paper teori akuntansi revenue and recognition

29
TEORI AKUNTANSI REVENUE AND RECOGNITION Disusun Oleh: BARA AJI ANGGARA 9 / 1340600183 13 FAWZY MADJID ABDULAH 1 5 / 1340600183 19 GAMADI SURYA PUTRA 1 7 / 1340600183 21 JEFRI DAVID SIMANJUNTAK 1 8 / 1340600183 22 MUHAMMAD FITRA M.A. 2 4 / 1340600183 28

Upload: bonibriantoni

Post on 20-Dec-2015

92 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

TEORI AKUNTANSI

REVENUE AND RECOGNITION

Disusun Oleh:

BARA AJI ANGGARA 9 / 134060018313FAWZY MADJID ABDULAH 15 / 134060018319GAMADI SURYA PUTRA 17 / 134060018321JEFRI DAVID SIMANJUNTAK 18 / 134060018322MUHAMMAD FITRA M.A. 24 / 134060018328

PROGRAM D IV AKUNTANSISEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

KERJASAMA STAN DAN BPKP TAHUN AKADEMIK 2013/2014

Page 2: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

REVENUE AND RECOGNITION

A. Nature of Revenue

Pendapatan adalah salah satu elemen kunci dalam laporan keuangan. Pendapatan

menggambarkan kinerja masa lalu dan memprediksi kinerja masa depan. Meskipun

pendapatan merupakan indikator kruisial dalam pengukuran kinerja, namun dengan

banyaknya model suatu perusahaan indikaor pendapatan tidak berpengaruh secara

langsung sebagai faktor keberhasilan kinerja perusahaan.

1. Sifat Pendapatan

Pendapatan didefinisikan dalam IAS/IASB :

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi selama periode yang

timbul dalam rangka kegiatan normal entitas dari hasil kenaikan ekuitas.

Dalam kerangka AASB, pendapatan merupakan bagian dari keuntungan.

“Keuntungan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam

bentuk arus masuk atau perangkat tambahan aset atau penurunan kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman

modal”.

Sedangkan menurut FASB

“aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu entitas atau penurunan hutang ( kombinasi

keduannya ) dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa, atau kegiatan

lain yang merupakan kegiatan utama yang berlangsung terus-menerus dari entitas

tersebut”.

2. Pandangan Perilaku Pendapatan

Pendapatan bukan hanya sejumlah uang. Paton and littleton mengatakan,

pendapatan menunjukkan 'prestasi' terhadap perusahaan. Pendapatan merupakan

ukuran kinerja kotor entitas sebagai keuntungan bisnis. Beban dilihat sebagai

perwakilan dari 'upaya' perusahaan, kemudian dicocokan hasil pendapatan dan

beban dalam laporan laba sebagai 'pencapaian bersih' dari perusahaan. Ini adalah

pandangan perilaku pendapatan, beban dan keuntungan.

Dalam nada yang sama, Bedford menekankan pada pandangan operasional

pendapatan dan pusat laba, dimana laba didefinisikan dalam operasi tertentu

dilakukan oleh entitas bukannya hanya hasil penerapan metode akuntansi. Laba

timbul hanya dari kegiatan yang berasal dari operasi bisinis.

Page 3: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

Operasi bisnis umum yang ditetapkan oleh badford adalah :

• akuisisi sumber daya uang

• akuisisi layanan

• penggunaan layanan

• rekombinasi jasa yang diperoleh

• disposisi layanan

• distribusi sumber daya uang

Paton dan Littleton berpendapat bahwa pendapatan dan laba akrual adalah seluruh

proses produktif yaitu, terdapat perubahan yang terus-menerus terhadap nilai dari

jumlah aktiva dan modal dalam proses pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan

Perusahaan.

Pandangan perilaku pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan (dan keuntungan)

muncul karena sesuatu yang dilakukan oleh perusahaan. Semua kegiatan

perusahaan merupakan bagian dari proses produktif. dalam proses ini, sebuah titik

untuk pengakuan pendapatan harus ditentukan.

B. Recognition of Revenue

1. Perspektif Historikal

Selama abad ke 19, pendapatan (keuntungan) untuk bisnis ditentukan berdasarkan

peningkatan kekayaan bersih. Peningkatan kekayaan bersih dalam pandangan

pendapatan secara bertahap digantikan oleh gagasan bahwa penghasilan harus

direalisasi. Perubahan ini timbul karena penggunaan aktiva tidak lancar khusus oleh

perusahaan menjadi signifikan pada periode antara Perang Dunia I dan 1930-an.

Namun ternyata, menentukan nilai aset khusus tersebut sulit dilakukan, yang

mengakibatkan perubahan nilai aset tidak dapat diketahui dengan pasti. Pelanggaran

yang timbul dari penilaian- penilaian pada tahun 1920 memberikan kontribusi

sebagai peristiwa bencana ekonomi yang mengarah pada Depresi Besar 1930-an.

Beberapa orang menilai profesi akuntansi sebagai ilmu bertanggung jawab atas

bencana tersebut karena telah mengizinkan perusahaan over – optimis dalam

menilai aktiva.

