partisi

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional saat ini sedang marak digunakan dalam masyarakat. Penggunaan obat tradisional bukan hanya dikembangkan di Indonesia tapi sudah dikembangkan di negara-negara maju. Sehingga bahan alam merupakan salah satu sumber bahan baku obat yang perlu digali, diteliti dan dikembangkan. Untuk mencari sumber obat yang baru dari tumbuhan, para peneliti tidak terkecuali mahasiswa telah melakukan penelitian mengenai suatu tanaman yang belum pernah diteliti untuk mendapatkan komponen obat yang dapat digunakan untuk pengobatan. Komponen dari tumbuhan tersebut kemudian diisolasi dan diidentifikasi komponen bahan aktifnya yang mengandung nilai terapeutik atau bahan berkhasiat. Perkembangan pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai obat dari tahun ke tahun pun semakin berkembang pesat

Upload: nining-sryyusuf

Post on 30-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan partisi niningsryususf

TRANSCRIPT

Page 1: partisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional saat ini sedang marak digunakan

dalam masyarakat. Penggunaan obat tradisional bukan hanya

dikembangkan di Indonesia tapi sudah dikembangkan di negara-negara

maju. Sehingga bahan alam merupakan salah satu sumber bahan baku

obat yang perlu digali, diteliti dan dikembangkan.

Untuk mencari sumber obat yang baru dari tumbuhan, para peneliti

tidak terkecuali mahasiswa telah melakukan penelitian mengenai suatu

tanaman yang belum pernah diteliti untuk mendapatkan komponen obat

yang dapat digunakan untuk pengobatan. Komponen dari tumbuhan

tersebut kemudian diisolasi dan diidentifikasi komponen bahan aktifnya

yang mengandung nilai terapeutik atau bahan berkhasiat.

Perkembangan pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai obat dari

tahun ke tahun pun semakin berkembang pesat dan mengalami

kemajuan. perkembangan mulai terarah mulai dari cara atau metode

pembuatannya sampai cara penggunaannya dibuat sesederhana mungkin

tanpa mengurangi ataupun menghilangakan kandungan obat pada

tanaman tersebut.

Pada praktikum ini kita akan lakukan partisi ekstrak atau

pemisahan komponen kimia berdasarkan tingkat kepolaran senyawa

Page 2: partisi

terlarut dari tumbuhan Daun waru lengis (Hibiscus tiliaceus L.) dengan

metode partisi cair-cair sebab sampel ekstrak etanol daun waru lengis

(Hibiscus tiliaceus L.) larut air.

B. Maksud dan Tujuan Praktikum

a. Maksud Praktikum

Adapun maksud dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk

mengetahui dan memahami cara partisi ekstrak pada sampel daun waru

(Hibiscus tiliaceus L.) menggunakan metode partisi cair-cair.

b. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk

memisahkan ekstrak berdasarkan tingkat kepolarannya dan mendapatkan

fraksi yang bersifat polar dan nonpolar dari sampel daun waru (Hibiscus

tiliaceus L.) menggunakan partsisi cair-cair.

Page 3: partisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Waru lengis (Hibiscus tiliaceus L.) (itis, 2014)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus tiliaceus L.

2. Morfologi Tanaman Waru lengis (Hibiscus tiliaceus L.)

Waru termasuk suku malvaceae. Banyak terdapat di Indonesia,

di pantai yang tidak berawa, ditanah datar, dan di pegunungan hingga

ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut. Banyak ditanam di

pinggir jalan dan di sudut pekarangan sebagai tanda batas pagar.

Pada tanah yang baik, tumbuhan itu batangnya lurus dan daunnya

kecil. Pada tanah yang kurang subur, batangnya bengkok dan

daunnya lebih lebar (Praptiwi et al, 2006).

