paper studi kasus gerakan tanah

Upload: putra-fajar-febrianto

Post on 19-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

trhytrr

TRANSCRIPT

PAPER STUDI KASUSGEOLOGI TEKNIKGERAKAN TANAH

Disusun Oleh :Putra Fajar Febrianto 21100111140085

LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIKPROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANGSEPTEMBER 2013

BAB IARTIKEL STUDI KASUS

6 KELURAHAN SEMARANG MASIH RAWAN LONGSOROLEH : LANANG WIBISONOTANGGAL : 21 JUNI 2013

Adaenam kelurahan di Kecamatan Semarang Barat yang sampai saat ini masih terdata sebagai daerah rawan longsor. Camat Semarang Barat M Khadik mengatakan, daerah yang masuk kategori rawan yaitu Ngemplak Simongan, Bongsari, Manyaran, Kembangarum, Kalibanteng Kidul dan Bojong Salaman. Daerah tersebut masuk sebagai wilayah rawan longsor karena keberadaan tebing yang di sekitarnya ada wilayah pemukiman. Karena itu pihaknya mengimbauagarwarga yang tinggal di wilayah rawan longsor untuk lebih berhati-hati, khususnya ketika terjadi hujan deras. "Karena daerah tersebut merupakan daerah perbukitan," ujarnya, Jumat (21/6). Melihat di wilayahnya beberapa kali terjadi longsor, Khadik juga menggajak warga Semarang Barat untuk menjaga lingkungan dengan melakukan penghijauan dan menjaga kelancaran draniase. "Karena longsor yang sering terjadi juga dikarenakan penghijauan dan drainase yang kurang baik. Sehingga air yang mengalir liar akan menyebabkan tanah mudah longsor," katanya. Saat ditanya terkait rumah Sudarmaji yang sudah dibongkar, Khadik mengatakan, pihak kecamatan sedang mengupayakan pembangunan ulang. "Sedangkan bantuan sudah disalurkan dari berbagai pihak. Di antaranya Kecamatan Semarang Barat membantulimakarung beras, pemkot menyalurkan dana Rp 2 juta, BPBD Kota memberikan karung pasir untuk pembangunan talud sementara. Bantuan tidak hanya dari pemerintah saja, tapi juga datang dari warga sekitar dan dari Koramil," beber Khadik. Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Iwan Budi Setyawan mengatakan, di Kota Semarang ada beberapa titik wilayah rawan longsor. Di antaranya Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Gajah Mungkur dan Kecamatan Ngaliyan. Namun demikian, tidak semua kelurahan di kecamatan tersebut merupakan wilayah rawan longsor. "Di Semarang Barat wilayah longsor ada di beberapa titik, salah satunya di Simongan. Sedang di Gajahmungkur rawan longsor di Lempongsari," jelasnya.

BAB IIPEMBAHASAN

Pengertian longsoran (landslide) dengan gerakan tanah (mass movement) mempunyai kesamaan. Gerakan tanah ialah perpindahan massa tanah/batuan pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula yang terjadi akibat dari adanya gangguan kesetimbangan pada saat itu. Gerakan tanah mencakup gerak rayapan dan aliran maupun longsoran. Jadi longsoran adalah bagian gerakan tanah. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Berikut faktor-faktor penyebab terjadinya tanah longsor :1. Hujan Ancaman, tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.2. Lereng terjal, lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.3. Tanah yang kurang padat dan tebal, jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.4. Batuan yang kurang kuat, batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.5. Jenis tata lahan, tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.6. Getaran, getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.7. Susut muka air danau atau bendungan, akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.8. Adanya beban tambahan, adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.9. Pengikisan/erosi, pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.10. Adanya material timbunan pada tebing, untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.11. Penggundulan hutan, tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.

