paradigma kualitatif dan paradigma kuantitatif

7
Tugas Methodologi Penelitian PARADIGMA KUALITATIF DAN PARADIGMA KUANTITATIF Oleh : Sitti Nurhikmah K A31107716 Asti Toro A31107625 Nina Rizky Mulyani A31107708 FAKULTAS EKONOMI

Upload: gb-hicko-memes-kaimuddin

Post on 01-Jul-2015

425 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PARADIGMA KUALITATIF DAN PARADIGMA KUANTITATIF

Tugas Methodologi Penelitian

PARADIGMA KUALITATIF DAN PARADIGMA KUANTITATIF

Oleh :

Sitti Nurhikmah K A31107716

Asti Toro A31107625

Nina Rizky Mulyani A31107708

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

Page 2: PARADIGMA KUALITATIF DAN PARADIGMA KUANTITATIF

PARADIGMA KUALITATIF DAN PARADIGMA KUANTITATIF

Berdasarkan aspek filosofi yang mendasarinya penelitian secara garis besar dapat

dikategorikan menjadi dua macam, yaitu penelitian yang berdasarkan penelitian atau

paradigma filsafat positivisme dan aliran filsafat postpositivisme. Apabila penelitian yang

dilakukan memiliki tujuan akhir menemukan kebenaran, maka ukuran maupun sifat

kebenaran antara kedua paradigma filsafat tersebut berbeda satu dengan yang lain. Pada

aliran paradigma positivisme ukuran kebenarannya dalah frekuensi tinggi atau sebagaian

besar dan bersifat probalistik. Jika dalam sample benar maka kebenaran tersebut

mempunyai peluang berlaku juga untuk populasi yang lebih besar.

Pada filsafat postpositivisme kebenaran didasarkan pada asensi (sesuai dengan

hakekat obyek) dan kebenarannya bersifat holistic. Pengertian fakta maupun dalam

filsafat positivisme dan postpositivisme juga memiki cakupan yang berbeda. Dalam

positivisme fakta dan adapt terbatas pada sesuatu yang empiri sensual, sedangkan dalam

postpositivisme selain yang empiri sensual juga mencakup apa yang ada di balik yang

empiric sensual (fenomena dan nomena).

Kedua aliran filsafat tersebut mendasari bentuk penelitian yang berbeda satu

dengan yang lain. Aliran positivisme dalam penelitian berkembang menjadi penelitian

dengan paradigma kuantitatif. Sedangkan aliran postpositivisme dalam penelitian

berkembang menjadi penelitian dengan paradigma kualitatif.

Dalam kamus Standar Lengkap Inggris-Indonesia; Dhanny R. Cyssco, penerbit

buana Ilmu Populer, kualitatif berasal dari kata “kualitas” atau “quality” yang berarti

mutu, sifat, cirri-ciri. Berarti jika kita berbicara tentang kualitatif, berarti kita berbicara

mengenai hal-hal yang bersifat mutu, ciri-ciri dan sifat sesuatu atau seseorang. Jika kita

berbicara tentang sebuah sebuah pakaian, jelas kita berbicara tentang mutu, sifat, dan ciri-

ciri dari pakaian tersebut. Apakah pakaian tersebut terbuat dari bahan yang biasa dan

memiliki model yang biasa-biasa saja atau sebuah pakaian yang terbuat dari bahan

berkualitas, memiliki model yang mengikuti trend, dan dijahit dengan rapi sehingga dapat

terlihat indah bagi yang menggunakan pakaian tersebut. Di sini kita tidak berbicara

Page 3: PARADIGMA KUALITATIF DAN PARADIGMA KUANTITATIF

berapa banyak baju yang harus dijadikan contoh dalam pembicaraan, karena setiap

pakaian memiliki cirri-ciri, sifat, dan mutu tersendiri. Walaupun sepintas tampak mirip,

sehingga kita dapat mengatakan bahwa semua pakaian itu sama, tetapi jika diperhatikan

secara seksama pasti terdapat banyak perbedaan-perbedaan dan deviasi karakter yang

membuktikan bahwa setiap pakaian walaupun terbuat dari bahan yang sama dan di buat

dengan cara yang sama, tak satupun yang memiliki cirri-ciri, sifat, dan mutu yang sama.

