paper review fiskal amirullohdwif 1206214103

21
REVIEW PAPER FISCAL Administrative Overspending in Indonesian Districts : The Role of Local Politics Disusn oleh Amirulloh Dwi Febriyanto 1206214103 Di ajukan untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Perekonomian Indonesia Kelas C FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS Review Paper Fiskal_2015 i

Upload: amirulloh-dwi-febriyanto

Post on 10-Apr-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

REVIEW PAPER FISCALAdministrative Overspending in Indonesian Districts : The Role of Local Politics

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

REVIEW PAPER FISCAL

Administrative Overspending in Indonesian Districts : The Role of Local Politics

Disusn oleh

Amirulloh Dwi Febriyanto

1206214103

Di ajukan untuk memenuhi tugas akhir

Mata Kuliah

Perekonomian Indonesia Kelas C

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

MEI 2015

Review Paper Fiskal_2015 i

Page 2: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

STATEMENT OF AUTHORSHIP

“ Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Review Paper Fiscal

dengan judul “Administrative Overspending in Indonesian Districts : The Role of

Local Politics” terlampir ini adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada

pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi

ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan pada mata ajaran lain

kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menggunakannya. Saya

memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau

dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Nama : Amirulloh Dwi Febriyanto

NPM : 1206214103

Tandatangan :

Mata Ajaran : Perekonomian Indonesia

Judul Paper : “Administrative Overspending in Indonesian Districts :

The Role of Local Politics”

Tanggal : 29 Mei 2015

Dosen : 1. Prof . Dr. M. Arsjad Anwar S.E.

2. Prof. Dorodjatun K Jakti S.E., M.A., Ph.D.

Review Paper Fiskal_2015 ii

Page 3: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas nikmat, karunia,

dan izinNya sehingga tugas review paper dengan judul “Administrative

Overspending in Indonesian Districts : The Role of Local Politics” ini dapat

dselesaikan.

Review Paper Fiscal ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas

Mata Kuliah Perekonomian Indonesia . Dalam penyelesaian, saya tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih pada:

1) Prof . Dr. M. Arsjad Anwar S.E.. selaku dosen Mata kuliah Perekonomian

Indonesia yang membimbing dan membantu secara langsung maupun tidak

langsung dalam proses pembuatan tugas review paper ini

2) Prof. Dorodjatun K Jakti S.E., M.A., Ph.D. selaku dosen Mata kuliah

Perekonomian Indonesia yang membimbing dan membantu secara

langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan tugas review

paper ini

3) Fauziah Ph.D. selaku dosen Mata kuliah Perekonomian Indonesia yang

membimbing dan membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam

proses pembuatan tugas review paper ini

4) Jaysa Prana Rafi, selaku asisten dosen yang membimbing dan membantu

secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan tugas

paper ini

5) Orang tua dan teman-teman kami, yang telah memberikan bantuan moril

maupun materiil dalam pembuatan maklah studi kasus ini

Penulis menyadari bahwa paper ini masih memiliki kekurangan. Untuk

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Depok, 29 Mei 2015

Penulis

Review Paper Fiskal_2015 iii

Page 4: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................. i

Statement Of Authorship............................................................................. ii

Kata Pengantar............................................................................................. iii

Daftar isi....................................................................................................... iv

1. Pendahuluan............................................................................................. 1

2. Dasar Teori............................................................................................... 1

3. Informasi Latar Belakang Desentralisasi dan Demokratis di Tingkat Lokal

Indonesia................................................................................................. 3

4. Bukti Kualitatif Administratif Overspending......................................... 4

5. Data dan Pendekatan Empiris

5.1. Dependent variabel........................................................................... 4

5.2. Kontrol............................................................................................. 4

5.3. Model empiris.................................................................................. 5

6. Pembahasan

6.1. Umum.............................................................................................. 6

6.2. Pemekaran Daerah........................................................................... 6

6. 3. Mekanisme Pengeluaran................................................................. 7

6.4. Biaya Perjalanan............................................................................... 7

7. Kesimpulan.............................................................................................. 7

8. Pro Kontra dengan Artikel Terkait........................................................... 8

Daftar Pustaka.............................................................................................. 9

Review Paper Fiskal_2015 iv

Page 5: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

Review Paper Fiskal_2015 v

Page 6: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

1. Pendahuluan

Pengeluaran administrasi kabupaten di Indonesia sangat tinggi jika

dibandingkan secara internasional, salah satunya proses desentralisasai

disinyalir mengalami inefisiensi dalam layanan kepada publik. Salah satu

alasan untuk inefisiensi ini mungkin bahwa proses desentralisasi di Indonesia

telah secara substansial lemah dalam mekanisme akuntabilitas di tingkat

lokal. Disamping itu perdebatkan seberapa efektif mekanisme akuntabilitas

demokrasi di Indonesia di tingkat lokal mengingat semakin besaranya biya

administrasi yang cenderung meningkatakan tunjangan para elit dan birokrat.

