keberhasilan cairns group dalam mempertahankan...

26
KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN KERJASAMA KOALISINYA PADA PUTARAN DOHA TAHUN 2003-2010 Wahyu Arif Perdana Alumnus Program Studi S1 Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga (e-mail: [email protected]) ABSTRAK Resiko perpecahan merupakan hal yang harus dihadapi oleh setiap koalisi, dimana perpecahan sendiri dalam banyak hal disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat dan ketidaksepahaman diantara para anggota koalisi. Perbedaan pendapat sendiri merupakan hal yang lumrah terjadi di setiap institusi sosial beranggotakan aktor yang berdaulat dalam hubungan internasional seperti Negara. Saat koalisi sudah tidak mampu lagi mengatasi perbedaan dan ketidaksepahaman diantara para anggotanya, perpecahan seringkali tidak bisa dihindari. Namun demikian jika perbedaan pendapat serta ketidaksepahaman telah sedemikian seriusnya, namun koalisi tetap mampu mempertahankan kerjasama diantara koalisinya, tentu ada hal tertentu yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Hal inilah yang terjadi pada koalisi Cairns Group. Meskipun muncul berbagai macam perbedaan pendapat serta ketidaksepahaman diantara para Negara anggotanya dalam Putaran Doha, Cairns Group dapat terus mempertahankan kerjasama koalisinya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dari keberhasilan Cairns Group dalam mempertahankan keberlangsungan kerjasama koalisinya tersebut, ditengah berbagai persoalan serta ketidaksepahaman antar anggota yang seringkali menimpanya dalam perundingan agrikultur WTO dibawah kerangka kerja Putaran Doha. Untuk menjawab hal tersebut, penulis menggunakan teori dinamika rezim serta konsep interdependensi sebagai kerangka berpikir, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan Cairns Group untuk dapat terus mempertahankan keberlangsungan kerjasama koalisinya, ditengahperpecahan yang menimpanya dalam Putaran Doha dikarenakan oleh tingginya derajat interdependensi kepentingan ekonomi di bidang agrikultur diantara para anggota Cairns Group. Kata kunci : Cairns Group, koalisi, perundingan perdagangan, WTO, agrikultur, rezim, interdependensi, kepentingan ekonomi

Upload: others

Post on 06-Jan-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM

MEMPERTAHANKAN KERJASAMA KOALISINYA PADA

PUTARAN DOHA TAHUN 2003-2010

Wahyu Arif Perdana

Alumnus Program Studi S1 Ilmu Hubungan InternasionalUniversitas Airlangga

(e-mail: [email protected])

ABSTRAK

Resiko perpecahan merupakan hal yang harus dihadapi oleh setiap koalisi,dimana perpecahan sendiri dalam banyak hal disebabkan oleh adanya perbedaanpendapat dan ketidaksepahaman diantara para anggota koalisi. Perbedaanpendapat sendiri merupakan hal yang lumrah terjadi di setiap institusi sosialberanggotakan aktor yang berdaulat dalam hubungan internasional seperti Negara.Saat koalisi sudah tidak mampu lagi mengatasi perbedaan dan ketidaksepahamandiantara para anggotanya, perpecahan seringkali tidak bisa dihindari. Namundemikian jika perbedaan pendapat serta ketidaksepahaman telah sedemikianseriusnya, namun koalisi tetap mampu mempertahankan kerjasama diantarakoalisinya, tentu ada hal tertentu yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi.Hal inilah yang terjadi pada koalisi Cairns Group. Meskipun muncul berbagaimacam perbedaan pendapat serta ketidaksepahaman diantara para Negaraanggotanya dalam Putaran Doha, Cairns Group dapat terus mempertahankankerjasama koalisinya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipenyebab dari keberhasilan Cairns Group dalam mempertahankankeberlangsungan kerjasama koalisinya tersebut, ditengah berbagai persoalan sertaketidaksepahaman antar anggota yang seringkali menimpanya dalam perundinganagrikultur WTO dibawah kerangka kerja Putaran Doha. Untuk menjawab haltersebut, penulis menggunakan teori dinamika rezim serta konsep interdependensisebagai kerangka berpikir, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan Cairns Group untuk dapat terusmempertahankan keberlangsungan kerjasama koalisinya, ditengahperpecahanyang menimpanya dalam Putaran Doha dikarenakan oleh tingginya derajatinterdependensi kepentingan ekonomi di bidang agrikultur diantara para anggotaCairns Group.

Kata kunci : Cairns Group, koalisi, perundingan perdagangan, WTO, agrikultur,rezim, interdependensi, kepentingan ekonomi

Page 2: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

ii

Perpecahan merupakan persoalan utama yang harus dihadapi oleh setiapkoalisi. Tidak ada koalisi yang dapat terbebas sepenuhnya dari persoalan ini,termasuk koalisi perundingan (bargaining coalition)1 yang berada di bawahkerangka kerja rezim perdagangan Internasional WTO.

Cairns Group sendiri juga merupakan koalisi perundingan yang beradadibawah kerangka kerja WTO. Cairns Group dibentuk pada masa rezimperdagangan sebelum WTO, yaitu General Agreement of Trades and Tariffs(GATT), pada tahun 1987.2 Cairns Group beranggotakan 19 negara pengeksporproduk agrikultur dunia dengan Australia sebagai pemimpinnya.3 Tujuan awaldari Cairns Group adalah mengikutsertakan bidang agrikultur kedalamperundingan GATT, demi menciptakan lingkungan perdagangan di bidangagrikultur yang lebih adil bagi seluruh negara dalam rezim perdaganganInternasional.4

Pada perkembangannya Cairns Group menjadi salah satu koalisi palingsukses dalam sejarah rezim perdagangan Internasional.5 Hal itu disebabkan olehkeberhasilan mereka dalam mencapai tujuan awalnya dalam perundingan.6 Tidakhanya itu, dalam perjalanannya Cairns Group juga mampu mempertahankansoliditas koalisinya. Sejak awal pembentukannya pada tahun 1987, hinggasebelum dimulainya Putaran Doha pada tahun 2001, Cairns Group jarang sekaliditimpa persoalan perpecahan serius yang beresiko mengancam integritas koalisi.7

Namun demikian kondisi tersebut berubah saat dimulainya putaranperundingan terbaru WTO, yaitu Putaran Doha pada Konferensi Tingkat Menteri(KTM) keempat WTO yang diadakan di Doha Qatar pada tahun 2001.8 Berbagaipersoalan perpecahan selanjutnya mulai menimpa Cairns Group. Sepertipertentangan terhadap proposal Special Product (SP) dan Special Safeguard

1 Koalisi perundingan atau bargaining coalition merupakan koalisi yang terdiri dari negara-negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai satu koalisi untuk mencapaitujuan tertentu dalam perundingan, lihat Colleen Hamilton dan John Whalley, ‘Coalitions inthe Uruguay Round’ dalam Review of World Economics, vol.125, no. 3, 1989, hlm. 547–562.

2 Cairns Group Farm Leaders, What is the Cairns Group?, 2008, diakses 5 Agustus 2012,<http://www.cairnsgroupfarmers.org/cairnsgrp.html>.

3 Selain Australia, anggota Cairns Group saat ini meliputi Argentina, Bolivia, Brazil, Kanada,Chile, Colombia, Costa Rica, Guatemala, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, Pakistan,Paraguay, Peru, Philippina, Afrika Selatan, Thailand, dan Uruguay.

4 ibid.5 Tussie, D., 'Holding the Balance: The Cairns Group in the Uruguay Round', dalam D. Tussie

& D. Glover (eds.), The Developing Countries in the World Trade: Policies and BargainingStrategies, Lynne Rienner, Boulder CO, 1995.

6 Mike Gifford, 'The Unlikely Coalition: Agriculture and Agricultural Policies of the CairnsGroup, Ten Years after the Uruguay Round'dalam Giovanni Anania, Mary E. Bohman, ColinA. Carter & Alex F. McCalla (eds), Agricultural Policy Reform And The WTO: Where Are WeHeading?, Edward Elgar Publishing Inc., Massachusetts, 2004, hlm. 88-89

7 ibid8 WTO, The Doha Round, 2011, diakses 5 Agustus 2012,

<http://www.wto.org/english/tratop_e/ dda_e/dda_e.htm>

Page 3: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

iii

Mechanism (SSM)9 yang diajukan oleh Indonesia kedalam koalisi Cairns Grouppada tahun 2002.10 Serta pertentangan terhadap keputusan Australia sebagai ketuaCairns Group yang secara sepihak memutuskan untuk mendukung proposalgabungan Amerika dan Uni Eropa (Joint US-EU Proposal on Agriculture)yangjuga terjadi pada KTM-V WTO di Cancun.11

Pertentangan-pertentangan dalam Cairns Group tersebut selanjutnyamenempatkan negara-negara anggota Cairns Group dalam posisi yang salingberseberangan antara satu sama lain dalam perundingan, yaitu antara pihakpendukung proposal gabungan Amerika Serikat dan Uni Eropa, pihak yangmenolak proposal gabungan Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta pihak yangmemiliki agenda tersendiri untuk mengikutsertakan mekanisme SP dan SSMkedalam perundingan.

William Riker, penulis buku The Theory of Political Coalitions, dalamstudi yang ditulis oleh Adrian Leftwich dan Edward Laws berjudul Riker in theTropics: The Theory of Political Coalition (1962) and the politics of change indeveloping countries, menyatakan bahwa konflik internal antara anggota koalisiseringkali disebabkan oleh munculnya perbedaan ideologi, taktik, maupunstrategi, ketidaksepahaman pendapat, serta perselisihan mengenai pembagiansumber daya (resources) dan pencapaian atas tujuan tertentu.12 Jika perbedaanmaupun perselisihan tersebut tidak segera diatasi, maka bukan tidak mungkinkoalisi pada akhirnya akan mengalami perpecahan bahkan keruntuhan.13 Kondisiyang menimpa Cairns Group tersebut sebenarnya telah sesuai dengan teori Rikerdiatas. Namun demikian, pada perkembangannya apa yang disampaikan Rikertersebut tidak sampai terjadi pada Cairns Group. Cairns Group justru mampumempertahankan keberlangsungan kerjasama koalisinya, terlepas dari adanyapertentangan yang terjadi diantara para anggotanya tersebut.