Page 4: partisi

Pohon ini cepat tumbuh sampai tinggi 5-15 meter, garis tengah

batang 40 - 50 cm; bercabang dan berwarna coklat. Daun merupakan

daun tunggal, berangkai, berbentuk jantung, lingkaran lebar/bulat telur,

tidak berlekuk dengan diameter kurang dari 19 cm. Daun menjari,

sebagian dari tulang daun utama dengan kelenjar berbentuk celah

pada sisi bawah dan sisi pangkal. Sisi bawah daun berambut abu-abu

rapat. Daun penumpu bulat telur memanjang, panjang 2.5 cm,

meninggalkan tanda bekas berbentuk cincin  (Sumarnie, dkk. 2005).

Bunga waru merupakan bunga tunggal, bertaju 8 - 11. Panjang

kelopak 2.5 cm beraturan bercangap 5. Daun mahkota berbentuk

kipas, panjang 5-7 cm, berwarna kuning dengan noda ungu pada

pangkal, bagian dalam oranye dan akhirnya berubah menjadi

kemerah-merahan. Tabung benang sari keseluruhan ditempati oleh

kepala sari kuning. Bakal buah beruang 5, tiap rumah dibagi dua oleh

sekat semu, dengan banyak bakal biji. Buah berbentuk telur berparuh

pendek, panjang 3 cm, beruang 5 tidak sempurna, membuka dengan 5

katup  (Sumarnie, dkk. 2005).

3. Kandungan Kimia dan Kegunaan Tanaman Waru lengis (Hibiscus

tiliaceus L.)

Dalam pengobatan tradisional, akar waru digunakan sebagai

pendingin bagi sakit demam, daun waru membantu pertumbuhan

rambut, sebagai obat batuk, obat diare berdarah/berlendir, amandel.

Page 5: partisi

Bunga digunakan untuk obat trakhoma dan masuk angin (Nurhari,

2010).

Kandungan kimia daun dan akar waru adalah saponin dan

flavonoid. Disamping itu, daun waru juga paling sedikit mengandung

lima senyawa fenol, sedang akar waru mengandung tanin (Sumarnie,

dkk. 2005).

B. TINJAUAN PUSTAKA

Partisi merupakan perpindahan massa atau senyawa berdasarkan

tingkat kepolaran dengan bantuan eluen (fase gerak). Dalam suatu partisi

ekstrak akan dibahas mengenai partisi cair-cair dan partisi padat-cair

(Sudjadi,1986).

Ekstraksi padat-cair (leactithing) adalah proses pemisahan untuk

memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan

dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dapat juga didefinisikan

sebagai disperse komponen kimia dari ekstrak yang telah dikeringkan

dalam suatu pelarut yang sesuai berdasarkan kelarutan dari komponen

kimia dan zat-zat yang tidak diinginkan seperti garam-garam tidak dapat

larut. Operasi esktraksi ini dapat dilakukan dengan mengaduk suspensi

padatan di dalam wadah dengan atau tanpa pemanasan (Anonim, 2012).

Pelaksanaan ekstraksi pada cair terdiri dari 2 langkah, yaitu :

(Anonim, 2012)

1. Kontak antara padatan dan pelarut untuk mendapatkan

perpindahan solute ke dalam pelarut.

Page 6: partisi

2. Pemisahan larutan yang terbentuk dan padatan sisa.

Berdasarkan metode ekstraksi padat-cair dikenal 4 jenis yaitu :

1. Operasi dengan system bertahap tanggal

2. Operasi dengan system bertahap banyak dengan aliran sejajar

atau aliran silang.

3. Operasi secara kontinu dengan aliran berlawanan

4. Operasi secara batch dengan system bertahap banyak dengan

aliran berlawanan.

