parafimosis makalah

Upload: sarlitaindahpermatasari

Post on 08-Jul-2015

637 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Makalah

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN PADA PARAFIMOSIS

Oleh: Sarlita Indah Permatasari, S.Ked: 04104705205

Pembimbing: Dr. dr. H. Fachmi Idris, M.Kes

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2011

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas makalah yang berjudul: Perencanaan Program Pelayanan Kesehatan pada Parafimosis

Oleh: Sarlita Indah Permatasari, S.Ked

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 1 Agustus 26 Setember 2011

Palembang, Agustus 2011 Pembimbing

Dr. dr. H. Fachmi Idris, M.Kes

2

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian dan Prevalensi Parafimosis merupakan kasus gawat darurat, kondisi dimana kulit preputium setelah ditarik ke belakang batang penis tidak dapat dikembalikan ke posisi semula ke depan batang penis sehingga penis menjadi terjepit.1 Parafimosis hampir selalu merupakan kondisi iatrogenik atau kejadian yang tidak sengaja; namun, laporan kasus yang ada menggambarkan parafimosis koital menjadi nekrosis penis, sama seperti piercing penis yang menjadi parafimosis.2 Upaya untuk menarik kulit preputium ke belakang batang penis, terutama yang berlebihan namun gagal untuk mengembalikannya lagi ke depan manakala sedang membersihkan glans penis atau saat memasang selang untuk berkemih (kateter), dapat menyebabkan parafimosis. Kulit preptium yang tidak bisa kembali ke depan batang penis akan menjepit penis sehingga menimbulkan bendungan aliran darah dan pembengkakan (edema) glans penis dan preputium, bahkan kematian jaringan penis dapat terjadi akibat hambatan aliran darah pembuluh nadi yang menuju glans penis.3 Parafimosis yang didiagnosis secara klinis ini, dapat terjadi pada penis yang belum disunat (disirkumsisi) atau telah disirkumsisi namun hasil sirkumsisinya kurang baik. Parafimosis dapat terjadi pada laki-laki semua usia, namun kejadiannya tersering pada masa bayi dan remaja. 1

1. Faktor-Faktor Penyebab Faktor yang menyebabkan timbulnya parafimosis ini antara lain adalah menarik kulit preputium saat melakukan pemeriksaan penis, membersihkan, pemasangan kateter, sitoskopi, dan piercing penis.3 Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya parafimosis ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan.

3

Tabel Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Parafimosis Faktor Biologi Kondisi kesehatan yang mengindikasikan pemasangan kateter uretra. Kondisi yang mengindikasikan dilakukan tindakan invasif pada penis (sitoskopi). Anak-anak yang belum sirkumsisi dan orang dewasa yang tidak sirkumsisi Faktor Lingkungan Pada masyarakat Faktor Perilaku Piercing penis Faktor Pelayanan Kesehatan Minimnya pengetahuan petugas kesehatan Kurangnya sarana dan prasarana

yang tidak memiliki budaya sirkumsisi

yang memadai Keterlambatan dalam terapi Kurangnya keterampilan petugas kesehatan dalam melakukan sirkumsisi

2. Faktor yang Paling Berperan Faktor yang sangat berperan mempengaruhi terjadinya parafimosis adalah faktor biologi.

3. Akar-akar Permasalahan Kurangnya keterampilan petugas kesehatan dalam melakukan sirkumsisi, dan keterlambatan dalam terapi.

4. Akar Masalah Utama

4

Faktor pelayanan kesehatan yang menjadi masalah utama dalam kasus parafimosis adalah keterlambatan dalam memberikan terapi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya mencari pertolongan segera, dan petugas kesehatan sehingga pasien yang datang mengalami keterlambatan dalam pemberian terapi yang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menyelesaikan akar masalah tersebut dengan jalan meningkatkan pengetahuan petugas dan juga masyarakat mengenai parafimosis.

5. Rencana Program Kegiatan Pilihan program untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan, antara lain: 1. Memberikan materi kuliah atau seminar bagi petugas kesehatan mengenai halhal yang menyebabkan dan cara penatalaksanaan parafimosis. 2. Memberikan pelatihan keterampilan sirkumsisi pada petugas kesehatan. 3. Memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan pertama pada parafimosis pada petugas kesehetan. 4. Memberi saran kepada dinas kesehatan setempat untuk mengadakan materi kuliah atau seminar, dan pelatihan bagi petugas kesehatan sebagai salah satu program kerja. Dari program kerja di atas, alternatif terbaik dalam mengatasi kasus parafimosis adalah dengan memberikan keterampilan sirkumsisi dan seminar bagi petugas kesehatan mengenai hal-hal yang menyebabkan dan penatalaksanaan parafimosis. Umumnya keterlambatan dalam terapi terjadi karena minimnya pengetahuan masyarakat dan petugas kesehatan tentang parafimosis dan kurangnya keterampilan sirkumsisi oleh petugas kesehatan.

5

DAFTAR PUSTAKA1. Anonim. Fimosis dan Parafimosis. Rumah Sakit Permata Cibubur. http://www.permatacibubur.com/en/see.php?id=Des04-2a&lang=id 2. Jeffrey M Donohoe, MD. Paraphimosis. Medscape. 2009. http://emedicine.medscape.com/article/442883-overview#a0101 3. Purnoma, BB. Kelainan Penis dan Uretra. Parafimosis. Dasar-dasar Urologi edisi kedua. Sagung Seto. 2007. Hal 150-151

6