pariwisata bahari dan infrastruktur kabupaten … · memisahkan penyebaran fauna yang ada di pulau...
TRANSCRIPT
2-1
PARIWISATA BAHARI dan
INFRASTRUKTUR KABUPATEN KEPULAUAN
SIAU-TAGULANDANG-BIARO
Dalam bingkai negara kesatuan, kepulauan Indonesia dikelilingi lautan serta
memiliki keanekaragaman biologi dan keragaman ekosistem terkaya dan
tertinggi di dunia (megadiversity). Indonesia terletak pada bagian utama
Sundaland Hotspot, seluruh wilayah Wallacea Hotspot, dan setengah dari
Papua New Guinea Tropical Wilderness Area. Republik ini dikelilingi oleh
kekayaan hayatiyang tidak terbatas dan bukan hanya pada bagian terrestrial
(daratan) saja tetapi di daerah pesisir-laut dengan berbagai jenis flora-fauna
yang mendiami berbagai habitat, seperti ekosistem dengan mangrove, lamun
dan terumbu karang. Terumbu karang secara alami memiliki tingkat
produktifitas yang tinggi seperti hutan tropis. Kawasan ini terdiri dari karang
batu (scleractinian coral) dengan ditribusi yang sangta tinggi. Di kawasan
Timur Indonesia terdapat 590 species karang dari total 793 jenis yang
diketahui dan terdapat 1650 species ikan. Kawasan ini juga memiliki
kombinasi ekosistem mangrove-padang lamun-terumbu dan ini sangat
mendukung kehidupan beribu-ribu jenis organisme dari berbagai taksonomi
hidup-berasosiasi di dalamnya. Dalam peta konservasi dunia, Indonesia
merupakan ‘key of marine area’, the center of marine biodiversity. Potensi ini
menggambarkan tingginya nilai ‘jual’ yang dimiliki terutama lewat
pemanfaatan di bidang Perikanan dan Pariwisata
2.1 Potensi Ekobiogeografi The Heart of Coral Triangle Kawasan Sulawesi
Sulawesi diyakini merupakan pusat ‘Coral Triangle’ atau dikenal dengan ‘the
heart of coral triangle’ . Kawasan ini memiliki keunikan tersendiri dalam potensi
keanekaragaman laut. Walaupun belum seluruh daerah diteliti dan belum
memiliki database mengenai komposisi jenis yang ada, namun kecenderungan
terlihat pada tingginya spesies endemik daratan.
2-2
Sejak Alfred Russel Wallace (1823-1913) memaparkan pengamatannya
mengenai perbedaan komposisi jenis-jenis fauna di pulau Jawa dan Bali
dengan komposisi pada gugusan pulau-pulau di sebelah timurnya; perhatian
ilmuwan, khususnya biogeografi terhadap wilayah ini menjadi sangat besar
hal ini dapat dilihat dari ditetapkannya garis Wallacea (1863) yang
memisahkan penyebaran fauna yang ada di pulau Palawan, Borneo, Bali,
Jawa dan Sumatera (Dangkalan Sunda) dengan penyebaran flora di sebelah
timur pulau-pulau tersebut.
Pada tahun tahun 1896 telah ditetapkan garis Lydekker yang memisahkan
pola penyebaran jenis-jenis satwa di Australia sampai ke Papua (Dangkalan
Sahul) dengan jenis-jenis flora di sebelah baratnya. Atas dasar penelitian
yang intensif, posisi dari garis-garis tersebut beberapa kali mengalami
perubahan sampai akhirnya ditetapkan wilayah yang berada antara garis
Wallace dengan garis Lydekker sebagai wilayah Wallace.
Gambar 2. 1 Titik-titik potensi bahari global, tingginya keanekaragaman dan kerentanan.
2-3
Secara administratif sebagian besar wilayah Wallacea berada di Sulawesi
sebagai pulau terbesar memanjang ke selatan di bagian Nusa Tenggara dan
ke Selatan termasuk kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro, Sangihe dan
Talaud. Penyebaran flora-fauna daratan dan beragamnya kehidupan di laut
menjadikan wilayah ini sangat khas karena terbentuk dari pusat laut purba
yakni pertemuan tektonik lempeng Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng
Eurasia yang proses pembentukannya terjadi sekitar 180 juta tahun yang lalu.
Berdasarkan sejarah pembentukannya yang sangat rumit serta
keanekaragaman hayati yang dimilikinya, wilayah ini telah menjadi kawasan
spesifik sebagai laboratorium alam terbesar di dunia dunia.
Tipe habitat yang ada di wilayah Wallacea sangat bervariasi dari satu tempat
ke tempat lainnya. Ada berbagai habitat di kawasan ini seperti habitat
beriklim monsoon di sebelah selatan, habitat rawa di sebelah tenggara,
habitat tropika basah di bagian tengah dan mendekati monsoon di bagian
utara. Variasi bentuk lahan memberi kontribusi untuk terciptanya variasi
habitat karena batuan induk (vulkanik atau kapur), iklim (monsoon atau
basah) serta variasi ketinggian dari permukaan laut yang berbeda antar
pulau menjadikan setiap pulau dalam kawasan ini memiliki karakteristik
habitat tersendiri. Banyaknya jumlah pulau yang menyusun gugusan wilayah
ini makin meningkatkan keanekaragaman habitat.
Indikator yang dijadikan dasar untuk menentukan tingginya keanekaragaman
jenis hayati dapat dilihat dari kehadiran binatang berkantung di pulau
Sulawesi yang mirip dengan Kangguru Australia. Hewan ini berkembang
menjadi dua jenis yaitu Phalanger celebensis dan Phalanger ursinus
(kuskus). Anoa juga berkembang menjadi dua jenis (Anoa depressicornis dan
Anoa quarlesi) disebabkan oleh sebarannya di habitat yang berbeda yakni di
gunung dan di dataran rendah. Indikator keanekaragaman juga terlihat dari
hadirnya primata terkecil Tarsius yang terdistribusi di wilayah ini. Selain
jenis-jenis mammalia dan burung, keanekaragaman jenis kupu-kupu juga
diketahui sangat tinggi.
Munculnya berbagai jenis species disebabkan oleh adanya variasi habitat dan
pulau sehingga tipe – tipe habitat tertentu hanya dapat ditemukan di
kawaan tertentu pula dan variasi ini menjadi salah satu faktor yang
2-4
menentukan adanya hewan endemik. Wilayah Walacea memiliki variasi
habitat yang sangat tinggi dan inilah salah satu penyebab tingginya tingkat
endemisme di kawasan ini.
Keanekaragaman biologi laut dunia secara geografi terpusat di daerah
kepulauan Indo-Australia, Segitiga Hindia Timur (the East Indian Triangle)
atau sekarang ini lebih dikenal dengan ‘Coral Triangle’.
Coral triangle didefinisikan sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia
yang sebagian besar terdapat di wilayah Wallacea ditandai oleh tinginya
keanekaragaman ekosistem terumbu (coral, ikan serta invertebrata lainnya).
Kawasan ini mencakup 2 wilayah biogeografi yaitu :
(1) Indonesia-Filipina dan wilayah Pasifik Selatan-Timur Jauh;
(2) wilayah 5 Negara: Indonesia, Timor Timur, Filipina, Malaysia
(Sabah), dan Papua New Guinea.
Kriteria utama yang digunakan untuk memetakan kawasan ini adalah sbb :
(1) Keragaman habitat/ekosistem: Kawasan yang masuk dalam
kategori ini memiliki lebih dari 500 spesies coral. Tingginya
spesies coral akan dibarengi dengan tingginya spesies ikan serta
organism lainnya.
(2) Kemiripan dan kesatuan geografi: Hal ini dapat dilihat dari
karakteristik oseanografi seperti arus, geomorfoologi (tipe dari
struktur pesisir), batimetri (laut dangkal continental shelf dan
palung laut), fluktuasi tingkat permukaan air laut (pada skala
waktu geografi), tipe habitat (coral reef, exposed coast) dan
masukan air sungai.
2-5
Gambar 2. 2 Posisi Strategis Kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro di antara Seascape/ecoregion wilayah ‘Coral triangle’
The Nature Conservacy (TNC, 2003) membagi wilayah ‘Coral Triangle’
berdasarkan ecoregion dan functional seascape dalam strategi konservasi
dunia. Ekoregion yang diadopsi dari WWF adalah suatu kesatuan alami dari
daratan/perairan yang secara geografi memiliki perbedaan atau juga
kesamaan dalam kelimpahan spesies, komunitas serta kondisi lingkungan.
Kriteria utama untuk mengidentifikasi ekoregion adalah sbb:
(1) Kesatuan geografi daerah yang berdampingan dengan kesamaan
habitat, komunitas dan spesies;
(2) Keterkaitan antar daerah dan antara ekosistem;
(3) Faktor lingkungan;
(4) Karakteristik secara ekologi.
