staff of Bank Sampah PITOE Jambangan, motivation and support from environmental cadres, the communication

with community that going smoothly, and citizen forum is routinely performed.

Keywords: Community Participation, Waste Management, Waste Bank.

Pendahuluan

Pertambahan jumlah penduduk yang semakin pesat

tidak hanya menjadi salah satu faktor penyebab

permasalahan – permasalahan seperti persaingan

diantara masyarakat semakin ketat ataupun urbanisasi

dari desa ke kota semakin tinggi saja, tetapi juga

menjadi penyebab limbah buangan yang disebut

sebagai sampah semakin bertambah jumlahnya. Salah

satu negara di dunia yang mengalami permasalahan ini

sebagai dampak dari bertambahnya jumlah penduduk

adalah negara Indonesia.

Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk yang

cukup padat dan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Indonesia menjadi negara dengan penduduk terbesar ke

– 4 didunia pada tahun 2010 setelah China (1,341

milyar), India (1,225 milyar), dan Amerika Serikat

(310 juta) (dalam Widjajanti, et al. 2014:2). Data

mengenai perkembangan jumlah penduduk di

Indonesia berdasarkan provinsi tahun 2010 – 2015

tertera pada tabel berikut:

Tabel 1.

Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Provinsi

Tahun 2010 – 2015

Sumber: Statistik Indonesia Tahun 2015 oleh BPS,

Proyeksi Penduduk Indonesia Umur Tertentu dan

Umur Satu Tahunan 2010 – 2025 oleh BPS, Suara

KPU Desember 2012, Rekapitulasi Data

Kependudukan Per Provinsi (Edisi 31 Desember 2013)

oleh Kemendagri, Penduduk Indonesia Hasil Survey

Penduduk Antar Sensus 2015 oleh BPS, diolah.

Page 2: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

231

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup padat

dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 1.

menunjukkan bahwa di tahun 2010, jumlah penduduk

Indonesia hanya sebesar 237.641.300 jiwa. Namun di

tahun 2011 hingga 2013, jumlah penduduk di

Indonesia mengalami peningkatan, sehingga jumlah

penduduk Indonesia berturut – turut menjadi

241.990.700 jiwa di tahun 2011, 251.857.940 jiwa di

tahun 2012, dan 253.602.810 jiwa ditahun 2013. Di

tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia mengalami

penurunan sebesar 1.438.010 jiwa, sehingga menjadi

252.164.800 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk di

Indonesia kembali terjadi di tahun 2015, sehingga

menjadi 255.182.140 jiwa. Hal ini kemudian yang

menjadi salah satu penyebab jumlah sampah yang ada

di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun.

Pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun di

Indonesia menyebabkan jumlah sampah yang ada di

Indonesia semakin hari semakin bertambah. Data

mengenai volume sampah yang terangkut per hari

menurut kota di Indonesia tahun 2010 – 2014 dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.

Volume Sampah yang Terangkut per Hari Menurut

Kota di Indonesia

Tahun 2010 – 2014

Sumber: Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2012,

2013, 2015 oleh BPS, diolah.

Tabel 2. menunjukkan bahwa volume sampah yang

terangkut per hari menurut kota di Indonesia pada

tahun 2010 hingga 2014 semakin meningkat dari tahun

ke tahun. Pada tahun 2010, volume sampah yang

terangkut per hari hanya sebesar 59.769,85 m3.

Sedangkan di tahun 2011 hingga 2013, volume sampah

yang terangkut secara berturut – turut semakin

meningkat, sehingga menjadi 61.398,5 m3 di tahun

2011, 67.582,14 m3 di tahun 2012, dan 1.361.604,58

m3 di tahun 2013. Pada tahun 2014, volume sampah

yang terangkut per hari mengalami penurunan

535.160,33 m3, sehingga menjadi 826.444,25 m

3. Tabel

2. juga menunjukkan bahwa Kota Surabaya menjadi

salah satu kota dengan volume sampah terbesar di

Indonesia.

Pertambahan jumlah penduduk di Kota Surabaya

menyebabkan sampah di Kota Surabaya semakin

bertambah hingga menjadi salah satu kota di Indonesia

dengan volume sampah terbesar. Kondisi ini kemudian

semakin di perparah dengan masih diterapkannya

penggunaan paradigma lama pengelolaan sampah oleh

sebagian besar masyarakat Kota Surabaya. Selama ini

sebagian besar masyarakat Kota Surabaya masih

memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak

berguna, tidak berharga, menjijikkan, bahkan sampah

dilihat sebagai sumber daya yang tidak perlu

dimanfaatkan dan tidak memiliki nilai ekonomis.

Masyarakat dalam mengelola sampah selama ini masih

bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe), yaitu

sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat

pemrosesan akhir sampah begitu saja. Data mengenai

cara pembuangan sampah rumah tangga Kota Surabaya

tahun 2011 – 2012 tertera pada tabel berikut:

Tabel 3.

Cara Pembuangan Sampah Rumah Tangga Kota

Surabaya

Tahun 2011 – 2012

Sumber: Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)

Kota Surabaya Tahun 2011 dan 2012, diolah.

Tabel 3. menunjukkan bahwa di tahun 2011 hingga

2012, masyarakat Kota Surabaya masih menggunakan

paradigma lama dalam pengelolaan sampah. Data

menunjukkan bahwa dari 806.794 rumah tangga yang

ada di Kota Surabaya pada tahun 2011, semua rumah

tangga Kota Surabaya membuang sampahnya yang

berjumlah 3.942 M3 dengan menggunakan paradigma

lama, dimana sampah dikumpulkan, diangkut, dan

dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah begitu

saja. Begitu pula di tahun 2012, sampah yang

berjumlah 3.565 M3 dikumpulkan, diangkut, dan

dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah begitu

saja oleh 888.206 rumah tangga yang ada di Kota

Surabaya. Oleh karenanya, paradigma pengelolaan

sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir tersebut

sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan

paradigma baru pengelolaan sampah.

Paradigma baru pengelolaan sampah memandang

sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai

ekonomi dan dapat dimanfaatkan. Paradigma baru

dalam pengelolaan sampah ini juga memandang

perlunya peran serta / keterlibatan masyarakat dalam

pengelolaan sampah. Masyarakat dipandang sebagai

salah satu faktor utama keberhasilan pengelolaan

Page 3: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

232

sampah melalui paradigma ini karena pada dasarnya

masyarakat dan segala aktivitas – aktivitas yang

dilakukannya – lah yang menjadi salah satu penyebab

sampah yang ada saat ini bertambah jumlahnya dan

semakin beragam jenisnya.

Salah satu kampung yang terdapat di Kota Surabaya

dengan tingkat partisipasi masyarakat yang baik dalam

pengelolaan sampah adalah Kampung Jambangan.

Partisipasi masyarakat yang baik di Kampung

Jambangan ini pada kenyataannya berhasil mengubah

Kampung Jambangan yang dulunya kumuh, bau, penuh

kotoran, bahkan tradisi buang hajat di sungai yang

melekat pada masyarakat Jambangan dengan

banyaknya WC – WC terapung yang dikenal dengan

sebutan "Helikopter", yang dulu menghias di sepanjang

sungai yang membelah kampung itu

(http://www.suarasurabaya.net/fokus/145/2014/131312

-Jambangan,-Surganya-Surabaya, akses: 20 Februari

2016), sekarang menjadi sebuah kampung yang dikenal

sebagai Kampung Wisata Lingkungan. Keberhasilan

Jambangan mengubah perilaku masyarakat untuk lebih

peduli akan lingkungan juga berhasil menghantarkan

Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan

mendapatkan penghargaan Kalpataru dengan kategori

perintis lingkungan yang diberikan oleh Presiden

Republik Indonesia kepada Ibu Sriyatun

(http://www.menlh.go.id/penghargaan-kalpataru/,

akses: 20 Februari 2016). Salah satu RW (Rukun

Warga) yang terdapat di Kelurahan Jambangan dengan

tingkat partisipasi masyarakat yang baik dalam

pengelolaan sampah adalah RW III.