Penjelasasan lain untuk membengkakya biaya adaministrasi terjadi karena

adanya tingginya pengeluaran rata – rata pada pmekeran daerah (kabupaten)

baru.

Makalah ini melihat ke dalam faktor-faktor penentu overspending

administrasi pemerintahan lokal di Indonesia. Paper tersebut adalah yang

pertama untuk menganalisis overspending administrasi kabupaten di Indonesia

dan di antara yang pertama untuk menganalisis fenomena ini dalam

desentralisasi negara-negara berkembang. Indoenesia adalah kasus yang sangat

menarik untuk mempelajari fenomena belanja administrasi yang berlebihan di

tingkat lokal, tidak hanya karena pentingnya Indonesia (Indonesia adalah

negara terbesar keempat di dunia, negara demokrasi terbesar ketiga, dan

terbesar kedua di negara berkembang ), namun lebih signifikan karena

demokrasi yang masih muda dengan sejarah lembaga yang lemah dan tingkat

korupsi yang tinggi, termasuk pegawai negeri yang korup. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan mekanisme akuntabilitas yang lemah di tingkat lokal

dan demokratisasi yang belum memberikan kontribusi signifikan terhadap

pengurangan belanja pemerintah daerah, dan dapat dikatakan boros

administrasi.

2. Dasar TeoriDesentralisasi menggantikan fungsi unit pengambilan keputusan pusat

dengan banyak unit pengambilan keputusan lokal. Efisiensi kapita tingkat pengeluaran per administrasi kabupaten juga akan berbeda secara sistematis dengan karakteristik kabupaten.

1

Paper Moneter_2015

Page 7: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

Hipotesis 1. Pengeluaran administratif per kapita harus menurun dengan penduduk dan Aksesibilitas penduduk tetapi meningkat dengan tahap perkembangan.

Selain perbedaan-perbedaan dalam teknologi administrasi kita harus berharap bahwa kabupaten kaya akan menghabiskan lebih banyak pada semua fungsi pemerintah termasuk administrasi umum. Hal ini menyebabkan:

Hipotesis 2. Pengeluaran administrasi per kapita meningkat dengan pendapatan per kapita.

Literatur memberikan dua alasan mengapa belanja administrasi lokal bisa menjadi berlebihan: Kepentingan Birokrasi dan Local Capture. Teori birokrasi sebagai dikemukakan oleh Niskanen (1971), birokrasi menunjukkan kecenderungan yang melekat untuk meningkatkan anggaran sebagai birokrat menikmati status yang lebih tinggi dan gaji yang lebih baik dengan meningkatkan ukuran anggaran atau biro mereka. Penangkapan dana (Local Capture) pemerintah melalui elit lokal adalah fenomena berulang dalam mengembangkan dan negara-negara berekembang (interalia, Galasso & Ravallion, 2005; Olken, 2007; Reinikka & Svensson, 2004).

Salah satu cara efektif untuk memerintah di birokrasi dan elit lokal untuk mendisiplinkan bupati dengan ancaman tidak memilih mereka jika mereka berkinerja buruk. Kami merangkum gagasan pemilu demokratis sebagai perangkat mendisiplinkan untuk incumbent dalam hipotesis ketiga, yaitu :

Hipotesis 3. Kabupaten dengan kepala yang terpilih secara demokratis memiliki tingkat overspending administrasi; jika dipilih langsung, bupati memiliki pengeluaran administratif yang lebih rendah per kapita dibandingkan terpilih secara tidak langsung.