2-6
Batasan wilayah ekoregion hampir menyerupai pembagian wilayah functional
landscape yang dibagi dalam 11 wilayah (Gambar 4.2). ‘Functional
seascapes’ adalah daerah yang memiliki ekoregion yang luas dimana
terdapat perbedaan atau kesamaan baik secara geografi dan ekologi dan
untuk kawasan ini dapat diterapkan pengelolaan konservasi seperti jaringan
Daerah Perlindungan Laut (MPA Networks).
Wilayah seascape ekoregion laut Sulawesi mencakup semenanjung pantai
Sulawesi bagian Utara termasuk rantai kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro
serta Sangihe-Talaud, dan ke utara sampai semenanjung pulau Mindanao
(Filipina). Wilayah ini memiliki karakteristik ekologi seperti lokasi migrasi
penting bagi Cetaceans, Dugongs dan populasi ikan pelagik. Di kawasan ini
juga bisa ditemukan Coelacanths (Raja Laut) yang termasuk ikan purba.
Seascape Laut Sulawesi memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi
dengan habitat di sekitar selat terlindungi sampai pada daerah upwelling,
volcanic slopes, underwater volcanic, steep wall drop-offs, lagoons, fringing
reefs.
Selat Lembeh dan perairan Likupang memiliki karakteristik tersendiri dengan
adanya berbagai organisme laut yang unik. Taman Nasional Bunaken
memiliki steep reef drop-offs dengan tingginya keanekaragaman sponges,
soft corals dan ascidians.
Berdasarkan penelitian Turak and DeVantier (2003) ditemukan 390 spesies
coral (estimasi 400 sp) dengan tutupan coral rata-rata 42 persen serta
setidak-tidaknya memiliki 1000 jenis ikan karang. Pada wilayah Siau-
Tagulandang-Biaro serta Sangihe-Talaud lewat studi yang dilakukan The
Nature Conservancy’s (2001) ditemukan sekitar 445 jenis coral. Kondisi ini
menjadikan seascape Sulawesi Utara tinggi dalam tingkat keanekaragaman
jenis coral dibandingkan dengan tempat lain di Indonesia.
Tingginya nilai ekologis yang terkondisi di daerah ini menjadikan ekosistem ini
sangat unik. Belum lagi konfigurasi terumbu karang yang membentuk profil
yang indah, menjadikan daerah perairan ini memiliki nilai estetika yang sangat
2-7
tinggi. Asosiasi-asosiasi antar organisme di terumbu karang tersebut
menjadikan daerah ini kaya akan atraksi wisata bawah air. Keberadaan
hewan-hewan ini sangat menarik khususnya bagi wisatawan (divers) yang
menikmati berbagai atraksi ekologi biota.
Taman Nasional Bunaken dikenal secara khusus dengan surganya para
penyelam yang menikmati alam bawah lautnya yang unik. Taman ini tercatat
merupakan Taman Nasional pertama di Indonesia yang sudah terkenal di
dunia sebagai kawasan yang memiliki terumbu karang terindah. Status,
kondisi dan kualitas ekosistem terumbu karang merupakan faktor utama yang
paling menentukan preferensi wisatawan untuk berkunjung ke Bunaken.
Sementara itu Wilayah Siau-Tagulandang-Biaro juga memiliki potensi yang
sama tetapi belum di eksplorasi secara mendalam dan potensi yang
dimilikinya belum dimanfaatkan dan dilindungi secara maksimal.
2.1.1 Analisis Potensi Eksisting Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro
Kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro merupakan kesatuan sub-ekoregion
strategis yang memiliki potensi yang sangat tinggi dan unik dan merupakan
salah satu seascape yang penting. Ekosistem terumbu dan segala
kehidupan eksotik di dalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang
tak ternilai harganya dan untuk dijadikan obyek dan daya tarik wisata bahari.
Wilayah kepulauan ini dimulai dari batas utara pulau Siau yang merupakan
pulau terbesar berbatasan dengan kepulauan Sangihe di bagian utara. Di
bagian selatan kepulauan Biaro berbatasan dengan wilayah administratif
Kabupaten Minahasa Utara yang juga merupakan semenanjung utara pulau
Sulawesi .
Berdasarkan konsep ekoregion (seascape) kesatuan ekosistem besar laut di
Semenanjung Utara Sulawesi, rantai kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro
serta Sangihe-Talaud tidak terpisahkan dan saling berhubungan. Penentuan
batas di wilayah Siau-Tagulandang-Biaro dilakukan semata-mata untuk
kepentingan alasan administratif. Kabupaten kepulauan ini memiliki 47 pulau
2-8
(10 pulau diantaranya berpenghuni) relatif tersebar berjauhan dengan tiga
pulau utama yaitu Siau, Tagulandang dan Biaro.
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro memiliki obyek wisata yang
cukup banyak dari segi jumlah. Di antara 41 obyek wisata yang sudah di data,
18 diantaranya terdapat di laut sebagai titik penyelaman seperti yang dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. 1 Dive Spot (Titik-titik penyelaman) di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
No Nama Objek Wisata Lokasi Jenis Posisi Geografis
1 Kolokohi Pulau Biaro Selatan Bawah air (Underwater)
2º04’01 LU 125º20’58 BT
2 Zaccharles Rock Pulau Biaro Selatan Bawah air (Underwater)
2º04’46 LU 125º21’57 BT
3 Bomb Rock Pulau Biaro Selatan Bawah air (Underwater)
2º05’23 LU 125º22’55 BT
4 Sweetlips city Pulau Biaro Timur Bawah air (Underwater)
2º06’28 LU 125º24’42 BT
5 Labbyrinth Pulau Biaro Utara Bawah air (Underwater)
2º08’05 LU 125º24’19 BT
6 Tope Pulau Biaro Barat Bawah air (Underwater)
2º06’31 LU 125º20’29 BT
7 Old Lava flow Pulau Ruang Timur Bawah air (Underwater)
2º17’57 LU 125º23’02 BT
8 New Lava flow Pulau Ruang Timur Bawah air (Underwater)
2º18’31 LU 125º23’12 BT
9 Pasige Silva point Pulau Pasige Selatan
Bawah air (Underwater)
2º20’25 LU 125º18’12 BT
10 Pahepa (paul) reef Pulau Pahepa Selatan
Bawah air (Underwater)
2º38’24 LU 125º27’47 BT
11 Batu Jendela Pulau Pahepa/Mahoro
Bawah air (Underwater)
2º39’49 LU 125º28’35 BT
12 Muka kampong Pulau Buhias Bawah air (Underwater)
2º40’25 LU 125º27’11 BT
13 Pangkalan Pulau Siau Selatan Bawah air (Underwater)
2º37’58 LU 125º23’49 BT
14 Batu lehi Pulau Siau Barat Bawah air (Underwater)
2º39’29 LU 125º22’32 BT
15 Eddi’s point Pulau Siau Barat Bawah air (Underwater)
2º46’10 LU 125º22’07 BT
16 Tanjung batu bulan Pulau Siau Barat Bawah air (Underwater)
2º47’14 LU 125º22’09 BT
17 Lia point Pulau Siau Barat Bawah air (Underwater)
2º47’59 LU 125º22’34 BT
18 Makalehi Pulau Makalehi Selatan
Bawah air (Underwater)
2º43’25 LU 125º10’21 BT
Sumber: Hasil Survey Konsultan 2013
2-9
Titik – titik penyelaman pada tabel di atas merupakan titik penyelaman yang
dimanfaatkan oleh beberapa diving center yang berasal dari Manado maupun
Bitung. Data ini masih bersifat sementara dengan jumlah minimal mengingat
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro belum di eksplorasi secara
maksimal. Berdasarkan pengalaman pengembangan dive site di Taman
Nasional Bunaken dan Pulau Lembeh, kemungkinan peningkatan jumlah dive
site sangat besar seiring dengan meningkatnya ekplorasi bawah laut di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Sebaran potensi dive site
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 2. 3 Dive Spot (Titik-titik penyelaman) yang telah dimanfaatkan
operator diving dari luar Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
2.2 Analisis Peluang Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
2.2.1 Ecotourism
Mengingat kondisi ekosistem di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro yang tergolong vulnerable atau rentan, maka model
pengembangan yang kompatibel dengan kondisi ini adalah pengembangan
pariwisata berbasis ekowisata. Ada 2 (dua) mainstream ekowisata yang dapat
2-10
diterapkan sesuai kebutuhan lingkungan dan kebutuhan pengembangan
ekonomi masyarakat. Pertama, pendekatan ekowisata dengan konsep ‘soft
ecotourism’ dimana pemanfaatan lingkungan pada skala tertentu dapat
dilakukan untuk memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat. Kedua
‘hard ecotourism’ yang lebih menekankan aspek konservasi lingkungan dan
bila pemanfaatan dimungkinkan maka akan dilakukan pengendalian
pertumbuhan secara ketat. Dalam konsep ‘hard ecotourism’ perlindungan
terhadap lingkungan maupun pemanfaatannya dilakukan secara radikal untuk
menjamin keberlangsungan lingkungan tanpa merusak integritasnya.