Dalam paper ini akan dibahas lebih jauh penyebab-penyebab terjadinya longsor yang terdapat pada daerah Semarang seperti yang tercantum dalam artikel di atas. Selain itu akan dibahas pula solusi dari permasalahan tersebut. Kota Semarang merupakan salah satu kota besar yang berada di pesisir utara Pulau Jawa. Kota ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu Semarang Atas dan Semarang Bawah. Dahulu Semarang bawah masih berupa lautan. Seiring dengan aktivitas geologi maka terbentuklah suatu daratan yang sekarang disebut Semarang bawah, dimana Semarang bawah terbentuk dari endapan alluvium yang masih muda. Daerah Semarang rawan akan bencana longsor baik diakibatkan oleh aktivitas alami maupun karena ulah manusia. Di Semarang, adanya longsor diakibatkan oleh 3 faktor utama yaitu :1. Struktur tanah yang masih labilDikarenakan Semarang Bawah terbentuk dari tanah alluvium yang masih muda sehingga tingkat kelabilan masih tinggi1. Pengambilan Air Bawah Tanah yang berlebihan dan tidak terkontrolKurang tegasnya pemerintah dalam membatasi penggunaan Air Bawah Tanah, sehingga pengambilan air tanah tidak terkontrol. 1. Beban berat bangunan diatas pemukaan tanahSemakin banyaknya bangunan maupun pemukiman yang terdapat di Semarang dan masih terpusat di kawasan tertentu juga menjadi penyebab bertambahnya beban yang ditopang tanah. Belum lagi pemukiman-pemukiman yang dibangun di daerah rawan longsor seperti pada daerah tebing terjal dengan struktur batuannya yang tidak terlalu kuat. Jenis gerakan tanah yang terjadi dalam masalah ini adalah longsoran (slides). Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di daerah penelitian adalah disebabkan oleh faktor alamiah geomorfologi dan stratigrafi. Faktor alamiah yang menjadi faktor pemicu adalah curah hujan yang tinggi. Untuk itu ada baiknya pemerintah pusat daerah semarang mewacakan program relokasi bagi pemukiman-pemukiman warga yang terdapat di daerah rawan bencana longsor tersebut karena akan sangat membahayakan bagi pemukim yang tinggal di daerah tersebut khususnya ketika curah hujan tinggi. Karena dapat dimungkinkan terjadinya longsoran secara tiba-tiba akibat dari gaya berat yang meningkat karena air meresap ke dalam tanah yang menyebabkan bertambahnya massa pada bidang batuan dasar dan bidang gelincir sehingga tebing-tebing tersebut tidak mampu menahan massa tanah. Solusi lainnya adalah dengan cara meningkatkan stabilitas lereng. Ada beberapa cara untuk meningkatkan stabilitas lereng ini yaitu :1. Memperkecil gaya penggerakGaya penggerak dapat diperkecil dengan merubah bentuk lereng yaitu dengan cara membuat lereng lebih landai, memperpendek tinggi lereng, meniadakan beban yang memberati puncah, drainase dan pemotongan dinding.2. Memperbesar gaya penahanDapat dilakukan dengan cara metode penguatan tanah, diantaranya menambahkan berat tambahan di kaki lereng, tembok penahan atau dinding penahan tanah. Itulah solusi-solusi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir potensi negatif yang mungkin timbul akibat dari terjadinya longsor tersebut. Dan alangkah lebih baiknya apabila pembangunan bangunan maupun pemukiman harus memenuhi standar syarat keselamatan yang dapat dilakukan salah satunya dengan analisis secara geologi. BAB IIIKESIMPULAN

Gerakan tanah ialah perpindahan massa tanah/batuan pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula yang terjadi akibat dari adanya gangguan kesetimbangan pada saat itu. Gerakan tanah mencakup gerak rayapan dan aliran maupun longsoran. Jadi longsoran adalah bagian gerakan tanah. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di daerah penelitian adalah disebabkan oleh faktor alamiah geomorfologi dan stratigrafi. Faktor alamiah yang menjadi faktor pemicu adalah curah hujan yang tinggi. Untuk itu perlu dilakukan relokasi pemukiman pada daerah yang rawan longsor atau dapat dilakukan peningkatan stabilitas lereng untuk mencegah dampak negatif dari terjadinya longsor tersebut

DAFTAR PUSTAKA

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/06/21/161689/Enam-Kelurahan-Masih-Rawan-Longsor (Diakses pada hari Minggu, 29 September 2013 pukul 17.10 WIB)http://www.slideshare.net/diyantiai/studi-pustaka-gerakan-tanah (Diakses pada hari Minggu, 29 September 2013 pukul 17.10 WIB)