RW III Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan

menjadi salah satu RW teladan di Kota Surabaya

karena keberhasilannya mengubah sampah – sampah

yang ada, yang semula tidak berharga, menjadi suatu

komoditas yang memiliki nilai ekonomis dan dapat

digunakan kembali. Hal ini kemudian yang membuat

RW III Kelurahan Jambangan berhasil mendapat

berbagai prestasi dan penghargaan baik pada tingkat

regional maupun nasional, yaitu diantaranya:

Tabel 4.

Prestasi dan Penghargaan RW III Kelurahan

Jambangan, Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya

Sumber: RW III Kelurahan Jambangan, Kecamatan

Jambangan, diolah.

Page 4: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

233

Salah satu bentuk pengelolaan dan pemanfaatan

sampah di wilayah RW III Kelurahan Jambangan

adalah melalui adanya bank sampah. Dari 180 unit

bank sampah yang ada di Kota Surabaya pada tahun

2013(http://waste.ccacknowledge.net/sites/default/files/

files/events_documents/Surabaya%20City%20Indonesi

a.pdf, akses: 18 Februari 2016), terdapat 9 unit bank

sampah terbaik dengan jumlah nasabah terbanyak dan

omzet pendapatan per bulan terbesar sebagai

indikatornya, dimana salah satunya terdapat di wilayah

RW III Kelurahan Jambangan. Data mengenai 9 bank

sampah terbaik di Kota Surabaya pada tahun 2013

tertera pada tabel berikut:

Tabel 5.

Sembilan Unit Bank Sampah Terbaik di Kota Surabaya

Tahun 2013

Sumber: Yustisia. Materi Presentasi dari Dinas Kebersihan

dan Pertamanan Kota Surabaya. Didapat dari:

http://waste.ccac-

knowledge.net/sites/default/files/files/events_documents/Sur

abaya%20City%20Indonesia.pdf (Akses: 18 Februari 2016),

diolah.

Tabel 5. menunjukkan bahwa dari 180 unit bank

sampah yang ada di Kota Surabaya, terdapat 9 unit

bank sampah terbaik dengan jumlah nasabah terbanyak

dan omzet pendapatan per bulan terbesar sebagai

indikatornya. Bank Sampah PITOE RW III Jambangan

masuk dalam 3 besar bank sampah terbaik di Kota

Surabaya, dimana hingga tahun 2013 Bank Sampah

PITOE RW III Jambangan ini memiliki jumlah

nasabah ± 85 orang dan omzet pendapatan perbulan

hingga ± Rp. 10.500.000,-. Keberhasilan Bank Sampah

PITOE RW III Jambangan menjadi salah satu bank

sampah terbaik di Kota Surabaya ini tentunya tidak

dapat terlepas dari partisipasi masyarakat didalamnya.

Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor

keberhasilan Bank Sampah PITOE RW III Jambangan

menjadi salah satu bank sampah terbaik di Kota

Surabaya. Hal ini terbukti dengan sejarah berdirinya

Bank Sampah PITOE Jambangan yang pada awalnya

merupakan bank sampah yang didirikan atas inisiatif

masyarakat setempat. Tidak hanya itu, partisipasi

masyarakat yang baik dalam pengelolaan sampah di

Bank Sampah PITOE Jambangan juga membuat

Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Prof.

Dr. Balthasar Kambuaya, MBA., tertarik untuk

mengunjungi dan meresmikan Bank Sampah PITOE

Jambangan secara langsung pada tanggal 8 Maret

2013.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE

Jambangan, Kota Surabaya?

2. Faktor – faktor apakah yang mempengaruhi tingkat

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah

di Bank Sampah PITOE Jambangan, Kota

Surabaya?

Dan berdasarkan permasalahan yang dirumuskan

di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE

Jambangan, Kota Surabaya.

2. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi

tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan, Kota

Surabaya.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian

ini adalah:

1. Manfaat akademis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat

memperkaya dan menambah wawasan pengetahuan

bagi kalangan akademisi terkait dengan partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan sampah di bank

sampah. Tidak hanya itu, penelitian ini juga

diharapkan mampu digunakan sebagai bahan

perbandingan bagi peneliti selanjutnya dalam

rangka penelitian dan pengembangan lebih lanjut

dalam penerapan ilmu, khususnya partisipasi

masyarakat.

2. Manfaat praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

menjadi masukan, baik bagi Kecamatan dan

Kelurahan yang ada di Kota Surabaya maupun

Pemerintah Kota Surabaya untuk lebih melibatkan

masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui

pendirian bank sampah di setiap kampung –

kampung yang ada di Kota Surabaya. Disisi lain,

dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat

memotivasi masyarakat agar mau melibatkan diri

dalam pengelolaan lingkungan, khususnya dalam

pengelolaan sampah serta diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk

menjaga kelestarian lingkungannya sendiri dengan

ikut meminimalkan jumlah timbulan sampah

misalnya.

Tinjauan Pustaka

Sampah

Istilah sampah sendiri memiliki banyak pengertian.

Berikut ini beberapa pengertian sampah dari berbagai

sudut pandang:

1. Menurut Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Sampah dalam pasal 1 ayat 1

menyebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan

sehari – hari manusia dan / atau alam yang

berbentuk padat.

Page 5: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

234

2. Menurut Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan

Umum (2007) (dalam Hermawati, et al. 2015:1)

sampah diartikan sebagai suatu buangan atau

produk sisa dalam bentuk padat sebagai akibat

kegiatan manusia yang dapat dianggap sudah tidak

bermanfaat lagi, untuk itu harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia.

3. Menurut Ecolink (1996) (dalam Samal, ed. 2010:2)

memberikan pengertian sampah sebagai bahan yang

terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas

baik yang dilakukan oleh manusia maupun alam

yang belum memiliki nilai ekonomis.

Pengelolaan Sampah

Paradigma Pengelolaan Sampah

Dari berbagai literatur yang ada, setidaknya terdapat

dua paradigma pengelolaan sampah yang selama ini

digunakan (Penjelasan Undang – Undang Nomor 18

Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah), yaitu

paradigma lama dan paradigma baru.

1. Dalam paradigma lama, sampah dipandang sebagai

material yang tidak berguna sehingga cukup

ditangani dengan cara pendekatan akhir (end of

pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan

dibuang atau disingkirkan begitu saja.

2. Paradigma baru memandang sampah sebagai

sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan

dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi,

kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri.

Pengelolaan Sampah Secara Terpadu (Terintegrasi)

Tchobanoglous, et al. (1993) (dalam Hermawati, et al.,

2015:87) mendefinisikan pengelolaan sampah sebagai

suatu disiplin kegiatan yang terkait dengan

pengendalian timbulan sampah hingga pembuangannya

dengan cara yang sesuai dengan prinsip – prinsip

kesehatan masyarakat, ekonomi, rekayasa, konservasi,

estetika, dan lingkungan. Menurut Tchobanoglous, et

al. (1993), aktivitas pengelolaan sampah dari titik

timbulan sampah sampai ke pembuangan akhir

meliputi enam elemen fungsional yaitu timbulan

sampah; penanganan, pemisahan, penyimpanan, dan

pemrosesan akhir di sumber; pengumpulan sampah;

pemisahan, pemrosesan, dan transformasi sampah;

transfer dan pengangkutan sampah; dan pembuangan

akhir sampah. Hubungan antar elemen dalam sistem

pengelolaan sampah dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.

Skema Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

Sumber: Tchobanoglous, et al. (1993) dalam

Hermawati, et al. (2015:9).