Paradigma ekowisata mengandung beberapa unsur penting yakni:
(1) Pariwisata seharusnya menjadi wahana pembelajaran dan
perubahan sikap. Setiap wisatawan yang berkunjung ke sebuah
destinasi diharapkan dapat mengambil bagian dalam proses
pertukaran pengetahuan tentang kondisi lokal dan proses itu
diharapkan akan dapat menuntun dirinya untuk mengubah cara
pandangnya serta pemahamannya terhadap bangsa, ras, suku lain
secara konstruktif.
(2) Pariwisata diharapkan dapat menjadi ‘medium’ yang mensejahtrakan
penduduk di destinasi wisata dan bukan sebaliknya. Pengalaman –
pengalaman pengembangan pariwisata di berbagai belahan dunia
menunjukkan bagaimana penduduk loka termarginalisasi dari
lingkungannya, bagaimana manuia terdegradasi dari lingkungan
sosialnya dan statusnya berubah dari pelaku ekonomi menjadi obyek
di tangan kapitalisme.
(3) Pariwisata diharapkan dapat menjadi katalisator perlindungan
terhadap lingkungan (alam, sosial, budaya) yang telah menjadi
sumber pendapatan. Pengembangan pariwisata di kawasan tertentu
khususnya negara – negara di kawasan tropis cenderung
mengeksploitasi alam dan manusia. Eksploitasi alam terkadang
dilakukan melebihi kapasitas daya dukung (carrying capacity) serta
tidak memperhatikan kemampuan alam untuk merestorasi,
melakukan regenerasi dirinya serta kemampuan mengakomodasi
perubahan – perubahan karena pembangunan dan pertumbuhan
2-11
populasi akan menjadi beban pembangunan yang tidak dapat
dielakkan.
Ekowisata saat ini telah menjadi semacam parameter yang mengukur
dan menjadi salah satu standar dalam menjamin kwalitas produk jasa.Sebuah
standard ISO 14001 menjadikan ekowisata sebagai salah satu standar mutu
di lingkungan pariwisata.
Beberapa aktivitas wisata ‘ecotourism’ yang dikembangkan dan
ditawarkan di Indonesia khususnya di kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro
diantaranya pengembangan taman bawah laut lewat aktivitas snorkeling dan
diving.
2.2.2 Community Based Tourism
Mengingat kawasan perairan di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro berada cukup dekat dengan pemukiman warga dan
akesibilita di kawasan ini pada umumnya melewati perumahan warga maka
bentuk pengelolaan kolaboratif dianggap kompatibel dengan kondisi
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Pada satu sisi pemerintah
memiliki kewenangan untuk mengelolah sumber daya laut untuk kepentingan
pariwisata tetapi pada sisi lain pemerintah memiliki keterbatasan dalam hal
pendanaan, pengawasan serta pengendalian pengembangan. Bila tanggung
jawab pengembangan di serahkan sepenuhnya kepada pemerintah maka
akan menjadi beban yang cukup berat. Community Based Tourism dapat
dilakukan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro mengingat
beberapa kondisi di lapangan sebagai berikut:
a) Mayoritas obyek wisata di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro dikuasai oleh masyarakat dan berada di lahan masyarakat atau
dekat dengan lokasi pemukiman. Selain itu secara psikologis
masyarakat memiliki ‘sense of belonging’ yang cukup tinggi dari segi
penguasaan terhadap obyek sehingga bila pemerintah mengambil alih
secara sepihak dapat menyebabkan friksi sosial.
b) Kesadaran sosial masyarakat termasuk cukup tinggi dan bila proses
sosialisasi nilai pengembangan pariwisata dilakukan dengan baik maka
2-12
akan memberi dampak positif bagi pengembangan pariwisata di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
c) Tingkat kohesifitas masyarakat Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro cukup tinggi dan ini telah teruji melalui proses
pemilihan pimpinan daerah. Walaupun secara temporal masyarakat
sempat terkotak dalam partai tetapi proses pemulihan untuk menjaga
keesaan terjadi cukup cepat.
Sejalan dengan upaya pengelolaan (manajemen) dan pelestarian
(konservasi) sumberdaya yang rentan dan terdegradasi ini, penerapan daerah
perlindungan laut (DPL) dan rehabilitasi terumbu karang merupakan dua
konsep utama dalam pengelolaan berbasis masyarakat. Pelestarian
ekosistem terumbu karang yang rentan dan terdegradasi merupakan suatu
usaha yang kompleks untuk dilaksanakan karena kegiatan tersebut sangat
membutuhkan sifat akomodatif segenap pihak. Daerah perlindungan laut
berbasis masyarakat merupakan kawasan pesisir dan laut yang dapat
meliputi terumbu karang, hutan mangrove, lamun serta habitat lain baik
secara sendiri ataupun bersama-sama yang dipilih dan ditetapkan untuk
ditutup secara permanen dari kegiatan perikanan dan pengambilan biota laut,
dan pengelolaannya yang dilakukan secara bersama antara pemerintah,
masyarakat dan pihak lain, dalam merencanakan, memantau, dan
mengevaluasi pengelolaannya (Ceballos-Lascurain 1996, Tulungen dkk
2003).
Pendekatan pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis masyarakat
selama ini dianggap tepat bagi pengelolaan secara bersama (co-
management) antara masyarakat, pemerintah setempat dan stakeholder
(yang berkepentingan). Pengelolaan secara kolaboratif terutama antara
masyarakat dan pemerintah setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan
pihak-pihak terkait yang ada dalam masyarakat dengan tujuan untuk
menjaga dan melindungi kawasan ekosistem atau habitat terumbu karang
agar keanekaragaman hayati dari kawasan ekosistem atau hábitat tersebut
dapat dijaga dan dipelihara kelestariannya dari kegiatan-kegiatan
pengambilan atau perusakan.
2-13
2.3 Pengembangan Daerah Konservasi
Dalam pengamatan di lapangan, beberapa lokasi memliki hewan
endemik yang rentan terekspos terhadap pemanfaatan yang tidak
bertanggung jawab. Perlindungan kawasan yang rentan ini sangat rendah
dan dikuatirkan dalam jangka panjang bila pemanfaatn tidak terkendali akan
dapat mengancam integritas ekosistem. Kawasan dibawah ini memiliki
kondisi spesifik yang perlu dilindungi
Tabel 2. 2 Kawasan Konservasi yang diusulkan
No Nama Objek Wisata Lokasi Jenis Posisi Geografis 1 Pulau Pasige Pulau Pasige –
Tagulandang Konservasi Pulau dan Laut
2º21’26 LU 125º18’07 BT
2 Pulau Makalehi Pulau Makalehi Pulau, Danau dan Laut
2º44’08 LU 125º10’10 BT
3 Pulau Pahepa Selatan Pulau Pahepa – Siau
Laut 2º38’06 LU 125º26’07 BT
4 Pulau Mahoro-Pulau Kapuliha dan Pulau Masare
Siau Timur Konservasi Pulau dan Laut
2º39’31 LU 125º28’47 BT
5 Kawasan Gunung Tamata
Siau Konservasi Hutan (Tarsius tumpara)
2º43’06 LU 125º22’51 BT
6 Kawasan Danau dan Gunung Kapeta
Siau Konservasi Hutan (Tarsius tumpara)
2º39’14 LU 125º23’57 BT
Penyediaan infrastruktur dasar adalah merupakan kegiatan fundamental dalam
pengembangan pariwisata. Tersedianya prasarana dan sarana transportasi, air
bersih, jaringan telekomunikasi, listrik dan sistem pengolahan sampah,
merupakan unsur-unsur fisik yang dibangun dengan cara menghindari
kerusakan lingkungan atau mendegradai nilai estetika kawasan secara
keseluruhan.
2.4 Aksesibilitas dan sistem transportasi
2.4.1 Transportasi darat
A. Prasarana jalan
Prasarana transportasi merupakan bagian vital dalam membangun
aksesibilitas kawasan pariwisata dengan pangsa pasar. Aksesibilitas diukur
berdasarkan tingkat kemudahan suatu lokasi atau destinasi untuk dicapai baik
2-14
menggunakan transportasi darat, laut dan udara. Tingkat aksesibilitas untuk
transportasi darat dilihat dari kondisi jaringan jalan yang ada saat ini.
Jalan dengan kondisi permukaan yang baik mempunyai aksesibilitas yang
tinggi karena akan mempengaruhi waktu tempuh untuk menjadi lebih singkat.
Di pihak lain, jalan dengan kondisi rusak dikelompokkan sebagai jalan dengan
aksesibilitas rendah karena waktu tempuh yang lama. Selain itu aksesibilitas
juga diukur dari besarnya biaya transportasi yang dikeluarkan. Tabel berikut
memperlihatkan kondisi jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro.