Melalui penjelasan diatas, maka timbulah pertanyaan yaitu mengapaCairns Group dapat terus mempertahankan keberlangsungan kerjasamakoalisinya, ditengah pertentangan antar anggota yang diakibatkan olehketidaksepahaman yang seringkali menimpanya dalam perundingan agrikulturWTO dibawah kerangka Putaran Doha sejak tahun 2003 sampai dengan 2010tersebut ?

9 SP dan SSM pada dasarnya merupakan mekanisme pengamanan khusus yang bertujuan untukmelindungi kepentingan pembangunan negara berkembang dalam perdagangan, lihat AnwarulHoda, Special Products: Options for Negotiating Modalities, 2005, diakses 5 Agustus 2012,<http://ictsd.org/downloads/2008/08/hoda.pdf>, hlm. 5-6.

10 Oxfam Community Aid Board, Inquiry into Australia's Relation with Indonesia, diakses 5Agustus 2012<http://www.aph.gov.au/Parliamentary_Business/Committees/House_of_Representatives_Committees?url=jfadt/indonesia/subs/subindo60.pdf>

11 Nelson Giordano Delgado & Adriano Campolina de O. Soares, The G-20: Its Origin,Evolution, Meaning and Prospect, 2005, diakses 1 Januari 2013,<http://www.boell.de/downloads/internationalepolitik/GIP_25_Engl_G-20.pdf>, hlm. 6-9

12 ibid, hlm. 4-713 ibid.

Page 4: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

iv

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis menggunakan pendekatandinamika dalam teori rezim yang dihubungkan dengan konsep interdependensisebagai landasan berpikir. Dalam hal ini Teori rezim digunakan, karenakemampuannya untuk menjelaskan dengan lebih menyeluruh segala dinamikayang ada dalam institusi sosial, termasuk koalisi perundingan. Sedangkan konsepinterdependensi digunakan untuk menjelaskan faktor pendorong negara anggotauntuk mempertahankan aliansi atau kerjasama dalam suatu rezim, terlepas darisegala pertentangan dan kontradiksi yang ada di dalamnya.

Pendekatan Dinamika dalam Rezim merupakan pendekatan yang diambildari teori rezim. Teori rezim sendiri pada dasarnya merupakan teori yangmembahas tentang perilaku para aktor internasional dalam sistem internasionalyang anarkis.14 Teori ini memandang rezim sebagai suatu institusi sosial yangmampu memfasilitasi kerjasama antar negara, terlepas dari posisi negara sebagaiaktor tertinggi dalam hubungan internasional.15 Hal itu disebabkan, pada saatnegara memutuskan untuk bergabung dengan rezim, negara harus menyerahkansebagian kedaulatannya dan tunduk pada segala tata cara yang ada dalam rezimtersebut.16 Dalam hal ini rezim didefinisikan sebagai suatu institusi sosial yangterdiri dari sekumpulan norma, prinsip, aturan, dan prosedur pembuatan keputusantertentu.17

Lebih lanjut, pendekatan dinamika dalam rezim menyebutkan, bahwadalam perjalanannya rezim akan selalu dihadapkan pada dinamika tertentu yangbanyak dipengaruhi oleh segala situasi dan kondisi yang ada disekitarnya.18 Haltersebut disebabkan oleh eksistensi rezim sebagai sebuah institusi sosial, yangtentu saja dapat terpengaruh oleh berbagai perubahan yang ada dalam lingkungantempat rezim tersebut berada. Dinamika inilah yang nantinya akan sangatmempengaruhi proses kerjasama diantara para anggota rezim.

Secara garis besar terdapat tiga faktor yang menentukan dinamika darisuatu rezim, yaitu kapasitas dalam menghadapi perbedaan atau kontradiksi dalamdiri rezim (internal contradiction), konsentrasi wewenang, serta kapasitas dalammengahadapi pengaruh luar (exogenous forces) dari lingkungan tempat dimanarezim berada.19

Kontradiksi internal pada dasarnya merupakan hal yang tidak dapatdihindari oleh rezim.Ada kalanya terjadi pertentangan diantara anggota rezimyang menjadi pangkal persoalan tertentu yang bukan tidak mungkin nantinyaberujung pada konflik serius yang mengancam keutuhan koalisi.Karenapertentangan sendiri juga merupakan hal yang pasti dihadapi oleh institusi sosial

14 Robert O. Keohane, 'The Demand for International Regimes', International Organization,Vol. 36, No. 2, 1982, hlm. 325-327

15 ibid, hlm. 329-33116 ibid.17 Stephen D. Krasner, International Regimes, Cornell University Press, New York, 1983, hlm. 218 Oran R. Young, ‘Regime Dynamics: The Rise and Fall of International Regimes’,

International Organization, vol. 36, no. 2, 2007, hlm. 281-28819 Oran R. Young, op. cit., hlm. 291-294

Page 5: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

v

manapun termasuk rezim ini. Oleh karena itulah sebagai institusi sosial, rezimseringkali memiliki mekanisme kepatuhan (compliance mechanism) tertentuuntuk mengantisipasi pertentangan-pertentangan internal yang mungkin munculdikemudian hari.20

Faktor yang kedua adalah konsentrasi wewenang dalam pembuatankeputusan. Faktor ini pada dasarnya merujuk pada pihak yang paling memilikiwewenang untuk mempengaruhi proses pembuatan keputusan dalam rezim.21

Wewenang rezim dalam pembuatan keputusan sendiri, seringkali dipegang olehanggota-anggota tertentu yang menjadi pemimpin dari rezim tersebut, baik karenaperannya dalam pembangunan rezim tersebut, maupun karena posisinya sebagaipihak yang paling memiliki power lebih diantara para anggota rezim sendiri.22

Dalam hal ini, para pemegang wewenang utama tersebut juga memegang peranandalam menentukan dinamika rezim. Mereka dapat memilih untuk menjadikanrezim sebagai rezim yang kaku yang tidak memberi celah terhadap perbedaan danfree-riding, ataupun sebaliknya sebagai rezim yang fleksibel yang mampumenemukan titik temu dari perbedaan diantara para anggotanya.

Faktor ketiga kapasitas dalam mengahadapi pengaruh luar. Dinamikarezim sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat rezim tersebut berada. Dalamlingkungan yang mudah berubah seperti perundingan WTO, rezim tentunyadituntut agar dapat selalu fleksibel, dengan tujuan untuk mengatasi berbagaikemungkinan yang muncul akibat dari perubahan lingkungan tersebut.23

Kemampuan rezim dalam mengatasi pengaruh luar dari lingkungan tempat rezimberada tersebut juga ikut menentukan dinamika rezim selanjutnya, apakah rezimdapat bertahan, berubah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, ataupunjustru runtuh.

Selanjutnya dari pendekatan dinamika rezim diatas, penulismenghubungkannya dengan konsep interdependensi dalam hubunganinternasional. Konsep interdependensi dapat diartikan sebagai situasi dan kondisiyang menyebabkan dua aktor tertentu atau lebih menjadi saling bergantung antarasatu sama lain, dimana segala tindakan yang dilakukan salah satunya akanberdampak kepada pihak lainnya. Interdependensi antar negara dapat berupabanyak hal dalam berbagai isu, seperti politik dan ekonomi. Interdependensiekonomi misalnya ditandai dengan semakin banyaknya arus barang, modal,tenaga kerja, yang secara global dan dengan mudah melintasi batas teritorinegara.24 Dengan ketergantungan ini hal apapun yang dilakukan oleh negara akanselalu berpotensi untuk dapat mengancam atau bahkan melukai negara lain baiksecara langsung maupun tidak langsung. Dengan ketergantungan ini pula, suatunegara juga tidak akan mungkin berdiri sendiri tanpa berinteraksi dengan negara

20 Oran R. Young, op. cit., hlm. 278-27921 Oran R. Young, op. cit., hlm. 292-29322 ibid.23 ibid., hlm. 294-29524 ibid., hlm. 217-219

Page 6: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

vi

lain. Hal ini menyebabkan kebijakan ekonomi di suatu negara akan berpengaruhpada negara lain.

Hubungan timbal balik antar negara tersebut, didasarkan pada perspektifneoliberalis, pada perkembangannya juga akan dapat memfasilitasi kerjasamadiantara negara-negara tersebut.25 Dalam hal ini negara dipandang sebagai utilitymaximizer atau aktor yang bertujuan untuk memaksimalkan kepentinganekonominya.26 Untuk memaksimalkan kepentingan ekonominya tersebut, seorangutility maximize akan lebih memilih bekerjasama dengan aktor lainnya daripadaberdiri sendiri dengan menyingkirkan aktor lainnya, karena bagi utility maximizertidak ada negara yang dapat berdiri sendiri.27 Bagaimanapun juga, dibutuhkankerjasama dengan negara lainnya untuk memenuhi kepentingan ekonominya.Inilah kondisi yang melahirkan adanya interdependensi kepentingan ekonomi darinegara-negara.

Rezim sendiri bagi para utility maximizer merupakan wadah atau saranayang sangat penting untuk memperoleh kepentingan ekonominya. Melalui rezim,kerjasama perekonomian antar para anggota dapat lebih mudah tercipta. Melaluikerjasama perekonomian tersebut, negara-negara anggota akan lebih mudahmeningkatkan keuntungan perekonomiannya. Saat kerjasama yangmenguntungkan tersebut telah tercipta, negara tentu tidak akan membiarkanbegitu saja kerjasama tersebut runtuh. Oleh karena itu negara akan berupayasekuat tenaga untuk mempertahankan keberlangsungan dari kerjasama tersebut,termasuk dengan mempertahankan suatu rezim.