Aktivitas pengelolaan sampah tidak terbatas pada

aspek teknis semata, tetapi juga aspek – aspek lainnya

seperti yang dikemukakan oleh Sucipto (2012:32),

diantaranya: (1) aspek teknologi, (2) aspek partisipasi

masyarakat (sosial), (3) aspek ekonomi dan finansial,

(4) aspek hukum dan peraturan, (5) aspek organisasi

dan manajemen, (6) aspek operasional, dimana masing

– masing aspek ini saling berkaitan satu sama lain yang

tidak dapat dipisahkan. Namun, diantara semua aspek

yang ada, Dhokhikah, et al. (2015:153) berpendapat

bahwa partisipasi masyarakat menjadi suatu faktor

kunci keberhasilan pengelolaan sampah terpadu.

Partisipasi masyarakat memiliki peran penting dalam

mencapai pengelolaan sampah secara terpadu.

Bank Sampah

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle

Melalui Bank Sampah dalam pasal 1 ayat 1

mendefinisikan bank sampah sebagai tempat

pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur

ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai

ekonomi.

Sedangkan Dhokhikah, et al. (2015:154) memandang

bank sampah sebagai bank yang didirikan oleh

komunitas masyarakat. Bank sampah menerima

sampah daur ulang dari komunitas (yang disebut

sebagai nasabah / klient dari bank sampah). Bank

sampah menerima sampah daur ulang, seperti botol

plastik, gelas bekas air kemasan, koran, majalah, buku,

kertas bekas, kertas bekas pemakaian di kantor –

kantor, kabel – kabel bekas, kaleng bekas, kaleng

bensin, besi tua, dan sepatu bekas, dan lain sebagainya

dari nasabah. Harga sampah per kilogram bergantung

pada jenis sampahnya. Setiap jenis sampah ditimbang

yang kemudian dicatat dalam buku tabungan sampah.

Masing – masing nasabah memiliki buku tabungan,

yang didalamnya berisi jenis sampah yang

dikumpulkan, berat sampah yang dikumpulkan dan

telah ditimbang, harga per kilogram, dan jumlah total

saldo nominal uang dari sampah yang telah

dikumpulkan. Bank sampah sangat berguna untuk

meminimalkan jumlah sampah dari sumber sebelum

diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS).

Partisipasi Masyarakat

Pengertian Partisipasi Masyarakat

Seorang ahli ekonomi kerakyatan, Mubyarto (1997)

(dalam Huraerah 2008:96) mengatakan, pengertian

partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat

dalam suatu proses pembangunan dimana masyarakat

ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan program,

perencanaan dan pembangunan, perumusan kebijakan,

dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Sulaiman

(1985) (dalam Huraerah 2008:96), mengungkapkan

partisipasi sosial sebagai keterlibatan aktif warga

masyarakat secara perorangan, kelompok, atau dalam

kesatuan masyarakat dalam proses pembuatan

keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan

program serta usaha pelayanan dan pembangunan

Page 6: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

235

kesejahteraan sosial di dalam dan atau di luar

lingkungan masyarakat atas dasar rasa kesadaran

tanggung jawab sosialnya.

Pada dasarnya partisipasi masyarakat menjadi hal yang

penting dalam penyelenggaraan negara, khususnya

dalam pembangunan. Tjokrowinoto (1987) (dalam

Mardiyanta 2013:228 – 229) berpendapat bahwa

argumentasi pentingnya konsep dan praktek partisipasi

masyarakat dalam pembangunan meliputi:

1. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir

pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis

dari dalil tersebut;

2. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan

kemampuan pribadi untuk dapat turut serta dalam

keputusan penting yang menyangkut masyarakat;

3. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan

balik arus informasi tentang sikap, aspirasi,

kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa

keberadaannya akan tidak terungkap. Arus

informasi ini tidak dapat dihindari untuk

berhasilnya pembangunan;

4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan

dimulai dari di mana rakyat berada dan dari apa

yang mereka miliki;

5. Partisipasi memperluas zone (kawasan) penerimaan

proyek pembangunan;

6. Ia akan memperluas jangkauan pelayanan

pemerintah kepada seluruh masyarakat;

7. Partisipasi menopang pembangunan;

8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif

baik bagi aktualisasi potensi manusia maupun

pertumbuhan manusia;

9. Partisipasi merupakan cara yang efektif

membangun kemampuan masyarakat untuk

pengelolaan program pembangunan guna

memenuhi kebutuhan khas daerah;

10. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak

demokratis individu untuk dilibatkan dalam

pembangunan mereka sendiri.

Bentuk – Bentuk Partisipasi Masyarakat

Kaho (2007:127) menarik kesimpulan bahwa bentuk

partisipasi yang dapat diberikan oleh masyarakat,

yaitu:

1. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan

Setiap proses penyelenggaraan, terutama dalam

kehidupan bersama masyarakat, pasti melewati

tahap penentuan kebijaksanaan. Dalam hal ini

Moebyarto menegaskan, “... dalam keadaan yang

paling ideal keikutsertaan masyarakat untuk

membuat „putusan politik‟ yang menyangkut nasib

mereka, adalah ukuran tingkat partisipasi rakyat.

Semakin besar kemampuan untuk menentukan

nasib sendiri, semakin besar partisipasi

masyarakat.” Dalam hal ini, bentuk partisipasi yang

dapat diberikan oleh masyarakat adalah dengan

terlibat dalam pembuatan keputusan karena

keputusan yang dibuat pada dasarnya menyangkut

nasib masyarakat itu sendiri.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan

Partisipasi ini menjadi tahap lanjutan dari tahap

pertama. Terkait dengan hal ini, Uphoff

berpendapat bahwa masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan dapat memberikan kontribusinya

guna menunjang pelaksanaan pembangunan berupa

tenaga, uang, barang, material, ataupun informasi

yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan.

Moebyarto menambahkan bahwa hal yang penting

dan perlu diperhatikan dalam hal ini adalah

kesediaan masyarakat untuk membantu agar

program yang dijalankan dapat berhasil harus

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh

setiap orang dan tanpa mengorbankan kepentingan

diri sendiri ini sudah dikategorikan sebagai

partisipasi.

3. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil

Dalam hal ini, masyarakat mempunyai hak untuk

berpartisipasi dalam menikmati setiap usaha

bersama yang ada secara adil. Adil dalam

pengertian ini adalah setiap orang mendapatkan

bagiannya sesuai dengan pengorbanannya dan

menurut norma – norma yang berlaku. Uphoff, et

al., berpendapat bahwa partisipasi dalam menikmati

hasil dapat dilihat dari tiga segi, yaitu dari aspek

manfaat materialnya (material benefit), manfaat

sosialnya (social benefit), dan manfaat pribadi

(personal benefit).

4. Partisipasi dalam evaluasi

Sudah umum disepakati bahwa setiap

penyelenggaraan apa pun dalam kehidupan

bersama, hanya dapat dinilai berhasil apabila dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat. Untuk

mengetahui hal ini, sudah sepantasnya masyarakat

diberi kesempatan untuk menilai hasil yang telah

dicapai. Masyarakat dapat dijadikan sebagai

„hakim‟ yang adil dan jujur dalam menilai hasil

yang ada.

Derajat Partisipasi Masyarakat

Prety, J. (1995) (dalam Sugandi 2011:184 – 185)

berpendapat bahwa ada tujuh karakteristik tipologi

partisipasi, yang berturut – turut semakin dekat dengan

bentuk ideal, yaitu:

1. Partisipasi pasif atau manipulatif, dimana dalam

partisipasi ini masyarakat hanya dijadikan sebagai

penerima pemberitahuan dari apa yang sedang dan

telah terjadi. Pengumuman sepihak yang dilakukan

oleh pelaksana proyek ini tidak memperhatikan

tanggapan masyarakat sebagai sasaran program.

Informasi yang dipertukarkan terbatas pada

kalangan profesional saja, diluar kelompok sasaran.

Partisipasi bentuk ini merupakan partisipasi yang

paling lemah.