Demikian pula jika kita berbicara mengenai manusia sebagai bahan pembicaraan kajian.

Meskipun mereka kembar, dipastikan tak satu pun yang memiliki sifat, cirri-ciri, dan

mutu yang sama.

Berangkat dari hal tersebut, maka Paradigma Kualitatif memandang suatu obyek

(subyek) lebih kepada sifat dan ciri-ciri yang melekat pada obyek (subyek) tersebut.

Berbeda dengan Paradigma Kuantitatif yang lebih melihat kepada jumlah obyek dan

cenderung menggeneralisasikan sesuatu, Paradigma Kualitatif tidak mengenal

generalisasi dan sangat menghargai keunikan setiap obyek (subyek) yang diamati.

Rachmat Krisyantono dalam Teknik Praktis Riset Komunikasi, bahwa dalam paradigma

kualitatif yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalam (kualitas) data, dan bukan

banyaknya (kuantitas) data. Lebih lanjut Krisyantono menyebutkan bahwa setiap riset

yang menggunakan paradigma kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan

sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Sedangkan Bogdan

dan Taylor dalam Metodologi Penelitian Kualitatif karya Lexy J. Moleong, Penerbit

Rosda, menyebutkan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati. Pakar lain, Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai

metode yang ada (wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Moleong sendiri

secara simple mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analitis statistikatau

acar kuantifikasi lainnya.

Sementara sebuah asumsi mengatakan bahwa dalam paradigma kualitatif,

semakin subyektif sebuah penelitian, maka semakin objektif penelitian tersebut. Hal ini

Page 4: PARADIGMA KUALITATIF DAN PARADIGMA KUANTITATIF

yang menunjukkan ukuran obyektivitas penelitian kualitatif ditentukan oleh tingkat

subyektivitas peneliti. Peneliti merupakan bagian dari instrument penetian, berbeda

dengan paradigma kuantitatif dimana peneliti terpisah dari obyek yang ditelitinya.

Dengan demikian, jelas bahwa riset-riset atau penelitian yang mengusung

paradiigam kualitatif memiliki cirri-ciri kedalaman/eksploratif (Krisyantoro), deskriptif

(Bogdan & Taylor), alamiah (fenomenologis), interpretative (Denzin dan Lincoln), non

kuantitatif (Moleong), dan Subyektif (Kuswarno).

Bagaimana dengan Kualitatif sebagai Sifat Data ?

Jika paradigma kualitatif merupakan ‘cara pandang’ yang menekankan pada cirri-

ciri, sifat, dan mutu suatu obyek (subyek), maka Data (yang bersifat) Kualitatif

merupakan data yang dihasilkan dari cara pandang yang menekankan pada cirri-ciri, sifat,

dan mutu obyek (subyek) yang bersangkutan. Berbeda dari data kuantitatif yang bersifat

numeric, data kualitatif bersifat non-numeric (kata-kata deskriptif), seperti cantik,

tampan, gagap, tampak kurang berpendidikan, reponsif, bagus sekali, lincah mewakili

anak zaman sekarang, dan lain-lain.

Apakah Paradigma Kualitatif Dapat Menggunakan data Kuantitatif ?

Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, terdapat perbedaan antara

Kualitatif/Kuantitatif sebagai sifat Data. Paradigma adalah bagaimana cara pandang atau

pendekatan terhadap obyek (subyek), sedangkan Data adalah apa yang di hasilkan dari

cara tersebut. Jadi paradigma Kualitatif dapat menggunakan Data Kuantitaif, demikian

pula sebaliknya. Namun, biasanya, data-data tersebut merupakan data-data pendukung

untuk memperkuat data-data utama yang telah dihasilkan dari paradigma yang sama.

Misalnya, ketika mendeskripsikan sebuah fenomena busung lapar di suatu daerah,

ditemukan informasi dari salah satu sumber bahwa salah satu penyebabnya adalah factor

ekonomi. Informasi ini diperkuat dengan data statistic yang ada mengenai presentasi

tingkat kemiskinan di daerah tersebut.