Tabel 2. 3 Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
No Nama Ruas Pjg Leba
r (m) Sta. Awal
Sta. Akhir
Permukaan Kecamatan Kondisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Ulu-Ondong Ulu-Biau Biau-Talawid Biau-Talawid (Ls) Ondong-Talawid Jl dlm kota Ulu Jl dlm kota Ondong Sawang-Peling Beong-Paniki Tarorane-Tampungan Beong-Dompase Pehe-Kanawong Akesembeka-Bebali Liwua-Salili Sp Liwua-Sp Salili Bulude-Dame Bebali-Kora-kora Bowoleu-Sp Minanga Buhias-Sp Minanga
35.00 7.10 2.30 18.20 3.40 4.00 8.00 5.00 13.00 13.00 4.60 4.00 4.50 3.70 3.00 4.00 2.00 4,50 1,00 3,50 3,00 2,00 9,00 1,90 2,00 500m 1.50 3.00 2.00 3.50 13.00 3.00 2.60 3.00 8.70 13.5
3.50 3.50 3.50 0.50 3.50 3.50 3.50 3.50 3.50 3.50 4.00 4.00 3.50 3.50 3.50 3.50 3.50 3.50 3.50 3.50 3.00 3.00 3.00 1.50 3.00 3.00 3.50 3.50 3.50 3.50 3.50 3.50 3.50 3.50 3.50 3.50
000 7.10 9.40 27.60 31.00 0.000 0.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 0.200 1.100 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
7.10 9.40 27.60 31.00 35.00 8.00 5.00 13.00 13.00 4.60 4.00 4.50 3.70 3.50 4.00 2.00 1.00 4.50 0.20 1.10 3.00 0.50 7.50 3.00 2.00 3.50 13.00 3.00 2.60 3.00 8.70 13.5
Aspal (HRS) Aspal (Lapen) Aspal (Lapen) Aspal (Lapen) Aspal (Lapen) Aspal (HRS) Aspal (HRS) Aspal (Lapen) Aspal (HRS) Aspal (HRS) Aspal (HRS) Aspal (Lapen) Aspal (Lapen) Aspal (Lapen) Aspal (Lapen) Aspal (Lapen) Aspal (Lapen) Tanah Aspal (Lapen) Batu/telford Tanah Aspal (Lapen) Aspal Aspal (Lapen) Aspal (Lapen) Aspal (Lapen) HRS 5.5 lapen,Tanah Lapen,HRS
Siau Timur Siau Timur Siau Barat Utara Siau Barat Siau Barat Sitim / Sitimsel Sitimsel / Sibarsel Sitimsel / Sibarsel Sibar / Sibarsel Sitim Siau Barat Siau Timur Siau Barat Siau Timur Siau Barat Tengah Siau Barat Siau Timur Siau Timur Siau Tengah Siau Tengah Siau Tengah Siau Tengah Siau Tengah Siau Timur Siau Timur Tagulandang Tagulandang
Baik rutin Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik B(RR) B(RR) B(RR) B(RS) RS B(RS) B(RR) B(RS) B(RR) B(RS) B(RR) B(RS) B(RS) B(RR) B(RR) B(RR) B(RR) B(RR) B(RR)
2-15
25 Sp Buhias-Bungamanu Sp Buhias-Lesa Lesa-bungamanu Lesa- Sp.minanga Buang-Karungo Dalam kota Buhias
5.60 3.50 0.00 5.60 Tagulandang Tagulandang Tagulandang Tagulandang Biaro Tagulandang
B(RR)
Sumber : Dinas PU Kab SIAU TAGULANDANG BIARO, Agustus 2010
B. Prasarana terminal
Terminal adalah bagian integral dalam membangun aksesibilitas kawaan.
Keberadaan terminal sebagai tempat naik turun penumpang dan sebagai
tempat berganti moda transportasi sangat mendukung kelancaran transportasi
di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Prasarana transportasi yang
ada saat ini masih berupa pelataran parkir kendaraan umum yang dilayani oleh
angkutan kota (ANGKOT) dan angkutan pedesaan (ADES). Terdapat 3 (tiga)
buah pelataran parkir di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, yaitu:
- Pelataran parkir Ulu, Kecamatan Siau Timur
- Pelataran parkir Ondong, Kecamatan Siau Barat
- Pelataran parkir Tagulandang, Kecamatan Tagulandang
Gambar 2. 4 Terminal
2-16
Gambar 2. 5 Pelataran parkir di Ulu Siau dan moda angkutan darat
C. Angkutan Umum
Angkutan umum di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro saat ini
adalah berbentuk Angkutan Pedesaan yang melayani pergerakan penumpang
dan barang antar desa dan Angkutan Kota yang melayani pergerakan
penumpang dan barang dalam kota serta angkutan barang yang melayani
pergerakan barang. Tabel-tabel berikut memperlihatkan data-data tentang
jumlah kendaraan angkutan umum dengan rute/trayek angkutan umum di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
Tabel 2. 4 Jumlah kendaraan dan trayek angkutan di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro
No Trayek Pulau Siau Jumlah (Unit)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Ulu – Kanang Ulu – Ondong – Peling Ulu – Sawang – Biau Ulu – Kalihiang – Balirangen Ulu – Ondong – Tanaki Ulu – Ondong – Laghaeng Ulu – Ondong – Hiung Ulu – Ondong – Kinali Ulu – Ondong – Dompase Ulu – Pangirolong
11 32 19 3 11 4 11 5 1 4
Total 101
No Trayek Pulau Tagulandang
1. Minanga – Buhias 23 Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten KepulauanKabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2012
2-17
Gambar 2. 6 Moda angkutan umum pedesaan.
Angkutan umum yang melayani penumpang dalam kota saat ini memiliki rute
yang melayani Pusat Kota Ulu, Ondong dan Buhias (Pulau Tagulandang).
Jumlah angkutan tidak merata dan lebih didominasi oleh trayek Pusat Kota
(Ulu) – Dame seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2. 5 Trayek angkutan kota dan jumlah kendaraan angkutan
No Trayek Jumlah
(Unit) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pusat kota – Dame Pusat Kota – Bebali Pusat Kota – Tampungan Pusat Kota – Buao Pusat Kota – Bahu Pusat Ondong – Pehe Pusat Ondong – Paseng Pusat Kota – Kanawong
29 7 1 1 12 2 8 1
Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Kepulauan KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO, 2012
Gambar 2. 7 Jenis angkutan umum pedesaan berupa Bus yang digunakan di Pulau Tagulandang.
2-18
Khusus untuk angkutan darat dan kendaraan pribadi di Pulau Biaro sampai
saat ini masih belum tersedia
2.4.2 Transportasi Laut
Mengingat posisi geogrfis Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
yang terdiri dari pulau – pulau menjadi sangat vital bagi pembangunan
ekonomi, efektifita pemerintahan dan aspek sosial kemasyarakatan.
Gambar 2. 8 PelabuhanTagulandang, di Kecamatan Tagulandang.
Angkutan laut menjadi sangat esensial untuk menghubungkan wilayah –
wilayah pulau dengan pusat kegiatan Di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro serta menghubungkan dengan pusat kegiatan di
kabupaten lainnya maupun pusat kegiatan di propinsi.
Untuk lingkup regional Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
dihubungkan oleh jalur pelayaran lokal antar pulau yang melayani angkutan
penumpang dan barang– yangmenghubungkan Manado (ibukota provinsi)
dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe (Manado – Tagulandang – Ulu Siau –
Tahuna) rute ini dilayani setiap hari oleh kapal cepat yang berangkat pada
pagi hari dari manado PP, sedangkan kapal biasa setiap hari senin, rabu dan
jumat yang berangkat pada sore hari.
2-19
Gambar 2. 9 Pelabuhan Ulu Siau, di Kecamatan Siau Timur
Pelabuhan-pelabuhan yang ada di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro juga
disinggahi oleh kapal perintis yang melayani route Bitung – Tagulandang –
Ulu – Tahuna – Melonguane – Miangas – Marore.
Gambar 2. 10 Pelabuhan Pehe, di Kecamatan Siau Barat
Sesuai data RAPERDA RTRW Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro, ketersediaan Pelabuhan Laut adalah sebagai berikut:
- Pelabuhan pengumpan regional Ulu di Kecamatan Siau Timur;
- Pelabuhan pengumpan regional Tagulandang di Kecamatan
Tagulandang
- Pelabuhan pengumpan lokal Sawang di Kecamatan Siau Timur Selatan
2-20
- Pelabuhan pengumpan lokal Pehe di Kecamatan Siau Barat.
Pelabuhan – pelabuhan terebut di atas melayani jalur – jalur sbb:
- Ulu Siau – Manado
- Tagulandang – Manado.