Pandangan bahwa pendapatan ditentukan berdasarkan peningkatan kekayaan

bersih sering kali dihubungkan dengan peningkatan modal. Dalam kasus Eisner v.

Macomber (1919), Pitney J. dari U.S. Supreme Court menyatakan terjadinya

pergeseran dalam hubungan antara penerimaan modal dan penerimaan pendapatan

Page 4: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

yang digambarkan sebelumnya sebagai tanah dengan pohonnya, menjadi buah

dengan hasil panennya; sebelumnya sebagai sumber mata air dengan waduknya

menjadi sumber mata air dengan aliran keluarnya yang harus diukur dalam suatu

periode waktu tertentu.

Di Australia, Jordan CJ dalam kasus Scott v. The Commisioner of Taxation (1935)

menyatakan bahwa pendapatan harus ditentukan dalam kesesuaian dengan konsep

dan penggunaan yang biasa digunakan masyarakat, kecuali terdapat aturan khusus

yang menentukan bentuk penerimaan tertentu harus diakui sebagai pendapatan.

Konsep yang biasa digunakan masyarakat, dijelaskan oleh K. Ryan meliputi tiga

bentuk penerimaan yaitu:

Upah jasa personal

Pendapatan dari harta

Pendapatan dari aktifitas bisnis

Dalam hal ini, K. Ryan mengecualikan penerimaan yang bersifat alami sebagai

modal.

Penggambaran tersebut menjelaskan bahwa esensi dari pendapatan yaitu harus

direalisasikan, potensi saja tidak cukup. Pendapatan menimbulkan pemisahan dan

realisasi. Sebuah investasi dikatakan belum memberikan pendapatan sampai ada

pemisahan yang menimbulkan keuntungan yang terealisasi.

Dalam mengahadapi permasalahan tersebut, para akuntan mengadopsi sikap

konservatif yang menghasilkan prinsip pengakuan atau realisasi pendapatan.

Michael Chatfield dalam bukunya A History of Accounting Thought (1977)

menyebutkan, penggunaan kata “realisasi” secara resmi pertama kali dilakukan

dalam korespondensi antara sebuah komite khusus The American Institute dengan

New York Stock Exchange. Komite khusus tersebut mendukung kriteria realisasi dan

menolak metode penilaian apraisal. Setelah itu, kenaikan nilai hasil revaluasi aset

tetap tidak diperbolehkan dalam U.S. GAAP. Walaupun demikian, hal ini tetap

muncul di U.K. dan Australia sebelum pemberlakuan standar IASB pada 2005.

2. Kriteria Pengakuan Pendapatan

Setiap perubahan nilai membutuhkan bukti objektif yang cukup agar dapat dicatat

sebagai pendapatan. Sedangkan, pengakuan pendapatan dapat terjadi pada

beberapa tahap dalam siklus operasi/pendapatan perusahaan. Baik dalam tahap

produksi, tahap penerimaan pesanan setelah produksi, tahap pengiriman barang

pada pelanggan atau pada tahap penerimaan kas.

Page 5: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

Kita perlu merumuskan kriteria untuk membantu kita memutuskan apa bukti obyektif

yang cukup dalam memastikan apakah pendapatan atau keuntungan harus diakui.

Kriteria pengakuan didasarkan pada kebutuhan relevansi dan kehandalan informasi

akuntansi. 

Tiga criteria tersebut adalah (1) Keterukuran nilai aset; (2) Keterjadian transaksi dan

(3) Penyelesaian substansi proses pendapatan.

(1) Keterukuran Nilai Aset

Keterukuran nilai aset adalah kriteria yang layak dalam pengakuan pendapatan

karena pendapatan dapat dilihat sebagai arus masuk yang meningkatkan nilai

total aset perusahaan, yang sejalan dengan peningkatan ekuitas. Jika tidak

terdapat arus masuk maka pendapatan tidak dapat diukur secara obyektif.

Dalam penggunaan pengukuran nilai wajar dalam standar seperti IAS 39/AASB

139 Financial Instruments: Recognition and Measurement, IAS 40/AASB 140

Invesment Property and IAS 41/AAS 141 Agriculture juga berfokus pada

kenaikan nilai aset tanpa arus masuk aset aktual atau fisikal. Dalam memenuhi

isu obyektifitas, diperlukan basis yang valid dalam mengukur kenaikan tersebut.

Page 6: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

Kebutuhan akan pengukuran yang handal dan dapat diverifikasi, mendorong

pendekatan konservatif bahwa kenaikan nilai aset dicatat pada saat benar-benar

tereralisasi. Dalam akuntansi nilai wajar, perubahan nilai aset dilaporkan

sebagai beban atau pendapatan dari menahan aset. Hal ini konsisten dengan

pendekatan akuntansi akrual, namun inkonsisten dengan konservatisme biaya

historis dan konsep realisasi. Pengakuan kenaikan nilai aset lebih mudah

dipraktekan jika terdapat pasar atas aset tersebut.

FASB menyatakan bahwa pendapatan dan keuntungan secara umum tidak

diakui sampai terealisasi atau dapat terealisasi. Terealisasi berarti aset yang

diterima adalah kas atau setara kas, sedangkan dapat terealisasi berarti aset

yang diterima siap diubah menjadi sejumlah kas atau setara kas. Pada

umumnya, aset yang diterima dari transaksi penjualan dan dicatat sebagai

penjualan. Paton dan Littleton menjelaskan, dalam sudut pandang umum, aset

tersebut berbentuk likuid seperti kas atau piutang.