Dasar pemilihan metode partisi padat-cair yaitu dapat dilihat dari :

1. Sifat senyawa yang terdapat pada ekstrak.

2. Fraksi yang dipisahkan

3. Ketersediaan dan harga pelarutan serta bahan yang

digunakan

4. Keamanan.

Ekstraksi cair-cair atau (partisi cair-cair) (Sudjadi,1986) :

a. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari

bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut organik.

b. Ekstraksi cair-cair merupakan proses pemisahan zat terlarut di

dalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur

perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organic

dan pelarut air.

c. Efisiensi ekstraksi dapat diperoleh dengan melakukan

ekstraksi berulang-ulang dengan volume yang sama , misalnya

Page 7: partisi

ekstraksi zat X dengan pelarut organic 200 ml lebih efisien

jika dilakukan 4 kali ekstraksi dibandingkan dengan 1 kali

ekstraksi dengan volume yang sam. Jika suatu cairan

ditambahkan kedalam ekstrak yang telah dilarutkan dalam

cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan yang pertama

maka akan terbentuk dua lapisan. Satu komponen dari

campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan

tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu

dicapai kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan

tersebut. Waktu yang diperlukan untuk tercapainya

kesetimbangan biasanya dipersingkat oleh pencampuran

kedua fase tersebut dalam corong pisah.

Dikenal 3 macam bentuk corong pisah yaitu (Harbone, 1986) :

1. Bentuk bulat untuk mengestraksi komponen kimia yang

mengandung terpen glikosida.

2. Bentuk lonjong untuk mengestraksi bahan alam yang

mengandung lemak dan saponin.

3. Bentuk segi empat untuk mengestraksi senyawa sintetik

atau murni.

Pemilihan pelarut untuk melarutkan komponen terlarut sangat

dipengaruhi oleh sifat polar dan non polar dari pelarut. Kepolaran

merupakan kemampuan suatu senyawa membentuk kutub yaitu kutub

Page 8: partisi

positif dan kutub negative, maka pelarut dapat digilongkan atas

(Sudjadi,1986) :

1. Pelarut polar

a. Mempunyai tetapan dielektrik yang tinggi sehingga dapat

mengurangi daya tarik menarik antara ion-ion dengan muatan

electron yang berlawanan.

b. Mempunyai kekuatan muatan yang tinggi untuk memecahkan

ikatan kovalen pada elektrolit kuat yang membentuk reaksi

asam basa (bersifat amiprotik).

c. Mempunyai kekuatan untuk menginvasi molekul dan ion

dengan gaya interaksi dipole terutama pembentukan ikatan

hydrogen sehingga menyebabkan suatu senyawa dapat larut.

2. Pelarut non polar

a. pelarut non polar dapat melarutkan zat terlarut non polar

dengan tekanan dalam yang sama melalui interaksi dipole

induksi.

b. molekul zat terlarut tetap berada dalam larutan dengan

adanya gaya Van Der Waals London Lemah sehingga minyak

dan lemak dapat larut dalam pelarut karbontetraklorida,

benzene dan minyak mineral.

3. Pelarut semi polar

a. secara teoritis tidak ada satupun literature yang

mendefinisikan pelarut semi polar namun secara praktis

Page 9: partisi

adanya pelarut yang dapat bertindak sebagai pelarut

perantara menyebabkan bercampurnya cairan polar dan non

polar maka dikatakan pelarut semi polar.

b. pelarut semi polar seperti keton dan alcohol dapat

menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul

pelarut non polar, sehingga dapat larut dalam alcohol.

Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu fase pada suhu

tertentu bergantung pada kemiripan kepolarannya denga fase

cair,menggunakan prinsip like dissolves like. Molekul bermuatan yang

memiliki afinitas tinggi terhadap cairan dengan sejumlah besar ion

bermuatan berlawanan dan juga dalam hal ini menarik yang berlawanan,

misalnya senyawa asam akan lebih larut dalam fase air yang basa

daripada yang netral atau asam. Rasio konsentrasi senyawa dalam kedua

fase disebut koefisien partisi (K). Senyawa yang berbeda akan

mempunyai koefisien partisi berbeda, sehingga jika suatu senyawa

sangat polar, koefisien partisi relatifnya ke fase polar lebih tinggi daripada

senyawa non polar(Anonim, 2012).