Semua Pelabuhan Laut ini dilayani oleh kapal laut reguler dan kapal cepat
yang memiliki jadwal sebagai berikut:
- Kapal reguler beroperasi setiap hari Senin, Rabu dan Jumat dari
Manado menuju Ulu Siau dan dari Manado menuju Tagulandang yang
berangkat pada pukul 17.00 WITA.
- Kapal reguler melayani penumpang di setiap hari Selasa, Kamis dan
Sabtu dari Ulu Siau menuju Manado dan dari Tagulandang menuju
Manado yang berangkat pada pukul 17.00 WITA.
- Kapal cepat dengan jadwal jadwal pelayaran di setiap hari pada pukul
10.00 WITA dengan Pelabuhan Tagulandang dan Pelabuhan Ulu Siau
yang merupakan pelabuhan persinggahan karena yang menjadi tujuan
adalah Pelabuhan Tahuna di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Khusus untuk rute pelayaran di Pulau Biaro hanya dilayani oleh perahu
yang memiliki kapasitas sekitar 25 penumpang dengan route Manado –
Biaro sekali dalam seminggu dan Buhias (Tagulandang) – Biaro dua kali
dalam seminggu.
2.4.3 Angkutan penyeberangan
Angkutan Penyeberangan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
merupakan kegiatan penyeberangan antar pulau yang melayani pergerakan
barang dalam jumlah besar dari pusat kegiatan di daratan Pulau Sulawesi
(Kota Bitung) dengan pusat kegiatan di Kabupaten ini.Keberadaan Pelabuhan
Penyeberangan pada saat ini dilayari oleh Kapal Ferry yang berangkat dari
Pelabuhan Penyeberangan di Bitung dengan tujuan Pelabuhan
Penyeberangan Lamango, Pelabuhan Penyeberangan Minanga, Pelabuhan
2-21
Ulu Siau dan Pelabuhan Penyeberangan Sawang. Kapal Ferry yang melayani
route tersebut adalah: KMP Lokongbanua dan KMP Lohoraung.
Gambar 2. 11 Pelabuhan penyeberangan Sawang, Kec. Siau Timur Selatan
2.5 Infrastruktur wilayah
2.5.1 Sistem energy listrik
Kebutuhan akan energi listrik dikawasan perencanaan terutama pada klaster
pulau-pulau besar saat ini dapat dikatakan telah terlayani dengan baik, hal ini
terlihat dengan terdapatnya jaringan listrik di sepanjang jalan utama dan
jalan-jalan yang menghubungkan pusat-pusat permukiman.
Pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Siau Tagulandang dan Biaro sudah
terlayani oleh sistem jaringan energi listrik walaupun energi listrik hanya
terbata digunakan pada malam hari pukul 18.00 malam sampai pukul 06.00
pagi. Bagi daerah yang belum terlayani oleh jaringan listrik, tersedia
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) seperti yang terdapat di Kecamatan
Biaro.
2-22
Gambar 2. 12 PLTS pada rumah penduduk di Kecamatan Biaro
Tabel 2. 6 Banyaknya Pelanggan Listrik di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
Ranting / sub ranting Rumah tangga
Bisnis Industri Sosial Pemerintah Jumlah
RANTING SIAU 7.328 455 1
255
48
8.141 - Khusus SIAU
- SR. MAKALEHI 310 10 - 5 1 326
- SR. TAGULANDANG
3.055 148 - 105 15 3.323
- SR. BUHA 472 14 - 27 - 513
- SR. BIARO 352 18 - 21 1 392
Total 11.571 645 1 413 65 12.695 Sumber : Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Dalam Angka 2011
Tabel 2. 7 Banyaknya KWH terjual di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
Ranting / sub ranting Rumah tangga
Bisnis Industri Sosial Pemerintah Jumlah
RANTING SIAU 7.363.144
1.037.199 37.700
249.577
255.824 8.945.444 - Khusus SIAU
- SR. MAKALEHI 123.749 9.618 - 3.600 100 137.067
- SR. TAGULANDANG
3.060.768 381.167 -
144.198 72.638 3.658.771
- SR. BUHA 359.988 15.291 - 17.458 - 392.737
- SR. BIARO 247.223 16.231 - 21.324 796 285.574
Total 11.156.8
72 1.459.50
6 37.700 436.157 329.358 13.419.539 Sumber : Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Dalam Angka 2011
Secara umum kebutuhan energi/listrik di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro
dilayani oleh PT. PLN (Persero) Wilayah VII Cabang Tahuna dengan
2-23
menggunakan pembangkit tenaga listrik diesel (PLTD) dan mikrohidro (PLTM)
yang melayani wilayah administrasi Kabupaten Siau Tagulandang Biaro
dengan sistem pendistribusian berupa ranting dan sub ranting. Tabel berikut
memperlihatkan data tentang daya terpasang dan daya mampu pembangkit
tenaga listrik serta jumlah pelanggan.
Tabel 2. 8 Rata-rata VA per pelanggan, KWH Perpelanggan, Rp/KWH di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro
No. Ranting / sub ranting VA/pemakai
KWH/pemakai
Rp/KWH
RANTING SIAU
808,40 1.098,81 640,18 - Khusus SIAU
- SR. MAKALEHI 650,77 420,45 624,51
- SR. TAGULANDANG 696,37 1.101,04 573,94
- SR. BUHA 649,90 765,57 546,14
- SR. BIARO 791,71 728,51 615,10
Total 3.597,15 4.114,38 2.999,87 Sumber : Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Dalam Angka 2011
Tabel 2. 9 Banyaknya VA Tersambung di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
Ranting / sub ranting
Rumah tangga
Bisnis Industri Sosial Pemerintah Jumlah
- Khusus Siau 5.425.300 616.100 41.500 325.150 173.150 6.851.200
- SR. Makalehi 194.450 9.750 - 7.050 900 212.150
- SR. Tagulandang 2.008.700 174.100 - 110.750 20.500 2.314.050
- SR. Buha 298.650 8.550 - 26.200 - 333.400
- SR. Biaro 273.100 13.500 - 22.450 1.300 310.350
Total 8.200.200 822.00 41.500 491.600 195.850 9.751.150
Sumber : - Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Dalam Angka 2011
- PT. PLN (Persero) Wilayah VII Cabang Tahuna
2.5.2 Sistem telekomunikasi
Sistem telekomunikasi di wilayah perencanaan saat ini belum bisa dinikmati
secara menyeluruh oleh segenap masyarakat karena mayoritas penduduk
masih banyak yang belum terlayani oleh PT TELKOM. Untuk jaringan
telepon kabel dilayani oleh PT TELKOM sebagai satu-satunya penyedia jasa
2-24
untuk sistem telekomunikasi, yang dilayani oleh 2 STO (Sentral Telepon
Otomat) yaitu STO Ulu dan STO Tagulandang. Saat ini masing-masing STO
memiliki 600 SST untuk STO Ulu Siau dan 540 SST untuk STO Tagulandang.
Gambar 2. 13 Kantor TELKOM Tagulandang
Sementara itu untuk komunikasi terdapat telepon selular yang disediakan
oleh 2 (dua) operator selular yang melayani wilayah Kabupaten Siau
Tagulandang Biaro yaitu Telkomsel dan Satelindo dengan jangkauan pada
beberapa pusat-pusat kegiatan seperti di Ulu, Ondong, Buhias dan Lamango,
sedangkan wilayah lainnya belum termasuk pada coverage area. Tabel
berikut memperlihatkan keberadaan lokasi BTS untuk setiap operator selular
di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
Tabel 2. 10 Jumlah dan lokasi BTS di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
No. Operator LOKASI 1. SATELINDO Kecamatan Siau Timur 2. TELKOMSEL Kec. Siau Barat, Kec. Siau Timur, Kecamatan
Siau Timur Selatan, Kecamatan Siau Barat Selatan, Kecamatan Tagulandang, Kecamatan Tagulandang Utara, Kecamatan Tagulandang Selatan dan Kecamatan Biaro.
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Kepulauan KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG
BIARO, 2011
2-25
Gambar 2. 14 BTS telepon selular di Kecamatan Tagulandang.
2.5.3 Sistem pengelolaan lingkungan
A. Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih untuk masyarakat di klaster Siau disediakan oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Ulu, dengan memanfaatkan air yang
berasal dari mata air Akelabo dan mata air Kalarung. PDAM Ulu
mendistribusikan air bersih ini untuk penduduk di Kecamatan Siau Timur dan
desa-desa sekitarnya. Di samping kedua mata air tersebut, juga terdapat 2
(dua) danau sebagai sumber air bersih yaitu Danau Kapeta yang berlokasi di
Kecamatan Siau Barat Selatan dan Danau Makalehi yang terdapat di Pulau
Makalehi Kecamatan Siau Barat. Air yang berasal dari Danau Makalehi
dimanfaatkan masyarakat yang terdapat di Pulau Makalehi dan air yang
berasal dari Danau Kapeta hanya dimanfaatkan untuk kegiatan mandi dan
mencuci tetapi belum dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air
minum. Penyebabnya adalah karena kondisi air yang berbau dan sampai
saat ini belum ada cara untuk mengelolah sumber air ini agar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat
2-26
Gambar 2. 15 Bak Air di Kecamatan Tagulandang
Kebutuhan air bersih untuk masyarakat yang berada di Klaster
Tagulandang tercapai dengan memanfaatkan air Sungai Minanga, mata
air/sumur, dan air hujan dengan sistem penampungan (PAH). Sungai ini
memiliki potensi untuk dikelola menjadi sumber air bersih namun sampai
saat ini belum ada pengelolaan untuk dimanfaatkan sebagai air bersih.