Dari penjelasan diatas muncul dua istilah yaitu pengakuan dan realisasi.

Realisasi diartikan sebagai peristiwa berubahnya saham menjadi kas, aset tetap

menjadi uang atau penerimaan kas dari aktifitas penjualan atau sejenisnya.

Substansi dari realisasi adalah penerimaan kas atau setara kas ke perusahaan.

Sedangkan pengakuan adalah tindakan sah atas suatu keberadaan. Pengakuan

membutuhkan arus masuk suatu aset atau perubahan nilai suatu aset yang

terukur. Pengakuan dapat terjadi pada berbagai titik dalam proses bisnis.

The American Accounting Association (AAA) mengungkapkan alasan FASB

menentukan standar yaitu pemenuhan sifat terealisasi atau dapat terealisasi

sebelum suatu pendapatan dapat diakui adalah untuk mencegah manajemen

mengurangi modal usaha dengan membayarkan deviden pada saat aset likuid

perusahaan rendah. Dengan kata lain, prinsip tersebut menjamin deviden dapat

dibayarkan dari laba.

Penggunaan kriteria keterukuran suatu aset berhubungan dengan sifat

kolektabilitasnya. Semakin lama periode pengumpulannya, semakin besar

ketidakpastian kas dapat dikumpulkan. Penentuan tingkat kolektifitas adalah

sesuatu yang penting dalam pengakuan pendapatan.

Coombes dan Martin dalam buku An Introduction to Accounting (1987)

berpendapat, jika resolusi ketidakpastian diterima mendasari kriteria pengakuan

pendapatan, keterukuran dan ketetapan harus dipenuhi sebelum ketidakpastian

Page 7: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

dipecahkan. Keterukuran berhubungan dengan kemampuan obyektif (tidak bias)

dalam menilai penjualan. Ketetapan berarti, sekali diakui, maka seharusnya tidak

ada alasan setelahnya untuk membalikan pendapatan dari akunnya.

(2) Keterjadian Sebuah Transaksi

Ketika dalam suatu transaksi ada pihak luar yang bersedia membayar harga

yang ditentukan sebuah perusahaan atas produk mereka, transaksi tersebut

memberikan bukti yang cukup atas keanikan nilai perusahaan. Pihak luar

tersebut memberikan pembenaran atas nilai output perusahaan. Jika

perusahaan menjadi bagian langsung dari transaksi tersebut, maka basis biaya

historis adalah yang paling tepat dalam penilaian aset. Sebaliknya, para

pendukung basis biaya sekarang dan harga keluaran berargumen bahwa,

perusahaan tidak harus menjadi bagian langsung dari transaksi, transaksi pasar

secara umum sudah cukup. Dalam hal ini, aset dapat direvaluasi dan

keuntungan dicatat sebelum transaksi penjualan.

Sebagian besar akuntan percaya bahwa, sebuah transaksi pasar, walaupun

tidak melibatkan perusahaan secara langsung, memberikan bukti yang cukup

atas nilai persediaan perusahaan. Para akuntan mengakui bahwa bukti obyektif

yang cukup muncul sebelum transaksi penjualan. Output tersebut secara praktis

dijamin akan terjual. Poin penting pada faktor kritisnya bukan pada transaksi itu

sendiri.

Pada kasus tertentu, hal ini menjadi tidak handal. Namun, kita tidak dapat

meminta pada seluruh kasus agar sebuah perusahaan berpartisipasi langsung

dalam transaksi sebelum pendapatan atau keuntungan dapat diakui.

(3) Penyelesaian Substansi Proses Pendapatan

Kriteria ini berfokus pada nosi bahwa pendapatan tidak diakui sampai

perusahaan melakukan sebagian besar aktifitas yang mana perusahaan dapat

menerima pendapatan. Setelah perusahaan menyelesaikan aktifitas tersebut,

maka biayanya dapat ditentukan. Bukti obyektif yang dibutuhkan dalam

mendukung kenaikan nilai berhubungan dengan penentuan biaya.

Penggunaan kriteria ini menghadapi kenyataan bahwa pendapatan dapat terjadi

dari beberapa aktifitas, dari aktifitas produksi sampai penjualan dan merupakan

proses berkelanjutan. Permasalahan yang timbul adalah dalam memilih titik

penyelesasian dalam proses pendapatan tersebut.

Page 8: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

J. Myers dalam buku Accounting Review (1959) menganjurkan kriteria “titik kritis”

yang menyebutkan bahwa, laba/keuntungan diterima pada saat keputusan paling

kritis diambil atau penyelesaian tugas yang paling berat dalam sikuls transaksi

yang lengkap.