Page 10: partisi

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

a. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu batang

pengaduk, cawan porselin, corong, gelas kimia, corong pisah, sendok

tanduk, timbangan kasar, dan toples, hairdrayer.

b. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu aluminium

foil, aquades, kertas saring, kertas timbang, label, metanol, ekstrak

daun waru (Hibiscus tiliaceus), n-heksan, dan tissue

B. Cara Kerja (Anonim, 2014)

Partisi ekstrak cair-cair

Adapun cara kerja dari partisi cair-cair yaitu ekstrak etanol kering

yang diperoleh ditimbang sebanyak kurang lebih 1-2 gram disuspensikan

dengan air 20 ml dimasukkan kedalam corong pisah ditambahkan N-

heksan sebanyak 40 ml kemudian partisi atau kocok sampai terpisah

antara air dan N-heksan. pada pelarut air ditambahkan N-heksan

sebanyak 30 ml dan dilakukan pengocokan tiga kali.

Partisi Cair - cair dengan Pelarut n-butanol

Dimasukkan Lapisan air dari hasil ekstraksi dengan n heksan ke

dalam corong pisah. Dan ditambahkan dengan n-butanol jenuh air

sebanyak 30 ml. Dikocok sampai merata dengan sekali-kali membuka

Page 11: partisi

membuka penutup corong pisah. Selanjutnya diamkan sampai terjadi

pemisahan dari fase air dan fase n-butanol, dan pisahkan fase air dan

fase n-butanol. Kemudian fase air dimasukkan kembali ke dalam corong

pisah dan diekstraksi lagi dengan n-butanol sebanyak 30 ml dan dilakukan

hingga jernih (sebanyak 3 kali). Fraksi n-butanol yang diperoleh dari

beberapa kali penyarian disatukan kemudian diuapkan sampai

mendapatkan ekstrak kental kemudian ditimbang.

Page 12: partisi

DAFTAR PUSTAKA

DEPKES RI., (1986), “Analisis Obat Tradisional, Jilid I. Jakarta

Anonym. 2012. Penuntun Praktikum Fitikimia I. UMI. Makassar.

Harborne, J.B., (1987), “Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern

Menganalisis Tumbuhan”, Terbitan II, Penerbit ITB, Bandung

Sudjadi, (1994), “Metode Pemisahan”, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Dalimarta, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat, Jilid 2. Trubus Agriwidya.

Jakarta

www.itis.gov

Page 13: partisi

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA I

PARTISI EKSTRAK DAUN WARU LENGIS (Hibiscus tiliaceusL.)ASAL DESA KO’MARA KEC. POLUT KAB. TAKALAR

SULAWESI SELATAN

Nama : NINING SRIWAHYUNI

Stambuk : 150 2012 0260

Kelompok : V (lima)

Kelas : 5.7

Asisten : NUR REZKY KHAIRUN NISAA

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR2014

Page 14: partisi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

No. Pengamatan hasil

1. Metode ekstraksi Partisi cair - cair

2.Bobot ekstraksi n-heksan (penyari 1)

(mL)40 mL

3.Bobot ekstraksi n-heksan (penyari 2)

(mL)30 mL

4.Bobot ekstraksi n-heksan (penyari 3)

(mL)30 mL

5.Bobot ekstraksi n-butanol (penyari 1)

(mL)30 mL

6.Bobot ekstraksi n-butanol (penyari 2)

(mL)30 mL

7. Bobot fraksi n-heksan 1,8 gram

8. Bobot fraksi n-butanol 1,2 gram

Page 15: partisi

B. PEMBAHASAN

Partisi sangat berguna untuk memisahkan zat yang terkandung

dalam sampel dengan cara partisi dengan sampel menggunakan pelarut

yang tidak saling bercampur. Salah satu fasenya berupa air dan fase

lainnya adalah pelarut organik.

Tujuan dari dilakukannya partisi adalah untuk memisahkan

komponen kimia dari ekstrak bedasarkan tingkat kepolarannya yang

selanjutnya akan digunakan dalam Kromatografi.

Digunakan partisi cair-cair dilihat dari kelarutan ekstrak daun waru

(Hibiscus tiliaceus) dengan pelarut air, dan tenyata ekstrak daunlarut

pada air.