Bagi masyarakat yang ada di Klaster Biaro air bersih didapat dengan
memanfaatkan air sumur, dan mata air yang disalurkan melalui pipa. Mata
air Bukide dan mata air Bohangga merupakan sumber air untuk
masyarakat. Mata air Bukide dikelola secara langsung oleh masyarakat
dan disalurkan melalui pipa yang berdiameter sekitar 3-4 inchi. Sedangkan
mata air Bohanga dimanfaatkan masyarakat dan dikelola oleh Jemaat
Gereja setempat. Pada saat yang bersamaan masyarakat di Kampung
Buang, Kampung Tope, Kampung Dalingsaheng dan Kampung Kahungo
memanfaatkan sumber air tanah (sumur) dan mata air dari gunung.
Gambar 2. 16 Sumur warga desa Makalehi, Kecamatan Siau Barat
2-27
Masyarakat yang tidak terlayani oleh jaringan air bersih dan tidak tersedia
sumur memanfaatkan air hujan yang ditampung dalam wadah penampungan
air hujan atau PAH (Penampungan Air Hujan). Kelompok Masyarakat yang
menggunakan PAH sebagian besar terdapat di Kecamatan Siau Barat Utara
dan Kecamatan Siau Tengah.
B. Persampahan dan drainase
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam
yang berbentuk padat. Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro belum memadai. Sampai saat ini belum
tersedia tempat pengolahan akhir sampah (TPA), sehingga sampah
permukiman, sampah pasar, sampah persekolahan dan sampah pertokoan
pada umumnya dilakukan dengan cara mengubur, membakar dan bahkan
ada yang membuang ke sungai dan ke laut.
Gambar 2. 17 Saluran drainase yang menjadi tempat pembuangan sampah di Ulu, Kecamatan Siau Timur
C. Limbah cair
Sistem penanganan Limbah cair/air limbah yang diterapkan di daerah
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih menggunakan cara –
cara tradisional yaitu dengan mengalirkan air limbah domestik ke selokan
yang ada. Sebagian besar di wilayah ini (Klaster Siau, Klaster Tagulandang
maupun Klaster Biaro) belum memiliki drainase. Sistem pengolahan drainase
di wilayah ini perlu dibangun secara bertahap dengan sistem on site, komunal
dan off site, terutama di Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
2-28
Biaro yaitu Ondong yang menjadi pusat pemerintahan dan memiliki
konsentrasi penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan wilayah
kecamatan lainnya. Disamping Ondong, Ulu Siau memerlukan fasilitas
pengelolaan air limbah dengan pertimbangan antara lain bahwa di Ulu Siau
terdapat aktivitas pelabuhan dan aliran air dari aktivitas permukiman di daratan
yang mengalir ke laut.
D. Sistem penyediaan dan distribusi BBM
Pemenuhan kebutuhan BBM di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro sangat tergantung pada pasokan BBM yang berasal dari Bitung. Sampai
saat ini belum tersedia depot penampungan dan SPBU sehingga penjualan
BBM khususnya premium tidak sama harganya dengan harga eceran yang
ditetapkan oleh pemerintah. Pada setiap kecamatan harga premium berbeda-
beda seperti di Kecamatan Biaro, harga premium dapat mencapai Rp.
15.000/liter. Kondisi ini terjadi juga pada minyak tanah, dimana harga minyak
tanah cukup bervariasi sesuai dengan jarak tempat pangkalan minyak tanah
berada.
2.6 Aksesibilitas
Sudah berlaku umum bahwa kemudahan dalam hal pergerakan akan
memberi pengaruh pada tingginya minat seseorang ataupun kelompok untuk
bepergian pada suatu tempat ke tempat lainnya. Jika hal ini dikaitkan pada
pengembangan pariwisata maka prasarana dan sarana transportasi akan
memberi peran penting. Selain aspek kemudahan pencapaian, ketersediaan
fasilitas pendukung juga akan mempengaruhi lama atau tidaknya seseorang
ataupun kelompok orang tinggal di tempat tujuan wisata.
2.6.1 Kemudahan
Kemudahaan (fasilitation) untuk menjangkau sebuah destinasi adalah bagian
vital dari pengembangan pariwisata. Wisatawan khususnya mass tourist
melakukan kunjungan ke sebuah destinasi karena tertarik oleh faktor
kemudahan untuk berkunjung. Destinasi yang sukar untuk dijangkau karena
jarak yang jauh dan minimnya transportasi serta fasilitas vital lainnya akan
2-29
melemahkan daya tarik destinasi dalam penilaian wisatawan. Transportasi
dan fasilitas dapat dikategorikan dalam dua faktor penting sekaligus dalam
kaitannya dengan pengembangan pariwisata. Pertama, pull factor atau faktor
yang menarik seseorang atau sekelompok orang untuk mengunjungi
destinasi. Transportasi akan menjadi pertimbangan utama wisatawan dalam
memilih sebuah atau beberapa destinasi untuk di kunjungi. Tetapi di saat yang
bersamaan, transportasi dapat menjadi ‘push factor’ atau faktor yang
mendorong seeorang atau sekelompok orang untuk mengunjungi destinasi.
Dewasa ini pilihan untuk berkunjung ke sebuah negara atau daerah tujuan
wisata tidak sepenuhnya terletak pada daya tarik obyek atau produk wisata
tetapi faktor transportasi khususnya bila transportasi menjadi lebih murah dan
tersedia secara mudah. Transportasi berada pada daftar teratas dalam
pertimbangan untuk berkunjung ke sebuah destinasi.
Demikian pula sebaliknya tidak kurang wisatawan batal berkunjung ke suatu
tempat, daerah, atau negara, karena merasa tidak memperoleh kemudahan
walaupun. Kemudahan yang dimaksud antara lain dalam hal memperoleh
informasi, mengurus dan menempuh perjalanan ke tujuan, membawa
barang/uang dan lain sebagainya. Informasi merupakan satu hal yang sangat
penting dalam kehidupan umat manusia, terutama di era globalisasi.
Informasi yang diperlukan oleh wisatawan baik wisnu atau wisman biasanya
yang menyangkut hal-hal elementer dan umum, seperti visa, iklim, mata uang
lokal biasanya untuk wisatawan mancanegara-, kehidupan sehari-hari dan
kebiasaan penduduk.
2.6.2 Aksesibilitas
Dari segi aksesibilitas, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
terpisah secara signifikan dengan pangsa pasarnya. Walaupun saat ini
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dilayani oleh Kapal Cepat
tetapi dari segi efektifitas dan efesiensi waktu dalam perspektif wisatawan
dianggap rendah. dalam melayani kebutuhan wisatawan. Waktu
keberangkatan kapal cepat tidak epenuhnya mendukung akesibilitas. Kapal
cepat berangkat dari Manado pada pukul 10.00 di waktu pagi dan tiba pada
siang hari. Hal ini menyita waktu produktif wisatawan. Waktu produktif
berlaku dari pukul 07.00 pagi s/d pukul 17.00 sore dimana seseorang dapat
2-30
melakukan aktifitas kunjungan outdoor secara maksimal. Jadwal pelayaran
kapal cepat di waktu produktif wiatawan melemahkan aksesibilitasnya untuk
melakukan aktivitas pariwisata.
2.6.3 Transportasi
Seperti diketahui Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang
merupakan bagian provinsi Sulawesi Utara merupakan wilayah kepulauan
yang hanya dapat dikunjungi atau dicapai melalui perjalanan laut dari Kota
Manado (Pelabuhan Laut Manado) dengan 3 pintu masuk yaitu:
- Ulu (Kec. Siau Tmur) di Pulau Siau yang menempuh perjalanan
selama + 7 jam apabila menggunakan kapal reguler –berangkat sore
pukul 17.00 wita– dan selama + 3,5 jam apabila menggunakan kapal
cepat.
- Buhias (Kec. Tagulandang) di Pulau Tagulandang yang menempuh
perjalanan selama + 4 jam apabila menggunakan kapal reguler –
berangkat sore pukul 18.00– dan selama + 2,5 jam apabila
menggunakan kapal cepat.
- Lamango (Kec. Biaro) di Pulau Biaro yang menempuh perjalanan
selama + 2,5jam.