C. Revenue Measurement

Pendapatan diukur atas dasar jumlah nilai wajar yang diterima atau ditagihkan dengan

memperhitungkan jumlah potongan perdagangan dan volume rabat yang diperbolehkan

suatu entitas. Adapun cara terbaik untuk mengukur pendapatan adalah dengan

menggunakan nilai tukar (exchange value) dari barang atau jasa. Nilai tukar barang

atau jasa diukur dengan cash equivalent atau present value dari tagihan-tagihan yang

diharapkan dapat diterima. Dengan kata lain, pendapatan diukur dalam nilai uang atau

sejumlah uang yang akhirnya akan diterima sebagai hasil dari suatu proses transaksi

pendapatan (ukuran bersih).

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat

diterima. Nilai wajar merupakan suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar

atau suatu kewajuban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan

untuk melakukan transaksi wajar.

Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh

persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah

tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima

perusahaan dikurangi dengan jumlah diskon yang diperolehkan oleh perusahaan.

Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara dengan kas dan jumlah

pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima.

Namun, bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan

tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau yang dapat

diterima. Perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui

sebagai pendapatan bunga.

Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima

dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas

nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat

ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas,

karena itu tidak termasuk dalam pendapatan. Begitu pula dalam hubungan keagenan,

arus masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang di tagih atas nama prinsipal,

Page 9: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

tidak mengakibatkn kenaikan ekuitas perusahaan, karena itu bukan merupakan

pendapatan hanyalah komosi yang diterima dari prinsipal.

Berikut ini ada berbagai macam dasar pengukuran terhadap pendapatan antara lain :

1) Cash Equivalent

Jumlah rupiah kas penghargaan produk yang terjuak baru akan menjadi

pendapatan yang sepenuhnya setelah produk yang terjual baru akan diproduksi

dan penjualan benar-benar terjadi.

2) Nilai setara kas

Jumlah rupiah kas yang diperkirakan akan diterima atau dibayarkan pada masa

mendatang dari hasil penjualan aktiva dalam kegiatan normal perusahaan.

3) Harga dibawah harga pasar,

Harga pasar yang berlaku sekarang tetap, nilainya dibawah harga semula.

4) Harga pasar

Harga jual bersih yang diperkirakan dikurangi biaya simpanan, biaya penjualan,

dan biaya penyerahan produk.

5) Harga kesepakatan

Harga dimana yang merupakan kesepakatan dengan pelanggan dari setiap

jumlah rupiah penjualan yang disepakati dengan pelanggan.

1. Pendapatan atas penjualan barang (menurut IAS 18)

Pendapatan (revenue) dari penjualan barang harus diakui hanya bilamana seluruh

kondisi ini terpenuhi :

a. Risiko dan imbalan yang signifikan dari kepemilikan atas barang tersebut yang

telah ditransfer oleh entitas kepada pembeli.

b. Entitas tidak memiliki kendali yang efektif atas barang sudah dijual atau tidak

memiliki keterlibatan menajerial yang berkelanjutan hingga suatu tingkatan yang

biasanya berhubungan denga kepemilikan.

c. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal

d. kemungkinan besar imbalan secara ekonomi yang terkait dengan transaksi yang

akan mengalir kepada entitas tersebut; dan

e. biaya yang terjadi atau akan terjadi dalam kaitan dengan transaksi dapat diukur

dengan andal.

2. Pendapatan dari penyerahan jasa (Menurut IAS 18)

Pendapatan (revenue) dari penyerahan jasa harus diakui melalui rujukan kepada

tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan bilamana:

Page 10: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

a. Jumlah pendapatan (revenue) dapat diukur dengan andal.

b. Kemungkinan bahwa imbalan ekonomis yang terkait dengan trasaksi akan

mengalir ke dalam entitas.

c. Tahapan penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur

dengan andal.

d. Biaya yang terjadi atas transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transakasi dapat

diukur dengan andal

Secara garis besar, Kerangka Kerja IASB (cikal-bakalnya IFRS) mengikutsertakan

“gain” dan “revenue” sebagai bagian dari “income”. Dalam IAS 18, revenue itu sendiri

didefinisikan sebagi pendapatan yang timbul dari aktivitas normal suatu entitas—baik

perseorang atau badan usaha yang melakukan aktivitas usaha—dalam berbagai

varian, mungkin disebut:

Penjualan;

Fee;

Bunga;

Dividend;

Royalti

Mengenai besarnya pendapatan yang diakui, IAS 18 menyatakan bahwa,

pendapatan diukur pada nilai wajar piutang atau kemungkinan pendapatan yang

diterima, setelah dikurangi diskon maupun potongan (rebate) yang diberikan kepada

pembeli atau pelanggan.

Kapan pengakuan pendapatan dilakukan, menurut IFRS? Menurut IAS 18,

pendaptan diakui saat risiko yang melekat pada barang/jasa (yang diperjualbelikan)

berpindah ke pembeli atau pengguna jasa.

Mengenai saat pengkuan pendapatan, IFRS memberikan 2 ketentuan utama dan

beberapa ketentuan tambahan, sebagai berikut:

a. Pengakuan Pada Titik Penyerahan (at point of delivery) – Perusahaan atau

seseorang hanya mengakui pendapatan ketika barang/jasa diserahkan ke

pembeli atau pelanggan

b. Pengkuan Pada Saat Pembayaran (at time of payment) – Bisa dibilang prosedur

yang kedua ini merupakan penyempurna prosedur yang pertama di atas. Di sini

disebutkan bahwa: meskipun barang/jasa telah diserahkan secara penuh (dan

risiko yang melekat pada barang/jasa telah berpindah ke pembeli), jika kepastian

pembayaran belum diperoleh, maka pendapatan belum bisa diakui.