Bardhan dan Mookherjee (2000) menggambarkan penangkapan lokal (Local Capture) dalam model voting probabilistik dengan informasi dan kurang informasi di tiga tingkat kelompok berpenghasilan berbeda, dengan pangsa pemilih kurang informasi menurun dengan tingkat pendapatan. Paper ini mengadopsi hasil dari Bardhan dan Mookherjee untuk konteks Indonesia dari sistem multipartai dan hal overspending administrasi sebagai bentuk capture lokal mendukung elit penguasa (dalam bentuk lebih banyak pekerjaan bagi anggotanya dan status yang lebih tinggi dan tunjangan lebih banyak di pemerintahan untuk anggota terkemuka mereka). Paper ini menggunakan

Review Paper Fiskal_2015 2

Page 8: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

tingkat melek huruf untuk kesadaran politik dasar proxy. Ini memberi kita hipotesis berikut:

Hipotesis 4. Pengeluaran administratif per kapita yang lebih tinggi di kabupaten dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, yang diukur dengan angka melek huruf.

Hipotesis 5. Pengeluaran administratif per kapita yang lebih tinggi di kabupaten dengan konsentrasi politik yang lebih tinggi. Mereka lebih tinggi jika memegang mayoritas kursi di DPRD.

Akuntabilitas pemilu lebih lemah jika pihak memegang posisi dominan di DPRD (DPRD), yang berarti bahwa proses politik sangat tidak kompetitif. Terakhir, telah ditunjukkan secara empiris bahwa kenaikan korupsi dengan adanya sumber daya alam (Bhattacharyya & Hodler, 2010; Van der Ploeg, 2011) dan dengan fragmentasi etnis yang lebih tinggi (Galasso & Ravallion, 2005; Mauro, 1995; Olken, 2006), baik yang menyebabkan lebih tinggi rent-seeking, dengan yang terakhir mengarah tambahan untuk umum penyediaan barang rendah (Alesina, Baqir, & Easterly, 1999). Seperti overspending administrasi mirip dengan korupsi ini memberikan yaitu :

Hipotesis 6. Pengeluaran administratif peningkatan per kapita dengan adanya sumber daya alam dan penurunan dengan Konsentrasi etno-linguistik di kabupaten tersebut.

Sebagai kabupaten yang sangat heterogen, sehubungan dengan faktor-faktor ini kita tidak mengharapkan pola seragam overspending administrasi dari waktu ke waktu dan di seluruh kabupaten. Bardhan dan Mookherjee (2000, p. 139) menyimpulkan Paper mereka dengan menyatakan "Peran kontras faktor ini beragam menunjukkan bahwa tingkat penangkapan relatif di tingkat lokal mungkin berubah keluar untuk context dan sistem-spesifik. Hal ini menciptakan kebutuhan untuk penelitian empiris untuk mengidentifikasi sifat penangkapan relatif dalam pengaturan yang diberikan, untuk menilai potensi jebakan desentralisasi. " Paper tersebut menyediakan analisis untuk Indonesia dalam 10 tahun desentralisasi.

3. Informasi Latar Belakang Desentralisasi dan Demokratis di Tingkat Lokal Indonesia

Proses desentralisasi Indonesia telah menyebabkan devolusi yang belum

pernah terjadi sebelumnya dan skala besar kewenangan dari pusat ke kabupaten.

Selama "Orde Baru" rezim Soeharto, partai-partai politik yang terbatas pada tiga

Review Paper Fiskal_2015 3

Page 9: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

partai, dan sangat diatur. Meskipun reformasi pemilu, perilaku rent-seeking terus

berlanjut. Setelah tahun 1999, banyak DPRD menggunakan kekuasaan mereka

yang baru diperoleh untuk menuntut uang dari calon kandidat dalam pertukaran

dalam pemilihan (Buehler, 2010). Desentralisasi administratif mengakibatkan

peningkatan besar dalam jumlah pemerintah daerah dari 292 di 1999-477 pada

tahun 2010, tabel 1 paper. Desentralisasi fiskal terutama menyebabkan sebuah

sisi pengeluaran anggaran kabupaten, sementara sebagian besar pajak tetap

terpusat. Belanja publik kabupaten lebih dari dua kali lipat 2001-2007 dan naik

lebih tajam pada tahun 2008 dan 2009. Meskipun peningkatan ini secara

keseluruhan, pangsa pengeluaran administrasi tidak menurun.

4. Bukti Kualitatif Administratif OverspendingBukti diambil dari beberapa media jurnalistik di Indonesia yang populer

dengan mengacu pada media Internet seperti Jawa Pos, Detik, dan Kompas.