Ketika wisatawan telah memasuki wilayah Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro, untuk mencapai ODTW yang ada mereka
menggunakan moda kendaraan darat dengan pilihan angkutan umum atau
menyewa kedaraan. Umumnya wisatawan akan lebih memilih jenis moda
angkutan yang murah dan cepat untuk sampai di tujuan, hal ini tidak akan
dijumpai di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro karena apabila
menggunakan angkutan umum penumpang yang naik di terminal harus
menunggu sampai kendaraan penuh. Apabila wisatawan menggunakan
kendaraan sewa, biayanya termauk BBM yang cukup tinggi. Kondisi
seperti ini terjadi pada bagian wilayah kabupaten di Pulau Siau dan Pulau
Tagulandang, sedangkan di Pulau Biaro sampai saat ini belum tersedia
moda angkutan darat berupa mobil yang menjadi angkutan umum.
2-31
a. Pelabuhan Penyeberangan Bitung – Pelabuhan Penyeberangan
Minanga (Kecamatan Tagulandang Utara) – Pelabuhan Ulu Siau
(Kecamatan Siau Timur)
b. Pelabuhan Penyeberangan Munte – Pelabuhan Penyeberangan
Lamango (Kecamatan Biaro) – Pelabuhan Penyeberangan Minanga
(Kecamatan Tagulandang Utara) – Makalehi (Kecamatan Siau Barat) –
Pelabuhan Pehe (Kecamatan Siau Barat).
Dengan route penyeberangan ini waktu tempuh yang dibutuhkan akan
sangat panjang, karena KMP yang digunakan akan menyinggahi setiap
Pelabuhan Penyeberangan, hal ini sangat tidak efektif apabila digunakan
sebagai moda transportasi bagi para wisatawan yang ingin cepat sampai
tujuan.
2-32
Gambar 2. 18 Jalur moda angkutan laut menuju Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
Ulu Siau
Buhias
Lamango
Ulu Siau
Buhias
Lamango
Tahuna
Jalur dengan kapal malam Jalur dengan kapal cepat
2-33
Gambar 2. 19 Jalur moda angkutan Kapal Motor Penyeberangan menujuKabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
Ketika wisatawan sudah memasuki wilayah Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro, untuk mencapai setiap ODTW yang ada mereka menggunakan
moda kendaraan darat dengan pilihan angkutan umum atau menyewa
kedaraan. Umumnya wisatawan akan lebih memilih jenis moda angkutan
yang murah dan cepat untuk sampai di tujuan, hal ini tidak akan dijumpai di
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro karena apabila menggunakan
angkutan umum penumpang yang naik di terminal harus menunggu dulu
sampai kendaraan penuh. Apabila menggunakan kendaraan sewa,
wisatawan akan dihadapi oleh biaya sewa dan biaya BBM yang cukup
tinggi. Kondisi seperti ini terjadi pada bagian wilayah kabupaten di Pulau
Ulu Siau
Minanga
Pehe
Minanga
Lamango
Tahuna
Jalur dengan KMP Lokongbanua Jalur dengan KMP Lohoraung
Makalehi
2-34
Siau dan Pulau Tagulandang, sedangkan di Pulau Biaro sampai saat ini
belum tersedia moda angkutan darat berupa mobil yang menjadi angkutan
umum.
Dengan belum terdapatnya moda angkutan udara yang dapat mengangkut
para wisatawan dengan waktu yang cepat, maka pemilihan moda angkutan
dalam pencapaian dari starting point dalam hal ini Kota Manado akan lebih
baik menggunakan moda angkutan kapal cepat yang membutuhkan waktu
tempuh kurang lebih 3,5jam untuk sampai ke Ulu Siau dan waktu tempuh
kurang lebih 2,5jam untuk sampai di Buhias (Tagulandang). Hal ini untuk
mengurangi atau mempersingkat waktu tunggu dalam pencapaian ke
tujuan. Selain waktu tempuh yang lebih cepat, tingkat kenyamanan
penumpang juga perlu diperhatikan dalam hal ini adalah pengaturan
tempat duduk penumpang.
Prasarana transportasi berupa Terminal sangat penting keberadaannya
dala hal melayani para wisatawan untuk pergantian moda angkutan
menuju ODTW atau tempat menginap untuk kemudian mempersiapkan diri
menuju ODTW. Kondisi yang ada sekarang adalah tidak tersedianya
Terminal yang representatif tetapi hanya berupa pelataran parkir angkutan
umum. Hal ini dapat dimaksimalkan pemanfaatannya dengan menyediakan
sarana angkutan umum yang dapat mengantar para wisatawan menuju
ODTW serta menyediakan papan informasi sebagai petunjuk arah. Di
sekitar Pelabuhan Ulu Siau dan Pelabuhan Buhias juga tidak terdapat
fasilitas untuk pergantian moda angkutan, hal ini tentunya akan
mengurangi kenyamanan wisatawan dalam hal pergantian moda angkutan
menuju tempat-tempat yang diinginkan.
Dengan pintu masuk ke Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya di
Pulau Siau, Kota Ulu memegang peranan penting dalam hal distribusi
pergerakan wisatawan menuju ke ODTW yang menjadi pilihan. Dengan
demikian Kota Ulu berperan sebagai starting point di Pulau Siau, hal ini
tentunya memerlukan beberapa prasarana dan sarana penunjang seperti
Terminal yang representative serta moda angkutan darat yang akan
2-35
melayani pergerakan para wisatawan nantinya. Beberapa papan informasi
tentang keberadaan ODTW serta penunjuk jalan juga diperlukan untuk
menunjang pergerakan tersebut. Tersebarnya ODTW yang ada di Pulau
Siau menjadikan beberapa pusat kegiatan yang dalam hal ini adalah
ibukota-ibukota kecamatan serta beberapa pusat kegiatan yang bukan
ibukota kecamatan akan memegang peran sebagai stoping point bagi para
wisatawan untuk kemudian menuju ODTW yang menjadi pilihan ataupun
route yang sudah disiapkan. Dengan pertimbangan tersebut beberapa
pusat-pusat kegiatan yang dapat menjadi stoping point adalah: Ondong
(Kecamatan Siau Barat), Sawang (Kecamatan Siau Timur Selatan),
Talawid (Kecamatan Siau Barat Selatan) dan Balirangeng (Kecamatan
Siau Timur Selatan).
Gambar 2. 20 Analisis Pergerakan Wisatawan dari pintu masuk Ulu Siau.
2-36
Sedangkan untuk pencapaian ODTW yang berada di pulau-pulau kecil
yang ada disekitar Pulau Siau, starting point yang digunakan saat ini
adalah Ulu Siau. Pada kondisi ini perlu upaya untuk membagi beban yang
ada di Ulu Siau, karena perannya saat ini adalah sebagai pintu masuk dan
starting point untuk pergerakan di darat. Dengan posisinya yang sangat
dekat, Balirangeng dapat diarahkan untuk menjadi starting point menuju
ODTW yang berada di pulau-pulau tersebut sedangkan stoping point
adalah Manumpitaeng, hal ini tentunya harus disediakan moda angkutan
laut yang dapat melayani sesuai dengan kebutuhan wisatawan.
Pada beberapa ODTW yang berdekatan lokasinya jika memang tidak
memerlukan moda angkutan, para wisatawan dapat diarahkan untuk
berjalan kaki. Sebagai contoh pada lokasi Wisata Tinggalan yang ada di
Kecamatan Siau Timur. Sedangkan pada lokasi yang berjauhan diarahkan
untuk memanfaatkan stoping point yang melayani pergerakan dari terminal
utama. Tabel berikut memperlihatkan ODTW yang tersebar di Pulau Siau
dan stoping point yang melayani pergerakan para wisatawan.