Page 11: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

3. Disamping 2 ketentuan utama tadi, IFRS juga menyertakan beberapa ketentuan

tambahan—yang mungkin membuat ketetuan pengakuan pendapatan versi IFRS ini

menjadi lebih gamblang. Dalam ketentuan tambahan, pendapatan dapat diakui oleh

seorag penjual barang/jasa bila:

a. Tidak Ada Kewajiban Membantu Pembeli Untuk Menjual – Penjual bisa

mengakui pendapatan bila tidak memiliki kewajiban untuk membantu pembelinya

dalam menjual kembali barangnya kepada pihak ketiga. Dengan kata lain,

kewajiban berakhir saat barang diserahkan ke pembeli. Dalam kasus konsinyasi

misalnya, suatu perusahaan belum bisa mengakui pendapatan pada saat

mengirimkan barangnya ke toko, melainkan masih harus menunggu hingga pihak

tokonya berhasil menjual barang tersebut kepada konsumen akhir.

b. Kerusakan Barang Tidak Mempengaruhi Komitmen Pembayaran – Penjual

bisa mengakui pendapatan bila kerusakan setelah penyerahan tidak

mempengaruhi komitmen pembeli untuk membayar secara penuh. Dalam kasus

penjualan barang bergaransi, penjual bisa memilih salah satau cara berikut ini:

1) Pendapatan diakui ketika barang diserahkan, asalkan porsi ‘potensi-beban-

atas-garansi’ sudah dialokasikan ke dalam harga jual dan mengakui kewajiban

garansi (secara terpisah) saat pengakuan pendapatan dilakukan

2) Pendapatan diakui setelah masa garansi berakhir, sehingga ketahuan

berapa porsi garansi yang harus dibebankan

c. Transaksi Jual-beli Harus Dengan Entitas Lain – Dalam pengertian tidak

memiliki hubungan istimewa (misal: perusahaan induk dengan cabang). Transaksi

jual-beli antara perusahaan induk dengn cabang dianggap perdangan dalam

perusahaan (inter-company) dan harus dieliminasi dari laporan keuangan.

Bagaimana dengan penjualan barang secara konsinyasi?apakah pendapatan atas

penjualan tersebut bisa kita akui sebagai pendapatan sesuai dengan PSAK 23?

Jawabannya adalah tidak bisa karena pada penjualan konsinyasi, tidak terdapat

perpindahan risiko baik secara keseluruhan atau secara signifikan dibuktikan dengan

masih diakuinya penjualan konsinyasi tersebut sebagai persediaan penjual,

kemudian penjual juga belum bisa memastikan berapakah jumlah barang yang

terjual.

Pada kasus lain, biasanya ketika terjadi penjualan barang disertakan perjanjian

mengenai retur karena barang rusak atau barang tidak sesuai dengan spesifikasi

Page 12: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

yang diminta oleh pembeli, dalam hal ini menurut ketentuan PSAK 23 dan IAS 18,

penjual bisa saja mengakui pendapatan atas penjualan barang tersebut selama:

a. Penjual bisa mengestimasi berapakah jumlah retur secara handal

b. Biaya yang menyertai penjualan dan retur tersebut bisa diestimasi

Jika kedua kriteria diatas tidak bisa dipenuhi oleh penjual maka penjual belum bisa

mengakui pendapatan, namun biaya yang timbul dalam rangka memperoleh

pendapatan harus diakui sebagai beban berjalan.

Penentuan kapan entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan secara

signifikan kepada pembeli memerlukan pengujian. Pada umumnya, pemindahan

risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang bersamaan dengan

pemindahan hak milik atau penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli.

Seperti misalnya pada transaksi penjualan secara ecer, dalam kasus lain

pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang berbeda dengan

pemindahan hak milik atau penguasaan atas barang tersebut. Jika entitas menahan

risiko signifikan dari kepemilikan, maka transaksi tersebut bukanlah penjualan dan

pendapatan tidak diakui. Entitas dapat menahan risiko dan manfaat kepemilikan

secara signifikan dalam berbagai cara, diantaranya adalah:

a. Jika entitas menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal

yang tidak memuaskan yang tidak dijamin oleh ketentuan jaminan normal.

b. Jika penerimaan pendapatan dari penjualan bergantung pada pendapatan

pembeli dari penjualan barang yang bersangkutan.

c. Jika pengiriman barang barang bergantung pada instalasinya dan instalasi

tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan

entitas dan

d. Jika pembeli berhak membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang

ditentukan dalam kontrak dan entitas tidak dapat memastikan apakah akan

terjadi retur.

Sebaliknya jika entitas yang menjual barang hanya menahan risiko tidak signifikan

atas kepemilikan, maka transaksi tersebut adalah penjualan dan pendapatan dapat

diakui. Misalnya entitas yang hanya menahan risiko yang tidak signifikan dari

kepemilikan dalam hal penjualan eceran dengan syarat dapat dikembalikan jika

pelanggan tidak puas dan penjual dapat mengestimasi secara handal berapakah

jumlah penjualan yang kembali (jumlah retur) berdasarkan data historis yang ada.

