parotitis

32
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BAYI DAN ANAK DENGAN “PAROTITIS” DISUSUN OLEH : TINA REJEKI P. 17420113032 PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN 1

Upload: riindhu-screamo

Post on 17-Sep-2015

93 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Anak

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BAYI DAN ANAK DENGAN PAROTITIS

DISUSUN OLEH :

TINA REJEKI

P. 17420113032

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2014/2015KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah yang membahas mengenai Asuhan Keperawatan Pada Klien Bayi dan Anak Dengan Parotitis.

Penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Karena itu, Penulis mengharapkan saran, masukan, dan kritik dari para pakar dan praktisi kesehatan demi kelanjutan penyempurnaan dalam penulisan makalah yang selanjutnya.

Akhir kata, Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua penikmatnya, baik mahasiswa maupun dosen.

Semarang, 17 Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I........................................................................................................................................4PENDAHULUAN.....................................................................................................................41.1 Latar Belakang....................................................................................................................41.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................41.3 Tujuan..................................................................................................................................51.4 Manfaat................................................................................................................................5BAB II........................................................................................................................................6TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................62.1 Pengertian.............................................................................................................................62.2 Patofisiologi.........................................................................................................................62.3 Penyebab..............................................................................................................................72.4 Manifestasi Klinis................................................................................................................82.5 Penatalaksanaan.................................................................................................................122.6 Pencegahan........................................................................................................................132.7 Proses Keperawatan..........................................................................................................15BAB III...................................................................................................................................19PENUTUP..............................................................................................................................193.1 Kesimpulan.......................................................................................................................203.2 Saran.................................................................................................................................19DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangParotitis merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 % kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus RNA untai tunggal negative sense berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000 nukleotida termasuk dalam genus Rubulavirus subfamily Paramyxsovirinae dan family Paramyxoviridae (Sumarmo,2008). Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga menimbulkan epidemi secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika dianggap kurang menular jika dibanding dengan morbili atau varicela, karena banyak infeksi parotitis epidemika cenderung tidak jelas secara klinis (Warta medika,2009).Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi walaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa: Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis, dan ketulian.

Insidensi parotiitis epidemika dengan ketulian adalah 1 : 15.000. Meningitis yang terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi atau komplikasi dari parotitis Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini penderitanya berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata kematian akibat parotitis Meningoencephalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat berupa neutitis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan trombosis vena central retina. Gangguan pendengaran akibat parotitis epidemika biasanya unilateral, namun dapat pula bilateral. Gangguan ini seringkali bersifat permanen.

Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian. Maka disebabkan hal tersebut, melalui makalah ini kami memberikan solusi dapat memberikan pengetahuan dan tata cara pencegahan dari penyakit parotitis sehingga skala kejadian penyakit tersebut dapat menurun dan bermanfaat pula bagi perawat yakni mampu melaksanakan asuhan keperawatan atas pasien dengan Parotitis dengan tepat dan benar.

1.2 Rumusan Masalah1. Apakah pengertian dari parotitis?2. Bagaimana patofisiologi penyakit parotitis?3. Apa penyebab terjadinya parotitis?

4. Bagaimana manisfestasi klinis dari parotitis?

5. Bagaimana penatalaksanaan dari parotitis?

6. Bagaimana pencegahaan dari parotitis?

7. Bagaimana rencana tindakan keperawatan pada pasien parotitis?1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan makalah ini mahasiswa dapat mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan parotitis.1.3.2Tujuan Khusus

a. Dapat mengetahui pengertian dari parotitis

b. Dapat mengetahui patofisiologi dari parotitis

c. Dapat mengetahui penyebab dari parotitis

d. Dapat mengetahui manifestasi klinis dari parotitis

e. Dapat mengetahui penatalaksaanan dari parotitis

f. Dapat mengetahui pencegahan dari parotitis

g. Dapat merumuskan asuhan keperawatan dari parotitis

1.4 Manfaat

1.4.1 Untuk Teoritis:

Memberikan informasi ilmu pengetahuan tentang perjalanan penyakit infeksi parotitis

1.4.2 Untuk Praktis :

Memberikan informasi tentang parotitis agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara tepat dan optimal.BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 PENGERTIAN

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).(Warta Medika,2009)

Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh (Sumarmo,2008)

Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan melalui:

1. Kontak langsung

2. Percikan ludah (droplet)

3. Muntahan

4. Bisa pula melalui air kencing

Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.2.2 PATOFISIOLOGIPada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:

1. Percikan ludah

2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain

3. Muntahan

4. urine

Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.

Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

Infeksi Virus

Masuk Melalui percikan Ludah

Virus Jenis Paramyxovirus

Pembengkakan Kelenjar Parotis

Nyeri2.3 PENYEBABAgen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 300 m. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu 6 bulan 250 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

parasetamol : 7,5 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai salicylate atau acetylsalicylic acid.

2. Penderita rawat inap

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi

a. Diet lunak, cair dan TKTP

b. Analgetik-antipiretik

c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi

3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

a. Encephalitis

simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit kepala.

a. Orkhitis

istrahat yang cukup pemberian analgetik

sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 hari

c. Pankreatitis dan ooporitis

Simptomatik saja2.6 PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi aktif. Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella.Pemberian vaksinasi dengan virus mumps, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi mumps pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.

Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.

2.7 PROSES KEPERAWATAN2.7.1 Pengkajiana. Biodata pasienIdentitas klien meliputi : nama, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, pekerjaan, bahasa, nomer register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.b. Keluhan Utama Pasien

Umumnya pada pasien penderita parotitis, pasien mengeluhkan Demam, nyeri di bawah telinga, bengkak, dan sulit menelan

c. Riwayat Penyakit Sekarang pasien

Biasanya pasien mengelukan mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang telinga dan pipi.dan timbul bengkak dan kemerahan ,adanya rasa nyeri dan bengkak menyebar ke daerah pipi

d. Riwayat Penyakit Dahulu:

Tanyakan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama.