Tabel 2. 11 Stoping point di Pulau Siau dan Pulau Kecil sekitar
No Nama Objek Wisata Lokasi Jenis Stoping Point 1 Pantai Pasir Putih
Balirangeng Balirangeng, Kec. Siau Timur Selatan
Bahari (marine tourism)
Balirangeng / Sawang
2 Pantai Kalihiang Kalihiang, Kec. Siau Timur Selatan
Bahari (marine tourism)
3 Kawasan Wisata Religius Patung Yesus Memberkati
Balirangeng, Kec. Siau Timur Selatan
Wisata Religi (Religious Tourism)
4 Pantai Pasir Putih Mahoro
Pulau Mahoro, Kec. Siau Timur Selatan
Bahari (marine tourism)
Manumpitaeng
5 Gua Laut Mahoro Pulau Mahoro, Kec. Siau Timur Selatan
Bahari (marine tourism)
6 Pulau Manumpitaeng Pulau Manumpitaeng, Kec. Siau Timur Selatan
Bahari (marine tourism)
7 Nyare Pantai Pahepa Pulau Pahepa, Kec. Siau Timur Selatan
Bahari (marine tourism)
8 Gunung Api Karangetang, Lava Batu Awang
Bebali, Kec. Siau Timur
Wisata Petualangan (Adventure Tourism)
Ulu Siau
9 Makam Raja Aling Janis Ulu Siau, Kec. Siau Wisata Tinggalan
2-37
Timur (Heritage Tourism) 10 Makam Raja Anthony
Yafet Kansil Bogar Ulu Siau, Kec. Siau Timur
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
11 Makam Raja Manalang Dulag Kansil
Ulu Siau, Kec. Siau Timur
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
12 Makam Penginjil Paul Kelling
Ulu, Kec. Siau Timur
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
13 Mata Air Ake Sio (Sense Madunde)
Beong, Kec. Siau Tengah
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
14 Batu Siau Beong, Kec. Siau Tengah
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
15 Gunung Tamata Kawasan Siau Tengah
Wisata Petualangan (Adventure
16 Nyare Pantai Pasir Putih Bahu
Talawid, Kec. Siau Barat Selatan
Bahari (marine tourism)
Talawid
17 Pantai Pasir Putih Tanganga
Tanaki, Kec. Siau Barat Selatan
Bahari (marine tourism)
18 Danau Kapeta Kapeta, Kec. Siau Barat Selatan
Wisata Air
19 Kawasan Hutan Bakau Medang
Kapeta, Siau Barat Selatan
Wisata Bahari (Marine Tourism)
20 Gua Tengkorak Misterius Makalehi
Makalehi, Kec. Siau Barat
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
Ondong
21 Danau Makalehi Pulau Makalehi, Kec. Siau Barat
Wisata Air
22 Tanjung Sanggelohe Pulau Makalehi, Kec. Siau Barat
Bahari (marine tourism)
23 Makam Korban Pembantaian Tentara Jepang
Makalehi, Kec. Siau Barat
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
24 Mata Air Panas Pantai Lehi
Lehi, Kec. Siau Barat
Wisata Kesehatan (Health Tourism)
25 Monumen Merah Putih Peling, Kec. Siau Barat
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
26 Monumen Kedaulatan NKRI
Makalehi, Kec. Siau Barat
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
27 Makam Raja Lokongbanua
Paseng, Kec. Siau Barat
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
28 Makam Raja Ismail Jacobus
Ondong, Kec. Siau Barat
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
29 Perkebunan Pala Paseng
Paseng, Kec. Siau Barat
Wisata Agro (Agro Tourism)
30 Makam Panglima Hengkeng u Naung
Kiawang, Kec. Siau Barat Utara
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
Sumber : Hasil Analisis
Seperti halnya dengan Pulau Siau, untuk pencapaian ODTW yang ada di
Pulau Tagulandang, sebagai starting point adalah Buhias yang berfungsi
juga sebagai pintu masuk dan stoping point adalah Minanga dan Kisihang.
2-38
Gambar 2. 21 Analisis Pergerakan Wisatawan dari pintu masuk Buhias
Untuk pencapaian ODTW yang ada di Pulau Biaro, saat ini para wisatawan
lebih memanfaatkan prasarana dan sarana yang berada di Kota Manado.
Biasanya para wisatawan tersebut lebih banyak melakukan aktifitasnya
penyelaman pada beberapa spot yang ada dan saat ini kegiatan tersebut
cenderung menjadi satu paket dengan kegiatan penyelaman dari Bunaken,
Siladen ataupun Lembeh. Dengan tingginya minat dari wisatawan yang
ingin mengunjungi spot-spot penyelaman di sekitar Pulau Biaro, maka perlu
diarahkan penyediaan prasarana dan sarana penunjang di pintu masuk
Lamango untuk mendukung kegiatan para wisatawan dan untuk
meningkatkan length of stay para wisatawan tersebut di Pulau Biaro.
Tabel berikut memperlihatkan ODTW yang tersebar di Pulau Siau dan
stoping point yang melayani pergerakan para wisatawan.
2-39
Tabel 2. 12 Stoping point di Pulau Tagulandang dan Pulau Biaro sekitar
No Nama Objek Wisata Lokasi Jenis Stoping Point
1 Pantai Kisihang Kisihang, Kec. Tagulandang Selatan
Bahari (marine tourism)
Kisihang
2 Pantai Watu Tumipu Kisihang, Kec. Tagulandang Selatan
Bahari (marine tourism)
3 Tanjung (Tonggeng) Napoto
Birakiama, Kec. Tagulandang Selatan
Bahari (marine tourism)
4 Tugu Ratu Lohoraung
Tulusan, Kec. Tagulandang
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
Buhias
5 Makam Panglima Walandungo
Tulusan, Kec. Tagulandang
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
6 Pantai Bulangan (air panas)
Bulangan, Kec. Tagulandang Utara
Bahari (marine tourism)
Minanga
7 Perkebunan Salak Bawoleu
Bawoleu, Kec. Tagulandang Utara
Wisata Agro (Agro Tourism)
8 Pantai Kalakuhi Kec. Biaro Bahari (marine tourism)
Lamango
9 Makam Missionaris Frederick Kelling
Balehumara, Kec.Tagulandang
Wisata Tinggalan (Heritage Tourism)
10 Pantai Tumora Lamanggo, Kec. Biaro Bahari (marine tourism)
11 Teluk Tope Tope, Kec. Biaro Bahari (marine tourism)
12 Teluk Buang Buang, Kec. Biaro Bahari (marine tourism)
Sumber: Hasil Analisis
2-40
Tabel 2. 1 Dive Spot (Titik-titik penyelaman) di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro ........................................................................................................................................... 8
Tabel 2. 2 Kawasan Konservasi yang diusulkan ..................................................................... 13
Tabel 2. 3 Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro ............ 14
Tabel 2. 4 Jumlah kendaraan dan trayek angkutan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro ......................................................................................................................................... 16
Tabel 2. 5 Moda angkutan umum pedesaan............................................................................. 17
Tabel 2. 6 Trayek angkutan kota dan jumlah kendaraan angkutan .......................................... 17
Tabel 2. 7 Banyaknya Pelanggan Listrik di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 22
Tabel 2. 8 Banyaknya KWH terjual di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro ........ 22
Tabel 2. 9 Rata-rata VA per pelanggan, KWH Perpelanggan, Rp/KWH di Kabupaten Siau
Tagulandang Biaro ................................................................................................................... 23
Tabel 2. 10 Banyaknya VA Tersambung di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 23
Tabel 2. 11 Jumlah dan lokasi BTS di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro......... 24
Tabel 2. 12 Stoping point di Pulau Siau dan Pulau Kecil sekitar ............................................ 36
Tabel 2. 13 Stoping point di Pulau Tagulandang dan Pulau Biaro sekitar .............................. 39
Gambar 2. 1 Titik-titik potensi bahari global, tingginya keanekaragaman dan kerentanan. .... 2
Gambar 2. 2 Posisi Strategis Kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro di antara
Seascape/ecoregion wilayah ‘Coral triangle’............................................................................. 5 Gambar 2. 3 Dive Spot (Titik-titik penyelaman) yang telah dimanfaatkan ............................... 9
Gambar 2. 4 Terminal .............................................................................................................. 15 Gambar 2. 5 Pelataran parkir di Ulu Siau dan moda angkutan darat ....................................... 16
Gambar 2. 6 Moda angkutan umum pedesaan. ........................................................................ 17 Gambar 2. 7 Jenis angkutan umum pedesaan berupa Bus yang digunakan di Pulau
Tagulandang. ............................................................................................................................ 17 Gambar 2. 8 PelabuhanTagulandang, di Kecamatan Tagulandang. ........................................ 18
Gambar 2. 9 Pelabuhan Ulu Siau, di Kecamatan Siau Timur .................................................. 19 Gambar 2. 10 Pelabuhan Pehe, di Kecamatan Siau Barat ....................................................... 19 Gambar 2. 11 Pelabuhan penyeberangan Sawang, Kec. Siau Timur Selatan ......................... 21
Gambar 2. 12 PLTS pada rumah penduduk di Kecamatan Biaro ............................................ 22
Gambar 2. 13 Kantor TELKOM Tagulandang ........................................................................ 24 Gambar 2. 14 BTS telepon selular di Kecamatan Tagulandang. ............................................. 25 Gambar 2. 15 Bak Air di Kecamatan Tagulandang ................................................................. 26 Gambar 2. 16 Sumur warga desa Makalehi, Kecamatan Siau Barat ....................................... 26
Gambar 2. 17 Saluran drainase yang menjadi tempat pembuangan sampah di Ulu, Kecamatan
Siau Timur ............................................................................................................................... 27 Gambar 2. 18 Jalur moda angkutan laut menuju Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro ......................................................................................................................................... 32 Gambar 2. 19 Jalur moda angkutan Kapal Motor Penyeberangan menujuKabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro ........................................................................................ 33 Gambar 2. 20 Analisis Pergerakan Wisatawan dari pintu masuk Ulu Siau. ............................ 35 Gambar 2. 21 Analisis Pergerakan Wisatawan dari pintu masuk Buhias ................................ 38