paraparese flaksid
DESCRIPTION
neurologiTRANSCRIPT
![Page 1: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/1.jpg)
SMF/LAB. ILMU PENYAKIT SYARAF REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
PARAPARESIS FLAKSID
DISUSUN OLEH:
SRI WAHYUNI
NIM. 0808015036
PEMBIMBING:
dr. M. LUTHFI , SP. S
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
SMF/LABORATORIUM ILMU PENYAKIT SYARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2012
1
![Page 2: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kondisi neurologis yang ditandai dengan kelemahan atau kelumpuhan parsial
ditungkai bawah biasanya disebut dengan paraparesis. Ada beberapa penyebab kondisi
ini . Hal ini biasanya tidak dapat disembuhkan, meskipun dapat dikelola, dan pasien
dapat menerima bantuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan untuk membantu
mereka mempertahankan otot di kaki mereka. Episode akut paraparesis dapat
disebabkan oleh penyakit pada medulla spinalis dan sulit dibedakan dari kelainan yang
mempengaruhi LMN ataupun hemisfer serebral.
Upper motor neuron (UMN) dan Lower motor neuron (LMN) merupakan
susunan neuromuscular. Upper motor neuron (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf
motorik yang menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti-inti
motorik di saraf kranial di batang otak atau kornu anterior. Berdasarkan perbedaan
anatomik dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam susunan piramidal dan susunan
ekstrapiramidal. Susunan piramidal terdiri dari traktus kortikospinal dan traktus
kortikobulbar. Traktus kortikobulbar fungsinya untuk gerakan-gerakan otot kepala dan
leher, sedangkan traktus kortikospinal funsinya untuk gerakan-gerakan otot tubuh dan
anggota gerak. Sedangkan Lower motor neuron (LMN) yang merupakan kumpulan
saraf-saraf motorik yang berasal dari batang otak, pesan tersebut dari otak dilanjutkan
ke berbagai otot dalam tubuh seseorang.
2
![Page 3: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi
Sistem motorik berhubungan dengan sistem neuromuskular. Sistem
neuromuscular terdiri atas Upper motor neuron (UMN) dan Lower motor neuron
(LMN). Upper motor neuron (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang
menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti-inti motorik di
saraf kranial di batang otak atau kornu anterior medulla spinalis. Berdasarkan perbedaan
anatomik dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam susunan piramidal dan susunan
ekstrapiramidal. Susunan piramidal terdiri dari traktus kortikospinal dan traktus
kortikobulbar. Traktus kortikobulbar fungsinya untuk gerakan-gerakan otot kepala dan
leher, sedangkan traktus kortikospinal funsinya untuk gerakan-gerakan otot tubuh dan
anggota gerak.
Melalui Lower motor neuron (LMN) yang merupakan kumpulan saraf-saraf
motorik yang bersal dari batang otak, pesan tersebut dari otak dilanjutkan ke berbagai
otot dalam tubuh seseorang. Kedua saraf motorik tersebut mempunyai peranan penting
dalam system neuromuscular tubuh. System ini yang memungkinkan tubuh untuk
bergerak secara terencana dan terukur.
Tulang belakang atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 7
tulang cervical, 12 tulang thoraks, 5 tulang lumbal, 5 tulang sacral dan 4 tulang
membentuk tulang ekor (coccyx). Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni
bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae dan bagian posterior
yang terdiri dari arcus vertebrae.
Ketika tulang belakang disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai
tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Dari otak medulla spinalis turun
ke bawah kira-kira ditengah punggung dan dilindungi oleh cairan jernih yaitu cairan
serebrospinal. Medulla spinalis terdiri dari berjuta-juta saraf yang mentransmisikan
informasi elektrik dari dan ke ekstremitas, badan, organ-organ tubuh dan kembali ke
otak. Otak dan medulla spinalis merupakan system saraf pusat dan yang
menghubungkan saraf-saraf medulla spinalis ke tubuh adalah system saraf perifer.
3
![Page 4: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/4.jpg)
Medulla spinalis mulai dari akhir medulla oblongata di foramenmagnum sampai
konus medullaris di level Tulang Belakang L1-L2. Medulla spinalis berlanjut menjadi
kauda Equina (di bokong) yang lebih tahan terhadap cedera. Medullah spinalis terdiri
atas traktus ascenden (yang membawa informasi di tubuh menuju ke otak seperti
rangsang raba, suhu, nyeri, dan gerak posisi) dan traktus descenden (yang membawa
informasi dari otak ke anggota gerak dan mengontrol fungsi tubuh).