Keruntuhan sebuah rezim yang telah memfasilitasi kerjasama ekonomidiantara anggotanya, tentu tidak akan dapat diterima. Apalagi jika derajatinterdependensi kepentingan ekonomi antar aktor telah sangat tinggi, sehinggapermasalahan dalam hubungan sekecil apapun beresiko memberikan kerugianbagi satu sama lain. Cairns Group sendiri selain sebagai sebuah koalisiperundingan, sebenarnya juga berfungsi sebagai forum fasilitasi perdaganganagrikultur bagi para anggotanya. Dalam setiap pertemuan Cairns Group yangdiadakan setiap tahunnya, selain menjadi ajang koordinasi para anggota terhadapperundingan WTO berikutnya, tapi juga menjadi ajang pembicaraan perdaganganagrikultur antara satu sama lain.28 Kerjasama seperti ini sangatlah dibutuhkan olehnegara, terutama dalam kaitannya dengan lambatnya perundingan WTO untukmenghasilkan kesepakatan perdagangan secara multilateral.

Oleh karena itu, keberhasilan Cairns Group untuk mempertahankankeberlangsungan hidupnya akan sangat ditentukan oleh masih ada tidaknya

25 Gyoung-Gyu Choi, Economic Interdependence and Stability in an Anarchy System, 1996,diakses 21 Februari 2013, <http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.62588>, hlm. 8-12

26 ibid.27 ibid.28 Gifford, Mike, The Unlikely Coalition: Agriculture and Agricultural Policies of the Cairns

Group Ten Years after the Uruguay Round, 2003, diakses 5 Juli 2012,<http://www.ecostat.unical.it/2003agtradeconf/Invited%20papers/gifford.pdf>, hlm. 1-3

Page 7: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

vii

keinginan negara-negara anggotanya untuk mempertahankan kerjasama diantaramereka dalam wadah Cairns Group sendiri. Jika menilik pada penjelasan diatas,maka negara-negara anggota hanya akan mempertahankan kerjasamanya dalamCairn Group selama mereka masih saling membutuhkan satu sama lain untukmemperoleh kepentingan ekonominya di bidang agrikultur. Dengan kata lain,semakin tinggi derajat interdependensi kepentingan ekonomi bidangagrikulturdiantara negara-negaraanggota Cairns Group, semakin besar pulakeinginan negara-negara tersebut untuk mempertahankan kerjasama dalamkoalisinya.

Dengan demikian berdasarkan landasan pemikiran diatas diperolehjawaban sementara bahwa keberhasilan Cairns Group untuk dapat terusmempertahankan keberlangsungan kerjasama koalisinya, ditengah perpecahanyang menimpanya dalam Putaran Doha tersebut, lebih dikarenakan oleh tingginyaderajat interdependensi kepentingan ekonomi di bidang agrikultur diantara paraanggota Cairns Group. Dalam hal ini, semakin tinggi derajat interdependensikepentingan ekonomi bidang agrikultur diantara negara anggota Cairns Group,semakin besar pula keinginan negara-negara anggota tersebut untukmempertahankan kerjasama mereka di dalam koalisi Cairns Group tersebut.

Tingginya derajat interdependensi antar negara anggota Cairns Group darisisi perdagangan ditunjukkan dari intensitas ekspor-impor komoditas agrikulturdiantara masing-masing negara anggota Cairns Group. Semakin tinggi nilai, porsi,dan persentase pertumbuhan ekspor-impor komoditas agrikultur diantara negara-negara anggota Cairns Group tersebut, maka semakin tinggi pula derajatinterdependensinya. Sebaliknya, semakin rendah nilai, posi, dan persentasepertumbuhan ekspor-impor komoditas agrikultur diantara negara-negara anggotaCairns Group tersebut, maka semakin rendah pula derajat interdependensinya.Sedangkan peningkatan derajat interdependensi antar negara anggota CairnsGroup dari sisi perundingan ditunjukkan dari ada tidaknya perubahan sikap yangmenunjang kerjasama seperti sikap tidak menolak atau bahkan mendukung sertaberusaha mengakomodasi perbedaan tujuan serta tuntutan dari masing-masingnegara anggota. Sebaliknya sikap penolakan dan pengabaian tuntutan masing-masing negara anggotaakan menunjukkan rendahnya interdependensi.

INTERDEPENDENSI KEPENTINGAN EKONOMI DI BIDANGAGRIKULTUR DIANTARA NEGARA ANGGOTA CAIRNS GROUP

Data ekspor-impor gabungan Australia, Selandia Baru, dan Kanada kenegara-negara anggota Cairns Group yang diperoleh penulis menunjukkan adanyakecenderungan peningkatan nilai dan persentase pertumbuhan ekspor-impor tiaptahunnya. Walau nilainya tidak sebesar ekspor-impor ke negara maju sepertiAmerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa, namun dengan kecenderunganpeningkatan porsi serta peningkatan persentase pertumbuhan ekspor-impor tiaptahunnya, mengindikasikan semakin tingginya interdependensi kepentingan

Page 8: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

viii

ekonomi di bidang agrikultur antara Australia, Selandia Baru, dan Kanada dengannegara-negara anggota Cairns Group.

Pada tahun 2001, total ekspor agrikultur Australia, Selandia Baru, danKanada ke koalisi Cairns Group memang cukup rendah, yaitu sebesar 2,7 miliardollar Amerika yang meliputi 4,71% dari total ekspor agrikultur ketiganya yangberjumlah 58 miliar dollar Amerika. Nilai tersebut masih lebih rendah dari nilaiekspor ke Uni Eropa dan Amerika Serikat pada tahun yang sama yang masing-masing bernilai 3,4 miliar dan 15 miliar dollar Amerika, yang meliputi 6% dan26,37% dari total ekspor agrikultur gabungan Australia, Selandia Baru, danKanada pada tahun 2003 yang bernilai 58 miliar dollar Amerika. Hal inisebagaimana ditunjukkan dalam tabel II.1 berikut:

Tabel II.1. Nilai dan Porsi Ekspor Agrikultur Gabungan Australia,

Selandia Baru, dan Kanada ke Blok Ekonomi Dunia tahun 2001, 2003, 2005,

2007, dan 2010

Negara Tujuan

2001 2003 2005 2007 2010

NilaiEkspor(RibuanUS$)

PorsiEkspor(%)

NilaiEkspor(RibuanUS$)

PorsiEkspor(%)

NilaiEkspor(RibuanUS$)

PorsiEkspor(%)

NilaiEkspor(RibuanUS$)

PorsiEkspor(%)

NilaiEkspor(RibuanUS$)

PorsiEkspor(%)

Total Agri. Export 58109000 100% 59627000 100% 75393000 100% 87070000 100% 98722000 100%

Cairns Group 2739714 5% 2770301 5% 3343343 4% 5285104 6% 7310125 7%

Developed Countries 25421627 44% 28421619 48% 35033502 46% 39650759 46% 41677622 42%

Developing Countries 11603173 20% 11402099 19% 15903356 21% 23024866 26% 34908796 35%

Uni Eropa 3427305 6% 4418201 7% 5419191 7% 6406609 7% 6275074 6%

Amerika Serikat 15325444 26% 16469490 28% 19269215 26% 22401768 26% 23159771 23%

Sumber : Department of Foreign Affairs and Trade of Australian Government29, OfficialStatistics of New Zealand30, Official Statistics of Canada31, International TradeCenter (ITC)32, diolah

Namun demikian, sebagaimana ditunjukkan pula dalam tabel II.1 diatas,pada tahun-tahun berikutnya, nilai total ekspor ke Cairns Group juga terusmeningkat. Pada tahun 2005 total ekspor ke Cairns Group meningkat menjadi 3,3

29 Australian Government Department of Foreign Affairs and Trade, Trade StatisticalPublications, diakses 10 Februari 2013, <http://www.dfat.gov.au/publications/statistics.html>

30 Statistics New Zealand Tatauranga Aotearoa, Imports and Exports, diakses 21 Februari 2013,<http://www.stats.govt.nz/browse_for_stats/industry_sectors/imports_and_exports.aspx>;

31 Statistics Canada, Canadian International Merchandise Trade Database, diakses 21 Februari2013, <http://www5.statcan.gc.ca/cimt-cicm/home-accueil?lang=eng>

32 International Trade Centre, Trade Statistics for International Business Development, diakses21 Februari 2013, <http://www.trademap.org/SelectionMenu.aspx>

Page 9: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

ix

miliar dollar Amerika. Sedangkan pada tahun 2010 nilai ekspornya juga kembalimeningkat hingga mencapai 7,3 miliar dollar Amerika. Tidak hanya itu, porsiekspor ke Cairns Group juga terus meningkat dari 5% pada tahun 2001 menjadi7% pada tahun 2010, berbeda dengan porsi ekspor ke Amerika Serikat dan UniEropa yang relatif terus berkurang tiap tahunnya, meski nilai ekspornya juga terusmeningkat.

Sedikit berbeda dengan ekspornya, nilai impor agrikultur dari CairnsGroup sebenarnya relatif tinggi. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam tabel II.3berikut:

Tabel II.3. Nilai dan Porsi Impor Agrikultur Gabungan Australia,Selandia Baru, dan Kanada dari Blok Ekonomi Dunia tahun 2001, 2003,2005, 2007, dan 2010

Negara Asal

2001 2003 2005 2007 2010

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

Total Agri. Export 20313000 100% 24865000 100% 30235000 100% 39101000 100% 35330000 100%

Cairns Group 2169066 11% 2730555 11% 3503050 12% 4889673 13% 6261954 18%

Developed Countries 2876900 14% 4074556 16% 5189522 17% 6931900 18% 8385171 24%

Developing Countries 1470822 7% 2055936 8% 2745534 9% 3916965 10% 5281087 15%

Uni Eropa 977847 5% 1509605 6% 1971169 7% 2729343 7% 3041501 9%

Amerika Serikat 8659911 43% 9840908 40% 11269420 37% 14951019 38% 18156491 51%

Sumber : Department of Foreign Affairs and Trade of Australian Government, OfficialStatistics of New Zealand, Official Statistics of Canada, International TradeCenter (ITC), diolah

Sebagaimana ditunjukkan dalam tabel II.3 diatas, pada tahun 2001 saja,total impor agrikultur gabungan Australia, Selandia Baru, dan Kanada dari CairnsGroup telah mencapai angka 2,1 miliar dollar Amerika, yang meliputi 10,68%dari total impor agrikulturnya yang bernilai 20 miliar dollar Amerika. Jumlahtersebut walau memang tidak bisa disejajarkan dengan nilai impor agrikultur dariAmerika Serikat yang bernilai 8,6 miliar dollar Amerika pada tahun yang sama,namun lebih tinggi dari nilai impor dari Uni Eropa yang hanya bernilai 977 jutadollar Amerika. Kondisi ini setidaknya menempatkan impor dari Cairns Groupdalam posisi yang lebih tinggi dari impor dari Uni Eropa.