2. Partisipasi informatif, dimana dalam hal ini

masyarakat hanya menjawab pertanyaan –

pertanyaan untuk proyek, namun tidak memiliki

kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi

proses keputusan. Akurasi hasil studi juga tidak

dibahas bersama masyarakat.

3. Partisipasi konsultatif, dimana dalam hal ini

masyarakat berpartisipasi dengan cara

Page 7: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

236

berkonsultasi, sedangkan orang luar mendengarkan,

serta menganalisis masalah dan pemecahannya.

Masyarakat juga belum memiliki peluang untuk

membuat keputusan bersama. Para profesional

tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan

masyarakat (sebagai masukan) untuk

ditindaklanjuti.

4. Partisipasi insentif, dimana dalam hal ini

masyarakat memberikan pengorbanan barang dan

jasa untuk memperoleh imbalan insentif berupa

upah, walau tidak dilibatkan dalam proses

pembelajaran atau eksperimen – eksperimen yang

dilakukan. Masyarakat tidak memiliki andil untuk

melanjutkan kegiatan – kegiatan setelah insentif

dihentikan.

5. Partisipasi fungsional, masyarakat membentuk

kelompok sebagai bagian proyek, setelah ada

keputusan – keputusan utama yang disepakati. Pada

tahap awal, masyarakat tergantung kepada pihak

luar, tetapi secara bertahap kemudian menunjukkan

kemandiriannya.

6. Partisipasi interaktif, dimana dalam hal ini

masyarakat berperan dalam proses analisis untuk

perencanaan kegiatan dan pembentukan atau

penguatan kelembagaan, pola ini cenderung

melibatkan metode interdisipliner yang mencari

keragaman perspektif dalam proses belajar yang

terstruktur dan sistematis. Masyarakat memiliki

peran untuk mengontrol atas pelaksanaan keputusan

– keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam

keseluruhan proses kegiatan.

7. Mandiri (self mobilization), dimana dalam hal ini

masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas

(tidak dipengaruhi pihak luar) untuk mengubah

sistem atau nilai – nilai yang mereka junjung.

Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga –

lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan

dukungan teknis serta sumberdaya yang diperlukan,

yang terpenting masyarakat juga memegang kendali

atas pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau

digunakan (Syahyuti, 2006).

Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Masyarakat

Billah (dalam Huraerah 2008:105 – 107)

mengungkapkan bahwa setidak – tidaknya ada 5 motif

masyarakat berpartisipasi, yaitu:

1. Motif psikologi

Kepuasan pribadi, pencapaian prestasi, atau rasa

telah mencapai sesuatu (achievement) dapat

merupakan motivasi yang kuat bagi seseorang

untuk melakukan kegiatan, termasuk juga untuk

berpartisipasi meskipun kegiatan atau

partisipasinya itu tidak akan menghasilkan

keuntungan (baik berupa uang ataupun materi).

2. Motif sosial

Terdapat dua sisi motif sosial, yaitu untuk

memperoleh status sosial dan untuk menghindarkan

dari terkena pengendalian sosial (social control).

Orang akan dengan suka hati berpartisipasi dalam

suatu kegiatan (pembangunan) manakala

keikutsertaannya itu akan membawa dampak

meningkatnya status sosialnya. Pada sisi negatif,

orang akan „terpaksa‟ berpartisipasi dalam satu

kegiatan (pembangunan) karena „takut‟ terkena

sanksi sosial (tersisih atau dikucilkan oleh

masyarakat). Motif semacam ini dikendalikan oleh

norma – norma sosial yang masih kuat di dalam

masyarakat, terutama yang masih bersifat

keguyuban.

3. Motif keagamaan

Motif keagaamaan didasarkan pada kepercayaan

kepada kekuatan yang ada di luar manusia (Tuhan,

sesuatu yang gaib, supernatural). Agama sebagai

ideologi sosial yang mempunyai berbagai macam

fungsi bagi pemeluknya, yaitu fungsi – fungsi:

inspiratif, normatif, integratif, identifikatif, dan

operatif / motivatif. Melalui aktualisasi fungsi –

fungsi itu agama dapat meningkatkan peranannya

di dalam proses pembangunan, dan lebih dari itu

agama dapat meningkatkan peran para pemeluknya

dalam proses pembangunan.

4. Motif ekonomi

Laba (profit) adalah motif ekonomi yang dapat dan

bahkan seringkali efektif mendorong orang

mengambil keputusan untuk ikut berpartisipasi

didalam kegiatan (pembangunan). Dengan

menggunakan tata nalar ekonomi orang akan

memutuskan berpartisipasi (dalam suatu kegiatan)

manakala kegiatan – kegiatan itu dapat

menghasilkan manfaat / keuntungan bagi dirinya

atau bagi perusahaan / kelompoknya, atau setidak –

tidaknya ia akan ikut berpartisipasi jika tidak akan

memperoleh kerugian atau paling tidak kerugian

yang diperoleh dari partisipasinya lebih kecil

daripada kerugian yang dapat di derita karena tidak

ikut berpartisipasi.

5. Motif politik

Dasar utama motif politik ini adalah kekuasaan.

Oleh karenanya, partisipasi seseorang atau

golongan akan ditentukan oleh besar – kecilnya

kekuasaan yang dapat diperoleh dari partisipasinya

di dalam berbagai kegiatan (pembangunan). Makin

besar kekuasaan yang mungkin di peroleh dari

keterlibatannya di dalam kegiatan (pembangunan),

maka makin kuat pula kemungkinan untuk ikut

berpartisipasi.

Sedangkan, Najib (2005) (dalam Huraerah 2008:108)

memandang keberhasilan partisipasi masyarakat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Siapa penggagas partisipasi: apakah pemerintah

pusat, pemerintah daerah atau LSM. Non –

government stakeholders berpeluang untuk lebih

lanjut.

2. Untuk kepentingan siapa partisipasi itu

dilaksanakan: apakah untuk kepentingan

pemerintah atau untuk masyarakat. Jika untuk

kepentingan warga maka program kemiskinan

dengan pendekatan partisipasi akan lebih berlanjut.

3. Siapa yang memegang kendali: apakah pemerintah

pusat, pemerintah daerah, atau lembaga donor. Jika

pemerintah daerah atau LSM yang memegang

Page 8: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

237

kendali cenderung lebih berhasil, karena

pemerintah daerah atau LSM cenderung lebih

mengetahui permasalahan, kondisi, dan kebutuhan

daerah atau masyarakatnya dibanding pihak luar.

4. Hubungan pemerintah dengan masyarakat: apakah

ada kepercayaan dari masyarakat terhadap

pemerintahannya, jika hubungan ini baik,

partisipasi akan lebih mudah dilaksanakan.

5. Kultural: daerah yang masyarakatnya memiliki

tradisi dalam berpartisipasi (proses pengambilan

keputusan melalui musyawarah) cenderung lebih

mudah dan berlanjut.

6. Politik: kepemerintahan yang stabil serta menganut

sistem yang transparan, meghargai keberagaman

dan demokratis.

7. Legalitas: tersedianya (diupayakan) regulasi yang

menjamin partisipasi warga dalam pengelolaan

pembangunan (terintegrasi dalam sistem

keperintahan di daerah).

8. Ekonomi: adanya mekanisme yang menyediakan

akses bagi warga miskin untuk terlibat atau

memastikan bahwa mereka akan memperoleh

“manfaat” (langsung maupun tidak langsung)

setelah berpartisipasi.

9. Kepemimpinan: adanya kepemimpinan yang

disegani dan memiliki komitmen untuk

mendorong serta melaksanakan partisipasi, dapat

dari kalangan pemerintah, LSM, masyarakat itu

sendiri atau tokoh masyarakat.

10. Waktu: penerapan partisipasi tidak hanya sesaat,

tetapi ditempatkan pada kurun waktu yang cukup

lama.