Tabel 1 menyebutkan beberapa traktus ascendens dan descendens yang penting
pada medulla spinalis.
Tabel 1. Traktus Ascendens dan Descendens Utama Medula Spinalis
Traktus Fungsi
ASCENDENS
Kolumna dorsalis (posterior)
Fasikulus kuneatus (T6
dan di atasnya, bagian
atas tubuh)
Fasikulus grasilis (T7 dan
di bawahnya, bagian
bawah tubuh)
Spinotalamikus
Spinotalamikus lateralis
Spinotalamikus ventralis
Spinoserebelaris
Spinoserebelaris dorsalis
Spinoserebelaris ventralis
Kemampuan untuk melokalisasi stimulus dari sentuhan halus,
kemampuan untuk membedakan tekanan dan intensitas
(membedakan dua-titik, persepsi berat badan)
Kesadaran propioseptif (merasakan posisi)
Vibrasi (sensasi fasik)
Hantaran cepat informasi sensorik
Nyeri
Temperatur, termasuk sensasi hangat dan dingin
Kurang dapat melokalisasi stimulus dari sentuhan kasar serta
membedakan tekanan dan intensitas
Sensasi gatal dan geli
Hantaran informasi sensorik lebih lambat daripada kolumna
dorsalis
Propioseptif yang tidak disadari (sensasi otot)
Koordinasi postur tubuh dan gerakan ekstremitas
Informasi sensorik yang dihantarkan hampir seluruhnya dari
apparatus tendon Golgi dan gelendong otot
Serabut traktus-besar yang menghantarkan impuls lebih cepat
daripada neuron-neuron lain dalam tubuh
4
![Page 5: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/5.jpg)
DESCENDENS
Kortikospinalis
Kortikospinalis lateralis
Kortikospinalis ventralis
Rubrospinalis
Tektospinalis
Vestibulospinalis
Traktus piramidalis membawa impuls untuk pengendalian
voluntar otot ekstremitas
Traktus piramidalis membawa impuls untuk pengendalian
voluntar otot tubuh
Traktus ekstrapiramidalis mengurus integrasi yang tidak
disadari dan koordinasi gerakan otot yang disesuaikan
dengan masukan propioseptif
Traktus ekstrapiramidalis mengurus gerakan pemindaian dan
pergantian refleks pada kepala dan gerakan refleks pada
lengan sebagai respons terhadap sensasi penglihatan,
pendengaran, atau kulit
Traktus ekstrapiramidalis terlibat dalam mempertahankan
keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala dan mata
2.2 DEFINISI
Paresis merupakan kelemahan atau kelumpuhan parsial yang ringan atau tidak
lengkap atau suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan
terganggu, kelemahan disini berupa hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih
kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena.
Paresis pada anggota gerak dibagi menjadi 4 macam yaitu :
a. Monoparesis : kelemahan pada satu ekstremitas atas atau ekstremitas bawah
b. Paraparesis : kelemahan pada kedua ekstremitas bawah
c. Hemiparesis : kelemahan pada satu sisi tubuh yaitu satu ekstremitas atas dan
satu ekstremitas bawah pada sisi yang sama
d. Tetraparesis : kelemahan pada keempat ekstremitas
Sedangkan Paraparesis digunakan untuk mendeskripsikan kelemahan pada
kedua kaki. Terminologinya cukup luas, menyangkut gangguan gait yang disebabkan
lesi pada UMN, walaupun tidak ditemukan kelemahan pada pemeriksaan otot secara
manual. Paraparesis juga dapat berasal dari lesi pada lokasi lain yang mempengaruhi
UMN (terutama lesi parasagital dan hidrocepalus) dan LMN (lesi pada cornu anterior,
kauda equina, dan neuropati perifer).
5
![Page 6: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/6.jpg)
Paralisis adalah kehilangan atau gangguan fungsi motorik pada suatu bagian
akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot.
Paraplegia adalah paralisis bagian bawah tubuh termasuk tungkai.