Terlebih lagi, dalam perkembangannya nilai impor agrikultur Australia,Selandia Baru, dan Kanada dari koalisi Cairns Group juga terus meningkat.Sebagaimana ditunjukkan pula dalam tabel II.3 diatas, pada tahun 2003 totalimpor dari Cairns Group mencapai 2,7 miliar dollar Amerika. Kemudian padatahun 2005, total impornya meningkat menjadi 3,5 miliar dollar Amerika. Padatahun 2007 total impor dari Cairns Group kembali meningkat hingga mencapai4,8 miliar dollar Amerika. Dan akhirnya pada tahun 2010, total impor dari Cairns

Page 10: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

x

Group mencapai 6,2 miliar dollar Amerika. Porsi impornya pun juga terusmeningkat dari 14% pada tahun 2001 menjadi 24% pada tahun 2010, ataumengalami peningkatan sebesar 10% dari tahun 2001.Jumlah peningkatan porsiimpor tersebut bahkan relative lebih tinggi dari peningkatan porsi impor dariAmerika Serikat dan Uni Eropa yang masing-masing hanya sebesar 8% dan 4%.Walau tetap tidak mampu mengungguli nilai impor dari Amerika Serikat, namuntingginya nilai impor dari Cairns Group tersebut tentunya menunjukkan posisiCairns Group sebagai mitra dagang yang semakin penting bagi Australia, SelandiaBaru, dan Kanada setelah Amerika Serikat.

Sedangkan persentase pertumbuhan ekspor agrikultur Australia, SelandiaBaru, dan Kanada ke Cairns Group secara keseluruhan menunjukkan angka yangcukup rendah pada awalnya. Hal ini terlihat dalam grafik II.1 berikut:

Grafik II.1. Persentase Pertumbuhan Ekspor Agrikultur GabunganAustralia, Selandia Baru, dan Kanada 2001-2010

Sumber : Department of Foreign Affairs and Trade of Australian Government, OfficialStatistics of New Zealand, Official Statistics of Canada, International TradeCenter (ITC), diolah

Sebagaimana ditunjukkan dalam grafik II.1 diatas, persentasepertumbuhan nilai ekspor agrikultur Australia, Selandia Baru, dan Kanada keCairns Group pada periode 2001-2003 hanya menunjukkan peningkatan sebesar1% saja. Berbeda dengan persentase pertumbuhan ekspor ke Amerika Serikat danUni Eropa yang masing-masing menunjukkan peningkatan sebesar 7% dan29%.Namun demikian seperti halnya nilai ekspornya, persentase pertumbuhanekspor agrikultur ke Cairns Group juga terus meningkat tiap periodenya.

Pada periode 2003-2005, total ekspor ke koalisi Cairns Group mengalamipeningkatan sebesar 21% tiap tahunnya. Selanjutnya pada periode 2005-2007,ekspor ke koalisi Cairns Group juga kembali mengalami peningkatan, kali ini

2001-2003 2003-2005 2005-2007 2007-2010Total Agri. Export 3% 26% 15% 13%Cairns Group 1% 21% 58% 38%Developed Count. 12% 23% 13% 5%Developing Count. -2% 39% 45% 52%Uni Eropa 29% 23% 18% -2%Amerika Serikat 7% 17% 16% 3%

-10%0%

10%20%30%40%50%60%70%

Total Agri. Export Cairns Group Developed Count.

Developing Count. Uni Eropa Amerika Serikat

Page 11: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xi

persentase peningkatannya naik sebesar 58% tiap tahunnya. Barulah pada periode2007-2010, persentase peningkatan total ekspor ke Cairns Group turun menjadi38% tiap tahunnya. Walaupun mengalami penurunan dari periode 2007-2010,namun persentase pertumbuhan ekspor agrikultur ke Cairns Group masih lebihtinggi dari ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Sedikit berbeda dengan persentase pertumbuhan ekspornya, persentasepertumbuhan impor Australia, Selandia Baru, dan Thailand ke Cairns Group sejakawal sebenarnya sudah menunjukkan angka cukup tinggi dan cenderung terusmeningkat tiap tahunnya. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam grafik II.4berikut:

Grafik II.4. Persentase Pertumbuhan Impor Agrikultur GabunganAustralia, Selandia Baru, dan Kanada dari Blok Ekonomi 2001-2010

Sumber : Department of Foreign Affairs and Trade of Australian Government, OfficialStatistics of New Zealand, Official Statistics of Canada, International TradeCenter (ITC), diolah

Sebagaimana ditunjukkan dalam grafik II.4 diatas, persentasepertumbuhan impor dari Cairns Group memang boleh dibilang memiliki angkakenaikan yang cukup tinggi.Pada periode 2001-2003 saja persentase pertumbuhanimpor dari Cairns Group mencapai 26% per tahunnya. Angka tersebut walaumasih lebih rendah dari persentase pertumbuhan impor dari Uni Eropa yangkenaikannya senilai 54%, namun setidaknya lebih besar baik dari persentasepertumbuhan total impor agrikulturnya yang mengalami kenaikan sebesar 22%,serta persentase pertumbuhan impor dari Amerika Serikat yang nilai kenaikannyahanya 14% saja.

Pada periode-periode berikutnya, persentase pertumbuhan impor dariCairns Group tersebut juga terus mengalami peningkatan.Pada periode 2003-2005, persentase pertumbuhan impor dari Cairns Group naik menjadi 28%,sedangkan pada periode 2005-2007 kenaikannya bahkan mencapai angka 40% per

2001-2003 2003-2005 2005-2007 2007-2010Total Agri. Import 22% 22% 29% -10%Cairns Group 26% 28% 40% 28%Developed Countries 42% 27% 34% 21%Developing Countries 40% 34% 43% 35%Uni Eropa 54% 31% 38% 11%Amerika Serikat 14% 15% 33% 21%

-20%-10%

0%10%20%30%40%50%60%

Total Agri. Import Cairns Group Developed Countries

Developing Countries Uni Eropa Amerika Serikat

Page 12: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xii

tahunnya. Dalam taraf ini persentase pertumbuhan impor dari Cairns Group telahmelebihi persentase pertumbuhan total impor agrikulturnya sendiri, impor dariAmerika Serikat, dan bahkan impor dari Uni Eropa.

Barulah pada periode 2007-2010, persentase pertumbuhan impor dariCairns Group mengalami penurunan nilai.Walaupun demikian nilainya tetap lebihtinggi dari persentase pertumbuhan impor dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.Persentase pertumbuhan impor dari Cairns Group hanya turun menjadi 28% sajapada periode 2007-2010 tersebut, lebih tinggi dari persentase pertumbuhan impordari Amerika Serikat yang turun menjadi 21% dan Uni Eropa yang juga turunmenjadi 11%.

Selanjutnya data ekspor-impor agrikultur gabungan Brazil, Argentina, danThailand dengan negara-negara anggota Cairns Group yang diperoleh penulismenunjukkan hasil yang cukup menarik. Dari sisi ekspor, nilai ekspor agrikulturBrazil, Argentina, dan Thailand ke negara-negara anggota Cairns Group memangrelatif rendah, apalagi dibandingkan dengan ekspor ke negara maju sepertiAmerika Serikat dan Uni Eropa. Tetapi persentase pertumbuhan ekspor agrikulturke negara-negara anggota Cairns Group justru lebih tinggi, baik dari total eksporagrikulturnya sendiri maupun dari ekspor ke negara maju. Sebaliknya dari sisiimpor, nilai impor agrikultur Brazil, Argentina, dan Thailand dari negara anggotaCairns Group sangatlah tinggi, bahkan melebihi nilai impor dari negara-negaramaju di Eropa. Persentase pertumbuhan impor dari Cairns Group secarakeseluruhan sendiri sejak tahun 2001-2007 juga cukup tinggi, baru pada periode2007-2010 saja persentase pertumbuhan impornya bernilai rendah. Walaudemikian persentase pertumbuhan impor ke sebagian negara anggota CairnsGroup secara individual cukup tinggi tiap tahunnya.