11. Tersedianya jaringan yang menghubungkan

antara warga masyarakat dan pemerintah (forum

warga).

Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Penelitian

kualitatif menurut Denzin dan Lincoln (1987) (dalam

Moleong 2013:5) merupakan penelitian yang

menggunakan latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Dalam penelitian ini, yang menjadi lokasi penelitian

adalah Kota Surabaya, dimana objek yang diteliti

adalah Bank Sampah PITOE Jambangan. Pemilihan

informan dilakukan secara purposive sampling untuk

informan kunci dan snowball sampling untuk informan

lanjutan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah

peneliti sendiri. Data diperoleh melalui proses

wawancara mendalam dengan para informan untuk

pengumpulan data primer, sedangkan untuk

pengumpulan data sekunder dilakukan melalui

observasi, dokumentasi, dan penelusuran data online.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis data model Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono 2011:246), dimana dilakukan melalui 3

aktivitas, yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan. Sedangkan teknik pemeriksaan

keabsahan data menggunakan teknik triangulasi.

Hasil dan Pembahasan

1. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

di Bank Sampah PITOE Jambangan

a. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan

keputusan pengelolaan sampah di Bank Sampah

PITOE Jambangan

Di Bank Sampah PITOE Jambangan,

masyarakat dilibatkan dalam proses pembuatan

keputusan melalui musyawarah yang diadakan

oleh pengurus Bank Sampah PITOE

Jambangan. Keputusan yang diambil pertama –

tama dilakukan didalam internal pengurus Bank

Sampah PITOE Jambangan melalui rapat

internal. Didalam rapat internal tersebut,

pengurus membuat suatu konsep atau pilihan

alternatif – alternatif keputusan. Setelah konsep

atau alternatif – alternatif keputusan dipilih dan

ditetapkan oleh pengurus Bank Sampah PITOE

Jambangan, masyarakat kemudian dilibatkan

untuk memilih dan menetapkan salah satu

diantara alternatif – alternatif keputusan tersebut

melalui voting, sehingga keputusan yang

diambil merupakan suatu kesepakatan antara

pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan

dengan masyarakat. Pembuatan keputusan

bersama dengan masyarakat dilakukan secara

intens dan rutin setiap bulan pada tanggal 7 di

pertemuan PKK. Antusiasme masyarakat dalam

proses ini ditunjukkan melalui dua hal. Pertama,

kehadiran masyarakat pada saat pertemuan

PKK. Kedua, masyarakat secara aktif

memberikan usulan dan masukan kepada pihak

pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan

selama pertemuan berlangsung, apabila

diperlukan.

Gambar 2.

Musyawarah antara Pengurus Bank Sampah PITOE

Jambangan dengan Masyarakat dalam Pertemuan PKK

Sumber: Dokumentasi Peneliti Tanggal 12 Juni

2016 di Balai RT 7 RW III Kelurahan

Jambangan Kecamatan Jambangan, Kota

Surabaya.

Page 9: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

238

Gambar 3.

Salah Seorang Masyarakat Yang Memberikan Usulan

Pada Saat Pertemuan PKK

Sumber: Dokumentasi Peneliti Tanggal 12 Juni

2016 di Balai RT 7 RW III Kelurahan

Jambangan Kecamatan Jambangan, Kota

Surabaya.

Dari hasil temuan peneliti selama berada

dilapangan dan teori mengenai partisipasi

masyarakat dalam proses pembuatan keputusan

sebagaimana dikemukakan oleh Kaho dapat

disimpulkan bahwa masyarakat dilibatkan

dalam proses pembuatan keputusan di Bank

Sampah PITOE Jambangan. Masyarakat

memiliki kesempatan untuk menentukan nasib

mereka sendiri dan juga nasib operasional Bank

Sampah PITOE Jambangan, meskipun

pembuatan keputusan telah dilakukan oleh

pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan

dalam rapat internal sebelumnya. Antusiasme

masyarakat dalam proses pembuatan keputusan

terbukti dengan kehadiran masyarakat dalam

setiap pertemuan dan keaktifan masyarakat

dalam memberikan usulan pada saat pertemuan.

b. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah

PITOE Jambangan

Dalam proses kegiatan pengelolaan sampah di

Bank Sampah PITOE Jambangan, masyarakat

secara aktif terlibat didalamnya. Sama halnya

dengan yang dikemukakan oleh Dhokhikah,

et.al, dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan

sampah, pertama – tama masyarakat memilah

dan memisahkan sampah dari rumahnya masing

– masing menjadi dua, yaitu sampah basah dan

sampah kering. Sampah basah seperti sisa

sayuran dikumpulkan, dipotong – potong, dan

dimasukkan kedalam komposter. Sedangkan

untuk sampah kering seperti sampah plastik

bekas, botol kemasan air mineral bekas, gelas

kemasan air mineral bekas, dan sebagainya

dikumpulkan, dipilah berdasarkan jenisnya, dan

dibersihkan, yang kemudian dibawa oleh

masyarakat ke Bank Sampah PITOE

Jambangan. Sampah yang dibawa oleh para

masyarakat Bank Sampah PITOE Jambangan,

lalu ditimbang sesuai dengan jenisnya satu per

satu. Setelah ditimbang kemudian dicatat dalam

buku catatan seperti layaknya sebuah bank pada

umumnya oleh pengurus Bank Sampah PITOE

Jambangan. Sampah – sampah masyarakat yang

telah ditimbang dan dicatat ini kemudian dipilah

oleh pengurus bank sampah, dibersihkan bila

diperlukan, dirapikan, dan dimasukkan kedalam

gudang bank sampah, yang selanjutnya siap

untuk diambil oleh pengepul. Selain dijual ke

pengepul, sampah – sampah yang ada di Bank

Sampah PITOE juga dijual ke pengrajin daur

ulang.

Gambar 4.

Masyarakat Membawa Sampah Yang Sudah Dipilah

Ke Bank Sampah PITOE Jambangan

Sumber: Dokumentasi Peneliti Tanggal 22 Mei

2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan.

Antusiasme masyarakat dalam pelaksanaan

kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah

PITOE Jambangan dapat dikatakan tinggi. Hal

ini ditunjukkan dengan setiap minggunya ada

saja masyarakat yang menyetorkan sampahnya,

sehingga menyebabkan tidak jarang kapasitas

gudang Bank Sampah PITOE Jambangan tidak

mencukupi untuk menampung sampah –

sampah tersebut. Keaktifan dan kemauan

masyarakat untuk membantu pengurus Bank

Sampah PITOE Jambangan dalam pelaksanaan

kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah

PITOE Jambangan juga menjadi bukti

antusiasme masyarakat yang tinggi. Masyarakat

tidak segan – segan untuk membantu pengurus

Bank Sampah PITOE jika masyarakat tidak

sedang sibuk. Peran serta yang biasanya

diberikan oleh masyarakat adalah membantu

pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan

dalam memilah dan membersihkan sampah –

sampah setelah kegiatan penimbangan selesai

dilakukan. Selain itu, partisipasi lainnya yang

diberikan oleh masyarakat adalah dengan ikut

menjaga sarana dan prasarana yang ada di Bank

Sampah PITOE, sehingga sarana dan

prasarananya tidak hilang atau rusak.

Masyarakat juga ikut mempromosikan Bank

Sampah PITOE Jambangan kepada orang lain

yang belum mengetahui adanya Bank Sampah

PITOE Jambangan. Disisi lain, peran serta

Page 10: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

239

masyarakat dalam proses kegiatan pengelolaan

sampah juga terletak pada dukungan mereka

kepada pengurus Bank Sampah PITOE

Jambangan dengan memberikan makanan

ringan, snack, kue, roti, ataupun minuman.

Gambar 5.

Masyarakat Membantu Pengurus Bank Sampah PITOE

Jambangan dalam Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan

Sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan

Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 22 Mei

2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan.