2.3 KLASIFIKASI
Pembagian Paraparesis berdasarkan kerusakan topisnya :
a. Paraparesis Spastik
Terjadi karena kerusakan yang mengenai Upper motor neuron (UMN),
sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot atau hipertoni. Rekoil
kaki yang kuat untuk tarik intens tiba-tiba dan clonus pergelangan kaki
berkelanjutan.
b. Paraparesis Flaksid
Terjadi karena kerusakan yang mengenai Lower motor neuron (LMN),
sehingga menyebabkan penurunan tonus otot atau hipotoni serta tidak
ada peregangan. Recoil kaki lemah untuk tarik intens tiba-tiba dan tidak
ada clonus pergelangan kaki.
2.4 ETIOLOGI
Paraparesis Flaksid terjadi karena kerusakan yang mengenai Lower motor
neuron (LMN). Trauma, infeksi (poliomyelitis), kelainan vascular, penyakit
degenerative dan neoplasma dapat menimbulkan lesi Lower motor neuron dengan
merusak badan-badan sel didalam columna grisea anterior atau aksonnya di dalam
radiks anterior atau saraf spinal. Pada poliomyelitis, sejumlah sel kornu anterior hilang
secara akut dan ireversibel, terutama di region lumbalis, menyebabkan paresis flaksid
pada otot-otot di segmen yang sesuai. Otot proksimal cenderung lebih terpengaruh
daripada otot distal. Otot menjadi atrofi dan pada kasus berat dapat tergantikan
seluruhnya oleh jaringan ikat dan lemak. Poliomyelitis jarang mengenai seluruh otot
ekstremitas, karena sel-sel kornu anterior tersusun di kolumna vertical yang panjang di
dalam medulla spinalis. Paraparesis Flaksid dapat juga terjadi bila lesi mengenai bagian
atas kauda equina.
6
![Page 7: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/7.jpg)
1.5 PATOFISIOLOGI PARAPLEGIA
Lesi yang mendesak medulla spinalis sehingga merusak daerah jaras
kortikospinalis lateral dapat menimbulkan kelumpuhan UMN pada otot-otot
bagian tubuh yang terletak dibawah tingkat lesi. Lesi yang memotong melintang
(tranversal) medulla spinalis pada tingkat servikal, misalnya C5 dapat
mengakibatkan kelumpuhan UMN pada otot-otot tubuh yang berada dibawah
C5, yaitu sebagian dari otot-otot kedua lengan yang berasal dari miotoma C6
sampai miotoma C8, lalu otot-otot toraks dan abdomen serta segenap muskulatur
kedua tungkai. Kelumpuhan macam ini laha yang disebut paraplegi.
Akibat terputusnya lintasan somatosensorik dan lintasan autonom
neurovegetatif asendens dan desendens, maka dari tingkat lesi kebawah,
penderita tidak dapat merasakan apapun, tidak dapat melakukan buang air besar
dan kecil, serta tidak memperlihatkan reaksi neurovegetatif.
Lesi Tranversal yang memotong medulla spinalis pada tingkat torakal
atau tingkat lumbal atas mengakibatkan kelumpuhan yang pada dasarnya serupa
dengan lesi yang terjadi pada daerah servikal, yaitu pada tingkat lesi terjadi
kelumpuhan LMN, dan dibawah tingkat lesi terdapat kelumpuhan UMN.
Kelumpuhan LMN pada tingkat lesi melibatkan kelompok otot yang merupakan
sebagian kecil dari muskulatur toraks dan abdomen, namun kelumpuhan yang
terjadi tidak begitu jelas terlihat dikarenakan peranan dari muskulus tersebut
yang kurang begitu menonjol.
Tingkat lesi transversal di medullah spinalis mudah terungkap oleh batas
deficit sensorik. Dibawah batas tersebut, tanda-tanda UMN dapat ditemukan
pada kedua tungkai secara lengkap.
Paraplegi dapat disebabkan oleh suatu infeksi, satu hingga dua segmen
dari medulla spinalis dapat rusak secara sekaligus, infeksi langsung dapat terjadi
melalui emboli septic, luka terbuka dari tulang belakang, penjalaran
osteomielitis atau perluasan dari proses meningitis piogenik. Istilah mielitis
tidak saja digunakan untuk proses peradangan pada medullah spinalis namun
juga digunakan apabila lesinya menyerupai proses peradangan dan disebabkan
oleh proses patologi yang mempunyai hubungan dengan infeksi, adanya tumor,
7
![Page 8: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/8.jpg)
baik tumor ekstramedular maupun intramedular, maupun trauma yang
menyebabkan cedera dari medulla spinalis.