Total ekspor agrikultur gabungan Brazil, Argentina, dan Thailand keCairns Group pada tahun 2001 mencapai 4,29 miliar dollar Amerika, yangmeliputi 10,07% dari total ekspor agrikultur ketiganya yang bernilai 42 miliardollar Amerika. Angka tersebut walau lebih rendah dari total ekspor agrikultur keUni Eropa yang bernilai 11 miliar dollar Amerika, namun sedikit lebih tinggi daritotal ekspor agrikultur ke NAFTA yang bernilai 4,28 miliar dollar Amerika. Halini sebagaimana ditunjukkan dalam tabel III.1 berikut:

Tabel III.1. Nilai dan Porsi Ekspor Agrikultur Brazil, Argentina, danThailand ke Blok Ekonomi Dunia tahun 2001, 2003, 2005, 2007, dan 2010

Negara Tujuan

2001 2003 2005 2007 2010

NilaiEkspor(Ribuan

US$)

PorsiEkspor

(%)

NilaiEkspor(Ribuan

US$)

PorsiEkspor

(%)

NilaiEkspor(Ribuan

US$)

PorsiEkspor

(%)

NilaiEkspor(Ribuan

US$)

PorsiEkspor

(%)

NilaiEkspor(Ribuan

US$)

PorsiEkspor

(%)

Total Agri. Export 42687000 100% 54419000 100% 72037000 100% 1.02E+08 100% 138342000 100%

Cairns Group 4298927 10% 5091954 9% 7365456 10% 10861440 11% 15374344 11%

Page 13: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xiii

Developed Countries 19884445 47% 23795605 44% 28884924 40% 39642784 39% 43687366 32%

Developing Countries 18416454 43% 23605331 43% 34484892 48% 50906223 50% 78670023 57%

Uni Eropa 11961377 28% 14950058 27% 18108325 25% 26152731 26% 26548758 19%

NAFTA 4289969 10% 4997372 9% 6139038 9% 8165862 8% 9469129 7%

Sumber : Portal of Brazilian Foreign Trade33, National Institute of Statistics and Censusesof Argentina34, Trading Report of Thailand by Ministry of Commerce35,International Trade Center (ITC)36, diolah

Sebagaimana ditunjukkan dalam tabel III.1 diatas, pasca tahun 2001 nilaiekspor agrikultur Brazil, Argentina, dan Thailand ke Cairns Group terusmeningkat. Pada tahun 2003 misalnya, total ekspor agrikultur ke Cairns Groupnaik menjadi 5 miliar dollar Amerika, kemudian pada tahun 2005 total ekspor keCairns Group juga naik menjadi 7 miliar dollar Amerika. Selanjutnya pada tahun2007 total ekspor agrikultur ke Cairns Group kembali meningkat, kali inipeningkatannya mencapai angka 10 miliar dollar Amerika, dan akhirnya padatahun 2010 total ekspor agrikultur ke Cairns Group bahkan mencapai angka 15miliar dollar Amerika.

Walaupun sampai tahun 2010, total ekspor Brazil, Argentina, dan Thailandke Cairns Group masih belum melebihi nilai ekspor ke Uni Eropa, namunsetidaknya nilai ekspor agrikultur ke Cairns Group tersebut selalu meningkat tiaptahunnya.Selain itu, porsi ekspornya juga tidak terlalu banyak berkurang bahkancenderung naik dibandingkan porsi ekspor ke NAFTA dan Uni Eropa. Haltersebut terlihat dari porsi ekspor ke Cairns Group yang meningkat dari 10% padatahun 2001 menjadi 11% di tahun 2007. Pada tahun 2010 pun porsinya juga tetaptidak berkurang di angka 11%. Sebaliknya baik porsi ekspor ke NAFTA maupunke Uni Eropa terus berkurang tiap tahunnya. Porsi ekspor ke NAFTA dari 10%pada tahun 2001 menjadi 7% saja pada tahun 2010. Sedangkan porsi ekspor keUni Eropa dari 28% pada tahun 2001 menjadi 19% pada tahun 2010.

Perkembangan nilai impor dari negara anggota Cairns Groupmenunjukkan hal yang sedikit berbeda dari ekspornya. Sejak tahun 2001, imporagrikultur Brazil, Argentina, dan Thailand ke Cairns Group sebenarnya sudahcukup tinggi. Pada tahun 2001 saja, impor dari Cairns Group telah mencapaiangka 1,8 miliar dollar Amerika yang meliputi 17% dari total impor agrikulturBrazil, Argentina, dan Thailand yang bernilai 10 miliar dollar Amerika. Jumlah

33 Argentina Statistics, Foreign Trade, 2013, diakses 21 Februari 2013,<http://www.indec.mecon.ar/>

34 Ministry of Development Industry and Foreign Trade of Brazil, Statistics of Brazil, 2013,diakses 21 Februari 2013,<http://www.comexbrasil.gov.br/conteudo/ver/chave/44_estatisticas_do_comercio_exterior_brasileiro/menu/108>

35 Ministry of Comerce of Thailand, Thailand's Foreign Trade by Country, 2013, diakses 21Februari 2013, <http://www.ops3.moc.go.th/infor/MenuComen/default.asp>

36 International Trade Centre, Trade Statistics for International Business Development, diakses21 Februari 2013, <http://www.trademap.org/SelectionMenu.aspx>

Page 14: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xiv

tersebut jauh lebih tinggi dari impor agrikultur dari NAFTA dan Uni Eropasekalipun.Terlebih lagi, nilai impor dari Cairns Group juga terus meningkat tiaptahunnya.Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam tabel III.3 berikut:

Tabel III.3.Nilai dan Porsi Impor Agrikultur Brazil, Argentina, danThailand dari Blok Ekonomi Dunia Tahun 2001, 2003, 2005, 2007, dan 2010

Negara Asal

2001 2003 2005 2007 2010

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

Total Agri. Export 10527000 100% 10874000 100% 13065000 100% 17906000 100% 24871000 100%

Cairns Group 1827445 17% 2107376 19% 2391221 18% 3808365 21% 5046202 20%

Developed Countries 2623992 25% 2685167 25% 3089427 24% 4153606 23% 5979825 24%

Developing Countries 5154189 49% 5321656 49% 6021095 46% 9427937 53% 13208944 53%

Uni Eropa 1086758 10% 1045346 10% 1288152 10% 1731311 10% 2530608 10%

NAFTA 895798 9% 1026696 9% 932932 7% 1440815 8% 2045488 8%

Sumber : Portal of Brazilian Foreign Trade, National Institute of Statistics and Censusesof Argentina, Trading Report of Thailand by Ministry of Commerce,International Trade Center (ITC), diolah

Sebagaimana ditunjukkan dalam tabel III.3 diatas, dapat dilihat bahwaselain tinggi, nilai impor agrikultur Brazil, Argentina, dan Thailand dari CairnsGroup juga terus meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2003 nilai impor dariCairns Group meningkat menjadi 2 miliar dollar Amerika. Kemudian pada tahun2007 nilai impornya juga kembali meningkat menjadi 3,8 miliar dollar Amerika.Akhirnya pada tahun 2010 nilai impor dari Cairns Group bahkan berhasilmenembus 5 miliar dollar Amerika. Jumlah tersebut tentu saja jauh lebih besardari nilai impor agrikultur dari NAFTA dan Uni Eropa yang masing-masinghanya bernilai 2,5 miliar dan 2 miliar dollar Amerika pada tahun 2010. Porsiimpornya juga terus meningkat dari 17% pada tahun 2001 menjadi 20% padatahun 2010. Berbeda dengan porsi impor dari NAFTA dan Uni Eropa yangcenderung turun atau stagnan tiap tahunnya.

Persentase pertumbuhan ekspor agrikultur Brazil, Argentina, dan Thailandke Cairns Group menunjukkan angka yang cukup tinggi. Hal ini sebagaimanaditunjukkan dalam grafik III.1 berikut:

Page 15: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xv

Grafik III.1. Persentase Pertumbuhan Ekspor Agrikultur GabunganBrazil, Argentina, dan Thailand ke Blok Ekonomi Dunia tahun 2001-2010

Sumber : Portal of Brazilian Foreign Trade, National Institute of Statistics and Censusesof Argentina, Trading Report of Thailand by Ministry of Commerce,International Trade Center (ITC), diolah

Sebagaimana ditunjukkan dalam grafik III.1 diatas, pada periode 2001-2003, ekspor agrikultur Argentina, Brazil, dan Thailand ke Cairns Groupmengalami peningkatan nilai sebesar 18% per tahunnya. Angka tersebut walaulebih rendah dari persentase pertumbuhan total ekspor agrikultur keseluruhanArgentina, Brazil, dan Thailand sendiri yang mencapai 27%, serta ekspor ke UniEropa yang mencapai 25%, namun setidaknya angka tersebut lebih tinggi daripersentase pertumbuhan ekspor ke NAFTA yang hanya mencapai 16% saja padaperiode 2001-2003.

Pada periode berikutnya, persentase pertumbuhan ekspor ke Cairns Groupterus meningkat hingga sempat melebihi persentase pertumbuhan total eksporagrikultur Argentina, Brazil, dan Thailand, serta ekspor ke Uni Eropa yaitu padaperiode 2005-2007. Meskipun sempat mengalami penurunan persentasepertumbuhan ekspor sebagaimana ekspor ke NAFTA dan Uni Eropa pada periode2007-2010, namun persentase pertumbuhan ekspor ke Cairns Group masih cukuptinggi yaitu sebesar 42% per tahunnya. Angka tersebut tidak hanya melebihipersentase pertumbuhan total ekspor agrikulturnya saja, tapi juga ekspor keNAFTA dan Uni Eropa.

Berbeda dengan persentase pertumbuhan ekspornya, persentasepertumbuhan impor dari Cairns Group justru menunjukkan nilai yang fluktuatif,yang berakhir dengan persentase pertumbuhan impor yang cukup rendah padaperiode 2007-2010. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam grafik III.4 berikut:

2001-2003 2003-2005 2005-2007 2007-2010Total Agri. Export 27% 32% 42% 36%Cairns Group 18% 45% 47% 42%Developed Countries 20% 21% 37% 10%Developing Countries 28% 46% 48% 55%Uni Eropa 25% 21% 44% 2%NAFTA 16% 23% 33% 16%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Total Agri. Export Cairns Group Developed Countries

Developing Countries Uni Eropa NAFTA

Page 16: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xvi

Grafik III.4. Persentase Pertumbuhan Nilai Impor Agrikultur Brazil,Argentina, dan Thailand dariBlok Ekonomi tahun 2001-2010

Sumber : Portal of Brazilian Foreign Trade, National Institute of Statistics and Censusesof Argentina, Trading Report of Thailand by Ministry of Commerce,International Trade Center (ITC), diolah

Dari grafik III.3 diatas dapat dilihat bahwa pada periode 2001-2003persentase pertumbuhan impor dari negara anggota Cairns Group cukup tinggiyaitu mengalami kenaikan sebesar 15%. Angka tersebut tidak hanya lebih tinggidari persentase pertumbuhan total impor agrikultur Brazil, Argentina, danThailand sendiri, tapi juga persentase pertumbuhan impor dari Uni Eropa.Kemudian pada periode 2003-2005 persentase pertumbuhan impor dari CairnsGroup mengalami penurunan nilai menjadi 13%. Angka tersebut lebih rendah daripersentase pertumbuhan total impor agrikulturnya sendiri serta impor dari UniEropa. Selanjutnya pada periode 2005-2007, persentase pertumbuhan impor dariCairns Group kembali mengalami kenaikan sebesar 59%. Angka tersebut jauhmelebihi persentase pertumbuhan impor dari total agrikulturnya sendiri. Akhirnyapada periode 2007-2010, persentase pertumbuhan impor dari Cairns Groupkembali mengalami penurunan menjadi 33% saja. Kali ini persentasepertumbuhan impor dari Cairns Group tersebut jauh lebih rendah baik dari totalimpor agrikulturnya sendiri, maupun impor dari NAFTA dan Uni Eropa.