5. Data dan Pendekatan Empiris

5.1. Dependent VariabelKumpulan data fiskal meliputi 418 kabupaten di Indonesia untuk

periode dari tahun 2001 sampai 2009. Variabel dependen adalah logaritma

natural per kapita pengeluaran publik di sektor administrasi pemerintahan

(realisasi pengeluaran). Sejauh ini bagian terbesar dari pengeluaran

tersebut administratif berkaitan langsung untuk menjalankan pemerintahan

umum: pada tahun 2007, 86% dari total belanja administrasi pemerintah

dihabiskan pemerintah umum sedangkan fungsi lainnya, termasuk

perencanaan pembangunan, menerima kurang dari 5%.

5.2. Kontrol

Menurut hipotesis artikel tersebut, faktor-faktor penentu

pengeluaran administrasi termasuk faktor yang menangkap biaya

administrasi efisien, sumber daya yang tersedia, serta faktor-faktor yang

menjelaskan sejauh mana pengeluaran administratif yang diamati melebihi

tingkat efisien mereka. Untuk menangkap skala ekonomi dari teknologi

administrasi efisien (Hipotesis 1), termasuk populationize, logaritma dari

daerah kabupaten, jumlah desa, pangsa desa yang terkurung daratan dan

Review Paper Fiskal_2015 4

Page 10: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

orang-orang dengan di permukaan. Sumber daya yang tersedia harus

berefek positif pada sebuah tingkat pengeluaran untuk semua fungsi

pemerintahan (Hipotesis 2), bahkan jika koefisien untuk belanja

administrasi harus secara signifikan di bawah kesatuan untuk administrasi

efisien.

Mekanisme akuntabilitas ditangkap oleh sejumlah variabel.

Pertama, Jika bupati itu dipilih langsung, dan sebaliknya tidak, untuk

memeriksa apakah pemilihan langsung telah meningkat akuntabilitas dan

telah menyebabkan pengeluaran pemerintah kurang boros (Hypothesis3).

Kedua, Tingkat melek huruf untuk menangkap bagaimana pendidikan

pemilih adalah, sebagai penduduk berpendidikan lebih baik mungkin terus

meminta akuntabilitas dari soerang incumbent, yang akan menurunkan

pengeluaran administrasi (Hipotesis 4). Ketiga, untuk mengurangi sampel

kabupaten yang tidak berpisah selama kerangka waktu, mereka

menyelidiki kepentingan relatif dari faktor-faktor politik lebih lanjut,

seperti konsentrasi pihak dan komposisi partai parlemen lokal (Hipotesis

5). Keempat, mereka menyertakan indikator kabupaten yang kaya sumber

daya, yang mengambil satu jika kabupaten yang diterima sumber daya

alam bersama pendapatan (nol sebaliknya), serta ukuran konsentrasi etno-

linguistik di kabupaten pada tahun 2000 (Hipotesis 6). Terakhir, kontrol

untuk perpecahan kabupaten terdiri dari set lengkap dummies, menandai

sampai 5 tahun sebelum pemekaran dari kabupaten dan sampai 5 tahun

setelah kabupaten berdiri sendiri.

5.3. Model Empiris

Penulis mengatasi faktor-faktor penentu pengeluaran administrasi dengan memperkirakan OLS dikumpulkan regresi. Persamaan dasar memperkirakan berhubungan logaritma natural per kapita pengeluaran administrasi di kabupaten serta ukuran komponen utama, untuk satu set kontrol variabel dalam bentuk berikut:

ln exp¿=β X i+γ Z¿+ λt+∫ ( sij )+ε¿

Review Paper Fiskal_2015 5

Page 11: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

Dalam model tersbut menggunakan i dari 1-39 kabupaten selama 9 tahun terakhir. Waktu Variant facotr Xi yang terdiri dari kontrol geografis dan teknologi. Sedangkan Zit menggambarkan skala dan variabel teknologi. Dan juga varibel politik dan mengambarkan makroekonomi λ t. Dalam set kedua regresi, kita membatasi perhatian kita ke kabupaten yang tidak (belum) berpisah, yang memungkinkan kita untuk menguji efek dari lingkungan politik.