1.6 GEJALA KLINIS
Tanda-tanda klinik dibawah ini ditemukan pada lesi Lower motor neuron, yaitu :
1. Paralisis flasid pada otot-otot yang dipersarafi
Paralisis flasid disebabkan oleh interupsi unit motorik di suatu
tempat manapun, dapat di kornu anterior, salah satu atau beberapa radiks
anterior, pleksus saraf atau saraf perifer. Kerusakan unit motorik
memutuskan serabut otot di unit motorik dari persarafan volunteer
maupun reflex. Otot-otot yang terkena sangat lemah (plegia), dan
terdapat penurunan tonus otot yang jelas (hipotonia), serta hilangnya
reflex (arefleksia) karena lengkung reflex regang monosinaptik
terputus.atrofi otot terjadi dalam beberapa minggu, ketika otot tersebut
secara perlahan-lahan digantikan oleh jaringan ikat: setelah beberapa
bulan atau tahun terjadinya atrofi yang progresif, penggantian ini akan
selesai. Dengan demikian sel-sel kornu anterior mempengaruhi trofi pada
serabut otot, yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi dan struktur
yang normal.
Sindrom paralisis flasid terdiri dari ;
Penurunan kekuatan kasar
Hipotonia atau atonia otot
Hiporefleksia atau arefleksia
Atrofi otot
Lesi biasanya dapat dilokalisasi secara spesifik di kornu anterior, radiks anterior,
pleksus saraf, atau saraf perifer dengan bantuan elektromiografi
elektroneurografi (pemeriksaan hantaran saraf). Jika paralisis pada satu atau
beberapa ekstremitas disertai oleh deficit somatosensorik dan otonom, lesi
diduga berada di distal radiks saraf dan dengan demikian terletak di pleksus
saraf atau di saraf tepi. Paralisis flasid jarang terjadi akibat lesi kortikal, pada
kasus tersebut reflex tetap ada atau meningkat dan tonus otot normal atau
meningkat.
8
![Page 9: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/9.jpg)
2. Atrofi otot-otot yang dipersarafi
3. Hilangnya reflex otot-otot yang dipersarafi
4. Fasikulasi otot, kedutan yang hanya terlihat bila terjadi dekstruksi lambat pada
Lower motor neuron
5. Kontraktur otot, merupakan pemendekan otot yang lumpuh, kontraktur lebih
sering terjadi pada otot antagonis yang kerjanya tidak lagi dilawan oleh otot-otot
yang lumpuh.
6. Reaksi degenerasi, normalnya otot-otot yang dipersarafi memberikan respon
terhadap stimulasi menggunakan arus faradic (terputus-putus) dan kontraksi
terus terjadi selama arus tetap berjalan. Arus galvanic atau arus langsung
menimbulkan kontraksi hanya bila arus dinyalakan atau dimatikan. Bila Lower
motor neuron terputus, otot tidak lagi bereaksi terhadap stimulasi listrik
terputus-putus 7 hari setelah saraf terputus walaupun masih bereaksi terhadap
arus langsung. Setelah 10 hari, reaksi terhadap arus langsung juga hilang.
Perubahan respon otot terhadap stimulasi listrik ini dikenal sebagai reaksi
degenerasi.
1.7 DIAGNOSIS
1. X-Ray Spine
Dilakukan X-Ray spine dengan permintaan lateral dan oblique.
Tanda degenerasi dari spine adalah :
Reduksi dari ruang intervertebralis
Penyempitan foramen intervertebralis
Formasi osteofit
Pelebaran jarak antar pedunkular ditemukan pada lesi intradural
2. Myelogram
3. CT-scan
Pemeriksaan penunjang lainnya :
a. X-ray Thoraks, akan memperlihatkan suatu keganasan
b. Tes darah rutin
c. Tes Urin
d.
1.8 KOMPLIKASI
9
![Page 10: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/10.jpg)
a. Luka dekubitus
b. Kontraktur
c. Infeksi traktus urinarius
d. Pneumonia
1.9 PENATALAKSANAAN
A. Farmakologi
Jika terjadi / kompresi medulla spinalis, maka dapat kita terapi dengan :
MetylPrednisolon 30 mg/kg BB bolus intravena salama 15 menit,
dilanjutkan dengan 5,4 mg/kg BB 45 menit setelah bolus selama 23 jam.