Akhirnya data ekspor-impor gabungan Indonesia dan Philippina yangdiperoleh penulis menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan nilai danpersentase pertumbuhan ekspor-impor produk agrikultur tiap tahunnya dengannegara-negara anggota Cairns Group. Hal ini mengindikasikan semakin tingginyatingkat interdependensi kepentingan ekonomi di bidang agrikultur antaraIndonesia dan Philippina dengan negara-negara anggota Cairns Group. Nilai danpersentase ekspor-impor produk agrikultur tertinggi Indonesia dan Philippinasendiri didominasi oleh perdagangan dengan negara-negara yang berdekatandengan keduanya seperti Australia, Malaysia, dan Thailand.Walaupun nilai

2001-2003 2003-2005 2005-2007 2007-2010Total Agri. Import 3% 20% 37% 39%Cairns Group 15% 13% 59% 33%Developed Countries 2% 15% 34% 44%Developing Countries 3% 13% 57% 40%Uni Eropa -4% 23% 34% 46%NAFTA 15% -9% 54% 42%

-20%-10%

0%10%20%30%40%50%60%70%

Total Agri. Import Cairns Group Developed Countries

Developing Countries Uni Eropa NAFTA

Page 17: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xvii

ekspor-impor dengan negara anggota lainnya seperti Brazil, Selandia Baru, danAfrika Selatan juga cukup tinggi.

Pada tahun 2001, nilai ekspor agrikultur Indonesia dan Philippina keCairns Group memang sempat bernilai cukup rendah, yaitu 801 juta dollarAmerika, yang meliputi 8,93% dari total ekspor agrikultur Indonesia danPhilippina yang bernilai 8,9 miliar dollar Amerika. Jumlah tersebut beradadibawah nilai ekspor agrikultur ke NAFTA dan Uni Eropa yang masing-masingberniai 1,2 miliar dan 1,24 miliar dollar Amerika. Walaupun demikian, padatahun-tahun berikutnya ekspor agrikultur ke Cairns Group semakin meningkatbahkan hingga melebihi nilai ekspor ke NAFTA serta hampir menyaingi nilaiekspor ke Uni Eropa. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam tabel IV.1 berikut:

Tabel IV.1. Nilai dan Porsi Ekspor Agrikultur Gabungan Indonesiadan Philippina ke Blok Ekonomi Dunia tahun 2001, 2003, 2005, 2007, dan2010

Negara Tujuan

2001 2003 2005 2007 2010

NilaiEkspor(RibuanUS$)

PorsiEkspor(%)

NilaiEkspor(RibuanUS$)

PorsiEkspor(%)

NilaiEkspor(RibuanUS$)

PorsiEkspor(%)

NilaiEkspor(RibuanUS$)

PorsiEkspor(%)

NilaiEkspor(RibuanUS$)

PorsiEkspor(%)

Total Agri. Export 8982000 100.00% 12152000 100.00% 17048000 100.00% 26622000 100.00% 40086000 100.00%

Cairns Group 801771 8.93% 1336071 10.99% 1799338 10.55% 2845292 10.69% 4853396 12.11%

Developed Countries 3797914 42.28% 4249627 34.97% 5606401 32.89% 7281371 27.35% 9471055 23.63%

Developing Countries 3100281 34.52% 4928298 40.56% 6886605 40.40% 12321377 46.28% 19761093 49.30%

Uni Eropa 1248462 13.90% 1578037 12.99% 2437326 14.30% 3299933 12.40% 4864608 12.14%

NAFTA 1203727 13.40% 1381362 11.37% 1871236 10.98% 2528146 9.50% 2942580 7.34%

Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia37, National Statistic Office ofRepublic of Philippines38, International Trade Center (ITC)39, diolah

Sebagaimana ditunjukkan dalam tabel diatas, pasca tahun 2001 nilaiekspor Indonesia dan Philippina ke Cairns Group memang terus meningkat,termasuk porsi ekspornya. Pada tahun 2003 misalnya, nilai ekspor ke CairnsGroup meningkat hingga 1,3 miliar dollar Amerika. Porsi ekspornya pun juga ikutmeningkat sebanyak 3%, menjadi 10,99%. Selanjutnya pada tahun-tahunberikutnya, nilai ekspor ke Cairns Group juga terus meningkat. Hingga akhirnyapada tahun 2010, nilai ekspor Indonesia dan Philippina ke Cairns Group mencapai4,8 miliar dollar, yang meliputi 12,11% dari total ekspor agrikulturnya.Sebaliknya ekspor ke NAFTA dan Uni Eropa walau nilainya juga terus naik,

37 Badan Pusat Statistik, Data Ekspor Impor, 2013, diakses 21 Februari 2013,<http://www.bps.go.id/exim-frame.php?kat=2>

38 National Statistics Office of the Republic of The Philippines, Foreign Trade, 2013, diakses 21Februari 2013, <http://www.census.gov.ph/business/foreign-trade>

39 International Trade Centre, Trade Statistics for International Business Development, diakses21 Februari 2013, <http://www.trademap.org/SelectionMenu.aspx>

Page 18: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xviii

namun porsinya terus turun. Bahkan pada tahun 2010 porsi ekspor ke CairnsGroup berhasil menyaingi porsi ekspor ke NAFTA serta mendekati porsi eksporke Uni Eropa.

Berbeda dengan nilai ekspor agrikultur Indonesia dan Philippina kenegara-negara anggota Cairns Group yang awalnya rendah, nilai impor agrikulturIndonesia dan Philippina dari Cairns Group sejak awal sebenarnya sudah relatiftinggi. Pada tahun 2001 saja, nilai impor agrikultur Indonesia dan Philippina dariCairns Group mencapai 2,1 miliar dollar Amerika, yang meliputi 26% dari totalimpor agikultur Indonesia dan Philippina yang bernilai 8,4 miliar dollarAmerika.Nilai tersebut jauh lebih tinggi dari nilai impor agrikultur baik dariNAFTA maupun dari Uni Eropa.Tidak hanya itu, nilai impor agrikultur dariCairns Group juga terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini sebagaimanaditunjukkan dalam tabel IV.3 berikut:

IV.3.Nilai dan Porsi Impor Agrikultur Gabungan Indonesia danPhilippinadari Blok Ekonomi Dunia tahun 2001, 2003, 2005, 2007, dan 2010

NegaraAsal

2001 2003 2005 2007 2010

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

NilaiImpor

(RibuanUS$)

PorsiImpor(%)

Total Agri. Import 8437000 100% 8807000 100% 10499000 100% 14764000 100% 22462000 100.00%

Cairns Group 2172612 26% 2685449 30% 3819201 36% 5724362 39% 8535785 38.00%

Developed Countries 3522033 42% 3132224 36% 3926145 37% 5565482 38% 8048222 35.83%

Developing Countries 2321808 28% 3481396 40% 4328705 41% 6787911 46% 10540815 46.93%

EU 27 503202 6% 559089 6% 722609 7% 831608 6% 1178199 5.25%

NAFTA 1889200 22% 1483476 17% 1590930 15% 2546907 17% 3583097 15.95%

Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, National Statistic Office of Republicof Philippines, International Trade Center (ITC), diolah

Dari tabel IV.3 diatas dapat dilihat bahwa pasca tahun 2001, nilai imporagrikultur dari Cairns Group memang terus meningkat, hingga jauh meninggalkannilai impor baik dari NAFTA maupun dari Uni Eropa. Tidak hanya itu, hal yangsama juga terlihat pada porsi impornya yang juga terus meningkat tiap tahunnya.Sebagai contoh impor dari Cairns Group pada tahun 2003 bernilai 2,6 miliardollar, atau meningkat 500 juta dollar dari tahun 2001. Selain itu porsi impornyapun juga ikut meningkat menjadi 30% dari 26% pada tahun 2001.Sebaliknyaimpor dari NAFTA dan Uni Eropa walau nilainya juga relatif meningkat pascatahun 2001, namun porsinya terus berkurang. Porsi ekspor NAFTA pada tahun2010 saja turun menjadi 15,95% dari 22% pada tahun 2001. Sedangkan porsiekspor ke Uni Eropa pada tahun 2010 juga turun menjadi 5,25% dari 6% padatahun 2001.

Page 19: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xix

Sejalan dengan perkembangan nilai ekspor agrikulturnya, persentasepertumbuhan ekspor ke Cairns Group juga mengalami peningkatan yang cukupsignifikan, bahkan sejak periode 2001-2003. Hal ini sebagaimana ditunjukkandalam grafik IV.1 berikut:

Grafik IV.1. Persentase Pertumbuhan Ekspor Agrikultur GabunganIndonesia dan Philippina ke Blok Ekonomi Dunia 2001-2010

Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, National Statistic Office of Republicof Philippines, International Trade Center(ITC), diolah

Sebagaimana ditunjukkan dalam grafik IV.1 diatas, dapat dilihat bahwasejak periode 2001-2003, persentase pertumbuhan nilai ekspor agrikulturIndonesia dan Philippina ke Cairns Group memang sudah sangat tinggi. Padaperiode 2001-2003 misalnya, persentase pertumbuhan nilai ekspornya mencapai67%. Jauh lebih tinggi baik dari persentase pertumbuhan total eksporagrikulturnya yang mengalami peningkatan sebesar 35%, maupun persentasepertumbuhan ekspor ke NAFTA dan Uni Eropa yang masing-masing sebesar 15%dan 26% sekalipun. Pada periode 2003-2005 persentase pertumbuhan nilai eksporke Cairns Group memang sempat turun menjadi 35% saja. Namun demikian, padaperiode-periode berikutnya persentase pertumbuhannya terus meningkat, bahkanhingga mencapai angka 71% pada periode 2007-2010, atau lagi-lagi melebihipersentase pertumbuhan total ekspornya sendiri maupun persentase pertumbuhanekspor ke NAFTA dan Uni Eropa.