6. Pembahasan Hasil

6.1. Umum

Pengeluaran adamonistrasi diklasifikasikan kedalam 4 klasifikasi ekonomi yaitu; pengeluaran staf, modal, barang dan jasa, dan lainnya dengan tujuan tertentu. Dalam hasil ini menkonfirmasi dari hipotesis 1. Efek skala memainkan peran signifikan menjelaskan belanja administrasi. Semua jenis per kapita pengeluaran administrasi, kecuali kategori "lainnya dengan tujuan tertentu”, menurun dengan ukuran populasi. Sebuah wilayah kabupaten yang lebih besar meningkatkan biaya administrasi,tetapi hanya dalam hal investasi modal dan barang dan jasa. Sehinga Total belanja administrasi (dan"Lain") meningkat dengan GDP per kapita, menunjukkan bahwa kabupaten dengan aktivitas ekonomi yang lebih tinggi memerlukan lebih canggih administrasi.

Pengeluran administrasi meningkat seuai dengan ukuran fiskal (hipotesis 2) Semua jenis pengeluaran memiliki keddekat dengan kesatuan elastisitas terhadap terhadap total pendapatan per kapita. Kabupaten atau kota yang kaya memeiliki bagian pengeluaran tidak spesifik yang lebih besar, karena mereka memiliki kekuasaan yang lebih mudah dalam mendistribusiakn sewa politik atas kenikmatan mereka. Pendidikan yang lebih baik, yang diukur dengan angka melek huruf, mengurangi belanja dalam kategori "modal" dan "lainnya," yang konsisten dengan Hipotesis 4, namun total pengeluaran administrasi ini memiliki efek tidak signifikan. Kabupaten yang kaya sumber daya memiliki pengeluaran administrasi yang lebih tinggi seperti yang diusulkan dalam Hipotesis 6, tapi efek ini tidak signifikan.

6.2. Pemekaran Daerah

Dalam pemekaran daerah diawal pemerinthaan baru memeliki pengeluaran administrasi yang besar karena pada fase persiapan. Dan akan berangsur normal ditahun tahun berikutnya. Dengan kata lain, pemekaran kabupaten baru tidak mampu untuk menjelaskan tingginya tingkat

Review Paper Fiskal_2015 6

Page 12: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

pengeluaran administrasi. Sebuah kurangnya akuntabilitas demikian kandidat utama untuk menjelaskan pengeluaran berlebihan pemerintah daerah pada diri mereka sendiri bukan pada layanan untuk populasi mereka.

6.3. Mekannisme Akuntabilitas

Effefektifitas dari mekanisme akuntabilitas tidak bisa diperkirakan secara langsung karena mereka tidak secara langsung diamati. Tapi kita bisa memperkirakan apakah perubahan dalam mekanisme akuntabilitas dari waktu ke waktu atau variasi dalam variabel yang akuntabilitas proksi saluran di seluruh kabupaten dari waktu ke waktu memiliki signifikan efek pada sejauh mana overspending. Sudah kita ketahui pada sebelumnya bila tingkat melek huruf memiliki efek lemah terhadap overspending. Disini kita mencoba melihat pengaruh dari pemilihan secara langsung dapat mempengaruhi overspending. Alhasil, tingakt pemilihan secara langsung tidak memberikan efek yang signifikan terhadap overspending. Senada dengan apa yang kita ketahu sebelumnya pada hipotesis 6.

6.4. Pengeluaran Perjalanan

Dalam artikel tersebut, menganalisis satu item belanja tertentu, yang bisa dibilang adalah bonus khusus bagi politisi dan birokrat yang berkuasa: pengeluaran untuk perjalanan. Pengeluaran perjalanan per kapita meningkat secara signifikan dengan daerah kabupaten, urbanisasi, dan sumber daya fiskal, seperti yang diharapkan, dan menurun dengan penduduk karena skala ekonomi dan pangsa desa mudah diakses dengan darat.

Kabupaten yang kaya sumber daya memiliki biaya perjalanan yang lebih tinggi, yang konsisten dengan kutukan sumber daya yang mengarah ke kualitas kelembagaan yang lebih rendah dan sebagai akibatnya, meninggalkan lingkup yang lebih diskresioner ke administrator lokal untuk menggunakan dana publik untuk mengutungkan pribadi. Kabupaten dengan konsentrasi yang lebih tinggi dalam politik, partai mendominasi, dan perolehan suara yang lebih besar untuk Golkar memungkinkan PNS mereka untuk menghabiskan lebih banyak tentang pengeluaran perjalanan.