Page 13: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

Jika dalam suatu transaksi penjual tidak dapat mengestimasi berapakah jumlah

penjualan yang mungkin akan terjadi dan penjual juga tidak bisa mengestimasi

berapakah biaya yang timbul setiap imbalan yang masuk atas penjualan tersebut

tidak boleh diakui sebagai pendapatan tetapi diakui sebagai kewajiban (pendapatan

diterima dimuka, dicatat disisi kewajiban).

4. Bunga, royalti, dan dividen

Diatas disebutkan bahwa PSAK 23 ini juga mengatur pendapatan yang berupa

bunga, royalty, dan dividen. Kriteria pengakuan pendapatan untuk ketiga hal ini

secara garis besar masih sama dengan kriteria pengakuan pendapatan yang telah

dijelaskan diatas, namun secara spesifik bunga, royalty dan dividen bisa diakui

sebagai pendapatan jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan

transaksi tersebut akan mengalir ke entitas dan Jumlah pendapatan dapat diukur

secara handal.

Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:

a. Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif sebagaimana dijelaskan

dalam PSAK 55 (revisi 2006). Instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran .

b. Royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang

relevan;dan

c. Dividen diakui jika pemegang hak saham pasti akan mendapatkan pembayaran

yang telah ditetapkan sesuai dengan perjanjian.

Ketentuan lain menyebutkan jika pendapatan bunga yang belum dibayar telah diakui

sebelum pembelian investasi yang berbunga, maka penerimaan bunga kemudian

dialokasikan antara periode sebelum dan sesudah pembelian dan hanya bagian

setelah pembelian yang diakui sebagai pendapatan. Royalti diakru sesuai dengan

syarat perjanjian yang relevan dan pendapatan juga diakui umumnya dengan dasar

tersebut kecuali dengan memperhatikan substansi perjanjian akan lebih sesuai untuk

mengakui pendapatan atas dasar sistematis dan rasional lain.

Dalam hal pengungkapan pendapatan di dalam laporan keuangan, entitas harus

mengungkapkan beberapa hal berikut ini:

a. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk

metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi

penjualan jasa;

Page 14: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

b. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode

tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari: penjualan barang, penjualan

jasa, bunga, royalty, dan dividen.

c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup

dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.

D. Guidance From Standard Setters

1. Bimbingan dari Penyusun Standar

Kerangka Kerja membagi dua kriteria pengakuan pendapatan:

a. Kemungkinan (probable) manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan

aset tersebut

b. memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal

Disini bagaimana kerangka atau framework membuat arahan atau petunjuk

bagaimana mengakui pendapatan. Menurut Australian Accounting Standards Board

(AASB 118) Revenue lebih spesifik. menyatakan bahwa pendapatan yang harus

diukur pada nilai wajar imbalan yang sudah diterima atau mungkin diterima.

Aturan khusus untuk pengakuan dari pendapatan dibagi menjadi beberapa jenis:

Sale of Goods (Penjualan Barang)

Pendapatan yang timbul dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kriteria

berikut ini telah terpenuhi: [IAS 18.14]

a. penjual telah mengalihkan kepada pembeli risiko secara signifikan dan manfaat

kepemilikan

b. penjual tetap tidak lagi mengelola untuk tingkat biasanya berhubungan dengan

kepemilikan atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual

c. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal

d. besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan

mengalir kepada penjual, dan

e. biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transaksi penjualan dapat

diukur dengan andal

Berdasarkan hukum, penjualan adalah saat produk disampaikan oleh penjual kepada

konsumen atau saat pelayanan diberikan.

Menurut Martin’Bukti yang dapat diverifikasi pendapatan sering terdiri dari transaksi

penjualan eksternal, sehingga pendapatan biasanya tidak dapat diakui sebelum titik

Page 15: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

penjualan. Pada beberapa entitas, penjualan bukan saat pemindahan barang akan

tetapi saat pemindahan dokumen.

Berdasarkan IAS 17/AASB117 Leases, hal utama yang menentukan saaat penjualan

adalah substansi economi dari transaksi bukan berdasarkan hukum.

Contohnya pada transaksi leasing, saat lessor menyerahkan barangnya kepada

lessi, maka akan diakui pendapatan penjualan dan biaya penjualan.

Pengecualian Penjualan

Ada 3 pengecualian pengakuan penjualan yaitu:

a. Pendapatan diakui selama proses produksi

b. Pendapatan diakui di akhir proses produksi

c. Pendapatan diakui saat uang diterima setelah penjualan dilakukan.

a. Pengakuan diakui selama proses produksi

Pengakuan diakui selama proses produksi selama produksi masih berlangsung.

Menurut IAS18/AASB 118, pengakuan pendapatan berdasarkan persentasi

penyelesaian pekerjaan. IAS11/AASB 111Construction Contracts menyediakan

petunjuk bagaimana menggunakan metode Kontrak konstruksi jangka panjang.