Dalam percobaan ini digunakan pelarut air untuk menarik senyawa

yang larut air (sifatnya polar) dalam sampel, sedangkan pelarut N-Heksan

digunakan untuk menarik senyawa yang bersifat nonpolar (larut lemak)

dalam sampel.

Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu fase pada suhu

tertentu bergantung pada kemiripan kepolaran dengan fase cair.

Menggunakan prinsip “like dissolves like”. Molekul bermuatan memiliki

afinitas tinggi terhadap cairan dengan sejumlah besar ion bermuatan

berlawanan dan juga dalam kasus ini “menarik yang berlawanan”. Ratio

konsentrasi senyawa dalam kedua fase disebut koefisien partisi (K).

Page 16: partisi

Senyawa yang berbeda akan mempunyai koefisien partisi yang

berbeda, sehingga jika satu senyawa sangat polar, koefisien partisi

relatifnya ke fase polar lebih tinggi dari pada senyawa non polar

Pada praktikum pertama ditimbang ekstrak 1-2 gram kemudian

dilarutkan dalam 20 ml air dan ditambahkan 40 ml N-Heksan lalu

dipisahkan menggunakan corong pisah, Ulangi selama 3 kali. Setelah itu

ditambahkan 50 ml N-heksan lalu dipisahkan menggunakan corong

pisah, dan diulangi 3 kali. Lalu Masing-masing fraksi yang diperoleh

duapkan dan dimasukan dalam vial

Digunakan partisi cair-cair dilihat dari kelarutan ekstrak dengan

pelarut air, dan tenyata ekstrak daun waru (Hibiscus tiliaceus larut pada

air.

Dalam percobaan ini digunakan pelarut air untuk menarik senyawa

yang larut air (sifatnya polar) dalam sampel, sedangkan pelarut H-Heksan

dan N-Butanol digunakan untuk menarik senyawa yang bersifat nonpolar

(larut lemak) dalam sampel.

Pada praktikum ini didapatkan partisi eksrak sampel yang

digunakan yaitu partisi cair-cair pada hasl penyarian 1 dengan n-heksan

diperoleh hasil 40 mL, penyarian ke 2 hasil 30 mL, dan peyarian ke 3

diperoleh 30 mL. Dan pada penyarian 1 dengan n-butanol diperoleh 30

mL dan penyarian ke 2 diperoleh 30 mL, serta hasil bobot fraksi n-heksan

1,8 gram dan bobot fraksi dari n-butanol 1,2 gram.

Page 17: partisi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada praktikum ini didapatkan partisi eksrak sampel yang

digunakan yaitu partisi cair-cair pada hasl penyarian 1 dengan n-heksan

diperoleh hasil 40 mL, penyarian ke 2 hasil 30 mL, dan peyarian ke 3

diperoleh 30 mL. Dan pada penyarian 1 dengan n-butanol diperoleh 30

mL dan penyarian ke 2 diperoleh 30 mL, serta hasil bobot fraksi n-heksan

1,8 gram dan bobot fraksi dari n-butanol 1,2 gram.

B. Saran

Diharapkan pada kakak asisten agar senantiasa membimbing

praktikannya dalam proses praktikum agar meminimalisir kesalahan.

Page 18: partisi

Maserasi: Soxhlet:

Page 19: partisi

LAMPIRAN

A. SKEMA KERJA

1. Partisi cair-cair dengan pelarut n-heksan

2 g ekstrak daun waru

Disuspensikan dengan 20 ml aquadest

Corong pisah

+ 40 mL n-heksan → dikocok → didiamkan

Pemisahan fase air dan fase n-heksan

Fase air + 30 ml (diulang 3 x)

Ekstrak cair n-heksan → diuapkan

Ditimbang

Page 20: partisi

2. Partisi cair-cair dengan pelarut n-butanol

Fase air hasil ekstraksi n-heksan

Corong pisah

Diekstraksi dengan n-butanol 3 x

Ekstrak cair n-butanol → diuapkan

Ditimbang