7. Kesimpulan Penulis menaganalisis pengeluaran berlebih (overspending)

pemerintahan kabupaten di Indonesia pada pemerintahan mereka sendiri. Administrasi adalah komponen terbesar kedua dan merupakan anggaran besar yang misalokasi sumber daya publik. Dalam penelitian tersebut

Review Paper Fiskal_2015 7

Page 13: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

pemekaran daerah dikecualikan. Sebaliknya, kita menganggap overspending administrasi sebagai manifestasi dari tata pemerintahan yang buruk dan dengan demikian, kurangnya akuntabilitas di tingkat lokal. Karena mekanisme akuntabilitas tidak langsung diamati untuk jumlah besar seperti kabupaten, dieksploitasi variasi proxy untuk mekanisme akuntabilitas formal dan informal di seluruh kabupaten dan waktu. Penulis menemukan bukti yang lemah bahwa tingkat pendidikan penting. Pengenalan pemilihan langsung kepala daerah tidak memiliki efek signifikan pengeluaran administrasi untuk seluruh sampel. Secara keseluruhan pengenalan pemilihan langsung berubah sedikit menjadi lebih baik.

Hasil analisis data baru ditetapkan pada belanja administrasi kabupaten dI Indonesia dan dengan demikian memberikan analisis kuantitatif pertama dari faktor-faktor penentu overspending administrasi, yang merupakan varian dari gambaran lokal. Penelitian ini mengkombinasikan untuk kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, penulis mengambil sikap bahwa media dan politik didaerah harus kompetitif. Dengan kompetitif akan menciptakan akuntabilitas dari keuangan daerah. Akuntabilitas tersebut, akan berpengaruh pada overspending.

8. Pro Kontra dengan Artikel TerkaitDalam artikel dari Syahrir, Ika( 2012) menjelaskan bahwa salah

satu resiko fiskal daerah adalah pemekaran daerah. Pemekaran daerah timbul atas adannya demokrasi yang membuat elit politik daerah untuk membentuk pemerintahan sendiri. Dari hasil penelitian tersebut, dari pemekaran daerah banyak mengalami overspending terutama pada hal belanja pegawai. Sehinga dalam hal ini bersebrangan dengan apa yang ditulis pada penelitian diatas. Yang mengabaikan dari pemekaran daerah.

Berdasar pada penulisan Hadi, Setiawan (2012) terdapat kinerja keuangan daerah yang tidak bagus sebagian besar disebabkan karena perilaku anggaran daerah kurang bagus. Salah satunya pemerintah lebih pada overspending administrasi pada belanja pegawai dan kurang melihat pertumbuhan dan keadaan PAD nya. Elit politik sangat mempengaruhi dalam akuntabilitas dari keuangan suatu daerah. Begitu yang dijelaskan dalam penelitian Dyah Setyaningrum (2012). Disamping itu ukuran suatu kekayaan daerah juga akan mempengaruhinya. Selain itu pengetahuan anggaran dan pengawasan elit politik sangat diperlukan. Karena sangat mempengaruhi dalam mengawasi dari overspending itu sendiri, sebagaimana ditulis oleh Isma C,(2012). Sehingga secara umum dari semua hasil yang ada diperlukan perencanaan atas membelanjakan keuangan agar tidak overspending

Review Paper Fiskal_2015 8

Page 14: Paper Review Fiskal Amirullohdwif 1206214103

DAFTAR PUSTAKA

Sjahrir,S., Bambang, Kis-Katos, Krisztina., & Schuzle,G.,Gunther.

(2014).Administrative Overspending in Indonesian Districts: The role of

Local Politics. .Worl Development,59, 166-183.

Setyaningrum,Dyah, & Syafitri, Febriyani. (2012). Analisis Pengaruh

Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan

Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia,9, 154-170.

Setiawan, Hadi. (2012).Kinerja Keuangan Daerah Pada Era Otonomi. Resiko

Fiskal Darah,Era Adicitra Intermedia, 291-335.

Coryamata,Isma. (2007). Akuntabilitas, Partisipasi Masyarakat, Dan Transparansi

Kebijakan Publik Sebagai Pemoderating Hubungan Pengetahuan Dewan

Tentang Anggaran Dan Pengawasan Keuangan Daerah (Apbd). Jurnal

Prosiding Simposium Nasional Akuntansi,10.

Ika, Syahrir. (2012).Demokrasi, Otonomi Daerah, Dan Desentralisasi Fiskal Di

Indonesia. Resiko Fiskal Darah,Era Adicitra Intermedia, 3-335.

Review Paper Fiskal_2015 9