Gambar 6.

Seorang Masyarakat membawa Permen untuk

Pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan

Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 22 Mei

2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan.

Dari hasil temuan peneliti selama berada

dilapangan dan teori mengenai partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan sebagaimana

dikemukakan oleh Uphoff dan Moebyarto dapat

disimpulkan bahwa masyarakat dalam

pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah di

Bank Sampah PITOE Jambangan memberikan

kontribusinya untuk menunjang pelaksanaan

kegiatan di Bank Sampah PITOE Jambangan,

baik berupa tenaga, uang, barang, maupun

material. Seperti yang dikemukakan oleh

Mubyarto, masyarakat bersedia untuk

membantu dalam pelaksanaan kegiatan

pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE

Jambangan, jika tanggungjawabnya sebagai ibu

rumah tangga sudah selesai dilakukan.

c. Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil

kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah

PITOE Jambangan

Hasil kegiatan pengelolaan sampah di Bank

Sampah PITOE Jambangan yang dapat

dinikmati oleh masyarakat setidaknya dapat

dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek pendapatan

(ekonomi), aspek lingkungan, dan aspek sosial.

Pertama dalam aspek pendapatan (ekonomi),

dimana masyarakat dapat menikmati hasil dari

proses pelaksanaan pengelolaan sampah di

Bank Sampah PITOE Jambangan berupa uang

dari hasil penjualan sampah. Melalui

pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE

Jambangan ini, sampah yang dulunya terbuang

begitu saja, ternyata dapat menjadi tambahan

penghasilan yang cukup lumayan bagi

masyarakat melalui adanya Bank Sampah

PITOE Jambangan ini. Hasil uang atau

tabungan dari masyarakat memang tidak terlalu

besar, sehingga tidak dapat mencukupi

kebutuhan hidup primer sehari – hari. Namun,

uang atau tabungan yang diperoleh oleh

masyarakat ini biasanya digunakan oleh

masyarakat sebagai tambahan untuk memenuhi

kebutuhan sekunder, misalnya untuk membeli

tak‟jil, membeli kue – kue kering untuk lebaran,

ataupun untuk tambahan membayar uang

sekolah anak.

Manfaat kedua adalah terkait pada kebersihan

lingkungan sekitarnya. Masyarakat merasa

bahwa dengan adanya pengelolaan sampah di

Bank Sampah PITOE Jambangan ini jumlah

tumpukkan sampah yang ada dirumah menjadi

semakin berkurang dan membuat lingkungan di

wilayah Jambangan Tama menjadi bersih dari

sampah. Disisi lain, keterlibatan masyarakat

dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah

PITOE Jambangan sedikit banyaknya

membantu Pemerintah Kota Surabaya dalam

menangani permasalahan sampah yang semakin

menumpuk dan menggunung di TPA Benowo.

Selain itu, keberadaan Bank Sampah PITOE

Jambangan juga membuat masyarakat semakin

sadar untuk menggunakan dan menerapkan

salah satu konsep 3R, yaitu reuse

(menggunakan kembali). Melalui adanya Bank

Sampah PITOE Jambangan, masyarakat tidak

malu dan tidak segan untuk membeli dan

mempergunakan kembali barang yang dianggap

sebagai sampah oleh pemilik sebelumnya.

Gambar 7.

Lingkungan Jalan Jambangan Tama yang Bersih dan

Hijau

Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 12

Juni 2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan.

Page 11: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

240

Manfaat ketiga yang diperoleh masyarakat

adalah terletak pada aspek sosial. Masyarakat

merasa bahwa dengan adanya kegiatan

pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE

Jambangan setiap hari Minggu semakin

meningkatkan keguyuban antar masyarakat di

wilayah Jambangan Tama. Masyarakat yang

setiap hari jarang untuk bersosialisasi dan keluar

rumah karena kesibukan dan padatnya aktivitas

yang harus dilakukan, menjadi dapat

bersosialisasi satu sama lain melalui adanya

kegiatan di Bank Sampah PITOE Jambangan

ini.

Gambar 8.

Pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan yang

sedang Berbincang – Bincang dengan Masyarakat

Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 22 Mei

2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan.

Dari hasil temuan peneliti selama berada

dilapangan dan teori mengenai partisipasi

masyarakat dalam pemanfaatan hasil

sebagaimana dikemukakan oleh Kaho dapat

disimpulkan bahwa terdapat banyak sekali hasil

yang dimanfaatkan oleh masyarakat dari

kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah

PITOE Jambangan, dimana setidaknya dapat

dilihat dari tiga aspek manfaat, yaitu dari aspek

ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek sosial.

Masyarakat dapat menikmati setiap hasil dari

kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah

PITOE Jambangan secara adil dan sesuai

dengan pengorbanan serta norma yang berlaku.

Tabungan sampah yang dimiliki oleh masing –

masing masyarakat menjadi bukti bahwa hasil

tabungan yang didapat sesuai dengan

pengorbanan masyarakat dalam kegiatan

penyetoran sampahnya.

d. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi kegiatan

pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE

Jambangan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti diketahui bahwa masyarakat tidak

dilibatkan dalam proses evaluasi di Bank

Sampah PITOE Jambangan. Proses evaluasi

kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah

PITOE Jambangan dilakukan dengan dua cara.

Pertama, dilakukan dalam rapat internal

pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan

untuk kemudian hasilnya disampaikan kepada

masyarakat atau pilihan yang kedua adalah

dengan menampung seluruh usulan dan

masukan yang disampaikan oleh masyarakat

untuk kemudian dibawa dalam rapat internal

pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan.

Namun, bukan berarti usul dan masukan yang

disampaikan oleh masyarakat ini dapat langsung

disetujui dan dilaksanakan oleh pengurus Bank

Sampah PITOE Jambangan. Hal ini bergantung

pada apakah pengurus sanggup untuk

melaksanakan usul dan masukan yang diberikan

tersebut. Proses evaluasi dilakukan secara rutin

minimal satu kali dalam setahun. Laporan

keuangan Bank Sampah PITOE Jambangan

dalam satu tahun menjadi bentuk evaluasi yang

dilakukan oleh pengurus Bank Sampah PITOE

Jambangan. Secara terbuka pengurus

memberikan lembaran fotocopy laporan

keuangan selama satu tahun kepada masyarakat.

Gambar 9.

Rapat Internal Pengurus Bank Sampah PITOE

Jambangan Setelah Evaluasi yang diadakan dalam

Pertemuan PKK

Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 12

Juni 2016 di Balai RT 7 RW III Kelurahan

Jambangan, Kecamatan Jambangan, Surabaya.

Gambar 10.

Ibu Yulia selaku Direktur Bank Sampah PITOE Saat

Menyampaikan Laporan Keuangan Kepada

Masyarakat

Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 12

Juni 2016 di Balai RT 7 RW III Kelurahan

Jambangan, Kecamatan Jambangan, Surabaya.

Page 12: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

241

Gambar 11.

Pembagian Tabungan Kepada Masyarakat

Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 12 Juni

2016 di Balai RT 7 RW III Kelurahan Jambangan,

Kecamatan Jambangan, Surabaya.

Dari hasil temuan peneliti selama berada

dilapangan dan teori mengenai partisipasi

masyarakat dalam pemanfaatan hasil

sebagaimana dikemukakan oleh Kaho dapat

disimpulkan bahwa masyarakat tidak dilibatkan

dalam proses evaluasi kegiatan di Bank Sampah

PITOE Jambangan secara bersama. Evaluasi

kegiatan dilakukan dalam rapat internal

pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan.

Masyarakat hanya sebatas memberikan usulan

dan masukan kepada pengurus Bank Sampah

PITOE Jambangan, dimana hal ini tidak berarti

bahwa usul yang diberikan dapat 100% diterima

dan dilaksanakan oleh pengurus Bank Sampah

PITOE Jambangan. Dalam proses evaluasi,

masyarakat hanya menerima lembaran laporan

keuangan Bank Sampah PITOE Jambangan

selama satu tahun.