Hal ini dilakukan karena memenuhi syarat utama pengakuan pendapatan yaitu

“Pendapatan dapat diakui saat Kemungkinan (probable) manfaat ekonomis di

masa depan berkenaan dengan aset tersebut (IAS18/AASB118 Paragrap 22).

Menurut IAS11/AASB 111, terdapat 3 cara untuk membantu menentukan langkah

kontrak penyelesaian yaitu:

1) Proporsi biaya pada kontrak termasuk biaya yang telah dilaksanakan sampai

estimasi total biaya

2) Survey pekerjaan yang sudah dilaksanakan

3) Penyelesaian proporsi pisik pekerjaan

b. Pengakuan diakui pada akhir produksi

Pengakuan Pendapatan pada akhir produksi bisa dilakukan jika penjualan adalah

sudah dapat diperkirakan dan secara rutin dapat diperhitungkan dan produksi

merupakan hal yang penting. Situasi ini ada jika permintaan akan output sudah

dapat dijamin.

c. Pengakuan saat kas diterima setelah Penjualan

Pengakuan ini dapat terjadi pada metode angsuran dan “cost Recovery Method”

dimana pengakuan pendapatan diakui saat kas diterima setelah penjualan. Pada

metode angsuran, biaya produksi dialokasikkan berdasarkan rasio:

Page 16: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

Kas yang telah dikumpulkan selama periode

Total penjualan (total kas yang diekspektasikan)

Pada metode cost recovery, jumlah beban sama dengan pendapatan dan diakui

sampai semua biaya dapat dipenuhi.

Penerapan metode ini dikarenakan azas konservatif dimana penjualan hasil

produksi bukan merupakan bukti yang cukup bahwa pendapatan akan diperoleh.

Penjual tidak menjamin bahwa kas akan terkumpulkan semuanya dari penjualan.

Penyerahan Jasa

Menurut IAS 18/AASB 118 paragraf 20 bahwa pendapatan dari penyerahan jasa

harus diakui dengan mengacu pada tingkat penyelesaian transaksi tersebut pada

tanggal neraca.

Standar mengemukakan bahwa entitas pada umumnya mampu membuat estimasi

yang reliable, dan mampu mengakui pendapatan ketika telah memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. hak dilaksanakan masing-masing pihak mengenai layanan yang akan diberikan

dan diterima

b. pertimbangan untuk ditukarkan

c. cara dan persyaratan penyelesaian

Jasa mungkin dilakukan pada satu kegiatan pada waktu tertentu atau beberapa

kegiatan dengan waktu yang berbeda-beda.

a. Jika terdapat sebuah kejadian yang signifikan yang harus diselesaikan, maka

pengakuan tidak seharusnya menunggu kejadian selesai

b. Jika jasa terdiri dari sejumlah kegiatan yang tidak dapat ditentukan jumlahnya

pada periode tertentu, maka pengakuan seharusnya menggunakan metode garis

lurus. Pendapatan sebaiknya menggambarkan jasa yang telah diberikan.

E. Revenue recognition and measurement – standard setters’ current activities

Pembuat standar telah melakukan proyek-proyek baru dalam kaitannya dengan

pengakuan dan pengukuran pendapatan karena transaksi pendapatan tidak disajikan

dengan baik oleh literatur yang ada. Di samping itu, transaksi menjadi lebih kompleks,

misalnya perusahaan mungkin mengkombinasikan barang, jasa, dan transaksi

keuangan. Kemunculan aset dengan karakteristik berbeda (seperti instrumen

keuangan) dan penggunaan pengukuran nilai wajar yang lebih besar dalam standar

Page 17: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

yang lebih spesifik seperti IAS 39/AASB 139 Financial Instrument : Recognition and

Measurement, IAS 40/AASB 140 Investment Property dan IAS 41/AASB 141 Agriculture

telah menghasilkan ketertarikan dalam pengakuan pendapatan dan isu terkait

mengenai kapan dan bagaimana perubahan nilai aset dan kewajiban harus diakui dan

diukur.

Tabel berikut ini menunjukan bagaimana item yang mewakili income flows dapat

dipisahkan dari item yang mewakili remeasurements, yaitu, gain atau loss muncul

karena perubahan nilai aset atau kewajiban.

Example Item Income flow (income and

expenses other than

remeasurements)

Remeasurement

Inventory Impairment (normal

shrinkage)

Impairment (exceptional)

Tangible fixed asset Depreciation Impairment

Gain or loss on disposal

Investment property Interest Change in fair value

Agricultural asset Growth Change in fair value

Provisions Initial recognition Revisions to initial

recognition

Financial liability Interest Change in fair value

Superannuation plan Interest Actuarial gain/loss on

defined benefit plan

Debt instrument Interest Change in fair value

Equity instrument Dividend income

Change in fair value

1. Current revenue recognition projects

FASB dan IASB telah membuat suatu proyek untuk mengembangkan seperangkat

prinsip pengakuan pendapatan yang akan menghilangkan inkonsistensi dalam

literatur dan praktek yang telah disetujui. Proyek tersebut menangani isu-isu kunci

konseptual yang mendasari pelaporan keuangan, termasuk perbedaan antara

kewajiban dan ekuitas, pengakuan kewajiban (termasuk pedoman yang berkaitan

dengan definisi dan kriteria pengakuan), dan prinsip-prinsip umum untuk mengakui

pendapatan.