Tanyakan punya riwayat penyakit menular, dan riwayat penyakit alergi.

Tanyakan apakah pasien pernah di imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela)e. Pemeriksaan Fisik

Ukur Tanda-tanda Vital

(Suhu,Nadi,Nafas ,tekanan darah,dan Keadaran)

2.7.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang mungkin mucul pada pasien parotitis adalah

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna nutrien adekuat akibat penyakit kronis infeksi Nyeri berhubungan dengan Infeksi Virus

Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi klinis akibat parotitis dan pengaruh lingkungan Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan kelenjar parotis

2.7.3 Perencanaan Asuhan Keperawatan (NCP)NODiagnosaTujuan dan kriteria hasilIntervensiRasional

1.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna nutrien adekuat akibat penyakit kronis infeksiTujuan : menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan,dengan Kriteria hasil: berat badan kembali ke rentang normal Berikan makan lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat. Menghindari makanan asam.

Berikan diet cair atau makanan selang /hiperalimentasi bila diperlukan. Berikan minum yang sedikit-sedikit tetapi sering.

Makanan yang keras tidak mampu dikunyah oleh pasien parotitis. Makanan asam menmbah rasa tidak nyaman pada pasien parotitis. Bila masukan kalori gagal untuk memenuhi kebutuhan metabolic, dukungan nutrisi dapat digunakan untuk mencegah malnutrisi. Membasahi selaput lendir mulut yang kurang basah karena jarang digunakan.

2Nyeri berhubungan dengan Infeksi Virus

Tujuan : Rasa nyeri pasien hilang atau berkurang sehingga dapat meningkatkan rasa kenyamanan pasien.

Kriteria hasil :

1. Secara verbal pasien mengatakan rasa nyaman terpenuhi.

2. Secara verbal pasien mengatakan rasa nyeri hilang atau berkurang.

Kolaborasi dengan individu untuk menjelaskan metode apa yang digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri (relaksasi,distraksi).

Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan analgesik pada penurunan rasa nyeri yang optimal.

Pantau nadi dan pernafasan.

Untuk mengetahui keinginan pasien akan jenis tehnik penurun nyeri yang diinginkan pasien.

Tim dokter dapat menentukan menentukan jenis analgesik yang diperlukan pasien.

Rasa nyeri dapat menaikkan frekuensi nadi.

3Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi klinis akibat parotitis dan pengaruh lingkungan

Tujuan : pasien dapat merasakan kembali rasa aman dan nyaman seiring dengan proses penyembuhan, dengan kriteria Kriteria Hasil: Pasien ikut serta dan bekrjasama dalam proses mengembalikan rasa aman dan nyaman

Istirahat selama periode demam.

Kompres dingin pada daerah bengkak.

Pada perode demam, metabolism tubuh tinggi sehingga istirahat dapat mengurangi metabolism tubuh dan mempercepat kesembuhan klien.

Karena terjadi infeksi, suhu di sekitar lokasi pembengkakan mengalami peningkatan Dengan kompres dingin diharapkan suhu dapat turun dan mengurangi pembengkakan.

4Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan kelenjar parotis

Tujuan : `Menghilangkan faktor resiko komplikasi dengan Kriteria hasil: tidak terjadi komplikasi penyakit lain Mengurangi terjadinya komplikasi dengan pemberian obat Spt: Kortikosteroid selama 2-4 hari dan globulin.

Pantau jantung dengan pemasangan EKG Kortikosteroid dapat menekan pertumbuhan mikroba dan Globulin mencegah terjadinya orkitis.

Mencegah resiko terjadi komplikasi ke otot jantung

2.7.4 Evaluasi

Hasil yang diharapkan dalam asuhan keperawatan dengan klien anak parotitis adalah

Berat badan anak kembali pada ukuran normal

Kebutuhan nutrisi anak terpenuhi

Nyeri pada daerah parotis yang bengkak hilang

Pembengkakan pada daerah parotis hilang

Anak kembali merasakan rasa aman dan nyaman setelah proses penyembuhan

Tidak ada terjadi komplikasi penyakit lain

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembengkakan akut pada kelenjar saliva dapat berupa parotitis dan sialadenitis. Penyakit parotitis yang lebih awam disebut gondongan (mumps) merupakan suatu penyakit menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Gejala yang ditimbulkan berupa pembengkakan, rasa sakit, kemerahan, dan kelembutan pada saluran kelenjar ludah, namun juga terjadi kelainan berupa pelebaran dan penyumbatan saluran. Gangguan parotitis cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus). Dahulu keadaan ini sering terlihat pada pasien yang mendapat perawatan dari operasi abdomen, tetapi sekarang khasus ini telah jarang terlihat, hanya kadang-kadang terlihat pada parotitis kronis rekuren, tetapi tidak sesering yang diperkirakan.

3.2 Saran

Perawat harus lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang bisa menimbulkan komplikasa penyakit lain,karena Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan kelenjar saliva ini sehingga perawat harus sedini mungkin penanganan diawali dengan berbagai tes laboratorium, disusul pada pemberian antibiotik.pencegahan penyakit parotitis akan lebih baik bisa di cegah sedini mungkin dengan pemberian Vaksinasi gondongan yang merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa anak-anak

DAFTAR PUSTAKANgastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku

Kedokteran EGChttp//askep-parotitis-pada-anak.htmlhttp//artikel_detail-35600-Kep%20Pencernaan-Askep%20Parotitis.html

21