2. Derajat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan

a. Derajat partisipasi masyarakat dalam

pengambilan keputusan pengelolaan sampah di

Bank Sampah PITOE Jambangan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa

derajat partisipasi masyarakat dalam proses

pembuatan keputusan di Bank Sampah PITOE

Jambangan berada dalam derajat partisipasi

yang disebut sebagai interaktif. Dalam derajat

ini, masyarakat dan pengurus Bank Sampah

PITOE Jambangan saling berinteraksi dalam

memutuskan dan memecahkan permasalahan

yang ada. Masyarakat memiliki kesempatan

untuk berperan dalam proses analisis untuk

perencanaan kegiatan dan pembentukan atau

penguatan kelembagaan melalui usulan dan

masukan yang secara aktif diberikan.

Masyarakat juga memiliki peran untuk

mengontrol jalannya pelaksanaan keputusan,

sehingga apabila terjadi penyimpangan ataupun

dirasa jalannya keputusan kurang begitu baik,

maka masyarakat kembali memberikan usulan

dan masukan kepada pengurus Bank Sampah

PITOE Jambangan.

b. Derajat partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah di

Bank Sampah PITOE Jambangan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa

derajat partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah di

Bank Sampah PITOE Jambangan berada pada

tahap yang disebut sebagai mandiri (self

mobilization). Masyarakat secara mandiri dan

tanpa dipengaruhi pihak luar membawa

sampahnya ke Bank Sampah PITOE

Jambangan. Selain itu, masyarakat memberikan

bantuan – bantuan maupun dukungan –

dukungan kepada pengurus Bank Sampah

PITOE Jambangan atas inisiatif dan

kemauannya sendiri, tanpa paksaan maupun

pengaruh dari pihak lain.

c. Derajat partisipasi masyarakat dalam

pemanfaatan hasil kegiatan pengelolaan sampah

di Bank Sampah PITOE Jambangan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa

derajat partisipasi masyarakat dalam menikmati

hasil kegiatan pengelolaan sampah di Bank

Sampah PITOE Jambangan berada pada tahap

yang disebut sebagai mandiri (self

mobilization). Dalam tahap ini, masyarakat

sendiri yang mengendalikan pemanfaatan hasil

tabungan sampah.

d. Derajat partisipasi masyarakat dalam evaluasi

kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah

PITOE Jambangan

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui

bahwa derajat partisipasi masyarakat dalam

evaluasi kegiatan pengelolaan sampah di Bank

Sampah PITOE Jambangan berada pada tahap

yang disebut sebagai konsultatif. Pada tahap ini,

masyarakat belum memiliki kesempatan untuk

dilibatkan dalam proses evaluasi bersama.

Proses evaluasi hanya sebatas pada pelaporan

keuangan atau kinerja dari pengurus Bank

Sampah PITOE Jambangan kepada masyarakat.

Usulan dan masukan dari masyarakat

didengarkan dan ditampung, namun belum tentu

menjadi masukan yang ditindaklanjuti.

3. Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE

Jambangan

1. Motif ekonomi

Dalam motif ini, masyarakat terdorong untuk

memberikan peran sertanya dalam setiap

kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah

PITOE Jambangan karena ingin mendapatkan

uang dari hasil tabungan sampah. Sampah yang

sebelumnya hanya dibuang begitu saja, ternyata

dapat memberikan penghasilan tambahan bagi

Page 13: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

242

masyarakat melalui adanya Bank Sampah

PITOE Jambangan.

2. Motif sosial

a. Motivasi untuk menciptakan keguyuban

Dalam motif ini, masyarakat terdorong

untuk memberikan peran sertanya dalam

setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank

Sampah PITOE Jambangan karena ingin

menciptakan keguyuban dengan masyarakat

lain. Ditengah kesibukannya, masyarakat

ingin melakukan sosialisasi dan komunikasi

dengan masyarakat lainnya melalui adanya

kegiatan pengelolaan sampah di Bank

Sampah PITOE Jambangan.

3. Motif psikologi

a. Motivasi untuk Pencapaian Prestasi Tempat

Tinggalnya

Dalam motif ini, masyarakat terdorong

untuk memberikan peran sertanya dalam

setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank

Sampah PITOE Jambangan karena

masyarakat ingin agar tempat tinggalnya

memenangkan banyak kompetisi, baik yang

diadakan oleh Pemerintah maupun pihak –

pihak lainnya. Semangat kompetitif yang

tinggi disertai dengan keinginan yang tinggi

untuk memenangkan kompetisi membuat

tingkat kepedulian masyarakat terhadap

lingkungan semakin meningkat.

b. Kepuasan Diri karena Lingkungan menjadi

Bersih

Dalam motif ini, faktor yang mendorong

masyarakat untuk memberikan peran

sertanya dalam setiap kegiatan pengelolaan

sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan

adalah karena ingin melihat lingkungan

sekitarnya menjadi bersih. Ada suatu

kepuasan tersendiri dalam diri masyarakat

ketika melihat tumpukkan sampah didalam

rumah menjadi berkurang, lingkungan

sekitar menjadi lebih bersih dan bebas dari

sampah, serta dapat membantu Pemerintah

Kota Surabaya untuk mengurangi jumlah

sampah yang menggunung di TPA Benowo.

4. Motivasi dan Dukungan dari Pemerintah

Dalam motif ini, faktor yang mendorong

masyarakat untuk memberikan peran sertanya

dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di

Bank Sampah PITOE Jambangan adalah karena

adanya motivasi dan dukungan dari pihak

pemerintah, baik Pemerintah Kota Surabaya,

Camat Jambangan, Lurah Jambangan, Ketua

RW maupun Ketua RT yang ada diwilayah

Jambangan. Dukungan – dukungan seperti dana

hingga dukungan moril lainnya membuat

masyarakat semakin terpacu untuk memberikan

peran sertanya. Pemimpin dalam hal ini menjadi

figur contoh bagi masyarakat.

Gambar 12.

Lurah Jambangan dan Ketua RW III Kelurahan

Jambangan saat Mengantarkan Tamu dari Banjarmasin

Barat ke Bank Sampah PITOE Jambangan

Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 29

Mei 2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan.

5. Motivasi dan Dukungan Pengurus Bank

Sampah PITOE Jambangan

Dalam motif ini, faktor yang mendorong

masyarakat untuk memberikan peran sertanya

dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di

Bank Sampah PITOE Jambangan adalah karena

adanya motivasi dari pihak pengurus Bank

Sampah PITOE Jambangan, yang mana sering

mengingatkan warga untuk tetap menjaga

kebersihan lingkungan. Para pengurus Bank

Sampah PITOE yang selalu terbuka dan siap

untuk menerima masukan dan saran juga

membuat masyarakat menjadi termotivasi untuk

semakin memberikan peran sertanya di Bank

Sampah PITOE Jambangan. Disisi lain,

pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan juga

sangat welcome terhadap siapapun juga serta

tidak pernah membeda – bedakan orang

membuat tidak adanya gap atau jarak antara

masyarakat dan pihak pengurus.

6. Motivasi dan Dukungan Kader Lingkungan

Dalam motif ini, kader lingkungan juga

memegang peran penting dan menjadi faktor

yang mendorong masyarakat untuk memberikan

peran sertanya dalam setiap kegiatan

pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE

Jambangan. Kader lingkungan diposisikan

sebagai agent of change dalam merubah

perilaku masyarakat yang dulunya masyarakat

Jambangan ini memiliki kebiasaan membuang

sampah dan hajat dikali menjadi masyarakat

yang memiliki budaya hidup bersih dan sehat.

Kader lingkungan ini yang kemudian menjadi

ujung tombak dalam pembentukan perilaku dan

meningkatkan partisipasi masyarakat.