Dari sisi impor, persentase pertumbuhan impor agrikultur Indonesia danPhilippina dari Cairns Group juga menunjukkan nilai yang cukup tinggi, bahkansejak periode 2001-2003. Hal tersebut sebagaimana ditunjukkan dalam grafikIV.4 berikut:

2001-2003 2003-2005 2005-2007 2007-2010Total Agri. Eksport 35% 40% 56% 51%Cairns Group 67% 35% 58% 71%Developed Count. 12% 32% 30% 30%Developing Count. 59% 40% 79% 60%Uni Eropa 26% 54% 35% 47%NAFTA 15% 35% 35% 16%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

Total Agri. Eksport Cairns Group Developed Count.

Developing Count. Uni Eropa NAFTA

Page 20: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xx

Grafik IV.4. Persentase Pertumbuhan Impor Agrikultur Indonesiadan Philippina ke Blok Ekonomi Dunia tahun 2001-2010

Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, National Statistic Office of Republicof Philippines, International Trade Center(ITC), diolah

Sebagaimana ditunjukkan dalam grafik IV.4 diatas, dapat dilihat bahwapada periode 2001-2003 persentase pertumbuhan impor agrikultur dari CairnsGroup memang cukup tinggi, yaitu mengalami kenaikan sebesar 24%. Angkatersebut jauh lebih tinggi baik dari persentase pertumbuhan total impor agrikulturIndonesia dan Philippina sendiri yang kenaikannya hanya sebesar 4%, maupunpersentase pertumbuhan impor dari Uni Eropa yang kenaikannya 11% dan dariNAFTA yang justru mengalami penurunan sebesar -21%.

Lebih lanjut pada periode-periode berikutnya persentase pertumbuhanimpor dari Cairns Group juga terus meningkat, walau sempat kalah unggul daripersentase pertumbuhan impor dari NAFTA pada periode 2005-2007.Namundemikian pada periode 2007-2010 persentase pertumbuhan impor dari CairnsGroup kembali melampaui persentase pertumbuhan impor dari NAFTA dan UniEropa. Selain itu persentase pertumbuhan impor dari Cairns Group juga hanyaterpaut 3% lebih rendah dari persentase pertumbuhan total impor agrikulturIndonesia dan Philippina.

KESIMPULANMelalui berbagai analisis data yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti

menyimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini terbukti. Bahwa keberhasilan CairnsGroup dalam mempertahankan keberlangsungan koalisinya ditengah ancamanperpecahan sebagai akibat dari ketidaksepahaman diantara negara-negara anggotakoalisi tersebut, memang dikarenakan oleh tingginya derajat interdependensikepentingan ekonomi di bidang agrikultur diantara negara-negara anggota CairnsGroup sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dari tingginya nilai, porsi, dan persentase

2001-2003 2003-2005 2005-2007 2007-2010Total Agri. Import 4% 19% 41% 52%Cairns Group 24% 42% 50% 49%Developed Count. -11% 25% 42% 45%Developing Count. 50% 24% 57% 55%EU 27 11% 29% 15% 42%NAFTA -21% 7% 60% 41%

-30%-20%-10%

0%10%20%30%40%50%60%70%

Total Agri. Import Cairns Group Developed Count.

Developing Count. EU 27 NAFTA

Page 21: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xxi

pertumbuhan ekspor-impor antara kelompok-kelompok berisikan delapan negarayang diteliti penulis dengan negara-negara anggota Cairns Group lainnya.

Data ekspor-impor Australia, Selandia Baru, dan Kanada ke negara-negaraanggota Cairns Group menunjukkan peningkatan nilai dan persentasepertumbuhan yang cukup signifikan tiap tahunnya. Walau nilai dan porsi ekspor-impor pada tahun 2001 cukup rendah namun meningkat pada tahun-tahunberikutnya. Hal tersebut dipertegas dengan tingginya persentase pertumbuhan tiaptahunnya, menunjukkan bahwa Australia, Selandia Baru, dan Kanada memilikiketergantungan yang cukup erat dengan negara-negara anggota Cairns Group.

Hal yang sama juga terlihat pada data ekspor-impor Indonesia danPhilippina ke negara-negara anggota yang juga menunjukkan nilai, porsi, sertapersentase pertumbuhan ekspor-impor yang cukup tinggi setelah tahun 2001.Mengindikasikan eratnya hubungan perdagangan antara Indonesia dan Philippinadengan negara-negara anggota Cairns Group.

Akhirnya data ekspor-impor Brazil, Argentina, dan Thailand menunjukkanhasil yang cukup berbeda dari negara-negara diatas. Ekspor Brazil, Argentina, danThailand ke negara-negara anggota Cairns Group lainnya secara individualmenunjukkan nilai yang cukup rendah sejak tahun 2001 sampai dengan 2010,namun porsi dan persentase pertumbuhan ekspornya terus meningkat tiaptahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar negara anggota Cairns Groupsedikit demi sedikit menjadi semakin penting bagi Brazil, Argentina, danThailand. Sedangkan impor Brazil, Argentina, dan Thailand dari negara-negaraanggota Cairns Group justru bernilai tinggi sejak tahun 2001 sampai dengan 2010.Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara anggota Cairns Group tersebut telahmenempati posisi yang cukup penting bagi Brazil, Argentina, dan Thailad sebagaisalah satu supplier utama atas kebutuhan impor agrikultur. Hal ini semakinmenegaskan adanya derajat ketergantungan tertentu antara Brazil, Argentina, danThailand dengan negara-negara anggota Cairns Group lainnya.

Tingginya nilai, porsi, dan persentase pertumbuhan ekspor-impor diantaranegara-negara anggota Cairns Group tersebut tentunya menempatkan masing-masing negara anggota dalam posisi yang saling bergantung dan membutuhkanantara satu sama lain. Di satu sisi negara-negara anggota Cairns Group tersebutsaling membutuhkan pasar domestik satu sama lain sebagai tempat untukmemasarkan produk agrikultur unggulan ekspornya. Di sisi lain, negara-negaraanggota Cairns Group tersebut juga saling membutuhkan pasokan atas produkagrikultur tertentu yang seringkali hanya bisa dipenuhi melalui impor dari negaraanggota Cairns Group lainnya.

Tentunya akan sangat merugikan bagi negara-negara anggota CairnsGroup sendiri jika sampai terjadi permasalahan tertentu yang beresiko memecahhubungan saling membutuhkan yang telah terjalin diantara mereka, terutamadalam kaitannya dengan posisi Cairns Group sebagai koalisi beranggotakannegara eksportir komoditas agrikultur utama dunia yang salah satu pendapatan

Page 22: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xxii

utama dari negara-negara anggota Cairns Group tersebut diperoleh melalui eksporkomoditas agrikultur tersebut.

Hal ini yang menyebabkan negara-negara anggota pada akhirnya memilihuntuk tidak terlalu memaksakan kehendaknya serta berusaha mengakomodasikepentingan masing-masing negara anggota, baik dengan mengurungkantuntutannya sendiri seperti yang dilakukan Australia, Selandia Baru, dan Kanadadengan menarik dukungan mereka terhadap proposal gabungan Amerika Serikatdan Uni Eropa, maupun dengan menyetujui gagasan negara anggota lainnyaseperti terhadap proposal SP dan SSM yang diajukan oleh Indonesia. Oleh karenaitulah Cairns Group dapat tetap bertahan bahkan hingga KTM WTO ke 8 yangdiadakan di Jenewa pada tahun 2011, atau sepuluh tahun sejak dimulainya PutaranDoha.

DAFTAR PUSTAKA

Aksoy, M. Ataman & John C. Beghin (eds), Global Agricultural Trade andDeveloping Countries, The World Bank, Washington DC, 2005.

Argentina Statistics, Foreign Trade, 2013, diakses 21 Februari 2013,<http://www.indec.mecon.ar/>

Australian Government Department of Foreign Affairs and Trade, TradeStatistical Publications, diakses 10 Februari 2013,<http://www.dfat.gov.au/publications/statistics.html>

Australian Government, Trends in Australian Agriculture, ProductivityCommission, Melbourne, 2005.

Badan Pusat Statistik, Data Ekspor Impor, 2013, diakses 21 Februari 2013,<http://www.bps.go.id/exim-frame.php?kat=2>

Burchill, Scott, The National Interest in International Relations Theory, PalgraveMacmillan, London, 2005.

Cainrs Group Farm Leaders, What is the Cairns Group?, 2008, diakses 5 Agustus2012, <http://www.cairnsgroupfarmers.org/cairnsgrp.html>

Capling, Ann, Australia and the Global Trade System: From Havana to Seattle,Press Syndicate of the University of Cambridge, Cambridge, 2001.