Page 18: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

FASB dan IASB telah menawarkan prinsip dasar untuk pengakuan dan pengukuran

pendapatan:

a. Entitas pelaporan harus mengakui dan mengukur pendapatan sebesar nilai

wajarnya pada tanggal munculnya pendapatan tersebut.

b. Entitas pelaporan harus mengukur pendapatan yang timbul dari meningkatnya

aset atau berkurangnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) sesuai nilai

wajarnya.

Prinsip tersebut adalah pengembangan dari panduan sebelumnya. Pengembangan

tersebut mencakup perubahan dalam penekanan di beberapa area, yang dapat

menyebabkan perubahan dalam praktek akuntansi.

a. Pendapatan diakui pada saat timbulnya, bukan pada saat realisasinya.

Ada penekanan pada waktu pengakuan pendapatan daripada realisasi

penerimaan.

b. Pendapatan timbul dari peningkatan nilai aset atau penurunan kewajiban.

Pendapatan dapat dihasilkan dari perubahan nilai aset yang terjadi dalam proses

produksi dan dari holding assets.

c. Pengakuan dan pengukuran pendapatan merefleksikan nilai wajar.

Pendekatan nilai wajar telah diadopsi sebagai prinsip kerja, tapi ini akan

terpengaruh di masa depan dengan keputusan dalam Measurement Project.

Pendekatan nilai wajar merupakan hal yang kontroversial dan tidak memiliki

dukungan bulat dari pembuat standar.

d. Pengukuran harus handal.

Konsisten dengan karakteristik kualitatif informasi keuangan yang termasuk

dalam Framework.

Ada 2 kriteria dalam mengakui pendapatan:

a. The elements criterion, yang mensyaratkan perubahan aset atau kewajiban yang

telah terjadi.

b. The measurements criterion, yang mensyaratkan perubahan aset atau kewajiban

dapat diukur dengan tepat.

Kriteria pengukuran tidak mengandung kriteria probabilitas. Keputusan untuk

tidak menggunakan kriteria probabilitas mencerminkan pandangan IASB bahwa

probabilitas harus menjadi bagian dari pengukuran unsur laporan keuangan dan

tidak harus menjadi kriteria untuk pengakuan. Keterukuran masih merupakan

elemen penting dalam kriteria baru, tapi ada sedikit penekanan pada

Page 19: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

penyelesaian substansial dari proses memperoleh laba. pendekatan yang

dilakukan dalam proyek ini adalah untuk fokus pada perubahan nilai aktiva dan

kewajiban daripada penyelesaian proses memperoleh laba.

2. Reporting financial performances

Menurut IASB, pendapatan dihasilkan dari perubahan nilai aset. Pendekatan ini

mencerminkan standar Australia sebelum 2005. AASB 1038 Life Insurance Business

mensyaratkan unrealised gain or losses muncul dari perubahan nilai aset yang

berkaitan dengan Life Insurance Business untuk diakui sebagai pendapatan dan

beban dalam periode ketika hal tersebut terjadi. AASB 1037 Self-Generating and

Regenerating Assets mensyaratkan bahwa perubahan nilai biological assets dan

produk non-living termasuk dalam laporan laba rugi. Dengan cara ini, item yang tidak

terpisahkan untuk menilai kinerja suatu entitas lebih tepat termasuk dalam laporan

laba rugi periode berjalan daripada diakui dalam periode berikutnya. Pendekatan ini

ditujukan untuk memberikan informasi untuk membantu pengguna laporan keuangan

memprediksi kinerja masa depan. Hal ini memberi cerminan kepada pembuat

standar bahwa keuntungan dan kerugian, baik yang telah terealisasi maupun yang

belum, diakui dalam periode berjalan.

Dibawah standar IASB yang diadopsi di Australia sejak 1 Januari 2005, gain and

losses yang timbul dari remeasurement assets dapat dimasukkan dalam pendapatan

(melalui laporan laba rugi) atau langsung dalam ekuitas (melalui laporan perubahan

ekuitas). Standar yang memungkinkan atau memerlukan pengukuran aset yaitu IAS

16/AASB 116 Property, Plant and Equipment, IAS 39/AASB 139 Financial

Instruments: Recognition and Measurement, IAS 40/AASB 140 Investment Property,

IAS 41/AASB 141 Agriculture and IAS 19/AASB 119 Employee Benefits.

Penggunaan pengukuran nilai wajar yang lebih besar dalam standar berarti bahwa

keuntungan dan kerugian diakui pada periode di mana mereka terjadi, terlepas dari

apakah terealisasi atau tidak. akibatnya, FASB dan IASB telah mengalihkan

perhatian mereka ke bagaimana cara terbaik untuk menampilkan informasi tentang

item pendapatan dalam laporan keuangan suatu entitas.

REFERENSI

[1] IASPLus

Page 20: Paper Teori Akuntansi Revenue and Recognition

http://www.iasplus.com/en/standards [2] Accounting Theory. Edisi ke-6, Godfrey, Hodgson, Holmes, Tarca