7. Komunikasi dengan Masyarakat yang Lancar

Page 14: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

243

Dalam motif ini, faktor yang mendorong

masyarakat untuk memberikan peran sertanya

dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di

Bank Sampah PITOE Jambangan adalah karena

adanya komunikasi yang baik dan lancar antara

pihak pengurus Bank Sampah PITOE

Jambangan dengan pihak masyarakat.

Komunikasi yang lancar ini kemudian juga

membuat tidak adanya gap atau jarak antara

masyarakat dengan pengurus Bank Sampah

PITOE Jambangan. Masyarakat dapat

mengungkapkan isi hatinya kepada pengurus

Bank Sampah PITOE Jambangan tanpa harus

selalu melalui pertemuan – pertemuan formal.

8. Forum Warga yang Rutin Dilakukan

Forum / pertemuan – pertemuan dengan

masyarakat yang sering dan rutin dilakukan juga

menjadi faktor pendorong masyarakat untuk

memberikan peran sertanya. Setidaknya dalam

satu bulan terdapat tiga pertemuan yang secara

rutin diadakan, yaitu pertemuan PKK,

pertemuan dasawisma, dan pengajian.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari

bentuk partisipasinya, masyarakat berpartisipasi dalam

pembuatan keputusan, pelaksanaan, dan pemanfaatan

hasil pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE

Jambangan. Namun, masyarakat tidak berpartisipasi

dalam proses evaluasi. Sedangkan dari derajat

partisipasi ternyata partisipasi masyarakat berada

dalam derajat interaktif terkait dengan pembuatan

keputusan, derajat mandiri (self mobilization) terkait

dengan pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan hasil,

dan derajat konsultatif terkait dengan proses evaluasi.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ternyata

faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan sampah di Bank

Sampah PITOE Jambangan, antara lain motif ekonomi,

motif sosial untuk menciptakan keguyuban, motif

psikologi untuk pencapaian prestasi tempat tinggal dan

kepuasan diri karena lingkungan menjadi bersih,

motivasi dan dukungan dari Pemerintah, motivasi dan

dukungan pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan,

motivasi dan dukungan kader lingkungan, komunikasi

dengan masyarakat yang lancar, dan forum warga yang

rutin dilakukan.

Saran

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh oleh peneliti

pada saat berada dilapangan, maka beberapa saran

yang diberikan oleh peneliti, diantaranya:

1. Peneliti memberikan saran kepada pihak pengurus

Bank Sampah PITOE Jambangan untuk melibatkan

masyarakat secara penuh dalam proses pembuatan

keputusan dan evaluasi yang ada di Bank Sampah

PITOE Jambangan. Pengurus Bank Sampah PITOE

Jambangan juga sebaiknya melakukan inovasi –

inovasi kegiatan untuk mencegah masyarakat

menjadi jenuh. Selain itu, pengurus Bank Sampah

PITOE Jambangan juga sebaiknya memberikan

edukasi kepada masyarakat yang menjadi nasabah

misalnya dengan memberikan pelatihan daur ulang.

2. Pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Surabaya

disarankan dapat memberikan sosialisasi dan

pengetahuan kepada masyarakat mengenai

pengelolaan sampah, sehingga masyarakat semakin

tertarik dan termotivasi untuk memberikan peran

sertanya.

3. Sebagai bentuk pengembangan dari penelitian ini,

peneliti memberikan saran kepada peneliti

selanjutnya agar melakukan pengkajian dan

penelitian yang terkait dengan faktor – faktor yang

mempengaruhi keberhasilan pengelolaan sampah di

wilayah Jambangan.

Daftar Pustaka

Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Status

Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota

Surabaya Tahun 2011.

______, Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)

Kota Surabaya Tahun 2012.

Badan Pusat Statistik, Penduduk Indonesia Hasil

Survey Penduduk Antar Sensus 2015.

______, Proyeksi Penduduk Indonesia Umur Tertentu

dan Umur Satu Tahunan 2010 – 2025.

______, Statistik Indonesia Tahun 2015.

______, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia Tahun

2012.

______, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia Tahun

2013.

______, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia Tahun

2015.

Dhokhikah, Yeny, Yulinah Trihadiningrum, dan Sony

Sunaryo (2015). Community Participation in

Household Waste Reduction in Surabaya,

Indonesia. Journal Resources, Conservation,

and Recycling, 102: 153 – 162.

Hermawati, Wati, et al. (2015). Pengelolaan dan

Pemanfaatan Sampah di Perkotaan.

Yogyakarta: Plantaxia.

Huraerah, Abu (2008). Pengorganisasian dan

Pengembangan Masyarakat; Model dan

Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan.

Bandung: Humaniora.

Kaho, Josef Riwu (2007). Prospek Otonomi Daerah di

Negara Republik Indonesia (Identifikasi Faktor

– Faktor yang Mempengaruhi Penyelenggaraan

Otonomi Daerah). Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

Penghargaan Kalpataru (berita online). Didapat

dari: http://www.menlh.go.id/penghargaan-

kalpataru/ (Akses: 20 Februari 2016).

Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia.

Rekapitulasi Data Kependudukan Per Provinsi

(Edisi 31 Desember 2013). Didapat dari:

http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/detail/re

kapitulasi-data-kependudukan-per-provinsi-

edisi-31-desember-2013 (Akses: 14 Juli 2016).

Page 15: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpbc2c70fe31full.pdf · 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

244

Mardiyanta, Antun (2013). State of the Art: Konsep

Partisipasi dalam Ilmu Administrasi Publik.

Jurnal Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik,

Vol. 26, No. 4, hlm. 227 – 242. Didapat dari:

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-

mkpca4c173b68full.pdf (Akses: 18 Juli 2016).

Moleong, Lexy J. (2013). Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sahruni, Eddy Purwanto (ed.) “KPU Terima DAK2

Dan Data WNI Di Luar Negeri.” Suara KPU,

Desember 2012, hlm. 4 – 5. Didapat dari:

http://kpu.go.id/dmdocuments/Suara%20KPU%

20Desember%202012.pdf (Akses: 15 Juli

2016).

Samal, Zakiyah (ed.) (2010). Pengelolaan dan

Pemanfaatan Sampah. Maluku: PTD Provinsi

Maluku.

Sucipto, Cecep Dani (2012). Teknologi Pengolahan

Daur Ulang Sampah. Yogyakarta: Gosyen

Publishing.

Sugandi, Yogi Suprayogi (2011). Administrasi Publik:

Konsep dan Perkembangan Ilmu di Indonesia.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Taufik, Fatkhurohman. Jambangan Surganya

Surabaya (berita online). Didapat dari:

http://www.suarasurabaya.net/fokus/145/2014/1

31312-Jambangan,-Surganya-Surabaya (Akses:

20 Februari 2016).

Widjajanti, Darwina, Stien J Matakupan, Robert J

Didham (2014). Pengantar Pemahaman

Pendidikan Konsumsi Berkelanjutan di

Indonesia (Rekomendasi Nasional dan Panduan

Bagi Pengambil Kebijakan dan Pendidik) (buku

online). Jakarta: Yayasan Pembangunan

Berkelanjutan dalam Kemitraan dengan United

Nations of Environment Programme (UNEP).

Didapat dari:

http://www.unep.org/resourceefficiency/Portals/

24147/Consumption/ESC%20Indonesia%20-

%20National%20Recommendations%20&%20

Guidelines%20-%20Indonesian%20-

%20%2002May2014.pdf (Akses: 25 Mei 2016).

Yustisia. Materi Presentasi dari Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Surabaya. Didapat dari:

http://waste.ccac-

knowledge.net/sites/default/files/files/events_do

cuments/Surabaya%20City%20Indonesia.pdf

(Akses: 18 Februari 2016).

Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

______, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012

Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse,

dan Recycle Melalui Bank Sampah.