Hasil optimal bila pemberian dilakukan < 8 jam onset.
Bila terdapat comotio medullah spinalis fraktur atau dislokasi tidak
stabil harus disingkirkan. Jika pemulihan sempurna, pengobatan tidak
diperlukan. Antibiotic pada umumnya untuk menyembuhkan infeksi
saluran kemih.
B. Fisioterapi
Terdiri dari :
Alat Bantu
Biasanya pada penyakit Paraplegia, kita dapat menggunakan alat
bantu terapi yang dinamakan “Giger MD”. Dimana merupakan
suatu terapi dinamis koordinasi yang efisien untuk melatih pasien
dengan lesi CNS.
Pemanasan
Dengan air hangat atau sinar
Latihan
Disebut dengan Range of Motion (ROM) untuk mengetahui luas
gerak sendi
C. Operasi
Dengan menggunakan teknik Harrison roda stabilization (Instrumen
Harrison) yaitu menggunakan batang distraksi baja tahan karat untuk
mengoreksi dan stabilisasi deformitas vertebra.
10
![Page 11: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/11.jpg)
Prinsip dasar teknik Harrison dalam perawatan trauma deformitas spinal adalah
adanya kemauan dan dukungan dari pasien mengikuti rehabilitasi sejak dini dan untuk
mencegah deformitas yang lebih parah.
Tindakan operasi diindikasikan pada kasus :
Reduksi terbuka pada dislokasi
Cedera terbuka dengan benda asing atau tulang dalam canalis
spinalis
Lesi parsial medulla spinalis dengan hemimielia yang progresif
Deep Radiation untuk yang disebabkan oleh karena tumor
intramedulalary
Surgical excition untuk yang disebabkan oleh tumor extramedullary
Dapat juga kita lakukan tindakan segera pada cedera medulla spinalis, tujuannya
adalah mencegah kerusakan lebih lanjut pada medulla spinalis yang diperburuk dengan
penanganan yang kurang tepat, efek hipotensi atau hypoxia pada jaringan saraf yang
sudah terganggu, yaitu :
Perawatan kulit untuk menghindari terjadinya ulkus dekubitus
Pemberian nutrisi yang adekuat
Perawatan Vesika Urinaria dan fungsi defekasi
11
![Page 12: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/12.jpg)
BAB III
KESIMPULAN
Paraparesis digunakan untuk mendeskripsikan kelemahan pada kedua kaki.
Terminologinya cukup luas, menyangkut gangguan gait yang disebabkan lesi pada
UMN, walaupun tidak ditemukan kelemahan pada pemeriksaan otot secara manual.
Paraparesis juga dapat berasal dari lesi pada lokasi lain yang mempengaruhi UMN
(terutama lesi parasagital dan hidrocepalus) dan LMN (lesi pada cornu anterior, kauda
equina, dan neuropati perifer). Paraparesis Flaksid terjadi karena kerusakan yang
mengenai Lower motor neuron (LMN), sehingga menyebabkan penurunan tonus otot
atau hipotoni serta tidak ada peregangan. Recoil kaki lemah untuk tarik intens tiba-tiba
dan tidak ada clonus pergelangan kaki. Sedangkan Paraparesis Spastik terjadi karena
kerusakan yang mengenai Upper motor neuron (UMN), sehingga menyebabkan
peningkatan tonus otot atau hipertoni. Rekoil kaki yang kuat untuk tarik intens tiba-tiba
dan clonus pergelangan kaki berkelanjutan.
Kerusakan pada Lower motor neuron (LMN) bisa mengenai motorneuronnya,
radiks, maupun pada otot itu sendiri. Sedangkan kerusakan pada Upper motor neuron
(UMN) dapat disebabkan adanya lesi di medulla spinalis setinggi servikal atas.
12
![Page 13: Paraparese flaksid](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c86550346d033aa20d1/html5/thumbnails/13.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr, Mathias & Frotscher, Michael. 2012. Diagnosis topik neurologi DUUS.
Jakarta : EGC, hal. 59
2. Mardjono, Mahar, Prof, dr. 2004. Neurologi klinis dasar. Jakarta : Dian Rakyat, hal.
37-40
3. Snell, Richard S. 2007. Neuroanatomi klinik. Jakarta : EGC, hal. 188
4. Harsono. 2009. Neurologi Kapita Selekta.Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
5. Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes neurologi. Surabaya : EMS
13