Choi, Gyoung-Gyu, Economic Interdependence and Stability in an AnarchySystem, 1996, diakses 21 Februari 2013,<http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.62588>

Delgado, Nelson Giordano & Adriano Campolina de O. Soares, The G-20: ItsOrigin, Evolution, Meaning and Prospect, 2005, diakses 1 Januari 2013,<http://www.boell.de/downloads/internationalepolitik/GIP_25_Engl_G-20.pdf>

Page 23: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xxiii

FAO, 'Indonesia', WTO Agreement on Agriculture: The ImplementationExperience - Developing Country Case Studies, 2003, diakses 31 Mei 2012,<http://www.fao.org/docrep/005/Y4632E/y4632e0l.htm>

Gifford, Mike, 'The Unlikely Coalition: Agriculture and Agricultural Policies ofthe Cairns Group, Ten Years after the Uruguay Round' dalam GiovanniAnania, Mary E. Bohman, Colin A. Carter & Alex F. McCalla (eds),Agricultural Policy Reform And The WTO: Where Are We Heading?,Edward Elgar Publishing Inc., Massachusetts, 2004.

Gifford, Mike, The Unlikely Coalition: Agriculture and Agricultural Policies ofthe Cairns Group Ten Years after the Uruguay Round, 2003, diakses 5 Juli2012,<http://www.ecostat.unical.it/2003agtradeconf/Invited%20papers/gifford.pdf>

Hagan, Joe D., Philip P. Everts, Haruhiro Fukui, and John D. Stempel, 'ForeignPolicy by Coalition: Deadlock, Compromise, and Anarcy', InternationalStudies Review, Vol. 3, No. 2, 2001, hlm. 169-216

Hamilton, Colleen & John Whalley, ‘Coalitions in the Uruguay Round’, Review ofWorld Economics, vol.125, no.3, 1989, hlm. 547–562

Hernandez, Andreas, The Collapse In Cancun And The Transformation Of TheGlobal System, 2003, diakses 5 Agustus 2012,<http://www.countercurrents.org/glo-hernandez60903.htm>

Hessie, Rethna, Analisis Produksi dan Konsumsi Beras Dalam Negeri SertaImplikasinya Terhadap Swasembada Beras di Indonesia, 2009, diakses 21Februari 2013,<http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14198/H09rhe.pdf>

Hoda, Anwarul, Special Products: Options for Negotiating Modalities, 2005,diakses 5 Agustus 2012, <http://ictsd.org/downloads/2008/08/hoda.pdf>

Indonesia for Global Justice, Indonesia Segera Keluar dari Cairns Group,Hentikan Kebijakan Neoliberal dalam Sistem Perdagangan!, 2003, diakses5 Juli 2012,<http://www.igj.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=293&Itemid=176>

Indonesian Palm Oil Board, Indonesian Palm Oil in Numbers, Indonesian PalmOil Board, Jakarta, 2007.

International Trade Centre, Trade Statistics for International BusinessDevelopment, diakses 21 Februari 2013,<http://www.trademap.org/SelectionMenu.aspx>

Page 24: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xxiv

Jhamtani, Hira, WTO dan Penjajahan Kembali Dunia Ketiga, INSIST Press,Yogyakarta, 2005.

Kegley, Charles & Eugene Wittkopf, World Politics: Trends and Transformation6th Edition, St. Martin Press Inc., New York, 1997.

Keohane, Robert O., & Joseph Nye, Power and Interdependence World Politics inTransition, Little Brown & Co., Boston, 1977.

Keohane, Robert O., 'The Demand for International Regimes', InternationalOrganization, Vol. 36, No. 2, 1982, hlm. 325-355

Khor, Martin, Members Stick to Their Positions in WTO Agriculture SpecialSession, 2003, diakses 5 Juli 2012,<http://twnside.org.sg/title/twninfo40.htm>

-----------------, US-EC Agriculture Paper Criticsed by Developing Countries,2003, diakses 5 Agustus 2012,<http://www.twnside.org.sg/title/twninfo59.htm>

Krasner, Stephen D., International Regimes, Cornell University Press, New York,1983.

Kruse, John, Estimating Demand for Agricultural Commodities to 2050, 2012,diakses 21 Februari 2013,<http://www.globalharvestinitiative.org/Documents/Kruse%20-%20Demand%20for%20Agricultural%20Commoditites.pdf>

Kwa, Aileen, Campaign to Get Out of the Cairns Group, 2009, diakses 5 Juli2012, <http://www.choike.org/2009/eng/informes/444.html>

Leftwich, Adrian & Edward Laws, Riker in the Tropics: The Theory of PoliticalCoalitions (1962) and the Politics of Change in Developing Countries,2012, diakses 5 Juli 2012,<http://www.dlprog.org/ftp/download/Public%20Folder/Concept%20Papers/Riker%20in%20the%20Tropics.pdf>

Maryoto, Andreas, Jalan Panjang Negosiasi Aturan Perdagangan ProdukPertanian di WTO, 2003, diakses 5 Juli 2012,<http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=1567&coid=2&caid=19>

Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: BukuSumber Tentang Metode Baru, terj. Tjetjep Rohendi Rohidi, UniversitasIndonesia Press, Jakarta, 1992.

Ministry of Comerce of Thailand, Thailand's Foreign Trade by Country, 2013,diakses 21 Februari 2013,<http://www.ops3.moc.go.th/infor/MenuComen/default.asp>

Page 25: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xxv

Ministry of Development Industry and Foreign Trade of Brazil, Statistics ofBrazil, 2013, diakses 21 Februari 2013,<http://www.comexbrasil.gov.br/conteudo/ver/chave/44_estatisticas_do_comercio_exterior_brasileiro/menu/108>

Morgenthau, Hans J., Politics among Nation: The Struggle for Power and PeaceSeventh Edition, McGraw-Hill Education, Clumbus OH, 2005.

Narlikar, Amrita, International Trade and Developing Countries: Bargainingcoalitions in the GATT & WTO, Routledge, New York, 2003.

National Statistics Office of the Republic of The Philippines, Foreign Trade,2013, diakses 21 Februari 2013,<http://www.census.gov.ph/business/foreign-trade>

Organization of American State's Foreign Trade Information System, GeneralAgreement on Tariffs and Trade (GATT): Punta Del Este Declaration,2006, diakses 31 Mei 2012, <http://www.sice.oas.org/trade/Punta_e.asp>

Rolland, Sonia E., ‘Developing Country Coalitions at the WTO: In Search ofLegal Support’, Harvard International Law Journal, vol. 48, no. 2, 2007,hlm. 484-551

Sharma, R., Agriculture in the GATT: A Historical Account, 2000, diakses 5Agustus 2012,<http://www.fao.org/docrep/003/x7352e/X7352E04.htm#TopOfPage>

Silalahi, Ulber, Metode Penelitian Sosial, Unpar Press, Bandung, 2006.

Sondenaa, Erik, The Nuclear Non-Proliferation Treaty and Regime Theories,2008, diakses 5 Juli 2012,<http://munin.uit.no/bitstream/handle/10037/1842/thesis.pdf?sequence=1>

Statistics of Canada, Canadian International Merchandise Trade Database,diakses 21 Februari 2013, <http://www5.statcan.gc.ca/cimt-cicm/home-accueil?lang=eng>

Statistics of New Zealand Tatauranga Aotearoa, Imports and Exports, diakses 21Februari 2013,<http://www.stats.govt.nz/browse_for_stats/industry_sectors/imports_and_exports.aspx>

The Cairns Group, 24th Ministerial Meeting, Santa Cruz de la Sierra, Bolivia 18October 2002, 2002, diakses 5 Agustus 2012,<http://cairnsgroup.org/Pages/min24_communique.aspx>

----------------------, 26th Ministerial Meeting San Jose Costa Rica 23 February2004, 2004, diakses 5 Agustus 2012,<http://cairnsgroup.org/Pages/min26_communique.aspx>

Page 26: KEBERHASILAN CAIRNS GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahife08ef40832full.pdf · negara dalam perundingan Internasional yang bergabung sebagai

xxvi

----------------------, Cairns Group Ministerial Meetings, 2011, diakses 5 Juli 2012,<http://cairnsgroup.org/Pages/Meetings.aspx>

----------------------, Introduction – The Cairns Group, 2012, diakses 31 Mei 2012,<http://cairnsgroup.org/Pages/Introduction.aspx>

----------------------, Joint Statement by The Cairns Group and G20, 2005, diakses5 Agustus 2012,<http://cairnsgroup.org/Pages/051216_joint_statement.aspx>

----------------------, Market Access (further commitments) - Specific Input: CairnsGroup Negotiating Proposal on Market Access, 2002, diakses 5 Agustus2012, <http://cairnsgroup.org/DocumentLibrary/job02_112.pdf>.

Third World Network, G33 presents detailed paper on Special SafeguardMechanism (SSM), 2004, diakses 2 Juni 2012,<http://www.twnside.org.sg/title2/twninfo176.htm>

-----------------------------, Diverse Positions on Agriculture in the RecentNegotiations, 2004, diakses 12 Juni 2012,<http://twnside.org.sg/title2/twninfo147.htm>

Tussie, D. & D. Glover (eds.), The Developing Countries in the World Trade:Policies and Bargaining Strategies, Lynne Rienner, Boulder CO, 1995.

Warr, Suthida, Gil Rodriguez, & Jammie Penm, Changing Food Consumptionand Imports in Malaysia, 2008, diakses 21 Februari 2013,<www.fas.usda.gov/gainfiles/200610/146249302.pdf>

WTO, Agreement on Agriculture, 1998, diakses 2 Juni 2012,<http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/14-ag.pdf>

-----, Agriculture Explanation: Introduction, 2012, diakses 7 Juni 2012,<http://www.wto.org/english/tratop_e/agric_e/ag_intro01_introe.htm>

-----, The Doha Round, 2011, diakses 5 Agustus 2012,<http://www.wto.org/english/tratop_e/dda_e/dda_e.htm>

-----, Understanding the WTO, 2012, diakses 5 Juli 2012,<http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/tif_e.htm>

Yen, Goh Chien, G33 Defends Position on SP and SSM, 2007, diakses 5 Juli2012, <http://twnside.org.sg/title2/twninfo496.htm>

Young, Oran R., ‘Regime Dynamics: The Rise and Fall of International Regimes’,International Organization, vol. 36, no. 2, 2007, hlm. 277-297

---------------------, Compliance and Public Authority: A Theory with InternationalApplications, Johns Hopkins University Press, Baltimore, 1979.